Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015

advertisement
Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS INDONESIA
VOL. 3
NO. 1
HAL.1-158
OKTOBER 2015
ISSN 2338-4557
Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015
Fax: 031 502 6288, E-mail: [email protected]
Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015
1-13
PERAN ETIKA KERJA ISLAMI DAN LOCUS OF CONTROL DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA
PEGAWAI (STUDI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH - SKPD, KAB. BUTON UTARA)
Muhamad Ridhayantho, Noermijati, Dodi W. Irawanto
14-28
REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP PERISTIWA POLITIK DI PARLEMEN INDONESIA TAHUN 2014
(STUDI PERISTIWA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI)
Yovinda Trista Yuliana, I Made Sudana
29-45
IMPLEMENTASI SMS GATEWAY & BACKEND WEBSITE DINAMIS SEBAGAI COMPANY PROFILE DAN
DELIVERY ORDER RESTAURANT HOTEL OLYMPIC SURABAYA
Kevin Suteja, Rinabi Tanamal, David Boy Tonara
46-60
61-78
HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR DENGAN HARGA SAHAM DAN INFLASI DI INDONESIA
Rizki Adi Saputra, D. Agus Harjito
79-96
ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP KESEDIAAN MEMBAYAR HARGA PREMIUM PADA
PRODUK FASHION, DIMEDIASI OLEH STATUS MEREK DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK
Dani Rizqi Rakhman, Budi Astuti
PENGARUH KEPERCAYAAN, HARGA, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
BBM PERTALITE (STUDI KASUS PADA PENGGUNA BBM PERTALITE DI WILAYAH PURI KEMBANGAN,
JAKARTA BARAT)
Andreas Pardomuan Purba, Endang Ruswanti
97-112
113-128
129-147
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PEMEGANGAN KAS DIPERUSAHAAN
Ajeng Andriani Hapsari
148-159
EKONOMI KREATIF DAN BUSINESS MODEL CANVAS BAGI WIRAUSAHA SOSIAL DI SEKTOR UKM
Dedi Rianto Rahadi
ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KOTA MALANG
Martaleni, Ryke Novita
PENGARUH KEPUASAN KERJA, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN/TI DENGAN
KOMITMEN ORGANISASIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KARYAWAN OUTSOURCING
PT. J YANG DITEMPATKAN DI KAMPUS II UNTAR JAKARTA).
Muhammad Tony Nawawi
Fax: 031 502 6288
E-mail: [email protected]
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Peran Etika Kerja Islami dan Locus Of Control Dalam Meningkatkan Kepuasan Kerja
Pegawai
(Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara)
Muhamad Ridhayantho
Program Magister Manajemen FEB Universitas Brawijaya
Jln. Mt. Haryono, Malang Kota, CP: 082337799907
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Abstract
This study aims to identify and analyze the role of Islamic Work Ethic and locus of control in
improving job satisfaction both directly and indirectly. The study population is 607 Muslim
Civil Servants (PNS) and working in regional work units (SKPD) North Buton Regency. The
sample that obtained for this study are 124 civil servants (PNS). Sampling was done by using
a proportional (proportionate random sampling), in each instances, with 8% of precision
rate. The data collection method was a customized questionnaire survey method based on
Likert scale 1-5. The analysis tool used is Partial Least Square (PLS) with hypothesis testing
process used software application program Smart PLS 3.0.The results showed that the
Islamic Work Ethic and Locus Of Control has a positive and significant influence either
directly or indirectly on Job Satisfaction, thus concluded that the Islamic work ethics and
locus of control proved to increase employee satisfaction in work units (SKPD) , North Buton
Regency. The practical contribution of this research is to provide information to the Civil
Servants (PNS) and Local Government in order to always improve understanding and
programs related to the increase in work attitudes Civil Servants (PNS), especially in the
scope of work units (SKPD). While theoretically this study contribute to the development of
different models of measurement variables from previous studies, in which the role of the
Islamic Work Ethic variables and Locus of Control as exogenous variables are reflective,
while job satisfaction variables as endogenous variables are formative. Further limitations
and suggestions discussed in the research.
Keywords: Islamic Work Ethic, Locus of Control, Job Satisfaction.
1
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Pendahuluan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai organisasi pemerintah memiliki tugas
dan fungsi mengelolah sumber daya daerah, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
maka dalam upaya mencapai keberhasilannya, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) perlu
didukung oleh para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki sikap kerja yang baik dan
tingkat kepuasan kerja yang tinggi sehingga para Pegawai Negeri Sipil (PNS), akan terus
berusaha menciptakan produktifitas kerja yang tinggi pula (Ellickson 2002). Sikap dan
kepuasan yang dirasakan karyawan atas pekerjaan yang dilakukan, pada dasarnya ibarat dua
sisi mata uang yang tak bisa terpisahkan, dimana kepuasan karyawan atas pekerjaan yang
dilaksanakan pada dasarnya dapat dilihat melalui refleksi sikap setiap individu ketika
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaannya (Robbins 2008).
Isu krusial memaksa setiap pemerintah daerah untuk selalu fokus memperhatikan sikap
dan kepuasan para pegawainya dalam bekerja karena perilaku menyimpang seringkali terjadi
di kalangan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam melaksanakan pekerjaannya, misalnya
timbulnya perilaku korupsi (corruptions), karena kurangnya implementasi nilai-nilai etika
yang mesti diterapkan dalam bekerja, kurangnya control (locus of control) yang baik dalam
diri beberapa pegawai ketika melaksanakan pekerjaan, dan kepuasannya yang tidak
terpenuhi, dimana memaknai kerjanya hanya sebatas untuk mencari atau memenuhi
kebutuhan dan keinginannya, tampa memaknai kerjanya dalam mengabdi pada Negara
sebagai sesuatu yang luhur. Cara kerja para pegawai yang demikian menimbulkan
permasaalahan baru terkait kurangnya kepercayaan publik terhadap sikap kerja Pegawai
Negeri Sipil (PNS), khususnya di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara.
Sikap dan kepuasan individu di dalam organisasi pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor
intrinsik, seperti usaha seseorang untuk selalu mengimplementasikan nilai-nilai etika diyakini
bahwa kerja yang dilandasi etika akan diyakini sebagai sesuatu yang luhur timbul dari dalam
diri seseorang sebagai bentuk kepuasan yang menyeluruh, sehingga seseorang selalu bekerja
dengan sungguh-sungguh. Kerja harus disadari sebagai sesuatu yang sangat mulia, dan
kualitas kerja merupakan nilai-nilai penting yang didasari nilai agama (Hayati 2012 ; Ali
2008). Mengutip pendapat Stark dan Glock (1968), dijelaskan bahwa agama memiliki peran
besar dalam membentuk sikap setiap individu bahkan masyarakat secara umum.
Konsep etika kerja yang didasari nilai agama pada dasarnya berawal dari kajian-kajian
Weber (1958) yang mengkaji hubungan kausalitas etika kerja Protestan terhadap kesuksesan
dalam bisnis yang didasari kepercayaan religius. Setelah itu para peneliti semakin memberi
perhatian kepada etika kerja dalam perspektif Islam / Etika Kerja Islami (Rokhman 2010; Ali
2008; Yousef 2000). Konsep Etika Kerja Islami memiliki substansi bahwa setiap individu
muslim dalam bekerja didasari oleh keyakinan yang tinggi akan kerberhasilan yang akan
dicapai (Yousef 2000). Keyakinan ini menurut Rotter (1966) disebut Locus of Control yang
merupakan keberhasilan dari aktivitas individu dikontrol oleh faktor locus of control.
Secara empiris, Etika Kerja Islami telah ditemukan pengruhnya terhadap locus of
control dan juga terhadap kepuasan kerja. Etika Kerja Islami memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja (Yousef 200 ; Mohamed 2010). Etika Kerja Islami juga
memiliki pengaruh terhadap locus of control (Ayudiyati dan Nugraheni 2010), namun
temuan ini berbeda dengan temuan Ridwan (2014) bahwa Etika Kerja Islami tidak memiliki
dampak terhadap locus of control. Selanjutnya Hyatt dan Prawitt (2001) menemukan bahwa
locos of control dan tingkat pengalaman di dalam perusahaan bisa menjadi fungsi adanya
kepuasan kerja yang lebih tinggi. Sedangkan Frucot dan Shearon (1991) menemukan bahwa
locus of control tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
2
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Berdasarkan pada uraian di atas maka Etika Kerja Islami dan locus of control, sangat
penting untuk dianalisis dalam penelitian ini, terutama peran kedua variabel tersebut dalam
meningkatkan kepuasan kerja Pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),Kab.
Buton Utara. Dokumen Perencanaan Pembangunan Kab. Buton Utara, mensyaratkan
pentingnya peningkatan sikap kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS), terutama dalam mengawal
Rencana Kerja di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Salah satau poin pentingnya
bahwa masyarakat Buton Utara umumnya, serta Pegawai Negeri Sipil (PNS) khususnya,
meyakini bahwa nilai-nilai Islam dapat memberikan manfaat dan menjadi kontrol bagi setiap
individu ketika melaksanakan aktifitas, sepanjang individu tersebut berpegang teguh pada
prinsipnya dan bahkan prinsip kerja yang Islami juga diyakini dapat memberi dampak yang
positif bagi lingkungan pemerintahan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemerintah
terdahulu, dimana mereka menjadikan budaya Islam sebagai acuan dalam membangun
wilayah Buton.
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: “Apakah Etika Kerja Islami dan locus of control dapat meningkatkan kepuasan kerja
pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung di Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD), Kab. Buton Utara ?”. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan pengembangan literatur manajemen sumberdaya manusia terutama terkait
konsep perilaku organisasi serta untuk mengetahui dan menganilisis peran Etika Kerja Islami
dan Locus of Control dalam meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai.
Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis
Hubungan Etika Kerja Islami, Locus of Control dan Kepuasan Kerja
Etika Kerja Islami memandang dedikasi pada pekerjaan adalah sebuah kebaikan dan
pekerjaan haruslah bermanfaat dan juga bermakna (Ali 2008; Yousef 2000). Etika Kerja
Islami merupakan sebuah orientasi yang membentuk dan mempengaruhi keterlibatan dan
partisipasi pengikutnya di lingkungan kerja. Etika Kerja Islami dibangun melalui empat
konsep dasar, yaitu usaha, kompetisi, transparansi dan tanggung jawab moral. Usaha
dianggap sebagai dasar dalam melayani diri sendiri dan juga orang lain. Perilaku bermoral
merupakan prasyarat penting untuk meningkatkan aktifitas ekonomi terutama dalam kegiatan
bisnis (Ali 2008). Etika kerja Islami merupakan bentuk integritas umat muslim yang akan
menjadi refleksi dari konsep Islamic Ummah, artinya bahwa aktivitas yang dilakukan oleh
seorang muslim tidak boleh merugikan umat. Selain itu, tipe pekerjaan yang dijalani juga
harus sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Islam mengajarkan agar umat
muslim dapat menempatkan orang sesuai dengan keahliannya, sehingga tidak terjadi
kekacauan dan kehancuran (Ali 1988).
Konsep Etika kerja Islami memberikan penjelasan bahwa usaha individu untuk selalu
mewujudkan tanggung jawab moral merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan diri,
bahwa seseorang ketika berhasil mewujudkan tanggung jawab moral tersebut akan merasakan
kepuasan atas apa yang dicapai ketika melaksanakan aktifitasnya dengan baik. Tercipta
bentuk kebahagian tersendiri ketika seorang muslim berhasil melaksanakan pekerjaan dengan
baik. (Hayati 2012; Ahmad 2011). Hal ini memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya
terdapat hubungan antara Etika Kerja Islami dan kupuasan atas pekerjaan yang dilakukan
oleh seorang individu. Hasil penelitian Zamani & Talatapeh (2014) menemukan bahwa Etika
Kerja Islami merupakan variabel yang memiliki efek positif terhadap beberapa variabel
3
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
organisasi, salah satunya adalah Kepuasan Kerja. Selanjutnya hasil penelitian Rokhman
(2010) menemukan bahwa Etika Kerja Islami berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja.
Secara konfensional konsep kepuasan kerja sebagaimana teori yang dikemukakan
oleh Hezberg dalam Noermijati (2008) pada prinsipnya mengemukakan bahwa kepuasan dan
ketidakpuasan individu terhadap pekerjaan itu pada dasarnya di pengaruhi oleh faktor
intrinsik dan faktor Ekstrinsik . Berdasarkan pada Teori Kepuasan Minnesota menjelaskan
keurgensian kepuasan atas pekerjaan setiap karyawan dengan berbagai macam bentuk
profesi berdasarkan faktor intrinsik, ekstrinsik. Hasil eksplorasi dari MSQ (Minnesota
Satisfaction Questioner) menghasilkan empat faktor yang membentuk kepuasan kerja. Teori
kepuasan Minnesota menjelaskan bahwa, kepuasan seorang karyawan atas pekerjaan yang
dilaksanakan berasal dari faktor intrinsik, ekstrinsik, pengakuan, dan otonomi pekerjaan
(Weiss et al. 1967).
Konsep Etika Kerja Islami juga menjelaskan bahwa, Etika Kerja Islami akan
mendorong setiap individu untuk memberikan usaha terbaik dan kerja keras, yang didasari 4
hal yaitu: niat baik, ilmu yang bermanfaat, memaknai kerja sebagai bagian dari beribadah
(Hablum Minnallah), dan selalu menjaga hubungan sesama (HablumMinannas). Ke empat
hal tersebut akan mendorong motivasi seseorang untuk memiliki keyakinan kuat bahwa
etika kerja yang didasari nilai-nilai Islam, akan meningkatkan keberhasilan dalam bekerja
(Ali 1988). Secara konvensional telah diuraikan bahwa keyakinan tersebut merupakan
bagian dari karakteristik setiap individu yang disebut dengan locus of control (Rotter 1966).
Secara teoritis locus of control memiliki dua dimensi yaitu locus of control eksternal dan
Locus of control internal. Individu yang memiliki locus of control eksternal mempercayai
bahwa sesuatu yang terjadi di dalam hidupnya dipengaruhi oleh kekuatan di luar dirinya.
Sedangkan individu yang memiliki locus of control internal yakin bahwa dirinya bertanggung
jawab dan memiliki kontrol atas kejadian-kejadian yang dialaminya (Duffy 1977).
Ditemukan beberapa hasil penelitian seperti Ayudiyati & Nugraheni (2010) yang
menemukan bahwa Etika Kerja Islami berpengaruh signifikan terhadap Locus of control.
Selanjutnya dijelaskan Etika Kerja Islami sebagai moderasi dapat memperkuat hubungan
antara Locus of Control dan kinerja karyawan. Hasil penelitian Yousef (2000) juga
menemukan terdapat hubungan positif antara Etika Kerja Islami dan locus of Control.
Dijelaskan bahwa Etika Kerja Islami dapat meningkatkan Locus of Control internal dan juga
Locus of Control eksternal. Ali (2008) menjelaskan bahwa terdapat peran religiusitas pada
setiap tindakan atas pekerjaan yang berdampak pada karakteristik
individu yaitu
terbentuknya Locus of Control individu.
Selanjutnya beberapa hasil penelitian menjelaskan menjelaskan peran Locus of
Control terhadap kepuasan kerja, bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Locus of
Control terhadap Kepuasan Kerja (Ganji dan Navabinezhad 2013). Hasil penelitian ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Dali (2013) bahwa Locus of Control internal
berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja pegawai. Pegawai yang cenderung memiliki
Locus of Control internal yang tinggi, maka akan memiliki Kepuasan Kerja yang tinggi. Hasil
penelitian Patten (2005) menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
Locus of Control internal dan Locus of Control eksternal terkait pengaruhnya terhadap
Kepuasan Kerja. Keduanya mimiliki pengaruh yang siginifikan terhadap Kepuasan Kerja.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Etika Kerja Islami dapat
mempengaruhi Locus of Control dan juga Kepuasan Kerja. Dalam peneliti Yousef (2000)
bahwa Etika Kerja Islami memiliki pengaruh terhadap Locus of Control. Penelitian Yousef
(2001), menemukan bahwa Etika Kerja Islami berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja.
McCuddy dan Peery (1996) berpendapat bahwa individu yang beretika baik memiliki Locus
of Control internal lebih tinggi dibanding dengan Locus of Control eksternal. Sedangkan
pengaruh Etika Kerja Islami terhadap Kepuasan Kerja juga sebagaimana yang dijelaskan oleh
4
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Ahmad (2011) bahwa Etika Kerja Islami dapat membangun semangat kerja karyawan yang
pada gilirannya dapat menyebakan Kepuasan Kerja. Begitu juga pengaruh Locus of Control
terhadap Kepuasan Kerja, sebagaimana yang dijelaskan oleh Patten (2005) bahwa tingkat
Kepuasan individu atas pekerjaannya dipengaruhi oleh faktor internal, bahwa keyakinan yang
kuat akan keberhasilannya.
Beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran Etika Kerja Islami
dalam meningkatkan Kepuasan Kerja juga dipengaruhi oleh peran Locus of Control terhadap
Kepuasan Kerja, sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1
H2
H3
H4
: Semakin tinggi seorang pegawai dalam mengimplementasikan pengamalan Etika
Kerja Islami maka semakin tinggi tingkat Kepuasan Kerja pegawai.
: Semakin tinggi Locus of Control maka akan semakin tinggi tingkat Kepuasan Kerja
pegawai.
: Semakin tinggi seorang pegawai dalam mengimplementasikan pengamalan Etika
Kerja Islami maka semakin tinggi Locus of Control pegawai.
: Etika Kerja Islami dapat meningkatkan Kepuasan Kerja secara tidak langsung melalui
Locus of Control.
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif,
Dengan populasi berjumlah 607 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas pada
Satuan Kerja Perangkat Daearah (SKPD), Kab. Buton Utara. Selanjutnya pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin berdasarkan tingkat presisi sebesar
8%. Selanjutnya menggunakan teknik proporsional (proportionate random sampling), pada
masing-masing instansi, maka ditemukan sampel sebanyak 124 orang Pegawai Negeri Sipil.
Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan tingkat preferensi jawaban 1-5 /
Sangat tidak Setuju – Sangat Setuju (Skala Likert). Data penelitian selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan Smart Partial Least Square 3.0 (SmartPLS).
Penelitian ini mengukur dua variabel eksogen yaitu Etika Kerja Islami (X1) dan
Locus of Control (X2) dan variabel endogennya yaitu Kepuasan Kerja (Y). Dalam penelitian
ini Etika Kerja Islami merupakan keyakinan dari PNS dalam bekerja sebagai seorang muslim
yang direfleksikan melalui kehidupan batin yang dilandasi dengan falsafa bekerja.
Selanjutnya Locus of Control yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi PNS
terhadap kondisi yang dirasakan dalam penyelesaian tugas yang diemban apakah dapat atau
tidak mengendalikan perilaku yang terjadi. Sedangkan Kepuasan Kerja pada penelitian ini
adalah respon positif individu atas pekerjaan yang dilakukan dan perasaan yang dialami
direfleksikan melalui rasa puas atas pekerjaan yang telah diselesaikan.
Dalam penelitian ini variabel Etika Kerja Islami (X1) bersifat reflektif, dan diukur
berdasarkan 4 indikator menurut Ali (1988) yaitu: Niat, Ilmu, Ibadah, dan Hubungan
Sosial. Selanjutnya variabel Locus of Control (X2) juga bersifat refliktif, dan diukur
berdasarkan dua indikator menurut Duffy (1977) yaitu: Locus of Control Internal dan Locus
of Control Eksternal, dan pengukuran Kepuasan Kerja (Y) bersifat formatif yang terdiri atas
4 indikator menurut Weiss et al. (1967), yaitu: Kepuasan Intrinsik, Kepuasan Ekstrinsik,
Pengakuan, dan Otonomi Pekerjaan. Model pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut:
5
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
X1.1
X1.2
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
X1.3
X1.4
Etika Kerja
Islami (X1)
3
Kepuasan Kerja
(Y)
4
Locus of Control
(X2)
X2.1
Y1.1
1
2
Y1.2
Y1.3
Y1.4
X2.2
Keterangan: 1 = H1, 2 = H2, 3 = H3, 4= H4
= Pengaruh langsung
= Pengaruh tidak langsung
Gambar 1. Model Pengukuran Variabel Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Analisis Deskriptif
Interpretasi untuk variabel Etika Kerja Islami Berdasarkan hasil analisis deskriptif,
tanggapan responden terkait variabel Etika Kerja Islami (X1), dapat dikatakan baik, dimana
responden menganggap bahwa eika kerja islami penting untuk diterapkan dalam organisasi.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai rerata variabel Etika Kerja Islami sebesar 3,59 dan sebesar
41,77% dari 124 responden memiliki jawaban setuju, artinya bahwa variabel Etika Kerja
Islami penting untuk diterapkan dalam organisasi dan 15.07% dari 124 responden menjawab
sangat setuju (menganggap sangat penting).
Hasil analisis deskriptif terkait variabel Locus of Control menunjukkan bahwa
persepsi para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kab.
Buton Utara terkait variable Locus of Control, apabila dicermati, variable Locus of Control
memiliki nilai rata-rata 3,47 dan sebesar 40,00 % dari 124 responden menjawab setuju, serta
13,23% responden menjawab sangat setuju. Hal ini membuktikan bahwa responden
cenderung menanggapi variabel locus of control dengan baik. Hal ini berarti bahwa para
pegawai di Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) Kab. Buton Utara cenderung memiliki
Locus of Control yang tinggi.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja (Y1)
menunjukkan nilai rata-rata sebesar 3,55 dan sebesar 41.01% dari 124 responden menjawab
skor setuju sampai dengan 13.94% menjawab sangat setuju. Hal ini membuktikan bahwa
para pegawai memiliki kepuasan yang tinggi atas pekerjaan yang dilakukukan, namun disisi
lain masih ada juga beberapa pegawai yang belum merasakan kepuasan atas pekerjaannya.
Hasil Analisis Partial Least Square (PLS)
Tahap analisis yang dilakukan yaitu menguji hipotesis dengan memberikan
interpretasi model berbasis teori yang diuji ini dapat diterima atau perlu pengembangan lebih
6
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
lanjut, melihat kekuatan prediksi dari model yaitu dengan mengamati besarnya residual yang
dihasilkan. Pengujian hipotesis (β dan γ) dilakukan dengan metode resampling bootstrap
yang dikembangkan oleh Geisser dan Stone. Statistik uji yang digunakan adalah statistik t
atau uji t. Untuk menguji hipotesis, nilai t-statistic yang dihasilkan dari output Smart PLS
dibandingkan dengan nilai t-tabel, yaitu apabila nilai t-statistics > 1,96 maka dapat
dinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan pada hipotesis yang diuji.
Tabel 1. Hasil Uji Pengaruh Langsung
Standard
Standard
Original
Sample Mean
Deviation
Error
Sample (O)
(M)
(STDEV)
(STERR)
X1 -> Y
0.3289
0.3317
0.1176
0.1176
X2 -> Y
0.3357
0.3416
0.1015
0.1015
X1 -> X2
0.4049
0.3994
0.1123
0.1123
Sumber: Data Primer diolah (2014)
T Statistics
(|O/STERR|)
2.7960
3.3072
3.6050
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hasil analisis pengaruh langsung Etika Kerja
Islami (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y) adalah positif dan signifikan dengan nilai koefisien
pengaruh langsung sebesar 0,3289 dan bertanda positif dan nilai t-statistics sebesar 2,7960.
Nilai tersebut lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa Semakin tinggi Imlementasi
Etika Kerja Islami (X1) maka akan semakin tinggi pula Kepuasan Kerja (Y). Oleh karena itu
Hipotesis 1 (H1) dapat diterima.
Selanjutnya, hasil analisis pengaruh langsung Locus of Control (X2) terhadap
Kepuasan Kerja (Y) adalah positif dan signifikan yang dibuktikan dengan nilai koefisien
sebesar 0,3357 dan nilai t-statistics sebesar 3,3072. Nilai tersebut lebih besar dari 1,96. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Locus of Control (X2), maka semakin tinggi pula
Kepuasan Kerja (Y). Oleh karena itu Hipotesis 2 (H2) dapat diterima.
Selanjutnya hasil analisis pengaruh langsung Etika Kerja Islami (X1) terhadap Locus
of Control (X2) adalah positif dan signifikan dengan nilai koefisien sebesar 0,4049 dan nilai tstatistics sebesar 3,6050. Nilai tersebut lebih besar dari 1,96. Artinya bahwa Semakin tinggi
implementasi nilai etika kerja islami (X1) maka akan semakin tinggi pula Locus of Control
(X2). Oleh karena itu Hipotesis 3 (H3) dapat diterima.
Tabel 2. Hasil Uji Pengaruh Tidak Langsung
Standard
Standard
Original
Sample
Deviation
Error
Sample (O)
Mean (M)
(STDEV)
(STERR)
X1 -> X2 ->Y
0.1359
0.1364
0.0569
0.0569
Sumber: Data Primer diolah (2014)
t Statistics
(|O/STERR|)
2.3877
Uji pangaruh tidak langsung detentukan dengan menggunakan rumus Sobel Test.
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai koefisien pengaruh tidak langsung Etika Kerja Islami (X1)
terhadap Kepuasan Kerja (Y) melalui Locus of Control (X2) sebesar 0,1359 dan bertanda
positif. Selanjutnya didapatkan nilai t-statistics sebesar 2,3877 adalah > 1,96, hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh Etika Kerja Islami (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y) melalui
Locus of Control (X2) adalah positif dan signifikan. Artinya bahwa peningkatan faktor Etika
Kerja Islami (X1) akan berdampak secara signifikan terhadap peningkatan faktor Kepuasan
Kerja (Y) melalui Locus of Control (X2). Oleh karena itu Hipotesis 4 (H4) dapat diterima.
7
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Adapun model diagram jalur pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut:
Etika Kerja
Islami (X1)
β = 0,4049*
t = 3,6050
β = 0,3289*
t = 2,7960
β = 0,1359*
t = 2,3877
Locus of
Control (X2)
Kepuasan Kerja
(Y)
β = 0,3357*
t = 3,3072
Gambar 2. Model Diagram Jalur Pengukuran Variabel Penelitian.
Goodness of Fit Inner Model
Goodness of Fit Inner Model, bertujuan mnganalisis ketepatan model dengan
menghitung Q-Square yang ditentukan berdasarkan nilai R-square yang diperoleh pada
variabel Locus of Control (X2) sebesar 0,1639. Hal itu menunjukkan bahwa Locus of Control
(X2) dipengaruhi sebesar 16,39% oleh Etika Kerja Islami (X1). Selanjutnya nilai R-square
yang diperoleh pada variabel Kepuasan Kerja (Y) sebesar 0,3104. Hal itu menunjukkan
bahwa Kepuasan Kerja (Y) dipengaruhi sebesar 31,04% oleh Etika Kerja Islami (X1) dan
Locus of Control (X2). Q2 = 1 – (1 – 0.1639) x (1 – 0.3104) maka Q2 = 0.4743. Berdasarkan
perhitungan di atas, didapatkan nilai Q-Square sebesar 0,4743. Hal itu menunjukkan bahwa
nilai observasi dapat diukur sebesar 47,43% oleh model dan estimasi parameternya.
Pembahasan
Etika Kerja Islami dapat Meningkatkan Kepuasan Kerja
Hasil analisis variable etika kerja islami terhadap Kepuasan Kerja menunjukkan
bahwa terdapat peran etika kerja islami dalam meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai di
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara. Artinya bahwa semakin tinggi
pengimplementasian seseorang akan nilai etika kerja islami ketika melaksanakan pekerjaan,
maka akan semakin tinggi rasa puas yang dialami seseorang atas pekerjaan yang
dilaksanakan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh
zaman et al. (2013) dan Ahmad (2011) bahwa nilai-nilai etika kerja islami akan menjadi
sarana pertumbahan pribadi seseorang dalam bekerja. Selanjutnya dijelaskan bahwa individu
yang memahami nilai-nilai religiusitas dengan baik atas aktifitas atau pekerjaan apapun yang
dilakukan akan selalu merasa bertanggung jawab dan mencintai berbagai aktifitas positif
yang dilakukan. Kuat lemahnya dorongan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara untuk melaksanakan pekerjaan tidak
terlepas dari niat yang timbul dari dalam diri mereka. Para pegawai memiliki niat yang kuat
untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Niat yang dimiliki setiap pegawai menjadikan
mereka selalu berusaha bekerja dengan sungguh-sungguh, merasa memiliki kewajiban yang
8
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
harus dilaksanakan atas pekerjaan sebagai PNS. Para pegawai memiliki kepuasan atas
pekerjaannya karena selalu berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya dengan tujuan untuk
mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. Imbalan yang diterima dari hasil pekerjaan yang
dilaksanakan dengan baik akan menjadi kebahagiaannya di dunia maupun diakhirat.
Locus of Control dapat Meningkatkan Kepuasan Kerja
Hasil analisis variabel Locus of Control terhadap Kepuasan Kerja menunjukkan
bahwa terdapat peran Locus of Control dalam meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai di
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kab. Buton Utara, artinya semakin tinggi Locus of
Control yang dimiliki para pegawai maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan
para pegawai atas pekerjaan yang dilaksanakan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Patten (2005), bahwa Locus of
Control dapat meningkatkan Kepuasan Kerja. Individu yang memiliki Locus of Control
tinggi cenderung menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, selalu merasa percaya diri dalam
menyelesaikan pekerjaan sesulit apapun ia yakin atas kemampuannya bahwa selain berasal
dari dirinya, sehingga pekerjaan sesulit apapun selalu dinikmati dan menjadi rasa puas atas
pekerjaan yang dilakukan. Begitu juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Dali (2013)
yang menemukan bahwa individu yang memiliki Locus of Control internal yang tinggi
cenderung merasakan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan karena para pegawai merasa
diberi kepercayaan untuk selalu bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan, mereka
mendapatkan kepercayaan bahwa mereka memiliki kemampuan yang baik, sehingga selalu
puas atas perkejaan yang diselesaikan.
Bukti empiris menunjukkan bahwa para pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD), Kab. Buton Utara, mereka memiliki sikap berusaha dan pengharapan yang lebih
besar dalam hidup mereka dikarenakan mereka merasa potensi mereka benar-benar dapat
dimanfaatkan sehingga mereka menjadi lebih kreatif dan produktif. Hal inilah yang
menimbulkan Locus of Control yang tinggi pada para pegawai, mereka memiliki
kemampuan yang yang baik dalam mengontrol diri terkait pekerjaan yang dilakukan. Selain
itu juga para pegawai memeliki keyakinan kuat atas keberhasilan dan kegagalan yang
dialaminya demikian akan terjadi di dalam kehidupannya.
Etika Kerja Islami dapat Meningkatkan Locus of Control
Hasil analisis pengaruh etika kerja islami terhadap Locus of Control adalah positif
dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peran etika kerja islami dalam
meningkatkan Locus of Control pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab.
Buton Utara. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman seseorang akan nilai etika
kerja islami, maka akan semakin tinggi Locus of Control seseorang atas pekerjaan yang
dilaksanakan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Yousef (2000) yang
menemukan bahwa terdapat hubungan etika kerja islami dan Locus of Control. Etika kerja
islami akan membentuk sikap tanggung jawab dan profesionalisme yang tinggi sehingga
terwujud peran dalam menyelesaikan pekerjaan selalu diusahakan dengan sebaik-baiknya.
Yousef (2000), menjelaskan bahwa individu yang memiliki sikap berupa nilai- nilai etika
kerja islami akan memiliki sikap peran yang tinggi dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Para pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara
memahami bahwa bekerja dengan baik dalam islam merupakan sebuah kenicayaan, bekerja
di anggap sebagai amanah yang dititipkan sang kahalik kepada mereka. Beberapa pegawai
mengatakan bahwa “alam ini tidak akan menemukan kelestarian apabila kita sebagai manusia
tidak mau memberikan pemikiran yang inovatif dan akan terus bentindak sepanjang hidup
9
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
yang dijalani”. Pernyataan ini memberikan gambaran bahwa para pegawai memiliki
kesadaran yang tinggi dan tidak timbul rasa kekhawatiran atas pekerjaan yang dilakukan
sekecil apapun pekerjaan itu asal bernilai positif. Kesadaran yang tinggi dan rasa tidak
khawatir menjadi control bagi diri mereka untuk selalu berusaha bersikap positif. Keyakinan
para pegawai akan nilai islam menjadikan Locus of Control yang dimilki menjadi tinggi.
Sebagaimana Allah menjelaskan dalam firmannya QS: Al-Maidah: 69 yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu berbuat baik (beriman), orang-orang yahudi,
Sabiin, dan orang-orang Nasrani, barang siapa yang benar-benar beriman kepada Allah,
kepada hari kemudian dan berbuat kebajikan maka tidak ada rasa kekhawatiran padanya
dan mereka tidak bersedih hati.”
Potongan ayat di atas memberikan penjelasan bahwa umat agama apapun jika
melakukan pekerjaannya dengan baik maka akan selalu disertai kekuatan yang timbul dari
dalam diri manusia itu sendiri, tidak ada rasa kekhawatiran atas apapun yang dilakukan
sehingga manusia itu akan selalu memiliki kontrol yang baik atas dirinya dalam
melaksanakan pekerjaan apapun. Mereka akan selalu memiliki rasa percaya diri yang tinggi
atas pekerjaan yang dilakukan dan memiliki harapan (ekspektasi) yang tinggi akan
keberhasilan di dalam hidupnya.
Etika kerja Islami dapat Meningkatkan Kepuasan Kerja melalui Locus of Control
Hasil analisis pengaruh tidak lansung etika kerja islami terhadap Kepuasan Kerja
melalui Locus of Control adalah positif dan signifikan. Artinya bahwa terdapat peran etika
kerja islami dan Locus of Control dalam meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai di Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara. Varibel etika kerja islami terbukti
mampu meningkatkan Kepuasan Kerja secara tidak lansung melalui variabel Locus of
Control. Hasil penetian ini juga mendukung penelitian yousef (2001) yang menjelaskan
bahwa individu yang bekerja dan didasari atas pemahaman nilai religius cenderung memiliki
control yang baik dalam dirinya dan memiliki semangat atas pekerjaan yang dilakukan
sehingga iya akan menikmati pekerjaannya dan merasa puas dengan apa yang dikerjakan.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton
Utara, selalu berusaha menciptakan nilai moral yang baik (moral value), agar terwujud
suasana kerja yang kondusif. Kepuasan Kerja para pegawai terbentuk bukan karena faktor
ekstrinsik, melainkan berasal dari perilaku positif yang timbul. Sikap profesionalisme,
tanggung jawab dan hubungan sosial yang baik, timbul dari keyakinan para pegawai atas nilai
islam yang selalu diusahakan untuk diterapkan dalam bekerja sehingga para pegawai
mendapatkan kontrol yang baik dalam dirinya dan menimbulkan Locus of Control yang
tinggi. Etika kerja Islami dan Locus of Control yang tinggi mengakibatkan para pegawai
mendapatkan otonomi pekerjaan yang tinggi di dalam organisasi, karena para pegawai
mendapatkan kepercayaan (trust) oleh atasan, untuk selalu menilai sendiri hasil pekerjaannya,
mendapatkan kesempatan untuk selalu mencoba metode sendiri dalam menyelesaikan
pekerjaannya, dan mendapatkan kesempatan untuk saling membantu rekan dalam bekerja.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hipotesis penelitian mengenai “Peran
Etika Kerja Islami dan locus of control dalam Meningkatkan Kepuasan Kerja Pegawai di
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara”, maka dapat disumpulkan bahwa
Semakin tinggi pengimplementasian nilai-nilai Etika Kerja Islami maka akan semakin tinggi
10
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
pula kepuasan yang dirasakan atas pekerjaan yang dilakukan. Pengimplementasian Etika
Kerja Islami dapat menimbulkan perilaku positif dalam bekerja. Perilaku positif tersebut
mendorong para pegawai untuk selalu berusaha menyelesaikan pekerjaannya dengan baik
dan ketika pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik maka para pegawai akan merasakan
kebahagiaan. Nilai kebahagiaan tersebut bertransformasi menjadi rasa puas atas pekerjaan
yang dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik.
Kemudian semakin tinggi locus of control yang dimiliki pegawai maka akan semakin
tinggi pula rasa puas atas pekerjaan yang dilakukan. Locus of control yang tinggi
menimbulkan kontrol yang baik dari dalam diri pegawai untuk selalu berusaha bersikap
positif, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi atas kemampuan yang dimiliki ketika
melaksanakan pekerjaan. Kontrol yang baik tersebut, menjadikan setiap pegawai memiliki
kecintaan terhadap pekerjaannya dan pegawai akan memiliki tingkat pengharapan yang tinggi
atas hasil yang akan dicapai dalam bekerja. Kecintaan atas pekerjaan dan nilai harapan yang
timbul karena locus of control yang tinggi tersebut akan menimbulkan rasa puas atas
pekerjaan yang dilakukan dan dapat diselesaikan dengan baik.
Selanjutnya semakin tinggi impelementasi pemahaman Etika Kerja Islami maka
semakin tinggi pula locus of control yang dimiliki pegawai. Implementasi nilai-nilai Etika
Kerja Islami yang tinggi mengakibatkan kontrol yang baik dari dalam diri pegawai. Para
pegawai yang mengimplementasikan pemahaman Etika Kerja Islami akan memiliki sikap
tanggung jawab, profesinalisme dan pengharapan yang tinggi atas hasil pekerjaan yang
dilakukan. Sikap-sikap inilah yang menjadi kontrol bagi setiap pegawai dalam melaksanakan
pekerjaannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa Etika Kerja Islami dapat meningkatkan
kepuasan kerja secara tidak langsung melalui locus of control. Artinya bahwa peran Etika
Kerja Islami dalam meningkatkan kepuasan kerja, juga didukung oleh peran locus of control
yang tinggi.
Daftar Pustaka
Al-Quran Al Karim dan Terjemahanya, Penerbit CV Toha Putra Semarang.
Ahmad, M. S. 2011, Work ethics: An Islamic prospective, International Journal of Human
Sciences, 8(1).
Ali, A.J. 1988, “Scaling an Islamic work ethic”, The Journal of Social Psychology, Vol. 128/
No.5, pp.575-83.
---------. 1992,“The Islamic work ethic in Arabia”, The Journal of Psychology.Vol. 126 No. 5,
pp.507-19.
Ali, A.J, dan Al-Kazemi, A. 2007, “Islamic work ethic in Kuwait”,Journal of Management
Development, Vol. 14 No. 2, pp.366-75.
Ali, A.J, dan Al-Owaihan, A. 2008, “Islamic work ethic: a critical review”, Cross Cultural
Management: An International Journal, Vol. 15 No. 1, pp.5-19.
Chanzanagh, H.E. and Akbarnejad, M. 2011, “The meaning and dimensions of Islamic work
ethic: initial validation of a multidimensional IWE in Iranian society”, Social and
Behavioral Sciences, Vol.30, pp.916-924.
11
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Chen, J. C., & Silverthorne, C. 2008. The impact of locus of control on job stress, job
performance and job satisfaction in Taiwan. Leadership & Organization Development
Journal, 29(7), 572-582.
Dali, N., 2013. Work, S. M. B. S. A. Professionalism and Locus of Control Influence On Job
Satisfaction Moderated By Spirituality At Work And Its Impact On Performance
Auditor. International Journal of Business and Management Invention ISSN (Online):
2319 – 8028, ISSN (Print): 2319 – 801X www.ijbmi.org Volume 2 Issue 10ǁ PP.01011.
Duffy, P. J., Shiflett, S., dan Downey, R. G. 1977. Locus of control: Dimensionality and
predictability using Likert scales. Journal of Applied Psychology, 62, 214-219.
Ellickson, M.,C. 2002. Determinants of Job Saticfaction of Municipal Goverment Employees,
Public Personal Management, Vol.3.1 No.3/31 AB/Inforn Global.
Furnham, A., Bond, M., Heaven, P., Hilton, D., Lobel, T., Masters, J., dan Van Daalen, H.
1993. A comparison of Protestant work ethic beliefs in thirteen nations. The Journal
of Social Psychology, 133(2), 185-197.
Frucot, V., dan Shearon W. T. 1991. Budgetary participation, locus of control, and
Mexican managerial performance and job satisfaction. The Accounting Review 66
(January), 80-98.
Ganji, A. A., Vardanyan, K., dan Navabinezhad, D. 2013. The Relationship between Locus
of Control and Job Teachers Satisfaction. Life Science Journal,10(2), 277-284.
Hayati, K., dan Caniago, I. 2012. Islamic Work Ethic: The Role of Intrinsic Motivation, Job
Satisfaction, Organizational Commitment and Job Performance.Procedia-Social and
Behavioral Sciences, 65, 272-277.
Hyatt, T.A. & Prawitt, D.F. 2001. Does congruence between audit structure and
auditors locus-of-control affect job performance ?, The Accounting Review, Vol. 76
No. 2, 263-274.
McCuddy, M.K. and Peery, B.L. 1996. “Selected individual differencens and collegians’
ethical beliefs”, Journal of Business Ethics, Vol. 15,pp.261-72.
Mohamed, N., Karim, N. S. A., dan Hussein, R. 2010. Linking Islamic Work Ethic to
Computer Use Ethics, Job Satisfaction and Organisational Commitment in
Malaysia. Journal of Business Systems, Governance & Ethics,5(1).
Noermijati . 2008. Aktualisasi Teori Hezberg, Suatu Kajian Terhadap Kepuasan Kerja dan
Kinerja Spritual Manajer Operasional (Penelitian di Perusahaan Kecil Rokok Sigaret
Kretek Tangan di wilayah Malang). Disertasi. Universitas Brawijaya. Malang.
Patten, D. M. 2005. An analysis of the impact of locus-of-control on internal auditor job
performance and satisfaction. Managerial Auditing Journal, 20(9), 1016-1029.
12
Muhammad Ridhayantho
Noermijati, Dodi W. Irawanto
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Ridwan, R. 2014. Peranan Etika Kerja Islam Terhadap Hubungan Locus of Control dengan
Kinerja Karyawan. Jurnal Trikonomika, 12(1), 72-84.
Robbins, S. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Alih Bahasa :
Hadyana Pujaatmaka. Edisi Keenam. Penerbit PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Robbins, S. dan Judge, T. 2008. Organizational Behavior (Perilaku Organisasi) 12th edition.
Diterjemahkan oleh : Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid . Penerbit
Salemba Empat. Jakarta.
Rokhman, W. 2010. The effect of Islamic work ethics on work outcomes. EJBO Electronic
Journal of Business Ethics and Organization Studies. Vol. 15 (1): 21-27.
Rotter, J. B. 1966. Generalized expectancies for internal versus external control of
reinforcement. Psychological monographs: General and applied, 80(1), 1.
Stark, R., dan Glock, C. Y. 1968. American piety: The nature of religious commitment (Vol.
1). Univ of California Press.
Weiss, D. J. , Dawis, R. V. England, G. W. and Lofquist, L. H. (1967), Manual for the
Minnesota Satisfaction Questionnaire. Minnesota Studies in Vocational
Rehabilitation, Minneapolis: University of Minnesota, Industrial Relations Center.
Vol. 22.
Widoyoko, P, 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Cetakan Pertama. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Yousef, D. A. 2000. The Islamic work ethic as a mediator of the relationship between Locus
of control, role conflict and role ambiguity–A study in an Islamic country
setting. Journal of Managerial Psychology, 15(4), 283-298.
-------------------. 2001. Islamic work ethic–A moderator between organizational commitment
and job satisfaction in a cross-cultural context. Personnel Review,30(2), 152-169.
Zaman, F., Nas, Z, Ahmed, M, Raja, Y. M, danMarri, M. Y. K. 2013. The mediating role of
Intrinsic Motivation between Islamic Work Ethics and Employee Job
Satisfaction. Journal of Business Studies Quarterly, 5(1).
Zamani, A., dan Talatapeh, M. B. B. 2014. Discussion of the Motivation in the Islamic and
Non-Islamic Worlds. J. Appl. Environ. Biol. Sci, 4(4), 68-73.
13
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP PERISTIWA POLITIK DI PARLEMEN
INDONESIA TAHUN 2014
(Studi Peristiwa Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI)
Yovinda Trista Yuliana
Email: [email protected]
I Made Sudana
Email: [email protected]
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Abstract
Many political events occur in the parliament over 2014, namely announcement of
“UU No. 17 Tahun 2014 about MD3” on July 8th, “RUU Pilkada” on September 26th, and
People’s Representative Council (DPR) election on October 2nd. The events are considered as
information that could affect compay’s stock price on Indonesia Stock Exchange, which will
be reacted by the investor if the information is relevant. So, the objective of this research is to
observe stock market reaction around the announcement date of political event in the
parliament of Indonesia. Event study is applied to each announcement, 310 samples for “UU
No. 17 Tahun 2014 tentang MD3”, 322 samples for “RUU Pilkada”, and 284 samples for
People’s Representative Council (DPR) election. Using seven days length for window event
period, three days before the event, during the event, and three days after the event. By using
one-sample t-test for AAR as measuring indicator, there are significant negative AAR at t+1
of the three events. Meanwhile by using CAAR as an indicator, negative result was
significant only at the announcement of “UU No. 17 Tahun 2014 about MD3”, but positive
significant on “RUU Pilkada” and People’s Representative Council (DPR) election.
Key words:politics, parliament, event study, average abnormal return (AAR), cumulative
average abnormal return (CAAR)
Pendahuluan
Latar Belakang
Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perekonomian negara karena dapat
menyediakan sarana untuk mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang
memerlukan dana. Dengan adanya pasar modal, investor dapat menginvestasikan dananya
dengan harapan memperoleh pendapatan, sedangkan pihak yang memerlukan dana dapat
memanfaatkan dana tersebut untuk keperluan investasi tanpa harus menunggu ketersediaan
dana dari perusahaan. Investasi di pasar modal adalah salah satu alternatif investasi yang
dinilai cepat mendatangkan keuntungan. Meskipun demikian, risiko yang ada di pasar modal
juga besar karena banyak faktor yang dapat memengaruhi pendapatan saham yang
diperdagangkan.
Harga saham perusahaan publik yang diperdagangkan di pasar modal dipengaruhi
oleh faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan yang bersangkutan. Faktor eksternal
dapat berupa faktor ekonomi maupun non ekonomi. Walaupun faktor non ekonomi tidak
terkait secara langsung dengan dinamika yang terjadi di pasar modal, tetapi tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas bursa efek. Faktor non ekonomi seperti isu mengenai lingkungan
14
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
hidup, hak asasi manusia, serta politik juga dapat memicu fluktuasi harga saham. Semakin
pentingnya peran bursa efek dalam kegiatan ekonomi, membuat bursa efek semakin sensitif
terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Peristiwa politik merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi kondisi
perekonomian suatu negara. Stabilitas politik yang diimbangi dengan stabilitas ekonomi akan
membuat investor optimis dalam menginvestasikan dananya di pasar modal negara yang
bersangkutan. Sementara itu, adanya peristiwa politik yang mengancam stabilitas negara
cenderung mendapat respon negatif dari investor. Oleh karena itu, ekspektasi investor
terhadap peristiwa politik yang terjadi akan tercermin melalui fluktuasi harga saham di bursa
efek.
Fluktuasi harga saham di BEI tidak dapat dipisahkan dari fenomena politik yang
terjadi di Indonesia. Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia, mengingat berbagai
peristiwa politik terjadi dalam tahun tersebut. Pada tahun 2014, Indonesia menyelenggarakan
pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden beserta wakilnya. Namun, setelah
euphoria kemenangan pihak yang terpilih, lahirlah beberapa aturan baru yang masih terkait
dengan mekanisme pelaksanaan sistem parlemen di Indonesia melalui UU No. 17 tentang
MD3 dan RUU Pilkada yang semuanya tidak terlepas dari pro dan kontra masyarakat.
Adanya pro dan kontra menunjukkan bahwa masyarakat memberikan reaksi beragam
terhadap peristiwa politik dalam negeri tersebut.
Peristiwa politik tersebut akan menyebabkan IHSG berfluktuasi. IHSG pada Kamis,
25 September 2014 ditutup pada level 5.200. Sementara itu, IHSG mengalami penurunan ke
level 5.134,03 tepat di saat ditetapkannya RUU Pilkada, yaitu Jumat, 26 September 2014.
Keputusan sidang paripurna DPR yang menghapus pelaksanaan Pilkada langsung disambut
negatif oleh pelaku pasar yang ditunjukkan oleh turunnya IHSG ke level 5.132,563. Namun
sisi lain, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Sibarani (2014) menyatakan
bahwa terpuruknya IHSG pada hari ditetapkannya RUU Pilkada tidak akan berlangsung
lama. Dari hal tersebut, muncul pertanyaan apakah adanya regulasi terkait parlemen tersebut
berpengaruh terhadap sentimen pasar? dan apakah kedua peristiwa politik di parlemen
Indonesia lainnya yang terjadi di tahun 2014, yaitu UU No. 17 tentang MD3 dan pemilihan
pimpinan DPR juga akan direspon oleh pasar?
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini adalah apakah terdapat reaksi pasar saham terhadap peristiwa politik di
parlemen Indonesia tahun 2014 yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR ?
Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis
Teori Efisiensi Pasar
Pasar yang efisien dapat terjadi jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk
mencapai keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia
(Jogiyanto, 2013:547). Sementara itu, menurut Reilly dan Norton (2003:303), “an efficient
capital market is a market in which security prices adjust rapidly to the arrival of new
information and, therefore, the current prices of securities reflect all information about the
security”. Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa fluktuasi harga sekuritas tergantung
pada informasi yang diterima pasar.
Hal terpenting untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga
sekuritas dengan informasi. Fama (1970) dalam Jogiyanto (2013:548) membedakan bentuk
pasar yang efisien ke dalam tiga efficient market hypothesis (EMH) berdasarkan ketersediaan
informasi, yaitu:
15
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form), menunjukkan bahwa harga sekuritas
mencerminkan secara penuh informasi masa lalu, seperti harga pasar historis dan volume
perdagangan saham. Berdasarkan bentuk ini, harga-harga masa lalu tidak dapat digunakan
dalam memprediksi harga sekarang oleh investor untuk mendapatkan abnormal return.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form), menyatakan bahwa harga sekuritas
secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan secara cepat. Bentuk
efisiensi ini diuji dengan melihat apakah terjadi penyesuaian harga saat informasi
diumumkan. Informasi yang dimaksud dalam bentuk ini, selain informasi yang berlaku
pada efisiensi pasar bentuk lemah, informasi publik seperti pengumuman dividen, stock
split, isu ekonomi, isu politik, dan lain-lain. Dalam pasar bentuk ini, tidak ada investor
yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan abnormal
return dalam waktu yang lama.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form), menyatakan bahwa harga sekuritas secara penuh
mencerminkan semua informasi yang tersedia, baik informasi publik maupun informasi
yang privat. Berdasarkan pasar bentuk ini, tidak ada investor yang dapat memonopoli
akses informasi yang relevan bagi pembentukan harga saham sehingga tidak ada informasi
yang dapat digunakan untuk memperoleh abnormal return.
Pendapatan Saham
Pendapatan saham merupakan pendapatan yang diperoleh oleh pemegang saham
sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu. Dapat dikatakan pula bahwa
pendapatan saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi saham (Jogiyanto, 2013:235).
Pendapatan saham dapat dibedakan menjadi actual return dan expected return. Sementara
itu, selisih antara actual return dengan expected return merupakan abnormal return. Masingmasing jenis pendapatan saham tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Actual return, merupakan pendapatan sebenarnya dari investasi yang terdiri atas capital
gain dan atau dividen.
2. Expected return, merupakan pendapatan yang diharapkan atas investasi yang dilakukan.
Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan market adjusted model untuk menghitung
expected return. Berdasarkan model ini pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas
yang diestimasi sama dengan pendapatan pasar.
