Mata pelajaran matematika juga merupakan salah satu mata

advertisement
Media Prestasi
Jurnal Ilmia STKIP PGRI NGAWI
Vol.11 No. 1(2013)
(2013) Pendidikan
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN
JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP DI
KABUPATEN MAGETAN
Oleh: Erny Untari Dosen Tetap STKIP PGRI Ngawi
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Manakah model pembelajaran yang
memberikan prestasi belajar
jar matematika yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif
tipe STAD atau model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Jigsaw.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Populasi
opulasi penelitian ini
adalah siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Magetan. Pengambilan sampel menggunakan
teknik stratified cluster random sampling.. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah
tes prestasi belajar. Uji coba instrumen tes meliputi validitas isi,, tingkat kesukaran, daya
pembeda, dan reliabilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas menggunakan metode
Lilliefors dan uji homogenitas variansi menggunakan metode Bartlett.. Dengan α = 0,05,
diperoleh kesimpulan
simpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
mempunyai variansi yang homogen. Uji keseimbangan menggunakan uji--t diperoleh
kesimpulan
simpulan bahwa kedua kelas
ke eksperimen mempunyai kemampuan awal yang seimbang
seimbang.
Pengujian hipotesis menggunakan uji-t, diperoleh simpulan bahwa Prestasi belajar
siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak lebih baik
dibandingkan prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Kata kunci: STAD, Jigsaw, Prestasi Belajar.
Pelajaran matematika di
SMP khususnya kelas VIII, salah
satunya membahas pokok materi
persamaan garis lurus. Materi ini
penting untuk dipelajari, karena pokok
bahasan
persamaan
garis
lurus
merupakan
materi
yang
selalu
digunakan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Jika pokok bahasan
persamaan garis lurus ini dapat dikuasai
siswaa dengan baik pada tingkat SMP,
maka siswa tidak akan mengalami
kesulitan untuk materi yang sama pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Tentunya harapan untuk menghasilkan
prestasi yang lebih baik untuk pelajaran
matematika terbuka lebar, sehingga
menghasilkan
ghasilkan prestasi yang lebih tinggi
dibanding pelajaran lain. Pada materi
persamaan garis lurus, persentase
penguasaan materi di Kabupaten
Magetan juga masih rendah.
Guna
meningkatkan
hasil
belajar matematika perlu juga dilakukan
metode baru dalam pembe
pembelajarannya,
diantaranya melalui model pembelajaran
kooperatif. Menurut Isjoni (2010 : 13),
beberapa ahli menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tidak hanya
unggul
dalam
membantu
siswa
Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran matematika
juga merupakan salah satu mata
pelajaran yang diujikan dalam Ujian
Nasional. Pada Ujian
jian Nasional
Nasional,
sebagian siswa menganggap bahwa
mata
pelajaran
matematika
merupakan mata pelajaran yang
mempunyai tingkat kesulitan cukup
tinggi dibanding pelajaran IPA
maupun Bahasa Indonesia,
Indonesia meskipun
dari segi nilai tidak banyak
perbedaan.. Hal ini dapat dilihat pada
hasil Nilai
ilai Ujian Nasional Di SMP
Kabupaten Magetan. Nilai rata-rata
rata
Ujian Nasional pada tahun ajaran
2009/2010 untuk mata pelajaran
Matematika adalah 6,76, nilai ratarata
rata IPA adalah 6.80, dan nilai ratarata
rata Bahasa Indonesia 7,82. Dari
data nilai tersebutt dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata
rata mata pelajaran
matematika
lebih
rendah
dibandingkan dengan nilai rata-rata
rata
mata pelajaran IPA dan mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
Indonesia
1
Media Prestasi
Jurnal Ilmia STKIP PGRI NGAWI
Vol.11 No. 1(2013)
(2013) Pendidikan
memahami konsep yang sulit, tetapi juga
sangat berguna untuk menumbuhkan
men
kemampuan berpikir kritis, bekerja
sama, dan membantu teman. Dalam
cooperative learning,, siswa terlibat aktif
pada proses pembelajaran, sehingga
memberikan dampak positif terhadap
kualitas interaksi dan komunikasi yang
berkualitas, dapat memotivasi
memotivas siswa
untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Tujuan dari pembelajaran kooperatif
adalah menciptakan situasi dimana
keberhasilan individual ditentukan atau
dipengaruhi
oleh
keberhasilan
kelompoknya. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
teknik-teknik
teknik
pembelajaran kooperatif lebih banyak
meningkatkan hasil belajar daripada
pembelajaran tradisional.
Pembelajaran
kooperatif
menampakkan wujudnya dalam bentuk
belajar kelompok. Dalam kelompok
belajar
kooperatif
siswa
tidak
diperkenankan
mendominasi
atau
menggantungkan
enggantungkan diri pada siswa lain.
Dalam kelompok belajar kooperatif
ditanamkan
norma
bahwa
sifat
mendominasi orang lain adalah sama
buruknya dengan sifat menggantungkan
diri pada orang lain.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui manakah
yang
mempunyai prestasi
stasi belajar matematika
yang lebih baik, siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD atau siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar
elajar
menurut
aliran
konstruktivisme yang mengutamakan
siswa mengkonstruksikan pengetahuan
dalam benak siswa sendiri. Siswa harus
menemukan dan mentransformasikan
suatu ide atau informasi kompleks ke
situasi lain. Dengan demikian, dalam
proses belajar dan pembelajaran dalam
penelitian ini dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi”, bukan “menerima”
pengetahuan.
Menurut Nur dalam Triyanto
(2002 : 8), secara filosofis, belajar
menurut teori konstruktivisme adalah
membangun pengetahuan sedikit demi
dem
sedikit, yang kemudian hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas
dan tidak sekonyong-konyong.
konyong. Teori
konstruktivis menyatakan bahwa siswa
harus
menemukan
sendiri
dan
mentransformasikan
informasi
kompleks, mengecek informasi baru
dengan
aturan-aturann
lama
dan
merevisinya apabila aturan
aturan-aturan itu
tidak sesuai lagi. Menurut teori
konstruktivis, satu prinsip yang paling
penting dalam psikologi pendidikan
bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa.
Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan
engetahuan di dalam benaknya. Guru
dapat memberikan kemudahan untuk
proses
ini,
dengan
memberikan
kesempatan siswa untuk menemukan
atau menerapkan ide-ide
ide mereka sendiri,
dan mengajar siswa menjadi sadar dan
secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar.
Menurut Herman Hudoyo
(1990 : 139) hasil belajar matematika
adalah
kemampuan
menampilkan
pemahaman dan penguasaan setelah
mempelajari matematika. Nana Sudjana
(1995 : 22) mengemukakan bahwa hasil
belajar matematika adalah kemampuan
kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia memperoleh pengalaman belajarnya.
Mulyono Abdurrahman (1996 : 35)
mengemukakan bahwa prestasi atau
hasil belajar dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari diri siswa dan faktor
yang berasal dari lingkungannya.
Banyak
anyak
orang
yang
mempertukarkan antara matematika
dengan aritmatika atau berhitung.
Padahal,
matematika
mempunyai
cakupan yang lebih luas daripada
aritmatika, aritmatika hanya merupakan
bagian dari matematika.
Menurut
Mulyono
Abdurrahman (1996 : 227), mate
matematika
adalah suatu cara untuk menemukan
jawaban terhadap masalah yang
dihadapi
manusia,
suatu
cara
menggunakan informasi, menggunakan
pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,
menggunakan pengetahuan tentang
menghitung, dan yang paling penting
adalah memikirkan
kan dalam diri manusia
itu sendiri dalam melihat dan
menggunakan
hubungan
hubungan-hubungan.
Leaner dalam bukunya Learning
2
Media Prestasi
Jurnal Ilmia STKIP PGRI NGAWI
Vol.11 No. 1(2013)
(2013) Pendidikan
Disabilities (1988 : 430) yang dikutip
oleh
Mulyono
Abdurrahman
mengemukakan bahwa matematika di
samping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan
n bahasa universal yang
memungkinkan manusia memikirkan,
mencatat dan mengkomunikasikan ide
mengenai elemen dan kuantitas.
Pembelajaran kooperatif adalah
satu
bentuk
pembelajaran
yang
berdasarkan
paham
konstruktivis.
Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi
tegi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi
pelajaran (Isjoni, 2010 : 12). Menurut
Vygotsky dalam
Isjoni
(39-40),
(39
pembelajaran adalah proses yang terjadi
pada individu, tetapi pembelajaran tidak
dapat berlangsung tanpa bantuan
lingkungan sekitar. Sehingga guru harus
melibatkan lingkungan sekitar dalam
pembelajaran bagi
gi siswa. Dalam
pembelajaran kooperatif, lingkungan
sekitar diterjemahkan sebagai temanteman
teman
satu
kelas.
Pembelajaran
kooperatif
(cooperative
cooperative
learning)
learning
dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan
penghargaan kooperatif. Siswa yang
bekerja dalam situasi pembelajaran
pemb
kooperatif
didorong
dan
atau
dikehendaki untuk bekerjasama pada
suatu tugas bersama, dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk
menyelesaikan tugasnya.
Pada pembelajaran kooperatif
lebih menekankan pada kehadiran teman
untuk
saling
berinteraksi
berint
dan
bekerjasama sebagai sebuah tim untuk
menyele- saikan masalah atau tugas
yang diberikan. Sebagaimana yang
ditulis oleh Goos Merrilyn (2006) : “The
“
practices and beliefs developed within
reform classroom frame learning as
participation in a community
commun of practice
characterized by inquiry mathematics –
where students learn to speak and act
mathematically by participating in
mathematical discussion and solving
new or unfamiliar problems. ( Richards,
1991). Such classrooms could be
described
as
commun
communities
of
mathematical inquiry”.
Berdasarkan pendapat di atas,
pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran
yang
memandang
keberhasilan
individu
yang
diorientasikan
dalam
keberhasilan
kelompok. Dalam hal ini maka siswa
bekerja sama dalam mencapai tujuan,
dan siswa berusaha keras membantu dan
mendorong teman-temannya
temannya untuk
bersama-sama
sama berhasil dalam belajar.
Lie (2005 : 12) menyatakan bahwa
sistem pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dengan sesama siswa dalam tugas
tugastugas yang terstruktur disebut sebagai
sistem pembelajaran gotong--royong atau
pembelajaran kooperatif.
Dengan
demikian,
model
pembelajaran kooperatif selain mencapai
berbagai macam tujuan sosial, juga
untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas
ugas
akademik.
Agar
pembelajaran kooperatif terlaksana
dengan baik, siswa diberi lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan atau
tugas
yang
direncanakan
untuk
dikerjakan. Selama kerja kelompok,
tugas kelompok adalah mencapai
ketuntasan materi yang disajikan gu
guru
dan saling membantu teman sekelompok
untuk mencapai ketuntasan materi
tersebut.
Siswa
diminta
mempresentasikan hasil diskusinya.
Pada saatnya tes terakhir diusahakan
agar siswa tidak bekerja sama pada saat
mengerjakan tes.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD
merupakan
model
pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Menurut Slavin (2005 : 143)
STAD merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan model yang
paling baik untuk permulaan bagi para
guru
uru
yang
baru
menggunakan
pendekatan kooperatif. Menurut Isjoni
(2010 : 51), STAD merupakan salah satu
tipe kooperatif yang menekankan pada
adanya aktivitas dan interaksi di antara
siswa untuk saling memotivasi dan
saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran
lajaran guna mencapai prestasi
yang maksimal
3
Media Prestasi
Jurnal Ilmia STKIP PGRI NGAWI
Vol.11 No. 1(2013)
(2013) Pendidikan
Prestasi belajar matematika siswa yang
dikenai model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw lebih baik daripada prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajaran
kooperatif
yang
mendorong siswa lebih aktif. Metode
pengajaran
dengan
Jigsaw
dikembangkan oleh Aronson (1978)
dalam Slavin (2005 : 236). Dalam teknik
ini, siswa bekerja dalam anggota
kelompok yang sama, yaitu empat
orang, dengan latar belakang yang sama
seperti dalam STAD. Para siswa
ditugaskan untuk membaca buku, sesuai
ses
materi yang akan dipelajari. Tiap
anggota tim ditugaskan secara acak
untuk menjadi “ahli” dalam aspek
tertentu dari tugas membaca tersebut.
Setelah membaca materinya, para ahli
dari tim berbeda bertemu untuk
mendiskusikan topik yang sedang
dibahas, lalu
u mereka kembali kepada
timnya untuk mengajarkan topik mereka
itu kepada teman satu timnya. Akhirnya,
akan ada kuis atau bentuk penilaian
lainnya
untuk
semua
topik.
Penghitungan skor dan rekognisi
didasarkan pada kemajuan yang dicapai
seperti dalam STAD (Slavin,
lavin, 2005 : 14).
Tempat,
Subyek
dan
Waktu
Penelitian
Penelitian dilaksanakan
an di SMP
Kabupaten Magetan. Subyek penelitian
ini adalah siswa kelas VIII semester
gasal tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian
dilaksanakan
pada
semester
gasal
tahun
pelajaran
2011/2012.
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian
semu, karena penelitian ini tidak
mungkin untuk mengontrol semua
variabel yang ada.
Populasi,
Sampel
dan
Teknik
Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP di Kabupaten
Magetan tahun ajaran 2011/2012
2011/2012.
Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik stratified cluster random
sampling. Dari 53 SMP yang ada di
Kabupaten Magetan terlebih dahulu
diurutkan berdasarkan nilai rata
rata-rata
siswa pada ujian nasional SMP tahun
pelajaran
2009/2010.
Selanjutnya,
urutan sekolah
lah tersebut dikelompokkan
menjadi
tiga kelompok. Kelompok
tinggi terdiri dari urutan 11-18 (18
sekolah). Kelompok sedang terdiri dari
urutan 19-36
36 (18 sekolah). Kelompok
rendah terdiri dari urutan 37
37-53 (17
sekolah). Dari tiga kelompok tersebut,
diambil secara acak masing-masing
masing satu
sekolah. Selanjutnya, dari masing
masingmasing sekolah yang terpilih diambil
secara acak masing-masing
masing dua kelas,
yaitu satu kelas untuk kelas eksperimen
satu dan satu kelas untuk kelas
eksperimen dua.
Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika dengan
model kooperatif tipe Jigsaw dituntut
untuk saling kerjasama dan ketepatan
dalam memilih anggota yang akan
diwakilkan dalam mengikuti diskusi
pada tim ahli. Sedangkan dalam
d
pembela- jaran STAD pada akhir
pembelajaran hanya berdiskusi dalam
kelompoknya masing-masing
masing tanpa
adanya tim ahli. Dengan demikian
pembelajaran dengan model kooperatif
tipe Jigsaw diharapkan lebih menuntut
kecermatan dan keaktifan bagi siswa
bila dibandingkan
andingkan pembelajaran tipe
STAD. Oleh karena itu prestasi belajar
siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw akan lebih baik
dibandingkan prestasi belajar siswa yang
dikenai model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
Instrumen Penelitian
Instrumen
rumen tes digunakan untuk
mengetahui prestasi belajar matematika
Hipotesis
4
Media Prestasi
Jurnal Ilmia STKIP PGRI NGAWI
Vol.11 No. 1(2013)
(2013) Pendidikan
Uji Homogenitas
Uji homogenitas
Bartlett.
pada kompetensi dasar persamaan garis
lurus. Sebelum instrumen digunakan,
terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas. Setelah diuji coba
dilakukan
n analisis butir soal.
Teknik
analisa
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
uji-t.. Dari variabel penggunaan model
pembelajaran diklasifikasikan menjadi
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen
II.
Sebelum
melakukan
analisis
menggunakan uji-tt dilakukan uji
persyaratan analisis yaitu:
Uji Prasyarat
Keseimbangan
Analisis
dan
menggunakan
uji
Uji-t
Uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji-t.
t. Hasil perhitungan
diperoleh
= 0,1378
1378, sedangkan
daerah kritik untuk α = 0,05 adalah DK
= {t | t >1,645}, sehingga
∉ DK.
Maka
diterima. Jadi kesimpulan uji
prestasi belajar siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw tidak lebih baik daripada prestasi
belajar siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Uji
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian
perlu dijelaskan agar tidak terjadi
persepsi yang salah dalam penggunaan
hasilnya. Keterbatasan yang dimaksud
menyangkut beberapa aspek seperti
subyek penelitian, materi pembelajaran,
model pembelajaran, dan evaluasi
prestasi belajar.
Subyek penelitian ini terbatas
pada tiga sekolah yang mewakili
kelompok atas, kelompok tengah dan
kelompok bawah yang sudah tentu
membawa keterbatasan kondisi sekolah
yang terwakili dalam penelitian.
Keterbatasan materi pelajaran
yang hanya terbatas pada materi
persamaan garis lurus di kelas VIII yang
sudah barang tentu membawa
keterbatasan hasil penelitian ini
sehingga perlu hati-hati
hati pada saat
menerapkan untuk materi yang lain.
Keterbatasan model pembelajaran
yang hanya dibatasi dua model yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, juga membawa
keterbatasan yaitu tidak dapat
mendeteksi keefektifan model
model-model
pembelajaran yang lain. Kemungkinan
masih ada model pembelajaran
embelajaran lain yang
lebih baik untuk meningkatkan prestasi
belajar matematika khususnya pokok
bahasan persamaan garis lurus.
