ISSN 2580 - 5703 INVENTARISASI MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS KONDISI PERAIRAN DI DUSUN DAWAR LAMA KABUPATEN BENGKAYANG Rachmi Afriani Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang Email: [email protected] Abstrak: Dusun Dawar Lama Kecamatan Tujuh Belas di Kabupaten Bengkayang merupakan wilayah perairan dengan komposisi ekosistem perairan yang beragam. Hal ini mengindikasikan tingkat keanekaragaman spesies yang berbeda, termaksuk keanekaragaman marozoobentos di wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi struktur komunitas makrozoobentos sebagai indikator biologis di perairan. Penelitian ini dilakukan di 8 stasiun sampling. Pengukuran faktor fisika lingkungan dilakukan mulai dari suhu, kecapatan arus, kandungan CO2 bebas dan kandungan oksigen terlarut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur, komposisi dan kekayaan makrozoobentos di sepanjang aliran Riam Marum tergolong rendah hingga sedang. Pengukuran terhadap faktor fisika kimia perairan menunjukkan bahwa kualitas perairan Riam Marum berdasarkan Indeks Diversitas, Indeks Evenness dan Indeks Dominansi termaksuk perairan dengan tingkat pencemaran sedang hingga berat. Kata Kunci: Bentos, Dusun Dawar Lama, Inventarisasi Kalimantan merupakan salah satu pulau Komposisi Ekosistem perairan yang di Indonesia yang memiliki banyak wilayah masih terjaga dengan baik di wilayah ini perairan terutama wilayah Kalimantan Barat. mengakibatkan tingkat keanekaragaman Wilayah perairan ini meliputi sungai-sungai dan spesies bentos di perairan juga tergolong riam-riam yang terdapat pada sejumlah daerah tinggi. Spesies – spesies bentos ini meliputi di Kalimantan Barat dengan ekosistemnya yang jenis – jenis hewan dari kelompok Molusca, masih terjaga dengan baik di alam. Salah satu Crustacea, wilayah di Kalimantan Barat yang memiliki Oligochaeta. Insecta, Nematoda dan wilayah perairan dengan komposisi ekosistem Ironisnya, dari informasi yang ada yang masih terjaga dengan baik di alam adalah diketahui bahwa banyak kegiatan-kegiatan Dusun Dawar Lama Kecamatan Tujuh Belas yang dilakukan masyarakat di daerah ini yang Kabupaten Bengkayang. Daerah ini juga masih menyebabkan terjadinya pencemaran perairan. termasuk ke dalam kawasan Cagar Alam Pencemaran perairan secara langsung dapat Gunung Nyiut. mengurangi komposisi spesies-spesies bentos dari kelompok Molusca, Criustacea, Insecta, 34. Edumedia, Volume 1, Nomor 1, Juli 2017, hlm . 33 - 41 Nematoda dan Oligochaeta di daerah ini. Oleh penelitian digambarkan secara lengkap dengan sebab itu diperlukan suatu upaya yang nyata titik sampling dan juga profil daerah aliran air untuk menyelamatkan kekayaan komposisi Riam Marum, dicatat pula topografi dan spesies-spesies bentos yang ada. Dengan kondisi lingkungan disekitar daerah aliran air demikian, upaya inventarisasi terhadap semua beserta flora dan fauna yang dominan di sekitar spesies bentos yang ada dapat dijadikan sebagai daerah aliran air Riam Marum tersebut. sebuah data mengenai kekayaan spesies bentos Pengambilan Sampel di daerah tersebut bagi pihak yang Sampel makrozoobentos diambil membutuhkan. Berdasarkan hal tersebut, maka dengan alat jala serber, jala serber ini diletakkan penelitian yang mentitikberatkan pada struktur pada beberapa titik seperti diatas bebatuan. Jala komunitas makrozoobentos di ekosistem serber diletakkan berlawanan dengan arus air, perairan sangat perlu dilakukan. Penelitian ini lalu batu-batuan