POLA KOMUNIKASI GURU AGAMA DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMK NEGERI 1 PASURUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh: SHOCHIBUL HUJJAH NIM. 107051002100 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (SI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 29 Juli 2011 Shochibul Hujjah ABSTRAK Nama : Shochibul Hujjah NIM : 107051002100 Komunikasi merupakan salah satu bagian kehidupan yang sangat penting bagi manusia. Sebab sebagian besar kehidupan manusia dipenuhi dengan komunikasi. Karena dengan komunikasi manusia bisa saling tukar informasi, dan berinterksi dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi juga ikut berperan serta dalam terlaksananya proses belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan. Tanpa komunikasi maka tidak akan tercapai secara maksimal dalam mendapatkan sebuah hasil yang diinginkan. Akan tetapi, untuk mencapai hal tersebut tidak boleh melakukan komunikasi secara asal-asalan, harus diperlukan adanya sebuah pola dan metode komunikasi yang tepat. Pola komunikasi langsung dan tidak langsung yang digunakan guru agama dalam pembinaan akhlak terhadap siswanya merupakan sebuah komunikasi yang sangat begitu penting dalam menyampaikan pesannya kepada para siswanya tersebut. Banyak sekali fenomena-fenomena yang terjadi di sekolah mengenai siswa dalam berfikir dan bersikap lain dengan yang diajarkan oleh gurunya. Bahwasanya tujuan pendidik dalam kegiatan belajar-mengajar adalah untuk dapat mencerdaskan dan meningkatkan kualitas siswa-siswi mereka. Maka hal itu dipermasalahkan dalam proses berkomunikasi yang disampaikan oleh guru kepada siswa didiknya. Oleh karena itu, maka timbullah beberapa masalah yang diangkat oleh penulis. Pertama, Bagaimana pola komunikasi yang digunakan guru agama dalam pembinaan akhlak siswa SMK Negeri 1 Pasuruan? Kedua, faktor pendukung, hambatan, dan solusinya? Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara melalui pengamatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi di SMK Negeri 1 Pasuruan secara langsung. Pola komunikasi yang digunakan dalam pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasuruan sudah tercipta dengan sangat baik, hal ini terbukti dengan bagaimana siswa-siswinya yang sudah menerapkan akhlak dalam lingkungan sekolah tersebut. i KATA PENGANTAR Alhamdulillahilladzi Ja’alani Minan Nasihin wa Afhamani Min Ulamaiir Rasyikhiin, puji syukur terucap kepada Allah Swt Tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sebab hanya dengan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan keharibaan baginda tercinta Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kedzaliman menuju zaman kebenaran yang sesungguhnya. Alhamdulillah, penulisan skripsi ini berjalan dengan baik dan lancar. Semua ini takkan tercapai tanpa adanya usaha, perjuangan, dorongan, dari semua pihak, dan tentunya do’a serta tawakkal kepada Sang Pencipta. Merupakan sebuah kebahagiaan serta anugerah terindah yang dirasakan oleh penulis setelah pada akhirnya skripsi ini terselesaikan juga. Semua impian dan cita-cita penulis dapat terwujud karena adanya dukungan dari beberapa pihak yang telah senang hati memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi. Maka untuk itu, pada kesempatan ini, penulis sangat perlu untuk menghaturkan dan mengucapkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak terkait yang dengan begitu ikhlasnya telah membantu penulis dalam memperlancar skripsi ini. Rasa terima kasih yang sangat dalam penulis haturkan kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Arief Subhan, MA. i 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak. Drs. Jumroni, M. Si., yang selalu bersedia membantu penulis dan memberikan informasi serta waktunya kepada penulis untuk berkonsultasi mengenai kegiatan kuliah. 3. Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Hj. Umi Musyarofah, MA., yang telah banyak membantu penulis dalam kelancaran kuliah dan penulisan skripsi ini. 4. Dosen Pembimbing Bpk. Drs. S. Hamdani, MA., yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. 5. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak mentransfer ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang penulis dapat bisa bermanfaat di dunia dan akhirat. 6. Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu memperlancar penulis dalam mencari referensi buku. 7. Drs. H. Supriyadi, M. M., selaku pimpinan SMK Negeri 1 Pasuruan, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian skripsi di SMK Negeri 1 Pasuruan. 8. Kedua orang tua penulis baik yang masih ada maupun yang sudah tiada, yaitu; KH. Madiyani Iskandar (Alm) dan Hj. Suaibah Shihab, S. Pd, yang tidak pernah putus mendoakan dan telah banyak memberikan motivasi untuk penulis agar senantiasa tak pernah henti dalam mencari ilmu. ii 9. Kakak-kakak penulis: Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, Lc, M. Hum., Hilmiah Syarif, S. Hum., Arifin Budianto, SH. M.Hi., Ummu Arifin, S. Ag., Kholilur Rahman, S, Psi., Rina Yuliawati, S. Psi., serta adik penulis Fathirah Nadia Mecca, yang telah memberi doa dan keceriaan dalam hidup dan hari-hari penulis. 10. Kekasih tercinta Lailiyul Mahmudah, S.E, yang selalu setia memberikan doa dan supportnya untuk penulis agar dapat segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. Keluarga besar Ponpes Ihya’ Qalbun Salim Jakarta, khususnya; KH. Dr. Rusli Hasbi, Lc. MA., Ustadzah Rafiqoh Rusli, Ustd. Andi, Ustd. Aris, Ustd. Najihan. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis, semoga ilmu yang pernah penulis peroleh selama berada di Ma’had Ihya’ Qalbun Salim bisa menjadi ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat. Amin.. Sahabat-sahabat tercinta dan seperjuangan penulis yang ada di Padepokan Jejak Sastra yaitu: Rizka Sukmawati, Fakhrun Nisa, Ayu Farahdisa, Fitria Ramdhani, Mustofa Bisri, Bang Samsul, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Teman-teman penulis di dunia entertainment: Bella, Kirana, Tommy, Mbak Rita, Mbak Mella, Kak Yuli, Ella, Melva, Joshua, Cornel, Ocha, Nova, Amel, dan Rara, yang sudah mensupport penulis agar selalu tetap semangat dalam meraih mimpi, dan juga memberikan banyak job iii buat penulis, sehingga penulis bisa bertahan hidup di Jakarta sampai lulus kuliah. Teman-teman penulis di Persatuan Penulis Lintas Profesi (PPLP) yang sudah banyak mengajarkan saya dalam bidang kepenulisan, yaitu: Pak Taufik Ismail, Pak Teguh Esha, Pak Embi Chairil Noer, bang Damien, bang Sugoy, bang Alam, mbak Sinta, dsb. Tanpa motivasi dan dukungan mereka keinginan saya menjadi seorang penulis mungkin tak akan bisa terwujud seperti sekarang. Kawan-kawan seperjuangan di Bem-UIN (Kak Adi Jonathan, kak Baduy), Bem-j KPI (Bilqis Prisbian Ningrum). Apa pun bentuk pengabdian yang telah kita lakukan untuk kampus kita pada saat ini, pasti akan kita petik hasilnya pada saat kita terjun di masyarakat nanti, yang penting kita harus ikhlas, dan tulus dalam mengabdi. Keluarga besar mahasiswa KPI-D angkatan 2007 yang sudah kompak dan memiliki rasa kesetia kawanan dalam menjalani perkuliahan. Sedih rasanya bila sehari-hari tanpa canda tawa teman-teman, meski pun kadang ada juga di antara teman-teman yang selalu menyebalkan. Tapi yang jelas banyak kisah indah yang aku dapatkan bersama teman-teman. Ku berharap semoga silaturrahmi persabahatan kita akan selalu terjalin dengan baik sampai anak cucu kita nanti. Dan pesanku buat teman-teman jangan pernah berhenti dalam menuntut ilmu. Yuk, kita lanjutkan petualangan kita dalam menuntut ilmu ke S-2. Semangat!! Dan sukses selalu buat kita semua. iv Rekan-rekan seperjuangan penulis di PP. LP Ma’arif NU (Kak Alip Nuryanto), PP. LAZ PBNU (Kak Hera), PP. IPNU (Cak Huda), PW IPNU Jakarta (Mas Hery), PC IPNU Jakarta Pusat (Kang Syaid). Terima kasih sudah banyak memberikan pengalaman penulis dalam dunia organisasi dan birokrasi pemerintahan. Akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih atas segalanya, semoga semua amal dan doa yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.. Amiin. Ya Allah aku mohon ridha-Mu dan surga-Mu. Serta permudahkanlah segala urusanku dan jadikanlah diriku menjadi golongan hamba-Mu yang selalu istiqomah dalam kebaikan. Amin.. Jakarta, 29 Juli 2011 Penulis v DAFTAR ISI ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 5 D. Tinjauan Pustaka .................................................................. 6 E. Metodologi Penelitian .......................................................... 7 F. Sistematika Penulisan ........................................................... 10 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Pola Komunikasi ................................................ 13 B. Bentuk Pola Komunikasi dan Macam-macamnya ................ 23 C. Pengertian Guru Agama ........................................................ 30 D. Pengertian Pembinaan Akhlak ............................................... 31 E. Pola Komunikasi Pembinaan Akhlak di Sekolah ................... 33 BAB III GAMBARAN UMUM SMK NEGERI 1 PASURUAN A. Letak Geografis SMK Negeri 1 Pasuruan ............................. 40 viii B. Profil SMK Negeri 1 Pasuruan ............................................. 40 C. Sejarah SMK Negeri 1 Pasuruan........................................... 42 D. Visi & Misi SMK Negeri 1 Pasuruan .................................. 42 E. Fasilitas SMK Negeri 1 Pasuruan ........................................ 43 BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Pola Komunikasi yang Digunakan Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan ............. 45 B. Faktor Pendukung, Hambatan, dan Solusinya ...................... 52 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 56 B. Saran-saran ............................................................................ 58 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59 LAMPIRAN ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan kebutuhan setiap manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, bahkan hampir tidak mungkin lagi jika ada seseorang yang dapat menjalani hidupnya tanpa berkomunikasi dengan orang lain. Sebab tanpa berkomunikasi manusia tidak akan bisa menjalankan fungsinya sebagai pembawa amanah dari Allah di muka bumi (khalifah). Komunikasi ialah “hubungan kontak langsung maupun tidak langsung antar manusia, baik itu individu maupun kelompok. Dalam kehidupan seharihari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya.”1 Pada umumnya komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi melakukan sesuatu hubungan, karena manusia adalah makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling membutuhkan. Hubungan individu yang satu dengan yang lainnya dapat dilakukan dengan berkomunikasi. Dengan komunikasi, manusia mencoba pula manusia melaksanakan kewajibannya.2 1 H.A.W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT : Rineka Cipta, 2000), cet. ke-2, h. 26. 2 Toto Tasmora, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaga Media Pratama, 1997). Cet ke-2, h. 6. 