| 254 | 二零 BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 254 | JUNI 2017 “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” [Kisah 2:38] Saran-saran Praktis Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan) PERSPEKTIF www.gkagloria.or.id Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email: [email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 254: Andree Kho, Anggiat M. Pandiangan, Bambang Alim, David S. Kosasih Elok Chrisinar, Jonatan D. Putra, Liem Sien Liong, Liona Margareth Natanael Thamrin, Otniol H. Seba, Timotius Alfa, Yohanes Sudiarto Penerjemah: Tertiusanto EDITORIAL Refleksi Sederhana Tentang Saat Teduh H akikat kehidupan Kristen sangat berkaitan dengan pertumbuhan iman dalam proses menjadi murid Kristus. Bagaimana kita dapat memiliki pertumbuhan iman yang benar di dalam proses menjadi murid Kristus? Salah satunya ialah membangun kehidupan bersaat teduh. Seberapa penting membangun kehidupan bersaat teduh? Mengapa harus melakukannya? Sejauh mana hal itu bermanfaat bagi kehidupan kita? Kita harus sadar bahwa saat teduh adalah suatu disiplin ibadah pribadi yang dilakukan secara teratur, dan melaluinya orang Kristen dapat memelihara hubungan rohaninya dengan Tuhan Yesus Kristus, sang Penyelamat, melalui sarana membaca dan merenungkan Firman Allah dan berdoa. Tujuannya, kita semakin mengenal Allah, dan segala rencana-Nya di dalam Tuhan Yesus Kristus dan bertumbuh di dalam segala kebenaran Allah. Setidaknya ini memberikan 3 alasan penting untuk dilakukan. Pertama, alasan dari pihak Allah. Allah adalah Bapa yang mengasihi, setia, ingin agar kita akrab dengan-Nya. Allah telah berbicara dalam sepanjang sejarah umat-Nya seperti yang dicatat Alkitab. Sebagai penyataan dan inspirasi berotoritas, Alkitab menjadi media Allah berbicara menyatakan kasih-setia dan kehendakNya, dan menumbuhkan kita ke arah Kristus. Kedua, alasan dari pihak kita. Kehidupan Kristen adalah perjalanan iman. Iman Kristen ditumpukan kepada Allah dan firman-Nya bukan teladan orang, teori filsafat atau pengalaman rohani siapa pun. Kita perlu kebenaran Allah agar kita boleh bertumbuh benar ke arah Dia. Itu sebabnya kita perlu membaca dan merenungkan Alkitab, doa, bersaat teduh teratur. Ketiga, Alasan KeTuhanan dan Teladan Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Putra Allah yang menjadi manusia sejati. Kehidupan-Nya harus menjadi tumpuan iman kita, dan teladan bagi kita. Ada dua hal menonjol dalam sepanjang karir pelayanan Yesus. Pertama, Ia memberitakan dan menggenapi firman Allah. Dari isi ajaran-Nya kita melihat bahwa Tuhan bergaul akrab dengan firman Allah. Kedua, Ia menumbuhkan kehidupan doa sepanjang pelayananNya. Ia bahkan sengaja menyisihkan waktu, menyingkirkan diri dari kesibukan pelayanan demi untuk berdoa. Jika dua hal itu menjadi ciri kehidupan Tuhan, mutlak kita perlu bergaul akrab dengan Allah melalui Alkitab dan doa! Bersaat teduh tidak boleh diabaikan. Jika seorang Kristen tidak bersaat teduh dengan teratur maka kehidupan orang Kristen tersebut akan: (a) Mudah tersesat; ketika hidup seorang Kristen dipenuhi dengan berbagai masalah, dan tidak memiliki saat teduh yang benar maka hidupnya akan mudah disesatkan dan tersesat; (b) Sangat rapuh; ketika menghadapi masalah yang berat di dalam kehidupannya, ia akan mudah untuk berputus asa dan menggunakan cara-cara duniawi untuk menyelesaikan masalahnya, yang sebetulnya bukan merupakan kehendak Tuhan di dalam hidupnya. Diharapkan dengan bersaat teduh secara teratur, maka orang Kristen akan memiliki pegangan yang kuat untuk menjalani dan menghadapi tantangan dan persoalan hidup setiap harinya. Mari kita mulai membiasakan diri membangun saat teduh secara teratur. Soli Deo Gloria! KAMIS 01 JUNI 2017 “...ambillah keputusan secara adil dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka..” (Amsal 31:9) Bacaan hari ini: Keluaran 23:1-12 Bacaan setahun: 2 Raja-Raja 25, 2 Korintus 3 MENGHORMATI HAK-HAK SESAMA K esadaran akan hak-hak asasi manusia sangat mewarnai kehidupan kita dewasa ini. Kita lebih banyak menuntut hak-hak kita, apalagi di saat kita merasa hak-hak kita sedang dilanggar. Tetapi sewaktu kita bicara tentang hak kita, di sisi lainnya kita mesti sadar sebenarnya juga ada kewajiban yang perlu diperhatikan selain menuntut hak. Keluaran 23:1-13 ini menolong umat Israel untuk memahami dua hal ini secara berimbang. Dalam bidang hukum, umat Israel dilarang memberi kesaksian palsu dan menyebarkan kabar bohong. Karena semua tindakan itu mencederai hukum dan mengabaikan hak orang lain mendapat keadilan. Juga dilarang untuk menerima suap karena akan membutakan mata terhadap kebenaran dan keadilan. Juga Allah menghendaki mereka menjalankan keadilan dan belas kasihan terhadap sesama mereka, dengan tidak segan menolong hewan peliharaan musuh mereka yang kesulitan. Dalam hal ekonomi, umat Israel juga punya kewajiban untuk memenuhi hak para pekerjanya. Mereka juga wajib memperhatikan kebutuhan orang-orang miskin yang di sekitar mereka, termasuk orang-orang asing yang ada, sebagai kelompok yang terpinggirkan dan seringkali tertindas dalam struktur masyarakat. Kewajiban asasi perlu mendapat perhatian serius dari bangsa Israel, karena mereka juga pernah dalam posisi yang tertindas. Mereka pernah merasakan ketidak-adilan, sewaktu hak-hak mereka dilanggar dan diabaikan. Mereka juga tentu pernah mengalami masa-masa pahit, karena hak-hak mereka di bidang ekonomi tidak diperhatikan. Mereka diharuskan bekerja paksa untuk membangun bangunan mewah bagi penguasa Mesir sementara mereka mengalami penindasan. Tuntutan Allah bagi bangsa Israel ini, juga berlaku bagi kita pada masa kini. Marilah kita tidak hanya mementingkan hak-hak asasi kita sematamata, tetapi juga mulai melakukan kewajiban asasi kita bagi sesama kita. Sehingga kita memberikan kesaksian yang baik dan memuliakan Allah di tengah-tengah bangsa ini. STUDI PRIBADI: (1) Apakah hak dan kewajiban yang diatur di dalam kehidupan bangsa Israel? (2) Bagaimana kita melakukan hak dan kewajiban kita di tengah-tengah kehidupan yang penuh dengan ketidak-adilan ini? Berdoalah agar kita sebagai warga negara yang benar dapat melaksanakan hak dan kewajiban kita secara benar di tengah-tengah ketidakadilan yang sedang terjadi di masyarakat. JUMAT 02 JUNI 2017 “Yang terbaik dari buah bungaran hasil tanahmu haruslah kaubawa ke dalam rumah TUHAN, Allahmu. Janganlah kaumasak anak kambing dalam susu induknya.” (Keluaran 23:19) Bacaan hari ini: Keluaran 23:13-19 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 1-2, 2 Korintus 4 SUDAHKAH BERSYUKUR? H ari raya bagi sebuah agama biasanya sangat dipentingkan. Tetapi terkadang kita lebih mementingkan berbagai aspek ritual dan kebiasaan melebihi makna perayaannya itu sendiri. Misalkan, saat merayakan Natal, kita lebih disibukkan dengan dekorasi dan hiasan natal, ketimbang memahami makna Natal sebagai peristiwa kedatangan Juruselamat. Atau saat merayakan paskah, kita sibuk dengan perdebatan, bolehkah memakai simbol: telur dan kelinci? Kita melupakan apa yang terpenting dari perayaan hari besar tersebut. Allah memang memberi perintah bagi umat Israel untuk merayakan hari-hari raya penting. Dalam teks kita, ada 3 hari raya yang disebut: Hari raya roti tidak beragi, Hari raya menuai dan Hari raya pengumpulan hasil pada setiap akhir tahun. Allah bahkan menentukan kapan dan bagaimana seharusnya mereka merayakan. Tapi sebenarnya, yang jauh lebih penting adalah alasan mengapa hari raya itu perlu dirayakan. Pemberitahuan ini penting supaya bangsa Israel tidak terjebak pada sebuah perayaan ibadah, tanpa memahami makna di balik setiap perayaan tersebut. Hari raya roti tidak beragi ini mengingatkan mereka, bagaimana saat mereka keluar dari tanah Mesir. Peristiwa keluar dan bebasnya mereka dari tanah Mesir menjadi sebuah ucapan syukur tersendiri bagi segenap bangsa Israel. Sementara hari raya menuai dan pengumpulan hasil merupakan sebuah bentuk pengucapan syukur atas berkat Allah berupa hasil tanaman yang baik sepanjang tahun tersebut. Ke tiga perayaan hari raya tersebut mengajarkan segenap umat Israel untuk senantiasa bersyukur kepada Allah. Kemerdekaan dan hasil tanah yang baik tidak dipandang semata-mata sebagai hasil usaha manusia, melainkan sebagai anugerah Allah. Patutlah kita, sebagai orang percaya pada masa sekarang menaikkan syukur kepada Tuhan setiap saat untuk anugerah-Nya di dalam kehidupan kita. Melalui setiap perayaan itu, kita melihat karya dan anugerah Allah bagi kita. Oleh karena itu, bersyukurlah kepada-Nya! STUDI PRIBADI: (1) Apa yang menjadi perintah Allah bagi umat Israel? (2) Makna apakah yang terkandung di dalam melaksanakan hari raya bagi umat Israel? Berdoalah supaya perayaan keagamaan yang kita rayakan bukan sekadar ritual semata, melainkan dapat menolong kita menemukan arti dan makna yang sebenarnya. SABTU 03 JUNI 2017 “… maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu.” (Keluaran 23:22) Bacaan hari ini: Keluaran 23:20-33 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 3-4, 2 Korintus 5 JANJI TUHAN DAN TANGGUNG JAWAB KITA “Berjalan bersama Tuhan” adalah kunci dari kehidupan yang limpah dengan sejahtera. Sebaliknya, “kehidupan tanpa Tuhan” adalah kehidupan yang diibaratkan seperti “berjalan di padang gurun tanpa pengharapan.” Manakah yang akan kita pilih di antara keduanya? Mari kita belajar dari janji Tuhan kepada bangsa Israel dan ketaatan yang Tuhan kehendaki. Kepada bangsa Israel Tuhan memberikan janji, bahwa Ia akan menyertai dan memberkati kehidupan mereka. Pertama, Tuhan berjanji akan menyertai mereka. Ia akan mengutus seorang malaikat berjalan di depan mereka (ay. 20), bahkan Tuhan akan memusuhi musuh bangsa Israel (ay. 22). Kedua, Tuhan akan memelihara dan memberkati kehidupan mereka (ay. 25), bahkan tak satupun perempuan dari bangsa Israel yang akan mengalami keguguran (ay. 26). Ini merupakan berkat Tuhan yang luar biasa. Ketiga, Tuhan menjamin kemenangan bangsa Israel atas musuh mereka, bukan karena mereka kuat, tetapi karena Tuhan berperang bagi mereka (ay. 27). Apa yang Tuhan lakukan ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah “main-main” dalam memberkati dan membela umat-Nya. Ia menghendaki agar umat-Nya hidup dalam sejahtera. Namun semua yang Tuhan berikan, bukan berarti diberikan-Nya tanpa syarat. Terlalu mudah bagi Tuhan untuk memberikan apa yang terbaik bagi umat-Nya. Di balik janji yang Tuhan berikan tersebut, sesungguhnya ada satu hal yang Tuhan mau mereka lakukan, yaitu “tanggung jawab” mereka untuk setia dan mentaati perintah-Nya. Yang Allah kehendaki dengan memberikan berkat-Nya kepada umat-Nya adalah agar mereka tahu, bahwa tidak ada Allah lain selain Dia yang sanggup memberkati dan memelihara hidup mereka. Syarat yang Ia berikan justru menolong mereka agar mereka tetap dalam sejahtera Tuhan. Bagaimana dengan Anda? Sesungguhnya tanggung jawab yang Tuhan minta dari kita bukanlah sebuah beban, melainkan “pagar” agar kita tetap hidup dalam segala perkenanan dan berkat-Nya. Maka janji Tuhan dan tanggung jawab yang Ia berikan adalah demi kebaikan kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa dalam memberkati umat-Nya, Tuhan memberi syarat kepada mereka? (2) Apakah Tuhan tidak tulus dalam memberkati umat-Nya? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam ketaatan terhadap firman Tuhan sehingga hidup mereka ada dalam koridor perkenanan Tuhan dan memuliakan Dia. MINGGU 04 JUNI 2017 “Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu …” (Keluaran 24:7) Bacaan hari ini: Keluaran 24:1-11 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 5-6, 2 Korintus 6 RELASI ALLAH DENGAN UMAT-NYA P ada masa kini orang tidak terlalu memandang serius sebuah relasi, bahkan dengan mudahnya tidak menghargai sebuah perjanjian yang dibuatnya, demi mendapat keuntungan bagi diri sendiri. Hal ini berbeda dengan budaya timur tengah kuno, bahwa “perjanjian” merupakan sebuah aktivitas yang sangat penting, bahkan sangat dihargai, khususnya ketika ada dua kelompok yang ingin hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan yang berlimpah. “Janji” merupakan pengikat relasi bagi kedua belah pihak agar kedamaian dapat tercapai. Tradisi “perjanjian” ini nampaknya juga dilakukan Allah dalam relasiNya dengan umat-Nya. Tujuan perjanjian Tuhan itu adalah agar bangsa Israel mengalami kebaikan Tuhan dan segala kasih karunia-Nya. Perbedaan “perjanjian Tuhan” dengan “perjanjian” manusia pada umumnya adalah, “perjanjian Tuhan” dibuat hanya oleh Tuhan saja, bukan kedua belah pihak. Tuhan yang berhak memberikan syarat, dan bangsa Israel hanya menaati saja. Musa sebagai pemimpin bangsa Israel menjadi pelaksana dan mediator perjanjian itu, antara Tuhan dan bangsa Israel. Musa mencurahkan darah di atas mezbah yang telah didirikan sebagai tanda bahwa perjanjian itu bersifat mengikat dengan segala aturan dan berkat yang Tuhan berikan. “Perjanjian Tuhan” bukanlah kuk yang berat, melainkan sebuah kasih karunia dan cara Tuhan berelasi dengan umat-Nya. Perjanjian hanya bisa terjadi, ketika kedua belah pihak saling diuntungkan dan dapat dipercaya. Namun sebaliknya jika kita perhatikan “perjanjian Tuhan,” bangsa Israellah yang diuntungkan dan mereka sesungguhnya tidak layak dipercaya, karena mereka sering menyangkali kedaulatan Tuhan. Namun toh Tuhan tetap mengikat perjanjian dengan mereka. Karena itu, perjanjian Tuhan hanyalah sebuah anugerah, agar bangsa Israel memperoleh berkat dan diperkenan menjalin hubungan dengan-Nya. Bagaimana dengan kita? Jika “Darah Kristus” telah dicurahkan menjadi sebuah “perjanjian baru” bagi kita, marilah kita hidup bagi Dia dan mentaati perintah-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan harus mengikat perjanjian dengan bangsa Israel? (2) Apa perbedaan perjanjian Tuhan dengan perjanjian pada umumnya di zaman itu? Berdoalah bagi jemaat agar mereka menghargai kasih karunia Tuhan yang telah dinyatakan dalam wujud pengorbanan dan pencurahan darah Kristus sebagai perjanjian baru. SENIN 05 JUNI 2017 “Tampaknya kemuliaan Tuhan sebagai api yang menghanguskan …” (Keluaran 24:17) Bacaan hari ini: Keluaran 24:12-18 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 7-8, 2 Korintus 7 KEMULIAAN TUHAN P ada masa kini masih banyak orang Kristen yang belum mengetahui, bahwa beribadah atau menghampiri Tuhan merupakan aktivitas yang sangat berharga dan bernilai. Ketidaktahuan ini mengakibatkan mereka kurang bergairah ataupun menghargai sikap dalam beribadah. Karena itu, perlu bagi kita bercermin dari relasi Tuhan dengan bangsa Israel dalam perjanjian lama, agar kita menghargai relasi kita dengan Tuhan. Sekalipun Tuhan yang berinisiatif membangun relasi dengan umatNya, bukan berarti bangsa Israel bisa sesuka hati mereka menghampiri Dia. Jika kita memperhatikan bacaan hari ini dan melihat bagaimana Tuhan berelasi dan memberikan peraturan-Nya, bahkan Tuhan hanya memperkenan Musa saja untuk menghampiri Dia, ini menunjukkan bahwa manusia berdosa tidak mampu berdiri di hadapan Tuhan yang kudus dan mulia. “Kemuliaan-Nya bagaikan api yang menghanguskan!” (ay. 17). Berbeda dengan kita hari ini, sepatutnya kita bersyukur kepada Allah Bapa, karena melalui Yesus Kristus, Putra-Nya yang Tunggal, yang telah memberikan suatu perjanjian baru bagi kita, membuat kita diperkenan menghampiri Dia, tanpa perasaan takut dan gentar seperti bangsa Israel. Namun kemudahan dalam menghampiri Tuhan ini bukanlah menjadi kesempatan bagi kita untuk datang kepada-Nya, tanpa rasa hormat dan keagungan di hadapan-Nya. Justru sebaliknya, hal ini mendorong kita untuk lebih bersyukur dan lebih hormat kepada-Nya, karena kita dapat secara pribadi datang kepada-Nya tanpa harus diwakilkan oleh seorang imam atau nabi, seperti bangsa Israel dalam perjanjian lama. Mengetahui hal ini, bagaimanakah seharusnya sikap kita dalam menghampiri Tuhan? Marilah kita beribadah kepada-Nya dengan hati yang tulus dan murni. Dengarkanlah setiap firman yang disampaikan oleh para hamba-Nya, sebagaimana bangsa Israel mendengar perintah Tuhan yang diberikan-Nya melalui Musa. Beribadahlah dan hampirilah Tuhan dengan rasa syukur dan penuh hormat kepada-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan hanya memperkenankan Musa saja menghampiri diriNya? (2) Apa yang Tuhan kehendaki ketika umat-Nya datang kepada-Nya? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka menghargai waktu ibadah mereka dan memiliki sikap hormat terhadap Tuhan dalam setiap ibadah yang mereka lakukan. SELASA 06 JUNI 2017 “Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut bagi-Ku persembahan khusus; dari setiap orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus kepada-Ku itu.” (Keluaran 25:2) Bacaan hari ini: Keluaran 25:1-9 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 9-10, 2 Korintus 8 PERSEMBAHAN KHUSUS S etelah TUHAN menyampaikan 10 Hukum, kepada Musa diberikan berbagai ketetapan dan peraturan tentang relasi umat dengan Allah dan relasi umat dengan sesama. Setelah itu, disampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan Kemah Suci. Cara penyampaian seperti itu menyiratkan bahwa hal relasi umat dengan TUHAN dan sesama, adalah hal yang lebih utama, lebih penting dari tempat dan tata cara ibadah. Rencana pembuatan Kemah Suci, diawali dengan mengumpulkan persembahan dari umat, yang disebut dengan istilah “persembahan khusus”, yang dikumpulkan bukan dengan paksaan, tapi diberikan oleh orang-orang yang terdorong hatinya. Sejak awal, Allah menghendaki persembahan yang diberikan karena dorongan hati! Motivasi hati ketika memberi persembahan, harus benar. Pemberian yang dilakukan karena alasan-alasan lain, apalagi karena maksud dan tujuan salah yang terselubung, sesungguhnya tidak bernilai di mata Allah. Perlu disadari bahwa memberikan persembahan kepada oknum yang disembah, merupakan bagian utama dari apa yang dilakukan setiap kelompok orang yang mengaku beribadah kepada oknum ilahi yang dipercayainya. Umat Israel melakukan hal yang sama untuk Tuhan, memberi persembahan dilakukan atas dasar dorongan hati. Persembahan khusus membangun Kemah Suci ini, selain diberikan karena motivasi yang benar, juga memberi yang terbaik. Jenis-jenis barang yang dibutuhkan untuk Kemah Suci bukan hanya barang-barang yang penting yang sesuai kebutuhan, tapi juga kualitas yang terbaik. Ini adalah persembahan khusus, untuk membuat Kemah Suci, dan Kemah Suci adalah representasi dari kehadiran TUHAN di tengah umat. Umat diajar untuk memberi dengan motivasi yang benar, memberi yang terbaik, karena hanya persembahan yang seperti itu yang pantas diberikan kepada Allah. Alkitab mengajarkan prinsip dasar memberi persembahan; berilah karena dorongan hati dan bukan karena dorongan “akal”, berilah yang terbaik karena Allah pantas menerima yang terbaik. STUDI PRIBADI: (1) Apakah tujuan pengumpulan persembahan khusus yang dilakukan umat Israel? (2) Bagaimana seharusnya sikap yang benar dalam memberi persembahan? Berdoalah agar kita yang sudah diberkati Tuhan di dalam hidup ini, diberikan hati yang tulus ikhlas di dalam memberikan persembahan kepada Tuhan, memberi karena dorongan hati untuk memberikan yang terbaik. RABU 07 JUNI 2017 “Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya.” (Keluaran 25:10) Bacaan hari ini: Keluaran 25:10-22 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 11-12, 2 Korintus 9 TABUT PERJANJIAN T abut Perjanjian adalah barang yang paling penting di dalam Kemah Suci. Di dalam tabut ini akan ditaruh loh batu berisi 10 Hukum yang ditulis oleh tangan Allah sendiri. Disebut “perjanjian” karena jika umat menghormati dan menaati perintah-perintah utama ini, maka berkat akan menyertai kehidupan mereka. Tabut Perjanjian ini bersifat permanen sebagaimana kasih setia Allah kepada umat-Nya, karena itu harus dibuat atau disalut oleh logam yang paling mulia, yaitu emas. Karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, kehidupan manusia menjadi rusak di dalam semua aspeknya, terutama dalam relasi manusia dengan Allah, dan dengan sesama. Manusia membuat berhala menggantikan Allah yang benar, lalu sujud menyembahnya. Penyesatan ini membawa dampak langsung dalam kehidupan dan perilakunya sesehari, di dalam interaksinya dengan sesama manusia lainnya, dimulai dari konteks keluarga, menyebar ke dalam kehidupan bermasyarakat. Sesama manusia saling menjajah, saling memangsa. Ketika bangsa Israel hidup di Mesir, setiap hari mereka menyaksikan bagaimana orang Mesir beribadah kepada berhala-berhala mereka, bagaimana mereka memperlakukan sesama manusia sebagai