disikat dengan menggunakan diharapkan dapat memberikan informasi sikat gigi agar makrozoobentos diatas bebatuan mengenai struktur komunitas makrozoobentos tersebut masuk kedalam jala serber. sebagai indikator biologis di perairan. Makrozoobentos yang telah diperoleh selanjutnya dipindahkan dengan baki plastik METODE dengan cara disemprotkan menggunakan Penelitian ini bertempat di Dusun spreyer. Selanjutnya makrozoobentos diisi Dawar Lama Kecamatan Tujuh belas kedalam kantong plastik yang berisi air dan Kabupaten Bengkayang. Lokasi penelitian beberapa diantaranya dimasukkan ke botol merupakan daerah perbukitan yang memiliki koleksi dan ditambahkan pula larutan pengawet hutan primer dan hutan sekunder. Lokasi formalin 4%. Sampel makrozoobentos yang spesifik dilaksanakannya penelitian ini didapatkan dibawa ke laboratorium untuk menyusuri daerah Riam Marum. diidentifikasi dan selanjutnya dihitung jumlah Penentuan Lokasi, Stasiun Dan Titik masing-masing jenis. Kemudian dilakukan Sampling analisa data terhadap hubungan komposisi dan Lokasi dipilih berdasarkan struktur jumlah makrozoobentos dengan waktu komunitas makrozoobentos. Daerah aliran air pengambilan sampel. Pada waktu pengambilan yang memiliki bentuk lurus dipilih dengan sampel makrozoobentos, dilakukan pula panjng kurang lebih 100 m. Titik sampling pengukuran terhadap faktor fisika kimia air dipilih secara purposive random. Desain seperti kecepatan arus, kedalaman, kekeruhan, suhu, oksigen terlarut, pH, dan CO2 bebas. Rachmi Afriani, Inventarisasi Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis Perairan 35 Pengukuran Parameter Lingkungan warna tepat bening dan dicatat ml Tiosulfat Suhu. Suhu air diukur dengan cara yang dipakai. Pengukuran oksigen terlarut ini membenamkan termometer air raksa didalam diulangi sebanyak dua kali (jumlah ml Tiosulfat air yang dikehendaki. Skala termometer dibaca yang terpakai). tepat sewaktu termometer berada di dalam air. ppm O2 = ml titran x N titran x 1000 x 8 Kecepatan arus. Pengukuran kecepatan arus ml sampel dilakukan dengan melepaskan bola pimpong Kandungan CO2 bebas. Pengukuran atau gabus pada aliran air dengan jarak ± 1 m. CO2 bebas dilakukan menggunakan dasar Bola pimpong dilepaskan pada saat yang Metode Alkalimetri. Sampel air diambil sebatas bersamaan, dicatat waktunya dan dicatat pula tanda (50 ml) yang tertera pada tabung, sewaktu bola tersebut mencapai ujung satunya kemudian ditambahkan indikatot pp sebanyak (jarak ± 1 m). Kecepatan arus ditentukan 3 tetes, air sampel tersebut dititrasi dengan dengan membagi lama waktu tempuh dengan larutan NaOH standar sambil digoyang-goyang waktu tempuh. sampai warna larutan berubah menjadi merah Kandungan oksigen terlarut. jambu konstan. Titran yang keluar dicat. Kadar Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan CO2 terlarut dihitung sebagai berikut: (APHA Metode Mikro Winkler. Sampel air diambil et.al., 1971) dengan botol Winkler sampai penuh, CO2 diusahakan tidak ada gelembung udara. 100) Selanjurnya, ke dalam tabung Winkler = titran x 0,5 ppm (jika skala biuret = titran x 0,625 ppm (jika skla biuret dimasukkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml KOH/KI, 80) lalu dikocok sempurna dan dibiarkan kurang Semua data mentah dikumpulkan sebagai data lebih 10 menit hingga terbentuk hendapan kolektif, kemudian tabel dan kehadirannya kuning. Setelah terbentuk endapan kuning, dibuat dalam bentuk histogram. Struktur ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat dan dikocok komunitas kembali. Sampel yang telah dikocok homogen berdasarkan komposisi dan indeks keragaman. diambil sebanyak 50 ml, lalu dititrasi dengan Dari data yang diperoleh ditentukan Natriun Tiosulfat sampai sampel berwarna Kepadatan, Relatif, Frekuensi kehadiran, kuning muda. 2-3 tetes amilum ditambahkan Indeks diversitas, Indeks kesamarataan, Indeks sehingga larutan menjadi biru. Titrasi similaritas Sorensen. dilanjutkan dengan Natriun Tiosulfat sampai makrozoobentos dibentuk 36. Edumedia, Volume 1, Nomor 1, Juli 2017, hlm . 33 - 41 organisme plankton dalam jumlah yang besar HASIL DAN PEMBAHASAN dari tempat asalnya secara periodik (Davis, Faktor Fisika Kimia Perairan 1976). Pola aliran arus juga menentukan pola Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengaturan seluruh proses kehidupan dan penyebaran organisme, dan proses metabolisme tejadi hanya dalam kisaran tertentu. Pada ekosistem perairan, suhu berpengaruh secara langsung pada laju proses fotosintesis dan proses fisiologi hewan (derajat metabolisme dan siklus reproduksi) seperti makrozoobentos yang selanjutnya berpengaruh pertumbuhannya. sedimen, plankton dan ekosistem perairan. Arus sangat mempengaruhi penyebaran makrozoobentos. Odum (1971) menyatakan, bahwa: 1) Arus dapat secara langsung mempengaruhi pengelompokan makanan atau faktor lain yang membatasinya (suhu); 2) Arus juga mempengaruhi lingkungan alami makrozoobentos, dengan demikian secara tidak langsung Perubahan suhu juga dapat menyebabkan terjadinya sirkulasi dan stratifikasi massa air dan hal itu dapat mempengaruhi distribusi.Beberapa spesies makrozoobentos biasanya memilih suhu optimum untuk dapat hidup dengan baik. Aktivitas metabolisme dan penyebarannya banyak dipengaruhi oleh suhu perairan, fluktuasi suhu dan perubahan geografis yang merupakan faktor penting yang menentukan konsentrasi karakteristik penyebaran nutrien, transport dan pengelompokan makrozoobentos. Arus berperan dalam transportasi hewan – hewan air seperti ikan dan organisme bentik serta larva di perairan. Adanya arus yang berlawanan akan menjadi perangkap bagi keberadaan makanan di lingkungan perairan. Arus merupakan hal yang sangat penting kaitannya dengan iklim, arus juga membawa mempengaruhi kelimpahan makrozoobentos tertentu dan sebagai pembatas distribusi geografisnya. Arus dapat mempengaruhi migrasi makrozoobentos oleh angkutan pasif aliran air yang berperan sebagai suatu penjajakan migrasi arus balik. Menurut Dahuri (1995), arus selalu berhubungan dengan kedalaman. Perubahan arah arus yang kompleks susunannya terjadi sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan. Pada umumnya tenaga angin yang diberikan pada lapisan permukaan air dapat membangkitkan timbulnya arus permukaan yang mempunyai kecepatan sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang cepat sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan dan akhirnya angin menjadi tak berpengaruh sama sekali terhadap kecepatan arus (Hutabarat dan Evans, 1986). Pada kedalaman dibawah 100 meter Rachmi Afriani, Inventarisasi Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis Perairan 37 kecepatan arus sangat lambat sehingga menentukan mutu air. Kehidupan di air dapat Ichthyoplankton dan organisme bentik yang ada bertahan jika ada oksigen erlarut minimum kemungkinan tidak hanyut jauh dari wilayah sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air (5 ppm). dimana mereka dipijahkan, sedangkan pada Selebihnya bergantung kepada ketahanan kedalaman di atas 50 meter dari kolom air, arus organisme, derajat aktivitasnya, kehadiran semakin cepat sehingga Ichthyoplankton dan pencemar, suhu air dan sebagainya. organisme bentik akan mudah terbawa oleh arus. Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Perairan tawar kurang mempunyai Perubahan konsentrasi oksigen terlaurut dapat kemampuan menyangga yang sangat besar menimbulkan efek langsung yang berakibat untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH pada kematian organisme perairan. Sedangkan sedikit saja dari pH alami akan memberikan pengaruh yang tidak langsung adalah petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang ini dapat menimbulkan perubahan dan pada akhirnya dapat membahayakan organisme ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat itu sendiri. Hal ini disebabkan karena oksigen membahayakan kehidupan biota laut. Derajat terlarut digunakan untuk proses metabolisme keasaman (pH) air permukaan di Indonesia dalam tubuh dan berkembang biak umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara Sastrawijaya, 2000). Selanjutnya Ahmad 6.0 – 8.5. Perubahan pH dapat mempunyai (1993), menyatakan bahwa oksigen terlarut akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, dalam ekosistem perairan sangat penting untuk baik secara langsung maupun tidak langsung. mendukung eksistensi organisme dan proses- Derajat keasaman merupakan salah proses yang terjadi didalamnya. Hal ini terlihat satu parameter penentu produktivitas suatu dari peranan oksigen selain digunakan untuk perairan. Pada umumnya pH air tawar banyak aktifitas respirasi organisme air juga organisme bervariasi dekomposer dalam proses dekomposisi bahan karena kurangnya sistem karbondioksida dalam air tawar. Hal ini organik dalam perairan. disebabkan air tawar tidak mempunyai Kelimpahan Makrozoobentos kapasitas penyangga ( buffer ) yang kuat seperti air laut (Edmodson, 1983). Hasil pengamatan terhadap kelimpahan makrozoobentos ini meliputi kepadatan, Kadar oksigen terlarut (dissolved kepadatan relatif, frekuensi dan frekuensi oxygen, DO) dapat dijadikan ukuran untuk relatif. Pada sebagian besar stasiun dapat 38. Edumedia, Volume 1, Nomor 1, Juli 2017, hlm . 33 - 41 ditemukan makrozoobentos dari genus batuan berpasir dan berarus cepat (0.3 m/det). Hydropsiche dengan kepadatan relatif berkisar Menurut Boyd dan Lichtkoppler (1982), cara antara 62-79 %. Hydropsiche merupakan hidup organisme di sungai dengan aliran cepat makrozoobentos dari jenis Tricoptera yaitu yaitu dengan melengkapi rahang yang kuat Hydropsychidae yang merupakan jenis (Baetidae) dan dengan adanya bentuk tubuh makrozoobentos yang hidup di air jernih yang datar. dengan substrat berbatu dan berarus deras. Makrozoobentos yang ditemukan pada Genus Hydropsiche ditemukan pada stasiun 2, site group (8 stasiun) ini memiliki kesamaan 3, 4 dan 6 yang mempunyai substrat kerikil, substrat dasar jenis yaitu berupa berupa kerikil pasir, dan batuan besar serta mempunyai dan batuan. Macroinvertebrata seperi kecepatan arus rata-ratanya 0.5 m/det. Menurut makrozoobentos yang mampu hidup di sungai Cummin may-flies mempunyai morfologi berdasarkan adaptasinya (Ephemeroptera), stone-flies (Plecoptera), dan terhadap kelimpahan makanan yang berupa Caddies flies (Tricoptera) banyak ditemukan bahan organik (Hawkes 1978). Bahan organik di air jernih. kasar yang berupa daun yang