skripsi jurusan komunikasi dan penyiaran islam

advertisement
POLA KOMUNIKASI GURU AGAMA DALAM PEMBINAAN AKHLAK
SISWA SMK NEGERI 1 PASURUAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
SHOCHIBUL HUJJAH
NIM. 107051002100
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (SI) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 29 Juli 2011
Shochibul Hujjah
ABSTRAK
Nama : Shochibul Hujjah
NIM : 107051002100
Komunikasi merupakan salah satu bagian kehidupan yang sangat penting
bagi manusia. Sebab sebagian besar kehidupan manusia dipenuhi dengan
komunikasi. Karena dengan komunikasi manusia bisa saling tukar informasi, dan
berinterksi dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi juga ikut berperan serta
dalam terlaksananya proses belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan. Tanpa
komunikasi maka tidak akan tercapai secara maksimal dalam mendapatkan sebuah
hasil yang diinginkan. Akan tetapi, untuk mencapai hal tersebut tidak boleh
melakukan komunikasi secara asal-asalan, harus diperlukan adanya sebuah pola
dan metode komunikasi yang tepat.
Pola komunikasi langsung dan tidak langsung yang digunakan guru agama
dalam pembinaan akhlak terhadap siswanya merupakan sebuah komunikasi yang
sangat begitu penting dalam menyampaikan pesannya kepada para siswanya
tersebut. Banyak sekali fenomena-fenomena yang terjadi di sekolah mengenai
siswa dalam berfikir dan bersikap lain dengan yang diajarkan oleh gurunya.
Bahwasanya tujuan pendidik dalam kegiatan belajar-mengajar adalah untuk dapat
mencerdaskan dan meningkatkan kualitas siswa-siswi mereka. Maka hal itu
dipermasalahkan dalam proses berkomunikasi yang disampaikan oleh guru
kepada siswa didiknya.
Oleh karena itu, maka timbullah beberapa masalah yang diangkat oleh
penulis. Pertama, Bagaimana pola komunikasi yang digunakan guru agama dalam
pembinaan akhlak siswa SMK Negeri 1 Pasuruan? Kedua, faktor pendukung,
hambatan, dan solusinya?
Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan
adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara melalui pengamatan
lapangan, wawancara, dan dokumentasi di SMK Negeri 1 Pasuruan secara
langsung.
Pola komunikasi yang digunakan dalam pembinaan akhlak di SMK Negeri
1 Pasuruan sudah tercipta dengan sangat baik, hal ini terbukti dengan bagaimana
siswa-siswinya yang sudah menerapkan akhlak dalam lingkungan sekolah
tersebut.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahilladzi Ja’alani Minan Nasihin wa Afhamani Min Ulamaiir
Rasyikhiin, puji syukur terucap kepada Allah Swt Tuhan semesta alam. Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sebab hanya dengan karunia-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan keharibaan baginda tercinta Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa umatnya dari zaman kedzaliman menuju zaman kebenaran
yang sesungguhnya.
Alhamdulillah, penulisan skripsi ini berjalan dengan baik dan lancar.
Semua ini takkan tercapai tanpa adanya usaha, perjuangan, dorongan, dari semua
pihak, dan tentunya do’a serta tawakkal kepada Sang Pencipta. Merupakan sebuah
kebahagiaan serta anugerah terindah yang dirasakan oleh penulis setelah pada
akhirnya skripsi ini terselesaikan juga. Semua impian dan cita-cita penulis dapat
terwujud karena adanya dukungan dari beberapa pihak yang telah senang hati
memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi.
Maka untuk itu, pada kesempatan ini, penulis sangat perlu untuk
menghaturkan dan mengucapkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada
semua pihak terkait yang dengan begitu ikhlasnya telah membantu penulis dalam
memperlancar skripsi ini. Rasa terima kasih yang sangat dalam penulis haturkan
kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Arief
Subhan, MA.
i
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak. Drs. Jumroni, M.
Si., yang selalu bersedia membantu penulis dan memberikan informasi
serta waktunya kepada penulis untuk berkonsultasi mengenai kegiatan
kuliah.
3. Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Hj. Umi
Musyarofah, MA., yang telah banyak membantu penulis dalam kelancaran
kuliah dan penulisan skripsi ini.
4. Dosen Pembimbing Bpk. Drs. S. Hamdani, MA., yang telah memberikan
bimbingan dan arahannya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
5. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
banyak mentransfer ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang penulis
dapat bisa bermanfaat di dunia dan akhirat.
6. Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah
dan
Ilmu
Komunikasi
yang
telah
banyak
membantu
memperlancar penulis dalam mencari referensi buku.
7. Drs. H. Supriyadi, M. M., selaku pimpinan SMK Negeri 1 Pasuruan, yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian
skripsi di SMK Negeri 1 Pasuruan.
8. Kedua orang tua penulis baik yang masih ada maupun yang sudah tiada,
yaitu; KH. Madiyani Iskandar (Alm) dan Hj. Suaibah Shihab, S. Pd, yang
tidak pernah putus mendoakan dan telah banyak memberikan motivasi
untuk penulis agar senantiasa tak pernah henti dalam mencari ilmu.
ii
9. Kakak-kakak penulis: Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, Lc, M. Hum.,
Hilmiah Syarif, S. Hum., Arifin Budianto, SH. M.Hi., Ummu Arifin, S.
Ag., Kholilur Rahman, S, Psi., Rina Yuliawati, S. Psi., serta adik penulis
Fathirah Nadia Mecca, yang telah memberi doa dan keceriaan dalam hidup
dan hari-hari penulis.
10. Kekasih tercinta Lailiyul Mahmudah, S.E, yang selalu setia memberikan
doa dan supportnya untuk penulis agar dapat segera menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Keluarga besar Ponpes Ihya’ Qalbun Salim Jakarta, khususnya;
KH. Dr. Rusli Hasbi, Lc. MA., Ustadzah Rafiqoh Rusli, Ustd. Andi, Ustd.
Aris, Ustd. Najihan. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada
penulis, semoga ilmu yang pernah penulis peroleh selama berada di
Ma’had Ihya’ Qalbun Salim bisa menjadi ilmu yang bermanfaat dunia dan
akhirat. Amin..
Sahabat-sahabat tercinta dan seperjuangan penulis yang ada di
Padepokan Jejak Sastra yaitu: Rizka Sukmawati, Fakhrun Nisa, Ayu
Farahdisa, Fitria Ramdhani, Mustofa Bisri, Bang Samsul, yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Teman-teman penulis di dunia entertainment: Bella, Kirana,
Tommy, Mbak Rita, Mbak Mella, Kak Yuli, Ella, Melva, Joshua, Cornel,
Ocha, Nova, Amel, dan Rara, yang sudah mensupport penulis agar selalu
tetap semangat dalam meraih mimpi, dan juga memberikan banyak job
iii
buat penulis, sehingga penulis bisa bertahan hidup di Jakarta sampai lulus
kuliah.
Teman-teman penulis di Persatuan Penulis Lintas Profesi (PPLP)
yang sudah banyak mengajarkan saya dalam bidang kepenulisan, yaitu:
Pak Taufik Ismail, Pak Teguh Esha, Pak Embi Chairil Noer, bang Damien,
bang Sugoy, bang Alam, mbak Sinta, dsb. Tanpa motivasi dan dukungan
mereka keinginan saya menjadi seorang penulis mungkin tak akan bisa
terwujud seperti sekarang.
Kawan-kawan seperjuangan di Bem-UIN (Kak Adi Jonathan, kak
Baduy), Bem-j KPI (Bilqis Prisbian Ningrum). Apa pun bentuk
pengabdian yang telah kita lakukan untuk kampus kita pada saat ini, pasti
akan kita petik hasilnya pada saat kita terjun di masyarakat nanti, yang
penting kita harus ikhlas, dan tulus dalam mengabdi.
Keluarga besar mahasiswa KPI-D angkatan 2007 yang sudah
kompak dan memiliki rasa kesetia kawanan dalam menjalani perkuliahan.
Sedih rasanya bila sehari-hari tanpa canda tawa teman-teman, meski pun
kadang ada juga di antara teman-teman yang selalu menyebalkan. Tapi
yang jelas banyak kisah indah yang aku dapatkan bersama teman-teman.
Ku berharap semoga silaturrahmi persabahatan kita akan selalu terjalin
dengan baik sampai anak cucu kita nanti. Dan pesanku buat teman-teman
jangan pernah berhenti dalam menuntut ilmu. Yuk, kita lanjutkan
petualangan kita dalam menuntut ilmu ke S-2. Semangat!! Dan sukses
selalu buat kita semua.
iv
Rekan-rekan seperjuangan penulis di PP. LP Ma’arif NU (Kak
Alip Nuryanto), PP. LAZ PBNU (Kak Hera), PP. IPNU (Cak Huda), PW
IPNU Jakarta (Mas Hery), PC IPNU Jakarta Pusat (Kang Syaid). Terima
kasih sudah banyak memberikan pengalaman penulis dalam dunia
organisasi dan birokrasi pemerintahan.
Akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih atas
segalanya, semoga semua amal dan doa yang diberikan kepada penulis
dalam proses penyelesaian skripsi ini akan mendapatkan balasan dari
Allah SWT.. Amiin.
Ya
Allah
aku
mohon
ridha-Mu
dan
surga-Mu.
Serta
permudahkanlah segala urusanku dan jadikanlah diriku menjadi golongan
hamba-Mu yang selalu istiqomah dalam kebaikan. Amin..
Jakarta, 29 Juli 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
5
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................
6
E. Metodologi Penelitian ..........................................................
7
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Pola Komunikasi ................................................ 13
B. Bentuk Pola Komunikasi dan Macam-macamnya ................ 23
C. Pengertian Guru Agama ........................................................ 30
D. Pengertian Pembinaan Akhlak ............................................... 31
E. Pola Komunikasi Pembinaan Akhlak di Sekolah ................... 33
BAB III
GAMBARAN UMUM SMK NEGERI 1 PASURUAN
A. Letak Geografis SMK Negeri 1 Pasuruan ............................. 40
viii
B. Profil SMK Negeri 1 Pasuruan ............................................. 40
C. Sejarah SMK Negeri 1 Pasuruan........................................... 42
D. Visi & Misi SMK Negeri 1 Pasuruan .................................. 42
E. Fasilitas SMK Negeri 1 Pasuruan ........................................ 43
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Pola Komunikasi yang Digunakan Guru Agama Dalam
Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan ............. 45
B. Faktor Pendukung, Hambatan, dan Solusinya ...................... 52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 56
B. Saran-saran ............................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berkomunikasi
merupakan
kebutuhan
setiap
manusia
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, bahkan hampir tidak mungkin lagi
jika ada seseorang yang dapat menjalani hidupnya tanpa berkomunikasi
dengan orang lain. Sebab tanpa berkomunikasi manusia tidak akan bisa
menjalankan fungsinya sebagai pembawa amanah dari Allah di muka bumi
(khalifah).
Komunikasi ialah “hubungan kontak langsung maupun tidak langsung
antar manusia, baik itu individu maupun kelompok. Dalam kehidupan seharihari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri,
karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya.”1
Pada umumnya komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan
berkomunikasi melakukan sesuatu hubungan, karena manusia adalah makhluk
sosial tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling
membutuhkan. Hubungan individu yang satu dengan yang lainnya dapat
dilakukan dengan berkomunikasi. Dengan komunikasi, manusia mencoba
pula manusia melaksanakan kewajibannya.2
1
H.A.W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT : Rineka Cipta,
2000), cet. ke-2, h. 26.
2
Toto Tasmora, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaga Media Pratama, 1997). Cet ke-2,
h. 6.
