analisis pengaruh rasio car, nim, bopo, dan ldr

advertisement
ANALISIS PENGARUH RASIO CAR, NIM, BOPO,
DAN LDR TERHADAP ROA
( STUDI EMPIRIS PADA PD.BPR BKK DI JAWA TENGAH
PERIODE 2008-2011)
Randy Aditya,SE
Progam Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Abstrak
Penelitian ini menganalisis pengaruh rasio CAR, NIM, BOPO dan LDR
terhadap ROA pada seluruh PD.BPR BKK se-Jawa Tengah yang berjumlah
37 unit. Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
berupa laporan rasio-rasio keuangan masing-masing perusahaan perbankan,
dimana data tersebut dikirim ke Biro Perekonomian Sekretariat Daerah
Provinsi Jawa Tengah selaku Pembina dan Pengawas seluruh PD.BPR BKK
di Jawa Tengah. Data tersebut menunjukkan bahwa rasio CAR (Capital
Adequacy Ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return On
Asset), rasio NIM (Net Interest Margin) berpengaruh signifian positif
terhadap ROA (Return On Asset), rasio BOPO berpengaruh signifikan
negatif terhadap ROA (Return On Asset), rasio LDR (Loan Deposit to Ratio)
berpengaruh siginifikan positif terhadap ROA (Return On Asset).
Kata Kunci : CAR, NIM, BOPO, LDR
PENDAHULUAN
Di Indonesia pembangunan ekonomi tetap merupakan sentral dari seluruh
pembangunan yang diadakan pemerintah. Tujuan pembangunan secara umum adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu keberadaan badan usaha,
lembaga keuangan dan perbankan menjadi sangat strategis untuk mewujudkan cita-cita
pembangunan itu (Agustin Dwi Astuti, 2007). Lembaga keuangan terutama bank dalam
perekonomian modern memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai perantara
keuangan (financial intermediary). Pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus
unit) baik secara perorangan maupun lembaga dapat menyimpan kelebihan dananya di
bank. Sementara itu, pihak-pihak yang membutuhkan dana (deficit unit)
baik
perseorangan maupun lembaga dapat memijam dana dari bank. Mengingat besarnya
peran dana masyarakat, maka sudah merupakan suatu keharusan bagi pengurus bank
untuk mengelola banknya secara hati-hati, sehingga dana masyarakat yang dipercayakan
kepada bank dapat menghasilkan nilai tambah sesuai tujuan yang diinginkan.
Menurut Peraturan Bank Indonesia (2004) menjelaskan bahwa menurut jenisnya
bank terdiri atas Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Perkreditan Rakyat
adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu (Dahlan Siamat, 2005). BPR tidak
diperkenankan menerima simpanan dalam bentuk giro, melakukan penyertaan modal dan
juga melakukan usaha perasuransian. Wilayah operasional BPR dibatasi dimana BPR
hanya diperkenankan membuka kantor cabang di wilayah provinsi yang sama dengan
kantor pusatnya.
Latar belakang didirikannya BPR-BKK bukanlah untuk pengembangan bank,
melainkan membantu serta mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan
desa di segala bidang dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. BPR-BKK
bertindak untuk melancarkan penyediaan sarana produksi, khususnya permodalan bagi
golongan ekonomi lemah di pedesaan yang sangat membutuhkan pinjaman modal, seperti
para petani, peternak, nelayan dan pedagang Modal tersebut nantinya dapat digunakan
untuk mengembangkan dan memperlancar usahanya guna meningkatnya produktivitas
sehingga penghasilan dari para pengusaha kecil diharapkan akan semakin meningkat.
Dalam penelitian ini Return on Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur
kinerja keuangan perbankan karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dengan menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. ROA merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih atau laba
selama periode tertentu (Achmad Tarmizi, 2003). Semakin besar ROA menunjukkan
kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin
besar. Perlu diperhatikan, bahwa dalam penentuan tingkat kinerja bank, Bank Indonesia
lebih mementingkan penilaian besarnya ROA dan tidak memasukkan unsur ROE. Hal ini
dikarenakan Bank Indonesia selaku Pembina dan pengawas perbankan lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya
sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat (Ahmad Faisol, 2007).
Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam rangka
mengembangkan usaha dan menopang resiko kerugian yang mungkin timbul dari
penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengundang resiko serta untuk
membiayai penanaman dalam aktiva lainnya. CAR merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan
kemampuan
bank
dalam
menyediakan
dana
untuk
keperluan
pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh
kegiatan operasi bank. CAR menunjukkan sejauh mana penurunan Asset Bank masih
dapat ditutup oleh Equity bank yang tersedia, dimana semakin tinggi CAR semakin baik
pula kondisi sebuah bank (Achmad Tarmidzi, 2003).
Kemudian Net Interest Margin (NIM), yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari
pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini, maka menunjukkan
meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Luciana Spica, 2005).
Dengan meningkanya rasio ini, maka menunjukkan kinerja bank yang semakin baik
karena berhasil memperoleh profitabilitas dalam mengelola aktivanya. Dengan demikian
besarnya NIM akan mempengaruhi laba rugi bank yang pada akhirnya mempengaruhi
kinerja bank tersebut.
Menurut Bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total
biaya operasi dengan total pendapatan operasi atau yang sering disebut BOPO. Rasio
BOPO ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam
menutup biaya operasional. Rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya
kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan
operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam
mengelola usahanya (Zaenal Abidin, 2003). Dengan demikian besarnya kecilnya BOPO
akan mempengaruhi laba rugi bank, sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja bank
tersebut.
Peraturan Bank Indonesia menyatakan bahwa kemampuan likuiditas bank dapat
diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu rasio antara jumlah seluruh
kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR menunjukkan
seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada debitur dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali
uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
REVIEW LITERATUR
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu
periode waktu tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran
dana yang biasanya diukur dengan menggunakan lima aspek penilaian yang dikenal
dengan CAMEL (Capital, Asset, Manajemen, Earning dan Liability) yang dapat disajikan
dalam bentuk rasio (Zaenal Abidin dan Endri, 2008). Pengukuran kinerja bank digunakan
untuk mengetahui tentang baik-buruknya operasional bank serta seberapa sehatkah bank
bersangkutan untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi perbankan.
Secara umum setiap perusahaan baik itu bank maupun non bank pada suatu
periode tertentu akan melaporkan kegiatan keuangannya. Informasi tentang proses
keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas dan informasi lainnya yang
berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik
kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan tersebut. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang
sesungguhnya, termasuk kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Laporan ini juga
menunjukkan kinerja manajemen bank selama periode tertentu. Keuntungan dengan
membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta
mempertahankan kekuatan yang dimiliki. Agar informasi yang tersaji menjadi lebih
bermanfaat dalam pengambilan keputusan, data keuangan harus dikonversi menjadi
informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini ditempuh
dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Model yang sering digunakan dalam
melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio keuangan (Lucyana dan
Emanuel, 2003).
Laporan keuangan adalah neraca dan perhitungan laba rugi serta segala
keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya, antara lain laporan
sumber dan penggunaan dana-dana. Sistem keuangan tersebut mempunyai misi akhir
yang berupa laporan keuangan, jadi dapat dikatakan bahwa laporan keuangan merupakan
suatu hasil akhir dari proses akuntansi. Sebagai hasil akhir dari proses akuntansi laporan
keuangan merupakan suatu alat yang sangat penting untuk mendapatkan informasi
dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama
periode waktu tertentu (Agustin Dwi Hastuti, 2007). Banyak pihak yang mempunyai
kepentingan untuk mengetahui lebih mendalam tentang laporan keuangan dari bank
karena masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda, maka cara
analisisnya juga berbeda disesuaikan dengan sifat dan kepentingan masing-masing.
Capital Adequacy Ratio CAR mencerminkan modal sendiri perusahaan, semakin
besar CAR maka semakin besar kesempatan bank dalam menghasilkan laba, karena
dengan modal yang besar, manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya
ke dalam aktivitas investasi yang menguntungkan.
