PENINGKATAN ENERGI LISTRIK SEL BAHAN

advertisement
PENINGKATAN ENERGI LISTRIK SEL BAHAN BAKAR
MIKROBA MELALUI PERUBAHAN STATUS
REDOKS PADA Escherichia coli
MARA ANDA RIVAL
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PRTANIAN BOGOR
2016
PELIMPAHAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Peningkatan Energi
Listrik Sel Bahan Bakar Mikroba melalui Perubahan Status Redoks pada
Escherichia coli” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Mara Anda Rival
NIM F34110057
ABSTRAK
MARA ANDA RIVAL. Peningkatan Energi Listrik Sel Bahan Bakar Mikroba
Melalui Perubahan Status Redoks pada Escherichia coli. Dibimbing oleh
DJUMALI MANGUNWIDJAJA dan PRAYOGA SURYADARMA.
Kebutuhan energi di bidang industri sangat tinggi. Salah satu teknologi
sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui yaitu sel bahan bakar mikroba
(microbial fuel cell / disingkat MFC). Format dehidogenase (FDH) yang telah
ditransformasikan pada E. coli mampu meregenerasi NAD+ menjadi NADH
dengan mendekomposisi format menjadi CO2. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendapatkan pengaruh penyisipan jalur FDH dan penambahan format pada kultur
E. coli terhadap peningkatan produksi energi listrik dalam rangkaian MFC.
Perubahan tegangan listrik yang dihasilkan dapat dikonfirmasi melalui analisis
bobot sel kering, konsumsi glukosa, format sisa, dan akumulasi asetat serta
piruvat. Sel E. coli ditumbuhkan dalam kondisi aerob melalui penambahan format
dengan konsentrasi 4 g/l pada kultur bergoyang 200 rpm selama 24 jam.
Penyisipan jalur FDH dan penambahan format pada kultur E. coli terbukti dapat
meningkatkan tegangan listrik pada rangkaian MFC dari 7.15 menjadi 20.35 mV.
Sementara itu, penambahan format pada induk sel E. coli hanya meningkatkan
tegangan listrik dari 7.15 menjadi 13.2 mV.
Kata Kunci : Escherichia coli, sel bahan bakar, tegangan listrik, format
dehidrogenase, NADH.
ABSTRACT
MARA ANDA RIVAL. Enhancement of Electrical Energy Microbial Fuel Cells
by Changing The Redox Status in Escherichia coli. Supervised by DJUMALI
MANGUNWIDJAJA and PRAYOGA SURYADARMA.
Energy need in industry is very high. One of the renewable energy resource
that can be applied to industry is Microbial Fuel Cell (MFC). Formate
dehydrogenase (FDH) which has been transformed to E. coli is able to regenerate
NAD+ to NADH by decomposing the format into CO2. The purpose of this
research is gaining influence FDH insertion and the formate addition to the E. coli
culture due to the electrical energy increasing of electrical energy in MFC. The
change of electrical voltage is confirmed by the analysis of dry cell weight,
glucose consumption, the rest of the formate, the accumulation of acetate, and
pyruvate. E. coli cells were grown under aerobic conditions with the addition of
format with a concentration of 4 g/l at agitation rate of 200 rpm shaking culture
for 24 hours. Insertion of FDH pathways and adding formate to E. coli cultures
increased the electrical voltage on MFC circuit from 7.15 into 20.35 mV.
Meanwhile, the addition of format on the parent cells of E. coli increase the
electrical voltage from 7.15 to be 13.2 mV.
Keywords: Escherichia coli, microbial fuel cells, electrical voltage, formate
dehydrogenase, NADH
PENINGKATAN ENERGI LISTRIK SEL BAHAN BAKAR
MIKROBA MELALUI PERUBAHAN STATUS
REDOKS PADA Escherichia coli
MARA ANDA RIVAL
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Depeartemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PRTANIAN BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015
sampai Oktober 2015 ini ialah penghasil listrik dari mikroba, dengan judul
Peningkatan Energi Listrik Sel Bahan Bakar Mikroba Melalui Perubahan Status
Redoks pada Escherichia coli.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Djumali Mangunwidjaja,
DEA dan Dr Prayoga Suryadarma, STP MT selaku pembimbing. Penghargaan
terbesar penulis sampaikan kepada almarhum ibu, ayah, dan seluruh keluarga atas
segala doa, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan. Selain itu, penulis
sampaikan terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan di Laboratorium
Bioindustri, Nadia, dan Sabroni atas bantuan dan dukungan selama penelitian
dalam penyusunan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada seluruh staf dan laboran Departemen Teknologi Industri Pertanian yang
telah banyak membantu dalam hal-hal administratif dalam pelaksanaan penelitian,
serta rekan-rekan satu angkatan TIN 48 dan komunitas remaja islam (Liteecom)
yang telah memberikan semangat, motivasi, dan nasehat hidup bagi penulis.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang agroindustri di Indonesia.