budak, sebagai alat, bagaimana mereka dengan sesuka hati merampasi hak orang lain. Sekarang orang Israel sudah dibebaskan dari Mesir dan memulai suatu kehidupan baru, maka kepada mereka TUHAN mengajarkan prinsipprinsip paling penting dan mendasar tentang bagaimana menjalani hidup dengan benar, melalui 10 Hukum Taurat yang diberikan. Karena alasan itu, maka pemberian 10 Hukum itu tidak seharusnya diterima sebagai pemaksaan yang bersifat otoriter; 10 Hukum Taurat justru menunjukkan kasih dan kesetiaan Allah kepada umat-Nya. Hukum-hukum itu diberikan, bukan untuk keuntungan Allah, tapi justru untuk keuntungan dan kebaikan umat sendiri. Tabut Perjanjian terus hadir di tengah umat sebagai wujud penyertaan Allah, maka harus dibuat dengan emas; lambang ketidakberubahan, lambang dari kasih setia Allah kepada umat yang ditebus-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah Tabut Perjanjian itu bagi umat Israel? (2) Bagaimanakah kita memaknai kehadiran, penyertaan dan pemeliharaan Tuhan di dalam kehidupan kita? Berdoalah agar kehadiran dan penyertaan Tuhan dapat kita wujudkan di dalam hidup kita, serta dapat juga dirasakan dan menjadi teladan bagi orangorang yang berada di sekitar kita. KAMIS 08 JUNI 2017 “Lagi haruslah engkau membuat meja dari kayu penaga, dua hasta panjangnya, sehasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya.” (Keluaran 25:23) Bacaan hari ini: Keluaran 25:23-30 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 13-14, 2 Korintus 10 MEJA ROTI SAJIAN S etelah Tabut Perjanjian, barang berikutnya yang penting adalah meja roti sajian. Sama dengan Tabut Perjanjian, meja inipun harus dibuat dengan bahan yang terbaik dan menyalutnya dengan emas. Dan sama dengan Tabut Perjanjian, meja inipun harus dibuat untuk bisa diangkut dan dipindahkan, karena memang Kemah Suci akan mengalami dibongkar dan dipasang, seiring dengan perjalanan orang Israel menuju tempat kediaman tetap mereka, bahkan sampai ketika Bait Suci didirikan. Jika tabut dibuat untuk tempat meletakkan loh batu berisikan 10 Hukum, maka meja ini akan dipakai untuk meletakkan roti sajian di atasnya. Roti sajian ini adalah untuk mengingatkan bagaimana TUHAN dengan kasih setia-Nya memelihara mereka sejak mereka keluar dari Mesir, dan secara khusus ketika mereka harus melakukan perjalanan mengembara di padang belantara selama 40 tahun. Ketika itu, umat mengeluh tentang tidak adanya makanan, dan Allah memberi mereka roti yang mereka sebut “manna” (Kel. 16:31). Pada saat itu juga, Musa memerintahkan mereka untuk menyisihkan sebagian manna tersebut di dalam buli-buli, ditaruh di hadapan tabut hukum Allah untuk disimpan (Kel.16:32-34). Jadi sejak awal, roti dalam buli-buli disandingkan dengan tabut Allah untuk mengingatkan mereka bagaimana TUHAN telah memelihara mereka sepanjang perjalanan. Dan nanti ketika Kemah Suci sudah dibuat, Tabut Perjanjian dan Meja Roti Sajian, akan ditaruh di dalamnya bersandingan seperti awalnya. Keduanya berada di sana untuk mengingatkan umat akan kasih setia TUHAN yang telah menebus mereka dari kehidupan yang siasia di Mesir, membebaskan mereka dari perbudakan, menjadikan mereka umat kesayangan-Nya, memberi mereka makanan yang dibutuhkan. Allah menebus umat pilihan-Nya dengan harga nyawa Anak-Nya sendiri, menjadikan mereka anak-anak-Nya, dan memelihara mereka dengan sempurna. Ini adalah Perjanjian Baru antara Allah dengan orangorang percaya. Adakah kita telah menempatkan ini sebagai bagian paling penting di dalam hidup kita? STUDI PRIBADI: (1) Apakah fungsi meja roti sajian yang diperintahkan Tuhan untuk dibuat Musa? (2) Hal-hal apakah yang harus diperhatikan di dalam membuat meja roti sajian? Berdoalah agar setiap orang percaya menyadari dan mensyukuri pimpinan dan pemeliharaan Tuhan di dalam hidupnya dan mau setia mengikut Tuhan sampai akhirnya. JUMAT 09 JUNI 2017 “Haruslah engkau membuat kandil dari emas murni…” (Keluaran 25:31a) Bacaan hari ini: Keluaran 25:31-40 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 15-16, 2 Korintus 11 YANG TERBAIK UNTUK TUHAN P emberian yang akan kita berikan pada seseorang yang kita hormati dan kagumi, tentu adalah pemberian yang terbaik. Pemberian yang terbaik itu tidak selalu berarti yang termahal, yang termewah, sampai kita tidak bisa menjangkaunya. Pemberian yang terbaik adalah yang paling baik, dari apa yang menjadi milik kita, yang tentunya berasal dari Tuhan. Pada saat Tuhan memberi perintah untuk membuat kandil di Kemah Suci, Tuhan meminta kandil itu dibuat dari emas murni. Emas adalah benda berharga yang banyak sekali disebutkan dalam Alkitab, lebih daripada benda berharga lainnya. Apakah memang bangsa Israel yang keluar dari Mesir memiliki begitu banyak emas murni, untuk membuat kandil di Kemah Suci, sesuai seperti perintah Tuhan? Keluaran 12:35-36 berkata, “Orang Israel melakukan juga seperti kata Musa; mereka meminta dari orang Mesir barang-barang emas dan perak serta kain-kain. Dan TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan mereka.” Bangsa Israel yang mencapai ribuan, mendapatkan emas pada saat mereka akan meninggalkan Mesir, itulah yang menjadi modal bagi mereka untuk membuat kandil dari emas murni, seperti perintah TUHAN. Tuhan menginginkan yang terbaik dari setiap kita, yang telah mencicipi anugerah-Nya yang tidak berkesudahan. Tuhan menginginkan yang paling berharga dari apa yang kita mliki, yaitu hidup kita (Roma 12:1). Bukan hidup apa adanya, bukan hidup yang tidak pernah berubah, tetapi hidup yang terus diubahkan dan dikuduskan di dalam Roh Kudus. Sama seperti emas murni yang dijadikan bahan untuk membuat kandil, Tuhan ingin hidup kita terus dimurnikan dalam seluruh aspek, melingkupi: pekerjaan, keluarga, pelayanan dan persembahan; itulah ibadah yang sejati. Yang terbaik dari kita adalah hidup kudus, yang dikhususkan dan disucikan bagi Allah yang Mahakudus. Kiranya seluruh hidup kita makin terbuka untuk dikuduskan oleh Allah Roh Kudus, sehingga seluruh hidup kita menjadi persembahan yang terbaik di hadapan TUHAN. STUDI PRIBADI: (1) Apa definisi “yang terbaik” bagi Anda? (2) Bagaimana agar hidup kita bisa bertumbuh menjadi hidup yang lebih baik, sebagai persembahan bagi Tuhan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar rela dibentuk dan diubahkan oleh Tuhan, hari demi hari, menjadi persembahan yang terbaik di hadapan Tuhan, karena Tuhan pantas menerimanya. SABTU 10 JUNI 2017 “Kemah Suci itu haruslah kaubuat dari sepuluh tenda dari lenan halus yang dipintal benangnya dan dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi…” (Keluaran 26:1) Bacaan hari ini: Keluaran 26:1-37 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 17-18, 2 Korintus 12 YANG DETAIL DARI TUHAN P eraturan yang mendetail bagi orang yang menyukai penjelasan detail adalah baik, tapi bagi orang yang tidak menyukai penjelasan detail merasa dibatasi, atau terlalu diatur. Dalam bagian ini, Tuhan memberikan peraturan yang mendetail tentang Kemah Suci yang harus dibuat, yang mana memiliki makna rohani yang dalam bagi setiap kita, yang rindu menyenangkan Tuhan dalam hidup. Tuhan telah mengatur agar Kemah Suci yang akan dibuat harus dari sepuluh tenda. Sepuluh tenda itu dari lenan halus, yang dipintal, bukan dirajut atau dijalin dengan cara lain. Dan lenan halus itu dari 3 jenis kain: kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi. Peraturan ini terus berlanjut sampai ke bagian akhir dari pasal 26, semuanya begitu mendetail. Cara menggantungkannya, cara meletakkannya, dimana harus diletakkan, semuanya jelas sekali dan detail sekali Tuhan memaparkannya. Sulit bagi kita untuk membayangkan seperti apa semua ini, karena kita tidak dengan baik dan jelas mengerti Kemah Suci pada saat itu. Pesan yang sangat jelas bagi kita adalah penjabaran yang begitu detail ini diberikan Tuhan untuk ditaati umat-Nya. Kita meyakini bahwaAlkitab adalah firman TUHAN, firman yang keluar dari mulut Allah sendiri, yang dituliskan dengan perantara ratusan penulis. Setiap firman TUHAN dberikan kepada kita, adalah untuk kita taati. Begitu banyak perintah TUHAN yang ada dalam Alkitab, semuanya bertujuan agar kita, umat Tuhan, menerima-Nya, merenungkan-Nya, menggumulkan-Nya serta melakukan-Nya. Seluruh prinsip kehidupan orang percaya sudah dituliskan dalam firman TUHAN, kita boleh mengatakan bahwa perintah TUHAN adalah detail, mencakup seluruh aspek kehidupan. Pada saat kita membaca firman Tuhan, sudah sepatutnya hati kita tunduk total kepada firman Tuhan, dan hati kita sedia untuk melakukan-Nya. Firman TUHAN adalah isi hati TUHAN yang detail bagi kita, untuk kita taati, sehingga damai dan sukacita dari Tuhan yang menyertai hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa kesan peraturan tentang Kemah Suci yang begitu mendetail bagi kita? (2) Bagaimana perasaan kita setiap kali membaca firman Tuhan? Sudahkah hati kita tunduk dan sedia untuk melakukan firman Tuhan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar semakin menggumulkan dan menghidupi firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai wujud mencari hidup yang makin berkenan kepada Tuhan. MINGGU 11 JUNI 2017 “Mezbah itu harus kaubuat berongga dan dari papan, seperti yang ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu, demikianlah harus dibuat mezbah itu.” (Keluaran 27:8) Bacaan hari ini: Keluaran 27:1-8 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 19-20, 2 Korintus 13 YANG AJAIB DARI TUHAN S atu lagi peraturan yang mendetail, yaitu soal mezbah, tempat korban bakaran dipersembahkan kepada Tuhan. Mezbah harus dibuat dari kayu penaga, bukan kayu lain. Ukuran kayu itu pun sudah ditetapkan Tuhan. Pada keempat sudut dari mezbah itu harus ada tanduk, yang disalut dengan tembaga. Perkakas-perkakas seperti kuali tempat menaruh abu, sodok, bokor penyiraman, garpu, perbaraan, juga sudah ditentukan oleh Tuhan sendiri. Semua perkakas ini pun harus dibuat dari tembaga, seperti ketetapan Tuhan. Mezbah haruslah memiliki kayu-kayu pengusung, agar setiap saat Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk berpindah tempat tinggal, mezbah sudah siap untuk dipindahkan. Mezbah korban bakaran ini harus dibuat persis seperti apa yang dikatakan Tuhan, tanpa kekurangan satu hal pun. Ayat 8 mengatakan “demikianlah harus dibuat mezbah itu”, sama seperti yang difirmankan oleh Tuhan. Mezbah korban bakaran ini akan dipakai sebagai tempat meletakkan korban yang akan dipersembahan kepada Tuhan. Pada bagian berikutnya, Tuhan akan memberikan perintah bahwa korban bakaran itu harus baik keadaannya, “sempurna” sesuai dengan perintah Tuhan. Keajaiban kasih Allah, keajaiban anugerah Allah diungkapkan kembali saat kita mengingat mezbah korban bakaran. Kristus selaku korban yang sempurna, yang tidak bercacat dan bercela, sudah memenuhi tuntutan Allah, untuk menghapus dosa kita, untuk mengubah status keberdosaan kita menjadi kebenaran di hadapan Allah. Betapa kita bersyukur akan keajaiban kasih Allah ini, yang diperoleh hanya dengan iman dan percaya kepada Kristus. Keajaiban kasih Allah ini juga dinyatakan melalui anugerah-Nya yang terus-menerus membaharui dan mengubahkan diri setiap kita, makin hari makin serupa dengan Kristus. Dengan meneladani Kristus, yang mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna kepada Allah, kita pun rindu untuk mempersembahkan hidup kita untuk semakin diubahkan di hadapan-Nya, sampai kepada kesempurnaan kekal, yang akan dianugerahkan-Nya kepada kita, menjelang kedatangan-Nya yang kedua kali. STUDI PRIBADI: (1) Apa kesan Anda akan mezbah korban bakaran? (2) Bagaimana mezbah korban bakaran ini mengingatkan Anda akan kasih Allah yang ajaib? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar semakin rindu memiliki hidup yang diubahkan dalam Kristus dan kerinduan ini terwujud dalam tingkah-laku hidupnya sehari-hari. SENIN 12 JUNI 2017 “Itulah suatu ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi orang Israel turun-temurun.” (Keluaran 27:21) Bacaan hari ini: Keluaran 27:20-21 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 21-22, Galatia 1 BERIBADAH MENURUT KETETAPAN TUHAN D alam kehidupan kita, peraturan menjadi hal yang sangat penting. Jika hidup kita teratur, maka segala sesuatu yang akan dilakukan, dapat berjalan dengan baik. Hal yang sama juga berlaku ketika orang Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan. Ada sejumlah aturan yang ditetapkan Tuhan untuk dilakukan dan dilaksanakan oleh umat Israel terkait dengan ibadah mereka kepada Tuhan. Beberapa hal yang diatur dengan ketat oleh Tuhan, di antaranya mengenai: Mezbah korban bakaran, pelataran tempat tabut perjanjian, mengenai pesangan lampu dan orang-orang yang bertugas di dalam Kemah Pertemuan tempat Tabut Tuhan diletakkan. Semuanya diatur dengan sangat detail dan rinci. Pertanyaannya: Mengapa Tuhan membuat peraturan yang demikian ketat dan detail terkait kemah pertemuan dan tempat ibadah? Mengapa peraturan yang dibuat oleh Tuhan terkesan begitu menyulitkan orang Israel pada zaman itu? Tujuan Tuhan membuat peraturan yang ketat dan detail adalah supaya: (a) Orang Israel beribadah dan bertemu dengan Tuhan sesuai dengan apa yang Tuhan mau, bukan seperti apa yang orang Israel mau; (b) Orang Israel dapat beribadah kepada Tuhan dengan cara yang tertib dan benar, sebagaimana ditetapkan oleh Tuhan; Allah Israel adalah Allah yang memiliki kepribadian dan kehendak, oleh sebab itu ketika orang Israel beribadah kepada-Nya, orang Israel harus beribadah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya, bukannya sesuai dengan kemauan dan kehendak orang Israel. Inilah yang membedakan antara Allah Israel dan dewa-dewa bangsa Mesir, dimana umatnya lah yang menentukan cara dan kemauan untuk beribadah dan menyembah kepadanya. Yang penting untuk kita pelajari bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang memiliki kepribadian dan kehendak. Dia memberikan kepada kita cara dan aturan yang tetap untuk menyembah Dia. Bukan berdasarkan kemauan manusia semata-mata, melainkan berdasarkan cara Tuhan dan ketetapan-Nya. Biarlah kita datang beribadah dan bertemu dengan-Nya di dalam cara yang benar, sebagaimana yang dikehendaki-Nya, Amin. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang menjadi ketetapan Tuhan bagi seluruh Israel yang diperintahkan melalui Musa? (2) Apakah tujuan Tuhan membuat keketapan yang demikian? Berdoalah agar jemaat Tuhan dapat menjaga serta memelihara kehidupan ibadah yang benar di hadapan Tuhan. Bukan sekadar melakukan ritual semata-mata, tetapi dengan kesadaran bahwa Tuhan yang patut disembah SELASA 13 JUNI 2017 “Harun dan anak-anaknya haruslah memakainya, apabila mereka ... menyelenggarakan kebaktian di tempat kudus, supaya mereka jangan membawa kesalahan kepada dirinya...” (Keluaran 28:43a) Bacaan hari ini: Keluaran 28:1-43 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 23-24, Galatia 2 IDENTITAS PARA PELAYAN P akaian Efod adalah salah satu pakaian yang dipakai oleh para imam yang melayani di Kemah Pertemuan. Pakaian efod mungkin salah satu pakaian yang paling dini dipakai oleh para imam di daerah timur dekat kuno. Setidaknya ada 2 jenis baju efod yang disinggung Alkitab: Pertama, baju efod sederhana yang dipakai Samuel (bnd. I Samuel 2:18) dan Daud (bnd. 2 Samuel 6:14) adalah baju efod dari bahan lenan sederhana. Kedua, baju Efod yang lebih lengkap ditetapkan oleh Tuhan sebagaimana diatur dalam Keluaran 28:1-43 dan Keluaran 39:1-31. Inilah baju efod yang khusus digunakan oleh imam besar. Baju efod ini terbuat dari bahan yang mahal, ditenun dengan benang emas, benang ungu tua, benang kirmizi, atau benang lain. Panjangnya dari dada sampai ke pinggul. Efod mantap di tempatnya sebab terpaut pada dua utas kain yang melintas di bahu dan diikat meliliti pinggang (bnd. Kel. 39:1-26). Selama melakukan ritual ibadah, seorang imam harus memakai pakaian yang menutupi pinggang dan pahanya (bnd. Kel. 28:42-43), dan kemeja lenan bersulam panjang yang mempunyai tangan, juga ikat pinggang lenan dipintal sangat elok, kain ungu tua, kain ungu muda, dan kain kirmizi (bnd. Kel. 28:40; 39:27). Baju efod ini merupakan identitas dari para imam yang melayani di kemah pertemuan. Ini menjadi ketetapan Tuhan yang harus dilakukan oleh umat Israel. Belajar dari bagian ini, bahwa identitas orang Kristen bukan lagi terletak pada baju secara fisik sebagaimana pada zaman Perjanjian Lama, melainkan kematian dan kebangkitan Kristus yang telah memberikan identitas baru kepada mereka yang telah diselamatkan. Terlebih khusus lagi, identitas para pelayanan Tuhan bukan didasarkan pada pakaian dan materi yang melekat pada pribadi tersebut, tetapi kepada panggilan yang jelas (bnd. Efesus 2:10) dan penyerahan diri yang total di dalam hadapan Kristus (bnd. Rm. 12:1). Melalui pelayanan, pemberitaan Injil serta ketaatan kepada Firman Tuhan, identitas para pelayan Tuhan semakin nyata terlihat. STUDI PRIBADI: (1) Apakah identitas para imam yang melayani di Kemah Suci? (2) Dalam Perjanjian Baru, apa yang menjadi identitas orang Kristen yang dipanggil melayani-Nya? Berdoalah agar kita sebagai orang Kristen boleh hidup yang menyatakan identitas kita melalui pelayanan yang kita berikan kepada-Nya, di tengahtengah dunia ini. RABU 14 “Inilah yang harus kaulakukan kepada mereka, untuk menguduskan mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku: Ambillah seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan yang tidak bercela...” (Keluaran 29:1) JUNI 2017 Bacaan hari ini: Keluaran 29:1-37 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 25-26, Galatia 3 PENGUDUSAN PARA PELAYAN P ara imam diangkat dan ditetapkan Tuhan. Harun dan anak-anaknya ditetapkan sebagai imam yang melayani Kemah Pertemuan (Kemah Suci) atas kehendak Tuhan sendiri. Keluaran 28:1, “Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk memegang jabatan imam bagi-Ku--Harun dan anak-anak Harun, yakni Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar....”, Musa bukan hanya mengangkat Harun dan anakanaknya sebagai Imam, Musa juga bertindak sebagai pengantara untuk menguduskan Harun dan anak-anak-Nya. Apa yang dilakukan untuk menguduskan Harun dan anak-anaknya? Musa harus menguduskan Harun dan anak-anaknya, yaitu dengan cara mempersembahkan seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan muda yang tidak bercela dan mengolah roti kemudian mempersembahkan kepada Tuhan (bnd. Keluaran 29:1-3), juga harus menggunakan pakaian yang kudus (bnd. Keluaran 29:29-30). Selama tujuh hari harus mengadakan pendamaian bagi mezbah Tuhan dengan cara mempersembahkan korban bakaran (bnd. Keluaran 29:36-37). Pertanyaannya: Mengapa harus demikian? Karena Tuhan adalah Allah yang kudus, sehingga setiap orang yang menjadi imam dan melayani-Nya haruslah kudus. Tuhan menuntut hal yang demikian atas umat Israel. Kita bersyukur hidup di dalam zaman ini, dimana ritual semacam ini tidak berlaku. Ini terjadi karena Yesus Kristus telah mati dan mengorbankan diri-Nya untuk menjadi korban pendamaian yang menghapuskan dosa dan kesalahan kita di hadapan Allah (bnd. Roma 3:25a; 5:11; Kolose 1:20). Oleh karena kematian-Nya, kita berstatus “telah dikuduskan” di hadapan Allah (bnd. Kolose 1:22). Bahkan lebih dari itu, kita diangkat untuk menjadi rekan kerja-Nya, yang melayani dan hidup sebagaimana yang dikehendaki-Nya (bnd. Efesus 2:10; 1 Korintus 7:22; Efesus 4:12). Jadi pengudusan hidup kita bukan dilakukan memakai cara ritual keagamaan, melainkan dengan kematian dan pencurahan darah Yesus Kristus di atas kayu salib. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana cara Musa menguduskan Harun dan anak-anaknya, yang menjadi imam atas Israel? (2) Apakah yang Tuhan lakukan untuk menguduskan kita? Berdoalah agar kita sebagai jemaat Tuhan yang sudah diselamatkan oleh kematian dan kebangkitan Kristus, dapat benar-benar hidup melayani-Nya dan tetap menjaga kekudusan hidup kita. KAMIS 15 JUNI 2017 “Di sanalah Aku akan bertemu dengan orang Israel, dan tempat itu akan dikuduskan oleh kemuliaan-Ku.” (Keluaran 29:43) Bacaan hari ini: Keluaran 29:38-46 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 27-29, Galatia 4 WAKTU BERSEKUTU DENGAN TUHAN P erikop yang menjadi bacaan hari ini masih merupakan bagian dari aturan-aturan mengenai pengudusan seorang imam. Secara khusus bagian ini mengatur tentang korban pagi dan korban petang. Setelah imam-imam ditahbis, mereka harus mempersembahkan korban bakaran yang tetap dan turun-temurun. Tuhan memerintahkan orang Israel untuk mempersembahkan korban bakaran yang tetap tiap-tiap hari melalui para imam. Persembahan itu harus berupa dua ekor domba untuk sehari, yang dipersembahkan bersama tepung, minyak, dan anggur. Korban bakaran itu harus diolah dua kali sehari, yaitu pada waktu pagi dan petang. Korban bakaran itu haruslah dipersembahkan di depan pintu Kemah Pertemuan di hadapan Tuhan, sebab di sanalah Tuhan akan menjumpai dan berfirman kepada orang Israel. Tuhan memerintahkan para imam untuk mempersembahkan korban bakaran dua kali sehari karena Ia ingin bertemu dan berfirman kepada umat-Nya. Ia rindu bersekutu dengan umatNya. Persembahan korban bakaran itu dilakukan untuk memastikan kelangsungan persekutuan bangsa Israel dengan Tuhan. Selain itu, juga untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa tiap-tiap hari merupakan hari pengabdian kepada Tuhan. Tuhan sendiri berjanji akan berdiam di tengah umat dan menjadi Allah mereka, supaya umat dapat memuliakan Tuhan, yang telah melakukan perkara besar bagi mereka. Di zaman sekarang, persekutuan kita dengan Tuhan tidak dilakukan dengan mempersembahkan korban bakaran, melainkan dengan bersaat teduh. Saat teduh adalah saat dimana kita menyediakan waktu secara khusus untuk bersekutu secara pribadi dengan Tuhan. Saat teduh menjadi saat bagi kita untuk mendengarkan suara Tuhan melalui firman-Nya, juga saat untuk mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan melalui doa. Tuhan rindu untuk bertemu dan berfirman kepada kita dalam waktu teduh kita. Jika Tuhan merindukan waktu khusus untuk bersekutu dengan kita secara pribadi tiap hari, adakah juga kerinduan itu dalam hati kita? Sudahkah kita menyediakan waktu khusus untuk bersaat teduh setiap hari? STUDI PRIBADI: (1) (1) Apa yang harus dipersembahkan imam sebagai korban pagi dan korban petang? (2) Mengapa korban bakaran itu harus dilakukan dua kali dalam sehari? Doakanlah agar setiap umat Tuhan terus memiliki kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi, mengerti betapa Tuhan mencintainya dan mengerti kehendak Tuhan dalam hidupnya. JUMAT 16 JUNI 2017 “Sekali setahun haruslah Harun mengadakan pendamaian di atas tanduk-tanduknya; dengan darah korban penghapus dosa pembawa pendamaian…” (Keluaran 30:10) Bacaan hari ini: Keluaran 30:1-10 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 1-3, Galatia 5 HAK ISTIMEWA ORANG PERCAYA B agian ini mengatur mengenai pembuatan mezbah pembakaran ukupan. Mezbah pembakaran ukupan berbeda dengan mezbah korban bakaran. Mezbah pembakaran ukupan khusus dipakai untuk membakar ukupan wangi-wangian dan tidak boleh dipakai untuk keperluan lain. Campuran dari persembahan ukupan itu juga ditetapkan oleh Tuhan. Mezbah itu harus diletakkan di ruang kudus di depan tabir ruang maha kudus, tempat kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Di atas mezbah itu, imam-imam harus mewakili umat Tuhan mempersembahkan ukupan pada pagi dan petang setiap harinya, sama seperti korban bakaran. Dalam Alkitab, persembahan ukupan melambangkan doa-doa umat Tuhan (Mzm. 141:2). Oleh karena itu, bau harum semerbak yang terus membubung dan memenuhi ruang kudus pada pagi dan petang melambangkan doa-doa yang senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan. Melalui persembahan bakaran, Israel mengabdikan dan menyucikan hidup dan tindakannya, tubuh dan jiwa bagi Tuhan. Melalui persembahan ukupan, umat menaikkan doa-doa kepada Tuhan. Persembahan ukupan bukan hanya tindakan merohanikan dan mengubah rupa persembahan bakaran, tapi juga penyempurnaan persembahan bakaran tersebut. Setiap tahun harus diadakan pendamaian terhadap mezbah pembakaran ukupan, dengan darah korban penghapus dosa. Hal ini melambangkan: umat Israel hanya bisa menghampiri Tuhan atas dasar penebusan dan pendamaian. Umat Israel juga hanya bisa menghadap Tuhan melalui perantaraan imam. Hari ini, orang percaya tidak perlu lagi mempersembahkan korban pendamaian setahun sekali. Kristus telah menjadi korban pendamaian yang sempurna bagi orang percaya. Melalui pengorbanan Kristus, orangorang percaya dilayakkan untuk menghadap Tuhan secara pribadi melalui doa, tanpa harus melalui perantara. Karena itu kita harus mengucap syukur dan menyadari bahwa doa adalah hak istimewa yang diberikan bagi tiap orang percaya. Jika demikian, akankah kita menyia-nyiakan hak istimewa itu? Sudahkah Anda mengawali dan mengakhiri setiap hari dengan doa? STUDI PRIBADI: (1) Apa beda mezbah pembakaran ukupan dengan mezbah persembahan bakaran? (2) Mengapa harus diadakan pendamaian bagi mezbah itu setiap tahunnya? Doakanlah saudara-saudara kita seiman yang dalam dalam pergumulan atau mengalami lemah tubuh. Kiranya Tuhan memulihkan kondisi mereka, dan mereka tetap setia menantikan pertolongan-Nya. SABTU 17 “Setiap orang yang akan termasuk orang-orang yang terdaftar itu, yang berumur dua puluh tahun ke atas, haruslah mempersembahkan persembahan khusus itu kepada Tuhan.” (Keluaran 30:14) JUNI 2017 Bacaan hari ini: Keluaran 30:11-18 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 4-6, Galatia 6 UANG PENDAMAIAN S ensus penduduk adalah hal wajar dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui jumlah dan data penduduk yang tinggal di satu daerah. Allah juga memerintahkan Musa untuk melakukan sensus kepada umat Israel. Bacaan hari ini mengatur mengenai persembahan yang harus diberikan olah umat Israel pada waktu sensus. Orang-orang yang sudah terdaftar dan berusia dua puluh tahun ke atas harus memberi persembahan khusus kepada Tuhan. Kewajiban ini berlaku untuk semua kalangan, baik orang miskin maupun orang kaya. Jumlah yang harus diberikan pun sama untuk setiap orangnya, yaitu setengah syikal. Persembahan khusus merupakan uang pendamaian bagi nyawa umat Israel. Umat diharuskan memberi persembahan khusus itu karena mereka telah menerima keselamatan dari Tuhan atas nyawa mereka. Pemberian persembahan khusus ini mengajarkan umat bahwa hidup mereka bukan bergantung pada kekayaan, melainkan kepada Tuhan, Pemberi hidup. Tuhan telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir, karena itu sudah selayaknyalah mereka memberikan persembahan khusus kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur mereka kepada Tuhan. Kesetiaan umat memberikan persembahan khusus merupakan tanda bakti mereka kepada Tuhan. Persembahan khusus itu melambangkan bahwa umat adalah milik Tuhan, bukan milik Musa, bukan juga milik pemerintah. Di dalam Kristus, kita telah ditebus dan harganya telah lunas dibayar oleh darah-Nya, sehingga kita menjadi anak Allah. Hidup kita sekarang adalah milik Tuhan. Oleh karena itu, kita harus mengucap syukur dengan cara mempersembahkan hidup sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah. Persembahan yang kita berikan dalam ibadah kita adalah peringatan bahwa kita adalah milik Tuhan. Kita dipelihara oleh belas kasih Tuhan. Persembahan itu sesungguhnya berasal dari tangan Tuhan sendiri (1Taw. 29:14). Bila pemahaman itu sudah ada di dalam hati kita, maka mempersembahkan harta kita untuk Tuhan, bukanlah beban. Sudahkah engkau memberikan persembahan bagi Tuhan? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa mereka yang telah terdaftar harus memberi persembahan khusus? (2) Selain sebagai uang pendamaian, persembahan khusus digunakan untuk apa? Berdoalah mengucap syukur kepada Tuhan Yesus atas karya penebusanNya yang menyelamatkan setiap umat pilihan-Nya. Sebagai umat tebusan, kita mengerjakan keselamatan kita dengan melakukan firman-Nya. MINGGU 18 JUNI 2017 “Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!” (Mazmur 96:9) Bacaan hari ini: Keluaran 30:17-21 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 7-9, Efesus 1 KEKUDUSAN HIDUP-(1) K ekudusan merupakan salah satu sifat atau atribut Allah. Allah itu adalah Pribadi yang kudus, oleh karena itu Allah menginginkan agar umat-Nya pun dapat hidup dalam kekudusan. Itulah sebabnya, segala hukum dan ritual yang diperintahkan Allah dalam Perjanjian Lama, menyatakan kekudusan-Nya. Misalnya, mengenai ritual pembasuhan yang tercatat dalam bagian ini. Tuhan berfirman kepada Musa agar membuat sebuah bejana pembasuhan. Bejana pembasuhan ini haruslah terbuat dari bejana tembaga yang besar, dan haruslah diletakkan di antara Kemah Pertemuan dan Mezbah. Bejana pembasuhan ini akan diisi dengan air, dan akan digunakan untuk membasuh tangan dan kaki para iman sebelum mereka melayani di Kemah Pertemuan. Aturannya adalah, apabila mereka hendak datang ke mezbah itu untuk menyelenggarakan kebaktian dan untuk membakar korban api-apian bagi TUHAN, haruslah mereka membasuh tangan dan kaki mereka, supaya mereka jangan mati. Bejana pembasuhan ini memiliki pengertian rohani, yaitu untuk menyucikan dan menguduskan para imam, sehingga terjadi pendamaian sebelum melayani TUHAN yang Mahakudus di Kemah Pertemuan. Hari ini, ritual pembasuhan tidak lagi terjadi ketika umat Tuhan masuk dan melayani di rumah Tuhan. Sebab Yesus Kristus, sang Anak Domba Allah telah menyucikan kita dari setiap dosa dan telah melayakkan kita untuk boleh menghadap hadirat Allah dengan kekudusan. Akhirnya, marilah kita sebagai anak-anak Allah hidup dalam kekudusan. Dengan demikian nama Allah dipermuliakan melalui kehidupan kita. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana cara Anda dalam mengusahakan hidup kudus dalam kehidupan sehari-hari? (2) Masih adakah dosa-dosa yang Anda sedang gumulkan dan menghambat relasi Anda untuk datang kepada Tuhan? Berdoalah kepada Allah: Bersyukurlah atas anugerah pengampuan dosa melalui pengorbanan Tuhan Yesus; Memohon kepada Allah agar senantiasa memampukan kita untuk boleh hidup kudus. SENIN 19 JUNI 2017 “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu kudus.” (Imamat 19:2b) Bacaan hari ini: Keluaran 30:22-33 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 10-12, Efesus 2 KEKUDUSAN HIDUP-(2) K ehidupan bersama dengan Allah adalah sebuah kehidupan yang berdasarkan kepada kekudusan. Sejak zaman dulu, berulang kali, Allah telah menggemakan panggilan hidup kudus bagi umat-Nya. Allah telah memberikan peraturan demi peraturan untuk mengarahkan umat-Nya hidup dalam kekudusan. Dalam kasus ini, Allah berfirman kepada Musa, supaya membuat suatu campuran rempah-rempah yang dicampur dengan cermat seperti buatan tukang campur rempah-rempah; itulah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus (ay. 25). Campuran minyak urapan yang kudus ini dikhususkan untuk menguduskan Kemah Pertemuan, dan tabut hukum, meja dengan segala perkakasnya, kandil dengan segala perkakasnya, dan mezbah pembakaran ukupan; dan juga untuk mengurapi Harun dan anakanaknya yang akan memegang jabatan imam (ay. 26-30). Minyak urapan kudus ini diperuntukkan untuk tujuan yang kudus untuk melayani TUHAN, sehingga orang awam tidak diperbolehkan memakai minyak urapan ini secara sembarangan. Jika ditemukan orang awam yang dengan sengaja menggunakan minyaknya, maka orang demikian haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya (ay. 33). Bahkan para imam juga tidak diperbolehkan memakai minyak urapan ini untuk tujuan yang berbeda bagi umat Israel. Dari Firman Tuhan hari ini, secara konsisten ketika Tuhan telah memberikan perintah dan peraturan kepada umat-Nya, maka Tuhan juga memberikan batasan-batasan yang jelas antara “yang kudus” dan “yang tidak kudus” supaya umat-Nya tidak melanggar. Apabila umat Allah sudah mengerti aturan yang jelas dari Allah dan tetap melanggar, maka akan ada sebuah konsekuensi bagi mereka yang melanggarnya. Hari ini, kita memiliki Firman Tuhan sebagai pegangan kita untuk mengetahui dan membedakan mana “yang kudus” dan “yang tidak kudus” sesuai dengan kehendak Allah. Oleh sebab itu, bawalah diri kita masingmasing untuk hidup berpadanan dengan Firman Tuhan supaya kita boleh senantiasa memuliakan nama Allah. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kehidupan pribadi kita dengan Tuhan? Adakah kita rindu ingin mengerti kehendak-Nya? (2) Sudahkah hidup kita berpadanan dengan Firman-Nya? Berdoalah agar Allah memberikan kepada kita hati yang selalu merindukan Firman-Nya dan memegang teguh serta melaksanakan perintah-perintahNya dengan setia. SELASA 20 JUNI 2017 “Sebagian dari ukupan itu haruslah kaugiling sampai halus, dan sedikit dari padanya kauletakkanlah di hadapan tabut hukum di dalam Kemah Pertemuan, di mana Aku akan bertemu dengan engkau; haruslah itu maha kudus bagimu.” (Keluaran 30:36) Bacaan hari ini: Keluaran 30:34-38 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 13-14, Efesus 3 BAU YANG KUDUS BAGI TUHAN T uhan Allah adalah Tuhan atas segala sesuatu, di mana kita manusia ciptaan dituntut menghampiri-Nya dalam kekudusan menyeluruh. Bagian-bagian sebelumnya mengajarkan kita tentang kekudusan dalam upacara ibadah, termasuk peralatan-peralatan yang dipakai. Bagian ini mengajarkan kita tentang ukupan yang hendak dibakar di atas mezbah. Ternyata bahan-bahan tersebut tidaklah sembarangan, semua itu adalah bahan-bahan pilihan yang terbaik, ada “getah damar, kulit lokan dan getah rasamala, wangi-wangian itu serta kemenyan yang tulen.” Dari kata “tulen”, kita tahu bahwa bahan-bahan tersebut adalah pilihan yang terbaik, sebagaimana peralatan Kemah Suci dibuat dari bahan-bahan pilihan yang terbaik, demikian juga bahan-bahan ukupan ini. Dalam ayat 34 menyebutkan, masing-masing harus sama banyaknya, berarti tidak boleh dibuat dari bahan sembarangan dan ukuran yang sesuka “gue”, bahkan ayat 38 memberikan peringatan bagi yang melanggar kekudusan Tuhan. Mengikuti tuntutan Tuhan juga merupakan persembahan yang harum bagi Tuhan. Dalam kisah orang Majus yang datang mencari bayi Yesus, mereka membawa persembahan yang terbaik, selain emas yang merupakan logam yang paling mahal dan murni, juga kemenyan dan mur. Kemenyan adalah ukupan yang baunya wangi di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu, hukum Tuhan secara prinsip masih tetap berlaku bagi kita sekarang, sekalipun kita ada di dunia PB dan diselamatkan oleh iman. Kita tahu bahwa semua itu adalah simbol dari kekudusan yang Tuhan tuntut dari kita, dan secara manusia kita tidak mungkin menuaikannya dengan sempurna. Bersyukur kepada Tuhan Yesus, karya Salib-Nya telah menggenapi tuntutan Allah Bapa dengan sempurna, namun kita tetap bertanggungjawab atas kehidupan yang sempurna, sebagaimana rasul Paulus katakan, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rom. 12:1 ITB). STUDI PRIBADI: (1) Apakah yanag Tuhan tuntut di dalam kehidupan kita? (2) Bagaimana Saudara memelihara kehidupan kudus tersebut? Berdoalah agar setiap kita, yakni orang-orang percaya yang telah menerima keselamatan dapat hidup dengan menjaga kekudusan kita sampai akhir, dan hidup memuliakan nama Tuhan. RABU 21 JUNI 2017 “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan.” (Keluaran 31:1-3) Bacaan hari ini: Keluaran 31:1-11 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 15-16, Efesus 4 KARUNIA: DARI TUHAN, UNTUK TUHAN K epemimpinan Musa dan Harun atas bangsa Israel tidaklah perlu diragukan lagi, tetapi kita tahu bahwa mereka dapat memimpin bangsa Israel, karena Tuhan semata. Musa sendiri bukan seorang pemimpin dari lahir. Dan, kita melihat bahwa tidak berarti orang lain tidak bisa apa-apa dan tidak memiliki apa-apa. Dalam Kel. 18, kita juga telah melihat bahwa Musa pun membutuhkan “Hakim-hakim” untuk membantu pekerjaannya. Dalam bagian ini juga memperlihatkan kepada kita bahwa Tuhan pun secara aktif memanggil orang lain, diberikan talenta khusus untuk pembangunan Kemah Suci. Pekerjaan Kemah Suci bukan pekerjaan gampang yang memakan waktu singkat, apalagi bangsa Israel masih baru keluar dari perbudakan di Mesir, mereka disuruh untuk membangun Kemah Suci, ini tentu akan ada banyak kesulitan. Tuhan Tahu! Ini pekerjaan Tuhan, maka Tuhan pula yang menyediakan segala kebutuhan, termasuk orang dan bahan. Kita sebagai umat Tuhan tidak perlu kuatir, kita hanya perlu untuk mengikuti petunjuk kebenaran Tuhan. Hal ini juga berlaku untuk kita secara pribadi, apa yang menjadi rencana dan panggilan Tuhan untuk gereja dan diri kita pribadi. Seringkali kita menghitung biaya atau mengukur kemampuan. Tapi, apakah kita mencari tahu apa kehendak Tuhan untuk kita lakukan? Hal yang paling jelas ialah: kehendak Tuhan adalah Amanat Agung, bila kita sungguh rindu melakukannya, maka Tuhan akan memampukan kita, dan menyediakan apa yang kita perlukan. Sebagaimana perkataan Hudson Taylor bahwa, “Pekerjaan Allah dilakukan dengan cara Allah, maka tidak akan pernah kekurangan akan suplai dari Allah sendiri.” Hal berikut yang dapat kita pelajari adalah, jangan berkata gereja atau pekerjaan Tuhan telah banyak orang melakukannya, dan kita hanya orang kecil dan tidak mampu. Lihatlah, setiap kita unik di mata Tuhan dan memiliki kemampuan serta panggilan khusus, tidak mungkin kita “menganggur”. Oleh sebab itu minta kepada Tuhan, buka mata hati Anda, temukan beban dan talenta Anda, lakukanlah dengan setia untuk kemuliaan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Siapakah yang membantu Musa dan Harun dalam membangun kemah suci? (2) Apa sajakah yang dibutuhkan untuk membangun kemah suci? Berdoalah agar tiap orang percaya sungguh-sungguh menggunakan talenta yang Tuhan berikan untuk melayani-Nya dengan setia, sehingga menjadi berkat dan teladan bagi orang lain. KAMIS 22 “Katakanlah kepada orang-orang Israel: Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu.” (Keluaran 31:13) JUNI 2017 Bacaan hari ini: Keluaran 31:12-18 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 17-18, Efesus 5 KUDUSKANLAH HARI SABAT D alam Kitab Keluaran 31:12-17, Allah menyampaikan firman-Nya pada Musa, supaya hari ketujuh ditetapkan sebagai hari perhentian penuh (Sabat), hari untuk kita beristirahat atau berhenti bekerja. Alasannya, bangsa Israel harus mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Allah, yaitu menciptakan langit dan bumi selama enam hari, lalu berhenti dari semua pekerjaan pada hari yang ketujuh (ay. 16-17). Melalui bagian ini kita akan belajar pentingnya kita menguduskan Hari Sabat. Pertama, Hari Sabat adalah peringatan antara Allah dan umat-Nya. Dalam ayat 13 dikatakan bahwa Hari Sabat adalah sebagai “Peringatan antara Allah dan umat-Nya sampai turun-temurun.” Artinya adalah bahwa Allah sendiri yang memberikan banyak kebaikan, pemulihan dan mukjizat bagi umat Israel. Semua itu dilakukan oleh Allah sebagai bukti cinta kasih Allah kepada umat-Nya. Oleh sebab itu, Allah kembali mengingatkan mereka bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan mereka semata-mata hanya karena kebaikan Tuhan. Sebab itu, umat Israel bersama dengan keturunannya harus datang beribadah kepada Tuhan dan tetap memelihara relasi mereka dengan Tuhan (ay. 14,16). Oleh sebab itu, ketika kita bertemu dengan hari Sabat, kita datang dengan sungguh-sungguh, dan memeliharanya dalam hidup kita. Kedua, Hari Sabat adalah hari yang kudus bagi Tuhan (ay. 15). Allah berfirman kepada bangsa Israel melalui Musa, untuk “Menguduskan hari Sabat.” Karena hari Sabat adalah hari yang kudus bagi Tuhan, artinya adalah: hari itu adalah hari yang suci, harus dipersembahkan, dikuduskan dan dikhususkan untuk Tuhan, dimana setiap umat harus datang kepada Tuhan untuk berbakti dan beribadah serta menyembah Tuhan dengan sungguh-sungguh. Tuhan telah menyediakan waktu selama enam hari bagi umat-Nya untuk bekerja dan pada hari yang ketujuh adalah hari perhentian dari semua pekerjaan sehari-hari yang telah dilakukan. Oleh sebab itu, ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat yang diberikan Tuhan bagi kita dan peliharalah serta muliakan Tuhan selamanya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah arti Hari Sabat menurut Alkitab? (2) Mengapakah kita harus menguduskan Hari Sabat Tuhan? Berdoalah agar setiap kita bisa sungguh-sungguh menguduskan hari Sabat dan tetap setia beribadah kepada Tuhan atas segala rahmat dan anugerah yang telah kita terima dari-Nya. Amin. JUMAT 23 JUNI 2017 “Lagi Firman TUHAN kepada Musa: Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk.” (Keluaran 32:9) Bacaan hari ini: Keluaran 32:1-14 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 19-20, Efesus 6 BANGSA YANG TEGAR TENGKUK K eluaran 32:1-14, merupakan sebuah kitab yang menggambarkan tentang sifat umat Israel kepada TUHAN. Adapun sifat mereka yang dicatat Alkitab adalah “Bangsa yang tegar tengkuk”, yang berarti bangsa yang keras kepala, tidak ada kerendahan hati, bangsa yang kasar, tidak tahu aturan, bangsa yang tidak hormat, lancang, bangsa yang kurang ajar (impudent), berlaku jahat dan kejam. Mengapa bangsa Israel disebut Allah sebagai bangsa