Jurnal Analisis, Desember 2015, Vol. 4 No. 2 : 183

advertisement
Jurnal Analisis, Desember 2015, Vol. 4 No. 2 : 183 – 189
ISSN 2303-100X
PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP KEMISKINAN
DI PROVINSI SULAWESI BARAT
The Effects of the Government Spending on the Poverty in West Sulawesi Province
Rahmah Amalia1, Madris2, Abd. Rahman Razak2
1
Jurusan Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Fakultas Ekonomi,
Pascasarjana Universitas Hasanuddin,
2
Jurusan Ilmu EkonomiFakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin
(E-mail: [email protected])
ABSTRAK
Tingkat Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan menjadi salah satu penilaian dari keberhasilan pencapaian
kinerja pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap kemiskinan
di Provinsi Sulawesi Barat. Objek penelitian ini adalah pengeluaran pemerintah kabupaten, provinsi dan pemerintah
pusat, pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan kemiskinan. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa
pengeluaran pemerintah dalam bentuk belanja langsung di bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur, pertumbuhan
ekonomi, kesempatan kerja dan tingkat kemiskinan. Penelitian ini menggunakan metode SEM (Structural Equation
Modeling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah kabupaten, secara langsung berpengaruh
positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, tetapi secara tidak langsung, tidak signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat. Pengeluaran pemerintah provinsi, baik secara langsung maupun tidak langsung,
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat. Pengaruh pengeluaran
pemerintah pusat terhadap kemiskinan, secara langsung berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Sedangkan secara
tidak langsung, berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi sulawesi Barat.
Kata Kunci: Pengeluaran Pemerintah, Kemiskinan
ABSTRACT
The level of the poverty is a complex problem and it becomes one of the methods to evaluate the successful
achievement of the government performance. This research aimed to investigate the effects of the government spending
on the poverty in West Sulawesi Province. The research objects comprised the spending of the regency, provincial and
central governments, the economic growth, the job opportunity and poverty. The data used were the secondary data,
such as the government spending allocated for education, health and infrastructures, economic growth, job opportunity
and poverty level. The research used the Structural Equation Modeling (SEM). The research results indicated that the
spending of the regency government directly had a positive and significant effect on the level of poverty, but indirectly
it had an insignificant effect on the level of poverty in West Sulawesi Province. The spending of the provincial
government, both directly and indirectly had a negative and significant effect on the level of poverty level in West
Sulawesi Province. The spending of the central government directly had a negative but insignificant effect on the
poverty level in West Sulawesi Prince, while indirectly, it had a positive but insignificant effect on the poverty level in
West Sulawesi Province.
Keywords: Government Spending, Poverty
tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi juga
berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan,
kesehatan serta ketidakberdayaan masyarakat
miskin untuk berpartisipasi dalam proses
PENDAHULUAN
Kemiskinan menjadi persoalan yang
kompleks dalam suatu negara karena kemiskinan
tidak hanya berkaitan dengan masalah rendahnya
183
Rahmah Amalia
ISSN 2303-100X
pembangunan. Masalah-masalah ini berkaitan
dengan pembangunan manusia yang tercermin
dalam kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup
standar masyarakat, seperti kekurangan gizi, air
bersih, perumahan yang layak huni, pelayanan
kesehatan yang kurang baik dan tingkat
pendidikan yang rendah. Pengentasan kemiskinan
telah menjadi tujuan pembangunan yang
fundamental dan menjadi sebuah alat ukur untuk
menilai efektivitas pelaksanaan berbagai jenis
program pembangunan.
Kemiskinan dapat dilihat dari berbagai
dimensi yang terkait dengan (1) dimensi ekonomi
yaitu sandang, pangan, perumahan dan kesehatan,
(2) dimensi sosial dan budaya yaitu kantongkantong
kemiskinan,
apatis,
fatalistik,
ketidakberdayaan, (3) dimensi struktural atau
politik yakni tidak memiliki sarana politik, tidak
memiliki kekuatan politik dan berada dalam status
paling bawah.
