BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian

advertisement
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Penelitian ini akan lebih memfokuskan pada fenomena plural yang
melingkupi atau mengelilingi objek penelitian. Dengan demikian peneliti akan
lebih mudah untuk mendapatkan informasi-informasi dalam penelitian atau data
yang harus dikumpulkan. Peneliti percaya terhadap anggapan kaum kausalitas,
bahwa terjadi ketidakstabilan pada objek dipastikan karena telah terjadi “sesuatu
dalam realitas”. “Sesuatu” tersebut secara kausalitas “terjadi” dan “jawabanya
pun” ada dalam realitas tersebut.
…mendeskripsikan ontologinya sebagai “realitas pluralistik”, yang berarti
bahwa realitas terdiri atas unit-unit kualitatif sederhana yang disebutnya
reals (hal-hal). Semua ini membentuk sintesis-sintesis, yang mengarah ke
dunia yang kita alami (Herbert, dalam Bagus, 2000: 853).
“Sesuatu” berupa hal-hal yang mengelilingi objek penelitian, berdasarkan
perspektif peneliti di pandang sebagai bentuk keberagaman ilmu pengetahuan.
Peneliti mencari jawaban-jawaban atas keadaan yang tidak stabil atas objek
penelitian. Pengalaman peneliti dalam beberapa bulan terakhir dalam mengamati
Dul Muluk sebagai objek penelitian. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk
membentuk opini atas beberapa fenomena menjadi sintesis yang kualitatif.
Penelitian ini diarahkan pada penelitian kualitatif, karena peneliti akan
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif; seperti
transkripsi, wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan
lain-lain (Alwasilah , 2007: 114).
Peneliti akan mengambarkan realitas kualitatif tentang pemahaman objek
yang kompleks (objek penelitian dikelilingi fenomena). Kemudian objek tersebut
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
40
dideskripsikan melalui perspektif pospositivisme maupun melalui perspektif
konstruktif agar objek penelitian dapat lebih dipandang secara mudah dan
dimengerti oleh peneliti. Peneliti mengambil sikap ini agar dapat menentukan arah
dalam mengungkapkan pengambaran objek penelitian ini. Metode ini selain
memudahkan proses penggambaran objek penelitian, juga atas alasan orisinalitas
dalam mendeskripsikan hasil temuan penelitian nantinya.
Orientasi pospositivis maupun konstruktif, pemahaman tentang realitas
berada pada hubungan: realitas-pengalaman-penggarapan-pemaknaanpemahaman. Pengajuan dan pertanyaan tentang realitas itu bisa berlangsung
karena peneliti memiliki bahasa yang memungkinkan peneliti menghadirkan
dan menguntai butir-bitir pengalaman yang terbentuk berdasarkan
berdasarkan dunia luar (Basrowi & Suwandi, 2008: 50-51).
Orientasi perspektif positivis untuk penelitian ini lebih diposisikan pada
aspek faktual (fenomena) untuk memahami realitas objek sebagai ilmu
pengetahuan. Persepsi posposivis dijadikan oleh peneliti sebagai pijakan untuk
mengkemas objek penelitian dan mengkonstruksikan objek sebagai objek yang
bergerak.
Peneliti mencoba untuk memahami konteks positivis yang kualitatif.
Peneliti menggunakan perspektif kontruktif sebagai pijakan menuju posmodernis.
Peneliti ingin mengkondisikan dekonstruksi untuk memasuki ke dalaman objek
penelitian dan mengkritisi kondisi faktual yang mengelilinginya.
Berbeda konsep konstruktif yang mengandaikan terdapatnya akumulasi
pemahaman sebagai “konstruksi”, posmodenis menyingkap pemahaman
dalam kondisi dekonstruksi. Pemahaman selain bergantung pada subjek juga
bergantung pada realitas yang ada sebagai hiper-reality (Brogman dalam
Basrowi & Suwandi, 2008: 51).
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
41
Brogman mencontohkan realitas kejadian hiper-reality melalui kejadian
atau proses pembicaraan tak langsung (telepon). Kejadian tersebut diartikan oleh
Brogman sebagai kejadian yang memunculkan; makna, konsepsi, karakteristik
yang berbeda-beda. Situasi tersebut menyebabkan kehadiran realitas bukan
sekedar ada sebagai “itu adalah…”, melainkan mengada sebagai hiperreality yang
ada dalam kesadaran yang membuahkan hyperreal logic dan hiper-activity.