1
2
Dalam setiap peristiwa komunikasi tidak terlepas dari unsur-unsur
komunikasi, A.W. Widjaya dalam bukunya Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat mengatakan “bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri atas
sumber (orang, lembaga, buku, dokumen, dan lain sebagainya),
komunikator (orang, kelompok, surat kabar, radio, TV, film dan lainlain) pesan (bisa melalui lisan, tatap muka langsung), saluran media
umum dan media massa (media umum seperti radio, OHP, dan lain-lain,
sedangkan media massa seperti pers, radio, film, dan TV), komunikan
(orang, kelompok atau negara), efek atau pengaruh (perbedaan antara
apa yang dirasakan atau apa yang dipikirkan, dan dilakukan oleh
penerima sebelum dan sesudah menerima pesan).”3
Efek atau pengaruh inilah yang merupakan tolak ukur berhasil atau
tidaknya suatu proses komunikasi. Secara teoritis komunikasi antar pribadi
diklasifikasikan menjadi dua jenis sifat. Pertama komunikasi diadik (dyadic
communication) adalah komunikasi antar pribadi yang berlangsung antara dua
orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan
seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Kedua komunikasi triadik
(triadic communication) adalah komunikasi antar pribadi yang pelakunya
terdiri atas tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan.4
Perlu disadari bahwa peran komunikasi sangat diperlukan dalam
kehidupan bersosialisasi, bahkan pada proses belajar mengajar. Karena proses
belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan (guru) melalui saluran atau media
tertentu ke penerima pesan (siswa). Pesan yang akan dikomunikasikan adalah
bahan atau materi pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa
3
A.W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997),
cet., ke-3., h. 13.
4
Onong Uchjana Effendy., M.A. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung, 2009),
cet, ke-3.
3
guru, siswa, dan lain sebagainya. Salurannya berupa media pendidikan, dan
penerimanya adalah siswa.5
Komunikasi dalam pendidikan dan pengajaran berfungsi sebagai
pengalihan ilmu pengetahuan yang mendorong perkembangan intelektual,
pembentukan akhlak dan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada
semua bidang kehidupan.6
“Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan pesan,
tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar
data, fakta, dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi
yang disampaikan oleh seorang pendidik dapat diterima dan dipahami
oleh peserta didik dengan baik, maka seorang pendidik perlu menerapkan
pola kumunikasi yang baik pula.”7
Salah satu aspek fungsi komunikasi ialah untuk meningkatkan kualitas
berfikir pada pelajaran sebagai komunikan dalam situasi instruksional yang
terkondisi. Misalnya guru di samping sanggup mengajar untuk memberikan
instruktur kepada pelajar, juga memiliki metode dalam penyampaian pesan
atau materi kepada pelajar. Komunikasi instruksional ini lebih mengarah
kepada pendidikan dan pengajaran, bagaimana seorang pengajar memiliki
kerja sama dengan siswanya, sehingga pesan atau materi yang disampaikan
dapat diterima dengan baik.
“Pada umumnya proses belajar mengajar merupakan suatu komunikasi
tatap muka dengan kelompok yang relatif kecil, meskipun komunikasi antara
guru dan siswa dalam kelas itu termasuk komunikasi kelompok, sang guru
bisa mengubahnya menjadi komunikasi interpersonal dengan menggunakan
5
H.M.Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta, 2005), cet. ke-1,
h. 11.
6
H. A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara,
1997), cet. ke-3, h. 11.
7
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
h. 7.
4
metode komunikasi dua arah atau dialog dimana guru menjadi komunikator
dan siswa menjadi komunikan. Terjadi komunikasi dua arah ini ialah apabila
para pelajar bersifat responsive, mengetengahkan pendapat atau mengajukan
pertanyaan diminta atau tidak diminta. Jika si siswa pasif saja, atau hanya
mendengarkan tanpa adanya gairah untuk mengekpresikan suatu pernyataan
atau pertanyaan, maka meskipun komunikasi itu bersifat tatap muka, tetaplah
berlangsung satu arah dan tidak efektif.”8
SMK Negeri 1 Pasuruan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai
peran penting dan befungsi sebagai media dalam mengembangkan bakat-bakat
anak-anak sekolah dalam proses belajar mengajar dan berbagai macam
ekstrakulikuler. Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak bidang
pelajaran yang dikembangkan baik pelajaran umum maupun agama. Akan
tetapi penulis hanya terfokus pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Karena pada zaman sekarang ini perlu ditekankan untuk anak-anak khususnya
remaja. Dan pendidikan agama itu juga termasuk peran dalam berdakwah.
Dengan latar belakang tersebut penulis terdorong untuk menelusuri kembali
Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri
1 Pasuruan.
Melihat fenomena di atas cukup penting sekali pola komunikasi guru
dalam suatu kegiatan belajar mengajar, karena itu menggugah penulis untuk
menggangkat permasalahan tersebut dalam skripsi dengan judul: “Pola
Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1
Pasuruan”.
8
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya, 2005), cet., ke-19 h.101-102.
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Skripsi ini terkait dengan pola komunikasi antara guru dan siswa mata
pelajaran pendidikan agama Islam. Agar peneliti lebih fokus, peneliti
membatasi permasalahan hanya pada pola komunikasi yang terjadi dalam
pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan pada kelas 1 dalam mata
pelajaran pendidikan agama Islam.
Untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah mencari data, maka
penulis merumuskan masalah skripsi ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan guru agama dalam
pembinaan akhlak siswa SMK Negeri 1 Pasuruan?
2. Bagaimana faktor pendukung, hambatan, dan bagaimana solusinya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian yang hendak dicapai adalah:
a. Untuk mengetahui pola komunikasi guru agama dalam pembinaan
akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung, serta hambatan-hambatan yang
ditemui guru agama dalam pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1
Pasuruan, juga yang berkaitan dengan masalah pola komunikasi yang
digunakannya. Dan solusinya.
6
2. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a. Secara Akademis, dapat menambah khazanah kepustakaan tentang
pola komunikasi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Secara Praktis, dapat dijadikan acuan oleh para guru yang
menyampaikan materi dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan proposal skripsi ini telah dilakukan tinjauan pustaka,
dan peneliti terinspirasi pada skripsi yang berjudul Pola Komunikasi antara
Guru Agama dan Murid di SMP An-Nurmaniyah Ciledug Tangerang oleh
Laily Syahidah/ Nim. 105051001899. Akan tetapi peneliti belum menemukan
judul yang sama seperti judul skripsi yang peneliti ambil.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif dalam penelitian
ini, maka penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis melalui
pendekatan kualitatif. Di mana pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang
diteliti.
7
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek peneliti adalah orang yang dapat memberikan informasi. Adapun
yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah beberapa
orang yang berkaitan dengan program belajar di SMK Negeri 1 Pasuruan.
Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah pola komunikasinya.
3. Dasar Penetapan Lokasi
Lokasi penelitian ini bertempat di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 1 Pasuruan, Jl. Veteran No. 11 kota Pasuruan Jawa- Timur.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 hingga Mei 2011, dari mulai
pengurusan perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan
secara incidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).
5. Teknik Penggumpulan Data
a. Observasi
Merupakan metode pertama yang digunakan dalam melakukan
penelitian ini. Teknik observasi atau pengamatan yang peneliti
gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang
diteliti, yakni bagaiamana pola komunikasi guru agama dalam
pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan. Dan mengenai
kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran agama Islam.
b. Wawancara
Peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan orang-orang
yang terlibat sebagai guru agama di SMK Negeri 1 Pasuruan maupun
8
siswanya, dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan secara jelas
berupa pola komunikasi dalam proses pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini. Tanya jawab ini
tidak hanya dilibatkan kepada guru saja, tetapi kepada siswa guna
sebagai cross check. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan
adalah wawancara semistruktur yakni campuran antara wawancara
berstruktur dan tidak berstruktur. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan namun tetap terarah pada masalah yang diangkat. Adapun
yang sudah saya wawancarai berjumlah 3 orang, yaitu; Nurul Ulya, S.
Ag, (Guru Agama), dan 2 siswa SMK Negeri 1 Pasuruan.
c. Dokumentasi,
Proses pengumpulan dan pengambilan data yang berdasarkan tulisantulisan berbentuk catatan, buku, dokumentasi ataupun arsip-arsip milik
SMK Negeri 1 Pasuruan, ataupun tulisan-tulisan lain yang memiliki
keterkaitan dengan bahasa penelitian ini.
6. Pengelolahan Data
Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang sesuai dengan pokok
permasalahan yang dirumuskan, peneliti menggunakan metode Deskriptif
Kualitatif, ”yaitu peniliti manganalisis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan dari lapangan dan buku-buku dengan cara
menggambarkan dan menjelaskan ke dalam bentuk kalimat yang disertai
kutipan-kutipan data.”9
9
Lexy. J Moleong, Metodelogi Penelitian Kulitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004),
Cet. Ke-18, h.6
9
Alasan penulis memilih teknik analisis data secara kualitatif adalah
demi memudahkan proses penelitian. Data-data yang bisa diperoleh dari
pelaksanaan penelitian adalah data tulisan dan lisan (data verbal) bukan
data nominal atau yang menunjukkan angka-angka.
7. Analisis Data
Pada fase ini merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini,
peneliti mengambil kesimpulan-kesimpulan yang benar melalui proses
pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisisan data hasil
peneliti yang berwujud kata-kata. Setelah itu peneliti berusaha untuk
menganalisis data dengan menyususn kata-kata ke dalam tulisan yang
lebih luas.
8. Pedoman
Penulisan Skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA
(Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan dan penelitian dibagi ke dalam V BAB. Dalam setiap babnya
akan dibagi ke dalam sub bab, Adapun Sistematika Penulisannya adalah
sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Penulis mulai dengan pendahuluan yang merupakan Bab I, yaitu terdiri
10
atas; Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan, Tujuan dan
Manfaat Penellitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian,
Sistematika Penulisan.
BAB II
TINJAUN TEORITIS
Selanjutnya penulis menempatkan tinjauan teori pada bab berikut ini,
yakni meliputi; Pengertian dan Konsep Pola Komunikasi, Bentuk Pola
komunikasi
dan
Macam-macamnya,
Pengertian
Guru
Agama,
Pengertian Pembinaan Akhlak, Pola Komunikasi Pembinaan Akhlak di
Sekolah.
BAB III GAMBARAN UMUM SMK NEGERI 1 PASURUAN
Pada bab ke-tiga, penulis menggambarkan tentang Letak Geografis
SMK Negeri 1 Pasuruan, Profil SMK Negeri 1 Pasuruan, Sejarah SMK
Negeri 1 Pasuruan, Visi dan Misi SMK Negeri 1 Pasuruan, Fasilitas
SMK Negeri 1 Pasuruan.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
Pada bab ke-empat, ini mencakup Analisis Pola Komunikasi Yang
Digunakan Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMK
Negeri 1 Pasuruan, Faktor pendukukung, hambatan, dan solusinya.
BAB V
PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi merupakan serangkaian dua kata yang memiliki
keterkaitan makna, di mana antara makna satu dengan makna yang lainnya
saling mendukung satu sama lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia1 dijelaskan bahwa pola
memiliki arti bentuk atau sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap
dimana pola itu sendiri bisa dikatakan sebagai contoh atau cetakan.
Sedangkan kata pola yang terdapat dalam Kamus Ilmiah Populer memiliki
arti model, contoh atau pedoman (rancangan).2
Kata komunikasi itu sendiri, menurut Onong Uchjana Effendi
berasal dari bahasa Inggris yaitu “communication yang bersumber
dari bahasa latin, communication atau communis yang berarti sama,
atau kesamaan arti sama halnya dengan pengertian tersebut.”3
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia komunikasi secara
etimologi memiliki arti sebagai pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita.4 Komunikasi berasal dari bahasa latin communicate yang
berarti berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, gagasan
dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain
dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik
(feedback)5 menurut Onong komunikasi mempunyai arti
pemberitahuan atau pertukaran pikiran.6
1
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996), h. 885.
2
Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer¸(Surabaya: Arkola,
1994), h. 605.
3
Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar maju, 1992), cet.ke-1,
h.4.