Dalam RPMJD Sulawesi Barat 2012-2016,
fokus utama pembangunan diletakkan pada
penanggulangan kemiskinan. Sebagai provinsi
yang baru dimekarkan pada 5 Oktober 2004, maka
Sulawesi Barat menghadapi masalah yang relatif
lebih berat jika dibandingkan dengan daerah
lainnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Namun demikian, seiring dengan kinerja
perekonomian Provinsi Sulawesi Barat yang terus
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu,
maka tingkat kemiskinan di daerah ini telah
mengalami pula penurunan setiap tahun. Hasil
capaian ini sejalan dengan adanya peningkatan
laju pertumbuhan ekonomi daerah ini sebagai
wujud nyata keseriusan pemerintah dalam
mengembangkan potensi Provinsi Sulawesi Barat
serta menggenjot pembangunan kemajuan
infrastruktur, utamanya jalan, jembatan dan
irigasi.
Pengeluaran pemerintah merupakan salah
satu komponen kebijaksanaan fiskal yang
bertujuan untuk meningkatkan laju investasi,
kesempatan kerja memelihara kestabilan ekonomi
dan menciptakan distribusi pendapatan yang
merata. Teori makro mengenai pertumbuhan
pengeluaran pemerintah dikemukakan oleh para
ahli ekonomi dan dapat digolongkan kedalam
model pembangunan tentang perkembangan
pengeluaran. Musgrave berpendapat bahwa dalam
suatu proses dan persentase investasi pemerintah
terhadap GNP akan semakin kecil. Pada tingkat
perkembangan ekonomi yang lebih lanjut, Rostow
mengatakan bahwa aktivitas pemerintah beralih
dari penyediaan sarana prasarana ke pengeluaranpegeluaran untuk aktivitas sosial, seperti halnya
program kesejahteraan hari tua, program
pelayanan kesehatan dan sebagainya.
Teori pertumbuhan endogen memberikan
gambaran mengenai peran pemerintah di dalam
proses pertumbuhan. Barro (1991), menguji
model pertumbuhan endogen mengenai hubungan
antara bagian pengeluaran pemerintah di dalam
GDP dan tingkat pertumbuhan GDP riil per
kapita. Keistimewaan model Barro ini adalah
adanya constant returns to capital secara luas
termasuk private capital dan publik services.
Secara luas mempertimbangkan input public
services di dalam produksi, tepatnya hubungan
yang timbul antara ukuran pemerintah dan
pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah
yang tidak produktif (Cg/Y) berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan. Devarajan & Vinaya
(1993), menemukan hubungan yang negatif dan
tidak signifikan hubungan antara pengeluaran
produktif dan pertumbuhan ekonomi. Hasil
penelitian Lin (1994), menemukan bahwa
pengeluaran tidak produktif negatif dan tidak
signifikan berdampak terhadap pertumbuhan
ekonomi di negara industri tetapi signifikan positif
berdampak pada pertumbuhan ekonomi di negara
berkembang.
Pengeluaran pemerintah merupakan salah
satu instrumen penting untuk mengurangi tingkat
kemiskinan. Filmer & Pritchett (1997), Fan &
Thorat (2000), Dollar & Kraay (2001), Bigsten &
Levin (2001), Fan & Rao (2004), Laabas &
Limam (2004), dan Klasen (2005) memperoleh
hasil penelitian jenis pengeluaran pemerintah
yang diidentifikasi mempunyai pengaruh, baik
secara langsung maupun tidak langsung, terhadap
kemiskinan adalah pengeluaran untuk pendidikan,
kesehatan, infrastruktur, teknologi, perumahan,
subsidi,dan transfer.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang
akan diteliti dan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini yaitu mengetahui seberapa besar
pengaruh pengeluaran pemerintah kabupaten,
provinsi dan pemerintah pusat terhadap
kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat.
