PENGARUH RETURN ON INVESTMENT, CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ) FABIO PUTRA WIJAYA1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS, UNIVERSITAS BRAWIJAYA Jl. MT. Haryono 165 Malang 65145 [email protected] ATIM DJAZULI2 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS, UNIVERSITAS BRAWIJAYA Jl. MT. Haryono 165 Malang 65145 Abstrak: Dividen adalah bagian dari laba yang diberikan kepada para pemegang saham yang tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor Return On Investment, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu pemilihan anggota sampel berdasarkan kriterian-kriteria tertentu. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Berdasarkan penelitian ini, secara simultan Return On Investment, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Return On Investment dan Current Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan Debt to Equity Ratio secara parsial tidak berpengaruh. Variabel Return On Investment merupakan variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap Dividend Payout Ratio. Kata Kunci : Dividend Payout Ratio, Return On Investment, Current Ratio, Debt to Equity Ratio Abstract: Dividends are the portion of the gain that is given to the shareholders which depend on each company’s dividend policy. This study aims to find out how influential Return On Investment , Current Ratio and the Debt to Equity Ratioare to Dividend Payout Ratio. Population in this study are listed manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange in the period of 2009-2011. The study sample was taken by using Purposive sampling techniques , which is the selection of the sample members based on certain criterias. Analysis tools used in this study is multiple linear regression . Based on this study , Return On Investment , Current Ratio, and Debt to Equity Ratio simultaneously give significant effects on Dividend Payout Ratio . Return On Investment and the Current Ratio partially give significant effects on Dividend Payout Ratio, whereas Debt to Equity Ratio does not. Return On Investmentis a variable that has a dominant influence on the Dividend Payout Ratio . Keywords : Dividend Payout Ratio, Return On Investment, Current Ratio, Debt to Equity Ratio 1 Fabio Putra Wijaya, Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Bidang Manajemen Keuangan. 2 Dr. Atim Djazuli SE., MM., Dosen Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya. PENDAHULUAN Pemegang saham mengaharapkan keuntungan dari dividen perusahaan dan capital gain. Capital gain dapat diperoleh jika harga saham pada saat ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga saham pada saat pembelian. Dividen memiliki risiko yang lebih rendah daripada capital gain. Hal ini dikarenakan dividen diterima menurut dasar periode berjalan secara teratur sementara prospek realisasi capital gain diperoleh secara tidak menentu saat penjualan saham, artinya untuk memperoleh capital gain harus dapat memperkirakan bahwa harga saham yang akan datang lebih besar daripada harga saham pada waktu pembelian. Pemegang saham mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian pemegang saham dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Perusahaan yang akan membagikan dividen akan dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan, antara lain perlunya menahan sebagian laba untuk reinvestasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen, dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan dividen. Dalam menanamkan modalnya, investor akan mempertimbangkan dengan sebaikbaiknya ke perusahaan mana modal akan ditanamkan. Saat itulah para investor memerlukan laporan keuangan perusahaan dimana mereka menanamkan modalnya guna melihat prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. Pada umumnya tujuan utama investor dalam menanamkan dananya di perusahaan adalah untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return), yaitu berupa pendapatan dividen. Dalam kondisi demikian, setiap perusahaan dituntut untuk dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi supaya tetap mempunyai keunggulan dan daya saing dalam upaya menghasilkan laba bersih seoptimal mungkin. Perusahaan menetapkan kebijakan laba untuk menindaklanjuti perolehan laba yang dapat dialokasikan pada dua komponen yaitu dividen dan laba ditahan. Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai. Laba ditahan (retained earning) adalah bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa yang ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali (reinvestment) dengan tujuan untuk mengejar pertumbuhan perusahaan. Pembagian dividen dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor dari pada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan. Dalam keputusan pembagian dividen, perusahaan harus mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaannya. Kebijakan dividen merupakan sebuah keputusan apakah laba akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk menahan laba dalam bentuk laba ditahan maka kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana dari sumber internal akan meningkat, sehingga posisi keuangan perusahaan akan semakin kuat karena ketergantungan perusahaan terhadap sumber dana eksternal atau hutang akan semakin kecil. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk membagikan laba dalam bentuk dividen, maka akan mengurangi jumlah porsi laba ditahan dan berakibat kekuatan sumber dana internal akan berkurang. Kebijakan dividen memiliki arti penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan sikap investor. Pengurangan dividen bisa dipandang negatif oleh investor dan mengarah pada penurunan harga saham. Pengurangan dividen bisa dianggap bahwa perusahaan sedang menghadapi kesulitan keuangan dan perusahaan meramalkan akan mendapatkan laba yang lebih kecil di masa depan. Sebaliknya jika ada kenaikan dividen akan dipandang positif oleh investor dan mengarah pada kenaikan harga saham karena kenaikan dividen dikaitkan dengan peramalan perusahaan terhadap laba, akan lebih baik di masa depan. (Brigham, 2006:98). Berdasarkan hal tersebut kebijakan dividen menimbulkan dua pihak yang saling bertentangan dan saling berkepentingan, yaitu kepentingan pemegang saham dengan dividennya dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan pada perusahaan sehingga laba ditahan menjadi sangat berarti bagi perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan pendanaan internal dan disamping itu perusahaan juga ingin tetap membagikan dividen kepada pemegang saham agar terjadi peningkatan nilai perusahaan melalui kenaikan harga saham. Jika porsi pembayaran dividen semakin besar maka porsi laba ditahan semakin kecil, akibatnya akan menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan. Jika perusahaan ingin menahan sebagian besar laba perusahaan dalam bentuk laba ditahan, maka porsi laba yang dibagikan dalam bentuk dividen akan semakin kecil. Oleh karena itu manajer harus memperhatikan kesejahteraan para pemegang saham dan menjaga pertumbuhan perusahaan serta tetap mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan, karena kebijakan dividen mampu membawa pengaruh terhadap harga saham perusahaan. Pembayaran dividen dalam jumlah besar akan menaikan harga saham dan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi dana yang tersedia untuk diinvestasikan kembali menjadi kecil sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan perusahaan dan akhirnya akan berdampak pada turunnya harga saham perusahaan. Oleh karena itu penentuan rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) merupakan keputusan yang penting. Dalam penelitian ini Dividend Payout Ratio dipilih sebagai indikator kebijakan dividen karena Dividend Payout Ratio merupakan salah satu rasio keuangan yang sering digunakan oleh investor untuk mengetahui hasil dari investasinya. Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan terbagi dalam empat kelompok besar, yaitu batasan pembayaran dividen, peluang investasi, sumber alternatif modal, dan pengaruh kebijakan dividen terhadap tingkat pengembalian yang diminta dari pemegang saham (Brigham, 2006:94). Sedangkan (Ridwan dan Inge, 2003:387) menyebutkan ada sepuluh faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yang terdiri dari peraturan hukum, posisi likuiditas, pembayaran pinjaman, kontrak pinjaman, pengembangan aktiva, tingkat pengembalian, stabilitas keuntungan, pasar modal, kendali perusahaan, dan keputusan kebijakan dividen. Penelitian ini menggunakan faktor finansial berupa rasio keuangan yaitu Return On Investment, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio. Return On Investment merupakan rasio profitabilitas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Kaitannya dengan kebijakan dividen adalah ketika perusahaan mampu memperoleh laba yang tinggi, maka porsi pembayaran dividen juga akan meningkat. Current Ratio merupakan rasio likuiditas, yang menunjukkan seberapa besar kewajiban lancar perusahaan yang dapat dijaminkan dengan aktiva lancarnya. Kaitannya dengan kebijkan dividen adalah perusahaan harus mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, di sisi lain perusahaan juga harus mensejahterakan pemegang saham melalui pembayaran dividen. Debt to Equity Ratio merupakan rasio solvabilitas, yang menunjukkan seberapa besar total hutang perusahaan yang dapat dijaminkan dengan ekuitasnya. Ketika perusahaan berhutang kepada kreditur menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kesulitan memperoleh sumber pendanaan. Perusahaan tentunya lebih memilih memenuhi kewajibannya daripada harus membagikan dividen. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mebahas pengaruh rasio keuangan terhadap kebijakan dividen yang menggunakan rasio keuangan sebagai variabelnya. Anshori (2006) dan Wilujeng (2007) menggunakan lima variabel yang sama yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Net Profit Margin, dan Return on Equity. Sylvia (2009) menggunakan delapan variabel independen dalam penelitiannya yang meliputi Earning Per Share, Current Ratio, Net Profit Margin, Total Asset Turnover Ratio, Return On Equity, Return On Investment, Debt Ratio, dan Debt to Equity Ratio. Sedangkan Wiyatanti (2010) menggunakan tiga variabel independen dalam penelitiannya yang meliputi Current Ratio, Return On Investment, dan Debt to Equity Ratio. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terdapat hasil yang tidak konsisten. Anshori (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa variabel yang berpengaruh dominan terhadap Dividend Payout Ratio adalah Debt to Equity Ratio. Wilujeng (2007) dan Wiyatanti (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Current Ratio adalah variabel yang berpengaruh dominan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Sylvia (2009) menyatakan bahwa Return On Investment merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap Dividend Payout Ratio. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Anshori (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Variabel Keuangan Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Kasus pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia) menggunakan lima variabel independen, yaitu Earning Per Share, Current Ratio, Net Profit Margin, Return On Equity, dan Debt to Equity Ratio. Hasil dari penelitiannya yaitu Earning Per Share, Net Profit Margin, Current Ratio, Return On Equity, dan Debt to Equity Ratio secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio dan variabel yang berpengaruh dominan adalah Debt to Equtiy Ratio. Kemudian secara parsial yang berpengaruh secara signifikan adalah Current Ratio dan Debt to Equity Ratio, sedangkan ketiga variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Earning Per Share dan Return On Equity berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan Net Profit Margin, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio. Wilujeng (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen Kas” menggunakan lima variabel independen, yaitu Earning Per Share, Current Ratio, Net Profit Margin, Return On Equity, dan Debt to Equity Ratio, kemudian membagi periode dalam tiga kategori, yaitu periode sebelum krisis, periode krisis, dan periode setelah krisis. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa keseluruhan periode penelitian, variabel Current Ratio, Earning Per Share, Net Profit Margin, Return On Equity, dan Debt to Equity Ratio secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, dan variabel yang berpengaruh dominan adalah Current Ratio. Sylvia (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” menggunakan delapan variabel independen, yaitu Earning Per Share, Current Ratio, Net Profit Margin, Total Asset Turnover Ratio, Return On Equity, Return On Investment, Debt Ratio, dan Debt to Equity Ratio. Hasil dari penelitian tersebut adalah secara simultan variabel Earning Per Share, Current Ratio, Net Profit Margin, Total Asset Turnover Ratio, Return On Equity, Return On Investment, Debt Ratio, dan Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan secara parsial hanya variabel Current Ratio, Net Profit Margin, Total Asset Turnover Ratio, dan Return On Investment yang berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, dan hanya variabel Return On Investment yang berpengaruh dominan terhadap Dividend Payout Ratio. Wiyatanti (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Rasio Likuiditas, Return On Investment, dan Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio (Studi pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” menggunakan tiga variabel independen, yaitu Current Ratio, Return On Investment, dan Debt to Equity Ratio. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah ketiga variabel independen berpengaruh baik secara parsial maupun secara simultan, dan Current Ratio merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap Dividend Payout Ratio. Pengertian Dividen Menurut Warsono (2003:271) dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (Earning Available for Common Stockholder) yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai. Ridwan dan Inge (2003:386) menerangkan bahwa dividen merupakan pembagian kepada pemegang saham yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki. Sedangkan menurut Hanafi (2004:361) dividen merupakan pembagian kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Pengertian Kebijakan Dividen Menurut Riyanto (2001:265) kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pendapatan (earning) yaitu antara pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dengan yang digunakan dalam perusahaan yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan dalam perusahaan. Sedangkan menurut Atmaja (2003:285) kebijakan dividen berkaitan dengan keputusan apakah perusahaan akan membagi dividen kepada para pemegang saham atau menahan laba untuk diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Brigham dan Houston (2006:68) mendefinisikan kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba akan dibagikan kapada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah keputusan untuk menentukan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan dalam bentuk dividen atau menahan laba dalam bentuk laba ditahan yang nantinya akan digunakan untuk diinvestasikan kembali. Kebijakan Dividen Mantap Per Saham Dalam jenis kebijakan dividen ini, pembayaran dividen dari waktu ke waktu mempunyai jumlah yang sama. Kenaikan jumlah dividen akan terlaksana jika manajemen yakin bahwa perusahaan sudah mampu membayarnya dari waktu ke waktu. Sekali besarnya jumlah kenaikan dividen dinaikkan, maka jumlah ini tidak akan mengalami penurunan. Kebijakan Rasio Pembayaran Dividen Konstan Dalam kebijakan dividen ini, jumlah dividen dibakukan sekian persen dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham perusahaan. Ini berarti dengan laba yang berfluktuasi dari waktu ke waktu, maka besarnya dividen yang dibayarkan perusahaan juga berfluktuasi. Jika laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa perusahaan turun secara drastis, maka jumlah dividen yang dibayarkan akan sangat berkurang atau bahkan tidak ada. Kebijakan Dividen Regular Rendah dan Ekstra Tutup Dalam kebijakan dividen ini, perusahaan secara regular membayar dalam jumlah yang kecil, namun di akhir tahun perusahaan menambah ekstra dividen (apabila perusahaan mendapatkan laba cukup besar). Tujuan digunakannya cara ini untuk menghapus konotasi dividen permanen. Kebijakan Dividen Residual Dalam kebijakan dividen ini, jumlah laba ditahan bergantung pada tersedianya peluang investasi untuk satu tahun tertentu. Dividen diambil dari laba residual setelah kebutuhan investasi perusahaan terpenuhi. Jadi, jika kebutuhan dana akan investasi besar, mungkin saja para pemegang saham tidak menerima dividen. Teori Dividen adalah Tidak Relevan Modigliani-miller berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak relevan berarti bahwa tidak ada kebijakan dividen yang optimal karena kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan ataupun biaya modal. Dengan kata lain, nilai dari sebuah perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang dihasilkan oleh aktiva-aktivanya, bukan pada bagaimana laba tersebut akan dibagikan menjadi dividen atau saldo laba ditahan. Bird-in-the Hand Theory Gordon-Lintner berpendapat bahwa