BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk mendefinisikan manajemen sumber daya manusia, perlu dipahami terlebih dahulu fungsi yang ada pada manajemen sumber daya manusia itu sendiri, yaitu fungsi manajerial dan fungsi operasional. Kita juga perlu mengingat kembali bahwa fungsi-fungsi manajemen secara umum adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan staf (staffing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling). Fungsi-fungsi manajemen tersebut merupakan tugas bagi setiap manajer pada berbagai bidang dan tingkatan dalam organisasi sebagaimana yang dikatakan oleh Bangun (2012; 5) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” Berdasarkan sumber daya-sumber daya yang ada pada organisasi, maka manajemen dapat dibagi menjadi manajemen sumber daya manusia, keuangan, operasi/ produksi, dan pemasaran. Fungsi-fungsi manajemen tersebut nantinya akan sangat berkaitan erat dengan dengan setiap bidang manajemen. Manajemen sumber daya manusia sendiri meliputi berbagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, penggerakan dan pengawasan terhadap fungsi-fungsi operasionalnya untuk mencapai tujuan organisasi. Demikian pula pada manajemen-manajemen bidang lainnya, semuanya menerapkan fungsi yang sama pada arah yang berbeda namun memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan organisasi secara 6 keseluruhan. Tentunya fungsi operasional pada setiap bidang manajemen tersebut berbeda. Fungsi operasional pada manajemen sumber daya manusia berkaitan dengan pengelolaan manusia dalam organisasi, seperti pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja. Manajemen sumber daya manusia berkaitan dengan pengelolaan manusia melalui aktifitas-aktifitas organisasi dan fungsi-fungsi operasionalnya. Dengan demikian manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penyusuan staf, penggerakan dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja untuk mencapai tujuan organisasi. Orang yang melakukan aktifitas tersebut adalah manajer sumber daya manusia, yang memperoleh kewenangan, dari manajer umum untuk mengelola manusia dalam suatu organisasi. 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Sebagai Proses Bangun (2012; 6) mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia dalam menjalankan fungsinya akan mendistribusikan karyawan ke berbagai bidang dalam organisasi sesuai kebutuhannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen sumber daya manusia memiliki keterkaitan yang erat dengan manajemen bidang lain dalam organisasi untuk mencapai hasil kerja yang efektif. Bidang-bidang lain tentunya akan memerlukan karyawan yang berkualitas untuk dapat mempertahankan atau meningkatkan pelayanannya/ usahanya. Merupakan 7 suatu tanggung jawab besar dalam bidang sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan akan karyawan yang berkualitas dalam setiap bidang pada organisasi. Secara keseluruhan, organisasi adalah suatu proses untuk mengolah input (manusia, material, metode, dan peralatan) menjadi suatu output/ produk (barang atau jasa) untuk dapat memenuhi kebutuhan organisasi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Suatu organisasi atau perusahaan tidak cukup hanya untuk berproduksi saja, tetapi mereka harus memikirkan cara bagaimana hasil produksinya atau organisasinya dapat menjadi produk atau organisasi yang unggul yang dikenal oleh masyarakat sebagaimana yang dijelaskan Bangun dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” (2012; 7). Hal tersebut menjadi suatu keharusan terlebih lagi di era global seperti saat sekarang dimana organisasi serupa saling bersaing. Untuk menghadapi persaingan tersebut, maka organisasi memerlukan sumber daya-sumber daya manusia yang kompeten dan siap bersaing. Sumber daya manusia yang demikian tentunya hanya akan dapat diperoleh melalui sistem rancangan manajemen sumber daya manusia yang efektif dan efisien. Pada era persaingan global sekarang ini, para manajer sumber daya manusia dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan organisasi akan sumber daya manusia yang tidak hanya kompeten namun juga siap bersaing. Dalam setiap organisasi, fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia merupakan inti dalam membantu organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan strategis. Para pengelola organisasi sangat menyakini bahwa pengelolaan sumber daya manusia yang baik merupakan dasar untuk memenagkan persaingan di pasar. Dengan kata lain, daya 8 saing organisasi sangat ditentukan oleh pengelolaan sumber daya manusianya, sebagaimana pepatah yang acapkali kita dengar "put the right man in the right place & in the right time". 2.1.2 Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, fungsi operasional pada manajemen sumber daya manusia berpusat pada kegiatan pengadaan sumber daya manusia, pengembangan sumber daya manusia, pemberian kompensasi, pengintegrasian, dan pemeliharaan sumber daya manusia. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bangun (2012; 7) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” berikut adalah penjelasan singkat dari fungsi-fungsi tersebut: a. Pengadaan Sumber Daya Manusia Fungsi ini merupakan aktifitas manajemen sumber daya manusia dalam memperoleh tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan (jumlah dan mutu) untuk mencapai tujuan organisasi. Penentuan sumber daya manusia yang dibutuhkan disesuaikan dengan tugas-tugas yang tertera pada analisis karyawanan yangs sudah ditentukan sebelumnya. Pengadaan tenaga kerja mencakup: 1) Analisis karyawanan Merupakan aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang suatu karyawanan. Melalui proses tersebut, nantinya akan diketahui uraian (description) dan syarat-syarat (requirement) yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan suatu karyawanan tertentu. 9 2) Perencanaan Sumber Daya Manusia Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh jenis dan jumlah tenaga kerja sesuai yang dibutuhkan organisasi. Perencanaan sumber daya manusia merupakan proses secara sistematis untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan dengan ketersediaan sumber daya manusia baik yang bersumber dari dalam maupun luar organisasi dalam suatu periode tertentu. 3) Rekrutmen Sumber Daya Manusia Kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia dalam mengisi kekosongan pada posisi-posisi tertentu dalam organisasi. 4) Seleksi Sumber Daya Manusia Merupakan kegiatan untuk memperoleh kualitas tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan organisasi. Seleksi dilakukan apabila jumlah calon tenaga kerja melebihi dari jumlah yang dibutuhkan organisasi melalui proses sistematis untuk memilih calon tenaga kerja yang paling potensial dan kompeten. 5) Penempatan Sumber Daya Manusia Adalah kegiatan yang menempatkan tenaga kerja sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Kepuasan karyawan akan tercapai apabila mereka ditempatkan pada bidang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sehingga produktivitas kerja akan lebih baik pula. b. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengembangan sumber daya manusia (human resources development) merupakan proses peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dan latihan. Pada tahap ini terdapat dua kegiatan penting sebagai dasar untuk 10 mengembangkan kemampuan para karyawan, baik karyawan lama maupun karyawan baru. Bagi karyawan baru, kegiatan tersebut bertujuan untuk menyetarakan pengetahuan antara teori dan praktek ke karyawanan mereka agar mereka dapat memahami lebih baik tentang tugas-tugas yang akan menjadi tanggung jawab mereka. Pengembangan sumber daya manusia juga berlaku pada karyawan lama untuk mendapatkan dan menyesuaikan keterampilan baru ketika mereka mendapatkan karyawanan baru karena promosi, mutasi, rotasi, atau bahkan karena perkembangan teknologi baru. Adapun kegiatan yang termasuk kedalam pengembangan sumber daya manusia adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan Karir (Career Planning) Adalah serangkaian karyawanan yang akan dilakukan seseorang dalam hidupnya untuk mencapai sasaran karir yang ingin dicapai. Kesulitan yang seringkali dihadapi oleh banyak orang untuk mencapai sasaran karir adalah karena adanya perubahan-perubahan tugas sebagai akibat perubahan sistem dan perkembangan teknologi. 2) Pengembangan Karir (Career Development) Merupakan pendekatan yang dilakukan organisasi untuk meningkatkan kemampuan seseorang atas suatu karyawanan sehingga mempermudah orang tersebut mencapai sasaran karirnya. 3) Pengembangan Organisasi (Organization Development) Adalah proses perubahan yang terencana dengan melakukan perubahanperubahan pada sistem dan struktur organisasi. Untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien, pengembangan organisasi dapat diterapkan pada berbagai bentuk dan 11 jenis dan bagian dalam organisasi. Perluasan dan penyempitan organisasi bergantung pada banyaknya kegiatan untuk merealisasikan dan pemenuhan kebutuhan organisasi. 4) Manajemen dan Penilaian Kinerja Istilah tersebut berkaitan dengan evaluasi hasil kerja individu dan kelompok dalam organisasi. Manajemen kinerja (performance management) adalah serangkaian dari berbagai aktifitas organisasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan dengan peningkatan produktivitas individu dan kelompok dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah proses dalam menilai hasil kerja individu dan kelompok. Penilaian kinerja merupakan umpan balik (feedback) dari hasil kerja karyawan dimana karyawan dapat menunjukkan kemampuan dan mengurangi kelemahan-kelemahan yang teridentifikasi sehingga dapat diketahui sejauh mana produktivitas kerjanya. c. Pemberian Kompensasi Kompensasi merupakan imbalan yang dibayarkan kepada karyawan atas jasa-jasa telah mereka sumbangkan kepada organisasi. Sistem kompensasi yang baik berarti memberikan penghargaan-penghargaan yang layak dan adil sebagaimana kontribusi karyawan atas karyawanannya. Kompensasi terdiri dari kompensasi finansial, baik yang dibayarkan secara langsung berupa gaji atau upah dan insentif serta kompensasi tidak langsung berupa keuntungan dan kesejahteraan karyawan, maupun kompensasi non finansial seperti lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan, waktu kerja yang fleksibel, dan lain-lain. d. Pengintegrasian 12 Proses tersebut bertujuan untuk mencocokkan keinginan karyawan dengan kebutuhan organisasi. Oleh karen itu diperlukan perasaan dan sikap karyawan dalam menetapkan kebijakan organisasi. Pengintegrasian mencakup: 1) Motivasi Kerja Merupakan dorongan kepada karyawan untuk melaksanakan karyawanannya. Dengan motivasi kerja, karyawan dapat melaksanakan karyawanannya dengan baik. Terdapat banyak metode motivasi untuk diterapkan namun yang terpenting adalah memberikan dorongan positif kepada karyawan untuk menumbuhkan semangat kerja dalam mencapai tujuan organisasi. 2) Kepuasan Kerja Merupakan cara karyawan untuk merasakan karyawanannya. Seorang karyawan dapat merasakan karyawanannya menguntungkan atau merugikan dirinya tergantung pada persepsi mereka apakah karyawanannya memberikan kepuasan atau ketidakpuasan.Ketika menyenangkan untuk dikerjakan, karyawan mereka menilai mengatakan suatu karyawanan bahwa karyawanan tersebut memberikan kepuasan kerja. Keadaan ini dapat dilihat dari hasil karyawanannya, karena kepuasan kerja akan dapat meningkatkankinerja mereka. 