Bogor, Agustus 2016
Mara Anda Rival
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Hipotesis
2
Manfaat Penelitian
3
METODE
3
Lokasi dan Waktu Penelitian
3
Bahan
3
Alat
4
Tahapan Penelitian
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Pengaruh Konsentrsi NADH Terhadap Tegangan Listrik MFC
6
Pengaruh Lama Kultivasi E. coli Terhadap Tegangan Listrik MFC
7
Pengaruh FDH dan Penambahan Format terhadap Tegangan Listrik MFC 8
SIMPULAN DAN SARAN
10
DAFAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
13
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
17
DAFTAR TABEL
1 Hasil bobot sel kering, konsumsi glukosa, dan asam organik hasil kultivasi
selama 24 jam
9
DAFTAR GAMBAR
1 Ilustrasi skematika produksi NADH oleh E. coli BW25113/pHfdh pada
MFC
2 Ilustrasi skematika metabolisme sel E. coli BW25113/pHdfh
3 Profil waktu tgangan listrik yang dihasilkan MFC pada konsentrasi NADH
anolit yang berbeda
4 Profil waktu tegangan listrik yang dihasilkan MFC pada larutan anolit
kultur E. coli BW25113 dengan lama kultivasi yang berbeda
5 Tegangan listrik yang dihasilkan MFC pada larutan anolit kultur E. coli
BW25113 dan BW25113/pHfdh dengan penambahan format selama 24
jam
2
3
6
7
8
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Prosedur pembuatan larutan yang mengandung NADH
Prosedur pengukuran tegangan listrik
Prosedur transformasi plasmid jalur FDH
Prosedur pembuatan stok gliserol, prakultivasi, dan kultivasi
Prosedur analisis bobot sel kering
Prosedur analisis glukosa sisa dengan metode DNS
Prosedur analisis asam organik
13
13
13
14
14
14
15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan energi saat ini sangat tinggi, terutama penggunaan energi listrik
pada aktivitas industri. Sumber energi listrik untuk aktivitas industri pada
umumnya berasal dari PLN yang menggunakan batu bara sebagai sumber energi.
Batu bara merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui dan
menghasilkan emisi gas CO2 tinggi sehingga diperlukan teknologi sumber energi
listrik alternatif yang dapat diperbaharui dan tidak berbahaya bagi lingkungan.
Salah satu teknologi alternatif penghasil energi yang ramah lingkungan yakni sel
bahan bakar mikroba (microbial fuel cell / disingkat MFC).
MFC merupakan teknologi yang memanfaatkan mikroba sebagai katalis
untuk mengubah komponen organik menjadi energi listrik (Logan et al. 2006; Du
et al. 2007; Allen dan Beneto 1993). Aktivitas katalitik dan transfer proton
dilakukan dengan menggunakan enzim atau tambahan mediator (Kordesch dan
Simander 2001). Beberapa keuntungan teknologi MFC adalah dapat
menggunakan limbah organik sebagai bahan dalam pembentukan energi yang
dikatalis oleh mikroba, memiliki efisiensi konversi 90% dari sistem transportasi
elektron, dan ramah lingkungan (Vishwanathan dan Sai 2009).
Pada awal perkembangannya, rangkaian MFC dirancang dengan
menggunakan dua kompartemen. Pada penelitian berikutnya ditemukan prinsip
bahwa oksigen merupakan penerima elektron yang baik, sehingga MFC dirancang
dengan satu kompartemen. Kelebihan dari penggunaan satu kompartemen ini
yaitu biaya perakitan dan pemeliharaan lebih murah, serta listrik yang dihasilkan
lebih tinggi (Hampannavar et al. 2011). Elektron yang dihasilkan pada MFC
berasal dari reaksi oksidasi-reduksi Nicotinamide Adenine Dinucleotide Hydrogen
(NADH) yang diproduksi didalam metabolisme mikoba. Pada mikroba pereduksi
logam seperti Shewanella putrefaciens mampu melakukan oksidasi-reduksi
NADH menjadi elektron di dalam metabolismenya (Kim et al. 1999). Namun,
untuk bakteri non-pereduksi logam seperti Escherichia coli perlu mediator untuk
melakukan reaksi oksidasi-reduksi. Mediator merupakan zat kimia yang
digunakan untuk memindahkan elektron dari sel bakteri menuju elektroda.
Biasanya mediator yang digunakan pada MFC yaitu pewarnaan bakteri, seperti
neutral red dan metilen biru. Sejalan dengan perkembangan MFC,
mikroorganisme yang digunakan bervariasi seperti B. subtilis, E. coli, dan
Geobacterium sp. Pada dasarnya, E. coli bukan bakteri yang dapat menghasilkan
energi listrik. Namun dengan berkembangnya teknik rekayasa metabolisme, E.
coli memiliki potensi dijadikan sebagai sumber pembangkit energi listrik dengan
merekayasa metabolisme di dalam selnya. Penggunaan E. coli memberikan
keuntungan diantaranya spektrum substrat yang dapat dijadikan media sangat
luas, dapat tumbuh dengan cepat pada kondisi aerobik, mudah untuk rekayasa,
dan banyak tumbuh di lingkungan sekitar, sehingga E. coli dijadikan sumber
mikroba dalam menghasilkan energi listrik pada MFC.
V
R
Penerima elektron
O2
Sumber
karbon
Sel Bakteri
NAD+
NADH
CO2
NADH
Mediator
Mediator
2H+
Energi Listrik
NAD+ + H+ + 2e-
Gambar 1 Ilustrasi skematika produksi NADH oleh E. coli BW25113 pada MFC
Perumusan Masalah
Keberhasilan MFC untuk menghasilkan energi listrik sangat ditentukan oleh
produksi NADH dalam sel bakteri. Pada rangkaian MFC, NADH dioksidasi
menjadi NAD+, ion hidrogen, dan elektron. Elektron tersebut mengalir melalui
anoda menuju katoda. Aliran elektron tersebut akan menghasilkan tegangan
listrik.
NADH/NAD+ memiliki peranan utama dalam metabolisme mikroba, ketika
sumber karbon seperti glukosa akan tereduksi dengan NAD + membentuk NADH.
Hal ini sangat penting dalam pertumbuhan sel yang dapat mereduksi NADH
menjadi NAD+ sehingga mencapai keseimbangan reaksi redoks (Susana et al.
2002). NADH dihasilkan pada metabolisme E. coli melalui jalur glikolisis dan
siklus tricarboxylic acid (TCA). Dengan demikian, perlu strategi peningkatan
NADH pada sel E. coli untuk meningkatkan produksi energi listrik.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan poduksi energi listrik dalam
rangkaian MFC dengan meningkatkan produksi NADH didalam metabolisme sel
E. coli melalui penyisipan jalur metabolisme FDH dan penambahan asam format
pada kultur E. coli.
