PENGARUH RETURN ON INVESTMENT

advertisement
PENGARUH RETURN ON INVESTMENT, CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY
RATIO TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia )
FABIO PUTRA WIJAYA1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS, UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jl. MT. Haryono 165 Malang 65145
[email protected]
ATIM DJAZULI2
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS, UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jl. MT. Haryono 165 Malang 65145
Abstrak: Dividen adalah bagian dari laba yang diberikan kepada para pemegang saham
yang tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor Return On Investment, Current Ratio, dan
Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2009-2011. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling, yaitu pemilihan anggota sampel berdasarkan kriterian-kriteria tertentu. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Berdasarkan
penelitian ini, secara simultan Return On Investment, Current Ratio, dan Debt to Equity
Ratio berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Return On Investment dan
Current Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio,
sedangkan Debt to Equity Ratio secara parsial tidak berpengaruh. Variabel Return On
Investment merupakan variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap Dividend Payout
Ratio.
Kata Kunci : Dividend Payout Ratio, Return On Investment, Current Ratio, Debt to Equity
Ratio
Abstract: Dividends are the portion of the gain that is given to the shareholders which
depend on each company’s dividend policy. This study aims to find out how influential Return
On Investment , Current Ratio and the Debt to Equity Ratioare to Dividend Payout Ratio.
Population in this study are listed manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange in
the period of 2009-2011. The study sample was taken by using Purposive sampling
techniques , which is the selection of the sample members based on certain criterias. Analysis
tools used in this study is multiple linear regression . Based on this study , Return On
Investment , Current Ratio, and Debt to Equity Ratio simultaneously give significant effects
on Dividend Payout Ratio . Return On Investment and the Current Ratio partially give
significant effects on Dividend Payout Ratio, whereas Debt to Equity Ratio does not. Return
On Investmentis a variable that has a dominant influence on the Dividend Payout Ratio .
Keywords : Dividend Payout Ratio, Return On Investment, Current Ratio, Debt to Equity
Ratio
1
Fabio Putra Wijaya, Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya,
Bidang Manajemen Keuangan.
2
Dr. Atim Djazuli SE., MM., Dosen Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Brawijaya.
PENDAHULUAN
Pemegang saham mengaharapkan
keuntungan dari dividen perusahaan dan
capital gain. Capital gain dapat diperoleh
jika harga saham pada saat ini lebih tinggi
jika dibandingkan dengan harga saham
pada saat pembelian. Dividen memiliki
risiko yang lebih rendah daripada capital
gain. Hal ini dikarenakan dividen diterima
menurut dasar periode berjalan secara
teratur sementara prospek realisasi capital
gain diperoleh secara tidak menentu saat
penjualan
saham,
artinya
untuk
memperoleh capital gain harus dapat
memperkirakan bahwa harga saham yang
akan datang lebih besar daripada harga
saham pada waktu pembelian.
Pemegang saham mempunyai
tujuan utama dalam menanamkan dananya
ke dalam perusahaan yaitu untuk mencari
pendapatan atau tingkat kembalian
investasi (return) baik berupa pendapatan
dividen
(dividend
yield)
maupun
pendapatan dari selisih harga jual saham
terhadap harga belinya (capital gain). Para
pemegang saham umumnya menginginkan
pembagian dividen yang relatif stabil
karena dengan stabilitas dividen dapat
meningkatkan kepercayaan pemegang
saham terhadap perusahaan sehingga
mengurangi ketidakpastian pemegang
saham dalam menanamkan dananya ke
dalam perusahaan.
Perusahaan yang akan membagikan
dividen akan dihadapkan pada berbagai
macam pertimbangan, antara lain perlunya
menahan sebagian laba untuk reinvestasi
yang mungkin lebih menguntungkan,
kebutuhan dana perusahaan, likuiditas
perusahaan, sifat pemegang saham, target
tertentu yang berhubungan dengan rasio
pembayaran dividen, dan faktor lain yang
berhubungan dengan kebijakan dividen.
Dalam menanamkan modalnya, investor
akan mempertimbangkan dengan sebaikbaiknya ke perusahaan mana modal akan
ditanamkan. Saat itulah para investor
memerlukan laporan keuangan perusahaan
dimana mereka menanamkan modalnya
guna melihat prospek keuntungan di masa
mendatang dan perkembangan perusahaan
selanjutnya, untuk mengetahui kondisi
kerja atau kondisi keuangan jangka pendek
perusahaan tersebut.
Pada umumnya tujuan utama
investor dalam menanamkan dananya di
perusahaan
adalah
untuk
mencari
pendapatan atau tingkat kembalian
investasi (return), yaitu berupa pendapatan
dividen. Dalam kondisi demikian, setiap
perusahaan dituntut untuk dapat beroperasi
dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi
supaya tetap mempunyai keunggulan dan
daya saing dalam upaya menghasilkan laba
bersih seoptimal mungkin. Perusahaan
menetapkan
kebijakan
laba
untuk
menindaklanjuti perolehan laba yang dapat
dialokasikan pada dua komponen yaitu
dividen dan laba ditahan.
Dividen merupakan bagian dari
laba yang tersedia bagi para pemegang
saham biasa dalam bentuk tunai. Laba
ditahan (retained earning) adalah bagian
dari laba yang tersedia bagi para pemegang
saham biasa yang ditahan oleh perusahaan
untuk
diinvestasikan
kembali
(reinvestment) dengan tujuan untuk
mengejar
pertumbuhan
perusahaan.
Pembagian dividen dalam bentuk tunai
lebih banyak diinginkan investor dari pada
dalam bentuk lain, karena pembayaran
dividen tunai membantu mengurangi
ketidakpastian
investor
dalam
menanamkan
dananya
kedalam
perusahaan. Dalam keputusan pembagian
dividen,
perusahaan
harus
mempertimbangkan kelangsungan hidup
dan pertumbuhan perusahaannya.
Kebijakan dividen merupakan
sebuah keputusan
apakah laba akan
dibagikan kepada pemegang saham atau
akan ditahan untuk reinvestasi dalam
perusahaan. Apabila perusahaan memilih
untuk menahan laba dalam bentuk laba
ditahan maka kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kebutuhan dana dari
sumber internal akan meningkat, sehingga
posisi keuangan perusahaan akan semakin
kuat karena ketergantungan perusahaan
terhadap sumber dana eksternal atau
hutang akan semakin kecil. Sebaliknya jika
perusahaan memilih untuk membagikan
laba dalam bentuk dividen, maka akan
mengurangi jumlah porsi laba ditahan dan
berakibat kekuatan sumber dana internal
akan berkurang.
