pengaruh manajemen organisasi dan kondisi lingkungan kerja fisik

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
PENGARUH MANAJEMEN ORGANISASI DAN KONDISI
LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP PERILAKU
KESELAMATAN KERJA DI INDUSTI MANUFAKTUR
Handy Febri Satoto 1), Sri Gunani Partiwi 2), dan Dyah Santhi Dewi 3)
Program Magister Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, 60111
e-mail: 1)[email protected], 2)[email protected], dan 3)[email protected]
ABSTRAK
Jamsostek menyebutkan 32% dari total kecelakaan kerja adalah pada bidang manufaktur dan
konstruksi. Tingginya angka statistik ini perlu dilakukan investigasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kecelakaan. Salah satu penyebab kecelakaan kerja adalah perilaku
keselamatan. Manajemen organisasi juga merupakan hal yang penting dikarenakan sangat
berpengaruh terhadap keselamatan kerja dan produktivitas pekerja. Kondisi lingkungan kerja
fisik merupakan pendekatan untuk meningkatkan keselamatan kerja secara langsung. Peneliti
berkeinginan untuk kontribusi dalam pengaruh hubungan manajemen organisasi dan kondisi
lingkungan kerja fisik terhadap perilaku keselamatan di industri manufaktur. Penelitian
dilakukan dengan metode Structural Equation Model (SEM). Survei dilakukan dengan
menggunakan kuisioner skala Likert 1-6 kepada 421 pekerja industri manufaktur yaitu PT
ABC dan PT XYZ. Berdasarkan hasil analisis kecocokan model dapat disimpulkan bahwa
model SEM yang dihasilkan telah sesuai. Manajemen organisasi berpengaruh positif terhadap
kondisi lingkungan kerja fisik dengan loading factor 0,727 (signifikan, p<0,01). Manajemen
organisasi berpengaruh positif terhadap perilaku keselamatan dengan loading factor 0,498
(signifikan, p<0,01). Kondisi lingkungan kerja fisik berpengruh positif terhadap perilaku
keselamatan dengan loading factor 0,349 (signifikan, p<0,01). Penelitian menunjukkan
bahwa manajemen organisasi yang baik dan kondisi lingkungan kerja fisik yang ideal
berpengaruh positif terhadap perilaku keselamatan.
Kata Kunci: Manajemen organisasi, Kondisi lingkungan kerja fisik, Perilaku keselamatan,
Structural Equation Model (SEM).
PENDAHULUAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan demi kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional (Silalahi, 1991). Pada umumnya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua
faktor yaitu manusia dan lingkungan. Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman dari manusia
seperti sengaja melanggar peraturan keselamatan kerja yang diwajibkan, kurang terampilnya
pekerja itu sendiri. Sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan
kerja yang menyangkut antara lain peralatan atau mesin-mesin (Suma’mur, 1996).
Faktor kondisi lingkungan kerja dapat menghambat atau memperbaiki keselamatan
kerja. Manajemen keselamatan kerja dan upaya pengurangan risiko harus memperhatikan
aspek potensi bahaya dan kecelakaan kerja dari kondisi lingkungan kerja (Rosnes, dkk.,
ISBN: 978-602-70604-4-9
A-17-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
2012). Semua kecelakaan kerja mengandung indikator kondisi yang tidak aman. Kecelakaan
dari kondisi yang tidak aman ini memiliki frekuensi sebanyak 74,3% (Zhang, dkk., 2016).
Manajemen keselamatan kerja tidak hanya memperbaiki kondisi kerja tetapi juga
mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan. Aspek pengetahuan keselamatan kerja dan
motivasi keselamatan kerja menjadi kunci utama untuk mencapai kepatuhan keselamatan dan
motivasi keselamatan kerja (Vinodkumar dan Bhasi, 2010). Pada perusahaan yang tidak
memiliki sistem manajemen keselamatan kerja memiliki tingkat kecelakaan kerja yang cukup
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa metode manajemen keselamatan kerja yang tidak
bersertifikat OHSAS 18001 kurang berhasil dalam manajemen keselamatan kerja
(Vinodkumar dan Bhasi, 2011).