3. Abnormal return, adalah selisih antara pendapatan yang sesungguhnya didapat investor
dengan pendapatan yang diharapkan investor .
Pengujian abnormal return tidak dilakukan pada masing-masing saham, melainkan
secara agregat dengan menguji seluruh saham untuk masing-masing hari perdagangan di
sekitar tanggal peristiwa. Selanjutnya, menghitung CAAR yang merupakan akumulasi AARt
mulai dari hari pertama sampai hari ke-t selama periode uji.
Reaksi Pasar terhadap Faktor Eksternal Perusahaan
Menurut teori pasar efisien bentuk semi kuat, reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya
perubahan harga saham hingga memicu perubahan pendapatan saham yang mencolok pada
saat pengumuman peristiwa tertentu. Dengan menggunakan abnormal return untuk
mengukur reaksi pasar, maka suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi
akan memberikan abnormal return yang signifikan kepada investor, dan sebaliknya.
Harga pasar saham perusahaan publik dapat mencerminkan nilai perusahaan yang
bersangkutan. Namun harga pasar saham suatu perusahaan di pasar modal tidak hanya
16
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal, seperti kondisi ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain (Sudana, 2011:9).
Peristiwa-peristiwa politik di parlemen dapat memengaruhi pelaksanaan fungsi
penganggaran dan pengawasan yang menjadi tugas DPR. Hal ini dapat memperlancar
ataupun menghambat pelaksanaan program-program yang telah direncanakan oleh
pemerintah, termasuk program ekonomi. Adanya informasi positif bahwa peristiwa terkait
politik di parlemen tersebut diekspektasikan dapat memperlancar pelaksanaan program
ekonomi pemerintah, maka akan mendorong investor untuk melakukan pembelian saham,
sehingga harga saham akan naik. Sementara itu, jika terjadinya peristiwa politik di parlemen
merupakan informasi negatif bagi investor, maka akan berdampak pada turunnnya harga
saham karena investor menilai situasi politik di parlemen Indonesia akan memberikan
ketidakpastian di pasar dan turut mengancam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Adanya
spekulasi dari investor tersebut akan berpengaruh pada harga saham perusahaan di pasar
modal Indonesia.
Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai reaksi pasar terhadap peristiwa politik sudah pernah beberapa
kali dilakukan sebelumnya, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Angelovska (2011)
yang membahas pengaruh peristiwa politik “name issue” terhadap Macedonian Stock
Exchange (MSE). Permasalahan “name issue” yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perdebatan terhadap penggunanaan nama Macedonia antara Yunani dan Republik
Macedonia. Dalam penelitian tersebut, tiga peristiwa terkait “name issue” diamati
menggunakan event study dengan periode uji selama 11 hari. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa dua dari tiga peristiwa politik yang diteliti menunjukkan adanya
abnormal return yang signifikan, khususnya pada peristiwa kedua yang menunjukkan adanya
abnormal return negatif signifikan beberapa hari sebelum pengumuman peristiwa, sedangkan
satu peristiwa politik yang lainnya tidak menunjukkan adanya abnormal return yang
signifikan di sekitar tanggal peristiwa.
Sementara itu, Chen, et al (2005) meneliti dampak sembilan peristiwa politik selama
tahun 1996-2002 terhadap pendapatan saham Qualified Foreign Institution Investor di
Taiwan. Penelitian tersebut menggunakan sampel sebanyak 100 perusahaan yang dibagi ke
dalam dua subgroup, yaitu 50 perusahaan dengan high-Qualified Foreign Institution Investor
portofolio dan 50 perusahaan dengan low-Qualified Foreign Institution Investor portofolio.
Dengan menggunakan market adjusted, didapatkan hasil adanya abnormal return signifikan
selama periode uji.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Liargovas dan Repousis (2010) yang meneliti
mengenai reaksi pasar saham 11 perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Athena Stock
Exchange terhadap tiga peristiwa terorisme internasional, yaitu penyerangan di New York
pada 11 September 2001, pengeboman kereta di Madrid pada 11 Maret 2004, dan
pengeboman kereta di London pada 7 Juli 2005. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan
event study dengan menggunakan market model. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa hanya peristiwa penyerangan di New York pada 11 September 2001 yang direspon
pasar secara signifikan, karena terdapat abnormal return negatif signifikan di sekitar tanggal
peristiwa, terutama pada hari-hari sebelum peristiwa terjadi. Namun, tidak terdapat abnormal
return yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa pengeboman kereta di Madrid.
Hasil penelitian yang berbeda juga ditunjukkan oleh Ananto (2014) yang meneliti
pengaruh pemilu legislatif tanggal 9 April 2014 terhadap pasar memberikan hasil penelitian
bahwa peristiwa tersebut tidak berpengaruh pada abnormal return, tetapi berpengaruh
signifikan terhadap trading volume activity. Beberapa hasil penelitian terdahulu
17
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
menunjukkan hasil yang beragam, dan penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali reaksi
pasar saham terhadap peristiwa politik, yaitu peristiwa politik di parlemen Indonesia tahun
2014
Studi Peristiwa
Studi peristiwa merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu
peristiwa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mac Kinlay (1997) bahwa “An event study
measures the impact of a specific event on the value of a firm”. Studi peristiwa digunakan
untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat, karena dengan studi peristiwa, maka
dapat diamati reaksi pasar atas peristiwa yang informasinya dipublikasikan dan menguji
kandungan informasi dari pengumuman tersebut. Definisi lain menyatakan bahwa “Initially
event studies were undertaken to examine whether markets were efficient, in particular, how
fast the information was incorporated in share price” (Elton dan Gruber, 1995:427).
Studi peristiwa mempelajari pengaruh suatu peristiwa terhadap harga saham di pasar,
baik sebelum, pada saat, maupun setelah terjadinya peristiwa. Dengan demikian, dapat dilihat
apakah harga saham akan meningkat atau menurun setelah terjadinya peristiwa atau mungkin
harga saham sudah terpengaruh sebelum terjadinya peristiwa tersebut. Reaksi pasar dapat
dilihat dari adanya perubahan harga saham yang berdampak pula pada pendapatan saham.
Reaksi tersebut dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Jika pengumuman
tersebut mengandung informasi, maka akan terjadi abnormal return yang signifikan, dan
sebaliknya.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat reaksi pasar saham yang
ditunjukkan oleh AAR dan CAAR terhadap peristiwa politik di parlemen Indonesia tahun
2014.
Metode Penelitian
Prosedur Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI periode
2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan tujuan untuk
mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1. Sampel penelitian adalah saham perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2014.
2. Sampel penelitian adalah perusahaan yang tidak mengeluarkan pengumuman corporate
action pada periode uji.
3. Saham perusahaan sampel aktif diperdagangkan selama periode uji.
Pengukuran dan Definisi Operasional Variabel
1. Average abnormal return (AAR), merupakan rata-rata pendapatan abnormal saham harian
dari seluruh sampel selama 3 hari sebelum, 1 hari saat, dan 3 hari sesudah peristiwa yang
diperoleh dari persamaan berikut:
AAR =
∑
………………………………………..……………………………………………
……….(1)
18
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Keterangan:
AAR : average abnormal return pada periode ke-t
: abnormal return sekuritas i pada periode ke-t
AR
N
: jumlah sekuritas yang menjadi sampel
2. Cumulative average abnormal return (CAAR), merupakan jumlah dari AAR pada periode
uji, yaitu selama 7 hari kerja bursa, yang diperoleh dari persamaan berikut:
CAAR =
∑ AAR ………………………………………………………………………………….…
……..(2)
Keterangan:
CAAR : cumulative average abnormal return pada periode ke-t
AAR : average abnormal return pada periode ke-t, yaitu mulai awal periode peristiwa
sampai periode ke-t
T
: periode uji
Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
Analisis dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tanggal terjadinya event (t0), yaitu:
a) Pengumuman UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3: 8 Juli 2014.
b) Pengumuman RUU Pilkada: 26 September 2014.
c) Pemilihan pimpinan DPR: 2 Oktober 2014.
2. Menentukan periode uji, yaitu selama 7 hari kerja bursa untuk masing-masing peristiwa,
yaitu 3 hari sebelum, 1 hari saat, dan 3 hari setelah peristiwa. Namun, terdapat
pengecualian untuk pengumuman RUU Pilkada dan pemilihan pimpinan DPR yang
tanggal terjadinya berdekatan. Untuk menghindari terjadinya tumpang tindih antar
peristiwa, maka periode uji pengumuman RUU Pilkada adalah 3 hari sebelum, 1 hari saat,
dan 2 hari setelah peristiwa, sedangkan periode uji untuk pemilihan pimpinan DPR adalah
1 hari sebelum, 1 hari saat, dan 3 hari setelah peristiwa.
3. Menghitung actual return selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus:
R, =
,
,
……………………………………………………….....………………………….
,
………(3)
Keterangan:
R , : actual return
P , : harga sekuritas i pada periode ke-t
P , : harga sekuritas i pada periode t-1
4. Menghitung market return selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus:
R =
(
)
…………………………………….....……….....………………………….
……….(4)
19
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Keterangan:
R
: return indeks pasar pada periode ke-t
IHSG : nilai indeks pasar pada periode ke-t
IHSG
: nilai indeks pasar pada periode sebelum ke-t
5. Menghitung expected return selama periode uji masing-masing peristiwa menggunakan
market adjusted model dengan rumus:
E(R ) = R
……….…………………………………….....……….....………………………….……...(
5)
Keterangan:
E(R ) : expected return sekuritas ke-i pada periode ke-t
R
: return indeks pasar pada periode ke-t
6. Menghitung abnormal return selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus:
AR = R −
E(R )………………………………………………….....…………………………….…
…(6)
Keterangan:
: abnormal return sekuritas i pada periode ke-t
AR
R
: actual return sekuritas i pada periode ke-t
E(R ) : expected return sekuritas i pada periode ke-t
7. Menghitung AAR selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus (1).
8. Menguji hipotesis terhadap AAR masing-masing peristiwa dengan one-sample t-test.
a) Merumuskan hipotesis statistik:
H0: AARt = 0, tidak terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa.
H1: AARt ≠ 0, terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa.
b) Menentukan tingkat signifikansi, yaitu α = 5%.
c) Menetapkan kriteria diterima atau ditolaknya H0 dengan bantuan program SPSS:
H0 diterima jika hasil signifikansi nilai t ≥ 0,05 berarti tidak terdapat AARt yang
signifikan di sekitar tanggal peristiwa.
H0 ditolak jika hasil signifikansi nilai t < 0,05 berarti terdapat AARt yang signifikan di
sekitar tanggal peristiwa.
9. Menghitung CAAR selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus (2).
10. Menguji hipotesis terhadap CAAR masing-masing peristiwa dengan one-sample t-test.
a) Merumuskan hipotesis statistik:
H0: CAARt = 0, tidak terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa.
H1: CAARt ≠ 0, terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa.
b) Menentukan tingkat signifikansi, yaitu α = 5%.
c) Menetapkan kriteria diterima atau ditolaknya H0 dengan bantuan program SPSS:
H0 diterima jika hasil signifikansi nilai t ≥ 0,05 berarti tidak terdapat CAARt yang
signifikan di sekitar tanggal peristiwa.
20
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
H0 ditolak jika hasil signifikansi nilai t < 0,05 berarti terdapat CAARt yang signifikan
di sekitar tanggal peristiwa.
11. Membandingkan hasil uji ketiga peristiwa secara deskriptif untuk melihat konsistensi
reaksi pasar terhadap masing-masing peristiwa dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil
dan pembahasan yang telah dilakukan.
Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh perusahaan yang sahamnya terdaftar di BEI
tahun 2014. Berdasarkan prosedur penentuan sampel yang dikemukakan pada Bab 3, maka
diperoleh sampel sebagai berikut:
Tabel 1
Jumlah Sampel Penelitian
Peristiwa Politik di parlemen
Tanggal
No.
Indonesia Tahun 2014
Peristiwa
1.
Penetapan UU No. 17 tahun 2014
8 Juli
tentang MD3
2.
Penetapan RUU Pilkada
26 September
3.
Pemilihan pimpinan DPR periode
2 Oktober
2014-2019
Sumber: data diolah
Jumlah
Sampel
310
322
284
Tabel 2 menyajikan average actual return, expected return, average abnormal return,
dan cumulative average abnormal return saham perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian ini selama periode uji.
Tabel 2
Average Actual Return, Expected Return, Average Abnormal Return, dan Cumulative
Average Abnormal Return Perusahaan Sampel pada saat Periode Uji
Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa mayoritas average actual return pada periode uji
peristiwa penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 menunjukkan angka positif dengan
nilai average actual return tertinggi terjadi pada t-1 sebesar 0,0073, sedangkan average
21
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
actual return terendah terjadi pada t0 dengan nilai -0,0050. Untuk nilai expected return,
mayoritas juga didominasi oleh angka positif dengan nilai tertinggi terjadi pada t-1 sebesar
0,0170, sedangkan expected return terendah terjadi pada t+2 dengan nilai -0,0128. Nilai
CAAR sebagian besar juga menunjukkan angka negatif. Perhitungan nilai CAAR yang
mayoritas negatif mengindikasikan bahwa penetapan UU No. 17 Tahun 2014 tentang UU
MD3 merupakan bad news bagi investor.
Nilai average actual return pada peristiwa penetapan RUU Pilkada yang
menggunakan periode uji sepanjang enam hari, terdapat nilai average actual return negatif
dan positif yang seimbang, yaitu tiga hari bernilai positif dan tiga hari bernilai negatif.
Average actual return tertinggi sebesar 0,0054 terjadi pada t-1, sedangkan average actual
return terendah bernilai -0,0139 terjadi pada saat t0. Hal yang sama ditunjukkan oleh nilai
tertinggi expected return yang juga terjadi pada t-1 sebesar 0,0053 dan expecetd return
terendah sebesar -0,0132 yang terjadi pada t0, dan expected return mayoritas bernilai negatif.
Serupa dengan average actual return yang memiliki nilai negatif dan positif yang seimbang,
begitu pula AAR. Nilai AAR tertinggi sebesar 0,0072 terjadi pada t-2, sedangkan nilai AAR
terendah terjadi pada t+1 sebesar -0,0053. Sementara itu, nilai CAAR justru sebagian besar
bernilai positif dengan nilai tertinggi sebesar 0,0050 pada t-1 dan nilai terendah sebesar 0,0023 pada t-3.
Pada periode uji peristiwa pemilihan pimpinan DPR, nilai average actual return
mayoritas bernilai positif, dengan average actual return tertinggi sebesar 0,0104 yang terjadi
pada t+3, sedangkan average actual return terendah dengan nilai sebesar -0,0207 terjadi pada
t0. Nilai expected return sebagian besar bernilai positif dengan nilai tertinggi sebesar 0,0103
terjadi pada t-2, sedangkan expected return terendah, sama seperti average actual return
terendah, juga terjadi pada t0 senilai -0,0273. Sama halnya dengan average actual return dan
expected return, nilai AAR sebagian besar juga bernilai positif. AAR tertinggi terjadi pada t0,
yaitu sebesar 0,0066, sedangkan AAR terendah sebesar -0,0096 terjadi pada t+2. Hal tersebut
mendukung nilai CAAR yang mayoritas bernilai positif dengan CAAR tertinggi yang terjadi
pada t0, yaitu sebesar 0,0090, sedangkan CAAR terendah yang terjadi pada t+2 sebesar 0,0048.
Analisis Variabel Penelitian
Pada Tabel 3 disajikan hasil perhitungan AAR dan hasil uji signifikansi perusahaan
sampel untuk ketiga peristiwa politik di parlemen Indonesia.
Peristi
wa
Hari
t-3
t-2
t-1
t0
Tabel 3
Nilai AAR dan Hasil Uji Signifikansi
Penetapan UU
Pemilihan
Penetapan RUU
No. 17 tahun 2014
Pimpinan DPR
Pilkada
tentang MD3
periode 2014-2019
Sig.
Sig.
Sig.
AAR
(2AAR
(2AAR
(2tailed)
tailed)
tailed)
0,0077*
0,000
-0,0023
0,220
-0,0026
0,295
0,0072*
0,000
0,0096*
0,000
0,0001
0,965
0,0024
0,155
0,0121*
0,000
-0,0007
0,700
0,0066*
0,000
22
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
t+1
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
0,0098*
0,000
0,0053*
0,004
t+2
0,0080*
0,000
0,0024
t+3
0,0018
0,314
*Signifikansi pada tingkat α = 5%
Sumber: data diolah
0,163
-
0,0043*
0,0096*
0,0039
0,045
0,000
0,050
Pada peristiwa penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3, hanya terdapat dua
hari nilai AAR positif yang signifikan, yaitu terjadi pada t-3 dan t+2, sedangkan nilai AAR
negatif signifikan terjadi selama 3 hari, yaitu pada t-1 sampai dengan t+1. Pada pengumuman
penetapan RUU Pilkada hanya terdapat dua AAR yang signifikan, yaitu AAR positif pada t-2
dan AAR negatif pada t+1. Pada peristiwa pemilihan pimpinan DPR, nilai AAR positif
signifikan tejadi pada t0. Selain itu, juga terdapat nilai AAR negatif signifikan pada t+1 dan
t+2.
0.010
AAR Peristiwa
Penetapan UU No. 17
tahun 2014 tentang
MD3
0.005
0.000
t-3
t-2
t-1
t0
t+1
t+2
AAR Peristiwa
Penetapan RUU
Pilkada
t+3
-0.005
AAR Peristiwa
Pemilihan Pimpinan
DPR periode 20142019
-0.010
-0.015
Gambar 1: Pergerakan Nilai AAR Selama Periode Uji
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa AAR mempunyai kecenderungan yang sama, yaitu
terjadi penurunan nilai, terutama pada saat dan setelah terjadinya peristiwa. Selama periode
uji, nilai AAR tertinggi terjadi pada t-3 sebelum pengumuman penetapan UU No.17 tahun
2014 tentang MD3 sebesar 0,0077, sedangkan nilai AAR terendah terjadi pada t0, yaitu saat
diumumkannya penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 dengan AAR senilai -0,0121.
Hasil analisis reaksi pasar saham terhadap peristiwa politik di parlemen Indonesia
tahun 2014 yang diukur dengan CAAR disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4
Nilai CAAR dan Hasil Uji Signifikansi
Peristi
wa
Penetapan UU
No. 17 tahun 2014
tentang MD3
Hari
CAAR
t-3
t-2
0,0077*
0,0052
Sig.
(2tailed)
0,000
0,092
Penetapan RUU
Pilkada
CAAR
-0,0023
0,0049
Sig.
(2tailed)
0,220
0,029
Pemilihan
Pimpinan DPR
periode 20142019
Sig.
CAAR
(2tailed)
23
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
*
0,0050
t-1
t0
-0,0044
0,319
0,0166*
0,000
0,0043
t+1
0,0264*
0,000
-0,0010
t+2
0,0183*
0,002
0,0014
t+3
-0,0166
0,008
*Signifikansi pada tingkat α = 5%
Sumber: data diolah
0,127
0,155
0,225
0,0025
0,0090
*
0,809
0,0048
0,085
0,722
-
-0,0048
-0,0009
0,125
0,766
0,000
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa pada pengumuman penetapan UU No. 17
tahun 2014 tentang MD3 menunjukkan nilai CAAR negatif signifikan sejak t-1 sampai
dengan t+2, sementara itu, hanya terdapat satu hari pengujian yang menunjukkan adanya AAR
positif signifikan, yaitu pada t-3. Pada peristiwa penetapan RUU Pilkada, hanya terdapat nilai
CAAR positif signifikan pada t-2. Artinya terdapat kebocoran informasi sebelum peristiwa
tersebut terjadi. Pada pengumuman pemilihan pimpinan DPR terdapat nilai CAAR positif
signifikan hanya pada t0. Nilai CAAR positif tersebut mengindikasikan bahwa terdapat
kandungan informasi yang dianggap sebagai sinyal positif oleh investor, sehingga terjadinya
peristiwa tersebut direspon positif.
0.015
0.010
0.005
0.000
-0.005
-0.010
-0.015
-0.020
-0.025
-0.030
t-3
t-2
t-1
t0
t+1
t+2
t+3
CAAR Peristiwa
Penetapan UU No.
17 tahun 2014
tentang MD3
CAAR Peristiwa
Penetapan RUU
Pilkada
CAAR Peristiwa
Pemilihan Pimpinan
DPR periode
2014-2019
Gambar 2: Pergerakan Nilai CAAR Selama Periode Uji
Pergerakan nilai CAAR selama periode uji pada Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai
CAAR pada pengumuman penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 mempunyai nilai
CAAR negatif yang paling ekstrim dengan nilai terendah sebesar -0,0264 pada t+1 setelah
pengumuman peristiwa, sedangkan nilai CAAR tertinggi terjadi pada saat terjadinya
pengumuman pemilihan pimpinan DPR sebesar 0,0090..
Pembahasan
Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Penetapan UU No. 17 Tahun 2014 tentang UU
MD3
Adanya reaksi yang ditunjukkan oleh nilai AAR yang signifikan sebelum
pengumuman mengenai UU MD3 tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi kebocoran
informasi yang telah diterima oleh investor sebelum peraturan tersebut ditetapkan. Nilai AAR
negatif signifikan yang terjadi sejak t-1 sampai dengan t+2 berarti bahwa kandungan
24
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
informasi yang diperoleh pasar dari pengumuman peristiwa tersebut direspon pasar dengan
cepat.
Adapun nilai AAR negatif signifikan terjadi karena investor menilai bahwa kebijakan
tersebut dianggap sebagai upaya pihak Koalisi Merah Putih, untuk menguasai parlemen dan
memperkuat posisi kekuasaannya di keparlemenan karena tidak berhasil menguasai
pemerintahan yang telah dipimpin oleh pihak Koalisi Indonesia Hebat. Undang-undang yang
intinya menerangkan bahwa perwakilan dari partai yang menjadi pemenang suara terbanyak
dalam pemilu legislatif tidak lagi secara otomatis menjadi ketua DPR, melainkan akan dipilih
dengan voting berdasarkan paket yang bersifat tetap dalam musyawarah DPR.
Akibat dari perubahan ketentuan tersebut adalah terjadinya pelanggaran terhadap
prinsip keterwakilan rakyat. Rakyat yang memilih wakil yang dicalonkan dari masing-masing
partai di pemilihan legislatif dengan dasar UU MD3 versi UU No. 27 tahun 2009
beranggapan bahwa wakil dari partai pemenang pemilu legislatif yang akan menjabat
pimpinan DPR secara proporsional berdasarkan urutan perolehan jumlah kursi masingmasing partai politik. Prinsip keterwakilan berdasarkan jumlah kursi tersebut
merepresentasikan konfigurasi peringkat pilihan rakyat.
Pasar menyambut negatif penetapan UU No.17 tahun 2014 tentang MD3 sebagai
revisi dari undang-undang sebelumnya, karena dianggap mengubah prinsip keterwakilan
rakyat. Undang-undang baru tersebut mengatur pengambilan keputusan dalam menentukan
pimpinan DPR didasarkan pada musyawarh mufakat, dan apabila tidak terpenuhi, maka
dilakukan sistem voting berdasarkan paket bersifat tetap. Hal ini menjadikan suara rakyat
tidak berpengaruh terhadap penentuan keterwakilannya dalam komposisi kepemimpinan
DPR, sehingga wakil pilihan rakyat tidak bisa turut menjalankan fungsi utama DPR, yaitu
fungsi legislasi, fungsi penganggaran, dan fungsi pengawasan.
Pergerakan CAAR selama periode uji yang secara mayoritas menunjukkan angka
negatif signifikan pada t0 hingga t+2 disebabkan karena sebagian besar AAR pada periode uji
bernilai negatif. Terjadinya nilai CAAR negatif signifikan secara terus-menerus dikarenakan
informasi yang diperolah pasar mengandung sinyal negatif. Pasar tidak mendukung
diberlakukannya ketetapan baru dalam UU No.17 tahun 2014 tentang MD3 yang dianggap
tidak pro rakyat. Hal ini membuat pasar merasa khawatir aspirasinya tidak terwakili,
mengingat pimpinan DPR yang terpilih bukan sebagai wakil pilihan mayoritas masyarakat.
Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Penetapan RUU Pilkada
Pergerakan AAR selama enam hari periode uji menunjukkan bahwa jumlah AAR
positif dan negatif cukup seimbang, yaitu masing-masing selama tiga hari pengujian. Nilai
AAR positif signifikan terjadi pada t-2 dan nilai AAR negatif signifikan terjadi pada t+1. Hal
ini menunjukkan bahwa investor awalnya bereaksi positif terhadap ditetapkannya RUU
Pilkada, karena diberlakukannya RUU Pilkada yang mengatur bahwa pemilihan kepala
daerah tidak lagi dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan kepala daerah, melainkan
dipilih oleh DPRD tingkat provinsi, dianggap akan dapat lebih menghemat biaya daripada
melakukan pemilihan secara langsung.
Namun kemudian, pasar bereaksi negatif terhadap peristiwa tersebut. Hal ini karena
aksi walkout dari 129 kader Partai Demokrat yang diketuai oleh Presiden RI pada masa itu,
yaitu Susilo Bambang Yudhoyono, yang pada awalnya terlihat seperti mendukung kedaulatan
rakyat, tetapi pada akhirnya walkout tersebut dinilai sebagai sikap tidak konsisten dengan
keputusan awal untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat. Selain itu, pasar beranggapan
bahwa pemilihan kepala daerah secara tidak langsung, justru akan memberikan peluang bagi
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang lebih besar dan akan menghambat pembangunan
perekonomian negara.
25
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Nilai CAAR yang hanya signifikan pada t-2 dengan nilai positif mengindikasikan
bahwa telah terjadi kebocoran informasi. Hal tersebut dapat saja terjadi karena jauh sebelum
penetapan RUU Pilkada tersebut, sudah banyak media yang memuat informasi bahwa RUU
tersebut akan segera ditetapkan dalam rapat paripurna tanggal 25 September 2014
(nasional.kompas.com). Namun demikian, hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa nilai
AAR mayoritas tidak signifikan pada hari-hari berikutnya. Hal tersebut dikarenakan investor
menilai bahwa pengumuman tersebut kurang relevan dalam mengambil keputusan jual beli
saham di pasar modal. Kecenderungan nilai CAAR selama periode uji yang tidak signifikan
disebabkan oleh perubahan nilai AAR yang relatif kecil dari hari ke hari selama periode uji.
Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Pemilihan Pimpinan DPR periode 2014-2019
Berdasakan hasil analisis Tabel 3, nilai AAR signifikan berfluktuatif selama periode
uji atas terjadinya peristiwa pemilihan pimpinan DPR, yaitu dari positif menjadi negatif.
Terdapat AAR positif signifikan pada t0, namun kemudian pasar bereaksi negatif karena
terdapat AAR negatif signifikan pada t+1 dan t+2. Adanya respon yang beragam dan tidak
konsisten tersebut mengindikasikan bahwa pasar masih belum yakin dengan kualitas para
pimpinan DPR yang terpilih untuk periode 2014-2019.
Pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019 yang telah menganut aturan yang
tercantum dalam UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3, dilakukan dengan memilih paket
calon pimpinan DPR yang terdiri dari seorang ketua dan empat orang wakil. Selanjutnya,
pimpinan DPR akan dipilih dari paket calon pimpinan DPR yang tersedia melalui
musyawarah. Dalam pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019 tersebut hanya tersedia
satu paket dari pihak Koalisi Merah Putih yang terdiri dari enam fraksi, yaitu Fraksi Partai
Golkar, Gerindra, PKS, PAN, PPP, dan, Demokrat, sedangkan pihak Koalisi Indonesia Hebat
yang terdiri dari fraksi PDIP, PKB, Partai Nasdem, dan Partai Hanura gagal mengajukan
calonnya. Akibatnya, pimpinan DPR terpilih secara aklamasi karena hanya terdapat satu
paket yang terdaftar sebagai calon pimpinan DPR.
Munculnya reaksi positif, yang ditunjukkan oleh nilai AAR dan CAAR yang positif
singnifikan pada t0 karena pasar mempunyai pengharapan yang baik bahwa dengan
bergantinya pimpinan DPR, maka akan ada hubungan yang lebih baik dan bersinergi dengan
pemerintah, sehingga kebijakan-kebijakan, APBN, dan lain-lain dapat dirumuskan dan
dilaksanakan dengan baik pula. Namun kemudian, reaksi tersebut berubah menjadi reaksi
negatif yang ditunjukkan oleh AAR negatif signifikan pada t+1 hingga t+2. Hal ini karena
pasar beranggapan bahwa terpilihnya pimpinan DPR dari pihak Koalisi Merah Putih,
dikhawatirkan akan menghambat program-program dan kebijakan-kebijakan yang telah
direncanakan oleh pemerintah yang terpilih dari Koalisi Indonesia Hebat. Oleh karena itu,
pelaku pasar cendeung berhati-hati dalam menginterpretasikan informasi terkait pimpinan
DPR tersebut, sehingga berakibat pada tidak konsistennya reaksi dari pasar.
Meskipun terdapat nilai CAAR positif signifikan pada t0, tetapi pada hari-hari
selanjutnya menunjukkan hasil uji yang tidak signifikan. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa informasi mengenai pemilihan pimpinan DPR direspon dengan cepat oleh pasar tepat
pada saat peristiwa tersebut terjadi, namun pada hari-hari berikutnya informasi tersebut sudah
dianggap tidak relevan lagi dalam menentukan keputusan investasi di pasar modal.
Perbandingan Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Politik di Parlemen Indonesia
Tahun 2014 Secara Deskriptif
Terdapat reaksi yang tidak sama pada t0 masing-masing peristiwa politik di parlemen
Indonesia pada tahun 2014. Dengan menggunakan AAR sebagai indikator untuk melihat
reaksi pasar terhadap terjadinya peristiwa politik di parlemen Indonesia, ketiga peristiwa
26
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
tersebut secara konsisten direspon negatif oleh pasar pada satu hari setelah terjadinya
peristiwa (t+1). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kandungan informasi yang
dianggap sebagai sinyal negatif oleh pasar, umumnya sehari setelah peristiwa, sehingga pasar
juga memberikan reaksi negatif.
Apabila dilihat dari nilai CAAR sebagai indikator untuk melihat reaksi pasar terhadap
terjadinya peristiwa politik di parlemen Indonesia, pada peristiwa penetapan UU No. 17
tahun 2014 tentang MD3 secara konsisten terdapat CAAR negatif signifikan pada t0 sampai
dengan t+2, dan hanya terdapat satu hari pengujian terdapat nila CAAR positif signifikan,
yaitu pada t-3. Mayoritas nilai CAAR negatif signifikan pada peristiwa tersebut menunjukkan
bahwa pasar telah yakin dengan kandungan informasi negatif dari terjadinya peristiwa
tersebut. Sementara itu, pada dua peristiwa lainnya, yaitu penetapan RUU Pilkada dan
pemilihan pimpinan DPR, terdapat reaksi positif signifikan pada satu hari pengujian.
Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Terdapat reaksi pasar di sekitar tanggal pengumuman penetapan UU No. 17 tahun 2014
tentang MD3 tanggal 8 Juli 2014, yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR yang sebagian
besar bernilai negatif signifikan.
2. Terdapat reaksi pasar di sekitar tanggal pengumuman penetapan RUU Pilkada tanggal 26
September 2014, yang ditunjukkan oleh nilai AAR maupun CAAR yang positif signifikan
pada satu hari pengujian, yaitu pada t-2.
3. Terdapat reaksi pasar atas pengumuman pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019,
yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR yang bernilai positif signifikan pada t0.
4. Berdasarkan nilai AAR, terdapat reaksi yang tidak sama pada t0, sedangkan pada t+1 samasama terdapat reaksi negatif signifikan. Demikian juga, nilai CAAR pada peristiwa
penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 direspon negatif signifikan oleh pasar di
sekitar tanggal terjadinya peristiwa, sedangkan peristiwa penetapan RUU Pilkada dan
pemilihan pimpinan DPR direspon positif signifikan.
Daftar Pustaka
Ananto, Dedy. 2014. Pengaruh Pemilu Legislatif Terhadap Abnormal Return Dan Trading
Volume Activity Saham Di Jakarta Islamic Index. Skripsi Universitas Islam Negeri
Kalijaga Yogyakarta.
Angelovska, Julijana. 2011. The Impact of Political Events – “Name Issue” on an Emerging
Macedonian Stock Market. Journal of Public Administration and Governance, Vol.1,
No. 2.
Bursa Efek Indonesia. 2013. Pengumuman Dividen dan Corporate Action Emiten Indonesia.
Website Online. (http://www.idx.co.id, diakses pada 11 Oktober 2014)
Chen, Dar-Hsin, et al. 2005. The Impacts of Political Event on Foreign Institutional Investor
and Stock Returns: Emerging Market Evidence from Taiwan. International Journal of
Business, Vol. 10 No. 2.
Elton, Edwin J. and Martin J. Gruber. 1995. Modern Portofolio Theory and Investment
Analysis. Fifth edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
27
Yovinda Trista Yuliana
I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Jogiyanto, H. M. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedelapan. Yogyakarta:
BPFE.
Jones, Charles P. 2002. Investments: Analysis And Management. Eighth edition. United
States of America: Jhon Willeyand Sons, Inc.
Kritzman, Mark P. 2012. What Practitioners Need to Know about Event Studies. Financial
Analysts Journal/November-December 1994.
Lehander, Sofia and Frida Lönnqvist. 2011. Parliamentary Elections Impact on Stock Market
Return. Stockholm School of Economics.
Liargovas, Panagiotis and Spyridon Repousis. 2010. The Impact of Terrorism on Greek
Banks’ Stocks: An Event Study. International Research Journal of Finance and
Economics, 51 (2010).
Lind, et al. 2007. Teknik-teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan
Kelompok Data Global. Terjemahan oleh Chriswan Sungkono. 2007. Jakarta:
Salemba Empat.
MacKinlay, A. Craig. 1997. Event Studies in Economics and Finance. Journal of Economic
Literature, Vol. 35, No. 1.(Mar, 1997), pp. 13-39.
Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2012. Analysis of Investments & Management of
Portofolios. Tenth edition.South-Western, Canada.
Reilly, Frank K. and Edgar A. Norton. 2003. Investment. Sixth edition.South-Western,
Canada.
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR,
DPD, dan DPRD (MD3). 2014. Jakarta.
Republik Indonesia. 1995. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Jakarta.
Schweitzer, Robert. 1989. How Do Stock Return Reacts to Special Events? Research
Departement of the Federal Reserve Bank of Philadelphia.
Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktek. Jakarta:
Erlangga.
Yuwono, Andri. 2013. Reaksi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia terhadap Pengumuman
Peristiwa Bencana Banjir yang Melanda Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun
2013. Jurnal Nominal, Vol. 2, No. 2.
28
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Implementasi SMS Gateway & Backend Website Dinamis Sebagai Company Profile dan
Delivery Order Restaurant Hotel Olympic Surabaya
Kevin Suteja1,*, Rinabi Tanamal, B.Bus., M.Com. 2, dan David Boy Tonara, M.Kom. 3
1 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra
2 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra
3 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra
Abstrak
Restaurant Hotel Olympic Surabaya, menghasilkan rata-rata omset sebesar Rp 27,829,266 per
bulan, dihasilkan dari rata-rata 1012 penjualan, dan 14 pesanan take away per bulannya. Guna
meningkatkan rata-rata penjualan pesan antar, pihak Restaurant Hotel Olympic Surabaya
berniat untuk membuat sebuah website delivery order dengan spesifikasi fitur, minimum order
Rp 40,000, terbatas untuk wilayah Surabaya, dapat menghasilkan report hasil penjualan
otomatis dari penjualan online, dan pembagian kategori akun adalah user, admin, master.
Dimana admin dan master mempunyai kuasa untuk menolak atau menyetujui sebuah order
yang dilakukan oleh user. Metodologi perancangan tugas akhir ini dibagi dalam empat tahapan,
yakni pengumpulan data, studi pustaka, wawancara, dan analisis data. Sedangkan
pengembangan applikasi adalah menggunakan metode RAD (Rapid Aplication Development),
terbagi dalam lima tahapan kategori, yakni business modelling, data modelling, proses
modelling, application generation, testing and turnover. Hasil akhir dari pengerjaan tugas akhir
ini adalah sebuah website dinamis yang difungsikan sebagai online delivery order,
menggunakan framework codeigniter dan disediakan rancangan fitur tambahan berupa sms
gateway, untuk mendukung kinerja implementasi website.
Kata Kunci: POS, web application, operating sistem, incremental, client- request.
1.
Pendahuluan.
1.1
Latar Belakang.
Pada era moderen saat ini, website merupakan suatu kebutuhan yang utama bagi sebuah
perusahaan ataupun sebuah binis startup sekalipun. Kegunaan dari adanya sebuah website
sendiri adalah sangat banyak bergantung kebutuhan individu dari pemakainya. Seperti halnya
contoh: sebagai media promosi atau pengenalan produk yang dijual, mendongkrak kinerja
sales melalui media online, meraup profit melalui iklan, ataupun juga dapat difungsikan
sebagai sebuah portal berita untuk bisnis tersebut.
Mengambil kutipan data statistik resmi dari (APJII) Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet di Indonesia, untuk tingkat pembelanjaan online di Indonesia, adalah 22.8% (14 juta)
dari 63 juta pengguna internet di Indonesia, 34.6% beranggapan takut terjadinya penipuan, dan
13.8% sisanya beranggapan barang online cenderung mahal (APJII, 2012). Namun pihak APJII
beranggapan bahwa pembelanjaan online di Indonesia akan terus meningkat dari tahun ke
tahun, seiring dengan berkembangnya teknologi.
Berlanjut kembali kepada data survery APJII pada tahun 2012, pengguna internet di
Indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 63 juta penduduk, dan diproyeksikan terus naik
mencapai 139 juta penduduk pada tahun 2015 (APJII, 2012). Survei yang dilakukan APJII
tersebut merupakan jalinan kerjasama dengan pusat Badan Statitistika Indonesia, dengan
29
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
populasi sampel rentang usia 12 - 65 tahun, dilakukan di 42 kota dan 31 propinsi. Dengan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi market online di Indonesia adalah sangat tinggi, dan
akan sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan.
E-commerce dapat diaplikasikan kepada bisnis restaurant, dengan bentuk delivery
order, sehingga pembeli dapat memesan makanan restaurant tersebut secara online.
Mekanisme dan prosedur delivery order adalah bergantung pada masing-masing restaurant.
Namun dalam kasus implementasi delivery order untuk restaurant Hotel Olympic Surabaya
ini, fasilitas pembayaran akan diaplikasikan menggunakan sistem cash on delivery, sehingga
diharapkan dapat menarik minat dari 34.6% populasi sampel dari survei APJII yang
beranggapan takut terkena penipuan apabila berbelanja online.
Berdasarkan dari hasil analisis data penjualan restaurant Hotel Olympic Surabaya, pada
bulan Agustus, September dan Oktober terhitung omset penjualan dari tiga bulan terakir adalah
sebesar Rp.83.487.800. Nilai rata-rata penjualan yang dihasilkan untuk setiap bulannya adalah
Rp. 27.829.266,- dihasilkan dari rata-rata 1012 penjualan, dan 14 pesanan take away per
bulannya. Dengan hasil olah data tersebut, diharapkan pembuatan website delivery order akan
meningkatkan penjualan take away dari pihak restaurant Hotel Olympic Surabaya di bulanbulan berikutnya.
1.2
Rumusan Masalah.
1. Bagaimana mengimplementasi backend website dinamis menggunakan konsep
prinsip website usability di restaurant Hotel Olympic Surabaya?
2. Bagaimana mengimplementasi sms gateway sehingga dapat
menjadi
fitur
tambahan dari backend website dinamis yang akan dirancang?
1.3
Ruang Lingkup Penelitian.
Ruang lingkup dari tugas akhir ini adalah pembuatan sebuah website dinamis dengan
fokus design untuk desktop, difungsikan sebagai profil restaurant dan delivery order, untuk
pihak restaurant Hotel Olympic Surabaya. Website delivery order dibuat menggunakan
framework PHP Codeigniter, dengan spesifikasi fitur yang diinginkan oleh pihak client adalah
terbatas untuk wilayah Surabaya, minimum total harga untuk melakukan order adalah sebesar
Rp 40,000, fitur laporan penjualan, dan dilakukan pembagian kategori akun yakni user, admin,
master. Dimana admin dan master mempunyai kuasa untuk menolak atau menyetujui sebuah
order yang dilakukan oleh user. Terlepas dari fitur yang disebutkan, perancang bebas
menambahkan fitur tambahan yang diyakini dapat menambah kegunaan dalam
implementasinya.
Kategori makanan / minuman yang dimasukan adalah berdasarkan data dari menu baru
Hotel Olympic Surabaya tertanggal 7 Mei 2014, dan dapat ditambahkan sewaktu-waktu
apabila dibutuhkan.
2.
Landasan Teori.
2.1
Pengertian Website.
Mengutip pernyataan (O'Brien, 2006:262) dalam bukunya berjudul "Introduction to
Information Systems" didefiniskan website merupakan salah satu wadah yang menawarkan
informasi dan hiburan, serta situs transaksi e-commerce antara bisnis dan pemasok serta
pelanggan. Dalam hal ini, dapat dengan jelas disimpulkan kegunaan sesungguhnya dari website
30
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
adalah beragam, bergantung bagaimana pemilik memfungsikan website miliknya. Sebuah
website dapat menghasilkan sebuah keuntungan dalam bentuk profit, apabila website
difungsikan dan didesign sebagai e-commerce.
2.1.2 Aplikasi Web Based.
Mengutip pernyataan (Abdul Kadir, 2005:3), aplikasi web-based adalah program yang
menggunakan HTTP sebagai protokol komunikasi dan menyampaikan informasi berbasis web
kepada pemakai dalam bentuk HTML. Applikasi yang telah dirancang dan disimpan dalam
web server yang diakses, akan berkerja dibalik layar, sehingga pihak user yang mengakses
hanya akan diberikan hasil data dalam bentuk tampilan visual HTML.
2.1.3 Web Server.
Mengutip kutipan dari (Jennifer, 2012: 42), web server menjawab request dari browser
client untuk spesifik data / file (atau mengeksekusi sebuah script), dan menampilkan kembali
dalam bentuk visual kepada pengakses.
2.2
Unified Modelling Language
Mengutip pernyataan dari (Martin Fowler, 2004:1) dalam bukunya berjudul "UML
Distilled Third Edition", Sebuah Unified Modelling Language, atau yang biasa disingkat
menjadi UML adalah sebuah penggambaran proses atau desain software diterjemahkan dalam
bentuk sebuah diagram visual. Lebih lanjut, Booch Jacobson menjelaskan bahwa skenario
pembuatan UML dari setiap orang adalah berbeda, bergantung cara atau pola pikir dari masingmasing orang. Namun untuk ketetapan standar dari pembuatan sebuah UML sendiri telah
ditetapkan dan dikontrol oleh sebuah organisasi bernama "Object Management Group
(OMG)".
2.2.1 Sequence Diagram.
Mengutip pernyataan dari (Martin Fowler, 2004:53), dijelaskan bahwa sebuah sequence
diagram adalah penggambaran sifat karakteristik alur dari sebuah skenario yang dijalankan
dari kumpulan grup objek. Sequence diagram digrambarkan dengan sebuah partisipan yang
mempunyai sebuah lifeline, dimana interaksi dari setiap partisipan digambarkan melalui sebuah
arah panah.
2.2.2 Use Case.
Mengambil dari kutipan buku berjudul "UML Distilled Third Edition" dijelaskan bahwa
sebuah use case adalah kumpulan set dari beragam skenario, yang masing-masing berkesamaan
untuk meraih tujuan yang sama (Booch Jacobson, 2004:99). Contoh dari sebuah diagram use
case adalah penggambaran bagaimana seorang user dapat berhasil meraih tujuannya untuk
membeli produk yang diorder.
Dalam diagram use case, terdapat seorang actor yang didefinisikan sebagai pengguna
yang melakukan akses kepada sistem. Sebuah use case juga mengenal fungsi include / exclude,
dimana include adalah digunakan jika sebuah use case tersebut memerlukan use case lainnya
untuk berjalan, sedangkan exclude adalah dimana sebuah skenario alternatif jika apabila use
case tidak berhasil dijalankan. Sebuah definisi dari pre-kondisi, pasca-kondisi, dan tanggapan
sistem diperlukan dalam perancangan sebuah diagram use case (Booch Jacobson, 2004:102)
31
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
2.2.3 Activity Diagram.
Mengutip pernyataan (Martin Fowler, 2004:117), sebuah activity diagram adalah
penggambaran sebuah alur untuk procedural-logic, proses bisnis, dan alur kerja. Dalam prinsip
pembuatannya, sebuah activity diagram adalah sama dengan teknik pembuatan flow chart,
hanya saja dalam sebuah activity diagram, mengenal simbol fork yang mendefinisikan bahwa
suatu proses dijalankan secara bersamaan / pararel.
2.3
Web Usability.
Istilah web usability adalah penyebutan suatu tampilan yang telah di visualisasikan.
Sederhananya, webs usability merupakan semua hal yang berkaitan dengan tampilan visual di
komputer anda, seperti tampilan gambar, tampilan program, sebuah tombol yang dapat
diinteraksikan, dan berbagai macam lainnya. Fungsi web usability sebenarnya adalah untuk
me-visualisasikan suatu hal sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh pengguna.
2.3.1 Prinisp Web Usability
Mengutip dari (Jennifer, 2006:60) dalam bukunya berjudul "Web Deisgn In a Nutshell",
sebuah website yang baik harus menerapkan 10 Prinsip dari Web usability:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Memberikan konten yang seimbang antara konten visual dan tulisan.
Tidak menggantungkan konten pada warna.
Menggunakan CSS dengan baik dan sesuai proporsi.
Bahasa digunakan dengan jelas.
Tabel / diagram yang digunakan di visualisasikan secara menarik.
Rutin untuk melakukan maintenance, khususnya untuk halamanyang
mengandung script / teknologi terbaru.
Rutin untuk melakukan crosscheck bahwa link atau media yang di
tampilkan dalam website berjalan dengan baik.
Design dapat digunakan dalam setiap device.
Menggunakan teknik dan prinsip penulisan HTML dari W3C.
Alur navigasi website harus jelas.
2.3.2 Web Accessibility Techniques.
Mengutip dari (Jennifer, 2006:60) dalam bukunya berjudul "Web Deisgn In a Nutshell",
berikut adalah teknik untuk mengaplikasikan prinsip website accessibility:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Memulai sebuah pengerjaan website dengan sebuah tujuan.
Memberikan solusi alternatif apabila rancangan utama gagal
Konten atau layout dapat di zoom-in apabila dibutuhkan.
Perhatikan urutan penulisan dan letak.
Desain form dengan menarik dan sejelas mungking.
Selalu melakukan testing apakah javascript yang digunakan
masih berfungsi dengan baik.
Desain visual harus cukup lapang, sehingga pengguna mendapatkan
cukup ruang untuk melakukan klik.
Konten dapat di scale
32
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
9.
10.
11.
2.4
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Menggunakan fungsi fokus pada form atau sebuah input
penting.
Pergunakan pilihan warna sebaik-baiknya.
Perhatikan penggunaan CSS untuk background image
sehingga tidak menganggu.
Point of Sales.
Mengutip kutipan Hendry (2010:1), point of sales adalah sebuah sistem yang terdiri
dari hardware dan software yang didesain sesuai dengan keperluan dan dapat diintegrasikan
dengan beberapa alat pendukung agar dapat membantu mempercepat proses transaksi. Point of
sales atau biasa disebut POS secara sederhananya, dapat diartikan sebagai sebuah software
yang melakukan pencatatan transaksi penjualan.
2.5
Sistem Akutansi Persediaan.
Mengutip dari pernyataan Mulyadi (2001:556), ada dua macam metode pencatatan
persediaan : metode mutasi persediaan (perpetual inventory method), dan metode persediaan
fisik (physical inventory method). Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan
dicatat dalam kartu persediaan, namun untuk persediaan fisik, hanya persediaan dari pembelian
saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak dicatat.
Sistem akutansi point of sales persediaan yang diaplikasikan dalam restaurant Hotel Olympic
Surabaya adalah metode mutasi persediaan, dimana untuk barang yang laku atau keluar adalah
tercatat dalam sistem website delivery order yang digunakan dalam bentuk besaran kuantitas.
2.6
Sistem Akutansi Persediaan.
Mengutip dari pernyataan Mulyadi (2006:455) dalam bukunya berjudul Sistem
akutansi, sistem penerimaan kas perusahaan berasal dari sumber utama, yakni penerimaan kas
dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang. Sistem akutansi yang diterapkan dalam
sistem website delivery order restaurant Hotel Olympic Surabaya adalah secara otomatis sistem
website dapat melakukan kalkulasi total profit dan omset per bulan atau tahun berdasarkan
hasil order yang didapatkan.
33
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
3.
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Analisa dan Perancangan Sistem.
3.1 Activity Diagram
Activity diagram adalah penggambaran sebuah alur untuk procedural-logic, proses
bisnis, dan alur kerja. Dalam prinsip pembuatannya, sebuah activity diagram adalah sama
dengan teknik pembuatan flow chart, hanya saja dalam sebuah activity diagram, mengenal
simbol fork yang mendefinisikan bahwa suatu proses dijalankan secara bersamaan / pararel.
3.1.1 Activity Diagram Alur Pengecekan Stok Menu Harian.
Gambar 1. Activity Diagram Alur Pengecekan Stok Menu Harian.
34
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Gambar 1 diatas menggambarkan bagaimana alur aktivitas pengecekan stok harian
dilakukan. Seorang administrator website yang sedang bertugas, harus terlebih dahulu
melakukan login kedalam website menggunakan user id dengan akses role admin atau master.
Setelah berhasil login dan mendapakan fungsi dari panel admin atau master, dilanjutkan
dengan akses ke halaman menu. Halaman tersebut akan berisikan seluruh daftar menu yang
telah dibuat sebelumnya.
3.1.2 Activity Diagram Alur Aktivitas Pengecekan Stok Menu Harian.
Gambar 2. Activity Diagram Alur Aktivitas Pengecekan Stok Menu Harian.
35
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Gambar 2 diatas menggambarkan alur aktivitas validasi yang hanya dilakukan pada
kasus khusus, yakni apabila jumlah total harga dalam satu nota order melebihi Rp 300,000
dalam satu nota order. Alur aktivitas diawali dengan pihak user melakukan submit order
dengan total harga order melebihi Rp 300,000 dalam satu nota order. Setelah data order disubmit, sistem website secara otomatis akan mengirimkan sebuah berisikan 5 angka acak SMS
ke nomor handphone terdata untuk proses verifikasi SMS. Kemudian pihak user diharuskan
melakukan input 5 angka acak yang dikirim oleh sistem tersebut, ke halaman validasi SMS.
Selanjutnya 5 angka yang di-input oleh user akan divalidasi oleh sistem, untuk dicek
kebenarannya. Apabila ternyata angka yang di-input salah dan tidak cocok, maka order akan
ditolak dan user harus melakukan order ulang. Sebaliknya apabila sistem memutuskan bahwa
input tersebut benar dan cocok, maka order dinyatakan berhasil lolos verifikasi SMS, dan
direkap kedalam database order. Kemudian pihak user harus menunggu order approval dari
pihak admin atau master.
Sebuah order yang berhasil lolos verifikasi SMS, dan berhasil direkap kedalam
database order akan terlihat dalam halaman list order, jika menggunakan login akses admin
atau master. Seorang administrator website mempunyai kuasa untuk melakukan reject atau
melakukan approve sebuah order. Langkah berikutnya adalah pihak administrator website
harus melakukan validasi kembali melalui telepon, untuk memastikan keakuratan data order
tersebut. Apabila setelah divalidasi melalui telepon, data adalah akurat, maka pihak
administrator website akan menyetujui order tersebut, dan status order dirubah menjadi
"accepted". Kemudian orderan akan dilanjutkan untuk diproses sesuai dengan prosedur normal.
