BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian dunia yang semakin cepat menyebabkan semakin kompleksnya transaksi bisnis dan ketatnya persaingan antar perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan kinerjanya agar mampu bertahan dalam era persaingan yang semakin sulit dengan melakukan berbagai cara seperti: restrukturisasi, penambahan modal akuisisi serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan. Pada umumnya perusahaan yang mampu mengelola operasi perusahaan secara efektif dan efisien maka kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga tingkat keuntungan yang dicapai akan semakin tinggi pula. Keuntungan yang tinggi akan meningkatkan nilai jual perusahaan dimata para investor. Bidang investasi yang banyak ditanamkan oleh para investor asing maupun domestik, yaitu berinvestasi di bursa efek. Faktor utama yang mempengaruhi para investor dalam melakukan investasi adalah pertimbangan perolehan return atau imbalan yang sesuai dengan risiko yang ditanggungnya. Menurut Ridwan dan Inge (2003:437), bagi investor ada 2 (dua) bentuk hasil investasi (return) di bursa efek, yaitu capital gain dan dividen. Adapun capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, sedangkan dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan. Bagi investor, untuk mendapatkan tingkat kembalian (return) baik berupa dividen maupun capital gain 1 2 tidak didasarkan pada kebijakan manajemen (intern) perusahaan tetapi didasarkan pada hasil atau kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan. Kinerja perusahaan yang ditentukan oleh hasil kinerja manajemen ini antara lain dapat dilihat dari interpretasi laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan, dan ini seringkali akan menjadi acuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan. Selain itu, pihak perusahaan itu sendiri juga berkepentingan untuk mengetahui kinerja dan digunakan untuk mengukur kinerja keberhasilan pihak manajemen. Untuk itulah diperlukan analisis keuangan untuk mengetahui berapa tingkat keuntungan yang ditawarkan oleh setiap saham yang terdapat di bursa, Seperti kita ketahui bahwa harga saham dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain laba bersih per tahun, laba per saham, dan dividen yang dibayarkan tiap tahun. Pada umumnya kinerja keuangan dan harga saham bergerak searah. Apabila kinerja keuangan suatu perusahaan baik, maka harga sahamnya akan dapat dinaikkan atau setidaknya dipertahankan pada tingkat yang menguntungkan (favorable), sehingga kemampuan perusahaan untuk menarik modal baik dengan penjualan saham-saham maupun dengan penjualan obligasi akan semakin bertambah besar. Laporan keuangan merupakan sumber informasi tentang data keuangan suatu emiten. Laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi yang dilakasanakan oleh perusahaan. Proses akuntansi adalah proses pengolahan data yang dimulai dari transaksi, pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran, sampai pada tahap pelaporan (Sofyan Syafri Harahap, 2004:65). Tujuan pelaporan akuntansi adalah membuat sistem pemrosesan dan komunikasi yang meringkaskan informasi perusahaan yang sangat banyak ke dalam bentuk yang 3 bisa dipahami (Mamduh dan Abdul Halim, 2005:27). Biasanya pelaporan akuntansi dilakukan oleh perusahaan. Secara umum kegunaan informasi keuangan hasil akuntansi adalah sebagai prediksi bagi pemakainya. Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (SAK 2004:2) disebutkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yaitu investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinajaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, beserta lembaga-lembaga, dan masyarakat. Laporan keuangan yang disajikan harus relevan dengan kebutuhan dari masing-masing pemakai. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan. Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Menurut Lukman (2000:37-38), pada umumnya ada 3 (tiga) kelompok yang paling berkepentingan dengan rasio-rasio keuangan, yaitu: 1. Para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan baik yang sekarang maupun tingkat keuntungan pada masa yang akan datang. 2. Kreditur dan calon kreditur merasa berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang 3. Manajemen perusahaan (the firm’s own management) merasa berkepentingan dengan seluruh keadaan keuangan perusahaan karena mereka menyadari bahwa hal-hal tersebutlah yang akan dinilai oleh para pemilik perusahaan maupun para kreditur. Jadi sudah tentu dalam hal ini 4 manajemen perusahaan akan selalu berusaha mempertahankan rasio-rasio yang dianggap baik oleh kedua kelompok tersebut. Dalam melakukan analisis rasio keuangan diperlukan perhitunganperhitungan rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasiorasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi laba saja atau pada neraca dan rugi laba. Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai perlu dikaitkan dengan tujuan analisis. Apabila analisis dilakukan oleh pihak kreditur, aspek yang akan dinilai akan berbeda dengan penilaian yang dilakukan oleh calon investor. Kreditur akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban finansial tepat pada waktunya, sedangkan investor akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Tidak ada satu analisis rasio yang dapat menjawab semua kepentingan tersebut, dengan demikian untuk menjawabnya dikembangkan lima rasio keuangan (Van Horn dan Wachowicz, 2005:133) 1. Liquidity ratio Merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban financial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. 2. Financial leverage ratio Jumlah utang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa 5 utang jangka pendek maupun utang jangka panjang, tetapi karena pada umumnya pinjaman jangka panjang ini jauh lebih besar dibandingkan utang jangka pendek, maka perhatian analisis keuangan biasanya lebih menekankan pada jenis utang ini. 3. Coverage ratio Pengukuran tingkat kemampuan perusahaan membayar kewajiban financial yang tepat dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam membayar semua kewajiban-kewajiban financial yang sifatnya tetap pada saat yang sudah ditentukan. Dengan adanya utang, maka aka nada pembayaran yang sifatnya tetap dalam bentuk bunga serta pembayaran pinjaman pokok atau singking fund pada saat yang telah ditentukan. Rasio ini sangat penting bagi para kreditur yang merasa berkepentingan dengan kemampuan perusahaan membayar kewajiban financial sifatnya tetap atas utang yang sudah ada maupun yang direncanakan, misalnya leasing, ataupun kepentingan para pemegang saham atas dividen saham yang harus dibayarkan oleh perusahaan. 