3) Pemeliharaan Sumber Daya Manusia Pemeliharaan karyawan berarti mempertahankan karyawan untuk tetap berada pada organisasi sebagai anggota yang memiliki loyalitas dan kesetiaan yang tinggi. Karyawan yang memiliki loyalitas tinggi terhadap organisasi akan bertanggung jawab pada karyawanannya dan biasanya memiliki kinerja yang baik. Manajer yang baik dan berhasil akan selalu memerhatikan kebutuhan-kebutuhan 13 karyawannya dan melindungi mereka dari kecelakaan kerja yang bisa saja terjadi pada karyawan. Oleh karena itu, kegiatan pemeliharaan ini sangat berkaitan dengan komunikasi serta kesehatan dan kesemalatan kerja karyawan, dimana: a) Komunikasi Kerja Merupakan pemindahan informasi dari seseorang kepada orang lain agar suatu karyawanan dapat dipahami secara lebih jelas. Komunikasi merupakan salah satu fungsi manajemen yang .menjalankan tugas-tugas pengendalian, pengawasan, pengungkapan emosi, dan infomasi. b) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Hal tersebut berhubungan dengan fisik karyawan dimana keselamatan kerja bertujuan untuk melindungi para karyawan dari kecelakaan-kecelakaan kerja yang mungkin terjadi. Kesehatan kerja menunjukkan bebasnya seorang karyawan dari gangguan penyakit akibat karyawanannya. Kesehatan kerja selalu berkaitan dengan lingkungan kerja dan mental karyawanannya. Lingkungan kerja yang bersih akan memberikan kenyamanan kerja dan membuat karyawan jauh dari penyakit. Organisasi yang baik akan memperhatikan keselamatan, kesehatan, dan lingkungan kerja karyawannya dengan menyediakan proteksi berupa jaminan kesehatan sosial scecara berkala kepada karyawan. 2.1.3 Lingkungan Manajemen Sumber Daya Manusia Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bangun dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” (2012; 13), berbagai faktor yang berjalan di luar batasbatas organisasi dapat mepengaruhi kelima fungsi manajemen sumber daya 14 sebagaimana yang telah dijabarkan diatas. Keadaan ini dapat mengubah pengaturan kegiatan sumber daya manusia untuk mencapai hasil kerja yang efektif. Kesalahan dalam pengambilan keputusan terkait sumber daya manusia dapat berakibat lingkungan akan menguasai organisasi. Faktor-faktor di luar organisasi yang mempengaruhi kegiatan atau pengelolaan sumber daya manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung disebut sebagai faktor eksternal. Lingkungan eksternal organisasi dapat berjalan sebagai tantangan sekaligus sebagai peluang dalam pencapaian kinerja baik. Banyak organisasi memperoleh manfaat atas lingkungan karena dapat menyediakan fasilitas atau kegiatan operasional organisasi itu sendiri. Sebagai contoh, perkembangan teknologi akan memberikan pengetahuan yang luas bagi karyawan dan dalam mencapai hasil kerja yang lebih baik dan juga memperbaiki produktivitas. Selain teknologi, ada banyak faktor lainnya yang mempengaruhi lingkungan eksternal organisasi, yaitu: kondisi ekonomi, politik dan hukum, sosial budaya, pasar tenaga kerja, pesaing, pelanggan, demografi, pemilik perusahaan, dan serikat karyawan. Setiap faktor, baik secara parsial maupun stimulan dapat mempengaruhi kegiatan organisasi dengan mengharuskan dilakukannya perubahan atas pelaksanaan kegiatan-kegiatan sumber daya manusia untuk mencapai hasil yang efektif. 2.1.4 Peran Manajemen Sumber Daya Manusia Bangun (2012; 20) mengatakan bahwa setiap organisasi lazimnya memiliki bagian pengelolaan sumber daya manusia, namun apakah bagian 15 tersebut ditangani oleh seorang manajer sumber daya manusia atau tidak akan tergantung pada kepentingannya. Kebanyakan perusahaan besar mengankat seorang wakil eksekutif dan membentuk unit pengelola yang khusus menangani pengelolaan sumber daya manusia untuk meningkatkan efektifitas perusahaan dengan tugas mengangkat, melatih, membayar, memotivasi, memelihara, dan pada akhirnya berpisah dengan para sumber daya manusia lainnya di perusahaan (penyelesaian masa kerja). Namun banyak dari tugas ini dihilangkan karena sekarang ada perusahaan lain yang melaksanakan sebagian dari tugas-tugas tersebut. Dewasa ini banyak perusahaan yang melaksanakan tugas-tugas manajemen sumber daya manusia dengan memperhitungkan hasil efisiensi, sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk melimpahkan sebagian dari tugastugas tersebut kepada pihak lain (perusahaan outsourcing). Outsourcing sendiri merupakan pengalihan sebagian fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia kepada pihak lain. Outsourcing membantu organisasi dalam menyelesaikan sebagian dari tugas-tugas sumber daya manusia tradisional. Dengan adanya outsourcing, sumber daya manusia harus dapat meninggalkan citra administrasinya dan berfokus pada aktivitas-aktivitas yang lebih strategik dan berorientasi misi. Secara umum, manajer sumber daya manusia bertanggung jawab atas tugas-tugas khusus sumber daya manusia, walaupun sebagian hilang karena dikerjakan oleh pihak lain. Manajer sumber daya manusia adalah individu yang bertindak sebagai pelaksana yang mengkoordinasikan pengelolaan tugas-tugas sumber daya manusia dan bekerja sama dengan para manajer dari unit lain dalam 16 menangani masalah-masalah sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. 2.1.5 Keberadaan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sebagai pelaksana dan penanggung jawab atas kegiatan-kegiatan sumber daya manusia, kegiatan-kegiatan manajemen sumber daya manusia berpegangan pada fungsi-fungsi yang dilaksanakan sesuai dengan arahan dan visi organisasi untuk kepentingan para anggota organisasi dan masyarakat lainnya. 