BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode eksperimen sedangkan teknik yang digunakan adalah studi literatur. Melalui metode deskriptif penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas. Sedangkan metode eksperimen dilakukan untuk merancang serta membuat kontrol nyala lampu, tirai, dan kipas angin menggunakan energi surya. Data yang akan diambil juga diperoleh melalui metode eksperimen. Data yang diambil diantaranya tegangan, arus, dan waktu saat pengisian dan pengosongan akumulator. Selain itu, diambil pula data intensitas cahaya yang digunakan untuk menentukan tegangan referensi pada rangkaian sensor, tegangan keluaran sensor cahaya, serta tegangan masukan dan keluaran mikrokontroler. Sebelum melakukan perancangan, dilakukan studi literatur terhadap beberapa materi yang diperlukan, diantaranya proses konversi dari energi surya menjadi energi listrik, sistem penyimpanan berikut cara kerjanya, konsep perbandingan tegangan, LED, dan motor DC yang akan digunakan sebagai penggerak tirai serta kipas angin. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada : Waktu Pelaksanaan : April - September 2013 Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Bahan dan Komponen Mikroelektronika, Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET-LIPI), Jl. Cisitu 21/154D Komplek LIPI Sangkuriang Gd.20 Bandung 40135 Telp. 022-2504660, 2504661 Fax. 0222504659. 26 Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 27 Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 27 C. Alat dan Bahan 1. Hardware a. Modul surya b. Akumulator 6 V 4,5 Ah c. Resistor (220R, 2k2, 4k7, 10k, 18k, 20k, ) d. Resistor multiturn e. Kapasitor (22 pF, 100 pF, 10uF) f. Dioda (1N4148, 1N4001) g. Dioda zener 6,2V h. Transistor (2N3904, 2N3906, MOSFET IRF9530N) i. LM317 j. Light Emitting Diode (LED) k. Light Dependent Resistors (LDR) l. ATmega 8535 m. Crystal n. Driver L293D o. Motor DC p. Push Buton q. Akrilik+lem akrilik r. Gergaji s. Downloader DT-HiQ AVR USB ISP mkII 2. Software a. CodevisionAVR Version 2. 04. 9 Evaluation b. Proteus 7 Profesional D. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap perancangan, dan tahap pembuatan. Tahap persiapan merupakan ide awal sistem yang diikuti dengan mencari literatur dari berbagai sumber. Tahap perancangan adalah merancang sistem secara keseluruhan yang kemudian akan Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 28 diaplikasikan pada tahap pembuatan. Tahapan-tahapan secara keseluruhan dapat digambarkan melalui diagram alir di bawah ini (gambar 3.1): Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Adapun penjelasan dari masing-masing tahapan adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Secara garis besar, sistem otomatisasi lampu, tirai, dan kipas angin ini terdiri dari modul surya, charge controller, akumulator, sensor cahaya (LDR), komparator, mikrokontroler 8535, driver motor DC, LED, dan motor DC. Adapun diagram blok sistem secara keseluruhan ditunjukkan oleh gambar 3.2 : Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 29 Modul Surya Charge Controller akumulator (a) LED Sensor Cahaya Komparator Mikrokontroler 8535 Driver Motor DC Motor DC (b) Gambar 3.2 Diagram Blok Perangkat Keras (a) Sistem Catu Daya (b) Sistem Otomatisasi Modul surya akan menghasilkan tegangan ketika permukaannya terkena cahaya matahari. Tegangan yang dihasilkan akan disimpan di dalam akumulator. Proses pengisian dan pengosongan akumulator diatur oleh charge controller. Ketika akumulator digunakan oleh beban sampai tegangan akumulator berada pada nilai tertentu, maka dilakukan proses pengisian