dividen lebih kecil risikonya dibandingkan dengan capital gain sehingga GordonLintner menyarankan perusahaan untuk menentukan dividend payout ratio atau bagian laba setelah pajak yang dibagikan dalam bentuk dividen yang tinggi dan menawarkan dividend yield yang tinggi untuk meminimumkan biaya modal. Tax Differential Theory Teori ini berpendapat bahwa karena dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend yield yang tinggi. Teori ini menyarankan pada perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagi dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan. Informational Content Hypothesis Teori ini berpendapat berdasarkan kenyataan bahwa manajemen cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang prospek perusahaan dibandingkan dengan investor. Sebagai akibatnya, investor menilai bahwa capital gain lebih berisiko dibandingkan dengan dividen dalam bentuk kas. Modigliani-Miller berpendapat bahwa kenaikan dividen oleh investor dilihat sebagai tanda atau sinyal bahwa prospek perusahaan di masa mendatang yang lebih baik. Sebaliknya penurunan dividen akan dilihat sebagai tanda bahwa prospek perusahaan menurun. ModiglianiMiller berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dividen tidak berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen dibandingkan dengan laba ditahan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa harga saham berubah mengikuti perubahan dividen semata-mata karena adanya informational content dalam pengumuman dividen. Teori Clientile Effects Terdapat banyak kelompok investor dengan berbagai kepentingan. Pada satu pihak terdapat investor yang lebih menyukai memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk dividen, sedangkan di pihak lain terdapat investor yang lebih menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka karena kelompok investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi. Dengan adanya dua kelompok investor tersebut perusahaan dapat menentukan kebijakan dividen yang oleh manajemen dianggap paling baik. Tanggal Deklarasi Pada tanggal ini dewan direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan pembayaran dividen. Tanggal Pemegang Saham Tercatat Pada tanggal ini telah dikeluarkan daftar catatan pemegang saham yang akan menerima dividen. Saham yang dipegang pada tanggal ini, maka pemegang saham tersebut akan mendapatkan dividen. Tanggal Eks Dividen Tanggal dimana hak atas dividen saat ini tidak lagi menyertai sebuah saham, biasanya dua hari kerja sebelum tanggal pemegang saham tercatat. Tanggal Pembayaran Tanggal dimana sebuah perusahaan benar-benar mengirimkan cek pembayaran dividennya. Laporan Keuangan Menurut Alexandri (2008:30) laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Definisi lain dari laporan keuangan adalah laporan yang merupakan sarana utama membuat informasi keuangan kepada anggota perusahaan (manajemen dan para karyawan) dan kepada masyarakat dari luar perusahaan (bank, investor, pemasok, dan lain-lain). Sedangkan menurut Brigham & Houston (2006:44) laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angkaangka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang mendasari angka-angka tersebut. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:2), laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan atau laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:3), menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta pembahasan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Secara umum ada tiga jenis laporan keuangan yang sering digunakan, yaitu neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Menurut Ciaran Walsh (2003:11), neraca secara sederhana merupakan “potret” dari aktiva yang digunakan oleh perusahaan dan dana yang berkaitan dengan aktiva tersebut. Neraca merupakan dokumen statis yang menghubungkan satu titik waktu dengan titik waktu lainnya. Menurut Brigham & Houston (2006:50), laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun. Brigham & Houston (2006:59) menyatakan bahwa laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan dampak dari aktivitas-aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas selama satu periode akuntansi. Analisis Rasio Keuangan Menurut Syamsuddin (2009:37) analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasiorasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini dan kemungkinannya di masa depan. Sedangkan menurut Alexandri (2008:45) analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui profitabilitas (keunggulan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Rasio keuangan membantu dalam mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Rasio keuangan memberikan dua data keuangan perusahaan menjadi lebih berarti, pertama dengan mengevaluasi tren posisi keuangan perusahaan dari waktu ke waktu, kedua dengan membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja dari perusahaan lain dalam industri yang sama (Brigham & Houston, 2006:94). Menurut Brigham & Houston (2006:94) nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak darimana laporan keuangan tersebut dilihat. Jika dilihat dari sudut pandang seorang investor, hakekat dari analisis laporan keuangan adalah meramalkan masa depan. Jika dilihat dari sudut pandang seorang manajamen, analisis laporan keuangan akan bermanfaat untuk membantu mengantisipasi kondisikondisi di masa depan, dan yang lebih penting adalah sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang. Rasio keuangan terdiri dari lima kelompok rasio, yaitu: 1. Rasio Likuiditas Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Ada dua macam rasio likuiditas, yaitu: a) Rasio Lancar (Current Ratio) b) Rasio Uji Cepat (Acid Test Ratio) 2. Rasio Aktivitas Rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam mengolah aktiva yang dimilikinya. Untuk mengukur posisi aktivitas perusahaan bisa menggunakan lima macam rasio, yaitu: a) Rasio Periode Pengumpulan Piutang b) Rasio Perputaran Piutang c) Rasio Perputaran Persediaan e) Rasio Perputaran Aktiva Tetap f) Rasio Perputaran Total Aktiva 3. Rasio Solvabilitas Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya kepada kreditur. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Untuk mengukur posisi solvabilitas perusahaan bisa menggunakan tiga macam rasio, yaitu: a) Debt Ratio (DR) b) Debt to Equity Ratio (DER) c) Time Interest Earned Ratio (TIE) 4. Rasio Profitabilitas Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam kaitannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Untuk mengukur posisi profitabilitas perusahaan bisa menggunakan lima rasio, yaitu: a) Rasio Margin Laba Kotor (Gross b) Margin Laba Operasi Bersih (Net c) Return On Investment (ROI) d) Return On Equity (ROE) 4. Rasio Nilai Pasar Rasio yang memberikan indikasi kepada manajemen mengenai apa yang dipikirkan oleh investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Untuk mengetahui indikasi-indikasi tersebut bisa menggunakan lima macam rasio, yaitu: a) Rasio Laba per Lembar Saham b) Price to Earning Ratio c) Rasio Harga Terhadap Nilai Buku d) Dividend Per Share e) Dividend Payout Ratio f) Dividend Yield Hipotesis Dalam penelitian hipotesis sebagai berikut: dirumuskan Hipotesis Pertama Variabel Return On Investment, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hipotesis Kedua Variabel Return On Investment secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hipotesis Ketiga Variabel Current Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hipotesis Keempat Variabel Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hipotesis Kelima Diduga variabel Current Ratio mempunyai pengaruh dominan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah explanatory, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan penjelasan kausal atau hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan objek penelitian ini adalah perusahaan yang harus melaporkan kondisi perusahaannya kepada pihak di luar perusahaan. Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan tahunan dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode 2009 sampai 2011. Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel digunakan karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Untuk itu sampel yang diambil harus representatif (Sugiyono, 2009:116). Teknik purposive sampling yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pengambilan sampel dengan persyaratan tertentu sesuai dengan masalah serta tujuan penelitian ini. Uji Asumsi Klasik Uji normalitas digunakan untuk mengetahui tingkat distribusi normal variabel – variabel yang digunakan dalam model regresi. Pengujian normalitas ini menggunakan kolmogorov-smirnov test, dan Probability-Plot (P-plot) test . Dalam kolmogorov-smirnov test variabel-variabel yang mempunyai tingkat signifikansi dibawah 0,05 dalam asymp. Sig (2-tailed), maka artinya variabel yang diuji tidak terdistribusi secara normal. Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji korelasi antar variabelvariabel independen dalam suatu model regresi. Multikolinieritas mengacu pada situasi dengan dua variabel atau lebih sangat berhubungan linier. Uji multikolinieritas dapat diketahui dengan menganalisis nilai dari VIF (Variance Inflation Factor). Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui tingkat varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah non heteroskedastisitas. Uji autokorelasi dilakukan untuk bertujuan menguji korelasi anatra kesalahan pengganggu pada periode sekarang (t) dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t – 1). Model yang baik dalam suatu regresi yaitu tidak terjadi autokorelasi atau non autokorelasi. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan cara uji Durbin-Watson. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen yang terdiri dari Return On Investment (X1), Current Ratio (X2), Debt to Equity Ratio (X3) terhadap variabel dependen yaitu Dividend Payout Ratio (Y). Model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis sesuai dengan model persamaan regresi berganda Gujarati, (2007:181) sebagai berikut : Y= a+ + + + Keterangan: Y : Divident Payout Ratio (DPR) a : Konstanta b : Koefisien Regresi : Return On Investment (ROI) : Current Ratio (CR) : Debt to Equity Ratio (DER) : Faktor pengganggu skohastik Uji F Uji F merupakan metode pengujian hipotesis yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas (X) yang berupa ( ) Return On Investment, ( ) Current Ratio, dan ( ) Debt to Equity Ratio terhadap variabel terikat (Y) berupa Dividend Payout Ratio secara serentak atau simultan. Uji t Uji t merupakan metode pengujian hipotesis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas (X) yang berupa ( ) Return On Investment, ( ) Current Ratio, dan ( ) Debt to Equity Ratio terhadap variabel terikat (Y) berupa Divident Payout Ratio secara parsial. Standardized Coefficient Beta Standardized Coefficient Beta merupakan metode pengujian hipotesis yang digunakan untuk mengetahui variabel bebas (X) mana yang dominan terhadap variabel terikat (Y). Untuk mengetahui variabel bebas mana yang dominan terhadap variabel terikat dilihat dari besar kecilnya Standardized Coefficient pada uji t atau uji secara parsial. Kesimpulan dari pengujian secara parsial, dengan mengidentifikasi koefisien variabel yang paling besar maka menunjukkan variabel yang berpengaruh dominan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). HASIL DAN PEMBAHASAN Uji F Dari uji F menunjukkan nilai F hitung sebesar 6,352 lebih besar dari pada nilai F tabel sebesar 3,133. Tingkat signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditentukan 5% atau 0,05, maka hipotesis pertama diterima. Uji t Berdasarkan pengujian parsial model regresi liner berganda, maka diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 0,064+1,464 +0,059 +0,018 Keterangan : Y = Dividend Payout Ratio = Return On Investment = Current Ratio = Debt to Equity Ratio Variabel Return On Investment Variabel Return On Investment memiliki nilai sebesar 3,665. Nilai ini lebih besar dari yang nilainya sebesar 1,993 (3,665 > 1,993). Signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hasil tersebut menyatakan bahwa variabel Return On Investment berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Koefisien regresi pada Return On Investment yang bernilai positif memiliki arti semakin tinggi nilai Return On Investment maka nilai Dividend Payout Ratio juga akan semakin tinggi. Variabel Current Ratio Variabel Current Ratio memiliki nilai sebesar 2,452. Nilai ini lebih besar dari yang nilainya sebesar 1,993 (2,452 > 1,993). Signifikansi sebesar 0,017 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari 0,05 (0,017 < 0,05). Hasil tersebut menyatakan bahwa variabel Current Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Koefisien regresi pada Current Ratio yang bernilai positif memiliki arti semakin tinggi nilai Current Ratio maka nilai Dividend Payout Ratio juga akan semakin tinggi. Variabel Debt to Equity Ratio Variabel Debt to Equity Ratio memiliki nilai sebesar 0,700. Nilai ini lebih kecil dari yang nilainya sebesar 1,993 (0,700 < 1,993). Signifikansi sebesar 0,486 menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05 (0,486 > 0,05). Hasil tersebut menyatakan bahwa variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Standardized Coefficient Beta Berdasarkan analisis regresi diketahui nilai Standarized Coefficient Beta variabel Return On Investment ( ) sebesar 0,398, Current Ratio ( ) sebesar 0,283, dan Debt to Equity Ratio( ) sebesar 0,084. Variabel Return On Investment memiliki nilai Standarized Coefficient Beta tertinggi yaitu sebesar 0,398, yang berarti variabel Return On Investment mempunyai pengaruh dominan terhadap Dividend Payout Ratio daripada variabel lainnya. Pembahasan Pengaruh Return On Investment Terhadap Dividend Payout Ratio Return On Investment merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian ini, Return On Investment berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil positif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Return On Investment atau tingkat pengembalian, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen kepada pemegang saham. Semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih, berarti perusahaan semakin efektif dan efisien dalam mengolah aktivanya. Hasil positif ini ditunjukkan pada deskripsi variabel yaitu pada tahun 2009 besarnya Return On Investment adalah 0,128 atau 12,8%, sedangkan Dividend Payout Ratio sebesar 0,412 atau 41,2%. Pada tahun 2010 Return On Investment meningkat menjadi 0,141 atau 14,1%, sedangkan Dividend Payout Ratio menurun menjadi 0,402 atau 40,2%. Pada tahun 2011 Return On Investment 0,143 atau 14,3%, dan Dividend Payout Ratio juga meningkat menjadi 0,506 atau 50,6%. Pada tahun 2010 terjadi penurunan Dividend Payout Ratio sedangkan Return On Investment meningkat, hal ini terjadi karena perusahaan melihat adanya peluang investasi di masa depan sehingga perusahaan perlu menahan laba, akibatnya laba yang tersedia untuk dibagikan sebagai dividen menjadi berkurang. Hasil positif pada penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Sylvia (2009) bahwa Return On Investment mempunyai pengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil ini juga mendukung pendapat dari John Lintner dalam Van Horne dan Wachowicz (2005:287), yang menyatakan bahwa dividen disesuaikan terhadap perubahan laba, tetapi hanya pada suatu saat tertentu dan ketika laba meningkat ke tingkat tertentu, perusahaan dapat menaikkan dividen jika perusahaan merasa dapat mempertahankan peningkatan laba tersebut. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Anshori (2006) dan Wiyatanti (2010), yang menyatakan semakin tinggi Return On Investment maka semakin kecil dividen yang dibayarkan, dan sebaliknya jika Return On Investment semakin rendah maka dividen yang dibayarkan akan semakin besar. Pengaruh Current Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Current Ratio atau rasio lancar merupakan salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh temponya kurang dari satu tahun dengan menggunakan aktiva lancar. Berdasarkan hasil penelitian ini Current Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil positif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Current Ratio maka semakin besar Dividend Payout Ratio, dan sebaliknya jika Current Ratio semakin rendah maka Dividend Payout Ratio juga semakin kecil. Keberadaan aktiva lancar dalam pembayaran dividen menjadi pertimbangan penting. Ketersediaan uang kas merupakan hal mutlak dan mendesak yang harus disiapkan perusahaan dalam pembayaran dividen. Ketersediaan uang kas ini bisa diperoleh melalui kas perusahaan, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan yang terdapat pada aktiva lancar. Uang kas juga dapat diperoleh melalui pinjaman atau hutang, sehingga semakin besar ketersediaan aktiva yang bisa diuangkan dalam waktu cepat maka dividen dapat segera dibayarkan. Keuntungan dalam jumlah besar yang diperoleh perusahaan juga tidak harus menyebabkan rasio lancar menjadi tinggi, hal ini dikarenakan adanya kemungkinan keuntungan tersebut telah digunakan dalam membayar kewajiban perusahaan. Bisa dikatakan bahwa semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen. Hasil positif ini ditunjukkan pada deskripsi variabel, yaitu pada tahun 2009 besarnya Current Ratio adalah 2,467 atau 246,7%, sedangkan Dividend Payout Ratio sebesar 0,412 atau 41,2%. Pada tahun 2010 ternyata Current Ratio meningkat menjadi 2,677 atau 267,7%, sedangkan Dividend Payout Ratio menurun menjadi 0,402 atau 40,2%. Pada tahun 2011 Current Ratio meningkat menjadi 2,706 atau 270,6%, dan Dividend Payout Ratio juga meningkat menjadi 0,506 atau 50,6%. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan Current Ratio sedangkan Dividend Payout Ratio menurun, hal ini terjadi karena perusahaan menggunakan aset lancarnya untuk membayar kewajiban perusahaan sehingga kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen menjadi berkurang. Hasil positif juga diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Sylvia (2009). Penelitian tersebut menyatakan bahwa Current Ratio mempunyai pengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil ini mendukung pendapat dari beberapa literatur seperti Brigham & Houston (2006:90), yang menyatakan dividen tunai dapat dibagikan hanya dengan uang kas sehingga kekurangan uang kas dapat membatasi pembagian dividen. Hanafi (2004:375) menyatakan perusahaan yang mempunyai kas berlebihan sering kali menjadi target akuisisi sehingga untuk menghindari target akuisisi, perusahaan bisa membagikan dividen. Lawrence (2003:567) menyatakan jika perusahaan memiliki kelebihan aset lancar maka perusahaan dapat membayarkannya dalam dividen. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Anshori (2006) dan Wiyatanti (2010), yang menyatakan semakin tinggi Current Ratio maka semakin rendah Dividend Payout Ratio, dan sebaliknya jika Current Ratio semakin rendah maka Dividend Payout Ratio akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam sampel penelitian dan periode penelitian. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kewajiban perusahaan yang dapat dijaminkan dengan ekuitas. Semakin rendah Debt to Equity Ratio maka kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya akan semakin tinggi. Semakin besar perusahaan memperoleh kewajiban maka semakin besar dana yang diperlukan untuk melunasi kewajibannya. Oleh sebab itu semakin tinggi kewajiban perusahaan maka akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham atas dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut akan lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen, dengan kata lain semakin rendah Debt to Equity Ratio maka akan semakin besar kesempatan perusahaan dalam membayarkan dividen. Penelitian ini menghasilkan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil ini menunjukkan bahwa sebesar apapun hutang perusahaan kepada kreditur, tidak mempengaruhi porsi pembayaran dividen. Hal ini terjadi dikarenakan adanya agency problem dimana muncul antara kreditur dengan manajemen perusahaan. Konflik tersebut muncul karena manajemen perusahaan mengambil proyek-proyek yang risikonya lebih besar daripada yang diperkirakan oleh kreditur atau karena perusahaan meningkatkan jumlah hutang hingga mencapai tingkatan yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan kreditor. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sylvia (2009), yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Implikasi Penelitian Dasar dari Dividend Payout Ratio adalah laba bersih perusahaan sehingga untuk meningkatkan laba bersih perusahaan harus meningkatkan kinerja perusahaannya. Perkembangan kinerja perusahaan dapat diketahui menggunakan rasio keuangan yang mampu memberikan gambaran mengenai keadaan perusahaan, terutama kondisi keuangannya. Oleh karena itu rasio keuangan berupa Return On Investment, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan dalam menetapkan kebijakan dividen, terutama keadaan Return On Investment. Hal ini disebabkan Return On Investment merupakan variabel yang dominan pada penelitian ini. Hasil penelitian ini secara keseluruhan memberikan implikasi bahwa rasio keuangan bukanlah satu-satunya informasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen. Penentuan kebijakan dividen yang tepat bukan hanya mempertimbangkan faktor financial saja, tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan, yaitu faktor nonfinancial. Faktor non-financial yang digunakan dalam menentukan kebijakan dividen yaitu peraturan perpajakan, pembatasan perjanjian hutang, peluang ke pasar modal, kendali perusahaan, dan posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa variabel Return On Investment ( ), Current Ratio ( ), dan Debt to Equity Ratio ( ) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (Y). Ketiga variabel tersebut juga mempunyai pengaruh yang positif terhadap Dividend Payout Ratio (Y). Return On Investment ( ) dan Current Ratio ( ) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (Y), sedangkan Debt to Equity Ratio ( ) secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (Y). 2. Dari tiga variabel yang diteliti, Return On Investment ( ) merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap Dividend Payout Ratio (Y) karena Return On Investment ( ) mempunyai nilai Standarized Coefficient Beta tertinggi daripada variabel lainnya. 3. Penentuan kebijakan pembayaran dividen tidak hanya dipengaruhi oleh Return On Investment, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio saja, karena nilai R Square pada penelitian ini hanya 0,173 atau 17,3%. Hal ini berarti ada faktor lain di luar variabel yang dapat mempengaruhi Dividend Payout Ratio dan tidak digunakan dalam penelitian ini. 4. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan jika semakin efektif dan efisien suatu perusahaan dalam mengelola aktivanya dan semakin besar likuiditas atau aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, serta semakin besar posisi hutang perusahaan, maka semua hal tersebut akan mempengaruhi perusahaan dalam membayarkan dividen. Saran 1. Bagi Perusahaan Pada penelitian ini Return On Investment merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap Dividend Payout Ratio. Hal ini berarti jika perusahaan akan membayarkan dividen, harus memperhatikan perolehan laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan, serta mampu mengelola aktivanya dengan efektif dan efisien. 