Peneliti akan menjabarkan fenomena faktual yang bertebaran di sekitar
objek penelitian untuk tujuan pencerapan makna faktual fenomenal. Sedangkan
orientasi perspektif konstruktif diposisikan oleh peneliti sebagai cara untuk
“pengumpulan nilai pemahaman” atas aspek faktual secara konstruktif. Nantinya
kedua perspektif tersebut bermuara pada perspektif posmodernis.
Pemahaman, dalam konteks pospositivis (kualitatif) didudukan sebagai
tujuan dan dalam perspektif konstruktif didudukan sebagai pijakan
penciptaan hubungan inter-subyektif dan akumulasi pemahaman
berdasarkan life-praxis, dalam konteks posmodernis hanya didudukan
sebagai jembatan menuju empowerment (Basrowi & Suwandi, 2008: 51).
Persepsi pospositivis untuk mengkemas objek penelitian yang faktual dan
mengkonstruksikan objek penelitian. Perspektif posmodernis mengkritisi segala
aspek yang mengelilingi objek penelitian. Menggambarkan realitas dalam teks
(objek penelitian) dan memaknai realitas kehidupan di luar teks (kehidupan saat
ini).
Penghadiran teks sebagai methodological hypothesis dan medan strategi
mengemban konsepsi bahwa teks adalah presentasi dunia pengalaman dan
pengetahuan mampu menggambarkan medan realitas, kemungkinan bentuk
pemaknaan, dan konsepsi metodologis yang bersifat hipotesis (Basrowi &
Suwandi, 2008: 63).
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
42
Pada awal proses penelitian, peneliti mengunjungi kelompok teater Dul
Muluk Alun Jaya untuk melihat langsung proses latihan. Peneliti datang sebelum
proses latihan dimulai, peneliti mencermati: persiapan properti dan kebutuhan
lainnya untuk latihan, keakraban antar pemain, dan proses latihan. Dalam proses
latihan di lapangan peneliti melihat, keseriusan berbalut canda, semangat yang
menggelora, dan pertarungan kreatif antara sutradara pentas serta aktor-aktornya.
Suatu keadaan yang khas dalam kajian seni pertunjukan baik seni
pertunjukan modern maupun seni pertunjukan tradisi. Bahwa sutradara dan para
aktornya dalam pertunjukannya harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi,
karena kreativitas adalah daya atau jalan menuju kekuatan terbesar sebagai
pengerak imajinasi.
Ketika peneliti tengah asik mengamati proses latihan, ternyata terdapat
kasus atau permasalahan teknis terkait dengan fenomena media komunikasi
global. Peneliti ingat bahwa;
“…penelitian kualitatatif tidak berangkat tanpa teori, pengetahuan tentang
topik di sekitar fenomena adalah formula untuk memunculkan desain
propositional dan tacit dalam penelitian…” (Alwasilah, 2009: 28-29).
Atas anggapan tersebut maka peneliti mengangkat kasus atau permasalahan
observasi terkait dengan kunjungan peneliti. Pada proses latihan kelompok teater
Dul Muluk Alun Jaya, peneliti mengklasifikasikan masalah tersebut sebagai
berikut:
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
43
Tabel 3.1. Fenomena Media Komunikasi Global dalam Pertunjukan Dul Muluk.
Sumber: Dokumentasi Penelitian
MEDIA KOMUNI KASI GLOBAL
Dul Muluk
in
Action
Aktor dan Aktris
Propositional/terungkap
Tacit/tidak terungkap
Penyampaian Kata/model
dialog, Bahasa Tubuh,
Konsep Permainan
Kesragaman Pola
Menyesuaikan Citra
Media Komunikasi
Global
Sehingga penelitian ini lebih menekankan pada makna dan pemahaman dari
dalam serta mendefinisikan suatu “situasi” tertentu. Fenomena di atas menjadi
titik tolak perhatian peneliti untuk memperdalam kajian tentang topik seputar Dul
Muluk yang fenomenal. Sehingga memunculkan nilai-nilai transformasi secara
teoritis.
Atas anggapan bahwa action pemain (aktor) teater Dul Muluk dalam
perjalanan zaman mengalami beberapa fase-fase pergeseran. Khususnya saat ini,
bahwa dari hasil pengamatan peneliti terjadi fase transformasi dalam hal
penyampaian kata-kata dalam berdialog atau model dialog, bahasa tubuh, dan
konsep permainan. Nilai-nilai transformasi tersebut secara khusus terletak pada
“pengemasan pertunjukan Dul Muluk”.
