Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS INDONESIA VOL. 3 NO. 1 HAL.1-158 OKTOBER 2015 ISSN 2338-4557 Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 Fax: 031 502 6288, E-mail: [email protected] Volume 3, Nomor 1, Oktober 2015 1-13 PERAN ETIKA KERJA ISLAMI DAN LOCUS OF CONTROL DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI (STUDI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH - SKPD, KAB. BUTON UTARA) Muhamad Ridhayantho, Noermijati, Dodi W. Irawanto 14-28 REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP PERISTIWA POLITIK DI PARLEMEN INDONESIA TAHUN 2014 (STUDI PERISTIWA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI) Yovinda Trista Yuliana, I Made Sudana 29-45 IMPLEMENTASI SMS GATEWAY & BACKEND WEBSITE DINAMIS SEBAGAI COMPANY PROFILE DAN DELIVERY ORDER RESTAURANT HOTEL OLYMPIC SURABAYA Kevin Suteja, Rinabi Tanamal, David Boy Tonara 46-60 61-78 HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR DENGAN HARGA SAHAM DAN INFLASI DI INDONESIA Rizki Adi Saputra, D. Agus Harjito 79-96 ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP KESEDIAAN MEMBAYAR HARGA PREMIUM PADA PRODUK FASHION, DIMEDIASI OLEH STATUS MEREK DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK Dani Rizqi Rakhman, Budi Astuti PENGARUH KEPERCAYAAN, HARGA, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BBM PERTALITE (STUDI KASUS PADA PENGGUNA BBM PERTALITE DI WILAYAH PURI KEMBANGAN, JAKARTA BARAT) Andreas Pardomuan Purba, Endang Ruswanti 97-112 113-128 129-147 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PEMEGANGAN KAS DIPERUSAHAAN Ajeng Andriani Hapsari 148-159 EKONOMI KREATIF DAN BUSINESS MODEL CANVAS BAGI WIRAUSAHA SOSIAL DI SEKTOR UKM Dedi Rianto Rahadi ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KOTA MALANG Martaleni, Ryke Novita PENGARUH KEPUASAN KERJA, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN/TI DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KARYAWAN OUTSOURCING PT. J YANG DITEMPATKAN DI KAMPUS II UNTAR JAKARTA). Muhammad Tony Nawawi Fax: 031 502 6288 E-mail: [email protected] Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Peran Etika Kerja Islami dan Locus Of Control Dalam Meningkatkan Kepuasan Kerja Pegawai (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara) Muhamad Ridhayantho Program Magister Manajemen FEB Universitas Brawijaya Jln. Mt. Haryono, Malang Kota, CP: 082337799907 Noermijati, Dodi W. Irawanto Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Abstract This study aims to identify and analyze the role of Islamic Work Ethic and locus of control in improving job satisfaction both directly and indirectly. The study population is 607 Muslim Civil Servants (PNS) and working in regional work units (SKPD) North Buton Regency. The sample that obtained for this study are 124 civil servants (PNS). Sampling was done by using a proportional (proportionate random sampling), in each instances, with 8% of precision rate. The data collection method was a customized questionnaire survey method based on Likert scale 1-5. The analysis tool used is Partial Least Square (PLS) with hypothesis testing process used software application program Smart PLS 3.0.The results showed that the Islamic Work Ethic and Locus Of Control has a positive and significant influence either directly or indirectly on Job Satisfaction, thus concluded that the Islamic work ethics and locus of control proved to increase employee satisfaction in work units (SKPD) , North Buton Regency. The practical contribution of this research is to provide information to the Civil Servants (PNS) and Local Government in order to always improve understanding and programs related to the increase in work attitudes Civil Servants (PNS), especially in the scope of work units (SKPD). While theoretically this study contribute to the development of different models of measurement variables from previous studies, in which the role of the Islamic Work Ethic variables and Locus of Control as exogenous variables are reflective, while job satisfaction variables as endogenous variables are formative. Further limitations and suggestions discussed in the research. Keywords: Islamic Work Ethic, Locus of Control, Job Satisfaction. 1 Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Pendahuluan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai organisasi pemerintah memiliki tugas dan fungsi mengelolah sumber daya daerah, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), maka dalam upaya mencapai keberhasilannya, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) perlu didukung oleh para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki sikap kerja yang baik dan tingkat kepuasan kerja yang tinggi sehingga para Pegawai Negeri Sipil (PNS), akan terus berusaha menciptakan produktifitas kerja yang tinggi pula (Ellickson 2002). Sikap dan kepuasan yang dirasakan karyawan atas pekerjaan yang dilakukan, pada dasarnya ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa terpisahkan, dimana kepuasan karyawan atas pekerjaan yang dilaksanakan pada dasarnya dapat dilihat melalui refleksi sikap setiap individu ketika melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaannya (Robbins 2008). Isu krusial memaksa setiap pemerintah daerah untuk selalu fokus memperhatikan sikap dan kepuasan para pegawainya dalam bekerja karena perilaku menyimpang seringkali terjadi di kalangan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam melaksanakan pekerjaannya, misalnya timbulnya perilaku korupsi (corruptions), karena kurangnya implementasi nilai-nilai etika yang mesti diterapkan dalam bekerja, kurangnya control (locus of control) yang baik dalam diri beberapa pegawai ketika melaksanakan pekerjaan, dan kepuasannya yang tidak terpenuhi, dimana memaknai kerjanya hanya sebatas untuk mencari atau memenuhi kebutuhan dan keinginannya, tampa memaknai kerjanya dalam mengabdi pada Negara sebagai sesuatu yang luhur. Cara kerja para pegawai yang demikian menimbulkan permasaalahan baru terkait kurangnya kepercayaan publik terhadap sikap kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara. Sikap dan kepuasan individu di dalam organisasi pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor intrinsik, seperti usaha seseorang untuk selalu mengimplementasikan nilai-nilai etika diyakini bahwa kerja yang dilandasi etika akan diyakini sebagai sesuatu yang luhur timbul dari dalam diri seseorang sebagai bentuk kepuasan yang menyeluruh, sehingga seseorang selalu bekerja dengan sungguh-sungguh. Kerja harus disadari sebagai sesuatu yang sangat mulia, dan kualitas kerja merupakan nilai-nilai penting yang didasari nilai agama (Hayati 2012 ; Ali 2008). Mengutip pendapat Stark dan Glock (1968), dijelaskan bahwa agama memiliki peran besar dalam membentuk sikap setiap individu bahkan masyarakat secara umum. Konsep etika kerja yang didasari nilai agama pada dasarnya berawal dari kajian-kajian Weber (1958) yang mengkaji hubungan kausalitas etika kerja Protestan terhadap kesuksesan dalam bisnis yang didasari kepercayaan religius. Setelah itu para peneliti semakin memberi perhatian kepada etika kerja dalam perspektif Islam / Etika Kerja Islami (Rokhman 2010; Ali 2008; Yousef 2000). Konsep Etika Kerja Islami memiliki substansi bahwa setiap individu muslim dalam bekerja didasari oleh keyakinan yang tinggi akan kerberhasilan yang akan dicapai (Yousef 2000). Keyakinan ini menurut Rotter (1966) disebut Locus of Control yang merupakan keberhasilan dari aktivitas individu dikontrol oleh faktor locus of control. Secara empiris, Etika Kerja Islami telah ditemukan pengruhnya terhadap locus of control dan juga terhadap kepuasan kerja. Etika Kerja Islami memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja (Yousef 200 ; Mohamed 2010). Etika Kerja Islami juga memiliki pengaruh terhadap locus of control (Ayudiyati dan Nugraheni 2010), namun temuan ini berbeda dengan temuan Ridwan (2014) bahwa Etika Kerja Islami tidak memiliki dampak terhadap locus of control. Selanjutnya Hyatt dan Prawitt (2001) menemukan bahwa locos of control dan tingkat pengalaman di dalam perusahaan bisa menjadi fungsi adanya kepuasan kerja yang lebih tinggi. Sedangkan Frucot dan Shearon (1991) menemukan bahwa locus of control tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja. 2 Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Berdasarkan pada uraian di atas maka Etika Kerja Islami dan locus of control, sangat penting untuk dianalisis dalam penelitian ini, terutama peran kedua variabel tersebut dalam meningkatkan kepuasan kerja Pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),Kab. Buton Utara. Dokumen Perencanaan Pembangunan Kab. Buton Utara, mensyaratkan pentingnya peningkatan sikap kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS), terutama dalam mengawal Rencana Kerja di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Salah satau poin pentingnya bahwa masyarakat Buton Utara umumnya, serta Pegawai Negeri Sipil (PNS) khususnya, meyakini bahwa nilai-nilai Islam dapat memberikan manfaat dan menjadi kontrol bagi setiap individu ketika melaksanakan aktifitas, sepanjang individu tersebut berpegang teguh pada prinsipnya dan bahkan prinsip kerja yang Islami juga diyakini dapat memberi dampak yang positif bagi lingkungan pemerintahan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemerintah terdahulu, dimana mereka menjadikan budaya Islam sebagai acuan dalam membangun wilayah Buton. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah Etika Kerja Islami dan locus of control dapat meningkatkan kepuasan kerja pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara ?”. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengembangan literatur manajemen sumberdaya manusia terutama terkait konsep perilaku organisasi serta untuk mengetahui dan menganilisis peran Etika Kerja Islami dan Locus of Control dalam meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Hubungan Etika Kerja Islami, Locus of Control dan Kepuasan Kerja Etika Kerja Islami memandang dedikasi pada pekerjaan adalah sebuah kebaikan dan pekerjaan haruslah bermanfaat dan juga bermakna (Ali 2008; Yousef 2000). Etika Kerja Islami merupakan sebuah orientasi yang membentuk dan mempengaruhi keterlibatan dan partisipasi pengikutnya di lingkungan kerja. Etika Kerja Islami dibangun melalui empat konsep dasar, yaitu usaha, kompetisi, transparansi dan tanggung jawab moral. Usaha dianggap sebagai dasar dalam melayani diri sendiri dan juga orang lain. Perilaku bermoral merupakan prasyarat penting untuk meningkatkan aktifitas ekonomi terutama dalam kegiatan bisnis (Ali 2008). Etika kerja Islami merupakan bentuk integritas umat muslim yang akan menjadi refleksi dari konsep Islamic Ummah, artinya bahwa aktivitas yang dilakukan oleh seorang muslim tidak boleh merugikan umat. Selain itu, tipe pekerjaan yang dijalani juga harus sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Islam mengajarkan agar umat muslim dapat menempatkan orang sesuai dengan keahliannya, sehingga tidak terjadi kekacauan dan kehancuran (Ali 1988). Konsep Etika kerja Islami memberikan penjelasan bahwa usaha individu untuk selalu mewujudkan tanggung jawab moral merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan diri, bahwa seseorang ketika berhasil mewujudkan tanggung jawab moral tersebut akan merasakan kepuasan atas apa yang dicapai ketika melaksanakan aktifitasnya dengan baik. Tercipta bentuk kebahagian tersendiri ketika seorang muslim berhasil melaksanakan pekerjaan dengan baik. (Hayati 2012; Ahmad 2011). Hal ini memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya terdapat hubungan antara Etika Kerja Islami dan kupuasan atas pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individu. Hasil penelitian Zamani & Talatapeh (2014) menemukan bahwa Etika Kerja Islami merupakan variabel yang memiliki efek positif terhadap beberapa variabel 3 Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 organisasi, salah satunya adalah Kepuasan Kerja. Selanjutnya hasil penelitian Rokhman (2010) menemukan bahwa Etika Kerja Islami berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja. Secara konfensional konsep kepuasan kerja sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Hezberg dalam Noermijati (2008) pada prinsipnya mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan individu terhadap pekerjaan itu pada dasarnya di pengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor Ekstrinsik . Berdasarkan pada Teori Kepuasan Minnesota menjelaskan keurgensian kepuasan atas pekerjaan setiap karyawan dengan berbagai macam bentuk profesi berdasarkan faktor intrinsik, ekstrinsik. Hasil eksplorasi dari MSQ (Minnesota Satisfaction Questioner) menghasilkan empat faktor yang membentuk kepuasan kerja. Teori kepuasan Minnesota menjelaskan bahwa, kepuasan seorang karyawan atas pekerjaan yang dilaksanakan berasal dari faktor intrinsik, ekstrinsik, pengakuan, dan otonomi pekerjaan (Weiss et al. 1967). Konsep Etika Kerja Islami juga menjelaskan bahwa, Etika Kerja Islami akan mendorong setiap individu untuk memberikan usaha terbaik dan kerja keras, yang didasari 4 hal yaitu: niat baik, ilmu yang bermanfaat, memaknai kerja sebagai bagian dari beribadah (Hablum Minnallah), dan selalu menjaga hubungan sesama (HablumMinannas). Ke empat hal tersebut akan mendorong motivasi seseorang untuk memiliki keyakinan kuat bahwa etika kerja yang didasari nilai-nilai Islam, akan meningkatkan keberhasilan dalam bekerja (Ali 1988). Secara konvensional telah diuraikan bahwa keyakinan tersebut merupakan bagian dari karakteristik setiap individu yang disebut dengan locus of control (Rotter 1966). Secara teoritis locus of control memiliki dua dimensi yaitu locus of control eksternal dan Locus of control internal. Individu yang memiliki locus of control eksternal mempercayai bahwa sesuatu yang terjadi di dalam hidupnya dipengaruhi oleh kekuatan di luar dirinya. Sedangkan individu yang memiliki locus of control internal yakin bahwa dirinya bertanggung jawab dan memiliki kontrol atas kejadian-kejadian yang dialaminya (Duffy 1977). Ditemukan beberapa hasil penelitian seperti Ayudiyati & Nugraheni (2010) yang menemukan bahwa Etika Kerja Islami berpengaruh signifikan terhadap Locus of control. Selanjutnya dijelaskan Etika Kerja Islami sebagai moderasi dapat memperkuat hubungan antara Locus of Control dan kinerja karyawan. Hasil penelitian Yousef (2000) juga menemukan terdapat hubungan positif antara Etika Kerja Islami dan locus of Control. Dijelaskan bahwa Etika Kerja Islami dapat meningkatkan Locus of Control internal dan juga Locus of Control eksternal. Ali (2008) menjelaskan bahwa terdapat peran religiusitas pada setiap tindakan atas pekerjaan yang berdampak pada karakteristik individu yaitu terbentuknya Locus of Control individu. Selanjutnya beberapa hasil penelitian menjelaskan menjelaskan peran Locus of Control terhadap kepuasan kerja, bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Locus of Control terhadap Kepuasan Kerja (Ganji dan Navabinezhad 2013). Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Dali (2013) bahwa Locus of Control internal berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja pegawai. Pegawai yang cenderung memiliki Locus of Control internal yang tinggi, maka akan memiliki Kepuasan Kerja yang tinggi. Hasil penelitian Patten (2005) menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara Locus of Control internal dan Locus of Control eksternal terkait pengaruhnya terhadap Kepuasan Kerja. Keduanya mimiliki pengaruh yang siginifikan terhadap Kepuasan Kerja. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Etika Kerja Islami dapat mempengaruhi Locus of Control dan juga Kepuasan Kerja. Dalam peneliti Yousef (2000) bahwa Etika Kerja Islami memiliki pengaruh terhadap Locus of Control. Penelitian Yousef (2001), menemukan bahwa Etika Kerja Islami berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja. McCuddy dan Peery (1996) berpendapat bahwa individu yang beretika baik memiliki Locus of Control internal lebih tinggi dibanding dengan Locus of Control eksternal. Sedangkan pengaruh Etika Kerja Islami terhadap Kepuasan Kerja juga sebagaimana yang dijelaskan oleh 4 Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Ahmad (2011) bahwa Etika Kerja Islami dapat membangun semangat kerja karyawan yang pada gilirannya dapat menyebakan Kepuasan Kerja. Begitu juga pengaruh Locus of Control terhadap Kepuasan Kerja, sebagaimana yang dijelaskan oleh Patten (2005) bahwa tingkat Kepuasan individu atas pekerjaannya dipengaruhi oleh faktor internal, bahwa keyakinan yang kuat akan keberhasilannya. Beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran Etika Kerja Islami dalam meningkatkan Kepuasan Kerja juga dipengaruhi oleh peran Locus of Control terhadap Kepuasan Kerja, sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 H2 H3 H4 : Semakin tinggi seorang pegawai dalam mengimplementasikan pengamalan Etika Kerja Islami maka semakin tinggi tingkat Kepuasan Kerja pegawai. : Semakin tinggi Locus of Control maka akan semakin tinggi tingkat Kepuasan Kerja pegawai. : Semakin tinggi seorang pegawai dalam mengimplementasikan pengamalan Etika Kerja Islami maka semakin tinggi Locus of Control pegawai. : Etika Kerja Islami dapat meningkatkan Kepuasan Kerja secara tidak langsung melalui Locus of Control. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif, Dengan populasi berjumlah 607 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas pada Satuan Kerja Perangkat Daearah (SKPD), Kab. Buton Utara. Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin berdasarkan tingkat presisi sebesar 8%. Selanjutnya menggunakan teknik proporsional (proportionate random sampling), pada masing-masing instansi, maka ditemukan sampel sebanyak 124 orang Pegawai Negeri Sipil. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan tingkat preferensi jawaban 1-5 / Sangat tidak Setuju – Sangat Setuju (Skala Likert). Data penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Smart Partial Least Square 3.0 (SmartPLS). Penelitian ini mengukur dua variabel eksogen yaitu Etika Kerja Islami (X1) dan Locus of Control (X2) dan variabel endogennya yaitu Kepuasan Kerja (Y). Dalam penelitian ini Etika Kerja Islami merupakan keyakinan dari PNS dalam bekerja sebagai seorang muslim yang direfleksikan melalui kehidupan batin yang dilandasi dengan falsafa bekerja. Selanjutnya Locus of Control yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi PNS terhadap kondisi yang dirasakan dalam penyelesaian tugas yang diemban apakah dapat atau tidak mengendalikan perilaku yang terjadi. Sedangkan Kepuasan Kerja pada penelitian ini adalah respon positif individu atas pekerjaan yang dilakukan dan perasaan yang dialami direfleksikan melalui rasa puas atas pekerjaan yang telah diselesaikan. Dalam penelitian ini variabel Etika Kerja Islami (X1) bersifat reflektif, dan diukur berdasarkan 4 indikator menurut Ali (1988) yaitu: Niat, Ilmu, Ibadah, dan Hubungan Sosial. Selanjutnya variabel Locus of Control (X2) juga bersifat refliktif, dan diukur berdasarkan dua indikator menurut Duffy (1977) yaitu: Locus of Control Internal dan Locus of Control Eksternal, dan pengukuran Kepuasan Kerja (Y) bersifat formatif yang terdiri atas 4 indikator menurut Weiss et al. (1967), yaitu: Kepuasan Intrinsik, Kepuasan Ekstrinsik, Pengakuan, dan Otonomi Pekerjaan. Model pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: 5 Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto X1.1 X1.2 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 X1.3 X1.4 Etika Kerja Islami (X1) 3 Kepuasan Kerja (Y) 4 Locus of Control (X2) X2.1 Y1.1 1 2 Y1.2 Y1.3 Y1.4 X2.2 Keterangan: 1 = H1, 2 = H2, 3 = H3, 4= H4 = Pengaruh langsung = Pengaruh tidak langsung Gambar 1. Model Pengukuran Variabel Penelitian Hasil dan Pembahasan Analisis Deskriptif Interpretasi untuk variabel Etika Kerja Islami Berdasarkan hasil analisis deskriptif, tanggapan responden terkait variabel Etika Kerja Islami (X1), dapat dikatakan baik, dimana responden menganggap bahwa eika kerja islami penting untuk diterapkan dalam organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rerata variabel Etika Kerja Islami sebesar 3,59 dan sebesar 41,77% dari 124 responden memiliki jawaban setuju, artinya bahwa variabel Etika Kerja Islami penting untuk diterapkan dalam organisasi dan 15.07% dari 124 responden menjawab sangat setuju (menganggap sangat penting). Hasil analisis deskriptif terkait variabel Locus of Control menunjukkan bahwa persepsi para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kab. Buton Utara terkait variable Locus of Control, apabila dicermati, variable Locus of Control memiliki nilai rata-rata 3,47 dan sebesar 40,00 % dari 124 responden menjawab setuju, serta 13,23% responden menjawab sangat setuju. Hal ini membuktikan bahwa responden cenderung menanggapi variabel locus of control dengan baik. Hal ini berarti bahwa para pegawai di Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) Kab. Buton Utara cenderung memiliki Locus of Control yang tinggi. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja (Y1) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 3,55 dan sebesar 41.01% dari 124 responden menjawab skor setuju sampai dengan 13.94% menjawab sangat setuju. Hal ini membuktikan bahwa para pegawai memiliki kepuasan yang tinggi atas pekerjaan yang dilakukukan, namun disisi lain masih ada juga beberapa pegawai yang belum merasakan kepuasan atas pekerjaannya. Hasil Analisis Partial Least Square (PLS) Tahap analisis yang dilakukan yaitu menguji hipotesis dengan memberikan interpretasi model berbasis teori yang diuji ini dapat diterima atau perlu pengembangan lebih 6 Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 lanjut, melihat kekuatan prediksi dari model yaitu dengan mengamati besarnya residual yang dihasilkan. Pengujian hipotesis (β dan γ) dilakukan dengan metode resampling bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser dan Stone. Statistik uji yang digunakan adalah statistik t atau uji t. Untuk menguji hipotesis, nilai t-statistic yang dihasilkan dari output Smart PLS dibandingkan dengan nilai t-tabel, yaitu apabila nilai t-statistics > 1,96 maka dapat dinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan pada hipotesis yang diuji. Tabel 1. Hasil Uji Pengaruh Langsung Standard Standard Original Sample Mean Deviation Error Sample (O) (M) (STDEV) (STERR) X1 -> Y 0.3289 0.3317 0.1176 0.1176 X2 -> Y 0.3357 0.3416 0.1015 0.1015 X1 -> X2 0.4049 0.3994 0.1123 0.1123 Sumber: Data Primer diolah (2014) T Statistics (|O/STERR|) 2.7960 3.3072 3.6050 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hasil analisis pengaruh langsung Etika Kerja Islami (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y) adalah positif dan signifikan dengan nilai koefisien pengaruh langsung sebesar 0,3289 dan bertanda positif dan nilai t-statistics sebesar 2,7960. Nilai tersebut lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa Semakin tinggi Imlementasi Etika Kerja Islami (X1) maka akan semakin tinggi pula Kepuasan Kerja (Y). Oleh karena itu Hipotesis 1 (H1) dapat diterima. Selanjutnya, hasil analisis pengaruh langsung Locus of Control (X2) terhadap Kepuasan Kerja (Y) adalah positif dan signifikan yang dibuktikan dengan nilai koefisien sebesar 0,3357 dan nilai t-statistics sebesar 3,3072. Nilai tersebut lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Locus of Control (X2), maka semakin tinggi pula Kepuasan Kerja (Y). Oleh karena itu Hipotesis 2 (H2) dapat diterima. Selanjutnya hasil analisis pengaruh langsung Etika Kerja Islami (X1) terhadap Locus of Control (X2) adalah positif dan signifikan dengan nilai koefisien sebesar 0,4049 dan nilai tstatistics sebesar 3,6050. Nilai tersebut lebih besar dari 1,96. Artinya bahwa Semakin tinggi implementasi nilai etika kerja islami (X1) maka akan semakin tinggi pula Locus of Control (X2). Oleh karena itu Hipotesis 3 (H3) dapat diterima. Tabel 2. Hasil Uji Pengaruh Tidak Langsung Standard Standard Original Sample Deviation Error Sample (O) Mean (M) (STDEV) (STERR) X1 -> X2 ->Y 0.1359 0.1364 0.0569 0.0569 Sumber: Data Primer diolah (2014) t Statistics (|O/STERR|) 2.3877 Uji pangaruh tidak langsung detentukan dengan menggunakan rumus Sobel Test. Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai koefisien pengaruh tidak langsung Etika Kerja Islami (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y) melalui Locus of Control (X2) sebesar 0,1359 dan bertanda positif. Selanjutnya didapatkan nilai t-statistics sebesar 2,3877 adalah > 1,96, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Etika Kerja Islami (X1) terhadap Kepuasan Kerja (Y) melalui Locus of Control (X2) adalah positif dan signifikan. Artinya bahwa peningkatan faktor Etika Kerja Islami (X1) akan berdampak secara signifikan terhadap peningkatan faktor Kepuasan Kerja (Y) melalui Locus of Control (X2). Oleh karena itu Hipotesis 4 (H4) dapat diterima. 7 Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Adapun model diagram jalur pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 berikut: Etika Kerja Islami (X1) β = 0,4049* t = 3,6050 β = 0,3289* t = 2,7960 β = 0,1359* t = 2,3877 Locus of Control (X2) Kepuasan Kerja (Y) β = 0,3357* t = 3,3072 Gambar 2. Model Diagram Jalur Pengukuran Variabel Penelitian. Goodness of Fit Inner Model Goodness of Fit Inner Model, bertujuan mnganalisis ketepatan model dengan menghitung Q-Square yang ditentukan berdasarkan nilai R-square yang diperoleh pada variabel Locus of Control (X2) sebesar 0,1639. Hal itu menunjukkan bahwa Locus of Control (X2) dipengaruhi sebesar 16,39% oleh Etika Kerja Islami (X1). Selanjutnya nilai R-square yang diperoleh pada variabel Kepuasan Kerja (Y) sebesar 0,3104. Hal itu menunjukkan bahwa Kepuasan Kerja (Y) dipengaruhi sebesar 31,04% oleh Etika Kerja Islami (X1) dan Locus of Control (X2). Q2 = 1 – (1 – 0.1639) x (1 – 0.3104) maka Q2 = 0.4743. Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan nilai Q-Square sebesar 0,4743. Hal itu menunjukkan bahwa nilai observasi dapat diukur sebesar 47,43% oleh model dan estimasi parameternya. Pembahasan Etika Kerja Islami dapat Meningkatkan Kepuasan Kerja Hasil analisis variable etika kerja islami terhadap Kepuasan Kerja menunjukkan bahwa terdapat peran etika kerja islami dalam meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara. Artinya bahwa semakin tinggi pengimplementasian seseorang akan nilai etika kerja islami ketika melaksanakan pekerjaan, maka akan semakin tinggi rasa puas yang dialami seseorang atas pekerjaan yang dilaksanakan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh zaman et al. (2013) dan Ahmad (2011) bahwa nilai-nilai etika kerja islami akan menjadi sarana pertumbahan pribadi seseorang dalam bekerja. Selanjutnya dijelaskan bahwa individu yang memahami nilai-nilai religiusitas dengan baik atas aktifitas atau pekerjaan apapun yang dilakukan akan selalu merasa bertanggung jawab dan mencintai berbagai aktifitas positif yang dilakukan. Kuat lemahnya dorongan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara untuk melaksanakan pekerjaan tidak terlepas dari niat yang timbul dari dalam diri mereka. Para pegawai memiliki niat yang kuat untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Niat yang dimiliki setiap pegawai menjadikan mereka selalu berusaha bekerja dengan sungguh-sungguh, merasa memiliki kewajiban yang 8 Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 harus dilaksanakan atas pekerjaan sebagai PNS. Para pegawai memiliki kepuasan atas pekerjaannya karena selalu berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya dengan tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. Imbalan yang diterima dari hasil pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik akan menjadi kebahagiaannya di dunia maupun diakhirat. Locus of Control dapat Meningkatkan Kepuasan Kerja Hasil analisis variabel Locus of Control terhadap Kepuasan Kerja menunjukkan bahwa terdapat peran Locus of Control dalam meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kab. Buton Utara, artinya semakin tinggi Locus of Control yang dimiliki para pegawai maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan para pegawai atas pekerjaan yang dilaksanakan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Patten (2005), bahwa Locus of Control dapat meningkatkan Kepuasan Kerja. Individu yang memiliki Locus of Control tinggi cenderung menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, selalu merasa percaya diri dalam menyelesaikan pekerjaan sesulit apapun ia yakin atas kemampuannya bahwa selain berasal dari dirinya, sehingga pekerjaan sesulit apapun selalu dinikmati dan menjadi rasa puas atas pekerjaan yang dilakukan. Begitu juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Dali (2013) yang menemukan bahwa individu yang memiliki Locus of Control internal yang tinggi cenderung merasakan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan karena para pegawai merasa diberi kepercayaan untuk selalu bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan, mereka mendapatkan kepercayaan bahwa mereka memiliki kemampuan yang baik, sehingga selalu puas atas perkejaan yang diselesaikan. Bukti empiris menunjukkan bahwa para pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara, mereka memiliki sikap berusaha dan pengharapan yang lebih besar dalam hidup mereka dikarenakan mereka merasa potensi mereka benar-benar dapat dimanfaatkan sehingga mereka menjadi lebih kreatif dan produktif. Hal inilah yang menimbulkan Locus of Control yang tinggi pada para pegawai, mereka memiliki kemampuan yang yang baik dalam mengontrol diri terkait pekerjaan yang dilakukan. Selain itu juga para pegawai memeliki keyakinan kuat atas keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya demikian akan terjadi di dalam kehidupannya. Etika Kerja Islami dapat Meningkatkan Locus of Control Hasil analisis pengaruh etika kerja islami terhadap Locus of Control adalah positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peran etika kerja islami dalam meningkatkan Locus of Control pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman seseorang akan nilai etika kerja islami, maka akan semakin tinggi Locus of Control seseorang atas pekerjaan yang dilaksanakan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Yousef (2000) yang menemukan bahwa terdapat hubungan etika kerja islami dan Locus of Control. Etika kerja islami akan membentuk sikap tanggung jawab dan profesionalisme yang tinggi sehingga terwujud peran dalam menyelesaikan pekerjaan selalu diusahakan dengan sebaik-baiknya. Yousef (2000), menjelaskan bahwa individu yang memiliki sikap berupa nilai- nilai etika kerja islami akan memiliki sikap peran yang tinggi dalam mewujudkan tujuan organisasi. Para pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara memahami bahwa bekerja dengan baik dalam islam merupakan sebuah kenicayaan, bekerja di anggap sebagai amanah yang dititipkan sang kahalik kepada mereka. Beberapa pegawai mengatakan bahwa “alam ini tidak akan menemukan kelestarian apabila kita sebagai manusia tidak mau memberikan pemikiran yang inovatif dan akan terus bentindak sepanjang hidup 9 Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 yang dijalani”. Pernyataan ini memberikan gambaran bahwa para pegawai memiliki kesadaran yang tinggi dan tidak timbul rasa kekhawatiran atas pekerjaan yang dilakukan sekecil apapun pekerjaan itu asal bernilai positif. Kesadaran yang tinggi dan rasa tidak khawatir menjadi control bagi diri mereka untuk selalu berusaha bersikap positif. Keyakinan para pegawai akan nilai islam menjadikan Locus of Control yang dimilki menjadi tinggi. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam firmannya QS: Al-Maidah: 69 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu berbuat baik (beriman), orang-orang yahudi, Sabiin, dan orang-orang Nasrani, barang siapa yang benar-benar beriman kepada Allah, kepada hari kemudian dan berbuat kebajikan maka tidak ada rasa kekhawatiran padanya dan mereka tidak bersedih hati.” Potongan ayat di atas memberikan penjelasan bahwa umat agama apapun jika melakukan pekerjaannya dengan baik maka akan selalu disertai kekuatan yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri, tidak ada rasa kekhawatiran atas apapun yang dilakukan sehingga manusia itu akan selalu memiliki kontrol yang baik atas dirinya dalam melaksanakan pekerjaan apapun. Mereka akan selalu memiliki rasa percaya diri yang tinggi atas pekerjaan yang dilakukan dan memiliki harapan (ekspektasi) yang tinggi akan keberhasilan di dalam hidupnya. Etika kerja Islami dapat Meningkatkan Kepuasan Kerja melalui Locus of Control Hasil analisis pengaruh tidak lansung etika kerja islami terhadap Kepuasan Kerja melalui Locus of Control adalah positif dan signifikan. Artinya bahwa terdapat peran etika kerja islami dan Locus of Control dalam meningkatkan Kepuasan Kerja pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara. Varibel etika kerja islami terbukti mampu meningkatkan Kepuasan Kerja secara tidak lansung melalui variabel Locus of Control. Hasil penetian ini juga mendukung penelitian yousef (2001) yang menjelaskan bahwa individu yang bekerja dan didasari atas pemahaman nilai religius cenderung memiliki control yang baik dalam dirinya dan memiliki semangat atas pekerjaan yang dilakukan sehingga iya akan menikmati pekerjaannya dan merasa puas dengan apa yang dikerjakan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara, selalu berusaha menciptakan nilai moral yang baik (moral value), agar terwujud suasana kerja yang kondusif. Kepuasan Kerja para pegawai terbentuk bukan karena faktor ekstrinsik, melainkan berasal dari perilaku positif yang timbul. Sikap profesionalisme, tanggung jawab dan hubungan sosial yang baik, timbul dari keyakinan para pegawai atas nilai islam yang selalu diusahakan untuk diterapkan dalam bekerja sehingga para pegawai mendapatkan kontrol yang baik dalam dirinya dan menimbulkan Locus of Control yang tinggi. Etika kerja Islami dan Locus of Control yang tinggi mengakibatkan para pegawai mendapatkan otonomi pekerjaan yang tinggi di dalam organisasi, karena para pegawai mendapatkan kepercayaan (trust) oleh atasan, untuk selalu menilai sendiri hasil pekerjaannya, mendapatkan kesempatan untuk selalu mencoba metode sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya, dan mendapatkan kesempatan untuk saling membantu rekan dalam bekerja. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hipotesis penelitian mengenai “Peran Etika Kerja Islami dan locus of control dalam Meningkatkan Kepuasan Kerja Pegawai di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kab. Buton Utara”, maka dapat disumpulkan bahwa Semakin tinggi pengimplementasian nilai-nilai Etika Kerja Islami maka akan semakin tinggi 10 Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 pula kepuasan yang dirasakan atas pekerjaan yang dilakukan. Pengimplementasian Etika Kerja Islami dapat menimbulkan perilaku positif dalam bekerja. Perilaku positif tersebut mendorong para pegawai untuk selalu berusaha menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan ketika pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik maka para pegawai akan merasakan kebahagiaan. Nilai kebahagiaan tersebut bertransformasi menjadi rasa puas atas pekerjaan yang dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik. Kemudian semakin tinggi locus of control yang dimiliki pegawai maka akan semakin tinggi pula rasa puas atas pekerjaan yang dilakukan. Locus of control yang tinggi menimbulkan kontrol yang baik dari dalam diri pegawai untuk selalu berusaha bersikap positif, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi atas kemampuan yang dimiliki ketika melaksanakan pekerjaan. Kontrol yang baik tersebut, menjadikan setiap pegawai memiliki kecintaan terhadap pekerjaannya dan pegawai akan memiliki tingkat pengharapan yang tinggi atas hasil yang akan dicapai dalam bekerja. Kecintaan atas pekerjaan dan nilai harapan yang timbul karena locus of control yang tinggi tersebut akan menimbulkan rasa puas atas pekerjaan yang dilakukan dan dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya semakin tinggi impelementasi pemahaman Etika Kerja Islami maka semakin tinggi pula locus of control yang dimiliki pegawai. Implementasi nilai-nilai Etika Kerja Islami yang tinggi mengakibatkan kontrol yang baik dari dalam diri pegawai. Para pegawai yang mengimplementasikan pemahaman Etika Kerja Islami akan memiliki sikap tanggung jawab, profesinalisme dan pengharapan yang tinggi atas hasil pekerjaan yang dilakukan. Sikap-sikap inilah yang menjadi kontrol bagi setiap pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa Etika Kerja Islami dapat meningkatkan kepuasan kerja secara tidak langsung melalui locus of control. Artinya bahwa peran Etika Kerja Islami dalam meningkatkan kepuasan kerja, juga didukung oleh peran locus of control yang tinggi. Daftar Pustaka Al-Quran Al Karim dan Terjemahanya, Penerbit CV Toha Putra Semarang. Ahmad, M. S. 2011, Work ethics: An Islamic prospective, International Journal of Human Sciences, 8(1). Ali, A.J. 1988, “Scaling an Islamic work ethic”, The Journal of Social Psychology, Vol. 128/ No.5, pp.575-83. ---------. 1992,“The Islamic work ethic in Arabia”, The Journal of Psychology.Vol. 126 No. 5, pp.507-19. Ali, A.J, dan Al-Kazemi, A. 2007, “Islamic work ethic in Kuwait”,Journal of Management Development, Vol. 14 No. 2, pp.366-75. Ali, A.J, dan Al-Owaihan, A. 2008, “Islamic work ethic: a critical review”, Cross Cultural Management: An International Journal, Vol. 15 No. 1, pp.5-19. Chanzanagh, H.E. and Akbarnejad, M. 2011, “The meaning and dimensions of Islamic work ethic: initial validation of a multidimensional IWE in Iranian society”, Social and Behavioral Sciences, Vol.30, pp.916-924. 11 Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Chen, J. C., & Silverthorne, C. 2008. The impact of locus of control on job stress, job performance and job satisfaction in Taiwan. Leadership & Organization Development Journal, 29(7), 572-582. Dali, N., 2013. Work, S. M. B. S. A. Professionalism and Locus of Control Influence On Job Satisfaction Moderated By Spirituality At Work And Its Impact On Performance Auditor. International Journal of Business and Management Invention ISSN (Online): 2319 – 8028, ISSN (Print): 2319 – 801X www.ijbmi.org Volume 2 Issue 10ǁ PP.01011. Duffy, P. J., Shiflett, S., dan Downey, R. G. 1977. Locus of control: Dimensionality and predictability using Likert scales. Journal of Applied Psychology, 62, 214-219. Ellickson, M.,C. 2002. Determinants of Job Saticfaction of Municipal Goverment Employees, Public Personal Management, Vol.3.1 No.3/31 AB/Inforn Global. Furnham, A., Bond, M., Heaven, P., Hilton, D., Lobel, T., Masters, J., dan Van Daalen, H. 1993. A comparison of Protestant work ethic beliefs in thirteen nations. The Journal of Social Psychology, 133(2), 185-197. Frucot, V., dan Shearon W. T. 1991. Budgetary participation, locus of control, and Mexican managerial performance and job satisfaction. The Accounting Review 66 (January), 80-98. Ganji, A. A., Vardanyan, K., dan Navabinezhad, D. 2013. The Relationship between Locus of Control and Job Teachers Satisfaction. Life Science Journal,10(2), 277-284. Hayati, K., dan Caniago, I. 2012. Islamic Work Ethic: The Role of Intrinsic Motivation, Job Satisfaction, Organizational Commitment and Job Performance.Procedia-Social and Behavioral Sciences, 65, 272-277. Hyatt, T.A. & Prawitt, D.F. 2001. Does congruence between audit structure and auditors locus-of-control affect job performance ?, The Accounting Review, Vol. 76 No. 2, 263-274. McCuddy, M.K. and Peery, B.L. 1996. “Selected individual differencens and collegians’ ethical beliefs”, Journal of Business Ethics, Vol. 15,pp.261-72. Mohamed, N., Karim, N. S. A., dan Hussein, R. 2010. Linking Islamic Work Ethic to Computer Use Ethics, Job Satisfaction and Organisational Commitment in Malaysia. Journal of Business Systems, Governance & Ethics,5(1). Noermijati . 2008. Aktualisasi Teori Hezberg, Suatu Kajian Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Spritual Manajer Operasional (Penelitian di Perusahaan Kecil Rokok Sigaret Kretek Tangan di wilayah Malang). Disertasi. Universitas Brawijaya. Malang. Patten, D. M. 2005. An analysis of the impact of locus-of-control on internal auditor job performance and satisfaction. Managerial Auditing Journal, 20(9), 1016-1029. 12 Muhammad Ridhayantho Noermijati, Dodi W. Irawanto Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Ridwan, R. 2014. Peranan Etika Kerja Islam Terhadap Hubungan Locus of Control dengan Kinerja Karyawan. Jurnal Trikonomika, 12(1), 72-84. Robbins, S. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Alih Bahasa : Hadyana Pujaatmaka. Edisi Keenam. Penerbit PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. Robbins, S. dan Judge, T. 2008. Organizational Behavior (Perilaku Organisasi) 12th edition. Diterjemahkan oleh : Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid . Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Rokhman, W. 2010. The effect of Islamic work ethics on work outcomes. EJBO Electronic Journal of Business Ethics and Organization Studies. Vol. 15 (1): 21-27. Rotter, J. B. 1966. Generalized expectancies for internal versus external control of reinforcement. Psychological monographs: General and applied, 80(1), 1. Stark, R., dan Glock, C. Y. 1968. American piety: The nature of religious commitment (Vol. 1). Univ of California Press. Weiss, D. J. , Dawis, R. V. England, G. W. and Lofquist, L. H. (1967), Manual for the Minnesota Satisfaction Questionnaire. Minnesota Studies in Vocational Rehabilitation, Minneapolis: University of Minnesota, Industrial Relations Center. Vol. 22. Widoyoko, P, 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Cetakan Pertama. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Yousef, D. A. 2000. The Islamic work ethic as a mediator of the relationship between Locus of control, role conflict and role ambiguity–A study in an Islamic country setting. Journal of Managerial Psychology, 15(4), 283-298. -------------------. 2001. Islamic work ethic–A moderator between organizational commitment and job satisfaction in a cross-cultural context. Personnel Review,30(2), 152-169. Zaman, F., Nas, Z, Ahmed, M, Raja, Y. M, danMarri, M. Y. K. 2013. The mediating role of Intrinsic Motivation between Islamic Work Ethics and Employee Job Satisfaction. Journal of Business Studies Quarterly, 5(1). Zamani, A., dan Talatapeh, M. B. B. 2014. Discussion of the Motivation in the Islamic and Non-Islamic Worlds. J. Appl. Environ. Biol. Sci, 4(4), 68-73. 13 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP PERISTIWA POLITIK DI PARLEMEN INDONESIA TAHUN 2014 (Studi Peristiwa Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI) Yovinda Trista Yuliana Email: [email protected] I Made Sudana Email: [email protected] Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Abstract Many political events occur in the parliament over 2014, namely announcement of “UU No. 17 Tahun 2014 about MD3” on July 8th, “RUU Pilkada” on September 26th, and People’s Representative Council (DPR) election on October 2nd. The events are considered as information that could affect compay’s stock price on Indonesia Stock Exchange, which will be reacted by the investor if the information is relevant. So, the objective of this research is to observe stock market reaction around the announcement date of political event in the parliament of Indonesia. Event study is applied to each announcement, 310 samples for “UU No. 17 Tahun 2014 tentang MD3”, 322 samples for “RUU Pilkada”, and 284 samples for People’s Representative Council (DPR) election. Using seven days length for window event period, three days before the event, during the event, and three days after the event. By using one-sample t-test for AAR as measuring indicator, there are significant negative AAR at t+1 of the three events. Meanwhile by using CAAR as an indicator, negative result was significant only at the announcement of “UU No. 17 Tahun 2014 about MD3”, but positive significant on “RUU Pilkada” and People’s Representative Council (DPR) election. Key words:politics, parliament, event study, average abnormal return (AAR), cumulative average abnormal return (CAAR) Pendahuluan Latar Belakang Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perekonomian negara karena dapat menyediakan sarana untuk mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana. Dengan adanya pasar modal, investor dapat menginvestasikan dananya dengan harapan memperoleh pendapatan, sedangkan pihak yang memerlukan dana dapat memanfaatkan dana tersebut untuk keperluan investasi tanpa harus menunggu ketersediaan dana dari perusahaan. Investasi di pasar modal adalah salah satu alternatif investasi yang dinilai cepat mendatangkan keuntungan. Meskipun demikian, risiko yang ada di pasar modal juga besar karena banyak faktor yang dapat memengaruhi pendapatan saham yang diperdagangkan. Harga saham perusahaan publik yang diperdagangkan di pasar modal dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan yang bersangkutan. Faktor eksternal dapat berupa faktor ekonomi maupun non ekonomi. Walaupun faktor non ekonomi tidak terkait secara langsung dengan dinamika yang terjadi di pasar modal, tetapi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas bursa efek. Faktor non ekonomi seperti isu mengenai lingkungan 14 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 hidup, hak asasi manusia, serta politik juga dapat memicu fluktuasi harga saham. Semakin pentingnya peran bursa efek dalam kegiatan ekonomi, membuat bursa efek semakin sensitif terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Peristiwa politik merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi kondisi perekonomian suatu negara. Stabilitas politik yang diimbangi dengan stabilitas ekonomi akan membuat investor optimis dalam menginvestasikan dananya di pasar modal negara yang bersangkutan. Sementara itu, adanya peristiwa politik yang mengancam stabilitas negara cenderung mendapat respon negatif dari investor. Oleh karena itu, ekspektasi investor terhadap peristiwa politik yang terjadi akan tercermin melalui fluktuasi harga saham di bursa efek. Fluktuasi harga saham di BEI tidak dapat dipisahkan dari fenomena politik yang terjadi di Indonesia. Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia, mengingat berbagai peristiwa politik terjadi dalam tahun tersebut. Pada tahun 2014, Indonesia menyelenggarakan pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden beserta wakilnya. Namun, setelah euphoria kemenangan pihak yang terpilih, lahirlah beberapa aturan baru yang masih terkait dengan mekanisme pelaksanaan sistem parlemen di Indonesia melalui UU No. 17 tentang MD3 dan RUU Pilkada yang semuanya tidak terlepas dari pro dan kontra masyarakat. Adanya pro dan kontra menunjukkan bahwa masyarakat memberikan reaksi beragam terhadap peristiwa politik dalam negeri tersebut. Peristiwa politik tersebut akan menyebabkan IHSG berfluktuasi. IHSG pada Kamis, 25 September 2014 ditutup pada level 5.200. Sementara itu, IHSG mengalami penurunan ke level 5.134,03 tepat di saat ditetapkannya RUU Pilkada, yaitu Jumat, 26 September 2014. Keputusan sidang paripurna DPR yang menghapus pelaksanaan Pilkada langsung disambut negatif oleh pelaku pasar yang ditunjukkan oleh turunnya IHSG ke level 5.132,563. Namun sisi lain, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Sibarani (2014) menyatakan bahwa terpuruknya IHSG pada hari ditetapkannya RUU Pilkada tidak akan berlangsung lama. Dari hal tersebut, muncul pertanyaan apakah adanya regulasi terkait parlemen tersebut berpengaruh terhadap sentimen pasar? dan apakah kedua peristiwa politik di parlemen Indonesia lainnya yang terjadi di tahun 2014, yaitu UU No. 17 tentang MD3 dan pemilihan pimpinan DPR juga akan direspon oleh pasar? Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah apakah terdapat reaksi pasar saham terhadap peristiwa politik di parlemen Indonesia tahun 2014 yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR ? Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Teori Efisiensi Pasar Pasar yang efisien dapat terjadi jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia (Jogiyanto, 2013:547). Sementara itu, menurut Reilly dan Norton (2003:303), “an efficient capital market is a market in which security prices adjust rapidly to the arrival of new information and, therefore, the current prices of securities reflect all information about the security”. Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa fluktuasi harga sekuritas tergantung pada informasi yang diterima pasar. Hal terpenting untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Fama (1970) dalam Jogiyanto (2013:548) membedakan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga efficient market hypothesis (EMH) berdasarkan ketersediaan informasi, yaitu: 15 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form), menunjukkan bahwa harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi masa lalu, seperti harga pasar historis dan volume perdagangan saham. Berdasarkan bentuk ini, harga-harga masa lalu tidak dapat digunakan dalam memprediksi harga sekarang oleh investor untuk mendapatkan abnormal return. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form), menyatakan bahwa harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan secara cepat. Bentuk efisiensi ini diuji dengan melihat apakah terjadi penyesuaian harga saat informasi diumumkan. Informasi yang dimaksud dalam bentuk ini, selain informasi yang berlaku pada efisiensi pasar bentuk lemah, informasi publik seperti pengumuman dividen, stock split, isu ekonomi, isu politik, dan lain-lain. Dalam pasar bentuk ini, tidak ada investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan abnormal return dalam waktu yang lama. 3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form), menyatakan bahwa harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia, baik informasi publik maupun informasi yang privat. Berdasarkan pasar bentuk ini, tidak ada investor yang dapat memonopoli akses informasi yang relevan bagi pembentukan harga saham sehingga tidak ada informasi yang dapat digunakan untuk memperoleh abnormal return. Pendapatan Saham Pendapatan saham merupakan pendapatan yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu. Dapat dikatakan pula bahwa pendapatan saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi saham (Jogiyanto, 2013:235). Pendapatan saham dapat dibedakan menjadi actual return dan expected return. Sementara itu, selisih antara actual return dengan expected return merupakan abnormal return. Masingmasing jenis pendapatan saham tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Actual return, merupakan pendapatan sebenarnya dari investasi yang terdiri atas capital gain dan atau dividen. 2. Expected return, merupakan pendapatan yang diharapkan atas investasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan market adjusted model untuk menghitung expected return. Berdasarkan model ini pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas yang diestimasi sama dengan pendapatan pasar. 3. Abnormal return, adalah selisih antara pendapatan yang sesungguhnya didapat investor dengan pendapatan yang diharapkan investor . Pengujian abnormal return tidak dilakukan pada masing-masing saham, melainkan secara agregat dengan menguji seluruh saham untuk masing-masing hari perdagangan di sekitar tanggal peristiwa. Selanjutnya, menghitung CAAR yang merupakan akumulasi AARt mulai dari hari pertama sampai hari ke-t selama periode uji. Reaksi Pasar terhadap Faktor Eksternal Perusahaan Menurut teori pasar efisien bentuk semi kuat, reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham hingga memicu perubahan pendapatan saham yang mencolok pada saat pengumuman peristiwa tertentu. Dengan menggunakan abnormal return untuk mengukur reaksi pasar, maka suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return yang signifikan kepada investor, dan sebaliknya. Harga pasar saham perusahaan publik dapat mencerminkan nilai perusahaan yang bersangkutan. Namun harga pasar saham suatu perusahaan di pasar modal tidak hanya 16 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti kondisi ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain (Sudana, 2011:9). Peristiwa-peristiwa politik di parlemen dapat memengaruhi pelaksanaan fungsi penganggaran dan pengawasan yang menjadi tugas DPR. Hal ini dapat memperlancar ataupun menghambat pelaksanaan program-program yang telah direncanakan oleh pemerintah, termasuk program ekonomi. Adanya informasi positif bahwa peristiwa terkait politik di parlemen tersebut diekspektasikan dapat memperlancar pelaksanaan program ekonomi pemerintah, maka akan mendorong investor untuk melakukan pembelian saham, sehingga harga saham akan naik. Sementara itu, jika terjadinya peristiwa politik di parlemen merupakan informasi negatif bagi investor, maka akan berdampak pada turunnnya harga saham karena investor menilai situasi politik di parlemen Indonesia akan memberikan ketidakpastian di pasar dan turut mengancam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Adanya spekulasi dari investor tersebut akan berpengaruh pada harga saham perusahaan di pasar modal Indonesia. Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai reaksi pasar terhadap peristiwa politik sudah pernah beberapa kali dilakukan sebelumnya, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Angelovska (2011) yang membahas pengaruh peristiwa politik “name issue” terhadap Macedonian Stock Exchange (MSE). Permasalahan “name issue” yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perdebatan terhadap penggunanaan nama Macedonia antara Yunani dan Republik Macedonia. Dalam penelitian tersebut, tiga peristiwa terkait “name issue” diamati menggunakan event study dengan periode uji selama 11 hari. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dua dari tiga peristiwa politik yang diteliti menunjukkan adanya abnormal return yang signifikan, khususnya pada peristiwa kedua yang menunjukkan adanya abnormal return negatif signifikan beberapa hari sebelum pengumuman peristiwa, sedangkan satu peristiwa politik yang lainnya tidak menunjukkan adanya abnormal return yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa. Sementara itu, Chen, et al (2005) meneliti dampak sembilan peristiwa politik selama tahun 1996-2002 terhadap pendapatan saham Qualified Foreign Institution Investor di Taiwan. Penelitian tersebut menggunakan sampel sebanyak 100 perusahaan yang dibagi ke dalam dua subgroup, yaitu 50 perusahaan dengan high-Qualified Foreign Institution Investor portofolio dan 50 perusahaan dengan low-Qualified Foreign Institution Investor portofolio. Dengan menggunakan market adjusted, didapatkan hasil adanya abnormal return signifikan selama periode uji. Penelitian lainnya dilakukan oleh Liargovas dan Repousis (2010) yang meneliti mengenai reaksi pasar saham 11 perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Athena Stock Exchange terhadap tiga peristiwa terorisme internasional, yaitu penyerangan di New York pada 11 September 2001, pengeboman kereta di Madrid pada 11 Maret 2004, dan pengeboman kereta di London pada 7 Juli 2005. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan event study dengan menggunakan market model. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hanya peristiwa penyerangan di New York pada 11 September 2001 yang direspon pasar secara signifikan, karena terdapat abnormal return negatif signifikan di sekitar tanggal peristiwa, terutama pada hari-hari sebelum peristiwa terjadi. Namun, tidak terdapat abnormal return yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa pengeboman kereta di Madrid. Hasil penelitian yang berbeda juga ditunjukkan oleh Ananto (2014) yang meneliti pengaruh pemilu legislatif tanggal 9 April 2014 terhadap pasar memberikan hasil penelitian bahwa peristiwa tersebut tidak berpengaruh pada abnormal return, tetapi berpengaruh signifikan terhadap trading volume activity. Beberapa hasil penelitian terdahulu 17 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 menunjukkan hasil yang beragam, dan penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali reaksi pasar saham terhadap peristiwa politik, yaitu peristiwa politik di parlemen Indonesia tahun 2014 Studi Peristiwa Studi peristiwa merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mac Kinlay (1997) bahwa “An event study measures the impact of a specific event on the value of a firm”. Studi peristiwa digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat, karena dengan studi peristiwa, maka dapat diamati reaksi pasar atas peristiwa yang informasinya dipublikasikan dan menguji kandungan informasi dari pengumuman tersebut. Definisi lain menyatakan bahwa “Initially event studies were undertaken to examine whether markets were efficient, in particular, how fast the information was incorporated in share price” (Elton dan Gruber, 1995:427). Studi peristiwa mempelajari pengaruh suatu peristiwa terhadap harga saham di pasar, baik sebelum, pada saat, maupun setelah terjadinya peristiwa. Dengan demikian, dapat dilihat apakah harga saham akan meningkat atau menurun setelah terjadinya peristiwa atau mungkin harga saham sudah terpengaruh sebelum terjadinya peristiwa tersebut. Reaksi pasar dapat dilihat dari adanya perubahan harga saham yang berdampak pula pada pendapatan saham. Reaksi tersebut dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Jika pengumuman tersebut mengandung informasi, maka akan terjadi abnormal return yang signifikan, dan sebaliknya. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat reaksi pasar saham yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR terhadap peristiwa politik di parlemen Indonesia tahun 2014. Metode Penelitian Prosedur Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1. Sampel penelitian adalah saham perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2014. 2. Sampel penelitian adalah perusahaan yang tidak mengeluarkan pengumuman corporate action pada periode uji. 3. Saham perusahaan sampel aktif diperdagangkan selama periode uji. Pengukuran dan Definisi Operasional Variabel 1. Average abnormal return (AAR), merupakan rata-rata pendapatan abnormal saham harian dari seluruh sampel selama 3 hari sebelum, 1 hari saat, dan 3 hari sesudah peristiwa yang diperoleh dari persamaan berikut: AAR = ∑ ………………………………………..…………………………………………… ……….(1) 18 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Keterangan: AAR : average abnormal return pada periode ke-t : abnormal return sekuritas i pada periode ke-t AR N : jumlah sekuritas yang menjadi sampel 2. Cumulative average abnormal return (CAAR), merupakan jumlah dari AAR pada periode uji, yaitu selama 7 hari kerja bursa, yang diperoleh dari persamaan berikut: CAAR = ∑ AAR ………………………………………………………………………………….… ……..(2) Keterangan: CAAR : cumulative average abnormal return pada periode ke-t AAR : average abnormal return pada periode ke-t, yaitu mulai awal periode peristiwa sampai periode ke-t T : periode uji Teknik Analisis dan Uji Hipotesis Analisis dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tanggal terjadinya event (t0), yaitu: a) Pengumuman UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3: 8 Juli 2014. b) Pengumuman RUU Pilkada: 26 September 2014. c) Pemilihan pimpinan DPR: 2 Oktober 2014. 2. Menentukan periode uji, yaitu selama 7 hari kerja bursa untuk masing-masing peristiwa, yaitu 3 hari sebelum, 1 hari saat, dan 3 hari setelah peristiwa. Namun, terdapat pengecualian untuk pengumuman RUU Pilkada dan pemilihan pimpinan DPR yang tanggal terjadinya berdekatan. Untuk menghindari terjadinya tumpang tindih antar peristiwa, maka periode uji pengumuman RUU Pilkada adalah 3 hari sebelum, 1 hari saat, dan 2 hari setelah peristiwa, sedangkan periode uji untuk pemilihan pimpinan DPR adalah 1 hari sebelum, 1 hari saat, dan 3 hari setelah peristiwa. 3. Menghitung actual return selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus: R, = , , ……………………………………………………….....…………………………. , ………(3) Keterangan: R , : actual return P , : harga sekuritas i pada periode ke-t P , : harga sekuritas i pada periode t-1 4. Menghitung market return selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus: R = ( ) …………………………………….....……….....…………………………. ……….(4) 19 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Keterangan: R : return indeks pasar pada periode ke-t IHSG : nilai indeks pasar pada periode ke-t IHSG : nilai indeks pasar pada periode sebelum ke-t 5. Menghitung expected return selama periode uji masing-masing peristiwa menggunakan market adjusted model dengan rumus: E(R ) = R ……….…………………………………….....……….....………………………….……...( 5) Keterangan: E(R ) : expected return sekuritas ke-i pada periode ke-t R : return indeks pasar pada periode ke-t 6. Menghitung abnormal return selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus: AR = R − E(R )………………………………………………….....…………………………….… …(6) Keterangan: : abnormal return sekuritas i pada periode ke-t AR R : actual return sekuritas i pada periode ke-t E(R ) : expected return sekuritas i pada periode ke-t 7. Menghitung AAR selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus (1). 8. Menguji hipotesis terhadap AAR masing-masing peristiwa dengan one-sample t-test. a) Merumuskan hipotesis statistik: H0: AARt = 0, tidak terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa. H1: AARt ≠ 0, terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa. b) Menentukan tingkat signifikansi, yaitu α = 5%. c) Menetapkan kriteria diterima atau ditolaknya H0 dengan bantuan program SPSS: H0 diterima jika hasil signifikansi nilai t ≥ 0,05 berarti tidak terdapat AARt yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa. H0 ditolak jika hasil signifikansi nilai t < 0,05 berarti terdapat AARt yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa. 9. Menghitung CAAR selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus (2). 10. Menguji hipotesis terhadap CAAR masing-masing peristiwa dengan one-sample t-test. a) Merumuskan hipotesis statistik: H0: CAARt = 0, tidak terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa. H1: CAARt ≠ 0, terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa. b) Menentukan tingkat signifikansi, yaitu α = 5%. c) Menetapkan kriteria diterima atau ditolaknya H0 dengan bantuan program SPSS: H0 diterima jika hasil signifikansi nilai t ≥ 0,05 berarti tidak terdapat CAARt yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa. 20 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 H0 ditolak jika hasil signifikansi nilai t < 0,05 berarti terdapat CAARt yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa. 11. Membandingkan hasil uji ketiga peristiwa secara deskriptif untuk melihat konsistensi reaksi pasar terhadap masing-masing peristiwa dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan. Hasil dan Pembahasan Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh perusahaan yang sahamnya terdaftar di BEI tahun 2014. Berdasarkan prosedur penentuan sampel yang dikemukakan pada Bab 3, maka diperoleh sampel sebagai berikut: Tabel 1 Jumlah Sampel Penelitian Peristiwa Politik di parlemen Tanggal No. Indonesia Tahun 2014 Peristiwa 1. Penetapan UU No. 17 tahun 2014 8 Juli tentang MD3 2. Penetapan RUU Pilkada 26 September 3. Pemilihan pimpinan DPR periode 2 Oktober 2014-2019 Sumber: data diolah Jumlah Sampel 310 322 284 Tabel 2 menyajikan average actual return, expected return, average abnormal return, dan cumulative average abnormal return saham perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini selama periode uji. Tabel 2 Average Actual Return, Expected Return, Average Abnormal Return, dan Cumulative Average Abnormal Return Perusahaan Sampel pada saat Periode Uji Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa mayoritas average actual return pada periode uji peristiwa penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 menunjukkan angka positif dengan nilai average actual return tertinggi terjadi pada t-1 sebesar 0,0073, sedangkan average 21 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 actual return terendah terjadi pada t0 dengan nilai -0,0050. Untuk nilai expected return, mayoritas juga didominasi oleh angka positif dengan nilai tertinggi terjadi pada t-1 sebesar 0,0170, sedangkan expected return terendah terjadi pada t+2 dengan nilai -0,0128. Nilai CAAR sebagian besar juga menunjukkan angka negatif. Perhitungan nilai CAAR yang mayoritas negatif mengindikasikan bahwa penetapan UU No. 17 Tahun 2014 tentang UU MD3 merupakan bad news bagi investor. Nilai average actual return pada peristiwa penetapan RUU Pilkada yang menggunakan periode uji sepanjang enam hari, terdapat nilai average actual return negatif dan positif yang seimbang, yaitu tiga hari bernilai positif dan tiga hari bernilai negatif. Average actual return tertinggi sebesar 0,0054 terjadi pada t-1, sedangkan average actual return terendah bernilai -0,0139 terjadi pada saat t0. Hal yang sama ditunjukkan oleh nilai tertinggi expected return yang juga terjadi pada t-1 sebesar 0,0053 dan expecetd return terendah sebesar -0,0132 yang terjadi pada t0, dan expected return mayoritas bernilai negatif. Serupa dengan average actual return yang memiliki nilai negatif dan positif yang seimbang, begitu pula AAR. Nilai AAR tertinggi sebesar 0,0072 terjadi pada t-2, sedangkan nilai AAR terendah terjadi pada t+1 sebesar -0,0053. Sementara itu, nilai CAAR justru sebagian besar bernilai positif dengan nilai tertinggi sebesar 0,0050 pada t-1 dan nilai terendah sebesar 0,0023 pada t-3. Pada periode uji peristiwa pemilihan pimpinan DPR, nilai average actual return mayoritas bernilai positif, dengan average actual return tertinggi sebesar 0,0104 yang terjadi pada t+3, sedangkan average actual return terendah dengan nilai sebesar -0,0207 terjadi pada t0. Nilai expected return sebagian besar bernilai positif dengan nilai tertinggi sebesar 0,0103 terjadi pada t-2, sedangkan expected return terendah, sama seperti average actual return terendah, juga terjadi pada t0 senilai -0,0273. Sama halnya dengan average actual return dan expected return, nilai AAR sebagian besar juga bernilai positif. AAR tertinggi terjadi pada t0, yaitu sebesar 0,0066, sedangkan AAR terendah sebesar -0,0096 terjadi pada t+2. Hal tersebut mendukung nilai CAAR yang mayoritas bernilai positif dengan CAAR tertinggi yang terjadi pada t0, yaitu sebesar 0,0090, sedangkan CAAR terendah yang terjadi pada t+2 sebesar 0,0048. Analisis Variabel Penelitian Pada Tabel 3 disajikan hasil perhitungan AAR dan hasil uji signifikansi perusahaan sampel untuk ketiga peristiwa politik di parlemen Indonesia. Peristi wa Hari t-3 t-2 t-1 t0 Tabel 3 Nilai AAR dan Hasil Uji Signifikansi Penetapan UU Pemilihan Penetapan RUU No. 17 tahun 2014 Pimpinan DPR Pilkada tentang MD3 periode 2014-2019 Sig. Sig. Sig. AAR (2AAR (2AAR (2tailed) tailed) tailed) 0,0077* 0,000 -0,0023 0,220 -0,0026 0,295 0,0072* 0,000 0,0096* 0,000 0,0001 0,965 0,0024 0,155 0,0121* 0,000 -0,0007 0,700 0,0066* 0,000 22 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana t+1 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 0,0098* 0,000 0,0053* 0,004 t+2 0,0080* 0,000 0,0024 t+3 0,0018 0,314 *Signifikansi pada tingkat α = 5% Sumber: data diolah 0,163 - 0,0043* 0,0096* 0,0039 0,045 0,000 0,050 Pada peristiwa penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3, hanya terdapat dua hari nilai AAR positif yang signifikan, yaitu terjadi pada t-3 dan t+2, sedangkan nilai AAR negatif signifikan terjadi selama 3 hari, yaitu pada t-1 sampai dengan t+1. Pada pengumuman penetapan RUU Pilkada hanya terdapat dua AAR yang signifikan, yaitu AAR positif pada t-2 dan AAR negatif pada t+1. Pada peristiwa pemilihan pimpinan DPR, nilai AAR positif signifikan tejadi pada t0. Selain itu, juga terdapat nilai AAR negatif signifikan pada t+1 dan t+2. 0.010 AAR Peristiwa Penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 0.005 0.000 t-3 t-2 t-1 t0 t+1 t+2 AAR Peristiwa Penetapan RUU Pilkada t+3 -0.005 AAR Peristiwa Pemilihan Pimpinan DPR periode 20142019 -0.010 -0.015 Gambar 1: Pergerakan Nilai AAR Selama Periode Uji Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa AAR mempunyai kecenderungan yang sama, yaitu terjadi penurunan nilai, terutama pada saat dan setelah terjadinya peristiwa. Selama periode uji, nilai AAR tertinggi terjadi pada t-3 sebelum pengumuman penetapan UU No.17 tahun 2014 tentang MD3 sebesar 0,0077, sedangkan nilai AAR terendah terjadi pada t0, yaitu saat diumumkannya penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 dengan AAR senilai -0,0121. Hasil analisis reaksi pasar saham terhadap peristiwa politik di parlemen Indonesia tahun 2014 yang diukur dengan CAAR disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Nilai CAAR dan Hasil Uji Signifikansi Peristi wa Penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 Hari CAAR t-3 t-2 0,0077* 0,0052 Sig. (2tailed) 0,000 0,092 Penetapan RUU Pilkada CAAR -0,0023 0,0049 Sig. (2tailed) 0,220 0,029 Pemilihan Pimpinan DPR periode 20142019 Sig. CAAR (2tailed) 23 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 * 0,0050 t-1 t0 -0,0044 0,319 0,0166* 0,000 0,0043 t+1 0,0264* 0,000 -0,0010 t+2 0,0183* 0,002 0,0014 t+3 -0,0166 0,008 *Signifikansi pada tingkat α = 5% Sumber: data diolah 0,127 0,155 0,225 0,0025 0,0090 * 0,809 0,0048 0,085 0,722 - -0,0048 -0,0009 0,125 0,766 0,000 Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa pada pengumuman penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 menunjukkan nilai CAAR negatif signifikan sejak t-1 sampai dengan t+2, sementara itu, hanya terdapat satu hari pengujian yang menunjukkan adanya AAR positif signifikan, yaitu pada t-3. Pada peristiwa penetapan RUU Pilkada, hanya terdapat nilai CAAR positif signifikan pada t-2. Artinya terdapat kebocoran informasi sebelum peristiwa tersebut terjadi. Pada pengumuman pemilihan pimpinan DPR terdapat nilai CAAR positif signifikan hanya pada t0. Nilai CAAR positif tersebut mengindikasikan bahwa terdapat kandungan informasi yang dianggap sebagai sinyal positif oleh investor, sehingga terjadinya peristiwa tersebut direspon positif. 0.015 0.010 0.005 0.000 -0.005 -0.010 -0.015 -0.020 -0.025 -0.030 t-3 t-2 t-1 t0 t+1 t+2 t+3 CAAR Peristiwa Penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 CAAR Peristiwa Penetapan RUU Pilkada CAAR Peristiwa Pemilihan Pimpinan DPR periode 2014-2019 Gambar 2: Pergerakan Nilai CAAR Selama Periode Uji Pergerakan nilai CAAR selama periode uji pada Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai CAAR pada pengumuman penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 mempunyai nilai CAAR negatif yang paling ekstrim dengan nilai terendah sebesar -0,0264 pada t+1 setelah pengumuman peristiwa, sedangkan nilai CAAR tertinggi terjadi pada saat terjadinya pengumuman pemilihan pimpinan DPR sebesar 0,0090.. Pembahasan Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Penetapan UU No. 17 Tahun 2014 tentang UU MD3 Adanya reaksi yang ditunjukkan oleh nilai AAR yang signifikan sebelum pengumuman mengenai UU MD3 tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi kebocoran informasi yang telah diterima oleh investor sebelum peraturan tersebut ditetapkan. Nilai AAR negatif signifikan yang terjadi sejak t-1 sampai dengan t+2 berarti bahwa kandungan 24 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 informasi yang diperoleh pasar dari pengumuman peristiwa tersebut direspon pasar dengan cepat. Adapun nilai AAR negatif signifikan terjadi karena investor menilai bahwa kebijakan tersebut dianggap sebagai upaya pihak Koalisi Merah Putih, untuk menguasai parlemen dan memperkuat posisi kekuasaannya di keparlemenan karena tidak berhasil menguasai pemerintahan yang telah dipimpin oleh pihak Koalisi Indonesia Hebat. Undang-undang yang intinya menerangkan bahwa perwakilan dari partai yang menjadi pemenang suara terbanyak dalam pemilu legislatif tidak lagi secara otomatis menjadi ketua DPR, melainkan akan dipilih dengan voting berdasarkan paket yang bersifat tetap dalam musyawarah DPR. Akibat dari perubahan ketentuan tersebut adalah terjadinya pelanggaran terhadap prinsip keterwakilan rakyat. Rakyat yang memilih wakil yang dicalonkan dari masing-masing partai di pemilihan legislatif dengan dasar UU MD3 versi UU No. 27 tahun 2009 beranggapan bahwa wakil dari partai pemenang pemilu legislatif yang akan menjabat pimpinan DPR secara proporsional berdasarkan urutan perolehan jumlah kursi masingmasing partai politik. Prinsip keterwakilan berdasarkan jumlah kursi tersebut merepresentasikan konfigurasi peringkat pilihan rakyat. Pasar menyambut negatif penetapan UU No.17 tahun 2014 tentang MD3 sebagai revisi dari undang-undang sebelumnya, karena dianggap mengubah prinsip keterwakilan rakyat. Undang-undang baru tersebut mengatur pengambilan keputusan dalam menentukan pimpinan DPR didasarkan pada musyawarh mufakat, dan apabila tidak terpenuhi, maka dilakukan sistem voting berdasarkan paket bersifat tetap. Hal ini menjadikan suara rakyat tidak berpengaruh terhadap penentuan keterwakilannya dalam komposisi kepemimpinan DPR, sehingga wakil pilihan rakyat tidak bisa turut menjalankan fungsi utama DPR, yaitu fungsi legislasi, fungsi penganggaran, dan fungsi pengawasan. Pergerakan CAAR selama periode uji yang secara mayoritas menunjukkan angka negatif signifikan pada t0 hingga t+2 disebabkan karena sebagian besar AAR pada periode uji bernilai negatif. Terjadinya nilai CAAR negatif signifikan secara terus-menerus dikarenakan informasi yang diperolah pasar mengandung sinyal negatif. Pasar tidak mendukung diberlakukannya ketetapan baru dalam UU No.17 tahun 2014 tentang MD3 yang dianggap tidak pro rakyat. Hal ini membuat pasar merasa khawatir aspirasinya tidak terwakili, mengingat pimpinan DPR yang terpilih bukan sebagai wakil pilihan mayoritas masyarakat. Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Penetapan RUU Pilkada Pergerakan AAR selama enam hari periode uji menunjukkan bahwa jumlah AAR positif dan negatif cukup seimbang, yaitu masing-masing selama tiga hari pengujian. Nilai AAR positif signifikan terjadi pada t-2 dan nilai AAR negatif signifikan terjadi pada t+1. Hal ini menunjukkan bahwa investor awalnya bereaksi positif terhadap ditetapkannya RUU Pilkada, karena diberlakukannya RUU Pilkada yang mengatur bahwa pemilihan kepala daerah tidak lagi dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan kepala daerah, melainkan dipilih oleh DPRD tingkat provinsi, dianggap akan dapat lebih menghemat biaya daripada melakukan pemilihan secara langsung. Namun kemudian, pasar bereaksi negatif terhadap peristiwa tersebut. Hal ini karena aksi walkout dari 129 kader Partai Demokrat yang diketuai oleh Presiden RI pada masa itu, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono, yang pada awalnya terlihat seperti mendukung kedaulatan rakyat, tetapi pada akhirnya walkout tersebut dinilai sebagai sikap tidak konsisten dengan keputusan awal untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat. Selain itu, pasar beranggapan bahwa pemilihan kepala daerah secara tidak langsung, justru akan memberikan peluang bagi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang lebih besar dan akan menghambat pembangunan perekonomian negara. 25 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Nilai CAAR yang hanya signifikan pada t-2 dengan nilai positif mengindikasikan bahwa telah terjadi kebocoran informasi. Hal tersebut dapat saja terjadi karena jauh sebelum penetapan RUU Pilkada tersebut, sudah banyak media yang memuat informasi bahwa RUU tersebut akan segera ditetapkan dalam rapat paripurna tanggal 25 September 2014 (nasional.kompas.com). Namun demikian, hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa nilai AAR mayoritas tidak signifikan pada hari-hari berikutnya. Hal tersebut dikarenakan investor menilai bahwa pengumuman tersebut kurang relevan dalam mengambil keputusan jual beli saham di pasar modal. Kecenderungan nilai CAAR selama periode uji yang tidak signifikan disebabkan oleh perubahan nilai AAR yang relatif kecil dari hari ke hari selama periode uji. Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Pemilihan Pimpinan DPR periode 2014-2019 Berdasakan hasil analisis Tabel 3, nilai AAR signifikan berfluktuatif selama periode uji atas terjadinya peristiwa pemilihan pimpinan DPR, yaitu dari positif menjadi negatif. Terdapat AAR positif signifikan pada t0, namun kemudian pasar bereaksi negatif karena terdapat AAR negatif signifikan pada t+1 dan t+2. Adanya respon yang beragam dan tidak konsisten tersebut mengindikasikan bahwa pasar masih belum yakin dengan kualitas para pimpinan DPR yang terpilih untuk periode 2014-2019. Pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019 yang telah menganut aturan yang tercantum dalam UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3, dilakukan dengan memilih paket calon pimpinan DPR yang terdiri dari seorang ketua dan empat orang wakil. Selanjutnya, pimpinan DPR akan dipilih dari paket calon pimpinan DPR yang tersedia melalui musyawarah. Dalam pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019 tersebut hanya tersedia satu paket dari pihak Koalisi Merah Putih yang terdiri dari enam fraksi, yaitu Fraksi Partai Golkar, Gerindra, PKS, PAN, PPP, dan, Demokrat, sedangkan pihak Koalisi Indonesia Hebat yang terdiri dari fraksi PDIP, PKB, Partai Nasdem, dan Partai Hanura gagal mengajukan calonnya. Akibatnya, pimpinan DPR terpilih secara aklamasi karena hanya terdapat satu paket yang terdaftar sebagai calon pimpinan DPR. Munculnya reaksi positif, yang ditunjukkan oleh nilai AAR dan CAAR yang positif singnifikan pada t0 karena pasar mempunyai pengharapan yang baik bahwa dengan bergantinya pimpinan DPR, maka akan ada hubungan yang lebih baik dan bersinergi dengan pemerintah, sehingga kebijakan-kebijakan, APBN, dan lain-lain dapat dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik pula. Namun kemudian, reaksi tersebut berubah menjadi reaksi negatif yang ditunjukkan oleh AAR negatif signifikan pada t+1 hingga t+2. Hal ini karena pasar beranggapan bahwa terpilihnya pimpinan DPR dari pihak Koalisi Merah Putih, dikhawatirkan akan menghambat program-program dan kebijakan-kebijakan yang telah direncanakan oleh pemerintah yang terpilih dari Koalisi Indonesia Hebat. Oleh karena itu, pelaku pasar cendeung berhati-hati dalam menginterpretasikan informasi terkait pimpinan DPR tersebut, sehingga berakibat pada tidak konsistennya reaksi dari pasar. Meskipun terdapat nilai CAAR positif signifikan pada t0, tetapi pada hari-hari selanjutnya menunjukkan hasil uji yang tidak signifikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa informasi mengenai pemilihan pimpinan DPR direspon dengan cepat oleh pasar tepat pada saat peristiwa tersebut terjadi, namun pada hari-hari berikutnya informasi tersebut sudah dianggap tidak relevan lagi dalam menentukan keputusan investasi di pasar modal. Perbandingan Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Politik di Parlemen Indonesia Tahun 2014 Secara Deskriptif Terdapat reaksi yang tidak sama pada t0 masing-masing peristiwa politik di parlemen Indonesia pada tahun 2014. Dengan menggunakan AAR sebagai indikator untuk melihat reaksi pasar terhadap terjadinya peristiwa politik di parlemen Indonesia, ketiga peristiwa 26 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 tersebut secara konsisten direspon negatif oleh pasar pada satu hari setelah terjadinya peristiwa (t+1). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kandungan informasi yang dianggap sebagai sinyal negatif oleh pasar, umumnya sehari setelah peristiwa, sehingga pasar juga memberikan reaksi negatif. Apabila dilihat dari nilai CAAR sebagai indikator untuk melihat reaksi pasar terhadap terjadinya peristiwa politik di parlemen Indonesia, pada peristiwa penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 secara konsisten terdapat CAAR negatif signifikan pada t0 sampai dengan t+2, dan hanya terdapat satu hari pengujian terdapat nila CAAR positif signifikan, yaitu pada t-3. Mayoritas nilai CAAR negatif signifikan pada peristiwa tersebut menunjukkan bahwa pasar telah yakin dengan kandungan informasi negatif dari terjadinya peristiwa tersebut. Sementara itu, pada dua peristiwa lainnya, yaitu penetapan RUU Pilkada dan pemilihan pimpinan DPR, terdapat reaksi positif signifikan pada satu hari pengujian. Simpulan Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat reaksi pasar di sekitar tanggal pengumuman penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 tanggal 8 Juli 2014, yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR yang sebagian besar bernilai negatif signifikan. 2. Terdapat reaksi pasar di sekitar tanggal pengumuman penetapan RUU Pilkada tanggal 26 September 2014, yang ditunjukkan oleh nilai AAR maupun CAAR yang positif signifikan pada satu hari pengujian, yaitu pada t-2. 3. Terdapat reaksi pasar atas pengumuman pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019, yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR yang bernilai positif signifikan pada t0. 4. Berdasarkan nilai AAR, terdapat reaksi yang tidak sama pada t0, sedangkan pada t+1 samasama terdapat reaksi negatif signifikan. Demikian juga, nilai CAAR pada peristiwa penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 direspon negatif signifikan oleh pasar di sekitar tanggal terjadinya peristiwa, sedangkan peristiwa penetapan RUU Pilkada dan pemilihan pimpinan DPR direspon positif signifikan. Daftar Pustaka Ananto, Dedy. 2014. Pengaruh Pemilu Legislatif Terhadap Abnormal Return Dan Trading Volume Activity Saham Di Jakarta Islamic Index. Skripsi Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta. Angelovska, Julijana. 2011. The Impact of Political Events – “Name Issue” on an Emerging Macedonian Stock Market. Journal of Public Administration and Governance, Vol.1, No. 2. Bursa Efek Indonesia. 2013. Pengumuman Dividen dan Corporate Action Emiten Indonesia. Website Online. (http://www.idx.co.id, diakses pada 11 Oktober 2014) Chen, Dar-Hsin, et al. 2005. The Impacts of Political Event on Foreign Institutional Investor and Stock Returns: Emerging Market Evidence from Taiwan. International Journal of Business, Vol. 10 No. 2. Elton, Edwin J. and Martin J. Gruber. 1995. Modern Portofolio Theory and Investment Analysis. Fifth edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. 27 Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Jogiyanto, H. M. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE. Jones, Charles P. 2002. Investments: Analysis And Management. Eighth edition. United States of America: Jhon Willeyand Sons, Inc. Kritzman, Mark P. 2012. What Practitioners Need to Know about Event Studies. Financial Analysts Journal/November-December 1994. Lehander, Sofia and Frida Lönnqvist. 2011. Parliamentary Elections Impact on Stock Market Return. Stockholm School of Economics. Liargovas, Panagiotis and Spyridon Repousis. 2010. The Impact of Terrorism on Greek Banks’ Stocks: An Event Study. International Research Journal of Finance and Economics, 51 (2010). Lind, et al. 2007. Teknik-teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Terjemahan oleh Chriswan Sungkono. 2007. Jakarta: Salemba Empat. MacKinlay, A. Craig. 1997. Event Studies in Economics and Finance. Journal of Economic Literature, Vol. 35, No. 1.(Mar, 1997), pp. 13-39. Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2012. Analysis of Investments & Management of Portofolios. Tenth edition.South-Western, Canada. Reilly, Frank K. and Edgar A. Norton. 2003. Investment. Sixth edition.South-Western, Canada. Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3). 2014. Jakarta. Republik Indonesia. 1995. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Jakarta. Schweitzer, Robert. 1989. How Do Stock Return Reacts to Special Events? Research Departement of the Federal Reserve Bank of Philadelphia. Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga. Yuwono, Andri. 2013. Reaksi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia terhadap Pengumuman Peristiwa Bencana Banjir yang Melanda Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2013. Jurnal Nominal, Vol. 2, No. 2. 28 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Implementasi SMS Gateway & Backend Website Dinamis Sebagai Company Profile dan Delivery Order Restaurant Hotel Olympic Surabaya Kevin Suteja1,*, Rinabi Tanamal, B.Bus., M.Com. 2, dan David Boy Tonara, M.Kom. 3 1 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra 2 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra 3 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra Abstrak Restaurant Hotel Olympic Surabaya, menghasilkan rata-rata omset sebesar Rp 27,829,266 per bulan, dihasilkan dari rata-rata 1012 penjualan, dan 14 pesanan take away per bulannya. Guna meningkatkan rata-rata penjualan pesan antar, pihak Restaurant Hotel Olympic Surabaya berniat untuk membuat sebuah website delivery order dengan spesifikasi fitur, minimum order Rp 40,000, terbatas untuk wilayah Surabaya, dapat menghasilkan report hasil penjualan otomatis dari penjualan online, dan pembagian kategori akun adalah user, admin, master. Dimana admin dan master mempunyai kuasa untuk menolak atau menyetujui sebuah order yang dilakukan oleh user. Metodologi perancangan tugas akhir ini dibagi dalam empat tahapan, yakni pengumpulan data, studi pustaka, wawancara, dan analisis data. Sedangkan pengembangan applikasi adalah menggunakan metode RAD (Rapid Aplication Development), terbagi dalam lima tahapan kategori, yakni business modelling, data modelling, proses modelling, application generation, testing and turnover. Hasil akhir dari pengerjaan tugas akhir ini adalah sebuah website dinamis yang difungsikan sebagai online delivery order, menggunakan framework codeigniter dan disediakan rancangan fitur tambahan berupa sms gateway, untuk mendukung kinerja implementasi website. Kata Kunci: POS, web application, operating sistem, incremental, client- request. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pada era moderen saat ini, website merupakan suatu kebutuhan yang utama bagi sebuah perusahaan ataupun sebuah binis startup sekalipun. Kegunaan dari adanya sebuah website sendiri adalah sangat banyak bergantung kebutuhan individu dari pemakainya. Seperti halnya contoh: sebagai media promosi atau pengenalan produk yang dijual, mendongkrak kinerja sales melalui media online, meraup profit melalui iklan, ataupun juga dapat difungsikan sebagai sebuah portal berita untuk bisnis tersebut. Mengambil kutipan data statistik resmi dari (APJII) Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia, untuk tingkat pembelanjaan online di Indonesia, adalah 22.8% (14 juta) dari 63 juta pengguna internet di Indonesia, 34.6% beranggapan takut terjadinya penipuan, dan 13.8% sisanya beranggapan barang online cenderung mahal (APJII, 2012). Namun pihak APJII beranggapan bahwa pembelanjaan online di Indonesia akan terus meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan berkembangnya teknologi. Berlanjut kembali kepada data survery APJII pada tahun 2012, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 63 juta penduduk, dan diproyeksikan terus naik mencapai 139 juta penduduk pada tahun 2015 (APJII, 2012). Survei yang dilakukan APJII tersebut merupakan jalinan kerjasama dengan pusat Badan Statitistika Indonesia, dengan 29 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 populasi sampel rentang usia 12 - 65 tahun, dilakukan di 42 kota dan 31 propinsi. Dengan data tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi market online di Indonesia adalah sangat tinggi, dan akan sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan. E-commerce dapat diaplikasikan kepada bisnis restaurant, dengan bentuk delivery order, sehingga pembeli dapat memesan makanan restaurant tersebut secara online. Mekanisme dan prosedur delivery order adalah bergantung pada masing-masing restaurant. Namun dalam kasus implementasi delivery order untuk restaurant Hotel Olympic Surabaya ini, fasilitas pembayaran akan diaplikasikan menggunakan sistem cash on delivery, sehingga diharapkan dapat menarik minat dari 34.6% populasi sampel dari survei APJII yang beranggapan takut terkena penipuan apabila berbelanja online. Berdasarkan dari hasil analisis data penjualan restaurant Hotel Olympic Surabaya, pada bulan Agustus, September dan Oktober terhitung omset penjualan dari tiga bulan terakir adalah sebesar Rp.83.487.800. Nilai rata-rata penjualan yang dihasilkan untuk setiap bulannya adalah Rp. 27.829.266,- dihasilkan dari rata-rata 1012 penjualan, dan 14 pesanan take away per bulannya. Dengan hasil olah data tersebut, diharapkan pembuatan website delivery order akan meningkatkan penjualan take away dari pihak restaurant Hotel Olympic Surabaya di bulanbulan berikutnya. 1.2 Rumusan Masalah. 1. Bagaimana mengimplementasi backend website dinamis menggunakan konsep prinsip website usability di restaurant Hotel Olympic Surabaya? 2. Bagaimana mengimplementasi sms gateway sehingga dapat menjadi fitur tambahan dari backend website dinamis yang akan dirancang? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian. Ruang lingkup dari tugas akhir ini adalah pembuatan sebuah website dinamis dengan fokus design untuk desktop, difungsikan sebagai profil restaurant dan delivery order, untuk pihak restaurant Hotel Olympic Surabaya. Website delivery order dibuat menggunakan framework PHP Codeigniter, dengan spesifikasi fitur yang diinginkan oleh pihak client adalah terbatas untuk wilayah Surabaya, minimum total harga untuk melakukan order adalah sebesar Rp 40,000, fitur laporan penjualan, dan dilakukan pembagian kategori akun yakni user, admin, master. Dimana admin dan master mempunyai kuasa untuk menolak atau menyetujui sebuah order yang dilakukan oleh user. Terlepas dari fitur yang disebutkan, perancang bebas menambahkan fitur tambahan yang diyakini dapat menambah kegunaan dalam implementasinya. Kategori makanan / minuman yang dimasukan adalah berdasarkan data dari menu baru Hotel Olympic Surabaya tertanggal 7 Mei 2014, dan dapat ditambahkan sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. 2. Landasan Teori. 2.1 Pengertian Website. Mengutip pernyataan (O'Brien, 2006:262) dalam bukunya berjudul "Introduction to Information Systems" didefiniskan website merupakan salah satu wadah yang menawarkan informasi dan hiburan, serta situs transaksi e-commerce antara bisnis dan pemasok serta pelanggan. Dalam hal ini, dapat dengan jelas disimpulkan kegunaan sesungguhnya dari website 30 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 adalah beragam, bergantung bagaimana pemilik memfungsikan website miliknya. Sebuah website dapat menghasilkan sebuah keuntungan dalam bentuk profit, apabila website difungsikan dan didesign sebagai e-commerce. 2.1.2 Aplikasi Web Based. Mengutip pernyataan (Abdul Kadir, 2005:3), aplikasi web-based adalah program yang menggunakan HTTP sebagai protokol komunikasi dan menyampaikan informasi berbasis web kepada pemakai dalam bentuk HTML. Applikasi yang telah dirancang dan disimpan dalam web server yang diakses, akan berkerja dibalik layar, sehingga pihak user yang mengakses hanya akan diberikan hasil data dalam bentuk tampilan visual HTML. 2.1.3 Web Server. Mengutip kutipan dari (Jennifer, 2012: 42), web server menjawab request dari browser client untuk spesifik data / file (atau mengeksekusi sebuah script), dan menampilkan kembali dalam bentuk visual kepada pengakses. 2.2 Unified Modelling Language Mengutip pernyataan dari (Martin Fowler, 2004:1) dalam bukunya berjudul "UML Distilled Third Edition", Sebuah Unified Modelling Language, atau yang biasa disingkat menjadi UML adalah sebuah penggambaran proses atau desain software diterjemahkan dalam bentuk sebuah diagram visual. Lebih lanjut, Booch Jacobson menjelaskan bahwa skenario pembuatan UML dari setiap orang adalah berbeda, bergantung cara atau pola pikir dari masingmasing orang. Namun untuk ketetapan standar dari pembuatan sebuah UML sendiri telah ditetapkan dan dikontrol oleh sebuah organisasi bernama "Object Management Group (OMG)". 2.2.1 Sequence Diagram. Mengutip pernyataan dari (Martin Fowler, 2004:53), dijelaskan bahwa sebuah sequence diagram adalah penggambaran sifat karakteristik alur dari sebuah skenario yang dijalankan dari kumpulan grup objek. Sequence diagram digrambarkan dengan sebuah partisipan yang mempunyai sebuah lifeline, dimana interaksi dari setiap partisipan digambarkan melalui sebuah arah panah. 2.2.2 Use Case. Mengambil dari kutipan buku berjudul "UML Distilled Third Edition" dijelaskan bahwa sebuah use case adalah kumpulan set dari beragam skenario, yang masing-masing berkesamaan untuk meraih tujuan yang sama (Booch Jacobson, 2004:99). Contoh dari sebuah diagram use case adalah penggambaran bagaimana seorang user dapat berhasil meraih tujuannya untuk membeli produk yang diorder. Dalam diagram use case, terdapat seorang actor yang didefinisikan sebagai pengguna yang melakukan akses kepada sistem. Sebuah use case juga mengenal fungsi include / exclude, dimana include adalah digunakan jika sebuah use case tersebut memerlukan use case lainnya untuk berjalan, sedangkan exclude adalah dimana sebuah skenario alternatif jika apabila use case tidak berhasil dijalankan. Sebuah definisi dari pre-kondisi, pasca-kondisi, dan tanggapan sistem diperlukan dalam perancangan sebuah diagram use case (Booch Jacobson, 2004:102) 31 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 2.2.3 Activity Diagram. Mengutip pernyataan (Martin Fowler, 2004:117), sebuah activity diagram adalah penggambaran sebuah alur untuk procedural-logic, proses bisnis, dan alur kerja. Dalam prinsip pembuatannya, sebuah activity diagram adalah sama dengan teknik pembuatan flow chart, hanya saja dalam sebuah activity diagram, mengenal simbol fork yang mendefinisikan bahwa suatu proses dijalankan secara bersamaan / pararel. 2.3 Web Usability. Istilah web usability adalah penyebutan suatu tampilan yang telah di visualisasikan. Sederhananya, webs usability merupakan semua hal yang berkaitan dengan tampilan visual di komputer anda, seperti tampilan gambar, tampilan program, sebuah tombol yang dapat diinteraksikan, dan berbagai macam lainnya. Fungsi web usability sebenarnya adalah untuk me-visualisasikan suatu hal sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh pengguna. 2.3.1 Prinisp Web Usability Mengutip dari (Jennifer, 2006:60) dalam bukunya berjudul "Web Deisgn In a Nutshell", sebuah website yang baik harus menerapkan 10 Prinsip dari Web usability: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Memberikan konten yang seimbang antara konten visual dan tulisan. Tidak menggantungkan konten pada warna. Menggunakan CSS dengan baik dan sesuai proporsi. Bahasa digunakan dengan jelas. Tabel / diagram yang digunakan di visualisasikan secara menarik. Rutin untuk melakukan maintenance, khususnya untuk halamanyang mengandung script / teknologi terbaru. Rutin untuk melakukan crosscheck bahwa link atau media yang di tampilkan dalam website berjalan dengan baik. Design dapat digunakan dalam setiap device. Menggunakan teknik dan prinsip penulisan HTML dari W3C. Alur navigasi website harus jelas. 2.3.2 Web Accessibility Techniques. Mengutip dari (Jennifer, 2006:60) dalam bukunya berjudul "Web Deisgn In a Nutshell", berikut adalah teknik untuk mengaplikasikan prinsip website accessibility: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Memulai sebuah pengerjaan website dengan sebuah tujuan. Memberikan solusi alternatif apabila rancangan utama gagal Konten atau layout dapat di zoom-in apabila dibutuhkan. Perhatikan urutan penulisan dan letak. Desain form dengan menarik dan sejelas mungking. Selalu melakukan testing apakah javascript yang digunakan masih berfungsi dengan baik. Desain visual harus cukup lapang, sehingga pengguna mendapatkan cukup ruang untuk melakukan klik. Konten dapat di scale 32 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara 9. 10. 11. 2.4 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Menggunakan fungsi fokus pada form atau sebuah input penting. Pergunakan pilihan warna sebaik-baiknya. Perhatikan penggunaan CSS untuk background image sehingga tidak menganggu. Point of Sales. Mengutip kutipan Hendry (2010:1), point of sales adalah sebuah sistem yang terdiri dari hardware dan software yang didesain sesuai dengan keperluan dan dapat diintegrasikan dengan beberapa alat pendukung agar dapat membantu mempercepat proses transaksi. Point of sales atau biasa disebut POS secara sederhananya, dapat diartikan sebagai sebuah software yang melakukan pencatatan transaksi penjualan. 2.5 Sistem Akutansi Persediaan. Mengutip dari pernyataan Mulyadi (2001:556), ada dua macam metode pencatatan persediaan : metode mutasi persediaan (perpetual inventory method), dan metode persediaan fisik (physical inventory method). Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan, namun untuk persediaan fisik, hanya persediaan dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak dicatat. Sistem akutansi point of sales persediaan yang diaplikasikan dalam restaurant Hotel Olympic Surabaya adalah metode mutasi persediaan, dimana untuk barang yang laku atau keluar adalah tercatat dalam sistem website delivery order yang digunakan dalam bentuk besaran kuantitas. 2.6 Sistem Akutansi Persediaan. Mengutip dari pernyataan Mulyadi (2006:455) dalam bukunya berjudul Sistem akutansi, sistem penerimaan kas perusahaan berasal dari sumber utama, yakni penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang. Sistem akutansi yang diterapkan dalam sistem website delivery order restaurant Hotel Olympic Surabaya adalah secara otomatis sistem website dapat melakukan kalkulasi total profit dan omset per bulan atau tahun berdasarkan hasil order yang didapatkan. 33 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara 3. Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Analisa dan Perancangan Sistem. 3.1 Activity Diagram Activity diagram adalah penggambaran sebuah alur untuk procedural-logic, proses bisnis, dan alur kerja. Dalam prinsip pembuatannya, sebuah activity diagram adalah sama dengan teknik pembuatan flow chart, hanya saja dalam sebuah activity diagram, mengenal simbol fork yang mendefinisikan bahwa suatu proses dijalankan secara bersamaan / pararel. 3.1.1 Activity Diagram Alur Pengecekan Stok Menu Harian. Gambar 1. Activity Diagram Alur Pengecekan Stok Menu Harian. 34 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Gambar 1 diatas menggambarkan bagaimana alur aktivitas pengecekan stok harian dilakukan. Seorang administrator website yang sedang bertugas, harus terlebih dahulu melakukan login kedalam website menggunakan user id dengan akses role admin atau master. Setelah berhasil login dan mendapakan fungsi dari panel admin atau master, dilanjutkan dengan akses ke halaman menu. Halaman tersebut akan berisikan seluruh daftar menu yang telah dibuat sebelumnya. 3.1.2 Activity Diagram Alur Aktivitas Pengecekan Stok Menu Harian. Gambar 2. Activity Diagram Alur Aktivitas Pengecekan Stok Menu Harian. 