Hipotesis
Salah satu strategi untuk meningkatkan produksi NADH yaitu dengan
menyisipkan jalur format dehidrogenase (FDH) ke dalam E. coli dengan
penambahan asam format sebagai substrat. Hal ini dilakukan karena reaksi jalur
metabolisme FDH dapat meregenerasi NADH dari NAD+ dengan
mendekomposisi format menjadi CO2. Sejalan dengan peningkatan NADH, maka
akan terjadi peningkatan tegangan listrik, seperti yang diperlihatkan pada Gambar
1.
Glukosa
NAD+
NAD+ NADH
Format
fdh
CO2
NADH
Piruvat
NAD+
PDHc
NADH
Asetil-CoA
NADH
NAD+
Gambar 2
Asetat
TCA
Cycle
Ilustrasi skematika metabolisme sel E. coli BW25113/pHfdh
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang strategi
peningkatan energi listrik dengan peningkatan NADH melalui penyisipan jalur
metabolisme FDH dan penambahan asam format pada kultur E. coli.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Bioindustri Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dengan waktu pelaksanaan
antara bulan Maret hingga Oktober 2015.
Bahan
Sel E. coli yang digunakan dalam penelitian ini adalah BW25113 berasal
dari National Bio-Resource Project (NBRP) Jepang. Plasmid yang akan
disisipkan ke dalam sel tersebut yaitu pHfdh yang berasal dari Universitas Osaka,
Jepang. Bahan yang digunakan dalam transformasi antara lain antibiotik
(kloramfenikol 34 mg/ml dan kanamisin 15 mg/ml), CaCl 2 0.05 M, dan 2×YT
(pepton 10 g/l dan ekstrak khamir 5 g/l) serta air panas dan es batu.
Bahan yang digunakan untuk prakultivasi yaitu media luria bertani (LB)
dengan komposisi 5 g/l ekstrak khamir, 10 g/l pepton, dan 10 g/l. Media stok E.
coli BW25113 dan E. coli BW25113/pHfdh. Bahan yang digunakan dalam
kultivasi antara lain 40 g/l glukosa, 5 g/l ekstrak khamir, 10 g/l pepton, 10 g/l
NaCl, dan 4 g/l sodium format. Bahan lain yang digunakan yakni kloramfenikol
34 mg/ml, dan CaCO3 20 g/l. Bahan yang digunakan untuk membuat jembatan
garam yaitu agar bakto 10 g/l KCl 4 g/l. dan aquades. Sedangkan pengukuran
listrik, kultur ditambahkan methylene blue (MB) sebanyak 100 µM.
Alat
Alat yang digunakan untuk transformasi antara lain clean bench, tabung
reaksi, pipet mikro, spektrofotometer, sentifugator 10000 rpm 4 °C, eppendorf
tube 1.5 ml, kotak pendingin, freezer, water bath, inkubator bergoyang 200 rpm
37 °C, timbangan analitik, otoklaf 121°C, cawan petri, erlenmeyer, bunsen, dan
GeneJETTM plasmid miniprep kit. Alat yang digunakan untuk pembuatan stok
gliserol yaitu eppendorf tube dan pipet mikro.
Alat yang digunakan untuk kultivasi antara lain clean bench, erlenmeyer,
gelas ukur, gelas piala, pH meter, neraca analitik, autoklaf 121 °C, inkubator
bergoyang 120 rpm 37 °C, dan pipet mikro. Alat yang digunakan untuk kultivasi
antara lain clean bench, spektrofotometer Hach DR 2500, baffled conical flask
250 ml, stopper, pipet mikro, dan inkubator bergoyang 200 rpm 37 °C.
Alat yang digunakan pada MFC yaitu botol schooth durant 100 ml, rubber
stopper, kabel tembaga, resistor 1000 Ω, grafit, pipa kaca, pembolong karet, capit
buaya, magnetic strirrer, dan multimeter. Alat yang digunakan untuk analisa yaitu
eppendorf tube, syringe filter 0.2 μm, sentrifugator 10000 rpm 4 °C, tabung ulir,
spektrofotometer Hach DR 2500, pipet volumetrik 10 ml, pipet mikro, pH meter,
spektrofotometer UV, vortex, HPLC, dan ZORBAX SB-Aq 883975-914 column.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini meliputi penentuan pengaruh konsentrasi NADH dan
penentuan pengaruh lama kultivasi E. coli terhadap tegangan listrik MFC.
Selanjutnya dilanjutkan dengan penentuan pengaruh FDH dan penambahan
format terhadap tegangan listrik MFC.
a. Penentuan Pengaruh Konsentrasi NADH terhadap Tegangan Listrik
MFC
Langkah awal untuk menentukan pengaruh konsentrasi NADH pada
rangkaian MFC yaitu penyiapan larutan yang mengandung NADH. Larutan
tersebut dengan mengunakan kit glukosa (F-Kit 716251). Prosedur pembuatan
konsentrasi NADH dijelaskan pada Lampiran 1. Larutan yang mengandung
NADH dimasukkan ke dalam rangkaian MFC dan dilarutkan kembali dengan
aquades hingga volume total mencapai 115 ml. Setelah rangkaian listrik dan
sampel siap, magnetic stirrer dan multimeter disiapkan. Larutan MB sebanyak 5
ml dimasukkan ke dalam rangkaian. Pengukuran tegangan dilakukan selama 20
menit (Park dan Zeikus 2000).
b. Penentuan Pengaruh Lama Kultivasi E. coli terhadap Tegangan Listrik
MFC
Tahap ini diawali dengan melakukan prakultivasi sel E. coli. Prakultivasi
dilakukan untuk menyegarkan kembali sel E. coli yang akan dikultur agar sel
dapat tumbuh dengan optimal saat kultivasi. Pertumbuhan sel diukur
menggunakan spektrofotometer Hach DR 2500 dengan melihat nilai optical
density (OD) pada panjang gelombang 660 nm. Prosedur prakultivasi dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Kultivasi dilakukan secara aerob selama 0, 6, 12, 18, dan 24 jam pada kultur
bergoyang 200 rpm dan suhu 37 oC. Dari masing-masing lama kultivasi tersebut
dilakukan pengukuran listrik pada rangkaian MFC selama 20 menit. Prosedur
kultivasi dan pengukuran tegangan listrik MFC dapat dilihat pada Lampiran 4.