akumulator. Namun, proses pengisian ini hanya dapat dilakukan ketika terdapat cahaya (pada siang hari). Setelah kondisi pengisian tercapai maka charge controller akan menghentikan proses pengisian karena jika tidak akumulator bisa rusak. Akumulator kemudian dihubungkan dengan beban yang terdiri dari rangkaian sensor dan rangkaian kontrol. Pada rangkaian sensor, sensor yang digunakan adalah LDR. LDR digunakan untuk mengukur intensitas cahaya. Setelah tegangan keluaran sensor dibandingkan dengan tegangan referensi, tegangan akan masuk ke mikrokontroler. Data kemudian diolah di mikrokontroler yang telah diinjeksikan program. Hasil pengolahan data akan direpresentasikan oleh nyala LED dan perputaran motor DC. Kemudian akan dianalisis bagaimana optimalisasi pemanfaatan modul surya sebagai catu daya pada lampu, tirai, dan kipas angin otomatis. Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 30 2. Tahap Perancangan Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahap perancangan. Hal itu menyangkut perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang akan dijabarkan sebagai berikut: a. Perancangan Maket dan Konstruksi Mekanik Dimensi maket rumah pada penelitian ini berukuran 352525 cm. Maket dibuat menggunakan bahan akrilik. Akrilik dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dengan bantuan cutter. Kemudian bagian yang satu dengan yang lainnya direkatkan menggunakan lem akrilik. Sistem mekanik diperlukan untuk menggerakkan tirai dan kipas angin. Tirai digerakkan oleh motor DC yang dapat berputar searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam. Sistem mekanik pada tirai menggunakan pulley dan benang yang dihubungkan dengan motor DC yang dapat dilihat pada gambar 3.3. Motor DC dan pulley diletakkan sepusat sehingga pulley akan mengikuti pergerakan motor DC. Benang Pulley Tirai Motor DC Gambar 3.3 Desain Konstruksi Mekanik untuk Menggerakkan Tirai Sedangkan untuk kipas angin, motor DC dihubungkan sepusat dengan baling-baling sehingga baling-baling akan mengikuti pergerakan motor DC. Desain kipas angin ditunjukkan oleh gambar 3.4. Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 31 Motor DC Gambar 3.4 Desain Konstruksi Mekanik untuk Menggerakkan Kipas Angin b. Perancangan Charge Controller Charge controller pada penelitian ini digunakan untuk mengatur arus untuk pengisian ke akumulator agar tidak overcharging dan overvoltage serta mengatur arus yang dibebaskan dari akumulator agar akumulator tidak full discharge dan overloading. Prinsip kerja dari charge controller adalah saat akumulator sudah penuh terisi maka secara otomatis pengisian arus dari modul surya berhenti. Charge controller akan mengisi akumulator sampai level tegangan tertentu, kemudian apabila level tegangan drop, maka akumulator akan diisi kembali. Charge controller pada penelitian ini terdiri dari satu input (dua terminal) yang terhubung dengan output modul surya dan satu output (dua terminal) yang terhubung dengan akumulator. Akumulator yang digunakan memiliki kapasitas penyimpanan daya dengan output tegangan 6V 4,5 Ah. Adapun perancangan dari charge controller dapat dilihat pada gambar 3.5. Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 32 Q4 R11 2N3906 10k D5 3 10k C3 1 R8 10k 4k7 D3 6,2V 2 Q5 IRF9530N 1 RV2 LED-GREEN 2 J2 10k 1 2 C2 LM317 AKUMULATOR R4 100pF 2 D2 LED-RED VO D1 K MODUL SURYA K 1 2 A A ADJ J1 R7 100pF 3 10k 1N5402 U1 VI R2 88% R1 220R Q3 2N3904 Q2 R9 2N3904 18k RV1 3 5k 1 20k 73% R5 R12 2k2 Q1 R3 2N3904 4k7 D4 1N4148 R10 1k Gambar 3.5 Rangkaian Charge Controller Transistor Q2 dan Q3 membentuk penguat diferensial yang akan menguatkan selisih antara tegangan referensi dengan tegangan umpan balik dari potensiometer RV1. Tegangan referensi diatur melalui regulator tegangan LM317. Output diambil dari kolektor transistor Q2 yang akan mengaktifkan gate MOSFET Q5. Ketika tegangan umpan balik dari RV1 meningkat maka arus kolektor pada transistor Q2 akan meningkat sedangkan pada Q1 akan menurun. Hal ini menyebabkan gate pada Q5 tidak aktif karena Vgs dari Q5 menurun. Dioda D5 digunakan sebagai dioda proteksi yang berfungsi untuk mencegah arus listrik DC yang berasal dari akumulator tidak masuk ke modul surya. c. Perancangan Sensor Cahaya Sensor cahaya yang digunakan adalah Light Dependent Resistor (LDR). Karakteristik LDR adalah nilai resistansi yang berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya yang diterimanya. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diterima LDR, maka semakin rendah nilai resistansi dari LDR. Berdasarkan literatur, nilai resistansi LDR dalam keadaan gelap sebesar 10 MΩ dan dalam keadaan terang sebesar 1 kΩ. Diharapkan tegangan keluaran saat kondisi terang adalah mendekati nilai Vcc sedangkan saat gelap mendekati 0 V. Berdasarkan Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 33 prinsip pembagi tegangan maka dipergunakan resistor dengan nilai resistansi sebesar 10 kΩ. VCC R1 10k LDR1 32.1 Vo Gambar 3.6 Rangkaian Sensor Cahaya Tegangan keluaran dari rangkaian sensor cahaya dirumuskan sebagai: (3.1) maka, (3.2) (3.3) Namun, karena lampu didesain untuk menyala pada saat kondisi tidak terlalu gelap, maka digunakan komparator. Komparator digunakan untuk membandingkan nilai tegangan referensi dengan tegangan keluaran sensor. Tegangan referensi akan ditentukan berdasarkan data tegangan dan intensitas yang diperoleh dari hasil pengukuran. d. Driver Motor DC Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 34 Driver yang digunakan adalah L293D. Pada motor DC, driver ini digunakan untuk menggerakkan motor, mengatur arah putaran motor DC, menghentikan motor, dan melindungi motor dari kerusakan elektronik. Driver ini dikendalikan oleh mikrokontroler yang telah diinjeksikan program di dalamnya. Driver ini memiliki dua input power yaitu Vcc yang berfungsi sebagai power untuk IC L293D dan input power motor DC. Dua input power ini berfungsi karena IC bekerja pada tegangan kerja 5 V sedangkan motor DC biasanya mempunyai tegangan kerja 6-36 V. e. Light Emitting Diode (LED) LED bertindak sebagai lampu. LED yang digunakan akan disusun secara seri-paralel untuk mendapatkan cahaya yang cukup terang. LED akan disimpan di dua titik, yaitu di dalam dan luar rumah. Adapun susunan LED ditunjukkan oleh gambar 3.7: 6V D1 D3 D5 D7 D9 D11 D13 D14 LED LED LED LED LED LED LED LED D2 D4 D6 D8 D10 D12 D15 D16 LED LED LED LED LED LED LED LED Gambar 3.7 Susunan LED f. Motor DC Motor DC digunakan untuk menggerakkan tirai dan kipas angin. Motor DC akan berputar searah jarum jam untuk menutup tirai, kemudian berputar berlawanan arah jarum jam untuk membuka tirai. Arah putaran motor DC ini dapat diubah dengan mengubah polaritasnya. Polaritas motor DC dalam rangkaian ini dikendalikan oleh driver motor DC. Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 35 g. Mikrokontroller ATMEGA 8535 Mikrokontroler merupakan otak dari sistem otomatisasi lampu, tirai, dan kipas angin. Mikrokontroler membutuhkan sistem minimum untuk dapat bekerja. Sistem minimum adalah rangkaian minimal dimana mikrokontroler dapat bekerja. Sistem minimum untuk mikrokontroler hanya menghubungkan pin VCC dan AVCC ke +5 V, pin GND dan AGND ke ground, serta pin reset tidak dihubungkan apa-apa atau dapat menggunakan push button untuk memaksa pin RESET menjadi nol. Kristal eksternal dihubungkan pada pin XTAL1 dan XTAL2. Proses download program ke IC mikrokontroler dapat menggunakan sistem download secara In-System Programming (ISP). In-System Programmable Flash on-chip mengizinkan memori program untuk dapat diprogram ulang dalam sistem menggunakan hubungan serial Serial Peripheral Interface (SPI). SPI menggunakan empat sinyal, yaitu Master Out Slave In (MOSI), Master In Slave Out (MISO), Serial Clock (SCK), Chip Select (~CS) atau Slave Select (~SS). Gambar 3.8 menunjukkan sistem minimum dan programmer untuk mikrokontroler ATmega 8535: Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 36 2 4 6 8 10 VCC J1 1 3 5 7 9 CWR-300-10-0000 D1 R1 U1 1 2 3 4 5 6 7 8 220R LED-RED 14 15 16 17 18 19 20 21 C1 22pF X1 C2 13 12 9 CRYSTAL 22pF PB0/T0/XCK PB1/T1 PB2/AIN0/INT2 PB3/AIN1/OC0 PB4/SS PB5/MOSI PB6/MISO PB7/SCK PD0/RXD PD1/TXD PD2/INT0 PD3/INT1 PD4/OC1B PD5/OC1A PD6/ICP1 PD7/OC2 XTAL1 XTAL2 RESET PA0/ADC0 PA1/ADC1 PA2/ADC2 PA3/ADC3 PA4/ADC4 PA5/ADC5 PA6/ADC6 PA7/ADC7 PC0/SCL PC1/SDA PC2 PC3 PC4 PC5 PC6/TOSC1 PC7/TOSC2 AREF AVCC 40 39 38 37 36 35 34 33 22 23 24 25 26 27 28 29 32 30 ATMEGA8535 VCC C3 10u R4 4k7 Gambar 3.8 Sistem Minimum dan Programmer ATmega 8535 Mikrokontroler mempunyai empat port yaitu PORT A, PORT B, PORT C, dan PORT D. Port-port tersebut berfungsi sebagai masukan ataupun keluaran. Dalam sistem otomatisasi ini port yang digunakan adalah PORT A, PORT B, dan PORT D. Adapun alamat-alamat port yang digunakan adalah sebagai berikut: PA.0 = masukan dari sensor cahaya PA.2 = masukan dari saklar 1 (lampu) PA.3 = masukan dari saklar 2 (tirai) PA.4 = masukan dari saklar 3 (kipas angin) PB.5 = SPI Bus Master Output (MOSI) PB.6 = SPI Bus Master Input (MISO) PB.7 = SPI Bus Serial Clock (SCK) Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 37 PC.0 = keluaran LED PC.1 = keluaran motor DC (kipas angin) PD.0 = inable 1 driver motor DC (tirai) PD.1 = inable 2 driver motor DC (tirai) PD.5 = enable driver motor DC (tirai) Keluaran port PC.0 dihubungkan ke relay supaya tegangan yang masuk ke LED sebesar 6 V. Jika tidak dihubungkan ke relay maka tegangan yang masuk ke LED hanya sebesar keluaran port mikrokontroler yaitu kurang lebih sebesar 5 V. Motor DC yang digunakan untuk menggerakkan tirai dihubungkan ke kaki output driver motor DC yaitu kaki nomor tiga dan enam. Gambar 3.9 menunjukkan rangkaian sistem kontrol yang digunakan: VCC J1 2 4 6 8 10 1 3 5 7 9 D21 R1 220R LED-RED CWR-300-10-0000 VCC VCC D5 D7 1N4001 1N4001 U1 6V VCC +88.8 D4 D6 1N4001 1N4001 8 3 6 11 14 OUT1 VS OUT2 OUT3 OUT4 GND DM 16 VSS GND IN1 IN2 EN1 EN2 IN3 IN4 2 7 1 9 10 15 1 2 3 4 5 6 7 8 14 15 16 17 18 19 20 21 L293D PD0/RXD PD1/TXD PD2/INT0 PD3/INT1 PD4/OC1B PD5/OC1A PD6/ICP1 PD7/OC2 XTAL1 XTAL2 RESET VCC ATMEGA8535 PA0/ADC0 PA1/ADC1 PA2/ADC2 PA3/ADC3 PA4/ADC4 PA5/ADC5 PA6/ADC6 PA7/ADC7 PC0/SCL PC1/SDA PC2 PC3 PC4 PC5 PC6/TOSC1 PC7/TOSC2 AREF AVCC 40 39 38 37 36 35 34 33 SENSOR CAHAYA 22 23 24 25 26 27 28 29 32 30 R5 R3 R2 220R 220R 220R 6V +88.8 13 12 9 PB0/T0/XCK PB1/T1 PB2/AIN0/INT2 PB3/AIN1/OC0 PB4/SS PB5/MOSI PB6/MISO PB7/SCK RL1 OMIH-SH-105D C1 R4 22pF X1 C2 4k7 CRYSTAL D3 D1 D2 LED-RED LED-RED LED-RED D14 D12 D13 LED-RED LED-RED LED-RED 22pF C3 10u Gambar 3.9 Rangkaian Sistem Otomatisasi h. Catu Daya Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 38 Catu daya atau power supply adalah sebuah peralatan penyedia tegangan atau sumber daya untuk peralatan elektronika dengan prinsip mengubah tegangan listrik yang tersedia dari jaringan distribusi transmisi listrik ke level