Pengemasan pertunjukan Dul Muluk adalah fase menyesuaikan diri menuju
pada nilai-nilai pergeseran yang “diseragamkan”. Proses menyesuaikan diri ini
adalah proses mengidentikkan diri dengan pengidentikkan yang lebih besar nilai
komersilnya. Hal ini adalah proses penyesuaian “konsep” dengan apa yang
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
44
diinginkan media komunikasi global (stasiun TV) sebagai pemilik hegemoni.
Persepsi ini adalah fenomena kenyataan di lapangan.
Pendekatan kualitatif berfokus pada verifikasi dalam pembentukan sebuah
teori berdasarkan pada data seutuhnya di lapangan grounded theory,
(Alwasilah, 2009:44).
Dalam pengumpulan data peneliti tidak terpaku dengan objek di lapangan.
Penelitian ini juga melihat berbagai aspek kehidupan masyarakat di kota
Palembang. Publik adalah sebagai objek pembanding penelitian dikaitkan dengan
“selera”, bahwa sesuatu yang menghibur (entertainment) telah mengalami
perubahan.
Selanjutnya dalam pengembangan pengumpulan data penelitian, peneliti
juga menemui tokoh yang memahami seluk-beluk pertunjukan Dul Muluk. Selain
itu peneliti juga mendatangi Dinas Pariwisata Propinsi Sumatera Selatan untuk
melengkapi data penelitian. Sehingga data yang telah terkumpul sesuai dan dapat
dipertanggung jawabkan nilai keabsahannya.
Kemudian temuan-temuan penelitian tersebut diolah dalam proses
interpretasi data temuan. Peneliti memilah-milah data temuan, agar peneliti tidak
kesulitan dalam menginterpretasi data penelitian yang telah terkumpul.
…display atau pajangan visual (Alwasilah, 2009: 164), bahwa display
adalah cara untuk memperjelas data penelitian. Strategi analitis dalam
mengolah dan menginterpretasi data kualitatif. Pajangan visual adalah
sebuah konsep berpikir, membentuk representasi, mendirikan gagasan, dan
menginterpretasi data. Dalam analisis data, display mempunyai tiga fungsi:
(1) Mereduksi data yang kompleks menjadi tampak sederhana. (2)
Menyimpulkan interpretasi peneliti terhadap data. (3) Menyajikan data
sehingga data tampil secara menyeluruh (Alwasilah, 2009: 165).
Data temuan adalah tentang pengaruh pencitraan media komunikasi global
yang akan dipadukan dengan data tentang struktur penyajian pertunjukan Dul
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
45
Muluk berdasarkan asal mula kemunculannya. Hal ini dilakukan sebagai strategi
untuk menganalisis data. Bahwa Dul Muluk adalah sebuah konsep berpikir
membentuk representasi untuk mendirikan gagasan, dan menginterpretasi data
tersebut. Sehingga strategi dalam mengkritisi fase-fase transformasi Dul Muluk
sebagai pertunjukan dapat terapresiasi, sebagai berikut:
Tabel 3.2. Fase Pergeseran Dul Muluk dan Pengaruh Media Komunikasi Global
Sumber: Hasil analisis pada tabel ini, terkumpul dari buku tentang Dul Muluk
yang diterbitkan oleh: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Kesenian
Tradisional Pelembang, Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian
Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, serta hasil wawancara peneliti.
Dul Muluk
Pengaruh Media Komunikasi Global
Ya/Tidak
(1) Seni Drama Dul Muluk dalam
pementasannya
melibatkan
pemain
dengan dialog secara spontanitas. Seni
Lawak, komedi adalah bahan utama
dalam pentas Dul Muluk, lawak terutama
dipakai untuk sindiran-sindiran sebagai
bahasa komunikasi untuk menyampaikan
pesan-pesan moral kepada penontonnya.
(2) Seni Sastra, menggunakan dialog atau
bahasa yang halus, jika dirasakan seperti
syair dan pantun, hal tersebut menjadi
media ungkapan untuk berkomunikasi
dengan penikmatnya. Bahasa ungkap
tersebut mewakili tokoh yang sedang
dimainkan, semua dibawakan secara
improvisasi. Pemain Dul Muluk sangat
kuat dalam membawakan ungkapanungkapan dengan nada pantun (sastra),
dengan mengolah cerita-cerita rakyat
berupa sastra lisan yang dikenal oleh
masyarakat lama adalah merupakan
modal utama bagi setiap pemain teater
Dul Muluk, seperti cerita hikayat Abdul
Muluk, hikayat Siti Zubaedah, hikayat
Indra Bangsawan. Cerita-cerita tersebut
adalah cerita paling menarik dimasanya.
