BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi terjadi dengan sangat pesat. Berbagai permasalahan dalam bisnis dan ekonomi secara langsung akan berdampak pada adanya perubahan-perubahan di berbagai aspek dalam suatu organisasi. Sehingga organisasi harus memperhatikan setiap elemen yang terkait di dalamnya agar terus dapat menyesuaikan diri dan tetap stabil dalam persaingan global. Perubahan-perubahan dunia juga akan berdampak terhadap perubahan desain kerja dan jabatan yang dilakukan oleh organisasi itu sendiri serta perubahan karir pada setiap individu yang terlibat didalamnya. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan. Dampak dari permasalahan ekonomi dan bisnis menimbulkan adanya perubahan-perubahan di berbagai aspek dalam suatu organisasi. Perubahan yang terjadi dalam era ini, dimana ekonomi dan bisnis berkembang dengan pesat menyebabkan semakin terkikisnya sekat-sekat yang memisahkan antara pria dan wanita untuk bekerja. Hal ini mendorong wanita untuk ikut serta dalam 1 pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Maka tidak mengherankan bila saat ini kita sering menjumpai wanita yang bekerja. Wanita memilih untuk bekerja di luar rumah disebabkan karena berbagai alasan. Awalnya wanita memutuskan untuk bekerja di luar rumah semata-mata untuk membantu kondisi ekonomi keluarga. Namun, seiring berkembangnya waktu kini wanita memutuskan untuk bekerja bukan semata-mata karena tuntutan ekonomi saja melainkan lebih kepada upaya untuk memperluas wawasan dan pengembangan diri (http://blog.360.yahoo.com/blog-g, 2007). Baik pria ataupun wanita memiliki kesempatan untuk bekerja (www.pnfi.depdiknas.go.id, 2007). Wanita karir adalah wanita yang bekerja dalam rangka mengaktualisasikan diri dan menekuni suatu bidang tertentu untuk memperoleh pemanfaatan dan kemajuan atas apa yang telah dilakukannya dan dapat menghasilkan uang (Endang T. Suryadi, 1989 dalam Wirakristama, 2011). Istilah wanita karir kurang tepat bila ditujukan kepada semua wanita yang bekerja di kantor saja. Menurut Anoraga (1992) dalam Wirakristama (2011), sebenarnya istilah wanita karir bukan hanya semua wanita yang bekerja dikantor saja melainkan semua wanita yang bekerja apa saja asal mendapatkan penghasilan dan suatu kemajuan dalam kehidupannya. Menjadi wanita karir hampir dambaan setiap wanita, selain wanita lajang, wanita yang telah berumah tangga pun ingin menjadi wanita karir, mempunyai pekerjaan yang menghasilkan uang dan posisi jabatan dalam suatu organisasi. Kondisi tersebut sesuai dengan konsep emansipasi, dimana wanita juga ingin dihargai sama dengan pria, selain itu sama dengan tuntutan kehidupan yang semakin meningkat. 2 Salah satu perubahan yang mencolok dari peran wanita dan banyak menjadi bahan perbincangan sekarang ini adalah peran wanita yang bekerja. Namun, ada banyak kasus yang menunjukkan bahwa adanya hambatan wanita bekerja dalam hal keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga yang akhirnya memunculkan berbagai konflik. Sesuai dengan kodratnya wanita sebagai istri dan ibu, perubahan demografi tenaga kerja wanita menimbulkan sebuah konflik peran ganda pada sebagian wanita yang bekerja. Pergeseran kodrat wanita dari seorang ibu rumah tangga dan seorang istri menjadi wanita bekerja menjadikan banyak keluarga dewasa ini mempunyai “dual career.” Wanita sebagai ibu memang mempunyai peran penting dalam mengurus rumah tangga. Apabila anak sakit, maka wanita akan minta ijin pada organisasi tempat dia bekerja untuk mengurus urusan rumah tangga. Sehingga wanita secara dominan mengurus anak, mengatur aktivitas anak di rumah maupun di luar rumah, membersihkan rumah, menyediakan makanan dan berbelanja. Dalam kasus lain juga terjadi pada seorang wanita yang tidak mampu untuk melakukan pekerjaannya dengan baik karena adanya tuntutan dari keluarga, terutama dari suami yang tidak setuju bila istrinya terlalu sibuk dengan urusan kantor (http://groups.google.com/group/mediamusliminfo, 2007). Masalah pekerjaan dan keluarga menjadi dua hal sentral dalam kehidupan orang dewasa, terutama pria dan wanita yang bekerja, dan masalah tersebut telah lama menjadi subjek penelitian. Menurut Gutek et al. (1991) dalam Soeharto (2010), faktor dalam pekerjaan akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan sebaliknya faktor dalam keluarga akan mempengaruhi pekerjaan. Berperan aktif dalam keduanya menyebabkan mereka mempunyai peran ganda, peran dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga. Sehingga konflik pekerjaan-keluarga 3 merupakan konflik antar peran, dimana konflik timbul apabila peran di dalam pekerjaan dan peran di dalam keluarga saling menuntut untuk dipenuhi, pemenuhan peran yang satu akan mempersulit pemenuhan peran yang lain (Greenhaus dan Beteull, 1985 dalam Soeharto, 2010). Oleh karena itu menyeimbangkan tuntutan dalam peran pekerjaan dan peran keluarga yang diemban, merupakan tugas penting pekerja dewasa untuk meminimalkan konflik. Konflik pekerjaan-keluarga merupakan konflik antar peran yang populer. Konflik yang terjadi karena adanya tumpang tindih antara urusan pekerjaan dan rumah tangga merupakan topik penting di lingkungan organisasi dewasa ini. Sehingga konflik pekerjaan-keluarga berhubungan dengan peran tradisional wanita yang hingga saat ini tidak bisa dihindari, yaitu tanggung jawab wanita dalam mengatur rumah tangga dan membesarkan anak. Konflik ini dapat menimbulkan hal-hal yang tidak bermanfaat, baik bagi individu maupun bagi organisasional. Secara individu, konflik pekerjaan-keluarga akan berdampak pada peningkatan resiko kesehatan, ketidakmampuan individu memainkan peran sebagai sepasang suami/istri dan orang tua secara optimal dan menurunkan kepuasan kerja, kepuasan keluarga dan kepuasan hidup (Indarti et al, 2011). Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban kerja yang berlebihan dan waktu menyelesaikan tugas yang terburu-buru. Sedangkan tuntutan keluarga berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas rumah tangga dan menjaga anak ditentukan oleh besarnya keluarga, komposisi keluarga dan jumlah anggota yang memiliki ketergantungan terhadap anggota ini (Yang et al, 2000). Tuntutan kerja menunjukkan penyebab stres di tempat kerja dan jadwal kerja yang tidak fleksibel. Menurut Kim dan Ling 4 (2001) menemukan bahwa jam kerja dan jadwal kerja yang tidak fleksibel berkaitan dengan tingginya level konflik pekerjaan-keluarga. Sumber penyebab stres kerja ada beberapa, antara lain; konflik peran, kelebihan beban peran dan ambiguitas peran. Menurut Indarti et al (2011), konflik peran adalah simultan yang terjadi pada salah satu penyebab stres atau lebih, sehingga ketika salah satu penyebab stres dikelola maka akan sulit untuk mengelola penyebab stres yang lain. Sedangkan kelebihan beban peran terjadi ketika tuntutan waktu dan energi individu yang terlalu tinggi sehingga mereka tidak dapat menunjukkan perannya secara optimal. Dan ambiguitas peran terjadi ketika seorang individu tidak mempunyai informasi yang jelas tentang apa yang diharapkan dari pekerjaanya, atau bagaimana sistem imbalan diterapkan. Ketiga penyebab stres tersebut menyebabkan tingginya level konflik pekerjaan-keluarga. Selain tuntutan pekerjaan, tuntutan keluarga juga mempunyai pengaruh positif terhadap konflik pekerjaan-keluarga. Tuntutan keluarga melibatkan merawat dan melayani bagi karyawan yang sudah menikah. Jumlah tanggung jawab terhadap anak merupakan indikator objektif dari tingkat tuntutan kleuarga (Luo et al, 2008). Sehingga karyawan yang sudah menikah akan mengalami konflik pekerjaan-keluarga yang lebih tinggi daripada karyawan yang belum menikah. Selain itu, karyawan dengan anak yang berumur lebih muda akan mengalami konflik pekerjaan-keluarga yang lebih tinggi daripada karyawan dengan anak yang lebih dewasa (Luo et al, 2008). Banyak peneliti yang menemukan bahwa konflik pekerjaan keluarga merupakan faktor penentu yang penting bagi kepuasan kerja. Kajian studi empiris 5 menunjukkan bahwa konflik pekerjaan-keluarga merupakan salah satu sumber ketegangan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang yang mengalaminya (Frone et al, 1992). Pada studi ini kesejahteraan yang dimaksud adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan masalah yang secara umum banyak dihasilkan dari pengujian dalam konflik pekerjaan-keluarga yang menimbulkan ketidakpuasan dalam pekerjaan. Di masa lalu, dampak konflik pekerjaan-keluarga pada kepuasan kerja bukan merupakan isu yang penting, karena pola karir seorang karyawan di sebuah perusahaan dibangun dengan pandangan bahwa pekerjaan dilakukan oleh kepala keluarga yang memiliki istri yang akan mengatur semua urusan rumah tangga, sehingga memungkinkan karyawan tersebut memberikan perhatian penuh pada pekerjaannya (Nieva, 1985 dalam Martins et al, 2002). Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, komposisi tenaga kerja juga ikut berkembang, tidak lagi didominasi oleh pria sebagai kepala keluarga yang berkewajiban memenuhi kebutuhan keluarga. Para peneliti berpendapat bahwa dengan berubahnya pola keluarga yang sebelumnya merupakan “keluarga tradisional,” konflik pekerjaankeluarga akan memiliki dampak yang signifikan pada bagaimana seseorang memandang hasil pekerjaannya (Stroh dan Reilly, 1999 dalam Martins et al, 2002). Konflik pekerjaan-keluarga menimbulkan efek negatif baik bagi pekerja maupun bagi keluarga. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konflik pekerjaan-keluarga memiliki hubungan negatif dengan kepuasan kerja, baik dari domain keluarga maupun domain pekerjaan (Bedein, Burke dan Moffet, 1988 dalam Etika, 2010). Bentuk efek negatif konflik pekerjaan-keluarga dalam domain 6 keluarga adalah ketidakpuasan hidup dan pernikahan (Lingard dan Francis, 2006). Sedangkan dalam domain pekerjaan, konflik pekerjaan-keluarga akan menimbulkan kelelahan yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat kepuasan kerja (Etika, 2010). Penelitian ini berfokus pada karyawan wanita yang bekerja di Universitas Negeri Yogyakarta karena pengaruh konflik pekerjaan-keluarga terhadap kepuasan kerja akan lebih besar pada wanita yang bekerja (Lastrieni, 2009). Hal ini dikarenakan tekanan pekerjaan dan keluarga yang lebih sulit untuk diseimbangkan, disebabkan karena pekerjaan yang menuntut untuk banyak berada di luar rumah dan beban pekerjaan yang besar. Beban pekerjaan yang terlampaui tinggi seringkali membuat pekerjaan tidak mampu diselesaikan dalam satu hari kerja normal. Akibatnya, pekerjaan yang belum selesai tersebut dibawa pulang untuk diselesaikan di rumah. Walaupun tidak dibawa pulang, pikiran seseorang akan cenderung terikat pada pekerjaan yang tertunda tersebut sehingga, benturan dalam menjalankan kepentingan pekerjaan dan kepentingan keluarga sangat mungkin terjadi. Konflik pekerjaan-keluarga timbul karena adanya ketidakseimbangan antara peran sebagai karyawati di universitas Negeri Yogyakarta dengan peran sebagai anggota keluarga, keluarga dapat diartikan sebagai suatu kesatuan keluarga yang kecil, yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak-anak. Konflik pekerjaankeluarga tidak hanya muncul karena seorang karyawati tidak berada di tengahtengah keluarganya dalam waktu relatif lama. Universitas Negeri Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Universitas ini merupakan institusi pendidikan yang sudah cukup 7 lama berkiprah di dalam dunia pendidikan. Dengan memegang teguh Tri Dharma Perguruan Tinggi, para karyawan dituntut untuk bekerja secara profesional. Hal ini membuat Universitas Negeri Yogyakarta menjadi perguruan tinggi yang berkualitas yang mampu bersaing di Yogyakarta mupun di Indonesia. Jumlah karyawan yang bekerja di Universitas Negeri Yogyakarta adalah sebanyak 972 orang yang terdiri atas 256 karyawan wanita dan 716 karyawan pria. Dapat disimpulkan di sini bahwa jumlah karyawan pria pada Universitas Negeri Yogyakarta lebih besar daripada karyawan Wanita.selain itu, jumlah karyawan honorer sebanyak 421 orang dan karyawan PNS sebanyak 551 orang. Semakin ketatnya persaingan teknologi dan sumber daya manusia, Universitas Negeri Yogyakarta mempunyai jam kerja yang tetap, yaitu dari jam 08.00-16.00, dimana para karyawan UNY bekerja selama 7 jam dengan 1 jam istirahat. Berdasarkan pada berbagai peprmasalahan diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH TUNTUTAN PEKERJAAN DAN TUNTUTAN KELUARGA KELUARGA PADA KEPUASAN KERJA DAN KONFLIK PEKERJAAN- KARYAWATI TENAGA ADMINISTRASI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA”. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah yang ada maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah tuntutan pekerjaan berpengaruh positif pada konflik pekerjaankeluarga? 