Kebijakan dividen memiliki arti
penting bagi perusahaan karena berkaitan
dengan sikap investor. Pengurangan
dividen bisa dipandang negatif oleh
investor dan mengarah pada penurunan
harga saham. Pengurangan dividen bisa
dianggap bahwa perusahaan sedang
menghadapi kesulitan keuangan dan
perusahaan
meramalkan
akan
mendapatkan laba yang lebih kecil di masa
depan. Sebaliknya jika ada kenaikan
dividen akan dipandang positif oleh
investor dan mengarah pada kenaikan
harga saham karena kenaikan dividen
dikaitkan dengan peramalan perusahaan
terhadap laba, akan lebih baik di masa
depan. (Brigham, 2006:98).
Berdasarkan hal tersebut kebijakan
dividen menimbulkan dua pihak yang
saling
bertentangan
dan
saling
berkepentingan,
yaitu
kepentingan
pemegang saham dengan dividennya dan
kepentingan perusahaan dengan laba
ditahannya. Setiap perusahaan selalu
menginginkan adanya pertumbuhan pada
perusahaan sehingga laba ditahan menjadi
sangat berarti bagi perusahaan dalam
pemenuhan kebutuhan pendanaan internal
dan disamping itu perusahaan juga ingin
tetap membagikan dividen kepada
pemegang saham agar terjadi peningkatan
nilai perusahaan melalui kenaikan harga
saham. Jika porsi pembayaran dividen
semakin besar maka porsi laba ditahan
semakin
kecil,
akibatnya
akan
menghambat
tingkat
pertumbuhan
perusahaan. Jika perusahaan ingin
menahan sebagian besar laba perusahaan
dalam bentuk laba ditahan, maka porsi
laba yang dibagikan dalam bentuk dividen
akan semakin kecil. Oleh karena itu
manajer
harus
memperhatikan
kesejahteraan para pemegang saham dan
menjaga pertumbuhan perusahaan serta
tetap mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan.
Kebijakan dividen sering dianggap
sebagai sinyal bagi investor dalam menilai
baik buruknya perusahaan, karena
kebijakan dividen mampu membawa
pengaruh
terhadap
harga
saham
perusahaan. Pembayaran dividen dalam
jumlah besar akan menaikan harga saham
dan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi
dana yang tersedia untuk diinvestasikan
kembali
menjadi
kecil
sehingga
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
perusahaan dan akhirnya akan berdampak
pada turunnya harga saham perusahaan.
Oleh karena itu penentuan rasio
pembayaran dividen (Dividend Payout
Ratio) merupakan keputusan yang penting.
Dalam penelitian ini Dividend Payout
Ratio dipilih sebagai indikator kebijakan
dividen karena Dividend Payout Ratio
merupakan salah satu rasio keuangan yang
sering digunakan oleh investor untuk
mengetahui hasil dari investasinya.
Secara umum ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen dan
terbagi dalam empat kelompok besar, yaitu
batasan pembayaran dividen, peluang
investasi, sumber alternatif modal, dan
pengaruh kebijakan dividen terhadap
tingkat pengembalian yang diminta dari
pemegang saham (Brigham, 2006:94).
Sedangkan (Ridwan dan Inge, 2003:387)
menyebutkan ada sepuluh faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen yang
terdiri dari peraturan hukum, posisi
likuiditas, pembayaran pinjaman, kontrak
pinjaman, pengembangan aktiva, tingkat
pengembalian, stabilitas keuntungan, pasar
modal, kendali perusahaan, dan keputusan
kebijakan dividen.
Penelitian ini menggunakan faktor
finansial berupa rasio keuangan yaitu
Return On Investment, Current Ratio, dan
Debt to Equity Ratio. Return On
Investment merupakan rasio profitabilitas,
yang
menunjukkan
kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba.
Kaitannya dengan kebijakan dividen
adalah
ketika
perusahaan
mampu
memperoleh laba yang tinggi, maka porsi
pembayaran dividen juga akan meningkat.
Current Ratio merupakan rasio likuiditas,
yang menunjukkan seberapa besar
kewajiban lancar perusahaan yang dapat
dijaminkan dengan aktiva lancarnya.
Kaitannya dengan kebijkan dividen adalah
perusahaan harus mampu memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, di
sisi
lain
perusahaan
juga
harus
mensejahterakan pemegang saham melalui
pembayaran dividen. Debt to Equity Ratio
merupakan rasio solvabilitas, yang
menunjukkan seberapa besar total hutang
perusahaan yang dapat dijaminkan dengan
ekuitasnya. Ketika perusahaan berhutang
kepada kreditur menunjukkan bahwa
perusahaan
mempunyai
kesulitan
memperoleh
sumber
pendanaan.
Perusahaan tentunya lebih memilih
memenuhi kewajibannya daripada harus
membagikan dividen.
Terdapat
beberapa
penelitian
terdahulu yang mebahas pengaruh rasio
keuangan terhadap kebijakan dividen yang
menggunakan rasio keuangan sebagai
variabelnya. Anshori (2006) dan Wilujeng
(2007) menggunakan lima variabel yang
sama yaitu Current Ratio, Debt to Equity
Ratio, Earning Per Share, Net Profit
Margin, dan Return on Equity. Sylvia
(2009) menggunakan delapan variabel
independen dalam penelitiannya yang
meliputi Earning Per Share, Current
Ratio, Net Profit Margin, Total Asset
Turnover Ratio, Return On Equity, Return
On Investment, Debt Ratio, dan Debt to
Equity Ratio. Sedangkan Wiyatanti (2010)
menggunakan tiga variabel independen
dalam penelitiannya yang meliputi Current
Ratio, Return On Investment, dan Debt to
Equity Ratio.
Berdasarkan
hasil
penelitian
terdahulu terdapat hasil yang tidak
konsisten.
Anshori
(2006)
dalam
penelitiannya menyatakan bahwa variabel
yang berpengaruh dominan terhadap
Dividend Payout Ratio adalah Debt to
Equity Ratio. Wilujeng (2007) dan
Wiyatanti (2010) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa Current Ratio adalah
variabel yang berpengaruh dominan
terhadap
Dividend
Payout
Ratio.
Sedangkan Sylvia (2009) menyatakan
bahwa Return On Investment merupakan
variabel yang berpengaruh dominan
terhadap Dividend Payout Ratio.
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat
beberapa
penelitian
terdahulu yang menjadi dasar dalam
penelitian ini. Anshori (2006) dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Variabel Keuangan Terhadap Dividend
Payout Ratio (Studi Kasus pada
Perusahaan yang Listing di Bursa Efek
Indonesia) menggunakan lima variabel
independen, yaitu Earning Per Share,
Current Ratio, Net Profit Margin, Return
On Equity, dan Debt to Equity Ratio. Hasil
dari penelitiannya yaitu Earning Per
Share, Net Profit Margin, Current Ratio,
Return On Equity, dan Debt to Equity
Ratio secara simultan berpengaruh secara
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
dan variabel yang berpengaruh dominan
adalah Debt to Equtiy Ratio. Kemudian
secara parsial yang berpengaruh secara
signifikan adalah Current Ratio dan Debt
to Equity Ratio, sedangkan ketiga variabel
lainnya
tidak
berpengaruh
secara
signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio. Earning Per Share dan Return On
Equity berpengaruh positif terhadap
Dividend Payout Ratio, sedangkan Net
Profit Margin, Current Ratio, dan Debt to
Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap
Dividend Payout Ratio.