c. Penentuan Pengaruh FDH dan Penambahan Asam Format terhadap
Tegangan Listrik MFC
Tahap ini diawali dengan menyiapkan biakan. Penyiapan biakan pada
penelitian ini terdiri dari transformasi plasmid jalur FDH dan pembuatan stok
gliserol. Transformasi plasmid ini dilakukan untuk menyisipkan FDH ke dalam E.
coli. Prosedur dapat dilihat pada Lampiran 3. Kemudian, pembuatan stok gliserol
bertujuan untuk menyimpan sel E. coli hasil transformasi agar tidak perlu
melakukan transformasi ulang untuk kultivasi berikutnya. Prosedur pembuatan
stok gliserol dapat dilihat pada Lampiran.
Prakultivasi dilakukan untuk menyegarkan kembali sel E. coli yang akan
dikultur agar sel dapat tumbuh dengan optimal saat kultivasi. Pertumbuhan sel
diukur menggunakan spektrofotometer Hach DR 2500 dengan melihat nilai
optical density (OD) pada panjang gelombang 660 nm.
Kultivasi dilakukan secara aerob selama 24 jam pada kultur bergoyang 200
rpm dan suhu 37 oC. Sel E. coli hasil prakultivasi diinokulasikan ke dalam media
kultivasi yang mengandung format, IPTG, dan kloramfenikol. Setelah sel
dikultivasi, maka dilakukan pengukuran listrik pada rangkaian MFC selama 20
menit. Prosedur kultivasi dapat dilihat pada Lampiran 4.
Analisis
Analisis pada penelitian ini meliputi bobot sel kering, glukosa sisa, dan
asam organik (asetat, piruvat, dan format). Pengambilan sampel untuk analisis
dilakukan pada jam ke-24 setelah kultivasi. Sebanyak 1.5 ml sampel untuk
masing-masing analisis disimpan dalam eppendorf tube 1.5 ml. Sampel untuk
analisis glukosa sisa dan asam organik disentrifugasi terlebih dahulu untuk
memisahkan supernatan dan pelet, kemudian supernatan disaring dengan syringe
filter 0.2 μm.
Analisis bobot sel kering dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan sel yang
diukur menggunakan spektrofotometer Hach DR 2500 dengan mengukur optical
density (OD) pada panjang gelombang 660 nm. Nilai yang terukur dikonversi
dengan cara mengalikannya dengan 0.36 yang merepresentasikan bobot sel kering
(Ojima et al. 2012). Prosedur analisis bobot sel kering dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Pengukuran glukosa sisa dilakukan untuk mengetahui jumlah glukosa yang
dikonsumsi E. coli. Sampel yang telah siap dicampur dengan larutan DNS dengan
perbandingan 1:3. Kemudian dipanaskan pada air mendidih selama 5 menit. Lalu
sampel didinginkan, dan diukur OD nya menggunakan spektrofotometer Hach DR
2500. Nilai OD yang diperoleh kemudian dikonversi menjadi bobot glukosa
berdasarkan kurva standar (Lampiran 6). Kemudian, analisis asam organik (asetat,
piruvat, dan format) menggunakan alat HPLC dengan kolom ZORBAX SB-Aq
883975-914. Prosedur analisis asam organik (asetat, piruvat, dan format) dapat
dilihat pada Lampiran 7.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Konsentrasi NADH terhadap Tegangan Listrik MFC
Tegangan listrik dihasilkan dari elektron yang diproduksi dari larutan anolit
dalam rangkaian MFC. Elektron diperoleh melalui reaksi oksidasi-reduksi antara
NADH dengan mediator. Hal tersebut telah dilaporkan oleh peneliti sebelumnya
oleh Park dan Zeikus (2000) yang menyatakan bahwa penambahan mediator
neutral red dapat menghasilkan elektron. Oleh karena itu dilakukan penelitian
pengujian MFC dengan menggunakan variasi konsentrasi NADH terhadap
tegangan listrik yang dihasilkan (Gambar 2).
Peningkatan konsentrasi NADH dari 1 g/l menjadi 2 g/l mengakibatkan
peningkatan tegangan listrik yang dihasilkan sebesar + 20 kali menjadi 13.3 mV.
Hasil tersebut menunjukan bahwa peningkatan konsentrasi NADH sejalan dengan
peningkatan tegangan listrik yang dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Park dan Zeikus (2000) yaitu semakin tinggi
konsentrasi NADH maka tegangan listrik yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Fenomena penelitian ini menunjukan bahwa MFC yang digunakan mampu untuk
mengonversi NADH menjadi tegangan listrik serta dapat menghasilkan tegangan
listrik sesuai dengan tingkat konsentrasi NADH yang berbeda.
14
NADH 1 (g/l)
12
Tegangan (mV)
NADH 2 (g/l)
10
8
6
4
2
0
0
4
8
12
Waktu (Menit)
16
20
Gambar 3 Profil waktu tegangan listrik yang dihasilkan MFC pada konsentrasi
NADH anolit yang berbeda
Pengaruh Lama Kultivasi E. coli terhadap Tegangan Listrik MFC
Pengujian selanjutnya, untuk mengetahui peranan sel E. coli BW25113
dalam menghasilkan tegangan listrik, dilakukan analisa pengaruh lama kultivasi
E. coli BW25113 sebagai anolit terhadap profil tegangan listrik yang dihasilkan
(Gambar 3). MFC yang menggunakan media tanpa sel E. coli (media pada saat t =
0 jam) menghasilkan nilai tegangan listrik yang sama dari menit pertama hingga
menit ke-20 dengan nilai 0 mV. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sistem MFC
ini tidak menghasilkan tegangan listrik sama sekali. Sementara itu, pada media
yang telah diinokulasi sel E. coli dan dikultivasi selama 6 jam menghasilkan
kurva yang memiliki puncak sebesar 0.1 mV. Kedua fenomena ini
memperlihatkan bahwa pertumbuhan sel E. coli mampu menghasilkan tegangan
listrik.