CAR sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan bank. Besar kecilnya modal
yang dimiliki sebuah bank dapat digunakan untuk memprediksi apakah bank tersebut
akan mengalami kebangkrutan atau tidak pada masa yang akan datang. Jadi dapat diambil
sebuah logika bahwa dengan tercukupinya permodalan bank, maka bank tersebut dapat
menjalankan operasinya dengan efisien. Saat bank dikatakan efisien dalam menjalankan
operasinya, maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut mempunyai kinerja yang
bagus, sehingga potensi untuk mengalami kerugian dapat diminimalisir. Dengan semakin
kecil kerugian yang dialami, maka dapat dipastikan laba yang diperoleh bank tersebut
semakin meningkat, sehingga bank tersebut tidak akan mengalami kebangkrutan.
Berdasarkan ketentuan pada peraturan BI No.5/2003, salah satu proksi dari resiko
pasar adalah suku bunga, dengan demikian rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara
suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman diberikan (lending) atau
dalam bentuk absolute, yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan
dengan total biaya bunga pinjaman. Didalam dunia perbankan dinamakan Net Interest
Margin (NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Rasio
ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperolah pendapatan operasionalnya dari
dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Standar yang ditetapkan
berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6%. Semakin besar
rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin besar net interest margin (NIM) suatu perusahaan,
maka semakin besar pula return on asset (ROA) perusahaan tersebut, yang berarti kinerja
keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga dengan sebaliknya, jika
net interest margin (NIM) semakin kecil, return on asset juga akan semakin kecil,
dengan kata lain kinerja perusahaan tersebut semakin menurun.
Pada penelitian ini variabel BOPO diambil sebagai salah satu variabel atau faktor
yang mempengaruhi kinerja keuangan bank, karena bagaimanapun juga jika kita
berbicara mengenai kinerja suatu perusahaan pastilah juga berhubungan dengan efisiensi
operasi perusahaan tersebut. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Lucyana dan Winny, 2005). Menurut Surat
Edaran Bank Indonesia, suatu bank ikatakan memiliki kinerja yang baik jika mempunyai
BOPO dibawah 80%.
BOPO juga merupakan variabel yang mampu membedakan bank yang
mempunyai ROA diatas rata-rata maupun bank yang mempunyai ROA dibawah rata-rata.
Dalam pengelolaan aktivitas operasional bank yang efisien dengan memperkecil biaya
operasional bank akan sangat mempengaruhi besarnya tingkat keuntungan bank yang
tercermin dalam ROA sebagai indikator yang mencerminkan efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan keseluruhan aktiva yang dimiliki.
Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai kemampuan penyaluran
kredit suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank
terhadap dana pihak ketiga. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain
sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat
deposito. Oleh karena itu pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun
dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit.
Semakin tinggi tingkat rasio LDR menunjukkan semakin jelek kondisi likuiditas
bank, karena penempatan pada kredit juga dibiayai dari dana pihak ketiga yang sewaktuwaktu bisa ditarik (Taswan, 2006). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia, standar terbaik
untuk rasio LDR adalah 80% hingga 110%.
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
CAR
H1 (+)
H2 (+)
NIM
ROA
BOPO
H3(-)
LDR
H4 (+)
Sumber: Konsep penelitian yang diolah (2012)
Maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1 : CAR berpengaruh positif terhadap ROA
H2 : NIM berpengaruh positif terhadap ROA
H3 : BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA
H4 : LDR berpengaruh positif terhadap ROA
JENIS DAN SUMBER DATA
Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
berupa
laporan rasio-rasio keuangan masing-masing perusahaan perbankan, dimana data tersebut
dikirim ke Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah selaku Pembina
dan Pengawas seluruh PD.BPR BKK di Jawa Tengah yang berjumlah 37 PD.BPR BKK.