Pelatihan keselamatan kerja diharapkan dapat meningkatkan perilaku keselamatan
yang baik. Perilaku tidak aman operator adalah faktor penyumbang resiko kecelakaan kerja
yang cukup besar (Zhang, dkk., 2016). Kebijakan keselamatan kerja tidak hanya memiliki
dampak langsung pada safety climate dan kinerja keselamatan kerja, tetapi juga meningkatkan
kepuasan kerja dan komitmen organisasi (Hadjimanolis dan Boustras, 2013).
Berdasarkan data Jamsostek tahun 2010 sektor konstruksi dan manufaktur merupakan
penyumbang terbesar bagi kecelakaan kerja di Indonesia. Sektor konstruksi dan manufaktur
penyumbang 32%, sektor transportasi 9%, kehutanan 4%, dan pertambangan 2%. PT ABC
dan PT XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dan telah
menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Namun angka
kecelakaan kerja di PT ABC relatif lebih tinggi dibandingkan dengan PT XYZ. Angka
kecelakaan kerja pada PT XYZ terjadi 2 kali dalam rentang 3 tahun terakhir dan bukan
merupakan fatality accident. Sedangkan PT ABC telah terjadi 47 kecelakaan kerja dan tidak
terdapat fatality accident.
Tingginya angka statistik pada industri manufaktur perlu dilakukan investigasi faktorfaktor yang mempengaruhi kecelakaan. Pada penelitian sebelumnya, perilaku keselamatan
menjadi faktor penting. Manajemen organisasi juga merupakan hal yang penting dikarenakan
merupakan hal yang sangat berpengaruh kuat terhadap kecelakaan kerja. Begitupun kondisi
lingkungan kerja fisik yang ideal merupakan pendekatan yang didisain untuk mencegah
terjadinya kecelakaan. Peneliti berkeinginan untuk berkontribusi dalam pengaruh hubungan
manajemen organisasi dan kondisi lingkungan kerja fisik terhadap perilaku keselamatan di
industri manufaktur dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM).
Adapun tujuan pelaksanaan dalam penelitian ini adalah
1. Mengetahui pengaruh antara manajemen organisasi dan kondisi lingkungan kerja fisik
terhadap perilaku keselamatan.
2. Mengetahui pengaruh kondisi lingkungan kerja fisik terhadap perilaku keselamatan.
Dalam penelitian ini dilakukan batasan dan asumsi penelitian, yaitu: objek
pengamatan adalah PT. ABC dan PT. XYZ yang bergerak dalam bidang manufaktur dan
kedua perusahaan memiliki karakteristik kecelakaan kerja yang sama.
METODE
Variabel yang terlibat dan hubungan antar variabel digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan model konseptual sistem. Variabel tersebut adalah:
1. Variabel kondisi lingkungan kerja fisik yaitu: kebisingan, pencahayaan, pencemaran
udara, dan temperatur.
2. Variabel manajemen organisasi yaitu: pelatihan keselamatan, peraturan, dan prosedur
keselamatan, serta komunikasi keselamatan.
ISBN: 978-602-70604-4-9
A-17-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
3. Variabel perilaku keselamatan yaitu: pengetahuan keselamatan, motivasi keselamatan, dan
partisipasi keselamatan.
Hipotesis Penelitian
1. H1= Manajemen organisasi berpengaruh positif terhadap kondisi lingkungan kerja fisik.
Faktor kondisi lingkungan dapat menghambat atau memperbaiki keselamatan kerja.
Manajemen keselamatan kerja dan upaya pengurangan risiko harus memperhatikan aspek
potensi bahaya dan kecelakaan kerja dari kondisi lingkungan untuk peningkatan
keselamatan kerja (Rosnes, dkk., 2012). Berdasarkan literature review belum ada
penelitian mengenai hubungan manajemen organisasi dengan kondisi lingkungan kerja
fisik dalam konteks industri manufaktur.
