ANALISIS PENGARUH RASIO CAR, NIM, BOPO, DAN LDR TERHADAP ROA ( STUDI EMPIRIS PADA PD.BPR BKK DI JAWA TENGAH PERIODE 2008-2011) Randy Aditya,SE Progam Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Abstrak Penelitian ini menganalisis pengaruh rasio CAR, NIM, BOPO dan LDR terhadap ROA pada seluruh PD.BPR BKK se-Jawa Tengah yang berjumlah 37 unit. Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan rasio-rasio keuangan masing-masing perusahaan perbankan, dimana data tersebut dikirim ke Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah selaku Pembina dan Pengawas seluruh PD.BPR BKK di Jawa Tengah. Data tersebut menunjukkan bahwa rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return On Asset), rasio NIM (Net Interest Margin) berpengaruh signifian positif terhadap ROA (Return On Asset), rasio BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA (Return On Asset), rasio LDR (Loan Deposit to Ratio) berpengaruh siginifikan positif terhadap ROA (Return On Asset). Kata Kunci : CAR, NIM, BOPO, LDR PENDAHULUAN Di Indonesia pembangunan ekonomi tetap merupakan sentral dari seluruh pembangunan yang diadakan pemerintah. Tujuan pembangunan secara umum adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu keberadaan badan usaha, lembaga keuangan dan perbankan menjadi sangat strategis untuk mewujudkan cita-cita pembangunan itu (Agustin Dwi Astuti, 2007). Lembaga keuangan terutama bank dalam perekonomian modern memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) baik secara perorangan maupun lembaga dapat menyimpan kelebihan dananya di bank. Sementara itu, pihak-pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) baik perseorangan maupun lembaga dapat memijam dana dari bank. Mengingat besarnya peran dana masyarakat, maka sudah merupakan suatu keharusan bagi pengurus bank untuk mengelola banknya secara hati-hati, sehingga dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank dapat menghasilkan nilai tambah sesuai tujuan yang diinginkan. Menurut Peraturan Bank Indonesia (2004) menjelaskan bahwa menurut jenisnya bank terdiri atas Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu (Dahlan Siamat, 2005). BPR tidak diperkenankan menerima simpanan dalam bentuk giro, melakukan penyertaan modal dan juga melakukan usaha perasuransian. Wilayah operasional BPR dibatasi dimana BPR hanya diperkenankan membuka kantor cabang di wilayah provinsi yang sama dengan kantor pusatnya. Latar belakang didirikannya BPR-BKK bukanlah untuk pengembangan bank, melainkan membantu serta mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan desa di segala bidang dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. BPR-BKK bertindak untuk melancarkan penyediaan sarana produksi, khususnya permodalan bagi golongan ekonomi lemah di pedesaan yang sangat membutuhkan pinjaman modal, seperti para petani, peternak, nelayan dan pedagang Modal tersebut nantinya dapat digunakan untuk mengembangkan dan memperlancar usahanya guna meningkatnya produktivitas sehingga penghasilan dari para pengusaha kecil diharapkan akan semakin meningkat. Dalam penelitian ini Return on Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dengan menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih atau laba selama periode tertentu (Achmad Tarmizi, 2003). Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Perlu diperhatikan, bahwa dalam penentuan tingkat kinerja bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA dan tidak memasukkan unsur ROE. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia selaku Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat (Ahmad Faisol, 2007). Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam rangka mengembangkan usaha dan menopang resiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengundang resiko serta untuk membiayai penanaman dalam aktiva lainnya. CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. CAR menunjukkan sejauh mana penurunan Asset Bank masih dapat ditutup oleh Equity bank yang tersedia, dimana semakin tinggi CAR semakin baik pula kondisi sebuah bank (Achmad Tarmidzi, 2003). Kemudian Net Interest Margin (NIM), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini, maka menunjukkan meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Luciana Spica, 2005). Dengan meningkanya rasio ini, maka menunjukkan kinerja bank yang semakin baik karena berhasil memperoleh profitabilitas dalam mengelola aktivanya. Dengan demikian besarnya NIM akan mempengaruhi laba rugi bank yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut. Menurut Bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan operasi atau yang sering disebut BOPO. Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya (Zaenal Abidin, 2003). Dengan demikian besarnya kecilnya BOPO akan mempengaruhi laba rugi bank, sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja bank tersebut. Peraturan Bank Indonesia menyatakan bahwa kemampuan likuiditas bank dapat diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada debitur dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. REVIEW LITERATUR Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode waktu tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan menggunakan lima aspek penilaian yang dikenal dengan CAMEL (Capital, Asset, Manajemen, Earning dan Liability) yang dapat disajikan dalam bentuk rasio (Zaenal Abidin dan Endri, 2008). Pengukuran kinerja bank digunakan untuk mengetahui tentang baik-buruknya operasional bank serta seberapa sehatkah bank bersangkutan untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi perbankan. Secara umum setiap perusahaan baik itu bank maupun non bank pada suatu periode tertentu akan melaporkan kegiatan keuangannya. Informasi tentang proses keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama periode tertentu. Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimiliki. Agar informasi yang tersaji menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio keuangan (Lucyana dan Emanuel, 2003). Laporan keuangan adalah neraca dan perhitungan laba rugi serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya, antara lain laporan sumber dan penggunaan dana-dana. Sistem keuangan tersebut mempunyai misi akhir yang berupa laporan keuangan, jadi dapat dikatakan bahwa laporan keuangan merupakan suatu hasil akhir dari proses akuntansi. Sebagai hasil akhir dari proses akuntansi laporan keuangan merupakan suatu alat yang sangat penting untuk mendapatkan informasi dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama periode waktu tertentu (Agustin Dwi Hastuti, 2007). Banyak pihak yang mempunyai kepentingan untuk mengetahui lebih mendalam tentang laporan keuangan dari bank karena masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda, maka cara analisisnya juga berbeda disesuaikan dengan sifat dan kepentingan masing-masing. Capital Adequacy Ratio CAR mencerminkan modal sendiri perusahaan, semakin besar CAR maka semakin besar kesempatan bank dalam menghasilkan laba, karena dengan modal yang besar, manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya ke dalam aktivitas investasi yang menguntungkan. CAR sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan bank. Besar kecilnya modal yang dimiliki sebuah bank dapat digunakan untuk memprediksi apakah bank tersebut akan mengalami kebangkrutan atau tidak pada masa yang akan datang. Jadi dapat diambil sebuah logika bahwa dengan tercukupinya permodalan bank, maka bank tersebut dapat menjalankan operasinya dengan efisien. Saat bank dikatakan efisien dalam menjalankan operasinya, maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut mempunyai kinerja yang bagus, sehingga potensi untuk mengalami kerugian dapat diminimalisir. Dengan semakin kecil kerugian yang dialami, maka dapat dipastikan laba yang diperoleh bank tersebut semakin meningkat, sehingga bank tersebut tidak akan mengalami kebangkrutan. Berdasarkan ketentuan pada peraturan BI No.5/2003, salah satu proksi dari resiko pasar adalah suku bunga, dengan demikian rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman diberikan (lending) atau dalam bentuk absolute, yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman. Didalam dunia perbankan dinamakan Net Interest Margin (NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperolah pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Standar yang ditetapkan berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6%. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar net interest margin (NIM) suatu perusahaan, maka semakin besar pula return on asset (ROA) perusahaan tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga dengan sebaliknya, jika net interest margin (NIM) semakin kecil, return on asset juga akan semakin kecil, dengan kata lain kinerja perusahaan tersebut semakin menurun. Pada penelitian ini variabel BOPO diambil sebagai salah satu variabel atau faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan bank, karena bagaimanapun juga jika kita berbicara mengenai kinerja suatu perusahaan pastilah juga berhubungan dengan efisiensi operasi perusahaan tersebut. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Lucyana dan Winny, 2005). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia, suatu bank ikatakan memiliki kinerja yang baik jika mempunyai BOPO dibawah 80%. BOPO juga merupakan variabel yang mampu membedakan bank yang mempunyai ROA diatas rata-rata maupun bank yang mempunyai ROA dibawah rata-rata. Dalam pengelolaan aktivitas operasional bank yang efisien dengan memperkecil biaya operasional bank akan sangat mempengaruhi besarnya tingkat keuntungan bank yang tercermin dalam ROA sebagai indikator yang mencerminkan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan keseluruhan aktiva yang dimiliki. Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai kemampuan penyaluran kredit suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. Oleh karena itu pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Semakin tinggi tingkat rasio LDR menunjukkan semakin jelek kondisi likuiditas bank, karena penempatan pada kredit juga dibiayai dari dana pihak ketiga yang sewaktuwaktu bisa ditarik (Taswan, 2006). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia, standar terbaik untuk rasio LDR adalah 80% hingga 110%. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS CAR H1 (+) H2 (+) NIM ROA BOPO H3(-) LDR H4 (+) Sumber: Konsep penelitian yang diolah (2012) Maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H1 : CAR berpengaruh positif terhadap ROA H2 : NIM berpengaruh positif terhadap ROA H3 : BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA H4 : LDR berpengaruh positif terhadap ROA JENIS DAN SUMBER DATA Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan rasio-rasio keuangan masing-masing perusahaan perbankan, dimana data tersebut dikirim ke Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah selaku Pembina dan Pengawas seluruh PD.BPR BKK di Jawa Tengah yang berjumlah 37 PD.BPR BKK. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Definisi operasional merupakan operasionalisasi konsep agar dapat diteliti/diukur menurut gejala-gejala yang ada. Agar penelitian ini lebih jelas maka variabel operasional perlu didefinisikan secara operasional. Definisi operasional ini akan diuraikan dengan indikator empiris dalam bentuk variabel bebas dan variabel terikat. Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Independen dalam penelitian ini yaitu: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1) CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. 2. Net Interest Margin (NIM) (X3) Adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. 3. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) (X4) Adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. 4. Loan to Deposit Ratio (LDR) (X5) Adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank. LDR menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Variabel Dependen (Variabel Terikat) Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kinerja keuangan Bank yang diukur dengan ROA (Y). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. HASIL ANALISIS Hasil Perhitungan Regresi Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 17.294 1.307 LnCAR .053 .044 LnNIM .056 LnBOPO LnLDR Coefficients Beta t Sig. 13.228 .000 .047 .893 .373 .041 .065 1.377 .041 -3.931 .229 -.826 -17.135 .000 .295 .128 .125 2.308 .023 a. Dependent Variable: LnROA Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : LnROA= 17,294 + 0,53 LnCAR + 0,056 Ln.NIM – 3,931 LnBOPO + 2,95 Ln.LDR UJI HIPOTESIS 1 Hipotesis pertama menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA). Tetapi dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,373, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,039. Hal ini menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio memiliki pengaruh positif terhadap Return on Asset ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Mawardi (2005) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CAR tidak mempengaruhi besarnya ROA. Tidak berpengaruhnya CAR terhadap ROA disebabkan karena PD.BPR BKK tidak dapat mengoptimalkan modal yang ada. Padahal pada tahun 2008-2011 rata-rata nilai CAR sangat besar yaitu 26,24%. Hal ini bisa terjadi karena bank kurang optimal dalam menyalurkan kredit sesuai dengan yang diharapkan. HIPOTESIS 2 Hipotesis kedua menyatakan bahwa Net interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,041, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,056. Hal ini menunjukkan bahwa NIM berpengaruh signifikan positif terhadap ROA karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Net interest Margin (NIM) memiliki pengaruh positif terhadap Return on Asset diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Titik Aryati dan Shirin Balatif (2007) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NIM berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini dapat berarti bahwa semakin besar net interest margin (NIM) suatu perusahaan, maka semakin besar pula return on asset (ROA) perusahaan tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. HIPOTESIS 3 Hipotesis ketiga menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya sebesar -3,931. Hal ini menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi sebesar -3,931 berarti setiap kenaikan BOPO sebesar 1% akan menurunkan ROA sebesar 3,931%. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap return on Asset diterima. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Wisnu Mawardi (2005), Suyono (2005),Wahyu Prasetyo (2009), dan Marnov Nainggolan (2009) dimana pada penelitian yang mereka lakukan disimpulkan bahwa efisiensi operasi (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset. Hal ini berarti tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya, berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau “earning” yang dihasilkan oleh bank tersebut. Jika kegiatan operasional dilakukan dengan efisien (dalam hal ini nilai rasio BOPO rendah) maka pendapatan yang dihasilkan bank tersebut akan naik. HIPOTESIS 4 Hipotesis keempat menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,023, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,295. Hal ini menunjukkan bahwa LDR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi sebesar 0,295 berarti setiap kenaikan LDR sebesar 1% akan meningkatkan ROA sebesar 0,295%. Dengan demikian hipotesis kelima yang menyatakan bahwa LDR memiliki pengaruh positif terhadap Return on Asset diterima. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Titik aryati Haryati (2007), Triono (2007), dan Pandu Mahardian (2008), yang menyatakan bahwa Loan to deposit ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset. Hal ini berarti kemampuan bank dalam menyalurkan kredit dari pihak ketiga kepada pihak kreditur berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau laba bank tersebut. Jika prosentase penyaluran kredit terhadap dana pihak ketiga berada antara 80%-110%, maka bank tersebut dapat dikatakan penyaluran kreditnya baik, sehingga dapat dipastikan kinerja keuangan bank tersebut juga baik. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R²) Model Summaryb Model 1 R .814a R Square .700 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .690 .17898 a. Predictors: (Constant), LnCAR, LnBOPO, LnNIM, LnLDR b. Dependent Variable: LnROA Berdasarkan output SPSS tampak bahwa dari hasil perhitungan diperoleh Nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,690. Dengan kata lain hal ini menunjukkan bahwa besar presentase variabel ROA yang bisa dijelaskan oleh kelima variabel bebas yaitu CAR, NIM, BOPO dan LDR sebesar 69,0%, sedangkan dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. sisanya sebesar 31,0% Hasil Perhitungan Uji F ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total df Mean Square 11.008 4 2.202 4.068 122 .032 15.076 126 F 62.724 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), LnCAR, LnBOPO, LnNIM, LnLDR b. Dependent Variable: LnROA Dari hasil analisis regresi dapat diketahui pula bahwa secara bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 62,724 dengan probabilitas 0,00. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 atau 5%, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi ROA atau dapat dikatakan bahwa CAR, NIM, BOPO, dan LDR secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROA. KESIMPULAN Penelitian ini mencoba untuk meneliti bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA). Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 menunjukan bahwa pada PD.BPR BKK variabel CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA yang ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,373 sehingga hipotesis 1 ditolak. 2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 menunjukan bahwa pada PD.BPR BKK variabel NIM berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA yang ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,041 sehingga hipotesis 2 diterima. 3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3 menunjukan bahwa pada PD.BPR BKK variabel BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel ROA yang ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 sehingga hipotesis 3 diterima. 