Gambar 4 menunjukan adanya peningkatan tegangan listrik dari kultivasi
selama 6 hingga 12 jam. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah sel yang
tinggi selama fase logaritmik. Sel E. coli mengalami fase logaritmik dari lama
kultivasi 3-12 jam. Pada fase ini NADH banyak dihasilkan pada jalur glikolisis
dan siklus TCA mengingat pada fase tersebut terjadi laju konsumsi glukosa dan
pertumbuhan yang tinggi (Suryadama et al. 2012). Sementara itu, pada kultivasi
12 hingga 24 jam mengalami peningkatan tegangan listrik. Pada fase ini sel
mengalami fase stasioner, ketika pertumbuhan sel tidak berbeda secara signifikan,
tegangan listrik yang dihasilkan pada anolit dengan lama kultivasi 24 jam lebih
tinggi. Hal ini menunjukan selain jumlah sel, metabolisme didalam sel ikut
berperan dalam memproduksi NADH. Hal ini sejalan dengan teori dari
Suryadarma et al. (2012) yang mengatakan bahwa kurva pertumbuhan E. coli
BW25113 dari jam ke-12 hingga jam ke-24 mengalami fase stasioner. Dimana
hasil metabolit lebih dominan daripada pertumbuhan sel. Hal ini mengindikasikan
bahwa NADH yang terbentuk dapat dioptimalkan untuk menghasilkan tegangan
listrik pada lama kultivasi selama 24 jam.
2,8
Media tanpa sel (kontrol)
6 Jam
12 Jam
18 Jam
24 Jam
Tegangan (mV)
2,4
2
1,6
1,2
0,8
0,4
0
0
4
8
12
Waktu (Menit)
16
20
Gambar 4 Profil waktu tegangan listrik yang dihasilkan MFC pada larutan anolit
kultur E. coli BW25113 dengan lama kultivasi yang berbeda
Pengaruh FDH dan Penambahan Asam Format terhadap Tegangan Listrik
MFC
Salah satu strategi peningkatan akumulasi NADH pada larutan anolit hasil
kultivasi adalah dengan menyisipkan jalur metabolisme FDH ke dalam sel E. coli
dan penambahan asam format pada media kultivasi. Format akan didekomposisi
menjadi CO2 oleh FDH sehingga meregenerasi NAD+ menjadi NADH (Ojima et
al. 2012). Penambahan asam format sebanyak 4 g/l pada E. coli yang telah
disisipi oleh FDH mampu meningkatkan NADH yang tinggi. Hal ini telah
dikonfirmasi oleh Ojima et al. (2012) bahwa penambahan asam format 4 g/l
mampu meningkatkan produksi piruvat dengan meningkatnya NADH.
Gambar 5 memperlihatkan pengaruh penambahan asam format pada media
kultivasi E. coli dan pengaruh asam format pada jalur FDH dalam E. coli terhadap
tegangan listrik yang dihasilkan. Peningkatan produksi tegangan listrik yang
signifikan terjadi pada E. coli BW25113 dengan penambahan asam format dan
penyisipkan jalur metabolisme FDH yang disertai penambahan asam format
sebagai substrat. Hal ini mengindikasikan asam format berkontribusi dalam
peningkatan tegangan listrik. Pada E. coli BW25113/pHfdh, FDH berperan aktif
dalam mendekomposisi asam format menjadi NADH sehingga produksi NADH
tinggi. Tingginya produksi NADH pada sel akan meningkatkan tegangan listrik
yang dihasilkan. Selain itu, untuk mengklarifikasi adanya pengaruh asam format
terhadap peningkatan tegangan listrik, dilakukan analisis bobot sel kering,
konsumsi glukosa, dan asam organik (Tabel 1).
30
* : Signifikan pada pada taraf < 0,05
25
*
Tegangan (mV)
*
*
20
15
10
5
0
BW25113
BW25113/pHfdh &
BW25113 &
penambahan asam penambahan asam
format 4 g/l
format 4 g/l
Gambar 5 Tegangan listrik yang dihasilkan MFC pada larutan anolit kultur E.
coli BW25113 dan BW25113/pHfdh dengan penambahan asam
format yang dikultivasi selama 24 jam
Tabel 1 Bobot sel kering, konsumsi glukosa, dan asam organik hasil kultivasi
selama 24 jam
Penambah Bobot
Konsumsi
Asam
an asam
sel
Piruvat Asetat
Sel
glukosa
format
format t=0 kering
(g l-1)
(g l-1)
(g l-1)
sisa (g l-1)
-1
-1
jam (g l ) (g l )
1.9212 16.7646+
15.533
BW25113
0
1.9559
0
+0.10
0.27
8
BW25113
2.2602 13.9755+
4
0.8312 6.8164
3.2871
/pHfdh
+0.15
0.15
1.3326 21.0776+
BW25113
4
1.0098 4.2071
3.5640
+0.06
0.72
Bobot sel kering dan konsumsi glukosa pada E. coli BW25113/pHfdh
dengan penambahan asam format tidak menyebabkan perubahan secara
signifikan. Hal ini memperlihatkan bahwa penambahan asam format tidak secara
signifikan mengubah metabolisme sel E. coli. Peningkatan NADH tidak terjadi
akibat peningkatan jumlah sel, namun peningkatan tersebut diakibatkan oleh jalur
metabolisme FDH yang mendekomposisi format menjadi CO2, sehingga dapat
meregenerasi NAD+ menjadi NADH. Konsumsi glukosa pada E. coli
BW25113/pHfdh lebih sedikit daripada E. coli BW25113 tanpa penambahan asam
format. Tingginya bobot sel kering pada E. coli BW25113/pHfdh dikarenakan
glukosa lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan sel dan mendapatkan suplai
substrat tambahan berupa format. Dilain pihak, konsumsi glukosa pada E. coli
BW25113 lebih banyak digunakan untuk produk lain, sehingga untuk
mengonfirmasi hal tersebut perlu dilakukan analisis asam organik yaitu piruvat
dan asetat. Asam piruvat dan asetat merupakan hasil metabolisme pada jalur
glikolisis (Vemuri et al. 2006). Penyisipan jalur metabolisme FDH dan
penambahan asam format pada induk sel E. coli menyebabkan penurunan
produksi asam piruvat dan asetat. Hal ini menunjukan adanya peningkatan
konversi piruvat, selain menuju asetat.
Produksi tegangan listrik pada MFC dari anolit kultur E. coli BW25113
dengan penambahan asam format mengalami kenaikan secara signifikan, yakni
hampir 2 kali lipat dari kultur E. coli BW25113. Hal ini menunjukan bahwa asam
format berkontribusi dalam peningkatan tegangan listrik. Untuk mengonfirmasi
hal tersebut dilakukan analisa melalui bobot sel kering, konsumsi glukosa, dan
asam organik (asam piruvat dan asetat). Penambahan asam format pada induk sel
E. coli menghasilkan bobot sel kering yang lebih rendah daripada E. coli
BW25113 tanpa penambahan asam format, namun tegangan listrik yang
dihasilkan lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan format berkontribusi dalam
peningkatan tegangan listrik. Menurut Suryadarma et al. (2012), penambahan
asam format 6 g/l pada jam ke-12 menurunkan bobot sel kering, sehingga
kelebihan format tidak dapat didekomposisi oleh E. coli rekombinan. Hal ini
mengonfirmasi terjadinya penurunan bobot sel kering pada induk sel E. coli.
Dengan demikian, asam format dapat menjadi racun bagi sel, sehingga bobot sel
kering pada induk sel E. coli yang ditambahkan asam format lebih rendah
daripada yang tidak ditambahkan asam format. Tingginya konsumsi glukosa pada
induk sel E. coli yang ditambahkan asam format menunjukan adanya peningkatan
aktivitas sel pada jalur glikolisis. Glukosa yang dikonsumsi kemudian dikonversi
menjadi piruvat dan dikonversi lebih lanjut ke jalur produksi asetat (Vemuri et al.
2006). Terbentuknya piruvat dan asetat mempengaruhi aliran karbon pada siklus
TCA. Pembentukan asetat terjadi ketika karbon yang mengalir ke siklus TCA
melebihi kapasitas sehingga aliran karbon akan beralih pada jalur lain (Chang et
al. 1999). Pada kondisi aerob, sel menggunakan NADH untuk aktifitas respirasi.
Aktifitas tersebut mengoksidasi NADH menjadi NAD+ yang kemudian akan
digunakan untuk meningkatkan glikolisis dan aktivitas siklus TCA. Meningkatnya
konsumsi glukosa akan menghasilkan NADH yang tinggi pula. Sementara itu,
peningkatan aktifitas siklus TCA juga akan menghasilkan NADH. Dengan
demikian, akan terjadi akumulasi NADH. Meski demikian, akumulasi NADH
tersebut dapat menjadi hambatan bagi enzim sintase untuk aktifitas siklus TCA.
Hal ini mengakibatkan sedikitnya aliran karbon menuju siklus TCA sehingga
terjadi pembentukkan asam asetat. Dengan demikian, kondisi aerobik berpengaruh
terhadap pembentukkan asam asetat. Meski ada kemungkinan lain konsumsi
glukosa mengarah pada produk samping lain, tidak hanya asetat, dalam penelitian
ini tidak membahas kemungkinan lain lebih lanjut. Pembentukan piruvat dan
asetat yang tinggi pada BW25113 menjadi salah satu indikator rendahnya
tegangan listrik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penyisipan jalur metabolisme FDH pada sel E. coli dengan penambahan
asam format sebagai substrat memberikan pengaruh terhadap kenaikan energi
listrik pada rangkaian MFC dengan mendekomposisi format menjadi CO 2,
sehingga dapat meregenerasi NAD+ menjadi NADH . Selain itu, penambahan
asam format pada induk sel E. coli dapat meningkatkan tegangan listrik pada
rangkaian MFC.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait rangkaian MFC yang dapat
secara langsung mengukur tegangan listrik pada anolit. Selain itu, perlu juga
dilakukan pengujian grafit yang secara efektif untuk menghantarkan elektron pada
rangkaian MFC.
DAFTAR PUSTAKA
Allen RM, Bennetto HP. 1993. Microbial fuel cells: electricity production from
carbohydrates. J Appl Biochem Biotechnol. 39:27-40.
Chang DE, Shin S, Rhee JS, dan Pan JG. 2009. Acetate metabolism in a pta
mutant of Escherichia coli W3110: improve of maintaining acetyl-CoA flux
for the growth and survival. J Bacteriol. 181:6656-6663.
Du, Zhuwei, H. Li, and T. Gu. 2007. A state of the art review on microbial fuel
cell: a promising technology for wastewater treatment and bioenergy. J
Biotechnol Advanc. 25:464-482.
Hampannavar US, Anupama, dan Pradeep NV. 2011. Treatment of distellery
wastewater using single chamber and double chamber MFC. J Env Sci.
2(1):113-123.
Kim, H. Joo, M. Sik Hyun, I. Sheop Chang, dan B. Hong Kim. 1999. A microbial
fuel cell type lactate biosensor using a metal-reducing bacterium,
Shewanella putrefaciens. J Biotechnol. 9(3):365-367.
Kordesch K, Simnder G. 2001. Fuel cell and their application. VCH. New York.
Logan BE, Hamelers B, Rozendal R, Schroder U, Keller J, Verstraete W, dan
Rabael K. 2006. Microbial fuel cells: methodology and technology. Env sci
technol. 40(17):5181-5182.
Muralidharan A, Babu OA, Nirmalraman K, Ramya M. 2011. Impact of salt
concentration on electricity production in microbial hydrogen based salt
bridge fuel cell. Indn J Fund Appl Life Sci. 1:178-184.
Ojima Y, Suryadarma P, Tsuchida K, dan Taya M. 2012. Accumulation of
pyruvate by changing the redox status in Escherichia coli. Biotechnol Lett.
34:889-893.
Panja S, Saha S, Jana B, dan Basu T. 2006. Role of membrane potential on
artificial transformation of E. coli with plasmid DNA. Biotechnol. 127:1420.
Park DH, Zeikus JG. 2000. Electricity generation in microbial fuel cells using
neutral red as an electronophore. Appl Env Microbiol. 66(4):1292-1297.
Suryadarma P, Ojima Y, Fukuda Y, Akamatsu N, dan Taya M. 2012. Design of
Escherichia coli cell culture for regulating alanine production under aerobic
conditions. J Chem Eng Jpn. 6(2):152-157.
Susana J, Riveria B, Bennett GN, San KY. 2002. Metabolic engineering of
Escherichia coli: increasing of NADH availability by overexpressingan
NAD+ dependent formate dehydrogenase. Metab Eng. 4:217-229.
Taskan E, B. Ozkaya, H. Hasar. 2014. Effect of different mediator concentrations
on power generation in MFC using Ti-TiO2 electrode. J Energy Sci. 4(1):911.
Vemuri GN, E Altman, DP Sangurdekar, AB Khodursky, dan MA Eiteman. 2006.
Overflow metabolism in Escherichia coli during steady state growth:
Transcriptional regulation and effect of the redox ratio. Appl Environ
Microbiol. 72:3653-3661.
Vishwanathan dan Sai SSS. 2009. Microbial fuel cell: principles and applications.
[Internet].
(diunduh
2016
Feb
10).
Tersedia
pada:
http://www.altenergymag.com/content.php?post_type=1424.
Yan M. 2008. Preliminary Study on E. coli microbial fuel cell and on-electrode
taming of biocatalyst. Chn J Proc Eng. 6(8):1179-1184.
LAMPIRAN
Lampiran 1 pembuatan larutan yang mengandung NADH (Cat. No. 10716 251
035)
Pembuatan larutan yang mengandung NADH dibuat dari glucose kit.
Larutan glukosa disiapkan dalam tabung ulir dengan konsentrasi 0.5 g dan 1 g per
liter aquades. Masing-masing larutan glukosa diambil sebanyak 0.1 ml dan
direaksikan dengan 1 ml larutan ke-1 dalam kit dan 1.9 ml aquabides lalu
ditunggu 3 menit. Larutan tersebut kemudian direaksikan dengan 0.02 ml
suspensi ke-2 dalam kit dan ditunggu selama 15 menit.
Lampiran 2 pengukuran tegangan listrik
Tahapan ini diawali dengan perakitan rangkaian MFC dengan satu dengan
menggunakan satu botol schoot duran 100 ml. Mulut botol ditutup dengan rubber
stopper yang telah dilubangi untuk pipa jembatan garam dan anoda. Jembatan
garam dibuat dari agar bakto 10% dan garam KCl 4% dengan pipa kaca yang
berdiameter 12 mm dan panjang 50 mm. Katoda dibenamkan pada jembatan
garam sepanjang setengah dari panjang katoda (Muralidharan et a. 2011). Anoda
dan katoda terbuat dari grafit berbentuk silinder. Kabel tembaga digunakan untuk
menghubungkan sirkuit dan dipasang dengan capit buaya. Sebelum digunakan,
MFC diotoklaf pada 121oC selama 20 menit. Pada botol diisi sebanyak 120 ml
hasil kultivasi dan ditambahkan dengan methylenen blue (MB) sebanyak 100 µM.
MFC dihubungkan dengan resistor 1000 Ω dan multimeter serta dioperasikan
pada ruangan dengan suhu 37 oC dengan pengadukan menggunakan magnetic
stirrer dengan kecepatan 400 rpm. Pengukuran tegangan dilakukan selama 20
menit.
Lampiran 3 transformasi plasmid jalur FDH (Panja et al. 2006)
Sel E. coli BW25113 dikultur terlebih dahulu dalam 2 ml media LB yang
mengandung 15 mg/ml kanamisin, diinkubasi pada suhu 37°C dengan kecepatan
120 rpm selama semalam. Sebanyak 0.5 ml kultur sel E. coli disubkultur hingga
OD600 mencapai 0.4–0.5. Kemudian 1.5 ml kultur sel E. coli diinkubasi dalam es
selama 10 menit. Selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm pada
suhu 4°C selama 2 menit. Supernatan yang dihasilkan kemudian dibuang
sedangkan pelet diresuspensi dengan 100 μl buffer transformasi (0.05 Mm CaCl 2)
yang mengandung 15% gliserol dan diinkubasi pada suhu 4°C selama 10 menit.
Setelah langkah tersebut, sell disebut sel kompeten. Sel kompeten yang dihasilkan
kemudian digunakan untuk transformasi. Setiap transformasi membutuhkan 100
μl sel kompeten.
Tahapan selanjutnya adalah transformasi plasmid yang dimaksud melalui
sebanyak 10 μl plasmid pHfdh ditambahkan ke dalam 100 μl sel kompeten,
diinkubasi pada suhu 4°C selama 30 menit. Kemudian dipanaskan pada suhu
42°C selama 45 detik. Kemudian diinkubasi pada suhu 4°C selama 5 menit.
Setelah diinkubasi, sel kompeten tersebut ditambahkan dengan 100 μl media 2Xyt
lalu diinkubasi pada suhu 37°C dengan kecepatan 250 rpm selama 30-60 menit.
Sel E. coli yang telah disisipi plasmid pHfdh kemudian disebar ke dalam media
LB agar/padat yang mengandung 34 mg/ml kloramfenikol dan 15 mg/ml
kanamisin dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 12 jam. Selanjutnya akan
dilakukan analisis plasmid dengan menggunakan GeneJETTM plasmid miniprep
kit.
Lampiran 4 pembuatan stok gliserol, prakultivasi, dan kultivasi (Ojima et al.
2012)
Sebanyak 300 μl gliserol 50% dan 700 μl sel E. coli hasil prakultivasi
dimasukkan ke dalam eppendorf tube. Kemudian diresuspensi agar homogen.
Selanjutnya disimpan dalam freezer.
Sebanyak 50 ml LB dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian
ditambahkan antibiotik (kloramfenikol dan kanamisin), dan sel E. coli
BW25113/pHfdh masing-masing 50 μl. Selanjutnya, diinkubasi di dalam
incubator shaker dengan kecepatan 120 rpm pada suhu 37 °C selama 12 jam.
Setelah diinkubasi, nilai OD660 diukur hingga 1–1.5. Sebanyak 5 ml sel
dimasukkan ke dalam kuvet kemudian diukur nilai OD660 dengan
spektrofotometer. Jika nilai OD660 di atas 1.5 maka dilakukan pengenceran dengan
media LB. Namun, jika nilai OD660 di bawah 1 maka proses inkubasi dilanjukan
kembali hingga nilainya antara 1–1.5.
Sebanyak 2.5 ml sel E. coli BW25113/pHfdh yang telah mencapai nilai
OD660 1–1.5 dimasukkan ke dalam tiga baffled conical flask, setiap baffled
conical flask mengandung 40 ml media LB, l0 ml glukosa 40 g/l, 50 μl
kloramfenicol, 34 mg/l, 50 μl kanamisin 15 mg/l, 1 ml format 4 g/l, dan 1 g
CaCO3 20 g/l. Nilai Ph media diatur hingga 7 dengan penambahan NaOH 1 M.
Selanjutnya, diinkubasi di dalam incubator shaker dengan kecepatan 250 rpm
pada suhu 37 °C selama 24 jam.
Asam format yang digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu dengan
menggunakan syringe filter 0.2 μm. Sedangkan untuk CaCO3 disterilisasi dengan
oven pada suhu 180 °C selama 2 jam.
Lampiran 5 prosedur analisis bobot sel kering (Ojima et al. 2012)
Sebanyak 4.5 ml HCl 1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi ulir
kemudian dicampur dengan 0.5 ml sampel dan diresuspensi. Kemudian diukur
nilai OD pada absorbansi (λ) 660 nm dengan spektrofotometer Hach DR 2500.
Bobot sel kering (g/l) = 0.36 x OD660.
Lampiran 6 prosedur analisis glukosa sisa dengan metode DNS
Sampel yang telah siap dicampur dengan larutan DNS dengan perbandingan
1:3. Kemudian dipanaskan di air mendidih selama 5 menit. Lalu sampel
didinginkan, dan diukur OD nya menggunakan spektrofotometer Hach DR 2500.
Nilai OD yang diperoleh kemudian dikonversi menjadi bobot glukosa berdasarkan
kurva standar yang telah dibuat.
1,6
y = 0,0048x - 0,2766
R² = 0,9999
1,4
Nilai OD
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0
100
200
Glukosa (ppm)
300
400
Kurva standar glukosa
Lampiran 7 prosedur analisis asam organik
Pengukuran asam organik asetat, piruvat, dan format dilakukan dengan
menggunakan HPLC dengan kolom ZORBAX SB-Aq 883975-914. Fase bergerak
yang digunakan adalah 99% NaH2PO4 20 Mm, Ph2, 1% ACN. Suhu, laju alir, dan
panjang gelombang yang digunakan, berturut-turut yakni 35ºC, 1 ml/menit, dan
210 nm, dengan volume sampel yang diinjek sebanyak 20 μl.
1600
y = 2966,1x - 21,006
R² = 0,9998
1400
Luas Area
1200
1000
800
600
400
200
0
0
0,2
0,4
Piruvat (g l-1)
0,6
Kurva standar asam piruvat
300
y = 531,62x + 1,4644
R² = 0,999
Luas Area
250
200
150
100
50
0
0
0,2
0,4
0,6
Asetat (g l-1)
Kurva standar asam asetat
600
y = 993,87x - 2,5947
R² = 0,9993
Luas Area
500
400
300
200
100
0
0
0,2
0,4
-1
Format (g l )
Kurva standar asam asetat
0,6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 1 Februari 1994 dari ayah
Ahmad Basyar dan ibu Nanih (alm). Penulis adalah putra pertama dari lima
bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Jakarta dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan dan
diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif diberbagai organisasi yaitu
sebagai bendahara IPB Farmer’s Student Club (I’FAST CLUB) selama dua
periode (tahun 2012-2013) dan badan pengawas selama satu periode (tahun 2014),
anggota departemen syiar islam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Alhurriyyah
selama dua periode (tahun 2012-2013), anggota departemen syiar islam Lembaga
Dakwah Fakultas (LDF) Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA) selama dua
periode (tahun 2013-2014), dan ketua Rohani Islam (Rohis) kelas selama 8
semester (tahun 2011-2015). Bulan Juli-Agustus 2014 penulis melaksanakan
Praktik Lapangan di PT Rajawali Nusantara 1 Indonesia Unit PG Krebet Baru II
Malang dengan judul Teknologi Proses dan Pengawasan Mutu Produksi Gula di
PT Rajawali Nusantara 1 Indonesia Unit PG Krebet Baru II Malang.
Semasa mengikuti perkuliahan, penulis pernah memperoleh berbagai
prestasi, diantaranya memperoleh hibah dana DIKTI (Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi) tahun 2014 untuk kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM) Penelitian dan juara 1 lomba menulis esai Himalogin (Himpunan
Mahasiswa Tekonologi Industri) IPB 2014. Selain itu, penulis juga menerima
beasiswa Bidikmisi.
Download