2. H2= Manajemen organisasi berpengaruh positif terhadap perilaku keselamatan..
Kebijakan keselamatan kerja tidak hanya memiliki dampak langsung pada safety climate
dan kinerja keselamatan kerja, tetapi juga meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen
organisasi (Hadjimanolis dan Boustras, 2013). Perusahaan harus menetapkan kebijakan
keamanan yang jelas yang mencakup pelatihan dan dukungan keselamatan kerja.
3. H3= Kondisi lingkungan kerja fisik berpengaruh positif terhadap perilaku keselamatan.
Praktek manajemen keselamatan kerja tidak hanya memperbaiki kondisi kerja tetapi juga
secara positif mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan sehingga dapat mengurangi
kecelakaan di tempat kerja (Vinodkumar, dkk. 2010). Berdasarkan literature review
belum ada suatu penelitian mengenai hubungan kondisi lingkungan kerja fisik dengan
perilaku keselamatan dalam konteks industri manufaktur.
Berdasarkan hipotesis penelitian pada uraian di atas, maka dapat dibuat suatu model
penelitian seperti diilustrasikan pada Gambar 1.
Kebisingan
Komunikasi
Keselamatan
Kerja
Pencemaran
Udara
Pencahayaan
Kondisi
Lingkungan Kerja
Fisik
Pelatihan
Keselamatan
Kerja
Peraturan &
Prosedur
Keselamatan
Kerja
Temperature
H1
Manajemen
Organisasi
H3
H2
Perilaku
Keselamatan Kerja
Pengetahuan
Keselamatan
Kerja
Motivasi
Keselamatan
Kerja
Gambar 1. Model yang akan Dikembangkan
ISBN: 978-602-70604-4-9
A-17-3
Partisipasi
Keselamatan
Kerja
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
Desain Kuisoner
Penelitian ini menggunakan skala likert (1-6). Berikut skala likert yang digunakan:
Sangat tidak setuju, skala likert
=1
Cukup setuju, skala likert
=4
Tidak setuju, skala likert
=2
Setuju, skala likert
=5
Cukup tidak setuju, skala likert
=3
Sangat setuju, skala likert = 6
Desain kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1.
Variabel
KebiLingsingan
kung(KL_B)
an
Kerja
Fisik
Pencahayaan
(KL_C)
Pencemaran
Udara
(KL_U)
Suhu
(KL_S)
Manajemen
Organisasi
Pelatihan
Keselamatan
(MO_L)
Peraturan dan
Prosedur
Keselamatan
(MO_A)
Tabel 1. Desain Kuisoner
Pertanyaan
Suara tempat saya bekerja tidak berisik
Alat Pelindung Diri (APD) kebisingan (earplug) membantu
keselamatan dan kesehatan kerja saya
Tempat kerja yang bising mengurangi fokus kerja saya
Saya akan mengalami masalah pendengaran jika tanpa menggunakan
earplug pada tempat kerja yang bising
Pencahayaan tempat saya bekerja baik
Saya berpendapat pencahayaan yang baik mengurangi kecelakaan kerja
Pencahayaan yang terlalu silau menggangu kerja saya
Kualitas udara tempat saya bekerja sehat
Udara yang kotor membuat saya tidak betah bekerja
Saya berpendapat kualitas udara tempat kerja yang buruk berdampak
pada keselamatan kerja
Saya akan sulit bernafas dengan sehat pada tempat kerja yang berpolusi
jika tidak menggunakan masker
Temperatur/suhu udara tempat saya bekerja sejuk
Suhu yang panas dapat mengurangi fokus kerja saya
Suhu tempat kerja yang ideal (± 25°C) membuat saya merasa betah
bekerja
Manajemen memastikan bahwa setiap karyawan memiliki kompetensi
keselamatan kerja yang baik
Manajemen secara berkala mengadakan pelatihan keselamatan kerja
Manajemen menyediakan APD untuk mengurangi kecelakaan
Pelatihan keselamatan kerja menjadi hal yang diperhatikan manajemen
Manajemen memastikan karyawan mengetahui cara mengoperasikan