8 2. Apakah tuntutan keluarga berpengaruh positif pada konflik pekerjaankeluarga? 3. Apakah konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh negatif pada kepuasan kerja? 1.3. Tujuan Penelitian Dari beberapa uraian yang telah dibahas diatas maka dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh positif tuntutan pekerjaan dan konflik pekerjaan-keluarga. 2. Untuk menganalisis pengaruh positif tuntutan keluarga dan konflik pekerjaan-keluarga. 3. Untuk menganalisis pengaruh negatif konflik pekerjaan-keluarga dan kepuasan kerja. 1.4. Batasan Masalah Agar ruang lingkup penelitian ini tidak menjadi terlalu luas sehingga penelitian ini dapat terarah dengan baik sesuai tujuan penelitian maka perlu adanya batasan penelitian. Batasan penelitian ini meliputi: 1. Penelitian ini merupakan penelitian tipe statistik kuantitatif, yang bertujuan untuk membuat analisis peprhitungan berdasarkan data yang ada dan mendeskripsikannya secara sistematis, faktual dan akurat dari faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti. 2. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini hanya variabel yang berhubungan dengan konflik pekerjaan-keluarga, tuntutan pekerjaan, 9 tuntutan keluarga dan kepuasan kerja. Variabel lain yang tidak ada hubungannya dengan konflik pekerjaan-keluarga, tuntutan pekerjaan, tuntutan keluarga, dan kepuasan kerjadalam penelitian ini tidak diperhitungkan. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi organisasi khususnya dalam kaitannya dengan pengaruh konflik pekerjaan-keluarga terhadap tekanan kerja, tekanan keluarga dan kepuasan kerja yang dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan. Selanjutnya, dengan adanya penelitian ini perusahaan mengetahui gambaran tentang pengaruh konflik pekerjaan-keluarga pada tekanan kerja, tekanan keluarga dan kepuasan kerja yang dialami oleh para karyawan, yang kemungkinan besar akan berbeda dalam setiap departemen atau divisi, sehingga dapat dijadikan tolok ukur dalam rangka usaha perbaikan kinerja karyawan pada tiap departemen atau divisi dalam perusahaan secara menyeluruh. Konflik pekerjaan-keluarga yang tak terkendali dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, sehingga perusahaan dapat memberikan alternatif untuk mengurangi konflik pekerjaan-keluarga. 2. Bagi Penulis Hasil dari penilitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran empiris konstektual untuk melengkapi kemampuan pemahaman kontekstual tentang pengaruh konflik pekerjaan-keluarga. Selain itu, hasil penelitian 10 ini juga dapat mencerminkan sejauh mana penulis telah menguasai ilmuilmu yang pernah diperolehnya selama mengikuti program pendidikan khususnya manajemen sumber daya manusia dan menjadi tolok ukur dalam melihat kondisi nyata organisasi. 3. Bagi Masyarakat Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kajian mengenai pengaruh konflik pekerjaan-keluarga. 1.6. Sistematika Penulisan Secara garis besar, penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan, sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang yang mendasari bagi penelitian dalam melakukan penelitian. Di samping itu, dalam bab ini juga menguraikan mengenai perumusan masalah, tujuan diadakannya penelitian, manfaat dilakukannya penelitian dan struktur penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. 2. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi konsep dan teori-teori yang mendasari peneliti dalam melakukan penelitian yang kemudian dijadikan pedoman dalam menganalisis permasalahan. Konsep dan teori-teori yang mendasari bagi peneliti dalam penelitian ini adalah konsep dan teori-teori tentang konflik pekerjaan-keluarga. 3. Bab III Metode Penelitian 11 Bab ini memaparkan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian. 4. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan Bab ini membahas mengenai pelaksanaan penelitian, pengujian instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mencapai hipoteris yang telah dirumuskan. Dalam bab ini juga memberikan pembahasan dari hasil penelitian tersebut. 5. Bab V Kesimpulan, Keterbatasan Penelitian dan Saran Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, keterbatasan penelitian yang dialami oleh peneliti serta saran bagi perusahaan dan penelitian mendatang. 12