Wilujeng
(2007)
melakukan
penelitian
dengan
judul
“Analisis
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Kebijakan Dividen Kas” menggunakan
lima variabel independen, yaitu Earning
Per Share, Current Ratio, Net Profit
Margin, Return On Equity, dan Debt to
Equity Ratio, kemudian membagi periode
dalam tiga kategori, yaitu periode sebelum
krisis, periode krisis, dan periode setelah
krisis. Penelitian tersebut menghasilkan
bahwa keseluruhan periode penelitian,
variabel Current Ratio, Earning Per
Share, Net Profit Margin, Return On
Equity, dan Debt to Equity Ratio secara
simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio, dan variabel yang berpengaruh
dominan adalah Current Ratio.
Sylvia (2009) dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia” menggunakan
delapan variabel independen, yaitu
Earning Per Share, Current Ratio, Net
Profit Margin, Total Asset Turnover Ratio,
Return On Equity, Return On Investment,
Debt Ratio, dan Debt to Equity Ratio.
Hasil dari penelitian tersebut adalah secara
simultan variabel Earning Per Share,
Current Ratio, Net Profit Margin, Total
Asset Turnover Ratio, Return On Equity,
Return On Investment, Debt Ratio, dan
Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio. Sedangkan secara parsial hanya
variabel Current Ratio, Net Profit Margin,
Total Asset Turnover Ratio, dan Return On
Investment yang berpengaruh secara
signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio, dan hanya variabel Return On
Investment yang berpengaruh dominan
terhadap Dividend Payout Ratio.
Wiyatanti
(2010)
dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Rasio Likuiditas, Return On Investment,
dan Debt to Equity Ratio terhadap
Dividend Payout Ratio (Studi pada
Perusahaan Food and Beverages yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”
menggunakan tiga variabel independen,
yaitu Current Ratio, Return On
Investment, dan Debt to Equity Ratio.
Hasil yang diperoleh dari penelitian
tersebut adalah ketiga variabel independen
berpengaruh baik secara parsial maupun
secara simultan, dan Current Ratio
merupakan variabel yang berpengaruh
dominan terhadap Dividend Payout Ratio.
Pengertian Dividen
Menurut Warsono (2003:271)
dividen merupakan bagian dari laba yang
tersedia bagi para pemegang saham biasa
(Earning
Available
for
Common
Stockholder) yang dibagikan kepada para
pemegang saham biasa dalam bentuk
tunai. Ridwan dan Inge (2003:386)
menerangkan bahwa dividen merupakan
pembagian kepada pemegang saham yang
sebanding dengan jumlah lembar saham
yang dimiliki. Sedangkan menurut Hanafi
(2004:361) dividen merupakan pembagian
kompensasi yang diterima oleh pemegang
saham, disamping capital gain.
Pengertian Kebijakan Dividen
Menurut
Riyanto
(2001:265)
kebijakan dividen bersangkutan dengan
penentuan pendapatan (earning) yaitu
antara pendapatan untuk dibayarkan
kepada pemegang saham sebagai dividen
dengan yang digunakan dalam perusahaan
yang berarti pendapatan tersebut harus
ditahan dalam perusahaan. Sedangkan
menurut Atmaja (2003:285) kebijakan
dividen berkaitan dengan keputusan
apakah perusahaan akan membagi dividen
kepada para pemegang saham atau
menahan laba untuk diinvestasikan
kembali kepada proyek-proyek yang
menguntungkan
guna
meningkatkan
pertumbuhan perusahaan.
Brigham dan Houston (2006:68)
mendefinisikan
kebijakan
dividen
merupakan keputusan apakah laba akan
dibagikan kapada pemegang saham atau
akan ditahan untuk reinvestasi dalam
perusahaan. Berdasarkan pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa kebijakan
dividen
adalah
keputusan
untuk
menentukan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan dalam bentuk
dividen atau menahan laba dalam bentuk
laba ditahan yang nantinya akan digunakan
untuk diinvestasikan kembali.
Kebijakan Dividen Mantap Per Saham
Dalam jenis kebijakan dividen ini,
pembayaran dividen dari waktu ke waktu
mempunyai jumlah yang sama. Kenaikan
jumlah dividen akan terlaksana jika
manajemen yakin bahwa perusahaan sudah
mampu membayarnya dari waktu ke
waktu. Sekali besarnya jumlah kenaikan
dividen dinaikkan, maka jumlah ini tidak
akan mengalami penurunan.
Kebijakan Rasio Pembayaran Dividen
Konstan
Dalam kebijakan dividen ini,
jumlah dividen dibakukan sekian persen
dari laba yang tersedia bagi para pemegang
saham perusahaan. Ini berarti dengan laba
yang berfluktuasi dari waktu ke waktu,
maka besarnya dividen yang dibayarkan
perusahaan juga berfluktuasi. Jika laba
yang tersedia bagi para pemegang saham
biasa perusahaan turun secara drastis,
maka jumlah dividen yang dibayarkan
akan sangat berkurang atau bahkan tidak
ada.
Kebijakan Dividen Regular Rendah dan
Ekstra Tutup
Dalam kebijakan dividen ini,
perusahaan secara regular membayar
dalam jumlah yang kecil, namun di akhir
tahun perusahaan menambah ekstra
dividen (apabila perusahaan mendapatkan
laba cukup besar). Tujuan digunakannya
cara ini untuk menghapus konotasi dividen
permanen.
Kebijakan Dividen Residual
Dalam kebijakan dividen ini,
jumlah laba ditahan bergantung pada
tersedianya peluang investasi untuk satu
tahun tertentu. Dividen diambil dari laba
residual setelah kebutuhan investasi
perusahaan terpenuhi. Jadi, jika kebutuhan
dana akan investasi besar, mungkin saja
para pemegang saham tidak menerima
dividen.
Teori Dividen adalah Tidak Relevan
Modigliani-miller
berpendapat
bahwa kebijakan dividen tidak relevan
berarti bahwa tidak ada kebijakan dividen
yang optimal karena kebijakan dividen
tidak mempengaruhi nilai perusahaan
ataupun biaya modal. Dengan kata lain,
nilai dari sebuah perusahaan akan
tergantung hanya pada laba yang
dihasilkan oleh aktiva-aktivanya, bukan
pada bagaimana laba tersebut akan
dibagikan menjadi dividen atau saldo laba
ditahan.
Bird-in-the Hand Theory
Gordon-Lintner berpendapat bahwa
dividen lebih kecil risikonya dibandingkan
dengan capital gain sehingga GordonLintner menyarankan perusahaan untuk
menentukan dividend payout ratio atau
bagian laba setelah pajak yang dibagikan
dalam bentuk dividen yang tinggi dan
menawarkan dividend yield yang tinggi
untuk meminimumkan biaya modal.