Sebaliknya apabila setelah dilakukan verifikasi melalui telepon, ternyata data yang diinput adalah tidak akurat, maka order tersebut akan ditolak dan status order dirubah menjadi
"rejected". Apabila terjadi kasus demikian, maka user harus melakukan order ulang dari tahap
awal apabila tetap berniat untuk melakukan order.
3.2
Use Case.
Use case adalah kumpulan set dari beragam skenario, yang masing-masing
berkesamaan untuk meraih tujuan yang sama (Booch Jacobson, 2004:99).
3.2.1 Use Case user, Melakukan Submit Order Baru
Gambar 3. Use Case user, Melakukan Submit Order Baru.
36
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Use case ini dijalankan ketika user hendak melakukan finalisasi order, dengan
melakukan
klik
button
submit
order,
di
halaman
checkout
(www.oresto.com/backend/order/checkout).
Tujuan dari use case ini adalah untuk seorang dengan akses user dan telah melakukan
login, dapat membuat sebuah order baru. Ketika user melakukan finalisasi order dengan
melakukan klik button submit, maka SMS gateway akan mengirimkan validasi 5 angka acak
melalui SMS, untuk validasi order. Selanjutnya, user tersebut akan memasukan kode validasi
yang telah diterima melalui SMS, kedalam kolom input yang telah disediakan.
Apabila kode validasi yang dimasukan oleh user adalah benar, maka order tersebut
telah melewati validasi SMS dan dinyatakan berhasil. Selanjutnya order yang telah lolos dari
validasi SMS akan menunggu validasi dari admin. Sebaliknya apabila jika kode validasi yang
di-input adalah salah, maka order dinyatakan gagal, dan harus dilakukan order ulang jika
kembali menginginkan untuk order
3.2.2 Use Case Update Status Order Menggunakan ID Admin / Master
Gambar 4. Use Case Update Status Order Menggunakan ID Admin / Master
Use case ini dijalankan ketika seorang admin hendak melakukan update status order
dari user yang telah berhasil ter-kirimkan. Tujuan dari penggunaan use case ini adalah
bagaimana seorang admin atau master dapat melakukan update status sebuah order menjadi
accecpted / delivery / finished / rejected. Seorang admin atau master mempunyai kuasa untuk
menerima atau menolak sebuah order. Apabila order diterima, maka status akan berubah
menjadi accepted dan SMS Gateway akan mengirimkan sebuah SMS konfirmasi kepada user,
mengenai perubahan status order tersebut.
Selanjutnya, sebuah status order dapat dirubah menjadi delivery, hanya apabila order
tersebut telah mempunyai status accepted sebelumnya. Perubahan menjadi status delivery
dapat dilakukan dengan cara melakukan klik pada button delivered. SMS Gateway akan
mengirimkan sebuah SMS konfirmasi kepada user, mengenai perubahan status order tersebut.
Setelahnya dapat juga dilakukan perubahan status order menjadi finished.
37
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
3.2.3 Use Case Add / Disable / Enable Menu Menggunakan Akun Admin / Master
.
Gambar 5. Use Case Add / Disable / Enable Menu Menggunakan Akun Admin / Master
Use case ini dijalankan ketika seorang admin hendak menambahkan item menu,
melakukan disable menu tertentu, atau melakukan enable kembali untuk menu yang
sebelumnya di disable. Tujuan dari use case ini adalah bagaimana seorang admin atau master
dapat melakukan fungsi disable untuk setiap item menu yang sedang habis atau tidak dapat
diorder sementara, fungsi enable untuk item menu yang sudah kembali dapat diorder.
3.3
Sequence Diagram
Sequence diagram adalah penggambaran sifat karakteristik alur dari sebuah skenario
yang dijalankan dari kumpulan grup objek.
3.3.1 Seqence Diagram Melakukan Login
Gambar 6. Seqence Diagram Melakukan Login
38
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Awal mula proses login dimulai dengan user mengakses halaman untuk form login
(http://o-resto.com/backend/login), setelah itu controller akan mengambil / load view untuk
tampilan visual HTML dari backend/login. Dilanjutkan dengan user akan melakukan input
email dan password yang dipunyainya dalam form yang telah disediakan di halaman login
tersebut.
Seketika user melakukan klik pada button submit, komponen view akan mencatat data
parameter yang di-inputkan user pada form login, dan mengalihkan ke komponen controller.
Selanjutnya controller akan memanggil fungsi signin dari komponen model yang bernama
user_model. Di komponen model tersebut, akan dilakukan sebuah query sellect kedalam
database tabel user, untuk melakukan validasi apakah username dan password yang diinput
oleh user tersebut terdata didalam tabel atau tidak. Apabila username dan password yang
diinput oleh user adalah benar dan valid, maka komponen model user_model akan melakukan
fungsi set_user data, untuk menyimpan data dalam session. Selanjutnya, controller
(backend/login.php) akan melakukan redirrect ke controller (backend/order.php) untuk
melakukan fungsi load view panel order dan menentukan user role mana yang dipunyai akses
login tersebut.
3.3.2 Sequence Diagram Aktifitas Penambahan Data
Gambar 7. Sequence Diagram Aktifitas Penambahan Data
Proses sequence untuk penambahan data dijanlankan apabila user hendak melakukan
pemesanan, sebaliknya seorang admin / master akan melakukan fungsi penambahan data pada
halaman penambahan menu, penambahan admin, atau melakukan penambahan data pegawai.
Data yang diinput oleh user/admin/master selanjutnya diambil alih oleh controller untuk
39
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
kemudian menjalankan fungsi save menggunakan data yang diinput tersebut. Fungsi save akan
dijlankan seketika tombol button submit diklik dan data berhasil lolos dari validasi komponen
view halaman tersebut.
Selanjutnya controller akan memindahkan data input dari user ke model, untuk
kemudian menggunakan fungsi save dari komponen model tersebut. Fungsi save tersebut akan
menjalankan perintah query kepada MYSQL untuk melakukan INSERT data tersebut pada
tabel tertentu yang telah dikonfigurasi pada masing-masing model.
3.3.3 Sequence Diagram Aktifitas Penambahan Data
Gambar 8. Sequence Diagram Aktifitas Penambahan Data
Diagram sequence diatas ini adalah menjelaskan bagaimana alur dalam sistem dalam
melakukan pengiriman validasi order melalui SMS. Proses ini dimulai ketika seorang user
hendak melakukan checkout, dan melakukan klik button submit untuk melakukan finalisasi
order yang telah dibuatnya. Seketika button submit diklik oleh user, maka komponen view
pada halaman checkout tersebut akan memanggil fungsi sendorder() dari controller order.
Fungsi sendorder() tersebut nantinya akan mengirimkan sejumlah 5 angka acak, yang
kemudian akan dilakukan query INSERT kedalam tabel outbox di database server yang
digunakan.
Secara otomatis, applikasi SMS Gateway di localhost akan membuka halaman data.php
di server. Seketika halaman data.php tersebut dibuka, akan melakukan fungsi query SELECT
dalam tabel outbox di server dimana hanya data dengan status=0 saja yang ditampilkan.
Kumpulan data tersebut akan ditampilkan dalam bentuk XML. Langkah berikutnya adalah
40
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
data.php akan melakukan fungsi UPDATE untuk merubah status dari kumpulan data yang
telah berhasil di generate, menjadi status=1, sehingga tidak ditampilkan kembali berikutnya.
Selanjutnya applikasi di localhost akan mengambil kumpulan data tersebut, dan
melakukan fungsi INSERT ke tabel outbox gammu di localhost. Langkah tersebut secara
otomatis akan melakukan trigger action kepada Gammu untuk melakukan pengiriman SMS.
Setelah SMS berhasil terkirimkan, Gammu akan memindahkan data tersebut kedalam
tabel sent_items yang menandakan bahwa sms telah berhasil dikirimkan.
4.
Pengujian dan Implementasi.
4.1
Lingkungan Pengembangan
Aplikasi ini dikembangkan menggunakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat
lunak sebagai berikut:
Spesifikasi Laptop / Desktop & Perangkat Lunak yang digunakan untuk Pengembangan
Backend Website O-Resto :
1.
Sistem operasi Macintosh OSx10.9.2 / Windows 7 home basic.
2.
Processor 2.4 GHz Intel Core 2 Duo
3.
Memory RAM 4GB.
4.
Mozila Firefox 27.0.1.
5.
Google Chrome v 34.0.1847.131
Devices & Perangkat Lunak untuk Pengembagan SMS Gateway:
1.
Windows 7 Home Basic.
2.
Gammu 1.33.0
3.
XAMP server v3.2.1
4.
PHP v 5.2.17
5.
MYSQL v 5.5.9.
6.
Handphone Nokia E-71 (sebagai modem)
7.
Internet (Speedy 512 MB / Fastnet)
4.2 Installasi Perangkat Lunak Gammu, sebagai Aplikasi Rancangan SMS Gateway ke
Laptop / Desktop berbasis Windows.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Download XAMP server & Gammu apabila belum dipunyai oleh
laptop
/
desktop localhost tersebut.
Letakan file direktori gammu ke drive C:.\
Edit konfigurasi file php.ini didalam direktori XAMP, dan lakukan perubahan
konfigurasi: ini_set('max_execution_time', 300).
Colokan Handhpone / modem di port USB.
Masuk ke device manager di windows, dan catat port modem (COM) yang
digunakan
handphone / modem tersebut.
Masuk ke direktori gammu, dan ubah konfigurasi data port di file
gammurc
dan smsdrc
sesuai dengan port (COM) yang digunakan oleh
modem.
Masuk ke aplikasi command line di windows, dan arahkan tujuan ke direktori bin
di aplikasi gammu. berikan command "gammu -- identify".
Apabila Sukses akan muncul keterangan dan data software modem / handphone
tersebut di
applikasi command line.
41
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
9.
10.
11.
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Setelah berhasil, langkah berikutnya adalah membuat service gammu dengan
mengetik command "gammu-smsd -c smsdrc -i". Apabila
sukses akan muncul
keterangan bahwa service berhasil dibuat.
Upload aplikasi SMS Gateway, kedalam htdocs XAMP di localhost.
Jalankan aplikasi melalui web browser dengan jaringan internet.
4.2.1 Implementasi Aplikasi ke Server Hosting
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
4.3
Melakukan pemesanan domain dan hosting disalah satu penyedia jasa hosting.
Melakukan proses pembayaran kepada penyedia jasa hosting tersebut, dan
melakukan
konfirmasi setelahnya.
Hosting akan di aktivasi oleh pihak penyedia jasa, dan diberikan sejumlah data
melalui email.
Login ke C-Panel, menggunakan data yang dikirimkan oleh penyedia hosting
melalui email sebelumnya.
Konfigurasi nameserver domain yang telah dibeli (apabila diperlukan) untuk
mengarahkan
nameserver ke penyedia hosting.
Klik button phpMyAdmin di Cpanel, untuk menggunakan fungsi MYSQL.
Pindahkan database lokal didalam XAMP, dan keseluruhan file applikasi, ke
dalam
server hosting.
Gunakan applikasi FTP untuk memudahkan proses perpindahan file.
Cek melalui web browsser ke alamat domain yang telah dikonfigurasi, dan apabila
berfungsi dengan baik, maka applikasi telah siap dijalankan.
Fitur Keseluruhan dan Perbedaan Akses Login
Akses Login
Fitur
Guest
User
Admin
Master
Melihat Gallery (Company Profile)
✓
✓
✓
✓
Menghubungi melalui Form Kontak
✓
✓
✓
✓
Melihat Gallery Daftar Menu
✓
✓
✓
✓
Registrasi akun baru
✓
✓
✓
✓
Forgot Password
✓
✓
✓
✓
Membuat Order
✓
Print Invoice Order
✓
✓
✓
Melihat History Order
✓
✓
✓
Reject
✓
✓
Confirm
✓
✓
Cancel
Update Status
Order
✓
42
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Deliver Order
✓
✓
Finish
✓
✓
List Data Member
✓
✓
Blokir
✓
✓
Unblokir
✓
✓
Add New
✓
✓
List Data Menu
✓
✓
Enable
✓
✓
Disable
✓
✓
Member
Menu
✓
Edit
Melihat Data Menu Favorit
✓
✓
Add New
✓
✓
Edit
✓
✓
Disable
✓
✓
Enable
✓
✓
Add New
✓
✓
Edit
✓
✓
Disable
✓
✓
Enable
✓
✓
Employee
Vehicle
Add New
✓
Edit
✓
Blokir
✓
Unblokir
✓
Admin
Add New
✓
✓
Edit
✓
✓
Update Status
✓
✓
Claim
Melihat Data Sales Report
✓
Tabel 1. Fitur Keseluruhan dan Perbedaan Akses Login
43
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
4.4
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
UAT (User Acceptance Testing).
UAT atau kepanjangan dari User Acceptance Testing, adalah sebuah fase trakhir dalam
pengujian sebuah aplikasi. Aplikasi ini akan diuji cobakan kepada pengguna, dengan
menggunakan skenario testing sesuai yang telah dirancang sebelumnya.
4.4.1 Training dan Pengujian UAT.
User yang menjalani pengujian UAT dan menjalani proses pelatihan adalah YTH.
Bapak Sugeng selaku pemilik dari restuarant Hotel Olympic Surabaya. Training dan pengujian
UAT dilakukan pada tanggal 19 Mei 2014, bertempat di restaurant Hotel Olympic Surabaya.
Metode training yang digunakan adalah praktek langsung, dimana semua fitur website dan
backend akan di jelaskan fungsi dan penggunaannya. Disertakan juga sebuah buku user
manual penggunaan aplikasi, sehingga diharapkan dapat membantu mengingatkan materi
pelatihan, dikedepannya.
4.9
Nilai Entrepreneurship.
Perancangan dan implementasi Tugas Akhir ini memiliki nilai entrepreneurship
sebagai berikut:
4.9.1 Aspek Opportunity.
Memanfaatkan berkembangnya industri teknologi dan bisnis e-commerce di era
moderen ini, diharapkan akan meningkatkan kebutuhan masyarakat akan jasa pembuatan
website / aplikasi sebagai penunjang bisnis, terutama dalam bidang e-commerce. Keuntungan
terbesar dari implementasi bisnis dalam bidang e-commerce adalah produk jualan pengguna
dapat diakses selama 24 jam tanpa batas, dan tanpa kebutuhan mahal seperti sewa tempat,
pegawai, ijin bisnis, layaknya sebuah bisnis konvensional.
Mengingat tarif pembuatan website / aplikasi relatif terjangkau, maka penulis
berkeyakinan bahwa layanan ini dapat dinikmati semua kalangan, terutama untuk pelajar,
maupun industri UKM / bisnis startup. Dengan edukasi dan pembelajaran yang tepat, penulis
berkeyakinan bahwa dari tahun ke tahun masyarakat akan semakin sadar akan pentingnya
kebutuhan website, baik sebagai penunjang bisnis, maupun penerapan manfaat lainnya.
4.9.2 Aspek Market Sensitivity.
Market sensitivity dapat diaplikasikan dengan cara mengetahui kategori bisnis apa yang
sedang trending pada saat tersebut. Berbekal dari pengetahuan akan trend tersebut, penulis
dapat lebih fokus untuk merancang target market dan potensial customer yang diinginkan.
Dalam kasus Tugas Akhir ini, penulis berkeyakinan bahwa makanan adalah salah satu bisnis
yang sedang trend saat ini. Didukung dengan perkembangan teknologi social media seperti
instragram, facebook, twitter, bisnis makanan seringkali mendapatkan promosi gratis dari hasil
foto makanan atau ajakan ke teman dari pelanggan yang terpuaskan.
4.9.3 Aspek Creative and Innovative.
Penerapan dari implementasi website adalah sangat beragam dan sangat terbuka
terhadap kreatifitas atau inovasi baru yang dihasilkan dari pengguna. Penulis ingin
memposisikan diri bukan hanya sebagai pembuat aplikasi / website, melainkan juga sebagai
44
Kevin Suteja
Rinabi Tanamal
David Boy Tonara
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
konsultan terhadap projek yang ditawarkan, sehingga diharapkan penulis dapat ber-kontribusi
dalam memberikan suatu ide / konsep yang kreatif dan inovatif dalam pengembangan projek
tersebut.
5.
Kesimpulan.
Berdasarkan hasil rancangan desain aplikasi, implementasi dan pengujian dari aplikasi
web sms gateway dan backend website dinamis untuk restaurant Hotel Olympic Surabaya,
didapatkan kesimpulan bahwa:
1. Hasil akhir aplikasi web rancangan sms gateway dan backend website dinamis
adalah sesuai dengan minat dan kebutuhan fitur client.
2. Hasil akhir aplikasi berkegantungan oleh sebuah koneksi internet untuk dapat
berjalan.
3. Hasil akhir aplikasi dapat di-implementasikan dengan berhasil di restaurant hotel
Olympic Surabaya.
6.
Daftar Pustaka.
Agus Saputra. 2011. Trik dan Solusi Jitu Pemrograman PHP. IKAPI., Jakarta. APJII. (2012).
Data Statistik Pengguna Internet di Indonesia. Diakses tanggal 22 May 2014. <
http://www.apjii.or.id/v2/read/page/halaman-data/9/statistik.html>.
APJII. (2012). Perilaku Pengguna Internet Berbelanjan Online.Diakses tanggal 22 May 2014.
<http://www.apjii.or.id/v2/upload/Laporan/Profil%20Internet%20Indonesia%202012%
20(INDO
NESIA).pdf>.
Boyer Verma. 2009. Operation & Supply Chain Management. Stamford
Cengage Learning
Connecticus:
Jennifer Niederst Robbins. 2006. Web Design In a Nutshell. California: O'Reilly
Mulyadi. 2001. Sistem Akutansi. Jakarta: Univeritas Gadjah Mada, Salemba Empat.
O’Brien, J.A. 2006. Introduction To Information System,12 ed. Arizona : Mc Graw Hill.
Raymond McLeod, Jr & George P.Schell. 2008. Management Information System. Jakarta:
Salemba Empat
ST, Hendry, Membangun Aplikasi Point Of Sale dengan vb 6.0, MySQL, dan PHP 2010
Williams & Sawyer. 2007. Using Information Technology: Pengenalan Praktis Dunia
Komputer. Yogyakarta: Andi
Martin Fowler. 2004. UML Distilled Third Edition, a Brief Guide to the Standard Object
Modeling Languange. Boston: Addision- Wesley
45
Rizki Adi Saputra
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
D. Agus Harjito
HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR
DENGAN HARGA SAHAM DAN INFLASI DI INDONESIA
Rizki Adi Saputra
Program Magister Manajemen, Universitas Islam Indonesia
[email protected]
D. Agus Harjito
Program Magister Manajemen, Pascasarjana, Universitas Islam Indonesia
[email protected]; [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas dan kointegrasi antara nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika dengan IHSG dan nilai tukar tersebut dengan inflasi.
Penelitian ini menggunakan data bulanan periode Januari 2003-Desember 2013, data
diperoleh dari Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Alat analisis
menggunakan uji kausalitas Engel-Granger untuk mengetahui hubungan sebab akibat
(kausalitas) dan uji kointegrasi untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang.
Hasil penelitian menggunakan uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa nilai tukar
memiliki hubungan kausalitas dengan indeks harga saham gabungan (IHSG), sedangkan Uji
kointegrasi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antara nilai tukar dan harga
saham untuk periode Januari 2003 sampai Desember 2013. Hasil penelitian lain dari uji
kausalitas Granger menunjukkan bahwa terjadi hubungan kausalitas antara nilai tukar dengan
inflasi, dan dari uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang untuk periode
Januari 2003 - Desember 2013.
Kata kunci: Nilai Tukar , IHSG, Inflasi, Kausalitas Granger
Pendahuluan
Fundamental ekonomi yang salah satunya nilai tukar mata uang lebih dominan untuk
dikaji. Nilai tukar yang berfluktuatif juga mempunyai keterkaitan dengan sektor rill, dalam
hal ini fenomena nilai tukar yang berfluktuatif berdampak langsung mempengaruhi inflasi
begitu pula sebaliknya. Hubungan kausalitas antara kurs, IHSG dan Inflasi merupakan sebuah
isu yang kontroversial. Perdebatan mendasar antara hubungan ini adalah apakah kurs
mempengaruhi IHSG dan inflasi atau sebaliknya, IHSG dan inflasi yang mempengaruhi
kurs?. Sampai saat ini belum ada kejelasan tentang bagaimana hubungan diantara ketiga
variabel tersebut.
Menurut Hyder dan Shah (2004), pada sisi penawaran, nilai tukar dapat
mempengaruhi harga yang dibayar oleh pembeli domestik barang impor secara langsung.
Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Nilai tukar yang
melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak
percaya dengan kondisi perekonomian. Harga saham menurun membuat para investor
menarik dana di dalam negeri, sehinga terjadi arus modal keluar. Investasi didalam negeri
terasa langka yang mengakibatkan kredit menurun.
Bercermin pada krisis finansial global tahun 2008 yang mempengaruhi keberadaan
hubungan kausalitas antara nilai tukar dan IHSG. Dampak krisis global terhadap pasar modal
46
Rizki Adi Saputra
D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
dan pasar uang terlihat disepanjang tahun 2008 perekonomian Indonesia memang banyak
modal asing yang berantisipasi, sampai IHSG pernah di-suspend. IHSG terpuruk sekali pada
September 2008 dengan terjun bebas 908 poin menjadi 1257 poin, kurs mengalami
pelemahan terparah 22% pada November 2008 dengan 12151.
Madura (2009) menyatakan bahwa nilai tukar (kurs) dapat mempengaruhi inflasi
secara langsung, ketika nilai tukar melemah maka menyebabkan kenaikan tinggi harga
barang-barang impor. Kenaikan terjadi karena para importir harus membayar lebih ketika
nilai tukar melemah. Harga barang-barang impor yang tinggi secara langsung akan terjadi
inflasi. Mekanisme transmisi permintaan domestik terjadi karena depresiasi nilai tukar
membuat kenaikan harga impor dan berpengaruh pada harga barang dalam negeri.
Permintaan barang di dalam negeri meningkat dan hargapun ikut meningkat. Harga barang
ekspor akan lebih murah, sehingga meningkatkan ekspor begitu pula permintaan luar negeri
meningkat. Pada akhirnya akan meningkatkan total permintaan agregat dan laju inflasi tinggi.
Pada kurun waktu tahun 1997-2013 dilihat pada kejadian krisis moneter 1998 nilai
tukar melemah diikuti meningkatnya inflasi, begitu juga ketika terjadi inflasi domestik pada
tahun 2001 dan 2005 diikuti juga dengan melemahnya nilai tukar. Nilai tukar dan inflasi
dengan ini mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi. Hubungan kausalitas diantara
ketiga variabel tersebut yaitu nilai tukar (kurs) dollar amerika, harga saham dan inflasi
tentunya sangat menarik untuk diteliti dan dikaji lebih dalam bagaimana hubungan ketiga
variabel tersebut. Hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham dan
hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi menjadi sebuah
issu yang masih perlu diteliti lebih lanjut.
Kajian Pustaka
Indikator ekonomi merupakan bagian terpenting yang tidak terpisahkan dari
keseluruhan fundamental ekonomi. Indikator itu bisa berupa informasi-informasi kondisi
makro ekonomi. Keadaan makro ekonomi di suatu negara secara keseluruhan akan
mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat, pengusaha dan investor. Makro ekonomi yang
baik akan menciptakan iklim investasi yang baik pula. Beberapa variabel ekonomi nasional
yang biasanya digunakan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, produk domestik bruto,
tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah. Indikator fundamental
makroekonomi seperti inflasi, tingkat bunga, kurs dan pertumbuhan ekonomi merupakan
faktor-faktor yang sangat diperhatikan oleh para investor.
Harga Saham
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham antara lain faktor mikro
dan makro. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara
keseluruhan. Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik,
dan sebagainya dapat berdampak pada potensi keuntungan perusahaan hingga pada akhirnya
juga akan mempengaruhi harga sahamnya. Sedangkan faktor mikro adalah faktor-faktor yang
berdampak secara langsung pada perusahaan itu sendiri, misalnya perubahan manajemen,
harga dan ketersediaan bahan mentah, produktivitas karyawan dan sebagainya akan
mempengaruhi kinerja perusahaan. Pergerakan harga saham dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor misalnya, kebijakan pemerintah, isu-isu politik, ekonomi, serta isu-isu lain baik dari
dalam maupun luar perusahaan.
Perubahan yang terjadi pada variabel ekonomi akan memberikan pengaruh kepada
pasar modal. Meningkatnya PDB akan berpengaruh positif terhadap pendapatan konsumen
47
Rizki Adi Saputra
D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
karena dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Hal ini akan
memberikan optimisme yang tinggi dan juga memacu sentimen pasar sehingga mempunyai
pengaruh yang positif terhadap pasar ekuitas. Pertumbuhan Produksi Industri juga
berpengaruh pada pasar modal, naiknya indeks produksi yang terus menerus menunjukkan
suatu tanda kekuatan perekonomian di suatu negara karena output meningkat sehingga akan
memberikan pengaruh positif terhadap pasar.
Inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan,
sehingga akan menurunkan pembagian deviden dan daya beli masyarakat juga menurun. Dari
segi tingkat bunga, ketika meningkatnya tingkat suku bunga akan meningkatkan harga kapital
sehingga memperbesar biaya perusahaan. Kemudian terjadi perpindahan investasi dari saham
ke deposito atau investasi lainnya, inilah deteksi buruk bagi pasar saham. Pengaruh kurs
rupiah terhadap pasar modal, menurunnya kurs dapat meningkatkan biaya impor bahan baku
dan meningkatkan suku bunga walaupun dapat meningkatkan nilai ekspor namun dari sisi
pasar menjadi dampak yang negatif bagi pasar modal. Meningkatnya pengangguran berarti
bisnis mulai melemah, berarti dunia usaha menjadi kurang menarik bagi investor. Sehingga
memberi dampak yang negatif terhadap harga saham. Untuk menjelaskan anggran defisit
berdampak bagi pasar ekuitas dapat dilihat anggaran defisit mendorong konsumsi dan
investasi pemerintah. Sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan
(Sunariyah, 2006).
Proses terbentuknya harga saham melalui permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan. Pada proses ini investor yang hendak membeli saham akan datang ke pasar
saham. Biasanya mereka akan memakai jasa broker atau pialang saham.investor dapat
memilih saham mana saja yang akan mereka beli dan dapat menetapkan harga standar itu
sendiri. Kedua adalah proses supply to sell schedule, yaitu investor juga dapat menjual
sahamnya ke pasar saham. Investor juga dapat menetapkan harga saham yang mereka pilih
dengan menjual harga saham tertinggi di pasaran. Adapun proses ketiga adalah interaction of
schedule, yaitu pertemuan antara permintaan dan penawaran menciptakan satu titik temu
yang disebut titik ekuilibrium harga. Pada awalnya perusahaan yang mengeluarkan saham
akan menetapkan harga awal untuk sahamnya.saham tersebut kemudian akan dijual ke pasar
untuk diperdagangkan. Harga saham tersebut dapat berubah karena adanya permintaan dari
pasar investor. Ekspektasi harga yang dimiliki buyer akan mempengaruhi harga yang
ditawarkan oleh seller (penjual) dan harga yang diminta buyer (pembeli).
Nilai Tukar (Kurs)
Menurut Salvatore (1997), Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut
kurs atau nilai tukar mata uang (exchange rate). Nilai tukar merupakan salah satu harga yang
terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang demikian besar bagi
neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makroekonomi yang lainnya. Kurs
keseimbangan nilai tukar akan berubah sepanjang waktu karena perubahan kurva permintaan
dan penawaran. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah tingkat inflasi relatif, suku
bunga relatif, tingkat pendapatan, pengendalian pemerintah dan prediksi pasar.
Tingkat inflasi relatif menunjukkan perubahan pada tingkat inflasi relatif yang dapat
mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional, yang akan mempengaruhi permintaan
dan penawaran suatu mata uang dan karenanya mempengaruhi kurs nilai tukar. Sedangkan
suku bunga relatif perubahan pada suku bunga relatif mempengaruhi investasi pada sekuritas
asing, yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang yang pada akhirnya
akan mempengaruhi tingkat pendapatan relatif. Pendapatan mempengaruhi jumlah
permintaan barang impor, maka pendapatan dapat mempengaruhi kurs mata uang.
48
Rizki Adi Saputra
D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Pengendalian pemerintah negara asing dapat mempengaruhi kurs keseimbangan dengan
berbagai cara, yaitu: Mengenakan batasan atas pertukaran mata uang asing ,mengenakan
batasan atas perdagangan asing, mencampuri pasar mata uang asing (dengan membeli dan
menjual mata uang asing), mempengaruhi variabel makro seperti inflasi, suku bunga, dan
tingkat pendapatan.
Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar adalah prediksi pasar mengenai kurs
mata uang di masa depan. Madura (2009) dan Salvatore (1997) menjelaskan tentang teoriteori nilai tukar (exchange rate), pertama teori tradisional yang didasarkan pada arus
perdagangan dan paritas daya beli. Teori tradisional sangat penting untuk menjelaskan
pergerakan kurs dalam jangka panjang. Kedua teori-teori kurs modern yang memusatkan
pada pasar-pasar modal dan arus permodalan internasional dan berusaha menjelaskan gejolak
kurs jangka pendek yang keseimbangan (equilibrium) jangka panjang
Inflasi
Boediono (2001), menyatakan bahwa dalam prakteknya untuk mengetahui penyebab
timbulnya inflasi (terutama inflasi yang kronis atau yang telah berjalan lama) dan
merumuskan dan kemudian melaksanakan kebijaksanaan untuk menanggulanginya, adalah
masalah yang sulit dan pelik. Biasanya kita harus melampaui batas-batas ilmu ekonomi dan
memasuki bidang ilmu sosiologi dan ilmu politik. Masalah inflasi dalam arti yang lebih luas
bukan sematamata masalah ekonomi, tetapi masaiah sosio-ekonomi-politis. Secara garis
besar ada 3 kelompok teori mengenai penyebab terjadinya inflasi, yaitu: Teori kuantitas, teori
Keynes dan teori Strukturalis.
Teori Kuantitas menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang
beredar, dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga. Sedangkan teori
Keynes menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut
pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompokkelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bias disediakan
oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan di
mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang
tersedia. Gap ini timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil
menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan barang-barang.
Adapun teori strukturalis menjelaskan bahwa inflasi selalu dikaitkan dengan faktor-faktor
struktural dari perekonomian, faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam
jangka panjang Teori ini menjelaskan faktor- faktor jangka panjang manakah yang bisa
mengakibatkan inflasi yang berlangsung lama.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Enoma (2011) menemukan bahwa nilai tukar
penyusutan, jumlah uang beredar dan produk domestik bruto riil adalah penentu utama inflasi
di Nigeria. Ini berarti bahwa nilai tukar depresiasi dapat membawa peningkatan laju inflasi di
Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang signifikan antara pergerakan nilai tukar
dan inflasi dan output pergerakan sub-periode kedua. Penelitian ini memiliki dampak yang
signifikan terhadap pergerakan inflasi, output dan nilai tukar yang menyebabkan volatilitas
yang lebih tinggi dalam pertukaran pergerakan suku di negara mayoritas.
Nath dan Samanta (2003) meneliti hubungan kausal antara return di pasar saham dan
pasar forex di India. Menggunakan data harian dari bulan Maret 1993 sampai Desember
49
Rizki Adi Saputra
D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
2002, hasilnya menemukan bahwa hubungan sebab akibat umumnya tidak ada meskipun
dalam beberapa tahun terakhir memiliki menjadi pengaruh kausal yang kuat dari return pasar
saham forex return pasar. Namun, tentatif dan kita perlu lebih lanjut penelitian mendalam
untuk mengidentifikasi penyebab dan konsekuensi dari temuan.
Res (2012) menemukan bahwa terdapat hubungan yang lemah antara variabel
dependen dan variabel independen. Dampak dari suku bunga dan inflasi tidak signifikan
terhadap return saham indeks KSE 100 sementara nilai tukar memiliki dampak yang
signifikan terhadap return saham indeks KSE 100. Data diambil yaitu Data Sepuluh tahun
bulanan dari 31 Juli 2001 sampai 30 Juni 2010 dengan menggunakan regresi berganda.
Sementara Sek (2012) menemukan bahwa hasil penelitian menunjukkan korelasi yang
signifikan antara pergerakan nilai tukar dan inflasi dan output pergerakan sub-periode kedua.
Penelitian ini memiliki dampak yang signifikan terhadap pergerakan inflasi, output dan nilai
tukar yang menyebabkan volatilitas yang lebih tinggi dalam pertukaran pergerakan suku di
negara mayoritas.
Hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham.
Nilai Tukar (kurs)
dollar amerika
Harga Saham
Hubungan di atas mendeskripsikan terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar
(kurs) dollar amerika dengan harga saham. Nilai tukar dollar mempengaruhi harga saham
begitu juga sebaliknya harga saham mempengaruhi perubahan nilai tukar (kurs) dollar
amerika. Terdapat pendekatan teori yang dikembangkan dalam literatur untuk menentukan
hubungan antara kurs mata uang dengan harga saham. Dornbusch & Fischer (1980)
menyatakan perubahan mata uang atau kurs mempengaruhi competitiveness suatu
perusahaan, yang selanjutnya mempengaruhi pendapatan perusahaan atau cost of fund dan
selanjutnya harga sahamnya. Berdasarkan macro basis dampak fluktuasi kurs mata uang
terhadap pasar modal sangat tergantung pada tingkat keterbukaan ekonomi
dan
kesinambungan neraca perdagangan.
Frankel (1993) menjelaskan bahwa Kenaikan return saham (rising stock market) akan
menarik capital flow yang selanjutnya akan meningkatkan demand mata uang dan
menyebabkan kurs mata uang terapresiasi. Sekalipun menurut teori terdapat causal
relationship antara kurs mata uang dengan harga saham.
Berdasarkan teori diatas , dapat ditarik sebuah hipotesa yaitu adanya hubungan
kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham. Teori ini sependapat
yang dikemukakan oleh Hyder dan Shah (2004) bahwa nilai tukar (kurs) dapat
mempengaruhi harga yang dibayar oleh pembeli domestik barang impor secara langsung.
Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Nilai tukar yang
melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak
percaya dengan kondisi perekonomian. Harga saham menurun membuat para investor
menarik dana di dalam negeri, sehinga terjadi arus modal keluar. Investasi didalam negeri
terasa langka yang mengakibatkan kredit menurun. Penelitian ini juga didukung oleh
penelitian terdahulu dari Nath dan Samanta (2003) yang meneliti tentang hubungan kausalitas
antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan hasil nya terdapat hubungan
kausalitas diantara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham.
50
Rizki Adi Saputra
D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi.
Nilai Tukar (kurs)
dollar amerika
Inflasi
Hubungan kedua mendeskripsikan terdapat hubungan kausalitas atau timbal – balik
antara niali tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham. Krugman (2005) menemukan
bahwa hubungan jangka panjang antara inflasi yang berlangsung secara terus-menerus dan
suku bunga untuk menerangkan prediksi-prediksi moneter mengeni bagaimana suku bunga
mempengaruhi kurs. Jika semua kondisi lain tetap , kenaikan perkiraan tingkat inflasi suatu
negara pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan suku bunga dari simpanan mata uang
negara bersangkutan, dan begitu pula sebaliknya, penurunan perkiraan inflasi (tingkat inflasi
di masa mendatang) pada gilirnnya akan mengakibatkan penurunan suku bunga atas
simpanan mata uang negara itu. Adanya perkiraan inflasi yang lebih tinggi di masa
mendatang akan mengakibatkan mata uang di suatu negara akan mengalami depresiasi jika
suku bunganya meningkat. Dengan penelaahan inflasi, akan memahami bagaimana kurs
bergerak menyesuaikan diri terhadap gangguan moneter dalam perekonomian.
Hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi sejalan
dengan penelitian Madura (2009) yang menyatakan bahwa nilai tukar (kurs) dapat
mempengaruhi inflasi secara langsung, ketika nilai tukar melemah maka menyebabkan
kenaikan tinggi harga barang-barang impor. Kenaikan terjadi karena para importir harus
membayar lebih ketika nilai tukar melemah. Harga barang-barang impor yang tinggi secara
langsung akan terjadi inflasi. Mekanisme transmisi permintaan domestik terjadi karena
depresiasi nilai tukar membuat kenaikan harga impor dan berpengaruh pada harga barang
dalam negeri. Permintaan barang di dalam negeri meningkat dan hargapun ikut meningkat.
Harga barang ekspor akan lebih murah, sehingga meningkatkan ekspor begitu pula
permintaan luar negeri meningkat. Pada akhirnya akan meningkatkan total permintaan
agregat dan laju inflasi tinggi. Penelitian terahulu dari Sek (2012) sejalan bahwa terdapat
hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi di Negara asia.
Hipotesis Penelitian
Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan.
Pengujian kali ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kausalita antara
nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan inflasi. Berdasarkan uraian diatas
dapat dirumuskan perumusan hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis 1:
Hipotesis 2:
Terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar
Amerika dengan harga saham.
Terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar
Amerika dengan inflasi.
Metode Penelitian
51
Rizki Adi Saputra
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
D. Agus Harjito
Popoulasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nila tukar (kurs) dollar Amerika
, harga saham, dan dan inflasi di Indonesia tahun 2003-2013. Sampel dalam penelitian ini
adalah menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1. Data bulanan nilai tukar rupiah (kurs) tahun 2003-2013
2. Data bulanan indek harga saham gabungan (IHSG) tahun 2003-2013
3. Data bulanan inflasi tahun 2003-2013
Data yang digunakan berupa data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia
mengenai data nilai tukar mata uang yang mencakup kurs tengah rupiah dan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencakup inflasi di
Indonesia.
Variabel penelitian yang digunakan berupa nilai tukar (kurs), harga saham dan
inflasi. Sedangkan Indeks harga saham gabungan (IHSG) merupakan suatu sistem yang
digunakan untuk indikator harga saham yang terdapat di bursa efek Indonesia (BEI). Jika
dituliskan dapat dirumuskan :
IHSG =
x 100%
Adapun untuk menghitung besarnya inflasi terlebih dahulu harus diketahui indek
harga konsumen (IHK). IHK adalah ukuran perubahan harga dari kelompok barang dan jasa
yang paling banyak dikonsumsi oleh rumah tangga dalam jangka waktu tertentu. untuk
menghitung IHK digunakan rumus:
Harga sekarang
IHK = -------------------------------- x 100%
Harga pada tahun dasar
Analisis Data
Uji stasioneritas
Uji stasioneritas merupakan uji yang harus dilakukan dalam penelitian. Pengujian
dilakukan dengan menguji setiap variabel untuk mengetahui stasioner atau tidak. Ada
beberapa cara untuk melakukan uji akar unit root, namun yang paling banyak adalah dengan
Augmented Dicky Fuller (ADF) test . ∆Yt = β1 + β2T + δYt-1 + α1Σ−mt1 ∆Yt-n + εt (1.1)
dimana εt adalah white noise dan ∆Yt = Yt + Yt-1. Pada ADF yang akan diuji adalah apakah
δ = 0, dengan hipotesis alternatif δ < 0, jika t-hitung untuk δ lebih kecil dari nilai ADF, maka
hipotesis nol yang mengatakan bahwa data tidak stasioner ditolak pada hipotesis
alternatifnya.
Hipotesis yang akan diuji adalah Ho : Ɓ = 0. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
unit root test (URT) atau data bersifat stasioner dan Ho : Ɓ ≠ 0 menunjukkan bahwa tidak
adanya unit root test (URT) atau data bersifat tidak stasioner. Ɓ menunjukkan Augmented
Dickey Fuller (ADF). Jika nilai absolute ADF lebih besar dari pada critical value maka
hipotesis nol ditolak, berarti hipotesis menunjukkan tidak terdapat unit root test dan data
bersifat stasioner. Sebaliknya, jika nilai ADF lebih kecil dari pada critical value maka
hipotesis nol diterima berarti terdapat unit root test dan data berdifat tidak stasioner.
Uji Kointegrasi
52
Rizki Adi Saputra
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
D. Agus Harjito
Uji kointegrasi dilakukan untuk menguji integrasi keseimbangan jangka panjang antar
variabel. Syarat utama yang harus dipenuhi dalam uji kointegrasi adalah variabel yang di uji
harus stasioner pada derajat integrasi yang sama. Uji yang sering dan umum digunakan dalam
uji kointegrasi adalah CRWD (Cointegration Regression Durbin Watson), uji DF (Dickey
Fuller), dan ADF (Augmented Dickey Fuller). Untuk penelitian ini uji kointegrasi yang
digunakan adalah uji ADF (Augmented Dickey Fuller).
Uji kointegrasi data dilakukan ketika uji stasioneritas data menghasilkan data-data
yang tidak stasioner. Uji ini diperlukan untuk mengetahui apakah data mempunyai hubungan
jangka panjang (terkointegrasi). Hubungan saling mempengaruhi juga dapat dilihat dari
kointegritas yang terjadi antar variabel itu sendiri dan menentukan model yang akan
diestimasi. Dalam penelitian ini dapat di uji kointegrasi apakah terdapat hubungan jangka
panjang antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham, maupun juga terdapat
hubungan jangka panjang antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi.
Uji Kausalitas Granger
Menurut Gujarati (2004), Hubungan kausalitas dibagi menjadi 3 kategori :
a. Hubungan kausalitas satu arah. Apabila salah satu variabel berpengaruh, artinya hanya
variabel z yang mempengaruhi y atau variabel y yang mempengaruhi z.
b. Hubungan kausalitas dua arah. Apabila terjadi hubungan timbal balik antara kedua
variabel, z mempengaruhi y dan y juga mempengaruhi z.
c. Tidak ada hubungan timbal balik. Apabila kedua variabel sama-sama tidak saling
mempengaruhi antara satu dengan lainnya, z tidak mempengaruhi y dan y juga tidak
mempengaruhi z.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah granger causality model
adalah :
=
+
+
=
+
+
Berdasarkan hasil model regresi linier di atas akan menghasilkan berbagai
kemungkinan nilai koefisien-koefisien dari 2 kali pengujian persamaan yakni:
1. Jika , ∑ βt ≠ 0 dan ∑ ᵞt = 0 maka terdapat kausalitas satu arah dari nilai tukar
(kurs) dollar amerika terhadap harga saham, dan nilai tukar (kurs) dollar amerika terhadap
inflasi.
2. Jika , ∑ β t= 0 dan ∑ ᵞt ≠ 0 maka terdapat kausalitas satu arah dari harga saham
kepada nilai tukar (kurs) dollar amerika dan inflasi kepada nilai tukar (kurs) dollar
amerika.
3. Jika , , ∑ β t= 0 dan ∑ ᵞt = 0 maka tidak terdapat hubungan kausalitas antara
nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan nilai tukar (kurs) dollar amerika
dengan inflasi.
53
Rizki Adi Saputra
D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
4. Jika , , ∑ β t≠ 0 dan ∑ ᵞt ≠ 0 maka terdapat hubungan kausalitas antara nilai
tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan nilai tukar (kurs) amerika dengan
inflasi.
Uji Vector Auto Regression (VAR)
Vector Auto Regression (VAR) biasanya digunakan untuk memproyeksikan sistem
variabel-variabel runtut waktu dan untuk menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan
yang terdapat dalam sistem variabel tersebut. Pada dasarnya Analisis VAR bisa dipadankan
dengan suatu model persamaan simultan, oleh karena dalam Analisis VAR kita
mempertimbangkan beberapa variabel endogen secara bersama-sama dalam suatu model.
Perbedaannya dengan model persamaan simultan biasa adalah bahwa dalam Analisis VAR
masing-masing variabel selain diterangkan oleh nilainya di masa lampau, juga dipengaruhi
oleh nilai masa lalu dari semua variabel endogen lainnya dalam model yang diamati.
Uji kausalitas granger sebenarnya sudah cukup untuk memecahkan masalah dalam
tulisan ini, apabila semua variabel baik nilai tukar (kurs) dollar Amerika, harga saham dan
inflasi yang digunakan bersifat stasioner. Namun menurut Gujarati (2004) variabel ekonomi
makro (seperti kurs dan inflasi) umumnya tidak stasioner pada tingkat level tertentu.
Hasil Analisis dan Pembahasan
Sebelum menguji keseluruhan model, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian unit
root pada data time series yang digunakan untuk mengetahui apakah ketiga variabel tersebut
yaitu nilai tukar (kurs) dollar Amerika, inflasi dan IHSG berada pada kondisi stasioneritas
data dan mengetahui derajat stasioneritas dari data tersebut yang bersumber dari sampel
ketiga variabel tersebut yaitu nilai tukar (kurs) dollar Amerika, inflasi dan IHSG. Setelah
dilakukan penyesuaian data historis, maka hasil analisis deskritifnya adalah sebagai berikut :
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif variabel berfungsi untuk mengetahui karakteristik dari sampel
yang digunakan. Dalam hal ini meliputi nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean),
dan standar deviasi. Tabel.1 memperlihatkan statistik deskriptif variabel sampel yang diteliti.
Tabel 1:
Statistik Deskriptif
KURS
IHSG
Mean
9392.85
2339.50
Maximum
12087.10
5068.63
Minimum
8229.05
388.44
Std. Dev.
765.662
1353.76
Observations
132
132
Sumber : Hasil olah data, 2015.
INF
0.0727
0.1838
0.0241
0.0351
132
Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa kurs dollar Amerika menunjukkan pada tahun
2003 pada bulan Juni berada pada titik terendah yaitu sebesar 8229.05 rupiah. Sedangkan
pada tahun 2013 pada bulan Desember mencapai pada titik tertinggi yaitu sebesar 12087.10
rupiah dengan rata-rata Kurs dollar Amerika sebesar 9392.85 rupiah. Makin rendahnya nilai
tukar ini menunjukkan makin kuatnya posisi tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dan
54
Rizki Adi Saputra
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
D. Agus Harjito
sebakinya makin tingginya nilai tukar ini menunjukkan makin lemahnya posisi tukar rupiah
terhadap dollar Amerika.
Selanjutnya, harga saham tertinggi mencapai 5068.63 rupiah dan terjadi pada tahun
2013 di bulan Mei, dan harga saham terendah adalah sebesar 388.44 terjadi di bulan Januari
awal tahun 2003. Kemudian rata-rata pergerakan saham selama tahun 2003 sampai dengan
tahun 2013 adalah sebesar 2339.50. Harga saham ini dapat menunjukkan kinerja saham dari
suatu perusahaan, makin tingginya harga saham ini pada umumnya menunjukkan baiknya
kinerja perusahaan dan sebaliknya jika harga sahamnya menurun menunjukkan
memburuknya kinerja perusahaan.
Berdasarkan Tabel.1 dapat diketahui bahwa inflasi tahun 2009 pada bulan November
berada pada titik terendah yaitu sebesar 2,41%. Sedangkan pada tahun 2005 pada bulan
Oktober mencapai pada titik tertinggi yaitu sebesar 18,38% dengan rata-rata inflasi sebesar
7,27%. Tinggi rendahnya tingkat inflasi dapat menggambarkan baik buruknya perekonomian
di Indonesia, yang mana dengan inflasi rendah diharapkan akan mendorong peningkatan
perekonomian yang ada.
Hasil Pengujian Akar-akar Unit (Unit root test)
Pengujian kestasioneran data untuk semua variabel pada tingkat level dalam
persamaan yang digunakan sangat penting dalam analisis time series. Uji stasioneritas data
ini dilakukan melalui uji akar unit dengan menggunakan uji ADF. Uji akar unit ini digunakan
untuk melihat kestasioneran data, yang ditunjukkan dengan nilai t-statistic ADF yang lebih
kecil dari nilai kritis MacKinnon. Hasil uji stasioneritas pada tingkat level menunjukkan
bahwa t-statistic nilai tukar (kurs) dollar amerika sebesar (-1.944436) lebih kecil
dibandingkan dengan nilai kritis McKinnon (-2.884109), pada harga saham nilai t-statistic
sebesar (-0.644844) yang lebih kecil dibandingkan nilai kritis McKinnon (-2.883579) dan
nilai t-statistic inflasi sebesar (-2.241857) lebih kecil dibandingkan nilai kritis McKinnon
yang hanya sebesar (-2.883579). langkah selanjutnya untuk memperoleh data yang stasioner,
maka dilakukan pengujian uji stasioneritas pada tingkat 1st different.
Hasil dari pengujian di tingkat 1st different pada ketiga variabel yang meliputi nilai
tukar (kurs) dollar amerika, harga saham, dan inflasi menghasilkan nilai t-statistic (dalam
nilai absolute) yang lebih besar dari nilai kritis MacKinnon (dalam nilai absolute). Hal ini
menunjukkan bahwa data seluruh observasi sudah stasioner pada tingkat 1st different. TStatistic pada nilai tukar (kurs) dollar amerika sebesar (-4.730965) lebih besar dari nilai kritis
McKinnon (-2.884109), sedangkan harga saham pada t-statistic menunjukkan (-9.834886)
lebih besar dari nilai kritis McKinnon yaitu (-2.883753) dan pada nilai t-Statistic inflasi
sebesar (-10.53173) lebih besar dari nilai kritis McKinnon yaitu (-2.883753).
Sehubungan dengan tidak adanya perbedaan kondisi stasioner pada tingkat level yang
berbeda, maka dalam pengolahan data ini dilakukan pengujian kointegrasi pada variabel
penelitian. Syarat uji kointegrasi adalah jika seluruh variabel stasioner pada derajat yang
sama.
Hasil Uji Kointegrasi
Keberadaan variabel yang stasioner pada derajat yang sama dapat mengindikasikan
adanya hubungan jangka panjang dari variabel tersebut, oleh karena itu akan dibuktikan
dengan melakukan pengujian kointegrasi (Johansen cointegration). Di bawah ini akan
ditunjukkan hasil dari Johansen cointegration test .
Tabel 2.
55
Rizki Adi Saputra
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
D. Agus Harjito
Hasil dari Johansen Cointegration Test
Hypothesized
No. of CE(s)
None
At most 1
At most 2
Eigenvalue
Trace
Statistic
0.05
Critical Value
Prob.**
0.103011
0.072133
0.000195
23.15551
9.457786
0.024588
29.79707
15.49471
3.841466
0.2385
0.3247
0.8753
Pada hasil di atas, diperoleh nilai trace statistic lebih kecil dibandingkan dengan nilai
kritis pada tingkat keyakinan 5% atau ( 23.15551 < 29.79707), sehingga dapat disimpulkan
bahwa kedua variabel tidak saling berkointegrasi.
Hasil Uji Kausalitas Granger
Sehubungan tidak adanya kointegrasi diantara variabel-variabel tersebut, pada
penelitian ini ECM yang akan dipergunakan adalah kausalitas Granger. Hubungan kausalitas
antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham. Hasil pengujian kausalitas
Granger dapat dilihat pada Tabel 3. di bawah ini.
Tabel 3.
Granger Causality Test Nilai Tukar (Kurs) Dollar Amerika
Dengan Harga Saham
Null Hypothesis:
DIHSG does not Granger Cause DKURS
DKURS does not Granger Cause DIHSG
bs
F-Statistic
Probability
28
10.7421
5.24470
0,00000
0.02661
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat hubungan kausalitas antara harga
saham (IHSG) dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Adanya hubungan kausalitas ini
ditunjukkan dengan nilai F-statistik yang besar (F-Stat = 10,7421) dan nilai probalitas yang
lebih kecil dari 5% (Prob = 0,00000). Hal ini juga terjadi pada hubungan antara nilai tukar
(kurs) dollar Amerika dengan harga saham yang menunjukkan adanya kausalitas yang berasal
dari nilai tukar (kurs) dollar Amerika ke harga saham (IHSG) dimana mempelihatkan nilai FStatistik yang besar (F-Stat = 5.24470) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5% (Prob =
0.02661). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi kausalitas dua arah yaitu dari
harga saham (IHSG) ke nilai tukar (kurs) dollar Amerika dan dari nilai tukar (kurs) dollar
Amerika dengan harga saham (IHSG), sehingga hipotesis pertama yang menyatakan terdapat
hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham terbukti.
Hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini.
Tabel 4.
Granger Causality Test Nilai Tukar (Kurs) Dollar Amerika
Dengan Inflasi
56
Rizki Adi Saputra
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
D. Agus Harjito
Null Hypothesis:
DINF does not Granger Cause DKURS
DKURS does not Granger Cause DINF
bs
F-Statistic
Probability
1
6.48421
4.65894
0.01956
0.03102
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat hubungan kausalitas antara inflasi
(INF) dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Adanya hubungan kausalitas ini ditunjukkan
nilai F-statistik yang besar (F-Stat = 6.48421) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5%
(Prob = 0.01956). Selanjutnya juga terjadi hubungan kausalitas yang berasal dari nilai tukar
rupiah terhadap inflasi (INF) yang mempelihatkan nilai F-statistik yang besar (F-Stat =
4.65894) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5% (Prob = 0.03102). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terjadi hubungan kausalitas dua arah yaitu dari inflasi (INF)
terhadap nilai tukar (kurs) dollar Amerika maupun dari nilai tukar (kurs) dollar Amerika
terhadap inflasi, sehingga hipotesis kedua yang menyatakan terdapat hubungan kausalitas
antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi terbukti.
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan kausalitas dua arah antara nilai
tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham dan sebaliknya antara harga saham dengan
nilai tukar (kurs) dollar Amerika, sehingga pergerakan naik dan turunnya nilai tukar (kurs)
dollar Amerika berdampak signifikan pada naik turunnya harga saham., begitu pula yang
terjadi pada pergerakan harga saham juga akan berakibat pada pergerakan nilai tukar (kurs)
dollar Amerika. Adanya hubungan ini menginformasikan bahwa pergerakan nilai tukar (kurs)
dollar Amerika selalu diikuti oleh pergerakan harga saham baik pada saat mengalami
kenaikan maupun penurunan.
Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Nilai
tukar yang melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena
investor tidak percaya dengan kondisi perekonomian. Harga saham menurun membuat para
investor menarik dana di dalam negeri, sehinga terjadi arus modal keluar. Investasi didalam
negeri terasa langka yang mengakibatkan kredit menurun. Pasar modal yang ada di Indonesia
merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya
sangat rentan terhadap kondisi makro ekonomi secara umum. Terjadinya depresiasi nilai
tukar. rupiah (kurs) terhadap dolar AS dapat mengakibatkan hampir semua kegiatan ekonomi
terganggu. Harga–harga saham menurun secara tajam sehingga menimbulkan kerugian yang
cukup signifikan bagi investor. Bagi calon investor dalam melakukan investasi dapat
menggunakan harga saham sebagai sinyal investasi. Harga saham merupakan cerminan dari
kegiatan pasar modal secara umum. Peningkatan harga saham menunjukkan kondisi pasar
modal sedang bullish, sebaliknya jika menurun menunjukkan kondisi pasar modal sedang
bearish. Untuk itu, seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar
modal. Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk memprediksi tentang perubahan
harga saham dengan kurs valuta asing, suku bunga dan inflasi.
Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan
kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang
mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor oleh
karena itu pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter
yang mendukung perekonomian secara makro. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang
57
Rizki Adi Saputra
D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan
berhati-hati untuk melakukan investasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat
Dornbusch & Fischer (1980) yang menyatakan bahwa perubahan mata uang atau kurs
mempengaruhi competitiveness suatu perusahaan, yang selanjutnya mempengaruhi
pendapatan perusaaan atau cost of fund dan selanjutnya harga sahamnya. Dan juga pendapat
dari Hyder dan Shah (2004), yang mengatakan bahwa nilai tukar dapat mempengaruhi harga
yang dibayar oleh pembeli domestik barang impor secara langsung. Nilai tukar yang
berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri, nilai tukar yang melemah akan
berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak percaya
dengan kondisi perekonomian.
Pengujian selajutnya menunjukkan adanya hubungan yang sigifikan antara harga
saham dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika, yang berarti makin tingginya harga saham
akan menyebabkan tingginya pula nilai tukar (kurs) dollar Amerika dan begitu pula
sebaliknya makin rendahnya harga saham akan berakibat pada menurunnya nilai tukar (kurs)
dollar Amerika. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Frankel (1993) yang
menjelaskan bahwa kenaikan return saham (rising stock market) akan menarik capital flow
yang selanjutnya akan meningkatkan demand mata uang dan menyebabkan kurs mata uang
terapresiasi. Serta hasil penelitian ini telah sejalan dengan penelitian Nath and Samanta
(2003) yang menyimpulkan adanya hubungan kausalitas dua arah antara kurs dengan IHSG
di India.
Perlu diketahui bahwa harga saham dapat mempengaruhi nilai tukar (kurs) dollar
amerika dengan melihat faktor – faktor seperti kondisi politik disuatu Negara dan kebijakan –
kebijakkan yang diambil oleh pemerintah tersebut sehingga dapat meningkatkan kinerja
perusahaan dan akhirnya dapat menarik para investor- investor asing masuk untuk
menginvestasikan danannya dalam bentuk saham diperusahaan tersebut. Kondisi politik juga
tidak terlepas dari suatu Negara.
Kondisi politik inilah yang setidaknya dapat mempengaruhi perubahan harga saham
disuatu Negara yang nantinya akan mempengaruhi nilai tukar (kurs) dollar amerika walaupun
kondisi politik suatu Negara juga berbeda-beda. Kondisi makro ekonomi Indonesia
mengandung unsure politik karena besarnya peran hutang luar negeri dalam mengurangi
dampak ekspansi anggaran di satu pihak (pembayaran bunga dan cicilan hutang) serta pihak
lain yang berperan sangat besar dalam pengeluaran pembangunan. Stabilitas politik, masalah
hutang luar negeri dan berlangsungnya proses pasar modal adalah tiga faktor penting yang
saling berpengaruh.
Penelitian ini menemukan adanya hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar
Amerika dengan inflasi dan sebaliknya juga antara inflasi dengan nilai tukar (kurs) dollar
Amerika. Berdasarkan hasil ini maka pergerakan naik dan turunnya nilai tukar (kurs) dollar
Amerika akan menyebabkan dampak yang signifikan pada inflasi, hal ini bisa saja terjadi
dikarenakan perubahan yang terjadi pada komoditas-komoditas tertentu khususnya pada
barang-barang impor sehingga secara keseluruhan akan menyebabkan tingginya inflasi.
Dengan demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Madura (2009) yang
menyatakan bahwa kurs (nilai tukar) dapat mempengaruhi inflasi secara langsung, ketika
nilai tukar melemah maka menyebabkan kenaikan tinggi harga barang-barang impor.
Kenaikan terjadi karena para importir harus membayar lebih ketika nilai tukar melemah,
harga barang-barang impor yang tinggi secara langsung akan terjadi inflasi.
Adanya kausalitas ini juga terjadi pada hubungan antara inflasi dengan nilai tukar
(kurs) dollar Amerika, sehingga makin tingginya inflasi akan menyebabkan nilai tukar (kurs)
dollar Amerika juga makin tinggi, begitu pula yang terjadi sebaliknya. Adanya kausalitas ini
dapat disebabkan naik dan turunnya nilai tukar (kurs) dollar Amerika dipengaruhi oleh faktor
58
Rizki Adi Saputra
D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
dari luar naiknya harga-harga barang, seperti kebijakan pemerintah, kestabilan ekonomi dan
kestabilan politik yang turut memberikan andil besar terhadap pergerakan dari nilai tukar
(kurs) dollar Amerika. Dan hasil penelitian ini sudah sejalan dengan penelitian Sek (2012)
yang menyimpulkan adanya korelasi hubungan yang signifikan antara nilai tukar (kurs)
dengan inflasi di benua asia dan eropa. Dan penelitian Enoma (2011) yang menyimpulkan
terdapat hubungan kausalitas antara kurs dan inflasi di Nigeria.
Kesimpulan
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan inflasi. Model
yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan uji kausalitas granger.
Berdasarkan hasil Uji Augmented Dickey – Fuller yang diperuntukkan untuk mengetahui
kestasioneritas data menunjukkan bahwa antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan
harga saham dan antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi terjadi suatu
hubungan. Berdasarkan Uji Kausalitas Granger terdapat hubungan kausalitas antara nilai
tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham. Hal ini ditunjukkan dengan melihat KURS
dose not granger cause IHSG dengan tingkat signifikansi sebesar (0,0000) dan IHSG dose
not cause KURS dengan tingkat signifikansi sebesar (0,02661). Terdapat hubungan kausalitas
antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi. Pengujian Uji Kausalitas Granger
menunjukkan statistic KURS does not granger cause INF sebesar (0.03102) dan INF dose
not granger cause KURS sebesar (0.01956).
Hendaknya pemerintah bisa menjaga kestabilan nilai tukar (kurs) dollar Amerika agar
tingkat inflasi tidak mengalami fluktuasi yang akan berdampak pada perekonomian.
Diperlukannya kebijakan-kebijakan khusus, agar harga saham mengalami kestabilan harga.
Dengan stabilnya harga saham ini akan berdampak pula pada stabilnya nilai tukar (kurs)
dollar Amerika, sehingga kegiatan perdagangan baik ekspor maupun impor tidak mengalami
gejolak yang dampaknya juga tidak menganggu kegiatan perekonomian.
Daftar Pustaka
Boediono, ( 2001) Ekonomi Moneter Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.
Chai-Anant, C., and Ho, Corrine., (2008), Monetary and Economic
Department
January, Understanding Asian Equity Flows, Market Returns and Exchange Rates BIS
Working Papers No 245
Dornbusch, R. and S. Fischer (1980) , “Exchange Rates and Current Account,” American
Economic Review 70, 960-71
Enoma, Imimole., (2011) “Exchange Rate Depreciation and Inflation in Nigeria (1986–
2008)”. Business and Economics Journal, Volume 2011: BEJ-28
Frankel, Jeffrey A., (1993) “Monetary and Portfolio-Balance models of the Determination Of
Exchange rates” In Jeffrey A.Frankel on exchange rates, Cambridge, MA: MIT Press
Gujarati., (2004) “Basic Econometrics”, New York Mc Graw Hill.
59
Rizki Adi Saputra
D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Hyder, Z., and Shah, S., ( 2004) Exchange Rate Pass-Through to Domestic Prices in
Pakistan. SBP Working Paper No. 5.Karachi: SBP.
Madura, Jeff., (2009) Keuangan Perusahaan Internasional. Jakarta: Salemba Empat.
Nath, G, C., and Samantha, P, G., (2003) “Relationship Between Exchange Rate and Stock
Prices in India – An Empirical Analysis”
Ming, The Fei.,(2001) Day Trading Valuta Asing. Jakarta : Elex Media Komputindo
Krugman, P. (2005) Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Jakarta: PAU FE UI dan
Harper Collins Publishers.
Res, Eco, J., (2012) “Impact of Interest Exchange Rate and Inflation on Stock Returns of
KSE 100 Index” v3i5, 142-155
Salvatore., (1997) Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga
Sek, Sion, Kun., (2012) “Investigating the Relationship between Exchange Rate and
Inflation Targeting” Applied Mathematical Sciences, Vol. 6, 2012, no. 32, 1571 –
1583
Sunariyah., ( 2006) Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: STIM YKPN.
60
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Pengaruh Kepercayaan, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian
BBM Pertalite
(Studi Kasus Pada Pengguna BBM Pertalite Di Wilayah Puri Kembangan, Jakarta
Barat)
Andreas Pardomuan Purba, Endang Ruswanti
[email protected] , [email protected]
Universitas Esa Unggul
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan, harga dan kualitas
produk terhadap keputusan pembelian: studi kasus pada pengguna BBM pertalite di wilayah
puri kembangan, Jakarta Barat. Variabel yang diteliti adalah kepercayaan, harga dan kualitas
produk, sedangkan variabel dependen adalah keputusan pembelian. Populasi dari penelitian
ini adalah seluruh orang yang sudah pernah melakukan pembelian BBM pertalite di SPBU
Puri Kembangan, Jakarta Barat yang jumlahnya tidak diketahui. Sampel penelitian ini adalah
150 responden dengan metode Hair. Alat analisis menggunakan uji regresi berganda, uji
asumsi klasik dan uji hipotesis F dan t. Hasil penelitian menunjukan secara simultan
berpengaruh signifikan. Secara parsial kepercayaan, dan kualitas produk berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian, sedangkan harga tidak berpengaruh terhadap
keputusan pembelian. Faktor yang paling dominan dari ketiga variabel bebas tersebut adalah
variabel kualitas produk.
Kata kunci: Kepercayaan, Harga dan Kualitas Produk
Abstract
This study aimed to determine the effect of trust, price and quality of products on
purchase decision: a case study on pertalite BBM users in the development of the castle, West
Jakarta. The variables studied were trust, price and product quality, while the dependent
variable is the purchase decision. The population of this research is all the people who've
made a purchase of fuel at the pump pertalite Puri Kembangan, West Jakarta, whose number
is not known. The sample was 150 respondents with Hair. Analysis tools using multiple
regression test, classic assumption test and test hypotheses F and t. The results showed a
significant effect simultaneously. Partially trust, and quality of products significantly
influence purchasing decisions, while the price does not affect the purchase decision. The
most dominant factor of three independent variable is the variable quality of the product.
Keywords: Trust, Price, Quality Products and Purchase Decision
Pendahuluan
Jakarta mempunyai kedudukan khas, baik sebagai ibukota negara maupun ibukota
daerah. Sebagai salah satu kota terpadat, Jakarta memiliki banyak permasalahan didalamnya
mulai dari masalah lingkungan seperti banjir, masalah tata kota, sampah, masalah trasportasi
publik dan kemacetan. Masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta akibat jumlah volume
kendaraan yang tidak seimbang ruas jalan yang tersedia. Banyaknya volume kendaraan
mengakibatkan kemacetan di Jakarta. Setiap tahun pertumbuhan kendaraan di Jakarta
semakin meningkat, menyebabkan kemacetan dan mengakibatkan borosnya bahan bakar
yang digunakan.
61
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Bahan bakar minyak (BBM) sangat berpengaruh bagi masyarakat luas, tak dapat
dipungkiri di era yang semakin modern dan maju seperti sekarang ini kita masih saja terjebak
pada ketergantungan akan energi fosil yang satu ini. PT. Pertamina merupakan perusahaan
BUMN yang bersifat monopoli karena merupakan satu-satunya perusahaan yang mengelola
SPBU di Indonesia. Pertamina memproduksi produk Bahan Bakar Minyak seperti: Minyak
Bensin, Minyak Tanah, Minyak Solar, Minyak Diesel, kemudian Minyak Bakar Khusus
Aviation Gasoline (BBM pesawat udara), Aviation Turbine Fuel (BBM pesawat udara berturbin), Bio Pertamax, Bio Solar, Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, Pertamax Racing,
Premium. Kemudian Bahan Bakar Subsidi yaitu terdiri dari Bahan Bakar Bio Solar dan
Premium dan yang terakhir adalah produk non BBM yaitu, Aspal, Pelumas (Lube Base Oil),
Pelarut (Solvent).
PT. pertamina meluncurkan produk baru yang di rilis pada bulan Mei tahun 2015 lalu
yaitu produk BBM jenis Pertalite. Produk bahan bakar minyak ini merupakan bahan bakar
minyak jenis baru. Pertalite adalah merupakan Bahan bakar minyak (BBM) jenis baru yang
diproduksi Pertamina, jika dibandingkan dengan premium Pertalite memiliki kualitas bahan
bakar lebih sebab memiliki kadar Research Oktan Number (RON) 90, di atas Premium, yang
hanya RON 88. Pertalite bahan bakar yang di gadang-gadang akan menjadi pengganti
daripada bahan bakar jenis premium, mengusung konsep bahan bakar yang lebih berkualitas.
Sehingga konsumen kurang percaya dengan dengan bahan bakar pertalite ini. Apakah yang
diberitahukan dari pihak pertamina itu betul atau tidak memiliki oktan 90, karena masyarakat
beranggapan ini serupa dengan premium. Selain persepsi kepercayaan konsumen, harga juga
dilihat konsumen untuk membeli atau tidak. Harga pertalite saat ini adalah Rp 7.350 per liter
harga yang tidak terlalu mahal. Namun harga pertamax 92 memiliki harga Rp 8.050 per liter
yang tidak jauh berbeda dengan pertalite sehingga konsumen lebih membeli pertamax92
dibanding dengan pertalite.
Kualitas produk yang ditawar pertamina untuk BBM jenis pertalite ini juga tidak
mendukung bagi beberapa kendaraan. Meski menjanjikan kualitas bensin yang lebih baik,
sayangnya produk dengan RON 90 itu dianggap tak memenuhi persyaratan kualitas untuk
kendaraan bermotor yang ada di Indonesia. Ambil contoh sepeda motor Honda Scoopy punya
kompresi rasio 9,5:1, mobil LCGC dan MPV kelas 1.500 cc ke bawah rata-rata kompresinya
10:1. Bahkan, beberapa mobil menengah seperti Mazda punya kompresi yang terbilang
tinggi, yakni 13:1. Praktis, katanya, kendaraan yang punya kompresi 9:1 saja, harus
mengonsumsi BBM dengan RON mimal 92. Tentu dengan kompresi yang makin tinggi, yaitu
10:1 ke atas idealnya menenggak bensin minimal RON 95.
Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh Kepercayaan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite ?
2. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian BBM pertalite ?
3. Apakah terdapat pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian BBM
pertalite?
4. Apakah terdapat pengaruh kepercayaan, harga, dan kualitas produk secara bersama-sama
terhadap keputusan pembelian BBM pertalite ?
5. Apakah variabel kepercayaan merupakan faktor dominan terhadap keputusan pembelian
BBM pertalite ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite.
2. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian BBM pertalite.
62
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian BBM
pertalite.
4. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan, harga, dan kualitas produk secara bersamasama terhadap keputusan pembelian BBM pertalite.
5. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan secara dominan terhadap keputusan pembelian
BBM pertalite.
Landasan Teori
Pengertian Kepercayaan
McKnight et.al (2002) menyatakan bahwa ada faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepercayaan konsumen yaitu perceived web vendor reputation, dan perceived
web site quality.
1. Trusting Belief
Trusting belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin terhadap orang
lain dalam suatu situasi. Trusting belief adalah persepsi pihak yang percaya (konsumen)
terhadap pihak yang dipercaya (penjual toko maya) yang mana penjual memiliki
karakteristik yang akan menguntungkan konsumen.
a. Benevolence
Benevolence (niat baik) berarti seberapa besar seseorang percaya kepada penjual
untuk berperilaku baik kepada konsumen. Benevolence merupakan kesediaan penjual
untuk melayani kepentingan konsumen.
b.
Integrity
Integrity (integritas) adalah seberapa besar keyakinan seseorang terhadap kejujuran
penjual untuk menjaga dan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat kepada
konsumen.
c.
Competence
Competence (kompetensi) adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang
dimiliki penjual untuk membantu konsumen dalam melakukan sesuatu sesuai dengan
yang dibutuhkan konsumen tersebut. Esensi dari kompetensi adalah seberapa besar
keberhasilan penjual untuk menghasilkan hal yang diinginkan oleh konsumen. Inti
dari kompetensi adalah kemampuan penjual untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Trusting Intention
Trusting intention adalah suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap bergantung pada
orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepada
orang lain.
a.
Willingness to Depend
Willingness to depend adalah kesediaan konsumen untuk bergantung kepada penjual
berupa penerimaan resiko atau konsekuensi negatif yang mungkin terjadi.
63
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
b.
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Subjective Probability of Depending
Subjective probability of depending adalah kesediaan konsumen secara subjektif
berupa pemberian informasi pribadi kepada penjual, melakukan transaksi, serta
bersedia untuk mengikuti saran atau permintaan dari penjual.
Harga
Kotler dan Keller (2010) menyatakan, harga adalah sejumlah uang yang dibebankan
atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaatmanfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
Stanton (2006) mengungkapkan, terdapat dimensi dari harga, yaitu kesesuain harga,
dan ada empat indikator yang mencirikan harga yaitu:
1. Keterjangkauan harga
Konsumen bisa menjangkau menjangkau harga yang ditetapkan perusahaan. Biasanya
produk ada beberapa jenis dalam suatu merek dan harganya juga berbeda dari yang
termurah hingga termahal. Dengan harga yang sudah ditetapkan para konsumen dapat
membeli produk yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
Harga sering dijadikan sebagain indikator kualitas bagi konsumen yang sering memilih
harga yang lebih tinggi antara dua barang, karena mereka melihat dengan adanya kualitas
yang berbeda. Apabila harga tersebut tinggi, maka orang akan cenderung beranggapan
bahwa kualitas produknya baik.
3. Daya saing harga
Konsumen sering membandingkan suatu produk dengan produk lainnya. Mahal atau
murahnya suatu produk sangat dipertimbangkan oleh konsumen pada saat akan membeli
suatu produk tersebut.
4. Kesesuaian harga dengan manfaat
Konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang dirasakan lebih besar
atau sama dengan apa yang telah dikeluarkan untuk mendapatkannya.
Kualitas Produk
Kotler (2007) menyatakan, dimensi kualitas produk meliputi:
1. Kinerja (performance)
Dimensi ini menunjukkan tingkat operasi produk atau kegunaan dasar dari suatu produk.
Implementasinya, kinerja diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap manfaat dasar
dari produk yang dikonsumsinya misalnya kemudahan, dan kenyamanan dalam berbisnis
dan sebagainya.
2. Keistimewaan tambahan (features)
Yaitu sifat yang menunjang fungsi dasar produk , misalnya kelengkapan interior dan
eksterior seperti, AC, sound system dan sebagainya.
3. Keandalan (reliability)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai.
Implementasinya, keandalan diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keandalan
64
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
produk yang dinyatakan dengan waktu garansi atau jaminan produk tidak rusak sebelum
masa kadaluwarsa ditetapkan misalnya ruko yang tidak sering bocor/kerusakan yang
lainnya.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications)
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya. Misalnya, standar keamanan terpenuhi, seperti ukuran sumuran
pondasi untuk ruko tentunya harus lebih besar dari pada sumuran pondasi rumah.
5. Daya tahan (durability)
Ketahanan mencerminkan suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan dalam
kondisi normal. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan
ruko, struktur pembesian ruko yang kuat.
6. Estetika (asthethic)
Keindahan menunjukkan bagaimana penampilan atau daya tarik produk terhadap
pembeli. Misalnya bentuk fisik ruko yang menarik, model atau desain yang artistic,
warna, dan sebagainya.
Keputusan Pembelian
Kotler dan Keller (2007) keputusan pembelian adalah beberapa tahapan yang
dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk. Konsumen
memiliki 5 (lima) tahap untuk mencapai suatu keputusan pembelian dan hasilnya yaitu:
1. Tahapan Pengenalan Masalah
Tahap ini konsumen mengenali sebuah kebutuhan, keinginan atau masalah. Kebutuhan
pada dasarnya dapat di cetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Perusahaan
harus menentukan kebutuhan, keinginan atau masalah mana yang mendorong konsumen
memulai proses membeli suatu produk.
2. Tahapan Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhan akan terdorong untuk mencari informasiinformasi yang lebih banyak. Konsumen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak
informasi atau mungkin tidak. Kita dapat membedakan antara dua tingkat keterlibatan
dengan pencarian. Keadaan pencarian yang lebih rendah disebut perhatian tajam. Pada
tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih reseptif terhadap informasi tentang sebuah
produk.
3. Tahapan Evaluasi atau Pilihan
Setelah mengumpulkan informasi sebuah merek, konsumen akan melakukan evaluasi
alternatif terhadap beberapa merek yang menghasilkan produk yang sama dan bagaimana
konsumen memilih di antara produk-produk alternatif.
4. Tahapan Keputusan Pembelian
Konsumen akan mengembangkan sebuah keyakinan atas merek dan tentang posisi tiap
merek berdasarkan masing-masing atribut yang berujung pada pembentukan citra
produk. Selain itu, pada evaluasi alternatif konsumen juga membentuk sebuah preferensi
atas produk-produk yang ada dalam kumpulan pribadi dan konsumen juga akan
membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai dan berujung pada keputusan
pembelian.
5. Tahapan Perilaku Pasca Pembelian
Tugas perusahaan pada dasarnya tidak hanya berakhir setelah konsumen membeli produk
yang di hasilkan saja, tetapi yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah meneliti dan
memonitor apakah konsumen akan mengalami tingkat kepuasan dan ketidakpuasan
setelah menggunakan produk yang akan dibeli.
65
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Hubungan Kepercayaan Terhadap Keputusan Pembelian
Ulfat et.al (2015) di dalam penelitiannya menyatakan setiap konsumen memiliki
tingkat kepercayaan yang berbeda ada yang memiliki tingkat kepercayaan lebih tinggi dan
ada pula yang memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah. Disebabkan oleh kepercayaan
konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk memiliki berbagai atribut dan
manfaat dari berbagai atribut tersebut.
Hubungan Harga Terhadap Keputusan Pembelian
Mongi et.al (2013) dalam penelitiannya menyatakan harga adalah salah satu faktor
penentu dalam pemilihan merek yang berkaitan dengan keputusan pembelian oleh konsumen.
Ketika memilih diantara merek-merek yang ada, konsumen akan mengevaluasi harga secara
tidak terbatas (absolut) akan tetapi dengan membandingkan beberapa standar harga sebagai
referensi untuk melakukan transaksi pembelian. Maneking et.al (2015) di dalam
penelitiannya harga diartikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan
sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia
melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Konsumen sangat sensitif
terhadap harga. Semakin tinggi harga maka konsumen akan mengurungkan niat atau
mengurangi keinginan untuk menggunakan jasa sehingga keputusan menggunakan konsumen
akan mengalami penurunan.
Hubungan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Mongi et.al (2013) menyatakan di dalam penelitiannya Pelanggan akan merasa puas
bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
Konsumen rasional selalu menuntut produk yang berkualitas untuk setiap pengorbanan yang
dilakukan untuk memperoleh produk tersebut. Shaharudin (2011) menyatakan juga di dalam
penelitiannya pada saat pembelian, pelanggan memutuskan jika harapan telah dipenuhi
dengan membandingkan dirasakan kinerja dengan kinerja yang diharapkan. Hal ini biasanya
membentuk dasar dari keputusan untuk membeli dan menentukan kepuasan membeli. Setelah
pembelian, pelanggan menjadi sadar kinerja aktual dan kepuasan pengguna adalah hasil dari
membandingkan aktual kinerja dengan kinerja yang diharapkan.
Model Penelitian
Harga
H1
H5
H2
Harga
Keputusan
pembelian
H3
Kualitas
produk
H4
Gambar 1: Model Penelitian
Sumber: Model diolah Peneliti, 2017
66
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Gambar diatas menunjukkan :
Penelitian ini meliputi 4 variabel kepercayaan, harga kualitas produk dan keputusan
pemnelian. Model penelitian ini diperoleh melalui rumusan hipotesis dan hubungan antar
variabel yang disederhanakan dan digabungkan sebagai model penelitian (Ruswanti, 2015).
Kepercayaan (X1), berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) telah diuji oleh Ulfat et.al
(2015). Harga (X2), berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) telah diuji oleh Liang
(2016). Kualitas produk (X3), berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) telah diuji oleh
Shaharudin et.al (2011).
Hipotesis
H1: Diduga kepercayaan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di
Puri Kembangan.
H2: Diduga harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri
Kembangan.
H3: Diduga kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian BBM pertalite
di Puri Kembangan.
H4: Diduga kepercayaan, harga dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri Kembangan.
H5: Diduga kepercayan secara dominan berpengaruh positif terhadap keputusan pembeian
BBM pertalite di Puri Kembangan.
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang yang sudah pernah melakukan
pembelian BBM pertalite di SPBU Puri Kembangan. Jumlah populasi pada penelitian ini
tidak diketahui.
Sampel
Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representif atau mewakili. Karena
jumlah populasi ini tersebar dan sulit untuk diketahui secara pasti, maka penentuan jumlah
yang akan digunakan dalam penelitian ini akan mengunakan Hair sebanyak 150 responden.
Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan purposive sampling
Hasil dan Pembahasan
Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu
pernyataan dalam kuesioner yang digunakan dapat mengukur indikator dari variabel yang
diteliti. Pernyataan yang akan di uji berjumlah 30 pernyataan, valid atau tidak validnya suatu
pernyataan dilihat dari nilai person correlation, pernyataan dikatakan valid jika hasil yang
didapatkan bernilai >0,361 dan dikatakan tidak valid jika hasil yang didapatkan bernilai
<0.361. Dari hasil tabel uji validitas di atas terlihat bahwa terdapat 30 pernyataan yang valid,
karena hasil yang didapatkan dari uji validitas dengan nilai diatas 0,361, sehingga semua
butir pernyataan tersebut layak digunakan dan dapat mengukur variabel yang akan diukur.
67
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
2. Uji Reliabilitas
Penelitian ini uji reliabilitas digunakan untuk menunjukan konsistensi butir
pernyataan yang digunakan dalam kuesioner atau sejauh mana alat ukur dapat diandalkan.
Hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach's Alpha 0,61-0,8 dan dinyatakan
sangat reliabel jika nilai Cronbach's Alpha 0,81-1,0. Hasil pengujian reliabilitas dengan
jumlah 30 Responden diringkas pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel Uji Reliabilitas
Cronbach's
Alpha
,915
N of Items
37
Sumber: Hasil Output Software Statistik, 2017.
Dari table hasil uji realibilitas di atas dapat dilihat bahwa nilai Cronbach's Alpha
dalam penelitian ini > 0,81 yaitu sebesar 0,915 artinya bahwa seluruh pernyataan dalam
penelitian ini sangat reliabel.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Karena model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat
tolerance value atau dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF) dari hasil
analisis dengan menggunakan software statistik. Berikut ini adalah hasil perhitungan uji
multikolinearitas:
Tabel Uji Mutlikolinearitas
Model
(constant)
Kepercayaan
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.686
1.457
Harga
.653
1.532
Kualitas Produk
.582
1.718
Sumber : Data Output Software Statistik, 2017.
Pengujian multikolinieritas antara variabel bebas (X) yang terdiri dari variabel
kepercayaan konsumen BBM pertalite, Harga BBM pertalite dan kualitas produk BBM
pertalite menghasilkan nilai Tolerance <0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel
independen yang nilainya lebih dari 95 %. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor
(VIF) juga menunjukan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai
VIF >10, jadi dengan hasil demikian tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen,
berarti ketiga variabel independen ini tidak mempunyai hubungan, sehingga semuanya dapat
dipergunakan sebagai variabel independen.
68
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajeme
men Bisnis Indonesia
Vol. 3,, Nomor
N
1, Oct 2015
2. Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini,
i, uji heteroskedastisitas bertujuan untuk men
enguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaks
ksamaan variance dari residual pengamatan ke pengamatan lain.
Berikut ini adalah hasil uji het
eteroskedastisitas:
Sum
mber : Data Output Software Statistik, 2017.
Gambar Uji Heteroskedastisitas
Dari gambar di atas dapat
d
dilihat bahwa hasil uji heteroskedasti
stisitas menunjukkan
bahwa titik–titik menyebar dengan
de
pola yang tidak jelas di atas dan dii bawah
b
angka 0 dan
sumbu Y. Jadi dapat disimpulk
ulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskeda
dastisitas pada model
regresi.
3. Uji Autokorelasi
Dalam penelitian ini,
i, uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model
m
regresi linier
ada korelasi antara kesalahann pengganggu pada periode t dengan kesalahan
an pengganggu pada
periode sebelumnya (t-1). Uji
ji autokorelasi dalam penelitian ini menggunak
akan Durbin-Watson
(DW test). Berikut ini adalahh hhasil uji autokorelasi:
Tabel Uji Autokorelasi
R
R
Adjusted R
Std. Errorr of
Model
S
Square
Square
the Estimate
te
a
1
,756
,
,572
,563
2.31020
Sumber : Data Output Sof
oftware Statistik, 2017.
DurbinWatson
1,627
Dari tabel di atas da
dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 1,62
,627, nilai ini akan
dibandingkan dengan nilai batas
ba
atas (dU) pada tabel DW dengan nilai
lai signifikansi 5 %,
jumlah sampel 150 (n) dan jum
mlah variabel independen 3 (k=3) maka didap
apat nilai dU sebesar
1,7741. Oleh karena nilai DW
W 1,627 berada pada daerah diantara (4-dU)
U) dan (4-dL), maka
tidak menghasilkan kesimpula
lan yang pasti (berada di daerah keragu-raguan
an).
Uji Hipotesis
da
1. Regresi Linear Bergand
Dalam penelitian inii regresi linear berganda digunakan untukk mengetahui arah
hubungan antara variabel independen
in
(kepercayaan, harga dan kualita
itas produk) dengan
69
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
variabel dependen (keputusan pembelian). Apakah masing-masing variabel independen
berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apakah
nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Berikut ini adalah hasil uji
regresi linear berganda:
Tabel Uji Regresi Linear Berganda
Model
B
Beta
(Constant)
5,155
Kepercayaan
,318
,193
Harga
,361
,153
Kualitas Produk
,477
,533
Sumber : Data Output Software Statistik, 2017.
Dari hasil tersebut didapat rumus atau persamaan regresi linear berganda dalam
penelitian ini adalah:
Y= 5,155+0, 318X1+0, 361X2+0, 477X3+e
Keterangan:
Y = Keputusan Pembelian
a = Konstanta
b = Angka atau koefisian regresi
X1 = Kepercayaan
X2 = Harga
X3 = Kualitas Produk
e = Standar Eror
Hasil persamaan regresi linier berganda tersebut diatas memberikan pengertian
bahwa:
1. Konstanta a sebesar 5,155, artinya jika kepercayaan, harga dan kualitas produk
nilainya (0) maka keputusan pembelian nilainya sebesar 5,155.
2. Koefisien regresi variabel kepercayaan sebesar 0,318, artinya jika kepercayaan
mengalami kenaikan satu satuan, maka keputusan pembelian akan mengalami
peningkatan sebesar 0,318 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya
bernilai tetap.
3. Koefisien regresi variabel harga sebesar 0, 361, artinya jika harga mengalami
kenaikan satu satuan, maka keputusan pembelian akan mengalami peningkatan
sebesar 0,361 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.
4. Koefisien regresi variabel kualitas produk sebesar 0,477, artinya jika kualitas produk
mengalami kenaikan satu satuan, maka keputusan Pembelian akan mengalami
peningkatan sebesar 0,477 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya
bernilai tetap.
70
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
2. Uji Parsial (Uji t)
Dalam penelitian ini uji t digunakan untuk menguji apakah kepercayaan berpengaruh
terhadap keputusan pembelian BBM pertalite, harga berpengaruh terhadap keputusan
pembelian BBM pertalite dan kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian
BBM pertalite. Berikut ini adalah hasil uji t:
Model
Tabel Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Unstandardized
Standardized
Coefficient
Coefficient
T
B
Std. Error
Beta
5,155
2,018
2,555
,318
0,108
,193
2,950
,361
0,159
,153
2,277
,477
0,063
,533
7,510
(Constant)
Kepercayaan
Harga
Kualitas
Produk
Sumber : Data Output Software Statistik, 2017.
Sig.
0,012
0,004
0,024
0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan uji t untuk masing-masing
variabel adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan (X1)
Untuk variabel kepercayaan (X1) memiliki nilai t hitung sebesar 2,950 dengan tingkat
signifikan 0,004 < 0,05, maka demikian HO ditolak dan Ha diterima. Jadi
kesimpulannya adalah variabel kepercayaan (X1) secara parsial (sendiri-sendiri)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di
Puri Kembangan.
2. Harga (X2)
Untuk variabel harga (X2) memiliki nilai t hitung sebesar 2,277 dengan tingkat
signifikan 0,024 < 0,05, maka demikian HO ditolak dan Ha diterima. Jadi
kesimpulannya adalah variabel harga (X2) secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri
Kembangan.
3. Kualitas Produk (X3)
Untuk variabel kualitas produk (X3) memiliki nilai t hitung sebesar 7,510 dengan
tingkat signifikan 0,000 < 0,05, maka demikian HO ditolak dan Ha diterima. Jadi
kesimpulannya adalah variabel kualitas produk (X3) secara parsial (sendiri-sendiri)
berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian BBM
pertalite di Puri Kembangan.
4. Dari ketiga variabel tersebut, yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan
pembelian BBM pertalite di Puri Kembangan adalah kualitas produk hal ini dapat
dilihat dari nilai B paling besar yaitu 0,477.
3. Uji Secara Bersama-sama (Uji F)
Dalam penelitian ini uji F digunakan untuk menguji apakah kepercayaan (X1), harga
(X2) dan kualitas produk (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan
pembelian (Y) BBM pertalite di Puri Kembangan. Berikut ini adalah hasil uji F:
71
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Tabel Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)
ANOVAa
Sum of
Model
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
1040.991
3
346.997 65.017
.000b
Residual
779.203
146
5.337
Total
1820.193
149
a. Dependent Variable: KeputusanPembelian
b. Predictors: (Constant), KualitasProduk, Kepercayaan, Harga
Sumber : Data Output Software Statistik, 2017.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan uji F dimana diperoleh F
hitung sebesar 65.017 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena nilai probabilitas <0,05 yaitu
(0,000<0,005), dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil uji F ini variabel
independen yaitu kepercayaan, harga, dan kualitas produk secara simultan atau bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian
BBM pertalite.
4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dalam penelitian ini uji koefisien determinasi digunakan untuk menguji kemampuan
variabel kepercayaan, harga dan kualitas produk terhadap variabel keputusan pembelian.
Berikut ini adalah hasil uji koefisien determinasi:
Tabel Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model
R
R Square
Square
the Estimate
a
1
.756
.572
.563
2.31020
Sumber : Data Output Software Statistik, 2017.
Dari tabel di atas dapat dilihat besarnya angka Rquare (R2) adalah 0,572. Angka
tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh kepercayaan, harga dan kualitas produk
terhadap keputusan pembelian. Yaitu dengan cara menghitung koefisien determinasi (R2)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
R2
ε
=
=
=
=
=
=
r2 x 100 %
0,572 x 100 %
57,2 %
1 - R2
1 - 0,572
0.428
Yang artinya bahwa besarnya kontribusi pengaruh kepercayaan, harga dan kualitas
produkterhadap keputusan pembelian adalah sebesar 57,2 %, sedangkan sisanya sebesar 42,8
% (100 % - 57,2 %) dipengaruhi faktor lain atau oleh variabel-variabel lain yang tidak ikut
diteliti, misalnya variabel promosi dengan demikian maka peneliti lain boleh menggunakan
variabel tersebut untuk penelitian.
72
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis pengujian di atas, pembahasan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh Kepercayaan Terhadap Keputusan Pembelian
Untuk variabel kepercayaan (X1) memiliki nilai t hitung sebesar 2,950 dengan
tingkat signifikan 0,004 < 0,05 maka hasil penelitian ini menyatakan bahwa
kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM
pertalite di wilayah Puri Kembangan. Dengan kata lain kepercayaan yang diukur
dengan ability (kemampuan) yang terdiri dari kompetensi dan pengalaman,
benevolence (kebaikan hati) yang terdiri dari perhatian dan empati, serta integrity
(integritas) yang terdiri dari pemenuhan dan keterusterangan memiliki pengaruh
terhadap keputusan pembelian.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yaitu Ulfat et.al (2015) Dari
hasil uji t yaitu 0,002 < 0,05 jadi dapat dikatakan penelitian tersebut brand trust
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
2. Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian
Dari hasil penelitian didapatkan harga mempunyai nilai t hitung sebesar 2,277
dengan tingkat signifikan 0,024 < 0.05, maka hasil penelitian ini menyatakan bahwa
kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
BBM pertalite. Dengan kata lain kualitas produk yang diukur dengan Keterjangkauan
harga, Kesesuaian harga dengan kualitas produk, Daya saing harga, Kesesuaian harga
dengan manfaat berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yaitu Maneking et.al
(2015) Dari hasil uji t pada penelitiannya signifikansi p-value = 0,023 < 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa Haditerima dan menolak H0 atau Strategi Harga(X1)
berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian(Y).
3. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Dari hasil penelitian didapatkan kualitas produk mempunyai nilai t hitung sebesar
7,510 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0.05, maka hasil penelitian ini menyatakan
bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian BBM pertalite. Dengan kata lain kualitas produk yang diukur dengan
kinerja (performance), keistimewaan tambahan (features), keandalan (reliability),
kesesuaian dengan spesifikasi, daya tahan (durability), estetika (asthethic) pengaruh
terhadap keputusan pembelian BBM pertalite.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yaitu Mongi et.al (2013)
Pengaruh yang positif dan signifikan pada variabel kualitas produk terhadap
keputusan pembelian pada Kartu Simpati di Manado.
4. Pengaruh Kepercayaan, Harga dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan
Pembelian
Dari hasil penelitian diperoleh F hitung sebesar 65.017 dengan tingkat signifikan
0,000. Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,005) maka Ho ditolak.
Dengan kata lain maka kepercayaan, harga dan kualitas produk secara bersama-sama
berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di wilayah Puri
Kembangan.
73
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Temuan penelitian
Dari hasil pembahasan di atas, bahwa penelitian ini mendapatkan hasil temuan
penelitian yaitu kepercayaan, harga dan kualitas produk mempengaruhi keputusan pembelian
BBM pertalite baik secara parsial maupun simultan. Untuk lebih spesifiknya kepercayaan
memiliki nilai signifikan 0.004, harga memiliki nilai signifikan 0,024 yang artinya harga
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sedangkan kualitas produk memiliki
nilai signifikan 0,000. Dan faktor yang paling dominan adalah kualitas produk yang
berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang memiliki angka signifikan 0,000 dan nilai B
sebesar 0,477 > dari nilai B variabel kepercayaan (0,318) dan harga (0,361). Kepercayaan,
harga maupun kualitas produk mempengaruhi keputusan pembelian BBM pertalite di wilayah
Puri Kembangan karena mereka memberikan jawaban yang cukup baik terhadap indikator
yang digunakan untuk masing-masing variabel tersebut. Yang artinya mereka menganggap
bahwa BBM pertalite sudah memenuhi semua yang terdapat diindikator tersebut.
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda,
sehingga tidak mampu menunjukan titik jenuh fungsi yang sedang diselidiki akibatnya
selalu timbul kemungkinan kesalahan peramalan.
2. Penelitian ini hanya dilakukan di wilayah Puri Kembangan tentunya jika penelitian
dilakukan diwilayah lain akan berbeda hasilnya.
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya kepercayaan, harga, kualitas
produk dan keputusan pembelian.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian pada pengguna BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan
dengan variabel kepercayaan (X1), harga (X2), kualitas produk (X3) dan keputusan pembelian
(Y) maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel kepercayaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian BBM di wilayah Puri Kembangan yang mana dapat membuktikan hipotesis
dan memecahkan perumusan masalah dari penelitian ini. Dikarenakan konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian BBM pertalite dipengaruhi oleh dorongan psikologis
yaitu percaya terhadap BBM pertalite untuk mau bertumpu dan bersedia pada orang
lain sehingga konsumen bertindak atau melakukan pengambilan keputusan.
2. Variabel harga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan yang terdiri dari unsur
keterjangkauan harga, daya saing harga, dan kesesuaian harga dengan manfaat,
ditingkatkan maka keputusan pembelian produk Pertalite akan meningkat karena harga
dengan keputusan pembelian saling mempengaruhi.
3. Variabel kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan yang mana dapat
membuktikan hipotesis dan memecahkan perumusan masalah dari penelitian ini.
4. Variabel kepercayaan, harga dan kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan
signifikan secara simultan atau bersama-sama terhadap keputusan pembelian BBM
74
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
pertalite di wilayah Puri Kembangan yang mana dapat membuktikan hipotesis dan
memecahkan perumusan masalah dari penelitian ini.
5. Variabel kualitas produk mempunyai pengaruh yang positif dan merupakan yang paling
dominan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di
wilayah Puri Kembangan yang mana dapat membuktikan hipotesis dan memecahkan
perumusan masalah dari penelitian ini.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saransaran sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Saran bagi perusahaan dimaksudkan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan
kepercayaan, harga dan kualitas produk sehingga dapat meningkatkan keputusan
pembelian. Saran-saran tersebut sebagai berikut:
1. Kualitas produk merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap
keputusan pembelian BBM pertalite oleh karena itu harus ada penanganan khusus
terkait kualitas produk. Untuk meningkatkan keputusan pembelian yaitu perlu
diperhatikan:
a. Kinerja (performance) menunjukkan tingkat operasi produk atau kegunaan dasar
dari suatu produk. Implementasinya, kinerja diartikan sebagai persepsi pelanggan
terhadap manfaat dasar dari produk yang dikonsumsinya misalnya kemudahan, dan
kenyamanan dalam memakai dan sebagainya.
b. Keistimewaan tambahan (features) Yaitu sifat yang menunjang fungsi dasar
produk,untuk meningkatkan keputusan pembelian BBM pertalite PT. PERTAMINA
perlu menambah atau menunjang produknya misalnya mengurangi timbal pada
BBM pertalite.
c. Keandalan (reliability) Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau
gagal dipakai. Implementasinya, keandalan diartikan sebagai persepsi pelanggan
terhadap keandalan produk yang dinyatakan dengan waktu garansi atau jaminan
produk tidak rusak sebelum masa kadaluwarsa ditetapkan misalnya kendaraan
menjadi boros, mesin kendaraan menjadi tidak ada akselerasi.
d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) Yaitu sejauh mana
karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Misalnya, syarat standar mesin kendaraan terpenuhi, seperti beberapa
kendaraan ada yang mempunyai syarat harus memakai bahan bakar bagi
kendaraannya.
e. Daya tahan (durability) Ketahanan mencerminkan suatu ukuran usia operasi produk
yang diharapkan dalam kondisi normal. Konsumen mencari bahan bakar minyak
bagi kendaraannya yang baik agar kendaraannya tidak boros. Sehingga jika
kendaraannya tidak boros jika memakai bahan bakar tersebut maka konsumen akan
melakukan pembelian secara berulang.
f. Estetika (asthethic) Keindahan menunjukkan bagaimana penampilan atau daya tarik
produk terhadap pembeli. Untuk BBM pertalite ini jika memakai pertalite maka
suara mesin akan halus, dan juga tidak ngelitik (knocking) saat digunakan.
75
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
2. Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dapat dilakukan dengan meningkatkan:
a. Trusting belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin terhadap
orang lain dalam suatu situasi. Trusting belief adalah persepsi pihak yang percaya
(konsumen) terhadap pihak yang dipercaya (penjual) yang mana penjual memiliki
karakteristik yang akan menguntungkan konsumen. Artinya jika produk pertalite
menguntungakan bagi konsumen maka konsumen akan melakukan keputusan
pembelian lagi.
b. Trusting intention adalah suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap
bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan
mengarah langsung kepada orang lain. Trusting intention didasarkan pada
kepercayaan kognitif seseorang kepada orang lain. Artinya bahwa konsumen
percaya terhadap BBM pertalite dari opini atau ajakan dari teman, kerabat atau
keluarga konsumen untuk memakai bahan bakar pertalite.
3. Selain meningkatkan kepercayaan konsumen pengguna BBM pertalite, PT.
PERTAMINA juga harus melihat dari sisi variabel harga, Untuk meningkatkan variabel
harga ini dengan cara melihat beberapa berikut:
a. Keterjangkauan harga, konsumen bisa menjangkau harga yang ditetapkan
perusahaan. Biasanya produk ada beberapa jenis dalam suatu merek dan harganya
juga berbeda dari yang termurah hingga termahal. Dengan harga yang sudah
ditetapkan para konsumen dapat membeli produk yang sesuai dengan kebutuhan.
Dengan harga yang tidak terlalu mahal maka konsumen akan membeli produk
pertalite, sehingga dengan cara itu dapat meningkatkan pembelian BBM pertalite.
b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk, harga sering dijadikan sebagai indikator
kualitas bagi konsumen yang sering memilih harga yang lebih tinggi antara dua
barang, karena mereka melihat dengan adanya kualitas yang berbeda. Apabila
harga tersebut tinggi, maka orang akan cenderung beranggapan bahwa kualitas
produknya baik. Artinya jika harga pertalite yang tidak terlalu murah, namun
kualitas produk yang diberikan pertalite cukup tinggi sehingga konsumen akan
melakukan keputusan pembelian BBM pertalite.
c. Daya saing harga, konsumen sering membandingkan suatu produk dengan produk
lainnya. Mahal atau murahnya suatu produk sangat dipertimbangkan oleh
konsumen pada saat akan membeli suatu produk tersebut. Artinya konsumen sering
melakukan perbandingan harga dengan produk lainnya yang sesuai dengan
pertalite lalu konsumen akan melihat dari kualitas produk yang ada di kedua
produk tersebut.
d. Kesesuaian harga dengan manfaat, konsumen memutuskan membeli suatu produk
jika manfaat yang dirasakan lebih besar atau sama dengan apa yang telah
dikeluarkan untuk mendapatkannya. Konsumen merasakan manfaat produk lebih
kecil dari uang yang dikeluarkan, maka konsumen akan beranggapan produk
tersebut mahal dan konsumen akan berpikir dua kali untuk melakukan pembelian
ulang. Harga pertalite yang tidak terlalu mahal namun kualitas yang diberikan
cukup tinggi konsumen akan lebih memilih pertalite sehingga ini akan
meningkatkan keputusan pembelian pada produk pertalite.
Bagi Penelitian Selanjutnya
Saran bagi penelitian selanjutnya dimaksudkan untuk menyempurnakan penelitian
kedepannya agar memperkaya ilmu-ilmu pengetahuan dibidang pemasaran. Saran-saran
tersebut sebagai berikut:
76
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
1. Menggunakan variabel-variabel lain yang terkait dengan keputusan pembelian dengan
melihat dari variable lain seperti promosi, kualitas pelayanan, brand image dan lainlain.
2. Menggunakan alat analisis yang berbeda sebagai perbandingan seperti analisis jalur
(path).
3. Melakukan penelitian di wilayah yang berbeda atau yang lebih luas.
Implikasi Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa implikasi penelitian yang
diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:
1. Implikasi Praktisi
Berdasarkan kesimpulan kepercayaan berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM
pertalite, maka PT.PERTAMINA harus memperhatikan kepercayaan konsumen agar
dapat meningkatkan keputusan pembelian. Untuk dapat meningkatkan kepercayaan
konsumen dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan informasi yang benar,
menciptakan pelayanan yang aman, jujur dan bertanggung jawab penuh. Selain itu
kualitas produk juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite.
Menaikkan kualitas produk yang terdapat dalam BBM pertalite akan meningkatkan
keputusan pembelian konsumen, karena konsumen akan memilih produk yang
berkualitas baik dan sesuai dengan yang diinginkan konsumen terhadap kendaraannya.
Namun pada harga tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, dikarenakan
konsumen membeli pertalite tidak melihat dari sisi harganya.
2. Implikasi Teoritis
Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi yang positif bagi semua pihak,
terutama bagi PT. PERTAMINA. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan mengenai pengaruh kepercayaan, harga dan kualitas
produk terhadap keputusan pembelian. Meningkatkan kepercayaan konsumen dan
kualitas produk serta memikirkan kembali harga yang diberikan konsumen agar
pembelian produk pertalite semakin tinggi dalam mencapai tujuannya.