184
Government Spending, Poverty
ISSN 2303-100X
terhadap pertumbuhan ekonomi melalui tingkat
kesempatan kerja. Adapun bentuk persamaanya
sebagai berikut:
Y2it = lnβ0 + β1lnX1it-1 + β2lnX2it-1 +
β3lnX3it-1 + β4(lnα0 + α1lnX1it-1 +
α2lnX2it-1 + α3lnX3it-1 + μ1) + μ2
= lnβ0 + β1lnX1it-1 + β2lnX2it-1 +
β3lnX3it-1 + β4lnα0 + β4α1lnX1it-1 +
β4α2lnX2it-1 + β4α3lnX3it-1 + β4μ1 +
μ2
= (lnβ0 + β4lnα0)+ (β1 + β4α1)lnX1it-1
+ (β2 + β4α2)lnX2it-1 + (β3 +
β4α3)lnX3it-1 + (β4μ1 + μ2)
= lnδ0 + δ1lnX1it+ δ2lnX2it+ δ3lnX3it
+ μ4 ............................ (2.2)
Kemudian persamaan (1.1) dan (2.1) disubtitusi
ke persamaan (3.1) untuk menghitung pengaruh
pengeluaran pemerintah kabupaten, pengeluaran
pemerintah provinsi dan pengeluaran pemerintah
pusat :
Y3
= lnγ0 + γ1lnX1it-1 + γ2lnX2it-1 +
γ3lnX3it-1 + γ4(lnα0 + α1lnX1it-1 +
α2lnX2it-1 + α3lnX3it-1 + μ1) +
γ5(lnδ0 + δ1lnX1it-1+ δ2lnX2it-1+
δ3lnX3it-1 + μ4)+ μ3
= lnγ0 + γ1lnX1it-1 + γ2lnX2it-1 +
γ3lnX3it-1 + γ4lnα0 + γ4α1lnX1it-1 +
γ4α2lnX2it-1 + γ4α3lnX3it + γ4μ1 +
γ5lnδ0 + γ5δ1lnX1it-1+ γ5δ2lnX2it-1+
γ5δ3lnX3it-1 + γ5μ4 + μ3
= (lnγ0 + γ4lnα0+ γ5lnδ0) + (γ1 +
γ4α1 + γ5δ1)lnX1it-1 + (γ2 + γ4α2 +
γ5δ2)lnX2it-1+ (γ3 + γ4α3 +
γ5δ3)lnX3it-1+ (γ4μ1 + γ5μ4 + μ3)
= lnɵ0 + ɵ1lnX1it-1 + ɵ2lnX2it-1 +
ɵ3lnX3it-1 + μ5 ........... (3.2)
Dimana:
X1: Pengeluaran Pemerintah Kabupaten (Rp)
X2: Pengeluaran Pemerintah Provinsi (Rp)
X3: Pengeluaran Pemerintah Pusat (Rp)
Y1: Pertumbuhan Ekonomi (%)
Y2: Kesempatan Kerja (%)
Y3: Kemiskinan (%)
Y3: Kemiskinan (%)
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lima kabupaten
di Sulawesi Barat. Penelitian ini adalah penelitian
dengan pendekatan kuantitatif yang dilakukan
untuk mengkaji pengaruh pengeluaran pemerintah
kabupaten, provinsi dan pusat di bidang
pendidikan,kesehatan dan infrastruktur secara
langsung terhadap kemiskinan dan secara tidak
langsung melalui pertumbuhan ekonomi dan
kesempatan kerja. untuk mengetahui pengaruh
tersebut maka digunakan analisis Structural
Equation Model (SEM).
Penelitian ini menggunakan variabel dependen
berupa tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi
Barat. Variabel independen berupa realisasi
pengeluaran Selain itu digunakan variabel
pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari
tahun 2007-2012.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan,
yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian
lapangan. Data yang digunakan adalah data panel
lima kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat selama
enam tahun dari tahun 2007 sampai dengan tahun
2013. Unit analisis penelitian adalah kabupatenkabupaten di Provinsi Sulawesi Barat.
Metode Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk
mengukur pengaruh pengeluaran pemerintah
terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi
Barat baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan
kesempatan kerja. Maka model regresi yang
digunakan adalah Structural Equation Model
(SEM). Adapun bentuk persamaan sebagai
berikut:
Y1it = lnα0 + α1lnX1it-1 + α2lnX2it-1 +
α3lnX3it-1 + μ1 ........ (1.1)
Y2it = lnβ0 + β1lnX1it-1 + β2lnX2it-1 +
β3lnX3it-1 + β4Y1it + μ2………… (2.1)
Y3it = lnγ0 + γ1lnX1it-1 + γ2lnX2it-1 +
γ3lnX3it-1 + γ4Y1it+ γ5Y2it + μ3… (3.1)
Kemudian persamaan (1.1) disubstitusi ke
persamaan (2.1) untuk menghitung pengaruh
tidak langsung (indirect effect) dalam bentuk
reduced form pengeluaran pemerintah kabupaten,
pemerintah provinsi dan pemerintah pusat
HASIL PENELITIAN
Uji koefien t menunjukan pengaruh masingmasing
variabel
independen
terhadap
kemiskinan. Ringkasan hasil perhitungan
pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap
185
Rahmah Amalia
ISSN 2303-100X
kemiskinan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel
2. Berdasarkan hasil analisis pengaruh antara
variabel, maka diperoleh fakta bahwa
pengeluaran pemerintah kabupaten berhubungan
negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hal
ini menjelaskan bahwa
pengeluaran pemerintah kabupaten tidak cukup
besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
bahkan cenderung menurunkan pertumbuhan
ekonomi di daerah. Pengeluaran pemerintah
utamanya bagi daerah yang baru berkembang
lebih difokuskan pada kegiatan administrasi dan
pembangunan infrastruktur
bukan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Koefisien
regresi
variabel
pengeluaran
pemerintah
kabupaten
terhadap
kesempatan
kerja
berhubungan negatif dan tidak signifikan. Hal
ini berarti pengeluaran pemerintah kabupaten
secara langsung tidak cukup besar dalam
mendorong peningkatkan kesempatan kerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan
pengeluaran pemerintah terhadap kesempatan
kerja adalah positif dan signifikan yang
mengindikasikan bahwa belanja pemerintah
memegang peranan penting dalam menciptakan
lapangan pekerjaan di masyarakat. Pengaruh
pengeluaran
pemerintah
pusat
terhadap
kemiskinan secara langsung adalah negatif dan
tidak signifikan. Hal ini erat kaitannya dengan
pengalihan dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan menjadi dana alokasi khusus dan
kemampuan fiskal daerah.
Tabel 1. Koefisien Estimasi Pengaruh Langsung Pengeluaran Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan
Pemerintah Pusat Terhadap Kemiskinan
Variabel Bebas
Pengeluaran
Pemerintah
Kabupaten (X1)
Pengeluaran
Pemerintah Provinsi
(X2)
Pengeluaran
Pemerintah Pusat
(X3)
Pertumbuhan
Ekonomi (Y1)
Simbo
l
Pengaruh
Langsung
P
α1
-2,445
***
β1
-0,022
0,16
γ1
3,056
α2
2,299
β2
0,048
γ2
-4,572
α3
-0,378
Kesempatan Kerja (Y2)
β3
-0,025
Kemiskinan (Y3)
γ3
-1,829
β4
-0,001
γ4
-0,824
γ5
-24,491
0
0,00
0
0,03
2
0,00
0
0,56
0
0,16
2
0,12
0
0,76
0
0,01
0
0.04
0
Variabel Terikat
Pertumbuhan Ekonomi
(Y1)
Kesempatan Kerja (Y2)
Kemiskinan (Y3)
Pertumbuhan Ekonomi
(Y1)
Kesempatan Kerja (Y2)
Kemiskinan (Y3)
Pertumbuhan Ekonomi
(Y1)
Kesempatan Kerja (Y2)
Kemiskinan (Y3)
Kesempatan Kerja
(Y2)
Kemiskinan (Y3)
186
Keterangan
Signifikan
Tidak
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Government Spending, Poverty
ISSN 2303-100X
Tabel 2. Koefisien Estimasi Pengaruh Tidak Langsung Pengeluaran Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan
Pemerintah
Variabel Bebas
Pengeluaran Pemerintah
Kabupaten (X1)
Pengeluaran Pemerintah Provinsi
(X2)
Pengeluaran Pemerintah Pusat
(X3)
Pengeluaran Pemerintah
Kabupaten (X1)
Pengeluaran Pemerintah Provinsi
(X2)
Pengeluaran Pemerintah Pusat
(X3)
Pertumbuhan Ekonomi (Y1)
Variabel Terikat
γ4α2+ γ5β2
Pengaruh Tidak
Langsung
Nilai
Keterangan
0,004
Tidak
Signifikan
-0,003
Tidak
Signifikan
0,001
Tidak
Signifikan
2,463
Tidak
Signifikan
-2.976
Signifikan
γ4α3+ γ5β3
0,917
β4γ5
0.036
Simbol
Kesempatan Kerja (Y2)
β4α1
Kesempatan Kerja (Y2)
β4α2
Kesempatan Kerja (Y2)
β4α3
Tingkat Kemiskinan (Y3), melalui
Y1 dan Y2
Tingkat Kemiskinan (Y3), melalui
Y1 dan Y2
Tingkat Kemiskinan (Y3), melalui
Y1 dan Y2
Tingkat Kemiskinan (Y3), melalui
Y2
γ4α1+ γ5β1
Tidak
Signifikan
Signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran
pemerintah yang besar terutama pengeluaran
konsumsi justru akan menurunkan pertumbuhan
pendapatan per kapita. Hasil penelitian
Devarajan & Vinaya (1993), menemukan
hubungan negatif dan tidak signifikan antara
pengeluaran produktif dengan pertumbuhan.