35 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Gambar 2 diatas menggambarkan alur aktivitas validasi yang hanya dilakukan pada kasus khusus, yakni apabila jumlah total harga dalam satu nota order melebihi Rp 300,000 dalam satu nota order. Alur aktivitas diawali dengan pihak user melakukan submit order dengan total harga order melebihi Rp 300,000 dalam satu nota order. Setelah data order disubmit, sistem website secara otomatis akan mengirimkan sebuah berisikan 5 angka acak SMS ke nomor handphone terdata untuk proses verifikasi SMS. Kemudian pihak user diharuskan melakukan input 5 angka acak yang dikirim oleh sistem tersebut, ke halaman validasi SMS. Selanjutnya 5 angka yang di-input oleh user akan divalidasi oleh sistem, untuk dicek kebenarannya. Apabila ternyata angka yang di-input salah dan tidak cocok, maka order akan ditolak dan user harus melakukan order ulang. Sebaliknya apabila sistem memutuskan bahwa input tersebut benar dan cocok, maka order dinyatakan berhasil lolos verifikasi SMS, dan direkap kedalam database order. Kemudian pihak user harus menunggu order approval dari pihak admin atau master. Sebuah order yang berhasil lolos verifikasi SMS, dan berhasil direkap kedalam database order akan terlihat dalam halaman list order, jika menggunakan login akses admin atau master. Seorang administrator website mempunyai kuasa untuk melakukan reject atau melakukan approve sebuah order. Langkah berikutnya adalah pihak administrator website harus melakukan validasi kembali melalui telepon, untuk memastikan keakuratan data order tersebut. Apabila setelah divalidasi melalui telepon, data adalah akurat, maka pihak administrator website akan menyetujui order tersebut, dan status order dirubah menjadi "accepted". Kemudian orderan akan dilanjutkan untuk diproses sesuai dengan prosedur normal. Sebaliknya apabila setelah dilakukan verifikasi melalui telepon, ternyata data yang diinput adalah tidak akurat, maka order tersebut akan ditolak dan status order dirubah menjadi "rejected". Apabila terjadi kasus demikian, maka user harus melakukan order ulang dari tahap awal apabila tetap berniat untuk melakukan order. 3.2 Use Case. Use case adalah kumpulan set dari beragam skenario, yang masing-masing berkesamaan untuk meraih tujuan yang sama (Booch Jacobson, 2004:99). 3.2.1 Use Case user, Melakukan Submit Order Baru Gambar 3. Use Case user, Melakukan Submit Order Baru. 36 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Use case ini dijalankan ketika user hendak melakukan finalisasi order, dengan melakukan klik button submit order, di halaman checkout (www.oresto.com/backend/order/checkout). Tujuan dari use case ini adalah untuk seorang dengan akses user dan telah melakukan login, dapat membuat sebuah order baru. Ketika user melakukan finalisasi order dengan melakukan klik button submit, maka SMS gateway akan mengirimkan validasi 5 angka acak melalui SMS, untuk validasi order. Selanjutnya, user tersebut akan memasukan kode validasi yang telah diterima melalui SMS, kedalam kolom input yang telah disediakan. Apabila kode validasi yang dimasukan oleh user adalah benar, maka order tersebut telah melewati validasi SMS dan dinyatakan berhasil. Selanjutnya order yang telah lolos dari validasi SMS akan menunggu validasi dari admin. Sebaliknya apabila jika kode validasi yang di-input adalah salah, maka order dinyatakan gagal, dan harus dilakukan order ulang jika kembali menginginkan untuk order 3.2.2 Use Case Update Status Order Menggunakan ID Admin / Master Gambar 4. Use Case Update Status Order Menggunakan ID Admin / Master Use case ini dijalankan ketika seorang admin hendak melakukan update status order dari user yang telah berhasil ter-kirimkan. Tujuan dari penggunaan use case ini adalah bagaimana seorang admin atau master dapat melakukan update status sebuah order menjadi accecpted / delivery / finished / rejected. Seorang admin atau master mempunyai kuasa untuk menerima atau menolak sebuah order. Apabila order diterima, maka status akan berubah menjadi accepted dan SMS Gateway akan mengirimkan sebuah SMS konfirmasi kepada user, mengenai perubahan status order tersebut. Selanjutnya, sebuah status order dapat dirubah menjadi delivery, hanya apabila order tersebut telah mempunyai status accepted sebelumnya. Perubahan menjadi status delivery dapat dilakukan dengan cara melakukan klik pada button delivered. SMS Gateway akan mengirimkan sebuah SMS konfirmasi kepada user, mengenai perubahan status order tersebut. Setelahnya dapat juga dilakukan perubahan status order menjadi finished. 37 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 3.2.3 Use Case Add / Disable / Enable Menu Menggunakan Akun Admin / Master . Gambar 5. Use Case Add / Disable / Enable Menu Menggunakan Akun Admin / Master Use case ini dijalankan ketika seorang admin hendak menambahkan item menu, melakukan disable menu tertentu, atau melakukan enable kembali untuk menu yang sebelumnya di disable. Tujuan dari use case ini adalah bagaimana seorang admin atau master dapat melakukan fungsi disable untuk setiap item menu yang sedang habis atau tidak dapat diorder sementara, fungsi enable untuk item menu yang sudah kembali dapat diorder. 3.3 Sequence Diagram Sequence diagram adalah penggambaran sifat karakteristik alur dari sebuah skenario yang dijalankan dari kumpulan grup objek. 3.3.1 Seqence Diagram Melakukan Login Gambar 6. Seqence Diagram Melakukan Login 38 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Awal mula proses login dimulai dengan user mengakses halaman untuk form login (http://o-resto.com/backend/login), setelah itu controller akan mengambil / load view untuk tampilan visual HTML dari backend/login. Dilanjutkan dengan user akan melakukan input email dan password yang dipunyainya dalam form yang telah disediakan di halaman login tersebut. Seketika user melakukan klik pada button submit, komponen view akan mencatat data parameter yang di-inputkan user pada form login, dan mengalihkan ke komponen controller. Selanjutnya controller akan memanggil fungsi signin dari komponen model yang bernama user_model. Di komponen model tersebut, akan dilakukan sebuah query sellect kedalam database tabel user, untuk melakukan validasi apakah username dan password yang diinput oleh user tersebut terdata didalam tabel atau tidak. Apabila username dan password yang diinput oleh user adalah benar dan valid, maka komponen model user_model akan melakukan fungsi set_user data, untuk menyimpan data dalam session. Selanjutnya, controller (backend/login.php) akan melakukan redirrect ke controller (backend/order.php) untuk melakukan fungsi load view panel order dan menentukan user role mana yang dipunyai akses login tersebut. 3.3.2 Sequence Diagram Aktifitas Penambahan Data Gambar 7. Sequence Diagram Aktifitas Penambahan Data Proses sequence untuk penambahan data dijanlankan apabila user hendak melakukan pemesanan, sebaliknya seorang admin / master akan melakukan fungsi penambahan data pada halaman penambahan menu, penambahan admin, atau melakukan penambahan data pegawai. Data yang diinput oleh user/admin/master selanjutnya diambil alih oleh controller untuk 39 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 kemudian menjalankan fungsi save menggunakan data yang diinput tersebut. Fungsi save akan dijlankan seketika tombol button submit diklik dan data berhasil lolos dari validasi komponen view halaman tersebut. Selanjutnya controller akan memindahkan data input dari user ke model, untuk kemudian menggunakan fungsi save dari komponen model tersebut. Fungsi save tersebut akan menjalankan perintah query kepada MYSQL untuk melakukan INSERT data tersebut pada tabel tertentu yang telah dikonfigurasi pada masing-masing model. 3.3.3 Sequence Diagram Aktifitas Penambahan Data Gambar 8. Sequence Diagram Aktifitas Penambahan Data Diagram sequence diatas ini adalah menjelaskan bagaimana alur dalam sistem dalam melakukan pengiriman validasi order melalui SMS. Proses ini dimulai ketika seorang user hendak melakukan checkout, dan melakukan klik button submit untuk melakukan finalisasi order yang telah dibuatnya. Seketika button submit diklik oleh user, maka komponen view pada halaman checkout tersebut akan memanggil fungsi sendorder() dari controller order. Fungsi sendorder() tersebut nantinya akan mengirimkan sejumlah 5 angka acak, yang kemudian akan dilakukan query INSERT kedalam tabel outbox di database server yang digunakan. Secara otomatis, applikasi SMS Gateway di localhost akan membuka halaman data.php di server. Seketika halaman data.php tersebut dibuka, akan melakukan fungsi query SELECT dalam tabel outbox di server dimana hanya data dengan status=0 saja yang ditampilkan. Kumpulan data tersebut akan ditampilkan dalam bentuk XML. Langkah berikutnya adalah 40 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 data.php akan melakukan fungsi UPDATE untuk merubah status dari kumpulan data yang telah berhasil di generate, menjadi status=1, sehingga tidak ditampilkan kembali berikutnya. Selanjutnya applikasi di localhost akan mengambil kumpulan data tersebut, dan melakukan fungsi INSERT ke tabel outbox gammu di localhost. Langkah tersebut secara otomatis akan melakukan trigger action kepada Gammu untuk melakukan pengiriman SMS. Setelah SMS berhasil terkirimkan, Gammu akan memindahkan data tersebut kedalam tabel sent_items yang menandakan bahwa sms telah berhasil dikirimkan. 4. Pengujian dan Implementasi. 4.1 Lingkungan Pengembangan Aplikasi ini dikembangkan menggunakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut: Spesifikasi Laptop / Desktop & Perangkat Lunak yang digunakan untuk Pengembangan Backend Website O-Resto : 1. Sistem operasi Macintosh OSx10.9.2 / Windows 7 home basic. 2. Processor 2.4 GHz Intel Core 2 Duo 3. Memory RAM 4GB. 4. Mozila Firefox 27.0.1. 5. Google Chrome v 34.0.1847.131 Devices & Perangkat Lunak untuk Pengembagan SMS Gateway: 1. Windows 7 Home Basic. 2. Gammu 1.33.0 3. XAMP server v3.2.1 4. PHP v 5.2.17 5. MYSQL v 5.5.9. 6. Handphone Nokia E-71 (sebagai modem) 7. Internet (Speedy 512 MB / Fastnet) 4.2 Installasi Perangkat Lunak Gammu, sebagai Aplikasi Rancangan SMS Gateway ke Laptop / Desktop berbasis Windows. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Download XAMP server & Gammu apabila belum dipunyai oleh laptop / desktop localhost tersebut. Letakan file direktori gammu ke drive C:.\ Edit konfigurasi file php.ini didalam direktori XAMP, dan lakukan perubahan konfigurasi: ini_set('max_execution_time', 300). Colokan Handhpone / modem di port USB. Masuk ke device manager di windows, dan catat port modem (COM) yang digunakan handphone / modem tersebut. Masuk ke direktori gammu, dan ubah konfigurasi data port di file gammurc dan smsdrc sesuai dengan port (COM) yang digunakan oleh modem. Masuk ke aplikasi command line di windows, dan arahkan tujuan ke direktori bin di aplikasi gammu. berikan command "gammu -- identify". Apabila Sukses akan muncul keterangan dan data software modem / handphone tersebut di applikasi command line. 41 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara 9. 10. 11. Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Setelah berhasil, langkah berikutnya adalah membuat service gammu dengan mengetik command "gammu-smsd -c smsdrc -i". Apabila sukses akan muncul keterangan bahwa service berhasil dibuat. Upload aplikasi SMS Gateway, kedalam htdocs XAMP di localhost. Jalankan aplikasi melalui web browser dengan jaringan internet. 4.2.1 Implementasi Aplikasi ke Server Hosting 1. 2. 3. 4. 2. 3. 4. 5. 6. 4.3 Melakukan pemesanan domain dan hosting disalah satu penyedia jasa hosting. Melakukan proses pembayaran kepada penyedia jasa hosting tersebut, dan melakukan konfirmasi setelahnya. Hosting akan di aktivasi oleh pihak penyedia jasa, dan diberikan sejumlah data melalui email. Login ke C-Panel, menggunakan data yang dikirimkan oleh penyedia hosting melalui email sebelumnya. Konfigurasi nameserver domain yang telah dibeli (apabila diperlukan) untuk mengarahkan nameserver ke penyedia hosting. Klik button phpMyAdmin di Cpanel, untuk menggunakan fungsi MYSQL. Pindahkan database lokal didalam XAMP, dan keseluruhan file applikasi, ke dalam server hosting. Gunakan applikasi FTP untuk memudahkan proses perpindahan file. Cek melalui web browsser ke alamat domain yang telah dikonfigurasi, dan apabila berfungsi dengan baik, maka applikasi telah siap dijalankan. Fitur Keseluruhan dan Perbedaan Akses Login Akses Login Fitur Guest User Admin Master Melihat Gallery (Company Profile) ✓ ✓ ✓ ✓ Menghubungi melalui Form Kontak ✓ ✓ ✓ ✓ Melihat Gallery Daftar Menu ✓ ✓ ✓ ✓ Registrasi akun baru ✓ ✓ ✓ ✓ Forgot Password ✓ ✓ ✓ ✓ Membuat Order ✓ Print Invoice Order ✓ ✓ ✓ Melihat History Order ✓ ✓ ✓ Reject ✓ ✓ Confirm ✓ ✓ Cancel Update Status Order ✓ 42 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Deliver Order ✓ ✓ Finish ✓ ✓ List Data Member ✓ ✓ Blokir ✓ ✓ Unblokir ✓ ✓ Add New ✓ ✓ List Data Menu ✓ ✓ Enable ✓ ✓ Disable ✓ ✓ Member Menu ✓ Edit Melihat Data Menu Favorit ✓ ✓ Add New ✓ ✓ Edit ✓ ✓ Disable ✓ ✓ Enable ✓ ✓ Add New ✓ ✓ Edit ✓ ✓ Disable ✓ ✓ Enable ✓ ✓ Employee Vehicle Add New ✓ Edit ✓ Blokir ✓ Unblokir ✓ Admin Add New ✓ ✓ Edit ✓ ✓ Update Status ✓ ✓ Claim Melihat Data Sales Report ✓ Tabel 1. Fitur Keseluruhan dan Perbedaan Akses Login 43 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara 4.4 Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 UAT (User Acceptance Testing). UAT atau kepanjangan dari User Acceptance Testing, adalah sebuah fase trakhir dalam pengujian sebuah aplikasi. Aplikasi ini akan diuji cobakan kepada pengguna, dengan menggunakan skenario testing sesuai yang telah dirancang sebelumnya. 4.4.1 Training dan Pengujian UAT. User yang menjalani pengujian UAT dan menjalani proses pelatihan adalah YTH. Bapak Sugeng selaku pemilik dari restuarant Hotel Olympic Surabaya. Training dan pengujian UAT dilakukan pada tanggal 19 Mei 2014, bertempat di restaurant Hotel Olympic Surabaya. Metode training yang digunakan adalah praktek langsung, dimana semua fitur website dan backend akan di jelaskan fungsi dan penggunaannya. Disertakan juga sebuah buku user manual penggunaan aplikasi, sehingga diharapkan dapat membantu mengingatkan materi pelatihan, dikedepannya. 4.9 Nilai Entrepreneurship. Perancangan dan implementasi Tugas Akhir ini memiliki nilai entrepreneurship sebagai berikut: 4.9.1 Aspek Opportunity. Memanfaatkan berkembangnya industri teknologi dan bisnis e-commerce di era moderen ini, diharapkan akan meningkatkan kebutuhan masyarakat akan jasa pembuatan website / aplikasi sebagai penunjang bisnis, terutama dalam bidang e-commerce. Keuntungan terbesar dari implementasi bisnis dalam bidang e-commerce adalah produk jualan pengguna dapat diakses selama 24 jam tanpa batas, dan tanpa kebutuhan mahal seperti sewa tempat, pegawai, ijin bisnis, layaknya sebuah bisnis konvensional. Mengingat tarif pembuatan website / aplikasi relatif terjangkau, maka penulis berkeyakinan bahwa layanan ini dapat dinikmati semua kalangan, terutama untuk pelajar, maupun industri UKM / bisnis startup. Dengan edukasi dan pembelajaran yang tepat, penulis berkeyakinan bahwa dari tahun ke tahun masyarakat akan semakin sadar akan pentingnya kebutuhan website, baik sebagai penunjang bisnis, maupun penerapan manfaat lainnya. 4.9.2 Aspek Market Sensitivity. Market sensitivity dapat diaplikasikan dengan cara mengetahui kategori bisnis apa yang sedang trending pada saat tersebut. Berbekal dari pengetahuan akan trend tersebut, penulis dapat lebih fokus untuk merancang target market dan potensial customer yang diinginkan. Dalam kasus Tugas Akhir ini, penulis berkeyakinan bahwa makanan adalah salah satu bisnis yang sedang trend saat ini. Didukung dengan perkembangan teknologi social media seperti instragram, facebook, twitter, bisnis makanan seringkali mendapatkan promosi gratis dari hasil foto makanan atau ajakan ke teman dari pelanggan yang terpuaskan. 4.9.3 Aspek Creative and Innovative. Penerapan dari implementasi website adalah sangat beragam dan sangat terbuka terhadap kreatifitas atau inovasi baru yang dihasilkan dari pengguna. Penulis ingin memposisikan diri bukan hanya sebagai pembuat aplikasi / website, melainkan juga sebagai 44 Kevin Suteja Rinabi Tanamal David Boy Tonara Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 konsultan terhadap projek yang ditawarkan, sehingga diharapkan penulis dapat ber-kontribusi dalam memberikan suatu ide / konsep yang kreatif dan inovatif dalam pengembangan projek tersebut. 5. Kesimpulan. Berdasarkan hasil rancangan desain aplikasi, implementasi dan pengujian dari aplikasi web sms gateway dan backend website dinamis untuk restaurant Hotel Olympic Surabaya, didapatkan kesimpulan bahwa: 1. Hasil akhir aplikasi web rancangan sms gateway dan backend website dinamis adalah sesuai dengan minat dan kebutuhan fitur client. 2. Hasil akhir aplikasi berkegantungan oleh sebuah koneksi internet untuk dapat berjalan. 3. Hasil akhir aplikasi dapat di-implementasikan dengan berhasil di restaurant hotel Olympic Surabaya. 6. Daftar Pustaka. Agus Saputra. 2011. Trik dan Solusi Jitu Pemrograman PHP. IKAPI., Jakarta. APJII. (2012). Data Statistik Pengguna Internet di Indonesia. Diakses tanggal 22 May 2014. < http://www.apjii.or.id/v2/read/page/halaman-data/9/statistik.html>. APJII. (2012). Perilaku Pengguna Internet Berbelanjan Online.Diakses tanggal 22 May 2014. <http://www.apjii.or.id/v2/upload/Laporan/Profil%20Internet%20Indonesia%202012% 20(INDO NESIA).pdf>. Boyer Verma. 2009. Operation & Supply Chain Management. Stamford Cengage Learning Connecticus: Jennifer Niederst Robbins. 2006. Web Design In a Nutshell. California: O'Reilly Mulyadi. 2001. Sistem Akutansi. Jakarta: Univeritas Gadjah Mada, Salemba Empat. O’Brien, J.A. 2006. Introduction To Information System,12 ed. Arizona : Mc Graw Hill. Raymond McLeod, Jr & George P.Schell. 2008. Management Information System. Jakarta: Salemba Empat ST, Hendry, Membangun Aplikasi Point Of Sale dengan vb 6.0, MySQL, dan PHP 2010 Williams & Sawyer. 2007. Using Information Technology: Pengenalan Praktis Dunia Komputer. Yogyakarta: Andi Martin Fowler. 2004. UML Distilled Third Edition, a Brief Guide to the Standard Object Modeling Languange. Boston: Addision- Wesley 45 Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 D. Agus Harjito HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR DENGAN HARGA SAHAM DAN INFLASI DI INDONESIA Rizki Adi Saputra Program Magister Manajemen, Universitas Islam Indonesia [email protected] D. Agus Harjito Program Magister Manajemen, Pascasarjana, Universitas Islam Indonesia [email protected]; [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas dan kointegrasi antara nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dengan IHSG dan nilai tukar tersebut dengan inflasi. Penelitian ini menggunakan data bulanan periode Januari 2003-Desember 2013, data diperoleh dari Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Alat analisis menggunakan uji kausalitas Engel-Granger untuk mengetahui hubungan sebab akibat (kausalitas) dan uji kointegrasi untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang. Hasil penelitian menggunakan uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa nilai tukar memiliki hubungan kausalitas dengan indeks harga saham gabungan (IHSG), sedangkan Uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antara nilai tukar dan harga saham untuk periode Januari 2003 sampai Desember 2013. Hasil penelitian lain dari uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa terjadi hubungan kausalitas antara nilai tukar dengan inflasi, dan dari uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang untuk periode Januari 2003 - Desember 2013. Kata kunci: Nilai Tukar , IHSG, Inflasi, Kausalitas Granger Pendahuluan Fundamental ekonomi yang salah satunya nilai tukar mata uang lebih dominan untuk dikaji. Nilai tukar yang berfluktuatif juga mempunyai keterkaitan dengan sektor rill, dalam hal ini fenomena nilai tukar yang berfluktuatif berdampak langsung mempengaruhi inflasi begitu pula sebaliknya. Hubungan kausalitas antara kurs, IHSG dan Inflasi merupakan sebuah isu yang kontroversial. Perdebatan mendasar antara hubungan ini adalah apakah kurs mempengaruhi IHSG dan inflasi atau sebaliknya, IHSG dan inflasi yang mempengaruhi kurs?. Sampai saat ini belum ada kejelasan tentang bagaimana hubungan diantara ketiga variabel tersebut. Menurut Hyder dan Shah (2004), pada sisi penawaran, nilai tukar dapat mempengaruhi harga yang dibayar oleh pembeli domestik barang impor secara langsung. Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Nilai tukar yang melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak percaya dengan kondisi perekonomian. Harga saham menurun membuat para investor menarik dana di dalam negeri, sehinga terjadi arus modal keluar. Investasi didalam negeri terasa langka yang mengakibatkan kredit menurun. Bercermin pada krisis finansial global tahun 2008 yang mempengaruhi keberadaan hubungan kausalitas antara nilai tukar dan IHSG. Dampak krisis global terhadap pasar modal 46 Rizki Adi Saputra D. Agus Harjito Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 dan pasar uang terlihat disepanjang tahun 2008 perekonomian Indonesia memang banyak modal asing yang berantisipasi, sampai IHSG pernah di-suspend. IHSG terpuruk sekali pada September 2008 dengan terjun bebas 908 poin menjadi 1257 poin, kurs mengalami pelemahan terparah 22% pada November 2008 dengan 12151. Madura (2009) menyatakan bahwa nilai tukar (kurs) dapat mempengaruhi inflasi secara langsung, ketika nilai tukar melemah maka menyebabkan kenaikan tinggi harga barang-barang impor. Kenaikan terjadi karena para importir harus membayar lebih ketika nilai tukar melemah. Harga barang-barang impor yang tinggi secara langsung akan terjadi inflasi. Mekanisme transmisi permintaan domestik terjadi karena depresiasi nilai tukar membuat kenaikan harga impor dan berpengaruh pada harga barang dalam negeri. Permintaan barang di dalam negeri meningkat dan hargapun ikut meningkat. Harga barang ekspor akan lebih murah, sehingga meningkatkan ekspor begitu pula permintaan luar negeri meningkat. Pada akhirnya akan meningkatkan total permintaan agregat dan laju inflasi tinggi. Pada kurun waktu tahun 1997-2013 dilihat pada kejadian krisis moneter 1998 nilai tukar melemah diikuti meningkatnya inflasi, begitu juga ketika terjadi inflasi domestik pada tahun 2001 dan 2005 diikuti juga dengan melemahnya nilai tukar. Nilai tukar dan inflasi dengan ini mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi. Hubungan kausalitas diantara ketiga variabel tersebut yaitu nilai tukar (kurs) dollar amerika, harga saham dan inflasi tentunya sangat menarik untuk diteliti dan dikaji lebih dalam bagaimana hubungan ketiga variabel tersebut. Hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham dan hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi menjadi sebuah issu yang masih perlu diteliti lebih lanjut. Kajian Pustaka Indikator ekonomi merupakan bagian terpenting yang tidak terpisahkan dari keseluruhan fundamental ekonomi. Indikator itu bisa berupa informasi-informasi kondisi makro ekonomi. Keadaan makro ekonomi di suatu negara secara keseluruhan akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat, pengusaha dan investor. Makro ekonomi yang baik akan menciptakan iklim investasi yang baik pula. Beberapa variabel ekonomi nasional yang biasanya digunakan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, produk domestik bruto, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah. Indikator fundamental makroekonomi seperti inflasi, tingkat bunga, kurs dan pertumbuhan ekonomi merupakan faktor-faktor yang sangat diperhatikan oleh para investor. Harga Saham Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham antara lain faktor mikro dan makro. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan. Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik, dan sebagainya dapat berdampak pada potensi keuntungan perusahaan hingga pada akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya. Sedangkan faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak secara langsung pada perusahaan itu sendiri, misalnya perubahan manajemen, harga dan ketersediaan bahan mentah, produktivitas karyawan dan sebagainya akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Pergerakan harga saham dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya, kebijakan pemerintah, isu-isu politik, ekonomi, serta isu-isu lain baik dari dalam maupun luar perusahaan. Perubahan yang terjadi pada variabel ekonomi akan memberikan pengaruh kepada pasar modal. Meningkatnya PDB akan berpengaruh positif terhadap pendapatan konsumen 47 Rizki Adi Saputra D. Agus Harjito Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 karena dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Hal ini akan memberikan optimisme yang tinggi dan juga memacu sentimen pasar sehingga mempunyai pengaruh yang positif terhadap pasar ekuitas. Pertumbuhan Produksi Industri juga berpengaruh pada pasar modal, naiknya indeks produksi yang terus menerus menunjukkan suatu tanda kekuatan perekonomian di suatu negara karena output meningkat sehingga akan memberikan pengaruh positif terhadap pasar. Inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan, sehingga akan menurunkan pembagian deviden dan daya beli masyarakat juga menurun. Dari segi tingkat bunga, ketika meningkatnya tingkat suku bunga akan meningkatkan harga kapital sehingga memperbesar biaya perusahaan. Kemudian terjadi perpindahan investasi dari saham ke deposito atau investasi lainnya, inilah deteksi buruk bagi pasar saham. Pengaruh kurs rupiah terhadap pasar modal, menurunnya kurs dapat meningkatkan biaya impor bahan baku dan meningkatkan suku bunga walaupun dapat meningkatkan nilai ekspor namun dari sisi pasar menjadi dampak yang negatif bagi pasar modal. Meningkatnya pengangguran berarti bisnis mulai melemah, berarti dunia usaha menjadi kurang menarik bagi investor. Sehingga memberi dampak yang negatif terhadap harga saham. Untuk menjelaskan anggran defisit berdampak bagi pasar ekuitas dapat dilihat anggaran defisit mendorong konsumsi dan investasi pemerintah. Sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan (Sunariyah, 2006). Proses terbentuknya harga saham melalui permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan. Pada proses ini investor yang hendak membeli saham akan datang ke pasar saham. Biasanya mereka akan memakai jasa broker atau pialang saham.investor dapat memilih saham mana saja yang akan mereka beli dan dapat menetapkan harga standar itu sendiri. Kedua adalah proses supply to sell schedule, yaitu investor juga dapat menjual sahamnya ke pasar saham. Investor juga dapat menetapkan harga saham yang mereka pilih dengan menjual harga saham tertinggi di pasaran. Adapun proses ketiga adalah interaction of schedule, yaitu pertemuan antara permintaan dan penawaran menciptakan satu titik temu yang disebut titik ekuilibrium harga. Pada awalnya perusahaan yang mengeluarkan saham akan menetapkan harga awal untuk sahamnya.saham tersebut kemudian akan dijual ke pasar untuk diperdagangkan. Harga saham tersebut dapat berubah karena adanya permintaan dari pasar investor. Ekspektasi harga yang dimiliki buyer akan mempengaruhi harga yang ditawarkan oleh seller (penjual) dan harga yang diminta buyer (pembeli). Nilai Tukar (Kurs) Menurut Salvatore (1997), Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang (exchange rate). Nilai tukar merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makroekonomi yang lainnya. Kurs keseimbangan nilai tukar akan berubah sepanjang waktu karena perubahan kurva permintaan dan penawaran. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah tingkat inflasi relatif, suku bunga relatif, tingkat pendapatan, pengendalian pemerintah dan prediksi pasar. Tingkat inflasi relatif menunjukkan perubahan pada tingkat inflasi relatif yang dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional, yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu mata uang dan karenanya mempengaruhi kurs nilai tukar. Sedangkan suku bunga relatif perubahan pada suku bunga relatif mempengaruhi investasi pada sekuritas asing, yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan relatif. Pendapatan mempengaruhi jumlah permintaan barang impor, maka pendapatan dapat mempengaruhi kurs mata uang. 48 Rizki Adi Saputra D. Agus Harjito Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Pengendalian pemerintah negara asing dapat mempengaruhi kurs keseimbangan dengan berbagai cara, yaitu: Mengenakan batasan atas pertukaran mata uang asing ,mengenakan batasan atas perdagangan asing, mencampuri pasar mata uang asing (dengan membeli dan menjual mata uang asing), mempengaruhi variabel makro seperti inflasi, suku bunga, dan tingkat pendapatan. Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar adalah prediksi pasar mengenai kurs mata uang di masa depan. Madura (2009) dan Salvatore (1997) menjelaskan tentang teoriteori nilai tukar (exchange rate), pertama teori tradisional yang didasarkan pada arus perdagangan dan paritas daya beli. Teori tradisional sangat penting untuk menjelaskan pergerakan kurs dalam jangka panjang. Kedua teori-teori kurs modern yang memusatkan pada pasar-pasar modal dan arus permodalan internasional dan berusaha menjelaskan gejolak kurs jangka pendek yang keseimbangan (equilibrium) jangka panjang Inflasi Boediono (2001), menyatakan bahwa dalam prakteknya untuk mengetahui penyebab timbulnya inflasi (terutama inflasi yang kronis atau yang telah berjalan lama) dan merumuskan dan kemudian melaksanakan kebijaksanaan untuk menanggulanginya, adalah masalah yang sulit dan pelik. Biasanya kita harus melampaui batas-batas ilmu ekonomi dan memasuki bidang ilmu sosiologi dan ilmu politik. Masalah inflasi dalam arti yang lebih luas bukan sematamata masalah ekonomi, tetapi masaiah sosio-ekonomi-politis. Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai penyebab terjadinya inflasi, yaitu: Teori kuantitas, teori Keynes dan teori Strukturalis. Teori Kuantitas menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang beredar, dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga. Sedangkan teori Keynes menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompokkelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bias disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Gap ini timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan barang-barang. Adapun teori strukturalis menjelaskan bahwa inflasi selalu dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian, faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang Teori ini menjelaskan faktor- faktor jangka panjang manakah yang bisa mengakibatkan inflasi yang berlangsung lama. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Enoma (2011) menemukan bahwa nilai tukar penyusutan, jumlah uang beredar dan produk domestik bruto riil adalah penentu utama inflasi di Nigeria. Ini berarti bahwa nilai tukar depresiasi dapat membawa peningkatan laju inflasi di Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang signifikan antara pergerakan nilai tukar dan inflasi dan output pergerakan sub-periode kedua. Penelitian ini memiliki dampak yang signifikan terhadap pergerakan inflasi, output dan nilai tukar yang menyebabkan volatilitas yang lebih tinggi dalam pertukaran pergerakan suku di negara mayoritas. Nath dan Samanta (2003) meneliti hubungan kausal antara return di pasar saham dan pasar forex di India. Menggunakan data harian dari bulan Maret 1993 sampai Desember 49 Rizki Adi Saputra D. Agus Harjito Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 2002, hasilnya menemukan bahwa hubungan sebab akibat umumnya tidak ada meskipun dalam beberapa tahun terakhir memiliki menjadi pengaruh kausal yang kuat dari return pasar saham forex return pasar. Namun, tentatif dan kita perlu lebih lanjut penelitian mendalam untuk mengidentifikasi penyebab dan konsekuensi dari temuan. Res (2012) menemukan bahwa terdapat hubungan yang lemah antara variabel dependen dan variabel independen. Dampak dari suku bunga dan inflasi tidak signifikan terhadap return saham indeks KSE 100 sementara nilai tukar memiliki dampak yang signifikan terhadap return saham indeks KSE 100. Data diambil yaitu Data Sepuluh tahun bulanan dari 31 Juli 2001 sampai 30 Juni 2010 dengan menggunakan regresi berganda. Sementara Sek (2012) menemukan bahwa hasil penelitian menunjukkan korelasi yang signifikan antara pergerakan nilai tukar dan inflasi dan output pergerakan sub-periode kedua. Penelitian ini memiliki dampak yang signifikan terhadap pergerakan inflasi, output dan nilai tukar yang menyebabkan volatilitas yang lebih tinggi dalam pertukaran pergerakan suku di negara mayoritas. Hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham. Nilai Tukar (kurs) dollar amerika Harga Saham Hubungan di atas mendeskripsikan terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham. Nilai tukar dollar mempengaruhi harga saham begitu juga sebaliknya harga saham mempengaruhi perubahan nilai tukar (kurs) dollar amerika. Terdapat pendekatan teori yang dikembangkan dalam literatur untuk menentukan hubungan antara kurs mata uang dengan harga saham. Dornbusch & Fischer (1980) menyatakan perubahan mata uang atau kurs mempengaruhi competitiveness suatu perusahaan, yang selanjutnya mempengaruhi pendapatan perusahaan atau cost of fund dan selanjutnya harga sahamnya. Berdasarkan macro basis dampak fluktuasi kurs mata uang terhadap pasar modal sangat tergantung pada tingkat keterbukaan ekonomi dan kesinambungan neraca perdagangan. Frankel (1993) menjelaskan bahwa Kenaikan return saham (rising stock market) akan menarik capital flow yang selanjutnya akan meningkatkan demand mata uang dan menyebabkan kurs mata uang terapresiasi. Sekalipun menurut teori terdapat causal relationship antara kurs mata uang dengan harga saham. Berdasarkan teori diatas , dapat ditarik sebuah hipotesa yaitu adanya hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham. Teori ini sependapat yang dikemukakan oleh Hyder dan Shah (2004) bahwa nilai tukar (kurs) dapat mempengaruhi harga yang dibayar oleh pembeli domestik barang impor secara langsung. Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Nilai tukar yang melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak percaya dengan kondisi perekonomian. Harga saham menurun membuat para investor menarik dana di dalam negeri, sehinga terjadi arus modal keluar. Investasi didalam negeri terasa langka yang mengakibatkan kredit menurun. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian terdahulu dari Nath dan Samanta (2003) yang meneliti tentang hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan hasil nya terdapat hubungan kausalitas diantara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham. 50 Rizki Adi Saputra D. Agus Harjito Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi. Nilai Tukar (kurs) dollar amerika Inflasi Hubungan kedua mendeskripsikan terdapat hubungan kausalitas atau timbal – balik antara niali tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham. Krugman (2005) menemukan bahwa hubungan jangka panjang antara inflasi yang berlangsung secara terus-menerus dan suku bunga untuk menerangkan prediksi-prediksi moneter mengeni bagaimana suku bunga mempengaruhi kurs. Jika semua kondisi lain tetap , kenaikan perkiraan tingkat inflasi suatu negara pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan suku bunga dari simpanan mata uang negara bersangkutan, dan begitu pula sebaliknya, penurunan perkiraan inflasi (tingkat inflasi di masa mendatang) pada gilirnnya akan mengakibatkan penurunan suku bunga atas simpanan mata uang negara itu. Adanya perkiraan inflasi yang lebih tinggi di masa mendatang akan mengakibatkan mata uang di suatu negara akan mengalami depresiasi jika suku bunganya meningkat. Dengan penelaahan inflasi, akan memahami bagaimana kurs bergerak menyesuaikan diri terhadap gangguan moneter dalam perekonomian. Hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi sejalan dengan penelitian Madura (2009) yang menyatakan bahwa nilai tukar (kurs) dapat mempengaruhi inflasi secara langsung, ketika nilai tukar melemah maka menyebabkan kenaikan tinggi harga barang-barang impor. Kenaikan terjadi karena para importir harus membayar lebih ketika nilai tukar melemah. Harga barang-barang impor yang tinggi secara langsung akan terjadi inflasi. Mekanisme transmisi permintaan domestik terjadi karena depresiasi nilai tukar membuat kenaikan harga impor dan berpengaruh pada harga barang dalam negeri. Permintaan barang di dalam negeri meningkat dan hargapun ikut meningkat. Harga barang ekspor akan lebih murah, sehingga meningkatkan ekspor begitu pula permintaan luar negeri meningkat. Pada akhirnya akan meningkatkan total permintaan agregat dan laju inflasi tinggi. Penelitian terahulu dari Sek (2012) sejalan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi di Negara asia. Hipotesis Penelitian Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan. Pengujian kali ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kausalita antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan inflasi. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan perumusan hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 1: Hipotesis 2: Terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham. Terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi. Metode Penelitian 51 Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 D. Agus Harjito Popoulasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nila tukar (kurs) dollar Amerika , harga saham, dan dan inflasi di Indonesia tahun 2003-2013. Sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1. Data bulanan nilai tukar rupiah (kurs) tahun 2003-2013 2. Data bulanan indek harga saham gabungan (IHSG) tahun 2003-2013 3. Data bulanan inflasi tahun 2003-2013 Data yang digunakan berupa data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia mengenai data nilai tukar mata uang yang mencakup kurs tengah rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencakup inflasi di Indonesia. Variabel penelitian yang digunakan berupa nilai tukar (kurs), harga saham dan inflasi. Sedangkan Indeks harga saham gabungan (IHSG) merupakan suatu sistem yang digunakan untuk indikator harga saham yang terdapat di bursa efek Indonesia (BEI). Jika dituliskan dapat dirumuskan : IHSG = x 100% Adapun untuk menghitung besarnya inflasi terlebih dahulu harus diketahui indek harga konsumen (IHK). IHK adalah ukuran perubahan harga dari kelompok barang dan jasa yang paling banyak dikonsumsi oleh rumah tangga dalam jangka waktu tertentu. untuk menghitung IHK digunakan rumus: Harga sekarang IHK = -------------------------------- x 100% Harga pada tahun dasar Analisis Data Uji stasioneritas Uji stasioneritas merupakan uji yang harus dilakukan dalam penelitian. Pengujian dilakukan dengan menguji setiap variabel untuk mengetahui stasioner atau tidak. Ada beberapa cara untuk melakukan uji akar unit root, namun yang paling banyak adalah dengan Augmented Dicky Fuller (ADF) test . ∆Yt = β1 + β2T + δYt-1 + α1Σ−mt1 ∆Yt-n + εt (1.1) dimana εt adalah white noise dan ∆Yt = Yt + Yt-1. Pada ADF yang akan diuji adalah apakah δ = 0, dengan hipotesis alternatif δ < 0, jika t-hitung untuk δ lebih kecil dari nilai ADF, maka hipotesis nol yang mengatakan bahwa data tidak stasioner ditolak pada hipotesis alternatifnya. Hipotesis yang akan diuji adalah Ho : Ɓ = 0. Hal ini menunjukkan bahwa adanya unit root test (URT) atau data bersifat stasioner dan Ho : Ɓ ≠ 0 menunjukkan bahwa tidak adanya unit root test (URT) atau data bersifat tidak stasioner. Ɓ menunjukkan Augmented Dickey Fuller (ADF). Jika nilai absolute ADF lebih besar dari pada critical value maka hipotesis nol ditolak, berarti hipotesis menunjukkan tidak terdapat unit root test dan data bersifat stasioner. Sebaliknya, jika nilai ADF lebih kecil dari pada critical value maka hipotesis nol diterima berarti terdapat unit root test dan data berdifat tidak stasioner. Uji Kointegrasi 52 Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 D. Agus Harjito Uji kointegrasi dilakukan untuk menguji integrasi keseimbangan jangka panjang antar variabel. Syarat utama yang harus dipenuhi dalam uji kointegrasi adalah variabel yang di uji harus stasioner pada derajat integrasi yang sama. Uji yang sering dan umum digunakan dalam uji kointegrasi adalah CRWD (Cointegration Regression Durbin Watson), uji DF (Dickey Fuller), dan ADF (Augmented Dickey Fuller). Untuk penelitian ini uji kointegrasi yang digunakan adalah uji ADF (Augmented Dickey Fuller). Uji kointegrasi data dilakukan ketika uji stasioneritas data menghasilkan data-data yang tidak stasioner. Uji ini diperlukan untuk mengetahui apakah data mempunyai hubungan jangka panjang (terkointegrasi). Hubungan saling mempengaruhi juga dapat dilihat dari kointegritas yang terjadi antar variabel itu sendiri dan menentukan model yang akan diestimasi. Dalam penelitian ini dapat di uji kointegrasi apakah terdapat hubungan jangka panjang antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham, maupun juga terdapat hubungan jangka panjang antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi. Uji Kausalitas Granger Menurut Gujarati (2004), Hubungan kausalitas dibagi menjadi 3 kategori : a. Hubungan kausalitas satu arah. Apabila salah satu variabel berpengaruh, artinya hanya variabel z yang mempengaruhi y atau variabel y yang mempengaruhi z. b. Hubungan kausalitas dua arah. Apabila terjadi hubungan timbal balik antara kedua variabel, z mempengaruhi y dan y juga mempengaruhi z. c. Tidak ada hubungan timbal balik. Apabila kedua variabel sama-sama tidak saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, z tidak mempengaruhi y dan y juga tidak mempengaruhi z. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah granger causality model adalah : = + + = + + Berdasarkan hasil model regresi linier di atas akan menghasilkan berbagai kemungkinan nilai koefisien-koefisien dari 2 kali pengujian persamaan yakni: 1. Jika , ∑ βt ≠ 0 dan ∑ ᵞt = 0 maka terdapat kausalitas satu arah dari nilai tukar (kurs) dollar amerika terhadap harga saham, dan nilai tukar (kurs) dollar amerika terhadap inflasi. 2. Jika , ∑ β t= 0 dan ∑ ᵞt ≠ 0 maka terdapat kausalitas satu arah dari harga saham kepada nilai tukar (kurs) dollar amerika dan inflasi kepada nilai tukar (kurs) dollar amerika. 3. Jika , , ∑ β t= 0 dan ∑ ᵞt = 0 maka tidak terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi. 53 Rizki Adi Saputra D. Agus Harjito Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 4. Jika , , ∑ β t≠ 0 dan ∑ ᵞt ≠ 0 maka terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan nilai tukar (kurs) amerika dengan inflasi. Uji Vector Auto Regression (VAR) Vector Auto Regression (VAR) biasanya digunakan untuk memproyeksikan sistem variabel-variabel runtut waktu dan untuk menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan yang terdapat dalam sistem variabel tersebut. Pada dasarnya Analisis VAR bisa dipadankan dengan suatu model persamaan simultan, oleh karena dalam Analisis VAR kita mempertimbangkan beberapa variabel endogen secara bersama-sama dalam suatu model. Perbedaannya dengan model persamaan simultan biasa adalah bahwa dalam Analisis VAR masing-masing variabel selain diterangkan oleh nilainya di masa lampau, juga dipengaruhi oleh nilai masa lalu dari semua variabel endogen lainnya dalam model yang diamati. Uji kausalitas granger sebenarnya sudah cukup untuk memecahkan masalah dalam tulisan ini, apabila semua variabel baik nilai tukar (kurs) dollar Amerika, harga saham dan inflasi yang digunakan bersifat stasioner. Namun menurut Gujarati (2004) variabel ekonomi makro (seperti kurs dan inflasi) umumnya tidak stasioner pada tingkat level tertentu. Hasil Analisis dan Pembahasan Sebelum menguji keseluruhan model, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian unit root pada data time series yang digunakan untuk mengetahui apakah ketiga variabel tersebut yaitu nilai tukar (kurs) dollar Amerika, inflasi dan IHSG berada pada kondisi stasioneritas data dan mengetahui derajat stasioneritas dari data tersebut yang bersumber dari sampel ketiga variabel tersebut yaitu nilai tukar (kurs) dollar Amerika, inflasi dan IHSG. Setelah dilakukan penyesuaian data historis, maka hasil analisis deskritifnya adalah sebagai berikut : Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif variabel berfungsi untuk mengetahui karakteristik dari sampel yang digunakan. Dalam hal ini meliputi nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Tabel.1 memperlihatkan statistik deskriptif variabel sampel yang diteliti. Tabel 1: Statistik Deskriptif KURS IHSG Mean 9392.85 2339.50 Maximum 12087.10 5068.63 Minimum 8229.05 388.44 Std. Dev. 765.662 1353.76 Observations 132 132 Sumber : Hasil olah data, 2015. INF 0.0727 0.1838 0.0241 0.0351 132 Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa kurs dollar Amerika menunjukkan pada tahun 2003 pada bulan Juni berada pada titik terendah yaitu sebesar 8229.05 rupiah. Sedangkan pada tahun 2013 pada bulan Desember mencapai pada titik tertinggi yaitu sebesar 12087.10 rupiah dengan rata-rata Kurs dollar Amerika sebesar 9392.85 rupiah. Makin rendahnya nilai tukar ini menunjukkan makin kuatnya posisi tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dan 54 Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 D. Agus Harjito sebakinya makin tingginya nilai tukar ini menunjukkan makin lemahnya posisi tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Selanjutnya, harga saham tertinggi mencapai 5068.63 rupiah dan terjadi pada tahun 2013 di bulan Mei, dan harga saham terendah adalah sebesar 388.44 terjadi di bulan Januari awal tahun 2003. Kemudian rata-rata pergerakan saham selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2013 adalah sebesar 2339.50. Harga saham ini dapat menunjukkan kinerja saham dari suatu perusahaan, makin tingginya harga saham ini pada umumnya menunjukkan baiknya kinerja perusahaan dan sebaliknya jika harga sahamnya menurun menunjukkan memburuknya kinerja perusahaan. Berdasarkan Tabel.1 dapat diketahui bahwa inflasi tahun 2009 pada bulan November berada pada titik terendah yaitu sebesar 2,41%. Sedangkan pada tahun 2005 pada bulan Oktober mencapai pada titik tertinggi yaitu sebesar 18,38% dengan rata-rata inflasi sebesar 7,27%. Tinggi rendahnya tingkat inflasi dapat menggambarkan baik buruknya perekonomian di Indonesia, yang mana dengan inflasi rendah diharapkan akan mendorong peningkatan perekonomian yang ada. Hasil Pengujian Akar-akar Unit (Unit root test) Pengujian kestasioneran data untuk semua variabel pada tingkat level dalam persamaan yang digunakan sangat penting dalam analisis time series. Uji stasioneritas data ini dilakukan melalui uji akar unit dengan menggunakan uji ADF. Uji akar unit ini digunakan untuk melihat kestasioneran data, yang ditunjukkan dengan nilai t-statistic ADF yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon. Hasil uji stasioneritas pada tingkat level menunjukkan bahwa t-statistic nilai tukar (kurs) dollar amerika sebesar (-1.944436) lebih kecil dibandingkan dengan nilai kritis McKinnon (-2.884109), pada harga saham nilai t-statistic sebesar (-0.644844) yang lebih kecil dibandingkan nilai kritis McKinnon (-2.883579) dan nilai t-statistic inflasi sebesar (-2.241857) lebih kecil dibandingkan nilai kritis McKinnon yang hanya sebesar (-2.883579). langkah selanjutnya untuk memperoleh data yang stasioner, maka dilakukan pengujian uji stasioneritas pada tingkat 1st different. Hasil dari pengujian di tingkat 1st different pada ketiga variabel yang meliputi nilai tukar (kurs) dollar amerika, harga saham, dan inflasi menghasilkan nilai t-statistic (dalam nilai absolute) yang lebih besar dari nilai kritis MacKinnon (dalam nilai absolute). Hal ini menunjukkan bahwa data seluruh observasi sudah stasioner pada tingkat 1st different. TStatistic pada nilai tukar (kurs) dollar amerika sebesar (-4.730965) lebih besar dari nilai kritis McKinnon (-2.884109), sedangkan harga saham pada t-statistic menunjukkan (-9.834886) lebih besar dari nilai kritis McKinnon yaitu (-2.883753) dan pada nilai t-Statistic inflasi sebesar (-10.53173) lebih besar dari nilai kritis McKinnon yaitu (-2.883753). Sehubungan dengan tidak adanya perbedaan kondisi stasioner pada tingkat level yang berbeda, maka dalam pengolahan data ini dilakukan pengujian kointegrasi pada variabel penelitian. Syarat uji kointegrasi adalah jika seluruh variabel stasioner pada derajat yang sama. Hasil Uji Kointegrasi Keberadaan variabel yang stasioner pada derajat yang sama dapat mengindikasikan adanya hubungan jangka panjang dari variabel tersebut, oleh karena itu akan dibuktikan dengan melakukan pengujian kointegrasi (Johansen cointegration). Di bawah ini akan ditunjukkan hasil dari Johansen cointegration test . Tabel 2. 55 Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 D. Agus Harjito Hasil dari Johansen Cointegration Test Hypothesized No. of CE(s) None At most 1 At most 2 Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** 0.103011 0.072133 0.000195 23.15551 9.457786 0.024588 29.79707 15.49471 3.841466 0.2385 0.3247 0.8753 Pada hasil di atas, diperoleh nilai trace statistic lebih kecil dibandingkan dengan nilai kritis pada tingkat keyakinan 5% atau ( 23.15551 < 29.79707), sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tidak saling berkointegrasi. Hasil Uji Kausalitas Granger Sehubungan tidak adanya kointegrasi diantara variabel-variabel tersebut, pada penelitian ini ECM yang akan dipergunakan adalah kausalitas Granger. Hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham. Hasil pengujian kausalitas Granger dapat dilihat pada Tabel 3. di bawah ini. Tabel 3. Granger Causality Test Nilai Tukar (Kurs) Dollar Amerika Dengan Harga Saham Null Hypothesis: DIHSG does not Granger Cause DKURS DKURS does not Granger Cause DIHSG bs F-Statistic Probability 28 10.7421 5.24470 0,00000 0.02661 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat hubungan kausalitas antara harga saham (IHSG) dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Adanya hubungan kausalitas ini ditunjukkan dengan nilai F-statistik yang besar (F-Stat = 10,7421) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5% (Prob = 0,00000). Hal ini juga terjadi pada hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham yang menunjukkan adanya kausalitas yang berasal dari nilai tukar (kurs) dollar Amerika ke harga saham (IHSG) dimana mempelihatkan nilai FStatistik yang besar (F-Stat = 5.24470) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5% (Prob = 0.02661). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi kausalitas dua arah yaitu dari harga saham (IHSG) ke nilai tukar (kurs) dollar Amerika dan dari nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham (IHSG), sehingga hipotesis pertama yang menyatakan terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham terbukti. Hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 4. Granger Causality Test Nilai Tukar (Kurs) Dollar Amerika Dengan Inflasi 56 Rizki Adi Saputra Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 D. Agus Harjito Null Hypothesis: DINF does not Granger Cause DKURS DKURS does not Granger Cause DINF bs F-Statistic Probability 1 6.48421 4.65894 0.01956 0.03102 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat hubungan kausalitas antara inflasi (INF) dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Adanya hubungan kausalitas ini ditunjukkan nilai F-statistik yang besar (F-Stat = 6.48421) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5% (Prob = 0.01956). Selanjutnya juga terjadi hubungan kausalitas yang berasal dari nilai tukar rupiah terhadap inflasi (INF) yang mempelihatkan nilai F-statistik yang besar (F-Stat = 4.65894) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5% (Prob = 0.03102). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi hubungan kausalitas dua arah yaitu dari inflasi (INF) terhadap nilai tukar (kurs) dollar Amerika maupun dari nilai tukar (kurs) dollar Amerika terhadap inflasi, sehingga hipotesis kedua yang menyatakan terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi terbukti. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan kausalitas dua arah antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham dan sebaliknya antara harga saham dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika, sehingga pergerakan naik dan turunnya nilai tukar (kurs) dollar Amerika berdampak signifikan pada naik turunnya harga saham., begitu pula yang terjadi pada pergerakan harga saham juga akan berakibat pada pergerakan nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Adanya hubungan ini menginformasikan bahwa pergerakan nilai tukar (kurs) dollar Amerika selalu diikuti oleh pergerakan harga saham baik pada saat mengalami kenaikan maupun penurunan. Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Nilai tukar yang melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak percaya dengan kondisi perekonomian. Harga saham menurun membuat para investor menarik dana di dalam negeri, sehinga terjadi arus modal keluar. Investasi didalam negeri terasa langka yang mengakibatkan kredit menurun. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makro ekonomi secara umum. Terjadinya depresiasi nilai tukar. rupiah (kurs) terhadap dolar AS dapat mengakibatkan hampir semua kegiatan ekonomi terganggu. Harga–harga saham menurun secara tajam sehingga menimbulkan kerugian yang cukup signifikan bagi investor. Bagi calon investor dalam melakukan investasi dapat menggunakan harga saham sebagai sinyal investasi. Harga saham merupakan cerminan dari kegiatan pasar modal secara umum. Peningkatan harga saham menunjukkan kondisi pasar modal sedang bullish, sebaliknya jika menurun menunjukkan kondisi pasar modal sedang bearish. Untuk itu, seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar modal. Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk memprediksi tentang perubahan harga saham dengan kurs valuta asing, suku bunga dan inflasi. Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor oleh karena itu pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter yang mendukung perekonomian secara makro. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang 57 Rizki Adi Saputra D. Agus Harjito Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Dornbusch & Fischer (1980) yang menyatakan bahwa perubahan mata uang atau kurs mempengaruhi competitiveness suatu perusahaan, yang selanjutnya mempengaruhi pendapatan perusaaan atau cost of fund dan selanjutnya harga sahamnya. Dan juga pendapat dari Hyder dan Shah (2004), yang mengatakan bahwa nilai tukar dapat mempengaruhi harga yang dibayar oleh pembeli domestik barang impor secara langsung. Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri, nilai tukar yang melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak percaya dengan kondisi perekonomian. Pengujian selajutnya menunjukkan adanya hubungan yang sigifikan antara harga saham dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika, yang berarti makin tingginya harga saham akan menyebabkan tingginya pula nilai tukar (kurs) dollar Amerika dan begitu pula sebaliknya makin rendahnya harga saham akan berakibat pada menurunnya nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Frankel (1993) yang menjelaskan bahwa kenaikan return saham (rising stock market) akan menarik capital flow yang selanjutnya akan meningkatkan demand mata uang dan menyebabkan kurs mata uang terapresiasi. Serta hasil penelitian ini telah sejalan dengan penelitian Nath and Samanta (2003) yang menyimpulkan adanya hubungan kausalitas dua arah antara kurs dengan IHSG di India. Perlu diketahui bahwa harga saham dapat mempengaruhi nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan melihat faktor – faktor seperti kondisi politik disuatu Negara dan kebijakan – kebijakkan yang diambil oleh pemerintah tersebut sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan akhirnya dapat menarik para investor- investor asing masuk untuk menginvestasikan danannya dalam bentuk saham diperusahaan tersebut. Kondisi politik juga tidak terlepas dari suatu Negara. Kondisi politik inilah yang setidaknya dapat mempengaruhi perubahan harga saham disuatu Negara yang nantinya akan mempengaruhi nilai tukar (kurs) dollar amerika walaupun kondisi politik suatu Negara juga berbeda-beda. Kondisi makro ekonomi Indonesia mengandung unsure politik karena besarnya peran hutang luar negeri dalam mengurangi dampak ekspansi anggaran di satu pihak (pembayaran bunga dan cicilan hutang) serta pihak lain yang berperan sangat besar dalam pengeluaran pembangunan. Stabilitas politik, masalah hutang luar negeri dan berlangsungnya proses pasar modal adalah tiga faktor penting yang saling berpengaruh. Penelitian ini menemukan adanya hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi dan sebaliknya juga antara inflasi dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Berdasarkan hasil ini maka pergerakan naik dan turunnya nilai tukar (kurs) dollar Amerika akan menyebabkan dampak yang signifikan pada inflasi, hal ini bisa saja terjadi dikarenakan perubahan yang terjadi pada komoditas-komoditas tertentu khususnya pada barang-barang impor sehingga secara keseluruhan akan menyebabkan tingginya inflasi. Dengan demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Madura (2009) yang menyatakan bahwa kurs (nilai tukar) dapat mempengaruhi inflasi secara langsung, ketika nilai tukar melemah maka menyebabkan kenaikan tinggi harga barang-barang impor. Kenaikan terjadi karena para importir harus membayar lebih ketika nilai tukar melemah, harga barang-barang impor yang tinggi secara langsung akan terjadi inflasi. Adanya kausalitas ini juga terjadi pada hubungan antara inflasi dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika, sehingga makin tingginya inflasi akan menyebabkan nilai tukar (kurs) dollar Amerika juga makin tinggi, begitu pula yang terjadi sebaliknya. Adanya kausalitas ini dapat disebabkan naik dan turunnya nilai tukar (kurs) dollar Amerika dipengaruhi oleh faktor 58 Rizki Adi Saputra D. Agus Harjito Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 dari luar naiknya harga-harga barang, seperti kebijakan pemerintah, kestabilan ekonomi dan kestabilan politik yang turut memberikan andil besar terhadap pergerakan dari nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Dan hasil penelitian ini sudah sejalan dengan penelitian Sek (2012) yang menyimpulkan adanya korelasi hubungan yang signifikan antara nilai tukar (kurs) dengan inflasi di benua asia dan eropa. Dan penelitian Enoma (2011) yang menyimpulkan terdapat hubungan kausalitas antara kurs dan inflasi di Nigeria. Kesimpulan Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan inflasi. Model yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan uji kausalitas granger. Berdasarkan hasil Uji Augmented Dickey – Fuller yang diperuntukkan untuk mengetahui kestasioneritas data menunjukkan bahwa antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi terjadi suatu hubungan. Berdasarkan Uji Kausalitas Granger terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham. Hal ini ditunjukkan dengan melihat KURS dose not granger cause IHSG dengan tingkat signifikansi sebesar (0,0000) dan IHSG dose not cause KURS dengan tingkat signifikansi sebesar (0,02661). Terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi. Pengujian Uji Kausalitas Granger menunjukkan statistic KURS does not granger cause INF sebesar (0.03102) dan INF dose not granger cause KURS sebesar (0.01956). Hendaknya pemerintah bisa menjaga kestabilan nilai tukar (kurs) dollar Amerika agar tingkat inflasi tidak mengalami fluktuasi yang akan berdampak pada perekonomian. Diperlukannya kebijakan-kebijakan khusus, agar harga saham mengalami kestabilan harga. Dengan stabilnya harga saham ini akan berdampak pula pada stabilnya nilai tukar (kurs) dollar Amerika, sehingga kegiatan perdagangan baik ekspor maupun impor tidak mengalami gejolak yang dampaknya juga tidak menganggu kegiatan perekonomian. Daftar Pustaka Boediono, ( 2001) Ekonomi Moneter Edisi 3. Yogyakarta: BPFE. Chai-Anant, C., and Ho, Corrine., (2008), Monetary and Economic Department January, Understanding Asian Equity Flows, Market Returns and Exchange Rates BIS Working Papers No 245 Dornbusch, R. and S. Fischer (1980) , “Exchange Rates and Current Account,” American Economic Review 70, 960-71 Enoma, Imimole., (2011) “Exchange Rate Depreciation and Inflation in Nigeria (1986– 2008)”. Business and Economics Journal, Volume 2011: BEJ-28 Frankel, Jeffrey A., (1993) “Monetary and Portfolio-Balance models of the Determination Of Exchange rates” In Jeffrey A.Frankel on exchange rates, Cambridge, MA: MIT Press Gujarati., (2004) “Basic Econometrics”, New York Mc Graw Hill. 59 Rizki Adi Saputra D. Agus Harjito Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Hyder, Z., and Shah, S., ( 2004) Exchange Rate Pass-Through to Domestic Prices in Pakistan. SBP Working Paper No. 5.Karachi: SBP. Madura, Jeff., (2009) Keuangan Perusahaan Internasional. Jakarta: Salemba Empat. Nath, G, C., and Samantha, P, G., (2003) “Relationship Between Exchange Rate and Stock Prices in India – An Empirical Analysis” Ming, The Fei.,(2001) Day Trading Valuta Asing. Jakarta : Elex Media Komputindo Krugman, P. (2005) Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Jakarta: PAU FE UI dan Harper Collins Publishers. Res, Eco, J., (2012) “Impact of Interest Exchange Rate and Inflation on Stock Returns of KSE 100 Index” v3i5, 142-155 Salvatore., (1997) Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga Sek, Sion, Kun., (2012) “Investigating the Relationship between Exchange Rate and Inflation Targeting” Applied Mathematical Sciences, Vol. 6, 2012, no. 32, 1571 – 1583 Sunariyah., ( 2006) Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: STIM YKPN. 60 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Pengaruh Kepercayaan, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian BBM Pertalite (Studi Kasus Pada Pengguna BBM Pertalite Di Wilayah Puri Kembangan, Jakarta Barat) Andreas Pardomuan Purba, Endang Ruswanti [email protected] , [email protected] Universitas Esa Unggul Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan, harga dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian: studi kasus pada pengguna BBM pertalite di wilayah puri kembangan, Jakarta Barat. Variabel yang diteliti adalah kepercayaan, harga dan kualitas produk, sedangkan variabel dependen adalah keputusan pembelian. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh orang yang sudah pernah melakukan pembelian BBM pertalite di SPBU Puri Kembangan, Jakarta Barat yang jumlahnya tidak diketahui. Sampel penelitian ini adalah 150 responden dengan metode Hair. Alat analisis menggunakan uji regresi berganda, uji asumsi klasik dan uji hipotesis F dan t. Hasil penelitian menunjukan secara simultan berpengaruh signifikan. Secara parsial kepercayaan, dan kualitas produk berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian, sedangkan harga tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Faktor yang paling dominan dari ketiga variabel bebas tersebut adalah variabel kualitas produk. Kata kunci: Kepercayaan, Harga dan Kualitas Produk Abstract This study aimed to determine the effect of trust, price and quality of products on purchase decision: a case study on pertalite BBM users in the development of the castle, West Jakarta. The variables studied were trust, price and product quality, while the dependent variable is the purchase decision. The population of this research is all the people who've made a purchase of fuel at the pump pertalite Puri Kembangan, West Jakarta, whose number is not known. The sample was 150 respondents with Hair. Analysis tools using multiple regression test, classic assumption test and test hypotheses F and t. The results showed a significant effect simultaneously. Partially trust, and quality of products significantly influence purchasing decisions, while the price does not affect the purchase decision. The most dominant factor of three independent variable is the variable quality of the product. Keywords: Trust, Price, Quality Products and Purchase Decision Pendahuluan Jakarta mempunyai kedudukan khas, baik sebagai ibukota negara maupun ibukota daerah. Sebagai salah satu kota terpadat, Jakarta memiliki banyak permasalahan didalamnya mulai dari masalah lingkungan seperti banjir, masalah tata kota, sampah, masalah trasportasi publik dan kemacetan. Masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta akibat jumlah volume kendaraan yang tidak seimbang ruas jalan yang tersedia. Banyaknya volume kendaraan mengakibatkan kemacetan di Jakarta. Setiap tahun pertumbuhan kendaraan di Jakarta semakin meningkat, menyebabkan kemacetan dan mengakibatkan borosnya bahan bakar yang digunakan. 61 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Bahan bakar minyak (BBM) sangat berpengaruh bagi masyarakat luas, tak dapat dipungkiri di era yang semakin modern dan maju seperti sekarang ini kita masih saja terjebak pada ketergantungan akan energi fosil yang satu ini. PT. Pertamina merupakan perusahaan BUMN yang bersifat monopoli karena merupakan satu-satunya perusahaan yang mengelola SPBU di Indonesia. Pertamina memproduksi produk Bahan Bakar Minyak seperti: Minyak Bensin, Minyak Tanah, Minyak Solar, Minyak Diesel, kemudian Minyak Bakar Khusus Aviation Gasoline (BBM pesawat udara), Aviation Turbine Fuel (BBM pesawat udara berturbin), Bio Pertamax, Bio Solar, Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, Pertamax Racing, Premium. Kemudian Bahan Bakar Subsidi yaitu terdiri dari Bahan Bakar Bio Solar dan Premium dan yang terakhir adalah produk non BBM yaitu, Aspal, Pelumas (Lube Base Oil), Pelarut (Solvent). PT. pertamina meluncurkan produk baru yang di rilis pada bulan Mei tahun 2015 lalu yaitu produk BBM jenis Pertalite. Produk bahan bakar minyak ini merupakan bahan bakar minyak jenis baru. Pertalite adalah merupakan Bahan bakar minyak (BBM) jenis baru yang diproduksi Pertamina, jika dibandingkan dengan premium Pertalite memiliki kualitas bahan bakar lebih sebab memiliki kadar Research Oktan Number (RON) 90, di atas Premium, yang hanya RON 88. Pertalite bahan bakar yang di gadang-gadang akan menjadi pengganti daripada bahan bakar jenis premium, mengusung konsep bahan bakar yang lebih berkualitas. Sehingga konsumen kurang percaya dengan dengan bahan bakar pertalite ini. Apakah yang diberitahukan dari pihak pertamina itu betul atau tidak memiliki oktan 90, karena masyarakat beranggapan ini serupa dengan premium. Selain persepsi kepercayaan konsumen, harga juga dilihat konsumen untuk membeli atau tidak. Harga pertalite saat ini adalah Rp 7.350 per liter harga yang tidak terlalu mahal. Namun harga pertamax 92 memiliki harga Rp 8.050 per liter yang tidak jauh berbeda dengan pertalite sehingga konsumen lebih membeli pertamax92 dibanding dengan pertalite. Kualitas produk yang ditawar pertamina untuk BBM jenis pertalite ini juga tidak mendukung bagi beberapa kendaraan. Meski menjanjikan kualitas bensin yang lebih baik, sayangnya produk dengan RON 90 itu dianggap tak memenuhi persyaratan kualitas untuk kendaraan bermotor yang ada di Indonesia. Ambil contoh sepeda motor Honda Scoopy punya kompresi rasio 9,5:1, mobil LCGC dan MPV kelas 1.500 cc ke bawah rata-rata kompresinya 10:1. Bahkan, beberapa mobil menengah seperti Mazda punya kompresi yang terbilang tinggi, yakni 13:1. Praktis, katanya, kendaraan yang punya kompresi 9:1 saja, harus mengonsumsi BBM dengan RON mimal 92. Tentu dengan kompresi yang makin tinggi, yaitu 10:1 ke atas idealnya menenggak bensin minimal RON 95. Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat pengaruh Kepercayaan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite ? 2. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian BBM pertalite ? 3. Apakah terdapat pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian BBM pertalite? 4. Apakah terdapat pengaruh kepercayaan, harga, dan kualitas produk secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian BBM pertalite ? 5. Apakah variabel kepercayaan merupakan faktor dominan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite ? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite. 2. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian BBM pertalite. 62 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian BBM pertalite. 4. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan, harga, dan kualitas produk secara bersamasama terhadap keputusan pembelian BBM pertalite. 5. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan secara dominan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite. Landasan Teori Pengertian Kepercayaan McKnight et.al (2002) menyatakan bahwa ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen yaitu perceived web vendor reputation, dan perceived web site quality. 1. Trusting Belief Trusting belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin terhadap orang lain dalam suatu situasi. Trusting belief adalah persepsi pihak yang percaya (konsumen) terhadap pihak yang dipercaya (penjual toko maya) yang mana penjual memiliki karakteristik yang akan menguntungkan konsumen. a. Benevolence Benevolence (niat baik) berarti seberapa besar seseorang percaya kepada penjual untuk berperilaku baik kepada konsumen. Benevolence merupakan kesediaan penjual untuk melayani kepentingan konsumen. b. Integrity Integrity (integritas) adalah seberapa besar keyakinan seseorang terhadap kejujuran penjual untuk menjaga dan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat kepada konsumen. c. Competence Competence (kompetensi) adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki penjual untuk membantu konsumen dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dibutuhkan konsumen tersebut. Esensi dari kompetensi adalah seberapa besar keberhasilan penjual untuk menghasilkan hal yang diinginkan oleh konsumen. Inti dari kompetensi adalah kemampuan penjual untuk memenuhi kebutuhan konsumen. 2. Trusting Intention Trusting intention adalah suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepada orang lain. a. Willingness to Depend Willingness to depend adalah kesediaan konsumen untuk bergantung kepada penjual berupa penerimaan resiko atau konsekuensi negatif yang mungkin terjadi. 63 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti b. Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Subjective Probability of Depending Subjective probability of depending adalah kesediaan konsumen secara subjektif berupa pemberian informasi pribadi kepada penjual, melakukan transaksi, serta bersedia untuk mengikuti saran atau permintaan dari penjual. Harga Kotler dan Keller (2010) menyatakan, harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaatmanfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Stanton (2006) mengungkapkan, terdapat dimensi dari harga, yaitu kesesuain harga, dan ada empat indikator yang mencirikan harga yaitu: 1. Keterjangkauan harga Konsumen bisa menjangkau menjangkau harga yang ditetapkan perusahaan. Biasanya produk ada beberapa jenis dalam suatu merek dan harganya juga berbeda dari yang termurah hingga termahal. Dengan harga yang sudah ditetapkan para konsumen dapat membeli produk yang sesuai dengan kebutuhan. 2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk Harga sering dijadikan sebagain indikator kualitas bagi konsumen yang sering memilih harga yang lebih tinggi antara dua barang, karena mereka melihat dengan adanya kualitas yang berbeda. Apabila harga tersebut tinggi, maka orang akan cenderung beranggapan bahwa kualitas produknya baik. 3. Daya saing harga Konsumen sering membandingkan suatu produk dengan produk lainnya. Mahal atau murahnya suatu produk sangat dipertimbangkan oleh konsumen pada saat akan membeli suatu produk tersebut. 4. Kesesuaian harga dengan manfaat Konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang dirasakan lebih besar atau sama dengan apa yang telah dikeluarkan untuk mendapatkannya. Kualitas Produk Kotler (2007) menyatakan, dimensi kualitas produk meliputi: 1. Kinerja (performance) Dimensi ini menunjukkan tingkat operasi produk atau kegunaan dasar dari suatu produk. Implementasinya, kinerja diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap manfaat dasar dari produk yang dikonsumsinya misalnya kemudahan, dan kenyamanan dalam berbisnis dan sebagainya. 2. Keistimewaan tambahan (features) Yaitu sifat yang menunjang fungsi dasar produk , misalnya kelengkapan interior dan eksterior seperti, AC, sound system dan sebagainya. 3. Keandalan (reliability) Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai. Implementasinya, keandalan diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keandalan 64 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 produk yang dinyatakan dengan waktu garansi atau jaminan produk tidak rusak sebelum masa kadaluwarsa ditetapkan misalnya ruko yang tidak sering bocor/kerusakan yang lainnya. 4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, standar keamanan terpenuhi, seperti ukuran sumuran pondasi untuk ruko tentunya harus lebih besar dari pada sumuran pondasi rumah. 5. Daya tahan (durability) Ketahanan mencerminkan suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan dalam kondisi normal. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan ruko, struktur pembesian ruko yang kuat. 6. Estetika (asthethic) Keindahan menunjukkan bagaimana penampilan atau daya tarik produk terhadap pembeli. Misalnya bentuk fisik ruko yang menarik, model atau desain yang artistic, warna, dan sebagainya. Keputusan Pembelian Kotler dan Keller (2007) keputusan pembelian adalah beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk. Konsumen memiliki 5 (lima) tahap untuk mencapai suatu keputusan pembelian dan hasilnya yaitu: 1. Tahapan Pengenalan Masalah Tahap ini konsumen mengenali sebuah kebutuhan, keinginan atau masalah. Kebutuhan pada dasarnya dapat di cetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Perusahaan harus menentukan kebutuhan, keinginan atau masalah mana yang mendorong konsumen memulai proses membeli suatu produk. 2. Tahapan Pencarian Informasi Konsumen yang terangsang kebutuhan akan terdorong untuk mencari informasiinformasi yang lebih banyak. Konsumen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi atau mungkin tidak. Kita dapat membedakan antara dua tingkat keterlibatan dengan pencarian. Keadaan pencarian yang lebih rendah disebut perhatian tajam. Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih reseptif terhadap informasi tentang sebuah produk. 3. Tahapan Evaluasi atau Pilihan Setelah mengumpulkan informasi sebuah merek, konsumen akan melakukan evaluasi alternatif terhadap beberapa merek yang menghasilkan produk yang sama dan bagaimana konsumen memilih di antara produk-produk alternatif. 4. Tahapan Keputusan Pembelian Konsumen akan mengembangkan sebuah keyakinan atas merek dan tentang posisi tiap merek berdasarkan masing-masing atribut yang berujung pada pembentukan citra produk. Selain itu, pada evaluasi alternatif konsumen juga membentuk sebuah preferensi atas produk-produk yang ada dalam kumpulan pribadi dan konsumen juga akan membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai dan berujung pada keputusan pembelian. 5. Tahapan Perilaku Pasca Pembelian Tugas perusahaan pada dasarnya tidak hanya berakhir setelah konsumen membeli produk yang di hasilkan saja, tetapi yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah meneliti dan memonitor apakah konsumen akan mengalami tingkat kepuasan dan ketidakpuasan setelah menggunakan produk yang akan dibeli. 65 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Hubungan Kepercayaan Terhadap Keputusan Pembelian Ulfat et.al (2015) di dalam penelitiannya menyatakan setiap konsumen memiliki tingkat kepercayaan yang berbeda ada yang memiliki tingkat kepercayaan lebih tinggi dan ada pula yang memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah. Disebabkan oleh kepercayaan konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk memiliki berbagai atribut dan manfaat dari berbagai atribut tersebut. Hubungan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Mongi et.al (2013) dalam penelitiannya menyatakan harga adalah salah satu faktor penentu dalam pemilihan merek yang berkaitan dengan keputusan pembelian oleh konsumen. Ketika memilih diantara merek-merek yang ada, konsumen akan mengevaluasi harga secara tidak terbatas (absolut) akan tetapi dengan membandingkan beberapa standar harga sebagai referensi untuk melakukan transaksi pembelian. Maneking et.al (2015) di dalam penelitiannya harga diartikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Konsumen sangat sensitif terhadap harga. Semakin tinggi harga maka konsumen akan mengurungkan niat atau mengurangi keinginan untuk menggunakan jasa sehingga keputusan menggunakan konsumen akan mengalami penurunan. Hubungan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Mongi et.al (2013) menyatakan di dalam penelitiannya Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Konsumen rasional selalu menuntut produk yang berkualitas untuk setiap pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh produk tersebut. Shaharudin (2011) menyatakan juga di dalam penelitiannya pada saat pembelian, pelanggan memutuskan jika harapan telah dipenuhi dengan membandingkan dirasakan kinerja dengan kinerja yang diharapkan. Hal ini biasanya membentuk dasar dari keputusan untuk membeli dan menentukan kepuasan membeli. Setelah pembelian, pelanggan menjadi sadar kinerja aktual dan kepuasan pengguna adalah hasil dari membandingkan aktual kinerja dengan kinerja yang diharapkan. Model Penelitian Harga H1 H5 H2 Harga Keputusan pembelian H3 Kualitas produk H4 Gambar 1: Model Penelitian Sumber: Model diolah Peneliti, 2017 66 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Gambar diatas menunjukkan : Penelitian ini meliputi 4 variabel kepercayaan, harga kualitas produk dan keputusan pemnelian. Model penelitian ini diperoleh melalui rumusan hipotesis dan hubungan antar variabel yang disederhanakan dan digabungkan sebagai model penelitian (Ruswanti, 2015). Kepercayaan (X1), berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) telah diuji oleh Ulfat et.al (2015). Harga (X2), berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) telah diuji oleh Liang (2016). Kualitas produk (X3), berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) telah diuji oleh Shaharudin et.al (2011). Hipotesis H1: Diduga kepercayaan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri Kembangan. H2: Diduga harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri Kembangan. H3: Diduga kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri Kembangan. H4: Diduga kepercayaan, harga dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri Kembangan. H5: Diduga kepercayan secara dominan berpengaruh positif terhadap keputusan pembeian BBM pertalite di Puri Kembangan. Metode Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang yang sudah pernah melakukan pembelian BBM pertalite di SPBU Puri Kembangan. Jumlah populasi pada penelitian ini tidak diketahui. Sampel Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representif atau mewakili. Karena jumlah populasi ini tersebar dan sulit untuk diketahui secara pasti, maka penentuan jumlah yang akan digunakan dalam penelitian ini akan mengunakan Hair sebanyak 150 responden. Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan purposive sampling Hasil dan Pembahasan Uji Instrumen 1. Uji Validitas Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu pernyataan dalam kuesioner yang digunakan dapat mengukur indikator dari variabel yang diteliti. Pernyataan yang akan di uji berjumlah 30 pernyataan, valid atau tidak validnya suatu pernyataan dilihat dari nilai person correlation, pernyataan dikatakan valid jika hasil yang didapatkan bernilai >0,361 dan dikatakan tidak valid jika hasil yang didapatkan bernilai <0.361. Dari hasil tabel uji validitas di atas terlihat bahwa terdapat 30 pernyataan yang valid, karena hasil yang didapatkan dari uji validitas dengan nilai diatas 0,361, sehingga semua butir pernyataan tersebut layak digunakan dan dapat mengukur variabel yang akan diukur. 67 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 2. Uji Reliabilitas Penelitian ini uji reliabilitas digunakan untuk menunjukan konsistensi butir pernyataan yang digunakan dalam kuesioner atau sejauh mana alat ukur dapat diandalkan. Hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach's Alpha 0,61-0,8 dan dinyatakan sangat reliabel jika nilai Cronbach's Alpha 0,81-1,0. Hasil pengujian reliabilitas dengan jumlah 30 Responden diringkas pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel Uji Reliabilitas Cronbach's Alpha ,915 N of Items 37 Sumber: Hasil Output Software Statistik, 2017. Dari table hasil uji realibilitas di atas dapat dilihat bahwa nilai Cronbach's Alpha dalam penelitian ini > 0,81 yaitu sebesar 0,915 artinya bahwa seluruh pernyataan dalam penelitian ini sangat reliabel. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Karena model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value atau dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan software statistik. Berikut ini adalah hasil perhitungan uji multikolinearitas: Tabel Uji Mutlikolinearitas Model (constant) Kepercayaan Collinearity Statistics Tolerance VIF .686 1.457 Harga .653 1.532 Kualitas Produk .582 1.718 Sumber : Data Output Software Statistik, 2017. Pengujian multikolinieritas antara variabel bebas (X) yang terdiri dari variabel kepercayaan konsumen BBM pertalite, Harga BBM pertalite dan kualitas produk BBM pertalite menghasilkan nilai Tolerance <0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95 %. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF >10, jadi dengan hasil demikian tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen, berarti ketiga variabel independen ini tidak mempunyai hubungan, sehingga semuanya dapat dipergunakan sebagai variabel independen. 68 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajeme men Bisnis Indonesia Vol. 3,, Nomor N 1, Oct 2015 2. Uji Heteroskedastisitas Dalam penelitian ini, i, uji heteroskedastisitas bertujuan untuk men enguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaks ksamaan variance dari residual pengamatan ke pengamatan lain. Berikut ini adalah hasil uji het eteroskedastisitas: Sum mber : Data Output Software Statistik, 2017. Gambar Uji Heteroskedastisitas Dari gambar di atas dapat d dilihat bahwa hasil uji heteroskedasti stisitas menunjukkan bahwa titik–titik menyebar dengan de pola yang tidak jelas di atas dan dii bawah b angka 0 dan sumbu Y. Jadi dapat disimpulk ulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskeda dastisitas pada model regresi. 3. Uji Autokorelasi Dalam penelitian ini, i, uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model m regresi linier ada korelasi antara kesalahann pengganggu pada periode t dengan kesalahan an pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Uji ji autokorelasi dalam penelitian ini menggunak akan Durbin-Watson (DW test). Berikut ini adalahh hhasil uji autokorelasi: Tabel Uji Autokorelasi R R Adjusted R Std. Errorr of Model S Square Square the Estimate te a 1 ,756 , ,572 ,563 2.31020 Sumber : Data Output Sof oftware Statistik, 2017. DurbinWatson 1,627 Dari tabel di atas da dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 1,62 ,627, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai batas ba atas (dU) pada tabel DW dengan nilai lai signifikansi 5 %, jumlah sampel 150 (n) dan jum mlah variabel independen 3 (k=3) maka didap apat nilai dU sebesar 1,7741. Oleh karena nilai DW W 1,627 berada pada daerah diantara (4-dU) U) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpula lan yang pasti (berada di daerah keragu-raguan an). Uji Hipotesis da 1. Regresi Linear Bergand Dalam penelitian inii regresi linear berganda digunakan untukk mengetahui arah hubungan antara variabel independen in (kepercayaan, harga dan kualita itas produk) dengan 69 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 variabel dependen (keputusan pembelian). Apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apakah nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Berikut ini adalah hasil uji regresi linear berganda: Tabel Uji Regresi Linear Berganda Model B Beta (Constant) 5,155 Kepercayaan ,318 ,193 Harga ,361 ,153 Kualitas Produk ,477 ,533 Sumber : Data Output Software Statistik, 2017. Dari hasil tersebut didapat rumus atau persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah: Y= 5,155+0, 318X1+0, 361X2+0, 477X3+e Keterangan: Y = Keputusan Pembelian a = Konstanta b = Angka atau koefisian regresi X1 = Kepercayaan X2 = Harga X3 = Kualitas Produk e = Standar Eror Hasil persamaan regresi linier berganda tersebut diatas memberikan pengertian bahwa: 1. Konstanta a sebesar 5,155, artinya jika kepercayaan, harga dan kualitas produk nilainya (0) maka keputusan pembelian nilainya sebesar 5,155. 2. Koefisien regresi variabel kepercayaan sebesar 0,318, artinya jika kepercayaan mengalami kenaikan satu satuan, maka keputusan pembelian akan mengalami peningkatan sebesar 0,318 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap. 3. Koefisien regresi variabel harga sebesar 0, 361, artinya jika harga mengalami kenaikan satu satuan, maka keputusan pembelian akan mengalami peningkatan sebesar 0,361 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap. 4. Koefisien regresi variabel kualitas produk sebesar 0,477, artinya jika kualitas produk mengalami kenaikan satu satuan, maka keputusan Pembelian akan mengalami peningkatan sebesar 0,477 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap. 70 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 2. Uji Parsial (Uji t) Dalam penelitian ini uji t digunakan untuk menguji apakah kepercayaan berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite, harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite dan kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite. Berikut ini adalah hasil uji t: Model Tabel Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) Unstandardized Standardized Coefficient Coefficient T B Std. Error Beta 5,155 2,018 2,555 ,318 0,108 ,193 2,950 ,361 0,159 ,153 2,277 ,477 0,063 ,533 7,510 (Constant) Kepercayaan Harga Kualitas Produk Sumber : Data Output Software Statistik, 2017. Sig. 0,012 0,004 0,024 0,000 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan uji t untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan (X1) Untuk variabel kepercayaan (X1) memiliki nilai t hitung sebesar 2,950 dengan tingkat signifikan 0,004 < 0,05, maka demikian HO ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya adalah variabel kepercayaan (X1) secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri Kembangan. 2. Harga (X2) Untuk variabel harga (X2) memiliki nilai t hitung sebesar 2,277 dengan tingkat signifikan 0,024 < 0,05, maka demikian HO ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya adalah variabel harga (X2) secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri Kembangan. 3. Kualitas Produk (X3) Untuk variabel kualitas produk (X3) memiliki nilai t hitung sebesar 7,510 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05, maka demikian HO ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya adalah variabel kualitas produk (X3) secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri Kembangan. 4. Dari ketiga variabel tersebut, yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di Puri Kembangan adalah kualitas produk hal ini dapat dilihat dari nilai B paling besar yaitu 0,477. 3. Uji Secara Bersama-sama (Uji F) Dalam penelitian ini uji F digunakan untuk menguji apakah kepercayaan (X1), harga (X2) dan kualitas produk (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) BBM pertalite di Puri Kembangan. Berikut ini adalah hasil uji F: 71 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Tabel Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) ANOVAa Sum of Model Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1040.991 3 346.997 65.017 .000b Residual 779.203 146 5.337 Total 1820.193 149 a. Dependent Variable: KeputusanPembelian b. Predictors: (Constant), KualitasProduk, Kepercayaan, Harga Sumber : Data Output Software Statistik, 2017. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan uji F dimana diperoleh F hitung sebesar 65.017 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena nilai probabilitas <0,05 yaitu (0,000<0,005), dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil uji F ini variabel independen yaitu kepercayaan, harga, dan kualitas produk secara simultan atau bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian BBM pertalite. 4. Uji Koefisien Determinasi (R2) Dalam penelitian ini uji koefisien determinasi digunakan untuk menguji kemampuan variabel kepercayaan, harga dan kualitas produk terhadap variabel keputusan pembelian. Berikut ini adalah hasil uji koefisien determinasi: Tabel Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summary Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate a 1 .756 .572 .563 2.31020 Sumber : Data Output Software Statistik, 2017. Dari tabel di atas dapat dilihat besarnya angka Rquare (R2) adalah 0,572. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh kepercayaan, harga dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian. Yaitu dengan cara menghitung koefisien determinasi (R2) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: R2 ε = = = = = = r2 x 100 % 0,572 x 100 % 57,2 % 1 - R2 1 - 0,572 0.428 Yang artinya bahwa besarnya kontribusi pengaruh kepercayaan, harga dan kualitas produkterhadap keputusan pembelian adalah sebesar 57,2 %, sedangkan sisanya sebesar 42,8 % (100 % - 57,2 %) dipengaruhi faktor lain atau oleh variabel-variabel lain yang tidak ikut diteliti, misalnya variabel promosi dengan demikian maka peneliti lain boleh menggunakan variabel tersebut untuk penelitian. 72 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis pengujian di atas, pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Kepercayaan Terhadap Keputusan Pembelian Untuk variabel kepercayaan (X1) memiliki nilai t hitung sebesar 2,950 dengan tingkat signifikan 0,004 < 0,05 maka hasil penelitian ini menyatakan bahwa kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan. Dengan kata lain kepercayaan yang diukur dengan ability (kemampuan) yang terdiri dari kompetensi dan pengalaman, benevolence (kebaikan hati) yang terdiri dari perhatian dan empati, serta integrity (integritas) yang terdiri dari pemenuhan dan keterusterangan memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yaitu Ulfat et.al (2015) Dari hasil uji t yaitu 0,002 < 0,05 jadi dapat dikatakan penelitian tersebut brand trust berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian 2. Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian Dari hasil penelitian didapatkan harga mempunyai nilai t hitung sebesar 2,277 dengan tingkat signifikan 0,024 < 0.05, maka hasil penelitian ini menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite. Dengan kata lain kualitas produk yang diukur dengan Keterjangkauan harga, Kesesuaian harga dengan kualitas produk, Daya saing harga, Kesesuaian harga dengan manfaat berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yaitu Maneking et.al (2015) Dari hasil uji t pada penelitiannya signifikansi p-value = 0,023 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Haditerima dan menolak H0 atau Strategi Harga(X1) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian(Y). 3. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Dari hasil penelitian didapatkan kualitas produk mempunyai nilai t hitung sebesar 7,510 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0.05, maka hasil penelitian ini menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite. Dengan kata lain kualitas produk yang diukur dengan kinerja (performance), keistimewaan tambahan (features), keandalan (reliability), kesesuaian dengan spesifikasi, daya tahan (durability), estetika (asthethic) pengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yaitu Mongi et.al (2013) Pengaruh yang positif dan signifikan pada variabel kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada Kartu Simpati di Manado. 4. Pengaruh Kepercayaan, Harga dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Dari hasil penelitian diperoleh F hitung sebesar 65.017 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,005) maka Ho ditolak. Dengan kata lain maka kepercayaan, harga dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan. 73 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Temuan penelitian Dari hasil pembahasan di atas, bahwa penelitian ini mendapatkan hasil temuan penelitian yaitu kepercayaan, harga dan kualitas produk mempengaruhi keputusan pembelian BBM pertalite baik secara parsial maupun simultan. Untuk lebih spesifiknya kepercayaan memiliki nilai signifikan 0.004, harga memiliki nilai signifikan 0,024 yang artinya harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sedangkan kualitas produk memiliki nilai signifikan 0,000. Dan faktor yang paling dominan adalah kualitas produk yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang memiliki angka signifikan 0,000 dan nilai B sebesar 0,477 > dari nilai B variabel kepercayaan (0,318) dan harga (0,361). Kepercayaan, harga maupun kualitas produk mempengaruhi keputusan pembelian BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan karena mereka memberikan jawaban yang cukup baik terhadap indikator yang digunakan untuk masing-masing variabel tersebut. Yang artinya mereka menganggap bahwa BBM pertalite sudah memenuhi semua yang terdapat diindikator tersebut. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda, sehingga tidak mampu menunjukan titik jenuh fungsi yang sedang diselidiki akibatnya selalu timbul kemungkinan kesalahan peramalan. 2. Penelitian ini hanya dilakukan di wilayah Puri Kembangan tentunya jika penelitian dilakukan diwilayah lain akan berbeda hasilnya. 3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya kepercayaan, harga, kualitas produk dan keputusan pembelian. Kesimpulan Berdasarkan penelitian pada pengguna BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan dengan variabel kepercayaan (X1), harga (X2), kualitas produk (X3) dan keputusan pembelian (Y) maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Variabel kepercayaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM di wilayah Puri Kembangan yang mana dapat membuktikan hipotesis dan memecahkan perumusan masalah dari penelitian ini. Dikarenakan konsumen dalam mengambil keputusan pembelian BBM pertalite dipengaruhi oleh dorongan psikologis yaitu percaya terhadap BBM pertalite untuk mau bertumpu dan bersedia pada orang lain sehingga konsumen bertindak atau melakukan pengambilan keputusan. 2. Variabel harga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan yang terdiri dari unsur keterjangkauan harga, daya saing harga, dan kesesuaian harga dengan manfaat, ditingkatkan maka keputusan pembelian produk Pertalite akan meningkat karena harga dengan keputusan pembelian saling mempengaruhi. 3. Variabel kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan yang mana dapat membuktikan hipotesis dan memecahkan perumusan masalah dari penelitian ini. 4. Variabel kepercayaan, harga dan kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan secara simultan atau bersama-sama terhadap keputusan pembelian BBM 74 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 pertalite di wilayah Puri Kembangan yang mana dapat membuktikan hipotesis dan memecahkan perumusan masalah dari penelitian ini. 5. Variabel kualitas produk mempunyai pengaruh yang positif dan merupakan yang paling dominan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian BBM pertalite di wilayah Puri Kembangan yang mana dapat membuktikan hipotesis dan memecahkan perumusan masalah dari penelitian ini. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saransaran sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Saran bagi perusahaan dimaksudkan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kepercayaan, harga dan kualitas produk sehingga dapat meningkatkan keputusan pembelian. Saran-saran tersebut sebagai berikut: 1. Kualitas produk merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite oleh karena itu harus ada penanganan khusus terkait kualitas produk. Untuk meningkatkan keputusan pembelian yaitu perlu diperhatikan: a. Kinerja (performance) menunjukkan tingkat operasi produk atau kegunaan dasar dari suatu produk. Implementasinya, kinerja diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap manfaat dasar dari produk yang dikonsumsinya misalnya kemudahan, dan kenyamanan dalam memakai dan sebagainya. b. Keistimewaan tambahan (features) Yaitu sifat yang menunjang fungsi dasar produk,untuk meningkatkan keputusan pembelian BBM pertalite PT. PERTAMINA perlu menambah atau menunjang produknya misalnya mengurangi timbal pada BBM pertalite. c. Keandalan (reliability) Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai. Implementasinya, keandalan diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keandalan produk yang dinyatakan dengan waktu garansi atau jaminan produk tidak rusak sebelum masa kadaluwarsa ditetapkan misalnya kendaraan menjadi boros, mesin kendaraan menjadi tidak ada akselerasi. d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, syarat standar mesin kendaraan terpenuhi, seperti beberapa kendaraan ada yang mempunyai syarat harus memakai bahan bakar bagi kendaraannya. e. Daya tahan (durability) Ketahanan mencerminkan suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan dalam kondisi normal. Konsumen mencari bahan bakar minyak bagi kendaraannya yang baik agar kendaraannya tidak boros. Sehingga jika kendaraannya tidak boros jika memakai bahan bakar tersebut maka konsumen akan melakukan pembelian secara berulang. f. Estetika (asthethic) Keindahan menunjukkan bagaimana penampilan atau daya tarik produk terhadap pembeli. Untuk BBM pertalite ini jika memakai pertalite maka suara mesin akan halus, dan juga tidak ngelitik (knocking) saat digunakan. 75 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 2. Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dapat dilakukan dengan meningkatkan: a. Trusting belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin terhadap orang lain dalam suatu situasi. Trusting belief adalah persepsi pihak yang percaya (konsumen) terhadap pihak yang dipercaya (penjual) yang mana penjual memiliki karakteristik yang akan menguntungkan konsumen. Artinya jika produk pertalite menguntungakan bagi konsumen maka konsumen akan melakukan keputusan pembelian lagi. b. Trusting intention adalah suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepada orang lain. Trusting intention didasarkan pada kepercayaan kognitif seseorang kepada orang lain. Artinya bahwa konsumen percaya terhadap BBM pertalite dari opini atau ajakan dari teman, kerabat atau keluarga konsumen untuk memakai bahan bakar pertalite. 