Daftar Pustaka
Farah Diza, Silcyljeova Moniharapon dan Imelda W. J Ogi, 2015. Pengaruh kualitas
pelayanan, kualitas produk dan kepercayaan terhadap kepuasan konsumen. Jurnal
EMBA: Vol.4 No.1 Maret 2016, pp. 109-119.
Ghozali Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete. Semarang: Universitas Diponegoro
Huan-Ming Chuang and Chwei-Jen Fan, 2011. The mediating role of trust in the relationship
between e-retailer quality and customer intention of online shopping. African Journal
of Business Management: Vol. 5(22), pp. 9522-9529, 30 September, 2011.
Jhon Robert Maneking dan Bode Lumanauw, 2015. Analisis strategi harga, diferensiasi
produk, kualitas produk dan lokasi terhadap keputusan pembelian konsumen
PT.COLUMBIA PERDANA MANADO. Jurnal EMBA: Vol.3 No.1 Maret 2015, pp.
1173-1183.
77
Andreas Pardomuan Purba
Endang Ruswanti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Kotler, Philip dan Kevin, Lane Keller. 2013. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1
Jakarta: Erlangga
Kotler dan Amstrong. 2013 Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1. Edisi 12. Jakarta: Erlangga
Kotler dan Amstrong. 2013 Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 2. Edisi 12. Jakarta: Erlangga
Lidya Mongi, Lisbeth Mananeke dan Agusta Repi, 2013. Kualitas produk, strategi promosi
dan hargapengaruhnya terhadap keputusan pembelian kartu simpati telkomsel di kota
manado. Jurnal EMBA: Vol.1 No.4 Desember 2013, pp. 2336-2346.
McKnight, D. H Choudhury, and Kacmar, C. 2002. Special Issue on Measuring eCommerce
in Net-Enabled Organizations, Part 2 of 2: Developing and Validating Trust
Measures for e-Commerce: An Integrative Typology Information Systems Research
13:334-359
Mohd Rizaimy Shaharudin, Suhardi Wan Mansor, Anita Abu Hassan, Maznah Wan Omar
and Etty Harniza Harun, 2011. The relationship between product quality and purchase
intention: The case of Malaysia’s national motorcycle/scooter manufacturer. African
Journal of Business Management: Vol. 5(20), pp. 8163-8176, 16, September 2011.
Rizky Y.S Emor dan Agus Supandi Soegoto, 2015. Pengaruh potongan harga, citra merek,
dan servicescape terhadap keputusan pembelian konsumen indomaret tanjung batu.
Jurnal EMBA: Vol.3 No.2 Juni 2015, pp. 738-748.
Rong-Da Liang, 2016. Predicting intentions to purchase organic food: the moderating effects
of organic food prices. British Food Journal: Vol. 118 No. 1, 2016, pp. 183-199.
Ruswanti Endang. 2015. Panduan Penulisan Laporan Ilmiah: Atensi, Kredibilitas Perusahaan
, Iklan dua sisi Terhadap Niat Beli Jasa Penerbangan Elang Air. Yogyakarta: CV Andi
Offset
Sarini Kodu, 2013. Harga, kualitas produk dan kualitas pelayanan pengaruhnya terhadap
keputusan pembelian mobil Toyota Avanza. Jurnal EMBA: 1251 Vol.1 No.3
September 2013, pp. 1251-1259.
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for business edisi 1 dan 2. Jakarta: Salemba Empat
Selvany Chichilia Lotulung, Joyce Lapian dan Silcyljeova Moniharapon, 2015. Pengaruh
kualitas produk harga, dan wom (word of mouth) terhadap keputusan pembelian
handphone evercross pada cv. Tristar jaya globalindo manado. Jurnal EMBA: Vol.3
No.3 Sept. 2015, pp. 817-826.
Supardi. 2013. Aplikasi statistika dalam penelitian, Jakarta: Change Publication
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung
Ulfat, Saima et.al, 2015. How product quality and brand trust associates in recurrent purchase
decision of beauty care products. Science International Journal 27.2 Mar/Apr 2015,
pp. 1453-1456.
78
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP KESEDIAAN MEMBAYAR
HARGA PREMIUM PADA PRODUK FASHION, DIMEDIASI OLEH STATUS
MEREK DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK
Dani Rizqi Rakhman
Prodi Manajemen FE UII Yogyakarta
Budi Astuti
Prodi Manajemen FE UII Yogyakarta
[email protected]
Abstrack
Adolescents are very attention to their physical appearance, with regard to physical
appearance, adolescents make efforts so that their physical appearance in accordance with the
guidance of their social community. One product supporting physical appearance often
hunted adolescents clothing. Based on this phenomenon, the researchers interested in
studying about the analysis of consumer involvement toward willingness to pay a premium
on fashion products, mediation by brand status and brand attitude. The purpose of this study
was to determine the effect of consumer involvement on brand status of fashion products and
brend attitude, then the influence of the brand status of fashion products and brand attitude
toward the willingness to pay a premium price. This study used questionnaires distributed to
adolescents aged 18-21 years, then the data is processed using an analysis SEM (Structural
Equation Model) via AMOS software. Results from this research that consumer involvement
has a positive and significant effect on the brand status and brand attitude, then the brand
status of fashion products and brand attitude have a positive and significant impact on the
willingness to pay a premium price.
Key Words : Consumer Involvement, Brand Status, Brand Attitude, Willingness To A Pay
Premium.
Abstrak
Remaja sangat memperhatikan penampilan fisik mereka, berkaitan dengan
penampilan fisik, remaja melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan
tuntunan komunitas sosial mereka. Salah satu produk penunjang penampilan fisik yang sering
diburu remaja adalah pakaian. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang analisis keterlibatan konsumen terhadap kesediaan untuk membayar dengan
harga premium, dimediasi oleh status merek dan sikap konsumen terhadap merek. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh keterlibatan konsumen terhadap status merek dari
produk fashion dan sikap konsumen terhadap merek, kemudian pengaruh status merek dari
produk fashion dan sikap konsumen terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga
premium. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebar kepada remaja yang berumur
18-21 tahun, kemudian datanya diolah menggunakan alat analisis SEM (Structural Equation
Model) melalui software AMOS. Hasil dari penelitian ini yaitu keterlibatan konsumen
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap status merek dan sikap konsumen terhadap
merek, kemudian status merek dari produk fashion dan sikap konsumen memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium.
79
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Kata Kunci : Keterlibatan konsumen, status merek, sikap terhadap merek, kesediaan untuk
membayar dengan harga premium.
Pendahuluan
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Pada masa peralihan ini, remaja umumnya mengalami pergolakan hidup yang diakibatkan
oleh berbagai macam perubahan, baik perubahan yang berasal dari dalam dirinya sendiri
yang mencakup fisik dan mental maupun perubahan-perubahan yang berasal dari
lingkungannya seperti perlakuan dari masyarakat disekitar lingkungan tempat tinggal maupun
dari keluarga. Untuk menunjang penampilannya, remaja sedapat mungkin memakai barangbarang yang sama dengan yang dipakai oleh teman-temannya guna meningkatkan
kepercayaan dirinya. Salah satu produk penunjang penampilan fisik yang sering diburu oleh
remaja ialah pakaian (Swastha, 1987, h.19). setiap remaja berharap pakaian yang ia pakai
akan membuatnya tampil lebih menawan, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri saat
bergaul.
Pakaian yang biasanya dipakai oleh sebagian besar kalangan remaja zaman sekarang
ialah pakaian yang sedang menjadi trend saat ini dan familiar di kalangan teman-temannya.
Membeli pakaian bermerek terkenal yang lebih mengutamakan pandangan orang lain saat
memakainya dari pada fungsi utama dari pakaian tersebut, semakin lama akan membuat
remaja menjadi konsumtif. Seseorang yang berperilaku konsumtif, biasanya membeli banyak
barang tanpa melihat fungsi dari barang tersebut. Jika dilihat lebih mendalam, umumnya
remaja berusia 18 sampai 21 tahun masih duduk dibangku sekolah dan perkuliahan, serta
belum memiliki penghasilan sendiri.
Agar konsumen mengetahui tentang produk yang akan mereka beli, maka konsumen
harus terlibat dalam produk tersebut. Konsumen membeli pakaian bermerek karena mereka
ingin terlihat menarik dan dapat meningkatkan status sosialnya. Memilih pakaian bermerek
juga memilih merek yang sudah terkenal, mempunyai kualitas yang bagus, dan mempunyai
status merek yang baik. Apabila merek tersebut mempunyai status merek yang bagus maka
merek tersebut akan banyak dipilih oleh para konsumen. Karena status merek mengacu pada
persepsi konsumen tentang kualitas, prestise, harga, dan kemampuan untuk menjadi simbol
yang sukses bagi konsumen yang memakaianya (Elliott, 1994; O'Cass dan Frost, 2002;
Vigneron dan Johnson, 1999). Selain itu, konsumen juga memilih pakaian bermerek
berdasarkan sikap mereka terhadap merek dari merek yang akan mereka pakai. Konsumen
biasanya menilai merek yang akan mereka pakai berdasarkan apakah mereka menyukai atau
tidak menyukai produk dari merek tersebut, kemudahan mobilitas, model, warna, dan nama
atau simbol dari merek tersebut. Selanjutnya, konsumen juga harus bersedia membayar
pakaian bermerek yang mereka sukai dengan harga premium. Menurut (Netemeyer,
Krishnan, Pullig, Wang, Yagci, Dean, Ricks, and Wirth. 2004) kesediaan membayar harga
premium sebagai ” besarnya jumlah yang konsumen bersedia bayarkan untuk membeli
sebuah merek yang mereka sukai dibandingkan merek yang sejenis/lebih kecil”. Dengan
demikian, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh keterlibatan konsumen
terhadap status merek dan sikap terhadap merek dari produk fashion, serta untuk mengetahui
pengaruh status merek dan sikap konsumen terhadap kesediaan konsumen untuk membayar
dengan harga premium.
80
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Kajian Pustaka
Keterlibatan Konsumen
Keterlibatan menurut Setiadi (2005:115) adalah tingkat kepentingan pribadi yang
dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik hingga
jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko
dan memaksimumkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian. Keterlibatan
diaktifkan ketika objek (produk, jasa atau pesan promosi) dirasakan membantu dalam
memenuhi kebutuhan, tujuan dan nilai penting. Seorang konsumen dapat terlibat dalam
berbagai benda atau rangsangan, misalnya produk, iklan, keputusan pembelian atau konsumsi
produk dan keputusan merek (O’cass, 2000 ; Mittal, 1989).
Keterlibatan Produk
Keterlibatan produk mengacu pada produk yang menempati didalam kehidupan
konsumen (Mittal dan Lee, 1989; O’cass, 2000). Konsumen akan terlibat dengan produk jika
produk tersebut dalam hidupnya sangat penting dan mampu memenuhi kebutuhan dan nilainilai mereka. Produk atau merek juga menimbulkan keterlibatan apabila ada semacam resiko
yang dirasakan dalam suatu pembelian dan pemakaian.
Keterlibatan Keputusan Pembelian
Mittal, (1989) mendefinisikan keterlibatan keputusan pembelian adalah tingkat
kepentingan dan perhatian konsumen untuk menentukan keputusan pembelian. Selain itu juga
berpendapat bahwa keterlibatan keputusan pembelian adalah bentuk yang paling penting dari
keterlibatan dan praktisi pemasaran harus lebih peduli dalam hal ini karena mempengaruhi
kepentingan konsumen dalam membuat pilihan merek (Mittal dan Lee, 1989). Konsumen
dengan keterlibatan yang tinggi dalam keputusan pembelian akan bertindak lebih serius pada
pilihan merek.
Aaker (1991:16) menyatakan, rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian
disebabkan karena kedekatan pelanggan dengan merek, baik itu disebabkan oleh pengiklanan
dan kepopuleran merek, kredibilitas merek di mata pelanggan, serta pengalaman pelanggan
atas merek tersebut.
Brand Status (Status Merek)
Status merek mengacu pada persepsi konsumen terhadap kualitas, prestise, harga, dan
kemampuan merek untuk bertindak sebagai status atau simbol kesuksesan (Elliot, 1994 ;
O’cass dan Frost, 2002 ; Vigneron dan Johnson, 1999). Status sebuah merek yang dirasakan
simbolis tertanam dalam merek atau nama merek (Del Ri’o et al, 2001). Phau dan Leng,
(2008) mendefinisikan manfaat berstatus sebagai kekuatan pendorong dalam meningkatkan
status sosial melalui konsumsi yang jelas.
Status konsumen lebih cenderung membeli pakaian yang mewah atau bermerek,
karena untuk memenuhi kebutuhan simbolis mereka. Gambaran dari argumen ini yaitu bahwa
fleksibilitas status merek lebih tinggi dan lebih rentan keterlibatan konsumen dalam produk
fashion. Dengan demikian :
H 1 : Keterlibatan konsumen berpengaruh terhadap status merek dari produk fashion
81
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Brand Attitude (Sikap Terhadap Merek)
Sikap terhadap merek (brand attitudes), komponen paling abstrak dari asosiasi merek
didefinisikan sebagai evaluasi keseluruhan tentang merek yang dilakukan oleh konsumen
(Keller, 1998) dan merefleksikan respon konsumen terhadap merek tersebut.
Tingkat keterlibatan dengan sesuatu akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap
hal tertentu (Assael, 2001). Slama dan Tashchian, (1985) menyatakan keterlibatan dengan
pembelian objek tertentu akan muncul untuk mempengaruhi sikap dan perilaku yang
berhubungan dengan objek tertentu. Oleh karena itu, konsumen dengan tingkat keterlibatan
yang tinggi dalam suatu objek (misalnya produk atau merek) yang diharapkan akan
menimbulkan sikap positif terhadap objek tersebut. Dengan demikian :
H 2 : Keterlibatan konsumen berpengaruh terhadap sikap konsumen pada produk
fashion.
Disisi lain, sikap konsumen terhadap merek bisa dipengaruhi oleh persepsi mereka
terhadap status merek. Persepsi tersebut dipegang oleh konsumen terhadap penempatan
produk atau distribusi produk yang diyakini berdampak pada sikap konsumen terhadap
produk atau merek tersebut. Selanjutnya, sikap konsumen terhadap merek bisa dipengaruhi
oleh negara asal produk tersebut yang memproyeksikan status merek dari produk tersebut.
Peningkatan status yang dirasakan pada kenyataannya memberikan kontribusi sesuai
dengan keinginan penilaian sikap dari merek tertentu. Dengan demikian :
H 3 : Status merek dari produk fashion berpengaruh terhadap sikap konsumen.
Willingness To Pay Premium (Kesediaan Untuk Membayar Dengan Harga Premium)
Kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium (Willingness to pay
premium) untuk merek dapat diartikan kesediaan konsumen untuk membayar dengan uang
lebih untuk merek lebih dari nilai utilitarian (Netemeyer et al, 2004).
Dalam beberapa penelitian, konsumen bersedia membayar ekstra untuk merek yang
memiliki nilai simbolis (Johar dan Sirgy, 1991; Taman et al, 1986; Van Kempen, 2004; Wu
dan Hsing, 2006). Nilai simbolis mengacu pada manfaat konsumen yang dapat diterima
melalui kepemilikan atau konsumsi produk bermerek sebagai atribut yang diperlukan dan
dinilai. Atribut penilaian mungkin termasuk kualitas unggul, mahal, dapat dibanggakan,
eksklusivitas, standar keunggulan, asosiasi dengan kekayaan atau kesuksesan (O’cass dan
McEwan, 2004).
Sebuah merek sebagai fungsi status memiliki nilai simbolis untuk mengungkapkan
sinyal status dan karena itu akan mempengaruhi kesediaan konsumen untuk membayar
dengan harga premium. Dengan demikian :
H 4 : Status merek dari produk fashion berpengaruh terhadap kesediaan konsumen
untuk membayar dengan harga premium.
Seperti yang dibahas sebelumnya, sikap konsumen terhadap merek berasal dari
pengaruh yang didapat (perasaan), kognisi (keyakinan), atau pengalaman masa lalu (Assael.
2001; Haddock dan Huskinson, 2004).
Sikap terhadap merek dikonseptualisasikan sebagai evaluasi dari keseluruhan merek.
Konsumen yang memegang sikap positif terhadap merek harus bersedia membayar dengan
harga premium untuk merek tertentu. Dengan demikian :
82
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
H 5 : Sikap konsumen pada produk fashion berpengaruh terhadap kesediaan
konsumen untuk membayar dengan harga premium.
Kerangka Penelitian
Status
Merek
H4
H1
Keterlibatan
Konsumen
Kesediaan untuk
membayar dengan
harga premium
H3
H2
Sikap terhadap
merek
H5
Gambar 1. Kerangka Penelitian
Sumber : O’cass, Aron and Eric Choy. (2008)
Metodologi Penelitian
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen, variabel mediasi, dan
variabel dependen. Variabel independennya yaitu keterlibatan konsumen pada produk
fashion. Variabel mediasinya yaitu status merek dan sikap terhadap merek. Sedangkan
variabel dependennya yaitu kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium.
Indikator variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari pihak pertama. Pada penelitian ini dalam mengumpulkan data
menggunakan kuesioner. Kuesioner dibagikan secara langsung kepada remaja yang berusia
18-21 tahun di Yogyakarta. Kuesioner adalah pertanyaan formal secara konsisten terangkai
dan tertulis yang ditujukan untuk memperoleh informasi dari responden.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh remaja. Pengertian remaja dalam
penelitian ini adalah remaja akhir. Menurut Kartono (1990) Remaja akhir adalah remaja yang
sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup
yang digariskan sendiri dengan kebenariannya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu
berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya. Remaja akhir memiliki kisaran
83
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
usia yaitu 18-21 tahun. Keterwakilan populasi oleh sampel terlalu besar maka model menjadi
sangat sensitif sehingga sulit untuk mendapatkan goodness of fit yang baik. Untuk itu
disarankan ukuran sampel adalah 5-10 kali jumlah variabel manifest (indikator) dari
keseluruhan variabel laten (Agusty Ferdinand, 2006). Berdasarkan definisi operasional
variabel, jumlah indikatornya (item pertanyaan) penelitian ini adalah 18 indikator. Dengan
demikian jumlah sampel adalah : Sampel = 18 x 10 = 180. Jadi sampel minimal yang
digunakan dalam model penelitian ini adalah sebanyak 180 sampel.
Analisis Data dan Pembahasan
Penelitian ini melakukan penyebaran kuesioner sebanyak 180 orang yaitu kepada
remaja yang berusia 18-21 tahun di Yogyakarta, jumlah kuesioner yang tidak kembali atau
cacat berjumlah 0 dan jumlah kuesioner yang kembali 180. Karakteristik berdasarkan jenis
kelamin remaja berusia 18-21 tahun mayoritas adalah perempuan yaitu sebanyak 99 orang.
Berdasarkan umur mayoritas remaja berumur 21 tahun yaitu sebanyak 168 orang.
Berdasarkan pekerjaan mayoritas remaja yaitu mahasiswa sebanyak 167 orang. Berdasarkan
tingkat pendapatan mayoritas remaja berpendapatan lebih dari Rp. 2000.000 yaitu sebanyak
48 orang.
Analisis Deskriptif
Deskriptif terhadap Keterlibatan Konsumen
Hasil perhitungan nilai rata-rata pada variabel keterlibatan konsumen dapat
ditunjukkan pada Tabel II.
Tabel II: Penilaian Variabel Keterlibatan Konsumen
Item
Indikator
Mean
1
Saya melakukan keterlibatan tinggi ketika akan membeli
3.84
pakaian
2
Setiap tawaran iklan mengenai pakaian, saya cenderung
3,35
menanggapi untuk membelinya
3
Saya membuat keputusan pembelian ketika akan membeli
3,84
pakaian
4
Saya akan membeli kembali merek pakaian yang saya pilih
3,73
Mean total
3,69
Sumber : Data primer yang diolah, 2015
Kategori
Baik
Netral
Baik
Baik
Baik
84
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Deskriptif terhadap Status Merek
Hasil perhitungan nilai rata-rata pada variabel status merek dapat ditunjukkan pada
Tabel III.
Tabel III: Penilaian Variabel Status Merek
Indikator
Mean
Item
1
Saya membeli pakaian berdasarkan nilai prestise dari
3,69
merek pakaian
2
Saya membeli pakaian yang dapat meningkatkan status 3,51
sosial saya
3
Merek pakaian yang saya pilih dapat menggambarkan
3,24
simbol kekayaan bagi saya
4
Saya membeli pakaian yang hanya dimiliki oleh
3,26
kelompok konsumen tertentu
5
Merek pakaian yang saya pakai menggambarkan
3,58
identitas saya
Mean total
3,46
Sumber : Data primer yang diolah, 2015
Kategori
Baik
Baik
Netral
Netral
Baik
Baik
85
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Tabel I: Indikator Variabel
Variabel
Keterlibatan
Konsumen
Status Merek
Sikap
Terhadap
Merek
Definisi
Tingkat kepentingan pribadi yang
dirasakan dan atau minat yang
dibangkitkan oleh stimulus di dalam
situasi spesifik hingga jangkauan
kehadirannya,
konsumen
bertindak
dengan sengaja untuk meminimumkan
resiko dan memaksimumkan manfaat
yang diperoleh dari pembelian dan
pemakaian.
Persepsi konsumen terhadap kualitas,
prestise, harga, dan kemampuan merek
untuk bertindak sebagai status atau
simbol kesuksesan.
Indikator
Produk
Iklan
Keputusan Pembelian
Pemakaian Kembali
Nilai Prestise Dari
Merek
Dapat Meningkatkan
Status Sosial
Simbol Kekayaan
Hanya dimiliki Oleh
Kelompok Konsumen
Tertentu
Menggambarkan
Identitas Pemilik
Evaluasi keseluruhan tentang merek yang Suka
dilakukan
oleh
konsumen
dan
merefleksikan respon konsumen terhadap Positif
merek tersebut.
Menguntungkan
Baik
Pernyataan
Referensi
Saya melakukan keterlibatan tinggi ketika
akan membeli pakaian
Setiap tawaran iklan mengenai pakaian,
saya cenderung menanggapi untuk
O’cass
membelinya
(2000)
Saya membuat keputusan pembelian ketika
akan membeli pakaian
Saya akan membeli kembali merek
pakaian yang saya pilih
Saya membeli pakaian berdasarkan nilai
prestise dari merek pakaian
Saya membeli pakaian yang dapat
meningkatkan status sosial saya
Elliot (1994)
Merek pakaian yang saya pilih dapat
O’cass dan
menggambarkan simbol kekayaan bagi
Frost (2002)
saya
Vigneron
Saya membeli pakaian yang hanya dimiliki dan Johnson
(1999,2004)
oleh kelompok konsumen tertentu
Merek pakaian yang saya pakai
menggambarkan identitas saya
Saya sangat menyukai merek pakaian yang
saya pakai
Saya menilai positif merek pakaian yang
saya pilih
Merek pakaian yang saya pakai sangat
menguntungkan bagi saya
Saya menilai baik merek pakaian yang
saya pilih
Chang dan
Thorson
(2004)
Escalas
(2004)
Miniard et
al (1991)
Myers
86
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
(1967:hal
75)
Park dan
Young
(1986:hal
16)
Kesediaan
Konsumen
Untuk
Membayar
Dengan Harga
Premium
Kesediaan konsumen untuk membayar Kualitas yang unggul
dengan uang lebih untuk merek lebih dari
nilai utilitarian.
Mahal
Dapat dibanggakan
Standar mutu yang
baik
Asosiasi dengan
kesuksesan
Saya bersedia membayar lebih untuk
merek pakaian yang mempunyai kualitas
yang unggul
Saya bersedia membayar mahal untuk
merek pakaian yang saya pilih
Saya bersedia membayar lebih untuk
merek pakaian yang saya pilih karena
dapat membuat saya bangga
Saya bersedia membayar lebih untuk
merek pakaian yang mempunyai standar
mutu yang baik
Saya bersedia membayar lebih untuk
merek pakaian karena menggambarkan
kesuksesan saya
O’cass dan
Mcewan
(2004)
87
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Deskriptif terhadap Sikap Terhadap Merek
Hasil perhitungan nilai rata-rata pada variabel sikap terhadap merek dapat ditunjukkan
pada Tabel IV :
Tabel IV: Penilaian Variabel Sikap Terhadap Merek
Item
Indikator
Mean
1
Saya sangat menyukai merek pakaian yang saya pakai
3,76
2
Saya menilai positif merek pakaian yang saya pilih
3,93
3
Merek pakaian yang saya pakai sangat menguntungkan
3,62
bagi saya
4
Saya menilai baik merek pakaian yang saya pilih
3,67
Mean total
3,74
Sumber : Data Primer yang diolah, 2015
Kategori
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Deskriptif terhadap Kesediaan Untuk Membayar Dengan Harga Premium
Hasil perhitungan nilai rata-rata pada variabel kesediaan untuk membayar dengan
harga premium dapat ditunjukkan pada Tabel V.
Tabel V: Penilaian Variabel Kesediaan Untuk Membayar Dengan Harga Premium
Item
Indikator
Mean
Kategori
1
Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian
3,72
Baik
yang mempunyai kualitas yang unggul
2
Saya bersedia membayar mahal untuk merek pakaian
3,64
Baik
yang saya pilih
3
Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian
3,47
Baik
yang saya pilih karena dapat membuat saya bangga
4
Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian
3,89
Baik
yang mempunyai standar mutu yang baik
5
Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian
3,42
Baik
karena menggambarkan kesuksesan saya
Mean Total
3,63
Baik
Sumber : Data primer yang diolah, 2015
Analisis SEM (Structural Equation Model)
Analisis SEM (Structural Equation Model) yaitu sekumpulan teknik-teknik statistikal
yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara
simultan. Analisis ini dipilih untuk mengetahui pengaruh secara bertahap yaitu pengaruh
keterlibatan konsumen pada produk fashion terhadap status merek dan sikap terhadap merek,
menganalisis pengaruh status merek terhadap sikap terhadap merek dan kesediaan konsumen
untuk membayar dengan harga premium serta menjelaskan pengaruh sikap terhadap merek
terhadap kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium.
Untuk melakukan analisis data dengan metode SEM diperlukan tahap-tahap pengujian
yaitu :
88
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Langkah 1 : Pengembangan Model Berdasarkan Teori
Penelitian ini mengenai model pengaruh keterlibatan konsumen pada produk fashion
terhadap kesediaan membayar dengan harga premium melalui status merek dan sikap
terhadap merek.
Langkah 2 : Menyusun Diagram Alur (path Diagram)
Dalam penelitian Konstruk-konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu konstruk eksogen terdiri dari variabel keterlibatan konsumen
pada produk fashion dan konstruk endogen adalah kesediaan membayar dengan harga
premium melalui status merek dan sikap terhadap merek. Diagram alur pada penelitian ini
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2. Diagram Alur
Persamaan yang diperoleh dari diagram alur diatas yaitu :
SM = 0,578 KK
BA = 0,449 KK + 0,525 SM
KM = 0,370 SM + 0,548 BA
Langkah 3 : Memilih Matriks Input dan Teknik Estimasi
Matriks kovarian digunakan karena SEM memiliki keunggulan dalam menyajikan
perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda atau sampel yang berbeda, yang tidak
dapat disajikan oleh korelasi. Adapun matrik kovarians dapat ditunjukkan pada Tabel VI :
89
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Tabel VI: Sampel Covariance Estimate
KM KM KM KM KM
BA1
5
4
3
2
1
KM5 .966
KM4 .319 .688
KM3 .634 .364 .827
KM2 .319 .288 .426 .797
KM1 .367 .380 .415 .461 .845
BA1 .284 .218 .263 .214 .234 .582
BA2 .225 .148 .201 .135 .147 .233
BA3 .340 .207 .381 .234 .205 .203
BA4 .172 .186 .227 .087 .203 .138
BS5 .559 .348 .552 .344 .334 .334
BS4 .542 .356 .557 .265 .299 .255
BS3 .608 .288 .568 .410 .335 .342
BS2 .559 .267 .517 .299 .329 .321
BS1 .504 .327 .486 .254 .291 .281
KK1 .216 .116 .212 .233 .185 .124
KK2 .269 .150 .274 .215 .158 .117
KK3 .174 .199 .193 .258 .250 .128
KK4 .290 .204 .348 .265 .231 .175
Sumber : Data primer yang diolah, 2015
BA2 BA3
BA4 BS5
.489
.195
.187
.281
.213
.162
.209
.228
.078
.175
.133
.147
.487
.219
.239
.258
.227
.231
.055
.154
.119
.168
.625
.197
.324
.381
.327
.349
.364
.146
.223
.166
.281
BS4
BS3
BS2
BS1
KK1
KK2
KK3
KK4
.965
.701 1.201
.802 .793 1.318
.611 .687 .849
.509 .624 .676
.130 .168 .171
.335 .388 .448
.194 .136 .167
.283 .340 .287
1.039
.680
.212
.323
.187
.307
.970
.229
.376
.222
.339
.631
.182
.230
.247
.650
.168
.293
.635
.263
.573
Langkah selanjutnya setelah menyusun sampel kovarian sebagai mana tampak pada tabel diatas adalah menentukan teknik estimasi.
Teknik estimasi yang akan digunakan adalah maximum likehood method karena jumlah sampel yang digunakan berkisar antara 100 – 200.
Teknik ini dilakukan secara bertahap yakni estimasi measurement model dengan teknik confimatory factor analysis dan structural equation
model, yang dimaksudkan untuk melihat kesesuaian model dan hubungan kausalitas yang dibangun. Hasil confirmatory factor analysis dan
Structural Equation Model dapat ditunjukkan pada Tabel VII .
90
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Tabel VII: Confirmatory Factor Analisis dan SEM
Estimate
Status_Merek
<---
Keterlibatan_Konsumen
.578
Sikap_Merek
<---
Keterlibatan_Konsumen
.449
Sikap_Merek
<---
Status_Merek
.525
Kesediaan_Membayar
<---
Sikap_Merek
.548
Kesediaan_Membayar
<---
Status_Merek
.370
KK4
<---
Keterlibatan_Konsumen
.845
KK3
<---
Keterlibatan_Konsumen
.515
KK2
<---
Keterlibatan_Konsumen
.574
KK1
<---
Keterlibatan_Konsumen
.503
BS1
<---
Status_Merek
.793
BS2
<---
Status_Merek
.826
BS3
<---
Status_Merek
.791
BS4
<---
Status_Merek
.749
BS5
<---
Status_Merek
.871
BA4
<---
Sikap_Merek
.514
BA3
<---
Sikap_Merek
.686
BA2
<---
Sikap_Merek
.501
BA1
<---
Sikap_Merek
.538
KM1
<---
Kesediaan_Membayar
.559
KM2
<---
Kesediaan_Membayar
.559
KM3
<---
Kesediaan_Membayar
.894
KM4
<---
Kesediaan_Membayar
.557
KM5
<--- Kesediaan_Membayar
Sumber : Data primer yang diolah, 2015
.778
Hasil confirmatory factor analysis ditunjukkan dari estimasi pada indikator KK4
sampai dengan KM5, dimana seluruh loading faktor memiliki angka diatas 0,5, sehingga
seluruh indikator secara signifikan secara faktor.
Sementara hasil Structural Equation Model yang menguji model hipotesis ditunjukkan
pada nilai estimasi masing-masing hubungan causalitas antar construk dengan nilai kisaran
atara 0,370 – 0,578.
Langkah 4 : Menilai Problem Identifikasi
Langkah ini dilakukan dengan modifiasi model seperti tertera dalam Tabel VIII :
91
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Tabel VIII: Hasil Modifikasi Model
M.I.
Par Change
e15
<-->
e18
6.278
-.086
e10
<-->
z1
5.153
.071
13
<-->
e18
5.301
-.070
13
<-->
e11
8.578
.076
e7
<-->
e15
5.693
.078
e2
<-->
e10
4.876
-.067
Sumber : Data primer yang diolah, 2015
Pada kovarian e13 dengan e11 diperoleh M.I sebesar 8,578, maka dengan
menambahkan kovarian pada gambar model, akan menurunkan Chi Square sebesar 8,578.
Dengan langkah ini diharapkan model yang kurang baik dapat diperbaiki dengan modifikasi
model ini.
Langkah 5 : Evaluasi Goodness Of Fit
Berikut ini goodness of fit index yang dihasilkan setelah pengujian :
Tabel IX: Goodness Of Fit Index
Goodness of Fit Index
Cut Off Value
Hasil
Likelihood Chi Square
143,24
132,928
Probability
≥0,05
0,149
CMIN/DF
≤3
1,136
RMSEA
≤0,08
0,028
GFI
>0,9
0,927
AGFI
>0,9
0,894
TLI
≥0,9
0,986
CFI
>0.9
0,989
Sumber : Data primer yang dioleh, 2015
Kriteria
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Marginal
Baik
Baik
Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa semua konstruk yang digunakan untuk
membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis full model SEM memenuhi kriteria
goodness of fit yang telah ditetapkan. Ukuran goodness of fit yang menunjukkan kondisi yang
fit hal ini disebabkan oleh angka Chi-square sebesar 132,928 yang lebih kecil dari cut-off
value (Chi Square Tabel dengan DF=117) yang ditetapkan (143,24) dengan nilai probability
0,149 atau diatas 0,05, nilai ini menunjukkan tidak adanya perbedaan antara matriks kovarian
sample dengan matriks kovarian populasi yang diestimasi. Ukuran goodness of fit lain juga
menunjukkan pada kondisi yang baik yaitu TLI (0,986>0,9); CFI (0,989>0,9); CMIN/DF
(1,136<3); RMSEA (0,028<0,08); GFI (0,927>0,9) telah memenuhi kriteria goodness of fit,
dan hanya parameter AGFI sebesar 0,894<0,9, termasuk dalam kriteria marginal .
Langkah 6 : Interprestasi dan Modifikasi Model
Hipotesis penelitian dilakukan uji satu sisi, karena hubungan antar variabel
independen dengan variabel dependen dihipotesiskan berpengaruh positif. Untuk mengetahui
apakah hipotesis didukung oleh data atau tidak, maka nilai probabilitas dari Critical Ratio
(C.R) dibandingkan dengan α = 5%. Apabila Stdanardized Koefisien parameter bernilai
92
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
positif dan nilai probabilitas dari Critical Ratio (C.R) kurang dari α= 5%, maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis penelitian didukung oleh data (terbukti secara signifikan).
Hasil pengujian terhadap model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Hasil Model Penelitian
Hasil uji hipotesis yang merupakan uji hubungan kausalitas dari masing-masing
variabel penelitian sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel X: Hasil Estimasi dengan Model AMOS
Standard
Sig (pHipotesis
Hubungan Antara Variabel
Koefisien
value)
Keterlibatan konsumen pada
H1
produk fashion Status merek
0.578
0.000
Keterlibatan konsumen pada produk
H2
fashion Sikap terhadap merek
0.449
0.000
Status merek Sikap terhadap
H3
merek
0.525
0.000
Status merek
Kesediaan untuk
H4
membayar dengan harga premium
0.370
0.006
Sikap terhadap merek Kesediaan
untuk membayar dengan harga
H5
premium
0.548
0.001
Sumber : Data primer yang diolah, 2015
Keterangan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Hasil pengujian SEM diketahui bahwa koefisien jalur keterlibatan konsumen terhadap
status merek dari produk fashion adalah sebesar 0,578. Hasil uji signifikannya menemukan
bahwa nilai probabilitas sebesar 0,000<0,05, berarti keterlibatan konsumen berpengaruh
positif dan signifikan terhadap status dari produk fashion.
Berdasarkan model persamaan tersebut maka dapat jelaskan bahwa koefisien jalur
keterlibatan konsumen terhadap sikap konsumen terhadap merek adalah sebesar 0,449. Hasil
93
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
uji signifikannya menemukan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,000<0,05, berarti
keterlibatan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap konsumen terhadap
merek.
Hasil koefisien jalur status merek dari produk fashion terhadap sikap konsumen
terhadap merek adalah sebesar 0.525. Hasil uji signifikanya menemukan bahwa nilai
probabilitas sebesar 0,000<0,05, berarti status merek dari produk fashion berpengaruh positif
dan signifikan terhadap sikap konsumen terhadap merek.
Hasil koefisien jalur status merek dari produk fashion terhadap kesediaan untuk
membayar dengan harga premium adalah sebesar 0,370. Hasil uji signifikanya menemukan
bahwa nilai probabilitas sebesar 0,006<0,05, berarti status merek dari produk fashion
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga
premium.
Hasil koefisien jalur sikap konsumen terhadap merek terhadap kesediaan untuk
membayar dengan harga premium adalah sebesar 0,548. Hasil uji signifikanya menemukan
bahwa nilai probabilitas sebesar 0,001<0,05, berarti sikap konsumen terhadap merek
berpengaruh signifikan terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium.
Tabel XI: Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, dan Pengaruh Total
Pengaruh Tidak
Pengaruh Langsung
Langsung
Pengaruh Total
BS
BA
KM
BS
BA
KM
BS
BA
KM
KK
0.578 0.449
0.000
0.304
0.626
0.578
0.753
0.626
BS
0.525
0.370
0.287
0.525
0.657
BA
0.548
0.548
Sumber : Data primer yang diolah, 2015
Ket : KK: Keterlibatan konsumen; BS: Brand Status; BA: Brand Attitute ; KM: Kesediaan
untuk membayar dengan harga premium
Berdasarkan Tabel X tentang pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan
pengaruh total dapat diketahui bahwa:
Pengaruh langsung
Pengaruh tidak langsung
: KK
: KK
BA : 0,449
BA : 0,304
Dengan demikian dapat diketahui bahwa pengaruh langsung dengan pengaruh tidak
langsung keterlibatan konsumen terhadap sikap konsumen terhadap merek menunjukkan
bahwa pengaruh langsung lebih tinggi dibandingkan pengaruh tidak langsung. Ini dibuktikan
dengan besarnya pengaruh langsung sebesar 0,449, sedangkan pengaruh tidak langsung
sebesar 0,304.
Kemudian pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung status merek terhadap
kesediaan untuk membayar dengan harga premium menunjukkan bahwa pengaruh langsung
lebih tinggi dibandingkan pengaruh tidak langsung. Ini dibuktikan dengan besarnya pengaruh
langsung sebesar 0,370, sedangkan pengaruh tidak langsung sebesar 0,287.
94
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Penutup
Kesimpulan
Terdapat pengaruh positif dan signifikan keterlibatan konsumen terhadap status merek
dan sikap konsumen terhadap merek. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat keterlibatan
konsumen maka status merek yang dirasakan dan sikap konsumen pada produk fashion
semakin meningkat.
Kemudian terdapat juga pengaruh positif dan signifikan status merek dan sikap
konsumen terhadap merek terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium. Hal
ini berarti semakin tinggi status merek yang dirasakan dan sikap konsumen maka kesediaan
konsumen untuk membayar dengan harga premium semakin meningkat.
Saran
Produsen pakaian bermerek harus mampu membentuk image atau citra di masyarakat
bahwa merek produk fashion merupakan merek produk pakaian yang berkelas, memiliki
kualitas bagus dan harga yang cenderung mahal, sehingga mampu meningkatkan citra diri
dari pemakainya dan yang mempunyai merek produk fashion tersebut dapat menjadikan
simbol kekayaan bagi dirinya.
Daftar Pustaka
Aaker, David A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a Brand Name.
New York. The Free Press. 1996, Building Strong Brands. New York. The Free Press.
Assael, H. (2001), Consumer Behavior and Marketing Action, Singapore :Thomson Learning
Del Rı´o, A.B., Va´zquez, R. and Iglesias, V. (2001), The Role of The Brand Name in
Obtaining Differential Advantages. Journal of Product & Brand Management, 10 (7),
pp: 452-65.
Elliott, R. (1994), Exploring The Symbolic Meaning of Brands. British Journal of
Management, 5 (2), pp: S13-S19.
Ferdinand, Augusty. (2006), Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen,
Edisi 4, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haddock, G. and Maio, G.R. (2004), Introduction and Overview. in Haddock, G. and Maio,
G.R. (Eds), Contemporary Perspectives on The Psychology of Attitudes, Psychology
Press, Hove.
Johar, J.S. and Sirgy, M.J. (1991), Value-Expressive Versus Utilitarian Advertising Appeals:
When and Why To Use Which Appeal. Journal of Advertising, 20 (3), pp: 23-33.
Mittal, B. (1989), Measuring Purchase-Decision Involvement. Psychology and Marketing, 6
(2), pp: 147-62.
95
Dani Rizqi Rakhman
Budi Astuti
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Netemeyer, R.G., Krishnan, B., Pullig, C., Wang, G.P., Yagci, M., Dean, D., Ricks, J. And
Wirth, F. (2004), Developing and Validating Measures of Facets of Customer-Based
Brand Equity. Journal of Business Research, 57 (2), pp: 209-14.
O’cass, Aron and Eric Choy. (2008), Studying Chinese Generation Y Consumers
Involvement in Fashion Clothing and Perceived Brand Status, Journal of Product and
Brand Management, Vol.17, No. 5, 341-352.
O’Cass, A. (2000), An Assessment of Consumers Product, Purchase Decision, Advertising
and Consumption Involvement in Fashion Clothing. Journal of Economic Psychology,
21, pp: 545-76.
O’Cass, A. and Frost, H. (2002), Status Brands: Examining The Effects of Non-productRelated Brand Associations on Status and Conspicuous Consumption. The Journal of
Product & Brand Management, 11 (2), pp: 67-86.
O’Cass, A. and McEwen, H. (2004), “Exploring Consumer Status and Conspicuous
Consumption”, Journal of Consumer Behaviour, Vol. 4 No. 1, pp. 25-39.
Slama, M.E. and Tashchian, A. (1985), Selected Socioeconomic and Demographic
Characteristics Associated With Purchasing Involvement. Journal of Marketing, 49
(4), pp: 72-82.
Van Kempen, L. (2004), Are The Poor Willing To Pay a Premium For Designer Labels? A
Field Experiment in Bolivia. Oxford Development Studies, 32 (2), pp: 205-24.
Vigneron, F. and Johnson, L.W. (2004), Measuring Perceptions of Brand Luxury. The
Journal of Brand Management, 11 (6), pp: 484-506.
Wu, C. and Hsing, S.S. (2006), Less Is More: How Scarcity Influences Consumers’ Value
Perceptions and Purchase Intents Through Mediating Variables. Journal of American
Academy of Business, 9 (2), pp: 125-32.
96
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PEMEGANGAN KAS
DIPERUSAHAAN
Ajeng Andriani Hapsari
Fakultas Bisnis dan Manajemen
UNIVERSITAS WIDYATAMA
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beberapa faktor pemegangan kas Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2009-2013. Penelitian ini merupakan penelitian yang
bertipe deskriptif dan verifikatif dengan teknik purposive sampel. Metode pengumpulan
data menggunakan model data panel. Hasil yang diperoleh adalah ukuran perusahaan,
growth opportunity, cash flow dan capital expenditure berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan pada pemegangan kas perusahaan. Sementara itu, leverage dan dividen
berpengaruh negative dan tidak signifikan pada pemegangan kas perusahaan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa net working capital dan return on asset yang berpengaruh positif
dan signifikan pada pemegangan kas perusahaan.
Kata Kunci : Cash Holding, BUMN, Data Panel,Purposive Sample
Pendahuluan
Beberapa tahun terakhir ini, cash holding menjadi perhatian bagi beberapa peneliti.
Menurut Teruel et. al., (2009) Cash holding merupakan rasio kas dan setara kas dibagi
dengan aktiva bersih atau merupakan uang tunai yang yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas operasional sehari-hari serta dapat pula digunakan untuk beberapa hal
yaitu dibagikan kepada para pemegang saham (shareholder) sebagai dividen kas, membeli
saham pada saat diperlukan dan untuk keperluan mendadak lainnya
Perusahaan memegang kas sebagai senjata untuk mendapatkan kesempatan
berinvestasi dimasa depan ketika peminjaman dana di capital market sangat costly (mahal
dan merugikan) (Damodaran, 2005). Bagi perusahaan yang memiliki pendapatan yang
rendah tetapi mempunyai tingkat utang yang tinggi akan sangat rawan terhadap risiko
tentunya akan memilih kas sebagai salah satu upaya bertahan. Menurut Keynes (1936)
terdapat tiga motif dalam memiliki kas. Yang pertama motif transaksi, yaitu ketika kas
disiapkan oleh perusahaan untuk membayar berbagai transaksi bisnisnya. Kedua motif
berjaga-jaga, yang dimaksud disini adalah mempertahankan saldo kas yang akan digunakan
untuk memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak terduga. Dan yang ketiga, motif
spekulasi yang dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan dengan mempunyai ataupun
memiliki kas kedalam bentuk investasi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Mulligan (1997)
bahwa motif transaksi ini berdasaran aktivitas perusahaan, teknologi yang digunakan dan
opportunity cost atau biaya peluang yang timbul karena memilih sebuah kegiatan bisnis
tertentu dibanding kegiatan bisnis yang lain.
Di Indonesia, perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bisa dibedakan dari
kepemilikan penanaman modalnya. Dari 505 perusahaan yang sudah listing di Bursa Efek
Indonesia, 20 perusahaan merupakan perusahaan yang modalnya dimiliki oleh Warga
97
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Negara Indonesia atau Perseroan BUMN yang telah Go Public yaitu sebagian modalnya
telah dimiliki Publik dengan jalan membeli jalan lewat pasar modal (Capital Market)
melalui bursa-bursa saham yang pernyertaannya secara langsung berasal dari Kekayaan
Negara sehingga harus sangat hati-hati sekali didalam pengelolaannya. Keseluruhan total
BUMN yang ada di Indonesia ada 142 perusahaan dan hanya 20 perusahaan yang menyetor
dividen ke kas Negara (Sumber: financial.bisnis.com).
Total kapitalisasi saham per 28 November 2014 yang ada di Bursa Efek Indonesia
adalah sebesar Rp. 5.139.705.412.088.700,- dari data tersebut sebanyak 26.206% atau
sebesar Rp. 1.346.928.644.234.090 dimiliki oleh perusahaan BUMN dengan saham tercatat
sebanyak 316.138.719.250. Walaupun kepemilikan pemerintah hanya sebesar 0,0396% dari
total jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa efek, tetapi kapitalisasi pasarnya bisa
mencapai 26,206% naik dari tahun sebelumnya per Desember 2013 yang hanya mencapai
Rp. 68,45 trilliun atau sebesar 22,95% atau mengalami kenaikan sebesar 3,256% dari tahun
sebelumnya.
Dikarenakan sebagai perusahaan BUMN yang merupakan sebuah perusahaan
dengan ukuran besar, umumnya tidak akan mengeluarkan biaya sewaktu-waktu (arbittarily)
sepanjang tahun. Karena capex merupakan alokasi yang direncanakan (dalam budget) untuk
pembelian/perbaikan/pernggantian segala sesuatu yang dikategorikan sebagai asset
perusahaan secara akuntansi. Tidak semua perusahaan menggunakan Capital Expenditure
hanya perusahaan yang memiliki basis konsumen jangka panjang maupun jangka pendek
(yang stabil) serta menggunakan modal dalam jumlah besar.
Bagi perusahaan BUMN yang merupakan badan usaha yang bergerak hampir
diseluruh aspek ekonomi tidak terkecuali menghadapi risiko yang sama dalam persaingan
global ini untuk turut meningkatkan asset yang likuid seperti kas. Beberapa BUMN
menggunakan jasa perbankan dengan menggunakan cash management. Salah satu motif
transaksi ini adalah menjelaskan bahwa perusahaan memegang asset likuid dengan tujuan
menghemat biaya konversi ke dalam bentuk kas. Sehingga bila terjadi kebutuhan darurat,
perusahaan dapat dengan segera memenuhinya. Kas juga dikumpulkan untuk tujuan
strategis sehingga perusahaan dapat dengan cepat menyebarkan dana untuk lebih dahulu
memulai kompetisi (Baskin, 1987) dan juga untuk menghindari risiko predator pada
industry yang terkonsentrasi.
Melihat fenomena yang terdapat pada latar belakang penelitian, akan sangat menarik
jika dapat menemukan jawaban empiris factor-faktor apa saja yang mempengaruhi
Corporate Cash Holding didalam perusahaan BUMN.
Kajian Pustaka
Menurut Weygant et al. (2007) kas, merupakan bagian dari asset lancar yang paling
likuid dan tidak membutuhkan waktu konversi dan batasan waktu untuk digunakan. Ada
empat hal yang biasanya menjadi perusahaan dalam memegang kas, yakni: 1. Motif
Transaksi, 2. Motif berjaga-jaga, 3. Motif Pajak, 4. Motif Agensi. Baumol (1952) serta
Miller dan Orr (1966) didalam penelitiannya menyatakan bahwa jumlah permintaan kas
yang optimal memperhitungkan biaya transaksi konversi asset non finansial menjadi kas
untuk pembayaran. Opler, Pinkowitz, Stulz dan Williamson (1999) memaparkan bahwa
perusahaan dengan arus kas beresiko dan tidak memiliki pendanaan eksternal akan
cenderung memegang kas dalam jumlah besar untuk berjaga-jaga.
98
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Trade Off Theory
Teori trade off merupakan teori yang mengemukakan bahwa perusahaan akan
memaksimalkan nilai perusahaan berdasarkan pertimbangan akan biaya dan keuntungan
dari memegang kas. Seperti yang dituliskan dalam Kim et al, 1998; Opler et al, 1997;
Bruinshoofd and Kool, 2002 bahwa manajer akan menentukan tingkat pemegangan kas
yang optimum dengan mempertimbangkan antara benefit dan cost dari pemegangan kas.
Pecking Order Theory
Teori Pecking Order mengemukakan adanya urutan atau hierarki sumber dana
dalam pembuatan keputusan pembiayaan perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa ada
hierarki bagi perusahaan dalam melakukan pembiayaan atas proyeknya. Perusahaan
memiliki preferensi untuk menggunakan pembiayaan internal dibandngkan dengan
pembiayaan dari luar perusahaan (debt dan equity). Jika pembiayaan dari luar dibutuhkan
untuk mendanai proyek, maka terlebih dahulu akan dipilih instrument pembiayaan hutang
yang paling aman (low risk debt), kemudian instrument hutang yang memiliki risiko yang
lebih tinggi (high risk debt) dan pembiayaan ekuitas sebagai opsi terakhir karena memiliki
biaya (cost of capital) yang paling besar dibandingkan dengan ketiga opsi sebelumnya.
Keberadaan Asymmetric Information diantara manajer/perusahaan dan investor (Principal &
Agent) membuat pembiayaan eksternal, terutama pembiayaan ekuitas mempunyai biaya
yang lebih besar.
Signalling Theory
Teori ini dikembangkan oleh Ross (1977) dan peneliti lain dari struktur modal
perusahaan berdasarkan asymmetric information antara well-informed manager dan poorlyinformed shareholders (Meggison, 1997). Pada model ini, pimpinan dari perusahaan yang
memiliki prospek yang baik akan menginformasikan keadaan perusahaannya kepada
investor dengan harapan nilai harga sahammnya meningkat. Akan tetapi, dengan adanya
assymetric information, pimpinan tidak langsung percaya begitu saja karena pimpinan
memiliki insentif akan pengumuman informasi atau proyek investasi tersebut. Selain itu,
pimpinan perusahaan lain yang mempunyai prospek perusahaan yang buruk juga memiliki
kesempatan yang sama untuk berbuat demikian agar nilai atau harga sahamnya naik. Oleh
karena adanya ambiguitas akan kebenaran informasi tersebut, para investor cenderung
memberikan nilai atau harga yang relative rendah pada semua perusahaan, termasuk
perusahaan yang memiliki prospek yang bagus.