Tax Differential Theory
Teori ini berpendapat bahwa
karena dividen cenderung dikenakan pajak
yang lebih tinggi daripada capital gain,
maka investor akan meminta tingkat
keuntungan yang lebih tinggi untuk saham
dengan dividend yield yang tinggi. Teori
ini menyarankan pada perusahaan lebih
baik menentukan dividend payout ratio
yang rendah atau bahkan tidak membagi
dividen sama sekali untuk meminimumkan
biaya modal dan memaksimumkan nilai
perusahaan.
Informational Content Hypothesis
Teori ini berpendapat berdasarkan
kenyataan bahwa manajemen cenderung
memiliki informasi yang lebih baik tentang
prospek perusahaan dibandingkan dengan
investor. Sebagai akibatnya, investor
menilai bahwa capital gain lebih berisiko
dibandingkan dengan dividen dalam
bentuk kas. Modigliani-Miller berpendapat
bahwa kenaikan dividen oleh investor
dilihat sebagai tanda atau sinyal bahwa
prospek perusahaan di masa mendatang
yang lebih baik. Sebaliknya penurunan
dividen akan dilihat sebagai tanda bahwa
prospek perusahaan menurun. ModiglianiMiller berkesimpulan bahwa reaksi
investor terhadap perubahan dividen tidak
berarti sebagai indikasi bahwa investor
lebih menyukai dividen dibandingkan
dengan laba ditahan. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa harga saham berubah
mengikuti perubahan dividen semata-mata
karena adanya informational content
dalam pengumuman dividen.
Teori Clientile Effects
Terdapat
banyak
kelompok
investor dengan berbagai kepentingan.
Pada satu pihak terdapat investor yang
lebih menyukai memperoleh pendapatan
saat ini dalam bentuk dividen, sedangkan
di pihak lain terdapat investor yang lebih
menyukai
untuk
menginvestasikan
kembali pendapatan mereka karena
kelompok investor ini berada dalam tarif
pajak yang cukup tinggi. Dengan adanya
dua kelompok investor tersebut perusahaan
dapat menentukan kebijakan dividen yang
oleh manajemen dianggap paling baik.
Tanggal Deklarasi
Pada tanggal ini dewan direksi
perusahaan mengeluarkan pernyataan yang
mengumumkan pembayaran dividen.
Tanggal Pemegang Saham Tercatat
Pada tanggal ini telah dikeluarkan
daftar catatan pemegang saham yang akan
menerima dividen. Saham yang dipegang
pada tanggal ini, maka pemegang saham
tersebut akan mendapatkan dividen.
Tanggal Eks Dividen
Tanggal dimana hak atas dividen
saat ini tidak lagi menyertai sebuah saham,
biasanya dua hari kerja sebelum tanggal
pemegang saham tercatat.
Tanggal Pembayaran
Tanggal dimana sebuah perusahaan
benar-benar mengirimkan cek pembayaran
dividennya.
Laporan Keuangan
Menurut Alexandri (2008:30)
laporan keuangan adalah media yang dapat
dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan
perusahaan yang terdiri dari neraca,
perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang
ditahan, dan laporan posisi keuangan.
Definisi lain dari laporan keuangan
adalah laporan yang merupakan sarana
utama membuat informasi keuangan
kepada anggota perusahaan (manajemen
dan para karyawan) dan kepada
masyarakat dari luar perusahaan (bank,
investor,
pemasok,
dan
lain-lain).
Sedangkan menurut Brigham & Houston
(2006:44) laporan keuangan adalah
beberapa lembar kertas dengan angkaangka yang tertulis di atasnya, tetapi
penting juga untuk memikirkan aset-aset
nyata yang mendasari angka-angka
tersebut.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2009:2), laporan keuangan adalah bagian
dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi
neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, catatan atau
laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2009:3), menyatakan bahwa tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta pembahasan posisi
keuangan
suatu
perusahaan
yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Secara umum ada tiga jenis laporan
keuangan yang sering digunakan, yaitu
neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus
kas. Menurut Ciaran Walsh (2003:11),
neraca secara sederhana merupakan
“potret” dari aktiva yang digunakan oleh
perusahaan dan dana yang berkaitan
dengan aktiva tersebut. Neraca merupakan
dokumen statis yang menghubungkan satu
titik waktu dengan titik waktu lainnya.
Menurut Brigham & Houston (2006:50),
laporan laba rugi adalah laporan yang
mengikhtisarkan
pendapatan
dan
pengeluaran perusahaan selama satu
periode akuntansi, yang biasanya setiap
satu kuartal atau satu tahun. Brigham &
Houston (2006:59) menyatakan bahwa
laporan arus kas adalah laporan yang
melaporkan dampak dari aktivitas-aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan oleh
perusahaan pada arus kas selama satu
periode akuntansi.
Analisis Rasio Keuangan
Menurut Syamsuddin (2009:37)
analisis laporan keuangan perusahaan pada
dasarnya merupakan perhitungan rasiorasio untuk menilai keadaan keuangan
perusahaan di masa lalu, saat ini dan
kemungkinannya
di
masa
depan.
Sedangkan menurut Alexandri (2008:45)
analisis terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan pada dasarnya karena ingin
mengetahui profitabilitas (keunggulan) dan
tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu
perusahaan.
Rasio keuangan membantu dalam
mengidentifikasi beberapa kekuatan dan
kelemahan keuangan perusahaan. Rasio
keuangan memberikan dua data keuangan
perusahaan menjadi lebih berarti, pertama
dengan mengevaluasi tren posisi keuangan
perusahaan dari waktu ke waktu, kedua
dengan
membandingkan
kinerja
perusahaan dengan kinerja dari perusahaan
lain dalam industri yang sama (Brigham &
Houston, 2006:94).
Menurut Brigham & Houston
(2006:94) nilai sebenarnya dari laporan
keuangan terletak darimana laporan
keuangan tersebut dilihat. Jika dilihat dari
sudut pandang seorang investor, hakekat
dari analisis laporan keuangan adalah
meramalkan masa depan. Jika dilihat dari
sudut pandang seorang manajamen,
analisis laporan keuangan akan bermanfaat
untuk membantu mengantisipasi kondisikondisi di masa depan, dan yang lebih
penting adalah sebagai titik awal untuk
melakukan perencanaan langkah-langkah
yang
akan
meningkatkan
kinerja
perusahaan di masa mendatang.
Rasio keuangan terdiri dari lima
kelompok rasio, yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban
financial jangka pendek tepat pada
waktunya. Ada dua macam rasio
likuiditas, yaitu:
a) Rasio Lancar (Current Ratio)
b) Rasio Uji Cepat (Acid Test Ratio)
2. Rasio Aktivitas
Rasio yang mengukur seberapa efektif
perusahaan dalam mengolah aktiva
yang dimilikinya. Untuk mengukur
posisi aktivitas perusahaan bisa
menggunakan lima macam rasio, yaitu:
a) Rasio Periode Pengumpulan
Piutang
b) Rasio Perputaran Piutang
c) Rasio Perputaran Persediaan
e) Rasio Perputaran Aktiva Tetap
f) Rasio Perputaran Total Aktiva
3. Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka panjangnya kepada kreditur.