alat/mesin dengan aman
Manajemen mendorong karyawan untuk selalu bekerja sesuai dengan
peraturan keselamatan kerja
Aturan dan prosedur kerja dilaksanakan dengan baik agar terhindar
dari kecelakaan kerja
Manajemen berusaha merancang sistem keselamatan yang benar-benar
diaplikasikan karyawan
Manajemen menerapkan sanksi yang tegas saat melanggar peraturan
keselamatan
Manajemen memastikan tempat bekerja kami aman
Manajemen melakukan audit dan monitoring keselamatan kerja secara
berkala
ISBN: 978-602-70604-4-9
A-17-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
Variabel
Komunikasi
Keselamatan
(MO_K)
Perilaku
Keselamatan
Pengetahuan
Keselamatan
(PK_T)
Motivasi
Keselamatan
(PK_M)
Partisipasi
Keselamatan
(PK_P)
Tabel 1. Desain Kuisoner
Pertanyaan
Manajemen mengkomunikasikan keselamatan kerja setiap hari (safety
induction)
Manajemen memiliki kemampuan untuk menangani keselamatan kerja
Manajemen mempertimbangkan saran karyawan mengenai
keselamatan kerja
Manajemen meyakinkan bahwa setiap orang dapat mempengaruhi
keselamatan dalam pekerjaan mereka
Manajemen memberikan penghargaan pada karyawan yang mentaati
keselamatan kerja
Kami menganggap pelatihan keselamatan baik untuk mencegah
kecelakaan
Kami menggunakan informasi yang tersedia untuk mengukur,
mengurangi, dan mengontrol resiko
Kami menerima dan melakukan pendapat dan saran tentang
keselamatan kerja dengan sungguh-sungguh
Kami sering berbicara tentang keselamatan kerja
Kami belajar dari pengalaman dalam mencegah kecelakaan
Investigasi kecelakaan, audit keselamatan kerja dan safety record
merupakan hal yang penting
Kami berusaha keras untuk mencapai tingkat keselamatan kerja yang
tinggi
Kami percaya pada kemampuan satu sama lain untuk memastikan
keselamatan kerja
Kami membahas isu-isu keselamatan kerja
Kami mencoba untuk menemukan solusi jika seseorang mengalami
masalah keselamatan kerja
Kami menganggap bahwa tujuan yang jelas terhadap keselamatan kerja
merupakan hal yang penting
Kami memberikan usulan perbaikan agar keselamatan kerja lebih baik
Kami memastikan bahwa tempat kerja tetap rapi dan aman
Kami tidak bertanggung jawab atas keselamatan orang lain
Kami saling membantu untuk bekerja dengan aman
Kami selalu menggunakan APD saat diperlukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas dan Realibilitas Kuisoner
Dari 46 item pertanyaan dipilih pertanyaan yang memiliki nilai p-value (sign.) yang
lebih besar dari pada nilai  (0,05). Hasil pengujian menunjukkan konstruk kondisi
lingkungan kerja fisik dan konstruk manajemen organisasi tidak ada item pertanyaan yang
dihilangkan karena bernilai signifikan sehingga valid. Pada konstruk perilaku keselamatan
pada pertanyaan “Kami tidak bertanggung jawab atas keselamatan orang lain” menunjukkan
tidak ada korelasi antar item (-,046) sehingga item pertanyaan tidak valid dan tidak digunakan
pada pengukuran selanjutnya. Hasil uji realibilitas memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar
0,952 yang menunjukkan seluruh indikator pada konstruk sudah reliabel untuk digunakan.
ISBN: 978-602-70604-4-9
A-17-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
Kecukupan Data
Terdapat 421 kuesioner yang dinyatakan memenuhi persyaratan. Persentase responden
65% atau sebanyak 272 kuisioner dari PT ABC dan 35% atau 149 kuisioner dari PT XYZ.
Uji Normalitas Multivariat
Hasil pengujian asumsi normalitas Kolmogorov-Smirnov multivariat diperoleh t-value
sebesar 0,612827>0,50 sehingga disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Uji Korelasi antar Variabel
Dari hasil pengujian diperoleh nilai KMO sebesar 0,924 dan signifikansi pada uji
Bartlett adalah sebesar 0,000. Dengan hasil tersebut disimpulkan bahwa nilai KMO yang
diperoleh sudah mencukupi (>0,6 (Hair, 2009)). Selanjutnya untuk melihat ada atau tidaknya
hubungan antar variabel dilakukan uji Bartlett, dimana diperoleh nilai pengujian Bartlett
signifikan pada α=0,05 (p-value<α) sehingga disimpulkan bahwa antara koefisien korelasi
obsevasi dengan koefisien korelasi variabel telah sesuai atau terdapat hubungan antar
variabel.
Confirmatory Factor Analysis (CFA) Masing-masing Variabel
Konstruk laten pada penelitian ini terdiri dari 3 variabel sebagai pembentuknya yaitu
kondisi lingkungan kerja fisik, manajemen organisasi, dan perilaku keselamatan.
Gambar 2. CFA Kondisi Lingkungan
Kerja Fisik
Gambar 3. CFA Manajemen Organisasi
Goodness of Fit hasil dari pengolahan AMOS diperoleh nilai CMIN/DF sebesar 1,568
(≤ 2), nilai GFI sebesar 0,996 (≥0,90), nilai AGFI sebesar 0,982 (≥0,90), nilai TLI sebesar
0,995 (≥0,90), nilai CFI sebesar 0,998 (≥0,90), dan nilai RMSEA sebesar 0,037 (≤0,08)
sehingga menunjukkan bahwa model hipotesis sudah fit/sesuai. Nilai reliabilitas Cronbach's
Alpha pada variabel kondisi lingkungan kerja fisik sebesar 0,857 sehingga model hipotesis
sangat reliabel.
Goodness of Fit hasil dari pengolahan AMOS diperoleh nilai GFI sebesar 1 (≥0,90),
nilai CFI sebesar 1 (≥0,90), dan nilai chi square sebesar 0,00 (diharapkan kecil) sehingga
menunjukkan bahwa model hipotesis sudah fit/sesuai. Nilai reliabilitas Cronbach's Alpha
pada variabel manajemen organisasi sebesar 0,923 sehingga model hiptesa sangat reliabel.
Gambar 4. Confirmatory Factor Analysis Perilaku Keselamatan
ISBN: 978-602-70604-4-9
A-17-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
Goodness of Fit hasil dari pengolahan AMOS diperoleh nilai GFI sebesar 1 (≥0,90),
nilai CFI sebesar 1 (≥0,90), dan nilai chi square sebesar 0,00 (diharapkan kecil) sehingga
menunjukkan bahwa model hipotesis sudah fit/sesuai. Nilai reliabilitas Cronbach's Alpha
pada variabel perilaku keselamatan sebesar 0,913 sehingga model hiptesa sangat reliabel.
Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
Hasil pengujian keseluruhan variabel konstruk dapat dilihat pada visual diagram pada
Gambar 5.
Gambar 5. Model Struktural
Berdasarkan Gambar 5, Goodness of Fit pada SEM hasil dari pengolahan AMOS
diperoleh nilai CMIN/DF sebesar 5,510 cukup besar (≤ 2) antar variabel yang berarti model
belum fit. Selanjutnya, nilai NFI sebesar 0,948 (0,90-0,95), nilai TLI sebesar 0,939 (≥0,90),
nilai CFI sebesar 0,956 (≥0,90), dan nilai GFI sebesar 0,923 (≥0,90) sehingga menunjukkan
bahwa model hipotesis sudah fit/sesuai. Nilai Cronbach's Alpha yang diperoleh sebesar 0,927
sehingga dapat dikatakan bahwa konstruk dalam model struktural ini dapat diandalkan.
