pengaruh budaya organisasi dan kemampuan manajerial terhadap

advertisement
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL
TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN JASA KONTRUKSI
DI KOTA LHOKSEUMAWE
Pendahuluam
Untuk meningkatkan kinerja anggota organisasi dalam hal ini pegawai maka salah satunya
yang harus dilakukan oleh organisasi adalah menciptakan dan menumbuhkan budaya
organisasi bagi seluruh anggotanya baik atasan maupun bawahan. Sebuah organisasi tumbuh
dan berkembang didunianya mengeksiskan diri dengan cara dan kebiasaan yang khas
berdasarkan nilai dan kepercayaan yang dibawa tiap orang. Tiap orang yang bergabung
dalam organisasi membawa nilai dan kepercayaan yang diajarkan kepada mereka. Interaksi
yang terjadi dalam organisasi yang diwarnai oleh nilai dan kepercayaan tiap anggotanya
menimbulkan sebuah nilai dan kepercayaan baru yang akhirnya berkembang menjadi budaya
organisasi.
Budaya organisasi adalah nilai, keyakinan kepercayaan, sikap yang dianut oleh anggota baru
yang merupakan suatu system makna bersama. Budaya yang berlaku dalam organisasi atau
perusahaan dapat terlihat melalui kegiatan ritual, simbol-simbol, nilai-nilai,sejarah
perusahaan maupun kode etik yang ditunukkan anggota perusahaan dalam perilakunya.
Kemampuan karyawan dalam memahami dan mengintepretasikan apa yang dan berlaku
dalam perusahaan sangat terbatas sehingga karyawan perlu memahami dan menyeleksi secara
tepat. Hal tersebut dimungnkinkan untuk mencari nilai-nilai positif yang akan digunakan
untuk kinerja karyawan.
Kemampuan manajerial diharapkan menjadi salah satu tolak ukur dalam menjalankan usaha.
Menurut Mulyanto (2007) Kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk mengelola
usaha seperti perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengawasan, dan
penilaian. Kemampuan manajerial yang baik diharapkan akan berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup suatu usaha. Namun sebagian besar fungsi-fungsi manajemen tersebut
jarang didapati oleh wirausahawan pada pendidikan formal. Hal ini cukup beralasan karena
diantara mereka berasal dari latar pendidikan yang berbeda yang jauh dari pengetahuan akan
berwirausaha, dan bahkan tak sedikit dari mereka yang berbekal dari pengalaman dan
pengamatan mereka pada usaha-usaha yang terlebih dahulu sudah ada, yang disebut dengan
belajar dari pengalaman (learning by experience).
Anggota organisasi dalam hal ini karyawan apabila dalam melaksanakan tugas atau
melakukan suatu pekerjaan berpijak pada budaya organisasinya maka dapat meningkatkan
kinerjanya, karena pegawai bekerja selalu memikirkan hal-hal yang positif, kreatif, inovatif
dan bertanggung jawab atas pekerjaannya serta berupaya untuk mencapai prestasi dengan
harapan mendapatkan penghargaan. Kemudian juga dalam melaksanakan tugasnya tidak
bertentangan dengan pedoman kerja, prosedur, kebijakan dan perundang-undangan yang
berlaku.
Budaya Organisasi
Pengertian Budaya Organisasi
Pengertian budaya organisasi banyak diungkapkan oleh para ilmuwan yang merupakan ahli
dalam ilmu budaya organisasi, namun masih sedikit kesepahaman tentang arti konsep budaya
organisasi atau bagaimana budayaorganisasi harus diobservasi dan diukur (Brahmasari,2004).
Lebih lanjut Brahmasari mengemukakan bahwa hal tersebut dikarenakan oleh kurangnya
kesepahaman
tentang
formulasi
teori
tentang
budaya
organisasi,
gambarannya
dankemungkinan hubungan dengan dampak kerja.
Ndraha (2003) dalam Brahmasari (2004) mengemukakan bahwa budaya perusahaan
(corporate culture) merupakan aplikasi dari budaya organisasi (organizational culture)
terhadap badan usaha atau perusahaan. Kedua istilah ini sering dipergunakan untuk maksud
yang sama secara bergantian. Menurut Davis (dalam Lako, 2004: 29) budaya organisasi
merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekkan
oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan
berperilaku dalam organisasi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mangkunegara (2005:
113) yang menyatakan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem
keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan
pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal
dan internal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan pola keyakinan
dan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam
melakukan pekerjaan sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan
terhadap masalah-masalah terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai atau aturan di dalam
organisasi tersebut.