2.2 Motivasi Motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin movere yang berarti menggerakkan (to move). Menurut Danim (2004; 2), “Motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan yang diinginkannya”. Danim (2004; 2) mengatakan bahwa istilah motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial. Pertama, faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal. Kedua, tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, strategi yang diperlukan individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian diatas, motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk mempengaruhi orang lain agar berperilaku (to behave) secara teratur. Motivasi merupakan tugas bagi manajer untuk mempengaruhi orang lain (karyawan) dalam suatu perusahaan. Dari pengertian tersebut, terlihat bahwa ada tiga hal yang termasuk di dalamnya, yaitu: upaya, tujuan organisasi, dan 17 kebutuhan. Unsur upaya merupakan ukuran intensitas, apabila seseorang termotivasi, ia akan mencoba mengulangi perbuatan sebelumnya. Bila upaya disalurkan ke arah yang bermanfaat bagi organisasi, maka akan dapat mencapai tujuan organisasi. Kebutuhan adalah suatu keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi lebih menarik baginya. Dari uraian-uraian diatas, terlihat bahwa motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang (karyawan) yang berupa kesadaran mengenai pentingnya manfaat karyawanan yang dilaksanakannya. Motivasi yang demikian disebut juga sebagai motivasi internal atau motivasi yang bersumber dari dalam diri individu tersebut. Motivasi internal dipengaruhi oleh faktor-faktor internal individu seperti kepribadian, inteligensi, ciri-ciri fisik, kebiasaan, kesadaran, minat, bakat, kemauan, spirit, antusiasme, dan sebagainya. Disamping motivasi internal, terdapat juga motivasi eksternal atau motivasi yang dipengaruhi oleh unsur dari luar diri karyawan dan merupakan suatu kondisi yang mengharuskannya melaksanakan suatu karyawanan secara maksimal. Faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat berasal dari lingkungan fisik, sosial, tekanan, dan bahkan regulasi keorganisasian. Faktor internal dan eksternal saling berinteraksi dan diaktualisasikan oleh individu (karyawan) dalam bentuk kapasitas unjuk kerja (working performance). 2.2.1 Pendekatan-pendekatan Motivasi Bangun dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” (2012; 313) menuturkan bahwa dalam perkembangannya, motivasi dapat dipandang menjadi 18 empat pendekatan antara lain: pendekatan tradisional, hubungan manusia, sumber daya manusia, dan pendekatan kontemporer, dimana: a. Pendekatan Tradisional Pendekatan tradisional (traditional approach) pertama kali dikemukakan oleh Frederick W. Taylor dari manajemen ilmiah (scientific management school). Pendekatan ini menitikberatkan pada pengawasan dan pengarahan. Pada pendekatan ini, manajer menentukan cara yang paling efisien untuk karyawanan berulang dan memotivasi karyawan dengan sistem insentif upah, semakin banyak yang dihasilkan maka semakin besar upah yang diterima. Dengan menggunakan insentif, manajer dapat memotivasi bawahannya. Makin banyak yang diproduksi, maka makin besar pula penghasilan yang diperoleh karyawan. Berdasarkan pandangan ini, umumnya karyawan dianggap malas bekerja, oleh karena itu mereka dimotivasi dengan memberikan penghargaan yang berwujud uang. Sejalan dengan meningkatnya efisiensi, karyawan yang dibutuhkan untuk tugas tertentu akan dapat dikurangi. b. Pendekatan Hubungan Manusia Pendekatan hubungan manusia (human relation model) selalu dikaitkan dengan pendapat Elton Mayo. Mayo menemukan bahwa kebosanan dan pengulangan berbagai tugas merupakan faktor yang dapat menurunkan motivasi, sedangkan kontak sosial membantu dalam menciptakan dan mempertahankan motivasi. Pendekatan tersebut memotivasi karyawan dengan memberikan kebutuhan sosial serta dengan membuat mereka merasa berguna dan lebih penting. 19 c. Pendekatan Sumber Daya Manusia Salah satu pencetus pendekatan ini adalah McGregor, dimana ia melontarkan pendapat yang berbeda atas dua pendekatan sebelumnya. Menurutnya, karyawan tidak hanya dimotivasi oleh uang dan kebutuhan akan hubungan sosial, akan tetapi kebutuhan untuk berprestasi dan dan memperoleh karyawanan yang berarti. Oleh karena itu, pendekatan ini memotivasi karyawan untuk meningkatkan kepuasan dan kinerjanya. Danim (2004; 23) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang paling dominan dalam menentukan perilaku manusia dalam bekerja, yaitu: motivasi, kesejahteraan, dan kepuasan. Motivasi merupakan kekuatan yang kompleks yang memuat unsur-unsur seperti pengarahan diri sendiri (self direction), tuntutan akan pemenuhan kebutuhan hidup dan kehidupan, tekanan-tekanan, dan mekanisme psikologis dalam arti luas. Motivasi kerja adalah dorongan yang muncul pada diri individu untuk secara sadar melakukan karyawanan yang diberikan dan mengabdikan diri bagi pencapaian tujuan organisasi. 2.2.2 Teori Motivasi Menurut Para Pakar Teori motivasi mulai dikenal pada tahun 1950-an dan pada awalnya terdapat tiga teori motivasi antara lain: teori hierarki kebutuhan, teori dua faktor, dan teori X dan Y. a. Teori Hirarki Kebutuhan Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Abraham Maslow dan menjelaskan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan yang munculnya sangat bergantung pada kepentingannya secara individu. Berdasarkan hal tersebut, Maslow membagi 20 kebutuhan manusia ke dalam lima tingkatan sehingga teori ini disebut juga sebagai "The Five Hierarchy Needs" dimulai dari kebutuhan yang paling mendasar sampai pada kebutuhan yang tertinggi, yaitu: 1) Kebutuhan Fisiologis Merupakan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan manusia yang bertujuan agar manusia dapat hidup. Setelah kebutuhan ini terpenuhi, manusia baru dapat memikirkan kebutuhan yang lebih tinggi. Contoh dari kebutuhan fisiologis ini antara lain: kebutuhan makan, minum, tempat tinggal, dan istirahat. 