Teori Agensi (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika
satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa
dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut
(Jensen dan Meckling, 1976). Principal adalah pemegang saham, sedangkan yang dimaksud
dengan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan.
99
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Free Cash Flow Theory
Free cash flow didefinisikan sebagai kelebihan kas dari yang dibutuhkan oleh
perusahaan untuk mendananai proyek-proyek yang memiliki Net Present value positif dan
tidak dibayarkan dalam bentuk dividen. Agency Cost of Free Cash Flow terjadi karena
adanya perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan pihak pemegang saham.
Dimana para pemegang saham (Principal) menginginkan kelebihan kas tersebut untuk
didistribusikan dalam bentuk dividen, sementara pihak manajemen (agent) lebih
menginginkan untuk menahan kas bebas tersebut untuk keperluan pendanaan proyek-proyek
sesuai dengan pecking order theory, dimana manajemen lebih mangutamakan untuk
menggunakan pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal.
Risk-Reduction Theory
Manajer perusahaan yang risk averse, akan meningkatkan cash holding mereka
untuk mengurangi eksposur risiko. Liu dan Mauer (2010) mengungkapkan pada
penelitiannya tentang Bondholder dan Cost of external financing bahwa ketika risiko
meningkat, bondholder akan mensyaratkan peningkatan cadangan kas perusahaan untuk
menghindari risiko.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode
verifikatif. Dengan data sekunder yang didapat dari studi pustaka dan studi lapangan.
Dengan purposive sampling yang merupakan salah satu metode non probability sampling
perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 dengan menggunakan metode
data panel.
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel
Definisi Operasional
Pengukuran
Variabel
Dependent Variable
Kas ditangan atau tersedia
Corporate
untuk diinvestasikan pada asset
Cash Holding
fisik dan untuk dibagikan
(CH)
kepada investor
Independent Variable
Dengan adanya ukuran
perusahaan, diharapkan dapat
menunjukan besar kecilnya
Firm Size
suatu perusahaan dengan
(SIZE)
melihat dari besarnya total
asset.
Cash Flow
(CF)
Arus kas masuk operasi
dengan pengeluaran yang
dibutuhkan untuk
mempertahankan arus kas v
Skala
Cash & cash
equivalents/(Book value of
assets – cash and
equivalents)
Rasio
Ln Total Assets
Rasio
Cash flow from
operations/total assets
Rasio
100
Ajeng Andriani Hapsari
Merupakan perbagian antara
Net Working
asset lancar dan kewajiban
Capital (NWC)
lancar dengan total asset
Leverage
(LEV)
Capital
Expenditure
(CAPEX)
Menunjukan penggunaan
hutang dalam rangka
pembiayaan perusahaan yang
berasal dari luar.
Sering dikenal juga dengan
nama belanja modal yang
merupakan pengeluaran
perusahaan untuk
mendapatkan asset tetap.
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
(Current Assets - Current
Liabilities)/Total Assets
Rasio
Total Debt/Total Assets
Rasio
Additions Fixed Asset/total
Asset
Rasio
Rasio
Market To
Book (MTB)
Merupakan kesempatan
bertumbuh perusahaan (growth
opportunity)
(Book value of Assets Book value of
Equity+Market value of
Equity)/Book Value of
Assets
Return on
Asset (ROA)
Merupakan atribut dari
Profitabilitas, diproksikan
dengan mengukur S
kemampuan manajemen dalam
menghasilkan pendapatan dari
pengelolaan asset (Kashmir,
2003)
Measured as ratio of
Operating Profit / Net total
Assets
Rasio
Bernilai 1 jika perusahaan
membayar dividen dan 0 jika
perusahaan tidak membayar
dividen
Rasio
Dividen (DIV)
Besaran laba akan dikelola
untuk menjadi hak para
pemegang saham.
Sumber dan Cara Penentuan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan
data yang diterbitkan dan digunakan oleh organisasi. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode dokumentasi dengan mengumpulkan data yang sesuai dengan
keperluan penelitian dari sumber data sekunder yang tersedia, baik dengan metode studi
pustaka dan juga dengan studi lapangan.
Populasi dan sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling yaitu salah satu
teknik Non Probability Sampling. Melalui teknik Purposive Sampling, maka proses
pemilihan sampel didalam penelitian ini digambarkan pada tabel sebagai berikut:
101
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Table 2. Proses Penentuan Sampel
Kriteria
Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI
Perusahaan BUMN yang baru terdaftar di BEI periode
2009-2013, antara lain:
1. PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk,
tanggal IPO 09 Februari 2010
2. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk,
tanggal IPO 10 November 2010
3. PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk,
Tanggal IPO 11 Februari 2011
4. PT. Waskita Karya (Persero) Tbk,
Tanggal IPO 19 Desember 2012
5. PT. Semen Batu Raja (Persero) Tbk,
Tanggal IPO 29 September 2013
Bukan perusahaan yang bergerak dalam sektor Keuangan,
baik Perbankan maupun Non perbankan.
Terdapat 4 bank BUMN yang terdaftar di BEI diantaranya
Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, dan bank Mandiri
Jumlah
Perusahaan
20
(5)
(4)
11
Metode Pengumpulan Data
Data sekunder yang dikumpulkan berupa data publikasi laporan keuangan
perusahaaan dan Annual Report perusahaan BUMN yang menjadi sampel penelitian periode
tahun 2009-2013. Sesuai karakteristiknya, data variabel yang digunakan pada penelitian ini
merupakan data gabungan dari Cross Section dan Time Series yaitu Pooled Data (Data
Panel).
Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Corporate Cash Holding
(CH) pada perusahaan BUMN periode tahun 2009-2013 pada penelitian ini digunakan
model penelitian Regresi berganda (multiple regression) untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka akan
dilakukan regresi terhadap variabel dependen dan variable independen dengan model regresi
sebagai berikut:
CHi,t = α + β1SIZEi,t + β2MTBi,t + β3CFi,t + β4NWCi,t + β5LEVi,t + β6CAPEXi,t
+ β7ROAi,t + β8DIVi,t + ε………………………………..(1)
Keterangan:
CHi,t
α
= Corporate Cash Holding perusahaan i pada periode t
= Koefisien konstanta
102
Ajeng Andriani Hapsari
β1-9
SIZEi,t
MTBi,t
CFi,t
NWCi,t
LEVi,t
CAPEXi,t
ROAi,t
DIVi,t
ε
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
= Koefisien regresi variabel
= Logaritma Natural ukuran Perusahaan i pada periode t
= Market to Book Ratio perusahaan i pada periode t
= Cash Flow (aliran kas) perusahaan i pada periode t
= Net Working Capital perusahaan i pada periode t
= Leverage (tingkat utang) perusahaan i pada periode t
= Capital Expenditure perusahaan i pada periode t
= Return on Assets perusahaan i pada periode t
= Dummy Variabel Dividen perusahaan i pada periode t
= error
Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran umum sampel
penelitian yang telah dikumpulkan dalam kondisi sebenarnya tanpa maksud membuat
kesimpulan yang berlaku umum dan geralisasi. Statistik deskriptif memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2011).
Uji Normalitas
Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui
uji t hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan terdistribusi dengan normal. Ada 2
metode untuk uji normalitas yaitu:
1. Histogram Residual
2. Uji Jarque-Bera
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis terhadap penelitian ditinjau dari Goodness of Fit-nya. Dari segi
statistik, Goodness of Fit bisa ditinjau dari koefisien determinasi (R2), uji variabel penjelas
secara individual (t-statistik) dan uji variabel penjelas secara bersama-sama (F-statistik).
Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas dapat menjelaskan
variabel terikat dalam persamaan/model yang akan diteliti. Bila nilai R2 =0, artinya variasi
dari variabel terikat tidak dapat diterangkan sama sekali oleh variabel bebas. Sementara
apabila R2 = 1, artinya variasi dari variabel terikatnya dapat dijelaskan 100% oleh variabel
bebas.
Dalam analisis koefisien determinasi, dilakukan pula analisis koefisien korelasi yang
digunakan untuk mengetahui apakah diantara dua variabel terdapat hubungan. Jika terdapat
hubungan, harus diketahui bagaimana arahnya dan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan diantara dua variabel maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai
probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak dan sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ha
diterima. Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui derajat atau tingkat
103
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
keeratan hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen.
Dari hasil perhitungan tersebut berlaku ketentuan:
Positif (+) : Menunjukan hubungan yang searah antara kedua variabel
Negatif (-) : Menunjukan hubungan yang berlawanan arah antara kedua variabel
Uji Signifikansi (F-Test)
Uji statistik F atau Overall Significance test ini pada dasarnya menunjukan apakah
semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011).
Hipotesis gabungan ini dapat diuji dengan Analysis of Variance (ANOVA).

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = β8 = 0
Artinya: tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama dari seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Dalam hal ini semua variabel independen bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Maka jika diterapkan pada
penelitian ini adalah tidak satupun dari SIZE, Cash Flow, Net Working Capital, Leverage,
Capital Expenditure, Market to Book Ratio, Return on Assets, dan dividen berpengaruh
terhadap Corporate Cash Holding.

H1 : minimal ada salah satu βi ≠ 0
Artinya: terdapat pengaruh secara bersama-sama dari seluruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis menggunakan statistik F, dilakukan
dengan cara membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Suatu
model dianggap signifikan jika nilai probabilitas F hitung < 5% karena itu nilainya semakin
baik jika semakin rendah.
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam rangka menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Uji t
digunakan untuk melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat dengan mengasumsikan variabel bebas lainnya konstan (Pratomo, 2009).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tabel 3.Data Analisis Deskriptif
MeanMedian
Max
Min
Std
CH (Y)
SIZE
0.2981
13.0198
0.1
1
13 14.10704
0.0
11
0.3
0.5
MTB
2.0659
1.5 8.114397
0.1
1
104
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
CF
0.16578
0.1 1.210198
0.0
0.1
NWC
LEV
0.2630
0.33371
0.2 0.668742
-0
0.0
0.1
0.2
CAPEX
ROA
0.0123
0.16140
0.0 0.234429
0.458758
-0
0.0
0.1
0.1
DIV
0.7272
0.4
Tabel diatas adalah statistic deskriptif yang menggambarkan profil data sampel yang
meliputi rata-rata (mean), nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maximum), dan
simpangan barku (standard deviation
Uji Normalitas
Uji normalitas yang dilakukan adalah Uji Jarque-Bera yang merupakan uji statistik
untuk mengetahui apakah data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Chi Squares yang
digunakan adalah dengan α = 5% dan df = 2 yaitu sebesar 5.9915 (pada tabel distribusi Chi
Squares).
Skewness
CH
2.536399
SIZE
-0.155768
MTB
1.627705
CF
3.820413
NWC
0.033027
LEV
0.850322
CAPEX -3.32563
ROA
0.787841
DIV
-1.020621
Table 4 Uji Normalitas Jarque-Bera
JarqueKurtosis
Distribusi Probability Hipotesis
Bera
9.070798 143.4305
Tdk
normal
2.692024 0.439779
Gagal tolak
Normal 0.802608
H0
6.406242 50.8754
Tdk
0
Tolak H0
normal
23.1688
1065.998
Tdk
0
Tolak H0
normal
2.09406
1.89083
Gagal tolak
Normal 0.388518
H0
2.942958 6.635396
Tdk
0.036236
Tolak H0
normal
17.82211 604.8495
Tdk
0
Tolak H0
normal
3.059298 5.697744
Gagal tolak
Normal 0.05791
H0
2.041667 11.65328
Tdk
0.002948
Tolak H0
normal
Dari tabel uji Normalitas JB, dapat kita ketahui bahwa terdapat 3 variabel yang
normal dan gagal tolak Ho yaitu SIZE, NWC, dan ROA. Karena nilai probabilitas yang
kecil cenderung mengarahkan pada penolakan hipotesis nol distribusi normal. Selain ketiga
105
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
data tersebut datanya terdistribusikan tidak normal dan menolak H0 yaitu pada variabelvariabel MTB, CF, LEV, CAPEX dan DIV. Hal ini disebabkan selain karena nilai JarqueBera nya > dari distribusi X2 dengan df=2 yaitu 5.9915, juga mempunyai nilai probability
kurang dari 5% sehingga menyebabkan terjadinya penolakan H0.
Pemilihan Metode Estimasi Uji Chow
Pengujian Chow dilakukan untuk memilih model yang terbaik antara metode Pooled
Least Square (PLS) dengan metode Fixed Effect (FEM) atau metode efek tetap.
Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai F-statistics lebih kecil dari tingkat
signifikansi α = 5% maka H0 ditolak. Nilai probabilitas F-statistics model adalah 0.0000
dengan demikian metode data panel Fixed Effect Method (FEM) lebih baik apabila
dibandingkan dengan metode Pooled Least Square.
Uji Hausman
Table 6.Hasil Uji Hausman
Test Summary
Chi-Sq. d.f.
Cross-section random
Dalam pengujian Hausman ini, nilai yang harus diperhatikan adalah nilai
probabilitas dari Chi Square dengan Degree of Freedom sebanyak k dimana k adalah
jumlah variabel independen. Pada tabel hasil olah statistik menggunakan Eviews
diperlihatkan bahwa probabilitas Chi Square sebesar 0.4604 maka, Hasil pengujian tersebut
tidak signifikan dikarenakan p-value lebih dari 5%, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak.
Oleh karena itu, model yang baik untuk penelitian ini adalah mengikuti Random Effect.
106
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Hasil Pengujian Model Regresi Data Panel
Table 7. Estimasi Data Panel dengan Model Random Effect
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C
SIZE
MTB
CF
NWC
LEV
CAPEX
ROA
DIV
-1.594841
0.114467
0.017456
0.069931
0.977528
-0.094767
0.043728
1.110913
-0.069281
1.556325
0.117711
0.01594
0.096041
0.181339
0.100288
0.138161
0.288819
0.042161
-1.024748
0.972441
1.095099
0.728139
5.390622
-0.944955
0.316497
3.846402
-1.64323
Effects Specification
Cross-section random
Idiosyncratic random
0.209327
0.093462
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.693613
0.640329
0.093186
13.01713
Mean dependent
Var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
0.058385
0.155381
0.399445
1.151058
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.536101
2.473778
Mean dependent
Var
0.298173
Durbin-Watson stat 0.185863
Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews7
Intercep © -1.594841 merupakan nilai rata-rata dari komponen kesalahan random
(random error component). Nilai random effect ini menunjukan seberapa besar perbedaan
komponen kesalahan random sebuah perusahaan terhadap nilai intersep semua perusahaan
(rata-rata).
Informasi lain dari hasil analisis regresi yang ditampilkan adalah:
107
Ajeng Andriani Hapsari









Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
R-squared = 0.693613; menunjukkan kemampuan model, variabel independen
mampun menjelaskan pengaruhnya sebanyak 69.36% terhadap variabel dependen
penelitian.
Adjusted R-squared = 0.640329; merupakan nilai R2 yang sudah disesuaikan.
Semakin banyak variabel independen yang dimasukkan kedalam persamaan akan
memperkecil nilai ini.
S.E. of Regression = 0.093186; merupakan standar eror dari persamaan regresi. Pada
penelitian ini standar eror persamaan regresinya cukup rendah yaitu sebesar 9.31%.
Sum squared residual = 0.399445; merupakan jumlah dari nilai residual kuadrat
pada penelitian.
Durbin-watson stat = 1.151058; nilai uji Durbin Watson (DW) yang digunakan
untuk mengetahui apakah ada autokorelasi atau tidak (hubungan antar residual)
Mean dependent var = 0.058385; nilai rata-rata variabel dependen dalam hal ini
adalah corporate cash holding
S.D. dependent var = 0.155381; merupakan standar deviasi atau simpangan baku
yang menunjukan standar penyimpangan terhadap variabel Y.
F-statistic = 13.01713; uji serempak pengaruh semua variabel independen terhadap
variabel dependen.
Prob(F-statistic) = 0 ; probabilitas nilai uji statistic F.
Hasil Pengujian Hipotesis dan Statistik
Koefisien Determinasi R2 dan Adjusted R2
Table 8. Nilai R2 dan Adjusted R2
R-square
0.6
Adjusted R-squared
0.6
Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews7
Berdasarkan tabel terlihat bahwa R2adalah sebesar 69.36% yang berarti bahwa
corporate cash holding sebagai variabel dependen dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebesar 69.36% oleh model, sedangkan 30.64% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar
model. Variabel independen pada penelitian ini yaitu SIZE, MTB, CF, NWC, LEV,
CAPEX, ROA, dan DIV mampu menjelaskan pengaruhnya sebesar 69.36% terhadap
variabel dependen.
Sementara sisanya sebesar 30.64% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak tercakup
dalam model regresi penelitian ini. Seperti variabel Research and Development (R & D)
pada penelitian Datta dan Jia (2012), Cash Conversion Cycle (CCC) pada penelitian
Drobetz dan Gruninger (2007). Variabel R & D tidak dimasukan kedalam penelitian
dikarenakan keterbatasan data R & D pada perusahaan. Hampir seluruh perusahaan BUMN
tidak mencantumkan besaran biaya yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan
yang dilakukan. Sementara untuk CCC tidak digunakan karena dalam perhitungan
rumusnya menggunakan Inventory, sementara untuk perusahaan jasa tidak mencantumkan
persediaan pada laporan keuangannya.
108
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Signifikansi Linear Berganda (F-stat)
Nilai F-stat adalah sebesar13.01713 dengan probabilitas 0. Hal ini menunjukan
bahwa nilai tersebut berada pada tingkat keyakinan 99% atau dapat dikategorikan highly
signifikan, karena memiliki nilai signifikansi 0 < 0.05.
Hasil uji F pada penelitian ini yaitu menerima H1 dengan demikian menunjukan
bahwa model yang dibuat pada penelitian ini paling tidak mempunyai sebuah koefisien
kemiringan/slope sama dengan nol. Dengan kata lain, paling tidak ada sebuah variabel
bebas yang mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel terikat/dependen.
Signifikansi Parsial (T-stat)
Dalam penelitian ini mencari t tabel (t kritis) dengan degree of freedom (df) = n-k.
Dengan n adalah banyaknya observasi yang dilakukan dan k adalah jumlah variabel bebas
ditambah konstanta sehingga = 55 – (8+1) = 46. Maka dengan df = 46 dan α = 5% maka
diperoleh t tabel 1.684
Net Working Capital (NWC) dan Return on Assets (ROA) yang berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen Corporate Cash Holding (CH) sedangkan variabel
independen lainnya seperti SIZE, Market to Book Ratio (MTB), Cash Flow (CF), Leverage
(LEV), Capital Expenditure (CAPEX), dan Dividen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen dikarenakan mempunyai p-value lebih besar dari tingkat kepercayaan 95% atau
signifikansi 5% (α = 0.05) sehingga diambil keputusan untuk terima H0.
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil Uji Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Corporate Cash Holding
Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai koefisien SIZE sebesar 0.114467
memberikan konfirmasi bahwa SIZE memiliki hubungan yang positif terhadap kebijakan
kepemilikan kas diperusahaan, tetapi dilihat dari angka probabilitas hubungan tersebut
tidaklah signifikan karena probabilitasnya > dari α sehingga
Hipotesis alternative atau hipotesis benar ditolak dan menerima hipotesis null. Hasil
ini sesuai dengan Pecking Order Theory dimana perusahaan yang berukuran semakin besar
akan memegang kas dalam jumlah yang besar pula. Selain itu, penelitian ini dilakukan pada
perusahaan BUMN yang Ultimate Owner nya seebenarnya adalah satu yaitu pemerintah
Indonesia. Hal ini menyebabkan besar kecilnya suatu perusahaan tidak lagi memiliki
pengaruh besar terhadap kebijakan CH perusahaan, karena seluruhnya telah diatur oleh
ultimate.
Hasil Uji Pengaruh Market to Book Ratio (MTB) terhadap Corporate Cash Holding
Hipotesis penelitian ditolak karena p value > α sesuai dengan hasil penelitian dengan
koefisien positif sebesar 0.017456 hal ini sesuai dengan teori trade off maupun pecking
order bahwa untuk mendanai investasi yang bernilai dan pendanaan eksternal begitu mahal,
maka untuk tidak melepaskan investasi tersebut, perusahaan yang memiliki growth
opportunity akan mendanainya dengan kas. Sesuai dengan Pecking Order Theory dan
penelitian Myers (1977) yang mengungkapkan bahwa perusahaan dengan growth options
109
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
yang lebih banyak biasanyamemiliki informational disadvantage yang berakibat
pembiayaan eksternal menjadi lebih mahal. Namun, hasil pada penelitian ini tidak
signifikan yang mengindikasikan bahwa growth opportunities tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat kepemilikan kas di perusahaan BUMN. Hasil tidak
signifikan pada variabel MTB disebabkan karena keputusan kepemilikan kas tidak
dipengaruhi secara signifikan oleh kesempatan investasi perusahaan.
Hasil Uji Pengaruh Cash Flow (CF) terhadap Corporate Cash Holding
Didalam penelitian ini koefisien cash flow sebesar 0.069931 memberikan bahwa
cash flow memiliki hubugan yang positif dengan kepemilikan kas perusahaan, tetapi
hubungan tersebut tidaklah signifikan dikarenakan nilai p value sebesar 0.4702 > dari α =
0.05, sehingga menolak hipotesis sebelumnya yang mengatakan bahwa cash flow
berhubungan negative dengan corporate cash holding sesuai dengan teori trade off. Hasil
positif yang didapat dari penelitian ini sesuai dengan pecking order theory yaitu perusahaan
yang memiliki arus kas yang tinggi akan memegang kas lebih besar untuk melakukan
pembayaran dividen, pembayaran hutang(pendanaan internal). Atau hubungan positif ini
juga dikarenakan perusahaan dengan cash flow yang tinggi diduga akan membayar dividen,
melunasi hutang-hutangnya.
Hasil Uji Pengaruh Net Working Capital (NWC) terhadap Corporate Cash Holding
Pada penelitian ini probabilitasnya sebesar 0 yang memberikan konfirmasi bahwa
NWC pada penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan dan berhubungan positif
dengan kebijakan cash holding sesuai dengan koefisien yang dihasilkan sebesar 0.9977. Hal
ini tidak sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa NWC yang positif akan
mengurangi kebutuhan kas diperusahaan. Hasil penelitian di Perusahaan BUMN di
Indonesia ini justru memberikan pengaruh positif dan signifikan dengan kepemilikan kas
diperusahaan. Rasionalisasi untuk argument tersebut adalah bahwa kas merupakan bagian
dari NWC sehingga pada saat terjadi peningkatan kas, NWC juga ikut meningkat. Selain
itu, current asset (asset lancar) selain kas tidak dapat menjadi substitusi bagi kas disetiap
saat seperti yang dipaparkan oleh beberapa teori sebelumnya.
Hasil Uji Pengaruh Leverage (LEV) terhadap Corporate Cash Holding
Koefisien leverage sebesar -0.094767 memberikan konfirmasi bahwa leverage
memiliki pengaruh yang negative tetapi tidak signifikan pada kebijakan kepemilikan kas
perusahaan. Hasil ini sesuai dengan trade off, pecking order, dan free cash flow theory
bahwa semakin tinggi tingkat utang perusahaan, kas yang dipegang perusahaan akan
semakin kecil. Karena, menurut trade off theory utang bisa digunakan sebagai pengganti kas
dalam membiayai investasi saat pendanaan eksternal menjadi begitu mahal , sementara
menurut pecking order theory kas yang turun tidak akan bisa untuk membiayai investasi
sehingga perlu mengeluarkan utang. Sementara itu, hasil yang tidak signifikan bisa dipicu
karena utang bisa menjadi double sword yang menjadi trade off bagi perusahaan karena
disatu sisi bisa menjadi keuntungan namun disisi lain bisa menjadi kerugian atau dengan
kata lain dengan adanya pinjaman disatu sisi bisa membantu pertumbuhan perusahaan,
tetapi disisi lain dapat mengganggu likuiditas perusahaan.
110
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Hasil Uji Pengaruh Capital Expenditure (CAPEX) terhadap Corporate Cash Holding
Nilai p-value > 0.05 yaitu sebesar 0.7531 menunjukan bahwa variabel CAPEX
positif, tetapi tidak signifikan sesuai dengan nilai koefisiennya sebesar 0.043728. Ini
dikarenakan ketika suatu perusahaan memiliki rencana untuk melakukan investasi yang
besar, maka perusahaan akan menyediakan cadangan kas untuk menjaga kelangsungan
pengerjaannya. Dengan keberadaan cadangan kas, maka cash holding yang dimiliki
perusahaan akan tinggi. Didasari keyakinan pada trade off theory dan transaction model
theory bahwa ada hubungan positif antara CAPEX dengan kepemilikan kas perusahaan.
Hasil Uji Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Corporate Cash Holding
Koefisien Return on Asset pada penelitian ini sebesar 1.110913 memberikan
konfirmasi bahwa ROA memiliki yang signifikan dan positif dengan kebijakan kepemilikan
perusahaan. Sesuai dengan hipotesis sebelumnya bahwa ROA berpengaruh + terhadap
corporate cash holding sesuai dengan packing order theory dan penelitian Almeida (2004).
ROA merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam
menghasilkan keuntungan/laba dengan memanfaatkan keseluruhan aktiva yang tersedia
didalam perusahaan. Semakin tinggi ROA maka semakin baik keadaan suatu perusahaan.
Ratio ini memperlihatkan keefektifan manajemen secara keseluruhan sebagaimana
ditunjukan oleh pengembalian (return) yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Maka
semakin tinggi ROA yang dimiliki perusahaan akan semakin meningkatkan kepemilikan
kas yang dimiliki perusahaan.
Hasil Uji Pengaruh Dividend (DIV) terhadap Corporate Cash Holding
Hasil penelitian menunjukan hasil koefisien -0.069281 dan α > 0.05 menyebabkan
variabel dividen dummy ini tidak signifikan dan menolak hipotesa alternatifnya. Dengan
kata lain variabel dummy dividen ini berpengaruh negative dan tidak signifikan. Ini diduga
karena perusahaan pembayar dividen yang kekurangan dana bisa menghasilkan dana likuid
yang low cost dengan mengurangi pembayaran dividen.
Kesimpulan
Hasil secara Simultan diperoleh:
Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel independen Size,
Cash Flow, Net Working Capital, Leverage, Capital Expenditure, Market to Book Ratio,
Return on Assets, dan Dividen sebesar 69.36% terhadap variabel dependen Corporate Cash
Holding perusahaan BUMN yang tercatat aktif di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013,
sedangkan 30.64% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti didalam penelitian
ini.
1. Hasil secara parsial diperoleh:


Ukuran perusahaan berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.
Growth Opportunity berdasakan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak
111
Ajeng Andriani Hapsari






Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013
Cash Flow berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013
Net Working Capital berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.
Leverage berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.
CAPEX berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.
Return On Asset berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.
Dividen berdasarkan uji-t menunjukan hasil negative dan tidak signifikan terhadap
cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.
Daftar Pustaka
Baskin, J, 1987, ‗Corporate liquidity in games of monopoly power‘, Review of Economics
and Statistics, 69, hh. 312-319.
Baumol, W. J. 1952, ‗The transactions demand for cash: an inventory theoretic approach‘,
Quarterly Journal of Economics, vol. 66, hh. 545-556.
Bruinshoofd, A, & Kool, C, 2002, ‗The determinants of corporate liquidity in the
Netherlands‘, Working paper (Maastricht University, Maastricht, Netherlands).
Damodaran, A., 2005, ‗The Value of Synergy‘. Working Paper Series, NYU: Stern School
of Business.
Keynes, J.M., 1936, ―The General Theory of Employment, Interest and Moneyǁ. In the
1973 edition of the Collected Writings of John Maynard Keynes, Vol. 7., edited by
Donald Moggridge, London: Macmillan for the Royal Economic Society.
Kim, C. S., Mauer, D.C. and A. E. Sherman (1998). ―The Determinants of Corporate
Liquidity: Theory and Evidenceǁ. Journal of Financial and Quantitative Analysis 33,
305-334.
Miller, Merton H. & Daniel Orr, 1966,‘ A Model Of Demand For Money By Firms.
Quarterly Journal of Economics.
Mulligan, C. B., 1997. ―Scale economies, the value of time, and the demand for money:
longitudinal evidence from firmsǁ, Journal of Political Economy 105, 1061-1079.
Opler, Pinkowitz, Stultz, Williamson, 1997,‘The Determinants And Implications of
Corporate cash Holdings‘. NBER Working Paper Series. Working Paper 6234.
Teruel, Pedro J. García; Pedro Martínez Solano; dan Juan Pedro Sánchez Ballesta. 2009.
Accruals quality and corporate cash holdings. Journal compilation Accounting and
Finance. Vol. 49 Issue 1 (March): 95–115.
112
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN
BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KOTA MALANG
Oleh:
Martaleni
[email protected]
Fakultas Ekonomi-Uiversitas Gajayanan Malang
Ryke Novita
Badan Pusat Statistik Kota Malang
[email protected]
Abstrak
Disadari bahwa sasaran suatu organisasi akan dapat dicapai bila organisasi tersebut dapat
memuaskan pelangganya. Kepuasan pelanggan merupakan suasana hati seseorang setelah
membandingkan kenyataan yang dialami dengan harapan yang ditetapkan. Kualitas layanan yang
deberikan perusahaan atau organisasi merupakan salah satu faktor penting yang berkontribusi
terhadap kepuasan konsumen. Penelitian ini dilakukan di Biro Pusat statistik/ BPS kota Malang
dengan tujuan untuk menguji dan menganalisa pengaruh dimensi kualitas layanan yang terdiri
dari kehandalan(reliability), daya tanggap(responsiveness), jaminan (assurance), empati
(empathy) dan bukti langsung (tangibles) terhadap kepuasan penguna perpustakaan. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung perpustakaan yang bertujuan untuk
menggunakan layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Penelitian ini merupakan penelitian
survei dengan menggunakan jenis penelitian penjelasan (explanatory research). Sampel
sebanyak 97 responden diambil dengan metode insidental sampling, dan data yang diperoleh
dianalisis dengan pendekatan Analisis Regresi Linier Berganda. Temuan dari penelitian ini,
menunjukkan bahwa kepuasan pengguna perpustakaan BPS Kota Malang dipengaruhi oleh
kualitas layanan yang terdiri dari kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness),
jaminan (assurance), empati (empathy) dan bukti langsung (tangibles) baik secara parsial
maupun secara simultan. Namun, variabel empati (empathy) secara parsial berpengaruh positif
tapi tidak signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan.
Key word : Kualitas layanan, Perpustakaan BPS Kota Malang, kepuasan pengguna
Pendahuluan
Perpustakan merupakan suatu bangunan yang terdiri dari ruangan-ruangan yang berisi
koleksi buku, jurnal, majalah, koran dan dokumen lainnya yang tersusun secara rapi, sehingga
dapat memudahkan masyarakan memanfaatkannya.
Nurlidiawati (2014) menjelaskan bahwa perpustakaan merupakan pranata masyarakat.
Oleh karena itu, jika kita berbicara perpustakaan khususnya di Indonesia maka tidak terlepas dari
perkembangan dan peradaban masyarakat. Perkembangan masyarakat dari hari ke hari sangat
dinamis, yang dapat ditandai dengan kebutuhan dalam segala aspek terus mengalami
peningkatan, tidak terkecuali terhadap jasa perpustakaan. Perpustakan sebagai penyedia jasa
bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan pelayaan baik guna meningkatkan minat
113
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
masyarakat untuk memamfaatkan jasa layanan perpustakaan. Kualitan pelayanan yang baik akan
dapat meningkatkan kepuasan masyarakat/konsumen (Martaleni, 2011., Kotler&Keller, 2014)
termasuk kepuasan pengguna perpustakaan (Kiran, 2010.,Adeniran, 2011., Hsu, Cummings &
Wang, 2014).
Di kalangan pemerintahan, kesadaran akan mutu layanan mulai berkembang sejak tahun
1980an. Kesadaran tersebut dipicu oleh kenyataan bahwa kegiatan layanan bagi masyarakat
ternyata memerlukan biaya yang sangat besar, bahkan semakin hari semakin membengkak, tetapi
belum pernah dapat memberikan hasil yang seperti diharapkan. Baik masyarakat yang dilayani
maupun pemerintah sebagai penyelenggara layanan sama-sama kecewa, karena kesejahteraan
umum tetap masih jauh dari harapan. Kekecewaan ini selanjutnya merangsang semua pihak
untuk memulai melakukan penilaian dan pengkajian menyeluruh terhadap sistem layanan
masyarakat.
Pengkajian dari pihak pemerintah awalnya menghasilkan pandangan yang masih
bercirikan birokratik. Namun dengan semakin kuatnya paksaan dari masyarakat, pemerintah
mulai mau belajar mendengarkan, dan belajar memahami aspirasi mereka. Saat ini, pemerintah
menyadari bahwa tujuan akhir dari layanan adalah mewujudkan masyarakat berdaya untuk
mengurusi semua persoalan mereka sendiri. Agar dapat mencapai tujuan tersebut pemerintah
melakukan berbagai tindakan seperti meningkatkan debirokratisasi, kewirausahaan, transparansi,
akuntabilitas, dan pemberantasan korupsi. Pemerintah menunjukkan sikap yang sangat serius
untuk memperbaiki layanannya kepada masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan diterbitkannya
Surat Edaran Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan No 56/1998 untuk seluruh
kementerian/lembaga non kementrian agar memulai menerapkan Layanan Prima di lingkungan
masing-masing.
BPS dalam mengimplementasikan Surat Edaran Menko Pengawasan Pembangunan telah
melaksanakan Reformasi Birokrasi. Secara umum Reformasi Birokrasi BPS bertujuan untuk
membangun profil dan perilaku aparatur BPS yang profesional, berintegritas tinggi, dan
mengemban amanah dalam memberikan layanan prima atas hasil data statistik yang berkualitas
sehingga para pengguna data dapat mengakses data statistik dengan lebih cepat, lebih baik, lebih
mudah, dan lebih murah. Dengan kata lain, Reformasi Birokrasi BPS menginginkan terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan layanan prima kepada masyarakat.
Dalam hal layanan, salah satu unit di BPS yang menjalankan fungsi layanan yaitu unit
Perpustakaan dan Dokumentasi Statistik. Unit inilah yang akan melayani hasil-hasil dari kegiatan
perstatistikan yang didokumentasikan dalam berbagai informasi. Informasi tersebut ditampilakan
dalam bentuk publikasi. Sampai saat ini perpustakaan masih menjadi pilihan utama dalam
memperoleh informasi secara langsung, mudah, dan murah. Kehadiran berbagai kalangan baik
dari perguruan tinggi maupun masyarakat umum di perpustakaan BPS mengindikasikan
keberadaannya sangat dibutuhkan oleh kalangan tersebut
Keberadaan perpustakaan BPS cukup diperhitungkan oleh pencari informasi, salah satu
indikasinya adalah jumlah pengunjung selama bulan Oktober 2014 sampai dengan September
2015 mencapai 484 pengunjung. Dari seluruh pengunjung 85 persen adalah mahasiswa.
Kehadiran mahasiswa di perpustakaan BPS Kota Malang umumnya bertujuan mencari informasi
yang diperlukan untuk mendapatkan bahan penyusunan tugas-tugas kuliah atau menyusun
skripsi, tesis atau disertasi. Sedangkan pengunjung selain mahasiswa kehadirannya bertujuan
untuk mendapatkan data dan informasi yang dipergunakan untuk bahan perencanaan.
Kepuasan pengguna merupakan barometer keberhasilan suatu perpustakaan. Kepuasan
pengguna menempati urutan pertama dari 29 indikator untuk pengukuran kinerja perpustakaan
114
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
(Purnomowati 2000). Kepuasan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang atau
sekelompok orang yang telah berhasil mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan.
Kepuasan pengguna informasi merupakan tingkat kesepadanan antara kebutuhan yang ingin
dipenuhi dengan kenyataan yang diterima.
Untuk mengatasi permasalahan saat ini yang berupa celah antara masa kini dan masa
yang akan datang perlu kiranya BPS juga melakukan evaluasi melalui penilaian oleh penerima
layanan terhadap kualitas layanan yang diberikan saat ini. BPS Kota Malang merupakan
perwakilan BPS di daerah tentunya tidak lepas dengan permasalahan di atas. Untuk itu perlu
kiranya BPS Kota juga melakukan hal tersebut guna mendukung pelaksanaan Reformasi
Birokrasi BPS. Sejalan dengan permasalahan yang telah dikemukan, maka menarik untuk
dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menguji dan menganalisa pengaruh kualitas layanan
dengan dimensi kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance),
empati (empathy) dan bukti langsung (tangibles) terhadap kepuasan pengguna perpustakaan,
baik pengaruh secara simultan maupun secara parsial.
Kajian Teori
Di era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan informasi, telah
memberikan dampak yang signifikan terhadap beberapa sektor dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan tersebut juga telah merambah ke industry yang memproduksi komponen jasa
lebih banyak atau biasa dikenal industri jasa. Industri jasa dalam beberapa tahun terakhir ini
memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian dunia. Bahkan, dibeberapa
Negara, sector jasa telah memberikan sumbangan sekitar lima puluh persen terhadap pendapatan
suatu Negara. Demikian halnya, kalu kita amati setiap hari rasanya tidak pernah orang-orang
berhenti membicarakan tetang jasa dan kualitas layanannya, entah itu tentang suatu produk yang
kualitas layanannya baik atau kurang baik (Tjiptono & Candra, 2011, Kotler & Keller, 2014)).
Hal ini, memberikan mana bahwa kualitas layanan begitu penting bagi kebanyakan orang dalam
kehidupannya sehari-hari. Pertanyaannya apakah yang dimaksud dengan kuaitas layanan itu.
Pertanyaan ini yang meggelitik ini, dapat memmberikan makna yang beraneka ragam jawaban
yang sangat tergantung pada konteks dan persepsi individual, Selain itu, karena standar kualitas
jasa sangat bervariasi dan cendrung dinamis atau mengalami perubahan sepanjang waktu
(Tjiptonao &Chandra, 2011).
Kualitas jasa yang diterima oleh seseorang akan berpengaruh signifikan bagi penciptaan
diferensiasi, positioning, citra (image), kepuasan,loyalitas dan strategi bersaing setiap organisasi,
baik perusahan manufaktur maupun penyedia jasa (Tjiptonao &Chandra, 2011., Martaleni,
2011). Lebih lanjut dikatakan bahwa jasa adalah merupakan suatu tindakan atau aktifitas yang
dilakukan oleh seseorang atau organisasi yang pada dasarnaya tidak berwujud (intangible), yang
secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama (Kotler & Keller,
2014).
Kotler dan Keller (2014) membedakan lima kategori tawaran perusahan kepada pasar,
sebagai berikut: a).Pure tangible good, yaitu suatu penawaran produk yang tidak ada jasa
menyertainya, contohnya penawaran sabun, garam, permen; b) Tangible good with accopanying
servic yaitu suatu penawaran produ yang disertai jasa layanan, seperti komputer,, mobil dan
komputer. Biasanya semakin maju teknologi suatu produk maka semakin baik jasa layanan
pendukungnya; c). Hybrid yaitu penawaran barang dan jasa proposional seperti restoran; d).
Mayor service with accompanying minor goods and services merupakan penewaran jasa yang
115
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
utama dan dilengkapi dengan produk pendukung, seperti layanan pesawat terbang yang ditambah
dengan makanan dan minuman; dan e). Pure service yaitu layanan yang utama adalah jasa
seperti penitipan bayi, psikoterapi atau pijat. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa
penawaran produk ke pasar itu sangat bervariasi, sangat tergatung dari jenis dan sifat produk
serta teknologinya. Ada suatu produk yang dalam pelayanannya tidak begitu memerlukan jasa
tambahan, namun ada juga yang dalam penyediaanya disertai layanan jasa yang disesuaikan
dengan kebutuhan konsumen.
Pembahasan tentang kualitas jasa merupakan bagian yang sangat kompleks, karena
penilaian kualitas jasa berbeda dengan penilaian terhadap kualitas produk, terutama karena
sifatnya yang tidak nyata (intangible) dan produksi serta konsumsi berjalan secara simultan.
Dalam konteks penilaian kualitas produk maupun jasa telah diperoleh kesepakatan, bahwa
harapan konsumen memiliki peranan yang besar sebagai standar perbandingan dalam evaluasi
kualitas maupun kepuasan. Yang dimaksud dengan kepuasan wisatawan terhadap suatu jasa
adalah perbandingan antara persepsi wisatawan terhadap jasa yang diterima dengan harapannya
sebelum menggunakan jasa tersebut. Apabila harapannya terlampaui, berarti jasa tersebut telah
memberikan suatu kualitas yang luar biasa dan juga akan menimbulkan kepuasan yang sangat
tinggi (very satisfy). Sebaliknya, apabila harapannya itu tidak tercapai, maka diartikan kualitas
jasa tersebut tidak memenuhi apa yang diinginkannya atau perusahaan tersebut gagal melayani
konsumennya. Apabila harapannya sama dengan apa yang dia peroleh, berarti wisatawan itu
puas (satisfy) (Kotler dan Keller, 2014).
Menurut parasuraman, Zeithaml, & Berry, (2004) kualitas jasa yang ditawarkam
memiliki lima dimensi utama yang disusun sesuai dengan urutan tingkat kepentingan relatifnya
sebagai berikut: (1) Reliabilitas (reliability), merupakan kemampuan perusahaan untuk
memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan
menyampaikan jasanya dengan waktu yang disepakati; (2) Daya tanggap (responsiveness),
berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karayawan untuk membantu para pelanggan
dan merespon permintaan mereka, serta mnginformasikan kapan jasa akan diberikan dan
kemudian menberikan jasa secara cepat; (3) Jamainan (assurance), yakni perilaku para karyawan
mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa
menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan
selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.; (4) Empati (empaty) yaitu perusahaan
memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta
memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman;
Bukti fisik (tangible), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan dan material
yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.
Dimensi kualitas layanan yang diberikan pada konsumen, akan memberikan dampak
positif terhadap kepuasan konsumen. Beberapa kajian tentang dampak kualitas layanan terhadap
kepuasan konsumen telah banyak dikaji, diantaranya Kiran, (2010)., Adeniran, (2011).,
Martaleni, (2014)., Wantara, (2015)yang menjelaskan bahwa kualitas layanan berpengaruh
signifikan pada kepuasan konsumen. Bahkan Adeniran, 2011 menyatakan bahwa kepuasan
konsumen dapat memperkuat loyalitas konsumen terhadap kualitas yang disajikan. Faulant,
Matzler dan Fuller (2008) menyatakan bahwa nilai kepuasan konsumen dan image yang tinggi
memiliki hubungan dengan nilai loyalitas konsumen yang tinggi.
116
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Kepuasan pelanggan telah memberikan manfaat penting dalam bisnis yang memiliki
keterkaitan positif dengan loyalitas pelanggan, membangun sebuah image organisasi,
meningkatkan toleransi harga, dan sebagainya (martaleni, 2011). Definisi kepuasan yang
terdapat dalam berbagai literatur cukup beragam, Kotler dan Keller (2014) mendefinisikan
kepuasan sebagai perasaan seseorang terhadap suatu produk (barang dan jasa) setelah ia
membandingkan kenyataan yang dirasakan dengan harapannya. Kotler dan Keller (2014)
mengidentifikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan: (1) sistem keluhan
pelanggan dan saran, dimana setiap organisasi perlu menyediakan kesempatan dan akses yang
mudah dan nyaman bagi para pelanggan guna menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan
keluhan mereka, seperti tersedianya nomor telpon bebas pulsa. (2) Ghost shopping atau yang
disebut juga dengan Mystery shopping, merupakan salah satu cara untuk memperoleh gambaran
mengenai kepuasan pelanggan dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shopping untuk
berperan atau berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan atau pesaing. Mereka
diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk/jasa perusahaan. (3)
Lost customer analysis, yaitu menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau
yang telah pindan pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat
mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya. (4) Survei kepuasan pelanggan, yaitu riset
kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode survei, baik survei melalui pos,
telepon, e-mail, websits, maupun wawancara langsung.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research atau penelitian penjelasan,
karena tujuan penelitian ini menguji hubungan antara variabel terikat (dependent variable dan
variabel bebas (independent variabel). Malhotra (2005) menjelaskan bahwa penelitian
explanatory (penjelasan) adalah suatu jenis penelitian yang menyoroti hubungan antara variabelvariabel penelitian dan menguji hipotesa yang dirumuskan. Data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung
dari responden yang merupakan pengunjung/pengguna perpustakaan BPS Kota Malang melalui
kuesioner yang dikirim secara langsung ke email responden. Data sekunder adalah data yang
diperoleh bukan dari sumber utama. Dalam penelitian ini , data sekunder merupakan data
pendukung yang diperoleh dari database PST tentang
jumlah pengunjung/pengguna
perpustakaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah, seluruh pengunjung/ pengguna perustakaan yang
mendapatkan pelayanan pada selang waktu Oktober 2014-September 2015. Sampel sebanyak 97
responden diperoleh dengan teknik insidental sampling yang merupakan cara pengambilan
sampel secara tidak acak (non-probability sampling), dimana masing-masing anggota tidak
memiliki peluang yang sama untuk terpilih anggota sampel. Setelah data terkumpul dilakukan
pengolahan data dengan model regresi berganda dengan bantuan program komputer SPSS,
sedangkan uji f dan uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan dan parsial.
Hasil Penelitian
Jumlah responden yang menjadi sampel pada penelitian ini sejumlah 97 responden dari
390 responden yang dikirimkan kuesioner melalui email pada selang waktu Oktober 2014–
September 2015. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 54 responden berjenis kelamin laki-laki,
dan 43 responden berjenis kelamin perempuan. Jika dilihat dari kelompok umur, maka jumlah
117
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
pengguna perpustakaan BPS yang menjadi sampel pada penelitian ini terbanyak berusia pada
kisaran kelompok umur 21 – 25 tahun, yaitu sebesar 56,7%. Sedangkan dari status pekerjaan
pengguna, terlihat bahwa penguna perpustakaan 81,44% berstatus mahasiswa, pelajar 5,16%,
pegawai swasta 11,34% dan 2,06 % lainya.
Sebelum dilakukan pengiriman kuesioner, dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan hasil
yang valid untuk masing-masing pertanyaan. Secara ringkas hasil uji validitas dan reliabilitas
kuesioner penilitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 berikut:.
Tabel 1
Hasil Uji Validitas
Korelasi
Nilai Sig.r
alpa 5%
Simpulan
X1.1-X1total
0,000
0,05
Valid
X1.2-X1total
0,000
0,05
Valid
X1.3-X1total
0,000
0,05
Valid
X2.1-X1total
0,000
0,05
Valid
X2.2-X1total
0,000
0,05
Valid
X2.3-X1total
0,000
0,05
Valid
X3.1-X1total
0,000
0,05
Valid
X3.2-X1total
0,000
0,05
Valid
X3.3-X1total
0,000
0,05
Valid
X3.4-X1total
0,000
0,05
Valid
X4.1-X1total
0,000
0,05
Valid
X4.2-X1total
0,000
0,05
Valid
X4.3-X1total
0,000
0,05
Valid
X4.4-X1total
0,000
0,05
Valid
X5.1-X1total
0,000
0,05
Valid
X5.2-X1total
0,000
0,05
Valid
X5.3-X1total
0,000
0,05
Valid
X5.4-X1total
0,000
0,05
Valid
Sumber: Data primer diolah, Tahun 2015
118
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Tabel 2
Hasil Uji Reliablitas
Cronbac Kriteri
Variabel
h Alpha
a
Reliability (X1)
0,801
0,6
0,6
Responsiveness (X2)
0,871
Assurance (X3)
0,925
0,6
Empathy (X4)
0,919
0,6
Tangibles (X5)
0,798
0,6
Sumber: Data primer diolah, Tahun 2015
Simpulan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Dari Tabel 2 terlihat bahwa seluruh variabel menunjukkan hasil dari nilai Cronbach
Alpha lebih besar dari 0,6. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel dari kuesioner pertanyaan
dikatakan reliabel atau handal.
Analisis Deskriptif
Untuk mendiskripsikan variabel-variabel penelitian melalui intepretasi distribusi
frekuensi, rerata dari jawaban jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Nama Variabel
Variabel
Kehandalan
Tabel 3
Rerata Jawaban responden
Rerata
Rerata
Item
Peritem Pervariabel
Layanan Terbaik
3,91
3,83
Data Sesuai Kebutuhan
3,82
Layanan teknologi modern
Variabel
Tanggapan
Variabel Jaminan
Variabel Empati
Variabel Berwujud
Layanan Peminjaman Buku
3,75
3,86
Tanggap Dalam Pelayanan
3,96
Membantu Permasalahan
3,93
Berbicara Menyenangkan
4,01
Kemampuan Dalam Menjawab
3,74
Lingkungan Aman
4,12
Layanan Sopan dan Ramah
4,18
Perhatian Petugas
4,01
Memahami Kebutuhan spesifik
Hati-hati Dalam mendengarkan
Permintaan
Membatu Dalam pencarian Buku
(X4.4)
3,74
4,18
Fasilitas Perpustakaan Lengkap
3,88
4,12
3,92
4,01
4,01
4,04
119
Martaleni
Ryke Novita
Variabel Kepuasan
Pengguna
Perpustakaan
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Petugas Berpakaian Rapi
4,23
Kebersihan dan Kerapian Terjaga
4,39
Data Lengkap dan Rapi
Layanan Sesuai Harapan
3,66
3,94
Kualitas Layanan Memuaskan
4,06
4,07
4,04
4,06
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015
Variabel Kehandalan (Reliability)
Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa variebel kehandalan (reliability) diukur dengan
menggunakan tiga indikator, yaitu indikator layanan terbaik, data sesuai kebutuhan dan layanan
dengan teknologi modern. Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas
pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator
pertama yaitu layanan terbaik memperoleh nilai rata-rata tertinggi, disusul data sesuai kebutuhan
dan layanan menggunakan teknologi modern dengan nilai yang paling rendah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa layanan baik yang diberikan kepada pengguna layanan perpustakaan,
merupakan faktor utama yang membuat pengguna merasa puas. Selanjutnya nilai rata-rata
keseluruhan sebesar 3.83, ini dapat diartikanbahwa kehandalan memiliki nilai yang tinggi dalam
menentukan kepuasan pengguna perpustakaan.
Variabel Tanggapan (Responsiveness)
Variabel tanggapan diukur dengan menggunakan tiga indikator, yaitu indikator layanan
pemimjaman buku, tanggapan dalam pelayanan dan membantu permasalahan. Masing-masing
indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dengan lima pilihan jawaban.
Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator tanggapan dalam pelayanan memperoleh
nilai rata-rata tertinggi, disusul membantu permasalahan saat menggunakan layanan
perpusatakaan dan tanggapan dalam pelayanan dengan nilai yang paling rendah. Hal tersebut
dapat dimaknai bahwa memberikan layanan dengan tanggap pada permasalahan atau kebutuhan
pengguna perpustakaan adalah merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat ketanggapan
seorang karyawan dalm melayani pengguna perpustakaan. Nilai rata-rata dari keseluruhan
indikator sebesar 3.92, ini dapat diartikan bahwa tanggapan yang diberikan karyawan
perpustakaanatau karyawan yang cepat tanggap dalam melayani pengguna perpustakaan
memiliki nilai yang cukup tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna perpustakaan.
Variabel Jaminan (Assurance)
Variabel jaminan diukur dengan menggunakan empat indikator, yaitu indikator berbicara
menyenangkan, kemampuan dalam menjawab, lingkungan aman dan layanan sopan dan ramah.
Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dengan lima
pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator layanan yang sopan dan
ramah memperoleh nilai rata-rata tertinggi, disusul lingkungan aman, berbicara menyenangkan
120
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
dan kemampuan dalm menjawab dengan nilai yang paling rendah. Hal ini dapat dimaknai bahwa
dalam memberikan pelayanan kepada pengguna dengan sopan dan ramah merupakan faktor
utama dalam mengukur tingkat pemberian jaminan seorang karyawan dalam melayani pengguna
perpustakaan. Nilai rata-rata dari keseluruhan indikator sebesar 4,01, ini dapat dimaknai bahwa
jaminan kualitas layanan dengan cara melayani dengan kemampuan yang baik, sopan, ramah,
aman dan menyenangkan memiliki nilai yang tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna
perpustakaan.
Variabel Empati (Empaty)
Variabel empati diukur dengan menggunakan empat indikator, yaitu indikator perhatian
petugas, memahami kebutuhan spesifik, kehati-hatian dan membantu dalm pencarian buku.
Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dengan lima
pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator membantu dalm pencarian
buku memperoleh nilai rata-rata tertinggi, disusul kehati-hatian, perhatian petugas dan
memahami kebutuhan spesifik dengan nilai yang paling rendah. Hal ini dapat dimaknai bahwa
dalam memberikan pelayanan kepada pengguna dengan sopan dan ramah merupakan faktor
utama dalam mengukur tingkat pemberian jaminan seorang karyawan dalam melayani pengguna
perpustakaan. Nilai rata-rata dari keseluruhan indikator sebesar 4,01, ini dapat dimaknai bahwa
jaminan kualitas layanan dengan cara melayani dengan kemampuan yang baik, sopan, ramah,
aman dan menyenangkan memiliki nilai yang tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna
perpustakaan.
Variabel Berwujud (Tangibles)
Variabel berwujud atau bukti fisik diukur dengan menggunakan empat indikator, yaitu
fasilitas perpustakan lengkap, petugas berpakaian rapi, kebersihan dan kerapin terjaga, dan data
lengkap dan rapi. Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas
pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator
kebersihan dan kerapian terjaga memperoleh nilai rata-rata tertinggi, petugas berpakaian rapi,
fasilitas perpustakan lengkap dan data lengkap dan rapi dengan nilai yang paling rendah. Hal ini
dapat dimaknai bahwa indikator kebersihan dan kerapian terjaga merupakan faktor utama dalam
mengukur tingkat bukti fisik yang menggabarkan kualitas layanan. Nilai rata-rata dari
keseluruhan indikator sebesar 4,04, ini dapat dimaknai bahwa bukti fisik berupa ketersediaan
fasilitas yang lengkap, kerapian pakaian petugas, tersedianya data yang rapi dan bersih memiliki
nilai yang tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna perpustakaan.
Variabel Kepuasan Pengguna
Variabel berwujud diukur dengan menggunakan dua indikator, yaitu layanan sesuai
harapan dan kualitas layanan memuaskan. Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban
responden atas pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak
bahwa indikator kualitas layanan memuaskan memperoleh nilai rata-rata tertinggi, dan layanan
sesuai harapan memiliki niai rendah. Hal ini dapat dimaknai bahwa indikator kualitas layanan
memuaskan erupakan faktor utama dalam mengukur tingkat kepuasan pengguna. Nilai rata-rata
121
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
dari keseluruhan indikator sebesar 4,04, ini dapat dimaknai bahwa kepuasan pengguna
perpustakan BPS kota malang tinggi terhadap kualitas layanan yang diberikan.
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara
variabel bebas yaitu kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance,
empati/empathy, bukti langsung/tangibles terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Tingkat
kepercayaan yang digunakan dalam perhitungan regresi linier berganda adalah sebesar 95% atau
dengan tingkat signifikasi 0,05 (α=0,5). Hasil analisis regresi linier berganda sebagaimana pada
Tabel 4 berikut:
Tabel 4
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Variabel
Koefisien
Regresi (bi)
Costanta
1.733
Reliability (X1)
0,397
Responsiveness
0,129
(X2)
Assurance (X3)
0,124
Empathy (X4)
0,080
Tangibles (X5)
0,286
R2 disesuaikan
= 0,610
Multiple
= 0,794
N
= 97
Sumber:Data Primer diolah,Tahun 2015
Koefisien
Determinasi
Parsial
t hitung
Prob
1.079
7.033
0,283
0,000
0,593
2.371
0,020
0,241
1.794
1.204
3.810
0,076
0,232
0,000
Fhitung
Probabilitas
Alpha
0,185
0,125
0,371
= 11337
= 0,00
= 0,05
Berdasarkan Tabel 4, tampak nilai R Square sebesar 0,610 yang dapat diartikan bahwa
varibel
kehandalan/reliability,
daya
tanggap/responsiveness,
jaminan/assurance,
empati/empathy, bukti langsung/tangibles memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam
peningkatan kepuasan pengguna perpustakaan. Sementara 36,9% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
Untuk menjawab tujuan penelitian tentang pengaruh dimensi kualitas layanan secara
simultan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan dilakukan uji f dengan tingkat kepercayaan
95% (α = 0,05), dan hasilnya sebagaimana tampak pada Tabel 5 berikut:
122
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Tabel 5
Hasil Uji F
ANOVAb
Mean
square
1,024
0,090
Model
Sum of
df
F
Sig
Squares
Regresssion
5,119
5
11,337
0,0003
Residual
3,161
35
Total
8,280
40
a. Predictor (Constant), X5rata2, X2rata2, X3rata2, X4rata2, X1rata2
b. Dependent Variable: Yrata2
Sumber: Data primer diolah, Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 5 tampak bahwa nilai F hitung pada model penelitian sebesar 11,337
dengan taraf signifikan .000s. Nilai signifikansi adalah dibawah 0,05. Dengan demikian dapat
dijelaskan bahwa secara simultan kualitas layanan yang terdiri dari kehandalan/reliability, daya
tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, empati /empathy dan bukti langsung/tangibles
terbukti berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Selanjutnya, untuk
melihat pengaruh dimensi kualitas layanan yang terdiri dari kehandalan/reliability, daya
tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, empati/empathy secara parsial terhadap kepuasan
pengguna perpustakaan dilakukan uji t dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan
menggunakan pengujian satu arah, dan hasilnya sebagaimana tampak pada Tabel 2 berikut:
Tabel 6
Hasil Uji t
Variabel Independent
Kehandalan/reliability (X1)
Daya Tanggap /responsiveness (X2)
Jaminan/assurance (X3)
Empati/empathy (X4)
Bukti Langsung/tangibles (X5)
t
7.033
Sig.
.000
2.371
1.794
1.204
3.810
.020
.076
.232
.000
Variabel Dependent = Kepuasan Pelanggan
Sumber:Data primer diolah, Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 6, tampak bahwa variabel kualitas layanan yang terdiri dari:
kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance dan bukti
langsung/tangibles nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,5, sehingga dapat dimaknai bahwa
secara parsial masing-masing variabel tersebut berpengaruh positif dan signifikan pada kepuasan
pengguna perpustakaan, namun untuk variabel empaty/empaty dimana nilai signifikansinya lebih
besar 0,05, sehingga variabel empaty/empaty tidak berpengaruh signifikan pada kepuasan
pengguna. Ini dapat dimaknai bahwa rasa empaty seorang karyawan dalam memberikan
pelayanan belum mampu mebuat pengguna perpustakaan puas.
123
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Untuk melihat dimensi kualitas layanan yang paling berpengaruh terhadap kepuasan
pengguna perpustakaan, dapat dilihat nilai standardized coefficients beta yang paling besar,
sebagaimana tampak pada Tabel 3 berikut:
Tabel 7
Hasil Nilai Standardized Coefficients Beta
Standardized Coefficients
Variabel Independent
Beta
0,509
Kehandalan/reliability (X1)
Daya Tanggap /responsiveness (X2)
0,177
Jaminan/assurance (X3)
0,119
0,078
Empati/empathy (X4)
Bukti Langsung/tangibles (X5)
0,289
Sumber:Data primer diolah, Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 7 nilai standardized coefficients beta terbesar ditunjukkan oleh yaitu
sebesar 0,509. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa variabel kehandalan/reliability yang
paling berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan
oleh perpustakaan BPS Kota Malang telah mampu meningkatkan kepuasan pengguna
perpustakaan.
Aspek kehandalan petugas dalam hal menerima kedatangan pengguna
perpustakaan, prosedur pelayanan dan penggunaan teknologi yang modern memberikan
pengaruh besar terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Kehandalan pelayanan yang
diberikan karyawan Perpustakaan BPS Kota Malang telah sesuai dengan Standard Operating
Procedure (SOP) pelayanan yang dimiliki, sebagaimana disajikan pada Gambar 2.
Merujuk pada SOP yang tergambar pada Gambar 2, terlihat bahwa jalur yang harus
dilalui pengguna perpustakaan tidak terlalu panjang. Pengguna akan langsung diterima
resepsionis untuk mengisi buku tamu dan menentukan pilihan layanan melalui sistem layanan
terpadu kemudian langsung diarahkan resepsionis menuju pilihan yang dibutuhkan pelanggan.
Hal tersebut menjadi suatu indikasi bahwa aspek prosedur mendapatkan penilain tertinggi pada
variabel kehandalan/reliability.
124
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
3
(Mengisi buku tamu &
menentukan pilihan layanan)
1
(Pengunjung
datang)
5
(Pengunjung
pulang)
4a
(Perpustakaan
tercetak
4b
Perpustakaan
2
Resepsionis
Layanan
Cetak
4c
Data mikro
4d
Konsultasi
4c
Penjualan
Gambar 2. Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Perpustakaan BPS Kota Malang
Sumber: Perpustakaan BPS Kota Malang
Berdasarkan hasil analisis diskriptif sebagimana pada Tabel 3 terlihat bahwa dari ketiga
indikator pada kehandalan/reliability, layanan baik yang diberikan petugas memberikan
kontribusi besar dalam menetukan kehandalan kualitas pelayanan. Salah satu bentuk pelayanan
yang diberikan adalah berupa peminjaman dokumen atau buku yang berkaitan data yang
dibutuhkan pengguna. Perpustakaan BPS Kota Malang telah memiliki website dengan alamat
www.bps.malang.kota . Didalam website tersebut ditampilkan publikasi yang wajib diterbitkan
BPS secara berkala. Publikasi yang ditampilkan antara lain Kota Malang Dalam Angka; Produk
Domestik Regional Bruto Kota Malang; Statistik Daerah Kota Malang Kecamatan Dalam
Angka, Statistik Daerah Kecamatan, Berita Resmi Inflasidan publikasi hasil Sensus (Penduduk,
Ekonomi dan Pertanian
Kualitas kehandalan/reliability berpengaruh positif yang signifikan dan searah terhadap
kepuasan pengguna perpustakaan. Artinya apabila kualitas layanan tersebut ditingkatkan maka
kepuasan pengguna akan meningkat. Nilai standardized coefficient beta menunjukan nilai
terbesar dibandingkan variabel lain. Artinya kualitas kehandalan/reliabilitypaling berpengaruh
positif yang signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Dengan peran tersebut maka
aspek kualitas layanan kehandalan/reliability menjadi prioritas utama untuk meningkatkan
kepuasan pengguna perpustakaan.
Berdasarkan diskripsi jawaban responden bahwa kualitas layanan daya
tanggap/responsiveness dinilai baik. Dari ketiga aspek yang dinilai aspek penilaian kecepatan
petugas dalam melayani peminjaman buku dan kesediaan petugas dalam menanggapi permintaan
pengguna menunjukkan nilai yang hampir sama. Hal tersebut juga dapat menggambarkan
petugas perpustakaan dalam mengimplentasi maklumat layanan BPS yang ke 6 yaitu merespon
dengan cepat terhadap permintaan pengguna sesuai dengan informasi yang tersedia. Sedangkan
penilaian pengguna perpustakaan terhadap sikap kesungguhannya dalam membantu pengguna
perpustakan lebih rendah dibandingkan penilian terhadap kedua aspek yang lain.
Kualitas layanan jaminan/assurance jug amemberikan pengaruh positif yang signifikan
terhadap kepuasan pengguna layanan. Kompetensi petugas dalam berkomunikasi dan
pengetahuan dalam melayani pengguna perpustakaan memberikan pengaruh positif yang
signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Demikian juga aspek perilaku yang
tercermin dari keramahan dan kesopansantuan petugas dalam melayani pengguna perpustakaan
juga memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan.
125
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Penilaian pengguna perpustakaan terhadap kualitas jaminan/assurance yang disajikan
pada Tabel 3 menunjukkan penilaian tertinggi terletak pada kompetensi petugas dalam hal
berbicara menyenangkan pengguna. Sedangkan penilaian terendah terletak pada kompetensi
petugas dalam menjawab pertanyaan pengguna.
Dalam hal layanan BPS Kota Malang selama ini belum pernah melaksanakan suatu upaya
peningkatan kompetensi petugas perpustakaan dalam melayani pengguna. Petugas masih
mengandalkan kompetensi, pengalaman yang dimiliki dan berusaha memahami secara mandiri
maklumat layanan yang menjadi pedoman petugas dalam menjalankan tanggung jawab sebagai
pelayan perpustakaan.
Kualitas Layanan empati/empathy pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh positif
yang signifikanterhadap kepuasan pengguna perpustakaan.Perhatian petugas perpustakaan
terhadap individu pengguna perpustakaan tidak mempunyai pengaruh positif yang signifikan
dalam meningkatkan kualitas layanan.
Penilaian pengguna terhadap kualitas layanan empati/empathy berdasarkan analisis
deskripsi yang disajikan pada Tabel 3 secara rata-rata dapat dikatakan baik. Dari ke 4 aspek yang
diteliti, membantu dalam mencari buku merupakan aspek yang memberikan pengaruh besar
terhadap rasa simpati petugas pada pengguna layanan perpustakaan. Sedangkan aspek
memahami kebutuhan spesifik petugas dalam memahami kebutuhan spesifik pengguna
mendapatkan penilaian terendah dari pengguna perpustakaan. Penilaian pada aspek ini dapat
dikatakan merupakan penilaian terhadap petugas dalam mengimplentasikan maklumat layanan
BPS yang ke 7 yaitu memiliki empati, rasa peduli, dan penuh perhatian terhadap setiap
pengguna.
Kualitas Layanan bukti langsung/tangible berpengaruh positif yang signifikan dan searah
terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Bukti langsung ini menunjukkan bahwa kemampuan
BPS dalam menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat. Penampilan dan kemampuan sarana
dan prasarana fisik perpustakaan BPS telah mampu memberikan pengaruh positif yang
signifikan terhadap kepuasan pengguna. Keadaan ini tidak dapat dipungkiri bahwa gedung BPS
termasuk unit perpustakaan pada saat ini merupakan gedung yang baru selesai dibangun pada
akhir tahun 2012. Sedangkan pada awal tahun 2013 BPS Kota Malang mendapatkan anggaran
untuk pengadaanmebeuler untuk menunjang sarana gedung baru.
Hal tersebut merupakan upaya BPS dalam meningkatkan layananyang tertuang dalam
salah satu Rencana Strategis BPS yaitu meningkatkan kualitas saranadan prasarana fisik. Salah
satu langkah yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut adalah membangun dan
merenovasi gedung kantor yang memadai sesuai dengan kebutuhan organisasi dan jumlah SDM.
Upaya yang telah dilakukan BPS yaitu keberadaan fasilitas perpustakaan sebagaimana
hasil analisis deskripsi yang tersaji pada Tabel 3, mendapatkan penilaian yang relatif rendah
dibandingkan dengan aspek yang lain. Demikian juga dengan kelengkapan data dan informasi
mendapatkan penilain terendah dari ke 3 aspek yang lain. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa
perpustakaan BPS hanya menyajikan referensi hasil kegiatan BPS dan beberapa publikasi yang
berkaitan dengan rujukan BPS. Pengguna mempunyai persepsi bahwa seluruh kebutuhan data
dan informasi pasti tersedia di perpustakaan BPS. Penilaian tertinggi diberikan pada aspek
kebersihan dan kerapian perpustakaan. Hal ini tidak lepas dari peran BPS dalam
mengimplementasikan maklumat layanan BPS yang ke 8 yaitu menyiapkan ruang dan fasilitas
yang nyaman dan tertata baik.
Kepuasan pengguna perpustakaan pada penelitian dinilai dari kepuasan pelanggan
keseluruhan (Overall Customer Satisfaction) dan konfirmasi harapan (Confirmation of
126
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Expectation) . Dari hasil analisis deskripsi yang disajikan pada Tabel 3 terlihat bahwa penilaian
pengguna perpustakaan terhadap kepuasan secara keseluruhan menunjukkan nilai yang sama
dengan kepuasan yang dinilai dari konfirmasi harapan. Pengguna secara umum merasa puas
dengan layanan yang diberikan petugas perpustakaan. Pengguna secara umum merasa layanan
yang telah diterima sesuai dengan harapannya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan
yang diberikan perpustakan BPS Kota Malang dengan dimensi kehandalan/reliability, daya
tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, empati/empathy dan bukti langsung/tangibles secara
bersama-sama mampu meningkatkan kepuasan pengguna perpustakan. Sementara itu, secara
parsial dimensi kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, dan
bukti langsung/tangibles juga mampu meningkatkan kepuasan pengguna perpustakan. Namun,
empati/empaty seorang karyawan perpustakaan tidak memberikan pengaruh yang bermakna
terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Selanjutnya, kehandalan/reliability merupakan
dimensi kualitas layanan yang paling mampu meningkatkan kepuasan pengguna perpustakaan.
Saran
Dari hasil penelitian ini, disarankan kepada pihak yang berwenang di BPS Kota Malang
untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas layanan terhadap pengguna perpustakan
terutama pada layanan kehandalan dibidang tekhnologi yang moderen agar terus meng-update
teknologi yang dugunakan. Selanjutnya kepada peneliti lain, dapat mengembangkan model
penelitian ini dengan mengkaji atau menambah variabel lain, seperti variabel proses dalam
model penelitian ini guna memperoleh hasil yang lebih konperehensip tentang kualitas layanan
dan dampaknya terhadap kepuasan konsumen.
Daftar Pustaka
Adeniran, P. 2011. User satisfaction with academic libraries services: Academic staff and
students perspectives. International Journal of Library and Information Science, 3(10),
209-216.
Faullant, R, Matzler, K and Fuller, J, 2008.The Impact of Satisfaction and Image on Loyalty:
The Case of Alpine Ski Resorts, Managing Service Quality, 18(2), 163-178.
Gi-Du Kang dan James, 2004. Service Quality Dimentions : an examination on Gronroos’s
service quality model, Managing Service Quality, 14(4).
Gronross, C, 2004. Guru’s View The Perceived Service Quality Concept- a Mistake?, Managing
Service Quality. 11(3).
Kiran, K. 2010. Service quality and customer satisfaction in academic libraries Perspectives from
a Malaysian university. Service quality and customer satisfaction, 59 (4), 261-273.
127
Martaleni
Ryke Novita
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Kotler, P dan Keller, K.L. 2014. Marketing Management, 14th Pearson Education, Inc, New
Jersey.
Hsu,M.K., Cummings, R.G & Wang, S.W. 2014. Business Students Perception Of University
Library service Quality And satisfaction. Contenporary Issues In Education research
Second-Ouarter, 7(2), 137-144.
Maholtra, N.K, 2005. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan, PT Indeks Kelompok Gramedia.
Nurlidiawati. 2014. Sejarah perkembangan Perpustakaan di Indonesia. Jurnal Ilmu Perpustakaan
kearsipan Khizanah AL-Hikmah, 2(1), 18-27.
Purnomowati, Sri. (2000). Mengukur Kinerja Perpustakaan BACA. 25, No 3-4. PDII-LIPI.
Jakarta.
Tjiptono, F & Chandra, G. (2011). Sevice, Quality & Satisfaction. Andi. Yogyakarta
Wantara, P. 2015. The Relationships among Service Quality, Customer Satisfaction, and
Customer Loyalty. International Journal of Economics and Financial Issues, 205 (Special
Issue) 264-269.
Zeithaml, VA and Bitner, MJ, 2004. Service Marketing, MC Graw-Hill Education, New York
128
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Pengaruh Kepuasan Kerja, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan/ti Dengan
Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening (Studi Karyawan Outsourcing
PT. J Yang Ditempatkan Di Kampus II Untar Jakarta).
Muhammad Tony Nawawi
Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Jakarta
Email : [email protected]
Abstract
This study on the Influence Job Satisfaction and Job Motivation on Employee
Performance with Organizational Commitment as an Intervening Variable (Study of Employee
outsourcing PT J placed Tarumanagara University. Population in this study all employees
outsourcing PT J, with sampling techniques is purposive random sampling, and samples taken
50 employees. Purpose of the study is to examine and analyze the effect of job satisfaction and
motivation on employee performance. Analysis is the method of multiple regression analysis and
test assumptions, and validity testing is also done and reliability with the help of SPSS
(Statistical Program for Society Science) versus 16:00. analysis showed that the presence of a
significant positive effect between satisfaction and job motivation on organizational
commitment, with a significance of 0.000 <0.05, and R Square value 0.308, meaning 30.80% of
organizational commitment is influenced by the level of job satisfaction and motivation. while
other results indicate that the presence of a significant positive effect between job satisfaction
and motivation and organizational commitment to employee performance, with a significance of
0.000 <0.05, and R Square value 0.732 performance of 73.2% means employees outsourcing is
influenced by the level of satisfaction, motivation, and organizational
commitment.
Keywords: job satisfaction, job motivation, employee performance, organizational commitment,
hypotheses testing, multiple regression.
Pendahuluan
Di era industri modern saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk melakukan segala
sesuatunya dengan cara cepat, efektif dan efisien. Perusahaan harus melakukan efisiensi dengan
berbagai cara, misalnya dengan cara menghemat biaya operasional, mengurangi jumlah
karyawan, menutup cabang lain yang kurang produktif.
Pada saat ini salah satu strategi yang mulai banyak diadopsi oleh perusahaan dalam
rangka menciptakan efisiensi tersebut adalah menggunakan tenaga kerja outsourcing, dimana
dengan system ini perusahaan dapat menghemat pengeluaran di bidang rekrutmen, kehadiran
perusahaan outsourcing membuat perusahaan memiliki alternatif dalam menjalankan bisnisnya.
Outsourcing adalah pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan
penyelia jasa, dimana badan tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan
definisi serta indikator yang telah disepakati oleh pihak lain (Chandra K.;2007). Beberapa
ketentuan pokok dan syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lain dalam outsourcing diatur dalam UU No. 13/2003 dan Kemenakertrans No.
220/MEN/X/2004, khususnya pasal 66 dalam UU No.13 Tahun 2003 itu menyatakan bahwa
outsourcing diperbolehkan hanya untuk kegiatan penunjang dan kegiatan yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi. Interpretasi yang diberikan UU tersebut masih
129
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan dunia usaha dewasa ini, dimana penggunaan
tenaga outsourcing tersebut semakin meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan.
Keberadaan perusahaan outsourcingitu, memang sudah menjadi kebutuhan bagi
perusahaan saat ini, karena tidak semua perusahaan sudah benar-benar siap untuk memiliki
karyawan tetap dengan segala konsekuensinya.Bagaimana tidak, disaat mereka dituntut untuk
lebih efektif dan efisien, dengan adanya jasa perusahaan outsorcing kini mereka bisa
memfokuskan perhatian dalam mengurus bisnisnya. Perusahaan kini tidak perlu melakukan
proses rekrutmen sendiri yang bisa memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit terutama untuk
faktor yang bukan menjadi bagian dari bisnis inti (core business) perusahaan tersebut.
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan
hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja. Setiap orang yang
bekerja mempunyai suatu tujuan, yaitu memperoleh hasil yang dapat memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya. Seorang karyawan yang bekerja dalam perusahaan, akan setia pada
perusahaan tempat dimana dia bekerja dapat memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi bila perusahaan
tidak mampu memenuhinya, maka dapat tercipta kondisi dimana karyawan merasa tidak puas
dalam bekerja. Ketidakmampuan kerja yang tidak terselesaikan dengan baik akan banyak
menimbulkan masalah di dalam perusahaan seperti protes, demonstrasi, menuntut kenaikan
upah/gaji, membolos, berhenti dari pekerjaan/keluar dari perusahaan, tidak perduli terhadap
pekerjaannya, dan sebagainya. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan menyebabkan
penurunan produktivitas perusahaan.
Mempekerjakan karyawan dalam ikatan kerja outsoucing nampaknya sedang menjadi
model bagi pemilik atau pemimpin perusahaan baik itu perusahaanmilik negara maupun
perusahaan milik swasta.Banyak perusahaan outsourcing yakniperusahaan yang bergerak di
bidang penyedia tenaga kerja aktif menawarkan keperusahaan-perusahaan pemberi kerja,
sehingga perusahaan yang memerlukan tenaga tidakperlu susah-susah mencari, menyeleksi dan
melatih tenaga kerja yang dibutuhkan(Gunarto, 2006).
Fenomena memilih kebijakan untuk menggunakan tenaga kerja outsourcing
semakinbertambah saat terjadinya krisis ekonomi global yang melanda dunia termasuk
indonesia.Banyak perusahaan yang mengalami penurunan tingkat penjualan, sedangkan dilain
pihakkebutuhan biaya hidup karyawan meningkat karena kenaikan harga bahan kebutuhanpokok,
maka terjadilah konflik antara karyawan yang menuntut kenaikan upah tetapimanajemen
kesulitan memenuhi karena kondisi perusahaan menurun.
Penggunaan tenaga kerja outsourcing di negara-negara maju merupakan kebijakan
perusahaan yang wajar dan memang harus dilakukan, karena besarnya perusahaan dan
banyaknya jenis pekerjaan yang tentunya membutuhkan banyak jenis keahlian sehingga tidak
memungkinkan perusahaan menyediakan tenaga kerja secara keseluruhan.Walaupun sudah ada
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003Tentang Ketenagakerjaan yang
mengatur pengelolaan tenaga kerja outsourcing diIndonesia, akan tetapi tetap saja masih ada
demo penolakan pelaksanaan outsourcing.
Hal inilah yang mendorong perlunya penelitian berorientasi pada manajemen
SDM,dengan memperhatikan kemampuan, kepribadian, dan motivasi untukpembinaan SDM.
Harapannya, dapat tercipta hubungan harmonis antara manajemendengan tenaga kerja untuk
mencapai kinerja individu yang optimal dan selanjutnyamemberikan kontribusi pada kinerja
perusahaan.
130
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Dengan pengaturan manajeman SDM secara profesional, diharapkan pegawaibekerja secara
produktif. Pengelolaan pegawai secara profesional, (termasuk outsourcing)harus dimulai sejak
perekrutan pegawai, penyeleksian, pengklasifikasian, penempatanpegawai sesuai kemampuan,
pelatihan, dan pengembangan karirnya (Mangkunegara,2008).
Perumusan Masalah, 1) Apakah kepuasan kerja merupakan predictor atas kinerja
karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Kampus II Universitas Tarumanagara ? 2)
Apakah motivasi kerja merupakan predictor atas kinerja karyawan outsourcing PT. J yang
ditempatkan di Kampus II Universitas Tarumanagara? 3) Apakah ada pengaruh kepuasan kerja
terhadap komitmen organisasional karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Kampus II
Universitas Tarumanagara? 4). Apakah ada pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen
organisasional karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara? 5).
Apakah ada pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan outsourcing PT. J
yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara?
Definisi Kepuasan Kerja.
Seorang karyawan akan merasa nyaman dan mempunyai loyalitas yang tinggi pada
perusahaan, apabila memperoleh kepuasan kerja sesuai dengan apa yang diinginkan. Menurut
Robbins ( 2008:99 ), kepuasan kerja ( Job Satisfaction ) dapat didefinisikan sebagai suatu
perasaaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah
karakteristiknya.Luthans (2002:111 )mendefinisikan kepuasan kerja sebagai berikut “Job
Satisfaction can be defined as a person’s emotional response to aspects of work ( Such as pay,
supervisor, and benefit )Or The Work It Self “.Menurut Handoko ( 2001: 111 ), “Kepuasan kerja
adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para
karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerja”. Sedangkan
menurut Locke (dalam Testa; 1999) menjelaskan bahwa kepuasan kerja mencerminkan
kegembiraan atau sikap emosi positif yang berasal dari pengalaman kerja seseorang.
Kegembiraan yang dirasakan oleh karyawan akan memberikan dampak sikap yang positif bagi
karyawan.Motivasi Kerja, Motivasi adalah masalah yang penting dalam setiap usaha
sekelompok orang yang bekerjasama dalam rangka pencapaian suatu tujuan tertentu (Handoko,
2001). Motivasi kerja adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang member tenaga,
mengarahkan, menyalurkan, mempertahankan, dan melanjutkan tindakan dan perilaku karyawan
atau tenaga kerja (Tansuhaj, et.al,1998). Sedangkan menurut ( Fuad mas’ud, 2004:39)
memberikan definisi motivasi sebagai pendorong (penggerak) yang ada dalam diri seseorang
untuk bertindak.Kinerja Karyawan, Konsep tentang kinerja dijelaskan oleh Dessler (1992)
yang mendefinisikan kinerja sebagai prestasi kerja yakni perbandingan antara hasil kerja yang
secara nyata dengan standar kerja yang ditetapkan.Menurut Hasibuan (1997) menjelaskan bahwa
kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu.Selanjutnya juga
jelaskan oleh Hasibuan bahwa kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu
kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas delegasi tugas, dan
peran serta tingkat motivasi pekerja. Apabila kinerja karyawan baik, maka diharapkan kinerja
perusahaan juga akan baik. Sedangkan menurut Tsui et.al (1997) dalam Fuad Mas’ud (2004)
melakukan penilaian terhadp kinerja karyawan berdasarkan perilaku yang spesifik (Judgement
Performance Evaluation) dengan menggunakan sebelas kriteria yaitu : Kuantitas kerja karyawan,
131
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
kualitas kerja karyawan, efisiensi karyawan, Standar kualitas karyawan, usaha karyawan, standar
professional karyawan, kemampuan karyawan terhadap pekerjaan inti,kemampuan karyawan
menggunakan akal sehat, ketepatan karyawan, pengetahuan karyawan , dan kreativitas karyawan.
Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), dijelaskan bahwa keberhasilan suatu
organisasi/perusahaan dapat ditentukan oleh adanya keberhasilan dalam pengelolaan sumber
daya manusia (SDM). Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi prilaku manusia dalam
organisasi adalah adanya komitmen organisasional. Alasannya sederhana, misalnya sebaik
apapun visi, misi, dan tujuan organisasi, tidak akan tercapai jika tidak ada komitmen dari
anggota organisasinya (Dongoran, 2001). Menurut Mowday et.al. (1982) bahwa definisi
komitmen Organisasional sebagai kekuatan relative dari identifikasi individu dan keterlibatan
dalam organisasi khusus, meliputi kepercayaan, dukungan terhadap tujuandan nilai-nilai
organisasi, dan keinginan yang kuat untuk menggunakan upaya yang sungguh-sungguh untuk
kepentingan organisasi, dan kemauaan yang kuat untuk memelihara keanggotaan dalam
organisasi. Sedangkan definisi komitmen organisasional menurut Luthan (1995) adalah
merupakan sikapyang menunjukkan loyalitas karyawan dan merupakan proses berkelanjutan
bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kesuksesan
dan kebaikan organisasinya.
Kaitan kepuasan kerja dengan kinerja karyawan yang dikemukakan oleh Ostroff (1992),
yang ditunjukkan oleh keadaan perusahaan dimana karyawan yang lebih terpuaskan cendrung
lebih efektif daripada perusahaan-perusahaan dengan karyawan yang kurang terpuaskan. Dessler
(2000) juga menyatakan bahwa kepuasan kerja antara lain mempunyai peran untuk mencapai
produktivitas dan kualitas standar yang lebih baik, menghindari terjadinya kemungkinan
membangun kekuatan kerja yang lebih stabil, serta penggunaan sumber daya manusia yang lebih
efisien. Menurut Amstrong (1994), bahwa hubungan antara motivasi dan kinerja adalah positif
karena karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi
pula. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi motivasi maka semakin tinggi pula kinerja
karyawan.Doyle dan Wong (1998) juga mengemukakan bahwa kaitan antara motivasi berprestasi
dan kinerja, dan disebutkan juga bahwa kesuksesan suatu bisnis tidak terlepas dari besarnya
motivasi yang muncul dalam pribadi karyawan.Pendapat yang senada dikemukakan oleh
Munandar (2001:87) bahwa kinerja adalah hasil interaksi antara motivasi kerja, kemampuan
(abilities), dan peluang (opportunities). Selanjutnya Munandar (2001:104) menyatakan “Adanya
hubungan positif antara motivasi dan kinerja dengan pencapaian prestasi, artinya manajer yang
mempunyai motivasi yang tinggi cendrung mempunyai kinerja tinggi, sebaliknya mereka yang
mempunyai kinerja rendah dimungkinkan karena motivasinya rendah”.Kaitan antara kepuasan
kerja dan komitmen organisasional, hasil penelitian yang telah dilakukan oleh McNeese_Smith
(1996) menunjukkan bahwa keduanya mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap
sikap manajemen terhadap strategi perusahaan yang tercermin melalui kinerja karyawan.Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lyons et al (1993) dan Flecther and Willams (1996) menyatakan
bahwa komitmen organisasional karyawan untuk terus bekerja menjadi bagian dari suatu
organisasi akan meningkat apabila didukung adanya motivasi yangt inggi dari karyawan yang
terkaitan dengan pekerjaannya. Sedangkan Jae (2000), menyatakan bahwa motivasi karyawan
sangat efektif untuk meningkatkan komitmen organisasional dan kinerja karyawan, dimana
faktor-faktor motivasi tersebut diukur melalui faktor intrinsic (kebutuhan prestasi dan
kepentingan) dan faktor ekstrinsik (keamanan kera, gaji, dan promosi). Hal yang sama juga
dinyatakan hasil penelitian oleh Burton et al (2002) bahwa motivasi karyawan berpengaruh
signifikan positif terhadap komitmen yang diukur melalui tiga demensi dari komitmen, yaitu
132
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
affective commitment, normative commitment ,dan continuance commitment.Pengaruh Komitmen
Organisasional terhadap Kinerja Karyawan.Hasil penelitian dari Harrison dan Hubard (1998)
menyatakan bahwa komitmen mempengaruhi outcomes (keberhasilan) organisasi.Kinerja
karyawan dipengaruhi oleh komitmet organisai.Karyawan yang mempunyai keterlibatan tinggi
dalam bekerja tidak mempunyai keinginan untuk keluar dari perusahaan dan dalam hal ini
merupakan modal dasar untuk mendorong produktivitas yang tinggi. Hal yang sama juga
dinyatakan oleh Moncrief et.al (1997) bahwa komitmen karyawan terhadap organisasi yang
tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hasil studi McNeese-Smith (1996)
menyatakan bahwa komitmen organisasional berhubungan signifikan positif yang ditunjukkan
dengan nilai r sebesar 0,31 (signifikan pada level 0,001) terhadap kinerja karyawan produksi.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Grant kent et al (2001), tentang pengaruh
performance terhadap organization commitment yang menunjukkan hasil r bernilai 0,13,
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Burton et al (2002) menyatakan bahwa hubungan
organization commitment terhadap motivation of attend menunjukkan hasil yang positif.
Sementara itu, hasil penelitian Eva Kris D. (2009) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif
antara kepuasan kerja dengan kinerja karyawan, dengan komitmen organisasional (0,039< 0,05) ,
ada pengaruh positif antara motivasi kerja dengan komitmen organisasional.Sedangkan
penelitian Dian Tri Utami (2008) yang berjudul “Hubungan job insecurity dengan kepuasan kerja
karyawan outsourcing di PT X”.Responden dalam penelitian ini adalah karyawan
outsourcing.Job insecurity adalah ketidak-amanan yang dirasakan seseorang mengenai
kelanjutan pekerjaan dan aspek-aspek penting yang berkaitan dengan pekerjaan, karena adanya
ancaman situasi dari pekerjaan yang sedang dijalaninya saat ini sebagai hasil penilaian dan
perbandingan yang dilakukan individu terhadap pekerjaan yang akan mengarahkannya pada
tingkah laku tertentu..Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata job insecurity
memiliki hubungan yang negatif (tidak ada pengaruh) dengan kepuasan kerja.
Dari kajian di atas dapat dibuat model kerangka pemikiran sebagai berikut:
Kepuasan
Kerja (X1)
H1
H2
H4
Komitmen
Organisasi
(X3) H5
H3
Kinerja
Karyawan (Y)
Motivasi Kerja
(X2)
Sumber :Grant Kent et al (2001), Burton et al (2002), Eva kris Diana Devi (2009)
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka perumusan hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah :H1 : Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan. H2: Kepuasan Kerja berpengaruh positif dengan komitmen organisasional. H3:
Komitmen organisasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. H4: Motivasi kerja
133
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional.H5: Motivasi kerja berpengaruh positif
terhadap kinerja karyawan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris apakah: a) Kepuasan kerja
merupakan predictor atas kinerja karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Universitas
Tarumanagara.b) Motivasi kerja merupakan predictor atas kinerja karyawan outsourcing PT J
yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara. c) Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen
organisasional karyawan outsouring PT J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara. d)
Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasional karyawan outsourcing PT J yang
ditempatkan di Universitas Tarumanagara. e) Pengaruh komitmen organisasional terhadap
kinerja karyawan outsourcing PT J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara.
Metode Penelitian.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono, 2006 : 72). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh karyawan outsourcing PT J di Kampus II Universitas Tarumanagara.Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling, yang merupakan salah
satu bagian dari probability random sampling, dimana pengambilan sampelnya dilakukan
dengan acak sederhana dan setiap obyek mempunyai kesempatan yang sama. Dalam penelitian
ini digunakan metode sampel dengan memberikan kuesioner pada 50 orang karyawan
outsourcing yang ada di Kampus II Universitas Tarumanagara.
Dalam melakukan penelitian ini, cara pengumpulan data yang digunakan adalah:
Kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan memberikan / menyebarkan daftar pertanyaan
kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut ( Husein,
2005 : 49 ). Kuesioner tersebut merupakan angket tertutup yang terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian pertama yang terdiri atas pertanyaan untuk memperoleh data pribadi responden, dan
bagian kedua yang digunakan untuk mendapatkan data tentang demensi-demensi/indikatorindikator dari konstruk-konstruk yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pernyataanpernyataan dalam angket tertutup dibuat dengan menggunakan skala 1- 7, yaitu :
134
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Uji Validitas Dan Reliabilitas
Tabel 1
Validitas Variabel Kepuasan Kerja
Item-Total Statistics
Scale
Scale Mean if Variance if
Item Deleted Item Deleted
Variabel
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Kepuasan Kerja_1
14,8800
9,251
,507
,707
Kepuasan Kerja_2
12,4600
6,907
,648
,613
Kepuasan Kerja_3
12,4200
7,718
,564
,667
Kepuasan Kerja_4
12,5000
7,847
,457
,734
Sumber: Data Primer (Hasil Olahan SPSS)
Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka
setiap butir item-total correlation variable menghasilkan bobot nilai diatas nilai 0, 30, sebagai
mana persyaratan minimalnya.Hal ini menunjukkan bahwa item variable kepuasan kerja dalam
penelitian ini dinyatakan valid.
Tabel 2
Validitas Variabel Motivasi Kerja
Item-Total Statistics
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Variabel
Scale Mean if
Item Deleted
Motivasi_
1
18,5800
12,412
,611
,573
Motivasi_
2
19,1400
13,429
,338
,687
Motivasi_
3
18,9600
13,019
,327
,698
Motivasi_
4
17,7800
14,828
,332
,681
Motivasi_
5
18,1000
11,071
,675
,529
Sumber: Data Primer (Hasil Olahan SPSS)
135
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka
setiap butir item-total correlation variable menghasilkan bobot nilai diatas nilai 0, 30, sebagai
mana persyaratan minimalnya.Hal ini menunjukkan bahwa item variable motivasi kerja dalam
penelitian ini dinyatakan valid.
Tabel 3
Validitas Variabel Komitmen Organisasional
Item-Total Statistics
Variabel
Scale
Scale Mean if Variance if
Item Deleted Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Komitmen_1
14,2400
8,798
,561
,547
Komitmen_2
15,4400
11,149
,333
,667
Komitmen_3
14,5000
11,439
,395
,632
Komitmen_4
14,0000
12,531
,354
,649
Komitmen_5
13,8200
11,783
,547
,585
Sumber: Data Primer (Hasil Olahan SPSS)
Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka
setiap butir item-total correlation variable menghasilkan bobot nilai diatas nilai 0, 30, sebagai
mana persyaratan minimalnya.Hal ini menunjukkan bahwa item variable komitmen
organisasional dalam penelitian ini dinyatakan valid.
Tabel 4
Validitas Variabel Kinerja Karyawan
Item-Total Statistics
Variabel
Scale
Scale Mean if Variance if
Item Deleted Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Kinerja_1
9,0400
4,896
,735
,710
Kinerja_2
9,4000
6,163
,656
,788
Kinerja_3
9,3200
5,896
,670
,773
Sumber: Data Primer (Hasil Olahan SPSS)
Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka
setiap butir item-total correlation variable menghasilkan bobot nilai diatas nilai 0, 30, sebagai
136
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
mana persyaratan minimalnya. Hal ini menunjukkan bahwa item variable kinerja karyawan
dalam penelitian ini dinyatakan valid.
Uji Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas instrument digunakan koefisien alpha cronbach, dimana
secara umum dianggap reliable apabila nilai alpha cronbach>0,60 ( Ghozali, 2001 : 133 ).
Perhitungannya prosedur reliabilitas pada paket program SPSS for windows versi. 16.0.
Tabel 5
Reliabilitas
Variabel
Reliabel (Cronbach's Alpha)
Kepuasan Kerja
0,742
Motivasi Kerja
0,689
Komitmet Organisasional
0,670
Kinerja Karyawan
0,826
Sumber : Data Primer (Hasil olahan SPSS)
Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka
setiap butir koefisien alpha cronbach, dimana secara umum dianggap reliable apabila nilai alpha
cronbach>0,60 sebagai mana persyaratan minimalnya. Hal ini menunjukkan bahwa semua
variable dalam penelitian ini dinyatakan reliable.
Teknik Analisis Data
Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan
yang menentukan teknik dan alat ukur yang obyektif dan pendekatan deskriptif.
Teknik Uji Asumsi
Terdapat 3 (tiga) criteria untuk menguji asumsi yaitu uji normalitas, multikolinieritas, dan
uji heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ini variable dependen
dan independen atau keduanya terdistribusi dengan normal/tidak, caranya dengan melihat
pada hasil normalp plotnya.Jika diperoleh hasil sebaran datanya terletak disekitar garis
lurus dari kiri bawah ke kanan atas, maka datanya terdistribusi secara normal.
(Santoso,2003:347).
b. Uji Multikolinieritas
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi,
yaitu adannya hubungan linier antar variable independen dalam model
regresi.Multikolinieritas terjadi apabila ada dua atau lebih dari dua variable independen
memiliki korelasi yang signifikan atau sempurna mendekati 1 atau -1. Faktor yang
menyatakan adanya multikolinieritas adalah :
137
Muhammad Tony Nawawi
•
•
•
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Jika VIF > 5, berarti ada multikolinieritas
Condition Index > 15, berarti terdapat multikolinieritas
Korelasi antar variable independen kuat ( > 0,5 ), berarti terdapat multikolinieritas
c. Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastitas atau tidak
terjadi heteroskedasitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat grafik plot, jika pada data berpencar disekitar angka nol (0)
pada sumbu y dan tidak membentuk pola atau trend garis tertentu (Santoso, 2003: 28).
Model regresi yang baik adalah
1. Analisis Regresi Berganda.
Analisis Regresi linier bergandadigunakan untuk mengetahui berapa jauh pengaruh dari
variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen), dan dilakukan pengujian koefisien
regresi dengan menggunakan uji-F untuk pengujian secara simultan, dan uji-t untuk menguji
koefisien regresi secara parsial. Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi (tingkat
kesalahan= ά ) sebesar 5%. Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ e
Dimana :
Y
: Variabel Terikat (Dependent Variabel)
a
: Nilai Intersep (Konstanta)
b
: Koefisien regresi
X1, X2,X3 : Variabel Bebas (Independent Variabel)
e
: Epsilon atau Error pada garis regresi, merupakan selisih nilai Y yg diprediksikan
dengan nilai Y yang diperoleh.
Setelah memperoleh persamaan regresi linier berganda dan selanjutnya melakukan
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-F untuk menguji koefisien regresi secara bersamasama (simultan) yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari semua variabel bebas secara
simultan terhadap variabel terikat dan uji-t, untuk menguji koefisien regresi secara parsial, yaitu
menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat.
Analisis Pembahasan.
Deskripsi Subyek penelitian ini akan diuraikan karakteristik responden yang ditinjau dari
jenis kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan, dan lamanya bekerja. Data yang diperoleh
menunjukkan bahwa jumlah responden karyawan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24
orang ( 48%), dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 orang (52 %). Responden karyawan
yang berusia 17-20 tahun sebanyak 5 orang (10%), karyawan yang berusia 21- 25 tahun
sebanyak 20 orang ( 40 %), dan karyawan yang berusia 26 – 30 tahun sebanyak 20 orang (
40%), serta karyawan yang berusia diatas 30 tahun sebanyak 5 orang ( 10 %). Data responden
138
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
karyawan berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa karyawan yang berpendidikan
SMA/ Sederajat sebanyak 47 orang ( 94 %), sedangkan karyawan yang berpendidikan dibawah
SMA sebanyak 3 orang ( 6 %). Status pernikahan dari responden karyawan menunjukkan bahwa
sebanyak 24 orang ( 48 %) yang belum menikah, sebanyak 25 orang ( 50 %) yang menikah,
sedangkan 1 orang ( 2 %) karyawan pernah menikah. Berdasarkan lamanya masa kerja
karyawan menunjukkan sebanyak 13 orang ( 26 %) berkerja kurang dari 1 tahun, masa kerja 1 –
3 tahun sebanyak 30 orang ( 60 %), sedangkan masa kerja karyawan > 3 tahun sebanyak 7 orang
( 14 %).Deskripsi obyek penelitian berisikan tanggapan responden terhadap kelompok
pernyataan atas kepuasan kerja, motivasi kerja, komitmen organisasi, dan kinerja karyawan
berdasarkan penilaian skala likert dengan penjelasan sebagai berikut:
Tabel 6.
Descriptive Statistics
N
Minimum Maximum
Mean
Std.
Deviation
Kepuasan Kerja_1
50
1,00
4,00
2,5400
,93044
Kepuasan Kerja_2
50
2,00
7,00
4,9600
1,29300
Kepuasan Kerja_3
50
2,00
7,00
5,0000
1,21218
Kepuasan Kerja_4
50
1,00
7,00
4,9200
1,32234
Motivasi_1
50
2,00
6,00
4,5600
1,16339
Motivasi_2
50
1,00
7,00
4,0000
1,38505
Motivasi_3
50
1,00
7,00
4,1800
1,49407
Motivasi_4
50
1,00
7,00
5,3600
1,08346
Motivasi_5
50
2,00
7,00
5,0400
1,32419
Komitmen_1
50
1,00
6,00
3,7600
1,50591
Komitmen_2
50
1,00
6,00
2,5600
1,37262
Komitmen_3
50
1,00
6,00
3,5000
1,19949
Komitmen_4
50
1,00
7,00
4,0000
1,01015
Komitmen_5
50
1,00
6,00
4,1800
,91896
Kinerja_1
50
1,00
7,00
4,8400
1,44787
Kinerja_2
50
1,00
7,00
4,4800
1,23288
139
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Kinerja_3
50
Valid N (listwise)
50
1,00
7,00
4,5600
1,28031
Sumber : Data Primer (Hasil SPSS).
Dari table diatas dapat diketahui bahwa nilai mean (×) untuk setiap butir pernyataan
terhadap variable dependent dan variable independent menunjukkan bahwa pada sebagian besar
responden merasa tidak setuju (2) dan agak setuju (5) akan pernyataan pada variable tersebut.
Pengujian Asumsi Model Regresi . Uji Normalitas.
Hasil uji normalitas/ normal plot atau distribusi datanya normal, karena titik-titiknya
mengikuti arah garis diagonal.Jadi dapat disimpulkan model regresi layak digunakan.
Gambar 1
Uji Multikolinieritas.
Cara mendeteksi adanya multikolinieritas, yaitu berdasarkan besaran VIF Variance
Inlation Factor) variable independen. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada table dibawah
ini :
140
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Tabel 7
Coefficientsa
Unstandardized Standardiz
Coefficients ts
Model
B
Std.
Error
Beta
Collinearity
Statistics
t
Toleran
Sig.
ce
VIF
(Constant)
-1,302
,552
-2,359 ,023
Kepuasan
Kerja
,614
,111
,485
5,529 ,000
,756 1,32
3
Motivasi
,338
,117
,257
2,896 ,006
,740 1,35
1
Komitmen
,469
,130
,330
3,596 ,001
,692 1,44
6
a. Dependent Variable: Kinerja
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa ketiga besaran VIF yang diperoleh lebih kecil dari
angka 5, artinya hal ini menunjukkan tidak terdapat multi, sehingga model regresi layak
digunakan pada penelitian ini.
Uji Heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui apakah terdapat heteros atau tidak, maka
Scatter- plot berikut ini :
dapat
dilihat
pada
Gambar 2
141
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Titik-titk pada Scatter Plot menyebar tidak beraturan, dapat diartikan bahwa model
regresi tidak terdapat heteroskedastisitas, sehingga layak digunakan untuk penelitian ini.
Analisis Data.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada , maka terdapat dua persamaan structural,
dimana X1 – X3 adalah Variabel eksogen, dan Y adalah variable endogen. Persamaan
strukturalnya adalah sebagai berikut :Y1 = 0,875+0,284 X1 + 0,322 X2 ( Regresi – Substruktur 1)
Dari persamaan diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :a). Nilai konstanta (a) = 0,875,
artinya bahwa apabila nilai variable independennya sama dengan nol, maka nilai y = 0,875. b)
Nilai koefisien X1 = 0,284, hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai X1 meningkat 1 satuan,
maka kinerja akan meningkat sebesar 0,284 satuan dengan asumsi factor lainnya tetap.c). Nilai
koefisien X2 = 0,322, hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai X2 meningkat 1 satuan, maka
kinerja akan meningkat sebesar 0,322 satuan dengan asumsi factor lainnya tetap.Untuk
mengetahui besarnya variabilitas kepuasan kerja dapat diterangkan variable Motivasi kerja,
dapat dilihat pada angka R Square dibawah ini :
Tabel 8
Model Summaryb
Model
R
Square
R
,555
1
,308
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
,279
,68111
a
a. Predictors: (Constant), Motivasi,
Kepuasan Kerja
b. Dependent Variable: Komitmen
Besarnya angka R Square (R2) adalah 0,308, angka ini digunakan untuk melihat besarnya
variabilitas komitmen organisasi dapat diterangkan dengan menggunakan variable pengaruh
motivasi dan kepuasan kerja sebesar 30,8 %, sementara sisanya sebesar 69, 2 % diterangkan oleh
variable lainnya diluar model ini.
Untuk mengetahui apakah model regresi ini telah memenuhi syarat signifikansi atau
belum, maka diperlukan pengujian anova (Uji F) , dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 9
Model
Sum of
df
Mean
F
Sig.
squares
Square
9,716
1 Regression
2
4,858
10,472
,000a
Residual
21,804
47
,464
Total
31,520
49
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Kepuasan Kerja
142
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
b. Dependent Variable: Komitmen
Berdasarkan hasil uji anova (Uji F), maka dapat dijelaskan bahwa variable komitmen
organisasional dapat berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan motivasi kerja
karyawan, walaupun hanya 30,8 % saja.