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
46
(3) Seni Musik dan Seni Suara, iringan
musik dalam pertunjukan teater Dul
Muluk adalah terletak pada selingan
pergantian babak atau adegan dan
memberikan warna khas yang menarik
pada pentas Dul Muluk: Musik awal
sebelum pemain naik ke atas panggung
diperdengarkan musik “Keso”, musik ini
menjadi tanda bahwa pertunjukan akan
dimulai. Ketika terdengar musik “Barnas
I”, maka munculah pemain di atas pentas.
Musik pengiring “dagelan” atau musik
ekstra.Musik pengiring lagu dan tarian.
Musik pengundang penonton, musik ini
bebas atau sama sekali tidak terkait
dalam isi pertunjukan yakni musik
disesuaikan dengan zamannya. Musik
akhir yakni musik Barnas II, sebagai
tanda berakhirnya pertunjukan Dul
Muluk.
(4) Seni Tari, gerak tarian digunakan
dalam perpindahan adegan satu ke
adegan berikutnya, geraknya selektif atau
disesuaikan dan sifat tarian tidak
merupakan bagian dari cerita yang
sedang dipentaskan.
(5).
(6) Seni Rupa, beragam tata rias pemain,
busana pemain dan dekorasi panggung
adalah satu kesatuan yang keterikatannya
tak dapat dipisahkan dengan pertunjukan
Dul Muluk
B.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di sanggar-sanggar yang ada di kota
Palembang. Penelitian ini akan lebih memfokuskan pada teater Dul Muluk
Sanggar Seni Alon Jaya, jalan Bidar blok A. No. 20 RT 23, RW 07 Kel, Pakjo
Kec, Ilir Barat I. Kampus Palembang, yang diajarkan oleh Jonhar. Sebagai pemain
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
47
Dul Muluk, bapak Jonhar juga memiliki prestasi dan pengalaman yang cukup baik
sampai saat ini, selain mengajarkan Dul Muluk di sanggarnya, beliau juga sebagai
tenaga pengajar luar biasa di Universitas PGRI Palembang. Kipahnya dinilai
peneliti dapat memfasilitasi masa kejayaan Dul Muluk antara dahulu dan saat ini.
Gambar 1. Lokasi Penelitian terletak di Kota Palembang Sumatera Selatan:
Detil Lokasi Penelitian
Tabel 3.3. Instrumen Penelitian
No.
1.
Jenis Instrumen
Pedoman wawancara
Sumber Data
-Pakar Teater Dul
Muluk (Jonhar)
-Budayawan
Data
-Data objektif Dul
Muluk.
-Data mengenai
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
48
C.
(Nur Hasan)
perkembangan Dul
Muluk.
2.
Pedoman observasi
-Proses peninjauan
langsung ke lokasi
latihan Dul Muluk.
-Antara wacana dan
realitas.
-Data
objektif
mengenai pengaruh
media
komunikasi
global. Data pesanan
kemasan pertunjukan
yang
diinginkan
masyarakat.
-Data antara Dul
Muluk dahulu dan
saat ini.
3.
Pedoman studi
dokumentasi
-Dokumentasi Dul
Muluk.
-Foto latihan dan
Video
pertunjukan
Dul Muluk.
Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan cara antara lain
melalui pencatatan data yang dilakukan dalam dua cara yaitu: observasi
partisipan, dan wawancara mendalam. Diterangkan oleh peneliti sebagai berikut:
1.
Observasi Partisipan
Mencari informasi tentang teater Dul Muluk dari awal mula teater tersebut
ada hingga keberadaannya saat ini, peneliti melakukan:
Observasi bertujuan untuk mengamati atau mendengarkan untuk
memahami, menjawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial,…Hal ini
dilakukan dengan cara mencatat, merekam, dan memotret fenomena tersebut
guna penemuan dan analisis (Hasanuddin, dalam Basrowi & Suwandi, 2009:
85).
Peneliti mengamati kejadian-kejadian fenomena sosial yang secara tidak
langsung terkait dengan nilai-nilai pergeseran pertunjukan Dul Muluk. Proses
pengamatan ini, dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan mendatangi
lokasi penelitian.
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
49
Tabel 3.4. Panduan Observasi
Tujuan
1.