2) Kebutuhan Rasa Aman Ini merupakan kebutuhan akan keselamatan, keamanan, dan perlindungan atas ancaman dan rasa bahaya. Contohnya adalah manusia yang mendirikan rumah yang bebas dari ancaman binatang buas. Dalam sebuah perusahaan dimisalkan dengan pemberian asuransi, tunjangan kesehatan, dan tunjangan pensiun oleh perusahaan sebagai perlindungan dan memberikan rasa aman bagi para karyawan. 3) Kebutuhan Sosial Setiap manusia ingin hidup untuk berkelompok oleh karena itu kebutuhan ini mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima dengan baik oleh kelompok tertentu, dan persahabatan. Dengan kata lain, ini merupakan kebutuhan manusia untuk ikut dalam kelompok masyarakat. 4) Kebutuhan Harga Diri Kebutuhan harga diri menyangkut faktor penghormatan diri dan memperoleh penghormatan dari luar, seperti harga diri, otonomi, prestasi, rekognisi, dan 21 kompetensi. Pada tingkat ini manusia sudah menjaga citranya (image) karena merasa harga dirinya sudah meningkat dari sebelumnya, baik dari cara bicara, tidak sembarang tempat untuk berbelanja, dan lain-lain. 5) Kebutuhan Aktualisasi Diri Merupakan kebutuhan tertinggi dan merupakan dorongan agar menjadi seseorang yang sesuai dengan ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi, dan pemenuhan kebutuhan diri. Selanjutnya Maslow membagi kelima kebutuhan tersebut menjadi kebutuhan order tinggi dan order rendah. Termasuk ke dalam order rendah adalah kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman, sedangkan kebutuhan order tinggi adalah kebutuhan sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. Perbedaan kedua order ini adalah, kebutuhan order tinggi dipenuhi secara internal atau berasal dari dalam diri orang tersebut. Sementara kebutuhan order rendah dipenuhi secara eksternal atau berasal dari luar diri orang tersebut, seperti: upah, kontrak serikat buruh, dan masa kerja. b. Teori 2 Faktor Teori dua faktor dikemukakan pertama kali oleh Frederick Herzberg. Menurut teori tersebut, pada umumnya karyawan baru cenderung memusatkan perhatiannya pada pemuasana kebutuhan lebih rendah dalam karyawanan pertama mereka, terutama keamanan. Setelah keamanan terpenuhi, mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan pada tingkatan yang lebih tinggi, seperti kebutuhan inisiatif, kreativitas, dan tanggung jawab. 22 Berdasarkan hasil penelitiannya, Herzberg membagi dua faktor yang mempengaruhi kerja seseorang dalam organisasi, antara lain faktor kepuasan dan ketidakpuasan. Faktor kepuasan disebut juga sebagai motivator factor atau pemuas (satisfiers), yakni faktor-faktir yang dapat menimbulkan kepuasan bagi karyawan, antara lain: prestasi, pengakuan, karyawanan itu sendiri, tanggung jawab, dan kemajuan. Faktor kepuasan dikategorikan sebagai motivasi internal. Faktor ketidakpuasan biasa disebut juga sebagai hygiene factor atau faktor pemeliharaan yang bersumber dari ketidakpuasan kerja. Faktor tersebut apabila ditingkatkan dapat mengurangi ketidakpuasan, antara lain: : kebijakan dan administrasi perusahaan, pengawasan, penggajian, hubungan kerja, kondisi kerja, keamanan kerja, dan status karyawanan. Faktor ketidakpuasan dikategorikan sebagai motivasi eksternal karena berasal dari luar diri karyawan. c. Teori X dan Y Dikemukakan pertama kali oleh Douglas McGregor. Dalam pandangan ini dikemukakan dua pandangan berbeda mengenai manusia, dimana pada satu manusia bersifat negatif dan ditandai dengan teoi X dan manusia lainnya bersifat positif dan ditandai dengan teori Y. Menurut teori X, ada empat asumsi negatif yang dipegang oleh manajer, yaitu: 1) Karyawan secara inheren tidak menyukai kerja dan bilamana dimungkinkan akan mencoba menghindarinya. 23 2) Karena karyawan tidak menyukai kerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan. 3) Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari pengarahan formal bilamana dimungkinkan. 4) Kebanyakan karyawan menaruh keamanan di atas semua faktor lain yang dikaitkan dengan kerja dan akan menunjukkan sedikit saja ambisi. Sementara menurut teori Y, McGregor menjabarkan asumsi positif seperti demikian: 1) Karyawan dapat memandang kerja sebagai kegiatan alami yang sama dengan istirahat atau bermain. 2) Orang-orang akan melakukan pengarahan dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran. 3) Kebanyakan orang dapat belajar untuk menerima, bahkan mengusahakan, dan bertanggung jawab. 4) Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif menyebar luas ke semua orang dan tidak hanya milik mereka yang berada dalam posisi manajemen. Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa Teori X mengasumsikan bahwa kebutuhan order rendah mendominasi individu, sementara Teori Y mengandaikan bahwa kebutuhan order tinggi mendominasi individu. McGregor sendiri mengganggap bahwa Teori Y lebih berjalan daripada Teori X, oleh karena itu ia mengusulkan ide-ide seperti pengambilan keputusan partisipatif, pekerjaan yang bertanggung jawab dan menantang, serta hubungan kelompok yang baik sebagai 24 pendekatan-pendekatan yang dapat memaksimalkan motivasi pekerjaan seorang karyawan. d. Teori ERG Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Clayton Alderfer sebagai lanjutan dari teori hierarki kebutuhan Marslow. Alderfer membagi tiga kelompok kebutuhan manusia menjadi: eksistensi (existence/E), hubungan (relatedness/R), dan pertumbuhan (growth/G). Dari singkatan ketiga jenis kebutuhan tersebut maka teori ini disebut sebagai teori ERG. Kelompok