yang diinginkan sehingga berimplikasi pada pengubahan daya listrik. Rangkaian catu daya digunakan untuk memenuhi tegangan yang dibutuhkan dan menstabilkannya. Catu daya yang digunakan dalam rangkaian ini adalah akumulator yang mempunyai tegangan kerja 6 V dan kapasitas 4,5 Ah. akumulator ini sekaligus menjadi beban dari modul surya. Pengisian dan pengosongan akumulator diatur oleh charge controller. Keluaran dari akumulator akan digunakan oleh keluaran sistem dalam hal ini LED dan motor DC sedangkan untuk sensor dan kontroler tegangan kerja dari akumulator akan diregulasi menggunakan 7805 (gambar 3.10). U1 7805 1 VI VO 3 TEGANGAN OUTPUT 2 GND TEGANGAN INPUT Gambar 3.10 Rangkaian Regulator Tegangan i. Perangkat Lunak (Software) Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proteus 7 Profesional dan CodeVisionAVR C Compiler, Version 2.04.9 Evaluation. Proteus digunakan untuk menggambar rangkaian dan membuat layout PCB. Dalam software ini terdapat komponen-komponen elektronika yang digunakan dalam rangkaian sehingga memudahkan pembuatan gambar rangkaian dan layout PCB. Selain itu, hasil rangkaian yang telah dibuat pun dapat disimulasikan sehingga dapat diketahui apakah ada bagian yang salah atau tidak. Sedangkan CodeVisionAVR digunakan untuk menuliskan program yang akan diinjeksikan ke dalam mikrokontroler. Program yang telah dibuat, disimpan dalam ekstensi *.c. Kemudian program di-compile menjadi ekstensi *.hex. Setelah itu, file *.hex Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 39 tersebut di-downloadkan ke dalam minimum sistem ATmega 8535. Sebelum membuat program yang akan diinjeksikan ke dalam mikrokontroler, terlebih dahulu dibuat flowchart supaya tidak ada langkah yang terlewat. Berikut flowchart (gambar 3.11) dalam sistem yang akan dibuat: Mulai Inisialisasi PORTA.0 = input sensor PORTC.0 = output LED PORTC.1 = output motor DC PORTD.0&1 = output motor DC motor Tidak Input LDR =1? Ya Matikan LED Nyalakan LED Buka Tirai Tutup Tirai Nyalakan Kipas Angin Matikan Kipas Angin Selesai Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 40 Gambar 3.11 Diagram Alir Program Berdasarkan gambar 3.11 Aliran program diawali dengan inisialisasi input dan output. Kemudian selanjutnya program dirancang dan dibuat sebagai berikut: 1) Sensor cahaya (PINA.0) akan berlogika 1 jika intensitas cahaya yang diterima LDR rendah dan berlogika 0 jika intensitas cahaya yang diterima LDR tinggi. 2) Ketika sensor cahaya berlogika 1 maka mikrokontroler akan memberikan logika 1 ke PORTC.0 sehingga lampu akan menyala. Selain itu, mikrokontroler juga memberikan logika 0 ke inable 1 (PORTD.0) dan logika 1 ke inable 2 (PORTD.1) driver motor DC. Motor yang akan berputar searah jarum jam yang digunakan untuk menutup tirai. Motor akan berputar selama delay (200 ms) kemudian berhenti. Mikrokontroler juga akan memberikan logika 0 pada PORTC.1 untuk mematikan kipas angin. 3) Ketika sensor cahaya berlogika 0 maka mikrokontroler akan memberikan logika 0 ke PORTC.0 sehingga lampu akan mati. Selain itu, mikrokontroler juga memberikan logika 1 ke inable 1 (PORTD.0) dan logika 0 ke inable 2 (PORTD.1) driver motor DC. Motor akan berputar berlawanan arah jarum jam yang digunakan untuk membuka tirai. Motor akan berputar selama delay (200 ms) kemudian berhenti. Mikrokontroler juga akan memberikan logika 1 pada PORTC.1 untuk menyalakan kipas angin. 