Observasi
ini
bertujuan
untuk
mengamati
atau
mendengarkan,
memahami,
menjawab,
mencari
bukti
terhadap fenomena
social
Pembatasan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Observasi ini dibatasi
pada
pengamatan
langsung
di
lokasi
penelitian
di
kota
Palembang, meliputi
- Melihat
langsung
latihan
dan
pengamatan terhadap
beberapa
pertunjukan
teater
Dul Muluk di kota
Palembang,
khususnya
pengamatan dampak
media komunikasi
global
terhadap
kelangsungan
pergeseran
fungsi
Dul Muluk.
Observasi ini dibatasi
pada
pengamatan
langsung
di
lokasi
penelitian
di
kota
Palembang, meliputi
- Melihat
langsung
beberapa pertunjukan
teater Dul Muluk di
kota
Palembang,
khususnya
pengamatan terhadap
pergeseran
fungsi
pertunjukan.
2.
Observasi
ini Mengamati
kelompok - Mendiskripsikan segala
dibatasi
pada teater Dul Muluk Alun
hal temuan penelitian
pengamatan
Jaya Palembang.
yang terkait dengan
langsung di lokasi
teater Dul Muluk.
penelitian di kota
Membuat kesimpulan
Palembang, meliputi
berdasarkan data yang
- Melihat langsung
diperoleh.
lokasi latihan dan
proses latihan dan
mengamati
beberapa
pertunjukan
Dul
Muluk
di
kota
Palembang,
khususnya
pengamatan
terhadap
dampak
Media Komunikasi
Global.
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
50
Dari proses tersebut atas, peneliti meyakini bahwa data akan tampil secara
sistematis. Hal ini akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang
berbeda dan dapat menteorikan fenomena yang terjadi di dalam pertunjukan teater
Dul Muluk di kota Palembang.
2.
Wawancara Mendalam
Mengadakan wawancara yang mendalam, secara langsung dilakukan oleh
peneliti untuk memperoleh data berupa jawaban penelitian baik lisan maupun non
lisan. Pusat data berasal dari informan kunci, peneliti menggunakan teknik
wawancara yang tidak berstruktur. Hal ini dilakukan peneliti sebagai upaya
mengurangi rasa kaku dalam berdialog dengan para narasumber. Agar terjalin
suasana akrab sebagai jalan untuk membuka data yang terpendam atau terkunci.
Pertanyaan-pertanyaan disesuaikan dengan keadaan informan dan mengalir seperti
dalam percakapan keseharian.
Wawancara mendalam ini, dilakukan oleh peneliti dalam dua tahapan karena
terdapat dua narasumber kunci. Tahapan antara keduanya adalah tahapan saling
melengkapi informasi data. Hal ini dilakukan hanya untuk mengkaji nilai
kebenaran data penelitian.
Tabel 3.5. Kisi-kisi Wawancara dengan Narasumber Kunci
No.
Butir Pertanyaan
1.
Sejarah teater Dul Muluk
2.
Fase-fase perkembangan teater Dul Muluk dalam perkembangan zaman
3.
Fungsi pertunjukan teater Dul Muluk dari zaman dahulu hingga saat ini
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
51
4.
Fungsi secara ekonomis dari zaman dahulu dan saat ini
5.
Faktor perubahan konsep pertunjukan teater Dul Muluk
6.
Hubungan antara teater Dul Muluk dengan teater Bangsawan
7.
10.
Faktor antara perubahan dan pengaruh pencitraan media informasi
komunikasi global
Respon masyarakat Palembang mengenai keberadaan dan perubahan yang
terjadi pada teater Dul Muluk
Respon seniman, budayawan, terhadap pergeseran nilai-nilai teater Dul
Muluk di kota Palembang
Perubahan pada penyampaian kata-kata dalam berdialog atau model dialog
11.
Perubahan dalam bahasa ungkap melalui bahasa tubuh,
12.
Perubahan pada konsep pengemasan permainan.
8.
9.
3.
Analisis Data
Proses awal dalam menganalisis data peneliti mengelompokkan pengolahan
keseluruhan hasil kajian wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis
terhadap hasil ini memerlukan kecermatan tinggi supaya hasil analisis data
mencapai target maksimal.
Tabel 3.6. Pedoman Analisis Data Dul Muluk
Analisis Data pertunjukan teater Dul Data yang diperlukan:
Muluk di kota Palembang
a. Profil Media Komunikasi Global
b. Data riwayat pertunjukan teater Dul
Muluk
c. Foto pertunjukan Dul Muluk
d. Video pertunjukan teater Dul
Muluk
Jaka Falah, 2012
Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk Di Kota Palembang –
Sumatera Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Download