Model struktural tersebut dapat dikatakan signifikan bila p<0,01. Pada hasil
perhitungan dengan AMOS didapatkan p=*** yang bearti hubungan antar variabel tersebut
signifikan. Nilai p=*** menunjukkan angka p yang sangat kecil dan kurang dari 0,01. Tabel 2
berikut ini menunjukkan kesimpulan hipotesis berdasarkan nilai signifikan p-value.
Hipotesis
H1
H2
H3
Tabel 2. Kesimpulan Hipotesis
Pernyataan
Estimates (λ)
Manajemen organisasi berpengaruh
positif terhadap kondisi lingkungan
0,727
kerja fisik
Manajemen organisasi berpengaruh
0,498
positif terhadap perilaku keselamatan.
Kondisi
lingkungan
kerja
fisik
berpengaruh positif terhadap perilaku
0,349
keselamatan.
ISBN: 978-602-70604-4-9
A-17-7
P_Value Keputusan
p<0,01
Signifikan
p<0,01
Signifikan
p<0,01
Signifikan
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Manajemen organisasi berpengaruh positif terhadap kondisi lingkungan kerja fisik
dengan nilai loading factor sebesar 0,727 (signifikan, p<0,01). Hal ini menunjukkan
manajamen organisasi yang baik merupakan salah satu faktor utama yang mendukung
tercapainya kondisi lingkungan kerja fisik yang ideal bagi pekerja.
2. Manajemen organisasi berpengaruh positif terhadap perilaku keselamatan dengan nilai
loading factor sebesar 0,498 (signifikan, p<0,01). Hal ini menunjukkan manajemen
organisasi yang baik mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan sehingga dapat
mengurangi kecelakaan di tempat kerja
3. Kondisi lingkungan kerja fisik berpengaruh positif terhadap perilaku keselamatan dengan
nilai loading factor sebesar 0,349 (signifikan, p<0,01). Hal ini menunjukkan apabila
kondisi lingkungan kerja fisik ideal maka perilaku keselamatan kerja juga akan baik.
Penelitian ini memberikan informasi bahwa manajemen organisasi yang baik dan
kondisi lingkungan kerja fisik yang ideal berpengaruh positif terhadap perilaku keselamatan.
Hal ini bisa mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi biaya yang lebih besar akibat
kecelakaan kerja.
Berikut ini adalah saran untuk penelitian selanjutnya:
1. Perlu menambah variabel-variabel lainnya yang berhubungan dengan keselamatan kerja
seperti safety climate, safety leadership, safety compliance, dan lain lain.
2. Jumlah perusahaan objek pengamatan semakin banyak maka akan semakin baik
3. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada jenis industri lain, seperti industri minyak
dan gas bumi, industri konstruksi, industri jasa, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Hadjimanolis, A. dan Boustras, G. (2013). Health and safety policies and work attitudes in
Cypriot companies. Safety Science, 52, 50–56.
Hair, J.F. dkk. (2009). Multivaried Data Analysis, 7th edition. United States of America:
Pearson.
Jamsostek. (2010). Laporan Tahunan PT Jamsostek. Jakarta.
Rosness, R. dkk. (2012). Environmental conditions for safety work – Theoretical foundations,
Safety Science, 50, 1967–1976.
Silalahi, B.N.B. dan Silalahi, R.B. (1991). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.,
Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.
Suma’mur, P.K. (1996). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV Haji Mas
Agung.
Vinodkumar, M.N. dan Bhasi, M. (2010). Safety management practices and safety behaviour:
Assessing the mediating role of safety knowledge and motivation. Accident Analysis
and Prevention, 42, 2082–2093.
Vinodkumar, M.N. dan Bhasi, M. (2011). A study on the impact of management system
certification on safety management. Safety Science, 49, 498–507.
Zhang, Y. dkk. (2016). Analysis 320 coal mine accidents using structural equation
modelingwith unsafe conditions of the rules and regulations as exogenous variables.
Accident Analysis and Prevention, 92, 189–201.
ISBN: 978-602-70604-4-9
A-17-8
Download