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Definisi operasional merupakan operasionalisasi konsep agar dapat diteliti/diukur
menurut gejala-gejala yang ada. Agar penelitian ini lebih jelas maka variabel operasional
perlu didefinisikan secara operasional. Definisi operasional ini akan diuraikan dengan
indikator empiris dalam bentuk variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel lain. Independen dalam penelitian ini yaitu:
1. Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1)
CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam
menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko
kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank.
2. Net Interest Margin (NIM) (X3)
Adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.
3. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) (X4)
Adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio
ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya.
4. Loan to Deposit Ratio (LDR) (X5)
Adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang
diterima bank. LDR menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi variabel
independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kinerja
keuangan Bank yang diukur dengan ROA (Y). Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.
HASIL ANALISIS
Hasil Perhitungan Regresi
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
17.294
1.307
LnCAR
.053
.044
LnNIM
.056
LnBOPO
LnLDR
Coefficients
Beta
t
Sig.
13.228
.000
.047
.893
.373
.041
.065
1.377
.041
-3.931
.229
-.826
-17.135
.000
.295
.128
.125
2.308
.023
a. Dependent Variable: LnROA
Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
LnROA= 17,294 + 0,53 LnCAR + 0,056 Ln.NIM – 3,931 LnBOPO + 2,95 Ln.LDR
UJI HIPOTESIS 1
Hipotesis pertama menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh
positif terhadap Return on Asset (ROA). Tetapi dari hasil penelitian diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,373, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,039. Hal ini
menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA karena nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama yang
menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio memiliki pengaruh positif terhadap Return
on Asset ditolak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wisnu
Mawardi (2005) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CAR tidak
mempengaruhi besarnya ROA. Tidak berpengaruhnya CAR terhadap ROA disebabkan
karena PD.BPR BKK tidak dapat mengoptimalkan modal yang ada. Padahal pada tahun
2008-2011 rata-rata nilai CAR sangat besar yaitu 26,24%. Hal ini bisa terjadi karena
bank kurang optimal dalam menyalurkan kredit sesuai dengan yang diharapkan.
HIPOTESIS 2
Hipotesis kedua menyatakan bahwa Net interest Margin (NIM) berpengaruh positif
terhadap Return on Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,041, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,056. Hal ini menunjukkan bahwa NIM
berpengaruh signifikan positif terhadap ROA karena nilai signifikansinya lebih kecil dari
0,05. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Net interest Margin
(NIM) memiliki pengaruh positif terhadap Return on Asset diterima.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Titik Aryati
dan Shirin Balatif (2007) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NIM
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini dapat berarti bahwa semakin besar net
interest margin (NIM) suatu perusahaan, maka semakin besar pula return on asset (ROA)
perusahaan tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau
meningkat.
HIPOTESIS 3
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap Return on
Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sedangkan
koefisien regresinya sebesar -3,931. Hal ini menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh
signifikan negatif terhadap ROA karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk
koefisien regresi sebesar -3,931 berarti setiap kenaikan BOPO sebesar 1% akan
menurunkan ROA sebesar 3,931%. Dengan demikian hipotesis keempat yang
menyatakan bahwa BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap return on Asset diterima.
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Wisnu Mawardi (2005), Suyono
(2005),Wahyu Prasetyo (2009), dan Marnov Nainggolan (2009) dimana pada penelitian
yang mereka lakukan disimpulkan bahwa efisiensi operasi (BOPO) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap Return on Asset. Hal ini berarti tingkat efisiensi bank dalam
menjalankan operasinya, berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau “earning” yang
dihasilkan oleh bank tersebut. Jika kegiatan operasional dilakukan dengan efisien (dalam
hal ini nilai rasio BOPO rendah) maka pendapatan yang dihasilkan bank tersebut akan
naik.
HIPOTESIS 4
Hipotesis keempat menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh
positif terhadap Return on Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,023, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,295. Hal ini menunjukkan bahwa
LDR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA karena nilai signifikansinya lebih
kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi sebesar 0,295 berarti setiap kenaikan LDR
sebesar 1% akan meningkatkan ROA sebesar 0,295%. Dengan demikian hipotesis kelima
yang menyatakan bahwa LDR memiliki pengaruh positif terhadap Return on Asset
diterima.