Persamaan struktural yang ke -2 adalah sebagai berikut :
Y2 = -1,302 + 0,614 X1 + 0,338 X2 + 0,469 X3 ( Regresi- Substruktur 2)
Dari persamaan diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a). Nilai konstanta (a) = -1,302, artinya bahwa apabila nilai variable independennya sama dengan
nol, maka nilai Y = -1,302 (Menurun). b). Nilai koefisien X1 = 0,614, hal ini menunjukkan
bahwa apabila nilai X1 meningkat 1 satuan, maka kinerja akan meningkat sebesar 0,614 satuan
dengan asumsi factor lainnya tetap. c). Nilai koefisien X2 = 0,338, hal ini menunjukkan bahwa
apabila nilai X2 meningkat 1 satuan, maka kinerja akan meningkat sebesar 0,338 satuan dengan
asumsi factor lainnya tetap.d).Nilai koefisien X3 = 0,469, hal ini menunjukkan bahwa apabila
nilai X3 meningkat 1 satuan, maka kinerja akan meningkat sebesar 0,469 satuan dengan asumsi
factor lainnya tetap.
Dari penjelasan diatas, dapat lihat di dalam table dibawah ini :
Tabel 10
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
B
Std.
Error
Standardized
Coefficients
Beta
Collinearity
Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
1 (Constant)
-1,302
,552
-2,359
,023
Kepuasan
Kerja
,614
,111
,485 5,529
,000
,756 1,323
Motivasi
,338
,117
,257 2,896
,006
,740 1,351
Komitmen
,469
,130
,330 3,596
,001
,692 1,446
a. Dependent Variable: Kinerja
143
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Pembahasan
Pembahasan dari masing-masing pengaruh antar variable, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.Pengujian hipotesis yang dilakukan
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara kepuasan kerja dengan kinerja karyawan
dengan sig. sebesar 0,000(< 0,05). Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Grant
(2001),Burton (2002),Eva Kris D.(2009) bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan.Berdasarkan standardized regession dapat diketahui bahwaindikator kepuasan
dengan rekan sekerja merupakan indikator kepuasan kerjayang paling mengindikasikan peranan
terbesar dalam mengukur kepuasan kerja,dengan nilai estimasi sebesar 0,88 , sedangkan
indikator yang memiliki nilaiindikator yang paling rendah adalah kepuasan terhadap atasan
(supervisor) sebesar0,65. Hal tersebut menunjukkan bahwa karyawan merasa kurang puas
apabilasupervisor (atasan) mengawasi mereka pada saat jam kerja. Karyawan lebih sukaapabila
mereka bekerja dengan teman sekerja mareka dibandingkan bersamadengan atasannya. 2).
Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan,Pengujian hipotesis yang dilakukan
menunjukkan bahwa ada pengaruhpositif antara motivasi dengan kinerja karyawan dengan sig.
sebesar 0,006<0,05.Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Grant (2001),Burton
(2002),Eva Kris D.(2009) bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan.Berdasarkan standardized regession weight dapat diketahui bahwaindikator uang dan
penghargaan lainnya secara keseluruhan merupakan indicator motivasi yang paling berpengaruh
dengan nilai estimasi sebesar 0,89. Lebihlanjut, indikator yang memiliki nilai indikator yang
paling rendah adalah evaluasisebesar 0,77. Hal ini berarti bahwa karyawan outsourcing bekerja
semata–matahanya demi uang tanpa memperhatikan tingkat kinerjanya. Karyawan tidak sukajika
atasan mengevaluasi hasil pekerjaannya.Sedangkan pada variabel kinerja karyawan, berdasarkan
standardizedregession weight dapat diketahui bahwa indikator kuantitas kerja
karyawanmerupakan indikator yang paling berpengaruh dengan nilai estimasi 0,83,sedangkan
indikator kreativitas karyawan kurang berpengaruh dengan nilaiestimasi sebesar 0,71. Hal itu
menunjukkan bahwa jumlah hasil pekerjaanseseorang dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah
ditetapkan oleh perusahaandapat memperlihatkan kinerja karyawan tersebut, sedangkan
kreativitas karyawanyang rendah disebabkan karyawan dapat menyelesaikan masalah
pekerjaandengan mudah tanpa harus mencari jalan keluar yang rumit. 3). Pengaruh kepuasan
kerja terhadap komitmen organisasional. Pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan
bahwa ada pengaruhpositif antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasional dengan nilai
sig. sebesar 0,019<0,05. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Grant (2001), Eva
Kris D. (2009) yang mengemukakan bahwakepuasan kerja berpengaruh positif terhadap
komitmen organisasional.Berdasarkan standardized regession dapat diketahui bahwaindikator
kepuasan dengan teman sekerja merupakan indikator yang berpengaruhdengan nilai estimasi
0,88, sedangkan indikator kepuasan dengan atasan kurangberpengaruh dengan nilai estimasi
sebesar 0,65. Hal tersebut menunjukkan bahwakepuasan karyawan dengan teman sekerja
mempengaruhi komitmen merekaterhadap perusahaan.Selain itu, kepuasan terhadap atasan juga
memberikanpengaruh terhadap komitmen walaupun kecil. 4). Pengaruh motivasi kerja terhadap
komitmen organisasional. Pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada
pengaruhpositif antara motivasi dengan komitmen organisasional dengan nilai sig. sebesar
0,011< 0,05. Hasilini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Burton, James P., Thomas W
144
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Lee,Brooks C Holtom (2002) yang mengemukakan bahwa karyawan yang memiliki motivasi
tinggi akan memiliki komitmen yang tinggi pula terhadap perusahaan.
Berdasarkan standardized regession dapat diketahui bahwa indikator uang dan
penghargaan lainnya merupakan indikator yang berpengaruh dengan nilai estimasi 0,89,
sedangkan indikator evaluasi kurang berpengaruh dengan nilai estimasi sebesar 0,77. Hal
tersebut menunjukkan bahwa bagi karyawan outsourcing, motivasi bekerja karena uang atau
penghargaan lainnya memiliki pengaruh yang besar dibandingkan indikator lainnya sehingga
dapat mempengaruhi komitmen mereka terhadap perusahaan yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap kinerja karyawan tersebut. 5). Pengaruh komitmen organisasional terhadap
kinerja karyawan. Pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada pengaruhpositif
antara komitmen organisasional dengan kinerja karyawan dengan nilai sig. sebesar 0,001< 0,05.
Hasil ini mendukung penelitian Burton dkk.(2002), Eva K.D. (2009) yang mengemukakan
bahwa komitmenorganisasional memiliki korelasi signifikan positif dengan kinerja
karyawan.Berdasarkan standardized regession dapat diketahui bahwaindikator arti perusahaan
bagi diri merupakan indikator yang berpengaruh dengannilai estimasi 0,85, sedangkan indikator
perasaan sebagai bagian dari perusahaankurang berpengaruh dengan nilai estimasi sebesar 0,76.
Hal tersebut menunjukkanbahwa status sebagai karyawan outsourcing dengan jangka kontrak
hanya per – 1tahun menyebabkan komitmen karyawan terhadap perusahaan menjadi
rendahsehingga kinerja mereka kurang.Dari data yang diperoleh, prosentase karyawanyang
terbesar adalah karyawan memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun sehinggakomitmen terhadap
perusahaan masih rendah. Namun disisi lain, karyawandengan masa kerja lebih dari tiga tahun
memiliki komitmen yang tinggi terhadapperusahaan karena mereka masih diperpanjang masa
kontraknya bahkanmemperoleh reward dari perusahaan sehingga hasil dari penelitian ini
masihmenunjukkan arah yang positif tapi tidak signifikan.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian ini, variabel kepuasan kerja berpengaruhsignifikan positif
terhadap komitmen organisasional, namun variabel motivasimenunjukkan hasil yang
tidak signifikan positif terhadap komitmenorganisasional. Di sisi lain, hubungan antara
komitmen organisasional terhadapkinerja karyawan tidak signifikan positif, seperti yang
dihipotesiskan dari awalpembahasan. Sedangkan variabel kepuasaan kerja dan motivasi,
menunjukanpengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja karyawan. Maka, beberapa
halyang dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan PT J sehubungan dengan usaha
meningkatkan kinerja karyawan antara lain:
2. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa indikator kepuasan kerja yangpaling besar
adalah kepuasan terhadap teman sekerja, sedangkan indicator yang paling kecil adalah
kepuasan terhadap atasan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan tidak merasa puas
dengan atasannya.Oleh karena itu, perlu diciptakan iklim kerja yang kondusif antara
karyawan dan atasan agar setiap individu dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.
3. Hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa komitmen organisasionaltidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Haltersebut
mengindikasikan bahwa karyawan outsourcing memiliki komitmenyang rendah terhadap
145
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
perusahaan, maka hendaknya perusahaan mempekerjakan karyawan tetap pada bagianbagian produksi yang penting sehingga tidak mempengaruhi kinerja perusahaan secara
keseluruhan.
4. Karyawan outsourcing hanya ditempatkan pada bagian yang tidak mempengaruhi proses
produksi sehingga tidak menimbulkan resiko tinggi.
5. Dari model yang diajukan, kepuasan kerja dan motivasi lebih berpengaruhpositif
signifikan terhadap kinerja karyawan dibandingkan dengan komitmenorganisasional
terhadap kinerja karyawan. Jadi, pimpinan dapat menfokuskanpada kepuasan kerja dan
motivasi kerja jika ingin meningkatkan kinerjakaryawan karena akan sangat sulit untuk
meningkatkan komitmen mengingatstatus karyawan outsourcing.
Saran
Berdasarkan hasil analisis pembahasan dan kesimpulan yang telah dilakukan, maka saran
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :Adanya keterbatasan waktu karena padatnya jam
kerja pada karyawan outsorcing sebagai sumber informasi dari PT. J sehingga data yang di
peroleh tidak maksimal.Adanya keterbatasan jumlah responden yang hanya berjumlah 50 orang.
Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan melihat keterbatasan pada penelitian ini yang
dapat dijadikan sumber ide bagi pengembangan penelitian ini dimasa yang akan datang.
Perluasan penelitian yang disarankan dari penelitian ini adalah menambah variabel independen
yang mempengaruhi komitmen organisasional untuk meningkatkan kinerja karyawan.Selain itu
indikator-indikator penelitian yang digunakan dalam penelitian dapat ditambah dengan indikatorindikator lain diluar penelitian ini yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Daftar Pustaka
Amtrong, Michael, (1994), Handbook of Personel Management Practise”, 4thed, Kopan
London.
Allen, Nj.,Meyer Pj.,and Smith CA., (1993)”, Commitment to Organisazation and
Occupations: Extention and Test of a Three-Component Conceptualization”,
Journal of Applied Psychology, Vol. 78, no. 4.
Burton, James P; Lee, Thomas W; Holtom, Brooks C, (2002), “The influence of Motivation to
Attend, Ability to Attend, And Organizational Commitment on Different Types of Absence
Behaviors,” Journal of Management Issues Summer. P. 181-197.
Chandra K. (2007),” Outsourcing (Alih daya) dan Pengelolahan Tenaga Kerja pada Perusahaan:
(Tinjauan Yuridis terhadap UU no.13/2003 tentang Ketenagakerjaan)”, Jurnal Hukum,
Mei 20.2007.
Cooke, Ernest F.,(1999), “Control and Motivation in Sales Management
Compensation Plan”, Journal of Marketing Theory and Practice.
through The
Dessler, Gary, (1992), “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jakarta: PT. Prehalindo.
146
Muhammad Tony Nawawi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Doyle, P. and Wong,V.’(1998), “Marketing and Competitive Performance: An Empirical
Study”, European Journal of Marketing, Vol.32 :5/6 Page:514-535.
Dian Tri Utami (2008), “Hubungan
Outsourcing di PT X.
Job Insecurity
dengan
kepuasan
kerja karyawan
Fuad Mas’ud, (2004), Survai Diagnosis Organisasional”,Semarang: BP Undip.
Grant, kent et al, (2001),”The role of Satisfaction With Territory Design on The Motivation,
Attitudes, and Work Outcomes of Salespeople”, Journal of The Academy of marketing
Scienses, vol.23, no. 2, p.165-178.
Gunarto, S.(2006),”Perlindungan Hukum
Yogyakarta: Universitas Atmajaya.
bagi Tenaga kerja
kontrak
Outsourcing”,
Ghozali, Iman (2001), Aplikasi analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang: BPUndip.
Husien, Umar, (2005),” Metode Penelitian Untuk Bisnis”, Jakarta: Erlangga.
Johnson, Dongoran, (2001),”Komitmen
Ekonomi, 7(1), hal.35-36.
Organisasional: Dua
sisi
Sebelah
Koin”, Dian
Luthan, Freed, (2002), Organizational Behavior”, Sixth Ed. Boston: McGraw-Hill, Inc.
Mangkunegara, Anwar P.(2008),”Manajemen SDM Perusahaan”, Bandung: PT.Rinaja
Rosdakarya.
McNeese-Smith, Donna (1996), Increasing Employee Productivity, Job Satisfaction, and Orgl
Commitment,”Hospital & Health Services adm, Vol.41: 2p.160-175.
Moh.Faiz Pan.(2007), Outsourcing (Alih daya) dan Pengelolahan Tenaga Kerja pada
Perusahaan. (Tinjauan Yuridis terhadap UU no.13/2003 tentang Ketenagakerjaan)
Ostroff, C.,(1992), “The relationship Between Satisfaction Attitudes and Performanceon
Organizational level Analysis”, Journal of Applied Psychology, Vol. 77. No. 6 p. 963974.
Robbins, Stephen P.(2008),”Perilaku Organisasi”. Jakarta: PT. Salemba Empat Terjemahan:
Angelica Diana.
------------------- (1996), Organizational Behavior Concept, Controversiest, Application”, Eagle
wood Cliffs, Prentice Hall Inc..
Sugiyono, (2006), Metode Penelitian Bisnis, Ed.8. Bandung: Alfabeta.
Santoso,singgih dan Tjiptono, Fandy (2003), “Riset Pemasaran konsep dan Aplikasi dengan
SPSS”, Jakarta, PT. Elex Media Komputerindo.
T.Hani Handoko (2001), Manajemen Personalia dan SDM, Yogyakarta: BPFE.
147
Dedi Rianto Rahadi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
EKONOMI KREATIF DAN BUSINESS MODEL CANVAS
BAGI WIRAUSAHA SOSIAL DI SEKTOR UKM
Oleh :
Dedi Rianto Rahadi
Email : [email protected]
Universitas Presiden
Abstrak
Ekonomi kreatif dapat dijadikan pilihan bagi Social Entrepreneur untuk
mengembangkan sektor UKM menghadpi persaingan. Ekonomi kreatif adalah sebuah
konsep dan gagasan di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas
dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor
produksi yang utama. Business Model Canvas sebagai alat untuk membantu melihat lebih
akurat bagaimana bentuk usaha yang sedang atau akan dijalani atau untuk menggambarkan
sebuah bisnis secara menyeluruh. Metode kualitatif interaktif digunakan dalam penelitian,
dimana menggunakan studi yang mendalam dengan menggunakan teknik pengumpulan data
langsung secara alamiah. Sumber informasi adalah informan yang terlibat dalam
kewirausahaan sosial, seperti Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat serta UKM yang akan
dijadikan model penerapan kewirausahaan sosial melalui Business Model Canvas.
Hasil Penelitian menunjukkan model bisnis kanvas, minimal memberikan arahan kepada
sektor UKM untuk mengetahui apa yang harus dilakukan. Pilihan ekonomi kreatif
merupakan inovasi dengan memanfaatkan teknologi informasi yang semakin murah.
Penjualan online, design system dan membuat iklan online menjadi pilihan bagi sektor bisnis
UKM. Kedepan perlu dilakukan pembinaan dan pendampingan agar UKM selalu kreatif dan
inovatif dalam menjalankan usaha sosialnya.
Kata Kunci : Business Model Canvas, ekonomi kreatif dan Social Entrepreneur
Latar Belakang
Model kreativitas yang didukung nilai seni, teknologi, pengetahuan dan budaya
menjadi modal dasar untuk menghadapi persaingan. Social entrepreneurship memiliki
peluang untuk mewujudkan kreatifitas dalam membantu permasalahan sosial yang dihadapi
Indonesia. Kewirusahaan sosial merupakan bagian dari solusi alternatif yang kreatif karena
tidak hanya berorientasi pada keuntungan belaka akan tetapi juga kesejahteraan masyarakat.
Melalui kewirausahaan sosial, minimal masalah ketimpangan ekonomi dapat terurai melalui
keterlibatan masyarakat khususnya seorang entrepreneur. Komunitas entrepreneur akan
dilibatkan langsung menjadi pelaku bisnis dan keuntungannya yang diperoleh sebagian
dikembalikan ke masyarakat untuk dikembangkan. Diharapkan sektor UKM yang menjadi
ujung tombak selalu mandiri dalam hal finansial dan tidak selalu menggantungkan pada
kebijakan pemerintah.
Ekonomi kreatif dapat dijadikan pilihan bagi Social Entrepreneur untuk
mengembangkan sektor UKM menghadpi persaingan. Ekonomi kreatif adalah sebuah
konsep dan gagasan di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas
dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor
produksi yang utama. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan Social Entrepreneur untuk
148
Dedi Rianto Rahadi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
ikut serta membantu masalah sosial. Menurut (Austin, James, Howard Stevenson, and Jane
Wei-Skillern., 2006) didalam bukunya yang berjudul Entrepreuneurship Social Entreprise
Corporate Social Responsibility : Pemikiran, konseptual dan praktik kewirausahaan sosial
adalah Social entrepreneurship is innovative, social value creating activity that can occur
within or across the nonprofit, business, and public sectors. Artinya kewirausahaan sosial
adalah upaya inovatif, aktifitas menciptakan nilai sosial yang dapat terjadi di dalam atau di
bisnis, nirlaba, dan sektor publik. Seseorang Social Entrepreneur paham dan mengerti
terhadap permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk
melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan
(welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur
keberhasilan dari kinerja keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan) maka social
entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.
Untuk mendukung kegiatan Social entrepreneurship dibutuhkan tools yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan aktifitas operasional usahanya. Business Model
Canvas (BMC). Business Model Canvas sebagai alat untuk membantu melihat lebih akurat
bagaimana bentuk usaha yang sedang atau akan dijalani. Atau dengan kata lain BMC adalah
bentuk gambaran yang sederhana dan mudah dimengerti untuk menggambarkan sebuah
bisnis secara menyeluruh.
Salah satu sektor usaha yang dapat dijadikan mitra adalah Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) khususnya di Kota Palembang. Jumlah UKM di kota Palembang relatif kecil yaitu
sebesar 130 perusahaan (lihat tabel 1) tidak sebanding dengan jumlah penduduk kota
palembang 1.580.517 orang pada tahun 2015 (BPS Kota Palembang, 2015).
Tabel 1. Industri UKM dan Jumlah Tenaga Kerjanya di Kota Palembang, 2015
Sektor usaha yang banyak dilakukan UKM diantaranya usaha kuliner, fashion
(pakaian, kain), furniture dan usaha perdagangan kecil (warung tradisional). Jumlah tenaga
kerja yang digunakan masih relatif kecil tetapi hal ini harus menjadi tantangan bagi
stakeholder khususnya Social entrepreneurship untuk membantu keberlangsungan UKM.
149
Dedi Rianto Rahadi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Hasil observasi dilapangan menunjukkan permasalahan yang dihadapi UKM di kota
palembang hampir relatif sama di berbagai daerah di Indonesia, diantaranya masalah
permodalan serta kreatifitas dan inovasi dalam mengembangkan usahanya. UKM masih
mengedepankan pendekatan tradisional dan minim dalam mengembangkan usahanya. Di sisi
lain jumlah Social entrepreneurship relatif masih minim dan keberadaan yang mudah
ditemui adalah Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat. Kondisi ini menunjukkan perlu dilakukan
pembinaan dan pendampingan agar UKM dapat berkembang dan menjadi pelaku Social
entrepreneurship. Perumusan masalah adalah bagaimana social entrepreneur dapat
mendukung ekonomi kreatif bagi UKM melalui business model canvas ?. Tujuan penelitian
untuk membantu social entrepreneur mendukung ekonomi kreatif bagi UKM melalui
business model canvas.
Landasan Teori
Business Model Canvas (BMC).
Menjabarkan model bisnis dengan benar akan membantu kita menemukan tujuan
bisnis secara jelas dan membahas tentang target apa yang harus dicapai terlebih dahulu. Salah
satu perangkat analisis yang bisa membantu kita menemukan model bisnis yang tepat adalah
model bisnis kanvas. Model bisnis yang satu ini pertama kali diperkenalkan oleh Alexander
Osterwalder dalam bukunya yang berjudul Business Model Generation (Alexander
Osterwalder, Yves Pigneur, 2010). Dalam buku tersebut, Alexander mencoba menjelaskan
sebuah framework sederhana untuk mempresentasikan elemen-elemen penting yang terdapat
dalam sebuah model bisnis.
Bisnis Model Kanvas adalah salah satu alat untuk membantu melihat lebih akurat bagaimana
rupa usaha yang sedang atau akan dijalankan. Berikut ini adalah komponen dari Business
Model Canvas (BMC).
a) Customer Segments (segmen pelanggan) yaitu menjelaskan siapa saja target-target
pelanggan. Apakah memang untuk pasar masal, pasar tertentu yang tersegmentasi,
pasar yang bersifat lebih khusus, atau yang seperti apa? Segmentasi dapat ditujukan
kepada lebih dari satu pelanggan. Mendeskripsikan segmen pelanggan akan
menentukan apa produk dan jasa yang nantinya akan diberikan kepada pelanggan.
b) Value proposition (nilai yang ditawarkan) yaitu keseluruhan gambaran produk atau jasa
yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan para customer, manfaat yang ditawarkan
kepada segmen pasar yang dilayani. Nilai-nilai tambah apa saja yang bisa diberikan
terkait untuk membantu pelanggan memenuhi kebutuhannya.
c) Channels (saluran) yaitu bagaimana cara agar produk, jasa, dan nilai tambah yang kita
ciptakan ini disadari, dibeli, dan sampai ke tangan customer sesuai dengan apa yang
kita janjikan. Channels merupakan sarana bagi organisasi untuk menyampaikan value
proposition kepada customer segment yang dilayani. Channels berfungsi dalam
beberapa tahapan mulai dari kesadaran pelanggan sampai ke pelayanan purna jual.
d) Revenue stream (aliran pendapatan) yaitu penjelasan tentang apa saja hal-hal yang
membuat bisnis mendapatkan pemasukan dari para pelanggannya.
e) Customer Relationship (hubungan dengan pelanggan) yaitu menjaga hubungan atau
menjalin ikatan dengan pelanggan agar pelanggan merasa nyaman dan dekat.
f) Key Activities (aktivitas utama) yaitu aktivitas atau proses kunci yang ada di bisnis
tersebut. Merupakan kegiatan utama untuk dapat menjalankan atau menciptakan value
proposition.
150
Dedi Rianto Rahadi
Jurnal Manajeme
men Bisnis Indonesia
Vol. 3,, Nomor
N
1, Oct 2015
g) Key Resources (sumber
er daya utama) yaitu sumber daya kunci
ci atau utama yang
diperlukan dalam menc
nciptakan nilai tambah bagi para pelanggan,, sumber daya yang
miliki yang digunakann untuk
u
mewujudkan value proposition. Sumbber daya umumnya
berwujud manusia, tekno
nologi, peralatan,channel maupun brand.
h) Key Partners (partner
er utama) yaitu berhubungan dengan supplier,distributor,
s
atau partner dalam hal la
lain.
i) Cost structure (strukturr pembiayaan) yaitu penjelasan mengenai stru
truktur-struktur biaya
yang terlibat dan dikelua
luarkan dalam bisnis, baik itu fixed andvariable
le cost, maintenance
cost, operational costt dan sebagainya. Komposisi biaya untuk
tuk mengoperasikan
organisasi mewujudkan
an value proposition yang diberikan kepada pelanggan.
p
Struktur
biaya yang efisien, menj
njadi kunci besarnya laba yang diperoleh.
Dari uraian tersebut dapat dilih
ilihat pada gambar 1
Gambar 1. komponen
ko
dari Business Model Canvas (BM
MC).
Sumber : (Alexander
(A
Osterwalder, Yves Pigneur, 2010)
0)
Kewirausahaan sosial (Socia
ial Entrepreneurship)
Berdasarkan pengert
rtiannya, kewirausahaan sosial (Social Entrepreneurship)
merupakan sebuah istilah turu
runan dari kewirausahaan. Gabungan dari kedu
dua kata, yaitu social
yang artinya kemasyarakatan
an dan entrepreneurship yang artinya kewirau
ausahaan. Pengertian
kewirausahaan sosial menuru
urut (Gerald G. Smale, Graham Tuson, Daaphne Statham, Jo
Campling, 2000) :“Social entrepreneurship
en
is ability to initiate, leadd and carry though
problem-solving and an under
erstanding that all resource all locations are
re really stewardship
investment”.(dalam handoutt Dialog
D
Interaktif Membangun Ekonomi Raky
kyat Melalui Inovasi
Kewirausahaan Sosial, 2008
08). Artinya kewirausahaan sosial adalah kemampuan
k
untuk
menggagas, memimpin dan melaksanakan
m
strategi pemecahan masalah,, melalui
m
kerja sama
dengan orang lain dalam semuua jenis jaringan sosial.
Sedangkan menurut (Christian Seelos, Johanna Mair, 2017) kewirausahaan
kew
sosial
adalah“social entrepreneurship as the innovative use of to create a sociall venture
v
are formed
resource combinations to purs
rsue opportunities aiming at the creation of organizations
or
and/or
practices that yield and sustain
sus
social benefits.” Artinya kewirausaha
haan sosial sebagai
penggunaan inovasi untuk me
membuat sebuah usaha sosial dari kombinasii sumber
s
daya untuk
mengejar peluang dengan meengarah pada pembentukan organisasi dan/at
/atau praktek-praktek
151
Dedi Rianto Rahadi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
yang dihasilkan dan mempertahankan manfaat sosial. Dari pengertian didatas,
disimpulkan bahwa kewirausahaan sosial merupakan suatu gagasan atau ide
menjalankan strategi pemecahan masalah sosial dengan memberdayakan masyarakat
inovatif dan kreatif melalui kegiatan usaha sosial untuk menciptakan nilai-nilai
dilingkungan masyarakat.
dapat
dalam
secara
sosial
Elemen kewirausahaan sosial lebih ditekankan pada dua elemen kunci. Elemen
pertama kewirausahaan sosial ditekankan pada inovasi, kewirausahaan adalah proses kreatif
mengejar kesempatan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Sedangkan elemen yang kedua,
kewirausahaan sosial menciptakan nilai-nilai sosial. Kedua dimensi dasar ini menandakan,
bahwa kewirausahaan sosial berbeda dengan kewirausahaan bisnis. Pada tabel 2
memperlihatkan perbedaan motof sosial dan komersial menurut (Dees, 2001)
Tabel 2. Motif Sosial dan Komersial
Sumber (Dees, 2001)
Enam Aspek Kewirausahaan Sosial
Didalam menjalankan kegiatan kewirausahaan sosial, (Dees, 2001) terdapat enam
aspek kewirausahaan sosial. Keenam aspek kewirausahaan sosial terdiri dari :
a) Proses mendefinisikan tujuan misi (defining your mission)
Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan organisasi
dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut,
diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal
organisasi dan mengetahui peran dan program serta hasil yang akan diperoleh dimasa
mendatang.
b) Proses mengenali dan menilai peluang (recognizing and assessing new opportunities).
Setiap kewirausahaan sosial harus mampu mengenal, melihat dan menilai peluang.
Sebagai contoh penggunaan teknologi informasi yang semakin murah, memiliki
peluang untuk digunakan sebagai proses awal kegiatan sosial.
c) Proses mobilisasi sumber daya (mobilizing resources).
Sumberdaya tidak selalu indetik dengan uang, walaupun uang merupakan hal yang
cukup penting, tetapi ada sumberdaya lainnya yang dapat melengkapi keberadaan
152
Dedi Rianto Rahadi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
uang. Memanfaatkan sumber daya yang tidak berwujud untuk menjalankan usaha,
merupakan hal yang perlu menjadi perhatian, misalnya hubungan relasi, pengetahuan,
ide sesuatu hal yang diperhatikan.
d) Proses manajemen resiko (risk management).
Seorang Social Enterpreneur dalam merealisasikan ide-idenya harus dihadapkan pada
sebuah tantangan. (Dees, 2001) menjelaskan bahwa resiko dalam kewirausahaan
sosial adalah: "For the purpose of our approach to nonprofit risk, we may simply say
that risk is the “possibility of an undesirable outcome. We can further define risk by
saying that it can be understood as having two basic components that allow us to
determine the potential severity of risk: (1) the potential magnitude of undesirable
outcomes if they do occur-the "downside"-and (2) the possibility that these
undesirable outcomes will actually occur”. Artinya, resiko adalah kemungkinan yang
tidak diharapkan. Resiko dapat didefinisikan sebagai dua komponen yaitu: (1) potensi
besar yang tidak diharapkan terjadi karena tidak memperhitungkan sisi buruk, dan (2)
kemungkinan bahwa hasil-hasil yang tidak diinginkan akan benar-benar terjadi. Jadi
dalam merealisasikan ide atau gagasannya. Hambatan-hambatan dalam menjalankan
suatu kegiatan kewirausahaan sosial muncul secara tidak terduga. (Dees, 2001)
menyatakan resiko atau hal-hal tidak terduga yang harus dihindari oleh wirausahawan
sosial adalah:
Kerugian keuangan.
Reputasi yang menjadi buruk.
Rusaknya moral internal.
Hilangnya pengaruh politik.
Kehilangan kesempatan.
Penyimpangan misi.
e) Mengidentifikasi dan menarik pelanggan (understanding and attracting customers)
Konsumen atau pelanggan didalam kewirausahaan sosial adalah mereka yang ikut
berpartisipasi dengan sukses dalam mendukung misi sosial. Partisipasi ini bisa dalam
bentuk penggunaan layanan, berpartisipasi dalam suatu kegiatan, relawan,
memberikan uang atau barang untuk sebuah organisasi nirlaba, atau bahkan membeli
layanan atau produk yang dihasilkan organisasi tersebut. Fokus wirausaha sosial
pelanggan adalah untuk menyalurkan semua hasil sumberdaya sehingga tercipta
kebaikan sosial. Mengidentifikasi pelanggan sangat penting karena pelanggan
merupakan pasar untuk menyalurkan barang dan jasa.
f) Proses Manajemen Keuangan (Financial Management).
Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan
dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun
usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembiayaan secara efisien
(Sartono, 2008)
Ekonomi Kreatif
Ekonomi kreatif adalah gagasan baru sistem ekonomi yang menempatkan informasi
dan kreativitas manusia sebagai faktor produksi yang paling utama. Ide merupakan barang
mahal dalam ekonomi kreatif, karena ide-ide yang kreatif inilah yang akan mendorong
terciptanya inovasi-inovasi yang kemudian menjadi solusi baru dan produk baru, dimana ini
merupakan jawaban selama ini atas masalah minimnya kualitas produk yang sesuai dengan
kebutuhan pasar. John Howkins mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai the creation of value
as a result of idea. Howkins menjelaskan ekonomi kreatif sebagai “kegiatan ekonomi dalam
masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak
153
Dedi Rianto Rahadi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan
ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan
Elemen Ekonomi kreatif
Menurut (Auburn, 2007) elemen ekenomi kreatif meliputi input, kreasi, produksi,
diseminasi dan dukungan sistem, seperti pada gambar 2.
a) Input: Perusahaan yang menyediakan bahan, bagian, atau peralatan yang digunakan
oleh perusahaan dalam kategori penciptaan misalnya, toko peralatan seni.
b) Penciptaan: Semua perusahaan yang memproduksi kekayaan intelektual kreatif asli,
atau keuntungan yang kompetitif bergantung pada menggabungkan estetika khas
bahan ke dalam produk atau jasa mereka. Ini termasuk orang wiraswasta yang berasal
konsep kreatif dan barang dagangan.
c) Produksi: Perusahaan yang mereproduksi seni- atau barang atau jasa berdasarkan
desain- seperti film dan video produksi, suara studio, penerbit, printer, dan penciptaan
seni. komponen ini juga termasuk perusahaan manufaktur yang menggabungkan seni
dan desain ke produk mereka, tetapi umumnya tidak dianggap perusahaan kreatif.
d) Diseminasi: Entitas yang memberikan seni- atau produk berbasis desain-ke publik,
seperti buku dan musik toko, teater, dan museum.
e) Support System: Lembaga yang memfasilitasi seni dan desain berbasis aktivitas,
termasuk sekolah, dewan kesenian, organisasi nirlaba, inkubator seni, agen, layanan
bisnis, dan lembaga pemerintah.
Gambar 2. Elemen Ekonomi Kreatif
Sumber : (Auburn, 2007)
Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah
metode kualitatif interaktif, dimana menggunakan studi yang mendalam dengan
menggunakan teknik pengumpulan data langsung secara alamiah. Peneliti menghimpun,
mengidentifikasi, dan menganalisis serta mengadakan sintesis data untuk memberikan
interpretasi terhadap konsep, kebijakan, dan peristiwa yang secara langsung ataupun tidak
langsung diamati (Sukmadinata, 2009). Sumber informasi adalah informan yang terlibat
dalam kewirausahaan sosial, seperti Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat serta UKM yang akan
154
Dedi Rianto Rahadi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
dijadikan model penerapan kewirausahaan sosial melalui Business Model Canvas. Pada
gambar 3 memperlihatkan kerangka penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut : Tahap
pertama, diawali lembaga social entrepreneurship melakukan pembinaan dan pendampingan
dibidang ekonomi kepada bisnis-bisnis UKM yang ada diwilayahnya. Tahap kedua, bisnis
usaha UKM diarahkan untuk menjadi kreatif dan inovatif melalui pendekatan ekonomi
kreatif. Tahap ketiga setelah bisnis UKM telah menentukan bidang bisnis kreatifnya sesuai
dengan usaha yang telah dijalankannya, selanjutnya pada tahap keempat, usaha bisnis UKM
akan di beri pelatihan bagaimana membuat perencanaan bisnisnya dengan menggunakan
Business Model Canvas.
Gambar 3 : Kerangka Pemikiran Penelitian
Hasil dan pembahasan
Hasil Penelitian
Dari hasil observasi dilapangan memperlihatkan ada beberapa lembaga yang fokus
pada kewirausahaan sosial diantaranya adalah Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat. Dompet
Dhuafa (DD) Sumsel terus menggulirkan program untuk membantu masyarakat yang belum
beruntung, dengan mengoptimalkan perannya lembaga sebagai jembatan antara kalangan
yang berpunya (muzakki) dengan golongan lemah lainnya (mustahiq). Tujuan mulia
dilakukan agar mereka yang membutuhkan tak perlu memelas, sedangkan yang memberi
selamat dari perasaan jumawa (riya). Semangat kepedulian tersebut semakin nyata dirasakan
dengan diwujudkan ke dalam beberapa program kepedulian Dompet Dhuafa
(DD) Sumsel. Bersama masyarakat sebagai donatur serta stakeholder lainnya, DD
Sumsel terus mengembangkan beberapa program, mulai dari program pengembangan sosial,
pendidikan, kesehatan, hingga pemberdayaan dhuafa. Seperti halnya Dompet Dhuafa,
aktifitas Rumah Zakat (RZ) adalah lembaga filantropi yang mengelola zakat, infak, sedekah,
serta dana sosial lainnya melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Program
pemberdayaan direalisasikan melalui empat rumpun utama yaitu Senyum Juara (pendidikan),
Senyum Sehat (kesehatan), Senyum Mandiri (pemberdayaan ekonomi), serta Senyum Lestari
(inisiatif kelestarian lingkungan). Kedua lembaga tersebut dari sisi ekonomi tidak hanya
membantu dari sisi personal tetapi juga membantu UKM dalam mengembangkan usahanya.
155
Dedi Rianto Rahadi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Contoh Kegiatan DD memberikan program pelatihan keterampikan menjahit pada bulan
Maret 2016, dan sudah berhasil memberikan kemampuan menjahit bagi 20 orang peserta.
Pelatihan keterampilan membuat pempek ini sebagai tindak lanjut dari program Social
Entrepreneur Camp (SEC).
Agar kegiatan yang dilakukan tepat sasaran, hendaknya Wirausaha sosial melihat
masalah sebagai peluang untuk membentuk sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi
pemberdayaan masyarakat sekitar. Seorang social enterpreneur adalah seseorang yang cakap
dalam melihat tantangan sebagai peluang, melihat sampah menjadi uang, dan melihat
masyarakat sebagai subjek bukan objek dari usahanya. Masyarakat berperan sebagai mitra
strategis usahanya, bukan sekedar sebagai pelanggan atau konsumen. Hasil yang ingin
dicapai bukan mencari keuntungan materi atau kepuasan pelanggan, melainkan bagaimana
gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat. Pola yang terjadi
dalam kewirausahaan sosial adalah antara pengusaha – pekerja – masyarakat. Ketiganya
bersinergi dalam membentuk simbiosis mutualisme, dampaknya adalah kesejahteraan,
keadilan sosial dan pemerataan pendapatan.
Dari hasil observasi dan wawancara terhadap 5 sektor bisnis UKM yang bergerak
pada usaha kuliner, furniture dan feysion. Kegiatan yang mereka lakukan masih bersifat
tradisional, dimana mereka lebih cenderung mengutamakan segmen pasar lokal. Keberadaan
social enterpreneur (Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat) menjadi cukup penting untuk
menjadikan sektor bisnis UKM sebagai mitra. Pengenalan dan pemahaman tentang ekonomi
kreatif bagi sektor bisnis UKM sangat penting. Diawali dengan melihat keahlian,
ketrampilan dan kreatifitas dari masing-masing sektor bisnis UKM dalam menciptakan
inovasi usahanya. Dari hasil wawancara serta pengamatan terhadap sektor bisnis UKM yang
mereka lakukan dapat disimpulkan, kecendrungan memanfaatkan teknologi informasi dalam
menjalankan usahanya. Dimana teknologi informasi yang akan digunakan sudah banyak di
pasaran dan harganya relatif murah. Aktifitas ekonomi kreatif yang mereka lakukan
diantaranya design product, online shop dan media advertising online. Langkah selanjutnya
akan diberikan pemahaman bagaimana membuat Business Model Canvas. Dengan merujuk
dari Business Model Canvas dibuatlah pertanyaan terkait dengan model ekonomi kreatif.
Mulai dari Customer Segment, diikuti dengan Value Proposition, Channel, Customer
Relationship, Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partners, dan Cost
Structure. Penjelasan Business Model Canvas dilakukan melalui role play, sehingga mereka
lebih mudah dalam menterjemahkan apa yang harus mereka lakukan. Adapun hasil Business
Model Canvas sebagai berikut :
156
Dedi Rianto Rahadi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Gambar 4. Business Model Canvas Sektor Bisnis UKM
Pada gambar 4, dibuat secara umum gambaran model bisnis canvas yang akan
dilakukan sektor bisnis UKM. Bisnis UKM menyesuaikan dengan jenis usahanya misalnya
kuliner, maupun produk furniture. Dari hasil model bisnis kanvas tersebut, minimal sektor
UKM sudah mengetahui apa yang harus dilakukan, berdasarkan elemen ekenomi kreatif
meliputi input, kreasi, produksi, diseminasi dan dukungan sistem (Auburn, 2007) .
Pembahasan
Persaingan Bisnis UKM
Sektor UKM tidak luput dari persaingan bisnis yang kompetitif, cepat berubah, dan
kondisi ini semakin sulit untuk perusahaan terutama untuk membuat keputusan bisnis. Sektor
bisnis UKM akan berhadapan dengan informasi baru tentang teknologi informasi, siklus
hidup produk yang lebih pendek, pasar global, dan persaingan ketat. Sektor bisnis UKM juga
harus mengelola lingkungan, saluran distribusi, rantai pasok, implementasi TI yang mahal,
kemitraan strategis, dan fleksibel untuk berkreasi dengan perubahan pasar.
Untuk mendukung persaingan tersebut, Sektor usaha UKM dapat menerapkan model
bisnis berbasis sosial. Ada beberapa manfaat dengan menerapkan model bisnis berbasis
sosial. Pertama, terkait dengan komponen-komponen yang ada pada model bisnis kanvas,
model bisnis kanvas memudahkan para perencana dan pengambil keputusan untuk melihat
hubungan logis antara komponen-komponen dalam bisnis sosialnya, sehingga akan
memberikan nilai bagi pelanggan dan perusahaan. Kedua, model bisnis kanvas dapat
digunakan untuk menguji konsistensi hubungan antar komponen. Ketiga, model bisnis kanvas
dapat digunakan untuk mengevaluasi semua elemen yang terlibat didalamnya. Keempat,
model bisnis kanvas bersifat fleksibel bilamana terjadi perubahan-perubahan baik dari sisi
internal maupun eksternal.
Sektor bisnis UKM, akan didesain agar mampu memberi kompetensi/keahlian
internal sehingga menghasilkan keuntungan kompetensi yang pada akhirnya dapat
mewujudkan kreatifitas dan inovasi. Hal ini konsisten dengan resourced-based theory, yang
melihat bahwa perusahaan kecil sebagai kumpulan dari berbagai sumber daya dan kapabilitas
157
Dedi Rianto Rahadi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
(Barney, 1991). Keuntungan kompetitif dapat muncul dari keputusan yang baik atas aktivitas
biasa (misalnya: produksi), koordinasi yang baik antara berbagai aktivitas-aktivitas tersebut
(misalnya: proses pengembangan produk), manajemen yang baik (misalnya: supply chain
management) (Gulati, R., & Singh, H., 1998). Inovasi dalam model bisnis dapat membuat
peluang yang besar dalam periode pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun, pemilihan
model bisnis yang tepat bagi perusahaan merupakan hal yang sangat krusial karena akan
memengaruhi atmosfer ekonomi dan peluang pasar.
Diharapkan sektor bisnis UKM akan menjadi embrio dalam social entrepreneurship,
dimana interaksi serta kemitraan dengan semua stakholder dan masyarakat menjadi sangat
penting. Adanya ketidakpastian dari sisi internal dan eksternal sering terjadi disektor UKM.
di lingkungan eksternal perusahaan biasanya ditentukan oleh tiga hal, yaitu kompleksitas,
kestabilan, dan kelangkaan. Ketidakpastian ini dapat memengaruhi model bisnis perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan perlu berinovasi dalam model bisnisnya untuk bertahan di
tengah-tengah ketidakpastian tersebut. Dari sisi internal keberadaan sumber daya manusia
perlu ditingkatkan dan terus dilakukan pendampingan guna meningkatkan ketrampilan baik
dari sisi managemen maupun kreatifitasnya.
Inovasi model bisnis berbasis sosial perlu dipahami para pelaku UKM, agar mampu
mengenal pesaing baik sebagai ancaman maupun sebagai mitra serta pengembangan
usahanya dimasa depan. (Raphael Amit and Christoph Zott, 2012).
Pengembangan Wirausaha sosial
Untuk memotivasi sektor bisnis UKM, perlu dilakukan kompetisi agar menjadi
mandiri dan terus memiliki ide kreatif. Kewirausahan sosial sebagai pihak yang memiliki
kompetensi serta pengalaman dibidang usaha sosial dapat menjadi pelopor dalam
mengadakan kompetisi usaha sosial. Tujuan dari kompetisi ini adalah mengidentifikasi dan
mendukung wirausahawan sosial potensial yang memiliki ide cemerlang untuk membantu
mengembangkan potensi masyarakat. Bisnis usaha UKM yang memiliki ide-ide brilian untuk
membuat dan mengelola wirausaha sosial perlu dibantu dan didampingi agar tetap berkreasi.
Wirausaha sosial diidentifikasi melalui proses seleksi kompetisi akan mendapat kesempatan
peningkatan kapasitas dan jaringan, termasuk kesempatan untuk memenangkan dana awal
untuk mendukung pembentukan dan pertumbuhan usaha sosial mereka. Kompetisi ini
dirancang untuk mengidentifikasi dan mendukung wirausahawan sosial untuk menginspirasi
generasi pembuat perubahan yang potensial. Selain diadakan kompetisi, perlu juga dilakukan
peningkatan keterampilan untuk wirausahan sosial (Skills for social entrepreneurs/SSE).
Pembelajaran dilakukan dengan menyediakan pelatihan keterampilan dan pendampingan
profesional bagi para calon dan praktisi wirausaha, termasuk akses terhadap keahlian dari
lembaga yang memiliki pengalaman dibidang kewirausahaan sosial. social entrepreneurs
juga diikutsertakan dalam jaringan rekan global, dan peluang pendanaan yang
memungkinkan mereka untuk membangun usaha sosial yang sukses. Tujuan diberikan
keterampilan untuk Wirausahawan Sosial (SSE) adalah mendukung organisasi dalam bidang
wirausaha sosial dengan menggunakan pendekatan bisnis untuk memenuhi kebutuhan sosial
dan lingkungan dengan demikian memberikan dampak positif di komunitas mereka.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil uraian diatas dapat disimpulkan sektor bisnis UKM di kota Palembang
memiliki peluang untuk menjadi social entrepreneur, hal terlihat adanya dukungan social
entrepreneuship terhadap keberadaan UKM. Ekonomi kreatif dapat menjadi pilihan bagi
UKM dalam mengembangkan usahanya menuju social entrepreneuship. Pengembangan
158
Dedi Rianto Rahadi
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia
Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
sektor UKM akan menjadi lebih optimal bilamana UKM dibekali bagaimana membuat
Business Model Canvas, sebagai landasan dalam menjalankan usahanya. Saran yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas social entrepreneuship, dapat dilakukan
kompetisi untuk memperoleh bantuan pendanaan serta diberikan pelatihan dan pendampingan
secara berkesinambungan. Kemitraan dengan masyarakat sangat penting sebagai indikator
keberhasilan dalam menumbuhkan kemandirian dimasyarakat serta mengurangi tingkat
ketergantungan terhadap pemerintah.
Daftar Pustaka
Alexander Osterwalder, Yves Pigneur. (2010). Business Model Generation: A Handbook for
Visionaries, Game Changers, and Challengers. New Jersey: Wiley.
Auburn, M. (2007). Creativity in the Natural State Growing Arkansas’ Creative Economy.
Regional Technologies Strategies, Inc., Volume 1 • April 2007.
Austin, James, Howard Stevenson, and Jane Wei-Skillern. (2006). Social and Commercial
Entrepreneurship: Same, different and. Retrieved fromProQuest ebrary, 1-22.
Barney, J. (1991). Special Theory Forum The resource-based model of the firm. Journal of
Management, , pp. 97-98.
Bernadette Josephine James and Corina Joseph. (Volume 31, 2015). Corporate Governance
Mechanisms and Bank Performance: Resource-based View. Procedia Economics and
Finance, Pages 117-123.
Christian Seelos, Johanna Mair. (2017). Innovation and Scaling for Impact: How Effective
Social Enterprises Do It. California: Stanford University Press.
Dees, J. G. (2001). The Meaning of "Social Entrepreneurship. North Carolina, United States:
Duke University’s Fuqua School of Business.
Gerald G. Smale, Graham Tuson, Daphne Statham, Jo Campling. (2000). Social Work and
Social Problems: Working Towards Social Inclusion and Social Change. Basingstoke,
Great Britain: Palgrave Macmillan.
Gulati, R., & Singh, H. (1998). The architecture of cooperation: Managing coordination costs
and appropriation concerns in strategic alliances. Administrative Science Quarterly,
781–814.
Raphael Amit and Christoph Zott. (2012). creating-value-through-business-modelinnovation. MIT Sloan Management Review, VOL.53 NO.3.
Sartono, A. (2008). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Yogyakarta:
BPFE.
Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidik. Bandung: Rosdakarya.
159
AAR
BUMN
Business Model Canvas
CAAR
Cash Holding
client- request
Data Panel
ekonomi kreatif
employee performance
event study
Harga
hypotheses testing
IHSG
Incremental
Inflasi
Islamic Work Ethic
job motivation
Job Satisfaction
job satisfaction
Kausalitas Granger
Kepercayaan
kepuasan pengguna
kesediaan untuk membayar dengan harga premium
Keterlibatan konsumen
Kualitas layanan
Kualitas Produk
Locus of Control
multiple regression
Nilai Tukar
operating system
organizational commitment
Parliament
Perpustakaan BPS Kota Malang
Politics
POS
Purposive Sample
sikap terhadap merek
Social Entrepreneur
status merek
web application
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27
97, 98, 100, 101, 102, 108, 109, 110, 111, 112
148, 149, 150, 151, 155, 156, 157, 159
14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27
97, 98, 100,102, 104, 108, 109, 110, 111, 112
29
97, 100, 102, 106, 107,
148, 150, 153, 156, 158
129
14, 17, 18, 28
61, 62, 63, 64, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78
129
46, 47, 52, 54, 56, 58, 59
29
46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59
1, 11, 12, 13
129
1, 12, 13
129, 131, 147
46, 53, 54, 56, 59
61, 62, 63, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77
113, 114, 115, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127
79, 80, 82, 83, 88, 93, 94, 95
79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 88, 89, 93, 94, 95,
113, 115, 116, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127
61, 62, 63, 64, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13
129
46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59
29
129, 146
14, 28
113, 114, 117, 124, 125
14
29, 33
97
80, 82, 83, 86, 88, 89, 93
148, 149, 150, 151, 155, 156, 158, 159
79, 80, 81, 82, 83, 85, 86, 88, 89, 93, 94, 95
29
Muhamad Ridhayantho, Noermijati, Dodi W. Irawanto
PERAN ETIKA KERJA ISLAMI DAN LOCUS OF CONTROL DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN
KERJA PEGAWAI (STUDI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH - SKPD, KAB. BUTON UTARA)
1
Yovinda Trista Yuliana, I Made Sudana
REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP PERISTIWA POLITIK DI PARLEMEN INDONESIA TAHUN 2014
(STUDI PERISTIWA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI)
14
Kevin Suteja, Rinabi Tanamal, David Boy Tonara
IMPLEMENTASI SMS GATEWAY & BACKEND WEBSITE DINAMIS SEBAGAI
COMPANY PROFILE DAN DELIVERY ORDER RESTAURANT HOTEL OLYMPIC SURABAYA
29
Rizki Adi Saputra, D. Agus Harjito
HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR DENGAN HARGA SAHAM DAN INFLASI DI INDONESIA
46
Andreas Pardomuan Purba, Endang Ruswanti
PENGARUH KEPERCAYAAN, HARGA, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN BBM PERTALITE (STUDI KASUS PADA PENGGUNA BBM PERTALITE
DI WILAYAH PURI KEMBANGAN, JAKARTA BARAT)
61
Dani Rizqi Rakhman, Budi Astuti
ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP KESEDIAAN MEMBAYAR
HARGA PREMIUM PADA PRODUK FASHION, DIMEDIASI OLEH STATUS MEREK
DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK
79
Ajeng Andriani Hapsari
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PEMEGANGAN KAS DIPERUSAHAAN
97
Martaleni, Ryke Novita
ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KOTA MALANG
113
Muhammad Tony Nawawi
PENGARUH KEPUASAN KERJA, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN/TI
DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(STUDI KARYAWAN OUTSOURCING PT. J YANG DITEMPATKAN DI KAMPUS II UNTAR JAKARTA).
129
Dedi Rianto Rahadi
EKONOMI KREATIF DAN BUSINESS MODEL CANVAS BAGI WIRAUSAHA SOSIAL DI SEKTOR UKM
148
@ Rp. 400.000
@ Rp. 1.000.000
@ Rp. 200.000
Fax: 031 502 6288
E-mail: [email protected]
Fax: 031 502 6288
E-mail: [email protected]
Download