2. Bagi Investor Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Return On Investment, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio merupakan rasio keuangan yang berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Oleh karena itu bagi investor yang ingin mendapatkan dividen, sebaiknya perlu memperhatikan rasiorasio keuangan perusahaan dalam memilih emiten, terutama tingkat laba yang diperoleh perusahaan, ketersediaan kas, dan posisi hutang perusahaan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a) Penelitian ini hanya didasarkan pada faktor-faktor financial dan hanya difokuskan pada tiga variabel saja, untuk penelitian selanjutnya lebih baik menggunakan variabel yang lebih luas mengingat masih banyak faktor-faktor financial lainnya. b) Perusahaan yang menjadi sampel penelitian hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia, untuk penelitian lebih lanjut perlu digunakan sampel penelitian yang berbeda seperti perusahaan yang bergerak di bidang retail, perbankan, dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Anshori, Robbi, 2006, Pengaruh Variabel Keuangan Terhadap Divident Payout Ratio (Studi Kasus pada Perusahaan yang isting di Bursa Efek Jakarta), Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang. Anonymus, 2009, Indonesian Capital Market Directory. Anonymus, 2010, Indonesian Capital Market Directory. Anonymus, 2011, Indonesian Capital Market Directory. Alexandri, Moh. Benny, 2008, Manajemen Keuangan Bisnis Teori dan Soal, Alfabeta, Bandung. Atmaja, Lukas setia, 2003, Manajemen Keuangan, Edisi Revisi Dilengkapi Soal Jawab, Andi, Jogjakarta. Baridwan, Zaki, 2002, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, BPFE, Yogyakarta. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston, 2006, Fundamentals of Financial Management Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi 10 terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto, 2006, Salemba Empat, Jakarta. Dyckman, Thomas R. Roland E. Dukes, dan Charles J. Davies, 1996, Akuntansi Intermediate, Jilid Dua, Edisi Ketiga, Terjemahan oleh Herman Wibowo, 2001, Erlangga, Jakarta. Gujarati, Damodar N, 2007, Ekonometrika Dasar: Edisi 3, Terjemahan, alih bahasa Julius A. Mulyadi S.E, Penerbit Erlangga, Jakarta. Hanafi, Mamduf M, 2004, Manajemen Keuangan: Edisi 2004/2005, BPFE, Yogyakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, Standar akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Indriyo Gitosudarmo dan Basri, 2002, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta. Keown, Arthur J. et al., 1996, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid Dua, Edisi Ketujuh, Terjemahan oleh Chaerul D. Djakman dan Dwi Sulistyo Rini, 2000, Salemba Empat, Jakarta. Keown, Arthur J. et al., 1999, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid Satu, Edisi Ketujuh, Terjemahan oleh Chaerul D. Djakman dan Dwi Sulistyo Rini, 2000, Salemba Empat, Jakarta. Kominfo-Newsroom, 2010 Sektor Industri Indonesia 2010 Tumbuh 4-5 Persen (online),http://www.depkominfo. go.id/berita/bipnewsroom/sektorindustri-indonesia-2010-tumbuh4-5-persen/ (diakses tgl 25 November 2013). Kusnadi, Siti Maria, Ririn Irmadariyani, 2000, Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate) (Prinsip, Prosedur, dan Metode), Universitas Brawijaya Malang. Masyhuri dan M. Zainuddin, 2008, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama, Bandung. Martono dan D. Agus Harjito, 2005, Manajemen Keuangan, Cetakan Kelima, Ekonisia, Yogyakarta. Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa, Edisi Kedua, STIE YPKN, Yogyakarta. Nasharuddin, Mas, 2002, Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Dividen (Study pada Perusahaan Manufacturing Listed Di BEJ), Tesis, Program Studi Magister Manajemen, Universitas Brawijaya, Malang. Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty, 2002, Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Ridwan S. Sunjaya dan Inge Barlian, 2003, Manajemen Keuangan, Jilid Satu, Edisi Kelima, Literata Lintas Media, Jakarta. Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta. Sugiyono, 2005, Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Syamsuddin, Lukman, 2009, Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi Dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, Edisi Baru, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sylvia, Puji Lestari, 2009, Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawaijaya, Malang. Tampubolon, Manahan P, 2005, Manajemen Keuangan (Finance Management), Edisi Pertama, Ghalia Indonesia, Bogor. Triton P. B, 2006, SPSS Terapan Riset Statistik Parametrik, Andi, Yogyakarta. Van Horne, James C. dan John M. Machowicz, Jr., 1997, Fundamental of Financial Management: Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Buku Dua, Edisi Kedua Belas, Terjemahan oleh Heru Sutojo, 2005, Salemba Empat, Jakarta. Warsono, 2003, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid Satu, Edisi Ketiga, Bayumedia, Malang. Walsh, Ciaran, 2003, Key Management Ratios: Rasio-rasio Penting Dalam Manajemen, Edisi Ketiga, Terjemahan oleh Shalahudin Haikal, 2003, Erlangga. Wilujeng, Ani, 2007, Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen Kas, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang. Wiyatanti, Rosa, 2010, Pengaruh Rasio Likuiditas, Return On Investment, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi pada Perusahaan Food and Baverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.