Perusahaan yang tidak solvable adalah
perusahaan yang total utangnya lebih
besar dibandingkan total asetnya. Untuk
mengukur
posisi
solvabilitas
perusahaan bisa menggunakan tiga
macam rasio, yaitu:
a) Debt Ratio (DR)
b) Debt to Equity Ratio (DER)
c) Time Interest Earned Ratio (TIE)
4. Rasio Profitabilitas
Rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba
dalam kaitannya dengan penjualan, total
aktiva maupun modal sendiri. Untuk
mengukur
posisi
profitabilitas
perusahaan bisa menggunakan lima
rasio, yaitu:
a) Rasio Margin Laba Kotor (Gross
b) Margin Laba Operasi Bersih (Net
c) Return On Investment (ROI)
d) Return On Equity (ROE)
4. Rasio Nilai Pasar
Rasio yang memberikan indikasi
kepada manajemen mengenai apa yang
dipikirkan oleh investor tentang kinerja
masa lalu dan prospek perusahaan di
masa yang akan datang. Untuk
mengetahui indikasi-indikasi tersebut
bisa menggunakan lima macam rasio,
yaitu:
a) Rasio Laba per Lembar Saham
b) Price to Earning Ratio
c) Rasio Harga Terhadap Nilai Buku
d) Dividend Per Share
e) Dividend Payout Ratio
f) Dividend Yield
Hipotesis
Dalam
penelitian
hipotesis sebagai berikut:
dirumuskan
Hipotesis Pertama
Variabel Return On Investment, Current
Ratio, dan Debt to Equity Ratio secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Hipotesis Kedua
Variabel Return On Investment secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Hipotesis Ketiga
Variabel Current Ratio secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis Keempat
Variabel Debt to Equity Ratio secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Hipotesis Kelima
Diduga variabel Current Ratio mempunyai
pengaruh dominan terhadap Dividend
Payout Ratio pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian
ini
adalah
explanatory, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk memberikan penjelasan
kausal atau hubungan antar variabel
melalui pengujian hipotesis. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Data sekunder
digunakan
dalam
penelitian
ini,
dikarenakan objek penelitian ini adalah
perusahaan yang harus melaporkan kondisi
perusahaannya kepada pihak di luar
perusahaan. Sumber data dalam penelitian
ini adalah laporan tahunan dari perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan periode 2009
sampai 2011.
Sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sampel digunakan karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu.
Untuk itu sampel yang diambil harus
representatif
(Sugiyono,
2009:116).
Teknik
purposive
sampling
yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu
pengambilan sampel dengan persyaratan
tertentu sesuai dengan masalah serta tujuan
penelitian ini.
Uji Asumsi Klasik
Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui tingkat distribusi normal
variabel – variabel yang digunakan dalam
model regresi. Pengujian normalitas ini
menggunakan kolmogorov-smirnov test,
dan Probability-Plot (P-plot) test . Dalam
kolmogorov-smirnov test variabel-variabel
yang mempunyai tingkat signifikansi
dibawah 0,05 dalam asymp. Sig (2-tailed),
maka artinya variabel yang diuji tidak
terdistribusi secara normal.
Uji multikolinieritas dilakukan
untuk menguji korelasi antar variabelvariabel independen dalam suatu model
regresi. Multikolinieritas mengacu pada
situasi dengan dua variabel atau lebih
sangat
berhubungan
linier.
Uji
multikolinieritas dapat diketahui dengan
menganalisis nilai dari VIF (Variance
Inflation Factor).
Uji heteroskedastisitas digunakan
untuk mengetahui tingkat varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah
non heteroskedastisitas.
Uji autokorelasi dilakukan untuk
bertujuan
menguji
korelasi
anatra
kesalahan pengganggu pada periode
sekarang (t) dengan kesalahan pengganggu
pada periode sebelumnya (t – 1). Model
yang baik dalam suatu regresi yaitu tidak
terjadi autokorelasi atau non autokorelasi.
Pengujian autokorelasi dilakukan dengan
cara uji Durbin-Watson.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis
regresi
berganda
digunakan untuk menguji pengaruh
variabel-variabel independen yang terdiri
dari Return On Investment (X1), Current
Ratio (X2), Debt to Equity Ratio (X3)
terhadap variabel dependen yaitu Dividend
Payout Ratio (Y). Model regresi berganda
yang digunakan untuk menguji hipotesis
sesuai dengan model persamaan regresi
berganda Gujarati, (2007:181) sebagai
berikut :
Y= a+
+
+
+
Keterangan:
Y
: Divident Payout Ratio (DPR)
a
: Konstanta
b
: Koefisien Regresi
: Return On Investment (ROI)
: Current Ratio (CR)
: Debt to Equity Ratio (DER)
: Faktor pengganggu skohastik
Uji F
Uji F merupakan metode pengujian
hipotesis yang digunakan untuk menguji
pengaruh variabel bebas (X) yang berupa
( ) Return On Investment, ( ) Current
Ratio, dan ( ) Debt to Equity Ratio
terhadap variabel terikat (Y) berupa
Dividend Payout Ratio secara serentak
atau simultan.
Uji t
Uji t merupakan metode pengujian
hipotesis
yang
digunakan
untuk
mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas (X) yang berupa ( )
Return On Investment, ( ) Current Ratio,
dan ( ) Debt to Equity Ratio terhadap
variabel terikat (Y) berupa Divident
Payout Ratio secara parsial.
Standardized Coefficient Beta
Standardized Coefficient Beta
merupakan metode pengujian hipotesis
yang digunakan untuk mengetahui variabel
bebas (X) mana yang dominan terhadap
variabel terikat (Y). Untuk mengetahui
variabel bebas mana yang dominan
terhadap variabel terikat dilihat dari besar
kecilnya Standardized Coefficient pada uji
t atau uji secara parsial. Kesimpulan dari
pengujian
secara
parsial,
dengan
mengidentifikasi koefisien variabel yang
paling besar maka menunjukkan variabel
yang berpengaruh dominan terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji F
Dari uji F menunjukkan nilai F
hitung sebesar 6,352 lebih besar dari pada
nilai F tabel sebesar 3,133. Tingkat
signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari
tingkat signifikansi yang ditentukan 5%
atau 0,05, maka hipotesis pertama
diterima.