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Titik
aryati Haryati (2007), Triono (2007), dan Pandu Mahardian (2008), yang menyatakan
bahwa Loan to deposit ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset.
Hal ini berarti kemampuan bank dalam menyalurkan kredit dari pihak ketiga kepada
pihak kreditur berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau laba bank tersebut. Jika
prosentase penyaluran kredit terhadap dana pihak ketiga berada antara 80%-110%, maka
bank tersebut dapat dikatakan penyaluran kreditnya baik, sehingga dapat dipastikan
kinerja keuangan bank tersebut juga baik.
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R²)
Model Summaryb
Model
1
R
.814a
R Square
.700
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.690
.17898
a. Predictors: (Constant), LnCAR, LnBOPO, LnNIM, LnLDR
b. Dependent Variable: LnROA
Berdasarkan output SPSS tampak bahwa dari hasil perhitungan diperoleh Nilai
koefisien determinasi (R²) sebesar 0,690. Dengan kata lain hal ini menunjukkan bahwa
besar presentase variabel ROA yang bisa dijelaskan oleh kelima variabel bebas yaitu
CAR, NIM, BOPO dan LDR sebesar 69,0%, sedangkan
dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
sisanya sebesar 31,0%
Hasil Perhitungan Uji F
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
11.008
4
2.202
4.068
122
.032
15.076
126
F
62.724
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), LnCAR, LnBOPO, LnNIM, LnLDR
b. Dependent Variable: LnROA
Dari hasil analisis regresi dapat diketahui pula bahwa secara bersama-sama
variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal
ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 62,724 dengan probabilitas 0,00. Karena
probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 atau 5%, maka model regresi dapat digunakan
untuk memprediksi ROA atau dapat dikatakan bahwa CAR, NIM, BOPO, dan LDR
secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROA.
KESIMPULAN
Penelitian ini mencoba untuk meneliti bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA).
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV,
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 menunjukan bahwa pada PD.BPR BKK
variabel CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA yang
ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu
0,373 sehingga hipotesis 1 ditolak.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 menunjukan bahwa pada PD.BPR BKK
variabel NIM
berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA yang
ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu
0,041 sehingga hipotesis 2 diterima.
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3 menunjukan bahwa pada PD.BPR BKK
variabel BOPO
berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel ROA yang
ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu
0,000 sehingga hipotesis 3 diterima.
4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4 menunjukan bahwa pada PD.BPR BKK
variabel LDR
berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA yang
ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu
0,023 sehingga hipotesis 4 diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Tarmizi & Willyanto K. Kusumo, 2003, “Analisis Rasio-Rasio Keuangan
sebaai Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perbankan di
Indonesia”, Media Ekonomi dan Bisnis, Vol.XV, No.1, Juni, pp.54-75.
Agustin Dwi Hastuti & Kussudyarsana, 2007, “ Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Pada PD BPR BKK Sragen Kota Kabupaten Sragen Tahun 2003-2005”,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 6,No.1, April 2007, Hal 1-17.
Agustinus, John, 2008, “Variabel-variabel yang mempengaruhi Non Performing
Loans pada Bank BUMD, BUMN dan BUSN di Kota Jayapura”, Jurnal
Keuangan dan Perbankan, Vo.12, No.3, Hal 504-516, November 2008.
Ahmad Buyung Nasution 2008, Analisis pengaruh NPL,CAR,LDR dan BOPO
terhadap profitabilitas bank (studi kasus pada bank umum go publik dan non
go publik), Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas
Diponegoro.(tesis yang dipublikasikan)
Ahmad faisol, “Analisis Kinerja Keuangan Bank pada Banl Muamalat”, Jurnal
Bisnis dan Manajeman, volume 3, No.2, Janari 2007
Ali, Masyhud, 2004, Asset Liability Management : Menyiasati Risiko Pasar
dan Risiko Operasional, PT.Gramedia Jakarta.