Indikator Budaya Organisasi
Budaya organisasi menurut Mangkunegara (2006) menyebutkan bahwa Karakteristik
organisasi (lingkungan kerja) meliputi :
1. Peraturan kerja
2. Iklim kerja
3. Hubungan kerja harmonis
4. Budaya kerja yang disepakati.
Sjabadhyni dan Wutun dalam Hendri, (2010)mengemukakan bahwa budaya
organisasi mempunyai 5 (lima) ciri-ciri pokok yaitu : 1) Budaya organisasi merupakan satu
kesatuan yang integral dan saling terkait, 2) Budaya organisasi merupakan refleksi sejarah
dari organisasi yang bersangkutan, 3) Budaya organisasi berkaitan dengan hal-hal yang
dipelajari oleh para antropolog, seperti ritual, symbol, ceritera, dan ketokohan, 4) Budaya
organisasi dibangun secara sosial, dalam pengertian bahwa budaya organisasi lahir dari
sekelompok orang yang mendirikan organisasi tersebut, 5) Budaya organisasi sulit diubah.
Budaya organisasi adalah sistem nilai – nilai yang dinyakini oleh semua anggota organisasi
dan yang dipelajari, diterapkan serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi
sebagai sistem perekat dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Budaya Organisasi
Budaya dalam organisasi setidaknya memainkan tiga peranan penting, yaitu
memberikan identitas bagi anggotanya, meningkatkan komitmen terhadap visi dan misi
organisasi serta memperkuat standar perilaku. Ketika budaya organisasi melekat kuat, maka
masing-masing anggota akan merasa bahwa mereka adalah bagian dari organisasi. Perasaan
sebagai bagian dari organisasi akan memperkuat komitmennya terhadap visi dan misi
organisasi. Budaya juga akan mengarahkan perilaku anggota organisasi. Budaya organisasi
memberikan banyak pengaruh kepada individu dan proses organisasi.
Budaya memberikan tekanan pada individu untuk bertindak ke arah tertentu, berfikir
serta bertindak dengan cara yang konsisten dengan budaya organisasinya. Tidak ada satupun
tipe budaya organisasi yang terbaik yang dapat berlaku universal. Yang terpenting adalah
organisasi harus mengetahui potret budaya organisasi saat ini dan mengevaluasinya apakah
budaya yang berlaku tersebut dapat mendukung program perubahan organisasi.
Kemampuan manajerial
Pengertian Manajerial
Hasibuan (2006:1) menjelaskan manajemen itu merupakan suatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen pengolahan mengurus atau menangani sesuatu
untuk mencapai tujuan. Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Dengan demikian manajemen dapat dilakukan oleh seseorang akan tetapi dalam pencapaian
tujuan tersebut dilakukan melalui kegiatan atau menggunakan beberapa orang, artinya semakin
melibatkan orang dalam mencapai tujuan maka peranan manajemen semakin besar. Manajemen
adalah fungsi dewan manajer (biasanya dinamakan manajemen) untuk menetapkan kebijakan
(policy) mengenai apa macam produk yang akan dibuat, bagaimana pembiayaannya, memberikan
servis dan memilih serta melatih pegawai, dalam faktor yang mempengaruhi kegiatan suatu
usaha, lebih-lebih lagi manajemen bertanggung jawab dalam membuat suatu susunan organisasi
untuk melaksanakan kebijakan itu.
Menurut Purwanto dan Atwi (2008:6-8) yang dikutip dari Waldo menjelaskan bahwa
manajemen adalah suatu rangkaian tindakan dengan maksud untuk mencapai hubungan kerja
yang rasional dalam suatu sistem administrasi. Pendapat Abdurahman sesuai dengan pendapat
Terry yang mengemukakan bahwa : manajemen adalah proses tertentu yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan
manusia/orang-orang dan sumber lainnya.
Burhanuddin
(2004:11)
mengemukakan
bahwa
“sukses
tidaknya
seseorang
manajer
melaksanakan tugasnya, lebih banyak ditentukan oleh wawasan yang dimiliki dalam
menggerakkan orang lain inilah sering disebut dengan pengetahuan “manajerial skill”.
Menurut Mulyanto (2007) Kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk mengelola
usaha seperti perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengawasan, dan penilaian.