Uji t
Berdasarkan pengujian parsial
model regresi liner berganda, maka
diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 0,064+1,464
+0,059
+0,018
Keterangan :
Y
= Dividend Payout Ratio
= Return On Investment
= Current Ratio
= Debt to Equity Ratio
Variabel Return On Investment
Variabel Return On Investment
memiliki nilai
sebesar 3,665. Nilai
ini lebih besar dari
yang nilainya
sebesar 1,993 (3,665 > 1,993). Signifikansi
sebesar 0,000 menunjukkan nilai yang
lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hasil
tersebut menyatakan bahwa variabel
Return On Investment berpengaruh secara
signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio. Koefisien regresi pada Return On
Investment yang bernilai positif memiliki
arti semakin tinggi nilai Return On
Investment maka nilai Dividend Payout
Ratio juga akan semakin tinggi.
Variabel Current Ratio
Variabel Current Ratio memiliki
nilai
sebesar 2,452. Nilai ini lebih
besar dari
yang nilainya sebesar 1,993
(2,452 > 1,993). Signifikansi sebesar 0,017
menunjukkan nilai yang lebih kecil dari
0,05 (0,017 < 0,05). Hasil tersebut
menyatakan bahwa variabel Current Ratio
berpengaruh secara signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio. Koefisien regresi
pada Current Ratio yang bernilai positif
memiliki arti semakin tinggi nilai Current
Ratio maka nilai Dividend Payout Ratio
juga akan semakin tinggi.
Variabel Debt to Equity Ratio
Variabel Debt to Equity Ratio
memiliki nilai
sebesar 0,700. Nilai
ini lebih kecil dari
yang nilainya
sebesar 1,993 (0,700 < 1,993). Signifikansi
sebesar 0,486 menunjukkan nilai yang
lebih besar dari 0,05 (0,486 > 0,05). Hasil
tersebut menyatakan bahwa variabel Debt
to Equity Ratio tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio.
Standardized Coefficient Beta
Berdasarkan
analisis
regresi
diketahui nilai Standarized Coefficient
Beta variabel Return On Investment ( )
sebesar 0,398, Current Ratio ( ) sebesar
0,283, dan Debt to Equity Ratio( )
sebesar 0,084. Variabel Return On
Investment memiliki nilai Standarized
Coefficient Beta tertinggi yaitu sebesar
0,398, yang berarti variabel Return On
Investment mempunyai pengaruh dominan
terhadap Dividend Payout Ratio daripada
variabel lainnya.
Pembahasan
Pengaruh Return On Investment
Terhadap Dividend Payout Ratio
Return On Investment merupakan
rasio
keuangan
yang
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba bersih dari aktiva yang
digunakan. Berdasarkan hasil penelitian
ini, Return On Investment berpengaruh
positif signifikan terhadap Dividend
Payout
Ratio.
Hasil
positif
ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi
Return On Investment atau tingkat
pengembalian, maka semakin tinggi pula
kemampuan
perusahaan
dalam
membayarkan dividen kepada pemegang
saham. Semakin tinggi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih, berarti perusahaan semakin efektif
dan efisien dalam mengolah aktivanya.
Hasil positif ini ditunjukkan pada
deskripsi variabel yaitu pada tahun 2009
besarnya Return On Investment adalah
0,128 atau 12,8%, sedangkan Dividend
Payout Ratio sebesar 0,412 atau 41,2%.
Pada tahun 2010 Return On Investment
meningkat menjadi 0,141 atau 14,1%,
sedangkan Dividend Payout Ratio
menurun menjadi 0,402 atau 40,2%. Pada
tahun 2011 Return On Investment 0,143
atau 14,3%, dan Dividend Payout Ratio
juga meningkat menjadi 0,506 atau 50,6%.
Pada tahun 2010 terjadi penurunan
Dividend Payout Ratio sedangkan Return
On Investment meningkat, hal ini terjadi
karena perusahaan melihat adanya peluang
investasi di masa depan sehingga
perusahaan perlu menahan laba, akibatnya
laba yang tersedia untuk dibagikan sebagai
dividen menjadi berkurang.
Hasil positif pada penelitian ini
didukung oleh hasil penelitian dari Sylvia
(2009) bahwa Return On Investment
mempunyai pengaruh positif terhadap
Dividend Payout Ratio. Hasil ini juga
mendukung pendapat dari John Lintner
dalam Van Horne dan Wachowicz
(2005:287), yang menyatakan bahwa
dividen disesuaikan terhadap perubahan
laba, tetapi hanya pada suatu saat tertentu
dan ketika laba meningkat ke tingkat
tertentu, perusahaan dapat menaikkan
dividen jika perusahaan merasa dapat
mempertahankan
peningkatan
laba
tersebut. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan hasil penelitian Anshori (2006) dan
Wiyatanti (2010), yang menyatakan
semakin tinggi Return On Investment
maka semakin kecil dividen yang
dibayarkan, dan sebaliknya jika Return On
Investment semakin rendah maka dividen
yang dibayarkan akan semakin besar.
Pengaruh Current Ratio Terhadap
Dividend Payout Ratio
Current Ratio atau rasio lancar
merupakan salah satu rasio likuiditas yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek yang
jatuh temponya kurang dari satu tahun
dengan menggunakan aktiva lancar.
Berdasarkan hasil penelitian ini Current
Ratio berpengaruh positif signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil
positif ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi Current Ratio maka semakin besar
Dividend Payout Ratio, dan sebaliknya
jika Current Ratio semakin rendah maka
Dividend Payout Ratio juga semakin kecil.
Keberadaan
aktiva
lancar
dalam
pembayaran
dividen
menjadi
pertimbangan penting. Ketersediaan uang
kas merupakan hal mutlak dan mendesak
yang harus disiapkan perusahaan dalam
pembayaran dividen.
Ketersediaan uang kas ini bisa
diperoleh melalui kas perusahaan,
sekuritas, piutang usaha, dan persediaan
yang terdapat pada aktiva lancar. Uang kas
juga dapat diperoleh melalui pinjaman atau
hutang,
sehingga
semakin
besar
ketersediaan aktiva yang bisa diuangkan
dalam waktu cepat maka dividen dapat
segera dibayarkan. Keuntungan dalam
jumlah besar yang diperoleh perusahaan
juga tidak harus menyebabkan rasio lancar
menjadi tinggi, hal ini dikarenakan adanya
kemungkinan keuntungan tersebut telah
digunakan dalam membayar kewajiban
perusahaan. Bisa dikatakan bahwa
semakin tinggi likuiditas perusahaan maka
semakin
besar
pula
kemampuan
perusahaan dalam membayarkan dividen.
Hasil positif ini ditunjukkan pada
deskripsi variabel, yaitu pada tahun 2009
besarnya Current Ratio adalah 2,467 atau
246,7%, sedangkan Dividend Payout Ratio
sebesar 0,412 atau 41,2%. Pada tahun
2010 ternyata Current Ratio meningkat
menjadi 2,677 atau 267,7%, sedangkan
Dividend Payout Ratio menurun menjadi
0,402 atau 40,2%. Pada tahun 2011
Current Ratio meningkat menjadi 2,706
atau 270,6%, dan Dividend Payout Ratio
juga meningkat menjadi 0,506 atau 50,6%.