Evaluasi terhadap prestasi belajar
yang dilakukan sebagai teknik
pengumpulan data tentang prestasi
belajar matematika berupa
erupa tes tertulis
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah sampel penelitian
diambil dari populasi berdistribusi
normal atau tidak. Untuk menguji
normalitas
rmalitas ini digunakan metode
Lilliefors .
Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas digunakan untuk
mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau
tidak. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan metode Bartllet dengan
statistik uji Chi kuadrat.
Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis pada penelitian ini
menggunakan uji-t.
Hasil Analisis Data
Kemampuan Awal
Kemampuan awal pada penelitian ini
diambilkan dari hasil ulangan pada
pokok bahasan kedua yaitu
ya
fungsi.
Kemudian
data
tersebut
diuji
normalitas, uji homogenitas dan uji
keseimbangan antara rerata kelas
dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dan STAD.
Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini
menggunakan metode Liliefors.
5
Media Prestasi
Jurnal Ilmia STKIP PGRI NGAWI
Vol.11 No. 1(2013)
(2013) Pendidikan
Agus Supriyono. 2009. Cooperative
Learning..
Yogyakarta
:
Pustaka Pelajar.
Anas Sudijono. 1995. Pengantar
Evaluasi Pendidikan
Pendidikan. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Anita Lie. 2005. Cooperativ Learning
Method for Reading Class
Class.
Waco Texas : USA.
-------------.2008. Cooperative Learning
Learning.
Jakarta : Grasindo.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian
Pendidikan.. Surakarta : UNS Press.
-------------. 2009. Statistika Dasar
Untuk Penelitian.. Surakarta : UNS
Press.
Depdikbud. 2006. Silabus Matematika
SMA. Jakarta : Diknas.
Goos
Merrylin.
2006..
Learning
Mathematics in a Classroom
Community
of
Inquiry,
Journal of Reseach for
Mathematics Educa
Education, Vol
35. No.4,pp. 258-2
291.
Herman
Hudoyo.1990.
Strategi
Mengajar
Belajar
Matematika.. Malang: IKIP
Malang.
Isjoni.2010. Cooperative Learning
Learning.
Bandung : Alfabeta.
Paul
Suparno.
2004.
Filsafat
Konstruktivisme
Dalam
Pendidikan.. Yogyakarta :
Kanisisus.
Robert E. Slavin. 1995. Cooperatif
Learnig. Boston : Allyn and Bacon.
---------------------. 2005. Cooperative
Learning. Bandung : Nusa Media.
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor
faktor
yang
mempengaruhinya
mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka
Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar
Dasar-dasar
Evaluasi
Pendidikan.Jakarta:Bina
.Jakarta:Bina
Aksara.
Triyanto.2002.
Model
Model-model
Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik
Konstruktivistik.
Jakarta: Nirmala.
pada akhir pembelajaran juga
merupakan keterbatasan penelitian ini.
Seharusnya evaluasi dilakukan
sepanjang proses pembelajaran. Namun
untuk menjaga kesetaraan perlakuan
pada dua kelompok yang berbeda, hal
ini sulit dilaksanakan.
Mengingat keterbatasan
kemampuan peneliti, maka hasil
penelitian ini paling tidak bias dipakai
sebagai pembanding untuk kepentingan
yang sama. Dengan demikian, hasil
penelitian ini hendaknya juga diterima
secara hati-hati.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
tidak lebih baik daripada prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Saran
Agar prestasi belajar matematika pada
umumnya dan persamaan garis lurus
pada khususnya dapa ditingkatkan, maka
disarankan :
1. Kepada guru
Pemahaman
tentang
model
pembelajaran semakin berkembang,
sehingga guru dapat memilih model
pembelajaran yang tepat dalam proses
pembelajaran,
khususnya
model
pembelajaran kooperatif Jigsaw dan
STAD.
2. Kepada siswa
Sudah saatnya para siswa sadar akan
pentingnya
prestasi
belajar
dan
menyadari bahwa prestasi belajar bias
dicapai secara optimal bila siswa sendiri
yang berusaha.
3. Kepada peneliti lain
Penulis berharap agar hasil penelitian ini
dapat digunakan untuk kepentingan
penelitian selanjutnya.
Penulis juga berharap agar peneliti atau
calon
peneliti
mengembangkan
penelitian ini dengan model-model
mod
pembelajaran kooperatif yang lebih
inovatif, sehingga dapat menambah
wawasan.
DAFTAR
AFTAR PUSTAKA
6
Download