Dengan penjelasan melalui penelusuran (www.google.com), adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang
dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan
cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif
sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan
dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses
terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsifungsi lainnya tak
dapat berjalan.
b. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam
melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugastugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara
menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana
tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada
tingkatan mana keputusan harus diambil.
c. Pemberian motivasi adalah memberikan dorongan kepada tenaga kerja agar pada dirinya
tumbuh kondisi yang menggairahkan di dalam melaksanakan pekerjaan
d. Pengawasan pada hakekatnya mengatur apakah kegiatan sesuai dengan persyaratanpersyaratan yang ditentukan dalam rencana. Sehingga pengawasan membawa kita pada fungsi
perencanaan. Makin jelas, lengkap serta terkoordinir rencana-rencana makin lengkap pula
pengawasan.
Menurut Siagian (2007:32-33) menjelaskan bahwa kemampuan manajerial adalah
kemampuan menyelenggarakan fungsi-fungsi manajerial. Fungsi-fungsi manajerial dapat
digolongkan kepada dua jenis utama, yaitu fungsi organik dan fungsi penunjang. Yang tergolong
kepada jenis fungsi organik adalah keseluruhan fungsi utama yang mutlak perlu dilakukan oleh
para manajer dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Fungsi-fungsi organik tersebut merupakan penjabaran kebijaksanaan dasar atau
strategi organisasi yang telah ditetapkan dan harus digunakan sebagai dasar bertindak.
Hasibuan (2006:75) mengemukakan bahwa ada empat prinsip dalam perilaku manajerial
yang sangat penting, yaitu :
1. Pengembangan metode kerja yang terbaik
2. Pemilihan dan pengembangan para pekerja
3. Usaha menghubungkan metode kerja dengan pekerja yang terpilih
4. Kerja sama, pembagian kerja dan tanggung jawab semua pekerja.
Pelaksanaan manajerial dibutuhkan oleh semua organisasi karena tanpa manajemen
semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Handoko (2000)
mengemukakan, ada tiga alasan utama diperlukan kinerja manajerial :
1. Untuk mencapai tujuan
2. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi
3. Untuk menjaga keseimbangan diantar tujuan-tujuan yang saling bertentangan
Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan bagaimana melakukan pekerjaan itu sendiri dan hasil yang dicapai
dari pekerjaan tersebut. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat
dengan tujuan strategis dan kontribusi (Armstrong dan Baron). Dalam pernyataan dari
Mangkunegara (2000:67), kinerja adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Dengan pemahaman kinerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja yang baik
dapat tercapai apabila di dalamnya terdapat perumusan tujuan, terdapatnya kerjasama,sifatnya
berkelanjutan, terjadi komunikasi dua arah dan umpan balik.
Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005).
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan dan tidak dilakukan karyawan.
Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan
kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk (1) kuantitas keluaran, (2) kualitas
keluaran, (3) jangka waktu keluaran, (4) kehadiran di tempat kerja, (5) Sikap kooperatif
(Mathis dan Jackson, 2006).
Indikator Kinerja pegawai
Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas –
tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu. (Mangkunegara, 2005).
Variabel Kinerja pegawai terdiri dari empat indikator yaitu : (1) kualitas pekerjaan,
(2) Kuantitas pekerjaan, (3) Supervisi, (4) Kehadiran, (5) Konservasi, (Dessler, 1992).
Selanjutnya menurut (Bernardin and Russel, 1993). indikator Kinerja pegawai terdiri dari
empat indikator yaitu : (1) kualitas pekerjaan, (2) Kuantitas pekerjaan, (3) Supervisi, (4)
Kehadiran, (5) Konservasi. (Dessler, 1992). Tingkatan di mana seorang karyawan merasa
percaya diri, punya keinginan yang baik, dan bekerja sama di antara rekan kerja
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja adalah perbandingan antara keluaran (ouput) yang dicapai dengan masukan
(input) yang diberikan. Selain itu, kinerja juga merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan
masukan dan efektivitas pencapaian sasaran. Oleh karena itu, efektivitas dan efisiensi
pekerjaan yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Untuk memperoleh
kinerja yang tinggi dibutuhkan sikap mental yang memiliki pandangan jauh ke depan.
Seseorang harus mempunyai sikap optimis, bahwa kualitas hidup dan kehidupan hari esok
lebih baik dari hari ini. Penilaian kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan,
usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya (Sulistiyani dan Rosidah, 2003).