Namun hasil ini bertentangan dengan hubungan
fungsional berdasarkan teori yang ada. Hasil ini
juga bertentangan dengan penelitian dari Junaidi
(2012), yang mengindikasikan bahwa belanja
pemerintah memegang peranan penting dalam
menciptakan lapangan pekerjaan di masyarakat.
Pengeluaran pemerintah dalam hal ini
adalah belanja langsung di bidang pendidikan,
kesehatan dan infrastruktur tidak serta merta
dapat menurunkan tingkat kemiskinan di
Provinsi Sulawesi Barat secara umum. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian dari Devarajan &
Vinaya (1993), dimana dalam penelitian mereka
menggabungkan pengamatan empiris melalui
kerangka
teoritis
sebelumnya
dengan
mendalilkan sebuah model, dimana ada dua jenis
pengeluaran pemerintah yakni produktif dan
tidak produktif. Hal ini mengindikasikan bahwa
kabupaten-kabupaten di Sulbar walaupun
pengeluaran pemerintah berupa belanja langsung
tetapi penyerapannya tidak efektif pada programprogram yang produktif dalam rangka
pengentasan kemiskinan.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan hubungan antara
pengeluaran pemerintah kabupaten secara
langsung berpengaruh positif dan signifikan dan
tidak berpengaruh signifikan secara tidak
langsung, pengeluaran provinsi baik secara
langsung maupun tidak langsung berpengaruh
negatif dan signifikan. sedangkan untuk
pengeluaran
pemerintah
pusat
terhadap
kemiskinan secara langsung adalah negatif dan
tidak signifikan. secara tidak langsung
berpengaruh positif dan tidak signifikan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan
aliran Keynesian yang menunjukkan bahwa
belanja pemerintah memacu pertumbuhan
ekonomi. Pandangan ini menjelaskan bahwa
dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah
akan mendorong peningkatan permintaan
berbagai barang dan jasa yang diproduksi dalam
perekonomian
secara
agregat,
sehingga
mendorong pertumbuhan perekonomian. Jadi,
pengeluaran pemerintah dipandang sebagai
output agregat. Dengan kata lain pertumbuhan
ekonomi merupakan fungsi dari pengeluaran
pemerintah.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Barro & Xavier
(1992), yang membagi pengeluaran pemerintah
menjadi pengeluaran produktif dan tidak
produktif. Pengeluaran produktif apabila
pengeluaran tersebut mempunyai efek langsung
187
Rahmah Amalia
ISSN 2303-100X
Pengeluaran pemerintah provinsi secara
langsung berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan. Hasil ini
mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Filmer & Pritchett (1997), Fan &
Thorat (2000), Dollar & Kraay (2001), Bigsten &
Levin (2001), Fan & Rao (2004), Laabas &
Limam (2004) dan Klasen (2005). Menurut
penelitian mereka, pengeluaran pemerintah
merupakan salah satu instrumen penting untuk
mengurangi
tingkat
kemiskinan.