Astuti Yuli Setyani 2002, Analisis Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum dan
Sesudah Menjadi Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Tesis
Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi Universitas Diponegoro.
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No.6/22/PBI/2004 Tentang Bank Perkreditan
Rakyat.
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No.3/22/PBI/2001 Tentang Transparasi
Kondisi Keuangan Bank.
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 Tentang Giro Wajib
Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing.
Bank Indonesia, Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.30/267/Kep/DIR/1998
Tentang Kolektibilitas atau Kualitas Kredit Bank.
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia No.23/77/KEP/DIR/1991, tentang
ketentuan publikasi laporan keuangan bank.
Bank Indonesia, Surat Edaran bank Indonesia No.27/5/U/PBB/1995 Tentang Ketentuan
publikasi Laporan Keuangan Bank.
Bayu, Pipit, 2008, “Pengaruh ROA, ROI, BOPO, CAR, LDR, NPL Untuk
Mengetahui Efisiensi Intermediasi Perbankan Di Indonesia”,Tesis Program
Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret.
Ghozali, Imam, 2005, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”, Badan
Penerbit UNDIP, Semarang.
Herdaningtyas, Winny, 2005, “Analisis Rasio Camel terhadap Prediksi Kondisi
Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002”, Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, Vol 7, No. 2, Nopember 2005.
Herliansyah, Yudhi & Moch.Syafrudin,dkk 2002, “Model Prediksi Kebangkrutan
Bank Go Public dan Bank Non Go Public di Indonesia”, Jurnal Magister
Akuntansi, Vol.1, Agustus, 2002.
Idroes, Ferry, Manajemen Resiko Perbankan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Januarti, Indira, 2002, “Variabel Proksi Camel dan Karakteristik Bank Lainnya
Untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank di Indonesia”, Jurnal Bisnis Strategi,
Vol.10, Desember, Thn VII, 2002.
Kristijadi, Emanuel, 2003, “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Jakarta”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI)
Vol. 7 No. 2, Desember 2003.
Luciana Spica Almilia dan Anton Wahyu Utomo, 2006, “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum
Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis ANTISIPASI Vol. 10. No. 1, Oktober
2006.
Mabruroh, 2004, “Manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan dalam Analisis Kinerja
Keuangan Perbankan,” Benefit, Vol.8, No.1, Juni 2004.
Mawardi, Wisnu, 2005, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
keuangan Bank Umum dengan aset kurang dari 1 triliun”, Tesis Program Pasca
Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro. (tesis yang dipublikasikan)
Meliyanti, Nuresya, 2008, “Analisis Kinerja Keuangan Pada Bank Privat dan Bank
Public”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 4,No.2, April 2008, Hal 18-25.
Nasser M Etty & Titik Aryati 2000, “Model analisis Camel Untuk Memprediksi
Financial Distress Pada Sektor Perbankan Yang Go Public”, JAAI, Vol.4, No.2,
Desember, 2000.
Ponttie Prasnanugraha P, “Analisis pengaruh rasio keuangan pada BPR seJabodetabek”, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas
Diponegoro. (tesis yang dipublikasikan)
Siamat, Dahlan, Manajeman Lembaga Keuangan, edisi 5, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, 2005.
Sudarini, Sinta, 2005, ”Penggunaan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Laba pada
Masa Yang Akan Datang,” Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. XVI, No.3,
Desember 2005, 195-207.
Taswan, Manajemen Perbankan, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2006.
Titik Aryati & Shirin Balafit, 2007, “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Kesehatan Bank”, Journal The Winners, Vol.8, No.2, September 2007, Hal.111-125.
Usman, Bahtiar, (2003), Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan
Laba Pada Bank-Bank di Indonesia, Media Riset Bisnis dan Manajemen, Vol.3,
No.1, April, 2003, pp.59-74.
Zaenal Abidin & Endri, 2008, ”Analisis Kinerja dan Korelasi Antar Rasio Keuangan
Industri Perbankan Nasional”, Modus, Vol.20 (2):154-163, 2008.
Download