Menurut Dessler (2000) Penilaian terhadap kinerja para pegawai, maka harus
diperhatikan 5 (lima) faktor penilaian kinerja yaitu :
1. Kualitas pekerjaan meliputi : akurasi, ketelitian, penampilan dan penerimaan keluaran.
2. Kuantitas pekerjaan meliputi : volume keluaran dan kontribusi.
3. Supervisi yang diperlukan meliputi : membutuhkan saran, arahan, atau perbaikan.
4. Kehadiran meliputi : regularitas, dapat dipercayai/diandalkan dan ketepatan waktu.
5. Konservasi meliputi : pencegahan, pemborosan, kerusakan, pemeliharaan peralatan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakuk’an pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Lhokseumawe,
dengan objek penelitian yaitu karyawan yang
bekerja pada jasa konstruksi di Kota
Lhokseumawe. Dengan jumlah populasi sebanyak 159 perusahaan yang tergabung dalam
Gapensi Kota Lhokseumawe
3.2.2 Sampel
Setelah diketahui jumlah populasi maka selanjutnya ditetapkan besarnya sampel.
Sampel merupakan unit-unit yang dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Menurut
Arikunto (2003:111) Apabila subyeknya kecil atau kurang dari 100 diambil seluruhnya,
sedangkan kalau besar atau lebih dari 100 maka untuk menentukan jumlah sampel dapat
diambil antara 10 %, 15 %, 20 %. 25 %, atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut
banyak sedikitnya data.
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.
Maka berdasarkan pendapat di atas maka pengambilan sampel dilakukan secara
pusposive. Menurut sugiyono (2005) sampling purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Penulis mengambil sampel pada 5 perusahaan jasa konstruksi
dengan jumlah responden sebanyak 77 orang dengan pertimbangan-pertimbangan:
1. Keterbatasan kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga.
2. Jumlah objek yang diteliti sangat luas.
3. Tidak semua perusahaan jasa konstruksi yang ada di Kota Lhokseumawe memiliki
jumlah kayawan yang dapat mewakili sampel.
METODE ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda untuk menguji
dan menganalsiis Pengaruh Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial terhadap Kinerja
karyawan dengan pengolahan data memakai program SPSS data yang dikumpulkan terdiri
dari data skunder dan data primer. Jenis penelitian yang dilakukan dengan metode survey,
Formula regresi tersebut adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 +ei
Dimana :
Y
a
b
X1
X2
ei
=
=
=
=
=
=
Kinerja
Konstanta
Koefisien Regresi
Budaya Perusahaan
Kemampuan Manajerial
Error Term.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Variabel
Constant
X1
X2
DF= 74
Tabel
Analisis Regresi
Koefisien
thitung
1,551
4.538
0,322
2.651
0,609
4.881
R= 0,777
ttabel 0,05=1,980
R2= 0,604
Sig
0,004
0.003
0.000
Fhitung = 26,483
Ftabel = 2,72
Data primer (diolah), 2009
Dari hasil perhitungan statistic dengan menggunakan bantuan program SPSS, maka
diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
Y = 1,551 + 0,322X1 + 0,609X2 + ei
a. Apabila Variabel X1 (Budaya Organisasi) mengalami kenaikan 1 % maka akan
berpengaruh positif terhadap Variabel Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi
di Kota Lhokseumawe yaitu sebesar 0,322 % dengan asumsi Variabel Kemampuan
Manajerial dan Kinerja Karyawan dianggap tetap.
b. Apabila Variabel X2 (Kemampuan Manajerial) mengalami kenaikan 1 % maka akan
berpengaruh positif terhadap Variabel Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi
di Kota Lhokseumawe yaitu sebesar 0,609 % dengan asumsi Variabel Budaya Organisasi
dan Kemampuan Manajerial dianggap tetap.
Dari persamaan regresi linear berganda di atas dapat
diketahui hasil penelitian
sebagai berikut :
a. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,777. Nilai tersebut menunjukkan kuatnya hubungan
korelasi antara Budaya Organisasi dan kemampuan manajerial terhadap
Kinerja
Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe.
b. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,604, artinya Budaya Organisasi dan kemampuan
manajerial berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di
Kota Lhokseumawe
sebesar 60,4%. Selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain diluar
penelitian ini.
Pembuktian Hipotesis
a. Hasil Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Adalah uji yang digunakan untuk menyatakan signifikansi pengaruh variabel bebas
secara simultan terhadap variabel terikat. Untuk menguji variabel yang berpengaruh antara
Budaya Organisasi (X1) dan Kemampuan Manajerial (X2) terhadap Kinerja Karyawan pada
Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe. Hipotesisnya sebagai berikut :

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak pada tingkat signifikansi 5 %, artinya
Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial secara simultan berpengaruh terhadap
Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe

Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak pada tingkat signifikansi 5 %, artinya
Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial secara simultan tidak berpengaruh
terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe
Hasil pengujian Statistik memperlihatkan nilai Fhitung sebesar 26,483 sedangkan nilai
Ftabel pada taraf signifikansi sebesar 5 % adalah sebesar 2,72. Dengan demikian terlihat
bahwa nilai Fhitung (26,483) > Ftabel (2,72), sehingga menunjukkan variabel Budaya Organisasi
dan Kemampuan Manajerial secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan pada
Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe
b. Hasil Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing Variabel independen
(Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial) terhadap Variabel Dependen
(Kinerja Karyawan) Hipotesisnya sebagai berikut :

Jika thitung > ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak pada tingkat signifikansi 5 %, artinya
Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial secara individual (parsial) berpengaruh
terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe

Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak pada tingkat signifikansi 5 %, artinya
Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial secara individual tidak berpengaruh
terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe
`
Dari hasil tabel diatas menunjukkan pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe signifikan, karena thitung
(2,651) > dari ttebel (1,980) dan pengaruh Kemampuan Manajerial terhadap Kinerja Karyawan
pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe sgnifikan, karena thitung (4,881) > dari
ttebel (1,980).
Jadi variabel yang dominan mempengaruhi Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa
Kontruksi di Kota Lhokseumawe adalah Variabel Kemampuan Manajerial yaitu dengan nilai
thitung sebesar 4,881 dan nilai signifikansi sebesar 0,000.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial berpengaruh positif
terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe.
Kesimpulan didasarkan pada hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa Budaya Organisasi
dan Kemampuan Manajerial berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Kinerja
Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe. Simultan berarti secara
universal
atau umum faktor Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial dapat
mempengaruhi kinerja karyawan, sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa pengaruh
Kemampuan Manajerial lebih dominan dibandingkan Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe. Agar Kinerja Karyawan
lebih baik, maka kemampuan Manajerial yang telah baik dapat dipertahankan, serta terus
berupaya menciptakan Budaya Organisasi yang diterima oleh semua karyawan guna untuk
merangsang Kinerja Karyawan lebih baik bagi.
SARAN
Variabel-variabel lain yang belum muncul pada penelitian ini hendaknya dapat
ditindaklanjuti menjadi pertimbangan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, (2002), Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Brahmasari, Ida Ayu (2008) Pengaruh motivasi kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada kinerja perusahaan
(Studi Kasus pada PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia), Jurnal
Manajemen Kewirausahaan vol 10, No. 2 September 2008
Ghozali, Imam, (2005), Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Penerbit
BP-Universitas Diponogoro, Semarang
Handako,T Hani (2000), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 2,
Penerbit BPFE Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Hasibuan, M (2006), Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas,
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
Mangkunegara, Anwar Prabu (2000), Perilaku dan Budaya Organisasi, Penerbit Refika
Aditama, Bandung
Mangkunegara, Anwar Prabu (2005). Perilaku dan Budaya Organisasi, Penerbit Refika
Aditama, Bandung
Mathis, L, Robert, (2003) Human Resource Mangement. Tenth Edition, Ohio: Thomson
South-Wester
Mulyanto (2007) Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Manajerial Terhadap Kinerja
Usaha Perdaganngan Kaki Lima menetap (suatu Survei pada Perdagangan dan
Wisata di Kota Surakarta), Sumner Jurnal. Benafit Management dan Bisnis,
Universitas Muhammadiah Surakarta
Ndraha, Taliziduhu (2002), Budaya Organisasi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Priyonto Lako (2004), Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi dan Kinerja ;
Pendekatan konsep, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
Purwanto dan Atwi, (2008) Evaluasi Program Diklat Lembaga Administrasi Negara
Jakarta
Siagian P, Sondang (2007) Fungsi-Fungsi Manajerial, Edisi Revisi PT. Bumi AKsara
Jakarta
Sugiono (2005), Metode Penelitian Bisnis, Edisi Keempat Penerbit CV. ALfabede, Bandung
Simamora, Hendry (2004), Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke tiga, cetakan
pertama, Yogyakarta : YKPN
Download