4
Dept. Pendidikan, op cit, h.454
5
A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2001) h. 35
6
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 2001) Cet. Ke-1, h. 4
11
12
Namun, secara terminologi pengertian komunikasi terdapat banyak
pendapat dari para ahli komunikasi, diantaranya:
a. James: “Perbuatan peyampain suatu gagasan atau informasi dari
seseorang kepada orang lain.”7
b. Wilbur Schramm: “Definisi komunikasi yang berasal dari bahasa latin
communis yang berarti bila kita mencoba untuk berbagi informasi, ide
tau sikap sehingga menjadikan si pengirim guna menyampaikan isi
pesan.”8
c. Onong Uchjana: mengatakan bahwa “komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.”9
d. William Albig berpendapat bahwa “komunikasi adalah kegiatan
pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-individu.”10
e. Menurut Onong: “Komunikasi adalah proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan
atau merubah sikap, pendapat dan perilaku, baik langsung secara lisan
maupun tak langsung memalui media.”11
f. Menurut Arni Muhammad: “Komunikasi adalah suatu proses dimana
individu dalam hubunganya dengan individu lainnya, dalam kelompok,
7
James G. Robbins,Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995) Cet ke-
8
T . A. Lathief rosyidi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: 1985)
4, h.1
h. 48
9
Onong Ujhana Effendy. Op. cit., h.9
Anwar Arif, Ilmu Komunikasi (Sebagai Pengantar Ringkas), (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1995), Cet. Ke-3, h.25
11
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992)
Cet., ke-2., h.6
10
13
dalam organisasi, dan dalam masyarakat guna memberikan suatu
informasi.”12
Sedangkan
menurut
Wilbur
Schramm
dalam
uraiannya
mengatakan ”bahwa definisi komunikasi berasal dari bahasa latin
communis, comunon. Bilamana kita mengadakan komunikasi itu sama
artinya kita mencoba untuk berbagai informasi, ide, atau suatu sikap.
Jadi esensi dari komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim dapat
berhubungan bersama dengan si penerima guna menyampaikan isi
pesan tersebut.”13
Dalam pengertian pragmatis, komunikasi mengandung tujuan
tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui
media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film.
Melalui non media massa, misalnya seperti surat, telepon, papan
pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya. Sehingga dikatakan bahwa
komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui
media.14
Dari masing-masing definisi di atas, penulis dapat menarik
kesimpulan sementara bahwa komunikasi pada intinya adalah proses
pengiriman pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
Akan tetapi dari beberapa definisi tersebut maksudnya memiliki tujuan
12
13
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), cet ke-4, h,. 3
T.A. Latief Rosyidi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan informasi, (Medan: 1985),
h.48.
14
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2000), cet ke-4, h,.4
14
yang sama. Yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana
mempunyai kesamaan pesan yang sistematis oleh seseorang dengan
melibatkan orang lain.
Dengan
demikian,
dapat
dikatakan
bahwa
seseorang
yang
berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut berpartisipasi
atau bertindak sesuai dengan tujuan dan harapan dari isi pesan yang
disampaikan. Jadi diantara yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus
memiliki kesamaan arti dan harus sama-sama mengetahui hal yang
dikomunikasikan, jika tidak demikian maka kegiatan komunikasi tersebut
tidak berlangsung dengan baik dan tidak efektif.
Berkaitan dengan pesan yang disampaikan dalam suatu komunikasi.
Schramm merumuskan adanya kondisi yang harus diketahui jika kita
menginginkan pesan yang disampaikan mendapat respon sesuai dengan
yang dikehendaki. Kondisi ini disebut The Condition of Success in
Communication, yang terdiri dari :
a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
dapat menarik perhatian komunikasi.
b. Pesan harus menggunakan lambing-lambang yang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga
sama-sama mengerti.
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
15
d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan
tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada
saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass, sebagaimana dikutip
oleh Jalaludin Rakhmat, dalam bukunya „psikologi komunikasi‟ ia
menguraikan “ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak dapat
menimbulkan 5 hal :
1. Pengertian : komunikator dapat memahami mengenai pesan-pesan
yang disampaikan kepada komunikan.
2. Kesenangan : menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta
menyenangkan.
3. Mempengaruhi sikap : dapat mengubah sikap orang lain sehingga
bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa
terpaksa.
4. Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.
5. Tindakan : membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang
sesuai dengan pesan yang diiginkan.”15
Dari lima ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif di atas, dapat
dipahami bahwa komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan hidup
manusia. Melalui komunikasi akan ditemui jatidiri, dapat mengembangkan
konsep diri, dan menetapkan hubungan dengan dunia sekitarnya. Untuk
memahami pengertian komunikasi sehingga dapat ditransformasikan secara
efektif, maka komunikasi
mempunyai
lima
unsur: sumber
atau
komunikator (source), pesan (massage), saluran atau media (chanel),
penerima atau komunikan (receiver), serta efek (effect).
15
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000),
cet. Ke-15, h.13-16
16
B. Unsur-Unsur Komunikasi
Adapun yang merupakan bagian dari unsur-unsur komunikasi antara lain
sebagai berikut:
1. Komunikator (Source)
Komunikator
yaitu
orang
yang
menyampaikan
pesan.
Komunikator memiliki fungsi sebagai encoding, yakni orang yang
memformulasikan pesan atau informasi
yang kemudian
akan
disampaikan kepada orang lain komunikator sebagai bagian yang
paling menentukan dalam berkomunikasi dan untuk menjadi seorang
komunikator itu harus mempunyai persyaratan dalam memberikan
komunikasi untuk mencapai tujuannya. Sehingga dari persyaratan
tersebut mempunyai daya tarik tersendiri komunikan terhadap
komunikator.
Komunikator sebagai unsur yang sangat menentukan proses
komunikasi harus mempunyai persyaratan dan menguasai bentuk,
model, dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktorfaktor tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik
komunikan kepada komunikator. Komunikator berfungsi sebagai
encoder, yakni orang yang memformulasikan pesan yang kemudian
menyampaikan kepada orang lain. Orang yang menerima pesan ini
adalah
komunikan
yang
berfungsi
sebagai
decoder,
yakni
17
menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam konteks pengertian
sediri16.
Syarat yang diperlukan komunikator, diantaranya :
1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya
2) Kemampuan berkomunikasi
3) Mempuyai pengetahuan yang luas
4) Sikap
5) Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri
komunikan17.
Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas,
tentunya seorang komunikator harus dapat memposisikan dirinya sesuai
dengan karakter yang dimilikinya. Dalam menghadapi komunikan,
seorang komunikator harus bersikap empatik, artinya ketika ia sedang
berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, bingung, marah,
sedih, dan lain sebagainya, maka ia harus menunjukkan sikap
empatiknya tersebut.
2. Pesan (Massage)
Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan sebagai pengarah di
dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.
16
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin
Press, 1996), cet. ke-1, h.59
17
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin
Press, 1996), cet. ke-1, h.59
18
Pesan yaitu pernyataan yang disampaikan oleh komunikator
yang didukung oleh lambang. Pada dasarnya pesan yang disampaikan
oleh komunikator itu mengarah pada usaha mencoba mempengaruhi
atau mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Penyampaian
pesan dapat dilakukan secara lisan atau melalui media.
3. Penerima Pesan/Komunikan (Receiver)
Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari
komunikator kemudian komunikan menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya18. Dalam hal ii perlu diperhatikan
karena penerima pesan ini berbeda dalam banyak hal misalnya,
pengalamannya, kebudayaannya, pengetahuannya dam usianya. Akan
hal itu komunikator tidak bisa menggunakan cara yang sama dalam
berkomunikasi kepada anak-anak dan berkomunikasi dengan orang
dewasa. Jadi, dalam berkomunikasi siapa pendengarnya perlu
dipertimbangkan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tataran
antar pribadi, peran komunikator dan komunikan bersifat dinamis,
saling berganti dan menimbulkan komunikasi dua arah.
4. Saluran Komunikasi (Media Komunikasi)
Media yaitu sarana atau saluran yang digunakan oleh
komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada
komunikan. Atau sarana yang digunakan untuk memberikan feedback
18
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet. ke-7 h.18
19
dari komunikan kepada komunikator. Media sendiri merupakan bentuk
jamak dari medium, yang artinya perantara, penyampai dan penyalur.
Media yang dimaksud di sini adalah alat komunikasi, seperti
berbicara, gerak badan, kontak mata, sentuhan, radio, televisi, surat
kabar, buku dan gambar. media komunikasi ini sengaja dipilih
komunikator
untuk
menghantarkan
pesannya
agar
sampai
ke
komunikan. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah tidak semua
media cocok untuk maksud tertentu. Kadang-kadang suatu media lebih
efesien digunakan untuk maksud tertentu tetapi untuk maksud yang lain
tidak. Jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan
penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja.
Artinya, hal ini mengacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi
media komunikasi.
5. Efek Komunikasi
Efek yaitu dampak atau hasil sebagai pengaruh dari pesan.
Komunikasi bisa dilakukan berhasil apabila sikap dan tingkahlaku
komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pertanyaan mengenai
efek komunikasi ini dapat menanyakan 2 hal yaitu apa yang ingin
dicapai dengan hasil komunikasi tersebut dan kedua, apa yang
dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi. Akan tetapi perlu
diingat, bahwa kadang-kadang tingkah laku seseorang tidak hanya
disebabkan oleh faktor hasil komunikasi tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor lain.
20
Hal yang terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya
agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek
atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat
diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu :
1) Dampak kognitif, adalah yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya
2) Dampak efektif, lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif.
Tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu,
tetapi bergerak hatinya, menimbulkan pesan tertentu, misalnya
perasaan iba, terharuh, sedih, gembira, marah dan sebagainya
3) Dampak behavioral, yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak
yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku tindakan atau
kegiatan.19
C. Macam – macam Pola Komunikasi
Pada dasarnya ada beberapa pola komunikasi, yakni komunikasi
intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal
(komunikasi antar pribadi), komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.
1. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri).
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri, yaitu
proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses
19
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2000),
cet. ke-4, h.7
21
pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem saraf.20 Bahwa
manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil
keputusan menerima ataupun menolaknya akan mengadakan terlebih
dahulu suatu komunikasi dengan dirinya (proses berpikir). Dalam
proses berpikir ini seseorang menimbang untung rugi usul yang
diajukan oleh komunikator.21
Komunikasi akan berhasil apabila pikiran yang disampaikan dengan
menggunakan perasaan yang di sadari, sebaliknya komunikasi akan
gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, pikiran tidak terkontrol.
2. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi)
Komunikasi antar pribadi adalah “proses paduan penyampaian
pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar
mengetahui, mengerti, dan melakukan kegiatan tertentu.”22
Secara umum komunikasi interpersonal dapat diartikan
sebagai proses pertukaran informasi diantara komunikator dengan
komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya
20
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998),
h.39
21
Phil, Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung : Mandar Maju,
1992). Cet. ke-1, h.4
22
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1990), cet.ke-5, h.126.
22
dialogis berupa percakapan. Komunikasi interpersonal dampaknya
dapat dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak yang terlibat23.
Hubungan
interpersonal
adalah
hubungan
yang
berlangsung,
keuntungan dari padanya ialah bahwa reaksi atau arus balik dapat
diperoleh segera. Dalam hubungan interpersonal, proses komunikasi
semakin jelas dan dalam komunikasi interpersonal, komunikan dapat
memberi arus balik secara langsung kepada komunikator.
3. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang
(komunikator) dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul
bersama-sama dalam bentuk kelompok.24 Komunikasi kelompok ini
mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, proses komunikasi
terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara
kepada khalayak yang lebih besar dan tatap muka. Komunikasi
berlangsung kontinue dan bisa dibedakan mana sumber dan mana
penerima. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana dan bukan
spontanitas untuk segmen khalayak tertentu25. Komunikasi kelompok
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : komunikasi kelompok kecil.
Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh Widjaja, kelompok
kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain
23
Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktis,
(Jakarta : Grasindo, 2002), cet. ke-1, h.88
24
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung : Alumni, 1986), cet.
ke-2, h.5
25
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet
2 h.33
23
dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta
mendapat kesan atau penglihatan antar satu dengan yang lainnya yang
cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun
sesudah memberikan tanggapan kepada masing-masing individu
komunikan.26
Dalam komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan
pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, contohnya, diskusi,
seminar, rapat dan lain-lain. Komunikan dapat menanggapi uraian
komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti.
D. Tugas Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Guru Agama
Guru agama atau pendidik ialah “orang yang memikul tanggung
jawab untuk membimbing. Guru tidak sama dengan pengajar, sebab
pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada
murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang
pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan
menguasai materi pelajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang
pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi
pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian
seorang anak didik bernilai tinggi.”27
Dalam kemajuan zaman seperti sekarang ini, setiap sekolah
memerlukan bebera guru, sehingga masing-masing anak didik mendapat
pembinaan dari beberapa orang guru yang memiliki kepribadian yang
26
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1990), cet.ke-5, h.129.
27
R.A. Mayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1998), h.36.
24
baik. Sebab setiap guru pasti memiliki pengaruh kepada anak didiknya.
