I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fosfor (P) merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan tanaman dan memegang peranan penting dalam proses metabolisme. Dalam tanah dijumpai fosfor organik dan anorganik, keduanya merupakan sumber penting bagi tanaman . Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk H2PO4-, HPO42- dan PO43-. Ketersediaan P dalam tanah pada umumnya rendah. Hal ini disebabkan P terikat menjadi Fe-fosfat dan Al-fosfat pada tanah masam atau Ca3(PO4)2 pada tanah basa. Tanaman tidak dapat menyerap P dalam bentuk terikat dan harus diubah menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Mikroba tanah berperan dalam beberapa aktivitas dalam tanah seperti pelarutan P terikat oleh sekresi asam, dan mineralisasi komponen fosfat organik dengan mengubahnya menjadi bentuk anorganik (Cunningham and Kuiack, 1992). Beberapa bakteri tanah seperti bakteri pelarut fosfat mempunyai kemampuan untuk melarutkan P organik menjadi bentuk fosfat terlarut yang tersedia bagi tanaman. Efek pelarutan umumnya disebabkan oleh adanya produksi asam organik seperti asam asetat, asam format, asam laktat, asam oksalat, asam malat dan asam sitrat yang dihasilkan oleh mikroba tersebut. Mikroba tersebut juga memproduksi asam amino, vitamin dan penghasil hormon pertumbuhan seperti IAA dan asam giberelin yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Richardson, 2001; Ponmugaran, 2006). Mineralisasi fosfat organik juga melibatkan peran mikroba tanah melalui produksi enzim fosfatase seperti fosfatase asam dan basa. Beberapa enzim fosfatase seperti fosfomonoesterase, fosfodiesterase, trifosfomonoesterase dan fosfoamidase pada umumnya terdapat didalam tanah. Enzim-enzim tersebut bertanggung jawab pada prosses hidrolisis P organik menjadi fosfat anorganik (H2PO4-, HPO42- ) yang tersedia bagi tanaman. (Pang, 1986; Lal, 2002). Teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman komersial yang tumbuh baik di tanah asam. Karena merupakan tanaman komersial, para petani perkebunan memasukkan pupuk kimia dalam jumlah yang besar ke dalam tanah. Namun, kondisi tanah asam membuat sebagian besar pupuk fosfat yang diberikan tidak tersedia bagi tanaman sehingga menyebabkan serapan pupuk pada tanaman teh tidak efisien. Oleh karena itu teknologi biofertilizer menggunakan mikroba pelarut fosfat memiliki manfaat yang lebih baik dari pupuk fosfat kimia dan mempunyai efek yang tidak merugikan 1 tanaman. Penelitian sebelumnya telah melaporkan efesiensi pelarutan fosfat oleh jamur pelarut fosfat Pencillium sp. yang diisolasi dari tanaman teh (Nath, et.al. 2012). Di dalam tanah, populasi jamur pelarut fosfat lebih rendah dibandingkan bakteri pelarut fosfat (Chen, et al, 2006). Pemanfaatan Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) dinilai dapat dijadikan sebagai suatu alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam mencari pemecahan masalah efektivitas ketersediaan unsur P di dalam tanah terutama untuk tanaman teh. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini yang difokuskan untuk isolasi, seleksi dan identifikasi BPF dari tanah kebun teh. Sampel tanah yang digunakan sebagai sumber isolat BPF diperoleh dari areal kebun teh PT. PAGILARAN. B. Tujuan Penelitian 1. Melakukan isolasi dan seleksi bakteri pelarut fosfat (BPF) dari tanah rhizosfer tanaman teh. 2. Mengidentifikasi bakteri pelarut fosfat berdasarkan urutan basa gen 16S rRNA. C. Manfaat Penelitian Bakteri pelarut fosfat yang telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari rhizosfer pertanaman teh PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah dapat digunakan untuk meningkatkan serapan fosfat yang bermanfaat untuk tanaman terutama tanaman teh. 2