4) Lampu, tirai, dan kipas angin juga dapat dikendalikan dengan switch manual. Hal ini dilakukan supaya pada kondisi tertentu lampu, tirai, dan kipas angin tidak bergantung pada sensor. Namun, untuk lampu switch hanya dapat digunakan pada siang hari karena di desain pada malam hari, lampu harus menyala. Switch untuk lampu terdapat pada PINA.2, tirai pada PINA.3, dan kipas angin pada PINA.4. Cara kerja switch sama dengan sensor yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya. 3. Tahap Pembuatan Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 41 a. Pembuatan Perangkat Keras (Hardware) Skematik rangkaian charge controller, sensor cahaya, dan mikrokontroler direalisasikan ke dalam PCB menggunakan software Proteus 7 Profesional. Untuk memulai menjalankan program ISIS Proteus, buka program melalui menu Start| All Program| Proteus 7 Profesional | ISIS 7 profesional atau melaui desktop dengan double click lambang ISIS 7 Profesional. Gambar 3.12 Tampilan Awal ISIS Proteus Toolbar yang sering digunakan untuk memnuat skematik rangkaian dan melakukan ditunjukkan pada gambar 3.13. Gambar 3.13 Toolbar ISIS 7 Profesional Berikut ini fungsi dari asing-masing toolbar: 1) Selection Mode merupakan kursor. Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 42 2) Component Mode digunakan untuk memunculkan part atau komponen yang akan digunakan. 3) Wire Label Mode digunakan untuk memberikan label pada wire (kabel/koneksi). 4) Text Script Mode digunakan untuk menambahkan text script pada lembar kerja, biasanya digunakan untuk memberikan keterangan atau catatan. 5) Buses Mode digunakan untuk memfungsikan wire sebagai bus (bus adalah kumpulan dari beberapa koneksi). 6) Terminals Mode digunakan untuk memunculkan terminal, seperti power, ground, input, output dan bidir (bidirectional). 7) Graph Mode digunakan untuk menampilkan berbagai bentuk sinyal digital maupun analog dalam bentuk grafik. 8) Generator Mode digunakan sebagai penghasil (generator) sinyal DC, sinus, clock dan beberapa sinyal lainnya. 9) Virtual Instruments Mode merupakan sebuah virtual instrumentasi yang biasanya digunakan sebagai alat penampil bentuk gelombang, instrumentasi pengukuran dan lainnya. 10) 2D Graphics Line Mode merupakan sebuah wire atau koneksi yang menghubungkan antara komponen-komponen, dengan kata lain adalah kabel. 11) 2D Graphics Text Mode digunakan untuk menampilkan teks 2 dimensi. 12) Play digunakan untuk menjalankan simulasi. 13) Pause digunakan untuk mem-pause simulasi. 14) Stop digunakan untuk menghentikan simulasi. Hal pertama yang dilakukan sebelum meletakkan komponen ke dalam lembar kerja adalah mencari komponen dari library. Setelah seluruh komponen yang akan digunakan untuk membangun skematik rangkaian telah lengkap, langkah selanjutnya adalah memindahkan komponen-komponen yang terdapat pada objek selector pada window editing. Kemudian hubungkan komponen sesuai rangkaian yang akan dibuat. Simpan dokumen yang telah dibuat. Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 43 Setelah skematik rangkaian dibuat di ISIS, selanjutnya adalah membuat layout PCB melalui program ARES. Setelah skematik dibuat di ISIS, klik icon Netlist Transfer to ARES yang terletak pada pojok kanan atas ( ). Mulailah meletakkan komponen ke dalam lembar kerja. Jalur dapat dibuat manual atau otomatis. Jalur manual dapat dibuat dengan menghubungkan trace yang diatur melalui toolbar track mode. Sedangkan jalur otomatis dapat dibuat dengan mengklik Tools| Auto Router| Begin Routing. Hasil pembuatan layout PCB secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 4. Untuk merealisasikan layout PCB ke dalam bentuk yang sesungguhnya dapat dibuat PCB sendiri atau diserahkan ke toko penerima jasa pembuatan PCB. Dalam penelitian ini PCB dibuat di toko pembuatan PCB. Setelah PCB selesai dibuat, tahapan selanjutnya adalah