3. Selain meningkatkan kepercayaan konsumen pengguna BBM pertalite, PT. PERTAMINA juga harus melihat dari sisi variabel harga, Untuk meningkatkan variabel harga ini dengan cara melihat beberapa berikut: a. Keterjangkauan harga, konsumen bisa menjangkau harga yang ditetapkan perusahaan. Biasanya produk ada beberapa jenis dalam suatu merek dan harganya juga berbeda dari yang termurah hingga termahal. Dengan harga yang sudah ditetapkan para konsumen dapat membeli produk yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan harga yang tidak terlalu mahal maka konsumen akan membeli produk pertalite, sehingga dengan cara itu dapat meningkatkan pembelian BBM pertalite. b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk, harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen yang sering memilih harga yang lebih tinggi antara dua barang, karena mereka melihat dengan adanya kualitas yang berbeda. Apabila harga tersebut tinggi, maka orang akan cenderung beranggapan bahwa kualitas produknya baik. Artinya jika harga pertalite yang tidak terlalu murah, namun kualitas produk yang diberikan pertalite cukup tinggi sehingga konsumen akan melakukan keputusan pembelian BBM pertalite. c. Daya saing harga, konsumen sering membandingkan suatu produk dengan produk lainnya. Mahal atau murahnya suatu produk sangat dipertimbangkan oleh konsumen pada saat akan membeli suatu produk tersebut. Artinya konsumen sering melakukan perbandingan harga dengan produk lainnya yang sesuai dengan pertalite lalu konsumen akan melihat dari kualitas produk yang ada di kedua produk tersebut. d. Kesesuaian harga dengan manfaat, konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang dirasakan lebih besar atau sama dengan apa yang telah dikeluarkan untuk mendapatkannya. Konsumen merasakan manfaat produk lebih kecil dari uang yang dikeluarkan, maka konsumen akan beranggapan produk tersebut mahal dan konsumen akan berpikir dua kali untuk melakukan pembelian ulang. Harga pertalite yang tidak terlalu mahal namun kualitas yang diberikan cukup tinggi konsumen akan lebih memilih pertalite sehingga ini akan meningkatkan keputusan pembelian pada produk pertalite. Bagi Penelitian Selanjutnya Saran bagi penelitian selanjutnya dimaksudkan untuk menyempurnakan penelitian kedepannya agar memperkaya ilmu-ilmu pengetahuan dibidang pemasaran. Saran-saran tersebut sebagai berikut: 76 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 1. Menggunakan variabel-variabel lain yang terkait dengan keputusan pembelian dengan melihat dari variable lain seperti promosi, kualitas pelayanan, brand image dan lainlain. 2. Menggunakan alat analisis yang berbeda sebagai perbandingan seperti analisis jalur (path). 3. Melakukan penelitian di wilayah yang berbeda atau yang lebih luas. Implikasi Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa implikasi penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat, antara lain: 1. Implikasi Praktisi Berdasarkan kesimpulan kepercayaan berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite, maka PT.PERTAMINA harus memperhatikan kepercayaan konsumen agar dapat meningkatkan keputusan pembelian. Untuk dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan informasi yang benar, menciptakan pelayanan yang aman, jujur dan bertanggung jawab penuh. Selain itu kualitas produk juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian BBM pertalite. Menaikkan kualitas produk yang terdapat dalam BBM pertalite akan meningkatkan keputusan pembelian konsumen, karena konsumen akan memilih produk yang berkualitas baik dan sesuai dengan yang diinginkan konsumen terhadap kendaraannya. Namun pada harga tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, dikarenakan konsumen membeli pertalite tidak melihat dari sisi harganya. 2. Implikasi Teoritis Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi yang positif bagi semua pihak, terutama bagi PT. PERTAMINA. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan mengenai pengaruh kepercayaan, harga dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian. Meningkatkan kepercayaan konsumen dan kualitas produk serta memikirkan kembali harga yang diberikan konsumen agar pembelian produk pertalite semakin tinggi dalam mencapai tujuannya. Daftar Pustaka Farah Diza, Silcyljeova Moniharapon dan Imelda W. J Ogi, 2015. Pengaruh kualitas pelayanan, kualitas produk dan kepercayaan terhadap kepuasan konsumen. Jurnal EMBA: Vol.4 No.1 Maret 2016, pp. 109-119. Ghozali Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete. Semarang: Universitas Diponegoro Huan-Ming Chuang and Chwei-Jen Fan, 2011. The mediating role of trust in the relationship between e-retailer quality and customer intention of online shopping. African Journal of Business Management: Vol. 5(22), pp. 9522-9529, 30 September, 2011. Jhon Robert Maneking dan Bode Lumanauw, 2015. Analisis strategi harga, diferensiasi produk, kualitas produk dan lokasi terhadap keputusan pembelian konsumen PT.COLUMBIA PERDANA MANADO. Jurnal EMBA: Vol.3 No.1 Maret 2015, pp. 1173-1183. 77 Andreas Pardomuan Purba Endang Ruswanti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Kotler, Philip dan Kevin, Lane Keller. 2013. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1 Jakarta: Erlangga Kotler dan Amstrong. 2013 Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1. Edisi 12. Jakarta: Erlangga Kotler dan Amstrong. 2013 Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 2. Edisi 12. Jakarta: Erlangga Lidya Mongi, Lisbeth Mananeke dan Agusta Repi, 2013. Kualitas produk, strategi promosi dan hargapengaruhnya terhadap keputusan pembelian kartu simpati telkomsel di kota manado. Jurnal EMBA: Vol.1 No.4 Desember 2013, pp. 2336-2346. McKnight, D. H Choudhury, and Kacmar, C. 2002. Special Issue on Measuring eCommerce in Net-Enabled Organizations, Part 2 of 2: Developing and Validating Trust Measures for e-Commerce: An Integrative Typology Information Systems Research 13:334-359 Mohd Rizaimy Shaharudin, Suhardi Wan Mansor, Anita Abu Hassan, Maznah Wan Omar and Etty Harniza Harun, 2011. The relationship between product quality and purchase intention: The case of Malaysia’s national motorcycle/scooter manufacturer. African Journal of Business Management: Vol. 5(20), pp. 8163-8176, 16, September 2011. Rizky Y.S Emor dan Agus Supandi Soegoto, 2015. Pengaruh potongan harga, citra merek, dan servicescape terhadap keputusan pembelian konsumen indomaret tanjung batu. Jurnal EMBA: Vol.3 No.2 Juni 2015, pp. 738-748. Rong-Da Liang, 2016. Predicting intentions to purchase organic food: the moderating effects of organic food prices. British Food Journal: Vol. 118 No. 1, 2016, pp. 183-199. Ruswanti Endang. 2015. Panduan Penulisan Laporan Ilmiah: Atensi, Kredibilitas Perusahaan , Iklan dua sisi Terhadap Niat Beli Jasa Penerbangan Elang Air. Yogyakarta: CV Andi Offset Sarini Kodu, 2013. Harga, kualitas produk dan kualitas pelayanan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian mobil Toyota Avanza. Jurnal EMBA: 1251 Vol.1 No.3 September 2013, pp. 1251-1259. Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for business edisi 1 dan 2. Jakarta: Salemba Empat Selvany Chichilia Lotulung, Joyce Lapian dan Silcyljeova Moniharapon, 2015. Pengaruh kualitas produk harga, dan wom (word of mouth) terhadap keputusan pembelian handphone evercross pada cv. Tristar jaya globalindo manado. Jurnal EMBA: Vol.3 No.3 Sept. 2015, pp. 817-826. Supardi. 2013. Aplikasi statistika dalam penelitian, Jakarta: Change Publication Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Ulfat, Saima et.al, 2015. How product quality and brand trust associates in recurrent purchase decision of beauty care products. Science International Journal 27.2 Mar/Apr 2015, pp. 1453-1456. 78 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP KESEDIAAN MEMBAYAR HARGA PREMIUM PADA PRODUK FASHION, DIMEDIASI OLEH STATUS MEREK DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK Dani Rizqi Rakhman Prodi Manajemen FE UII Yogyakarta Budi Astuti Prodi Manajemen FE UII Yogyakarta [email protected] Abstrack Adolescents are very attention to their physical appearance, with regard to physical appearance, adolescents make efforts so that their physical appearance in accordance with the guidance of their social community. One product supporting physical appearance often hunted adolescents clothing. Based on this phenomenon, the researchers interested in studying about the analysis of consumer involvement toward willingness to pay a premium on fashion products, mediation by brand status and brand attitude. The purpose of this study was to determine the effect of consumer involvement on brand status of fashion products and brend attitude, then the influence of the brand status of fashion products and brand attitude toward the willingness to pay a premium price. This study used questionnaires distributed to adolescents aged 18-21 years, then the data is processed using an analysis SEM (Structural Equation Model) via AMOS software. Results from this research that consumer involvement has a positive and significant effect on the brand status and brand attitude, then the brand status of fashion products and brand attitude have a positive and significant impact on the willingness to pay a premium price. Key Words : Consumer Involvement, Brand Status, Brand Attitude, Willingness To A Pay Premium. Abstrak Remaja sangat memperhatikan penampilan fisik mereka, berkaitan dengan penampilan fisik, remaja melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan tuntunan komunitas sosial mereka. Salah satu produk penunjang penampilan fisik yang sering diburu remaja adalah pakaian. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang analisis keterlibatan konsumen terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium, dimediasi oleh status merek dan sikap konsumen terhadap merek. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh keterlibatan konsumen terhadap status merek dari produk fashion dan sikap konsumen terhadap merek, kemudian pengaruh status merek dari produk fashion dan sikap konsumen terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebar kepada remaja yang berumur 18-21 tahun, kemudian datanya diolah menggunakan alat analisis SEM (Structural Equation Model) melalui software AMOS. Hasil dari penelitian ini yaitu keterlibatan konsumen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap status merek dan sikap konsumen terhadap merek, kemudian status merek dari produk fashion dan sikap konsumen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium. 79 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Kata Kunci : Keterlibatan konsumen, status merek, sikap terhadap merek, kesediaan untuk membayar dengan harga premium. Pendahuluan Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa peralihan ini, remaja umumnya mengalami pergolakan hidup yang diakibatkan oleh berbagai macam perubahan, baik perubahan yang berasal dari dalam dirinya sendiri yang mencakup fisik dan mental maupun perubahan-perubahan yang berasal dari lingkungannya seperti perlakuan dari masyarakat disekitar lingkungan tempat tinggal maupun dari keluarga. Untuk menunjang penampilannya, remaja sedapat mungkin memakai barangbarang yang sama dengan yang dipakai oleh teman-temannya guna meningkatkan kepercayaan dirinya. Salah satu produk penunjang penampilan fisik yang sering diburu oleh remaja ialah pakaian (Swastha, 1987, h.19). setiap remaja berharap pakaian yang ia pakai akan membuatnya tampil lebih menawan, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri saat bergaul. Pakaian yang biasanya dipakai oleh sebagian besar kalangan remaja zaman sekarang ialah pakaian yang sedang menjadi trend saat ini dan familiar di kalangan teman-temannya. Membeli pakaian bermerek terkenal yang lebih mengutamakan pandangan orang lain saat memakainya dari pada fungsi utama dari pakaian tersebut, semakin lama akan membuat remaja menjadi konsumtif. Seseorang yang berperilaku konsumtif, biasanya membeli banyak barang tanpa melihat fungsi dari barang tersebut. Jika dilihat lebih mendalam, umumnya remaja berusia 18 sampai 21 tahun masih duduk dibangku sekolah dan perkuliahan, serta belum memiliki penghasilan sendiri. Agar konsumen mengetahui tentang produk yang akan mereka beli, maka konsumen harus terlibat dalam produk tersebut. Konsumen membeli pakaian bermerek karena mereka ingin terlihat menarik dan dapat meningkatkan status sosialnya. Memilih pakaian bermerek juga memilih merek yang sudah terkenal, mempunyai kualitas yang bagus, dan mempunyai status merek yang baik. Apabila merek tersebut mempunyai status merek yang bagus maka merek tersebut akan banyak dipilih oleh para konsumen. Karena status merek mengacu pada persepsi konsumen tentang kualitas, prestise, harga, dan kemampuan untuk menjadi simbol yang sukses bagi konsumen yang memakaianya (Elliott, 1994; O'Cass dan Frost, 2002; Vigneron dan Johnson, 1999). Selain itu, konsumen juga memilih pakaian bermerek berdasarkan sikap mereka terhadap merek dari merek yang akan mereka pakai. Konsumen biasanya menilai merek yang akan mereka pakai berdasarkan apakah mereka menyukai atau tidak menyukai produk dari merek tersebut, kemudahan mobilitas, model, warna, dan nama atau simbol dari merek tersebut. Selanjutnya, konsumen juga harus bersedia membayar pakaian bermerek yang mereka sukai dengan harga premium. Menurut (Netemeyer, Krishnan, Pullig, Wang, Yagci, Dean, Ricks, and Wirth. 2004) kesediaan membayar harga premium sebagai ” besarnya jumlah yang konsumen bersedia bayarkan untuk membeli sebuah merek yang mereka sukai dibandingkan merek yang sejenis/lebih kecil”. Dengan demikian, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh keterlibatan konsumen terhadap status merek dan sikap terhadap merek dari produk fashion, serta untuk mengetahui pengaruh status merek dan sikap konsumen terhadap kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium. 80 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Kajian Pustaka Keterlibatan Konsumen Keterlibatan menurut Setiadi (2005:115) adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik hingga jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko dan memaksimumkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian. Keterlibatan diaktifkan ketika objek (produk, jasa atau pesan promosi) dirasakan membantu dalam memenuhi kebutuhan, tujuan dan nilai penting. Seorang konsumen dapat terlibat dalam berbagai benda atau rangsangan, misalnya produk, iklan, keputusan pembelian atau konsumsi produk dan keputusan merek (O’cass, 2000 ; Mittal, 1989). Keterlibatan Produk Keterlibatan produk mengacu pada produk yang menempati didalam kehidupan konsumen (Mittal dan Lee, 1989; O’cass, 2000). Konsumen akan terlibat dengan produk jika produk tersebut dalam hidupnya sangat penting dan mampu memenuhi kebutuhan dan nilainilai mereka. Produk atau merek juga menimbulkan keterlibatan apabila ada semacam resiko yang dirasakan dalam suatu pembelian dan pemakaian. Keterlibatan Keputusan Pembelian Mittal, (1989) mendefinisikan keterlibatan keputusan pembelian adalah tingkat kepentingan dan perhatian konsumen untuk menentukan keputusan pembelian. Selain itu juga berpendapat bahwa keterlibatan keputusan pembelian adalah bentuk yang paling penting dari keterlibatan dan praktisi pemasaran harus lebih peduli dalam hal ini karena mempengaruhi kepentingan konsumen dalam membuat pilihan merek (Mittal dan Lee, 1989). Konsumen dengan keterlibatan yang tinggi dalam keputusan pembelian akan bertindak lebih serius pada pilihan merek. Aaker (1991:16) menyatakan, rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian disebabkan karena kedekatan pelanggan dengan merek, baik itu disebabkan oleh pengiklanan dan kepopuleran merek, kredibilitas merek di mata pelanggan, serta pengalaman pelanggan atas merek tersebut. Brand Status (Status Merek) Status merek mengacu pada persepsi konsumen terhadap kualitas, prestise, harga, dan kemampuan merek untuk bertindak sebagai status atau simbol kesuksesan (Elliot, 1994 ; O’cass dan Frost, 2002 ; Vigneron dan Johnson, 1999). Status sebuah merek yang dirasakan simbolis tertanam dalam merek atau nama merek (Del Ri’o et al, 2001). Phau dan Leng, (2008) mendefinisikan manfaat berstatus sebagai kekuatan pendorong dalam meningkatkan status sosial melalui konsumsi yang jelas. Status konsumen lebih cenderung membeli pakaian yang mewah atau bermerek, karena untuk memenuhi kebutuhan simbolis mereka. Gambaran dari argumen ini yaitu bahwa fleksibilitas status merek lebih tinggi dan lebih rentan keterlibatan konsumen dalam produk fashion. Dengan demikian : H 1 : Keterlibatan konsumen berpengaruh terhadap status merek dari produk fashion 81 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Brand Attitude (Sikap Terhadap Merek) Sikap terhadap merek (brand attitudes), komponen paling abstrak dari asosiasi merek didefinisikan sebagai evaluasi keseluruhan tentang merek yang dilakukan oleh konsumen (Keller, 1998) dan merefleksikan respon konsumen terhadap merek tersebut. Tingkat keterlibatan dengan sesuatu akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap hal tertentu (Assael, 2001). Slama dan Tashchian, (1985) menyatakan keterlibatan dengan pembelian objek tertentu akan muncul untuk mempengaruhi sikap dan perilaku yang berhubungan dengan objek tertentu. Oleh karena itu, konsumen dengan tingkat keterlibatan yang tinggi dalam suatu objek (misalnya produk atau merek) yang diharapkan akan menimbulkan sikap positif terhadap objek tersebut. Dengan demikian : H 2 : Keterlibatan konsumen berpengaruh terhadap sikap konsumen pada produk fashion. Disisi lain, sikap konsumen terhadap merek bisa dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap status merek. Persepsi tersebut dipegang oleh konsumen terhadap penempatan produk atau distribusi produk yang diyakini berdampak pada sikap konsumen terhadap produk atau merek tersebut. Selanjutnya, sikap konsumen terhadap merek bisa dipengaruhi oleh negara asal produk tersebut yang memproyeksikan status merek dari produk tersebut. Peningkatan status yang dirasakan pada kenyataannya memberikan kontribusi sesuai dengan keinginan penilaian sikap dari merek tertentu. Dengan demikian : H 3 : Status merek dari produk fashion berpengaruh terhadap sikap konsumen. Willingness To Pay Premium (Kesediaan Untuk Membayar Dengan Harga Premium) Kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium (Willingness to pay premium) untuk merek dapat diartikan kesediaan konsumen untuk membayar dengan uang lebih untuk merek lebih dari nilai utilitarian (Netemeyer et al, 2004). Dalam beberapa penelitian, konsumen bersedia membayar ekstra untuk merek yang memiliki nilai simbolis (Johar dan Sirgy, 1991; Taman et al, 1986; Van Kempen, 2004; Wu dan Hsing, 2006). Nilai simbolis mengacu pada manfaat konsumen yang dapat diterima melalui kepemilikan atau konsumsi produk bermerek sebagai atribut yang diperlukan dan dinilai. Atribut penilaian mungkin termasuk kualitas unggul, mahal, dapat dibanggakan, eksklusivitas, standar keunggulan, asosiasi dengan kekayaan atau kesuksesan (O’cass dan McEwan, 2004). Sebuah merek sebagai fungsi status memiliki nilai simbolis untuk mengungkapkan sinyal status dan karena itu akan mempengaruhi kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium. Dengan demikian : H 4 : Status merek dari produk fashion berpengaruh terhadap kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium. Seperti yang dibahas sebelumnya, sikap konsumen terhadap merek berasal dari pengaruh yang didapat (perasaan), kognisi (keyakinan), atau pengalaman masa lalu (Assael. 2001; Haddock dan Huskinson, 2004). Sikap terhadap merek dikonseptualisasikan sebagai evaluasi dari keseluruhan merek. Konsumen yang memegang sikap positif terhadap merek harus bersedia membayar dengan harga premium untuk merek tertentu. Dengan demikian : 82 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 H 5 : Sikap konsumen pada produk fashion berpengaruh terhadap kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium. Kerangka Penelitian Status Merek H4 H1 Keterlibatan Konsumen Kesediaan untuk membayar dengan harga premium H3 H2 Sikap terhadap merek H5 Gambar 1. Kerangka Penelitian Sumber : O’cass, Aron and Eric Choy. (2008) Metodologi Penelitian Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen, variabel mediasi, dan variabel dependen. Variabel independennya yaitu keterlibatan konsumen pada produk fashion. Variabel mediasinya yaitu status merek dan sikap terhadap merek. Sedangkan variabel dependennya yaitu kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium. Indikator variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pihak pertama. Pada penelitian ini dalam mengumpulkan data menggunakan kuesioner. Kuesioner dibagikan secara langsung kepada remaja yang berusia 18-21 tahun di Yogyakarta. Kuesioner adalah pertanyaan formal secara konsisten terangkai dan tertulis yang ditujukan untuk memperoleh informasi dari responden. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh remaja. Pengertian remaja dalam penelitian ini adalah remaja akhir. Menurut Kartono (1990) Remaja akhir adalah remaja yang sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan kebenariannya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya. Remaja akhir memiliki kisaran 83 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 usia yaitu 18-21 tahun. Keterwakilan populasi oleh sampel terlalu besar maka model menjadi sangat sensitif sehingga sulit untuk mendapatkan goodness of fit yang baik. Untuk itu disarankan ukuran sampel adalah 5-10 kali jumlah variabel manifest (indikator) dari keseluruhan variabel laten (Agusty Ferdinand, 2006). Berdasarkan definisi operasional variabel, jumlah indikatornya (item pertanyaan) penelitian ini adalah 18 indikator. Dengan demikian jumlah sampel adalah : Sampel = 18 x 10 = 180. Jadi sampel minimal yang digunakan dalam model penelitian ini adalah sebanyak 180 sampel. Analisis Data dan Pembahasan Penelitian ini melakukan penyebaran kuesioner sebanyak 180 orang yaitu kepada remaja yang berusia 18-21 tahun di Yogyakarta, jumlah kuesioner yang tidak kembali atau cacat berjumlah 0 dan jumlah kuesioner yang kembali 180. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin remaja berusia 18-21 tahun mayoritas adalah perempuan yaitu sebanyak 99 orang. Berdasarkan umur mayoritas remaja berumur 21 tahun yaitu sebanyak 168 orang. Berdasarkan pekerjaan mayoritas remaja yaitu mahasiswa sebanyak 167 orang. Berdasarkan tingkat pendapatan mayoritas remaja berpendapatan lebih dari Rp. 2000.000 yaitu sebanyak 48 orang. Analisis Deskriptif Deskriptif terhadap Keterlibatan Konsumen Hasil perhitungan nilai rata-rata pada variabel keterlibatan konsumen dapat ditunjukkan pada Tabel II. Tabel II: Penilaian Variabel Keterlibatan Konsumen Item Indikator Mean 1 Saya melakukan keterlibatan tinggi ketika akan membeli 3.84 pakaian 2 Setiap tawaran iklan mengenai pakaian, saya cenderung 3,35 menanggapi untuk membelinya 3 Saya membuat keputusan pembelian ketika akan membeli 3,84 pakaian 4 Saya akan membeli kembali merek pakaian yang saya pilih 3,73 Mean total 3,69 Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Kategori Baik Netral Baik Baik Baik 84 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Deskriptif terhadap Status Merek Hasil perhitungan nilai rata-rata pada variabel status merek dapat ditunjukkan pada Tabel III. Tabel III: Penilaian Variabel Status Merek Indikator Mean Item 1 Saya membeli pakaian berdasarkan nilai prestise dari 3,69 merek pakaian 2 Saya membeli pakaian yang dapat meningkatkan status 3,51 sosial saya 3 Merek pakaian yang saya pilih dapat menggambarkan 3,24 simbol kekayaan bagi saya 4 Saya membeli pakaian yang hanya dimiliki oleh 3,26 kelompok konsumen tertentu 5 Merek pakaian yang saya pakai menggambarkan 3,58 identitas saya Mean total 3,46 Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Kategori Baik Baik Netral Netral Baik Baik 85 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Tabel I: Indikator Variabel Variabel Keterlibatan Konsumen Status Merek Sikap Terhadap Merek Definisi Tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik hingga jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko dan memaksimumkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian. Persepsi konsumen terhadap kualitas, prestise, harga, dan kemampuan merek untuk bertindak sebagai status atau simbol kesuksesan. Indikator Produk Iklan Keputusan Pembelian Pemakaian Kembali Nilai Prestise Dari Merek Dapat Meningkatkan Status Sosial Simbol Kekayaan Hanya dimiliki Oleh Kelompok Konsumen Tertentu Menggambarkan Identitas Pemilik Evaluasi keseluruhan tentang merek yang Suka dilakukan oleh konsumen dan merefleksikan respon konsumen terhadap Positif merek tersebut. Menguntungkan Baik Pernyataan Referensi Saya melakukan keterlibatan tinggi ketika akan membeli pakaian Setiap tawaran iklan mengenai pakaian, saya cenderung menanggapi untuk O’cass membelinya (2000) Saya membuat keputusan pembelian ketika akan membeli pakaian Saya akan membeli kembali merek pakaian yang saya pilih Saya membeli pakaian berdasarkan nilai prestise dari merek pakaian Saya membeli pakaian yang dapat meningkatkan status sosial saya Elliot (1994) Merek pakaian yang saya pilih dapat O’cass dan menggambarkan simbol kekayaan bagi Frost (2002) saya Vigneron Saya membeli pakaian yang hanya dimiliki dan Johnson (1999,2004) oleh kelompok konsumen tertentu Merek pakaian yang saya pakai menggambarkan identitas saya Saya sangat menyukai merek pakaian yang saya pakai Saya menilai positif merek pakaian yang saya pilih Merek pakaian yang saya pakai sangat menguntungkan bagi saya Saya menilai baik merek pakaian yang saya pilih Chang dan Thorson (2004) Escalas (2004) Miniard et al (1991) Myers 86 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 (1967:hal 75) Park dan Young (1986:hal 16) Kesediaan Konsumen Untuk Membayar Dengan Harga Premium Kesediaan konsumen untuk membayar Kualitas yang unggul dengan uang lebih untuk merek lebih dari nilai utilitarian. Mahal Dapat dibanggakan Standar mutu yang baik Asosiasi dengan kesuksesan Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian yang mempunyai kualitas yang unggul Saya bersedia membayar mahal untuk merek pakaian yang saya pilih Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian yang saya pilih karena dapat membuat saya bangga Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian yang mempunyai standar mutu yang baik Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian karena menggambarkan kesuksesan saya O’cass dan Mcewan (2004) 87 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Deskriptif terhadap Sikap Terhadap Merek Hasil perhitungan nilai rata-rata pada variabel sikap terhadap merek dapat ditunjukkan pada Tabel IV : Tabel IV: Penilaian Variabel Sikap Terhadap Merek Item Indikator Mean 1 Saya sangat menyukai merek pakaian yang saya pakai 3,76 2 Saya menilai positif merek pakaian yang saya pilih 3,93 3 Merek pakaian yang saya pakai sangat menguntungkan 3,62 bagi saya 4 Saya menilai baik merek pakaian yang saya pilih 3,67 Mean total 3,74 Sumber : Data Primer yang diolah, 2015 Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Deskriptif terhadap Kesediaan Untuk Membayar Dengan Harga Premium Hasil perhitungan nilai rata-rata pada variabel kesediaan untuk membayar dengan harga premium dapat ditunjukkan pada Tabel V. Tabel V: Penilaian Variabel Kesediaan Untuk Membayar Dengan Harga Premium Item Indikator Mean Kategori 1 Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian 3,72 Baik yang mempunyai kualitas yang unggul 2 Saya bersedia membayar mahal untuk merek pakaian 3,64 Baik yang saya pilih 3 Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian 3,47 Baik yang saya pilih karena dapat membuat saya bangga 4 Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian 3,89 Baik yang mempunyai standar mutu yang baik 5 Saya bersedia membayar lebih untuk merek pakaian 3,42 Baik karena menggambarkan kesuksesan saya Mean Total 3,63 Baik Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Analisis SEM (Structural Equation Model) Analisis SEM (Structural Equation Model) yaitu sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan. Analisis ini dipilih untuk mengetahui pengaruh secara bertahap yaitu pengaruh keterlibatan konsumen pada produk fashion terhadap status merek dan sikap terhadap merek, menganalisis pengaruh status merek terhadap sikap terhadap merek dan kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium serta menjelaskan pengaruh sikap terhadap merek terhadap kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium. Untuk melakukan analisis data dengan metode SEM diperlukan tahap-tahap pengujian yaitu : 88 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Langkah 1 : Pengembangan Model Berdasarkan Teori Penelitian ini mengenai model pengaruh keterlibatan konsumen pada produk fashion terhadap kesediaan membayar dengan harga premium melalui status merek dan sikap terhadap merek. Langkah 2 : Menyusun Diagram Alur (path Diagram) Dalam penelitian Konstruk-konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu konstruk eksogen terdiri dari variabel keterlibatan konsumen pada produk fashion dan konstruk endogen adalah kesediaan membayar dengan harga premium melalui status merek dan sikap terhadap merek. Diagram alur pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 2. Diagram Alur Persamaan yang diperoleh dari diagram alur diatas yaitu : SM = 0,578 KK BA = 0,449 KK + 0,525 SM KM = 0,370 SM + 0,548 BA Langkah 3 : Memilih Matriks Input dan Teknik Estimasi Matriks kovarian digunakan karena SEM memiliki keunggulan dalam menyajikan perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda atau sampel yang berbeda, yang tidak dapat disajikan oleh korelasi. Adapun matrik kovarians dapat ditunjukkan pada Tabel VI : 89 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Tabel VI: Sampel Covariance Estimate KM KM KM KM KM BA1 5 4 3 2 1 KM5 .966 KM4 .319 .688 KM3 .634 .364 .827 KM2 .319 .288 .426 .797 KM1 .367 .380 .415 .461 .845 BA1 .284 .218 .263 .214 .234 .582 BA2 .225 .148 .201 .135 .147 .233 BA3 .340 .207 .381 .234 .205 .203 BA4 .172 .186 .227 .087 .203 .138 BS5 .559 .348 .552 .344 .334 .334 BS4 .542 .356 .557 .265 .299 .255 BS3 .608 .288 .568 .410 .335 .342 BS2 .559 .267 .517 .299 .329 .321 BS1 .504 .327 .486 .254 .291 .281 KK1 .216 .116 .212 .233 .185 .124 KK2 .269 .150 .274 .215 .158 .117 KK3 .174 .199 .193 .258 .250 .128 KK4 .290 .204 .348 .265 .231 .175 Sumber : Data primer yang diolah, 2015 BA2 BA3 BA4 BS5 .489 .195 .187 .281 .213 .162 .209 .228 .078 .175 .133 .147 .487 .219 .239 .258 .227 .231 .055 .154 .119 .168 .625 .197 .324 .381 .327 .349 .364 .146 .223 .166 .281 BS4 BS3 BS2 BS1 KK1 KK2 KK3 KK4 .965 .701 1.201 .802 .793 1.318 .611 .687 .849 .509 .624 .676 .130 .168 .171 .335 .388 .448 .194 .136 .167 .283 .340 .287 1.039 .680 .212 .323 .187 .307 .970 .229 .376 .222 .339 .631 .182 .230 .247 .650 .168 .293 .635 .263 .573 Langkah selanjutnya setelah menyusun sampel kovarian sebagai mana tampak pada tabel diatas adalah menentukan teknik estimasi. Teknik estimasi yang akan digunakan adalah maximum likehood method karena jumlah sampel yang digunakan berkisar antara 100 – 200. Teknik ini dilakukan secara bertahap yakni estimasi measurement model dengan teknik confimatory factor analysis dan structural equation model, yang dimaksudkan untuk melihat kesesuaian model dan hubungan kausalitas yang dibangun. Hasil confirmatory factor analysis dan Structural Equation Model dapat ditunjukkan pada Tabel VII . 90 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Tabel VII: Confirmatory Factor Analisis dan SEM Estimate Status_Merek <--- Keterlibatan_Konsumen .578 Sikap_Merek <--- Keterlibatan_Konsumen .449 Sikap_Merek <--- Status_Merek .525 Kesediaan_Membayar <--- Sikap_Merek .548 Kesediaan_Membayar <--- Status_Merek .370 KK4 <--- Keterlibatan_Konsumen .845 KK3 <--- Keterlibatan_Konsumen .515 KK2 <--- Keterlibatan_Konsumen .574 KK1 <--- Keterlibatan_Konsumen .503 BS1 <--- Status_Merek .793 BS2 <--- Status_Merek .826 BS3 <--- Status_Merek .791 BS4 <--- Status_Merek .749 BS5 <--- Status_Merek .871 BA4 <--- Sikap_Merek .514 BA3 <--- Sikap_Merek .686 BA2 <--- Sikap_Merek .501 BA1 <--- Sikap_Merek .538 KM1 <--- Kesediaan_Membayar .559 KM2 <--- Kesediaan_Membayar .559 KM3 <--- Kesediaan_Membayar .894 KM4 <--- Kesediaan_Membayar .557 KM5 <--- Kesediaan_Membayar Sumber : Data primer yang diolah, 2015 .778 Hasil confirmatory factor analysis ditunjukkan dari estimasi pada indikator KK4 sampai dengan KM5, dimana seluruh loading faktor memiliki angka diatas 0,5, sehingga seluruh indikator secara signifikan secara faktor. Sementara hasil Structural Equation Model yang menguji model hipotesis ditunjukkan pada nilai estimasi masing-masing hubungan causalitas antar construk dengan nilai kisaran atara 0,370 – 0,578. Langkah 4 : Menilai Problem Identifikasi Langkah ini dilakukan dengan modifiasi model seperti tertera dalam Tabel VIII : 91 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Tabel VIII: Hasil Modifikasi Model M.I. Par Change e15 <--> e18 6.278 -.086 e10 <--> z1 5.153 .071 13 <--> e18 5.301 -.070 13 <--> e11 8.578 .076 e7 <--> e15 5.693 .078 e2 <--> e10 4.876 -.067 Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Pada kovarian e13 dengan e11 diperoleh M.I sebesar 8,578, maka dengan menambahkan kovarian pada gambar model, akan menurunkan Chi Square sebesar 8,578. Dengan langkah ini diharapkan model yang kurang baik dapat diperbaiki dengan modifikasi model ini. Langkah 5 : Evaluasi Goodness Of Fit Berikut ini goodness of fit index yang dihasilkan setelah pengujian : Tabel IX: Goodness Of Fit Index Goodness of Fit Index Cut Off Value Hasil Likelihood Chi Square 143,24 132,928 Probability ≥0,05 0,149 CMIN/DF ≤3 1,136 RMSEA ≤0,08 0,028 GFI >0,9 0,927 AGFI >0,9 0,894 TLI ≥0,9 0,986 CFI >0.9 0,989 Sumber : Data primer yang dioleh, 2015 Kriteria Baik Baik Baik Baik Baik Marginal Baik Baik Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa semua konstruk yang digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis full model SEM memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan. Ukuran goodness of fit yang menunjukkan kondisi yang fit hal ini disebabkan oleh angka Chi-square sebesar 132,928 yang lebih kecil dari cut-off value (Chi Square Tabel dengan DF=117) yang ditetapkan (143,24) dengan nilai probability 0,149 atau diatas 0,05, nilai ini menunjukkan tidak adanya perbedaan antara matriks kovarian sample dengan matriks kovarian populasi yang diestimasi. Ukuran goodness of fit lain juga menunjukkan pada kondisi yang baik yaitu TLI (0,986>0,9); CFI (0,989>0,9); CMIN/DF (1,136<3); RMSEA (0,028<0,08); GFI (0,927>0,9) telah memenuhi kriteria goodness of fit, dan hanya parameter AGFI sebesar 0,894<0,9, termasuk dalam kriteria marginal . Langkah 6 : Interprestasi dan Modifikasi Model Hipotesis penelitian dilakukan uji satu sisi, karena hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen dihipotesiskan berpengaruh positif. Untuk mengetahui apakah hipotesis didukung oleh data atau tidak, maka nilai probabilitas dari Critical Ratio (C.R) dibandingkan dengan α = 5%. Apabila Stdanardized Koefisien parameter bernilai 92 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 positif dan nilai probabilitas dari Critical Ratio (C.R) kurang dari α= 5%, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian didukung oleh data (terbukti secara signifikan). Hasil pengujian terhadap model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3. Hasil Model Penelitian Hasil uji hipotesis yang merupakan uji hubungan kausalitas dari masing-masing variabel penelitian sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini : Tabel X: Hasil Estimasi dengan Model AMOS Standard Sig (pHipotesis Hubungan Antara Variabel Koefisien value) Keterlibatan konsumen pada H1 produk fashion Status merek 0.578 0.000 Keterlibatan konsumen pada produk H2 fashion Sikap terhadap merek 0.449 0.000 Status merek Sikap terhadap H3 merek 0.525 0.000 Status merek Kesediaan untuk H4 membayar dengan harga premium 0.370 0.006 Sikap terhadap merek Kesediaan untuk membayar dengan harga H5 premium 0.548 0.001 Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Keterangan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Hasil pengujian SEM diketahui bahwa koefisien jalur keterlibatan konsumen terhadap status merek dari produk fashion adalah sebesar 0,578. Hasil uji signifikannya menemukan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,000<0,05, berarti keterlibatan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap status dari produk fashion. Berdasarkan model persamaan tersebut maka dapat jelaskan bahwa koefisien jalur keterlibatan konsumen terhadap sikap konsumen terhadap merek adalah sebesar 0,449. Hasil 93 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 uji signifikannya menemukan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,000<0,05, berarti keterlibatan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap konsumen terhadap merek. Hasil koefisien jalur status merek dari produk fashion terhadap sikap konsumen terhadap merek adalah sebesar 0.525. Hasil uji signifikanya menemukan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,000<0,05, berarti status merek dari produk fashion berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap konsumen terhadap merek. Hasil koefisien jalur status merek dari produk fashion terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium adalah sebesar 0,370. Hasil uji signifikanya menemukan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,006<0,05, berarti status merek dari produk fashion berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium. Hasil koefisien jalur sikap konsumen terhadap merek terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium adalah sebesar 0,548. Hasil uji signifikanya menemukan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,001<0,05, berarti sikap konsumen terhadap merek berpengaruh signifikan terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium. Tabel XI: Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, dan Pengaruh Total Pengaruh Tidak Pengaruh Langsung Langsung Pengaruh Total BS BA KM BS BA KM BS BA KM KK 0.578 0.449 0.000 0.304 0.626 0.578 0.753 0.626 BS 0.525 0.370 0.287 0.525 0.657 BA 0.548 0.548 Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Ket : KK: Keterlibatan konsumen; BS: Brand Status; BA: Brand Attitute ; KM: Kesediaan untuk membayar dengan harga premium Berdasarkan Tabel X tentang pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total dapat diketahui bahwa: Pengaruh langsung Pengaruh tidak langsung : KK : KK BA : 0,449 BA : 0,304 Dengan demikian dapat diketahui bahwa pengaruh langsung dengan pengaruh tidak langsung keterlibatan konsumen terhadap sikap konsumen terhadap merek menunjukkan bahwa pengaruh langsung lebih tinggi dibandingkan pengaruh tidak langsung. Ini dibuktikan dengan besarnya pengaruh langsung sebesar 0,449, sedangkan pengaruh tidak langsung sebesar 0,304. Kemudian pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung status merek terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium menunjukkan bahwa pengaruh langsung lebih tinggi dibandingkan pengaruh tidak langsung. Ini dibuktikan dengan besarnya pengaruh langsung sebesar 0,370, sedangkan pengaruh tidak langsung sebesar 0,287. 94 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Penutup Kesimpulan Terdapat pengaruh positif dan signifikan keterlibatan konsumen terhadap status merek dan sikap konsumen terhadap merek. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat keterlibatan konsumen maka status merek yang dirasakan dan sikap konsumen pada produk fashion semakin meningkat. Kemudian terdapat juga pengaruh positif dan signifikan status merek dan sikap konsumen terhadap merek terhadap kesediaan untuk membayar dengan harga premium. Hal ini berarti semakin tinggi status merek yang dirasakan dan sikap konsumen maka kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga premium semakin meningkat. Saran Produsen pakaian bermerek harus mampu membentuk image atau citra di masyarakat bahwa merek produk fashion merupakan merek produk pakaian yang berkelas, memiliki kualitas bagus dan harga yang cenderung mahal, sehingga mampu meningkatkan citra diri dari pemakainya dan yang mempunyai merek produk fashion tersebut dapat menjadikan simbol kekayaan bagi dirinya. Daftar Pustaka Aaker, David A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a Brand Name. New York. The Free Press. 1996, Building Strong Brands. New York. The Free Press. Assael, H. (2001), Consumer Behavior and Marketing Action, Singapore :Thomson Learning Del Rı´o, A.B., Va´zquez, R. and Iglesias, V. (2001), The Role of The Brand Name in Obtaining Differential Advantages. Journal of Product & Brand Management, 10 (7), pp: 452-65. Elliott, R. (1994), Exploring The Symbolic Meaning of Brands. British Journal of Management, 5 (2), pp: S13-S19. Ferdinand, Augusty. (2006), Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen, Edisi 4, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Haddock, G. and Maio, G.R. (2004), Introduction and Overview. in Haddock, G. and Maio, G.R. (Eds), Contemporary Perspectives on The Psychology of Attitudes, Psychology Press, Hove. Johar, J.S. and Sirgy, M.J. (1991), Value-Expressive Versus Utilitarian Advertising Appeals: When and Why To Use Which Appeal. Journal of Advertising, 20 (3), pp: 23-33. Mittal, B. (1989), Measuring Purchase-Decision Involvement. Psychology and Marketing, 6 (2), pp: 147-62. 95 Dani Rizqi Rakhman Budi Astuti Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Netemeyer, R.G., Krishnan, B., Pullig, C., Wang, G.P., Yagci, M., Dean, D., Ricks, J. And Wirth, F. (2004), Developing and Validating Measures of Facets of Customer-Based Brand Equity. Journal of Business Research, 57 (2), pp: 209-14. O’cass, Aron and Eric Choy. (2008), Studying Chinese Generation Y Consumers Involvement in Fashion Clothing and Perceived Brand Status, Journal of Product and Brand Management, Vol.17, No. 5, 341-352. O’Cass, A. (2000), An Assessment of Consumers Product, Purchase Decision, Advertising and Consumption Involvement in Fashion Clothing. Journal of Economic Psychology, 21, pp: 545-76. O’Cass, A. and Frost, H. (2002), Status Brands: Examining The Effects of Non-productRelated Brand Associations on Status and Conspicuous Consumption. The Journal of Product & Brand Management, 11 (2), pp: 67-86. O’Cass, A. and McEwen, H. (2004), “Exploring Consumer Status and Conspicuous Consumption”, Journal of Consumer Behaviour, Vol. 4 No. 1, pp. 25-39. Slama, M.E. and Tashchian, A. (1985), Selected Socioeconomic and Demographic Characteristics Associated With Purchasing Involvement. Journal of Marketing, 49 (4), pp: 72-82. Van Kempen, L. (2004), Are The Poor Willing To Pay a Premium For Designer Labels? A Field Experiment in Bolivia. Oxford Development Studies, 32 (2), pp: 205-24. Vigneron, F. and Johnson, L.W. (2004), Measuring Perceptions of Brand Luxury. The Journal of Brand Management, 11 (6), pp: 484-506. Wu, C. and Hsing, S.S. (2006), Less Is More: How Scarcity Influences Consumers’ Value Perceptions and Purchase Intents Through Mediating Variables. Journal of American Academy of Business, 9 (2), pp: 125-32. 96 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PEMEGANGAN KAS DIPERUSAHAAN Ajeng Andriani Hapsari Fakultas Bisnis dan Manajemen UNIVERSITAS WIDYATAMA [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beberapa faktor pemegangan kas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2009-2013. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertipe deskriptif dan verifikatif dengan teknik purposive sampel. Metode pengumpulan data menggunakan model data panel. Hasil yang diperoleh adalah ukuran perusahaan, growth opportunity, cash flow dan capital expenditure berpengaruh positif tetapi tidak signifikan pada pemegangan kas perusahaan. Sementara itu, leverage dan dividen berpengaruh negative dan tidak signifikan pada pemegangan kas perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa net working capital dan return on asset yang berpengaruh positif dan signifikan pada pemegangan kas perusahaan. Kata Kunci : Cash Holding, BUMN, Data Panel,Purposive Sample Pendahuluan Beberapa tahun terakhir ini, cash holding menjadi perhatian bagi beberapa peneliti. Menurut Teruel et. al., (2009) Cash holding merupakan rasio kas dan setara kas dibagi dengan aktiva bersih atau merupakan uang tunai yang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas operasional sehari-hari serta dapat pula digunakan untuk beberapa hal yaitu dibagikan kepada para pemegang saham (shareholder) sebagai dividen kas, membeli saham pada saat diperlukan dan untuk keperluan mendadak lainnya Perusahaan memegang kas sebagai senjata untuk mendapatkan kesempatan berinvestasi dimasa depan ketika peminjaman dana di capital market sangat costly (mahal dan merugikan) (Damodaran, 2005). Bagi perusahaan yang memiliki pendapatan yang rendah tetapi mempunyai tingkat utang yang tinggi akan sangat rawan terhadap risiko tentunya akan memilih kas sebagai salah satu upaya bertahan. Menurut Keynes (1936) terdapat tiga motif dalam memiliki kas. Yang pertama motif transaksi, yaitu ketika kas disiapkan oleh perusahaan untuk membayar berbagai transaksi bisnisnya. Kedua motif berjaga-jaga, yang dimaksud disini adalah mempertahankan saldo kas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak terduga. Dan yang ketiga, motif spekulasi yang dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan dengan mempunyai ataupun memiliki kas kedalam bentuk investasi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Mulligan (1997) bahwa motif transaksi ini berdasaran aktivitas perusahaan, teknologi yang digunakan dan opportunity cost atau biaya peluang yang timbul karena memilih sebuah kegiatan bisnis tertentu dibanding kegiatan bisnis yang lain. Di Indonesia, perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bisa dibedakan dari kepemilikan penanaman modalnya. Dari 505 perusahaan yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia, 20 perusahaan merupakan perusahaan yang modalnya dimiliki oleh Warga 97 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 Negara Indonesia atau Perseroan BUMN yang telah Go Public yaitu sebagian modalnya telah dimiliki Publik dengan jalan membeli jalan lewat pasar modal (Capital Market) melalui bursa-bursa saham yang pernyertaannya secara langsung berasal dari Kekayaan Negara sehingga harus sangat hati-hati sekali didalam pengelolaannya. Keseluruhan total BUMN yang ada di Indonesia ada 142 perusahaan dan hanya 20 perusahaan yang menyetor dividen ke kas Negara (Sumber: financial.bisnis.com). Total kapitalisasi saham per 28 November 2014 yang ada di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar Rp. 5.139.705.412.088.700,- dari data tersebut sebanyak 26.206% atau sebesar Rp. 1.346.928.644.234.090 dimiliki oleh perusahaan BUMN dengan saham tercatat sebanyak 316.138.719.250. Walaupun kepemilikan pemerintah hanya sebesar 0,0396% dari total jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa efek, tetapi kapitalisasi pasarnya bisa mencapai 26,206% naik dari tahun sebelumnya per Desember 2013 yang hanya mencapai Rp. 68,45 trilliun atau sebesar 22,95% atau mengalami kenaikan sebesar 3,256% dari tahun sebelumnya. Dikarenakan sebagai perusahaan BUMN yang merupakan sebuah perusahaan dengan ukuran besar, umumnya tidak akan mengeluarkan biaya sewaktu-waktu (arbittarily) sepanjang tahun. Karena capex merupakan alokasi yang direncanakan (dalam budget) untuk pembelian/perbaikan/pernggantian segala sesuatu yang dikategorikan sebagai asset perusahaan secara akuntansi. Tidak semua perusahaan menggunakan Capital Expenditure hanya perusahaan yang memiliki basis konsumen jangka panjang maupun jangka pendek (yang stabil) serta menggunakan modal dalam jumlah besar. Bagi perusahaan BUMN yang merupakan badan usaha yang bergerak hampir diseluruh aspek ekonomi tidak terkecuali menghadapi risiko yang sama dalam persaingan global ini untuk turut meningkatkan asset yang likuid seperti kas. Beberapa BUMN menggunakan jasa perbankan dengan menggunakan cash management. Salah satu motif transaksi ini adalah menjelaskan bahwa perusahaan memegang asset likuid dengan tujuan menghemat biaya konversi ke dalam bentuk kas. Sehingga bila terjadi kebutuhan darurat, perusahaan dapat dengan segera memenuhinya. Kas juga dikumpulkan untuk tujuan strategis sehingga perusahaan dapat dengan cepat menyebarkan dana untuk lebih dahulu memulai kompetisi (Baskin, 1987) dan juga untuk menghindari risiko predator pada industry yang terkonsentrasi. Melihat fenomena yang terdapat pada latar belakang penelitian, akan sangat menarik jika dapat menemukan jawaban empiris factor-faktor apa saja yang mempengaruhi Corporate Cash Holding didalam perusahaan BUMN. Kajian Pustaka Menurut Weygant et al. (2007) kas, merupakan bagian dari asset lancar yang paling likuid dan tidak membutuhkan waktu konversi dan batasan waktu untuk digunakan. Ada empat hal yang biasanya menjadi perusahaan dalam memegang kas, yakni: 1. Motif Transaksi, 2. Motif berjaga-jaga, 3. Motif Pajak, 4. Motif Agensi. Baumol (1952) serta Miller dan Orr (1966) didalam penelitiannya menyatakan bahwa jumlah permintaan kas yang optimal memperhitungkan biaya transaksi konversi asset non finansial menjadi kas untuk pembayaran. Opler, Pinkowitz, Stulz dan Williamson (1999) memaparkan bahwa perusahaan dengan arus kas beresiko dan tidak memiliki pendanaan eksternal akan cenderung memegang kas dalam jumlah besar untuk berjaga-jaga. 98 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 Trade Off Theory Teori trade off merupakan teori yang mengemukakan bahwa perusahaan akan memaksimalkan nilai perusahaan berdasarkan pertimbangan akan biaya dan keuntungan dari memegang kas. Seperti yang dituliskan dalam Kim et al, 1998; Opler et al, 1997; Bruinshoofd and Kool, 2002 bahwa manajer akan menentukan tingkat pemegangan kas yang optimum dengan mempertimbangkan antara benefit dan cost dari pemegangan kas. Pecking Order Theory Teori Pecking Order mengemukakan adanya urutan atau hierarki sumber dana dalam pembuatan keputusan pembiayaan perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa ada hierarki bagi perusahaan dalam melakukan pembiayaan atas proyeknya. Perusahaan memiliki preferensi untuk menggunakan pembiayaan internal dibandngkan dengan pembiayaan dari luar perusahaan (debt dan equity). Jika pembiayaan dari luar dibutuhkan untuk mendanai proyek, maka terlebih dahulu akan dipilih instrument pembiayaan hutang yang paling aman (low risk debt), kemudian instrument hutang yang memiliki risiko yang lebih tinggi (high risk debt) dan pembiayaan ekuitas sebagai opsi terakhir karena memiliki biaya (cost of capital) yang paling besar dibandingkan dengan ketiga opsi sebelumnya. Keberadaan Asymmetric Information diantara manajer/perusahaan dan investor (Principal & Agent) membuat pembiayaan eksternal, terutama pembiayaan ekuitas mempunyai biaya yang lebih besar. Signalling Theory Teori ini dikembangkan oleh Ross (1977) dan peneliti lain dari struktur modal perusahaan berdasarkan asymmetric information antara well-informed manager dan poorlyinformed shareholders (Meggison, 1997). Pada model ini, pimpinan dari perusahaan yang memiliki prospek yang baik akan menginformasikan keadaan perusahaannya kepada investor dengan harapan nilai harga sahammnya meningkat. Akan tetapi, dengan adanya assymetric information, pimpinan tidak langsung percaya begitu saja karena pimpinan memiliki insentif akan pengumuman informasi atau proyek investasi tersebut. Selain itu, pimpinan perusahaan lain yang mempunyai prospek perusahaan yang buruk juga memiliki kesempatan yang sama untuk berbuat demikian agar nilai atau harga sahamnya naik. Oleh karena adanya ambiguitas akan kebenaran informasi tersebut, para investor cenderung memberikan nilai atau harga yang relative rendah pada semua perusahaan, termasuk perusahaan yang memiliki prospek yang bagus. Teori Agensi (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Principal adalah pemegang saham, sedangkan yang dimaksud dengan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. 