eksistensi memperhatikan pada pemberian persyaratan keberadaan material dasar individu, dimana dalam teori hirarki kebutuhan komponen ini sama dengan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Kelompok kebutuhan kedua adalah kelompok hubungan, yaitu hasrat untuk memelihara hubungan antar individu yang penting, dimana pada teori hirarki kebutuhan, kelompok ini disamakan dengan kebutuhan sosial dan harga diri. Sedangkan kebutuhan pertumbuhan adalah suatu hasrat instrinsik untuk perkembangan individu atau aktualisasi diri pada teori hirarki kebutuhan. Di samping kesamaan dengan teori hirarki kebutuhan, teori ERG juga mempunyai beberapa perbedaan dengan teori hirarki kebutuhan, antara lain: a. Dapat terjadi sekaligus lebih dari satu kebutuhan secara simultan. b. Jika kepuasan dari suatu kebutuhan tingkat lebih tinggi tertahan, hasrat untuk memenuhi kebutuhan dapat diperoleh sekaligus. 2.3. Kepemimpinan (Leadership) 25 Seseorang akan dapat mempengaruhi kinerja sebuah organisasi, tergantung pada bagaimana ia melakukan aktivitas kepemimpinan di dalamnya. Kepempimpinan sendiri merupakan sebuah fenomena yang universal. Danim (2004; 55) dalam bukunya menyatakan bahwa siapa pun menjalankan tugas-tugas kepemimpinan manakala dalam tugas tersebut dia berinteraksi dengan orang lain. Bahkan dalam kapasitas pribadi pun, di dalam tubuh seorang manusia itu ada kapasitas atau potensi pengendali yang pada intinya memfasilitasi seseorang untuk dapat memimpin dirinya sendiri. Oleh karena itu, kepemimpinan merupakan sebuah fenomena yang kompleks sehingga amat sukar untuk membuat rumusan yang menyeluruh mengenai arti kepemimpinan. Kepemimpinan sendiri terbentuk dari kepribadian manusia yang sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: keturunan, lingkungan, dan situasi. Dari ketiga faktor ini, seseorang dapat mengetahui sumber terbentukya karakter pemimpin yang dimiliki. Suatu hal yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan tentang beberapa karakter seorang pemimpin adalah dengan memperhatikan kemampuannya berkomunikasi, kecerdasan, dan memiliki visi yang jelas (Gibson, et.al. 1994). Visi disini adalah kemampuan si pemimpin untuk memiliki bayangan pemikiran mengenai kemungkinan kondisi di masa akan datang. Di samping seorang pemimpin juga harus mempunyai keahlian berkomunikasi karena ia harus dapat menyampaikan perintah pekerjaan dengan baik kepada bawahannya dan menyampaikan informasi secara jelas tentang keberadaan organisasi kepada para anggotanya. Terlepas dari itu, pengetahuan komunikasi adalah pengetahuan yang dapat dipelajari. 26 Kepemimpinan menurut Danim (2004; 55) adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberikan arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya sementara Bangun (2012; 339) menyatakan bahwa kepemipinan merupakan proses mempengaruhi orang lain dalam suatu organisasi agar mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dalam mencapai tujuannya. 2.3.1 Unsur-unsur Kepemimpinan Berdasarkan pengertian kepemimpinan tersebut diatas, ada empat unsur dalam kepemimpinan itu sendiri, yaitu: a. Kumpulan Orang Dalam suatu organisasi terdapat kumpulan orang yang menjadi pengikut untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Para pengikut akan menerima pengarahan dan perintah dari pemimpin. Tanpa adanya kelompok sebagai pengikut dalam organisasi, maka kepemimpinan tidak akan terwujud. Demikian pula, wewenang seorang pemimpin ditentukan oleh kepatuhan para pengikut untuk melaksanakan dan arahan dan perintah pemimpin. b. Kekuasaan Kekuasaan merupakan kekuatan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mempengaruhi para pengikutnya dalam melaksanakan tugasnya. Dalam organisasi, para pengikut atau anggota organisasi juga memiliki kekuasaan tetapi masih terbatas, sementara kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin jauh lebih besar dari yang dimiliki oleh para anggota organisasi. Ada lima dasar kekuasaan 27 yang dimiliki pemimpin, yakni: kekuasaan menghargai, kekuasaan memaksa, kekuasaan sah, kekuasaan rujukan, dan kekuasaan keahlian. Semakin banyak sumber kekuasaan yang dimiliki pemimpin, semakin besar potensinya menjadi pemimpin yang efektif. c. Mempengaruhi Pada unsur ini sangat diperlukan keahlian pemimpin untuk mempengaruhi para anggota organisasi. Unsur ini juga memerlukan inspirasi dari pemimpin, dimana inspirasi ini dapat menciptakan kualitas daya tarik yang menimbulkan kesetiaan, pengabdian, dan keinginan yang kuat dari para anggota organisasi untuk melakukan hal-hal yang diinginkan pemimpin. d. Nilai Unsur keempat dari kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggunakan tiga unsur sebelumnya dan mengakui bahwa kemampuan berkaitan dengan nilai. Komponen moral berperan sangat penting dalam unsur ini karena moral berkaitan dengan nilai-nilai dan persyaratan bahwa para pengikut diberi cukup pengetahuan mengenai alternatif agar dapat membuat pilihan yang telah dipertimbangkan . 2.3.2 Teori Munculnya Kepemimpinan Pada dasarnya teori munculnya kepemimpinan dapat dikelompokkan dalam tiga teori utama, yaitu: a. Teori Bawaan (Heredity Theory) Pandangan utama teori ini adalah bahwa bakat kepemimpinan dalam diri seseorang telah dibawa sejak lahir. Keturunan yang dimaksudkan disini adalah faktor genetis, bukan keturuan berdasarkan status strata sosial, ningrat, atau 28 keturunan raja. Penganut teori ini berazazkan bahwa leader are born dimana sifatsifat pemimpin seseorang adalah faktor bawaan sejak lahir dan sudah merupakan takdirnya bahwa orang tersebut menjadi pemimpin. Teori ini berpandangan bahwa secara filosofis manusia itu memiliki kemampuan yanng luar biasa, baik fisik maupun otaknya. Akan tetapi kemampuan yang dimaksud tidak sama pada masing-masing orang. Artinya kemampuan itu dapat saja hanya dimiliki oleh subjek tertentu dan tidak dimiliki oleh yang lainnya. Kemampuan tersebut dilukiskan sebagai kelebihan menonjol yang ada dalam diri seseorang. Manusia seperti ini memiliki faktor internal berupa kekuatan khusus yaitu kekuatan bakat, intuisi, kecapakan praktis untuk menjadi pimpinan dan kekuatan itu dibawa sejak lahir. b. Teori Psikologi (Psychological Theory) Kata lain dari teori ini adalah teori kejiwaan dimana manusia memiliki potensi kejiwaan yang dapat dibentuk melalui proses interaksi dengan lingkungan, terutama interaksi yang disengaja atau dibuat secara khusus untuk itu. Penganut teori ini berazakan bahwa leader are made, pemimpin dapat diciptakan atau dipersiapkan secara khusus, misalnya melalui pendidikan dan pelatihan. Teori ini berkonsep bahwa kapasitas seseorang dapat dibentuk, dimanipulasi, dan didongkrak kematangannya. Manusia belajar dari pengalaman dan pengalaman tersebut meningkatkan kematangan psikologisnya. Oleh karena itu lingkungan adalah bagian penting dari kehidupan seseorang karena jika manusia sukses di suatu lingkungan hal tersebut menandakan bahwa manusia tersebut berhasil menyesuaikan diri dan memanfaatkan lingkungannya secara nyata. 29 c. Teori Situasi (Situational Theory) Situasi yang ada mempengaruhi dan membentuk kapasitas manusia. Manusia pun berperilaku sesuai dengan situasi yang melingkupinya tanpa berarti dia menjadi bunglon atau mahluk mimikri. Ajaran teori ini menyatakan bahwa kepemimpinan seseorang muncul sejalan dengan situasi atau lingkungan yang mengelilinginya. Pada saat tertentu seseorang berfungsi sebagai pemimpin dan pada saat lain menjadi manusia yang dipimpin (pengikut). Bakat dan kemampuan seseorang dapat mwujud hanya pada situasi tertentu. Teori ini adalah sintesis dari teori keturuanan yang mengatakan bahwa bakat adalah faktor dominan dan teori kejiwaaan yang berasumsi bahwa seseorang dapat menjadi pimpinan jika dibekali pengetahuan dan sejumlah pengalaman yang memadai. 2.3.3 Syarat-syarat Diharapkan Pemimpin Ideal dan Kualitas Pemimpin yang Berdasarkan hasil kajian terhadap sejumlah literatur dan dari diskusi yang telah dilakukan, Danim (2004; 60) menulis bahwa untuk menjadi pemimpin yang ideal harus memenuhi persyaratan tertentu. Hal ini dikarenakan bahwa tugas pokok pemimpin paling tidak meliputi tiga dimensi, yaitu memimpin sekelompok orang, menggerakkan sumber daya material, dan melaksanakan pekerjaan dengan dan melalui orang lain. Pemimpin ideal harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan kelompok yang dipimpinnya sekaligus ada kesadaran didalam dirinya bahwa dia memiliki kelemahan. Misalnya ia memiliki kelemahan dalam pekerjaan teknis, tetapi memiliki kelebihan dalam menggerakkan orang. Lebih jauh lagi, baik karena 30 jabatan formal atau karena kepentingan tertentu, seseorang yang menjalankan fungsi kepemimpinan setidaknya memiliki persyaratan sebagai berikut: a. Bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa b. Berintelegensi tinggi c. Memiliki fisik yang kuat d. Berpengetahuan yang luas e. Percaya diri f. Dapat menajadi anggota kelompok g. Adil dan bijaksana h. Tegas dan berinisiatif i. Mampu membuat keputusan j. Memiliki emosi yang stabil k. Sehat jasmani dan rohani, dan l. Bersifat prospektif. Selain persyaratan tersebut diatas, pemimpin yang baik juga harus memiliki kualitas. Kualitas yang dimaksud bukan kualitas yang diklaim oleh seorang pimpinan atau oleh mereka yang akan dipromosikan atau bahkan mempromosikan diri pada posisi itu, melainkan kualitas atas dasar pengakuan yang diperoleh dari bawahannya atau masyarakat. Bagaimana kualitas pimpinan yang diharapkan oleh bawahan? Menurut Danim (2004; 65) setidaknya ada lima karakteristik yang harus dipenuhi oleh pimpinan, yaitu: a. Visioner & misioner 31 Bawahan menginginkan agar pemimpinnya mempunyai tujuan yang jelas dan konsisten, bukan pemimpin yang selalu mengikuti arah angin. b. Perencana dan realistis Bawahan menginginkan pemimpinnya membuat rencana yang baik dan realistis, bukan rencana yang bersifat mimpi. c. Informatif Bawahan menginginkan pemimpin yang secara terus menginformasikan kemajuan perusahaan atau organisasi kepada mereka. d. Manusiawi Bawahan menghendaki pemimpin yang memperlakukan mereka sebagai manusia, bukan sebagai robot. e. Arif dan bijaksana Bawahan menuntut pemimpin yang mampu membawa kemajuan organisasi secara arif dan bijaksana. Keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh dirinya sendiri, tetapi juga ditentukan oleh akumulasi subsistem yang terlibat, yaitu pemimpin sendiri dengan seperangkat potensinya, karakteristik bawahan, karekteristik situasi, kondisi organisasi di luar manusianya dan karekteristik situasi dan kondisi di luar organisasinya. Keberhasilan organisasi mengandung arti keberhasilan pemimpin organisasi itu dan juga keberhasilan individu atau kelompok yang dipimpinnya. Pemimpin yang baik mengetahui kebutuhan bawahan dan hubungan sinergis yang tercipta antar bawahan dan pemimpin akan 32 memunculkan kekuatan lebih dibandingkan dengan mereka yang bekerja sendirisendiri. 