vi analisis aspek-aspek non finansial

advertisement
VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL
Analisis aspek-aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh
mana usaha peternakan ayam petelur layak jika dilihat dari aspek-aspek non finansial.
Dalam penelitian ini dikaji beberapa aspek non finansial diantaranya aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, hukum, sosial ekonomi dan lingkungan.
6.1
Aspek Pasar
Aspek pasar merupakan suatu aspek yang menghubungkan antara perusahaan
dengan konsumen. Langkah awal yang harus dilakukan perusahaan adalah
mengetahui peluang pasar dan bauran pemasaran yang akan ditetapkan. Jika
kemampuan pasar dalam menyerap hasil produksi sangat tinggi dan harga jual yang
ditetapkan sesuai, maka akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Begitu pula
dengan sebaliknya jika pasar tidak menyediakan kemungkinan dalam menyerap hasil
produksi maka usaha yang akan dilakukan akan mengalami kerugian.
6.1.1 Peluang Pasar
Peluang pasar DLF sangat besar dan memiliki prospek yang baik. Hal ini
dikarenakan tidak adanya pesaing DLF dalam usaha peternakan ayam ras petelur
disekitar
daerah
peternakan
yaitu
Desa
Sukadamai
(Pemerintah
Desa
Sukadamai,2011). Peternakan yang ada disekitar daerah tersebut adalah peternakan
ayam potong dan pedaging. Keadaan ini sangat berpotensi terhadap kelanjutan usaha
ayam ras petelur pada DLF. Pasar merupakan salah satu aspek penentu yang sangat
besar kaitannya dengan kesuksesan suatu usaha. Dengan jumlah permintaan yang
terus meningkat, peluang pasar untuk produk DLF masih sangat besar. Untuk
memperoleh informasi permintaan telur atau market share dari DLF, pendekatannya
menggunakan data produksi telur ayam ras yang di Kabupaten Bogor ( Tabel 4) yaitu
:
56
Peluang pasar untuk telur ayam ras yang dihasilkan Dian Layer Farm
masih sangat besar. Karena dari total produksi yang ada pada Kabupaten Bogor DLF
hanya mampu memenuhi pasar sebesar 0.66 persen. DLF masih sangat layak untuk
mengembangkan produksinya.
6.1.2 Bauran Pemasaran
a.
Produk
Perusahaan DLF sudah menghasilkan telur ayam ras yang baik. Dalam
menjual hasil telurnya perusahaan telah melakukan seleksi terhadap telur yang
dihasilkan. Telur yang retak atau tidak berkerabang dipisahkan dan terkadang dijual
dengan harga yang lebih murah kepada pelanggan-pelanggan tertentu. Kemasan yang
digunakan juga sudah standar terutama bagi pelanggan yang membeli dalam jumlah
besar.
Gambar 4. Telur Dalam Peti
57
Pada gambar 3 tampak telur yang baik dikemas dalam peti kayu yang dialasi
koran dan sekam untuk mencegah telur agar tidak pecah. Dalam satu peti, berisi 15
kilogram telur atau setara dengan 240-270 butir telur. Satu kilogram telur berisi 16 18 butir telur. Tergantung berat satu butir telur. Sedangkan untuk telur yang tidak
berkerabang atau telur pecah tidak ada penanganan secara khusus. Karena pelanggan
yang membeli adalah masyarakat sekitar peternakan, sehingga telur dikemas dalam
kantong plastik biasa, atau terkadang untuk beberapa pelanggan membawa wadah
sendiri.
b. Harga
Dalam memberikan harga telur kepada pelanggan, DLF selalu mengikuti harga
pasar yang berlaku. DLF dalam menjual produknya tidak menjual dalam bentuk
kiloan tetapi dalam peti. Satu peti telur berisi 15 kilogram dengan harga
RP
198.000,00 per peti. Harga telur kiloan diberikan hanya untuk telur pecah atau retak
dengan harga Rp 11.000,00 per kilogram. Sedaangkan untuk harga ayam afkir DLF
mematok Rp 30.000,00 per ekor dan kotoran ayam Rp 4.500,00 per karung. Di
Kabupaten Bogor banyak peternak ayam ras petelur dan peternak ayam pedaging
yang menjadi saingan. Sehingga apabila perusahaan tidak mengikuti harga yang
berlaku maka konsumen akan pindah ke produsen lain.
c.
Tempat atau saluran distribusi
Saluran distribusi adalah sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu
sama lain yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau jasa untuk
dikonsumsi ataupun menjadi bahan baku produk lainnya. Saluran distribusi DLF
terbagi atas pedagang pengumpul, pedagang eceran, dan konsumen akhir. Pedangan
pengumpul dan pedagang eceran yang dituju adalah pedagang yang ada di sekitar
Darmaga dan Bogor. Dan yang langsung kepada konsumen akhir berasal dari sekitar
DLF.
d. Promosi
Promosi adalah proses memperkenalkan suatu produk yang telah dihasilkan
oleh perusahaan agar konsumen mengetahui produk tersebut dan mendorong
konsumen untuk melakukan pembelian. Kegiatan promosi dilakukan dalam rangkaian
58
kegiatan lanjutan dari proses produksi setelah panen dan pasca panen. Promosi yang
dilakukan oleh DLF adalah dengan menawarkan kepada pedagang eceran dan usaha
dagang dengan mendatangi tempat usaha tersebut sambil memperkenalkan DLF.
6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar
Pada aspek ini, yang dikaji adalah jumlah permintaan dan penawaran yang ada
sehingga dapat mengindikasikan adanya peluang pasar serta bauran pemasaran yang
dilakukan oleh DLF. Hingga saat ini DLF belum mampu memenuhi keseluruhan
permintaan yang ada di perusahaan. Umumnya pembeli yang datang adalah penjual
eceren atau warung klontong. Bauran pemasaran berupa produk, harga, saluran
pemasaran, dan promosi yang telah diterapkan pada DLF turut menunjang kelayakan
aspek pasar sehingga keadaan DLF dilihat dari aspek pasar layak untuk dijalankan.
6.2
Aspek Teknis
Analisis aspek teknis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemilihan
lokasi usaha dengan variabel utama dan pelengkap, budidaya dan pemilihan teknologi
dan perlengkapan serta proses produksi dilakukan.
6.2.1 Penentuan Lokasi Budidaya
Memulai usaha peternakan perlu memperhatikan lokasi yang ideal bagi
pemeliharaan ayam ras petelur. Lokasi tersebut hendaknya tidak akan mengganggu
lingkungan masyarakat sekitar. Kesalahan menentukan lokasi tanpa memperhatikan
aspek sosial akan menimbulkan masalah akibat bau limbah kotoran yang dapat
mengganggu kesehatan. Sebaiknya lokasi peternakan tidak berada di lingkungan
pemukiman penduduk. Oleh sebab itu perlu memperhatikan master plan
pengembangan dan tata ruang wilayah. Lokasi DLF terletak di Kampung kahuripan,
Desa Sukadamai, kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi
dilakukan dengan beberapa pertimbangan yaitu :
1.
Kondisi iklim dan temperatur sesuai dengan kebutuhan ideal usaha ayam ras
petelur. Temperatur di lokasi adalah sekitar 280-350 C, dan temperatur ideal
untuk usaha ayam ras petelur adalah 32 0C hingga 35 0. Ketika malam hari
59
temperatur mengalami penurunan. Untuk mengatasi hal tersebut DLF
menggunakan pemanas tambahan untuk meningkatkan temperatur udara dengan
menggunakan lampu.
2.
Tidak mengganggu lingkungan masyarakat disekitarnya.
3.
Berada pada kawasan yang menurut Rencana Tata Ruang diperuntukkan untuk
pengembangan peternakan.
4.
Memperhatikan potensi sumberdaya alam sekitarnya yang dapat dimanfaatkan.
5.
Menghindari daerah-daerah yang peka terhadap kerusakan lingkungan.
6.
Lokasinya terbuka, cukup luas dan tidak ada bangunan atau pun pepohonan
rindang yang menghalangi peredaran udara sehingga udaranya segar.
7.
Keadaan sekitarnya tenang, tidak terlalu berdekatan dengan keramaian, untuk
menghindari ayam mengalami stres akibat kebisingan dan suara-suara yang
menggaduhkan yang akan merugikan usaha peternakan.
8.
Lokasi lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya, sehingga gerakan udara bebas dan
untuk menghindari air menggenang pada waktu musim hujan, sehingga tidak
menimbulkan kelembaban yang tinggi yang akan mengganggu kesehatan ayam.
9.
Lokasi harus dekat dengan sumber air yang bersih dan sumber listrik.
10. Lokasi tidak jauh dengan tempat pemasaran, agar biaya tataniaga dapat ditekan
dan resiko terhadap kerusakan telur dalam pengangkutan dapat dihindari. Dalam
hal ini DLF dekat dengan pasar Darmaga dan pasar sekitar Bogor
11. DLF dekat dengan jalan utama yang sudah diaspal dan masih dalam keadaan
kondisi baik. Hal ini untuk mengurangi resiko ketika telur dipasarkan dan
mempermudah pelanggan untuk datang ke DLF.
12. DLF masih memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan usahanya
dengan menambah 2 blok kandang baterai yang baru.
6.2.2 Budidaya
Penyiapan Sarana dan Peralatan
1.
Kandang
60
Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan
temperatur berkisar antara 32,2–35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60–70%,
penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak
kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin
kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan
lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air
permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar
hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang.
Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting
kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya
disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air,
tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.
DLF menggunakan sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal
dengan sebutan cage atau kandang baterai. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh
individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang
untuk satu ekor ayam.
Kandang baterai di DLF menggunakan lantai kolong
berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bambu atau kayu kaso dengan lubanglubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang kotoran ayam yang langsung
jatuh dibawah sekitar kandang sehingga mudah dalam membersihkan. Di DLF
terdapat 11 kandang layer dan satu kandang DOC. Setiap kandang layer menampung
800 - 1180 ekor ayam yang siap betelur.
Pada saat pengembangan ada perubahan dalam struktur kandang. Kandang
yang awal sebelum melakukan pengembangan hanya ada dua tingkatan. Sedangkan
kandang yang baru diubah menjadi tiga tingkat. Hal ini sangat menguntungkan dari
segi lahan. Lahan yang digunakan jadi lebih efisien dan ayam yang ditampung lebih
banyak. Yang semula hanya mampu menampung 1180 ekor menjadi 1350 ekor ayam
untuk setiap kandang. Kandang yang baru dibangun sebanyak dua kandang yang
ditotal menjadi 2700 ekor ayam layer. Untuk memperjelas bentuk kandang dapat
dilihat pada gambar.
61
(a)
(b)
Gambar 5. (a) Bentuk Kandang Awal , (b) Kandang Baru
2.
Peralatan
a.
Litter (alas lantai)
Alas lantai atau litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap
yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang.
Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi
atau sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan
kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi atau
sekam.
b. Tempat bertelur
Bentuk lantai kandang ayam
dibuat miring dari bambu hingga telur
langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubang yang lebih
besar dari besar telur pada dasar sarang. Pada ujung lantai kandang
disediakan kayu kaso sedikit lebih tinggi dari lantai yang berfungsi untuk
menahan telur agar tidak terjatuh, pecah, terinjak-injak dan dimakan.
c.
Tempat pakan dan minum
Tempat pakan dan minum harus tersedia cukup. Tempat pakan terbuat
dari kayu
kaso, sedangkan tempat minum terbuat dari paralon yang
62
cukup besar dan terletak lebih rendah dari tempat pakan. Setiap ujung
tempat minum disediakan keran air yang berfungsi untuk mengalirkan air.
Panjang tempat pakan dan minum disesuaikan dengan panjang kandang
baterai.
d. Tempat telur
Tray untuk menampung telur dari kandang ke tempat pengemasan. Tray
terbuat dari plastik fiber agar kuat dan awet. Tray harus sering dicuci agar
tidak kotor dan menimbulkan penyakit. Sedangkat tempat telur yang
digunakan dalam pengemasan terbuat dari kayu berbentuk peti atau kotak
yang berukuran 50x30x20. Ketika melakukan pengemasan peti dilapisi
koran kemudian ditaburi sekam padi agar telur tidak pecah ketika
diangkut.
Gambar 6. Tray Telur
3.
Penyiapan Bibit
Dian Layer Farm dalam menjalankan usahanya menggunakan ayam petelur
jenis Hisex Brown ayam petelur berwana coklat yang menghasilkan telur pertahunnya
272 butir. Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai
berikut, antara lain:
a.
Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
b. Pertumbuhan dan perkembangan normal
c.
Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya
63
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit atau DOC (Day Old
Chicken) atau ayam umur sehari:
a.
Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat
b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya
c.
Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya
d. Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik
e.
Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram
f.
Tidak ada letakan tinja diduburnya.
Pemilihan Bibit dan Calon Induk. Penyiapan bibit ayam petelur yang
berkriteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut:
a.
Konversi Ransum
Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan
ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum
per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan
telur yang lebih banyak atau lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya.
Bila ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan
cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka
bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit
ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit
kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit ayamnya.
b.
Produksi Telur
Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian utama dalam usaha peternakan
ayam petelur. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi
ransum tetap menjadi perhatian utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi
tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan. DLF menggunakan ayam jenis
Hisex Brown yang menghasilkan rata-rata 272 butir telur setahun.
c.
Siklus Produksi
Pada siklus produksi pemasukan ayam di DLF, perusahaan melakukannya
sejak DOC. DOC yang diambil dari PT.Sierad berumur nol hari atau baru menetas.
Tingkat kematian diperkirakan 2 persen dari 100 ekor ayam. Sehingga ketika
64
melakukan pengiriman DOC setiap 100 ekor ayam ditambah 2 ekor ayam sebagai
ganti resiko kematian yang 2 persen. Di DLF ayam tidak dimasukkan secara
bersamaan. Adapun tahapan yang digunakan oleh perusahaan, agar proses produksi
tetap berlangsung. Pada kondisi awal perusahaan ada empat siklus dalam setahun
yang dibagi menjadi empat triwulan. Pada Triwulan I ( dimulai dari bulan Juli )
Tahun I , Triwulan II ( dimulai dari bulan Oktober) Tahun I dan Triwulan III
( dimulai dari bulan Januari ) Tahun II DLF membeli 3.612 ekor DOC untuk
dibesarkan pada masing-masing triwulan. Jumlah tersebut akan mengisi tiga jalur
kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi 1.180 ekor ayam. Pada Triwulan
IV ( dimulai dari bulan April ) Tahun II DLF membeli 2.424 ekor DOC untuk
dibesarkan. Jumlah tersebut akan mengisi dua jalur kandang baterai, dimana setiap
kandang ayam berisi 1.212 ekor ayam. Ayam akan dipelihara selama 30 hari di
kandang DOC, kemudian dimasukkan ke kandang Grower yang akan mulai belajar
bertelur hingga saat Layer. Selama masa betelur ayam akan tetap divaksin dan diberi
vitamin. Ayam mulai mengalami penurunan produksi pada saat berusia dua tahun,
sehingga pada awal tahun ke tiga ayam sudah afkir dan dapat dijual.Agar siklus usaha
tetap berjalan dengan baik, kandang akan selalu dibersihkan sebelum masa
pemasukan ayam yang baru. Hal ini untuk menjaga agar ayam bebas dari penyakit
serta jamur atau bakteri yang bersarang pada kandang.
Pada saat pengembangan DOC yang masuk pemeliharaanya digabung dengan
kandang pada kondisi awal. Jumlah DOC yang masuk digabung dengan kondisi awal
dimana penambahan ayam sebanyak 2.700 ekor ditambah dengan resiko kematiaN 2
persen menjadi 2.754 ekor. Sehingga siklus pada saat pengembangan menjadi pada
Triwulan I ( dimulai dari bulan Juli ) Tahun II dan Triwulan II ( dimulai dari bulan
Oktober ) Tahun III DLF membeli 4.917 ekor DOC masing-masing triwulan. Jumlah
tersebut akan mengisi enam jalur kandang baterai, tiga kandang lama yang berisi
1.180 ekor ayam tiap kandang dan dua kandang baru yang berisi 1.377 ekor ayam
tiap kandang. Triwulan III ( dimulai dari bulan Januari) Tahun III DLF membeli
3.612 ekor DOC untuk dibesarkan pada masing-masing triwulan. Jumlah tersebut dan
mengisi tiga jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi 1.180 ekor
65
ayam. Pada Triwulan IV ( dimulai dari bulan April ) Tahun III DLF membeli 2.424
ekor DOC untuk dibesarkan. Jumlah tersebut akan mengisi dua jalur kandang baterai,
dimana setiap kandang ayam berisi 1.212 ekor ayam.Untuk lebih jelas siklus produksi
dapat dilihat pada lampiran 5 .
Gambar 7. Day Old Chiken
4.
Pemeliharaan
a.
Sanitasi dan Tindakan Preventif
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan
usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet
atau terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan
merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup atau dokter hewan.
DLF selalu melakukan tindakan preventif ini agar ayam-ayam ternak tersebut tidak
terkena penyakit atau virus.
b.
Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur
0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
66
Tabel 9. Fase Pemberian Pakan
Fase Starter
Kandungan
Zat Gizi
Jenis
Jumlah
Minggu
(%)
Protein
22-24
1
Lemak
2,5
2
serat kasar
4
3
Kalsium
1
4
(Ca)
Phospor (P)
0,7-0,9%
ME
2800(energi)
3500 Kcal
Total Pakan Hingga Umur 4 Minggu
Kuantitas
Pakan
Jumlah
(gr/hr/ekor)
17
43
66
91
1.520 gram
Fase Finisher
Kandungan
Kuantitas
Zat Gizi
Pakan
Jenis
Jumlah
Minggu
Jumlah
(%)
(gr/hr/ekor)
Protein
18,1-21,2
5
111
Lemak
2,5
6
129
serat kasar
4,5
7
146
Kalsium
1
7
161
(Ca)
Phospor (P)
0,7-0,9
ME
2900-3400
(energi)
Kcal
Total Pakan Hingga Umur 8 Minggu
3.829 gram
Sumber :Dian Layer Farm , 2011
Apabila fase pemberian pakan ini diterapkan sesuai ketentuan yang berlaku,
maka pertumbuhan ayam akan tumbuh dengan kondisi yang maksimal. Hal ini
tampak pada bobot ayam yang terus bertambah dari hari ke hari.
c.
Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan
dalam 2 (dua) fase yaitu:
a) Fase starter (umur 1-29 hari)
Kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu yaitu:
i)
Minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor
ii) Minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor
iii) Minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor
iv) Minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor
Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah
sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama
hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya.
Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
b) Fase finisher (umur 30-57 hari)
Terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu:
i)
Minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor
ii) Minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor
iii) Minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor
67
iv) Minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/100 ekor
Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/100 ekor.
d.
Pemberian Vaksinasi dan Obat
Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menular
dengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat
penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a) Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang
ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif atau pasif.
b) Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan
atau dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk
zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya
disuntikan pada ayam yang diduga sakit.
Macam-macam vaksin:
i) Vaksin NCD virus Lasota
ii) Vaksin NCD virus Komarov
iii) Vaksin NCD HB-1/Pestos
iv) Vaksin Cacar/pox, virus Diftose
v) Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek
Persyaratan dalam vaksinasi adalah:
i) Ayam yang divaksinasi harus sehat
ii) Dosis dan kemasan vaksin harus tepat
iii) Sterilisasi alat-alat
DLF melakukan vaksinisasi sesuai jadwal yang diberikan dokter hewan yang
bekerja sama dengan DLF. Yang melakukan faksinisasi adalah manager
peternakan sendiri atau terkadang DLF menyewa tenaga dari SANBE.
e.
Pemeliharaan Kandang
Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang
perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga atau
dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera diperbaiki kembali. Dengan
demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan
68
kandang bagi ayam yang dipelihara. DLF mempunyai satu tenaga kerja khusus
yang selalu mengecek keadaan dan kondisi kandang ayam agar tetap baik.
6.
Hama dan Penyakit
a. Penyakit
i)
Berak putih (pullorum)
Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi.
Penyebab
: Salmonella pullorum.
Pengendalian
: diobati dengan antibiotika
ii) Foel typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda atau remaja dan dewasa.
Penyebab
: Salmonella gallinarum.
Gejala
: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau
kekuningan.
Pengendalian
: dengan antibiotika/preparat sulfa.
iii) Parathyphoid
Menyerang ayam dibawah umur satu bulan.
Penyebab
: bakteri dari genus Salmonella
Pengendalian
: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.
iv) Kolera
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi
selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati.
Penyebab
Gejala
: pasteurella multocida.
: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir
dibawah paruh) akan membesar.
Pengendalian
: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).
v) Pilek ayam (Coryza)
Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.
Penyebab
: makhluk intermediet antara bakteri dan virus.
69
Gejala
: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda
seperti orang pilek.
Pengendalian
: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat
sulfa.
vi) CRD
CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia.
Menyerang anak ayam dan ayam remaja. Pengendalian dilakukan
dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin).
vii)
Infeksi synovitis
Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan
kalkun.
Penyebab
: bakteri dari genus Mycoplasma.
Pengendalian
: dengan antibiotika.
b. Penyakit karena Virus
1.
Newcastle disease (ND)
ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam
Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah
Priangan.Tungau (kutuan) Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke
seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan
diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut
Newcastle disease.
2.
Infeksi bronchitis
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa
penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan
penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja.
Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam
mencapai 40 persen. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan
telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning
telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada
70
ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat
dicegah dengan vaksinasi.
3.
Infeksi laryngotracheitis
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius
terjadi pada unggas. Penyebabnya virus yang diindetifikasikan
dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan
desinfektan, misalnya karbol. Pengendalian:
(1) belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini
(2) pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
4. Cacar ayam (Fowl pox)
Gejala yang tampak tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan
bercak-bercak cacar. Disebabkan oleh virus Borreliota avium.
Pengendalian dengan vaksinasi.
5. Marek
Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini
menyerang bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan
kematian ayam hingga 50 persen. Pengendalian: dengan vaksinasi.
6. Gumboro
Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah
Delmarva Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius,
khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.
c.
Penyakit karena Jamur dan Toksin
Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan.
Hasil perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan
ayam. Ada pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino
berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah :
1. Muntah darah hitam (Gizzerosin)
Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. Disebabkan oleh racun dalam
tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini.
Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang
71
menguraikan asam amino hingg menjadi racun. Cara pengendalian
belum ada untuk saat ini.
2. Racun dari bungkil kacang
Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang
merangsang pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk
menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam rancung tidak
digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang
mengandung kadar lemak tinggi.
d. Penyakit karena Parasit
1. Cacing
Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih
dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan
minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan
cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur
merosot dan kurang aktif.
2. Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak
terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik
ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang
yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang
diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu
sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak
boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan
dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena
ayam tidak aktif.
3. Penyakit karena Protoza
Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan
Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi
sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan
peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air.
72
6.2.3 Teknologi
Berdasarkan keragaan budidaya ayam ras petelur di DLF, pengusahaan
peternakan tidak memerlukan teknologi yang canggih dan modren. Peralatan yang
digunakan sama seperti pengusahaan peternakan lainya yang masih sederhana.
Peralatan mesin hanya digunakan pada kegiatan pembuatan pakan. Untuk kegiatan
produksi sendiri banyak digunakan peralatan sederhana yang mudah digunkana oleh
para pekerja. Teknologi yang digunakan DLF yaitu mesin pembuat pakan, saluran
instalasi air yang memudahkan dalam proses produksi, sistem produksi yang sudah
mengikuti kriteria ideal budidaya ayam ras petelur. Pada pengembangan usahanya
DLF melakukan perubahan pada struktur kandang. Kandang yang baru dibangun
lebih banyak menampung ayam serta menghemat lahan yang digunakan. Sedangkan
pada produksi tidak ada teknologi yang berubah.
6.2.4 Hasil dan Analisis Aspek Teknis
Kelayakan usaha ayam ras petelur dari aspek teknis dapat dilihat dari
penentuan lokasi, budidaya dan teknologi yang diterapkanoleh DLF. DLF mampu
memenuhi persyaratan yang ideal dalam aspek teknis seperti persiapan kandang yang
baik, pemeliharaan, kontrol mutu dan kesehatan terhadap ayam petelur, adanya
perubahan teknologi yang menambah keuntungan DLF. Berdasarkan dari kriteria
tersebut DLF secara teknis layak untuk dijalankan.
6.3
Aspek Manajemen
Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola usaha
ayam ras petelur dan struktur organisasi yang ada. Usaha akan berhasil apabila
dijalankan oleh orang-orang yang profesional dan bertanggung jawab mulai dari
merencanakan, melaksanakan hingga hingga mengendalikannya agar tidak terjadi
penyimpangan.
6.3.1 Struktur Organisasi dan Jod Description
Usaha peternakan DLF memiliki struktur organisasi yang sederhana, yaitu
dimana usaha ini dipimpin oleh seorang pendiri usaha tersebut Bapak Dian Herman
73
yang mengatur dan membuat segala kebijakan yang berkaitan dengan usaha
peternakan ayam ras petelur di DLF dan memiliki tenaga kerja berjumlah 17 orang.
Tidak ada penambahan pekerja pada saat dilakukannya pengembangan. Hal ini di
karenakan pekerjaan di Dian layer Farm tidak memerlukan waktu yang padat dalam
memelihara ayam setiap kandangnya. Sehingga untuk menghemat biaya pihak
perusahaan menggunakan pekerja yang ada. Adapun struktur organisasi DLF yaitu:
Pemilik
Administrasi
Kepala Kandang
Bagian
Produksi
Bagian
Pengemasan
Bagian
Pendistribusian
Bagian
Bangunan
Gambar 8. Struktur Organisasi Dian Layer Farm
Sumber : Dian Layer Farm, 2011
Sistem manajemen yang ada di DLF ini belum tertata dengan rapi, hal ini
dapat dilihat dari job descriptions yang ada sehingga para pekerja memiliki tanggung
jawab diluar pekerjaannya. Secara umum job descriptions yang ada di DLF adalah
sebagai berikut:
1.
Kepala Kandang
Tugasnya:
2.
a.
Mengontrol proses produksi
b.
Memecahkan permasalahan yang ada diperusahaan
c.
Mencari area pemasaran
d.
Ikut serta dalam proses produksi
Administrasi
Tugasnya :
74
a.
Menyusun sistem keuangan
b.
Membuat laporan produksi
c.
Bertanggung jawab terhadap recording penjualan, pembelian DOC, pakan,
obat-obatan dan vaksin
d.
3.
Membeli perlengkapan DLF dan peralatan yang dibutuhkan untuk produksi
Produksi
Tugasnya yaitu bertanggung jawab dalam kebersihan kandang, pengambilan
telur, pemberian pakan dan minum
4.
Pengemasan
Tugasnya :
5.
a.
Membersihkan telur yang kotor
b.
Memisahkan telur yang bagus dan tidak
c.
Memyiapkan peti kemas
d.
Menimbang telur sesuai ukuran peti
Pendistribusian dan supir
Tugasnya yaitu mendistribusikan telur kepada pelanggan dan Menbeli bahan
baku pakan
6. Bangunan
Tugasnya:
a.
Perbaikan dan perawatan kandang
b.
Pembuatan kandang baru
6.3.2 Sistem Gaji dan Insentif
Gaji yang diberikan kepada masing-masing pekerja disesuaikan dengan
pekerjaan yang dilakukan. Tidak ada pemberian gaji harian di DLF. Semua pekerja di
gaji setiap akhir bulan. Pemberian gaji dihitung berdasarkan jumlah hari pekerja
masuk. Apabila pekerja tidak masuk dalam sehari maka gaji akan dipotong sesuai
ketentuan DLF. Selain gaji pokok para pekerja juga diberi insentif tambahan. Apabila
produksi bulan tersebut kurang dari 85 persen telur yang dihasilkan, maka pekerja
akan memperoleh Rp 50.000,00 sebagai tambahan. Apabila telur yang diproduksi
75
melebihi 85 persen maka setiap pekerja memperoleh tambahan insentif Rp
100.000,00 per orang. Tidak hanya gaji dan insentif, para pekerja sebagian
mendapatkan fasilitas tambahan yaitu mess sebagai tempat tinggal para pekerja dan
keluarganya. Tidak ada sistem promosi di DLF karena sebagian besar tenaga kerja
yang digunkan oleh pemilik adalah orang sekitar daerah tersebut yang memiliki
keterbatasan dalam pendidikan.
Dalam pengembangannya perusahaan menggunakan tenaga kerja yang sudah
ada. Perusahaan tidak mengambil tenaga kerja baru dikarenakan pekerjaan yang
dilakukan tenaga kerja yang ada tidak membutuhkan waktu yang penuh dalam
memelihara ayam. Pekerja yang ingin menambah insentif bulanannya diberi
kesempatan untuk memelihara dan merawat ayam dan kandang yang baru.
6.3.3
Hasil Analisis Aspek Manajemen
Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek manajemen, usaha ayam ras petelur
di DLF layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan adanya struktur organisasi dan
job description yang cukup jelas membantu kelancaran kegiatan operasional DLF
serta mampu memberikan manfaat finansial atau keuntungan bagi peternak yang
dapat memberi semangat pada pekerja dengan cara pembagian insentif.
6.4
Aspek Hukum
Pada aspek hukum, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk badan hukum
usaha yang dijalankan serta izin yang diperoleh perusahaan.
6.4.1 Bentuk Badan Usaha
Badan usaha adalah kumpulan orang dan modal yang mempunyai kegiatan
dan aktivitas yang bergerak dibidang perdagangan atau dunia usaha. Usaha
peternakan ayam ras petelur sejak awal pendiriannya belum memiliki penyelesaian
izin usaha yang dilakukan untuk mendapatkan bentuk badan usaha yang sah dari
pemerintah. Periziznan yang dilakukan hanya sebatas izin usaha pemerintah Desa
Sukadamai dan Dinas Peternakan dari Kabupaten Bogor. Bentuk badan usaha akan
mempengaruhi struktur organisasi perusahaan. Karena usaha ini didirkan atas modal
76
pribadi dari pemilik dan belum ada izin usaha dari pemerintah pusat maka bentuk
usaha peternakan DLF tergolong usaha perorangan karena modal tersebut berasal dari
perorangan.
Bentuk badan usaha adalah nama yang melekat pada satu perusahaan
sementara untuk skala usaha adalah nama yang melekat untuk tiap unit bisnis. Maka
jika dilihat dari badan usaha peternakan DLF merupakan badan usaha perorangan,
sedangkan berdasarkan skala usahanya peternakan DLF merupakan peternakan
berskala usaha besar dan wajib izin karena jumlah ayam ras petelur yang diusahakan
berjumlah 13.000 ( Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2010).
6.4.2 Jenis Perizinan
Usaha peternakan ayam ras petelur DLF memiliki perizinan usaha hanya
sebatas lokasi usaha peternakan. Perizinan yang seharusnya dilakukan adalah
perizinan lokasi usaha dan perizinan peternakan. Perizinan lokasi usaha yang telah
didapatkan DLF dilakukan melalui proses birokrasi yang cukup panjang. Berbagai
tahapan harus dilakukan oleh pemilik seperti membuat Surat Keterangan Domisili
Usaha (SKDU) di tingkat Kecamatan Darmaga. Setelah ada pernyataan dari
kecamatan,surat keterangan tersebut digunakan sebagai bukti dalam pembuatan ijin
prinsip di Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Setelah ijin prinsip itu keluar, maka
perijinan dilanjutkan ke instansi selanjutnya, yaitu Departemen Perindustrian dan
perdagangan untuk mendapatkan tanda bukti perusahaan. Selain itu DLF juga
mengurus surat ke Dinas Perindustrian dan perdagangan untuk mendapatkan Surat
izin Usaha dan perdagangan. Dilihat dari tahapan tersebut DLF telah memiliki
legalitas dari segi lokasi usaha.
6.4.3
Hasil Analisis Aspek Hukum
Dilihat dari aspek hukum maka usaha ini layak untuk dijalankan, tetapi masih
perlu memenuhi beberapa ketentuan persyaratan ijin usaha agar usaha tidak ada
hambatan kedepannya. DLF belum memperoleh ijin-ijin lain dikarenakan belum
adanya keluhan dari masyrakat sekitar peternakan akan berdirinya usaha ini. Akan
tetapi untuk mengantisipasi hambatan-hambatan yang timbul sewaktu-waktu
77
sebaiknya ijin-ijin lainnya yang berkaitan dengan usaha segera diurus seperti Surat
Daftar Ijin Gangguan atau ijin tetangga.
6.6
Aspek Sosial dan Lingkungan
Aspek sosial yang perlu dianalisis dalam penelitian usaha ayam petelur pada
DLF adalah pengaruh usaha terhadap kondisi sosial dan lingkungan disekitar
perusahaan. Pengaruh berdirinya perusahaan DLF bagi lingkungan sekitar antara lain
adanya perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan serta analisis
lingkungan mengenai dampak limbah usaha terhadap lingkungan sekitar. Pengaruh
yang dihasilkan terhadap lingkungan sekitar lebih banyak menberikan dampak
positif. Adapun dampak yang diterima oleh masyarakat yaitu:
a.
Penyerapan Tenaga Kerja
Usaha peternakan ayam ras petelur DLF menggunakan sumberdaya manusia atau
tenaga kerja yang berasal dari sekitar lingkungan perusahaan yaitu Desa
Sukadamai. Dengan adanya penyerapan tenaga kerja ini, membuktikan bahwa
DLF membantu mengurangi pengangguran dan menambah mata pencaharian
atau masyrakat yang menjadi pekerja di DLF. Hal ini merupakan dampak positif
bagi masyarakat. Selain tenaga kerja DLF juga membeli peti, koran bekas, sekam
padi yang merupakan input untuk kebutuhan peternakan dari penduduk sekitar
desa tersebut yang merupakan petani dan pengrajin, yang artinya menambah
pemasukkan bagi usaha-usaha warga di sekitar DLF.
b.
Limbah atau Kotoran Ayam
Limbah yang dihasilkan kotoran ayam dari kandang ayam menghasilkan bau
yang dapat mengganggu kenyamanan masyarakat karena menghasilkan bau yang
kurang sedap. Akan tetapi keadaan ini tidak membawa dampak buruk kepada
lingkungan atau masyarakat sekitar DLF. Hal ini dikarenakan lokasi DLF yang
diatas bukit dan sedikit terlindungi oleh pepohonan yang dapat mengurangi bau.
Selain itu DLF memiliki tenaga kerja khusus untuk membersihkan kotoran ayam
setiap harinya agar kandang tetap bersih dan terhindar dari penyakit. DLF
78
memanfaatkan limbah kotorannya dengan baik yaitu dengan menjualnya kepada
petani-petani disekitar lokasi peternakan sebagai pupuk kandang.
Gambar 9. Kotoran Ayam
6.6.1 Hasil Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan
Berdasarkan dari keterangan tersebut, jika dilihat dari aspek sosial dan
lingkungan usaha ayam ras peterlur pada perusahaan DLF ini layak untuk dijalankan.
Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar tidak ada yang menentang usaha ini. Selain
tidak menimbulkan limbah yang dapat menganggu masyarakat sekitar perusahaan,
usaha ini juga dapat menambah matapencarian atau penghasilan masyarakat dan
mengurangi pengangguran.
79
Download