Pengaruh tersebut ada yang melalui pendidikan dan pengajaran yang
dilakukan dengan sengaja dan ada pula yang terjadi tidak disengaja,
bahkan tidak disadari oleh para guru, melalui sikap, gaya dan macammacam penampilan kepribadian guru.28
Oleh karena itu setiap guru hendaklah mempunyai kepribadian yang
dapat dicontoh dan diteladani oleh para muridnya baik yang disengaja
maupun tidak disengaja. Maka sudah barang tentu profesi atau tugas
sebagai guru agama tidak sama dengan pekerjaan apa pun.
2. Tugas Guru Agama
Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam,
yang diterbitkan oleh Departement Agama RI, disebutkan bahwa tugas
guru agama ada 6, antara lain sebagai berikut:
1. Guru Agama Bertugas Mengajar dan Mendidik
Guru agama di sekolah bertugas mengajar dan mendidik
siswa-siswanya agar menjadi manusia yang beretika, di samping itu
tugas guru agama harus menjadikan anak didiknya menjadi manusia
yang memiliki kepribadian muslim.
28
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Departemen
Agama RI, 1986), H. 44.
25
2. Guru Agama Sebagai Seorang Da’i
Guru agama sebagai da‟I artinya guru agama harus dapat
berfungsi memberikan pengertian-pengertian positif kepada guruguru lainnya, sehingga pelaksanaan pendidikan agama tidak
menghadapi hambatan.
3. Guru Agama Sebagai Pembimbing dan Penyuluh
Guru agama harus dapat berfungsi sebagai pembimbing dan
penyuluh anak didiknya. Maka guru agama harus peka terhadap
sikap dan tingkah laku anak didiknya. Guru agama berkewajiban
membina jiwa agama anak didik baik di sekolah maupun di luar
sekolah. Karena guru agama juga sebagai pembina mental dan
spiritual. Maka guru agama harus aktif dalam bimbingan dan
penyuluhan agama di sekolahnya.
4. Guru Agama Sebagai Pemimpin Informal
Guru agama adalah suatu jabatan yang tidak hanya berlaku
ketika bertugas di depan kelas saja, akan tetapi suatu jabatan dan
gelar yang dibawa dalam masyarakat, baik dalam lingkungan
rumah tangganya dan masyarakat umum. Dan di dalam masyarakat
umum tersebut guru agama selalu disebut dan tidak dapat
dielakkan bahwa guru agama adalah ahli dalam bidang agama,
sehingga ia akan dijadikan pemimpin agama dalam lingkungannya.
26
5. Guru Agama Harus Mendorong Tumbuhnya Iman
Pendidikan
agama
yang
diselenggarakan
di
sekolah
diharapkan dapat menanamkan dan mengembangkan sikap cinta
serta mengabdi kepada Allah SWT, dengan landasan taqwa. Oleh
karena itu usaha utama dan terpenting adalah hubungan guru agama
dengan siswa-siswanya.
6. Guru Agama Harus Dapat Mendorong Siswanya Untuk Selalu
Bersyukur Kepada Allah SWT
Guru
agama
harus
berusaha
menanamkan,
memupuk,
mengembangkan pada dirinya sikap cinta dan taqwa kepada Allah SWT.
Maka guru agama harus dapat mendorong syukur kepada Allah SWT
dengan cara mengolah dan memanfaatkan alam sekitarnya dengan baik
sebagai anugerah dari Allah SWT. Rasa syukur yang ditanamkan oleh
guru agama kepada siswanya akan berhasil apabila guru agama itu sendiri
sudah memberikan contoh yang kongkrit.29
3. Pengertian Pembinaan Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pembinaan
adalah sebagai proses, perbuatan, atau cara membina.30 Arti dapat
ditelusuri dari kata dasar bina yang mendapat prefiks pen-an sufiks-an
sehingga menjadi proses, perbuatan, atau cara. Sementara menurut
29
Ibid. h. 50-54
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 152.
30
27
Poerwadarminta, (1984: 141). pembinaan diartikan “pembangnan dan
pembawaan”. Kedua pendapat ini pada hakikatnya tidak berbeda, hanya
arti pembinaan itu sendiri yang bersifat luas, bergantung orientasi dan
persepsi yang menafsirkannya. Dengan kata lain, pembinaan berarti
proses, perbuatan, cara membina juga berarti atau berpadanan dengan
pembangunan atau pembawaan.
Pembinaan dapat juga berarti poses melakukan kegiatan membina
atau membangun sesuatu, seperti membina bangsa. Dalam pembinaan ini
tampak atau identik dalam perubahan, bergantung obyek yang bina, tentu
saja perubahan yang mengacu kepada peningkatan.31
Sedangkan akhlak itu sendiri adalah “suatu daya yang telah
bersemi dalam jiwa orang hingga dapat menimbulkan perbuatanperbuatan dengan mudah tanpa berfikir dan direnungkan lagi. Bila
timbul dari padanya itu perbuatan-perbuatan mulia dan baik dalam
pandangan akal syara‟ dinamakan akhlakul mahmudah (baik)
terpuji, sebaliknya hal yang timbul itu perbuatan-perbuatan buruk
menurut pandangan akal dan syara‟ maka perbuatan itu dinamakan
akhlakul madzmumah (buruk) tercela.”32
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi) perkataan akhlak (bahasa Arab)
adalah bentuk dari kata Khulk. Khulk di dalam Kamus Al-Munjib berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.33. Sedangkan Ahmad Amin
31
Abdur Rahim, ’’Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak
Siswa MTS Sunan Ampel Pasuruan,” (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi
Agama Islam Shalahuddin Pasuruan, 2007), h. 67.
32
Ibid, hal 70
33
Luis Ma‟luf, Kamus Al-Munjid,al-Maktabah al-Katulikiyah, Beirut, t.t., hal.
194.
28
mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak.34 Ini berarti bahwa
kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaan itu disebut akhlak.
Contohnya, bila kehendak itu biasanya memberi, maka kebiasaan itu ialah
akhlak dermawan.
Pembinaan akhlak adalah proses perbuatan, tindakan, penanaman nilainilai perilaku budi pekerti, perangai, tingkah laku baik terhadap Allah swt,
sesama manusia, diri sendiri dan alam sekitar yang dilakukan secara berdaya
guna dan berhasil guna untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.35
Berdasarkan apa yang telah disebutkan di atas dapat penulis simpulkan
bahwa pembinaan akhlak ialah sebuah proses, kegiatan, perbuatan, atau juga
bisa dikatakan cara yang dilakukan oleh seseorang dengan harapan menjadi
lebih baik terhadap akhlak. Dalam konteks pembinaan siswa bermakna usaha
yang ditempuh oleh seorang guru untuk menjadikan siswanya lebih baik
akhlaknya. Baik dalam bersikap terhadap diri sendiri, olang lain, lingkungan
sekolah ataupun masyarakat di sekitarnya.
E. Pola Komunikasi Pembinaan Akhlak di Sekolah
Di dalam proses belajar, atau lebih luasnya proses pendidikan,
terkandung unsur-unsur yang mendukungnya. Unsur-unsur tersebut antara lain
adalah “orang-orang yang belajar, pihak yang membantu menyebabkan
34
35
Drs. Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, CV. Rajawali. Jakarta. 1992. hal. 1.
Zainal Ma‟arif “Pembinaan Akhlak Remaja,” diakses pada tanggal 1 Mei
2011 dari http//www.binailmu.multiply.com/2011/0501/p02s06-mu.html.
29
belajar, dan faktor-faktor lain mempengaruhi kedua pihak tersebut dalam
melaksanakan fungsi masing-masing, termasuk pula di dalamnya unsur
komunikasi.”36
Disamping faktor-faktor dari unsur yang pertama, faktor komunikasi
ini bahkan sanggup menyentuh semua aspek yang terjadi dalam proses tadi.
Orang yang ingin belajar, tanpa berkomunikasi, tidak mungkin dapat
melaksanakan keinginannya. Dan orang yang mempunyai prakarsa
membelajarkan, juga tanpa berkomunikasi, tidak akan bisa mewujudkan
prakarsanya. Semuanya membutuhkan komunikasi, bahkan proses belajar itu
sendiri.37
Bebicara tentang komunikasi dalam konteks personal artinya berbicara
tentang bagaimana orang belajar, selanjutnya lagi, dengan atau tanpa media,
proses belajar bisa terjadi, terutama apabila terjadi balikan atau umpan balik
dari pihak sasaran (komunikan) kepada penyampai atau sumber pesan secara
berlanjut38.
Di dalam pelaksanaan pendidikan formal yaitu; pendidikan melalui
sekolah, tampak dengan jelas adanya peran komunikasi yang sangat menonjol.
Karena dalam proses belajar-mengajar sebagian besar terjadi karena adanya
proses komunikasi, baik komunikasi berlangsung secara intrapersona maupun
antarpersonal.
36
Syahidah, Laili. “Pola Komunikasi Antara Guru Agama dan Murid di SMP
An-Nurmaniyah Ciledug Tangerang.” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009). h. 25.
37
Ibid. h. 25
38
Drs. Pawit M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) h. 11
30
Yang pertama (intrapersonal) tampak pada kejadian berpikir,
memersepsi, mengingat, dan mengindera. Hal demikian dijalani oleh setiap
anggota sekolah, bahkan oleh semua orang. Sedangkan yang kedua
(antarpesonal) ialah bentuk komunikasi yang berproses dari adanya ide atau
gagasan informasi seseorang kepada orang lain. Guru memberikan mata
pelajaran, berdialog, bersambung rasa, berdebat, dsb. Adalah sebagian dari
contoh-contohnya.
Tanpa, keterlibatan komunikasi tentu segalanya tidak bisa berjalan,
bahkan berhenti sama sekali. Komunikasi di sini adalah terutama yang terjadi
pada kegiatan instruksional seperti halnya mengajar dan belajar pada kegiatan
tatap muka maupun pada kegiatan instruksional lainnya. Bahkan yang
namanya instruksional dalam proses pendidikan secara luas, merupakan
bagaian inti dari seluruh kegiatan.
Kedua, komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, yaitu
komunikator bisa berperan sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Demikian
pula halnya komunikan, bisa berperan sebagai penerima aksi dan bisa pula
sebagai pemberi aksi. Dalam proses pengajaran baik guru maupun siswa bisa
berperan ganda sebagai pemberi dan penerima aksi atau komunikasi ini bisa
dikatakan sebagai komunikasi interpersonal, yaitu proses pertukaran informasi
antara komunikator dengan komunikan yang feedbecknya secara langsung
dapat diketahui, serta komunikator dan komunikan memiliki dua fungsi
sekaligus.
31
Ketiga, komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah,
yaitu komunikasi tidak hanya terhajadi antara perorangan melainkan kepada
banyak orang. Di sini komunikan dituntut lebih aktif dari pada komunikator.
Situasi pengajaran atau proses belajar mengajar bisa terjadi dalam tiga pola
atau bentuk komunikasi di atas. Akan tetapi, dalam komunikasi yang ketiga
(komuniakasi sebagai transaksi atau banyak arah), pengajaran berlangsung
dalam kondisi yang sesuai dengan hakekat belajar dan mengajar yang
sebenarnya.39
Akhlak adalah suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa orang hingga
dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa berfikir dan
direnungkan lagi. Bila timbul dari padanya itu perbuatan-perbuatan mulia dan
baik dalam pandangan akal syara‟ dinamakan akhlakul mahmudah (baik)
terpuji, sebaliknya hal yang timbul itu perbuatan-perbuatan buruk menurut
pandangan akal dan syara‟ maka perbuatan itu dinamakan akhlakul
madzmumah (buruk) tercela.
Pentingnya pembinaan akhlak atau budi pekerti dan penanamannya
dalam jiwa sisa akan semakin tampak jelas, bila kita telaah Hadits-Hadits
Rasulullah SAW yang menunjukan perhatian beliau yang amat besar terhadap
penanaman budi pekerti dalam rangka pembinaan akhlak seorang anak.
Tarmidzi meriwayatkan dari Jabir, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda;
39
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 9-10
32
“Seorang bapak yang mendidik anaknya, adalah lebih baik daripada
bersedekah sebanyak satu shada.”
Pembinaan akhlak yang mulia merupakan inti ajaran Islam. Fazlur
Rahman mengatakan, bahwa inti ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam alQur‟an adalah akhlak yang betumpu keimanan kepada Allah (hablum
minallah) dan keadilan sosial (hablum minannas). Hal ini sejalan pula dengan
jawaban istri Rasulullah saw, Siti Aisyah, ketika ia ditanya oleh sahabat
tentang akhlak Rasulullah. Siti Aisyah mengatakan bahwa akhlak Rasulullah
adalah al-Qur‟an (Kaana khuluquhu Al-Qur‟an). Oleh karena itu jika di dalam
al-Qur‟an terdapat ajaran keimanan, ibadah, sejarah dan sebagainya, maka
yang dituju adalah agar dengan ajaran tersebut akan terbentuk akhlak yang
mulia.40
Berhasil tidaknya pola komunikasi pembinaan akhlak yang dilakukan
oleh guru agama dan pihak sekolah, ditentukan oleh beberapa faktor yang
saling mempengaruhi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut
antara lain, sebagai berikut :
1. Faktor Guru
Tugas dari guru adalah sebagai media agar anak didik mencapai
tujuan yang dirumuskan. Tanpa pendidik, tujuan pendidikan manapun
yang dirumuskan tidak akan tercapai, oleh sebab itu sangat diperlukan
guru yang profesional karena guru yang professional tentu akan lebih
40
Abdul Karim, “Meneladani Akhlak Rasulullah.” Artikel di akses pada tanggal
4 Mei 2011 dari http://paudgrobogan.wordpress.com//2011/0504/pO9s05-worne.html
33
mampu dan lebih menguasai teori pelajaran yang akan diberikan dan tentu
lebih berhasil pula sebagai guru untuk membina dan mengembangkan
kemampuan siswa. Oleh karena itu, guru bukan orang biasa, tetapi harus
memiliki kemampuan serta keahlian khusus yang tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang. Abu Ahmad mengemukakan, bahwa syarat yang harus
dipenuhi oleh seorang guru adalah :
- Ijazah
- Umur
- Kesehatan
- Budi pekerti
- Surat pengangkatan
Disamping itu, pengalaman mengajar yang baik turut membantu
terhadap
kemampuan
mengajar.
Bagi
seorang
guru
pengalaman
merupakan suatu hal yang sangat berharga, sebab pengalaman yang
ditemukan pada waktu mengajar lebih terkesan daripada hanya
mempelajari teori. Dengan pengalaman tersebut, seorang guru dapat
melihat hal yang terbaik sehingga pengalaman itu semakin meningkatkan
kualitas peran dalam usaha membina anak didik.
Hal lain yang perlu diperhatikan guru dalam meningkatkan kualitas
pendidikan adalah kedisiplinan, karena tidak ada suatu usaha yang
dilakukan secara sempurna dan memperoleh hasil yang memuaskan
dengan apa yang diharapkan tanpa ada kedisiplinan.
34
2. Faktor Siswa
Siswa adalah orang yang belajar dan menerima bimbingan dari guru
dalam kegiatan pendidikan. Antara guru dan siswa merupakan dua faktor
yang tidak bisa dipisahkan dan tidak bisa berdiri sendiri, dimana guru
sebagai pemberi pelajaran dan siswa menerima pelajaran. Kedua tentunya
aktif, bukan guru saja tetapi siswa dalam menerima pelajaran harus dengan
perhatian dan minat yang besar. Oleh sebab itu, anak didik harus
diperhatikan dalam kegiatan pendidikan karena anak didik merupakan
objek pendidikan yang menjadi inti dari pendidikan.41
41
Zainal Ma‟arif “Pembinaan Akhlak Remaja,” diakses pada tanggal 1 Mei 2011
dari http//www.binailmu.multiply.com/2011/0501/p02s06-mu.html.
BAB III
GAMBARAN UMUM SMK NEGERI 1 PASURUAN
A. LETAK GEOGRAFIS SMK NEGERI 1 PASURUAN
SMK Negeri 1 Pasuruan terletak di wilayah Kota Pasuruan, tepatnya
di Jl. Veteran No. 11, Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan. Dengan
batasan:
Sebelah Utara
: Rumah pemukiman penduduk
Sebelah Selatan : Jalan Raya Utama Jakarta-Bali.
Sebelah Timur : Kantor bis PO. Djipto dan SD Negeri Bugul
Sebelah Barat
: Ruko
Dengan kondisi sebagaimana tersebut di atas, secara langsung
maupun tidak langsung sangat mendukung lembaga pendidikan ini, yaitu
lembaga pendidikan di SMK Negeri 1 Pasuruan
B. PROFIL SMK NEGERI 1 PASURUAN
SMK Negeri 1 Pasuruan merupakan SMK besar berstndar Nasional
dan internasional yang memiliki bidang keahlian teknologi informasi dan
kominukasi, bidang kehlian kimia, serta bidang kehlian menajemen. SMK
35
36
Negeri 1 Pasuruan dibina oleh perguruan tinggi ternama, yaitu PENS ITS
Surabaya, Poltek Negeri Malang, VEDC Malang, serta TEDC Bandung.1
SMK Negeri 1 Pasuruan setiap tahun dikunjungi oleh 7-10
perusahaan yang merekrut tenaga kerja lulusannya, sehingga 80% lulusan
SMK Negeri 1 Pasuruan terserap di dunia kerja, 10% mandiri, dan 10%
melanjutkan ke perguruan tinggi, dengan bea siswa dari direktorat pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
SMK Negeri 1 Pasuruan terletak cukup strategis di jantung kota
Pasuruan, tercatat dalam lokasi Jl. Veteran No.11. Memudahkan untuk
mengetahui lokasi sekolah bagi siapa saja yang melintas Jalan Raya Utama
Pasuruan-Probolinggo, Surabaya-Banyuwangi, dan Jakarta-Bali. Karena
sekolah ini berdiri tepat di samping Jalan Raya tersebut.
Relationship alias hubungan kerjasama dengan wadah-wadah
berbasis teknologi juga tidak bisa dibuat main, mereka cukup terkenal di
kancah persaingan teknologi masa ini. ITS (Institute Teknologi Sepuluh
Nopember) dan Indo.net adalah beberapa cakupan diantaranya.
Kepercayaan Pemerintah Kota pun berhasil dirangkul SMK Negeri
1 Pasuruan dengan diserahkannya operasional WAN (Wide Area
Network) yang mencakup data sekolah di seluruh wilayah kota Pasuruan
(School Map) sekaligus memberikan design WebPage-nya. Selain itu,
1
Pasuruan”.
Arsip Bagian Umum Tata Usaha SMK Negeri 1 Pasuruan rofil SMK Negeri 1
37
telah dipercaya pula oleh pemerintah Dinas DIKMENJUR (Pendidikan
Menengah Kejuruan) pusat pula untuk menyiarkan secara resmi TV
Education (TV pendidikan).2
C. SEJARAH SMK NEGERI 1 PASURUAN
SMK Negeri 1 Pasuruan bermula dari Sekolah Menengah Ekonomi
Pertama (SMEP) yang berdomisili di Jalan Veteran 11 Pasuruan, Telp. 0343421380, dibangun diatas tanah seluas 8950 meter persegi berdasarkan
sertifikat No. 886/ 1985.Pada tahun 1977 dengan SK No 0278/U/1976 dari
SMEP diintegrasikan menjadi SMP yang disempurnakan. Pada Tahun
pelajaran baru 1978 ditingkatkan menjadi SLTA Kejuruan (SMEA Negeri)
Pasuruan dengan lampiran Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tanggal 30 Juli 1980 No. 0209/0/1980. Pada Tahun 2000 SMEA Negeri
Pasuruan diubah nama menjadi SMK Negeri 1Pasuruan Kelompok Bisnis
dan Manajemen dan Kelompok Teknologi.3
D. VISI & MISI SMK NEGERI 1 PASURUAN
1. VISI
Mewujudkan insan yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, mandiri,
dan peduli lingkungan.
2
Profil SMK Negeri 1 Pasuruan. Di akses pada tanggal 29 April 2011 dari http://smkn1pasuruan.sch.id
3
Profil SMK Negeri 1 Pasuruan. Di akses pada tanggal 29 April 2011 dari http://smkn1pasuruan.sch.id
38
2. MISI
 Meningkatkan kualitas input dan output pendidikan sesuai dengan
standar pendidikan nasioanal.
 Menumbuhkembangkan Jiwa Nasionalisme.
 Meningkatkan Prestasi dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni
Budaya dan Olahraga.
 Menumbuhkembangkan
Nilai
Kreatifitas,
Inovatif
dan
Produktifitas dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
 Menumbuhkembangkan Jiwa Wirausaha dan Kemandirian.4
E. FASILITAS SMK NEGERI 1 PASURUAN
• Lab Teknik Komputer Jaringan ( 2 Lab )
• Lab Multimedia ( 2 Lab )
• Lab Rekayasa Perangkat Lunak ( 1 Lab )
• Lab Akutansi
• Lab Administrasi Perkantoran
• Lab Mengetik Manual
• Lab Penjualan
4
Profil SMK Negeri 1 Pasuruan. Di akses pada tanggal 29 April 2011 dari http://smkn1pasuruan.sch.id
39
• Lab Analisis Kimia
• Lab Kimia Industri
• Lab Micro Biologi
• Lab Self Acces Room
• Lab Bahasa
• Lab Internet
• BMS (Bank Mini Sekolah)
• Studio TV Edukasi dan Skensa TV
• Studio Radio Skensa FM
• Perpustakaan
• UKS
• Bisnis Center (Skensa Mart).5
5
Profil SMK Negeri 1 Pasuruan. Di akses pada tanggal 29 April 2011 dari http://smkn1pasuruan.sch.id
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK
Negeri 1 Pasuruan
Pada penelitian ini, penulis menemukan beberapa macam pola
komunikasi yang terjadi di SMK Negeri 1 Pasuruan, yaitu sebagai berikut:
a. Pola Komunikasi satu arah, yaitu menempatkan komunikator
sebagai pemberi aksi dan komunikan hanya sebagai penerima
aksi saja. Komunikator aktif sedangkan komunikan pasif.
Demikian halnya dalam proses pengajaran seorang guru lebih
aktif dalam menyampaikan bahan pengajaran, sedangkan
peserta didik (siswa) hanya bisa menerima apa yang
disampaikan oleh guru tanpa berkomentar apa pun.
b. Pola komunikasi dua arah, yaitu komunikator bisa berperan
sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Demikian pula halnya
komunikan, bisa berperan sebagai penerima aksi dan bisa pula
sebagai pemberi aksi. Dalam proses pengajaran tersebut, baik
guru agama di SMK Negeri 1 Pasuruan maupun siswa SMK
Negeri 1 Pasuruan dapat berperan ganda sebagai pemberi dan
penerima aksi atau komunikasi ini bisa dikatakan sebagai
komunikasi interpersonal, yaitu proses pertukaran informasi
antara komunikator dengan komunikan yang feedbecknya
40
41
secara langsung dapat diketahui, serta komunikator dan
komunikan memiliki dua fungsi sekaligus.
c. Pola komunikasi banyak arah, yaitu komunikasi tidak hanya
terhajadi antara perorangan melainkan kepada banyak orang.
Di sini komunikan dituntut lebih aktif dari pada komunikator.
Proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar
merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil,
indikasi ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada
komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih.
Meskipun komunikasi antara guru dan siswa dalam kelas tersebut
termasuk komunikasi kelompok kecil, sang guru bisa mengubahnya
menjadi komunikasi interpersonal (antarpribadi) dengan menggunakan
metode komunikasi dua arah atau dialog, yakni guru menjadi
komunikator dan siswa menjadi komunikan. Terjadi komunikasi dua arah
ini ialah apabila para pelajar bersifat responsif, mengetengahkan pendapat
atau mengajukan pertanyaan diminta atau tidak diminta. Jika si siswa
pasif saja, atau hanya mendengarkan tanpa adanya gairah atau tanggapan
untuk mengekpresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, komunikasi itu
tetap bersifat tatap muka, dan komunikasi itu berlangsung satu arah serta
tidak efektif dalam proses belajar mengajar.1
1
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan.
42
Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam
kegiatan pembinaan akhak yang telah dilakukan oleh guru agama
terhadap siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan ini, menurut pengamatan
penulis sudah dilakukan pola komunikasi yang efektif dan sangat efesien
untuk melangsungkan kegiatan tersebut.
Proses pembinaan akhlak yang terjadi di SMK Negeri 1 Pasuruan
merupakan suatu komunikasi tatap muka (face to face), dan komunikasi
di SMK Negeri 1 Pasuruan mempunyai ciri-ciri komunikasi kelompok,
jika dilihat dari segi sasaran dan situasi.
Adapun Ciri-ciri tersebut adalah :

Proses komunikasi yang disampaikan oleh seorang pembicara pada
khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka. Hal
tersebut menunjukkan adanya seorang pembicara, dalam hal ini
adalah seorang guru yang menjelaskan pada khalayak atau siswasiswa dengan jumlah yang besar.

Komunikasi berlangsung secara continue. Hal ini sesuai dengan
program suatu kurikulum dalam sekolah yang mempunyai jadwal
yang pasti dan berlangsung secara terus-menerus.

Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan
spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Maksud dari ciri ini
adalah seorang komunikator atau pembicara (dalam hal ini seorang
guru) harus mempunyai program yang terencana atau sudah disiapkan
sebelumnya. Bukan suatu spontanitas, karena hal tersebut harus
43
dipertanggung jawabkan oleh komunikator terhadap kurikulum yang
dibebankan.
Proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan pembinaan akhlak
merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil indikasi
ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan
yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih kemudian komunikator
menunjukan pesannya berupa bentuk pikiran bukan perasaan komunikan.
Dalam hal ini setelah komunikator menyampaikan pesannya kepada
komunikan maka timbulah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh
komunikan ketika mereka tidak paham mengenai hal-hal
yang
disampaikan komunikator dan ketika itu komunikator bisa merubah bentuk
komunikasi tersebut dengan komunikasi interpersonal.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat penelitian skripsi
ini dilakukan, bahwasannya pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru
agama terhadap siswa SMK Negeri 1 Pasuruan merupakan salah satu
program unggulan yang ada di sekolah tersebut. Hal inilah yang menjadi
pembeda antara SMK Negeri 1 Pasuruan dengan SMK lainnya yang
berada di daerah kota Pasuruan.
Dengan adanya program pembinaan akhlak yang ada di SMK
Negeri 1 Pasuruan ini, sangat diharapkan oleh para dewan guru khususnya
guru dalam bidang agama yang ingin mencetak siswa-siswi yang
beakhlakul karimah. Sehingga citra buruk tentang SMK yang selama ini
44
banyak dibicarakan oleh masyarakat khususnya mengenai perilaku
siswanya yang dianggap kurang bermoral akan senantiasa berkurang. 2
Program pembinaan akhlak mulai diterapkan sejak siswa akan
daftar menjadi calon siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan, karena siswa yang
memiliki akhlak kurang baik kemungkinan besar tidak akan bisa diterima
di SMK Negeri 1 Pasuruan, meskipun nilai sekolah dia dulu bisa dikatakan
baik tapi kalau seandainya akhlaknya tercela ketika hendak daftar menjadi
calon siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan, maka dari pihak sekolah
mempunyai wewenang untuk mengugurkan dia sebagai calon siswa di
sekolah ini. Begitu pula dengan siswa yang sudah menjalani studi di
sekolah ini, bila memang akhlaknya tidak baik maka dari pihak sekolah
tidak akan segan-segan untuk memberinya sanksi bahkan bisa pula
dikeluarkan dari SMK Negeri 1 Pasuruan walau pun ia pandai.3
Dalam pembinaan akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan
tersebut, Ibu Nurul Ulya, S. Ag, selaku guru agama sering kali
menggunakan pendekatan komunikasi, salah satunya adalah sebagai
berikut:
 Pendekatan Komunikasi Antar Pribadi
Dalam tatanan komunikasi terdapat komunikasi antar pribadi yaitu
proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau
2
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan.
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan.
3
45
diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika.
Dalam komunikasi antara guru agama dan siswa dalam proses
belajar mengajar yaitu menggunakan komunikasi antarpribadi. Pentingnya
komunikasi antarpribadi karena prosesnya memungkinkan berlangsung
secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih
baik dari pada secara monologis. Monolog menunjukkan suatu bentuk
komunikasi di mana seorang berbicara, yang lain mendengarkan jadi tidak
dapat berinteraksi. Yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan
komunikan bersikap pasif. Situasi seperti ini terjadi misalnya ketika
seorang guru agama memberikan nasihat kepada siswa didiknya yang
tidak memenuhi tugasnya.
Dialog adalah bentuk komunikasi antar pribadi yang menunjukkan
terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini
berfungsi ganda. Masing-masing menjadi pembicara dan mendengar
secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis Nampak adanya
upaya dari para perilaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama.
Dalam bentuk komunikasi antar pribadi sangat ampuh dibanding
bentuk komunikasi lainnya. Alasannya komunikasi berlangsung secara
tatap muka oleh karena komunikator dengan komunikan itu saling bertatap
muka, maka terjadilah kontak pribadi. Misalnya pribadi guru agama
menyentuh pribadi siswanya. Ketika guru agama menyampaikan pesan,
umpan balik berlangsung seketika. Guru agama mengetahui pada saat itu
46
tanggapan siswa terhadap pesan yang telah disampaikan, ekspresi wajah,
dan gaya bicara.
Pendekatan komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal)
yang dilakukan oleh Ibu Nurul Ulya dengan para siswa secara tatap muka
melalui lisan, komunikasi ini berlangsung dalam proses pengajaran agama
di dalam kelas, siswa yang telah menguasai materi yang diajarkan,
kemudian mendemonstrasikannya dihadapan beliau. Apabila siswa yang
mempunyai
berkonsultasi
kekurangan
dalam
langsung
secara
penguasaan
pribadi
materi,
kepada
maka
siswa
beliau,
siswa
mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya kemudian beliau
memberikan solusinya.
Komunikasi antar pribadi ini terjadi di dalam maupun di luar
proses pengajaran pendidikan agama. Dengan bentuk komunikasi ini,
hubungan antara Ibu Nurul Ulya dengan siswa sangat baik, sehingga
materi yang diajarkan cepat dikuasainya. Bentuk komunikasi antar pribadi
yang dilakukan oleh guru agama tersebut, sangat membantu siswa yang
mempunyai kesulitan dalam pelajaran dapat dihadapi.
Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi (interpersonal), bagi
beliau adalah karena ia dapat mengetahui secara langsung diri siswa
selengkap-lengkapnya, artinya untuk mengubah sikap, pendapat dan
perilakunya. Dengan demikian guru agama dapat mengarahkannya kepada
47
siswa suatu tujuan sebagaimana yang ia inginkan, yaitu proses pengajaran
yang efektif.4
Dalam proses pembinaan akhlak yang ada di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 1 Pasuruan tersebut. Penulis menemukan beberapa unsurunsur komunikasi,
yakni guru agama yang merupakan sebagai
komunikator dalam menyampaikan pesan (materi pelajaran/ pembinaan
akhlak) kepada para siswanya. Adapun pesannya itu adalah berupa materi
pelajaran/pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru agama kepada
siswa didiknya. Dan siswanya sendiri sebagai komunikan atau penerima
pesan yang telah disampaikan oleh guru agama tersebut. Sedangkan yang
menjadi medianya adalah sekolah tempat terjadinya komunikasi antara
guru dengan siswa khususnya dalam pembinaan akhlak di SMK Negeri 1
Pasuruan. Maka dari situlah timbul efek komunikasi dimana seorang guru
menjadi teladan yang baik bagi para siswanya dalam bersikap dan berucap,
sehingga para siswa dapat mencontohnya dalam kehidupan sehari-hari
mereka baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun
lingkungan masyarakat.
Berkaitan dengan penggunaan metode pengajaran, yaitu suatu cara
penyampaian materi pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan oleh seorang guru
agama, karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil
tidaknya proses belajar mengajar dan merupakan bagian terpenting dalam
4
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan.
48
suatu sistem pengajaran, hal ini tentunya didukung oleh bentuk atau pola
komunikasi yang baik.5
Dalam mencetak para siswanya agar dapat menguasai materi
agama yang disampaikan sesuai dengan ilmu-ilmu agama. Ibu Nurul Ulya
menerapkan metode-metode pengajaran dalam menyampaikan materi atau
pesan kepada siswa untuk mempermudah memahami materi atau pesan
tersebut. Adapun metode-metode yang digunakannya, adalah sebagai
berikut:
1. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pembelajaran
dengan cara guru agama mengajukan pertanyaan dan siswa
menjawabnya atau sebaliknya.
Seorang guru agama manyampaikan materi pembelajaran
agama kepada siswa secara langsung melalui tatap muka
dengan lisan dan menggunakan komunikasi kelompok kecil,
setelah siswa mendengarkan materi tersebut dengan baik, maka
guru agama mempersilahkan kepada siswa yang hendak
bertanya
apabila materi
yang dijelaskan
belum
dapat
dimengerti dan dipahami. Maka guru agama akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa dengan baik.
5
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan.
49
2. Metode Peraga
Metode peraga merupakan bentuk penyampaian pesan atau
materi dengan cara mempraktekkan atau memperagakan barang,
kejadian, aturan dan urutan melakukan sesuatu kegiatan baik
secara langsung maupun melalui penggunaan media komunikasi
relevan dengan materi yang sedang disajikan.
Metode ini sangat merangsang siswa untuk lebih aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran agama, dapat membantu
siswa untuk mengingat lebih lama materi pelajaran yang telah
disampaikan, karena siswa tidak hanya mendengar tetapi juga
melihat bahkan memperagakannya secara langsung.
Metode ini akan berjalan lebih efektif dan efisien, apabila
materi yang diperagakan dan ditindaklanjuti oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari maupun latihan secara continue sehingga
siswa tidak lupa dengan materi tersebut. Dengan penggunaan
metode ini, guru mudah mengukur dan menilai kemampuan
siswa dalam proses pengajaran agama.6
Sehingga dengan adanya metode dan materi yang sudah
disebutkan di atas tersebut, dapat mempermudah guru agama dalam
menyampaikan pesan (materi pelajaran agama/pembinaan akhlak) kepada
siswa didiknya. Dan siswa pun dapat dengan mudah untuk memahaminya.
6
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag, guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan.
50
Dengan demikian menurut penulis proses belajar-mengajar yang
diterapkan oleh guru agama dalam menyampaikan sebuah materi atau
pesannya, sudah bisa dikatakan cukup baik. Hal ini disebabkan materi
yang akan disampaikan sudah terencana atau dirancang sedemikian rupa.
Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam
kegiatan belajar mengajar tersebut, antara guru dan siswa sudah
melakukan pola komunikasi yang sangat efektif dan efesien untuk
melangsungkan kegiatan tersebut, walaupun terdapat beberapa hambatanhambatan yang sering terjadi pada diri siswa, misalnya hambatan dari
lingkungan tempat tinggal siswa, dan psikologi yang dialami siswa.
Dikatakan pola komunikasi tersebut berjalan dengan efektif,
indikasi ini dilihat pada proses penyampaian (teori), dimana hal tersebut
terjadi ketika seorang guru menyampaikan sebuah materi. Dan sebelum
menyampaikan materi, guru agama terlebih dulu merencanakan pesan
(materi pelajaran) yang akan disampaikan kepada siswa didiknya, dengan
pesan-pesan yang terancana, sehingga menimbulkan suatu komunikasi
yang baik dan mudah dimengerti oleh seorang siswa. Pada hal lain,
dikatakan komunikasi yang baik jika seorang guru dan siswa mengadakan
kesamaan makna atau arti.
Dikatakan efesien, indikasi ini terjadi pada proses pembelajaran
atau praktek, ketika terdapat beberapa siswa yang belum mengerti,
disebabkan siswa tersebut kurang memahami dasar-dasar atau basic pada
suatu materi yang berlangsung. Oleh sebab itu, seorang guru
51
memerintahkan kepada siswa yang sudah mengerti untuk memberitahu
atau menerangkan kepada siswa yang tidak paham. Dengan begitu proses
kegiatan belajar-mengajar menjadi sangat efesien.