99 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 Free Cash Flow Theory Free cash flow didefinisikan sebagai kelebihan kas dari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendananai proyek-proyek yang memiliki Net Present value positif dan tidak dibayarkan dalam bentuk dividen. Agency Cost of Free Cash Flow terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan pihak pemegang saham. Dimana para pemegang saham (Principal) menginginkan kelebihan kas tersebut untuk didistribusikan dalam bentuk dividen, sementara pihak manajemen (agent) lebih menginginkan untuk menahan kas bebas tersebut untuk keperluan pendanaan proyek-proyek sesuai dengan pecking order theory, dimana manajemen lebih mangutamakan untuk menggunakan pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal. Risk-Reduction Theory Manajer perusahaan yang risk averse, akan meningkatkan cash holding mereka untuk mengurangi eksposur risiko. Liu dan Mauer (2010) mengungkapkan pada penelitiannya tentang Bondholder dan Cost of external financing bahwa ketika risiko meningkat, bondholder akan mensyaratkan peningkatan cadangan kas perusahaan untuk menghindari risiko. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Dengan data sekunder yang didapat dari studi pustaka dan studi lapangan. Dengan purposive sampling yang merupakan salah satu metode non probability sampling perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 dengan menggunakan metode data panel. Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Definisi Operasional Pengukuran Variabel Dependent Variable Kas ditangan atau tersedia Corporate untuk diinvestasikan pada asset Cash Holding fisik dan untuk dibagikan (CH) kepada investor Independent Variable Dengan adanya ukuran perusahaan, diharapkan dapat menunjukan besar kecilnya Firm Size suatu perusahaan dengan (SIZE) melihat dari besarnya total asset. Cash Flow (CF) Arus kas masuk operasi dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas v Skala Cash & cash equivalents/(Book value of assets – cash and equivalents) Rasio Ln Total Assets Rasio Cash flow from operations/total assets Rasio 100 Ajeng Andriani Hapsari Merupakan perbagian antara Net Working asset lancar dan kewajiban Capital (NWC) lancar dengan total asset Leverage (LEV) Capital Expenditure (CAPEX) Menunjukan penggunaan hutang dalam rangka pembiayaan perusahaan yang berasal dari luar. Sering dikenal juga dengan nama belanja modal yang merupakan pengeluaran perusahaan untuk mendapatkan asset tetap. Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 (Current Assets - Current Liabilities)/Total Assets Rasio Total Debt/Total Assets Rasio Additions Fixed Asset/total Asset Rasio Rasio Market To Book (MTB) Merupakan kesempatan bertumbuh perusahaan (growth opportunity) (Book value of Assets Book value of Equity+Market value of Equity)/Book Value of Assets Return on Asset (ROA) Merupakan atribut dari Profitabilitas, diproksikan dengan mengukur S kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan asset (Kashmir, 2003) Measured as ratio of Operating Profit / Net total Assets Rasio Bernilai 1 jika perusahaan membayar dividen dan 0 jika perusahaan tidak membayar dividen Rasio Dividen (DIV) Besaran laba akan dikelola untuk menjadi hak para pemegang saham. Sumber dan Cara Penentuan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data yang diterbitkan dan digunakan oleh organisasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi dengan mengumpulkan data yang sesuai dengan keperluan penelitian dari sumber data sekunder yang tersedia, baik dengan metode studi pustaka dan juga dengan studi lapangan. Populasi dan sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling yaitu salah satu teknik Non Probability Sampling. Melalui teknik Purposive Sampling, maka proses pemilihan sampel didalam penelitian ini digambarkan pada tabel sebagai berikut: 101 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 Table 2. Proses Penentuan Sampel Kriteria Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI Perusahaan BUMN yang baru terdaftar di BEI periode 2009-2013, antara lain: 1. PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, tanggal IPO 09 Februari 2010 2. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, tanggal IPO 10 November 2010 3. PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Tanggal IPO 11 Februari 2011 4. PT. Waskita Karya (Persero) Tbk, Tanggal IPO 19 Desember 2012 5. PT. Semen Batu Raja (Persero) Tbk, Tanggal IPO 29 September 2013 Bukan perusahaan yang bergerak dalam sektor Keuangan, baik Perbankan maupun Non perbankan. Terdapat 4 bank BUMN yang terdaftar di BEI diantaranya Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, dan bank Mandiri Jumlah Perusahaan 20 (5) (4) 11 Metode Pengumpulan Data Data sekunder yang dikumpulkan berupa data publikasi laporan keuangan perusahaaan dan Annual Report perusahaan BUMN yang menjadi sampel penelitian periode tahun 2009-2013. Sesuai karakteristiknya, data variabel yang digunakan pada penelitian ini merupakan data gabungan dari Cross Section dan Time Series yaitu Pooled Data (Data Panel). Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Corporate Cash Holding (CH) pada perusahaan BUMN periode tahun 2009-2013 pada penelitian ini digunakan model penelitian Regresi berganda (multiple regression) untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka akan dilakukan regresi terhadap variabel dependen dan variable independen dengan model regresi sebagai berikut: CHi,t = α + β1SIZEi,t + β2MTBi,t + β3CFi,t + β4NWCi,t + β5LEVi,t + β6CAPEXi,t + β7ROAi,t + β8DIVi,t + ε………………………………..(1) Keterangan: CHi,t α = Corporate Cash Holding perusahaan i pada periode t = Koefisien konstanta 102 Ajeng Andriani Hapsari β1-9 SIZEi,t MTBi,t CFi,t NWCi,t LEVi,t CAPEXi,t ROAi,t DIVi,t ε Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 = Koefisien regresi variabel = Logaritma Natural ukuran Perusahaan i pada periode t = Market to Book Ratio perusahaan i pada periode t = Cash Flow (aliran kas) perusahaan i pada periode t = Net Working Capital perusahaan i pada periode t = Leverage (tingkat utang) perusahaan i pada periode t = Capital Expenditure perusahaan i pada periode t = Return on Assets perusahaan i pada periode t = Dummy Variabel Dividen perusahaan i pada periode t = error Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran umum sampel penelitian yang telah dikumpulkan dalam kondisi sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum dan geralisasi. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011). Uji Normalitas Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui uji t hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan terdistribusi dengan normal. Ada 2 metode untuk uji normalitas yaitu: 1. Histogram Residual 2. Uji Jarque-Bera Uji Hipotesis Pengujian hipotesis terhadap penelitian ditinjau dari Goodness of Fit-nya. Dari segi statistik, Goodness of Fit bisa ditinjau dari koefisien determinasi (R2), uji variabel penjelas secara individual (t-statistik) dan uji variabel penjelas secara bersama-sama (F-statistik). Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat dalam persamaan/model yang akan diteliti. Bila nilai R2 =0, artinya variasi dari variabel terikat tidak dapat diterangkan sama sekali oleh variabel bebas. Sementara apabila R2 = 1, artinya variasi dari variabel terikatnya dapat dijelaskan 100% oleh variabel bebas. Dalam analisis koefisien determinasi, dilakukan pula analisis koefisien korelasi yang digunakan untuk mengetahui apakah diantara dua variabel terdapat hubungan. Jika terdapat hubungan, harus diketahui bagaimana arahnya dan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan diantara dua variabel maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak dan sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ha diterima. Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui derajat atau tingkat 103 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 keeratan hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen. Dari hasil perhitungan tersebut berlaku ketentuan: Positif (+) : Menunjukan hubungan yang searah antara kedua variabel Negatif (-) : Menunjukan hubungan yang berlawanan arah antara kedua variabel Uji Signifikansi (F-Test) Uji statistik F atau Overall Significance test ini pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011). Hipotesis gabungan ini dapat diuji dengan Analysis of Variance (ANOVA). H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = β8 = 0 Artinya: tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam hal ini semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Maka jika diterapkan pada penelitian ini adalah tidak satupun dari SIZE, Cash Flow, Net Working Capital, Leverage, Capital Expenditure, Market to Book Ratio, Return on Assets, dan dividen berpengaruh terhadap Corporate Cash Holding. H1 : minimal ada salah satu βi ≠ 0 Artinya: terdapat pengaruh secara bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis menggunakan statistik F, dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Suatu model dianggap signifikan jika nilai probabilitas F hitung < 5% karena itu nilainya semakin baik jika semakin rendah. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam rangka menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Uji t digunakan untuk melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan mengasumsikan variabel bebas lainnya konstan (Pratomo, 2009). Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 3.Data Analisis Deskriptif MeanMedian Max Min Std CH (Y) SIZE 0.2981 13.0198 0.1 1 13 14.10704 0.0 11 0.3 0.5 MTB 2.0659 1.5 8.114397 0.1 1 104 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 CF 0.16578 0.1 1.210198 0.0 0.1 NWC LEV 0.2630 0.33371 0.2 0.668742 -0 0.0 0.1 0.2 CAPEX ROA 0.0123 0.16140 0.0 0.234429 0.458758 -0 0.0 0.1 0.1 DIV 0.7272 0.4 Tabel diatas adalah statistic deskriptif yang menggambarkan profil data sampel yang meliputi rata-rata (mean), nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maximum), dan simpangan barku (standard deviation Uji Normalitas Uji normalitas yang dilakukan adalah Uji Jarque-Bera yang merupakan uji statistik untuk mengetahui apakah data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Chi Squares yang digunakan adalah dengan α = 5% dan df = 2 yaitu sebesar 5.9915 (pada tabel distribusi Chi Squares). Skewness CH 2.536399 SIZE -0.155768 MTB 1.627705 CF 3.820413 NWC 0.033027 LEV 0.850322 CAPEX -3.32563 ROA 0.787841 DIV -1.020621 Table 4 Uji Normalitas Jarque-Bera JarqueKurtosis Distribusi Probability Hipotesis Bera 9.070798 143.4305 Tdk normal 2.692024 0.439779 Gagal tolak Normal 0.802608 H0 6.406242 50.8754 Tdk 0 Tolak H0 normal 23.1688 1065.998 Tdk 0 Tolak H0 normal 2.09406 1.89083 Gagal tolak Normal 0.388518 H0 2.942958 6.635396 Tdk 0.036236 Tolak H0 normal 17.82211 604.8495 Tdk 0 Tolak H0 normal 3.059298 5.697744 Gagal tolak Normal 0.05791 H0 2.041667 11.65328 Tdk 0.002948 Tolak H0 normal Dari tabel uji Normalitas JB, dapat kita ketahui bahwa terdapat 3 variabel yang normal dan gagal tolak Ho yaitu SIZE, NWC, dan ROA. Karena nilai probabilitas yang kecil cenderung mengarahkan pada penolakan hipotesis nol distribusi normal. Selain ketiga 105 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 data tersebut datanya terdistribusikan tidak normal dan menolak H0 yaitu pada variabelvariabel MTB, CF, LEV, CAPEX dan DIV. Hal ini disebabkan selain karena nilai JarqueBera nya > dari distribusi X2 dengan df=2 yaitu 5.9915, juga mempunyai nilai probability kurang dari 5% sehingga menyebabkan terjadinya penolakan H0. Pemilihan Metode Estimasi Uji Chow Pengujian Chow dilakukan untuk memilih model yang terbaik antara metode Pooled Least Square (PLS) dengan metode Fixed Effect (FEM) atau metode efek tetap. Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai F-statistics lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% maka H0 ditolak. Nilai probabilitas F-statistics model adalah 0.0000 dengan demikian metode data panel Fixed Effect Method (FEM) lebih baik apabila dibandingkan dengan metode Pooled Least Square. Uji Hausman Table 6.Hasil Uji Hausman Test Summary Chi-Sq. d.f. Cross-section random Dalam pengujian Hausman ini, nilai yang harus diperhatikan adalah nilai probabilitas dari Chi Square dengan Degree of Freedom sebanyak k dimana k adalah jumlah variabel independen. Pada tabel hasil olah statistik menggunakan Eviews diperlihatkan bahwa probabilitas Chi Square sebesar 0.4604 maka, Hasil pengujian tersebut tidak signifikan dikarenakan p-value lebih dari 5%, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Oleh karena itu, model yang baik untuk penelitian ini adalah mengikuti Random Effect. 106 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 Hasil Pengujian Model Regresi Data Panel Table 7. Estimasi Data Panel dengan Model Random Effect Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C SIZE MTB CF NWC LEV CAPEX ROA DIV -1.594841 0.114467 0.017456 0.069931 0.977528 -0.094767 0.043728 1.110913 -0.069281 1.556325 0.117711 0.01594 0.096041 0.181339 0.100288 0.138161 0.288819 0.042161 -1.024748 0.972441 1.095099 0.728139 5.390622 -0.944955 0.316497 3.846402 -1.64323 Effects Specification Cross-section random Idiosyncratic random 0.209327 0.093462 Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) 0.693613 0.640329 0.093186 13.01713 Mean dependent Var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat 0.058385 0.155381 0.399445 1.151058 Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid 0.536101 2.473778 Mean dependent Var 0.298173 Durbin-Watson stat 0.185863 Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews7 Intercep © -1.594841 merupakan nilai rata-rata dari komponen kesalahan random (random error component). Nilai random effect ini menunjukan seberapa besar perbedaan komponen kesalahan random sebuah perusahaan terhadap nilai intersep semua perusahaan (rata-rata). Informasi lain dari hasil analisis regresi yang ditampilkan adalah: 107 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 R-squared = 0.693613; menunjukkan kemampuan model, variabel independen mampun menjelaskan pengaruhnya sebanyak 69.36% terhadap variabel dependen penelitian. Adjusted R-squared = 0.640329; merupakan nilai R2 yang sudah disesuaikan. Semakin banyak variabel independen yang dimasukkan kedalam persamaan akan memperkecil nilai ini. S.E. of Regression = 0.093186; merupakan standar eror dari persamaan regresi. Pada penelitian ini standar eror persamaan regresinya cukup rendah yaitu sebesar 9.31%. Sum squared residual = 0.399445; merupakan jumlah dari nilai residual kuadrat pada penelitian. Durbin-watson stat = 1.151058; nilai uji Durbin Watson (DW) yang digunakan untuk mengetahui apakah ada autokorelasi atau tidak (hubungan antar residual) Mean dependent var = 0.058385; nilai rata-rata variabel dependen dalam hal ini adalah corporate cash holding S.D. dependent var = 0.155381; merupakan standar deviasi atau simpangan baku yang menunjukan standar penyimpangan terhadap variabel Y. F-statistic = 13.01713; uji serempak pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Prob(F-statistic) = 0 ; probabilitas nilai uji statistic F. Hasil Pengujian Hipotesis dan Statistik Koefisien Determinasi R2 dan Adjusted R2 Table 8. Nilai R2 dan Adjusted R2 R-square 0.6 Adjusted R-squared 0.6 Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews7 Berdasarkan tabel terlihat bahwa R2adalah sebesar 69.36% yang berarti bahwa corporate cash holding sebagai variabel dependen dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebesar 69.36% oleh model, sedangkan 30.64% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Variabel independen pada penelitian ini yaitu SIZE, MTB, CF, NWC, LEV, CAPEX, ROA, dan DIV mampu menjelaskan pengaruhnya sebesar 69.36% terhadap variabel dependen. Sementara sisanya sebesar 30.64% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak tercakup dalam model regresi penelitian ini. Seperti variabel Research and Development (R & D) pada penelitian Datta dan Jia (2012), Cash Conversion Cycle (CCC) pada penelitian Drobetz dan Gruninger (2007). Variabel R & D tidak dimasukan kedalam penelitian dikarenakan keterbatasan data R & D pada perusahaan. Hampir seluruh perusahaan BUMN tidak mencantumkan besaran biaya yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan. Sementara untuk CCC tidak digunakan karena dalam perhitungan rumusnya menggunakan Inventory, sementara untuk perusahaan jasa tidak mencantumkan persediaan pada laporan keuangannya. 108 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 Signifikansi Linear Berganda (F-stat) Nilai F-stat adalah sebesar13.01713 dengan probabilitas 0. Hal ini menunjukan bahwa nilai tersebut berada pada tingkat keyakinan 99% atau dapat dikategorikan highly signifikan, karena memiliki nilai signifikansi 0 < 0.05. Hasil uji F pada penelitian ini yaitu menerima H1 dengan demikian menunjukan bahwa model yang dibuat pada penelitian ini paling tidak mempunyai sebuah koefisien kemiringan/slope sama dengan nol. Dengan kata lain, paling tidak ada sebuah variabel bebas yang mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel terikat/dependen. Signifikansi Parsial (T-stat) Dalam penelitian ini mencari t tabel (t kritis) dengan degree of freedom (df) = n-k. Dengan n adalah banyaknya observasi yang dilakukan dan k adalah jumlah variabel bebas ditambah konstanta sehingga = 55 – (8+1) = 46. Maka dengan df = 46 dan α = 5% maka diperoleh t tabel 1.684 Net Working Capital (NWC) dan Return on Assets (ROA) yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Corporate Cash Holding (CH) sedangkan variabel independen lainnya seperti SIZE, Market to Book Ratio (MTB), Cash Flow (CF), Leverage (LEV), Capital Expenditure (CAPEX), dan Dividen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen dikarenakan mempunyai p-value lebih besar dari tingkat kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (α = 0.05) sehingga diambil keputusan untuk terima H0. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Hasil Uji Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Corporate Cash Holding Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai koefisien SIZE sebesar 0.114467 memberikan konfirmasi bahwa SIZE memiliki hubungan yang positif terhadap kebijakan kepemilikan kas diperusahaan, tetapi dilihat dari angka probabilitas hubungan tersebut tidaklah signifikan karena probabilitasnya > dari α sehingga Hipotesis alternative atau hipotesis benar ditolak dan menerima hipotesis null. Hasil ini sesuai dengan Pecking Order Theory dimana perusahaan yang berukuran semakin besar akan memegang kas dalam jumlah yang besar pula. Selain itu, penelitian ini dilakukan pada perusahaan BUMN yang Ultimate Owner nya seebenarnya adalah satu yaitu pemerintah Indonesia. Hal ini menyebabkan besar kecilnya suatu perusahaan tidak lagi memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan CH perusahaan, karena seluruhnya telah diatur oleh ultimate. Hasil Uji Pengaruh Market to Book Ratio (MTB) terhadap Corporate Cash Holding Hipotesis penelitian ditolak karena p value > α sesuai dengan hasil penelitian dengan koefisien positif sebesar 0.017456 hal ini sesuai dengan teori trade off maupun pecking order bahwa untuk mendanai investasi yang bernilai dan pendanaan eksternal begitu mahal, maka untuk tidak melepaskan investasi tersebut, perusahaan yang memiliki growth opportunity akan mendanainya dengan kas. Sesuai dengan Pecking Order Theory dan penelitian Myers (1977) yang mengungkapkan bahwa perusahaan dengan growth options 109 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 yang lebih banyak biasanyamemiliki informational disadvantage yang berakibat pembiayaan eksternal menjadi lebih mahal. Namun, hasil pada penelitian ini tidak signifikan yang mengindikasikan bahwa growth opportunities tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepemilikan kas di perusahaan BUMN. Hasil tidak signifikan pada variabel MTB disebabkan karena keputusan kepemilikan kas tidak dipengaruhi secara signifikan oleh kesempatan investasi perusahaan. Hasil Uji Pengaruh Cash Flow (CF) terhadap Corporate Cash Holding Didalam penelitian ini koefisien cash flow sebesar 0.069931 memberikan bahwa cash flow memiliki hubugan yang positif dengan kepemilikan kas perusahaan, tetapi hubungan tersebut tidaklah signifikan dikarenakan nilai p value sebesar 0.4702 > dari α = 0.05, sehingga menolak hipotesis sebelumnya yang mengatakan bahwa cash flow berhubungan negative dengan corporate cash holding sesuai dengan teori trade off. Hasil positif yang didapat dari penelitian ini sesuai dengan pecking order theory yaitu perusahaan yang memiliki arus kas yang tinggi akan memegang kas lebih besar untuk melakukan pembayaran dividen, pembayaran hutang(pendanaan internal). Atau hubungan positif ini juga dikarenakan perusahaan dengan cash flow yang tinggi diduga akan membayar dividen, melunasi hutang-hutangnya. Hasil Uji Pengaruh Net Working Capital (NWC) terhadap Corporate Cash Holding Pada penelitian ini probabilitasnya sebesar 0 yang memberikan konfirmasi bahwa NWC pada penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan dan berhubungan positif dengan kebijakan cash holding sesuai dengan koefisien yang dihasilkan sebesar 0.9977. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa NWC yang positif akan mengurangi kebutuhan kas diperusahaan. Hasil penelitian di Perusahaan BUMN di Indonesia ini justru memberikan pengaruh positif dan signifikan dengan kepemilikan kas diperusahaan. Rasionalisasi untuk argument tersebut adalah bahwa kas merupakan bagian dari NWC sehingga pada saat terjadi peningkatan kas, NWC juga ikut meningkat. Selain itu, current asset (asset lancar) selain kas tidak dapat menjadi substitusi bagi kas disetiap saat seperti yang dipaparkan oleh beberapa teori sebelumnya. Hasil Uji Pengaruh Leverage (LEV) terhadap Corporate Cash Holding Koefisien leverage sebesar -0.094767 memberikan konfirmasi bahwa leverage memiliki pengaruh yang negative tetapi tidak signifikan pada kebijakan kepemilikan kas perusahaan. Hasil ini sesuai dengan trade off, pecking order, dan free cash flow theory bahwa semakin tinggi tingkat utang perusahaan, kas yang dipegang perusahaan akan semakin kecil. Karena, menurut trade off theory utang bisa digunakan sebagai pengganti kas dalam membiayai investasi saat pendanaan eksternal menjadi begitu mahal , sementara menurut pecking order theory kas yang turun tidak akan bisa untuk membiayai investasi sehingga perlu mengeluarkan utang. Sementara itu, hasil yang tidak signifikan bisa dipicu karena utang bisa menjadi double sword yang menjadi trade off bagi perusahaan karena disatu sisi bisa menjadi keuntungan namun disisi lain bisa menjadi kerugian atau dengan kata lain dengan adanya pinjaman disatu sisi bisa membantu pertumbuhan perusahaan, tetapi disisi lain dapat mengganggu likuiditas perusahaan. 110 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 Hasil Uji Pengaruh Capital Expenditure (CAPEX) terhadap Corporate Cash Holding Nilai p-value > 0.05 yaitu sebesar 0.7531 menunjukan bahwa variabel CAPEX positif, tetapi tidak signifikan sesuai dengan nilai koefisiennya sebesar 0.043728. Ini dikarenakan ketika suatu perusahaan memiliki rencana untuk melakukan investasi yang besar, maka perusahaan akan menyediakan cadangan kas untuk menjaga kelangsungan pengerjaannya. Dengan keberadaan cadangan kas, maka cash holding yang dimiliki perusahaan akan tinggi. Didasari keyakinan pada trade off theory dan transaction model theory bahwa ada hubungan positif antara CAPEX dengan kepemilikan kas perusahaan. Hasil Uji Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Corporate Cash Holding Koefisien Return on Asset pada penelitian ini sebesar 1.110913 memberikan konfirmasi bahwa ROA memiliki yang signifikan dan positif dengan kebijakan kepemilikan perusahaan. Sesuai dengan hipotesis sebelumnya bahwa ROA berpengaruh + terhadap corporate cash holding sesuai dengan packing order theory dan penelitian Almeida (2004). ROA merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan/laba dengan memanfaatkan keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi ROA maka semakin baik keadaan suatu perusahaan. Ratio ini memperlihatkan keefektifan manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukan oleh pengembalian (return) yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Maka semakin tinggi ROA yang dimiliki perusahaan akan semakin meningkatkan kepemilikan kas yang dimiliki perusahaan. Hasil Uji Pengaruh Dividend (DIV) terhadap Corporate Cash Holding Hasil penelitian menunjukan hasil koefisien -0.069281 dan α > 0.05 menyebabkan variabel dividen dummy ini tidak signifikan dan menolak hipotesa alternatifnya. Dengan kata lain variabel dummy dividen ini berpengaruh negative dan tidak signifikan. Ini diduga karena perusahaan pembayar dividen yang kekurangan dana bisa menghasilkan dana likuid yang low cost dengan mengurangi pembayaran dividen. Kesimpulan Hasil secara Simultan diperoleh: Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel independen Size, Cash Flow, Net Working Capital, Leverage, Capital Expenditure, Market to Book Ratio, Return on Assets, dan Dividen sebesar 69.36% terhadap variabel dependen Corporate Cash Holding perusahaan BUMN yang tercatat aktif di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013, sedangkan 30.64% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti didalam penelitian ini. 1. Hasil secara parsial diperoleh: Ukuran perusahaan berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013. Growth Opportunity berdasakan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak 111 Ajeng Andriani Hapsari Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015 signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013 Cash Flow berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013 Net Working Capital berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013. Leverage berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013. CAPEX berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013. Return On Asset berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013. Dividen berdasarkan uji-t menunjukan hasil negative dan tidak signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013. Daftar Pustaka Baskin, J, 1987, ‗Corporate liquidity in games of monopoly power‘, Review of Economics and Statistics, 69, hh. 312-319. Baumol, W. J. 1952, ‗The transactions demand for cash: an inventory theoretic approach‘, Quarterly Journal of Economics, vol. 66, hh. 545-556. Bruinshoofd, A, & Kool, C, 2002, ‗The determinants of corporate liquidity in the Netherlands‘, Working paper (Maastricht University, Maastricht, Netherlands). Damodaran, A., 2005, ‗The Value of Synergy‘. Working Paper Series, NYU: Stern School of Business. Keynes, J.M., 1936, ―The General Theory of Employment, Interest and Moneyǁ. In the 1973 edition of the Collected Writings of John Maynard Keynes, Vol. 7., edited by Donald Moggridge, London: Macmillan for the Royal Economic Society. Kim, C. S., Mauer, D.C. and A. E. Sherman (1998). ―The Determinants of Corporate Liquidity: Theory and Evidenceǁ. Journal of Financial and Quantitative Analysis 33, 305-334. Miller, Merton H. & Daniel Orr, 1966,‘ A Model Of Demand For Money By Firms. Quarterly Journal of Economics. Mulligan, C. B., 1997. ―Scale economies, the value of time, and the demand for money: longitudinal evidence from firmsǁ, Journal of Political Economy 105, 1061-1079. Opler, Pinkowitz, Stultz, Williamson, 1997,‘The Determinants And Implications of Corporate cash Holdings‘. NBER Working Paper Series. Working Paper 6234. Teruel, Pedro J. García; Pedro Martínez Solano; dan Juan Pedro Sánchez Ballesta. 2009. Accruals quality and corporate cash holdings. Journal compilation Accounting and Finance. Vol. 49 Issue 1 (March): 95–115. 112 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KOTA MALANG Oleh: Martaleni [email protected] Fakultas Ekonomi-Uiversitas Gajayanan Malang Ryke Novita Badan Pusat Statistik Kota Malang [email protected] Abstrak Disadari bahwa sasaran suatu organisasi akan dapat dicapai bila organisasi tersebut dapat memuaskan pelangganya. Kepuasan pelanggan merupakan suasana hati seseorang setelah membandingkan kenyataan yang dialami dengan harapan yang ditetapkan. Kualitas layanan yang deberikan perusahaan atau organisasi merupakan salah satu faktor penting yang berkontribusi terhadap kepuasan konsumen. Penelitian ini dilakukan di Biro Pusat statistik/ BPS kota Malang dengan tujuan untuk menguji dan menganalisa pengaruh dimensi kualitas layanan yang terdiri dari kehandalan(reliability), daya tanggap(responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy) dan bukti langsung (tangibles) terhadap kepuasan penguna perpustakaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung perpustakaan yang bertujuan untuk menggunakan layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan jenis penelitian penjelasan (explanatory research). Sampel sebanyak 97 responden diambil dengan metode insidental sampling, dan data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan Analisis Regresi Linier Berganda. Temuan dari penelitian ini, menunjukkan bahwa kepuasan pengguna perpustakaan BPS Kota Malang dipengaruhi oleh kualitas layanan yang terdiri dari kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy) dan bukti langsung (tangibles) baik secara parsial maupun secara simultan. Namun, variabel empati (empathy) secara parsial berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Key word : Kualitas layanan, Perpustakaan BPS Kota Malang, kepuasan pengguna Pendahuluan Perpustakan merupakan suatu bangunan yang terdiri dari ruangan-ruangan yang berisi koleksi buku, jurnal, majalah, koran dan dokumen lainnya yang tersusun secara rapi, sehingga dapat memudahkan masyarakan memanfaatkannya. Nurlidiawati (2014) menjelaskan bahwa perpustakaan merupakan pranata masyarakat. Oleh karena itu, jika kita berbicara perpustakaan khususnya di Indonesia maka tidak terlepas dari perkembangan dan peradaban masyarakat. Perkembangan masyarakat dari hari ke hari sangat dinamis, yang dapat ditandai dengan kebutuhan dalam segala aspek terus mengalami peningkatan, tidak terkecuali terhadap jasa perpustakaan. Perpustakan sebagai penyedia jasa bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan pelayaan baik guna meningkatkan minat 113 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 masyarakat untuk memamfaatkan jasa layanan perpustakaan. Kualitan pelayanan yang baik akan dapat meningkatkan kepuasan masyarakat/konsumen (Martaleni, 2011., Kotler&Keller, 2014) termasuk kepuasan pengguna perpustakaan (Kiran, 2010.,Adeniran, 2011., Hsu, Cummings & Wang, 2014). Di kalangan pemerintahan, kesadaran akan mutu layanan mulai berkembang sejak tahun 1980an. Kesadaran tersebut dipicu oleh kenyataan bahwa kegiatan layanan bagi masyarakat ternyata memerlukan biaya yang sangat besar, bahkan semakin hari semakin membengkak, tetapi belum pernah dapat memberikan hasil yang seperti diharapkan. Baik masyarakat yang dilayani maupun pemerintah sebagai penyelenggara layanan sama-sama kecewa, karena kesejahteraan umum tetap masih jauh dari harapan. Kekecewaan ini selanjutnya merangsang semua pihak untuk memulai melakukan penilaian dan pengkajian menyeluruh terhadap sistem layanan masyarakat. Pengkajian dari pihak pemerintah awalnya menghasilkan pandangan yang masih bercirikan birokratik. Namun dengan semakin kuatnya paksaan dari masyarakat, pemerintah mulai mau belajar mendengarkan, dan belajar memahami aspirasi mereka. Saat ini, pemerintah menyadari bahwa tujuan akhir dari layanan adalah mewujudkan masyarakat berdaya untuk mengurusi semua persoalan mereka sendiri. Agar dapat mencapai tujuan tersebut pemerintah melakukan berbagai tindakan seperti meningkatkan debirokratisasi, kewirausahaan, transparansi, akuntabilitas, dan pemberantasan korupsi. Pemerintah menunjukkan sikap yang sangat serius untuk memperbaiki layanannya kepada masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan diterbitkannya Surat Edaran Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan No 56/1998 untuk seluruh kementerian/lembaga non kementrian agar memulai menerapkan Layanan Prima di lingkungan masing-masing. BPS dalam mengimplementasikan Surat Edaran Menko Pengawasan Pembangunan telah melaksanakan Reformasi Birokrasi. Secara umum Reformasi Birokrasi BPS bertujuan untuk membangun profil dan perilaku aparatur BPS yang profesional, berintegritas tinggi, dan mengemban amanah dalam memberikan layanan prima atas hasil data statistik yang berkualitas sehingga para pengguna data dapat mengakses data statistik dengan lebih cepat, lebih baik, lebih mudah, dan lebih murah. Dengan kata lain, Reformasi Birokrasi BPS menginginkan terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan layanan prima kepada masyarakat. Dalam hal layanan, salah satu unit di BPS yang menjalankan fungsi layanan yaitu unit Perpustakaan dan Dokumentasi Statistik. Unit inilah yang akan melayani hasil-hasil dari kegiatan perstatistikan yang didokumentasikan dalam berbagai informasi. Informasi tersebut ditampilakan dalam bentuk publikasi. Sampai saat ini perpustakaan masih menjadi pilihan utama dalam memperoleh informasi secara langsung, mudah, dan murah. Kehadiran berbagai kalangan baik dari perguruan tinggi maupun masyarakat umum di perpustakaan BPS mengindikasikan keberadaannya sangat dibutuhkan oleh kalangan tersebut Keberadaan perpustakaan BPS cukup diperhitungkan oleh pencari informasi, salah satu indikasinya adalah jumlah pengunjung selama bulan Oktober 2014 sampai dengan September 2015 mencapai 484 pengunjung. Dari seluruh pengunjung 85 persen adalah mahasiswa. Kehadiran mahasiswa di perpustakaan BPS Kota Malang umumnya bertujuan mencari informasi yang diperlukan untuk mendapatkan bahan penyusunan tugas-tugas kuliah atau menyusun skripsi, tesis atau disertasi. Sedangkan pengunjung selain mahasiswa kehadirannya bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang dipergunakan untuk bahan perencanaan. Kepuasan pengguna merupakan barometer keberhasilan suatu perpustakaan. Kepuasan pengguna menempati urutan pertama dari 29 indikator untuk pengukuran kinerja perpustakaan 114 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 (Purnomowati 2000). Kepuasan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang atau sekelompok orang yang telah berhasil mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan. Kepuasan pengguna informasi merupakan tingkat kesepadanan antara kebutuhan yang ingin dipenuhi dengan kenyataan yang diterima. Untuk mengatasi permasalahan saat ini yang berupa celah antara masa kini dan masa yang akan datang perlu kiranya BPS juga melakukan evaluasi melalui penilaian oleh penerima layanan terhadap kualitas layanan yang diberikan saat ini. BPS Kota Malang merupakan perwakilan BPS di daerah tentunya tidak lepas dengan permasalahan di atas. Untuk itu perlu kiranya BPS Kota juga melakukan hal tersebut guna mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi BPS. Sejalan dengan permasalahan yang telah dikemukan, maka menarik untuk dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menguji dan menganalisa pengaruh kualitas layanan dengan dimensi kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy) dan bukti langsung (tangibles) terhadap kepuasan pengguna perpustakaan, baik pengaruh secara simultan maupun secara parsial. Kajian Teori Di era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan informasi, telah memberikan dampak yang signifikan terhadap beberapa sektor dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan tersebut juga telah merambah ke industry yang memproduksi komponen jasa lebih banyak atau biasa dikenal industri jasa. Industri jasa dalam beberapa tahun terakhir ini memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian dunia. Bahkan, dibeberapa Negara, sector jasa telah memberikan sumbangan sekitar lima puluh persen terhadap pendapatan suatu Negara. Demikian halnya, kalu kita amati setiap hari rasanya tidak pernah orang-orang berhenti membicarakan tetang jasa dan kualitas layanannya, entah itu tentang suatu produk yang kualitas layanannya baik atau kurang baik (Tjiptono & Candra, 2011, Kotler & Keller, 2014)). Hal ini, memberikan mana bahwa kualitas layanan begitu penting bagi kebanyakan orang dalam kehidupannya sehari-hari. Pertanyaannya apakah yang dimaksud dengan kuaitas layanan itu. Pertanyaan ini yang meggelitik ini, dapat memmberikan makna yang beraneka ragam jawaban yang sangat tergantung pada konteks dan persepsi individual, Selain itu, karena standar kualitas jasa sangat bervariasi dan cendrung dinamis atau mengalami perubahan sepanjang waktu (Tjiptonao &Chandra, 2011). Kualitas jasa yang diterima oleh seseorang akan berpengaruh signifikan bagi penciptaan diferensiasi, positioning, citra (image), kepuasan,loyalitas dan strategi bersaing setiap organisasi, baik perusahan manufaktur maupun penyedia jasa (Tjiptonao &Chandra, 2011., Martaleni, 2011). Lebih lanjut dikatakan bahwa jasa adalah merupakan suatu tindakan atau aktifitas yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi yang pada dasarnaya tidak berwujud (intangible), yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama (Kotler & Keller, 2014). Kotler dan Keller (2014) membedakan lima kategori tawaran perusahan kepada pasar, sebagai berikut: a).Pure tangible good, yaitu suatu penawaran produk yang tidak ada jasa menyertainya, contohnya penawaran sabun, garam, permen; b) Tangible good with accopanying servic yaitu suatu penawaran produ yang disertai jasa layanan, seperti komputer,, mobil dan komputer. Biasanya semakin maju teknologi suatu produk maka semakin baik jasa layanan pendukungnya; c). Hybrid yaitu penawaran barang dan jasa proposional seperti restoran; d). Mayor service with accompanying minor goods and services merupakan penewaran jasa yang 115 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 utama dan dilengkapi dengan produk pendukung, seperti layanan pesawat terbang yang ditambah dengan makanan dan minuman; dan e). Pure service yaitu layanan yang utama adalah jasa seperti penitipan bayi, psikoterapi atau pijat. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa penawaran produk ke pasar itu sangat bervariasi, sangat tergatung dari jenis dan sifat produk serta teknologinya. Ada suatu produk yang dalam pelayanannya tidak begitu memerlukan jasa tambahan, namun ada juga yang dalam penyediaanya disertai layanan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Pembahasan tentang kualitas jasa merupakan bagian yang sangat kompleks, karena penilaian kualitas jasa berbeda dengan penilaian terhadap kualitas produk, terutama karena sifatnya yang tidak nyata (intangible) dan produksi serta konsumsi berjalan secara simultan. Dalam konteks penilaian kualitas produk maupun jasa telah diperoleh kesepakatan, bahwa harapan konsumen memiliki peranan yang besar sebagai standar perbandingan dalam evaluasi kualitas maupun kepuasan. Yang dimaksud dengan kepuasan wisatawan terhadap suatu jasa adalah perbandingan antara persepsi wisatawan terhadap jasa yang diterima dengan harapannya sebelum menggunakan jasa tersebut. Apabila harapannya terlampaui, berarti jasa tersebut telah memberikan suatu kualitas yang luar biasa dan juga akan menimbulkan kepuasan yang sangat tinggi (very satisfy). Sebaliknya, apabila harapannya itu tidak tercapai, maka diartikan kualitas jasa tersebut tidak memenuhi apa yang diinginkannya atau perusahaan tersebut gagal melayani konsumennya. Apabila harapannya sama dengan apa yang dia peroleh, berarti wisatawan itu puas (satisfy) (Kotler dan Keller, 2014). Menurut parasuraman, Zeithaml, & Berry, (2004) kualitas jasa yang ditawarkam memiliki lima dimensi utama yang disusun sesuai dengan urutan tingkat kepentingan relatifnya sebagai berikut: (1) Reliabilitas (reliability), merupakan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya dengan waktu yang disepakati; (2) Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karayawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta mnginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian menberikan jasa secara cepat; (3) Jamainan (assurance), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.; (4) Empati (empaty) yaitu perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman; Bukti fisik (tangible), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan. Dimensi kualitas layanan yang diberikan pada konsumen, akan memberikan dampak positif terhadap kepuasan konsumen. Beberapa kajian tentang dampak kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen telah banyak dikaji, diantaranya Kiran, (2010)., Adeniran, (2011)., Martaleni, (2014)., Wantara, (2015)yang menjelaskan bahwa kualitas layanan berpengaruh signifikan pada kepuasan konsumen. Bahkan Adeniran, 2011 menyatakan bahwa kepuasan konsumen dapat memperkuat loyalitas konsumen terhadap kualitas yang disajikan. Faulant, Matzler dan Fuller (2008) menyatakan bahwa nilai kepuasan konsumen dan image yang tinggi memiliki hubungan dengan nilai loyalitas konsumen yang tinggi. 116 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Kepuasan pelanggan telah memberikan manfaat penting dalam bisnis yang memiliki keterkaitan positif dengan loyalitas pelanggan, membangun sebuah image organisasi, meningkatkan toleransi harga, dan sebagainya (martaleni, 2011). Definisi kepuasan yang terdapat dalam berbagai literatur cukup beragam, Kotler dan Keller (2014) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan seseorang terhadap suatu produk (barang dan jasa) setelah ia membandingkan kenyataan yang dirasakan dengan harapannya. Kotler dan Keller (2014) mengidentifikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan: (1) sistem keluhan pelanggan dan saran, dimana setiap organisasi perlu menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggan guna menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka, seperti tersedianya nomor telpon bebas pulsa. (2) Ghost shopping atau yang disebut juga dengan Mystery shopping, merupakan salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shopping untuk berperan atau berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan atau pesaing. Mereka diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk/jasa perusahaan. (3) Lost customer analysis, yaitu menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindan pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya. (4) Survei kepuasan pelanggan, yaitu riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode survei, baik survei melalui pos, telepon, e-mail, websits, maupun wawancara langsung. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research atau penelitian penjelasan, karena tujuan penelitian ini menguji hubungan antara variabel terikat (dependent variable dan variabel bebas (independent variabel). Malhotra (2005) menjelaskan bahwa penelitian explanatory (penjelasan) adalah suatu jenis penelitian yang menyoroti hubungan antara variabelvariabel penelitian dan menguji hipotesa yang dirumuskan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden yang merupakan pengunjung/pengguna perpustakaan BPS Kota Malang melalui kuesioner yang dikirim secara langsung ke email responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari sumber utama. Dalam penelitian ini , data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari database PST tentang jumlah pengunjung/pengguna perpustakaan. Populasi dalam penelitian ini adalah, seluruh pengunjung/ pengguna perustakaan yang mendapatkan pelayanan pada selang waktu Oktober 2014-September 2015. Sampel sebanyak 97 responden diperoleh dengan teknik insidental sampling yang merupakan cara pengambilan sampel secara tidak acak (non-probability sampling), dimana masing-masing anggota tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih anggota sampel. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan model regresi berganda dengan bantuan program komputer SPSS, sedangkan uji f dan uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan dan parsial. Hasil Penelitian Jumlah responden yang menjadi sampel pada penelitian ini sejumlah 97 responden dari 390 responden yang dikirimkan kuesioner melalui email pada selang waktu Oktober 2014– September 2015. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 54 responden berjenis kelamin laki-laki, dan 43 responden berjenis kelamin perempuan. Jika dilihat dari kelompok umur, maka jumlah 117 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 pengguna perpustakaan BPS yang menjadi sampel pada penelitian ini terbanyak berusia pada kisaran kelompok umur 21 – 25 tahun, yaitu sebesar 56,7%. Sedangkan dari status pekerjaan pengguna, terlihat bahwa penguna perpustakaan 81,44% berstatus mahasiswa, pelajar 5,16%, pegawai swasta 11,34% dan 2,06 % lainya. Sebelum dilakukan pengiriman kuesioner, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan hasil yang valid untuk masing-masing pertanyaan. Secara ringkas hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner penilitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 berikut:. Tabel 1 Hasil Uji Validitas Korelasi Nilai Sig.r alpa 5% Simpulan X1.1-X1total 0,000 0,05 Valid X1.2-X1total 0,000 0,05 Valid X1.3-X1total 0,000 0,05 Valid X2.1-X1total 0,000 0,05 Valid X2.2-X1total 0,000 0,05 Valid X2.3-X1total 0,000 0,05 Valid X3.1-X1total 0,000 0,05 Valid X3.2-X1total 0,000 0,05 Valid X3.3-X1total 0,000 0,05 Valid X3.4-X1total 0,000 0,05 Valid X4.1-X1total 0,000 0,05 Valid X4.2-X1total 0,000 0,05 Valid X4.3-X1total 0,000 0,05 Valid X4.4-X1total 0,000 0,05 Valid X5.1-X1total 0,000 0,05 Valid X5.2-X1total 0,000 0,05 Valid X5.3-X1total 0,000 0,05 Valid X5.4-X1total 0,000 0,05 Valid Sumber: Data primer diolah, Tahun 2015 118 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Tabel 2 Hasil Uji Reliablitas Cronbac Kriteri Variabel h Alpha a Reliability (X1) 0,801 0,6 0,6 Responsiveness (X2) 0,871 Assurance (X3) 0,925 0,6 Empathy (X4) 0,919 0,6 Tangibles (X5) 0,798 0,6 Sumber: Data primer diolah, Tahun 2015 Simpulan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Dari Tabel 2 terlihat bahwa seluruh variabel menunjukkan hasil dari nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel dari kuesioner pertanyaan dikatakan reliabel atau handal. Analisis Deskriptif Untuk mendiskripsikan variabel-variabel penelitian melalui intepretasi distribusi frekuensi, rerata dari jawaban jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Nama Variabel Variabel Kehandalan Tabel 3 Rerata Jawaban responden Rerata Rerata Item Peritem Pervariabel Layanan Terbaik 3,91 3,83 Data Sesuai Kebutuhan 3,82 Layanan teknologi modern Variabel Tanggapan Variabel Jaminan Variabel Empati Variabel Berwujud Layanan Peminjaman Buku 3,75 3,86 Tanggap Dalam Pelayanan 3,96 Membantu Permasalahan 3,93 Berbicara Menyenangkan 4,01 Kemampuan Dalam Menjawab 3,74 Lingkungan Aman 4,12 Layanan Sopan dan Ramah 4,18 Perhatian Petugas 4,01 Memahami Kebutuhan spesifik Hati-hati Dalam mendengarkan Permintaan Membatu Dalam pencarian Buku (X4.4) 3,74 4,18 Fasilitas Perpustakaan Lengkap 3,88 4,12 3,92 4,01 4,01 4,04 119 Martaleni Ryke Novita Variabel Kepuasan Pengguna Perpustakaan Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Petugas Berpakaian Rapi 4,23 Kebersihan dan Kerapian Terjaga 4,39 Data Lengkap dan Rapi Layanan Sesuai Harapan 3,66 3,94 Kualitas Layanan Memuaskan 4,06 4,07 4,04 4,06 Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015 Variabel Kehandalan (Reliability) Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa variebel kehandalan (reliability) diukur dengan menggunakan tiga indikator, yaitu indikator layanan terbaik, data sesuai kebutuhan dan layanan dengan teknologi modern. Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator pertama yaitu layanan terbaik memperoleh nilai rata-rata tertinggi, disusul data sesuai kebutuhan dan layanan menggunakan teknologi modern dengan nilai yang paling rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa layanan baik yang diberikan kepada pengguna layanan perpustakaan, merupakan faktor utama yang membuat pengguna merasa puas. Selanjutnya nilai rata-rata keseluruhan sebesar 3.83, ini dapat diartikanbahwa kehandalan memiliki nilai yang tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna perpustakaan. Variabel Tanggapan (Responsiveness) Variabel tanggapan diukur dengan menggunakan tiga indikator, yaitu indikator layanan pemimjaman buku, tanggapan dalam pelayanan dan membantu permasalahan. Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator tanggapan dalam pelayanan memperoleh nilai rata-rata tertinggi, disusul membantu permasalahan saat menggunakan layanan perpusatakaan dan tanggapan dalam pelayanan dengan nilai yang paling rendah. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa memberikan layanan dengan tanggap pada permasalahan atau kebutuhan pengguna perpustakaan adalah merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat ketanggapan seorang karyawan dalm melayani pengguna perpustakaan. Nilai rata-rata dari keseluruhan indikator sebesar 3.92, ini dapat diartikan bahwa tanggapan yang diberikan karyawan perpustakaanatau karyawan yang cepat tanggap dalam melayani pengguna perpustakaan memiliki nilai yang cukup tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna perpustakaan. Variabel Jaminan (Assurance) Variabel jaminan diukur dengan menggunakan empat indikator, yaitu indikator berbicara menyenangkan, kemampuan dalam menjawab, lingkungan aman dan layanan sopan dan ramah. Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator layanan yang sopan dan ramah memperoleh nilai rata-rata tertinggi, disusul lingkungan aman, berbicara menyenangkan 120 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 dan kemampuan dalm menjawab dengan nilai yang paling rendah. Hal ini dapat dimaknai bahwa dalam memberikan pelayanan kepada pengguna dengan sopan dan ramah merupakan faktor utama dalam mengukur tingkat pemberian jaminan seorang karyawan dalam melayani pengguna perpustakaan. Nilai rata-rata dari keseluruhan indikator sebesar 4,01, ini dapat dimaknai bahwa jaminan kualitas layanan dengan cara melayani dengan kemampuan yang baik, sopan, ramah, aman dan menyenangkan memiliki nilai yang tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna perpustakaan. Variabel Empati (Empaty) Variabel empati diukur dengan menggunakan empat indikator, yaitu indikator perhatian petugas, memahami kebutuhan spesifik, kehati-hatian dan membantu dalm pencarian buku. Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator membantu dalm pencarian buku memperoleh nilai rata-rata tertinggi, disusul kehati-hatian, perhatian petugas dan memahami kebutuhan spesifik dengan nilai yang paling rendah. Hal ini dapat dimaknai bahwa dalam memberikan pelayanan kepada pengguna dengan sopan dan ramah merupakan faktor utama dalam mengukur tingkat pemberian jaminan seorang karyawan dalam melayani pengguna perpustakaan. Nilai rata-rata dari keseluruhan indikator sebesar 4,01, ini dapat dimaknai bahwa jaminan kualitas layanan dengan cara melayani dengan kemampuan yang baik, sopan, ramah, aman dan menyenangkan memiliki nilai yang tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna perpustakaan. Variabel Berwujud (Tangibles) Variabel berwujud atau bukti fisik diukur dengan menggunakan empat indikator, yaitu fasilitas perpustakan lengkap, petugas berpakaian rapi, kebersihan dan kerapin terjaga, dan data lengkap dan rapi. Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator kebersihan dan kerapian terjaga memperoleh nilai rata-rata tertinggi, petugas berpakaian rapi, fasilitas perpustakan lengkap dan data lengkap dan rapi dengan nilai yang paling rendah. Hal ini dapat dimaknai bahwa indikator kebersihan dan kerapian terjaga merupakan faktor utama dalam mengukur tingkat bukti fisik yang menggabarkan kualitas layanan. Nilai rata-rata dari keseluruhan indikator sebesar 4,04, ini dapat dimaknai bahwa bukti fisik berupa ketersediaan fasilitas yang lengkap, kerapian pakaian petugas, tersedianya data yang rapi dan bersih memiliki nilai yang tinggi dalam menentukan kepuasan pengguna perpustakaan. Variabel Kepuasan Pengguna Variabel berwujud diukur dengan menggunakan dua indikator, yaitu layanan sesuai harapan dan kualitas layanan memuaskan. Masing-masing indikator diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Dari hasil rata-rata jawaban tampak bahwa indikator kualitas layanan memuaskan memperoleh nilai rata-rata tertinggi, dan layanan sesuai harapan memiliki niai rendah. Hal ini dapat dimaknai bahwa indikator kualitas layanan memuaskan erupakan faktor utama dalam mengukur tingkat kepuasan pengguna. Nilai rata-rata 121 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 dari keseluruhan indikator sebesar 4,04, ini dapat dimaknai bahwa kepuasan pengguna perpustakan BPS kota malang tinggi terhadap kualitas layanan yang diberikan. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel bebas yaitu kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, empati/empathy, bukti langsung/tangibles terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam perhitungan regresi linier berganda adalah sebesar 95% atau dengan tingkat signifikasi 0,05 (α=0,5). Hasil analisis regresi linier berganda sebagaimana pada Tabel 4 berikut: Tabel 4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Koefisien Regresi (bi) Costanta 1.733 Reliability (X1) 0,397 Responsiveness 0,129 (X2) Assurance (X3) 0,124 Empathy (X4) 0,080 Tangibles (X5) 0,286 R2 disesuaikan = 0,610 Multiple = 0,794 N = 97 Sumber:Data Primer diolah,Tahun 2015 Koefisien Determinasi Parsial t hitung Prob 1.079 7.033 0,283 0,000 0,593 2.371 0,020 0,241 1.794 1.204 3.810 0,076 0,232 0,000 Fhitung Probabilitas Alpha 0,185 0,125 0,371 = 11337 = 0,00 = 0,05 Berdasarkan Tabel 4, tampak nilai R Square sebesar 0,610 yang dapat diartikan bahwa varibel kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, empati/empathy, bukti langsung/tangibles memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam peningkatan kepuasan pengguna perpustakaan. Sementara 36,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Untuk menjawab tujuan penelitian tentang pengaruh dimensi kualitas layanan secara simultan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan dilakukan uji f dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), dan hasilnya sebagaimana tampak pada Tabel 5 berikut: 122 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Tabel 5 Hasil Uji F ANOVAb Mean square 1,024 0,090 Model Sum of df F Sig Squares Regresssion 5,119 5 11,337 0,0003 Residual 3,161 35 Total 8,280 40 a. Predictor (Constant), X5rata2, X2rata2, X3rata2, X4rata2, X1rata2 b. Dependent Variable: Yrata2 Sumber: Data primer diolah, Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 5 tampak bahwa nilai F hitung pada model penelitian sebesar 11,337 dengan taraf signifikan .000s. Nilai signifikansi adalah dibawah 0,05. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa secara simultan kualitas layanan yang terdiri dari kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, empati /empathy dan bukti langsung/tangibles terbukti berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Selanjutnya, untuk melihat pengaruh dimensi kualitas layanan yang terdiri dari kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, empati/empathy secara parsial terhadap kepuasan pengguna perpustakaan dilakukan uji t dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan menggunakan pengujian satu arah, dan hasilnya sebagaimana tampak pada Tabel 2 berikut: Tabel 6 Hasil Uji t Variabel Independent Kehandalan/reliability (X1) Daya Tanggap /responsiveness (X2) Jaminan/assurance (X3) Empati/empathy (X4) Bukti Langsung/tangibles (X5) t 7.033 Sig. .000 2.371 1.794 1.204 3.810 .020 .076 .232 .000 Variabel Dependent = Kepuasan Pelanggan Sumber:Data primer diolah, Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 6, tampak bahwa variabel kualitas layanan yang terdiri dari: kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance dan bukti langsung/tangibles nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,5, sehingga dapat dimaknai bahwa secara parsial masing-masing variabel tersebut berpengaruh positif dan signifikan pada kepuasan pengguna perpustakaan, namun untuk variabel empaty/empaty dimana nilai signifikansinya lebih besar 0,05, sehingga variabel empaty/empaty tidak berpengaruh signifikan pada kepuasan pengguna. Ini dapat dimaknai bahwa rasa empaty seorang karyawan dalam memberikan pelayanan belum mampu mebuat pengguna perpustakaan puas. 123 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Untuk melihat dimensi kualitas layanan yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pengguna perpustakaan, dapat dilihat nilai standardized coefficients beta yang paling besar, sebagaimana tampak pada Tabel 3 berikut: Tabel 7 Hasil Nilai Standardized Coefficients Beta Standardized Coefficients Variabel Independent Beta 0,509 Kehandalan/reliability (X1) Daya Tanggap /responsiveness (X2) 0,177 Jaminan/assurance (X3) 0,119 0,078 Empati/empathy (X4) Bukti Langsung/tangibles (X5) 0,289 Sumber:Data primer diolah, Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 7 nilai standardized coefficients beta terbesar ditunjukkan oleh yaitu sebesar 0,509. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa variabel kehandalan/reliability yang paling berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. 4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan BPS Kota Malang telah mampu meningkatkan kepuasan pengguna perpustakaan. Aspek kehandalan petugas dalam hal menerima kedatangan pengguna perpustakaan, prosedur pelayanan dan penggunaan teknologi yang modern memberikan pengaruh besar terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Kehandalan pelayanan yang diberikan karyawan Perpustakaan BPS Kota Malang telah sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) pelayanan yang dimiliki, sebagaimana disajikan pada Gambar 2. Merujuk pada SOP yang tergambar pada Gambar 2, terlihat bahwa jalur yang harus dilalui pengguna perpustakaan tidak terlalu panjang. Pengguna akan langsung diterima resepsionis untuk mengisi buku tamu dan menentukan pilihan layanan melalui sistem layanan terpadu kemudian langsung diarahkan resepsionis menuju pilihan yang dibutuhkan pelanggan. Hal tersebut menjadi suatu indikasi bahwa aspek prosedur mendapatkan penilain tertinggi pada variabel kehandalan/reliability. 124 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 3 (Mengisi buku tamu & menentukan pilihan layanan) 1 (Pengunjung datang) 5 (Pengunjung pulang) 4a (Perpustakaan tercetak 4b Perpustakaan 2 Resepsionis Layanan Cetak 4c Data mikro 4d Konsultasi 4c Penjualan Gambar 2. Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Perpustakaan BPS Kota Malang Sumber: Perpustakaan BPS Kota Malang Berdasarkan hasil analisis diskriptif sebagimana pada Tabel 3 terlihat bahwa dari ketiga indikator pada kehandalan/reliability, layanan baik yang diberikan petugas memberikan kontribusi besar dalam menetukan kehandalan kualitas pelayanan. Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan adalah berupa peminjaman dokumen atau buku yang berkaitan data yang dibutuhkan pengguna. Perpustakaan BPS Kota Malang telah memiliki website dengan alamat www.bps.malang.kota . Didalam website tersebut ditampilkan publikasi yang wajib diterbitkan BPS secara berkala. Publikasi yang ditampilkan antara lain Kota Malang Dalam Angka; Produk Domestik Regional Bruto Kota Malang; Statistik Daerah Kota Malang Kecamatan Dalam Angka, Statistik Daerah Kecamatan, Berita Resmi Inflasidan publikasi hasil Sensus (Penduduk, Ekonomi dan Pertanian Kualitas kehandalan/reliability berpengaruh positif yang signifikan dan searah terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Artinya apabila kualitas layanan tersebut ditingkatkan maka kepuasan pengguna akan meningkat. Nilai standardized coefficient beta menunjukan nilai terbesar dibandingkan variabel lain. Artinya kualitas kehandalan/reliabilitypaling berpengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Dengan peran tersebut maka aspek kualitas layanan kehandalan/reliability menjadi prioritas utama untuk meningkatkan kepuasan pengguna perpustakaan. Berdasarkan diskripsi jawaban responden bahwa kualitas layanan daya tanggap/responsiveness dinilai baik. Dari ketiga aspek yang dinilai aspek penilaian kecepatan petugas dalam melayani peminjaman buku dan kesediaan petugas dalam menanggapi permintaan pengguna menunjukkan nilai yang hampir sama. Hal tersebut juga dapat menggambarkan petugas perpustakaan dalam mengimplentasi maklumat layanan BPS yang ke 6 yaitu merespon dengan cepat terhadap permintaan pengguna sesuai dengan informasi yang tersedia. Sedangkan penilaian pengguna perpustakaan terhadap sikap kesungguhannya dalam membantu pengguna perpustakan lebih rendah dibandingkan penilian terhadap kedua aspek yang lain. Kualitas layanan jaminan/assurance jug amemberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pengguna layanan. Kompetensi petugas dalam berkomunikasi dan pengetahuan dalam melayani pengguna perpustakaan memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Demikian juga aspek perilaku yang tercermin dari keramahan dan kesopansantuan petugas dalam melayani pengguna perpustakaan juga memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. 125 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Penilaian pengguna perpustakaan terhadap kualitas jaminan/assurance yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan penilaian tertinggi terletak pada kompetensi petugas dalam hal berbicara menyenangkan pengguna. Sedangkan penilaian terendah terletak pada kompetensi petugas dalam menjawab pertanyaan pengguna. Dalam hal layanan BPS Kota Malang selama ini belum pernah melaksanakan suatu upaya peningkatan kompetensi petugas perpustakaan dalam melayani pengguna. Petugas masih mengandalkan kompetensi, pengalaman yang dimiliki dan berusaha memahami secara mandiri maklumat layanan yang menjadi pedoman petugas dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pelayan perpustakaan. Kualitas Layanan empati/empathy pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh positif yang signifikanterhadap kepuasan pengguna perpustakaan.Perhatian petugas perpustakaan terhadap individu pengguna perpustakaan tidak mempunyai pengaruh positif yang signifikan dalam meningkatkan kualitas layanan. Penilaian pengguna terhadap kualitas layanan empati/empathy berdasarkan analisis deskripsi yang disajikan pada Tabel 3 secara rata-rata dapat dikatakan baik. Dari ke 4 aspek yang diteliti, membantu dalam mencari buku merupakan aspek yang memberikan pengaruh besar terhadap rasa simpati petugas pada pengguna layanan perpustakaan. Sedangkan aspek memahami kebutuhan spesifik petugas dalam memahami kebutuhan spesifik pengguna mendapatkan penilaian terendah dari pengguna perpustakaan. Penilaian pada aspek ini dapat dikatakan merupakan penilaian terhadap petugas dalam mengimplentasikan maklumat layanan BPS yang ke 7 yaitu memiliki empati, rasa peduli, dan penuh perhatian terhadap setiap pengguna. Kualitas Layanan bukti langsung/tangible berpengaruh positif yang signifikan dan searah terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Bukti langsung ini menunjukkan bahwa kemampuan BPS dalam menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perpustakaan BPS telah mampu memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pengguna. Keadaan ini tidak dapat dipungkiri bahwa gedung BPS termasuk unit perpustakaan pada saat ini merupakan gedung yang baru selesai dibangun pada akhir tahun 2012. Sedangkan pada awal tahun 2013 BPS Kota Malang mendapatkan anggaran untuk pengadaanmebeuler untuk menunjang sarana gedung baru. Hal tersebut merupakan upaya BPS dalam meningkatkan layananyang tertuang dalam salah satu Rencana Strategis BPS yaitu meningkatkan kualitas saranadan prasarana fisik. Salah satu langkah yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut adalah membangun dan merenovasi gedung kantor yang memadai sesuai dengan kebutuhan organisasi dan jumlah SDM. Upaya yang telah dilakukan BPS yaitu keberadaan fasilitas perpustakaan sebagaimana hasil analisis deskripsi yang tersaji pada Tabel 3, mendapatkan penilaian yang relatif rendah dibandingkan dengan aspek yang lain. Demikian juga dengan kelengkapan data dan informasi mendapatkan penilain terendah dari ke 3 aspek yang lain. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa perpustakaan BPS hanya menyajikan referensi hasil kegiatan BPS dan beberapa publikasi yang berkaitan dengan rujukan BPS. Pengguna mempunyai persepsi bahwa seluruh kebutuhan data dan informasi pasti tersedia di perpustakaan BPS. Penilaian tertinggi diberikan pada aspek kebersihan dan kerapian perpustakaan. Hal ini tidak lepas dari peran BPS dalam mengimplementasikan maklumat layanan BPS yang ke 8 yaitu menyiapkan ruang dan fasilitas yang nyaman dan tertata baik. Kepuasan pengguna perpustakaan pada penelitian dinilai dari kepuasan pelanggan keseluruhan (Overall Customer Satisfaction) dan konfirmasi harapan (Confirmation of 126 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Expectation) . Dari hasil analisis deskripsi yang disajikan pada Tabel 3 terlihat bahwa penilaian pengguna perpustakaan terhadap kepuasan secara keseluruhan menunjukkan nilai yang sama dengan kepuasan yang dinilai dari konfirmasi harapan. Pengguna secara umum merasa puas dengan layanan yang diberikan petugas perpustakaan. Pengguna secara umum merasa layanan yang telah diterima sesuai dengan harapannya. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan yang diberikan perpustakan BPS Kota Malang dengan dimensi kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, empati/empathy dan bukti langsung/tangibles secara bersama-sama mampu meningkatkan kepuasan pengguna perpustakan. Sementara itu, secara parsial dimensi kehandalan/reliability, daya tanggap/responsiveness, jaminan/assurance, dan bukti langsung/tangibles juga mampu meningkatkan kepuasan pengguna perpustakan. Namun, empati/empaty seorang karyawan perpustakaan tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kepuasan pengguna perpustakaan. Selanjutnya, kehandalan/reliability merupakan dimensi kualitas layanan yang paling mampu meningkatkan kepuasan pengguna perpustakaan. Saran Dari hasil penelitian ini, disarankan kepada pihak yang berwenang di BPS Kota Malang untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas layanan terhadap pengguna perpustakan terutama pada layanan kehandalan dibidang tekhnologi yang moderen agar terus meng-update teknologi yang dugunakan. Selanjutnya kepada peneliti lain, dapat mengembangkan model penelitian ini dengan mengkaji atau menambah variabel lain, seperti variabel proses dalam model penelitian ini guna memperoleh hasil yang lebih konperehensip tentang kualitas layanan dan dampaknya terhadap kepuasan konsumen. Daftar Pustaka Adeniran, P. 2011. User satisfaction with academic libraries services: Academic staff and students perspectives. International Journal of Library and Information Science, 3(10), 209-216. Faullant, R, Matzler, K and Fuller, J, 2008.The Impact of Satisfaction and Image on Loyalty: The Case of Alpine Ski Resorts, Managing Service Quality, 18(2), 163-178. Gi-Du Kang dan James, 2004. Service Quality Dimentions : an examination on Gronroos’s service quality model, Managing Service Quality, 14(4). Gronross, C, 2004. Guru’s View The Perceived Service Quality Concept- a Mistake?, Managing Service Quality. 11(3). Kiran, K. 2010. Service quality and customer satisfaction in academic libraries Perspectives from a Malaysian university. Service quality and customer satisfaction, 59 (4), 261-273. 127 Martaleni Ryke Novita Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Kotler, P dan Keller, K.L. 2014. Marketing Management, 14th Pearson Education, Inc, New Jersey. Hsu,M.K., Cummings, R.G & Wang, S.W. 2014. Business Students Perception Of University Library service Quality And satisfaction. Contenporary Issues In Education research Second-Ouarter, 7(2), 137-144. Maholtra, N.K, 2005. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan, PT Indeks Kelompok Gramedia. Nurlidiawati. 2014. Sejarah perkembangan Perpustakaan di Indonesia. Jurnal Ilmu Perpustakaan kearsipan Khizanah AL-Hikmah, 2(1), 18-27. Purnomowati, Sri. (2000). Mengukur Kinerja Perpustakaan BACA. 25, No 3-4. PDII-LIPI. Jakarta. Tjiptono, F & Chandra, G. (2011). Sevice, Quality & Satisfaction. Andi. Yogyakarta Wantara, P. 2015. The Relationships among Service Quality, Customer Satisfaction, and Customer Loyalty. International Journal of Economics and Financial Issues, 205 (Special Issue) 264-269. Zeithaml, VA and Bitner, MJ, 2004. Service Marketing, MC Graw-Hill Education, New York 128 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Pengaruh Kepuasan Kerja, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan/ti Dengan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening (Studi Karyawan Outsourcing PT. J Yang Ditempatkan Di Kampus II Untar Jakarta). Muhammad Tony Nawawi Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Jakarta Email : [email protected] Abstract This study on the Influence Job Satisfaction and Job Motivation on Employee Performance with Organizational Commitment as an Intervening Variable (Study of Employee outsourcing PT J placed Tarumanagara University. Population in this study all employees outsourcing PT J, with sampling techniques is purposive random sampling, and samples taken 50 employees. Purpose of the study is to examine and analyze the effect of job satisfaction and motivation on employee performance. Analysis is the method of multiple regression analysis and test assumptions, and validity testing is also done and reliability with the help of SPSS (Statistical Program for Society Science) versus 16:00. analysis showed that the presence of a significant positive effect between satisfaction and job motivation on organizational commitment, with a significance of 0.000 <0.05, and R Square value 0.308, meaning 30.80% of organizational commitment is influenced by the level of job satisfaction and motivation. while other results indicate that the presence of a significant positive effect between job satisfaction and motivation and organizational commitment to employee performance, with a significance of 0.000 <0.05, and R Square value 0.732 performance of 73.2% means employees outsourcing is influenced by the level of satisfaction, motivation, and organizational commitment. Keywords: job satisfaction, job motivation, employee performance, organizational commitment, hypotheses testing, multiple regression. Pendahuluan Di era industri modern saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk melakukan segala sesuatunya dengan cara cepat, efektif dan efisien. Perusahaan harus melakukan efisiensi dengan berbagai cara, misalnya dengan cara menghemat biaya operasional, mengurangi jumlah karyawan, menutup cabang lain yang kurang produktif. Pada saat ini salah satu strategi yang mulai banyak diadopsi oleh perusahaan dalam rangka menciptakan efisiensi tersebut adalah menggunakan tenaga kerja outsourcing, dimana dengan system ini perusahaan dapat menghemat pengeluaran di bidang rekrutmen, kehadiran perusahaan outsourcing membuat perusahaan memiliki alternatif dalam menjalankan bisnisnya. Outsourcing adalah pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyelia jasa, dimana badan tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta indikator yang telah disepakati oleh pihak lain (Chandra K.;2007). Beberapa ketentuan pokok dan syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dalam outsourcing diatur dalam UU No. 13/2003 dan Kemenakertrans No. 220/MEN/X/2004, khususnya pasal 66 dalam UU No.13 Tahun 2003 itu menyatakan bahwa outsourcing diperbolehkan hanya untuk kegiatan penunjang dan kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Interpretasi yang diberikan UU tersebut masih 129 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan dunia usaha dewasa ini, dimana penggunaan tenaga outsourcing tersebut semakin meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan. Keberadaan perusahaan outsourcingitu, memang sudah menjadi kebutuhan bagi perusahaan saat ini, karena tidak semua perusahaan sudah benar-benar siap untuk memiliki karyawan tetap dengan segala konsekuensinya.Bagaimana tidak, disaat mereka dituntut untuk lebih efektif dan efisien, dengan adanya jasa perusahaan outsorcing kini mereka bisa memfokuskan perhatian dalam mengurus bisnisnya. Perusahaan kini tidak perlu melakukan proses rekrutmen sendiri yang bisa memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit terutama untuk faktor yang bukan menjadi bagian dari bisnis inti (core business) perusahaan tersebut. Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja. Setiap orang yang bekerja mempunyai suatu tujuan, yaitu memperoleh hasil yang dapat memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya. Seorang karyawan yang bekerja dalam perusahaan, akan setia pada perusahaan tempat dimana dia bekerja dapat memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi bila perusahaan tidak mampu memenuhinya, maka dapat tercipta kondisi dimana karyawan merasa tidak puas dalam bekerja. Ketidakmampuan kerja yang tidak terselesaikan dengan baik akan banyak menimbulkan masalah di dalam perusahaan seperti protes, demonstrasi, menuntut kenaikan upah/gaji, membolos, berhenti dari pekerjaan/keluar dari perusahaan, tidak perduli terhadap pekerjaannya, dan sebagainya. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan menyebabkan penurunan produktivitas perusahaan. Mempekerjakan karyawan dalam ikatan kerja outsoucing nampaknya sedang menjadi model bagi pemilik atau pemimpin perusahaan baik itu perusahaanmilik negara maupun perusahaan milik swasta.Banyak perusahaan outsourcing yakniperusahaan yang bergerak di bidang penyedia tenaga kerja aktif menawarkan keperusahaan-perusahaan pemberi kerja, sehingga perusahaan yang memerlukan tenaga tidakperlu susah-susah mencari, menyeleksi dan melatih tenaga kerja yang dibutuhkan(Gunarto, 2006). Fenomena memilih kebijakan untuk menggunakan tenaga kerja outsourcing semakinbertambah saat terjadinya krisis ekonomi global yang melanda dunia termasuk indonesia.Banyak perusahaan yang mengalami penurunan tingkat penjualan, sedangkan dilain pihakkebutuhan biaya hidup karyawan meningkat karena kenaikan harga bahan kebutuhanpokok, maka terjadilah konflik antara karyawan yang menuntut kenaikan upah tetapimanajemen kesulitan memenuhi karena kondisi perusahaan menurun. Penggunaan tenaga kerja outsourcing di negara-negara maju merupakan kebijakan perusahaan yang wajar dan memang harus dilakukan, karena besarnya perusahaan dan banyaknya jenis pekerjaan yang tentunya membutuhkan banyak jenis keahlian sehingga tidak memungkinkan perusahaan menyediakan tenaga kerja secara keseluruhan.Walaupun sudah ada Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003Tentang Ketenagakerjaan yang mengatur pengelolaan tenaga kerja outsourcing diIndonesia, akan tetapi tetap saja masih ada demo penolakan pelaksanaan outsourcing. Hal inilah yang mendorong perlunya penelitian berorientasi pada manajemen SDM,dengan memperhatikan kemampuan, kepribadian, dan motivasi untukpembinaan SDM. Harapannya, dapat tercipta hubungan harmonis antara manajemendengan tenaga kerja untuk mencapai kinerja individu yang optimal dan selanjutnyamemberikan kontribusi pada kinerja perusahaan. 130 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Dengan pengaturan manajeman SDM secara profesional, diharapkan pegawaibekerja secara produktif. Pengelolaan pegawai secara profesional, (termasuk outsourcing)harus dimulai sejak perekrutan pegawai, penyeleksian, pengklasifikasian, penempatanpegawai sesuai kemampuan, pelatihan, dan pengembangan karirnya (Mangkunegara,2008). Perumusan Masalah, 1) Apakah kepuasan kerja merupakan predictor atas kinerja karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Kampus II Universitas Tarumanagara ? 2) Apakah motivasi kerja merupakan predictor atas kinerja karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Kampus II Universitas Tarumanagara? 3) Apakah ada pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Kampus II Universitas Tarumanagara? 4). Apakah ada pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasional karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara? 5). Apakah ada pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara? Definisi Kepuasan Kerja. Seorang karyawan akan merasa nyaman dan mempunyai loyalitas yang tinggi pada perusahaan, apabila memperoleh kepuasan kerja sesuai dengan apa yang diinginkan. Menurut Robbins ( 2008:99 ), kepuasan kerja ( Job Satisfaction ) dapat didefinisikan sebagai suatu perasaaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah karakteristiknya.Luthans (2002:111 )mendefinisikan kepuasan kerja sebagai berikut “Job Satisfaction can be defined as a person’s emotional response to aspects of work ( Such as pay, supervisor, and benefit )Or The Work It Self “.Menurut Handoko ( 2001: 111 ), “Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerja”. Sedangkan menurut Locke (dalam Testa; 1999) menjelaskan bahwa kepuasan kerja mencerminkan kegembiraan atau sikap emosi positif yang berasal dari pengalaman kerja seseorang. Kegembiraan yang dirasakan oleh karyawan akan memberikan dampak sikap yang positif bagi karyawan.Motivasi Kerja, Motivasi adalah masalah yang penting dalam setiap usaha sekelompok orang yang bekerjasama dalam rangka pencapaian suatu tujuan tertentu (Handoko, 2001). Motivasi kerja adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang member tenaga, mengarahkan, menyalurkan, mempertahankan, dan melanjutkan tindakan dan perilaku karyawan atau tenaga kerja (Tansuhaj, et.al,1998). Sedangkan menurut ( Fuad mas’ud, 2004:39) memberikan definisi motivasi sebagai pendorong (penggerak) yang ada dalam diri seseorang untuk bertindak.Kinerja Karyawan, Konsep tentang kinerja dijelaskan oleh Dessler (1992) yang mendefinisikan kinerja sebagai prestasi kerja yakni perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang ditetapkan.Menurut Hasibuan (1997) menjelaskan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu.Selanjutnya juga jelaskan oleh Hasibuan bahwa kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas delegasi tugas, dan peran serta tingkat motivasi pekerja. Apabila kinerja karyawan baik, maka diharapkan kinerja perusahaan juga akan baik. Sedangkan menurut Tsui et.al (1997) dalam Fuad Mas’ud (2004) melakukan penilaian terhadp kinerja karyawan berdasarkan perilaku yang spesifik (Judgement Performance Evaluation) dengan menggunakan sebelas kriteria yaitu : Kuantitas kerja karyawan, 131 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 kualitas kerja karyawan, efisiensi karyawan, Standar kualitas karyawan, usaha karyawan, standar professional karyawan, kemampuan karyawan terhadap pekerjaan inti,kemampuan karyawan menggunakan akal sehat, ketepatan karyawan, pengetahuan karyawan , dan kreativitas karyawan. Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), dijelaskan bahwa keberhasilan suatu organisasi/perusahaan dapat ditentukan oleh adanya keberhasilan dalam pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi prilaku manusia dalam organisasi adalah adanya komitmen organisasional. Alasannya sederhana, misalnya sebaik apapun visi, misi, dan tujuan organisasi, tidak akan tercapai jika tidak ada komitmen dari anggota organisasinya (Dongoran, 2001). Menurut Mowday et.al. (1982) bahwa definisi komitmen Organisasional sebagai kekuatan relative dari identifikasi individu dan keterlibatan dalam organisasi khusus, meliputi kepercayaan, dukungan terhadap tujuandan nilai-nilai organisasi, dan keinginan yang kuat untuk menggunakan upaya yang sungguh-sungguh untuk kepentingan organisasi, dan kemauaan yang kuat untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi. Sedangkan definisi komitmen organisasional menurut Luthan (1995) adalah merupakan sikapyang menunjukkan loyalitas karyawan dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kesuksesan dan kebaikan organisasinya. Kaitan kepuasan kerja dengan kinerja karyawan yang dikemukakan oleh Ostroff (1992), yang ditunjukkan oleh keadaan perusahaan dimana karyawan yang lebih terpuaskan cendrung lebih efektif daripada perusahaan-perusahaan dengan karyawan yang kurang terpuaskan. Dessler (2000) juga menyatakan bahwa kepuasan kerja antara lain mempunyai peran untuk mencapai produktivitas dan kualitas standar yang lebih baik, menghindari terjadinya kemungkinan membangun kekuatan kerja yang lebih stabil, serta penggunaan sumber daya manusia yang lebih efisien. Menurut Amstrong (1994), bahwa hubungan antara motivasi dan kinerja adalah positif karena karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi motivasi maka semakin tinggi pula kinerja karyawan.Doyle dan Wong (1998) juga mengemukakan bahwa kaitan antara motivasi berprestasi dan kinerja, dan disebutkan juga bahwa kesuksesan suatu bisnis tidak terlepas dari besarnya motivasi yang muncul dalam pribadi karyawan.Pendapat yang senada dikemukakan oleh Munandar (2001:87) bahwa kinerja adalah hasil interaksi antara motivasi kerja, kemampuan (abilities), dan peluang (opportunities). Selanjutnya Munandar (2001:104) menyatakan “Adanya hubungan positif antara motivasi dan kinerja dengan pencapaian prestasi, artinya manajer yang mempunyai motivasi yang tinggi cendrung mempunyai kinerja tinggi, sebaliknya mereka yang mempunyai kinerja rendah dimungkinkan karena motivasinya rendah”.Kaitan antara kepuasan kerja dan komitmen organisasional, hasil penelitian yang telah dilakukan oleh McNeese_Smith (1996) menunjukkan bahwa keduanya mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap sikap manajemen terhadap strategi perusahaan yang tercermin melalui kinerja karyawan.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lyons et al (1993) dan Flecther and Willams (1996) menyatakan bahwa komitmen organisasional karyawan untuk terus bekerja menjadi bagian dari suatu organisasi akan meningkat apabila didukung adanya motivasi yangt inggi dari karyawan yang terkaitan dengan pekerjaannya. Sedangkan Jae (2000), menyatakan bahwa motivasi karyawan sangat efektif untuk meningkatkan komitmen organisasional dan kinerja karyawan, dimana faktor-faktor motivasi tersebut diukur melalui faktor intrinsic (kebutuhan prestasi dan kepentingan) dan faktor ekstrinsik (keamanan kera, gaji, dan promosi). Hal yang sama juga dinyatakan hasil penelitian oleh Burton et al (2002) bahwa motivasi karyawan berpengaruh signifikan positif terhadap komitmen yang diukur melalui tiga demensi dari komitmen, yaitu 132 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 affective commitment, normative commitment ,dan continuance commitment.Pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Kinerja Karyawan.Hasil penelitian dari Harrison dan Hubard (1998) menyatakan bahwa komitmen mempengaruhi outcomes (keberhasilan) organisasi.Kinerja karyawan dipengaruhi oleh komitmet organisai.Karyawan yang mempunyai keterlibatan tinggi dalam bekerja tidak mempunyai keinginan untuk keluar dari perusahaan dan dalam hal ini merupakan modal dasar untuk mendorong produktivitas yang tinggi. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Moncrief et.al (1997) bahwa komitmen karyawan terhadap organisasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hasil studi McNeese-Smith (1996) menyatakan bahwa komitmen organisasional berhubungan signifikan positif yang ditunjukkan dengan nilai r sebesar 0,31 (signifikan pada level 0,001) terhadap kinerja karyawan produksi. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Grant kent et al (2001), tentang pengaruh performance terhadap organization commitment yang menunjukkan hasil r bernilai 0,13, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Burton et al (2002) menyatakan bahwa hubungan organization commitment terhadap motivation of attend menunjukkan hasil yang positif. Sementara itu, hasil penelitian Eva Kris D. (2009) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara kepuasan kerja dengan kinerja karyawan, dengan komitmen organisasional (0,039< 0,05) , ada pengaruh positif antara motivasi kerja dengan komitmen organisasional.Sedangkan penelitian Dian Tri Utami (2008) yang berjudul “Hubungan job insecurity dengan kepuasan kerja karyawan outsourcing di PT X”.Responden dalam penelitian ini adalah karyawan outsourcing.Job insecurity adalah ketidak-amanan yang dirasakan seseorang mengenai kelanjutan pekerjaan dan aspek-aspek penting yang berkaitan dengan pekerjaan, karena adanya ancaman situasi dari pekerjaan yang sedang dijalaninya saat ini sebagai hasil penilaian dan perbandingan yang dilakukan individu terhadap pekerjaan yang akan mengarahkannya pada tingkah laku tertentu..Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata job insecurity memiliki hubungan yang negatif (tidak ada pengaruh) dengan kepuasan kerja. Dari kajian di atas dapat dibuat model kerangka pemikiran sebagai berikut: Kepuasan Kerja (X1) H1 H2 H4 Komitmen Organisasi (X3) H5 H3 Kinerja Karyawan (Y) Motivasi Kerja (X2) Sumber :Grant Kent et al (2001), Burton et al (2002), Eva kris Diana Devi (2009) Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :H1 : Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. H2: Kepuasan Kerja berpengaruh positif dengan komitmen organisasional. H3: Komitmen organisasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. H4: Motivasi kerja 133 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional.H5: Motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris apakah: a) Kepuasan kerja merupakan predictor atas kinerja karyawan outsourcing PT. J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara.b) Motivasi kerja merupakan predictor atas kinerja karyawan outsourcing PT J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara. c) Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional karyawan outsouring PT J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara. d) Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasional karyawan outsourcing PT J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara. e) Pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan outsourcing PT J yang ditempatkan di Universitas Tarumanagara. Metode Penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono, 2006 : 72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan outsourcing PT J di Kampus II Universitas Tarumanagara.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling, yang merupakan salah satu bagian dari probability random sampling, dimana pengambilan sampelnya dilakukan dengan acak sederhana dan setiap obyek mempunyai kesempatan yang sama. Dalam penelitian ini digunakan metode sampel dengan memberikan kuesioner pada 50 orang karyawan outsourcing yang ada di Kampus II Universitas Tarumanagara. Dalam melakukan penelitian ini, cara pengumpulan data yang digunakan adalah: Kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan memberikan / menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut ( Husein, 2005 : 49 ). Kuesioner tersebut merupakan angket tertutup yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama yang terdiri atas pertanyaan untuk memperoleh data pribadi responden, dan bagian kedua yang digunakan untuk mendapatkan data tentang demensi-demensi/indikatorindikator dari konstruk-konstruk yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pernyataanpernyataan dalam angket tertutup dibuat dengan menggunakan skala 1- 7, yaitu : 134 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Uji Validitas Dan Reliabilitas Tabel 1 Validitas Variabel Kepuasan Kerja Item-Total Statistics Scale Scale Mean if Variance if Item Deleted Item Deleted Variabel Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Kepuasan Kerja_1 14,8800 9,251 ,507 ,707 Kepuasan Kerja_2 12,4600 6,907 ,648 ,613 Kepuasan Kerja_3 12,4200 7,718 ,564 ,667 Kepuasan Kerja_4 12,5000 7,847 ,457 ,734 Sumber: Data Primer (Hasil Olahan SPSS) Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka setiap butir item-total correlation variable menghasilkan bobot nilai diatas nilai 0, 30, sebagai mana persyaratan minimalnya.Hal ini menunjukkan bahwa item variable kepuasan kerja dalam penelitian ini dinyatakan valid. Tabel 2 Validitas Variabel Motivasi Kerja Item-Total Statistics Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Variabel Scale Mean if Item Deleted Motivasi_ 1 18,5800 12,412 ,611 ,573 Motivasi_ 2 19,1400 13,429 ,338 ,687 Motivasi_ 3 18,9600 13,019 ,327 ,698 Motivasi_ 4 17,7800 14,828 ,332 ,681 Motivasi_ 5 18,1000 11,071 ,675 ,529 Sumber: Data Primer (Hasil Olahan SPSS) 135 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka setiap butir item-total correlation variable menghasilkan bobot nilai diatas nilai 0, 30, sebagai mana persyaratan minimalnya.Hal ini menunjukkan bahwa item variable motivasi kerja dalam penelitian ini dinyatakan valid. Tabel 3 Validitas Variabel Komitmen Organisasional Item-Total Statistics Variabel Scale Scale Mean if Variance if Item Deleted Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Komitmen_1 14,2400 8,798 ,561 ,547 Komitmen_2 15,4400 11,149 ,333 ,667 Komitmen_3 14,5000 11,439 ,395 ,632 Komitmen_4 14,0000 12,531 ,354 ,649 Komitmen_5 13,8200 11,783 ,547 ,585 Sumber: Data Primer (Hasil Olahan SPSS) Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka setiap butir item-total correlation variable menghasilkan bobot nilai diatas nilai 0, 30, sebagai mana persyaratan minimalnya.Hal ini menunjukkan bahwa item variable komitmen organisasional dalam penelitian ini dinyatakan valid. Tabel 4 Validitas Variabel Kinerja Karyawan Item-Total Statistics Variabel Scale Scale Mean if Variance if Item Deleted Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Kinerja_1 9,0400 4,896 ,735 ,710 Kinerja_2 9,4000 6,163 ,656 ,788 Kinerja_3 9,3200 5,896 ,670 ,773 Sumber: Data Primer (Hasil Olahan SPSS) Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka setiap butir item-total correlation variable menghasilkan bobot nilai diatas nilai 0, 30, sebagai 136 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 mana persyaratan minimalnya. Hal ini menunjukkan bahwa item variable kinerja karyawan dalam penelitian ini dinyatakan valid. Uji Reliabilitas Untuk menguji reliabilitas instrument digunakan koefisien alpha cronbach, dimana secara umum dianggap reliable apabila nilai alpha cronbach>0,60 ( Ghozali, 2001 : 133 ). Perhitungannya prosedur reliabilitas pada paket program SPSS for windows versi. 16.0. Tabel 5 Reliabilitas Variabel Reliabel (Cronbach's Alpha) Kepuasan Kerja 0,742 Motivasi Kerja 0,689 Komitmet Organisasional 0,670 Kinerja Karyawan 0,826 Sumber : Data Primer (Hasil olahan SPSS) Berdasarkan data primer yang telah berhasil pengolahan datanya dengan SPSS, maka setiap butir koefisien alpha cronbach, dimana secara umum dianggap reliable apabila nilai alpha cronbach>0,60 sebagai mana persyaratan minimalnya. Hal ini menunjukkan bahwa semua variable dalam penelitian ini dinyatakan reliable. Teknik Analisis Data Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang menentukan teknik dan alat ukur yang obyektif dan pendekatan deskriptif. Teknik Uji Asumsi Terdapat 3 (tiga) criteria untuk menguji asumsi yaitu uji normalitas, multikolinieritas, dan uji heterokedastisitas. a. Uji Normalitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ini variable dependen dan independen atau keduanya terdistribusi dengan normal/tidak, caranya dengan melihat pada hasil normalp plotnya.Jika diperoleh hasil sebaran datanya terletak disekitar garis lurus dari kiri bawah ke kanan atas, maka datanya terdistribusi secara normal. (Santoso,2003:347). b. Uji Multikolinieritas Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi, yaitu adannya hubungan linier antar variable independen dalam model regresi.Multikolinieritas terjadi apabila ada dua atau lebih dari dua variable independen memiliki korelasi yang signifikan atau sempurna mendekati 1 atau -1. Faktor yang menyatakan adanya multikolinieritas adalah : 137 Muhammad Tony Nawawi • • • Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Jika VIF > 5, berarti ada multikolinieritas Condition Index > 15, berarti terdapat multikolinieritas Korelasi antar variable independen kuat ( > 0,5 ), berarti terdapat multikolinieritas c. Uji Heterokedastisitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot, jika pada data berpencar disekitar angka nol (0) pada sumbu y dan tidak membentuk pola atau trend garis tertentu (Santoso, 2003: 28). Model regresi yang baik adalah 1. Analisis Regresi Berganda. Analisis Regresi linier bergandadigunakan untuk mengetahui berapa jauh pengaruh dari variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen), dan dilakukan pengujian koefisien regresi dengan menggunakan uji-F untuk pengujian secara simultan, dan uji-t untuk menguji koefisien regresi secara parsial. Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi (tingkat kesalahan= ά ) sebesar 5%. Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ e Dimana : Y : Variabel Terikat (Dependent Variabel) a : Nilai Intersep (Konstanta) b : Koefisien regresi X1, X2,X3 : Variabel Bebas (Independent Variabel) e : Epsilon atau Error pada garis regresi, merupakan selisih nilai Y yg diprediksikan dengan nilai Y yang diperoleh. Setelah memperoleh persamaan regresi linier berganda dan selanjutnya melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-F untuk menguji koefisien regresi secara bersamasama (simultan) yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari semua variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat dan uji-t, untuk menguji koefisien regresi secara parsial, yaitu menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis Pembahasan. Deskripsi Subyek penelitian ini akan diuraikan karakteristik responden yang ditinjau dari jenis kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan, dan lamanya bekerja. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah responden karyawan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang ( 48%), dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 orang (52 %). Responden karyawan yang berusia 17-20 tahun sebanyak 5 orang (10%), karyawan yang berusia 21- 25 tahun sebanyak 20 orang ( 40 %), dan karyawan yang berusia 26 – 30 tahun sebanyak 20 orang ( 40%), serta karyawan yang berusia diatas 30 tahun sebanyak 5 orang ( 10 %). Data responden 138 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 karyawan berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa karyawan yang berpendidikan SMA/ Sederajat sebanyak 47 orang ( 94 %), sedangkan karyawan yang berpendidikan dibawah SMA sebanyak 3 orang ( 6 %). Status pernikahan dari responden karyawan menunjukkan bahwa sebanyak 24 orang ( 48 %) yang belum menikah, sebanyak 25 orang ( 50 %) yang menikah, sedangkan 1 orang ( 2 %) karyawan pernah menikah. Berdasarkan lamanya masa kerja karyawan menunjukkan sebanyak 13 orang ( 26 %) berkerja kurang dari 1 tahun, masa kerja 1 – 3 tahun sebanyak 30 orang ( 60 %), sedangkan masa kerja karyawan > 3 tahun sebanyak 7 orang ( 14 %).Deskripsi obyek penelitian berisikan tanggapan responden terhadap kelompok pernyataan atas kepuasan kerja, motivasi kerja, komitmen organisasi, dan kinerja karyawan berdasarkan penilaian skala likert dengan penjelasan sebagai berikut: Tabel 6. Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kepuasan Kerja_1 50 1,00 4,00 2,5400 ,93044 Kepuasan Kerja_2 50 2,00 7,00 4,9600 1,29300 Kepuasan Kerja_3 50 2,00 7,00 5,0000 1,21218 Kepuasan Kerja_4 50 1,00 7,00 4,9200 1,32234 Motivasi_1 50 2,00 6,00 4,5600 1,16339 Motivasi_2 50 1,00 7,00 4,0000 1,38505 Motivasi_3 50 1,00 7,00 4,1800 1,49407 Motivasi_4 50 1,00 7,00 5,3600 1,08346 Motivasi_5 50 2,00 7,00 5,0400 1,32419 Komitmen_1 50 1,00 6,00 3,7600 1,50591 Komitmen_2 50 1,00 6,00 2,5600 1,37262 Komitmen_3 50 1,00 6,00 3,5000 1,19949 Komitmen_4 50 1,00 7,00 4,0000 1,01015 Komitmen_5 50 1,00 6,00 4,1800 ,91896 Kinerja_1 50 1,00 7,00 4,8400 1,44787 Kinerja_2 50 1,00 7,00 4,4800 1,23288 139 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Kinerja_3 50 Valid N (listwise) 50 1,00 7,00 4,5600 1,28031 Sumber : Data Primer (Hasil SPSS). Dari table diatas dapat diketahui bahwa nilai mean (×) untuk setiap butir pernyataan terhadap variable dependent dan variable independent menunjukkan bahwa pada sebagian besar responden merasa tidak setuju (2) dan agak setuju (5) akan pernyataan pada variable tersebut. Pengujian Asumsi Model Regresi . Uji Normalitas. Hasil uji normalitas/ normal plot atau distribusi datanya normal, karena titik-titiknya mengikuti arah garis diagonal.Jadi dapat disimpulkan model regresi layak digunakan. Gambar 1 Uji Multikolinieritas. Cara mendeteksi adanya multikolinieritas, yaitu berdasarkan besaran VIF Variance Inlation Factor) variable independen. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada table dibawah ini : 140 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Tabel 7 Coefficientsa Unstandardized Standardiz Coefficients ts Model B Std. Error Beta Collinearity Statistics t Toleran Sig. ce VIF (Constant) -1,302 ,552 -2,359 ,023 Kepuasan Kerja ,614 ,111 ,485 5,529 ,000 ,756 1,32 3 Motivasi ,338 ,117 ,257 2,896 ,006 ,740 1,35 1 Komitmen ,469 ,130 ,330 3,596 ,001 ,692 1,44 6 a. Dependent Variable: Kinerja Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa ketiga besaran VIF yang diperoleh lebih kecil dari angka 5, artinya hal ini menunjukkan tidak terdapat multi, sehingga model regresi layak digunakan pada penelitian ini. Uji Heteroskedastisitas. Untuk mengetahui apakah terdapat heteros atau tidak, maka Scatter- plot berikut ini : dapat dilihat pada Gambar 2 141 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Titik-titk pada Scatter Plot menyebar tidak beraturan, dapat diartikan bahwa model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas, sehingga layak digunakan untuk penelitian ini. Analisis Data. Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada , maka terdapat dua persamaan structural, dimana X1 – X3 adalah Variabel eksogen, dan Y adalah variable endogen. Persamaan strukturalnya adalah sebagai berikut :Y1 = 0,875+0,284 X1 + 0,322 X2 ( Regresi – Substruktur 1) Dari persamaan diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :a). Nilai konstanta (a) = 0,875, artinya bahwa apabila nilai variable independennya sama dengan nol, maka nilai y = 0,875. b) Nilai koefisien X1 = 0,284, hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai X1 meningkat 1 satuan, maka kinerja akan meningkat sebesar 0,284 satuan dengan asumsi factor lainnya tetap.c). Nilai koefisien X2 = 0,322, hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai X2 meningkat 1 satuan, maka kinerja akan meningkat sebesar 0,322 satuan dengan asumsi factor lainnya tetap.Untuk mengetahui besarnya variabilitas kepuasan kerja dapat diterangkan variable Motivasi kerja, dapat dilihat pada angka R Square dibawah ini : Tabel 8 Model Summaryb Model R Square R ,555 1 ,308 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate ,279 ,68111 a a. Predictors: (Constant), Motivasi, Kepuasan Kerja b. Dependent Variable: Komitmen Besarnya angka R Square (R2) adalah 0,308, angka ini digunakan untuk melihat besarnya variabilitas komitmen organisasi dapat diterangkan dengan menggunakan variable pengaruh motivasi dan kepuasan kerja sebesar 30,8 %, sementara sisanya sebesar 69, 2 % diterangkan oleh variable lainnya diluar model ini. Untuk mengetahui apakah model regresi ini telah memenuhi syarat signifikansi atau belum, maka diperlukan pengujian anova (Uji F) , dapat dilihat dibawah ini : Tabel 9 Model Sum of df Mean F Sig. squares Square 9,716 1 Regression 2 4,858 10,472 ,000a Residual 21,804 47 ,464 Total 31,520 49 a. Predictors: (Constant), Motivasi, Kepuasan Kerja 142 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 b. Dependent Variable: Komitmen Berdasarkan hasil uji anova (Uji F), maka dapat dijelaskan bahwa variable komitmen organisasional dapat berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan motivasi kerja karyawan, walaupun hanya 30,8 % saja. Persamaan struktural yang ke -2 adalah sebagai berikut : Y2 = -1,302 + 0,614 X1 + 0,338 X2 + 0,469 X3 ( Regresi- Substruktur 2) Dari persamaan diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut : a). Nilai konstanta (a) = -1,302, artinya bahwa apabila nilai variable independennya sama dengan nol, maka nilai Y = -1,302 (Menurun). b). Nilai koefisien X1 = 0,614, hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai X1 meningkat 1 satuan, maka kinerja akan meningkat sebesar 0,614 satuan dengan asumsi factor lainnya tetap. c). Nilai koefisien X2 = 0,338, hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai X2 meningkat 1 satuan, maka kinerja akan meningkat sebesar 0,338 satuan dengan asumsi factor lainnya tetap.d).Nilai koefisien X3 = 0,469, hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai X3 meningkat 1 satuan, maka kinerja akan meningkat sebesar 0,469 satuan dengan asumsi factor lainnya tetap. Dari penjelasan diatas, dapat lihat di dalam table dibawah ini : Tabel 10 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model B Std. Error Standardized Coefficients Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) -1,302 ,552 -2,359 ,023 Kepuasan Kerja ,614 ,111 ,485 5,529 ,000 ,756 1,323 Motivasi ,338 ,117 ,257 2,896 ,006 ,740 1,351 Komitmen ,469 ,130 ,330 3,596 ,001 ,692 1,446 a. Dependent Variable: Kinerja 143 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Pembahasan Pembahasan dari masing-masing pengaruh antar variable, dapat dijelaskan sebagai berikut: Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.Pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara kepuasan kerja dengan kinerja karyawan dengan sig. sebesar 0,000(< 0,05). Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Grant (2001),Burton (2002),Eva Kris D.(2009) bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.Berdasarkan standardized regession dapat diketahui bahwaindikator kepuasan dengan rekan sekerja merupakan indikator kepuasan kerjayang paling mengindikasikan peranan terbesar dalam mengukur kepuasan kerja,dengan nilai estimasi sebesar 0,88 , sedangkan indikator yang memiliki nilaiindikator yang paling rendah adalah kepuasan terhadap atasan (supervisor) sebesar0,65. Hal tersebut menunjukkan bahwa karyawan merasa kurang puas apabilasupervisor (atasan) mengawasi mereka pada saat jam kerja. Karyawan lebih sukaapabila mereka bekerja dengan teman sekerja mareka dibandingkan bersamadengan atasannya. 2). Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan,Pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada pengaruhpositif antara motivasi dengan kinerja karyawan dengan sig. sebesar 0,006<0,05.Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Grant (2001),Burton (2002),Eva Kris D.(2009) bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.Berdasarkan standardized regession weight dapat diketahui bahwaindikator uang dan penghargaan lainnya secara keseluruhan merupakan indicator motivasi yang paling berpengaruh dengan nilai estimasi sebesar 0,89. Lebihlanjut, indikator yang memiliki nilai indikator yang paling rendah adalah evaluasisebesar 0,77. Hal ini berarti bahwa karyawan outsourcing bekerja semata–matahanya demi uang tanpa memperhatikan tingkat kinerjanya. Karyawan tidak sukajika atasan mengevaluasi hasil pekerjaannya.Sedangkan pada variabel kinerja karyawan, berdasarkan standardizedregession weight dapat diketahui bahwa indikator kuantitas kerja karyawanmerupakan indikator yang paling berpengaruh dengan nilai estimasi 0,83,sedangkan indikator kreativitas karyawan kurang berpengaruh dengan nilaiestimasi sebesar 0,71. Hal itu menunjukkan bahwa jumlah hasil pekerjaanseseorang dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah ditetapkan oleh perusahaandapat memperlihatkan kinerja karyawan tersebut, sedangkan kreativitas karyawanyang rendah disebabkan karyawan dapat menyelesaikan masalah pekerjaandengan mudah tanpa harus mencari jalan keluar yang rumit. 3). Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional. Pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada pengaruhpositif antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasional dengan nilai sig. sebesar 0,019<0,05. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Grant (2001), Eva Kris D. (2009) yang mengemukakan bahwakepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional.Berdasarkan standardized regession dapat diketahui bahwaindikator kepuasan dengan teman sekerja merupakan indikator yang berpengaruhdengan nilai estimasi 0,88, sedangkan indikator kepuasan dengan atasan kurangberpengaruh dengan nilai estimasi sebesar 0,65. Hal tersebut menunjukkan bahwakepuasan karyawan dengan teman sekerja mempengaruhi komitmen merekaterhadap perusahaan.Selain itu, kepuasan terhadap atasan juga memberikanpengaruh terhadap komitmen walaupun kecil. 4). Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasional. Pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada pengaruhpositif antara motivasi dengan komitmen organisasional dengan nilai sig. sebesar 0,011< 0,05. Hasilini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Burton, James P., Thomas W 144 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Lee,Brooks C Holtom (2002) yang mengemukakan bahwa karyawan yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki komitmen yang tinggi pula terhadap perusahaan. Berdasarkan standardized regession dapat diketahui bahwa indikator uang dan penghargaan lainnya merupakan indikator yang berpengaruh dengan nilai estimasi 0,89, sedangkan indikator evaluasi kurang berpengaruh dengan nilai estimasi sebesar 0,77. Hal tersebut menunjukkan bahwa bagi karyawan outsourcing, motivasi bekerja karena uang atau penghargaan lainnya memiliki pengaruh yang besar dibandingkan indikator lainnya sehingga dapat mempengaruhi komitmen mereka terhadap perusahaan yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja karyawan tersebut. 5). Pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan. Pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada pengaruhpositif antara komitmen organisasional dengan kinerja karyawan dengan nilai sig. sebesar 0,001< 0,05. Hasil ini mendukung penelitian Burton dkk.(2002), Eva K.D. (2009) yang mengemukakan bahwa komitmenorganisasional memiliki korelasi signifikan positif dengan kinerja karyawan.Berdasarkan standardized regession dapat diketahui bahwaindikator arti perusahaan bagi diri merupakan indikator yang berpengaruh dengannilai estimasi 0,85, sedangkan indikator perasaan sebagai bagian dari perusahaankurang berpengaruh dengan nilai estimasi sebesar 0,76. Hal tersebut menunjukkanbahwa status sebagai karyawan outsourcing dengan jangka kontrak hanya per – 1tahun menyebabkan komitmen karyawan terhadap perusahaan menjadi rendahsehingga kinerja mereka kurang.Dari data yang diperoleh, prosentase karyawanyang terbesar adalah karyawan memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun sehinggakomitmen terhadap perusahaan masih rendah. Namun disisi lain, karyawandengan masa kerja lebih dari tiga tahun memiliki komitmen yang tinggi terhadapperusahaan karena mereka masih diperpanjang masa kontraknya bahkanmemperoleh reward dari perusahaan sehingga hasil dari penelitian ini masihmenunjukkan arah yang positif tapi tidak signifikan. Penutup Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian ini, variabel kepuasan kerja berpengaruhsignifikan positif terhadap komitmen organisasional, namun variabel motivasimenunjukkan hasil yang tidak signifikan positif terhadap komitmenorganisasional. Di sisi lain, hubungan antara komitmen organisasional terhadapkinerja karyawan tidak signifikan positif, seperti yang dihipotesiskan dari awalpembahasan. Sedangkan variabel kepuasaan kerja dan motivasi, menunjukanpengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja karyawan. Maka, beberapa halyang dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan PT J sehubungan dengan usaha meningkatkan kinerja karyawan antara lain: 2. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa indikator kepuasan kerja yangpaling besar adalah kepuasan terhadap teman sekerja, sedangkan indicator yang paling kecil adalah kepuasan terhadap atasan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan tidak merasa puas dengan atasannya.Oleh karena itu, perlu diciptakan iklim kerja yang kondusif antara karyawan dan atasan agar setiap individu dapat bekerja dengan sebaik-baiknya. 3. Hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa komitmen organisasionaltidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Haltersebut mengindikasikan bahwa karyawan outsourcing memiliki komitmenyang rendah terhadap 145 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 perusahaan, maka hendaknya perusahaan mempekerjakan karyawan tetap pada bagianbagian produksi yang penting sehingga tidak mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. 4. Karyawan outsourcing hanya ditempatkan pada bagian yang tidak mempengaruhi proses produksi sehingga tidak menimbulkan resiko tinggi. 5. Dari model yang diajukan, kepuasan kerja dan motivasi lebih berpengaruhpositif signifikan terhadap kinerja karyawan dibandingkan dengan komitmenorganisasional terhadap kinerja karyawan. Jadi, pimpinan dapat menfokuskanpada kepuasan kerja dan motivasi kerja jika ingin meningkatkan kinerjakaryawan karena akan sangat sulit untuk meningkatkan komitmen mengingatstatus karyawan outsourcing. Saran Berdasarkan hasil analisis pembahasan dan kesimpulan yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :Adanya keterbatasan waktu karena padatnya jam kerja pada karyawan outsorcing sebagai sumber informasi dari PT. J sehingga data yang di peroleh tidak maksimal.Adanya keterbatasan jumlah responden yang hanya berjumlah 50 orang. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan melihat keterbatasan pada penelitian ini yang dapat dijadikan sumber ide bagi pengembangan penelitian ini dimasa yang akan datang. Perluasan penelitian yang disarankan dari penelitian ini adalah menambah variabel independen yang mempengaruhi komitmen organisasional untuk meningkatkan kinerja karyawan.Selain itu indikator-indikator penelitian yang digunakan dalam penelitian dapat ditambah dengan indikatorindikator lain diluar penelitian ini yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Daftar Pustaka Amtrong, Michael, (1994), Handbook of Personel Management Practise”, 4thed, Kopan London. Allen, Nj.,Meyer Pj.,and Smith CA., (1993)”, Commitment to Organisazation and Occupations: Extention and Test of a Three-Component Conceptualization”, Journal of Applied Psychology, Vol. 78, no. 4. Burton, James P; Lee, Thomas W; Holtom, Brooks C, (2002), “The influence of Motivation to Attend, Ability to Attend, And Organizational Commitment on Different Types of Absence Behaviors,” Journal of Management Issues Summer. P. 181-197. Chandra K. (2007),” Outsourcing (Alih daya) dan Pengelolahan Tenaga Kerja pada Perusahaan: (Tinjauan Yuridis terhadap UU no.13/2003 tentang Ketenagakerjaan)”, Jurnal Hukum, Mei 20.2007. Cooke, Ernest F.,(1999), “Control and Motivation in Sales Management Compensation Plan”, Journal of Marketing Theory and Practice. through The Dessler, Gary, (1992), “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jakarta: PT. Prehalindo. 146 Muhammad Tony Nawawi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Doyle, P. and Wong,V.’(1998), “Marketing and Competitive Performance: An Empirical Study”, European Journal of Marketing, Vol.32 :5/6 Page:514-535. Dian Tri Utami (2008), “Hubungan Outsourcing di PT X. Job Insecurity dengan kepuasan kerja karyawan Fuad Mas’ud, (2004), Survai Diagnosis Organisasional”,Semarang: BP Undip. Grant, kent et al, (2001),”The role of Satisfaction With Territory Design on The Motivation, Attitudes, and Work Outcomes of Salespeople”, Journal of The Academy of marketing Scienses, vol.23, no. 2, p.165-178. Gunarto, S.(2006),”Perlindungan Hukum Yogyakarta: Universitas Atmajaya. bagi Tenaga kerja kontrak Outsourcing”, Ghozali, Iman (2001), Aplikasi analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang: BPUndip. Husien, Umar, (2005),” Metode Penelitian Untuk Bisnis”, Jakarta: Erlangga. Johnson, Dongoran, (2001),”Komitmen Ekonomi, 7(1), hal.35-36. Organisasional: Dua sisi Sebelah Koin”, Dian Luthan, Freed, (2002), Organizational Behavior”, Sixth Ed. Boston: McGraw-Hill, Inc. Mangkunegara, Anwar P.(2008),”Manajemen SDM Perusahaan”, Bandung: PT.Rinaja Rosdakarya. McNeese-Smith, Donna (1996), Increasing Employee Productivity, Job Satisfaction, and Orgl Commitment,”Hospital & Health Services adm, Vol.41: 2p.160-175. Moh.Faiz Pan.(2007), Outsourcing (Alih daya) dan Pengelolahan Tenaga Kerja pada Perusahaan. (Tinjauan Yuridis terhadap UU no.13/2003 tentang Ketenagakerjaan) Ostroff, C.,(1992), “The relationship Between Satisfaction Attitudes and Performanceon Organizational level Analysis”, Journal of Applied Psychology, Vol. 77. No. 6 p. 963974. Robbins, Stephen P.(2008),”Perilaku Organisasi”. Jakarta: PT. Salemba Empat Terjemahan: Angelica Diana. ------------------- (1996), Organizational Behavior Concept, Controversiest, Application”, Eagle wood Cliffs, Prentice Hall Inc.. Sugiyono, (2006), Metode Penelitian Bisnis, Ed.8. Bandung: Alfabeta. Santoso,singgih dan Tjiptono, Fandy (2003), “Riset Pemasaran konsep dan Aplikasi dengan SPSS”, Jakarta, PT. Elex Media Komputerindo. T.Hani Handoko (2001), Manajemen Personalia dan SDM, Yogyakarta: BPFE. 147 Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 EKONOMI KREATIF DAN BUSINESS MODEL CANVAS BAGI WIRAUSAHA SOSIAL DI SEKTOR UKM Oleh : Dedi Rianto Rahadi Email : [email protected] Universitas Presiden Abstrak Ekonomi kreatif dapat dijadikan pilihan bagi Social Entrepreneur untuk mengembangkan sektor UKM menghadpi persaingan. Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep dan gagasan di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama. Business Model Canvas sebagai alat untuk membantu melihat lebih akurat bagaimana bentuk usaha yang sedang atau akan dijalani atau untuk menggambarkan sebuah bisnis secara menyeluruh. Metode kualitatif interaktif digunakan dalam penelitian, dimana menggunakan studi yang mendalam dengan menggunakan teknik pengumpulan data langsung secara alamiah. Sumber informasi adalah informan yang terlibat dalam kewirausahaan sosial, seperti Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat serta UKM yang akan dijadikan model penerapan kewirausahaan sosial melalui Business Model Canvas. Hasil Penelitian menunjukkan model bisnis kanvas, minimal memberikan arahan kepada sektor UKM untuk mengetahui apa yang harus dilakukan. Pilihan ekonomi kreatif merupakan inovasi dengan memanfaatkan teknologi informasi yang semakin murah. Penjualan online, design system dan membuat iklan online menjadi pilihan bagi sektor bisnis UKM. Kedepan perlu dilakukan pembinaan dan pendampingan agar UKM selalu kreatif dan inovatif dalam menjalankan usaha sosialnya. Kata Kunci : Business Model Canvas, ekonomi kreatif dan Social Entrepreneur Latar Belakang Model kreativitas yang didukung nilai seni, teknologi, pengetahuan dan budaya menjadi modal dasar untuk menghadapi persaingan. Social entrepreneurship memiliki peluang untuk mewujudkan kreatifitas dalam membantu permasalahan sosial yang dihadapi Indonesia. Kewirusahaan sosial merupakan bagian dari solusi alternatif yang kreatif karena tidak hanya berorientasi pada keuntungan belaka akan tetapi juga kesejahteraan masyarakat. Melalui kewirausahaan sosial, minimal masalah ketimpangan ekonomi dapat terurai melalui keterlibatan masyarakat khususnya seorang entrepreneur. Komunitas entrepreneur akan dilibatkan langsung menjadi pelaku bisnis dan keuntungannya yang diperoleh sebagian dikembalikan ke masyarakat untuk dikembangkan. Diharapkan sektor UKM yang menjadi ujung tombak selalu mandiri dalam hal finansial dan tidak selalu menggantungkan pada kebijakan pemerintah. Ekonomi kreatif dapat dijadikan pilihan bagi Social Entrepreneur untuk mengembangkan sektor UKM menghadpi persaingan. Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep dan gagasan di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan Social Entrepreneur untuk 148 Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 ikut serta membantu masalah sosial. Menurut (Austin, James, Howard Stevenson, and Jane Wei-Skillern., 2006) didalam bukunya yang berjudul Entrepreuneurship Social Entreprise Corporate Social Responsibility : Pemikiran, konseptual dan praktik kewirausahaan sosial adalah Social entrepreneurship is innovative, social value creating activity that can occur within or across the nonprofit, business, and public sectors. Artinya kewirausahaan sosial adalah upaya inovatif, aktifitas menciptakan nilai sosial yang dapat terjadi di dalam atau di bisnis, nirlaba, dan sektor publik. Seseorang Social Entrepreneur paham dan mengerti terhadap permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan dari kinerja keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan) maka social entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan oleh masyarakat. Untuk mendukung kegiatan Social entrepreneurship dibutuhkan tools yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan aktifitas operasional usahanya. Business Model Canvas (BMC). Business Model Canvas sebagai alat untuk membantu melihat lebih akurat bagaimana bentuk usaha yang sedang atau akan dijalani. Atau dengan kata lain BMC adalah bentuk gambaran yang sederhana dan mudah dimengerti untuk menggambarkan sebuah bisnis secara menyeluruh. Salah satu sektor usaha yang dapat dijadikan mitra adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) khususnya di Kota Palembang. Jumlah UKM di kota Palembang relatif kecil yaitu sebesar 130 perusahaan (lihat tabel 1) tidak sebanding dengan jumlah penduduk kota palembang 1.580.517 orang pada tahun 2015 (BPS Kota Palembang, 2015). Tabel 1. Industri UKM dan Jumlah Tenaga Kerjanya di Kota Palembang, 2015 Sektor usaha yang banyak dilakukan UKM diantaranya usaha kuliner, fashion (pakaian, kain), furniture dan usaha perdagangan kecil (warung tradisional). Jumlah tenaga kerja yang digunakan masih relatif kecil tetapi hal ini harus menjadi tantangan bagi stakeholder khususnya Social entrepreneurship untuk membantu keberlangsungan UKM. 149 Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Hasil observasi dilapangan menunjukkan permasalahan yang dihadapi UKM di kota palembang hampir relatif sama di berbagai daerah di Indonesia, diantaranya masalah permodalan serta kreatifitas dan inovasi dalam mengembangkan usahanya. UKM masih mengedepankan pendekatan tradisional dan minim dalam mengembangkan usahanya. Di sisi lain jumlah Social entrepreneurship relatif masih minim dan keberadaan yang mudah ditemui adalah Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat. Kondisi ini menunjukkan perlu dilakukan pembinaan dan pendampingan agar UKM dapat berkembang dan menjadi pelaku Social entrepreneurship. Perumusan masalah adalah bagaimana social entrepreneur dapat mendukung ekonomi kreatif bagi UKM melalui business model canvas ?. Tujuan penelitian untuk membantu social entrepreneur mendukung ekonomi kreatif bagi UKM melalui business model canvas. Landasan Teori Business Model Canvas (BMC). Menjabarkan model bisnis dengan benar akan membantu kita menemukan tujuan bisnis secara jelas dan membahas tentang target apa yang harus dicapai terlebih dahulu. Salah satu perangkat analisis yang bisa membantu kita menemukan model bisnis yang tepat adalah model bisnis kanvas. Model bisnis yang satu ini pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Osterwalder dalam bukunya yang berjudul Business Model Generation (Alexander Osterwalder, Yves Pigneur, 2010). Dalam buku tersebut, Alexander mencoba menjelaskan sebuah framework sederhana untuk mempresentasikan elemen-elemen penting yang terdapat dalam sebuah model bisnis. Bisnis Model Kanvas adalah salah satu alat untuk membantu melihat lebih akurat bagaimana rupa usaha yang sedang atau akan dijalankan. Berikut ini adalah komponen dari Business Model Canvas (BMC). a) Customer Segments (segmen pelanggan) yaitu menjelaskan siapa saja target-target pelanggan. Apakah memang untuk pasar masal, pasar tertentu yang tersegmentasi, pasar yang bersifat lebih khusus, atau yang seperti apa? Segmentasi dapat ditujukan kepada lebih dari satu pelanggan. Mendeskripsikan segmen pelanggan akan menentukan apa produk dan jasa yang nantinya akan diberikan kepada pelanggan. b) Value proposition (nilai yang ditawarkan) yaitu keseluruhan gambaran produk atau jasa yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan para customer, manfaat yang ditawarkan kepada segmen pasar yang dilayani. Nilai-nilai tambah apa saja yang bisa diberikan terkait untuk membantu pelanggan memenuhi kebutuhannya. c) Channels (saluran) yaitu bagaimana cara agar produk, jasa, dan nilai tambah yang kita ciptakan ini disadari, dibeli, dan sampai ke tangan customer sesuai dengan apa yang kita janjikan. Channels merupakan sarana bagi organisasi untuk menyampaikan value proposition kepada customer segment yang dilayani. Channels berfungsi dalam beberapa tahapan mulai dari kesadaran pelanggan sampai ke pelayanan purna jual. d) Revenue stream (aliran pendapatan) yaitu penjelasan tentang apa saja hal-hal yang membuat bisnis mendapatkan pemasukan dari para pelanggannya. e) Customer Relationship (hubungan dengan pelanggan) yaitu menjaga hubungan atau menjalin ikatan dengan pelanggan agar pelanggan merasa nyaman dan dekat. f) Key Activities (aktivitas utama) yaitu aktivitas atau proses kunci yang ada di bisnis tersebut. Merupakan kegiatan utama untuk dapat menjalankan atau menciptakan value proposition. 150 Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajeme men Bisnis Indonesia Vol. 3,, Nomor N 1, Oct 2015 g) Key Resources (sumber er daya utama) yaitu sumber daya kunci ci atau utama yang diperlukan dalam menc nciptakan nilai tambah bagi para pelanggan,, sumber daya yang miliki yang digunakann untuk u mewujudkan value proposition. Sumbber daya umumnya berwujud manusia, tekno nologi, peralatan,channel maupun brand. h) Key Partners (partner er utama) yaitu berhubungan dengan supplier,distributor, s atau partner dalam hal la lain. i) Cost structure (strukturr pembiayaan) yaitu penjelasan mengenai stru truktur-struktur biaya yang terlibat dan dikelua luarkan dalam bisnis, baik itu fixed andvariable le cost, maintenance cost, operational costt dan sebagainya. Komposisi biaya untuk tuk mengoperasikan organisasi mewujudkan an value proposition yang diberikan kepada pelanggan. p Struktur biaya yang efisien, menj njadi kunci besarnya laba yang diperoleh. Dari uraian tersebut dapat dilih ilihat pada gambar 1 Gambar 1. komponen ko dari Business Model Canvas (BM MC). Sumber : (Alexander (A Osterwalder, Yves Pigneur, 2010) 0) Kewirausahaan sosial (Socia ial Entrepreneurship) Berdasarkan pengert rtiannya, kewirausahaan sosial (Social Entrepreneurship) merupakan sebuah istilah turu runan dari kewirausahaan. Gabungan dari kedu dua kata, yaitu social yang artinya kemasyarakatan an dan entrepreneurship yang artinya kewirau ausahaan. Pengertian kewirausahaan sosial menuru urut (Gerald G. Smale, Graham Tuson, Daaphne Statham, Jo Campling, 2000) :“Social entrepreneurship en is ability to initiate, leadd and carry though problem-solving and an under erstanding that all resource all locations are re really stewardship investment”.(dalam handoutt Dialog D Interaktif Membangun Ekonomi Raky kyat Melalui Inovasi Kewirausahaan Sosial, 2008 08). Artinya kewirausahaan sosial adalah kemampuan k untuk menggagas, memimpin dan melaksanakan m strategi pemecahan masalah,, melalui m kerja sama dengan orang lain dalam semuua jenis jaringan sosial. Sedangkan menurut (Christian Seelos, Johanna Mair, 2017) kewirausahaan kew sosial adalah“social entrepreneurship as the innovative use of to create a sociall venture v are formed resource combinations to purs rsue opportunities aiming at the creation of organizations or and/or practices that yield and sustain sus social benefits.” Artinya kewirausaha haan sosial sebagai penggunaan inovasi untuk me membuat sebuah usaha sosial dari kombinasii sumber s daya untuk mengejar peluang dengan meengarah pada pembentukan organisasi dan/at /atau praktek-praktek 151 Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 yang dihasilkan dan mempertahankan manfaat sosial. Dari pengertian didatas, disimpulkan bahwa kewirausahaan sosial merupakan suatu gagasan atau ide menjalankan strategi pemecahan masalah sosial dengan memberdayakan masyarakat inovatif dan kreatif melalui kegiatan usaha sosial untuk menciptakan nilai-nilai dilingkungan masyarakat. dapat dalam secara sosial Elemen kewirausahaan sosial lebih ditekankan pada dua elemen kunci. Elemen pertama kewirausahaan sosial ditekankan pada inovasi, kewirausahaan adalah proses kreatif mengejar kesempatan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Sedangkan elemen yang kedua, kewirausahaan sosial menciptakan nilai-nilai sosial. Kedua dimensi dasar ini menandakan, bahwa kewirausahaan sosial berbeda dengan kewirausahaan bisnis. Pada tabel 2 memperlihatkan perbedaan motof sosial dan komersial menurut (Dees, 2001) Tabel 2. Motif Sosial dan Komersial Sumber (Dees, 2001) Enam Aspek Kewirausahaan Sosial Didalam menjalankan kegiatan kewirausahaan sosial, (Dees, 2001) terdapat enam aspek kewirausahaan sosial. Keenam aspek kewirausahaan sosial terdiri dari : a) Proses mendefinisikan tujuan misi (defining your mission) Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut, diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal organisasi dan mengetahui peran dan program serta hasil yang akan diperoleh dimasa mendatang. b) Proses mengenali dan menilai peluang (recognizing and assessing new opportunities). Setiap kewirausahaan sosial harus mampu mengenal, melihat dan menilai peluang. Sebagai contoh penggunaan teknologi informasi yang semakin murah, memiliki peluang untuk digunakan sebagai proses awal kegiatan sosial. c) Proses mobilisasi sumber daya (mobilizing resources). Sumberdaya tidak selalu indetik dengan uang, walaupun uang merupakan hal yang cukup penting, tetapi ada sumberdaya lainnya yang dapat melengkapi keberadaan 152 Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 uang. Memanfaatkan sumber daya yang tidak berwujud untuk menjalankan usaha, merupakan hal yang perlu menjadi perhatian, misalnya hubungan relasi, pengetahuan, ide sesuatu hal yang diperhatikan. d) Proses manajemen resiko (risk management). Seorang Social Enterpreneur dalam merealisasikan ide-idenya harus dihadapkan pada sebuah tantangan. (Dees, 2001) menjelaskan bahwa resiko dalam kewirausahaan sosial adalah: "For the purpose of our approach to nonprofit risk, we may simply say that risk is the “possibility of an undesirable outcome. We can further define risk by saying that it can be understood as having two basic components that allow us to determine the potential severity of risk: (1) the potential magnitude of undesirable outcomes if they do occur-the "downside"-and (2) the possibility that these undesirable outcomes will actually occur”. Artinya, resiko adalah kemungkinan yang tidak diharapkan. Resiko dapat didefinisikan sebagai dua komponen yaitu: (1) potensi besar yang tidak diharapkan terjadi karena tidak memperhitungkan sisi buruk, dan (2) kemungkinan bahwa hasil-hasil yang tidak diinginkan akan benar-benar terjadi. Jadi dalam merealisasikan ide atau gagasannya. Hambatan-hambatan dalam menjalankan suatu kegiatan kewirausahaan sosial muncul secara tidak terduga. (Dees, 2001) menyatakan resiko atau hal-hal tidak terduga yang harus dihindari oleh wirausahawan sosial adalah: Kerugian keuangan. Reputasi yang menjadi buruk. Rusaknya moral internal. Hilangnya pengaruh politik. Kehilangan kesempatan. Penyimpangan misi. e) Mengidentifikasi dan menarik pelanggan (understanding and attracting customers) Konsumen atau pelanggan didalam kewirausahaan sosial adalah mereka yang ikut berpartisipasi dengan sukses dalam mendukung misi sosial. Partisipasi ini bisa dalam bentuk penggunaan layanan, berpartisipasi dalam suatu kegiatan, relawan, memberikan uang atau barang untuk sebuah organisasi nirlaba, atau bahkan membeli layanan atau produk yang dihasilkan organisasi tersebut. Fokus wirausaha sosial pelanggan adalah untuk menyalurkan semua hasil sumberdaya sehingga tercipta kebaikan sosial. Mengidentifikasi pelanggan sangat penting karena pelanggan merupakan pasar untuk menyalurkan barang dan jasa. f) Proses Manajemen Keuangan (Financial Management). Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembiayaan secara efisien (Sartono, 2008) Ekonomi Kreatif Ekonomi kreatif adalah gagasan baru sistem ekonomi yang menempatkan informasi dan kreativitas manusia sebagai faktor produksi yang paling utama. Ide merupakan barang mahal dalam ekonomi kreatif, karena ide-ide yang kreatif inilah yang akan mendorong terciptanya inovasi-inovasi yang kemudian menjadi solusi baru dan produk baru, dimana ini merupakan jawaban selama ini atas masalah minimnya kualitas produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar. John Howkins mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai the creation of value as a result of idea. Howkins menjelaskan ekonomi kreatif sebagai “kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak 153 Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan Elemen Ekonomi kreatif Menurut (Auburn, 2007) elemen ekenomi kreatif meliputi input, kreasi, produksi, diseminasi dan dukungan sistem, seperti pada gambar 2. a) Input: Perusahaan yang menyediakan bahan, bagian, atau peralatan yang digunakan oleh perusahaan dalam kategori penciptaan misalnya, toko peralatan seni. b) Penciptaan: Semua perusahaan yang memproduksi kekayaan intelektual kreatif asli, atau keuntungan yang kompetitif bergantung pada menggabungkan estetika khas bahan ke dalam produk atau jasa mereka. Ini termasuk orang wiraswasta yang berasal konsep kreatif dan barang dagangan. c) Produksi: Perusahaan yang mereproduksi seni- atau barang atau jasa berdasarkan desain- seperti film dan video produksi, suara studio, penerbit, printer, dan penciptaan seni. komponen ini juga termasuk perusahaan manufaktur yang menggabungkan seni dan desain ke produk mereka, tetapi umumnya tidak dianggap perusahaan kreatif. d) Diseminasi: Entitas yang memberikan seni- atau produk berbasis desain-ke publik, seperti buku dan musik toko, teater, dan museum. e) Support System: Lembaga yang memfasilitasi seni dan desain berbasis aktivitas, termasuk sekolah, dewan kesenian, organisasi nirlaba, inkubator seni, agen, layanan bisnis, dan lembaga pemerintah. Gambar 2. Elemen Ekonomi Kreatif Sumber : (Auburn, 2007) Metodologi Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif interaktif, dimana menggunakan studi yang mendalam dengan menggunakan teknik pengumpulan data langsung secara alamiah. Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, dan menganalisis serta mengadakan sintesis data untuk memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, dan peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung diamati (Sukmadinata, 2009). Sumber informasi adalah informan yang terlibat dalam kewirausahaan sosial, seperti Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat serta UKM yang akan 154 Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 dijadikan model penerapan kewirausahaan sosial melalui Business Model Canvas. Pada gambar 3 memperlihatkan kerangka penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut : Tahap pertama, diawali lembaga social entrepreneurship melakukan pembinaan dan pendampingan dibidang ekonomi kepada bisnis-bisnis UKM yang ada diwilayahnya. Tahap kedua, bisnis usaha UKM diarahkan untuk menjadi kreatif dan inovatif melalui pendekatan ekonomi kreatif. Tahap ketiga setelah bisnis UKM telah menentukan bidang bisnis kreatifnya sesuai dengan usaha yang telah dijalankannya, selanjutnya pada tahap keempat, usaha bisnis UKM akan di beri pelatihan bagaimana membuat perencanaan bisnisnya dengan menggunakan Business Model Canvas. Gambar 3 : Kerangka Pemikiran Penelitian Hasil dan pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil observasi dilapangan memperlihatkan ada beberapa lembaga yang fokus pada kewirausahaan sosial diantaranya adalah Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat. Dompet Dhuafa (DD) Sumsel terus menggulirkan program untuk membantu masyarakat yang belum beruntung, dengan mengoptimalkan perannya lembaga sebagai jembatan antara kalangan yang berpunya (muzakki) dengan golongan lemah lainnya (mustahiq). Tujuan mulia dilakukan agar mereka yang membutuhkan tak perlu memelas, sedangkan yang memberi selamat dari perasaan jumawa (riya). Semangat kepedulian tersebut semakin nyata dirasakan dengan diwujudkan ke dalam beberapa program kepedulian Dompet Dhuafa (DD) Sumsel. Bersama masyarakat sebagai donatur serta stakeholder lainnya, DD Sumsel terus mengembangkan beberapa program, mulai dari program pengembangan sosial, pendidikan, kesehatan, hingga pemberdayaan dhuafa. Seperti halnya Dompet Dhuafa, aktifitas Rumah Zakat (RZ) adalah lembaga filantropi yang mengelola zakat, infak, sedekah, serta dana sosial lainnya melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Program pemberdayaan direalisasikan melalui empat rumpun utama yaitu Senyum Juara (pendidikan), Senyum Sehat (kesehatan), Senyum Mandiri (pemberdayaan ekonomi), serta Senyum Lestari (inisiatif kelestarian lingkungan). Kedua lembaga tersebut dari sisi ekonomi tidak hanya membantu dari sisi personal tetapi juga membantu UKM dalam mengembangkan usahanya. 155 Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Contoh Kegiatan DD memberikan program pelatihan keterampikan menjahit pada bulan Maret 2016, dan sudah berhasil memberikan kemampuan menjahit bagi 20 orang peserta. Pelatihan keterampilan membuat pempek ini sebagai tindak lanjut dari program Social Entrepreneur Camp (SEC). Agar kegiatan yang dilakukan tepat sasaran, hendaknya Wirausaha sosial melihat masalah sebagai peluang untuk membentuk sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat sekitar. Seorang social enterpreneur adalah seseorang yang cakap dalam melihat tantangan sebagai peluang, melihat sampah menjadi uang, dan melihat masyarakat sebagai subjek bukan objek dari usahanya. Masyarakat berperan sebagai mitra strategis usahanya, bukan sekedar sebagai pelanggan atau konsumen. Hasil yang ingin dicapai bukan mencari keuntungan materi atau kepuasan pelanggan, melainkan bagaimana gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat. Pola yang terjadi dalam kewirausahaan sosial adalah antara pengusaha – pekerja – masyarakat. Ketiganya bersinergi dalam membentuk simbiosis mutualisme, dampaknya adalah kesejahteraan, keadilan sosial dan pemerataan pendapatan. Dari hasil observasi dan wawancara terhadap 5 sektor bisnis UKM yang bergerak pada usaha kuliner, furniture dan feysion. Kegiatan yang mereka lakukan masih bersifat tradisional, dimana mereka lebih cenderung mengutamakan segmen pasar lokal. Keberadaan social enterpreneur (Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat) menjadi cukup penting untuk menjadikan sektor bisnis UKM sebagai mitra. Pengenalan dan pemahaman tentang ekonomi kreatif bagi sektor bisnis UKM sangat penting. Diawali dengan melihat keahlian, ketrampilan dan kreatifitas dari masing-masing sektor bisnis UKM dalam menciptakan inovasi usahanya. Dari hasil wawancara serta pengamatan terhadap sektor bisnis UKM yang mereka lakukan dapat disimpulkan, kecendrungan memanfaatkan teknologi informasi dalam menjalankan usahanya. Dimana teknologi informasi yang akan digunakan sudah banyak di pasaran dan harganya relatif murah. Aktifitas ekonomi kreatif yang mereka lakukan diantaranya design product, online shop dan media advertising online. Langkah selanjutnya akan diberikan pemahaman bagaimana membuat Business Model Canvas. Dengan merujuk dari Business Model Canvas dibuatlah pertanyaan terkait dengan model ekonomi kreatif. Mulai dari Customer Segment, diikuti dengan Value Proposition, Channel, Customer Relationship, Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partners, dan Cost Structure. Penjelasan Business Model Canvas dilakukan melalui role play, sehingga mereka lebih mudah dalam menterjemahkan apa yang harus mereka lakukan. Adapun hasil Business Model Canvas sebagai berikut : 156 Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 Gambar 4. Business Model Canvas Sektor Bisnis UKM Pada gambar 4, dibuat secara umum gambaran model bisnis canvas yang akan dilakukan sektor bisnis UKM. Bisnis UKM menyesuaikan dengan jenis usahanya misalnya kuliner, maupun produk furniture. Dari hasil model bisnis kanvas tersebut, minimal sektor UKM sudah mengetahui apa yang harus dilakukan, berdasarkan elemen ekenomi kreatif meliputi input, kreasi, produksi, diseminasi dan dukungan sistem (Auburn, 2007) . Pembahasan Persaingan Bisnis UKM Sektor UKM tidak luput dari persaingan bisnis yang kompetitif, cepat berubah, dan kondisi ini semakin sulit untuk perusahaan terutama untuk membuat keputusan bisnis. Sektor bisnis UKM akan berhadapan dengan informasi baru tentang teknologi informasi, siklus hidup produk yang lebih pendek, pasar global, dan persaingan ketat. Sektor bisnis UKM juga harus mengelola lingkungan, saluran distribusi, rantai pasok, implementasi TI yang mahal, kemitraan strategis, dan fleksibel untuk berkreasi dengan perubahan pasar. Untuk mendukung persaingan tersebut, Sektor usaha UKM dapat menerapkan model bisnis berbasis sosial. Ada beberapa manfaat dengan menerapkan model bisnis berbasis sosial. Pertama, terkait dengan komponen-komponen yang ada pada model bisnis kanvas, model bisnis kanvas memudahkan para perencana dan pengambil keputusan untuk melihat hubungan logis antara komponen-komponen dalam bisnis sosialnya, sehingga akan memberikan nilai bagi pelanggan dan perusahaan. Kedua, model bisnis kanvas dapat digunakan untuk menguji konsistensi hubungan antar komponen. Ketiga, model bisnis kanvas dapat digunakan untuk mengevaluasi semua elemen yang terlibat didalamnya. Keempat, model bisnis kanvas bersifat fleksibel bilamana terjadi perubahan-perubahan baik dari sisi internal maupun eksternal. Sektor bisnis UKM, akan didesain agar mampu memberi kompetensi/keahlian internal sehingga menghasilkan keuntungan kompetensi yang pada akhirnya dapat mewujudkan kreatifitas dan inovasi. Hal ini konsisten dengan resourced-based theory, yang melihat bahwa perusahaan kecil sebagai kumpulan dari berbagai sumber daya dan kapabilitas 157 Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 (Barney, 1991). Keuntungan kompetitif dapat muncul dari keputusan yang baik atas aktivitas biasa (misalnya: produksi), koordinasi yang baik antara berbagai aktivitas-aktivitas tersebut (misalnya: proses pengembangan produk), manajemen yang baik (misalnya: supply chain management) (Gulati, R., & Singh, H., 1998). Inovasi dalam model bisnis dapat membuat peluang yang besar dalam periode pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun, pemilihan model bisnis yang tepat bagi perusahaan merupakan hal yang sangat krusial karena akan memengaruhi atmosfer ekonomi dan peluang pasar. Diharapkan sektor bisnis UKM akan menjadi embrio dalam social entrepreneurship, dimana interaksi serta kemitraan dengan semua stakholder dan masyarakat menjadi sangat penting. Adanya ketidakpastian dari sisi internal dan eksternal sering terjadi disektor UKM. di lingkungan eksternal perusahaan biasanya ditentukan oleh tiga hal, yaitu kompleksitas, kestabilan, dan kelangkaan. Ketidakpastian ini dapat memengaruhi model bisnis perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu berinovasi dalam model bisnisnya untuk bertahan di tengah-tengah ketidakpastian tersebut. Dari sisi internal keberadaan sumber daya manusia perlu ditingkatkan dan terus dilakukan pendampingan guna meningkatkan ketrampilan baik dari sisi managemen maupun kreatifitasnya. Inovasi model bisnis berbasis sosial perlu dipahami para pelaku UKM, agar mampu mengenal pesaing baik sebagai ancaman maupun sebagai mitra serta pengembangan usahanya dimasa depan. (Raphael Amit and Christoph Zott, 2012). Pengembangan Wirausaha sosial Untuk memotivasi sektor bisnis UKM, perlu dilakukan kompetisi agar menjadi mandiri dan terus memiliki ide kreatif. Kewirausahan sosial sebagai pihak yang memiliki kompetensi serta pengalaman dibidang usaha sosial dapat menjadi pelopor dalam mengadakan kompetisi usaha sosial. Tujuan dari kompetisi ini adalah mengidentifikasi dan mendukung wirausahawan sosial potensial yang memiliki ide cemerlang untuk membantu mengembangkan potensi masyarakat. Bisnis usaha UKM yang memiliki ide-ide brilian untuk membuat dan mengelola wirausaha sosial perlu dibantu dan didampingi agar tetap berkreasi. Wirausaha sosial diidentifikasi melalui proses seleksi kompetisi akan mendapat kesempatan peningkatan kapasitas dan jaringan, termasuk kesempatan untuk memenangkan dana awal untuk mendukung pembentukan dan pertumbuhan usaha sosial mereka. Kompetisi ini dirancang untuk mengidentifikasi dan mendukung wirausahawan sosial untuk menginspirasi generasi pembuat perubahan yang potensial. Selain diadakan kompetisi, perlu juga dilakukan peningkatan keterampilan untuk wirausahan sosial (Skills for social entrepreneurs/SSE). Pembelajaran dilakukan dengan menyediakan pelatihan keterampilan dan pendampingan profesional bagi para calon dan praktisi wirausaha, termasuk akses terhadap keahlian dari lembaga yang memiliki pengalaman dibidang kewirausahaan sosial. social entrepreneurs juga diikutsertakan dalam jaringan rekan global, dan peluang pendanaan yang memungkinkan mereka untuk membangun usaha sosial yang sukses. Tujuan diberikan keterampilan untuk Wirausahawan Sosial (SSE) adalah mendukung organisasi dalam bidang wirausaha sosial dengan menggunakan pendekatan bisnis untuk memenuhi kebutuhan sosial dan lingkungan dengan demikian memberikan dampak positif di komunitas mereka. Kesimpulan dan Saran Dari hasil uraian diatas dapat disimpulkan sektor bisnis UKM di kota Palembang memiliki peluang untuk menjadi social entrepreneur, hal terlihat adanya dukungan social entrepreneuship terhadap keberadaan UKM. Ekonomi kreatif dapat menjadi pilihan bagi UKM dalam mengembangkan usahanya menuju social entrepreneuship. Pengembangan 158 Dedi Rianto Rahadi Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 sektor UKM akan menjadi lebih optimal bilamana UKM dibekali bagaimana membuat Business Model Canvas, sebagai landasan dalam menjalankan usahanya. Saran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas social entrepreneuship, dapat dilakukan kompetisi untuk memperoleh bantuan pendanaan serta diberikan pelatihan dan pendampingan secara berkesinambungan. Kemitraan dengan masyarakat sangat penting sebagai indikator keberhasilan dalam menumbuhkan kemandirian dimasyarakat serta mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pemerintah. Daftar Pustaka Alexander Osterwalder, Yves Pigneur. (2010). Business Model Generation: A Handbook for Visionaries, Game Changers, and Challengers. New Jersey: Wiley. Auburn, M. (2007). Creativity in the Natural State Growing Arkansas’ Creative Economy. Regional Technologies Strategies, Inc., Volume 1 • April 2007. Austin, James, Howard Stevenson, and Jane Wei-Skillern. (2006). Social and Commercial Entrepreneurship: Same, different and. Retrieved fromProQuest ebrary, 1-22. Barney, J. (1991). Special Theory Forum The resource-based model of the firm. Journal of Management, , pp. 97-98. Bernadette Josephine James and Corina Joseph. (Volume 31, 2015). Corporate Governance Mechanisms and Bank Performance: Resource-based View. Procedia Economics and Finance, Pages 117-123. Christian Seelos, Johanna Mair. (2017). Innovation and Scaling for Impact: How Effective Social Enterprises Do It. California: Stanford University Press. Dees, J. G. (2001). The Meaning of "Social Entrepreneurship. North Carolina, United States: Duke University’s Fuqua School of Business. Gerald G. Smale, Graham Tuson, Daphne Statham, Jo Campling. (2000). Social Work and Social Problems: Working Towards Social Inclusion and Social Change. Basingstoke, Great Britain: Palgrave Macmillan. Gulati, R., & Singh, H. (1998). The architecture of cooperation: Managing coordination costs and appropriation concerns in strategic alliances. Administrative Science Quarterly, 781–814. Raphael Amit and Christoph Zott. (2012). creating-value-through-business-modelinnovation. MIT Sloan Management Review, VOL.53 NO.3. Sartono, A. (2008). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Yogyakarta: BPFE. Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidik. Bandung: Rosdakarya. 159 AAR BUMN Business Model Canvas CAAR Cash Holding client- request Data Panel ekonomi kreatif employee performance event study Harga hypotheses testing IHSG Incremental Inflasi Islamic Work Ethic job motivation Job Satisfaction job satisfaction Kausalitas Granger Kepercayaan kepuasan pengguna kesediaan untuk membayar dengan harga premium Keterlibatan konsumen Kualitas layanan Kualitas Produk Locus of Control multiple regression Nilai Tukar operating system organizational commitment Parliament Perpustakaan BPS Kota Malang Politics POS Purposive Sample sikap terhadap merek Social Entrepreneur status merek web application : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27 97, 98, 100, 101, 102, 108, 109, 110, 111, 112 148, 149, 150, 151, 155, 156, 157, 159 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27 97, 98, 100,102, 104, 108, 109, 110, 111, 112 29 97, 100, 102, 106, 107, 148, 150, 153, 156, 158 129 14, 17, 18, 28 61, 62, 63, 64, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78 129 46, 47, 52, 54, 56, 58, 59 29 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59 1, 11, 12, 13 129 1, 12, 13 129, 131, 147 46, 53, 54, 56, 59 61, 62, 63, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77 113, 114, 115, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127 79, 80, 82, 83, 88, 93, 94, 95 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 88, 89, 93, 94, 95, 113, 115, 116, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127 61, 62, 63, 64, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 129 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59 29 129, 146 14, 28 113, 114, 117, 124, 125 14 29, 33 97 80, 82, 83, 86, 88, 89, 93 148, 149, 150, 151, 155, 156, 158, 159 79, 80, 81, 82, 83, 85, 86, 88, 89, 93, 94, 95 29 Muhamad Ridhayantho, Noermijati, Dodi W. Irawanto PERAN ETIKA KERJA ISLAMI DAN LOCUS OF CONTROL DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI (STUDI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH - SKPD, KAB. BUTON UTARA) 1 Yovinda Trista Yuliana, I Made Sudana REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP PERISTIWA POLITIK DI PARLEMEN INDONESIA TAHUN 2014 (STUDI PERISTIWA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI) 14 Kevin Suteja, Rinabi Tanamal, David Boy Tonara IMPLEMENTASI SMS GATEWAY & BACKEND WEBSITE DINAMIS SEBAGAI COMPANY PROFILE DAN DELIVERY ORDER RESTAURANT HOTEL OLYMPIC SURABAYA 29 Rizki Adi Saputra, D. Agus Harjito HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR DENGAN HARGA SAHAM DAN INFLASI DI INDONESIA 46 Andreas Pardomuan Purba, Endang Ruswanti PENGARUH KEPERCAYAAN, HARGA, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BBM PERTALITE (STUDI KASUS PADA PENGGUNA BBM PERTALITE DI WILAYAH PURI KEMBANGAN, JAKARTA BARAT) 61 Dani Rizqi Rakhman, Budi Astuti ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP KESEDIAAN MEMBAYAR HARGA PREMIUM PADA PRODUK FASHION, DIMEDIASI OLEH STATUS MEREK DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK 79 Ajeng Andriani Hapsari FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PEMEGANGAN KAS DIPERUSAHAAN 97 Martaleni, Ryke Novita ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KOTA MALANG 113 Muhammad Tony Nawawi PENGARUH KEPUASAN KERJA, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN/TI DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KARYAWAN OUTSOURCING PT. J YANG DITEMPATKAN DI KAMPUS II UNTAR JAKARTA). 129 Dedi Rianto Rahadi EKONOMI KREATIF DAN BUSINESS MODEL CANVAS BAGI WIRAUSAHA SOSIAL DI SEKTOR UKM 148 @ Rp. 400.000 @ Rp. 1.000.000 @ Rp. 200.000 Fax: 031 502 6288 E-mail: [email protected] Fax: 031 502 6288 E-mail: [email protected]