2.3.4 Tipe-tipe Kepemimpinan Danim (2004; 75) mengklasifikasikan tipe-tipe kepemimpinan seperti tersebut dibawah ini: a. Pemimpin Otokratik Kepemimpinan otokratik beranggapan bahwa pimpinanlah yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap organisasi dan maju mundurnya organisasi hanya tergantung kepada dirinya. Pemimpin demikian akan bekerja sangat keras, tertib, dan tidak boleh dibantah. Sikapnya cenderung egois, tertutup terhadap ide dari luar, dan menganggap hanya idenya yang akurat. Ciri-ciri pemimpin otokratik adalah 1) Beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pimpinan 2) Pimpinan menganggap bawahan hanya sebagai pelaksana dan mereka tidak boleh memberikan ide-ide baru 3) Bekerja dengan disiplin tinggi, keras, dan tidak kenal lelah 4) Menentukan kebijakan sendiri dan kalaupun bermusyawarah sifatnya hanya penawaran saja 5) Memiliki kepercayaan rendah terhadap bawahan 6) Komunikasi dilakukan secara tertutup dan satu arah 7) Korektif dan menuntut penyelesaian tugas segera (tidak boleh ada penundaan). b. Pemimpin Demokratis 33 Tipe kepemimpinan ini beranggapan bahwa hanya dengan kekuatan-kekuatan kelompok, tujuan-tujuan organisasi yang bermutu dapat diraih. Pemimpin akan berusaha melibatkan anggota-anggota kelompok dalam menetapkan tujuan. Tugas dan tanggung jawab dibagi menurut bidang masing-masing. Membagi fungsifungsi kepemimpinan dengan para anggota kelompok dan menggalakkan partisipasi mereka secara dinamis di dalam menetapkan perencanaan, tujuantujuan, dan pengarahan kegiatan. Ciri kepemimpinan demokratis antara lain: 1) Beban kerja organisasi menjadi tanggung jawab bersama seluruh tim 2) Pemimpin menganggap bawahan sebagai komponen pelaksana dan harus diberi tugas dan tanggung jawab secara integral 3) Disiplin tetapi tidak kaku dan memecahkan masalah secara bersama 4) Memberikan kepercayaan tinggi kepada bawahan tetapi tidak melepaskan tanggung jawab pengawasan 5) Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah. 6) Disamping pemimpin yang demokratis, ada juga tipe pemimpin yang bergaya demokratis semu yang mana menjadikan demokrasi ini sebagai selubung untuk memperoleh tujuan tertentu. Pimpinan seperti ini sebenarnya otoriter tetapi bertindak seolah-olah demokratis (pseudo democratist). Ciri-cirinya antara lain adalah: 7) Banyak meminta pendapat akan tetapi sebenarnya sudah memiliki pendapat sendiri untuk dipaksakan disetujui 8) Seolah-olah mengiyakan akan tetapi akhirnya menyalahkan 34 9) Pada saat-saat tertentu banyak memberikan pujian dengan tujuan untuk menarik simpati 10) Mengambil keputusan secara simbolis. c. Pemimpin Permisif Pemimpin permisif tidak mempunyai pendiria yang kuat, sikapnya serba boleh dan biasanya terlalu banyak mengambil muka dengan dalih untuk mengenakan individu yang dihadapinya. Dia memberikan kebebasan kepada manusia organisasional (begini boleh, begitu boleh) sehingga bawahan tidak mempunyai pegangan yang jelas karena informasi yang diterima simpang siur dan tidak konsisten. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut: 1) Tidak punya pendirian karena kepercayaan yang rendah pada diri sendiri 2) Mengiyakan semua saran 3) Lambat dalam pengambilan keputusan 4) Banyak mengambil muka kepada bawahan 5) Ramah dan berusaha tidak menyakiti bawahan. 2.3.5 Keterampilan Kepemimpinan Manajer atau pemimpin merupakan subjek yang sangat menentukan efektif atau tidaknya manajemen organisasi. Pemikiran tentanng kepemimpinan modern juga berangkat dari konsep bahwa kepemimpinan adalah seni (leadership is an art). Pemimpin profesional adalah seorang seniman dalam memimpin, namun demikian keterampilan umum yang mereka perlukan secara prinsip adalah sama. Robert L. Katz sebagaimana yang dikutip oleh Sudarwan Danim (2004; 77) 35 mengatakan bahwa keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin yang baik adalah: 1. Keterampilan Teknis (Technical Skill) Merupakan keterampilan menerapkan pengetahuan teoritis ke dalam tindakan-tindakan praktis, kemampuan memecahkan masalah melalui taktik yang baik atau kemampuan menyelesaikan tugas-tugas secara sistematis. Keterampilan teknis ini biasanya dimiliki orang-orang pada tingkat bawah atau menengah. Mereka terampil dengan menggunakan metode, teknik, atau prosedur baru terutama yang berhubungan dengan benda mati karena keterampilannya sangat berkaitan dengan gerak motoris. 2. Keterampilan Hubungan Manusiawi (Human Skill) Keterampilan hubungan manusiawi adalah kemampuan untuk menempatkan diri di dalam kelompok kerja dan keterampilan menjalin komunikasi antara kedua belah pihak. Hubungan manusiawi melahirkan suasana kooperatif dan menciptakan kontak manusiawi antar-pihak yang terlibat. Orang-orang pada posisi ini disamping berhadapan dengan benda-benda, konsep-konsep dan situasi juga harus berhadapan dengan manusia. Tanpa memiliki kemampuan dalam hubungan manusiawi, maka kelompok kerja tidak mungkin terjalin secara harmonis. Keterampilan hubungan manusiawi ini antara lain tercermin dalam hal: a. Keterampilan menempatkan diri dalam kelompok b. Keterampilan menciptakan kepuasan kerja pada diri bawahan c. Sikap terbuka terhadap kelompok kerja d. Penghargaan terhadap nilai-nilai etis 36 e. Pemerataan tugas dan tanggung jawab f. Menghargai dan menghormati orang lain. 3. Keterampilan Konseptual (Conceptual Skill) Keterampilan konseptual adalah kecakapan untuk menformulasikan pikiran, memahami teori-teori, melakukan aplikasi, dan melihat kecenderungan berdasarkan kemampuan teoritis dan yang diperlukan dalam dunia kerja. Keterampilan konseptual antara lain tercermin dalam pemahaman terhadap teori secara luas dan mendalam, kemampuan mengorganisasi pikiran, keberanian mengeluarkan pendapat secara akademik dan kemampuan mengimplementasikan bidang ilmu yang dimiliki pada berbagai situasi. Tingkat keterampilan yang dibutuhkan menurut sifat organisasi berbeda adanya. Keterampilan yang dimiliki oleh pimpinan organisasi memungkinkan organisasi itu mencapai keuntungan ganda. Keuntungan ganda dapat diperoleh jika pimpinannya mempunyai keterampilan konseptual, manual, dan keterampilan bekerja sama dengan pihak-pihak baik internal maupun eksternal organisasi. 37