4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4 menunjukan bahwa pada PD.BPR BKK variabel LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA yang ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,023 sehingga hipotesis 4 diterima. DAFTAR PUSTAKA Achmad, Tarmizi & Willyanto K. Kusumo, 2003, “Analisis Rasio-Rasio Keuangan sebaai Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perbankan di Indonesia”, Media Ekonomi dan Bisnis, Vol.XV, No.1, Juni, pp.54-75. Agustin Dwi Hastuti & Kussudyarsana, 2007, “ Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Pada PD BPR BKK Sragen Kota Kabupaten Sragen Tahun 2003-2005”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 6,No.1, April 2007, Hal 1-17. Agustinus, John, 2008, “Variabel-variabel yang mempengaruhi Non Performing Loans pada Bank BUMD, BUMN dan BUSN di Kota Jayapura”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vo.12, No.3, Hal 504-516, November 2008. Ahmad Buyung Nasution 2008, Analisis pengaruh NPL,CAR,LDR dan BOPO terhadap profitabilitas bank (studi kasus pada bank umum go publik dan non go publik), Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro.(tesis yang dipublikasikan) Ahmad faisol, “Analisis Kinerja Keuangan Bank pada Banl Muamalat”, Jurnal Bisnis dan Manajeman, volume 3, No.2, Janari 2007 Ali, Masyhud, 2004, Asset Liability Management : Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional, PT.Gramedia Jakarta. Astuti Yuli Setyani 2002, Analisis Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum dan Sesudah Menjadi Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Tesis Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi Universitas Diponegoro. Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No.6/22/PBI/2004 Tentang Bank Perkreditan Rakyat. Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No.3/22/PBI/2001 Tentang Transparasi Kondisi Keuangan Bank. Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Bank Indonesia, Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.30/267/Kep/DIR/1998 Tentang Kolektibilitas atau Kualitas Kredit Bank. Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia No.23/77/KEP/DIR/1991, tentang ketentuan publikasi laporan keuangan bank. Bank Indonesia, Surat Edaran bank Indonesia No.27/5/U/PBB/1995 Tentang Ketentuan publikasi Laporan Keuangan Bank. Bayu, Pipit, 2008, “Pengaruh ROA, ROI, BOPO, CAR, LDR, NPL Untuk Mengetahui Efisiensi Intermediasi Perbankan Di Indonesia”,Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret. Ghozali, Imam, 2005, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang. Herdaningtyas, Winny, 2005, “Analisis Rasio Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No. 2, Nopember 2005. Herliansyah, Yudhi & Moch.Syafrudin,dkk 2002, “Model Prediksi Kebangkrutan Bank Go Public dan Bank Non Go Public di Indonesia”, Jurnal Magister Akuntansi, Vol.1, Agustus, 2002. Idroes, Ferry, Manajemen Resiko Perbankan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Januarti, Indira, 2002, “Variabel Proksi Camel dan Karakteristik Bank Lainnya Untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank di Indonesia”, Jurnal Bisnis Strategi, Vol.10, Desember, Thn VII, 2002. Kristijadi, Emanuel, 2003, “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI) Vol. 7 No. 2, Desember 2003. Luciana Spica Almilia dan Anton Wahyu Utomo, 2006, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis ANTISIPASI Vol. 10. No. 1, Oktober 2006. Mabruroh, 2004, “Manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan dalam Analisis Kinerja Keuangan Perbankan,” Benefit, Vol.8, No.1, Juni 2004. Mawardi, Wisnu, 2005, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan Bank Umum dengan aset kurang dari 1 triliun”, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro. (tesis yang dipublikasikan) Meliyanti, Nuresya, 2008, “Analisis Kinerja Keuangan Pada Bank Privat dan Bank Public”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 4,No.2, April 2008, Hal 18-25. Nasser M Etty & Titik Aryati 2000, “Model analisis Camel Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Sektor Perbankan Yang Go Public”, JAAI, Vol.4, No.2, Desember, 2000. Ponttie Prasnanugraha P, “Analisis pengaruh rasio keuangan pada BPR seJabodetabek”, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro. (tesis yang dipublikasikan) Siamat, Dahlan, Manajeman Lembaga Keuangan, edisi 5, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005. Sudarini, Sinta, 2005, ”Penggunaan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Laba pada Masa Yang Akan Datang,” Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. XVI, No.3, Desember 2005, 195-207. Taswan, Manajemen Perbankan, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2006. Titik Aryati & Shirin Balafit, 2007, “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesehatan Bank”, Journal The Winners, Vol.8, No.2, September 2007, Hal.111-125. Usman, Bahtiar, (2003), Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Bank-Bank di Indonesia, Media Riset Bisnis dan Manajemen, Vol.3, No.1, April, 2003, pp.59-74. Zaenal Abidin & Endri, 2008, ”Analisis Kinerja dan Korelasi Antar Rasio Keuangan Industri Perbankan Nasional”, Modus, Vol.20 (2):154-163, 2008.