yang “tegar tengkuk” dan apa akibatnya? Pertama, Israel adalah bangsa yang tidak sabar. Pada ayat 1, Israel melihat bahwa Musa mengundur-undur waktu untuk turun dari Gunung Sinai, mereka seperti kehilangan pemimpin, tidak tahu arah-tujuan. Mereka tidak menyadari kalau Musa sedang berbicara dengan Allah (Kel. 31:18). Pada akhirnya mereka tidak sabar, kesal dan kecewa, sehingga mendesak Harun untuk segera membuat allah yang lain (yaitu anak lembu emas) yang mereka bisa sembah dan ikuti. Jelas tindakan umat Israel adalah tindakan dosa yang dilakukan kepada Allah. Ketidaksabaran mereka merupakan tindakan ketidakpercayaan kepada penyertaan Allah. Kedua, Bangsa Israel yang tegar tengkuk mendatangkan murka Allah. Ketidaksetiaan Israel kepada Allah, mendatangkan amarah yang sangat besar dari Allah. Sehingga Allah ingin membinasakan, memusnahkan, dan menghapuskan Israel dan akan memberikan bangsa yang baru bagi Musa (ay. 7-10). Menyaksikan kemarahan Allah, Musa datang untuk memohon belas kasihan Allah, untuk menahan amarah-Nya dan kembali mengingat perjanjian dengan Bapa-Bapa Bangsa Israel (ay. 13). Karena kemurahan dan kasih setia Allah kepada Musa dan juga bangsa Israel, Allah menahan amarah-Nya dan tidak memusnahkan bangsa Israel. Melalui bagian ini kita belajar mengikut Tuhan butuh kesabaran. Bukan memaksakan kehendak kita melainkan tunduk kepada kehendak Tuhan dan pimpinan-Nya. Dalam menunggu waktu Tuhan dibutuhkan ketekunan dan kesetiaan. Jangan pergi menyembah kepada allah lain atau membuat berhala sendiri untuk disembah. Percayalah kepada-Nya setiap waktu. STUDI PRIBADI: 1) Apakah arti “bangsa yang tegar tengkuk”? 2) Mengapa bangsa Israel disebut sebagai bangsa yang tegar tengkuk? Berdoalah agar setiap orang percaya berjalan sesuai dengan waktu dan kehendak Tuhan. Dan hanya menyembah DIA sebagai satu-satunya Allah yang hidup dan benar. SABTU 24 JUNI 2017 “Kemudian Berkatalah Musa: Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki-dan saudaranya – yakni supaya kamu diberi berkat pada hari ini.” (Keluaran 32:29) Bacaan hari ini: Keluaran 32:15-35 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 21-22, Filipi 1 MENGABDI KEPADA TUHAN M usa akhirnya mengerti mengapa Allah begitu marah kepada Israel sehingga ingin memusnahkan dan membinasakan mereka semua kecuali Musa dan keluarganya. Musa marah dan menghancurkan kedua loh batu yang berisi sepuluh hukum Tuhan. Lalu membakarnya dan menggiling sampai halus dan menyuruh umat Israel untuk meminumnya, mereka harus menanggung perbuatan dosa mereka (ay. 19-20). Musa juga menegur Harun yang berkompromi melakukan dosa (ay. 21-24). Akhirnya, Musa menantang Israel, memilih mengikut Tuhan atau mengikut ilah lain. Bagian Alkitab hari ini menceritakan orang-orang Lewi dan Musa yang setia kepada Tuhan. Pertama, Orang Lewi: hidup setia kepada Tuhan (ay. 25-29). Alkitab mencatat, di tengah-tengah keberdosaan orang Isarel, ada orang-orang Lewi yang memilih mengabdi dan berbakti dengan setia pada Tuhan. Orang-orang Lewi yang memihak atau mengabdi kepada Tuhan, melakukan perintah Musa untuk menghukum mati orang-orang Israel yang telah membuat patung lembuh emas untuk disembah (ay. 6). Kesetiaan yang ditunjukkan oleh orang-orang Lewi ini, menyebabkan mereka bebas dari murka Allah dan mendapatkan berkat dari Tuhan (bdg. Ul. 33:9-11). Kedua, Musa: hidup benar di hadapan Tuhan (ay. 30-35). Meskipun telah bertindak keras dan marah kepada Israel yang telah mendukakan hati Tuhan dengan menyembah kepada berhala yang mereka buat sendiri, Musa tetap memiliki hati yang penuh belas kasihan serta memiliki hati yang sangat lembut. Ayat 30 mencatat: dengan kerelaan hati dan keberanian, Musa naik menghadap Tuhan dengan mengaku dosa sehingga ia boleh mendapatkan pengampunan dan mengadakan pendamaian karena dosa. Dan Tuhan menyatakan keadilan-Nya dengan menghukum orang-orang yang melakukan dosa (ay. 33). Belajar dari bagian ini, hendaklah kita setia kepada Tuhan dengan cara taat kepada-Nya, tidak kompromi dengan dosa serta sungguh mengabdi kepada Tuhan. Hendaklah setiap kita tetap setia kepada Tuhan dan hidup benar di tengah-tengah zaman yang penuh dengan dosa dan kejahatan ini. STUDI PRIBADI: 1) Apa yang Musa lakukan pada umat Israel ketika mereka menyembah berhala? 2) Tindakan pengabdian seperti apa yang dilakukan orang-orang Lewi & Musa? Berdoalah agar dalam perjalanan mengikut Tuhan, setiap kita tetap setia dan hidup benar di hadapan Tuhan, terlebih di tengah-tengah zaman yang penuh dengan dosa dan kejahatan. MINGGU 25 JUNI 2017 “Berkatalah Musa kepada-Nya: Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.” (Keluaran 33:15) Bacaan hari ini: Keluaran 33:1-17 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 23-24, Filipi 2 PERLU PENYERTAAN TUHAN P ernahkah kita benar-benar menyadari betapa bersyukur dan betapa pentingnya penyertaan Tuhan dalam hidup ini? Ketika keadaan kita baik-baik mungkin kita tidak menyadarinya, namun ketika keadaan menjadi tidak baik barulah kita mencari, meminta penyertaan Tuhan. Ketika Israel berdosa menyakiti hati Tuhan dengan membuat patung anak lembu emas serta sujud menyembah kepadanya, maka Tuhan murka kepada Israel. Tuhan menghukum mereka dengan menewaskan kira-kira 3000 orang Israel. Lalu Tuhan menyuruh Musa melanjutkan perjalanan ke negri Kanaan. Tapi Tuhan mengatakan Tuhan tidak akan menyertai mereka karena mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk. Tuhan hanya mengirim malaikat berjalan di depan mereka, dan Tuhan berjanji akan menghalau orang Kanaan, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Mendengar hal itu sangat sedihlah bangsa Israel dan mereka pun berkabung (ay. 1-4). Musa pun merasakan hal yang sama. Oleh sebab itu, Musa yang memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, memberanikan diri untuk memohon agar Tuhanlah yang menyertai perjalanan mereka. Bagaimana dengan kita pada saat ini; apakah kita juga menganggap penyertaan Tuhan sangat penting dalam hidup kita setiap harinya? Apakah kita sungguh takut jika Tuhan tidak menyertai kita? Apakah kita sungguhsungguh meminta pernyertaanTuhan untuk setiap aktifitas, keputusan, dan permasalahan yang kita hadapi tiap-tiap hari? Kalau memang kita sudah memintanya kepada Tuhan, benarkah kita sungguh mau disertai Tuhan? Penyertaan Tuhan bukan hanya masalah bahwa Tuhan melindungi, menolong dan memberkati kita, tapi juga tentang Tuhan yang memimpin dan membimbing hidup kita agar kita berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan. Pada bagian inilah seringkali kita tidak mau disertai Tuhan karena kita lebih suka melakukan apa yang kita inginkan, apa yang baik menurut kita. Marilah kita menyadari bahwa kita sangat membutuhkan penyertaan Tuhan dalam hidup kita agar kita benar-benar merasakan indahnya hidup dalam penyertaanTuhan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa bangsa Israel sangat takut bila Tuhan tidak lagi menyertai perjalanan mereka? (2) Apakah hidup kita sudah sepenuhnya disertai Tuhan? Berdoalah agar setiap anak Tuhan senantiasa memohon penyertaan Tuhan dan juga mau agar hidupnya benar-benar disertai Tuhan. Apapun yang menjadi jalan kita, boleh kita selaraskan dengan jalan Tuhan. SENIN 26 JUNI 2017 “Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu.” (Keluaran 34:14) Bacaan hari ini: Keluaran 34:1-17 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 25-26, Filipi 3 JERAT MENYEMBAH ALLAH LAIN K etika TUHAN menyuruh Musa naik ke gunung Sinai untuk kali kedua, Allah menyatakan sifat dan karya-Nya: mahakasih, panjang sabar, meneguhkan kasih setia-Nya dan kesediaan-Nya mengampuni dosa. Allah menerima kembali Bangsa Israel. Allah memperbarui perjanjian yang terputus karena dosa penyembahan berhala. Taurat perjanjian diberikan sekali lagi. Namun orang berdosa tidak bebas dari hukuman. TUHAN berjanji bahwa Israel akan melihat perbuatan-perbuatan-Nya yang dahsyat (ay. 10). Sekali lagi hal utama TUHAN ingatkan: janganlah menyembah allah lain! TUHAN tahu bangsa Israel mudah tergoda untuk menyembah allah lain. TUHAN adalah Allah yang cemburu, artinya TUHAN minta umat-Nya untuk setia hanya percaya dan menyembah kepada-Nya! Berlebihankah? Tidak! Karena TUHAN yang menciptakan mereka, memilih mereka untuk diselamatkan, dan membebaskan mereka dari perbudakan Mesir. Jadi, sudah seharusnya umat-Nya menyembah dan mempercayakan seluruh hidupnya hanya kepada TUHAN. Bagaimana agar Israel tidak terjerat menyembah allah lain? (1) Jangan mengadakan perjanjian dengan penduduk negeri yang didatangi; (2) Mezbah penyembahan, tugu berhala, dan tiang berhala harus mereka musnahkan; (3) Jangan menikah dengan penduduk negeri yang menyembah allah lain (ay. 12-16). Peringatan kepada bangsa Israel tersebut juga berlaku bagi setiap anak Tuhan saat ini. Tuhan sudah menciptakan, memilih, menyelamatkan, membebaskan dari perbudakan dosa. Anugerah dan kasih setia Tuhan begitu besar kepada kita. Tuhan tidak mau kita menyembah allah lain. Mungkin kita berkata: “Saya tidak pernah menyembah patung atau berdoa kepada allah lain.” Namun jika materi, uang, kedudukan, pekerjaan, hobi, teman, keluarga yang menjadi fokus utama hidup kita sehingga membuat kita menomor-duakan Tuhan, maka itulah yang menjadi allah kita. Kalau kita mengandalkan, menaruh harapan, percaya dan tunduk kepada hal-hal lain selain Tuhan, maka kita sudah punya dan menyembah allah lain. Waspadalah terhadap jerat penyembahan allah lain! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan berulangkali mengingatkan tentang hukum ke-1 dari 10 perintah Allah? (2) Apa saja bentuk allah lain yang bisa terjadi dalam hidup manusia? Berdoalah agar setiap orang percaya benar-benar menjaga hati, pikiran dan perbuatannya untuk tetap setia menyembah, percaya dan tunduk hanya kepada Allah saja. SELASA 27 “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel.” (Keluaran 34:27) JUNI 2017 Bacaan hari ini: Keluaran 34:18-35 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 27-28, Filipi 4 PERJANJIAN YANG PENUH ANUGERAH P ada umumnya kita memahami kata “perjanjian” sebagai keterlibatan antara dua pihak yang mengadakan ikatan atau kontrak kerjasama yang disertai dengan syarat-syarat atau sangsi yang harus dipenuhi oleh pihak- pihak yang membuat perjanjian itu. Intinya ialah perjanjian yang dibuat adalah untuk kepentingan bersama dan menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Apabila salah satu pihak merasa tidak puas atau melanggar syarat kesepakatan, maka sangsi diberlakukan atau perjanjian dibatalkan. Tidak demikian dengan perjanjian Allah. Dalam perjanjian Allah dengan manusia, Allah yang berinisiatif untuk memanggil dan mengadakan perjanjian. Inti dari perjanjian itu adalah untuk menyatakan anugerah dan keselamatan yang Allah berikan berdasarkan kedaulatan-Nya. Posisi Allah dan manusia tidaklah sejajar, sehingga hal ini berbeda dengan perjanjian yang dibuat oleh manusia yang berdasar kesepakatan bersama. Perjanjian Sinai antara Tuhan dengan bangsa Israel bersifat khusus dan berlaku sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Tuhan sudah memberikan berkat-Nya dan meminta umat untuk setia melakukan setiap perintah-Nya. Tuhan juga memerintahkan umat Israel untuk menyediakan waktu satu hari dalam seminggu untuk beribadah dan bersekutu dengan Tuhan, melakukan tiga perayaan dalam setahun: Hari Raya Roti Tidak Beragi, Hari Raya Tujuh Minggu, dan Hari Raya Pengumpulan Hasil. Semua hal ini bertujuan untuk mengajar agar umat Israel mengenal Tuhan, berelasi dengan Tuhan dan memiliki cara hidup yang berbeda dari bangsabangsa lain di mana mereka tinggal. Pada masa kini, kita tidak lagi terikat untuk merayakan ketiga hari raya tersebut, namun kita merayakan Paskah yang mengingatkan bahwa Tuhan sudah membebaskan kita dari perbudakan dosa. Sebagai respons kita atas kemerdekaan rohani yang Tuhan berikan kepada kita, kita harus beribadah dengan pengucapan syukur dan terus mengajarkan mengenai perjanjian anugerah ini kepada anak-cucu kita. Perjanjian yang tidak didasarkan atas kemampuan kita, melainkan atas anugerah dan kedaulatan Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Siapa yang berinisiatif mengadakan perjanjian antara Allah dengan Israel? (2) Bagaimana kita meresponi perjanjian yang ditetapkan Allah dengan umat-Nya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan supaya kita dapat meresponi perjanjian Tuhan di dalam hidup kita dengan cara kita setia beribadah dan melayani-Nya. Kita dimampukan melakukan kewajiban sebagai umat pilihan-Nya. RABU 28 “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati.” (Kel. 35:2) JUNI 2017 Bacaan hari ini: Keluaran 35:1-3 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 29-30, Kolose 1 HARI PERHENTIAN B agian Firman hari ini mengingatkan pentingnya hari perhentian bagi jiwa kita. Sebuah perintah yang menunjukkan Allah yang berkuasa menyediakan apa yang dibutuhkan dan hal ini tidak dipengaruhi oleh apapun. Hari perhentian adalah pengingat akan kebaikan Tuhan dan kuasa Tuhan dalam kehidupan kita. Peraturan mengenai pelaksanaan Sabat (hari ketujuh) ini begitu tegas. Perintah tersebut diberikan Musa kepada semua umat Israel dengan tujuan agar mereka dapat berhenti sesudah mereka bekerja selama enam hari. Mereka nampaknya melakukan pekerjaan di sekitar kemah Suci. Pada saat itu mereka tidak memiliki banyak aktivitas di tengah padang gurun. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan apa yang kebanyakan dilakukan orang pada masa kini. Mereka tidak perlu berdagang, ataupun bercocok tanam karena Tuhan menyediakan setiap kebutuhan mereka. Kegiatan umat Israel sebagian besar terpusat pada Kemah Suci. Sekalipun demikian, perintah ini tetap berlaku, bahwa pada hari ketujuh, mereka harus berhenti total. Bagian ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan hari Sabat bukan sekadar berada di Kemah Sucinya. Sabat harusnya menjadi hari yang kudus, hari yang dipersembahkan khusus bagi Tuhan untuk dapat bersekutu dan mengerti kehendak-Nya. Jadi bagaimana seharusnya setiap orang percaya pada masa kini mengerjakan Sabat? Pelaksanaan Sabat atau hari perhentian tidaklah terletak hanya dalam ritual atau ketentuan waktu (Kol. 2:16-17), namun juga pada relasi penuh hormat dan kasih kepada Tuhan. Hari Perhentian yang kita laksanakan adalah bertujuan agar kita dapat menyediakan waktu secara khusus untuk bersekutu dengan Tuhan dan jemaat Tuhan. Hal ini akan menguatkan kita untuk saling melayani dan memperlengkapi dalam kesatuan tubuh Kristus saat mengerjakan panggilan sebagai garam dan terang untuk dunia ini. Marilah kita menjalani hari perhentian bukan sekadar ritual namun sebuah relasi yang dibangun dengan penuh hormat dan kasih kepada Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apa perintah Tuhan bagi Israel setelah 6 hari bekerja? (2) Mengingat kesibukan makin padat, bagaimana mengantisipasi tantangan dan halangan beribadah? Berdoalah supaya jemaat Tuhan bisa memperhatikan dengan sungguhsungguh hari sabat untuk Tuhan dan tidak dikacaukan dengan hal-hal lainnya yang tidak berkaitan dengan ibadah. KAMIS 29 JUNI 2017 “Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN: emas, perak, tembaga.” (Keluaran 35:5) Bacaan hari ini: Keluaran 35:4-29 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 31-32, Kolose 2 PERSEMBAHKAN YANG TERBAIK T uhan sangat memahami kecenderungan hati manusia, sehingga Ia memerintahkan Musa mengajar bangsa Israel tentang persembahan khusus. Sebenarnya perintah ini pengulangan dari pasal 25, sesuatu yang belum sempat disampaikan Musa kepada Israel karena kemarahannya atas tindakan Israel membuat anak lembu emas. Persembahan khusus ini bertujuan untuk mendirikan Kemah Suci dan mengadakan kebaktian di dalamnya. Bagian ini juga merupakan pengajaran ulang bagi Musa sendiri sebagai pemimpin bangsa Israel untuk memikirkan pentingnya keberadaan Kemah Suci, walaupun mereka masih mengembara. Persembahan khusus ini menegaskan agar umat senantiasa memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Bukan hanya memberikan harta agar mendapat ganti lebih seperti apa yang sering dipahami secara dangkal atas Matius 19:29. Namun memberi yang terbaik, termasuk keahlian masingmasing, karena hal itu merupakan ungkapan syukur atas apa yang telah Tuhan berikan dalam hidup ini. Memberi yang terbaik karena sebenarnya semua manusia dan apa yang dimilikinya adalah milik Tuhan. Memberikan yang terbaik karena Tuhan sudah terlebih dahulu memberikannya. Berapa banyak kita sudah berbagian dalam persembahan pelayanan? Sudahkah kita memberikan yang terbaik? Tidak sedikit orang memberikan persembahan untuk pekerjaan Tuhan (menolong yang sedang dalam kesusahan, membantu korban bencana, menjadi donatur untuk yayasanyayasan sosial dan sebagainya) oleh karena mereka memiiki motivasimotivasi tertentu, tidak tulus ikhlas, misal supaya terkenal, beroleh pujian dan decak kagum dari orang yang melihatnya dan lain-lain. Tuhan tidak menghendaki persembahan yang demikian (bnd. Matius 6:3). Tuhan mau agar apapun yang kita persembahkan, baik itu untuk pekerjaan Tuhan atau menolong orang lain, kita memberikannya dengan hati yang tulus murni. Marilah belajar untuk tidak hitung-hitungan dengan Tuhan dan berusaha mempersembahkan yang terbaik, yang mampu kita berikan bagi pekerjaan pelayanan demi kemuliaan nama Tuhan! STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dimaksud dengan persembahan yang terbaik? (2) Mengapa Tuhan memerintahkan untuk memberikan persembahan khusus? Berdoalah agar kita dapat memberikan persembahan yang terbaik bukan sekadar materi, melainkan keseluruhan hidup kita dengan motivasi yang benar, menyenangkan hati Tuhan. JUMAT 30 “Demikianlah harus bekerja Bezaleel dan Aholiab, dan setiap orang yang ahli, yang telah dikaruniai TUHAN keahlian dan pengertian, sehingga ia tahu melakukan segala macam pekerjaan ... tepat menurut yang diperintahkan TUHAN.” (Keluaran 36:1) JUNI 2017 Bacaan hari ini: Keluaran 35:30-36:7 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 33-34, Kolose 3 MELAYANI MERUPAKAN PANGGILAN K eahlian atau kecakapan dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan. Ketika seseorang ahli atau cakap dalam bidang tertentu maka karya yang dihasilkannya pun pasti akan berbeda dan luar biasa. Namun dalam hal melayani pekerjaan Tuhan, keahlian atau kecakapan saja tidak cukup, diperlukan pula hati yang tergerak dan terbeban. Banyak orang punya bakat atau talenta luar biasa tapi sedikit yang memiliki hati yang terbeban melayani pekerjaan Tuhan dengan sepenuh hati. Bacaan Alkitab hari ini berbicara tentang Bezaleel yang dipenuhi Roh Allah dengan keahlian, pengertian, dan pengetahuan segala pekerjaan, serta Aholiab, seorang ahli membuat tenunan yang berwarna-warni dari kain ungu tua, ungu muda, kirmizi, dan dari lenan halus (Kel. 38:23). Kedua orang ini dipilih secara khusus oleh Tuhan dan diberi kepandaian untuk mengajar dalam memimpin pembuatan Kemah Suci (ay. 30-34). Hal yang sama juga dilakukan oleh Nehemia, yang menggerakkan pembangunan gerbang Yerusalem. Padahal ia bukan seorang nabi atau imam, melainkan juru minuman raja Artahsasta (Neh. 1:11). Hal ini mengajarkan: semua pelayanan merupakan ketetapan Tuhan. Kemampuan dan keahlian setiap orang ditanamkan dan ditambahkan oleh Tuhan. Jadi bukan hanya para nabi dan imam yang dipilih Tuhan, bahkan para tukang sekalipun, semua kemampuan itu diberikan oleh Roh yang sama (1Kor. 12:4-6). Memang benar Musa yang mendapat wahyu tentang pembuatan Kemah Suci tersebut dengan segala peraturan dan ukurannya, tetapi Bezaleel dan Aholiab beserta semua orang Israel yang memiliki keahlianlah yang mewujudkan secara nyata dengan membangunnya. Jadi, baik hamba Tuhan maupun pengurus/majelis yang dipilih melalui pemungutan suara jemaat sebenarnya sama-sama merupakan ketetapan Allah (Rm. 13:1). Seorang hamba Tuhan tidak mungkin mengerjakan panggilannya seorang diri. Maka Tuhan memanggil juga orang-orang awam untuk melayani sesuai panggilan dan talentanya masing-masing. Dengan demikian, pekerjaan Tuhan jadi maksimal dan nama Tuhan dimuliakan! STUDI PRIBADI: (1) Apakah artinya melayani Tuhan? (2) Sudahkah selama ini kita melayani Tuhan dengan benar? Berdoalah agar setiap orang yang dipanggil oleh Tuhan untuk bekerja bagiNya dapat melayani secara sungguh-sungguh untuk memuliakan nama-Nya dan menjadi berkat bagi seklilingnya. “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu kudus.” (Imamat 19:2b) Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan. AMSAL 15:33