Jenis
pengeluaran pemerintah yang dapat diidentifikasi
mempunyai pengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kemiskinan
adalah pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, teknologi, perumahan, subsidi dan
transfer. Pengaruh pengeluaran pemerintah
provinsi terhadap kemiskinan secara tidak
langsung adalah negatif dan signifikan. Jika
dilihat dari hasil penelitian ditemukan bahwa
pengaruh langsung pengeluaran pemerintah
provinsi terhadap kemiskinan lebih besar jika
dibandingkan
dengan
pengaruh
tidak
langsungnya. Pengeluaran pemerintah dapat
memiliki efek langsung dan tidak langsung
terhadap kemiskinan. Efek langsung muncul
dalam bentuk manfaat yang diterima dari
pengeluaran
pada
program
kerja
dan
kesejahteraan. Efek tidak langsung muncul
ketika investasi pemerintah di bidang
infrastruktur pedesaan, penelitian pertanian,
kesehatan dan pendidikan masyarakat pedesaan
merangsang pertumbuhan pertanian dan nonpertanian yang mengarah ke pekerjaan yang
lebih besar dan kesempatan memperoleh
penghasilan bagi masyarakat miskin dan bahan
makanan yang lebih murah.
Secara teoritis, hubungan antara belanja
publik dan kemiskinan berasal dari tiga sumber
yaitu pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja
dan upah. Peningkatan belanja publik akan
meningkatkan permintaan agregat dalam
perekonomian. Permintaan terhadap tenaga kerja
sebagai akibat dari meningkatnya permintaan
agregat menaikkan tingkat produktivitas tenaga
kerja. Kesempatan kerja yang lebih tinggi dan
produktivitas mengarahkan pada dua jalur.
Pertama, menaikkan tingkat upah yang
selanjutnya berkontribusi dalam pengurangi
kemiskinan dan kedua, percepatan dalam
pertumbuhan ekonomi yang mana hal ini dapat
menaikkan belanja publik.
Pemberian dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan dari pemerintah pusat untuk
pelaksanaan program nasional yang dibiayai oleh
anggaran kementerian/lembaga teknis vertikal
dalam rangka mencapai tujuan dan prioritas
nasional, sebagaimana tujuan bantuan spesifik
untuk
daerah.
Namun,
anggaran
kementrian/lembaga vertikal tersebut bukan untuk
membiayai program prioritas nasional yang telah
menjadi urusan daerah. Sebagai contohnya di
bidang
pendidikan
dengan
program
penyelenggaraan pendidikan dasar sembilan tahun.
Prinsip desentralisasi fiskal khususnya money
follow
function
mengharuskan
pendanaan
penyelenggaraan pendidikan dasar (mulai dari gaji
guru, biaya administrasi dan operasional sekolah
menjadi tanggung jawab daerah (APBD). Apabila
daerah tidak memiliki kemampuan fiskal untuk
mendanai tanggung jawabnya, maka pemerintah
pusat dapat menyediakan bantuan melalui
mekanisme transfer ke daerah (APBD), bukan
dengan mekanisme dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
Secara teori, bantuan spesifik sangat beragam
jenisnya. Bantuan ini dapat diciptakan oleh si
pemberi dalam hal ini pemerintah pusat, untuk
berbagai tujuan. Misalnya, untuk mencapai tujuan
dan prioritas nasional di bidang tertentu namun
urusannya telah didesentralisasikan ke daerah,
untuk mempengaruhi pola belanja si penerima,
untuk mengakomodasi “spill-over benefit”
(penyediaan pelayanan publik oleh daerah tertentu
tetapi dimanfaatkan oleh penduduk daerah
lain/tetangga)
dan
untuk
mengakomodasi
kekhususan daeerah tersebut. Dana dekonsentrasi
dan tugas pembantuan perlahan-lahan dialihkan
menjadi dana alokasi khusus sehingga porsi yang
diberikan dalam bentuk ini semakin berkurang.
Dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang
merupakan belanja dari kementrian/lembaga
dibatasi untuk membiayai kegiatan non fisik (Dana
dekonsentrasi) sedangkan untuk dana tugas
pembantuan dapat digunakan untuk membiayai
kegiatan pembangunan fisik tetapi dana ini
jumlahnya relatif kecil.
Kendala lain yang melatar belakangi hasil
penelitian yang tidak sesuai adalah ketidakpastian
waktu
pemberian
dana
dekon.
Setelah
musrenbangnas tidak pernah ada pembertahuan ke
188
Government Spending, Poverty
ISSN 2303-100X
daerah mana kegiatan yang diusulkan akan
dibiayai APBN. Biasanya sekitar semester kedua
baru diberitahu ada kegiatan yang dibiayai APBN.
Sering juga terjadi kegiatan yang dibiayai APBN
berbeda dengan yang diusulkan. Jika kegiatan itu
memang masih bermanfaat bagi peningkatan
pelayanan di daerah tidak menjadi masalah,
kendala terjadi ketika kegiatan atau proyek
tersebut tidak dibutuhkan oleh daerah.
Pada dasarnya Dana Dekon /TP sangat besar
peranannya bagi pendanaan program di daerah.
Sebagai contoh kasus pada Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi, dalam pencapaian target program
di bidang kesehatan hampir 70-80 persen dibiayai
oleh dana dekonsentrasi/ tugas pembantuan dan
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN).
Kenyataannya daerah belum dapat secara tegas
membedakan antara Dana Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan, sehingga tidak bisa dipastikan
apakah Dana Dekonsentrasi masih membiayai
kegiatan non-fisik. Pada prakteknya seringkali
kegiatan yang dibiayai oleh dana dekon
memerlukan kegiatan pendamping yang dibiayai
oleh APBD padahal menurut undang-undang Dana
Dekonsentrasi
tidak
memerlukan
dana
pendamping karena prinsip money follow function.
dapat mendorong kesempatan kerja dan
produktifitas yang lebih tinggi yang pada akhirnya
dalam jangka panjang akan mengurangi
kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
Barro, Robert J. (1991). Economic Growth in
Cross Section Countries. Quarterly Journal of
Economics.
Barro, Robert J. & Xavier, Salai-Martin. (1992).
Convergence. Journal of Political economy
100(2): 223-251
Bigsten, A. & Levin, J. (2001). Growth, Income
Distribution and Poverty. Working Paper in
Economic.
Devarajan, S. & Vinaya, S. (1993). What do
goverment Buy? The Composition of Public
Spending and Economic Performance.
Education Quality and Economic Growth,
The World Bank, Washinton DC.
Dollar, D. & Kraay, A. (2001). Trade, Growth and
Poverty. Development Research Group, The
World Bank.
Fan, S. Zang. & Rao, N. (2004). Public
Investment, Growth and Rural Poverty.
Public Expenditures, Growth and Poverty:
Lesson from Developing Countries. Hal. 56108. International Food Policy Research
Institute.
Fan, S., Hazell, P. & Thorat, S. (2000).
Government Spending, Growth and Poverty
in Rural India. Amer. J. Agr. Econ. 82 (4)
(November 2000): 1038-1051. American
Agricultural Economics Assosiation.
Filmer, D. & Prichett, L. (1997). The Impact of
Public Spending of Health : Does Money
Metter?. Social Sience & Madicine. 49:13091323.
Junaidi, Arius. (2012). Analisis Pertumbuhan
Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal
Kajian Ekonomi 1:1.
Klasen. (2005). Economic Growth And Poverty
Reduction: Measurement and Policy Issues.
OECD Development Centre. Working Paper
No.246.
Laabas & Limam. (2004). Impact of Public
Policies on Poverty, Income Distribution and
Growth. Arab Planning Institute.
Lin, Steven A. (1994). Goverment Spending and
Economic Growth. Applied Economic. 26:8394.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pengeluaran pemerintah kabupaten secara
langsung berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kemiskinan, tetapi secara tidak langsung
berpengaruh tidak signifikanterhadap tingkat
kemiskinan. Pengeluaran pemerintah provinsi,
secara langsung maupun tidak langsung,
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan.
Pengeluaran pemerintah pusat secara langsung
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kemiskinan tetapi secara tidak langsung tidak
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Adapun
saran yang dapat diberikan yaitu meningkatkan
rasio alokasi belanja langsung terhadap total
belanja pada pemerintah provinsi dan kabupaten
terutama untuk pembiayaan program- program
yang berkaitan langsung dengan pengurangan
kemiskinan seperti program pemberian bantuan
kredit daerah, program jaminan kesehatan daerah,
alokasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan dari pusat yang diterima oleh
pemerintah provinsi dan kabupaten lebih banyak
dialokasikan untuk mendukung pembiayaan
infrastruktur, belanja pendidikan, kesehatan yang
189
Download