Pada tahun 2010 terjadi peningkatan
Current Ratio sedangkan Dividend Payout
Ratio menurun, hal ini terjadi karena
perusahaan menggunakan aset lancarnya
untuk membayar kewajiban perusahaan
sehingga kemampuan perusahaan untuk
membayarkan dividen menjadi berkurang.
Hasil positif juga diperoleh dalam
penelitian yang dilakukan oleh Sylvia
(2009). Penelitian tersebut menyatakan
bahwa
Current
Ratio
mempunyai
pengaruh positif terhadap Dividend Payout
Ratio. Hasil ini mendukung pendapat dari
beberapa literatur seperti Brigham &
Houston (2006:90), yang menyatakan
dividen tunai dapat dibagikan hanya
dengan uang kas sehingga kekurangan
uang kas dapat membatasi pembagian
dividen. Hanafi (2004:375) menyatakan
perusahaan
yang
mempunyai
kas
berlebihan sering kali menjadi target
akuisisi sehingga untuk menghindari target
akuisisi, perusahaan bisa membagikan
dividen. Lawrence (2003:567) menyatakan
jika perusahaan memiliki kelebihan aset
lancar
maka
perusahaan
dapat
membayarkannya dalam dividen.
Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan hasil penelitian Anshori (2006) dan
Wiyatanti (2010), yang menyatakan
semakin tinggi Current Ratio maka
semakin rendah Dividend Payout Ratio,
dan sebaliknya jika Current Ratio semakin
rendah maka Dividend Payout Ratio akan
semakin tinggi. Hal ini dikarenakan
adanya perbedaan dalam sampel penelitian
dan periode penelitian.
Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap
Dividend Payout Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar kewajiban perusahaan yang
dapat dijaminkan dengan ekuitas. Semakin
rendah Debt to Equity Ratio maka
kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajibannya akan semakin tinggi.
Semakin besar perusahaan memperoleh
kewajiban maka semakin besar dana yang
diperlukan untuk melunasi kewajibannya.
Oleh sebab itu semakin tinggi kewajiban
perusahaan maka akan mempengaruhi
besar kecilnya laba bersih yang tersedia
bagi pemegang saham atas dividen yang
akan diterima, karena kewajiban tersebut
akan lebih diprioritaskan daripada
pembagian dividen, dengan kata lain
semakin rendah Debt to Equity Ratio maka
akan
semakin
besar
kesempatan
perusahaan dalam membayarkan dividen.
Penelitian ini menghasilkan bahwa
Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh
signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio. Hasil ini menunjukkan bahwa
sebesar apapun hutang perusahaan kepada
kreditur, tidak mempengaruhi porsi
pembayaran dividen. Hal ini terjadi
dikarenakan adanya agency problem
dimana muncul antara kreditur dengan
manajemen perusahaan. Konflik tersebut
muncul karena manajemen perusahaan
mengambil proyek-proyek yang risikonya
lebih besar daripada yang diperkirakan
oleh kreditur atau karena perusahaan
meningkatkan jumlah hutang hingga
mencapai tingkatan yang lebih tinggi
daripada yang diperkirakan kreditor. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sylvia
(2009), yang menyatakan bahwa Debt to
Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio.
Implikasi Penelitian
Dasar dari Dividend Payout Ratio
adalah laba bersih perusahaan sehingga
untuk
meningkatkan
laba
bersih
perusahaan harus meningkatkan kinerja
perusahaannya. Perkembangan kinerja
perusahaan dapat diketahui menggunakan
rasio keuangan yang mampu memberikan
gambaran mengenai keadaan perusahaan,
terutama kondisi keuangannya. Oleh
karena itu rasio keuangan berupa Return
On Investment, Current Ratio, dan Debt to
Equity Ratio dapat dijadikan pertimbangan
bagi perusahaan dalam menetapkan
kebijakan dividen, terutama keadaan
Return On Investment. Hal ini disebabkan
Return On Investment merupakan variabel
yang dominan pada penelitian ini.
Hasil
penelitian
ini
secara
keseluruhan memberikan implikasi bahwa
rasio keuangan bukanlah satu-satunya
informasi yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan
perusahaan
dalam
menentukan kebijakan dividen. Penentuan
kebijakan dividen yang tepat bukan hanya
mempertimbangkan faktor financial saja,
tetapi ada faktor-faktor lain yang harus
dipertimbangkan, yaitu faktor nonfinancial. Faktor non-financial yang
digunakan dalam menentukan kebijakan
dividen yaitu peraturan perpajakan,
pembatasan perjanjian hutang, peluang ke
pasar modal, kendali perusahaan, dan
posisi pemegang saham sebagai pembayar
pajak.
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis regresi linier
berganda dapat disimpulkan bahwa
variabel Return On Investment ( ),
Current Ratio ( ), dan Debt to Equity
Ratio ( ) secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio (Y). Ketiga
variabel tersebut juga mempunyai
pengaruh
yang positif terhadap
Dividend Payout Ratio (Y). Return On
Investment ( ) dan Current Ratio ( )
secara parsial mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio (Y), sedangkan Debt to
Equity Ratio ( ) secara parsial tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio (Y).
2. Dari tiga variabel yang diteliti, Return
On Investment ( ) merupakan variabel
yang berpengaruh dominan terhadap
Dividend Payout Ratio (Y) karena
Return On Investment ( ) mempunyai
nilai Standarized Coefficient Beta
tertinggi daripada variabel lainnya.
3. Penentuan
kebijakan
pembayaran
dividen tidak hanya dipengaruhi oleh
Return On Investment, Current Ratio,
dan Debt to Equity Ratio saja, karena
nilai R Square pada penelitian ini hanya
0,173 atau 17,3%. Hal ini berarti ada
faktor lain di luar variabel yang dapat
mempengaruhi Dividend Payout Ratio
dan tidak digunakan dalam penelitian
ini.
4. Berdasarkan
pembahasan
hasil
penelitian dapat disimpulkan jika
semakin efektif dan efisien suatu
perusahaan dalam mengelola aktivanya
dan semakin besar likuiditas atau aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan, serta
semakin
besar
posisi
hutang
perusahaan, maka semua hal tersebut
akan mempengaruhi perusahaan dalam
membayarkan dividen.