1 2 Dalam setiap peristiwa komunikasi tidak terlepas dari unsur-unsur komunikasi, A.W. Widjaya dalam bukunya Komunikasi dan Hubungan Masyarakat mengatakan “bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri atas sumber (orang, lembaga, buku, dokumen, dan lain sebagainya), komunikator (orang, kelompok, surat kabar, radio, TV, film dan lainlain) pesan (bisa melalui lisan, tatap muka langsung), saluran media umum dan media massa (media umum seperti radio, OHP, dan lain-lain, sedangkan media massa seperti pers, radio, film, dan TV), komunikan (orang, kelompok atau negara), efek atau pengaruh (perbedaan antara apa yang dirasakan atau apa yang dipikirkan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan).”3 Efek atau pengaruh inilah yang merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu proses komunikasi. Secara teoritis komunikasi antar pribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis sifat. Pertama komunikasi diadik (dyadic communication) adalah komunikasi antar pribadi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Kedua komunikasi triadik (triadic communication) adalah komunikasi antar pribadi yang pelakunya terdiri atas tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan.4 Perlu disadari bahwa peran komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan bersosialisasi, bahkan pada proses belajar mengajar. Karena proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan (guru) melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan (siswa). Pesan yang akan dikomunikasikan adalah bahan atau materi pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa 3 A.W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), cet., ke-3., h. 13. 4 Onong Uchjana Effendy., M.A. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung, 2009), cet, ke-3. 3 guru, siswa, dan lain sebagainya. Salurannya berupa media pendidikan, dan penerimanya adalah siswa.5 Komunikasi dalam pendidikan dan pengajaran berfungsi sebagai pengalihan ilmu pengetahuan yang mendorong perkembangan intelektual, pembentukan akhlak dan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.6 “Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang disampaikan oleh seorang pendidik dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik dengan baik, maka seorang pendidik perlu menerapkan pola kumunikasi yang baik pula.”7 Salah satu aspek fungsi komunikasi ialah untuk meningkatkan kualitas berfikir pada pelajaran sebagai komunikan dalam situasi instruksional yang terkondisi. Misalnya guru di samping sanggup mengajar untuk memberikan instruktur kepada pelajar, juga memiliki metode dalam penyampaian pesan atau materi kepada pelajar. Komunikasi instruksional ini lebih mengarah kepada pendidikan dan pengajaran, bagaimana seorang pengajar memiliki kerja sama dengan siswanya, sehingga pesan atau materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. “Pada umumnya proses belajar mengajar merupakan suatu komunikasi tatap muka dengan kelompok yang relatif kecil, meskipun komunikasi antara guru dan siswa dalam kelas itu termasuk komunikasi kelompok, sang guru bisa mengubahnya menjadi komunikasi interpersonal dengan menggunakan 5 H.M.Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta, 2005), cet. ke-1, h. 11. 6 H. A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), cet. ke-3, h. 11. 7 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 7. 4 metode komunikasi dua arah atau dialog dimana guru menjadi komunikator dan siswa menjadi komunikan. Terjadi komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersifat responsive, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan diminta atau tidak diminta. Jika si siswa pasif saja, atau hanya mendengarkan tanpa adanya gairah untuk mengekpresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, maka meskipun komunikasi itu bersifat tatap muka, tetaplah berlangsung satu arah dan tidak efektif.”8 SMK Negeri 1 Pasuruan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peran penting dan befungsi sebagai media dalam mengembangkan bakat-bakat anak-anak sekolah dalam proses belajar mengajar dan berbagai macam ekstrakulikuler. Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak bidang pelajaran yang dikembangkan baik pelajaran umum maupun agama. Akan tetapi penulis hanya terfokus pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. Karena pada zaman sekarang ini perlu ditekankan untuk anak-anak khususnya remaja. Dan pendidikan agama itu juga termasuk peran dalam berdakwah. Dengan latar belakang tersebut penulis terdorong untuk menelusuri kembali Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan. Melihat fenomena di atas cukup penting sekali pola komunikasi guru dalam suatu kegiatan belajar mengajar, karena itu menggugah penulis untuk menggangkat permasalahan tersebut dalam skripsi dengan judul: “Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan”. 8 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2005), cet., ke-19 h.101-102. 5 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Skripsi ini terkait dengan pola komunikasi antara guru dan siswa mata pelajaran pendidikan agama Islam. Agar peneliti lebih fokus, peneliti membatasi permasalahan hanya pada pola komunikasi yang terjadi dalam pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan pada kelas 1 dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam. Untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah mencari data, maka penulis merumuskan masalah skripsi ini, sebagai berikut: 1. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan guru agama dalam pembinaan akhlak siswa SMK Negeri 1 Pasuruan? 2. Bagaimana faktor pendukung, hambatan, dan bagaimana solusinya? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: a. Untuk mengetahui pola komunikasi guru agama dalam pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan. b. Untuk mengetahui faktor pendukung, serta hambatan-hambatan yang ditemui guru agama dalam pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan, juga yang berkaitan dengan masalah pola komunikasi yang digunakannya. Dan solusinya. 6 2. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: a. Secara Akademis, dapat menambah khazanah kepustakaan tentang pola komunikasi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Secara Praktis, dapat dijadikan acuan oleh para guru yang menyampaikan materi dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam. D. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan proposal skripsi ini telah dilakukan tinjauan pustaka, dan peneliti terinspirasi pada skripsi yang berjudul Pola Komunikasi antara Guru Agama dan Murid di SMP An-Nurmaniyah Ciledug Tangerang oleh Laily Syahidah/ Nim. 105051001899. Akan tetapi peneliti belum menemukan judul yang sama seperti judul skripsi yang peneliti ambil. E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis melalui pendekatan kualitatif. Di mana pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti. 7 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek peneliti adalah orang yang dapat memberikan informasi. Adapun yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah beberapa orang yang berkaitan dengan program belajar di SMK Negeri 1 Pasuruan. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah pola komunikasinya. 3. Dasar Penetapan Lokasi Lokasi penelitian ini bertempat di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pasuruan, Jl. Veteran No. 11 kota Pasuruan Jawa- Timur. 4. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 hingga Mei 2011, dari mulai pengurusan perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan secara incidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data). 5. Teknik Penggumpulan Data a. Observasi Merupakan metode pertama yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. Teknik observasi atau pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang diteliti, yakni bagaiamana pola komunikasi guru agama dalam pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan. Dan mengenai kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran agama Islam. b. Wawancara Peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan orang-orang yang terlibat sebagai guru agama di SMK Negeri 1 Pasuruan maupun 8 siswanya, dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan secara jelas berupa pola komunikasi dalam proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini. Tanya jawab ini tidak hanya dilibatkan kepada guru saja, tetapi kepada siswa guna sebagai cross check. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur yakni campuran antara wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada masalah yang diangkat. Adapun yang sudah saya wawancarai berjumlah 3 orang, yaitu; Nurul Ulya, S. Ag, (Guru Agama), dan 2 siswa SMK Negeri 1 Pasuruan. c. Dokumentasi, Proses pengumpulan dan pengambilan data yang berdasarkan tulisantulisan berbentuk catatan, buku, dokumentasi ataupun arsip-arsip milik SMK Negeri 1 Pasuruan, ataupun tulisan-tulisan lain yang memiliki keterkaitan dengan bahasa penelitian ini. 6. Pengelolahan Data Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang sesuai dengan pokok permasalahan yang dirumuskan, peneliti menggunakan metode Deskriptif Kualitatif, ”yaitu peniliti manganalisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan dari lapangan dan buku-buku dengan cara menggambarkan dan menjelaskan ke dalam bentuk kalimat yang disertai kutipan-kutipan data.”9 9 Lexy. J Moleong, Metodelogi Penelitian Kulitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-18, h.6 9 Alasan penulis memilih teknik analisis data secara kualitatif adalah demi memudahkan proses penelitian. Data-data yang bisa diperoleh dari pelaksanaan penelitian adalah data tulisan dan lisan (data verbal) bukan data nominal atau yang menunjukkan angka-angka. 7. Analisis Data Pada fase ini merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil kesimpulan-kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisisan data hasil peneliti yang berwujud kata-kata. Setelah itu peneliti berusaha untuk menganalisis data dengan menyususn kata-kata ke dalam tulisan yang lebih luas. 8. Pedoman Penulisan Skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. F. Sistematika Penulisan Pembahasan dan penelitian dibagi ke dalam V BAB. Dalam setiap babnya akan dibagi ke dalam sub bab, Adapun Sistematika Penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Penulis mulai dengan pendahuluan yang merupakan Bab I, yaitu terdiri 10 atas; Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan, Tujuan dan Manfaat Penellitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUN TEORITIS Selanjutnya penulis menempatkan tinjauan teori pada bab berikut ini, yakni meliputi; Pengertian dan Konsep Pola Komunikasi, Bentuk Pola komunikasi dan Macam-macamnya, Pengertian Guru Agama, Pengertian Pembinaan Akhlak, Pola Komunikasi Pembinaan Akhlak di Sekolah. BAB III GAMBARAN UMUM SMK NEGERI 1 PASURUAN Pada bab ke-tiga, penulis menggambarkan tentang Letak Geografis SMK Negeri 1 Pasuruan, Profil SMK Negeri 1 Pasuruan, Sejarah SMK Negeri 1 Pasuruan, Visi dan Misi SMK Negeri 1 Pasuruan, Fasilitas SMK Negeri 1 Pasuruan. BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA Pada bab ke-empat, ini mencakup Analisis Pola Komunikasi Yang Digunakan Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan, Faktor pendukukung, hambatan, dan solusinya. BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran-saran. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Pola Komunikasi Pola komunikasi merupakan serangkaian dua kata yang memiliki keterkaitan makna, di mana antara makna satu dengan makna yang lainnya saling mendukung satu sama lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia1 dijelaskan bahwa pola memiliki arti bentuk atau sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap dimana pola itu sendiri bisa dikatakan sebagai contoh atau cetakan. Sedangkan kata pola yang terdapat dalam Kamus Ilmiah Populer memiliki arti model, contoh atau pedoman (rancangan).2 Kata komunikasi itu sendiri, menurut Onong Uchjana Effendi berasal dari bahasa Inggris yaitu “communication yang bersumber dari bahasa latin, communication atau communis yang berarti sama, atau kesamaan arti sama halnya dengan pengertian tersebut.”3 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia komunikasi secara etimologi memiliki arti sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita.4 Komunikasi berasal dari bahasa latin communicate yang berarti berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik (feedback)5 menurut Onong komunikasi mempunyai arti pemberitahuan atau pertukaran pikiran.6 1 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 885. 2 Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer¸(Surabaya: Arkola, 1994), h. 605. 3 Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar maju, 1992), cet.ke-1, h.4. 4 Dept. Pendidikan, op cit, h.454 5 A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2001) h. 35 6 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2001) Cet. Ke-1, h. 4 11 12 Namun, secara terminologi pengertian komunikasi terdapat banyak pendapat dari para ahli komunikasi, diantaranya: a. James: “Perbuatan peyampain suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain.”7 b. Wilbur Schramm: “Definisi komunikasi yang berasal dari bahasa latin communis yang berarti bila kita mencoba untuk berbagi informasi, ide tau sikap sehingga menjadikan si pengirim guna menyampaikan isi pesan.”8 c. Onong Uchjana: mengatakan bahwa “komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.”9 d. William Albig berpendapat bahwa “komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-individu.”10 e. Menurut Onong: “Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, pendapat dan perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung memalui media.”11 f. Menurut Arni Muhammad: “Komunikasi adalah suatu proses dimana individu dalam hubunganya dengan individu lainnya, dalam kelompok, 7 James G. Robbins,Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995) Cet ke- 8 T . A. Lathief rosyidi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: 1985) 4, h.1 h. 48 9 Onong Ujhana Effendy. Op. cit., h.9 Anwar Arif, Ilmu Komunikasi (Sebagai Pengantar Ringkas), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. Ke-3, h.25 11 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992) Cet., ke-2., h.6 10 13 dalam organisasi, dan dalam masyarakat guna memberikan suatu informasi.”12 Sedangkan menurut Wilbur Schramm dalam uraiannya mengatakan ”bahwa definisi komunikasi berasal dari bahasa latin communis, comunon. Bilamana kita mengadakan komunikasi itu sama artinya kita mencoba untuk berbagai informasi, ide, atau suatu sikap. Jadi esensi dari komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim dapat berhubungan bersama dengan si penerima guna menyampaikan isi pesan tersebut.”13 Dalam pengertian pragmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film. Melalui non media massa, misalnya seperti surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya. Sehingga dikatakan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.14 Dari masing-masing definisi di atas, penulis dapat menarik kesimpulan sementara bahwa komunikasi pada intinya adalah proses pengiriman pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Akan tetapi dari beberapa definisi tersebut maksudnya memiliki tujuan 12 13 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), cet ke-4, h,. 3 T.A. Latief Rosyidi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan informasi, (Medan: 1985), h.48. 14 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), cet ke-4, h,.4 14 yang sama. Yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana mempunyai kesamaan pesan yang sistematis oleh seseorang dengan melibatkan orang lain. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan dan harapan dari isi pesan yang disampaikan. Jadi diantara yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus memiliki kesamaan arti dan harus sama-sama mengetahui hal yang dikomunikasikan, jika tidak demikian maka kegiatan komunikasi tersebut tidak berlangsung dengan baik dan tidak efektif. Berkaitan dengan pesan yang disampaikan dalam suatu komunikasi. Schramm merumuskan adanya kondisi yang harus diketahui jika kita menginginkan pesan yang disampaikan mendapat respon sesuai dengan yang dikehendaki. Kondisi ini disebut The Condition of Success in Communication, yang terdiri dari : a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikasi. b. Pesan harus menggunakan lambing-lambang yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. 15 d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass, sebagaimana dikutip oleh Jalaludin Rakhmat, dalam bukunya „psikologi komunikasi‟ ia menguraikan “ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak dapat menimbulkan 5 hal : 1. Pengertian : komunikator dapat memahami mengenai pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan. 2. Kesenangan : menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan. 3. Mempengaruhi sikap : dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa. 4. Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi. 5. Tindakan : membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan pesan yang diiginkan.”15 Dari lima ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif di atas, dapat dipahami bahwa komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan hidup manusia. Melalui komunikasi akan ditemui jatidiri, dapat mengembangkan konsep diri, dan menetapkan hubungan dengan dunia sekitarnya. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat ditransformasikan secara efektif, maka komunikasi mempunyai lima unsur: sumber atau komunikator (source), pesan (massage), saluran atau media (chanel), penerima atau komunikan (receiver), serta efek (effect). 15 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke-15, h.13-16 16 B. Unsur-Unsur Komunikasi Adapun yang merupakan bagian dari unsur-unsur komunikasi antara lain sebagai berikut: 1. Komunikator (Source) Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan. Komunikator memiliki fungsi sebagai encoding, yakni orang yang memformulasikan pesan atau informasi yang kemudian akan disampaikan kepada orang lain komunikator sebagai bagian yang paling menentukan dalam berkomunikasi dan untuk menjadi seorang komunikator itu harus mempunyai persyaratan dalam memberikan komunikasi untuk mencapai tujuannya. Sehingga dari persyaratan tersebut mempunyai daya tarik tersendiri komunikan terhadap komunikator. Komunikator sebagai unsur yang sangat menentukan proses komunikasi harus mempunyai persyaratan dan menguasai bentuk, model, dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktorfaktor tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik komunikan kepada komunikator. Komunikator berfungsi sebagai encoder, yakni orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang lain. Orang yang menerima pesan ini adalah komunikan yang berfungsi sebagai decoder, yakni 17 menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam konteks pengertian sediri16. Syarat yang diperlukan komunikator, diantaranya : 1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya 2) Kemampuan berkomunikasi 3) Mempuyai pengetahuan yang luas 4) Sikap 5) Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikan17. Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas, tentunya seorang komunikator harus dapat memposisikan dirinya sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Dalam menghadapi komunikan, seorang komunikator harus bersikap empatik, artinya ketika ia sedang berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, bingung, marah, sedih, dan lain sebagainya, maka ia harus menunjukkan sikap empatiknya tersebut. 2. Pesan (Massage) Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. 16 Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin Press, 1996), cet. ke-1, h.59 17 Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin Press, 1996), cet. ke-1, h.59 18 Pesan yaitu pernyataan yang disampaikan oleh komunikator yang didukung oleh lambang. Pada dasarnya pesan yang disampaikan oleh komunikator itu mengarah pada usaha mencoba mempengaruhi atau mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara lisan atau melalui media. 3. Penerima Pesan/Komunikan (Receiver) Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari komunikator kemudian komunikan menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya18. Dalam hal ii perlu diperhatikan karena penerima pesan ini berbeda dalam banyak hal misalnya, pengalamannya, kebudayaannya, pengetahuannya dam usianya. Akan hal itu komunikator tidak bisa menggunakan cara yang sama dalam berkomunikasi kepada anak-anak dan berkomunikasi dengan orang dewasa. Jadi, dalam berkomunikasi siapa pendengarnya perlu dipertimbangkan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tataran antar pribadi, peran komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling berganti dan menimbulkan komunikasi dua arah. 4. Saluran Komunikasi (Media Komunikasi) Media yaitu sarana atau saluran yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan. Atau sarana yang digunakan untuk memberikan feedback 18 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet. ke-7 h.18 19 dari komunikan kepada komunikator. Media sendiri merupakan bentuk jamak dari medium, yang artinya perantara, penyampai dan penyalur. Media yang dimaksud di sini adalah alat komunikasi, seperti berbicara, gerak badan, kontak mata, sentuhan, radio, televisi, surat kabar, buku dan gambar. media komunikasi ini sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah tidak semua media cocok untuk maksud tertentu. Kadang-kadang suatu media lebih efesien digunakan untuk maksud tertentu tetapi untuk maksud yang lain tidak. Jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja. Artinya, hal ini mengacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi media komunikasi. 5. Efek Komunikasi Efek yaitu dampak atau hasil sebagai pengaruh dari pesan. Komunikasi bisa dilakukan berhasil apabila sikap dan tingkahlaku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pertanyaan mengenai efek komunikasi ini dapat menanyakan 2 hal yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut dan kedua, apa yang dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi. Akan tetapi perlu diingat, bahwa kadang-kadang tingkah laku seseorang tidak hanya disebabkan oleh faktor hasil komunikasi tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain. 20 Hal yang terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu : 1) Dampak kognitif, adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya 2) Dampak efektif, lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya, menimbulkan pesan tertentu, misalnya perasaan iba, terharuh, sedih, gembira, marah dan sebagainya 3) Dampak behavioral, yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku tindakan atau kegiatan.19 C. Macam – macam Pola Komunikasi Pada dasarnya ada beberapa pola komunikasi, yakni komunikasi intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi), komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. 1. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri). Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri, yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses 19 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2000), cet. ke-4, h.7 21 pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem saraf.20 Bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil keputusan menerima ataupun menolaknya akan mengadakan terlebih dahulu suatu komunikasi dengan dirinya (proses berpikir). Dalam proses berpikir ini seseorang menimbang untung rugi usul yang diajukan oleh komunikator.21 Komunikasi akan berhasil apabila pikiran yang disampaikan dengan menggunakan perasaan yang di sadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, pikiran tidak terkontrol. 2. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi) Komunikasi antar pribadi adalah “proses paduan penyampaian pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti, dan melakukan kegiatan tertentu.”22 Secara umum komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai proses pertukaran informasi diantara komunikator dengan komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya 20 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998), h.39 21 Phil, Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung : Mandar Maju, 1992). Cet. ke-1, h.4 22 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), cet.ke-5, h.126. 22 dialogis berupa percakapan. Komunikasi interpersonal dampaknya dapat dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak yang terlibat23. Hubungan interpersonal adalah hubungan yang berlangsung, keuntungan dari padanya ialah bahwa reaksi atau arus balik dapat diperoleh segera. Dalam hubungan interpersonal, proses komunikasi semakin jelas dan dalam komunikasi interpersonal, komunikan dapat memberi arus balik secara langsung kepada komunikator. 3. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok.24 Komunikasi kelompok ini mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak yang lebih besar dan tatap muka. Komunikasi berlangsung kontinue dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu25. Komunikasi kelompok dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : komunikasi kelompok kecil. Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh Widjaja, kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain 23 Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktis, (Jakarta : Grasindo, 2002), cet. ke-1, h.88 24 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung : Alumni, 1986), cet. ke-2, h.5 25 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet 2 h.33 23 dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antar satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudah memberikan tanggapan kepada masing-masing individu komunikan.26 Dalam komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, contohnya, diskusi, seminar, rapat dan lain-lain. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti. D. Tugas Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak 1. Pengertian Guru Agama Guru agama atau pendidik ialah “orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Guru tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai materi pelajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi.”27 Dalam kemajuan zaman seperti sekarang ini, setiap sekolah memerlukan bebera guru, sehingga masing-masing anak didik mendapat pembinaan dari beberapa orang guru yang memiliki kepribadian yang 26 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), cet.ke-5, h.129. 27 R.A. Mayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1998), h.36. 24 baik. Sebab setiap guru pasti memiliki pengaruh kepada anak didiknya. Pengaruh tersebut ada yang melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan dengan sengaja dan ada pula yang terjadi tidak disengaja, bahkan tidak disadari oleh para guru, melalui sikap, gaya dan macammacam penampilan kepribadian guru.28 Oleh karena itu setiap guru hendaklah mempunyai kepribadian yang dapat dicontoh dan diteladani oleh para muridnya baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Maka sudah barang tentu profesi atau tugas sebagai guru agama tidak sama dengan pekerjaan apa pun. 2. Tugas Guru Agama Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, yang diterbitkan oleh Departement Agama RI, disebutkan bahwa tugas guru agama ada 6, antara lain sebagai berikut: 1. Guru Agama Bertugas Mengajar dan Mendidik Guru agama di sekolah bertugas mengajar dan mendidik siswa-siswanya agar menjadi manusia yang beretika, di samping itu tugas guru agama harus menjadikan anak didiknya menjadi manusia yang memiliki kepribadian muslim. 28 Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1986), H. 44. 25 2. Guru Agama Sebagai Seorang Da’i Guru agama sebagai da‟I artinya guru agama harus dapat berfungsi memberikan pengertian-pengertian positif kepada guruguru lainnya, sehingga pelaksanaan pendidikan agama tidak menghadapi hambatan. 3. Guru Agama Sebagai Pembimbing dan Penyuluh Guru agama harus dapat berfungsi sebagai pembimbing dan penyuluh anak didiknya. Maka guru agama harus peka terhadap sikap dan tingkah laku anak didiknya. Guru agama berkewajiban membina jiwa agama anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Karena guru agama juga sebagai pembina mental dan spiritual. Maka guru agama harus aktif dalam bimbingan dan penyuluhan agama di sekolahnya. 4. Guru Agama Sebagai Pemimpin Informal Guru agama adalah suatu jabatan yang tidak hanya berlaku ketika bertugas di depan kelas saja, akan tetapi suatu jabatan dan gelar yang dibawa dalam masyarakat, baik dalam lingkungan rumah tangganya dan masyarakat umum. Dan di dalam masyarakat umum tersebut guru agama selalu disebut dan tidak dapat dielakkan bahwa guru agama adalah ahli dalam bidang agama, sehingga ia akan dijadikan pemimpin agama dalam lingkungannya. 26 5. Guru Agama Harus Mendorong Tumbuhnya Iman Pendidikan agama yang diselenggarakan di sekolah diharapkan dapat menanamkan dan mengembangkan sikap cinta serta mengabdi kepada Allah SWT, dengan landasan taqwa. Oleh karena itu usaha utama dan terpenting adalah hubungan guru agama dengan siswa-siswanya. 6. Guru Agama Harus Dapat Mendorong Siswanya Untuk Selalu Bersyukur Kepada Allah SWT Guru agama harus berusaha menanamkan, memupuk, mengembangkan pada dirinya sikap cinta dan taqwa kepada Allah SWT. Maka guru agama harus dapat mendorong syukur kepada Allah SWT dengan cara mengolah dan memanfaatkan alam sekitarnya dengan baik sebagai anugerah dari Allah SWT. Rasa syukur yang ditanamkan oleh guru agama kepada siswanya akan berhasil apabila guru agama itu sendiri sudah memberikan contoh yang kongkrit.29 3. Pengertian Pembinaan Akhlak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pembinaan adalah sebagai proses, perbuatan, atau cara membina.30 Arti dapat ditelusuri dari kata dasar bina yang mendapat prefiks pen-an sufiks-an sehingga menjadi proses, perbuatan, atau cara. Sementara menurut 29 Ibid. h. 50-54 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 152. 30 27 Poerwadarminta, (1984: 141). pembinaan diartikan “pembangnan dan pembawaan”. Kedua pendapat ini pada hakikatnya tidak berbeda, hanya arti pembinaan itu sendiri yang bersifat luas, bergantung orientasi dan persepsi yang menafsirkannya. Dengan kata lain, pembinaan berarti proses, perbuatan, cara membina juga berarti atau berpadanan dengan pembangunan atau pembawaan. Pembinaan dapat juga berarti poses melakukan kegiatan membina atau membangun sesuatu, seperti membina bangsa. Dalam pembinaan ini tampak atau identik dalam perubahan, bergantung obyek yang bina, tentu saja perubahan yang mengacu kepada peningkatan.31 Sedangkan akhlak itu sendiri adalah “suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa orang hingga dapat menimbulkan perbuatanperbuatan dengan mudah tanpa berfikir dan direnungkan lagi. Bila timbul dari padanya itu perbuatan-perbuatan mulia dan baik dalam pandangan akal syara‟ dinamakan akhlakul mahmudah (baik) terpuji, sebaliknya hal yang timbul itu perbuatan-perbuatan buruk menurut pandangan akal dan syara‟ maka perbuatan itu dinamakan akhlakul madzmumah (buruk) tercela.”32 Dilihat dari sudut bahasa (etimologi) perkataan akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk dari kata Khulk. Khulk di dalam Kamus Al-Munjib berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.33. Sedangkan Ahmad Amin 31 Abdur Rahim, ’’Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa MTS Sunan Ampel Pasuruan,” (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Pasuruan, 2007), h. 67. 32 Ibid, hal 70 33 Luis Ma‟luf, Kamus Al-Munjid,al-Maktabah al-Katulikiyah, Beirut, t.t., hal. 194. 28 mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak.34 Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaan itu disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu biasanya memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan. Pembinaan akhlak adalah proses perbuatan, tindakan, penanaman nilainilai perilaku budi pekerti, perangai, tingkah laku baik terhadap Allah swt, sesama manusia, diri sendiri dan alam sekitar yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.35 Berdasarkan apa yang telah disebutkan di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembinaan akhlak ialah sebuah proses, kegiatan, perbuatan, atau juga bisa dikatakan cara yang dilakukan oleh seseorang dengan harapan menjadi lebih baik terhadap akhlak. Dalam konteks pembinaan siswa bermakna usaha yang ditempuh oleh seorang guru untuk menjadikan siswanya lebih baik akhlaknya. Baik dalam bersikap terhadap diri sendiri, olang lain, lingkungan sekolah ataupun masyarakat di sekitarnya. E. Pola Komunikasi Pembinaan Akhlak di Sekolah Di dalam proses belajar, atau lebih luasnya proses pendidikan, terkandung unsur-unsur yang mendukungnya. Unsur-unsur tersebut antara lain adalah “orang-orang yang belajar, pihak yang membantu menyebabkan 34 35 Drs. Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, CV. Rajawali. Jakarta. 1992. hal. 1. Zainal Ma‟arif “Pembinaan Akhlak Remaja,” diakses pada tanggal 1 Mei 2011 dari http//www.binailmu.multiply.com/2011/0501/p02s06-mu.html. 29 belajar, dan faktor-faktor lain mempengaruhi kedua pihak tersebut dalam melaksanakan fungsi masing-masing, termasuk pula di dalamnya unsur komunikasi.”36 Disamping faktor-faktor dari unsur yang pertama, faktor komunikasi ini bahkan sanggup menyentuh semua aspek yang terjadi dalam proses tadi. Orang yang ingin belajar, tanpa berkomunikasi, tidak mungkin dapat melaksanakan keinginannya. Dan orang yang mempunyai prakarsa membelajarkan, juga tanpa berkomunikasi, tidak akan bisa mewujudkan prakarsanya. Semuanya membutuhkan komunikasi, bahkan proses belajar itu sendiri.37 Bebicara tentang komunikasi dalam konteks personal artinya berbicara tentang bagaimana orang belajar, selanjutnya lagi, dengan atau tanpa media, proses belajar bisa terjadi, terutama apabila terjadi balikan atau umpan balik dari pihak sasaran (komunikan) kepada penyampai atau sumber pesan secara berlanjut38. Di dalam pelaksanaan pendidikan formal yaitu; pendidikan melalui sekolah, tampak dengan jelas adanya peran komunikasi yang sangat menonjol. Karena dalam proses belajar-mengajar sebagian besar terjadi karena adanya proses komunikasi, baik komunikasi berlangsung secara intrapersona maupun antarpersonal. 36 Syahidah, Laili. “Pola Komunikasi Antara Guru Agama dan Murid di SMP An-Nurmaniyah Ciledug Tangerang.” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009). h. 25. 37 Ibid. h. 25 38 Drs. Pawit M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) h. 11 30 Yang pertama (intrapersonal) tampak pada kejadian berpikir, memersepsi, mengingat, dan mengindera. Hal demikian dijalani oleh setiap anggota sekolah, bahkan oleh semua orang. Sedangkan yang kedua (antarpesonal) ialah bentuk komunikasi yang berproses dari adanya ide atau gagasan informasi seseorang kepada orang lain. Guru memberikan mata pelajaran, berdialog, bersambung rasa, berdebat, dsb. Adalah sebagian dari contoh-contohnya. Tanpa, keterlibatan komunikasi tentu segalanya tidak bisa berjalan, bahkan berhenti sama sekali. Komunikasi di sini adalah terutama yang terjadi pada kegiatan instruksional seperti halnya mengajar dan belajar pada kegiatan tatap muka maupun pada kegiatan instruksional lainnya. Bahkan yang namanya instruksional dalam proses pendidikan secara luas, merupakan bagaian inti dari seluruh kegiatan. Kedua, komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, yaitu komunikator bisa berperan sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Demikian pula halnya komunikan, bisa berperan sebagai penerima aksi dan bisa pula sebagai pemberi aksi. Dalam proses pengajaran baik guru maupun siswa bisa berperan ganda sebagai pemberi dan penerima aksi atau komunikasi ini bisa dikatakan sebagai komunikasi interpersonal, yaitu proses pertukaran informasi antara komunikator dengan komunikan yang feedbecknya secara langsung dapat diketahui, serta komunikator dan komunikan memiliki dua fungsi sekaligus. 31 Ketiga, komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, yaitu komunikasi tidak hanya terhajadi antara perorangan melainkan kepada banyak orang. Di sini komunikan dituntut lebih aktif dari pada komunikator. Situasi pengajaran atau proses belajar mengajar bisa terjadi dalam tiga pola atau bentuk komunikasi di atas. Akan tetapi, dalam komunikasi yang ketiga (komuniakasi sebagai transaksi atau banyak arah), pengajaran berlangsung dalam kondisi yang sesuai dengan hakekat belajar dan mengajar yang sebenarnya.39 Akhlak adalah suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa orang hingga dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa berfikir dan direnungkan lagi. Bila timbul dari padanya itu perbuatan-perbuatan mulia dan baik dalam pandangan akal syara‟ dinamakan akhlakul mahmudah (baik) terpuji, sebaliknya hal yang timbul itu perbuatan-perbuatan buruk menurut pandangan akal dan syara‟ maka perbuatan itu dinamakan akhlakul madzmumah (buruk) tercela. Pentingnya pembinaan akhlak atau budi pekerti dan penanamannya dalam jiwa sisa akan semakin tampak jelas, bila kita telaah Hadits-Hadits Rasulullah SAW yang menunjukan perhatian beliau yang amat besar terhadap penanaman budi pekerti dalam rangka pembinaan akhlak seorang anak. Tarmidzi meriwayatkan dari Jabir, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda; 39 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 9-10 32 “Seorang bapak yang mendidik anaknya, adalah lebih baik daripada bersedekah sebanyak satu shada.” Pembinaan akhlak yang mulia merupakan inti ajaran Islam. Fazlur Rahman mengatakan, bahwa inti ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam alQur‟an adalah akhlak yang betumpu keimanan kepada Allah (hablum minallah) dan keadilan sosial (hablum minannas). Hal ini sejalan pula dengan jawaban istri Rasulullah saw, Siti Aisyah, ketika ia ditanya oleh sahabat tentang akhlak Rasulullah. Siti Aisyah mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah al-Qur‟an (Kaana khuluquhu Al-Qur‟an). Oleh karena itu jika di dalam al-Qur‟an terdapat ajaran keimanan, ibadah, sejarah dan sebagainya, maka yang dituju adalah agar dengan ajaran tersebut akan terbentuk akhlak yang mulia.40 Berhasil tidaknya pola komunikasi pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru agama dan pihak sekolah, ditentukan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain, sebagai berikut : 1. Faktor Guru Tugas dari guru adalah sebagai media agar anak didik mencapai tujuan yang dirumuskan. Tanpa pendidik, tujuan pendidikan manapun yang dirumuskan tidak akan tercapai, oleh sebab itu sangat diperlukan guru yang profesional karena guru yang professional tentu akan lebih 40 Abdul Karim, “Meneladani Akhlak Rasulullah.” Artikel di akses pada tanggal 4 Mei 2011 dari http://paudgrobogan.wordpress.com//2011/0504/pO9s05-worne.html 33 mampu dan lebih menguasai teori pelajaran yang akan diberikan dan tentu lebih berhasil pula sebagai guru untuk membina dan mengembangkan kemampuan siswa. Oleh karena itu, guru bukan orang biasa, tetapi harus memiliki kemampuan serta keahlian khusus yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Abu Ahmad mengemukakan, bahwa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru adalah : - Ijazah - Umur - Kesehatan - Budi pekerti - Surat pengangkatan Disamping itu, pengalaman mengajar yang baik turut membantu terhadap kemampuan mengajar. Bagi seorang guru pengalaman merupakan suatu hal yang sangat berharga, sebab pengalaman yang ditemukan pada waktu mengajar lebih terkesan daripada hanya mempelajari teori. Dengan pengalaman tersebut, seorang guru dapat melihat hal yang terbaik sehingga pengalaman itu semakin meningkatkan kualitas peran dalam usaha membina anak didik. Hal lain yang perlu diperhatikan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah kedisiplinan, karena tidak ada suatu usaha yang dilakukan secara sempurna dan memperoleh hasil yang memuaskan dengan apa yang diharapkan tanpa ada kedisiplinan. 34 2. Faktor Siswa Siswa adalah orang yang belajar dan menerima bimbingan dari guru dalam kegiatan pendidikan. Antara guru dan siswa merupakan dua faktor yang tidak bisa dipisahkan dan tidak bisa berdiri sendiri, dimana guru sebagai pemberi pelajaran dan siswa menerima pelajaran. Kedua tentunya aktif, bukan guru saja tetapi siswa dalam menerima pelajaran harus dengan perhatian dan minat yang besar. Oleh sebab itu, anak didik harus diperhatikan dalam kegiatan pendidikan karena anak didik merupakan objek pendidikan yang menjadi inti dari pendidikan.41 41 Zainal Ma‟arif “Pembinaan Akhlak Remaja,” diakses pada tanggal 1 Mei 2011 dari http//www.binailmu.multiply.com/2011/0501/p02s06-mu.html. BAB III GAMBARAN UMUM SMK NEGERI 1 PASURUAN A. LETAK GEOGRAFIS SMK NEGERI 1 PASURUAN SMK Negeri 1 Pasuruan terletak di wilayah Kota Pasuruan, tepatnya di Jl. Veteran No. 11, Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan. Dengan batasan: Sebelah Utara : Rumah pemukiman penduduk Sebelah Selatan : Jalan Raya Utama Jakarta-Bali. Sebelah Timur : Kantor bis PO. Djipto dan SD Negeri Bugul Sebelah Barat : Ruko Dengan kondisi sebagaimana tersebut di atas, secara langsung maupun tidak langsung sangat mendukung lembaga pendidikan ini, yaitu lembaga pendidikan di SMK Negeri 1 Pasuruan B. PROFIL SMK NEGERI 1 PASURUAN SMK Negeri 1 Pasuruan merupakan SMK besar berstndar Nasional dan internasional yang memiliki bidang keahlian teknologi informasi dan kominukasi, bidang kehlian kimia, serta bidang kehlian menajemen. SMK 35 36 Negeri 1 Pasuruan dibina oleh perguruan tinggi ternama, yaitu PENS ITS Surabaya, Poltek Negeri Malang, VEDC Malang, serta TEDC Bandung.1 SMK Negeri 1 Pasuruan setiap tahun dikunjungi oleh 7-10 perusahaan yang merekrut tenaga kerja lulusannya, sehingga 80% lulusan SMK Negeri 1 Pasuruan terserap di dunia kerja, 10% mandiri, dan 10% melanjutkan ke perguruan tinggi, dengan bea siswa dari direktorat pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. SMK Negeri 1 Pasuruan terletak cukup strategis di jantung kota Pasuruan, tercatat dalam lokasi Jl. Veteran No.11. Memudahkan untuk mengetahui lokasi sekolah bagi siapa saja yang melintas Jalan Raya Utama Pasuruan-Probolinggo, Surabaya-Banyuwangi, dan Jakarta-Bali. Karena sekolah ini berdiri tepat di samping Jalan Raya tersebut. Relationship alias hubungan kerjasama dengan wadah-wadah berbasis teknologi juga tidak bisa dibuat main, mereka cukup terkenal di kancah persaingan teknologi masa ini. ITS (Institute Teknologi Sepuluh Nopember) dan Indo.net adalah beberapa cakupan diantaranya. Kepercayaan Pemerintah Kota pun berhasil dirangkul SMK Negeri 1 Pasuruan dengan diserahkannya operasional WAN (Wide Area Network) yang mencakup data sekolah di seluruh wilayah kota Pasuruan (School Map) sekaligus memberikan design WebPage-nya. Selain itu, 1 Pasuruan”. Arsip Bagian Umum Tata Usaha SMK Negeri 1 Pasuruan rofil SMK Negeri 1 37 telah dipercaya pula oleh pemerintah Dinas DIKMENJUR (Pendidikan Menengah Kejuruan) pusat pula untuk menyiarkan secara resmi TV Education (TV pendidikan).2 C. SEJARAH SMK NEGERI 1 PASURUAN SMK Negeri 1 Pasuruan bermula dari Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) yang berdomisili di Jalan Veteran 11 Pasuruan, Telp. 0343421380, dibangun diatas tanah seluas 8950 meter persegi berdasarkan sertifikat No. 886/ 1985.Pada tahun 1977 dengan SK No 0278/U/1976 dari SMEP diintegrasikan menjadi SMP yang disempurnakan. Pada Tahun pelajaran baru 1978 ditingkatkan menjadi SLTA Kejuruan (SMEA Negeri) Pasuruan dengan lampiran Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 30 Juli 1980 No. 0209/0/1980. Pada Tahun 2000 SMEA Negeri Pasuruan diubah nama menjadi SMK Negeri 1Pasuruan Kelompok Bisnis dan Manajemen dan Kelompok Teknologi.3 D. VISI & MISI SMK NEGERI 1 PASURUAN 1. VISI Mewujudkan insan yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, mandiri, dan peduli lingkungan. 2 Profil SMK Negeri 1 Pasuruan. Di akses pada tanggal 29 April 2011 dari http://smkn1pasuruan.sch.id 3 Profil SMK Negeri 1 Pasuruan. Di akses pada tanggal 29 April 2011 dari http://smkn1pasuruan.sch.id 38 2. MISI Meningkatkan kualitas input dan output pendidikan sesuai dengan standar pendidikan nasioanal. Menumbuhkembangkan Jiwa Nasionalisme. Meningkatkan Prestasi dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni Budaya dan Olahraga. Menumbuhkembangkan Nilai Kreatifitas, Inovatif dan Produktifitas dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Menumbuhkembangkan Jiwa Wirausaha dan Kemandirian.4 E. FASILITAS SMK NEGERI 1 PASURUAN • Lab Teknik Komputer Jaringan ( 2 Lab ) • Lab Multimedia ( 2 Lab ) • Lab Rekayasa Perangkat Lunak ( 1 Lab ) • Lab Akutansi • Lab Administrasi Perkantoran • Lab Mengetik Manual • Lab Penjualan 4 Profil SMK Negeri 1 Pasuruan. Di akses pada tanggal 29 April 2011 dari http://smkn1pasuruan.sch.id 39 • Lab Analisis Kimia • Lab Kimia Industri • Lab Micro Biologi • Lab Self Acces Room • Lab Bahasa • Lab Internet • BMS (Bank Mini Sekolah) • Studio TV Edukasi dan Skensa TV • Studio Radio Skensa FM • Perpustakaan • UKS • Bisnis Center (Skensa Mart).5 5 Profil SMK Negeri 1 Pasuruan. Di akses pada tanggal 29 April 2011 dari http://smkn1pasuruan.sch.id BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan Pada penelitian ini, penulis menemukan beberapa macam pola komunikasi yang terjadi di SMK Negeri 1 Pasuruan, yaitu sebagai berikut: a. Pola Komunikasi satu arah, yaitu menempatkan komunikator sebagai pemberi aksi dan komunikan hanya sebagai penerima aksi saja. Komunikator aktif sedangkan komunikan pasif. Demikian halnya dalam proses pengajaran seorang guru lebih aktif dalam menyampaikan bahan pengajaran, sedangkan peserta didik (siswa) hanya bisa menerima apa yang disampaikan oleh guru tanpa berkomentar apa pun. b. Pola komunikasi dua arah, yaitu komunikator bisa berperan sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Demikian pula halnya komunikan, bisa berperan sebagai penerima aksi dan bisa pula sebagai pemberi aksi. Dalam proses pengajaran tersebut, baik guru agama di SMK Negeri 1 Pasuruan maupun siswa SMK Negeri 1 Pasuruan dapat berperan ganda sebagai pemberi dan penerima aksi atau komunikasi ini bisa dikatakan sebagai komunikasi interpersonal, yaitu proses pertukaran informasi antara komunikator dengan komunikan yang feedbecknya 40 41 secara langsung dapat diketahui, serta komunikator dan komunikan memiliki dua fungsi sekaligus. c. Pola komunikasi banyak arah, yaitu komunikasi tidak hanya terhajadi antara perorangan melainkan kepada banyak orang. Di sini komunikan dituntut lebih aktif dari pada komunikator. Proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil, indikasi ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih. Meskipun komunikasi antara guru dan siswa dalam kelas tersebut termasuk komunikasi kelompok kecil, sang guru bisa mengubahnya menjadi komunikasi interpersonal (antarpribadi) dengan menggunakan metode komunikasi dua arah atau dialog, yakni guru menjadi komunikator dan siswa menjadi komunikan. Terjadi komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersifat responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan diminta atau tidak diminta. Jika si siswa pasif saja, atau hanya mendengarkan tanpa adanya gairah atau tanggapan untuk mengekpresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, komunikasi itu tetap bersifat tatap muka, dan komunikasi itu berlangsung satu arah serta tidak efektif dalam proses belajar mengajar.1 1 Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan. 42 Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan pembinaan akhak yang telah dilakukan oleh guru agama terhadap siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan ini, menurut pengamatan penulis sudah dilakukan pola komunikasi yang efektif dan sangat efesien untuk melangsungkan kegiatan tersebut. Proses pembinaan akhlak yang terjadi di SMK Negeri 1 Pasuruan merupakan suatu komunikasi tatap muka (face to face), dan komunikasi di SMK Negeri 1 Pasuruan mempunyai ciri-ciri komunikasi kelompok, jika dilihat dari segi sasaran dan situasi. Adapun Ciri-ciri tersebut adalah : Proses komunikasi yang disampaikan oleh seorang pembicara pada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka. Hal tersebut menunjukkan adanya seorang pembicara, dalam hal ini adalah seorang guru yang menjelaskan pada khalayak atau siswasiswa dengan jumlah yang besar. Komunikasi berlangsung secara continue. Hal ini sesuai dengan program suatu kurikulum dalam sekolah yang mempunyai jadwal yang pasti dan berlangsung secara terus-menerus. Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Maksud dari ciri ini adalah seorang komunikator atau pembicara (dalam hal ini seorang guru) harus mempunyai program yang terencana atau sudah disiapkan sebelumnya. Bukan suatu spontanitas, karena hal tersebut harus 43 dipertanggung jawabkan oleh komunikator terhadap kurikulum yang dibebankan. Proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan pembinaan akhlak merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil indikasi ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih kemudian komunikator menunjukan pesannya berupa bentuk pikiran bukan perasaan komunikan. Dalam hal ini setelah komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan maka timbulah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh komunikan ketika mereka tidak paham mengenai hal-hal yang disampaikan komunikator dan ketika itu komunikator bisa merubah bentuk komunikasi tersebut dengan komunikasi interpersonal. Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat penelitian skripsi ini dilakukan, bahwasannya pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru agama terhadap siswa SMK Negeri 1 Pasuruan merupakan salah satu program unggulan yang ada di sekolah tersebut. Hal inilah yang menjadi pembeda antara SMK Negeri 1 Pasuruan dengan SMK lainnya yang berada di daerah kota Pasuruan. Dengan adanya program pembinaan akhlak yang ada di SMK Negeri 1 Pasuruan ini, sangat diharapkan oleh para dewan guru khususnya guru dalam bidang agama yang ingin mencetak siswa-siswi yang beakhlakul karimah. Sehingga citra buruk tentang SMK yang selama ini 44 banyak dibicarakan oleh masyarakat khususnya mengenai perilaku siswanya yang dianggap kurang bermoral akan senantiasa berkurang. 2 Program pembinaan akhlak mulai diterapkan sejak siswa akan daftar menjadi calon siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan, karena siswa yang memiliki akhlak kurang baik kemungkinan besar tidak akan bisa diterima di SMK Negeri 1 Pasuruan, meskipun nilai sekolah dia dulu bisa dikatakan baik tapi kalau seandainya akhlaknya tercela ketika hendak daftar menjadi calon siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan, maka dari pihak sekolah mempunyai wewenang untuk mengugurkan dia sebagai calon siswa di sekolah ini. Begitu pula dengan siswa yang sudah menjalani studi di sekolah ini, bila memang akhlaknya tidak baik maka dari pihak sekolah tidak akan segan-segan untuk memberinya sanksi bahkan bisa pula dikeluarkan dari SMK Negeri 1 Pasuruan walau pun ia pandai.3 Dalam pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan tersebut, Ibu Nurul Ulya, S. Ag, selaku guru agama sering kali menggunakan pendekatan komunikasi, salah satunya adalah sebagai berikut: Pendekatan Komunikasi Antar Pribadi Dalam tatanan komunikasi terdapat komunikasi antar pribadi yaitu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau 2 Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan. Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan. 3 45 diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Dalam komunikasi antara guru agama dan siswa dalam proses belajar mengajar yaitu menggunakan komunikasi antarpribadi. Pentingnya komunikasi antarpribadi karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik dari pada secara monologis. Monolog menunjukkan suatu bentuk komunikasi di mana seorang berbicara, yang lain mendengarkan jadi tidak dapat berinteraksi. Yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan bersikap pasif. Situasi seperti ini terjadi misalnya ketika seorang guru agama memberikan nasihat kepada siswa didiknya yang tidak memenuhi tugasnya. Dialog adalah bentuk komunikasi antar pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda. Masing-masing menjadi pembicara dan mendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis Nampak adanya upaya dari para perilaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama. Dalam bentuk komunikasi antar pribadi sangat ampuh dibanding bentuk komunikasi lainnya. Alasannya komunikasi berlangsung secara tatap muka oleh karena komunikator dengan komunikan itu saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi. Misalnya pribadi guru agama menyentuh pribadi siswanya. Ketika guru agama menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika. Guru agama mengetahui pada saat itu 46 tanggapan siswa terhadap pesan yang telah disampaikan, ekspresi wajah, dan gaya bicara. Pendekatan komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal) yang dilakukan oleh Ibu Nurul Ulya dengan para siswa secara tatap muka melalui lisan, komunikasi ini berlangsung dalam proses pengajaran agama di dalam kelas, siswa yang telah menguasai materi yang diajarkan, kemudian mendemonstrasikannya dihadapan beliau. Apabila siswa yang mempunyai berkonsultasi kekurangan dalam langsung secara penguasaan pribadi materi, kepada maka siswa beliau, siswa mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya kemudian beliau memberikan solusinya. Komunikasi antar pribadi ini terjadi di dalam maupun di luar proses pengajaran pendidikan agama. Dengan bentuk komunikasi ini, hubungan antara Ibu Nurul Ulya dengan siswa sangat baik, sehingga materi yang diajarkan cepat dikuasainya. Bentuk komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh guru agama tersebut, sangat membantu siswa yang mempunyai kesulitan dalam pelajaran dapat dihadapi. Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi (interpersonal), bagi beliau adalah karena ia dapat mengetahui secara langsung diri siswa selengkap-lengkapnya, artinya untuk mengubah sikap, pendapat dan perilakunya. Dengan demikian guru agama dapat mengarahkannya kepada 47 siswa suatu tujuan sebagaimana yang ia inginkan, yaitu proses pengajaran yang efektif.4 Dalam proses pembinaan akhlak yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Pasuruan tersebut. Penulis menemukan beberapa unsurunsur komunikasi, yakni guru agama yang merupakan sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan (materi pelajaran/ pembinaan akhlak) kepada para siswanya. Adapun pesannya itu adalah berupa materi pelajaran/pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru agama kepada siswa didiknya. Dan siswanya sendiri sebagai komunikan atau penerima pesan yang telah disampaikan oleh guru agama tersebut. Sedangkan yang menjadi medianya adalah sekolah tempat terjadinya komunikasi antara guru dengan siswa khususnya dalam pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasuruan. Maka dari situlah timbul efek komunikasi dimana seorang guru menjadi teladan yang baik bagi para siswanya dalam bersikap dan berucap, sehingga para siswa dapat mencontohnya dalam kehidupan sehari-hari mereka baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Berkaitan dengan penggunaan metode pengajaran, yaitu suatu cara penyampaian materi pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan oleh seorang guru agama, karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar dan merupakan bagian terpenting dalam 4 Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan. 48 suatu sistem pengajaran, hal ini tentunya didukung oleh bentuk atau pola komunikasi yang baik.5 Dalam mencetak para siswanya agar dapat menguasai materi agama yang disampaikan sesuai dengan ilmu-ilmu agama. Ibu Nurul Ulya menerapkan metode-metode pengajaran dalam menyampaikan materi atau pesan kepada siswa untuk mempermudah memahami materi atau pesan tersebut. Adapun metode-metode yang digunakannya, adalah sebagai berikut: 1. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pembelajaran dengan cara guru agama mengajukan pertanyaan dan siswa menjawabnya atau sebaliknya. Seorang guru agama manyampaikan materi pembelajaran agama kepada siswa secara langsung melalui tatap muka dengan lisan dan menggunakan komunikasi kelompok kecil, setelah siswa mendengarkan materi tersebut dengan baik, maka guru agama mempersilahkan kepada siswa yang hendak bertanya apabila materi yang dijelaskan belum dapat dimengerti dan dipahami. Maka guru agama akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa dengan baik. 5 Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan. 49 2. Metode Peraga Metode peraga merupakan bentuk penyampaian pesan atau materi dengan cara mempraktekkan atau memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan sesuatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media komunikasi relevan dengan materi yang sedang disajikan. Metode ini sangat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran agama, dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama materi pelajaran yang telah disampaikan, karena siswa tidak hanya mendengar tetapi juga melihat bahkan memperagakannya secara langsung. Metode ini akan berjalan lebih efektif dan efisien, apabila materi yang diperagakan dan ditindaklanjuti oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari maupun latihan secara continue sehingga siswa tidak lupa dengan materi tersebut. Dengan penggunaan metode ini, guru mudah mengukur dan menilai kemampuan siswa dalam proses pengajaran agama.6 Sehingga dengan adanya metode dan materi yang sudah disebutkan di atas tersebut, dapat mempermudah guru agama dalam menyampaikan pesan (materi pelajaran agama/pembinaan akhlak) kepada siswa didiknya. Dan siswa pun dapat dengan mudah untuk memahaminya. 6 Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan. 50 Dengan demikian menurut penulis proses belajar-mengajar yang diterapkan oleh guru agama dalam menyampaikan sebuah materi atau pesannya, sudah bisa dikatakan cukup baik. Hal ini disebabkan materi yang akan disampaikan sudah terencana atau dirancang sedemikian rupa. Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, antara guru dan siswa sudah melakukan pola komunikasi yang sangat efektif dan efesien untuk melangsungkan kegiatan tersebut, walaupun terdapat beberapa hambatanhambatan yang sering terjadi pada diri siswa, misalnya hambatan dari lingkungan tempat tinggal siswa, dan psikologi yang dialami siswa. Dikatakan pola komunikasi tersebut berjalan dengan efektif, indikasi ini dilihat pada proses penyampaian (teori), dimana hal tersebut terjadi ketika seorang guru menyampaikan sebuah materi. Dan sebelum menyampaikan materi, guru agama terlebih dulu merencanakan pesan (materi pelajaran) yang akan disampaikan kepada siswa didiknya, dengan pesan-pesan yang terancana, sehingga menimbulkan suatu komunikasi yang baik dan mudah dimengerti oleh seorang siswa. Pada hal lain, dikatakan komunikasi yang baik jika seorang guru dan siswa mengadakan kesamaan makna atau arti. Dikatakan efesien, indikasi ini terjadi pada proses pembelajaran atau praktek, ketika terdapat beberapa siswa yang belum mengerti, disebabkan siswa tersebut kurang memahami dasar-dasar atau basic pada suatu materi yang berlangsung. Oleh sebab itu, seorang guru 51 memerintahkan kepada siswa yang sudah mengerti untuk memberitahu atau menerangkan kepada siswa yang tidak paham. Dengan begitu proses kegiatan belajar-mengajar menjadi sangat efesien. B. Faktor Pendukung, hambatan, dan Solusinya Ada dua faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasuruan, diantaranya sebagai berikut: 1) Faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasurun ini, tidaklah lain sebagai komitmen sekaligus visi utama SMK Negeri 1 Pasuruan untuk mencetak siswa-siswi yang mempunyai akhlakul karimah. Diharapkan dengan adanya penerapan pembiaan akhlak ini bisa membuat siswa-siswi SMK Negeri 1 Pasuruan terbiasa untuk menggunakan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari, dan tentunya tak hanya di dalam sekolah semata akhlak itu mereka gunakan melainkan di luar sekolah juga bisa diterapkan. 2) Faktor pendukung lain diterapakannya pembinaan akhlak ini dikarenakan tuntutan dari dunia kerja dimana sebagian besar perusaan-perusahaan yang sudah bekerja sama dengan pihak sekolah sangat mengharapkan siswa-siswi yang keluar dari SMK Negeri 1 Pasuruan yang hendak akan melanjutkan untuk kerja di perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan memiliki akhlakul karimah. 52 Program pembinaan akhlak ini sangat penting diterapkan di SMK Negeri 1 Pasuruan, karena dengan diterapkannya program pembinaan akhlak ini diharapkan siswa-siswi SMK Negeri 1 Pasuran akan menjadi terbiasa menerapkan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari baik itu di dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah. Dan tidak hanya itu, bagi pihak sekolah dengan di adakannya pembinaan akhlak ini setidaknya dapat menepis anggapan sebagian masyarakat yang mengganggap bahwa siswa-siswi SMK biasanya akhlaknya kurang baik, sehingga dengan adanya pembinaan akhlak ini, dapat menghapus anggapan masyarakat semacam tersebut.7 Hambatan pasti ada, tentunya hambatan yang ditemui di sini adalah masalah waktu, sebab waktu untuk ketemu di sekolah hanyalah 7 jam dan tidak seimbang dengan waktu yang siswa-siswi gunakan di luar jam sekolah. Sehingga masing-masing guru agama tidak bisa memantau secara penuh akhlak/perilaku yang siswa-siswi lakukan di luar jam sekolah. Bagi pihak guru agama hambatan yang membuat mereka sedikit susah dalam pembinaan akhlak ini adalah tentunya hambatan dari lingkungan siswasiswi tinggal, dimana lingkungan kadang-kadang secara tidak langsung bisa mempengaruhi seorang siswa untuk berakhlak yang kurang terpuji. 7 Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, Pasuruan. guru agama SMK Negeri 1 53 Dan hambatan yang terakhir ialah dari media, baik dari media televisi maupun internet, dimana secara tidak langsung media televisi ataupun internet bisa mempengaruhi perilaku seorang siswa-siswi untuk berakhlak yang baik ataupun akhlak yang tidak baik. Ada pun solusinya apabila dalam pembinaan akhlak ini masih saja terdapat siswa-siswi yang akhlaknya masih belum bisa menjadi baik atau bahkan bertambah menjadi buruk, sehingga masing-masing guru agama yang bersangkutan tidak lagi mampu menanganinya, maka siswa-siswi tersebut akan dikirim ke salah satu pesantren yang sudah bekerja sama dengan pihak sekolah, sehingga di Pesantren tersebut siswa-siswi yang akhlaknya kurang baik akan dibina oleh para ustad yang ada di pesantern tersebut, dan tentunya di psantren itu pula siswa-siswi yang akhlaknya kurang baik akan diberi banyak pembekalan tentang agama dan akhlak.8 8 Pasuruan. Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian tentang pembinaan akhlak yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pasuruan, Jawa Timur. Maka dari uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa pola komunikasi yang dilakukan dalam pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasuruan menggunakan tiga macam pola yaitu sebagai berikut: 1. Pola komunikasi satu arah, yaitu menempatkan komunikator sebagai pemberi aksi dan komunikan hanya sebagai penerima aksi saja. Komunikator aktif sedangkan komunikan pasif. Demikian halnya dalam proses pengajaran seorang guru lebih aktif dalam menyampaikan bahan pengajaran, sedangkan peserta didik (siswa) hanya bisa menerima apa yang disampaikan oleh guru tanpa berkomentar apa pun. 2. Pola komunikasi dua arah, yaitu komunikator bisa berperan sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Demikian pula halnya komunikan, bisa berperan sebagai penerima aksi dan bisa pula sebagai pemberi aksi. Dalam proses pengajaran tersebut, baik guru agama di SMK Negeri 1 Pasuruan maupun siswa SMK Negeri 1 Pasuruan dapat berperan ganda sebagai pemberi dan penerima aksi atau komunikasi ini bisa dikatakan sebagai 54 55 komunikasi interpersonal, yaitu proses pertukaran informasi antara komunikator dengan komunikan yang feedbecknya secara langsung dapat diketahui, serta komunikator dan komunikan memiliki dua fungsi sekaligus. 3. Pola komunikasi banyak arah, yaitu komunikasi tidak hanya terhajadi antara perorangan melainkan kepada banyak orang. Di sini komunikan dituntut lebih aktif dari pada komunikator. Ada pun dalam penerapan pembinaan akhlak yang terjadi di SMK Negeri 1 Pasuruan tersebut, terdapat dua faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasuruan, diantaranya sebagai berikut: 1) Faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasurun ini, tidaklah lain sebagai komitmen sekaligus visi utama SMK Negeri 1 Pasuruan untuk mencetak siswa-siswi yang mempunyai akhlakul karimah. Diharapkan dengan adanya penerapan pembiaan akhlak ini bisa membuat siswa-siswi SMK Negeri 1 Pasuruan terbiasa untuk menggunakan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari, dan tentunya tak hanya di dalam sekolah semata akhlak itu mereka gunakan melainkan di luar sekolah juga bisa diterapkan. 2) Faktor pendukung lain diterapakannya pembinaan akhlak ini dikarenakan tuntutan dari dunia kerja dimana sebagian besar perusaan-perusahaan yang sudah bekerja sama dengan pihak sekolah sangat mengharapkan siswa-siswi yang keluar dari SMK 56 Negeri 1 Pasuruan yang hendak akan melanjutkan untuk kerja di perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan memiliki akhlakul karimah. Hambatan yang ditemui dalam pembinaan akhlak siswa SMK Negeri 1 Pasuruan ini adalah disebabkan oleh masalah waktu, sebab waktu untuk ketemu di sekolah hanyalah 7 jam dan tidak seimbang dengan waktu yang siswa-siswi gunakan di luar jam sekolah. Sehingga masing-masing guru agama tidak bisa memantau secara penuh akhlak/perilaku yang siswa-siswi lakukan di luar jam sekolah. Bagi pihak guru agama hambatan yang membuat mereka sedikit susah dalam pembinaan akhlak ini adalah tentunya hambatan dari lingkungan siswa-siswi tinggal, dimana lingkungan kadang-kadang secara tidak langsung bisa mempengaruhi seorang siswa untuk berakhlak yang kurang terpuji. Dan hambatan yang terakhir ialah dari media, baik dari media televisi maupun internet, dimana secara tidak langsung media televisi ataupun internet bisa mempengaruhi perilaku seorang siswa-siswi untuk berakhlak yang baik ataupun akhlak yang tidak baik. Dan solusinya apabila dalam pembinaan akhlak ini masih saja terdapat siswa-siswi yang akhlaknya masih belum bisa menjadi baik atau bahkan bertambah menjadi buruk, sehingga masing-masing guru agama yang bersangkutan tidak lagi mampu menanganinya, maka siswa-siswi tersebut akan dikirim ke salah satu pesantren yang sudah bekerja sama dengan pihak sekolah, sehingga di Pesantren tersebut siswa-siswi yang 57 akhlaknya kurang baik akan dibina oleh para ustad yang ada di pesantern tersebut, dan tentunya di psantren itu pula siswa-siswi yang akhlaknya kurang baik akan diberi banyak pembekalan tentang agama dan akhlak. B. Saran-saran 1. Bagi sekolah dan pembina pendidikan hendaknya selalu berusaha menjadikan sekolahnya sebagai lingkungan hidup siswa yang agamis, dalam arti menunjukkan terwujudnya pengamalan ajaran-ajaran agama secara nyata. 2. Bagi guru agama disarankan memiliki rasa pengabdian dan tanggung jawab yang tinggi terhadap pertumbuhan dan perkembangan moral para siswanya, serta senantiasa memberikan teladan yang baik kepada siswasiswinya, sehingga bisa dicontoh dan diteladani oleh mereka. 3. Bagi para peneliti yang bermaksud akan melakukan sebuah penelitian dengan mengangkat pembahasan pola komunikasi, disarankan dapat meneruskan penelitian ini dengan membahas tentang efektifitas pola komunikasi di SMK Negeri 1 Pasuruan ataupun lembaga-lembaga terkait lainnya. DAFTAR PUSTAKA Arif, Anwar, Ilmu Komunikasi (Sebagai Pengantar Ringkas), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995). Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002). AS, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: CV. Rajawali, 1992). Departemen Agama: Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Proyek Pembinaan Pendidikan Agama Pada Sekolah Umum, 1986. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996). Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakrata: Rineka Cipta,2000). Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990). -------------------------------, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung : Alumni, 1986). -------------------------------, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar maju, 1992). -------------------------------, Dinamika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992). --------------------------------,Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : AlAmin Press, 1996). Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001). Karim, Abdul. “Meneladani Akhlak Rasulullah.” Artikel diakses pada tanggal 4 Mei 2011 dari http://paudgrobogan.wordpress.com//2011/0504/pO9s05worne.html 58 59 Ma’arif, Zainal. “Pembinaan Akhlak Remaja” Artikel diakses pada tanggal 1 Mei 2011dari http//www.binailmu.multiply.com/2011/0501/p02s06-mu.html. Ma’luf, Luis. Kamus Al-Munjid, al-Maktabah al-Katulikiyah, (Beirut: 2000). Maria Assumpte Rumanti, SR. Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktis, (Jakarta: Grasindo, 2002). Mayulis, R.A. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998). Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001). Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001). Nasution, Zulkarmaen, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas terbuka) Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005). Partanto, Puis A. dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994). Passow, Harry, Krisis Dalam Pendidikan, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1991). Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000). . Purwanto, M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung. PT Remaja Rosakarya, 1991). Rahim, Abdur. “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa MTS Sunan Ampel Pasuruan.” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Pasuruan, 2007. Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000). Robbins, James G, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995). . Rosyidi, T.A. Latief, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan informasi, (Medan: 1985). Sabri, M.Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta, 2005). 60 Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998). Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Sinar Baru, 1989). Susanto, Astrid. S, .Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina cipta, 1947). Syahidah, Laili. “Pola Komunikasi Antara Guru Agama dan Murid di SMP AnNurmaniyah Ciledug Tangerang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Tasmora, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaga Media Pratama, 1997). Tim Penyusun Kamus P3B, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Gramadia, 1996). Widjaya, H.A.W, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT : Rineka Cipta, 2000). Yusup, Pawit M., Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990). www.http://smkn1-pasuruan.sch.id/. PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU Hari/Tanggal : Rabu, 27 April 2011 Tempat : SMK Negeri 1 Pasuruan Terwawancara : Nurul Ulya, S. Ag. Pewawancara : Shochibul Hujjah 1. Apa saja yang melatar belakangi program pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasuruan? Sesuai dengan tujuan diperintahkannya baginda Nabi Muhammad sebagai seorang Rasul yang diutus untuk menyempurnakan akhlak umatnya. Oleh karena itu, kita juga harus bisa meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan akhlak inilah salah satu cara untuk mencapai tujuan hidup Hayyatun Thoyyibah, sehingga salah satu komitmen kami untuk menjadikan akhlak sebagai visi utama di SMK Negeri 1 Pasuruan, hal itu pula yang melatar belakangi diterapkannya program pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasuruan. 2. Sejak kapan pembinaan akhlak ini diterapkan kepada siswa-siswi di SMK Negeri 1 Pasuruan? Program pembinaan akhlak diterapkan sejak siswa akan daftar menjadi calon siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan, karena jangan harap siswa yang memiliki akhlak kurang baik akan bisa diterima di SMK Negeri 1 Pasuruan, meskipun nilai sekolah dia dulu bisa dikatakan baik tapi kalau seandainya akhlaknya tercela ketika hendak daftar menjadi calon siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan maka kami punya wewenang untuk mengugurkan dia sebagai calon siswa di sekolah ini. Begitu pula dengan siswa yang sudah menjalani studi di sekolah ini, bila memamng akhlaknya tidak baik maka kami tidak akan segan-segan untuk memberinya sanksi bahkan bisa pula dikeluarkan dari SMK Negeri 1 Pasuruan walau pun ia pandai. 3. Apa faktor pendukung diterapkanya pembinaan akhlak ini? Ada tiga faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasuruan, diantaranya sebagai berikut: 1) Faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasurun ini, tidaklah lain sebagai komitmen sekaligus visi utama SMK Negeri 1 Pasuruan untuk mencetak siswa-siswi yang mempunyai akhlakul karimah. Diharapkan dengan adanya penerapan pembiaan akhlak ini bisa membuat siswa-siswi SMK Negeri 1 Pasuruan terbiasa untuk menggunakan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari, dan tentunya tak hanya di dalam sekolah semata akhlak itu mereka gunakan melainkan di luar sekolah juga bisa diterapkan. 2) Faktor pendukung lain diterapakannya pembinaan akhlak ini dikarenakan tuntutan dari dunia kerja dimana sebagian besar perusaan-perusahaan yang sudah bekerja sama dengan kami sangat mengharapkan siswa-siswi yang keluar dari SMK Negeri 1 Pasuruan yang hendak akan melanjutkan untuk kerja di perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan memiliki akhlakul karimah. 4. Pola komunikasi apakah yang digunakan bapak/ibu dalam pembinaan akhlak ini? Pola komunikasi yang kami guanakan dalam pembinaan akhlak ini ada 2, yaitu sebagai berikut: 1). Pola komunikasi langsung: Himbauan kepada seluruh warga SMK Negeri 1 Pasuruan baik guru, siswa-siswi,dan para karyawan tu, untuk senantiasa menerapkan akhaknya dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Himbauan tersebut selalu kami sampaikan setiap saat, baik pada saat upacara, selesai sholat berjamaah di sekolah, dan pembinaan yang sifatnya lebih interen di dalam kelas pada saat pelajaran pendidika agama yang di lakukan oleh setiap guru agama masingmasing. 2). Pola tidak langsung: Kepala sekolah, dan semua dewan guru memberI teladan yang baik kepada siswanya. 5. Seberapa pentingkah program pembinaan akhlak ini diterapkan kepada siswa-siswi SMK Negeri 1 Pasuruan? Bagi kami program pembinaan akhlak ini sangat penting untuk diterapkan, karena dengan diterapkannya program pembinaan akhlak ini diharapkan siswa-siswi SMK Negeri 1 Pasuran akan menjadi terbiasa menerapkan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari baik itu di dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah. Dan tidak hanya itu, bagi kami dengan di adakannya pembinaan akhlak ini setidaknya dapat menepis anggapan sebagian masyarakat yang mengganggap bahwa siswa-siswi SMK biasanya akhlaknya kurang baik, sehingga dengan adanya pembinaan akhlak ini, dapat menghapus anggapan masyarakat semacam tersebut. 6. Apakah ada hambatan yang bapak/ibu temukan dalam pembinaan akhlak ini?dan bagaimana solusinya? Hambatan pasti ada, tentunya hambatan yang kami temui di sini adalah masalah waktu, sebab waktu untuk ketemu di sekolah hanyalah 7 jam dan tidak seimbang dengan waktu yang siswa-siswi gunakan di luar jam sekolah. Sehingga kami tidak bisa memantau secara penuh akhlak/perilaku yang siswa-siswi lakukan di luar jam sekolah. Bagi kami hambatan yang membuat kami sedikit susah dalam pembinaan akhlak ini adalah tentunya hambatan dari lingkuan siswa-siswi tinggal, dimana lingkungan kadang-kadang secara tidak langsung bisa mempengaruhi seorang siswa untuk berakhlak yang kurang terpuji. Dan hambatan yang terakhir ialah dari media, baik dari media televisi maupun internet, dimana secara tidak langsung media televisi ataupun internet bisa mempengaruhi perilaku seorang siswa-siswi untuk berakhlak yang baik ataupun akhlak yang tidak baik. 7. Metode apa yang digunakan guru agama dalam pembinaan akhlak kepada siswa? Metoda yang kami gunakan ada 2 yaitu sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah dan para dewan guru memberi teladan yang baik kepada siswa-siswinya. Sehingga diharapkan dengan itu para siswa dapat dengan mudah untuk meneladaninya. 2. Jika terdapat siswa-siswi yang akhlaknya kurang baik maka akan kami beri sanksi sesuai dengan tingkat akhlak/perilaku yang dia lakukan. 3. Apabila dalam pembinaan akhlak ini masih saja terdapat siswasiswi yang akhlaknya masih belum bisa menjadi baik atau bahkan bertambah menjadi bandel, sehingga para dewan guru yang bersangkutan tidak lagi mampu menanganinya, maka terpaksa kami kirim siswa-siswi tersebut ke salah satu pesantren yang sudah bekerja sama dengan kami, sehingga di Pesantren tersebut siswasiswi yang akhlaknya kurang baik akan dibina oleh para ustad yang ada di pesantern tersebut, dan tentunya di psantren itu pula siswasiswi yang akhlaknya kurang baik akan diberi banyak pembekalan tentang agama dan akhlak. 8. Seperti apa cara komunikasi yang paling efektif untuk memberikan materi akhlak kepada siswa? Komunikasi yang paling efektif adalah kepala sekolah dan para dewan gur member teladan kepada siswanya, sehingga siswa dapat dengan mudah meneladaninya. Dan apabila terdapat siswa-siswi yang akhlaknya kurang baik akan segera ditegur. Juga melalui himbauan dengan media ataupun pada saat upacara dan steleh selesai sholat berjamaah. 9. Bagaimana respon siswa terhadap pembinaan akhlak yang telah diterapkan oleh guru agama? Alhamdulillah, semua warga SMK Negeri 1 Pasuruan khususnya siswa-siswinya bisa menerima diterapkannya pembinaan akhlak di sekolah ini dan mereka mentaatinya. Serta mampu menerapkan akhlaknya dengan baik. Terwawancara Nurul Ulya, S. Ag (Guru Pendidikan Agama Islam) PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MURID Hari/Tanggal : Rabu, 27 April 2011 Tempat : SMK Negeri 1 Pasuruan Terwawancara : Achmad Fachruddin Pewawancara : Shochibul Hujjah 1. Menurut kamu akhlak itu apa? Akhlak adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, dimana perbuatan itu dia lakukan di suatu masyarakat ataupun pada dirinya sendiri. 2. Penting tidak akhlak dalam kehidupan sehari-hari? Sangat penting sekali, karena akhlak dapat membentuk jati diri kita, daengan akhlak pula dapat mencerminkan diri kita yang sebenarnya. 3. Senang tidak dengan adanya program pembinaan akhlak di sekolah kamu? Saya sangat senang dengan diadakannya program pembinaan akhlak di sekolah ini, karena dapat membentuk diri saya dan siswa-siswi lainnya untuk berakhak mulia. 4. Apakah di rumah kamu juga menerapkan akhlak? Di rumah saya juga menerapkan akhlak dengan baik, jadi tidak sekedar di sekolah saja saya menerapkannya. Karena bagi saya bila akhlak kita baik maka orang lain yang ada di sekitar kita akan menjadi sungkan terhadap kita, dan tentunya dengan akhlak yang baik pula maka banyak orang yang suka terhadap kita. 5. Jika, Ya. Apakah itu disuruh orang tua atau atas kesadaran diri kamu sendiri? Saya melakukannya atas dasar kesadaran diri sendiri bukan dari orang tua ataupun siapa, sebab jika segala sesuatu kita lakukan dengan kemauan ataupun kesadaran diri sendiri, maka akan menjadi mudah untuk kita lakukan, dan bagi saya orang tua hanya bisa member teladan. 6. Menurut kamu adakah manfaat pembinaan akhlak di sekolah? Tentu ada manfaatnya, dan manfaat dari penerapan pembinaan akhlak ini adalah dapat membuat siswa-siswinya mengetahui mana akhlak yang baik dan mana akhlak yang buruk. Dan siswa pun dapat terbiasa menerapkan akhlakanya dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga. 7. Kamu lebih suka menerapkan akhlak karena disuruh atau karena kesadaran diri sendiri, kenapa? Saya lebih suka menerapkannya atas dasar kesadaran diri saya sendiri bukan karena disuruh. Sebab bagi saya jika disuruh biasanya terasa terpaksa kalau saya menjalaninya. 8. Dalam penjelasan materi akhlak lebih senang sendiri-sendiri atau kelompok? Saya lebih suka dilakukan secara berkelompok dibanding dengan sendiri-sendiri. Karena jika dilakukan secara berkelompok akan membuat saya dan teman-teman yang lainnya dengan mudah untuk bertukar pikiran dan wawasan, dan tentunya satu sama lain dapat dengan leluasa menilai akhlak temannya masing-masing. 9. Menurut kamu, akhlak yang terpuji dan akhlak tercela itu seperti apa? Bagi saya akhlak terpuji adalah akhlak yang selayaknya kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga. Sedangkan akhlak yang tercelah itu ialah akhlak yang kurang begitu pantas untuk kita terapkan dalam kehidaupan sehari-hari. 10. Pendapat kamu pembinaan akhlak di sini bagus atau tidak? Pembinaan akhlak yang diterapkan di sekolah saya ini sangat bagus, karena bisa membuat diri saya dan siswa-siswinya tidak hanyak menerapkan akhlaknya dalam lingkungan sekolah semata melainkan juga diterapkan dalam lingkungan masyarakat dan keluarga. Tentunya hal ini tidaklah lain karena dorongan dari para bapak/ibu guru yang telah member materi dan teladan kepada saya dan temanteman tentang pentingnya mengunakan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Terwawancara Achmad Fachruddin (Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan) Lampiran Bersama pimpinan SMK Negeri 1 Pasuruan Bpk Drs. Supriyadi, M. M. Bersama guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan Ibu Nurul Ulya, S. Ag. Bersama siswa SMK Negeri 1 Pasuruan Achmad Fahruddin dan Akmal. Lampiran Kegiatan Belajar Mengajar Ibu Nurul Ulya, S. Ag di dalam kelas pada saat siswa diskusi kelompok mata pelajaran agama Islam. Kegiatan Belajar siswa SMK Negeri 1 Pasuruan pada saat maju ke depan membahas materi yang telah didiskusikan per kelompok. Kegiatan belajar siswa dalam kelas pada saat ujian sekolah. Lampiran Kegiatan belajar siswa di dalam kelas pada saat diskusi kelompok. Kegiatan belajar siswa di lab. Bahasa SMK Negeri 1 Pasuruan. Kegiatan siswa pada saat sholat berjamaah dan menunggu jadwal siaran Skensa FM. Lampiran Gambar fasilitas SMK Negeri 1 Pasuruan Lampiran Gambar kantin kejujuran SMK Negeri 1 Pasuruan.