Perspektif Juni 2017

advertisement
|
254
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 254 | JUNI 2017
“Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu
dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu,
maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” [Kisah 2:38]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh
PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat
penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan
sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!
PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu
tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.
Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut:
Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.
Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda.
Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan
Tuhan.
Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga
paham benar, kemudian renungkanlah.
Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan
refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan
pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.
Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu
kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman
Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari
sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya
Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272
Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282
Email: [email protected]
Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777
a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria
Penulis edisi 254:
Andree Kho, Anggiat M. Pandiangan, Bambang Alim, David S. Kosasih
Elok Chrisinar, Jonatan D. Putra, Liem Sien Liong, Liona Margareth
Natanael Thamrin, Otniol H. Seba, Timotius Alfa, Yohanes Sudiarto
Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Refleksi Sederhana Tentang Saat Teduh
H
akikat kehidupan Kristen sangat berkaitan dengan pertumbuhan iman
dalam proses menjadi murid Kristus. Bagaimana kita dapat memiliki
pertumbuhan iman yang benar di dalam proses menjadi murid Kristus?
Salah satunya ialah membangun kehidupan bersaat teduh. Seberapa penting
membangun kehidupan bersaat teduh? Mengapa harus melakukannya?
Sejauh mana hal itu bermanfaat bagi kehidupan kita?
Kita harus sadar bahwa saat teduh adalah suatu disiplin ibadah pribadi
yang dilakukan secara teratur, dan melaluinya orang Kristen dapat memelihara
hubungan rohaninya dengan Tuhan Yesus Kristus, sang Penyelamat, melalui
sarana membaca dan merenungkan Firman Allah dan berdoa. Tujuannya, kita
semakin mengenal Allah, dan segala rencana-Nya di dalam Tuhan Yesus
Kristus dan bertumbuh di dalam segala kebenaran Allah.
Setidaknya ini memberikan 3 alasan penting untuk dilakukan. Pertama,
alasan dari pihak Allah. Allah adalah Bapa yang mengasihi, setia, ingin agar kita
akrab dengan-Nya. Allah telah berbicara dalam sepanjang sejarah umat-Nya
seperti yang dicatat Alkitab. Sebagai penyataan dan inspirasi berotoritas,
Alkitab menjadi media Allah berbicara menyatakan kasih-setia dan kehendakNya, dan menumbuhkan kita ke arah Kristus. Kedua, alasan dari pihak kita.
Kehidupan Kristen adalah perjalanan iman. Iman Kristen ditumpukan kepada
Allah dan firman-Nya bukan teladan orang, teori filsafat atau pengalaman rohani
siapa pun. Kita perlu kebenaran Allah agar kita boleh bertumbuh benar ke arah
Dia. Itu sebabnya kita perlu membaca dan merenungkan Alkitab, doa, bersaat
teduh teratur. Ketiga, Alasan KeTuhanan dan Teladan Yesus Kristus. Yesus
Kristus adalah Putra Allah yang menjadi manusia sejati. Kehidupan-Nya harus
menjadi tumpuan iman kita, dan teladan bagi kita. Ada dua hal menonjol dalam
sepanjang karir pelayanan Yesus. Pertama, Ia memberitakan dan menggenapi
firman Allah. Dari isi ajaran-Nya kita melihat bahwa Tuhan bergaul akrab dengan
firman Allah. Kedua, Ia menumbuhkan kehidupan doa sepanjang pelayananNya. Ia bahkan sengaja menyisihkan waktu, menyingkirkan diri dari kesibukan
pelayanan demi untuk berdoa. Jika dua hal itu menjadi ciri kehidupan Tuhan,
mutlak kita perlu bergaul akrab dengan Allah melalui Alkitab dan doa!
Bersaat teduh tidak boleh diabaikan. Jika seorang Kristen tidak bersaat
teduh dengan teratur maka kehidupan orang Kristen tersebut akan: (a) Mudah
tersesat; ketika hidup seorang Kristen dipenuhi dengan berbagai masalah, dan
tidak memiliki saat teduh yang benar maka hidupnya akan mudah disesatkan
dan tersesat; (b) Sangat rapuh; ketika menghadapi masalah yang berat di dalam
kehidupannya, ia akan mudah untuk berputus asa dan menggunakan cara-cara
duniawi untuk menyelesaikan masalahnya, yang sebetulnya bukan merupakan
kehendak Tuhan di dalam hidupnya. Diharapkan dengan bersaat teduh secara
teratur, maka orang Kristen akan memiliki pegangan yang kuat untuk menjalani
dan menghadapi tantangan dan persoalan hidup setiap harinya. Mari kita mulai
membiasakan diri membangun saat teduh secara teratur.
Soli Deo Gloria!
KAMIS
01
JUNI 2017
“...ambillah keputusan secara adil
dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin
hak mereka..” (Amsal 31:9)
Bacaan hari ini: Keluaran 23:1-12
Bacaan setahun: 2 Raja-Raja 25, 2 Korintus 3
MENGHORMATI HAK-HAK SESAMA
K
esadaran akan hak-hak asasi manusia sangat mewarnai kehidupan
kita dewasa ini. Kita lebih banyak menuntut hak-hak kita, apalagi di
saat kita merasa hak-hak kita sedang dilanggar. Tetapi sewaktu kita
bicara tentang hak kita, di sisi lainnya kita mesti sadar sebenarnya juga ada
kewajiban yang perlu diperhatikan selain menuntut hak. Keluaran 23:1-13
ini menolong umat Israel untuk memahami dua hal ini secara berimbang.
Dalam bidang hukum, umat Israel dilarang memberi kesaksian palsu
dan menyebarkan kabar bohong. Karena semua tindakan itu mencederai
hukum dan mengabaikan hak orang lain mendapat keadilan. Juga dilarang
untuk menerima suap karena akan membutakan mata terhadap kebenaran
dan keadilan. Juga Allah menghendaki mereka menjalankan keadilan dan
belas kasihan terhadap sesama mereka, dengan tidak segan menolong
hewan peliharaan musuh mereka yang kesulitan. Dalam hal ekonomi, umat
Israel juga punya kewajiban untuk memenuhi hak para pekerjanya. Mereka
juga wajib memperhatikan kebutuhan orang-orang miskin yang di sekitar
mereka, termasuk orang-orang asing yang ada, sebagai kelompok yang
terpinggirkan dan seringkali tertindas dalam struktur masyarakat.
Kewajiban asasi perlu mendapat perhatian serius dari bangsa Israel,
karena mereka juga pernah dalam posisi yang tertindas. Mereka pernah
merasakan ketidak-adilan, sewaktu hak-hak mereka dilanggar dan
diabaikan. Mereka juga tentu pernah mengalami masa-masa pahit, karena
hak-hak mereka di bidang ekonomi tidak diperhatikan. Mereka diharuskan
bekerja paksa untuk membangun bangunan mewah bagi penguasa Mesir
sementara mereka mengalami penindasan.
Tuntutan Allah bagi bangsa Israel ini, juga berlaku bagi kita pada masa
kini. Marilah kita tidak hanya mementingkan hak-hak asasi kita sematamata, tetapi juga mulai melakukan kewajiban asasi kita bagi sesama kita.
Sehingga kita memberikan kesaksian yang baik dan memuliakan Allah di
tengah-tengah bangsa ini.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah hak dan kewajiban yang diatur di dalam kehidupan bangsa
Israel? (2) Bagaimana kita melakukan hak dan kewajiban kita di tengah-tengah kehidupan
yang penuh dengan ketidak-adilan ini?
Berdoalah agar kita sebagai warga negara yang benar dapat melaksanakan
hak dan kewajiban kita secara benar di tengah-tengah ketidakadilan yang
sedang terjadi di masyarakat.
JUMAT
02
JUNI 2017
“Yang terbaik dari buah bungaran hasil tanahmu
haruslah kaubawa ke dalam rumah TUHAN, Allahmu.
Janganlah kaumasak anak kambing dalam susu induknya.”
(Keluaran 23:19)
Bacaan hari ini: Keluaran 23:13-19
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 1-2, 2 Korintus 4
SUDAHKAH BERSYUKUR?
H
ari raya bagi sebuah agama biasanya sangat dipentingkan. Tetapi
terkadang kita lebih mementingkan berbagai aspek ritual dan
kebiasaan melebihi makna perayaannya itu sendiri. Misalkan, saat
merayakan Natal, kita lebih disibukkan dengan dekorasi dan hiasan natal,
ketimbang memahami makna Natal sebagai peristiwa kedatangan
Juruselamat. Atau saat merayakan paskah, kita sibuk dengan perdebatan,
bolehkah memakai simbol: telur dan kelinci? Kita melupakan apa yang
terpenting dari perayaan hari besar tersebut.
Allah memang memberi perintah bagi umat Israel untuk merayakan
hari-hari raya penting. Dalam teks kita, ada 3 hari raya yang disebut: Hari
raya roti tidak beragi, Hari raya menuai dan Hari raya pengumpulan hasil
pada setiap akhir tahun. Allah bahkan menentukan kapan dan bagaimana
seharusnya mereka merayakan. Tapi sebenarnya, yang jauh lebih penting
adalah alasan mengapa hari raya itu perlu dirayakan. Pemberitahuan ini
penting supaya bangsa Israel tidak terjebak pada sebuah perayaan ibadah,
tanpa memahami makna di balik setiap perayaan tersebut.
Hari raya roti tidak beragi ini mengingatkan mereka, bagaimana saat
mereka keluar dari tanah Mesir. Peristiwa keluar dan bebasnya mereka dari
tanah Mesir menjadi sebuah ucapan syukur tersendiri bagi segenap
bangsa Israel. Sementara hari raya menuai dan pengumpulan hasil
merupakan sebuah bentuk pengucapan syukur atas berkat Allah berupa
hasil tanaman yang baik sepanjang tahun tersebut.
Ke tiga perayaan hari raya tersebut mengajarkan segenap umat Israel
untuk senantiasa bersyukur kepada Allah. Kemerdekaan dan hasil tanah
yang baik tidak dipandang semata-mata sebagai hasil usaha manusia,
melainkan sebagai anugerah Allah. Patutlah kita, sebagai orang percaya
pada masa sekarang menaikkan syukur kepada Tuhan setiap saat untuk
anugerah-Nya di dalam kehidupan kita. Melalui setiap perayaan itu, kita
melihat karya dan anugerah Allah bagi kita. Oleh karena itu, bersyukurlah
kepada-Nya!
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang menjadi perintah Allah bagi umat Israel? (2) Makna apakah
yang terkandung di dalam melaksanakan hari raya bagi umat Israel?
Berdoalah supaya perayaan keagamaan yang kita rayakan bukan sekadar
ritual semata, melainkan dapat menolong kita menemukan arti dan makna
yang sebenarnya.
SABTU
03
JUNI 2017
“… maka Aku akan memusuhi musuhmu,
dan melawan lawanmu.” (Keluaran 23:22)
Bacaan hari ini: Keluaran 23:20-33
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 3-4, 2 Korintus 5
JANJI TUHAN DAN TANGGUNG JAWAB KITA
“Berjalan bersama Tuhan” adalah kunci dari kehidupan yang limpah
dengan sejahtera. Sebaliknya, “kehidupan tanpa Tuhan” adalah kehidupan
yang diibaratkan seperti “berjalan di padang gurun tanpa pengharapan.”
Manakah yang akan kita pilih di antara keduanya? Mari kita belajar dari janji
Tuhan kepada bangsa Israel dan ketaatan yang Tuhan kehendaki.
Kepada bangsa Israel Tuhan memberikan janji, bahwa Ia akan
menyertai dan memberkati kehidupan mereka. Pertama, Tuhan berjanji
akan menyertai mereka. Ia akan mengutus seorang malaikat berjalan di
depan mereka (ay. 20), bahkan Tuhan akan memusuhi musuh bangsa
Israel (ay. 22). Kedua, Tuhan akan memelihara dan memberkati kehidupan
mereka (ay. 25), bahkan tak satupun perempuan dari bangsa Israel yang
akan mengalami keguguran (ay. 26). Ini merupakan berkat Tuhan yang luar
biasa. Ketiga, Tuhan menjamin kemenangan bangsa Israel atas musuh
mereka, bukan karena mereka kuat, tetapi karena Tuhan berperang bagi
mereka (ay. 27). Apa yang Tuhan lakukan ini menunjukkan bahwa Tuhan
tidak pernah “main-main” dalam memberkati dan membela umat-Nya. Ia
menghendaki agar umat-Nya hidup dalam sejahtera.
Namun semua yang Tuhan berikan, bukan berarti diberikan-Nya tanpa
syarat. Terlalu mudah bagi Tuhan untuk memberikan apa yang terbaik bagi
umat-Nya. Di balik janji yang Tuhan berikan tersebut, sesungguhnya ada
satu hal yang Tuhan mau mereka lakukan, yaitu “tanggung jawab” mereka
untuk setia dan mentaati perintah-Nya. Yang Allah kehendaki dengan
memberikan berkat-Nya kepada umat-Nya adalah agar mereka tahu,
bahwa tidak ada Allah lain selain Dia yang sanggup memberkati dan
memelihara hidup mereka. Syarat yang Ia berikan justru menolong mereka
agar mereka tetap dalam sejahtera Tuhan. Bagaimana dengan Anda?
Sesungguhnya tanggung jawab yang Tuhan minta dari kita bukanlah
sebuah beban, melainkan “pagar” agar kita tetap hidup dalam segala
perkenanan dan berkat-Nya. Maka janji Tuhan dan tanggung jawab yang Ia
berikan adalah demi kebaikan kita.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa dalam memberkati umat-Nya, Tuhan memberi syarat kepada
mereka? (2) Apakah Tuhan tidak tulus dalam memberkati umat-Nya? Jelaskan!
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam ketaatan terhadap
firman Tuhan sehingga hidup mereka ada dalam koridor perkenanan Tuhan
dan memuliakan Dia.
MINGGU
04
JUNI 2017
“Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya
dengan didengar oleh bangsa itu …”
(Keluaran 24:7)
Bacaan hari ini: Keluaran 24:1-11
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 5-6, 2 Korintus 6
RELASI ALLAH DENGAN UMAT-NYA
P
ada masa kini orang tidak terlalu memandang serius sebuah relasi,
bahkan dengan mudahnya tidak menghargai sebuah perjanjian
yang dibuatnya, demi mendapat keuntungan bagi diri sendiri.
Hal ini berbeda dengan budaya timur tengah kuno, bahwa “perjanjian”
merupakan sebuah aktivitas yang sangat penting, bahkan sangat dihargai,
khususnya ketika ada dua kelompok yang ingin hidup dalam kedamaian
dan kesejahteraan yang berlimpah. “Janji” merupakan pengikat relasi bagi
kedua belah pihak agar kedamaian dapat tercapai.
Tradisi “perjanjian” ini nampaknya juga dilakukan Allah dalam relasiNya dengan umat-Nya. Tujuan perjanjian Tuhan itu adalah agar bangsa
Israel mengalami kebaikan Tuhan dan segala kasih karunia-Nya.
Perbedaan “perjanjian Tuhan” dengan “perjanjian” manusia pada
umumnya adalah, “perjanjian Tuhan” dibuat hanya oleh Tuhan saja, bukan
kedua belah pihak. Tuhan yang berhak memberikan syarat, dan bangsa
Israel hanya menaati saja. Musa sebagai pemimpin bangsa Israel menjadi
pelaksana dan mediator perjanjian itu, antara Tuhan dan bangsa Israel.
Musa mencurahkan darah di atas mezbah yang telah didirikan sebagai
tanda bahwa perjanjian itu bersifat mengikat dengan segala aturan dan
berkat yang Tuhan berikan.
“Perjanjian Tuhan” bukanlah kuk yang berat, melainkan sebuah kasih
karunia dan cara Tuhan berelasi dengan umat-Nya. Perjanjian hanya bisa
terjadi, ketika kedua belah pihak saling diuntungkan dan dapat dipercaya.
Namun sebaliknya jika kita perhatikan “perjanjian Tuhan,” bangsa Israellah
yang diuntungkan dan mereka sesungguhnya tidak layak dipercaya,
karena mereka sering menyangkali kedaulatan Tuhan. Namun toh Tuhan
tetap mengikat perjanjian dengan mereka. Karena itu, perjanjian Tuhan
hanyalah sebuah anugerah, agar bangsa Israel memperoleh berkat dan
diperkenan menjalin hubungan dengan-Nya. Bagaimana dengan kita?
Jika “Darah Kristus” telah dicurahkan menjadi sebuah “perjanjian baru”
bagi kita, marilah kita hidup bagi Dia dan mentaati perintah-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan harus mengikat perjanjian dengan bangsa Israel? (2)
Apa perbedaan perjanjian Tuhan dengan perjanjian pada umumnya di zaman itu?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka menghargai kasih karunia Tuhan yang
telah dinyatakan dalam wujud pengorbanan dan pencurahan darah Kristus
sebagai perjanjian baru.
SENIN
05
JUNI 2017
“Tampaknya kemuliaan Tuhan
sebagai api yang menghanguskan …”
(Keluaran 24:17)
Bacaan hari ini: Keluaran 24:12-18
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 7-8, 2 Korintus 7
KEMULIAAN TUHAN
P
ada masa kini masih banyak orang Kristen yang belum mengetahui,
bahwa beribadah atau menghampiri Tuhan merupakan aktivitas
yang sangat berharga dan bernilai. Ketidaktahuan ini
mengakibatkan mereka kurang bergairah ataupun menghargai sikap
dalam beribadah. Karena itu, perlu bagi kita bercermin dari relasi Tuhan
dengan bangsa Israel dalam perjanjian lama, agar kita menghargai relasi
kita dengan Tuhan.
Sekalipun Tuhan yang berinisiatif membangun relasi dengan umatNya, bukan berarti bangsa Israel bisa sesuka hati mereka menghampiri
Dia. Jika kita memperhatikan bacaan hari ini dan melihat bagaimana Tuhan
berelasi dan memberikan peraturan-Nya, bahkan Tuhan hanya
memperkenan Musa saja untuk menghampiri Dia, ini menunjukkan bahwa
manusia berdosa tidak mampu berdiri di hadapan Tuhan yang kudus dan
mulia. “Kemuliaan-Nya bagaikan api yang menghanguskan!” (ay. 17).
Berbeda dengan kita hari ini, sepatutnya kita bersyukur kepada Allah
Bapa, karena melalui Yesus Kristus, Putra-Nya yang Tunggal, yang telah
memberikan suatu perjanjian baru bagi kita, membuat kita diperkenan
menghampiri Dia, tanpa perasaan takut dan gentar seperti bangsa Israel.
Namun kemudahan dalam menghampiri Tuhan ini bukanlah menjadi
kesempatan bagi kita untuk datang kepada-Nya, tanpa rasa hormat dan
keagungan di hadapan-Nya. Justru sebaliknya, hal ini mendorong kita
untuk lebih bersyukur dan lebih hormat kepada-Nya, karena kita dapat
secara pribadi datang kepada-Nya tanpa harus diwakilkan oleh seorang
imam atau nabi, seperti bangsa Israel dalam perjanjian lama.
Mengetahui hal ini, bagaimanakah seharusnya sikap kita dalam
menghampiri Tuhan? Marilah kita beribadah kepada-Nya dengan hati yang
tulus dan murni. Dengarkanlah setiap firman yang disampaikan oleh para
hamba-Nya, sebagaimana bangsa Israel mendengar perintah Tuhan yang
diberikan-Nya melalui Musa. Beribadahlah dan hampirilah Tuhan dengan
rasa syukur dan penuh hormat kepada-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan hanya memperkenankan Musa saja menghampiri diriNya? (2) Apa yang Tuhan kehendaki ketika umat-Nya datang kepada-Nya?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka menghargai waktu ibadah
mereka dan memiliki sikap hormat terhadap Tuhan dalam setiap ibadah yang
mereka lakukan.
SELASA
06
JUNI 2017
“Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut
bagi-Ku persembahan khusus; dari setiap orang yang terdorong
hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus
kepada-Ku itu.” (Keluaran 25:2)
Bacaan hari ini: Keluaran 25:1-9
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 9-10, 2 Korintus 8
PERSEMBAHAN KHUSUS
S
etelah TUHAN menyampaikan 10 Hukum, kepada Musa diberikan
berbagai ketetapan dan peraturan tentang relasi umat dengan Allah
dan relasi umat dengan sesama. Setelah itu, disampaikan berbagai
peraturan yang berkaitan dengan Kemah Suci. Cara penyampaian seperti
itu menyiratkan bahwa hal relasi umat dengan TUHAN dan sesama, adalah
hal yang lebih utama, lebih penting dari tempat dan tata cara ibadah.
Rencana pembuatan Kemah Suci, diawali dengan mengumpulkan
persembahan dari umat, yang disebut dengan istilah “persembahan
khusus”, yang dikumpulkan bukan dengan paksaan, tapi diberikan oleh
orang-orang yang terdorong hatinya. Sejak awal, Allah menghendaki
persembahan yang diberikan karena dorongan hati! Motivasi hati ketika
memberi persembahan, harus benar. Pemberian yang dilakukan karena
alasan-alasan lain, apalagi karena maksud dan tujuan salah yang
terselubung, sesungguhnya tidak bernilai di mata Allah.
Perlu disadari bahwa memberikan persembahan kepada oknum yang
disembah, merupakan bagian utama dari apa yang dilakukan setiap
kelompok orang yang mengaku beribadah kepada oknum ilahi yang
dipercayainya. Umat Israel melakukan hal yang sama untuk Tuhan,
memberi persembahan dilakukan atas dasar dorongan hati.
Persembahan khusus membangun Kemah Suci ini, selain diberikan
karena motivasi yang benar, juga memberi yang terbaik. Jenis-jenis barang
yang dibutuhkan untuk Kemah Suci bukan hanya barang-barang yang
penting yang sesuai kebutuhan, tapi juga kualitas yang terbaik. Ini adalah
persembahan khusus, untuk membuat Kemah Suci, dan Kemah Suci
adalah representasi dari kehadiran TUHAN di tengah umat. Umat diajar
untuk memberi dengan motivasi yang benar, memberi yang terbaik, karena
hanya persembahan yang seperti itu yang pantas diberikan kepada Allah.
Alkitab mengajarkan prinsip dasar memberi persembahan; berilah
karena dorongan hati dan bukan karena dorongan “akal”, berilah yang
terbaik karena Allah pantas menerima yang terbaik.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah tujuan pengumpulan persembahan khusus yang dilakukan
umat Israel? (2) Bagaimana seharusnya sikap yang benar dalam memberi persembahan?
Berdoalah agar kita yang sudah diberkati Tuhan di dalam hidup ini, diberikan
hati yang tulus ikhlas di dalam memberikan persembahan kepada Tuhan,
memberi karena dorongan hati untuk memberikan yang terbaik.
RABU
07
JUNI 2017
“Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga,
dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya
dan satu setengah hasta tingginya.” (Keluaran 25:10)
Bacaan hari ini: Keluaran 25:10-22
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 11-12, 2 Korintus 9
TABUT PERJANJIAN
T
abut Perjanjian adalah barang yang paling penting di dalam Kemah
Suci. Di dalam tabut ini akan ditaruh loh batu berisi 10 Hukum yang
ditulis oleh tangan Allah sendiri. Disebut “perjanjian” karena jika umat
menghormati dan menaati perintah-perintah utama ini, maka berkat akan
menyertai kehidupan mereka. Tabut Perjanjian ini bersifat permanen
sebagaimana kasih setia Allah kepada umat-Nya, karena itu harus dibuat
atau disalut oleh logam yang paling mulia, yaitu emas.
Karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, kehidupan manusia
menjadi rusak di dalam semua aspeknya, terutama dalam relasi manusia
dengan Allah, dan dengan sesama. Manusia membuat berhala
menggantikan Allah yang benar, lalu sujud menyembahnya. Penyesatan ini
membawa dampak langsung dalam kehidupan dan perilakunya sesehari,
di dalam interaksinya dengan sesama manusia lainnya, dimulai dari
konteks keluarga, menyebar ke dalam kehidupan bermasyarakat. Sesama
manusia saling menjajah, saling memangsa.
Ketika bangsa Israel hidup di Mesir, setiap hari mereka menyaksikan
bagaimana orang Mesir beribadah kepada berhala-berhala mereka,
bagaimana mereka memperlakukan sesama manusia sebagai budak,
sebagai alat, bagaimana mereka dengan sesuka hati merampasi hak orang
lain. Sekarang orang Israel sudah dibebaskan dari Mesir dan memulai
suatu kehidupan baru, maka kepada mereka TUHAN mengajarkan prinsipprinsip paling penting dan mendasar tentang bagaimana menjalani hidup
dengan benar, melalui 10 Hukum Taurat yang diberikan.
Karena alasan itu, maka pemberian 10 Hukum itu tidak seharusnya
diterima sebagai pemaksaan yang bersifat otoriter; 10 Hukum Taurat justru
menunjukkan kasih dan kesetiaan Allah kepada umat-Nya. Hukum-hukum itu
diberikan, bukan untuk keuntungan Allah, tapi justru untuk keuntungan dan
kebaikan umat sendiri. Tabut Perjanjian terus hadir di tengah umat sebagai
wujud penyertaan Allah, maka harus dibuat dengan emas; lambang ketidakberubahan, lambang dari kasih setia Allah kepada umat yang ditebus-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah Tabut Perjanjian itu bagi umat Israel? (2) Bagaimanakah kita
memaknai kehadiran, penyertaan dan pemeliharaan Tuhan di dalam kehidupan kita?
Berdoalah agar kehadiran dan penyertaan Tuhan dapat kita wujudkan di
dalam hidup kita, serta dapat juga dirasakan dan menjadi teladan bagi orangorang yang berada di sekitar kita.
KAMIS
08
JUNI 2017
“Lagi haruslah engkau membuat meja dari kayu penaga,
dua hasta panjangnya, sehasta lebarnya
dan satu setengah hasta tingginya.” (Keluaran 25:23)
Bacaan hari ini: Keluaran 25:23-30
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 13-14, 2 Korintus 10
MEJA ROTI SAJIAN
S
etelah Tabut Perjanjian, barang berikutnya yang penting adalah meja
roti sajian. Sama dengan Tabut Perjanjian, meja inipun harus dibuat
dengan bahan yang terbaik dan menyalutnya dengan emas. Dan
sama dengan Tabut Perjanjian, meja inipun harus dibuat untuk bisa
diangkut dan dipindahkan, karena memang Kemah Suci akan mengalami
dibongkar dan dipasang, seiring dengan perjalanan orang Israel menuju
tempat kediaman tetap mereka, bahkan sampai ketika Bait Suci didirikan.
Jika tabut dibuat untuk tempat meletakkan loh batu berisikan 10
Hukum, maka meja ini akan dipakai untuk meletakkan roti sajian di atasnya.
Roti sajian ini adalah untuk mengingatkan bagaimana TUHAN dengan
kasih setia-Nya memelihara mereka sejak mereka keluar dari Mesir, dan
secara khusus ketika mereka harus melakukan perjalanan mengembara di
padang belantara selama 40 tahun. Ketika itu, umat mengeluh tentang
tidak adanya makanan, dan Allah memberi mereka roti yang mereka sebut
“manna” (Kel. 16:31). Pada saat itu juga, Musa memerintahkan mereka
untuk menyisihkan sebagian manna tersebut di dalam buli-buli, ditaruh di
hadapan tabut hukum Allah untuk disimpan (Kel.16:32-34).
Jadi sejak awal, roti dalam buli-buli disandingkan dengan tabut Allah
untuk mengingatkan mereka bagaimana TUHAN telah memelihara mereka
sepanjang perjalanan. Dan nanti ketika Kemah Suci sudah dibuat, Tabut
Perjanjian dan Meja Roti Sajian, akan ditaruh di dalamnya bersandingan
seperti awalnya. Keduanya berada di sana untuk mengingatkan umat akan
kasih setia TUHAN yang telah menebus mereka dari kehidupan yang siasia di Mesir, membebaskan mereka dari perbudakan, menjadikan mereka
umat kesayangan-Nya, memberi mereka makanan yang dibutuhkan.
Allah menebus umat pilihan-Nya dengan harga nyawa Anak-Nya
sendiri, menjadikan mereka anak-anak-Nya, dan memelihara mereka
dengan sempurna. Ini adalah Perjanjian Baru antara Allah dengan orangorang percaya. Adakah kita telah menempatkan ini sebagai bagian paling
penting di dalam hidup kita?
STUDI PRIBADI: (1) Apakah fungsi meja roti sajian yang diperintahkan Tuhan untuk dibuat
Musa? (2) Hal-hal apakah yang harus diperhatikan di dalam membuat meja roti sajian?
Berdoalah agar setiap orang percaya menyadari dan mensyukuri pimpinan
dan pemeliharaan Tuhan di dalam hidupnya dan mau setia mengikut Tuhan
sampai akhirnya.
JUMAT
09
JUNI 2017
“Haruslah engkau membuat kandil dari emas murni…”
(Keluaran 25:31a)
Bacaan hari ini: Keluaran 25:31-40
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 15-16, 2 Korintus 11
YANG TERBAIK UNTUK TUHAN
P
emberian yang akan kita berikan pada seseorang yang kita hormati
dan kagumi, tentu adalah pemberian yang terbaik. Pemberian yang
terbaik itu tidak selalu berarti yang termahal, yang termewah, sampai
kita tidak bisa menjangkaunya. Pemberian yang terbaik adalah yang paling
baik, dari apa yang menjadi milik kita, yang tentunya berasal dari Tuhan.
Pada saat Tuhan memberi perintah untuk membuat kandil di Kemah
Suci, Tuhan meminta kandil itu dibuat dari emas murni. Emas adalah benda
berharga yang banyak sekali disebutkan dalam Alkitab, lebih daripada
benda berharga lainnya. Apakah memang bangsa Israel yang keluar dari
Mesir memiliki begitu banyak emas murni, untuk membuat kandil di Kemah
Suci, sesuai seperti perintah Tuhan? Keluaran 12:35-36 berkata, “Orang
Israel melakukan juga seperti kata Musa; mereka meminta dari orang Mesir
barang-barang emas dan perak serta kain-kain. Dan TUHAN membuat
orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi
permintaan mereka.” Bangsa Israel yang mencapai ribuan, mendapatkan
emas pada saat mereka akan meninggalkan Mesir, itulah yang menjadi
modal bagi mereka untuk membuat kandil dari emas murni, seperti perintah
TUHAN.
Tuhan menginginkan yang terbaik dari setiap kita, yang telah mencicipi
anugerah-Nya yang tidak berkesudahan. Tuhan menginginkan yang paling
berharga dari apa yang kita mliki, yaitu hidup kita (Roma 12:1). Bukan hidup
apa adanya, bukan hidup yang tidak pernah berubah, tetapi hidup yang
terus diubahkan dan dikuduskan di dalam Roh Kudus. Sama seperti emas
murni yang dijadikan bahan untuk membuat kandil, Tuhan ingin hidup kita
terus dimurnikan dalam seluruh aspek, melingkupi: pekerjaan, keluarga,
pelayanan dan persembahan; itulah ibadah yang sejati. Yang terbaik dari
kita adalah hidup kudus, yang dikhususkan dan disucikan bagi Allah yang
Mahakudus. Kiranya seluruh hidup kita makin terbuka untuk dikuduskan
oleh Allah Roh Kudus, sehingga seluruh hidup kita menjadi persembahan
yang terbaik di hadapan TUHAN.
STUDI PRIBADI: (1) Apa definisi “yang terbaik” bagi Anda? (2) Bagaimana agar hidup kita
bisa bertumbuh menjadi hidup yang lebih baik, sebagai persembahan bagi Tuhan?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar rela dibentuk dan diubahkan oleh Tuhan,
hari demi hari, menjadi persembahan yang terbaik di hadapan Tuhan, karena
Tuhan pantas menerimanya.
SABTU
10
JUNI 2017
“Kemah Suci itu haruslah kaubuat dari sepuluh tenda dari lenan
halus yang dipintal benangnya dan dari kain ungu tua,
kain ungu muda dan kain kirmizi…” (Keluaran 26:1)
Bacaan hari ini: Keluaran 26:1-37
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 17-18, 2 Korintus 12
YANG DETAIL DARI TUHAN
P
eraturan yang mendetail bagi orang yang menyukai penjelasan
detail adalah baik, tapi bagi orang yang tidak menyukai penjelasan
detail merasa dibatasi, atau terlalu diatur. Dalam bagian ini, Tuhan
memberikan peraturan yang mendetail tentang Kemah Suci yang harus
dibuat, yang mana memiliki makna rohani yang dalam bagi setiap kita, yang
rindu menyenangkan Tuhan dalam hidup.
Tuhan telah mengatur agar Kemah Suci yang akan dibuat harus dari
sepuluh tenda. Sepuluh tenda itu dari lenan halus, yang dipintal, bukan
dirajut atau dijalin dengan cara lain. Dan lenan halus itu dari 3 jenis kain:
kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi. Peraturan ini terus berlanjut
sampai ke bagian akhir dari pasal 26, semuanya begitu mendetail. Cara
menggantungkannya, cara meletakkannya, dimana harus diletakkan,
semuanya jelas sekali dan detail sekali Tuhan memaparkannya. Sulit bagi
kita untuk membayangkan seperti apa semua ini, karena kita tidak dengan
baik dan jelas mengerti Kemah Suci pada saat itu. Pesan yang sangat jelas
bagi kita adalah penjabaran yang begitu detail ini diberikan Tuhan untuk
ditaati umat-Nya.
Kita meyakini bahwaAlkitab adalah firman TUHAN, firman yang keluar
dari mulut Allah sendiri, yang dituliskan dengan perantara ratusan penulis.
Setiap firman TUHAN dberikan kepada kita, adalah untuk kita taati. Begitu
banyak perintah TUHAN yang ada dalam Alkitab, semuanya bertujuan agar
kita, umat Tuhan, menerima-Nya, merenungkan-Nya, menggumulkan-Nya
serta melakukan-Nya. Seluruh prinsip kehidupan orang percaya sudah
dituliskan dalam firman TUHAN, kita boleh mengatakan bahwa perintah
TUHAN adalah detail, mencakup seluruh aspek kehidupan. Pada saat kita
membaca firman Tuhan, sudah sepatutnya hati kita tunduk total kepada
firman Tuhan, dan hati kita sedia untuk melakukan-Nya. Firman TUHAN
adalah isi hati TUHAN yang detail bagi kita, untuk kita taati, sehingga damai
dan sukacita dari Tuhan yang menyertai hidup kita.
STUDI PRIBADI: (1) Apa kesan peraturan tentang Kemah Suci yang begitu mendetail bagi
kita? (2) Bagaimana perasaan kita setiap kali membaca firman Tuhan? Sudahkah hati kita
tunduk dan sedia untuk melakukan firman Tuhan?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar semakin menggumulkan dan menghidupi
firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai wujud mencari hidup
yang makin berkenan kepada Tuhan.
MINGGU
11
JUNI 2017
“Mezbah itu harus kaubuat berongga dan dari papan,
seperti yang ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu,
demikianlah harus dibuat mezbah itu.” (Keluaran 27:8)
Bacaan hari ini: Keluaran 27:1-8
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 19-20, 2 Korintus 13
YANG AJAIB DARI TUHAN
S
atu lagi peraturan yang mendetail, yaitu soal mezbah, tempat korban
bakaran dipersembahkan kepada Tuhan. Mezbah harus dibuat dari
kayu penaga, bukan kayu lain. Ukuran kayu itu pun sudah ditetapkan
Tuhan. Pada keempat sudut dari mezbah itu harus ada tanduk, yang disalut
dengan tembaga. Perkakas-perkakas seperti kuali tempat menaruh abu,
sodok, bokor penyiraman, garpu, perbaraan, juga sudah ditentukan oleh
Tuhan sendiri. Semua perkakas ini pun harus dibuat dari tembaga, seperti
ketetapan Tuhan. Mezbah haruslah memiliki kayu-kayu pengusung, agar
setiap saat Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk berpindah tempat
tinggal, mezbah sudah siap untuk dipindahkan. Mezbah korban bakaran ini
harus dibuat persis seperti apa yang dikatakan Tuhan, tanpa kekurangan
satu hal pun. Ayat 8 mengatakan “demikianlah harus dibuat mezbah itu”,
sama seperti yang difirmankan oleh Tuhan.
Mezbah korban bakaran ini akan dipakai sebagai tempat meletakkan
korban yang akan dipersembahan kepada Tuhan. Pada bagian berikutnya,
Tuhan akan memberikan perintah bahwa korban bakaran itu harus baik
keadaannya, “sempurna” sesuai dengan perintah Tuhan. Keajaiban kasih
Allah, keajaiban anugerah Allah diungkapkan kembali saat kita mengingat
mezbah korban bakaran. Kristus selaku korban yang sempurna, yang tidak
bercacat dan bercela, sudah memenuhi tuntutan Allah, untuk menghapus
dosa kita, untuk mengubah status keberdosaan kita menjadi kebenaran di
hadapan Allah. Betapa kita bersyukur akan keajaiban kasih Allah ini, yang
diperoleh hanya dengan iman dan percaya kepada Kristus. Keajaiban
kasih Allah ini juga dinyatakan melalui anugerah-Nya yang terus-menerus
membaharui dan mengubahkan diri setiap kita, makin hari makin serupa
dengan Kristus. Dengan meneladani Kristus, yang mempersembahkan
diri-Nya sebagai korban yang sempurna kepada Allah, kita pun rindu untuk
mempersembahkan hidup kita untuk semakin diubahkan di hadapan-Nya,
sampai kepada kesempurnaan kekal, yang akan dianugerahkan-Nya
kepada kita, menjelang kedatangan-Nya yang kedua kali.
STUDI PRIBADI: (1) Apa kesan Anda akan mezbah korban bakaran? (2) Bagaimana mezbah
korban bakaran ini mengingatkan Anda akan kasih Allah yang ajaib?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar semakin rindu memiliki hidup yang
diubahkan dalam Kristus dan kerinduan ini terwujud dalam tingkah-laku
hidupnya sehari-hari.
SENIN
12
JUNI 2017
“Itulah suatu ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya
bagi orang Israel turun-temurun.”
(Keluaran 27:21)
Bacaan hari ini: Keluaran 27:20-21
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 21-22, Galatia 1
BERIBADAH MENURUT KETETAPAN TUHAN
D
alam kehidupan kita, peraturan menjadi hal yang sangat penting.
Jika hidup kita teratur, maka segala sesuatu yang akan dilakukan,
dapat berjalan dengan baik. Hal yang sama juga berlaku ketika
orang Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan. Ada sejumlah
aturan yang ditetapkan Tuhan untuk dilakukan dan dilaksanakan oleh umat
Israel terkait dengan ibadah mereka kepada Tuhan. Beberapa hal yang
diatur dengan ketat oleh Tuhan, di antaranya mengenai: Mezbah korban
bakaran, pelataran tempat tabut perjanjian, mengenai pesangan lampu
dan orang-orang yang bertugas di dalam Kemah Pertemuan tempat Tabut
Tuhan diletakkan. Semuanya diatur dengan sangat detail dan rinci.
Pertanyaannya: Mengapa Tuhan membuat peraturan yang demikian
ketat dan detail terkait kemah pertemuan dan tempat ibadah? Mengapa
peraturan yang dibuat oleh Tuhan terkesan begitu menyulitkan orang Israel
pada zaman itu? Tujuan Tuhan membuat peraturan yang ketat dan detail
adalah supaya: (a) Orang Israel beribadah dan bertemu dengan Tuhan
sesuai dengan apa yang Tuhan mau, bukan seperti apa yang orang Israel
mau; (b) Orang Israel dapat beribadah kepada Tuhan dengan cara yang
tertib dan benar, sebagaimana ditetapkan oleh Tuhan; Allah Israel adalah
Allah yang memiliki kepribadian dan kehendak, oleh sebab itu ketika orang
Israel beribadah kepada-Nya, orang Israel harus beribadah sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan-Nya, bukannya sesuai dengan kemauan dan
kehendak orang Israel. Inilah yang membedakan antara Allah Israel dan
dewa-dewa bangsa Mesir, dimana umatnya lah yang menentukan cara dan
kemauan untuk beribadah dan menyembah kepadanya.
Yang penting untuk kita pelajari bahwa Tuhan yang kita sembah adalah
Tuhan yang memiliki kepribadian dan kehendak. Dia memberikan kepada
kita cara dan aturan yang tetap untuk menyembah Dia. Bukan berdasarkan
kemauan manusia semata-mata, melainkan berdasarkan cara Tuhan dan
ketetapan-Nya. Biarlah kita datang beribadah dan bertemu dengan-Nya di
dalam cara yang benar, sebagaimana yang dikehendaki-Nya, Amin.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang menjadi ketetapan Tuhan bagi seluruh Israel yang diperintahkan melalui Musa? (2) Apakah tujuan Tuhan membuat keketapan yang demikian?
Berdoalah agar jemaat Tuhan dapat menjaga serta memelihara kehidupan
ibadah yang benar di hadapan Tuhan. Bukan sekadar melakukan ritual
semata-mata, tetapi dengan kesadaran bahwa Tuhan yang patut disembah
SELASA
13
JUNI 2017
“Harun dan anak-anaknya haruslah memakainya,
apabila mereka ... menyelenggarakan kebaktian di tempat kudus,
supaya mereka jangan membawa kesalahan kepada dirinya...”
(Keluaran 28:43a)
Bacaan hari ini: Keluaran 28:1-43
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 23-24, Galatia 2
IDENTITAS PARA PELAYAN
P
akaian Efod adalah salah satu pakaian yang dipakai oleh para imam
yang melayani di Kemah Pertemuan. Pakaian efod mungkin salah
satu pakaian yang paling dini dipakai oleh para imam di daerah timur
dekat kuno. Setidaknya ada 2 jenis baju efod yang disinggung Alkitab:
Pertama, baju efod sederhana yang dipakai Samuel (bnd. I Samuel
2:18) dan Daud (bnd. 2 Samuel 6:14) adalah baju efod dari bahan lenan
sederhana. Kedua, baju Efod yang lebih lengkap ditetapkan oleh Tuhan
sebagaimana diatur dalam Keluaran 28:1-43 dan Keluaran 39:1-31. Inilah
baju efod yang khusus digunakan oleh imam besar. Baju efod ini terbuat
dari bahan yang mahal, ditenun dengan benang emas, benang ungu tua,
benang kirmizi, atau benang lain. Panjangnya dari dada sampai ke pinggul.
Efod mantap di tempatnya sebab terpaut pada dua utas kain yang melintas
di bahu dan diikat meliliti pinggang (bnd. Kel. 39:1-26). Selama melakukan
ritual ibadah, seorang imam harus memakai pakaian yang menutupi
pinggang dan pahanya (bnd. Kel. 28:42-43), dan kemeja lenan bersulam
panjang yang mempunyai tangan, juga ikat pinggang lenan dipintal sangat
elok, kain ungu tua, kain ungu muda, dan kain kirmizi (bnd. Kel. 28:40;
39:27). Baju efod ini merupakan identitas dari para imam yang melayani di
kemah pertemuan. Ini menjadi ketetapan Tuhan yang harus dilakukan oleh
umat Israel.
Belajar dari bagian ini, bahwa identitas orang Kristen bukan lagi
terletak pada baju secara fisik sebagaimana pada zaman Perjanjian Lama,
melainkan kematian dan kebangkitan Kristus yang telah memberikan
identitas baru kepada mereka yang telah diselamatkan. Terlebih khusus
lagi, identitas para pelayanan Tuhan bukan didasarkan pada pakaian dan
materi yang melekat pada pribadi tersebut, tetapi kepada panggilan yang
jelas (bnd. Efesus 2:10) dan penyerahan diri yang total di dalam hadapan
Kristus (bnd. Rm. 12:1). Melalui pelayanan, pemberitaan Injil serta ketaatan
kepada Firman Tuhan, identitas para pelayan Tuhan semakin nyata terlihat.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah identitas para imam yang melayani di Kemah Suci? (2) Dalam
Perjanjian Baru, apa yang menjadi identitas orang Kristen yang dipanggil melayani-Nya?
Berdoalah agar kita sebagai orang Kristen boleh hidup yang menyatakan
identitas kita melalui pelayanan yang kita berikan kepada-Nya, di tengahtengah dunia ini.
RABU
14
“Inilah yang harus kaulakukan kepada mereka, untuk menguduskan
mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku:
Ambillah seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba
jantan yang tidak bercela...” (Keluaran 29:1)
JUNI 2017
Bacaan hari ini: Keluaran 29:1-37
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 25-26, Galatia 3
PENGUDUSAN PARA PELAYAN
P
ara imam diangkat dan ditetapkan Tuhan. Harun dan anak-anaknya
ditetapkan sebagai imam yang melayani Kemah Pertemuan
(Kemah Suci) atas kehendak Tuhan sendiri. Keluaran 28:1, “Engkau
harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya
datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk memegang
jabatan imam bagi-Ku--Harun dan anak-anak Harun, yakni Nadab, Abihu,
Eleazar dan Itamar....”, Musa bukan hanya mengangkat Harun dan anakanaknya sebagai Imam, Musa juga bertindak sebagai pengantara untuk
menguduskan Harun dan anak-anak-Nya.
Apa yang dilakukan untuk menguduskan Harun dan anak-anaknya?
Musa harus menguduskan Harun dan anak-anaknya, yaitu dengan cara
mempersembahkan seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan
muda yang tidak bercela dan mengolah roti kemudian mempersembahkan
kepada Tuhan (bnd. Keluaran 29:1-3), juga harus menggunakan pakaian
yang kudus (bnd. Keluaran 29:29-30). Selama tujuh hari harus mengadakan pendamaian bagi mezbah Tuhan dengan cara mempersembahkan
korban bakaran (bnd. Keluaran 29:36-37). Pertanyaannya: Mengapa harus
demikian? Karena Tuhan adalah Allah yang kudus, sehingga setiap orang
yang menjadi imam dan melayani-Nya haruslah kudus. Tuhan menuntut hal
yang demikian atas umat Israel.
Kita bersyukur hidup di dalam zaman ini, dimana ritual semacam ini
tidak berlaku. Ini terjadi karena Yesus Kristus telah mati dan mengorbankan
diri-Nya untuk menjadi korban pendamaian yang menghapuskan dosa dan
kesalahan kita di hadapan Allah (bnd. Roma 3:25a; 5:11; Kolose 1:20). Oleh
karena kematian-Nya, kita berstatus “telah dikuduskan” di hadapan Allah
(bnd. Kolose 1:22). Bahkan lebih dari itu, kita diangkat untuk menjadi rekan
kerja-Nya, yang melayani dan hidup sebagaimana yang dikehendaki-Nya
(bnd. Efesus 2:10; 1 Korintus 7:22; Efesus 4:12). Jadi pengudusan hidup
kita bukan dilakukan memakai cara ritual keagamaan, melainkan dengan
kematian dan pencurahan darah Yesus Kristus di atas kayu salib.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana cara Musa menguduskan Harun dan anak-anaknya, yang
menjadi imam atas Israel? (2) Apakah yang Tuhan lakukan untuk menguduskan kita?
Berdoalah agar kita sebagai jemaat Tuhan yang sudah diselamatkan oleh
kematian dan kebangkitan Kristus, dapat benar-benar hidup melayani-Nya
dan tetap menjaga kekudusan hidup kita.
KAMIS
15
JUNI 2017
“Di sanalah Aku akan bertemu dengan orang Israel,
dan tempat itu akan dikuduskan oleh kemuliaan-Ku.”
(Keluaran 29:43)
Bacaan hari ini: Keluaran 29:38-46
Bacaan setahun: 1 Tawarikh 27-29, Galatia 4
WAKTU BERSEKUTU DENGAN TUHAN
P
erikop yang menjadi bacaan hari ini masih merupakan bagian dari
aturan-aturan mengenai pengudusan seorang imam. Secara
khusus bagian ini mengatur tentang korban pagi dan korban petang.
Setelah imam-imam ditahbis, mereka harus mempersembahkan korban
bakaran yang tetap dan turun-temurun. Tuhan memerintahkan orang Israel
untuk mempersembahkan korban bakaran yang tetap tiap-tiap hari melalui
para imam. Persembahan itu harus berupa dua ekor domba untuk sehari,
yang dipersembahkan bersama tepung, minyak, dan anggur. Korban
bakaran itu harus diolah dua kali sehari, yaitu pada waktu pagi dan petang.
Korban bakaran itu haruslah dipersembahkan di depan pintu Kemah
Pertemuan di hadapan Tuhan, sebab di sanalah Tuhan akan menjumpai
dan berfirman kepada orang Israel. Tuhan memerintahkan para imam
untuk mempersembahkan korban bakaran dua kali sehari karena Ia ingin
bertemu dan berfirman kepada umat-Nya. Ia rindu bersekutu dengan umatNya. Persembahan korban bakaran itu dilakukan untuk memastikan
kelangsungan persekutuan bangsa Israel dengan Tuhan. Selain itu, juga
untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa tiap-tiap hari merupakan hari
pengabdian kepada Tuhan. Tuhan sendiri berjanji akan berdiam di tengah
umat dan menjadi Allah mereka, supaya umat dapat memuliakan Tuhan,
yang telah melakukan perkara besar bagi mereka.
Di zaman sekarang, persekutuan kita dengan Tuhan tidak dilakukan
dengan mempersembahkan korban bakaran, melainkan dengan bersaat
teduh. Saat teduh adalah saat dimana kita menyediakan waktu secara
khusus untuk bersekutu secara pribadi dengan Tuhan. Saat teduh menjadi
saat bagi kita untuk mendengarkan suara Tuhan melalui firman-Nya, juga
saat untuk mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan melalui doa. Tuhan
rindu untuk bertemu dan berfirman kepada kita dalam waktu teduh kita. Jika
Tuhan merindukan waktu khusus untuk bersekutu dengan kita secara
pribadi tiap hari, adakah juga kerinduan itu dalam hati kita? Sudahkah kita
menyediakan waktu khusus untuk bersaat teduh setiap hari?
STUDI PRIBADI: (1) (1) Apa yang harus dipersembahkan imam sebagai korban pagi dan
korban petang? (2) Mengapa korban bakaran itu harus dilakukan dua kali dalam sehari?
Doakanlah agar setiap umat Tuhan terus memiliki kerinduan untuk bersekutu
dengan Tuhan secara pribadi, mengerti betapa Tuhan mencintainya dan
mengerti kehendak Tuhan dalam hidupnya.
JUMAT
16
JUNI 2017
“Sekali setahun haruslah Harun mengadakan pendamaian
di atas tanduk-tanduknya; dengan darah korban
penghapus dosa pembawa pendamaian…”
(Keluaran 30:10)
Bacaan hari ini: Keluaran 30:1-10
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 1-3, Galatia 5
HAK ISTIMEWA ORANG PERCAYA
B
agian ini mengatur mengenai pembuatan mezbah pembakaran
ukupan. Mezbah pembakaran ukupan berbeda dengan mezbah
korban bakaran. Mezbah pembakaran ukupan khusus dipakai untuk
membakar ukupan wangi-wangian dan tidak boleh dipakai untuk keperluan
lain. Campuran dari persembahan ukupan itu juga ditetapkan oleh Tuhan.
Mezbah itu harus diletakkan di ruang kudus di depan tabir ruang maha
kudus, tempat kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Di atas mezbah
itu, imam-imam harus mewakili umat Tuhan mempersembahkan ukupan
pada pagi dan petang setiap harinya, sama seperti korban bakaran. Dalam
Alkitab, persembahan ukupan melambangkan doa-doa umat Tuhan (Mzm.
141:2). Oleh karena itu, bau harum semerbak yang terus membubung dan
memenuhi ruang kudus pada pagi dan petang melambangkan doa-doa
yang senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan.
Melalui persembahan bakaran, Israel mengabdikan dan menyucikan
hidup dan tindakannya, tubuh dan jiwa bagi Tuhan. Melalui persembahan
ukupan, umat menaikkan doa-doa kepada Tuhan. Persembahan ukupan
bukan hanya tindakan merohanikan dan mengubah rupa persembahan
bakaran, tapi juga penyempurnaan persembahan bakaran tersebut. Setiap
tahun harus diadakan pendamaian terhadap mezbah pembakaran ukupan,
dengan darah korban penghapus dosa. Hal ini melambangkan: umat Israel
hanya bisa menghampiri Tuhan atas dasar penebusan dan pendamaian.
Umat Israel juga hanya bisa menghadap Tuhan melalui perantaraan imam.
Hari ini, orang percaya tidak perlu lagi mempersembahkan korban
pendamaian setahun sekali. Kristus telah menjadi korban pendamaian
yang sempurna bagi orang percaya. Melalui pengorbanan Kristus, orangorang percaya dilayakkan untuk menghadap Tuhan secara pribadi melalui
doa, tanpa harus melalui perantara. Karena itu kita harus mengucap syukur
dan menyadari bahwa doa adalah hak istimewa yang diberikan bagi tiap
orang percaya. Jika demikian, akankah kita menyia-nyiakan hak istimewa
itu? Sudahkah Anda mengawali dan mengakhiri setiap hari dengan doa?
STUDI PRIBADI: (1) Apa beda mezbah pembakaran ukupan dengan mezbah persembahan
bakaran? (2) Mengapa harus diadakan pendamaian bagi mezbah itu setiap tahunnya?
Doakanlah saudara-saudara kita seiman yang dalam dalam pergumulan
atau mengalami lemah tubuh. Kiranya Tuhan memulihkan kondisi mereka,
dan mereka tetap setia menantikan pertolongan-Nya.
SABTU
17
“Setiap orang yang akan termasuk orang-orang yang terdaftar itu,
yang berumur dua puluh tahun ke atas,
haruslah mempersembahkan persembahan khusus itu
kepada Tuhan.” (Keluaran 30:14)
JUNI 2017
Bacaan hari ini: Keluaran 30:11-18
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 4-6, Galatia 6
UANG PENDAMAIAN
S
ensus penduduk adalah hal wajar dilakukan oleh pemerintah untuk
mengetahui jumlah dan data penduduk yang tinggal di satu daerah.
Allah juga memerintahkan Musa untuk melakukan sensus kepada
umat Israel. Bacaan hari ini mengatur mengenai persembahan yang harus
diberikan olah umat Israel pada waktu sensus. Orang-orang yang sudah
terdaftar dan berusia dua puluh tahun ke atas harus memberi persembahan
khusus kepada Tuhan. Kewajiban ini berlaku untuk semua kalangan, baik
orang miskin maupun orang kaya. Jumlah yang harus diberikan pun sama
untuk setiap orangnya, yaitu setengah syikal.
Persembahan khusus merupakan uang pendamaian bagi nyawa umat
Israel. Umat diharuskan memberi persembahan khusus itu karena mereka
telah menerima keselamatan dari Tuhan atas nyawa mereka. Pemberian
persembahan khusus ini mengajarkan umat bahwa hidup mereka bukan
bergantung pada kekayaan, melainkan kepada Tuhan, Pemberi hidup.
Tuhan telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir, karena itu
sudah selayaknyalah mereka memberikan persembahan khusus kepada
Tuhan sebagai ungkapan syukur mereka kepada Tuhan. Kesetiaan umat
memberikan persembahan khusus merupakan tanda bakti mereka kepada
Tuhan. Persembahan khusus itu melambangkan bahwa umat adalah milik
Tuhan, bukan milik Musa, bukan juga milik pemerintah.
Di dalam Kristus, kita telah ditebus dan harganya telah lunas dibayar
oleh darah-Nya, sehingga kita menjadi anak Allah. Hidup kita sekarang
adalah milik Tuhan. Oleh karena itu, kita harus mengucap syukur dengan
cara mempersembahkan hidup sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus, dan yang berkenan kepada Allah. Persembahan yang kita berikan
dalam ibadah kita adalah peringatan bahwa kita adalah milik Tuhan. Kita
dipelihara oleh belas kasih Tuhan. Persembahan itu sesungguhnya berasal
dari tangan Tuhan sendiri (1Taw. 29:14). Bila pemahaman itu sudah ada di
dalam hati kita, maka mempersembahkan harta kita untuk Tuhan, bukanlah
beban. Sudahkah engkau memberikan persembahan bagi Tuhan?
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa mereka yang telah terdaftar harus memberi persembahan
khusus? (2) Selain sebagai uang pendamaian, persembahan khusus digunakan untuk apa?
Berdoalah mengucap syukur kepada Tuhan Yesus atas karya penebusanNya yang menyelamatkan setiap umat pilihan-Nya. Sebagai umat tebusan,
kita mengerjakan keselamatan kita dengan melakukan firman-Nya.
MINGGU
18
JUNI 2017
“Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan
kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!”
(Mazmur 96:9)
Bacaan hari ini: Keluaran 30:17-21
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 7-9, Efesus 1
KEKUDUSAN HIDUP-(1)
K
ekudusan merupakan salah satu sifat atau atribut Allah. Allah itu
adalah Pribadi yang kudus, oleh karena itu Allah menginginkan agar
umat-Nya pun dapat hidup dalam kekudusan. Itulah sebabnya,
segala hukum dan ritual yang diperintahkan Allah dalam Perjanjian Lama,
menyatakan kekudusan-Nya. Misalnya, mengenai ritual pembasuhan yang
tercatat dalam bagian ini.
Tuhan berfirman kepada Musa agar membuat sebuah bejana
pembasuhan. Bejana pembasuhan ini haruslah terbuat dari bejana
tembaga yang besar, dan haruslah diletakkan di antara Kemah Pertemuan
dan Mezbah. Bejana pembasuhan ini akan diisi dengan air, dan akan
digunakan untuk membasuh tangan dan kaki para iman sebelum mereka
melayani di Kemah Pertemuan.
Aturannya adalah, apabila mereka hendak datang ke mezbah itu untuk
menyelenggarakan kebaktian dan untuk membakar korban api-apian bagi
TUHAN, haruslah mereka membasuh tangan dan kaki mereka, supaya
mereka jangan mati. Bejana pembasuhan ini memiliki pengertian rohani,
yaitu untuk menyucikan dan menguduskan para imam, sehingga terjadi
pendamaian sebelum melayani TUHAN yang Mahakudus di Kemah
Pertemuan.
Hari ini, ritual pembasuhan tidak lagi terjadi ketika umat Tuhan masuk
dan melayani di rumah Tuhan. Sebab Yesus Kristus, sang Anak Domba
Allah telah menyucikan kita dari setiap dosa dan telah melayakkan kita
untuk boleh menghadap hadirat Allah dengan kekudusan. Akhirnya,
marilah kita sebagai anak-anak Allah hidup dalam kekudusan. Dengan
demikian nama Allah dipermuliakan melalui kehidupan kita.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana cara Anda dalam mengusahakan hidup kudus dalam
kehidupan sehari-hari? (2) Masih adakah dosa-dosa yang Anda sedang gumulkan dan
menghambat relasi Anda untuk datang kepada Tuhan?
Berdoalah kepada Allah: Bersyukurlah atas anugerah pengampuan dosa
melalui pengorbanan Tuhan Yesus; Memohon kepada Allah agar senantiasa
memampukan kita untuk boleh hidup kudus.
SENIN
19
JUNI 2017
“Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu kudus.”
(Imamat 19:2b)
Bacaan hari ini: Keluaran 30:22-33
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 10-12, Efesus 2
KEKUDUSAN HIDUP-(2)
K
ehidupan bersama dengan Allah adalah sebuah kehidupan yang
berdasarkan kepada kekudusan. Sejak zaman dulu, berulang kali,
Allah telah menggemakan panggilan hidup kudus bagi umat-Nya.
Allah telah memberikan peraturan demi peraturan untuk mengarahkan
umat-Nya hidup dalam kekudusan.
Dalam kasus ini, Allah berfirman kepada Musa, supaya membuat
suatu campuran rempah-rempah yang dicampur dengan cermat seperti
buatan tukang campur rempah-rempah; itulah yang harus menjadi minyak
urapan yang kudus (ay. 25). Campuran minyak urapan yang kudus ini
dikhususkan untuk menguduskan Kemah Pertemuan, dan tabut hukum,
meja dengan segala perkakasnya, kandil dengan segala perkakasnya, dan
mezbah pembakaran ukupan; dan juga untuk mengurapi Harun dan anakanaknya yang akan memegang jabatan imam (ay. 26-30). Minyak urapan
kudus ini diperuntukkan untuk tujuan yang kudus untuk melayani TUHAN,
sehingga orang awam tidak diperbolehkan memakai minyak urapan ini
secara sembarangan. Jika ditemukan orang awam yang dengan sengaja
menggunakan minyaknya, maka orang demikian haruslah dilenyapkan dari
antara bangsanya (ay. 33). Bahkan para imam juga tidak diperbolehkan
memakai minyak urapan ini untuk tujuan yang berbeda bagi umat Israel.
Dari Firman Tuhan hari ini, secara konsisten ketika Tuhan telah
memberikan perintah dan peraturan kepada umat-Nya, maka Tuhan juga
memberikan batasan-batasan yang jelas antara “yang kudus” dan “yang
tidak kudus” supaya umat-Nya tidak melanggar. Apabila umat Allah sudah
mengerti aturan yang jelas dari Allah dan tetap melanggar, maka akan ada
sebuah konsekuensi bagi mereka yang melanggarnya.
Hari ini, kita memiliki Firman Tuhan sebagai pegangan kita untuk
mengetahui dan membedakan mana “yang kudus” dan “yang tidak kudus”
sesuai dengan kehendak Allah. Oleh sebab itu, bawalah diri kita masingmasing untuk hidup berpadanan dengan Firman Tuhan supaya kita boleh
senantiasa memuliakan nama Allah.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kehidupan pribadi kita dengan Tuhan? Adakah kita rindu
ingin mengerti kehendak-Nya? (2) Sudahkah hidup kita berpadanan dengan Firman-Nya?
Berdoalah agar Allah memberikan kepada kita hati yang selalu merindukan
Firman-Nya dan memegang teguh serta melaksanakan perintah-perintahNya dengan setia.
SELASA
20
JUNI 2017
“Sebagian dari ukupan itu haruslah kaugiling sampai halus,
dan sedikit dari padanya kauletakkanlah di hadapan tabut hukum
di dalam Kemah Pertemuan, di mana Aku akan bertemu dengan
engkau; haruslah itu maha kudus bagimu.” (Keluaran 30:36)
Bacaan hari ini: Keluaran 30:34-38
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 13-14, Efesus 3
BAU YANG KUDUS BAGI TUHAN
T
uhan Allah adalah Tuhan atas segala sesuatu, di mana kita manusia
ciptaan dituntut menghampiri-Nya dalam kekudusan menyeluruh.
Bagian-bagian sebelumnya mengajarkan kita tentang kekudusan
dalam upacara ibadah, termasuk peralatan-peralatan yang dipakai. Bagian
ini mengajarkan kita tentang ukupan yang hendak dibakar di atas mezbah.
Ternyata bahan-bahan tersebut tidaklah sembarangan, semua itu adalah
bahan-bahan pilihan yang terbaik, ada “getah damar, kulit lokan dan getah
rasamala, wangi-wangian itu serta kemenyan yang tulen.”
Dari kata “tulen”, kita tahu bahwa bahan-bahan tersebut adalah pilihan
yang terbaik, sebagaimana peralatan Kemah Suci dibuat dari bahan-bahan
pilihan yang terbaik, demikian juga bahan-bahan ukupan ini. Dalam ayat 34
menyebutkan, masing-masing harus sama banyaknya, berarti tidak boleh
dibuat dari bahan sembarangan dan ukuran yang sesuka “gue”, bahkan
ayat 38 memberikan peringatan bagi yang melanggar kekudusan Tuhan.
Mengikuti tuntutan Tuhan juga merupakan persembahan yang harum bagi
Tuhan. Dalam kisah orang Majus yang datang mencari bayi Yesus, mereka
membawa persembahan yang terbaik, selain emas yang merupakan logam
yang paling mahal dan murni, juga kemenyan dan mur. Kemenyan adalah
ukupan yang baunya wangi di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu, hukum
Tuhan secara prinsip masih tetap berlaku bagi kita sekarang, sekalipun kita
ada di dunia PB dan diselamatkan oleh iman.
Kita tahu bahwa semua itu adalah simbol dari kekudusan yang Tuhan
tuntut dari kita, dan secara manusia kita tidak mungkin menuaikannya
dengan sempurna. Bersyukur kepada Tuhan Yesus, karya Salib-Nya telah
menggenapi tuntutan Allah Bapa dengan sempurna, namun kita tetap
bertanggungjawab atas kehidupan yang sempurna, sebagaimana rasul
Paulus katakan, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu
adalah ibadahmu yang sejati” (Rom. 12:1 ITB).
STUDI PRIBADI: (1) Apakah yanag Tuhan tuntut di dalam kehidupan kita? (2) Bagaimana
Saudara memelihara kehidupan kudus tersebut?
Berdoalah agar setiap kita, yakni orang-orang percaya yang telah menerima
keselamatan dapat hidup dengan menjaga kekudusan kita sampai akhir, dan
hidup memuliakan nama Tuhan.
RABU
21
JUNI 2017
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Lihat, telah Kutunjuk
Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah Kupenuhi
dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan
pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan.” (Keluaran 31:1-3)
Bacaan hari ini: Keluaran 31:1-11
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 15-16, Efesus 4
KARUNIA: DARI TUHAN, UNTUK TUHAN
K
epemimpinan Musa dan Harun atas bangsa Israel tidaklah perlu
diragukan lagi, tetapi kita tahu bahwa mereka dapat memimpin
bangsa Israel, karena Tuhan semata. Musa sendiri bukan seorang
pemimpin dari lahir. Dan, kita melihat bahwa tidak berarti orang lain tidak
bisa apa-apa dan tidak memiliki apa-apa. Dalam Kel. 18, kita juga telah
melihat bahwa Musa pun membutuhkan “Hakim-hakim” untuk membantu
pekerjaannya. Dalam bagian ini juga memperlihatkan kepada kita bahwa
Tuhan pun secara aktif memanggil orang lain, diberikan talenta khusus
untuk pembangunan Kemah Suci.
Pekerjaan Kemah Suci bukan pekerjaan gampang yang memakan
waktu singkat, apalagi bangsa Israel masih baru keluar dari perbudakan di
Mesir, mereka disuruh untuk membangun Kemah Suci, ini tentu akan ada
banyak kesulitan. Tuhan Tahu! Ini pekerjaan Tuhan, maka Tuhan pula yang
menyediakan segala kebutuhan, termasuk orang dan bahan. Kita sebagai
umat Tuhan tidak perlu kuatir, kita hanya perlu untuk mengikuti petunjuk
kebenaran Tuhan. Hal ini juga berlaku untuk kita secara pribadi, apa yang
menjadi rencana dan panggilan Tuhan untuk gereja dan diri kita pribadi.
Seringkali kita menghitung biaya atau mengukur kemampuan. Tapi, apakah
kita mencari tahu apa kehendak Tuhan untuk kita lakukan? Hal yang paling
jelas ialah: kehendak Tuhan adalah Amanat Agung, bila kita sungguh rindu
melakukannya, maka Tuhan akan memampukan kita, dan menyediakan
apa yang kita perlukan. Sebagaimana perkataan Hudson Taylor bahwa,
“Pekerjaan Allah dilakukan dengan cara Allah, maka tidak akan pernah
kekurangan akan suplai dari Allah sendiri.”
Hal berikut yang dapat kita pelajari adalah, jangan berkata gereja atau
pekerjaan Tuhan telah banyak orang melakukannya, dan kita hanya orang
kecil dan tidak mampu. Lihatlah, setiap kita unik di mata Tuhan dan memiliki
kemampuan serta panggilan khusus, tidak mungkin kita “menganggur”.
Oleh sebab itu minta kepada Tuhan, buka mata hati Anda, temukan beban
dan talenta Anda, lakukanlah dengan setia untuk kemuliaan-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Siapakah yang membantu Musa dan Harun dalam membangun kemah
suci? (2) Apa sajakah yang dibutuhkan untuk membangun kemah suci?
Berdoalah agar tiap orang percaya sungguh-sungguh menggunakan talenta
yang Tuhan berikan untuk melayani-Nya dengan setia, sehingga menjadi
berkat dan teladan bagi orang lain.
KAMIS
22
“Katakanlah kepada orang-orang Israel: Akan tetapi hari-hari
Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku
dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa
Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu.” (Keluaran 31:13)
JUNI 2017
Bacaan hari ini: Keluaran 31:12-18
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 17-18, Efesus 5
KUDUSKANLAH HARI SABAT
D
alam Kitab Keluaran 31:12-17, Allah menyampaikan firman-Nya
pada Musa, supaya hari ketujuh ditetapkan sebagai hari perhentian
penuh (Sabat), hari untuk kita beristirahat atau berhenti bekerja.
Alasannya, bangsa Israel harus mengikuti apa yang telah dilakukan oleh
Allah, yaitu menciptakan langit dan bumi selama enam hari, lalu berhenti
dari semua pekerjaan pada hari yang ketujuh (ay. 16-17). Melalui bagian ini
kita akan belajar pentingnya kita menguduskan Hari Sabat.
Pertama, Hari Sabat adalah peringatan antara Allah dan umat-Nya.
Dalam ayat 13 dikatakan bahwa Hari Sabat adalah sebagai “Peringatan
antara Allah dan umat-Nya sampai turun-temurun.” Artinya adalah bahwa
Allah sendiri yang memberikan banyak kebaikan, pemulihan dan mukjizat
bagi umat Israel. Semua itu dilakukan oleh Allah sebagai bukti cinta kasih
Allah kepada umat-Nya. Oleh sebab itu, Allah kembali mengingatkan
mereka bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan mereka semata-mata
hanya karena kebaikan Tuhan. Sebab itu, umat Israel bersama dengan
keturunannya harus datang beribadah kepada Tuhan dan tetap
memelihara relasi mereka dengan Tuhan (ay. 14,16). Oleh sebab itu, ketika
kita bertemu dengan hari Sabat, kita datang dengan sungguh-sungguh,
dan memeliharanya dalam hidup kita.
Kedua, Hari Sabat adalah hari yang kudus bagi Tuhan (ay. 15). Allah
berfirman kepada bangsa Israel melalui Musa, untuk “Menguduskan hari
Sabat.” Karena hari Sabat adalah hari yang kudus bagi Tuhan, artinya
adalah: hari itu adalah hari yang suci, harus dipersembahkan, dikuduskan
dan dikhususkan untuk Tuhan, dimana setiap umat harus datang kepada
Tuhan untuk berbakti dan beribadah serta menyembah Tuhan dengan
sungguh-sungguh. Tuhan telah menyediakan waktu selama enam hari bagi
umat-Nya untuk bekerja dan pada hari yang ketujuh adalah hari perhentian
dari semua pekerjaan sehari-hari yang telah dilakukan. Oleh sebab itu,
ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat yang diberikan Tuhan bagi kita dan
peliharalah serta muliakan Tuhan selamanya.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah arti Hari Sabat menurut Alkitab? (2) Mengapakah kita harus
menguduskan Hari Sabat Tuhan?
Berdoalah agar setiap kita bisa sungguh-sungguh menguduskan hari Sabat
dan tetap setia beribadah kepada Tuhan atas segala rahmat dan anugerah
yang telah kita terima dari-Nya. Amin.
JUMAT
23
JUNI 2017
“Lagi Firman TUHAN kepada Musa: Telah Kulihat bangsa ini
dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa
yang tegar tengkuk.” (Keluaran 32:9)
Bacaan hari ini: Keluaran 32:1-14
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 19-20, Efesus 6
BANGSA YANG TEGAR TENGKUK
K
eluaran 32:1-14, merupakan sebuah kitab yang menggambarkan
tentang sifat umat Israel kepada TUHAN. Adapun sifat mereka yang
dicatat Alkitab adalah “Bangsa yang tegar tengkuk”, yang berarti
bangsa yang keras kepala, tidak ada kerendahan hati, bangsa yang kasar,
tidak tahu aturan, bangsa yang tidak hormat, lancang, bangsa yang kurang
ajar (impudent), berlaku jahat dan kejam. Mengapa bangsa Israel disebut
Allah sebagai bangsa yang “tegar tengkuk” dan apa akibatnya?
Pertama, Israel adalah bangsa yang tidak sabar. Pada ayat 1, Israel
melihat bahwa Musa mengundur-undur waktu untuk turun dari Gunung
Sinai, mereka seperti kehilangan pemimpin, tidak tahu arah-tujuan. Mereka
tidak menyadari kalau Musa sedang berbicara dengan Allah (Kel. 31:18).
Pada akhirnya mereka tidak sabar, kesal dan kecewa, sehingga mendesak
Harun untuk segera membuat allah yang lain (yaitu anak lembu emas) yang
mereka bisa sembah dan ikuti. Jelas tindakan umat Israel adalah tindakan
dosa yang dilakukan kepada Allah. Ketidaksabaran mereka merupakan
tindakan ketidakpercayaan kepada penyertaan Allah.
Kedua, Bangsa Israel yang tegar tengkuk mendatangkan murka Allah.
Ketidaksetiaan Israel kepada Allah, mendatangkan amarah yang sangat
besar dari Allah. Sehingga Allah ingin membinasakan, memusnahkan, dan
menghapuskan Israel dan akan memberikan bangsa yang baru bagi Musa
(ay. 7-10). Menyaksikan kemarahan Allah, Musa datang untuk memohon
belas kasihan Allah, untuk menahan amarah-Nya dan kembali mengingat
perjanjian dengan Bapa-Bapa Bangsa Israel (ay. 13). Karena kemurahan
dan kasih setia Allah kepada Musa dan juga bangsa Israel, Allah menahan
amarah-Nya dan tidak memusnahkan bangsa Israel.
Melalui bagian ini kita belajar mengikut Tuhan butuh kesabaran. Bukan
memaksakan kehendak kita melainkan tunduk kepada kehendak Tuhan
dan pimpinan-Nya. Dalam menunggu waktu Tuhan dibutuhkan ketekunan
dan kesetiaan. Jangan pergi menyembah kepada allah lain atau membuat
berhala sendiri untuk disembah. Percayalah kepada-Nya setiap waktu.
STUDI PRIBADI: 1) Apakah arti “bangsa yang tegar tengkuk”? 2) Mengapa bangsa Israel
disebut sebagai bangsa yang tegar tengkuk?
Berdoalah agar setiap orang percaya berjalan sesuai dengan waktu dan
kehendak Tuhan. Dan hanya menyembah DIA sebagai satu-satunya Allah
yang hidup dan benar.
SABTU
24
JUNI 2017
“Kemudian Berkatalah Musa: Baktikanlah dirimu mulai hari ini
kepada TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa
anaknya laki-laki-dan saudaranya – yakni supaya kamu
diberi berkat pada hari ini.” (Keluaran 32:29)
Bacaan hari ini: Keluaran 32:15-35
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 21-22, Filipi 1
MENGABDI KEPADA TUHAN
M
usa akhirnya mengerti mengapa Allah begitu marah kepada Israel
sehingga ingin memusnahkan dan membinasakan mereka semua
kecuali Musa dan keluarganya. Musa marah dan menghancurkan
kedua loh batu yang berisi sepuluh hukum Tuhan. Lalu membakarnya dan
menggiling sampai halus dan menyuruh umat Israel untuk meminumnya,
mereka harus menanggung perbuatan dosa mereka (ay. 19-20). Musa juga
menegur Harun yang berkompromi melakukan dosa (ay. 21-24). Akhirnya,
Musa menantang Israel, memilih mengikut Tuhan atau mengikut ilah lain.
Bagian Alkitab hari ini menceritakan orang-orang Lewi dan Musa yang
setia kepada Tuhan. Pertama, Orang Lewi: hidup setia kepada Tuhan (ay.
25-29). Alkitab mencatat, di tengah-tengah keberdosaan orang Isarel, ada
orang-orang Lewi yang memilih mengabdi dan berbakti dengan setia pada
Tuhan. Orang-orang Lewi yang memihak atau mengabdi kepada Tuhan,
melakukan perintah Musa untuk menghukum mati orang-orang Israel yang
telah membuat patung lembuh emas untuk disembah (ay. 6). Kesetiaan
yang ditunjukkan oleh orang-orang Lewi ini, menyebabkan mereka bebas
dari murka Allah dan mendapatkan berkat dari Tuhan (bdg. Ul. 33:9-11).
Kedua, Musa: hidup benar di hadapan Tuhan (ay. 30-35). Meskipun
telah bertindak keras dan marah kepada Israel yang telah mendukakan hati
Tuhan dengan menyembah kepada berhala yang mereka buat sendiri,
Musa tetap memiliki hati yang penuh belas kasihan serta memiliki hati yang
sangat lembut. Ayat 30 mencatat: dengan kerelaan hati dan keberanian,
Musa naik menghadap Tuhan dengan mengaku dosa sehingga ia boleh
mendapatkan pengampunan dan mengadakan pendamaian karena dosa.
Dan Tuhan menyatakan keadilan-Nya dengan menghukum orang-orang
yang melakukan dosa (ay. 33).
Belajar dari bagian ini, hendaklah kita setia kepada Tuhan dengan cara
taat kepada-Nya, tidak kompromi dengan dosa serta sungguh mengabdi
kepada Tuhan. Hendaklah setiap kita tetap setia kepada Tuhan dan hidup
benar di tengah-tengah zaman yang penuh dengan dosa dan kejahatan ini.
STUDI PRIBADI: 1) Apa yang Musa lakukan pada umat Israel ketika mereka menyembah
berhala? 2) Tindakan pengabdian seperti apa yang dilakukan orang-orang Lewi & Musa?
Berdoalah agar dalam perjalanan mengikut Tuhan, setiap kita tetap setia dan
hidup benar di hadapan Tuhan, terlebih di tengah-tengah zaman yang penuh
dengan dosa dan kejahatan.
MINGGU
25
JUNI 2017
“Berkatalah Musa kepada-Nya:
Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami,
janganlah suruh kami berangkat dari sini.”
(Keluaran 33:15)
Bacaan hari ini: Keluaran 33:1-17
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 23-24, Filipi 2
PERLU PENYERTAAN TUHAN
P
ernahkah kita benar-benar menyadari betapa bersyukur dan betapa
pentingnya penyertaan Tuhan dalam hidup ini? Ketika keadaan kita
baik-baik mungkin kita tidak menyadarinya, namun ketika keadaan
menjadi tidak baik barulah kita mencari, meminta penyertaan Tuhan.
Ketika Israel berdosa menyakiti hati Tuhan dengan membuat patung
anak lembu emas serta sujud menyembah kepadanya, maka Tuhan murka
kepada Israel. Tuhan menghukum mereka dengan menewaskan kira-kira
3000 orang Israel. Lalu Tuhan menyuruh Musa melanjutkan perjalanan ke
negri Kanaan. Tapi Tuhan mengatakan Tuhan tidak akan menyertai mereka
karena mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk. Tuhan hanya mengirim
malaikat berjalan di depan mereka, dan Tuhan berjanji akan menghalau
orang Kanaan, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Hewi dan orang
Yebus. Mendengar hal itu sangat sedihlah bangsa Israel dan mereka pun
berkabung (ay. 1-4). Musa pun merasakan hal yang sama. Oleh sebab itu,
Musa yang memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, memberanikan
diri untuk memohon agar Tuhanlah yang menyertai perjalanan mereka.
Bagaimana dengan kita pada saat ini; apakah kita juga menganggap
penyertaan Tuhan sangat penting dalam hidup kita setiap harinya? Apakah
kita sungguh takut jika Tuhan tidak menyertai kita? Apakah kita sungguhsungguh meminta pernyertaanTuhan untuk setiap aktifitas, keputusan, dan
permasalahan yang kita hadapi tiap-tiap hari? Kalau memang kita sudah
memintanya kepada Tuhan, benarkah kita sungguh mau disertai Tuhan?
Penyertaan Tuhan bukan hanya masalah bahwa Tuhan melindungi,
menolong dan memberkati kita, tapi juga tentang Tuhan yang memimpin
dan membimbing hidup kita agar kita berjalan sesuai dengan kehendak
Tuhan. Pada bagian inilah seringkali kita tidak mau disertai Tuhan karena
kita lebih suka melakukan apa yang kita inginkan, apa yang baik menurut
kita. Marilah kita menyadari bahwa kita sangat membutuhkan penyertaan
Tuhan dalam hidup kita agar kita benar-benar merasakan indahnya hidup
dalam penyertaanTuhan.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa bangsa Israel sangat takut bila Tuhan tidak lagi menyertai
perjalanan mereka? (2) Apakah hidup kita sudah sepenuhnya disertai Tuhan?
Berdoalah agar setiap anak Tuhan senantiasa memohon penyertaan Tuhan
dan juga mau agar hidupnya benar-benar disertai Tuhan. Apapun yang
menjadi jalan kita, boleh kita selaraskan dengan jalan Tuhan.
SENIN
26
JUNI 2017
“Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain,
karena TUHAN yang nama-Nya Cemburuan,
adalah Allah yang cemburu.”
(Keluaran 34:14)
Bacaan hari ini: Keluaran 34:1-17
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 25-26, Filipi 3
JERAT MENYEMBAH ALLAH LAIN
K
etika TUHAN menyuruh Musa naik ke gunung Sinai untuk kali kedua,
Allah menyatakan sifat dan karya-Nya: mahakasih, panjang sabar,
meneguhkan kasih setia-Nya dan kesediaan-Nya mengampuni dosa.
Allah menerima kembali Bangsa Israel. Allah memperbarui perjanjian yang
terputus karena dosa penyembahan berhala. Taurat perjanjian diberikan
sekali lagi. Namun orang berdosa tidak bebas dari hukuman.
TUHAN berjanji bahwa Israel akan melihat perbuatan-perbuatan-Nya
yang dahsyat (ay. 10). Sekali lagi hal utama TUHAN ingatkan: janganlah
menyembah allah lain! TUHAN tahu bangsa Israel mudah tergoda untuk
menyembah allah lain. TUHAN adalah Allah yang cemburu, artinya TUHAN
minta umat-Nya untuk setia hanya percaya dan menyembah kepada-Nya!
Berlebihankah? Tidak! Karena TUHAN yang menciptakan mereka, memilih
mereka untuk diselamatkan, dan membebaskan mereka dari perbudakan
Mesir. Jadi, sudah seharusnya umat-Nya menyembah dan mempercayakan seluruh hidupnya hanya kepada TUHAN. Bagaimana agar Israel tidak
terjerat menyembah allah lain? (1) Jangan mengadakan perjanjian dengan
penduduk negeri yang didatangi; (2) Mezbah penyembahan, tugu berhala,
dan tiang berhala harus mereka musnahkan; (3) Jangan menikah dengan
penduduk negeri yang menyembah allah lain (ay. 12-16).
Peringatan kepada bangsa Israel tersebut juga berlaku bagi setiap
anak Tuhan saat ini. Tuhan sudah menciptakan, memilih, menyelamatkan,
membebaskan dari perbudakan dosa. Anugerah dan kasih setia Tuhan
begitu besar kepada kita. Tuhan tidak mau kita menyembah allah lain.
Mungkin kita berkata: “Saya tidak pernah menyembah patung atau berdoa
kepada allah lain.” Namun jika materi, uang, kedudukan, pekerjaan, hobi,
teman, keluarga yang menjadi fokus utama hidup kita sehingga membuat
kita menomor-duakan Tuhan, maka itulah yang menjadi allah kita. Kalau
kita mengandalkan, menaruh harapan, percaya dan tunduk kepada hal-hal
lain selain Tuhan, maka kita sudah punya dan menyembah allah lain.
Waspadalah terhadap jerat penyembahan allah lain!
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan berulangkali mengingatkan tentang hukum ke-1 dari
10 perintah Allah? (2) Apa saja bentuk allah lain yang bisa terjadi dalam hidup manusia?
Berdoalah agar setiap orang percaya benar-benar menjaga hati, pikiran dan
perbuatannya untuk tetap setia menyembah, percaya dan tunduk hanya
kepada Allah saja.
SELASA
27
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Tuliskanlah segala firman ini,
sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian
dengan engkau dan dengan Israel.” (Keluaran 34:27)
JUNI 2017
Bacaan hari ini: Keluaran 34:18-35
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 27-28, Filipi 4
PERJANJIAN YANG PENUH ANUGERAH
P
ada umumnya kita memahami kata “perjanjian” sebagai keterlibatan
antara dua pihak yang mengadakan ikatan atau kontrak kerjasama
yang disertai dengan syarat-syarat atau sangsi yang harus dipenuhi
oleh pihak- pihak yang membuat perjanjian itu. Intinya ialah perjanjian yang
dibuat adalah untuk kepentingan bersama dan menghasilkan keuntungan
bagi kedua belah pihak. Apabila salah satu pihak merasa tidak puas atau
melanggar syarat kesepakatan, maka sangsi diberlakukan atau perjanjian
dibatalkan. Tidak demikian dengan perjanjian Allah. Dalam perjanjian Allah
dengan manusia, Allah yang berinisiatif untuk memanggil dan mengadakan
perjanjian. Inti dari perjanjian itu adalah untuk menyatakan anugerah dan
keselamatan yang Allah berikan berdasarkan kedaulatan-Nya. Posisi Allah
dan manusia tidaklah sejajar, sehingga hal ini berbeda dengan perjanjian
yang dibuat oleh manusia yang berdasar kesepakatan bersama.
Perjanjian Sinai antara Tuhan dengan bangsa Israel bersifat khusus
dan berlaku sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Tuhan sudah
memberikan berkat-Nya dan meminta umat untuk setia melakukan setiap
perintah-Nya. Tuhan juga memerintahkan umat Israel untuk menyediakan
waktu satu hari dalam seminggu untuk beribadah dan bersekutu dengan
Tuhan, melakukan tiga perayaan dalam setahun: Hari Raya Roti Tidak
Beragi, Hari Raya Tujuh Minggu, dan Hari Raya Pengumpulan Hasil.
Semua hal ini bertujuan untuk mengajar agar umat Israel mengenal Tuhan,
berelasi dengan Tuhan dan memiliki cara hidup yang berbeda dari bangsabangsa lain di mana mereka tinggal.
Pada masa kini, kita tidak lagi terikat untuk merayakan ketiga hari raya
tersebut, namun kita merayakan Paskah yang mengingatkan bahwa Tuhan
sudah membebaskan kita dari perbudakan dosa. Sebagai respons kita atas
kemerdekaan rohani yang Tuhan berikan kepada kita, kita harus beribadah
dengan pengucapan syukur dan terus mengajarkan mengenai perjanjian
anugerah ini kepada anak-cucu kita. Perjanjian yang tidak didasarkan atas
kemampuan kita, melainkan atas anugerah dan kedaulatan Tuhan.
STUDI PRIBADI: (1) Siapa yang berinisiatif mengadakan perjanjian antara Allah dengan
Israel? (2) Bagaimana kita meresponi perjanjian yang ditetapkan Allah dengan umat-Nya?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan supaya kita dapat meresponi perjanjian Tuhan
di dalam hidup kita dengan cara kita setia beribadah dan melayani-Nya. Kita
dimampukan melakukan kewajiban sebagai umat pilihan-Nya.
RABU
28
“Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari
yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat,
hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap orang yang melakukan
pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati.” (Kel. 35:2)
JUNI 2017
Bacaan hari ini: Keluaran 35:1-3
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 29-30, Kolose 1
HARI PERHENTIAN
B
agian Firman hari ini mengingatkan pentingnya hari perhentian bagi
jiwa kita. Sebuah perintah yang menunjukkan Allah yang berkuasa
menyediakan apa yang dibutuhkan dan hal ini tidak dipengaruhi oleh
apapun. Hari perhentian adalah pengingat akan kebaikan Tuhan dan kuasa
Tuhan dalam kehidupan kita. Peraturan mengenai pelaksanaan Sabat (hari
ketujuh) ini begitu tegas.
Perintah tersebut diberikan Musa kepada semua umat Israel dengan
tujuan agar mereka dapat berhenti sesudah mereka bekerja selama enam
hari. Mereka nampaknya melakukan pekerjaan di sekitar kemah Suci.
Pada saat itu mereka tidak memiliki banyak aktivitas di tengah padang
gurun. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan apa yang kebanyakan
dilakukan orang pada masa kini. Mereka tidak perlu berdagang, ataupun
bercocok tanam karena Tuhan menyediakan setiap kebutuhan mereka.
Kegiatan umat Israel sebagian besar terpusat pada Kemah Suci. Sekalipun
demikian, perintah ini tetap berlaku, bahwa pada hari ketujuh, mereka
harus berhenti total. Bagian ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan hari
Sabat bukan sekadar berada di Kemah Sucinya. Sabat harusnya menjadi
hari yang kudus, hari yang dipersembahkan khusus bagi Tuhan untuk dapat
bersekutu dan mengerti kehendak-Nya.
Jadi bagaimana seharusnya setiap orang percaya pada masa kini
mengerjakan Sabat? Pelaksanaan Sabat atau hari perhentian tidaklah
terletak hanya dalam ritual atau ketentuan waktu (Kol. 2:16-17), namun
juga pada relasi penuh hormat dan kasih kepada Tuhan. Hari Perhentian
yang kita laksanakan adalah bertujuan agar kita dapat menyediakan waktu
secara khusus untuk bersekutu dengan Tuhan dan jemaat Tuhan. Hal ini
akan menguatkan kita untuk saling melayani dan memperlengkapi dalam
kesatuan tubuh Kristus saat mengerjakan panggilan sebagai garam dan
terang untuk dunia ini. Marilah kita menjalani hari perhentian bukan sekadar
ritual namun sebuah relasi yang dibangun dengan penuh hormat dan kasih
kepada Tuhan.
STUDI PRIBADI: (1) Apa perintah Tuhan bagi Israel setelah 6 hari bekerja? (2) Mengingat
kesibukan makin padat, bagaimana mengantisipasi tantangan dan halangan beribadah?
Berdoalah supaya jemaat Tuhan bisa memperhatikan dengan sungguhsungguh hari sabat untuk Tuhan dan tidak dikacaukan dengan hal-hal
lainnya yang tidak berkaitan dengan ibadah.
KAMIS
29
JUNI 2017
“Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang
kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya
harus membawanya sebagai persembahan khusus
kepada TUHAN: emas, perak, tembaga.” (Keluaran 35:5)
Bacaan hari ini: Keluaran 35:4-29
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 31-32, Kolose 2
PERSEMBAHKAN YANG TERBAIK
T
uhan sangat memahami kecenderungan hati manusia, sehingga Ia
memerintahkan Musa mengajar bangsa Israel tentang persembahan
khusus. Sebenarnya perintah ini pengulangan dari pasal 25, sesuatu
yang belum sempat disampaikan Musa kepada Israel karena kemarahannya atas tindakan Israel membuat anak lembu emas. Persembahan khusus
ini bertujuan untuk mendirikan Kemah Suci dan mengadakan kebaktian di
dalamnya. Bagian ini juga merupakan pengajaran ulang bagi Musa sendiri
sebagai pemimpin bangsa Israel untuk memikirkan pentingnya keberadaan
Kemah Suci, walaupun mereka masih mengembara.
Persembahan khusus ini menegaskan agar umat senantiasa
memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Bukan hanya memberikan harta agar
mendapat ganti lebih seperti apa yang sering dipahami secara dangkal atas
Matius 19:29. Namun memberi yang terbaik, termasuk keahlian masingmasing, karena hal itu merupakan ungkapan syukur atas apa yang telah
Tuhan berikan dalam hidup ini. Memberi yang terbaik karena sebenarnya
semua manusia dan apa yang dimilikinya adalah milik Tuhan. Memberikan
yang terbaik karena Tuhan sudah terlebih dahulu memberikannya.
Berapa banyak kita sudah berbagian dalam persembahan pelayanan?
Sudahkah kita memberikan yang terbaik? Tidak sedikit orang memberikan
persembahan untuk pekerjaan Tuhan (menolong yang sedang dalam
kesusahan, membantu korban bencana, menjadi donatur untuk yayasanyayasan sosial dan sebagainya) oleh karena mereka memiiki motivasimotivasi tertentu, tidak tulus ikhlas, misal supaya terkenal, beroleh pujian
dan decak kagum dari orang yang melihatnya dan lain-lain. Tuhan tidak
menghendaki persembahan yang demikian (bnd. Matius 6:3). Tuhan mau
agar apapun yang kita persembahkan, baik itu untuk pekerjaan Tuhan atau
menolong orang lain, kita memberikannya dengan hati yang tulus murni.
Marilah belajar untuk tidak hitung-hitungan dengan Tuhan dan berusaha
mempersembahkan yang terbaik, yang mampu kita berikan bagi pekerjaan
pelayanan demi kemuliaan nama Tuhan!
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dimaksud dengan persembahan yang terbaik? (2) Mengapa
Tuhan memerintahkan untuk memberikan persembahan khusus?
Berdoalah agar kita dapat memberikan persembahan yang terbaik bukan
sekadar materi, melainkan keseluruhan hidup kita dengan motivasi yang
benar, menyenangkan hati Tuhan.
JUMAT
30
“Demikianlah harus bekerja Bezaleel dan Aholiab, dan setiap orang
yang ahli, yang telah dikaruniai TUHAN keahlian dan pengertian,
sehingga ia tahu melakukan segala macam pekerjaan ...
tepat menurut yang diperintahkan TUHAN.” (Keluaran 36:1)
JUNI 2017
Bacaan hari ini: Keluaran 35:30-36:7
Bacaan setahun: 2 Tawarikh 33-34, Kolose 3
MELAYANI MERUPAKAN PANGGILAN
K
eahlian atau kecakapan dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan.
Ketika seseorang ahli atau cakap dalam bidang tertentu maka karya
yang dihasilkannya pun pasti akan berbeda dan luar biasa. Namun
dalam hal melayani pekerjaan Tuhan, keahlian atau kecakapan saja tidak
cukup, diperlukan pula hati yang tergerak dan terbeban. Banyak orang
punya bakat atau talenta luar biasa tapi sedikit yang memiliki hati yang
terbeban melayani pekerjaan Tuhan dengan sepenuh hati.
Bacaan Alkitab hari ini berbicara tentang Bezaleel yang dipenuhi Roh
Allah dengan keahlian, pengertian, dan pengetahuan segala pekerjaan,
serta Aholiab, seorang ahli membuat tenunan yang berwarna-warni dari
kain ungu tua, ungu muda, kirmizi, dan dari lenan halus (Kel. 38:23). Kedua
orang ini dipilih secara khusus oleh Tuhan dan diberi kepandaian untuk
mengajar dalam memimpin pembuatan Kemah Suci (ay. 30-34). Hal yang
sama juga dilakukan oleh Nehemia, yang menggerakkan pembangunan
gerbang Yerusalem. Padahal ia bukan seorang nabi atau imam, melainkan
juru minuman raja Artahsasta (Neh. 1:11).
Hal ini mengajarkan: semua pelayanan merupakan ketetapan Tuhan.
Kemampuan dan keahlian setiap orang ditanamkan dan ditambahkan oleh
Tuhan. Jadi bukan hanya para nabi dan imam yang dipilih Tuhan, bahkan
para tukang sekalipun, semua kemampuan itu diberikan oleh Roh yang
sama (1Kor. 12:4-6). Memang benar Musa yang mendapat wahyu tentang
pembuatan Kemah Suci tersebut dengan segala peraturan dan ukurannya,
tetapi Bezaleel dan Aholiab beserta semua orang Israel yang memiliki
keahlianlah yang mewujudkan secara nyata dengan membangunnya.
Jadi, baik hamba Tuhan maupun pengurus/majelis yang dipilih melalui
pemungutan suara jemaat sebenarnya sama-sama merupakan ketetapan
Allah (Rm. 13:1). Seorang hamba Tuhan tidak mungkin mengerjakan panggilannya seorang diri. Maka Tuhan memanggil juga orang-orang awam
untuk melayani sesuai panggilan dan talentanya masing-masing. Dengan
demikian, pekerjaan Tuhan jadi maksimal dan nama Tuhan dimuliakan!
STUDI PRIBADI: (1) Apakah artinya melayani Tuhan? (2) Sudahkah selama ini kita melayani
Tuhan dengan benar?
Berdoalah agar setiap orang yang dipanggil oleh Tuhan untuk bekerja bagiNya dapat melayani secara sungguh-sungguh untuk memuliakan nama-Nya
dan menjadi berkat bagi seklilingnya.
“Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu kudus.”
(Imamat 19:2b)
Takut akan TUHAN
adalah didikan yang mendatangkan hikmat,
dan kerendahan hati mendahului kehormatan.
AMSAL 15:33
Download