Saran
1. Bagi Perusahaan
Pada penelitian ini Return On
Investment merupakan variabel yang
berpengaruh
dominan
terhadap
Dividend Payout Ratio. Hal ini berarti
jika perusahaan akan membayarkan
dividen,
harus
memperhatikan
perolehan laba bersih yang dapat
dihasilkan perusahaan, serta mampu
mengelola aktivanya dengan efektif dan
efisien.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa Return On Investment, Current
Ratio, dan Debt to Equity Ratio
merupakan rasio keuangan yang
berpengaruh terhadap Dividend Payout
Ratio. Oleh karena itu bagi investor
yang ingin mendapatkan dividen,
sebaiknya perlu memperhatikan rasiorasio keuangan perusahaan dalam
memilih emiten, terutama tingkat laba
yang
diperoleh
perusahaan,
ketersediaan kas, dan posisi hutang
perusahaan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a) Penelitian ini hanya didasarkan pada
faktor-faktor financial dan hanya
difokuskan pada tiga variabel saja,
untuk penelitian selanjutnya lebih
baik menggunakan variabel yang
lebih luas mengingat masih banyak
faktor-faktor financial lainnya.
b) Perusahaan yang menjadi sampel
penelitian hanya terbatas pada
perusahaan manufaktur yang listing
di Bursa Efek Indonesia, untuk
penelitian
lebih
lanjut
perlu
digunakan sampel penelitian yang
berbeda seperti perusahaan yang
bergerak di bidang retail, perbankan,
dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Robbi, 2006, Pengaruh Variabel
Keuangan Terhadap Divident
Payout Ratio (Studi Kasus pada
Perusahaan yang isting di Bursa
Efek Jakarta), Skripsi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Brawijaya,
Malang.
Anonymus, 2009, Indonesian Capital
Market Directory.
Anonymus, 2010, Indonesian Capital
Market Directory.
Anonymus, 2011, Indonesian Capital
Market Directory.
Alexandri, Moh. Benny, 2008, Manajemen
Keuangan Bisnis Teori dan Soal,
Alfabeta, Bandung.
Atmaja, Lukas setia, 2003, Manajemen
Keuangan,
Edisi
Revisi
Dilengkapi Soal Jawab, Andi,
Jogjakarta.
Baridwan, Zaki, 2002, Intermediate
Accounting, Edisi Ketujuh, BPFE,
Yogyakarta.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston,
2006, Fundamentals of Financial
Management
Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan, Buku
Satu, Edisi 10 terjemahan oleh Ali
Akbar Yulianto, 2006, Salemba
Empat, Jakarta.
Dyckman, Thomas R. Roland E. Dukes,
dan Charles J. Davies, 1996,
Akuntansi Intermediate, Jilid Dua,
Edisi Ketiga, Terjemahan oleh
Herman Wibowo, 2001, Erlangga,
Jakarta.
Gujarati, Damodar N, 2007, Ekonometrika
Dasar: Edisi 3, Terjemahan, alih
bahasa Julius A. Mulyadi S.E,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hanafi, Mamduf M, 2004, Manajemen
Keuangan: Edisi 2004/2005,
BPFE, Yogyakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, Standar
akuntansi Keuangan, Salemba
Empat, Jakarta.
Indriyo Gitosudarmo dan Basri, 2002,
Manajemen Keuangan, BPFE,
Yogyakarta.
Keown, Arthur J. et al., 1996, Dasar-dasar
Manajemen Keuangan, Jilid Dua,
Edisi Ketujuh, Terjemahan oleh
Chaerul D. Djakman dan Dwi
Sulistyo Rini, 2000, Salemba
Empat, Jakarta.
Keown, Arthur J. et al., 1999, Dasar-dasar
Manajemen Keuangan, Jilid Satu,
Edisi Ketujuh, Terjemahan oleh
Chaerul D. Djakman dan Dwi
Sulistyo Rini, 2000, Salemba
Empat, Jakarta.
Kominfo-Newsroom, 2010 Sektor Industri
Indonesia 2010 Tumbuh 4-5
Persen
(online),http://www.depkominfo.
go.id/berita/bipnewsroom/sektorindustri-indonesia-2010-tumbuh4-5-persen/ (diakses tgl 25
November 2013).
Kusnadi, Siti Maria, Ririn Irmadariyani,
2000,
Akuntansi
Keuangan
Menengah
(Intermediate)
(Prinsip, Prosedur, dan Metode),
Universitas Brawijaya Malang.
Masyhuri dan M. Zainuddin, 2008,
Metodologi
Penelitian
Pendekatan Praktis dan Aplikatif,
Refika Aditama, Bandung.
Martono dan D. Agus Harjito, 2005,
Manajemen Keuangan, Cetakan
Kelima, Ekonisia, Yogyakarta.
Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen:
Konsep, Manfaat, dan Rekayasa,
Edisi Kedua, STIE YPKN,
Yogyakarta.
Nasharuddin, Mas, 2002, Pengaruh
Kinerja Keuangan Terhadap
Perubahan Dividen (Study pada
Perusahaan Manufacturing Listed
Di BEJ), Tesis, Program Studi
Magister Manajemen, Universitas
Brawijaya, Malang.
Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty, 2002,
Analisis Laporan Keuangan:
Konsep dan Aplikasi, UPP AMP
YKPN, Yogyakarta.
Ridwan S. Sunjaya dan Inge Barlian, 2003,
Manajemen Keuangan, Jilid Satu,
Edisi Kelima, Literata Lintas
Media, Jakarta.
Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
Keempat, BPFE, Yogyakarta.
Sugiyono,
2005,
Statistik
Untuk
Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Syamsuddin, Lukman, 2009, Manajemen
Keuangan Perusahaan Konsep
Aplikasi Dalam: Perencanaan,
Pengawasan, dan Pengambilan
Keputusan, Edisi Baru, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Sylvia, Puji Lestari, 2009, Pengaruh Rasio
Keuangan Terhadap Kebijakan
Dividen
Pada
Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta, Skripsi,
Fakultas Ekonomi, Universitas
Brawaijaya, Malang.
Tampubolon,
Manahan
P,
2005,
Manajemen Keuangan (Finance
Management), Edisi Pertama,
Ghalia Indonesia, Bogor.
Triton P. B, 2006, SPSS Terapan Riset
Statistik
Parametrik,
Andi,
Yogyakarta.
Van Horne, James C. dan John M.
Machowicz,
Jr.,
1997,
Fundamental
of
Financial
Management:
Prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan, Buku
Dua,
Edisi
Kedua
Belas,
Terjemahan oleh Heru Sutojo,
2005, Salemba Empat, Jakarta.
Warsono, 2003, Manajemen Keuangan
Perusahaan, Jilid Satu, Edisi
Ketiga, Bayumedia, Malang.
Walsh, Ciaran, 2003, Key Management
Ratios:
Rasio-rasio
Penting
Dalam Manajemen, Edisi Ketiga,
Terjemahan oleh Shalahudin
Haikal, 2003, Erlangga.
Wilujeng, Ani, 2007, Analisis Pengaruh
Kinerja Keuangan Terhadap
Kebijakan Dividen Kas, Skripsi,
Fakultas Ekonomi, Universitas
Brawijaya, Malang.
Wiyatanti, Rosa, 2010, Pengaruh Rasio
Likuiditas, Return On Investment,
dan Debt to Equity Ratio
Terhadap Dividend Payout Ratio
(Studi pada Perusahaan Food
and Baverages yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia), Skripsi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Brawijaya.
Download