B. Faktor Pendukung, hambatan, dan Solusinya
Ada dua faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK
Negeri 1 Pasuruan, diantaranya sebagai berikut:
1) Faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK
Negeri 1 Pasurun ini, tidaklah lain sebagai komitmen sekaligus visi
utama SMK Negeri 1 Pasuruan untuk mencetak siswa-siswi yang
mempunyai
akhlakul
karimah. Diharapkan
dengan adanya
penerapan pembiaan akhlak ini bisa membuat siswa-siswi SMK
Negeri 1 Pasuruan terbiasa untuk menggunakan akhlaknya dalam
kehidupan sehari-hari, dan tentunya tak hanya di dalam sekolah
semata akhlak itu mereka gunakan melainkan di luar sekolah juga
bisa diterapkan.
2) Faktor pendukung lain diterapakannya pembinaan akhlak ini
dikarenakan tuntutan dari dunia kerja dimana sebagian besar
perusaan-perusahaan yang sudah bekerja sama dengan pihak
sekolah sangat mengharapkan siswa-siswi yang keluar dari SMK
Negeri 1 Pasuruan yang hendak akan melanjutkan untuk kerja di
perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan memiliki akhlakul
karimah.
52
Program pembinaan akhlak ini sangat penting diterapkan di SMK
Negeri 1 Pasuruan, karena dengan diterapkannya program pembinaan
akhlak ini diharapkan siswa-siswi SMK Negeri 1 Pasuran akan menjadi
terbiasa menerapkan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari baik itu di
dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah. Dan tidak
hanya itu, bagi pihak sekolah dengan di adakannya pembinaan akhlak ini
setidaknya
dapat
menepis
anggapan
sebagian
masyarakat
yang
mengganggap bahwa siswa-siswi SMK biasanya akhlaknya kurang baik,
sehingga dengan adanya pembinaan akhlak ini, dapat menghapus
anggapan masyarakat semacam tersebut.7
Hambatan pasti ada, tentunya hambatan yang ditemui di sini adalah
masalah waktu, sebab waktu untuk ketemu di sekolah hanyalah 7 jam dan
tidak seimbang dengan waktu yang siswa-siswi gunakan di luar jam
sekolah. Sehingga masing-masing guru agama tidak bisa memantau secara
penuh akhlak/perilaku yang siswa-siswi lakukan di luar jam sekolah. Bagi
pihak guru agama hambatan yang membuat mereka sedikit susah dalam
pembinaan akhlak ini adalah tentunya hambatan dari lingkungan siswasiswi tinggal, dimana lingkungan kadang-kadang secara tidak langsung
bisa mempengaruhi seorang siswa untuk berakhlak yang kurang terpuji.
7
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag,
Pasuruan.
guru agama SMK Negeri 1
53
Dan hambatan yang terakhir ialah dari media, baik dari media televisi
maupun internet, dimana secara tidak langsung media televisi ataupun
internet bisa mempengaruhi perilaku seorang siswa-siswi untuk berakhlak
yang baik ataupun akhlak yang tidak baik.
Ada pun solusinya apabila dalam pembinaan akhlak ini masih saja
terdapat siswa-siswi yang akhlaknya masih belum bisa menjadi baik atau
bahkan bertambah menjadi buruk, sehingga masing-masing guru agama
yang bersangkutan tidak lagi mampu menanganinya, maka siswa-siswi
tersebut akan dikirim ke salah satu pesantren yang sudah bekerja sama
dengan pihak sekolah, sehingga di Pesantren tersebut siswa-siswi yang
akhlaknya kurang baik akan dibina oleh para ustad yang ada di pesantern
tersebut, dan tentunya di psantren itu pula siswa-siswi yang akhlaknya
kurang baik akan diberi banyak pembekalan tentang agama dan akhlak.8
8
Pasuruan.
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurul Ulya, S. Ag,
guru agama SMK Negeri 1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang pembinaan akhlak yang dilaksanakan di
SMK Negeri 1 Pasuruan, Jawa Timur. Maka dari uraian tersebut dapat penulis
simpulkan bahwa pola komunikasi yang dilakukan dalam pembinaan akhlak
di SMK Negeri 1 Pasuruan menggunakan tiga macam pola yaitu sebagai
berikut:
1. Pola komunikasi satu arah, yaitu menempatkan komunikator
sebagai pemberi aksi dan komunikan hanya sebagai penerima
aksi saja. Komunikator aktif sedangkan komunikan pasif.
Demikian halnya dalam proses pengajaran seorang guru lebih
aktif dalam menyampaikan bahan pengajaran, sedangkan
peserta didik (siswa) hanya bisa menerima apa yang
disampaikan oleh guru tanpa berkomentar apa pun.
2. Pola komunikasi dua arah, yaitu komunikator bisa berperan
sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Demikian pula halnya
komunikan, bisa berperan sebagai penerima aksi dan bisa pula
sebagai pemberi aksi. Dalam proses pengajaran tersebut, baik
guru agama di SMK Negeri 1 Pasuruan maupun siswa SMK
Negeri 1 Pasuruan dapat berperan ganda sebagai pemberi dan
penerima aksi atau komunikasi ini bisa dikatakan sebagai
54
55
komunikasi interpersonal, yaitu proses pertukaran informasi
antara komunikator dengan komunikan yang feedbecknya
secara langsung dapat diketahui, serta komunikator dan
komunikan memiliki dua fungsi sekaligus.
3.
Pola komunikasi banyak arah, yaitu komunikasi tidak hanya
terhajadi antara perorangan melainkan kepada banyak orang.
Di sini komunikan dituntut lebih aktif dari pada komunikator.
Ada pun dalam penerapan pembinaan akhlak yang terjadi di SMK
Negeri 1 Pasuruan tersebut, terdapat dua faktor pendukung diterapkannya
pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasuruan, diantaranya sebagai berikut:
1) Faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK
Negeri 1 Pasurun ini, tidaklah lain sebagai komitmen sekaligus visi
utama SMK Negeri 1 Pasuruan untuk mencetak siswa-siswi yang
mempunyai
akhlakul
karimah. Diharapkan
dengan adanya
penerapan pembiaan akhlak ini bisa membuat siswa-siswi SMK
Negeri 1 Pasuruan terbiasa untuk menggunakan akhlaknya dalam
kehidupan sehari-hari, dan tentunya tak hanya di dalam sekolah
semata akhlak itu mereka gunakan melainkan di luar sekolah juga
bisa diterapkan.
2) Faktor pendukung lain diterapakannya pembinaan akhlak ini
dikarenakan tuntutan dari dunia kerja dimana sebagian besar
perusaan-perusahaan yang sudah bekerja sama dengan pihak
sekolah sangat mengharapkan siswa-siswi yang keluar dari SMK
56
Negeri 1 Pasuruan yang hendak akan melanjutkan untuk kerja di
perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan memiliki akhlakul
karimah.
Hambatan yang ditemui dalam pembinaan akhlak siswa SMK
Negeri 1 Pasuruan ini adalah disebabkan oleh masalah waktu, sebab waktu
untuk ketemu di sekolah hanyalah 7 jam dan tidak seimbang dengan waktu
yang siswa-siswi gunakan di luar jam sekolah. Sehingga masing-masing
guru agama tidak bisa memantau secara penuh akhlak/perilaku yang
siswa-siswi lakukan di luar jam sekolah. Bagi pihak guru agama hambatan
yang membuat mereka sedikit susah dalam pembinaan akhlak ini adalah
tentunya
hambatan
dari
lingkungan
siswa-siswi
tinggal,
dimana
lingkungan kadang-kadang secara tidak langsung bisa mempengaruhi
seorang siswa untuk berakhlak yang kurang terpuji. Dan hambatan yang
terakhir ialah dari media, baik dari media televisi maupun internet, dimana
secara tidak langsung media televisi ataupun internet bisa mempengaruhi
perilaku seorang siswa-siswi untuk berakhlak yang baik ataupun akhlak
yang tidak baik.
Dan solusinya apabila dalam pembinaan akhlak ini masih saja
terdapat siswa-siswi yang akhlaknya masih belum bisa menjadi baik atau
bahkan bertambah menjadi buruk, sehingga masing-masing guru agama
yang bersangkutan tidak lagi mampu menanganinya, maka siswa-siswi
tersebut akan dikirim ke salah satu pesantren yang sudah bekerja sama
dengan pihak sekolah, sehingga di Pesantren tersebut siswa-siswi yang
57
akhlaknya kurang baik akan dibina oleh para ustad yang ada di pesantern
tersebut, dan tentunya di psantren itu pula siswa-siswi yang akhlaknya
kurang baik akan diberi banyak pembekalan tentang agama dan akhlak.
B. Saran-saran
1. Bagi sekolah dan pembina pendidikan hendaknya selalu berusaha
menjadikan sekolahnya sebagai lingkungan hidup siswa yang agamis,
dalam arti menunjukkan terwujudnya pengamalan ajaran-ajaran agama
secara nyata.
2. Bagi guru agama disarankan memiliki rasa pengabdian dan tanggung
jawab yang tinggi terhadap pertumbuhan dan perkembangan moral para
siswanya, serta senantiasa memberikan teladan yang baik kepada siswasiswinya, sehingga bisa dicontoh dan diteladani oleh mereka.
3. Bagi para peneliti yang bermaksud akan melakukan sebuah penelitian
dengan mengangkat pembahasan pola komunikasi, disarankan dapat
meneruskan penelitian ini dengan membahas tentang efektifitas pola
komunikasi di SMK Negeri 1 Pasuruan ataupun lembaga-lembaga terkait
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Anwar, Ilmu Komunikasi (Sebagai Pengantar Ringkas), (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1995).
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press,
2002).
AS, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: CV. Rajawali, 1992).
Departemen Agama: Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Proyek Pembinaan
Pendidikan Agama Pada Sekolah Umum, 1986.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1996).
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
(Jakrata: Rineka Cipta,2000).
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1990).
-------------------------------, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung : Alumni,
1986).
-------------------------------, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar maju, 1992).
-------------------------------, Dinamika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya,
1992).
--------------------------------,Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : AlAmin Press, 1996).
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001).
Karim, Abdul. “Meneladani Akhlak Rasulullah.” Artikel diakses pada tanggal 4
Mei 2011 dari http://paudgrobogan.wordpress.com//2011/0504/pO9s05worne.html
58
59
Ma’arif, Zainal. “Pembinaan Akhlak Remaja” Artikel diakses pada tanggal 1 Mei
2011dari http//www.binailmu.multiply.com/2011/0501/p02s06-mu.html.
Ma’luf, Luis. Kamus Al-Munjid, al-Maktabah al-Katulikiyah, (Beirut: 2000).
Maria Assumpte Rumanti, SR. Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktis,
(Jakarta: Grasindo, 2002).
Mayulis, R.A. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998).
Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001).
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001).
Nasution, Zulkarmaen, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas
terbuka)
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2005).
Partanto, Puis A. dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:
Arkola, 1994).
Passow, Harry, Krisis Dalam Pendidikan, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1991).
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2000). .
Purwanto, M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung. PT
Remaja Rosakarya, 1991).
Rahim, Abdur. “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak
Siswa MTS Sunan Ampel Pasuruan.” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah,
Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Pasuruan, 2007.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2000).
Robbins, James G, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995).
.
Rosyidi, T.A. Latief, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan informasi, (Medan:
1985).
Sabri, M.Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta, 2005).
60
Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka,
1998).
Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Sinar Baru, 1989).
Susanto, Astrid. S, .Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina cipta,
1947).
Syahidah, Laili. “Pola Komunikasi Antara Guru Agama dan Murid di SMP AnNurmaniyah Ciledug Tangerang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009.
Tasmora, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaga Media Pratama, 1997).
Tim Penyusun Kamus P3B, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Gramadia,
1996).
Widjaya, H.A.W, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT : Rineka Cipta,
2000).
Yusup, Pawit M., Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990).
www.http://smkn1-pasuruan.sch.id/.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
Hari/Tanggal
: Rabu, 27 April 2011
Tempat
: SMK Negeri 1 Pasuruan
Terwawancara
: Nurul Ulya, S. Ag.
Pewawancara
: Shochibul Hujjah
1. Apa saja yang melatar belakangi program pembinaan akhlak di SMK Negeri 1
Pasuruan?
 Sesuai dengan tujuan diperintahkannya baginda Nabi Muhammad sebagai seorang
Rasul yang diutus untuk menyempurnakan akhlak umatnya. Oleh karena itu, kita
juga harus bisa meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan
akhlak inilah salah satu cara untuk mencapai tujuan hidup Hayyatun Thoyyibah,
sehingga salah satu komitmen kami untuk menjadikan akhlak sebagai visi utama
di SMK Negeri 1 Pasuruan, hal itu pula yang melatar belakangi diterapkannya
program pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasuruan.
2. Sejak kapan pembinaan akhlak ini diterapkan kepada siswa-siswi di SMK Negeri 1
Pasuruan?
 Program pembinaan akhlak diterapkan sejak siswa akan daftar menjadi calon
siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan, karena jangan harap siswa yang memiliki
akhlak kurang baik akan bisa diterima di SMK Negeri 1 Pasuruan, meskipun nilai
sekolah dia dulu bisa dikatakan baik tapi kalau seandainya akhlaknya tercela
ketika hendak daftar menjadi calon siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan maka kami
punya wewenang untuk mengugurkan dia sebagai calon siswa di sekolah ini.
Begitu pula dengan siswa yang sudah menjalani studi di sekolah ini, bila
memamng akhlaknya tidak baik maka kami tidak akan segan-segan untuk
memberinya sanksi bahkan bisa pula dikeluarkan dari SMK Negeri 1 Pasuruan
walau pun ia pandai.
3. Apa faktor pendukung diterapkanya pembinaan akhlak ini?
 Ada tiga faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK Negeri 1
Pasuruan, diantaranya sebagai berikut:
1) Faktor pendukung diterapkannya pembinaan akhlak di SMK Negeri 1
Pasurun ini, tidaklah lain sebagai komitmen sekaligus visi utama SMK
Negeri 1 Pasuruan untuk mencetak siswa-siswi yang mempunyai akhlakul
karimah. Diharapkan dengan adanya penerapan pembiaan akhlak ini bisa
membuat
siswa-siswi
SMK
Negeri
1
Pasuruan
terbiasa
untuk
menggunakan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari, dan tentunya tak
hanya di dalam sekolah semata akhlak itu mereka gunakan melainkan di
luar sekolah juga bisa diterapkan.
2) Faktor pendukung lain diterapakannya pembinaan akhlak ini dikarenakan
tuntutan dari dunia kerja dimana sebagian besar perusaan-perusahaan yang
sudah bekerja sama dengan kami sangat mengharapkan siswa-siswi yang
keluar dari SMK Negeri 1 Pasuruan yang hendak akan melanjutkan untuk
kerja di perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan memiliki akhlakul
karimah.
4. Pola komunikasi apakah yang digunakan bapak/ibu dalam pembinaan akhlak ini?
 Pola komunikasi yang kami guanakan dalam pembinaan akhlak ini ada 2, yaitu
sebagai berikut:
1). Pola komunikasi langsung: Himbauan kepada seluruh warga SMK Negeri 1
Pasuruan baik guru, siswa-siswi,dan para karyawan tu, untuk senantiasa
menerapkan akhaknya dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Himbauan tersebut selalu kami
sampaikan setiap saat, baik pada saat upacara, selesai sholat berjamaah di
sekolah, dan pembinaan yang sifatnya lebih interen di dalam kelas pada saat
pelajaran pendidika agama yang di lakukan oleh setiap guru agama masingmasing.
2). Pola tidak langsung: Kepala sekolah, dan semua dewan guru memberI teladan
yang baik kepada siswanya.
5. Seberapa pentingkah program pembinaan akhlak ini diterapkan kepada siswa-siswi
SMK Negeri 1 Pasuruan?
 Bagi kami program pembinaan akhlak ini sangat penting untuk diterapkan, karena
dengan diterapkannya program pembinaan akhlak ini diharapkan siswa-siswi
SMK Negeri 1 Pasuran akan menjadi terbiasa menerapkan akhlaknya dalam
kehidupan sehari-hari baik itu di dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan
luar sekolah. Dan tidak hanya itu, bagi kami dengan di adakannya pembinaan
akhlak ini setidaknya dapat menepis anggapan sebagian masyarakat yang
mengganggap bahwa siswa-siswi SMK biasanya akhlaknya kurang baik, sehingga
dengan adanya pembinaan akhlak ini, dapat menghapus anggapan masyarakat
semacam tersebut.
6. Apakah ada hambatan yang bapak/ibu temukan dalam pembinaan akhlak ini?dan
bagaimana solusinya?
 Hambatan pasti ada, tentunya hambatan yang kami temui di sini adalah masalah
waktu, sebab waktu untuk ketemu di sekolah hanyalah 7 jam dan tidak seimbang
dengan waktu yang siswa-siswi gunakan di luar jam sekolah. Sehingga kami tidak
bisa memantau secara penuh akhlak/perilaku yang siswa-siswi lakukan di luar jam
sekolah. Bagi kami hambatan yang membuat kami sedikit susah dalam pembinaan
akhlak ini adalah tentunya hambatan dari lingkuan siswa-siswi tinggal, dimana
lingkungan kadang-kadang secara tidak langsung bisa mempengaruhi seorang
siswa untuk berakhlak yang kurang terpuji. Dan hambatan yang terakhir ialah dari
media, baik dari media televisi maupun internet, dimana secara tidak langsung
media televisi ataupun internet bisa mempengaruhi perilaku seorang siswa-siswi
untuk berakhlak yang baik ataupun akhlak yang tidak baik.
7. Metode apa yang digunakan guru agama dalam pembinaan akhlak kepada siswa?
 Metoda yang kami gunakan ada 2 yaitu sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah dan para dewan guru memberi teladan yang baik
kepada siswa-siswinya. Sehingga diharapkan dengan itu para siswa
dapat dengan mudah untuk meneladaninya.
2. Jika terdapat siswa-siswi yang akhlaknya kurang baik maka akan
kami beri sanksi sesuai dengan tingkat akhlak/perilaku yang dia
lakukan.
3. Apabila dalam pembinaan akhlak ini masih saja terdapat siswasiswi yang akhlaknya masih belum bisa menjadi baik atau bahkan
bertambah menjadi bandel, sehingga para dewan guru yang
bersangkutan tidak lagi mampu menanganinya, maka terpaksa
kami kirim siswa-siswi tersebut ke salah satu pesantren yang sudah
bekerja sama dengan kami, sehingga di Pesantren tersebut siswasiswi yang akhlaknya kurang baik akan dibina oleh para ustad yang
ada di pesantern tersebut, dan tentunya di psantren itu pula siswasiswi yang akhlaknya kurang baik akan diberi banyak pembekalan
tentang agama dan akhlak.
8. Seperti apa cara komunikasi yang paling efektif untuk memberikan materi akhlak
kepada siswa?
 Komunikasi yang paling efektif
adalah kepala sekolah dan para dewan gur
member teladan kepada siswanya, sehingga siswa dapat dengan mudah
meneladaninya. Dan apabila terdapat siswa-siswi yang akhlaknya kurang baik
akan segera ditegur. Juga melalui himbauan dengan media ataupun pada saat
upacara dan steleh selesai sholat berjamaah.
9. Bagaimana respon siswa terhadap pembinaan akhlak yang telah diterapkan oleh
guru agama?
 Alhamdulillah, semua warga SMK Negeri 1 Pasuruan khususnya siswa-siswinya
bisa menerima diterapkannya pembinaan akhlak di sekolah ini dan mereka
mentaatinya. Serta mampu menerapkan akhlaknya dengan baik.
Terwawancara
Nurul Ulya, S. Ag
(Guru Pendidikan Agama Islam)
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MURID
Hari/Tanggal
: Rabu, 27 April 2011
Tempat
: SMK Negeri 1 Pasuruan
Terwawancara
: Achmad Fachruddin
Pewawancara
: Shochibul Hujjah
1. Menurut kamu akhlak itu apa?
 Akhlak adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, dimana perbuatan
itu dia lakukan di suatu masyarakat ataupun pada dirinya sendiri.
2. Penting tidak akhlak dalam kehidupan sehari-hari?
 Sangat penting sekali, karena akhlak dapat membentuk jati diri kita, daengan
akhlak pula dapat mencerminkan diri kita yang sebenarnya.
3. Senang tidak dengan adanya program pembinaan akhlak di sekolah kamu?
 Saya sangat senang dengan diadakannya program pembinaan akhlak di sekolah
ini, karena dapat membentuk diri saya dan siswa-siswi lainnya untuk berakhak
mulia.
4. Apakah di rumah kamu juga menerapkan akhlak?
 Di rumah saya juga menerapkan akhlak dengan baik, jadi tidak sekedar di sekolah
saja saya menerapkannya. Karena bagi saya bila akhlak kita baik maka orang lain
yang ada di sekitar kita akan menjadi sungkan terhadap kita, dan tentunya dengan
akhlak yang baik pula maka banyak orang yang suka terhadap kita.
5. Jika, Ya. Apakah itu disuruh orang tua atau atas kesadaran diri kamu sendiri?
 Saya melakukannya atas dasar kesadaran diri sendiri bukan dari orang tua ataupun
siapa, sebab jika segala sesuatu kita lakukan dengan kemauan ataupun kesadaran
diri sendiri, maka akan menjadi mudah untuk kita lakukan, dan bagi saya orang
tua hanya bisa member teladan.
6. Menurut kamu adakah manfaat pembinaan akhlak di sekolah?
 Tentu ada manfaatnya, dan manfaat dari penerapan pembinaan akhlak ini adalah
dapat membuat siswa-siswinya mengetahui mana akhlak yang baik dan mana
akhlak yang buruk. Dan siswa pun dapat terbiasa menerapkan akhlakanya dalam
kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga.
7. Kamu lebih suka menerapkan akhlak karena disuruh atau karena kesadaran diri
sendiri, kenapa?
 Saya lebih suka menerapkannya atas dasar kesadaran diri saya sendiri bukan
karena disuruh. Sebab bagi saya jika disuruh biasanya terasa terpaksa kalau saya
menjalaninya.
8. Dalam penjelasan materi akhlak lebih senang sendiri-sendiri atau kelompok?
 Saya lebih suka dilakukan secara berkelompok dibanding dengan sendiri-sendiri.
Karena jika dilakukan secara berkelompok akan membuat saya dan teman-teman
yang lainnya dengan mudah untuk bertukar pikiran dan wawasan, dan tentunya
satu sama lain dapat dengan leluasa menilai akhlak temannya masing-masing.
9. Menurut kamu, akhlak yang terpuji dan akhlak tercela itu seperti apa?
 Bagi saya akhlak terpuji adalah akhlak yang selayaknya kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga.
Sedangkan akhlak yang tercelah itu ialah akhlak yang kurang begitu pantas untuk
kita terapkan dalam kehidaupan sehari-hari.
10. Pendapat kamu pembinaan akhlak di sini bagus atau tidak?
 Pembinaan akhlak yang diterapkan di sekolah saya ini sangat bagus, karena bisa
membuat diri saya dan siswa-siswinya tidak hanyak menerapkan akhlaknya dalam
lingkungan sekolah semata melainkan juga diterapkan dalam lingkungan
masyarakat dan keluarga. Tentunya hal ini tidaklah lain karena dorongan dari para
bapak/ibu guru yang telah member materi dan teladan kepada saya dan temanteman tentang pentingnya mengunakan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Terwawancara
Achmad Fachruddin
(Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan)
Lampiran
 Bersama pimpinan SMK Negeri 1 Pasuruan Bpk Drs. Supriyadi, M. M.
 Bersama guru agama SMK Negeri 1 Pasuruan Ibu Nurul Ulya, S. Ag.
 Bersama siswa SMK Negeri 1 Pasuruan Achmad Fahruddin dan Akmal.
Lampiran
 Kegiatan Belajar Mengajar Ibu Nurul Ulya, S. Ag di dalam kelas pada saat
siswa diskusi kelompok mata pelajaran agama Islam.
 Kegiatan Belajar siswa SMK Negeri 1 Pasuruan pada saat maju ke depan
membahas materi yang telah didiskusikan per kelompok.
 Kegiatan belajar siswa dalam kelas pada saat ujian sekolah.
Lampiran
 Kegiatan belajar siswa di dalam kelas pada saat diskusi kelompok.
 Kegiatan belajar siswa di lab. Bahasa SMK Negeri 1 Pasuruan.
 Kegiatan siswa pada saat sholat berjamaah dan menunggu jadwal siaran
Skensa FM.
Lampiran

Gambar fasilitas SMK Negeri 1 Pasuruan
Lampiran
 Gambar kantin kejujuran SMK Negeri 1 Pasuruan.
Download