pemasangan komponen. Proses ini biasanya disebut dengan soldering. Bahan yang digunakan untuk melekatkan komponen adalah timah. Penyedot timah dan tang pemotong pun harus dipersiapkan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada proses soldering. Tahapan pada proses soldering adalah memanaskan solder sampai solder tersebut mampu mencairkan timah. Kemudian masukkan kaki-kaki komponen pada lubang yang telah terbentuk pada PCB sesuai dengan jalurnya. Pemasangan komponen sebaiknya dimulai dengan komponen pasif terlebih dahulu dan untuk komponen seperti IC sebaiknya jangan menyolder langsung pada PCB, gunakan soket supaya IC tidak terkena panas dari penyolderan, selain itu soket juga mempermudah saat penggantian IC jika IC rusak. Pemasangan komponen dilakukan satu persatu. Setelah komponen dipasang lakukan penyolderan, kemudian potong kaki-kaki komponen menggunakan tang pemotong. b. Pemrograman Mikrokontroler Mikrokontoler dapat bekerja karena terdapat program yang telah diinjeksikan. Program yang digunakan pada penelitian ini menggunakan bahasa C yang dibuat dengan CodeVisionAVR. Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 44 Untuk memulai menjalankan CodeVisionAVR, buka program melalui menu Start| All Program| CodeVision| CodeVisionAVR C Compiler atau melaui desktop dengan double click lambang CodeVisionAVR. Pilih File| New| Pilih File Type→Project. Saat muncul tampilan konfirmasi dan menanyakan apakah akan menggunakan CodeWizard untuk membuat project baru, pilih yes. Kemudian akan tampil konfigurasi USART, Analog Comparator, ADC, SPI, I2C, 1 Wire, 2 Wire, LCD, Bit-Banged, Project Information, Chip, Port, External IRQ, dan Timer. Atur program yang akan dibuat melalui CodeWizard. Setelah mengonfigurasi project, pilih File| Generate, Save, and Exit. Kemudian beri nama file source (*.c), file project (*.prj), dan file project codewizard (*.cwp) sehingga akan tampil source code yang telah dibuat seperti ditunjukkan gambar 3.14. Gambar 3.14 Code Program (Source Code) Setelah berhasil membuat program menggunakan CodeWizardAVR, tambahkan variabel dan instruksi-instruksi tambahan ke dalam program. Jika sudah membuat program, compile program, pilih Project| Compile. Jika ada kesalahan, klik keterangan error atau warning yang terdapat pada bagian messages, kemudian letak kesalahan akan ditampilkan, perbaiki kesalahan tersebut dan compile kembali. Jika sudah tidak terjadi error, pilih Project| Build. Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 45 Untuk memasukkan program yang sudah dibuat ke dalam mikrokontroler, lakukan terlebih dahulu setting programmer, pilih Settings| Programmer. Dalam penelitian ini digunakan downloader DT-HiQ AVR USB ISP Miki sehingga dalam setting programmer dipilih Atmel AVRISP MkII (USB). Kemudian pastikan program yang akan dimasukkan dikonfigurasi terlebih dahulu sehingga tidak salah memasukkan program. Untuk mengonfigurasi file program klik Project| Configure, dan tambahkan file program yang akan dimasukkan ke dalam mikrokontroler. Kemudian klik After Build dan centang program the chip. Setelah itu, pilih Project| Build atau dengan menekan shift+F9, sehingga akan tampil kotak dialog seperti gambar 3.15. Klik Program the chip, tunggu beberapa saat sampai proses pengisian program ke mikrokontroler selesai dan mikrokontroler pun dapat digunakan. Sebelum mengeksekusi program pada rangkaian, pastikan rangkaian terhubung dengan baik. Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 46 Gambar 3.15 Memasukkan Program ke Mikrokontroler Wida Lidiawati, 2014 OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu