PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu usaha peternakan yang masih harus dikembangkan di Negara Indonesia. Laju pertumbuhan populasi sapi perah dan produksi susu semakin menurun. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara produksi susu yang dihasilkan dan permintaan susu. Penurunan laju pertumbuhan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti mutu genetik ternak, lingkungan, menejemen pemberian pakan, kurangannya hijauan pakan dan mahalnya harga pakan serta daya dukung lingkungan. Selain itu, pemberian pakan yang kurang tepat dan berkualitas kurang baik dapat menurunkan kemampuan produktifitas sapi perah. Pemberian pakan yang seadanya tanpa memperhatikan kebutuhan nutrisi sapi perah akan menyebabkan penurunan produktivitas pada ternak tersebut bahkan akan terjadi gangguan kesehatan dan kematian. Rendahnya daya dukung lingkungan menyebabkan hilangnya unsur hara yang penting bagi tanaman akibat terjadinya pengikisan tanah oleh banjir atau hujan sehingga kandungan mineral dalam tanah berkurang. Selain itu jenis tanah juga mempengaruhi ketersediaan mineral bagi tanaman. Kedua hal tersebut dapat mengakibatkan kandungan mineral dalam pakan tidak memenuhi kebutuhan mineral ternak. Tidak tercukupinya kebutuhan mineral menyebabkan efisiensi penggunaan pakan dan produktivitas ternak menjadi rendah karena akan mengganggu metabolisme pakan dalam tubuh ternak. Pada sapi laktasi yang memperoleh mineral dalam jumlah yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi susu, tubuh sapi akan memobilisasi mineral yang tersimpan dalam tulang dan jaringan tubuh lainnya. Jika keadaan defisiensi ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka akan menyebabkan penurunan produksi susu dan kualitas susu yang dihasilkan menjadi rendah. Kualitas air susu dapat dipengaruhi oleh kadar mineral yang terkandung di dalamnya. Konsentrasi mineral di dalam susu yang rendah dapat menurunkan berat jenis air susu. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki aspek nutrisi melalui suplementasi mineral. Suplementasi mineral merupakan proses manipulasi pakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya cerna dan daya serap dari ransum dengan kandungan gizi yang seimbang. Hal ini akan meningkatkan 1 produktivitas ternak melalui peningkatan sintesis protein mikroba di dalam rumen, meningkatkan kecernaan dan konsumsi pakan. Selain itu, pemberian suplemen mineral akan memberikan keseimbangan antara asam amino dan energi ternak untuk pertumbuhan, produksi, dan perbaikan kinerja reproduksi (Parakkasi, 1999). Cairan rumen ternak ruminansia mengandung mikroba yang merupakan protein dengan kandungan nutrien dan nilai biologis yang yang baik, demikian pula dengan mineral makro dan mineral mikro yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian cairan rumen sebagai limbah rumah potong hewan perlu dimanfaatkan sebagai suplemen mineral organik dan dapat dinyatakan sebagai biomineral. Dalam tubuh sapi perah, pakan yang dikonsumsi akan mengalami proses fermentasi atau degradasi oleh mikroba rumen, produk fermentasi zat makanan ini akan digunakan untuk membentuk protein mikroba. Namun demikian sebagian dari pakan tersebut akan lolos dari proses degradasi dan disuplai langsung ke organ pasca rumen. Oleh karena adanya keterbatasan dalam kemampuan mikroba rumen untuk menggunakan zat makanan produk fermentasi, dan tingginya kebutuhan nutrien sapi perah, maka sangat diharapkan proporsi zat makanan yang lolos fermentasi atau degradasi lebih besar daripada proporsi zat makanan yang difermentasi atau didegradasi dalam rumen (Orskov, 1988). Dengan demikian, zat makanan perlu diproteksi dari proses fermentasi atau degradasi mikroba rumen yang berlebihan. Proteksi zat makanan, terutama protein, dari fermentasi atau degradasi mikroba di dalam rumen dapat dilakukan dengan cara dienkapsulasi yaitu suatu metoda perlindungan yang mereaksikan zat makanan tertentu dengan gula pereduksi melalui reaksi maillard (Windschitl dan Stern, 1988a). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mulyawati (2009) menunjukkan bahwa biomineral dapat diproteksi dengan menggunakan larutan xylosa limbah industri kertas (4%). Uji fermentabilitas dan kecernaan in vitro memperlihatkan taraf terbaik untuk penggunaan biomineral diproteksi adalah 1,5%. Penelitian ini mencoba untuk menguji atau mempelajari kandungan mineral dari susu pada sapi yang diberi ransum yang mengandung suplemen biomineral dienkapsulasi yang mudah diperoleh dan kaya akan kandungan mineral, baik makro maupun mikro. 2 Perumusan Masalah Pemanfaatan limbah cairan rumen sebagai suplemen mineral bagi ternak ruminansia merupakan sumber mineral yang murah. Cairan rumen mengandung banyak mikroba di dalamnya yang mampu mensintesi protein dan mineral di dalam tubuh mikroba sehingga cairan rumen tersebut dapat digunakan sebagai sumber mineral. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan biomineral dari cairan rumen yang dienkapsulasi terhadap konsumsi mineral (Ca, P, Mg, dan S), kandungan mineral (Ca, P, Mg, dan S) dalam susu serta korelasi konsumsi mineral (Ca, P, Mg, dan S); kadar mineral (Ca, P, Mg, dan S) dalam susu; dan produksi susu 4% FCM. Manfaat Suplementasi biomineral ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ternak akan mineral dan memperbaiki kualitas pakan, serta memiliki kandungan susu yang kaya akan mineral. 3