jatuh ke sungai, Pada (1975), stasiun jenis 5 ditemukan umumnya di daerah hulu dimakan oleh makrozoobentos dari jenis may-flies kelompok shredder (pencabik dan pengunyah) (Ephemeroptera) yaitu genus Baetidae dengan misalnya larva dan nymph insekta. Bahan kepadatan sebesar 33,33. Keadaan ini organik halus dimakan dengan cara disaring, menunjukkan bahwa kelimpahan genus diendapkan, dikumpul kan oleh kelompok Baetidae ini sangat rendah. Genus Baetidae ini scrapper (pengikis), misalnya dari gastropoda merupakan indikator pencemaran pada stasiun dan filter feeder di daerah hilir (Cummins, ini. Hal ini dikarenakan organisme 1975). Pernyataan ini sesuai dengan kenyataan makrozoobentos ini sensitif terhadap di lapangan dimana pada stasiun 2, 3, 4, 5 dan pencemaran. Genus Baetidae (Ordo 6 yang terletak di bagian hulu Riam Marum Ephemeroptera) termaksuk makrozoobentos banyak ditemukan makrozoobentos dari yang dapat hidup pada kualitas perairan dengan kelompok insekta seperti Hydropsiche sp. kisaran tertentu saja, seperti pada perairan dengan tingkat kepadatan sebesar 377,7 dan dengan kandungan oksigen terlarut (DO) yang kepadatan relatif sebesar 78 %. cukup tinggi. Seperti halnya pada stasiun 2, 3, Banyaknya gastropoda yang ditemukan 4 dan 6, stasiun 5 juga mempunyai substrat pada daerah hilir Riam Marum disebabakan Rachmi Afriani, Inventarisasi Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis Perairan 39 adanya masukan bahan organik yang tinggi dari Keanekaragaman jenis bentos yang ditemukan daerah pemukiman dan pertanian. Bahan pada setiap stasiun pengamatan berkisar antara organik tersebut merupakan sumber makanan 0,21 – 1,126 , dimana nilai indeks bagi makrozoobenthos jenis Gastropoda (Ardi, keanekaragaman bentos termasuk dalam 2002). Jenis Gastropoda dari beberapa kriteria rendah (komunitas tidak stabil) dan familinya diketemukan pada aliran sungai yang sedang (stabilitas komunitas sedang). Hal ini terdapat vegetasi di tepian sungainya (Canter menunjukkan bahwa kualitas perairan Riam dan Hill,1979). Secara garis besar, Marum telah tercemar sedang hingga berat. makrozoobentos yang telah ditemukan Sehingga dengan nilai indeks keanekaragaman sebanyak 17 genus di sepanjang aliran Riam ini maka dapat terlihat bahwa tingkat kesuburan Marum merupakan jumlah yang masih telatif perairan di Riam Marum bersifat oligotrofik sedikit. Hal ini dikarenakan pengamatan dan mesotrofik. Kovacs (1992) menyebutkan dilakukan pada saat musim penghujan, sehingga bahwa terdapat hubungan yang erat antara makrozoobentos yang ditemukan hanya sedikit, keanekaragaman dengan kualitas lingkungan. karena kemungkinan makrozoobenthos Bahan pencemar yang masuk berasal tersebut sebagian terbawa arus. dari berbagai aktifitas yang terdapat pada Keanekaragaman Makrozoobentos daerah di sepanjang aliran Riam Marum seperti Hasil pengamatan terhadap kelompok limbah rumah tangga yang merupakan sumber organisme makrozoobentos menunjukkan utama penghasil limbah organik maupun bahwa ditemukan 17 genus yakni Hydropsiche, anorganik. Kondisi ini sangat mempengaruhi Hydracid, Lype, Amphinemura, Aescha, kualitas perairan, hal ini dapat dilihat dari rata Molanna, Coryphaeschna, Chloroperla, - rata nilai indeks keanekaragaman bentos pada Baetis, Menouro, Promoresia, Choulides, 8 stasiun sebesar 0,34. Odum (1971) Elmidae, Campsurus, Halesus, Dryopidae, menyebutkan bahwa keanekaragaman spesies Aselluss. Salah satu spesies bentos golongan cenderung rendah dalam ekosistem yang insekta yang berhasil teridentifikas adalah mengalami tekanan secara fisik maupun kimia. Hydropsyche sp. Tingginya faktor pembatas fisikokimia perairan Hasil pengukuran indeks keanekaragaman dan indeks biotik organisme menyebabkan organisme tertentu saja yang mengalami kesintasan. bentos pada Riam Marum disajikan pada table Hasil analisis indeks kemerataan Indeks Diversitas, Evenness, dan Dominansi. (Indeks Evenness) organisme bentos pada 40. Edumedia, Volume 1, Nomor 1, Juli 2017, hlm . 33 - 41 Riam Marum disajikan pada tabel Indeks SARAN Diversitas, Evenness, dan Dominansi. Dari Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tabel tersebut terlihat bahwa indeks kemerataan mengenai keanekaragaman dan kekayaan ( Indeks Evenness ) organisme bentos pada makrozoobentos yang berkolerasi dengan Riam Marum menunjukkan nilai 0-0,81. kondisi perairan daerah tersebut sehingga Sebagian besar stasiun memiliki indeks kelestarian ekosistem perairan kawasan yang kemerataan (Indeks Evenness) antara 0,32- termaksuk ke dalam kawasan Cagar Alam 0,47. Keadaan ini mengindikasikan bahwa Gunung Nyiut ini tetap terjaga dengan baik. keseragaman antar spesies di dalam komunitas rendah, ada spesies yang dominan dan DAFTAR PUSTAKA komunitas bersifat tidak stabil. Namun, masih Ahmad, I. 1993. Ekologi Air Tawar. Gramedia terdapat satu stasiun yakni stasiun 4 yang .Jakarta. memiliki indeks kemerataan (Indeks Evenness) sebesar 0,81. Keadaan ini mengindikasikan bahwa keseragaman antar spesies makrozoobentos di perairan ini dapat dikatakan relatif merata dan komunitas bersifat stabil. Hal ini menunjukkan bahwa perairan pada Riam Marum telah mengalami pencemaran sedang hingga berat. KESIMPULAN Struktur, komposisi dan kekayaan makrozoobentos di sepanjang aliran Riam Marum tergolong rendah hingga sedang. Kualitas perairan Riam Marum berdasarkan Indeks Diversitas, Indeks Evenness dan Indeks Dominansi termaksuk perairan dengan tingkat pencemaran sedang hingga berat. Ardi. 2002. Pemanfaatan Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Pesisir. Tesis PS IPB. Bogor. Boyd, C.E. dan F. Lichtkoppler. 1982. Water Quality Management In Pond Fish Culture. Auburn University. Alabama. Canter, L.W. L.G.Hill. 1979. Handbook of Variable for Environmental Inpact Assesment. An Arbor Sci Pub. London. Cummin. K.W. 1975. Macro Invertertebrate. In.Witton.B.A (Ed). Rivers Ecology. Blackwell Scientific. London. Dahuri. R. 1995. Metode dan Pengukuran Kualitas Air Aspek Biologi. IPB. Bogor. Davis, B.R. 1976. The Dispersal of Chironomidae a River. Journal of Entomological Society South Africa. p:39 – 62. Edmodson. 1983. Fresh Water Biology. John Willey and Sons. New York Rachmi Afriani, Inventarisasi Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis Perairan 41 Hawkes.,H.A. 1978. Invertebrates as Indicators of Rivers Water Quality. In. A. James and L. Evison (Ed) Biological Indicator of Water Quality. John Willey & Sons. Toronto. Hutabarat. H, Evans. 1986. Kunci Identifikasi Plankton. PT.Yasa Guna. Jakarta. Kovacs, M. 1992. Biological Indicators of Environment Protection. Ellis Horwoad. New York. Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders. Philadelpia Sastrawijaya,T.A. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta Vonk JA, Christianen MJA, Stapel J. 2010. Abundance, edge effect, and seasonality of fauna in mixed-species seagras meadows in Sout-West Sulawesi, Indonesia. Mar. Biol. Res.6: 282-291.