4. Activity ratio Menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Rasio ini sangat penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tetapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva di dalam perusahaan. 5. Profitability ratio Pengukuran tingkat profitabilitas akan menungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume 6 penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan/profitable. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan dan terutama sekali pihak manajemen perusahaan akan selalu meningkatkan keuntungan ini, karena disadari betul betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan. Dari lima rasio yang dikembangkan oleh Van Horne dan Wachowicz, maka penulis hanya menggunakan empat rasio saja, yaitu liquidity ratio, financial leverage ratio, activity ratio, dan profitability ratio karena rasio itu sudah mewakili gambaran kinerja keuangan perusahaan. Selain itu data yang harus ada dalam menganalisis interest coverage ratio tidak terdapat dalam laporan keuangan. Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap ada 8 (delapan rasio) yang sering digunakan, yaitu: (Sofyan Syafri Harahap, 2004:301-311) 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. 3. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas Rasio rentabilitas atau disebut juga rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan 7 sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. 4. Rasio Leverage Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. 5. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. 6. Rasio Pertumbuhan (Growth) Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. 7. Market Based (Penilaian Pasar) Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. 8. Rasio Produktivitas Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai, misalnya rasio karyawan atas penjualan, rasio biaya per karyawan, dan sebagainya. Sedangkan dari delapan rasio yang di kembangkan oleh Sofyan Syafri Harahap, penulis hanya menggunakan satu rasio, yaitu growth ratio. Karena menurut Ridwan dan Inge (2003:389), semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Apabila ingin menambah modal dari luar maka sumber alami yang 8 tersedia adalah para pemegang saham sekarang, yang sudah mengenal perusahaan. Jika keuntungannya dibayarkan kepada mereka sebagai dividen, maka hanya sebagian saja yang dapat ditanam kembali. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap dividen yang akan dibagikan. Penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penulis yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yuniningsih (2002). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variabel financial leverage memiliki koefisien positif tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio, variabel likuiditas memiliki koefisien positif tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio, dan variabel profitabilitas memiliki koefisien positif tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio Adapun perbedaan penelitian penulis dengan yang dilakukan oleh Yuniningsih adalah pada beberapa rasio-rasio keuangan yang dianalisis, yaitu pada financial leverage ratio penulis menggunakan debt to total asset ratio, pertumbuhan perusahaan (growth ratio) penulis melihat dari kenaikan/ pertumbuhan aktiva, selain itu penulis juga menambahkan rasio aktivitas dengan melihat dari total asset turnover, sedangkan untuk kebijakan dividen penulis juga menggunakan indikator dividend payout ratio. Penulis menggunakan debt to total asset ratio, kenaikan aktiva dan menambahkan variabel total asset turnover agar dapat memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap dividend payout ratio. Alasannya karena debt to total asset ratio menunjukkan sejauhmana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sunarto dan Andi (2003), semakin besar debt to total asset ratio menunjukkan semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) 9 dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio debt to total asset ratio (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang karena sebagian digunakan untuk membayar bunga, maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang/menurun. Teori ini didukung oleh Parthington (1989) yang menunjukkan bahwa hutang yang tinggi akan mempengaruhi pembayaran dividen yang semakin rendah. Sedangkan penulis menggunakan kenaikan aktiva karena perusahaan yang semakin cepat pertumbuhannya, maka kebutuhan untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan di masa yang akan datang akan semakin besar. Untuk itu, perusahaan membutuhkan modal dari luar, dan biasanya perusahaan memilih pemegang saham untuk mendukung hal tersebut. Jika keuntungannya dibayarkan kepada mereka sebagai dividen dan terkena tarif pajak perorangan yang tinggi, maka hanya sebagian saja yang dapat ditanam kembali (Ridwan dan Inge, 2003:389). Selain itu, penulis menambahkan variabel total asset turnover karena menunjukkan seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Umumnya semakin tinggi rasio ini, semakin kecil investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan penjualan dan dengan demikian lebih menguntungkan bagi perusahaan (Lyn dan Aileen, 2004:184). Karena investasi yang dibutuhkan semakin kecil, maka dana yang tertanam di perusahaan akan semakin banyak, yang tentu saja bisa menyebabkan perusahaan akan membagikan dividen. 10 Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik meneliti dengan judul “Pengaruh Antara Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen.” 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang sebelumnya, penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Bagaimana keadaan kinerja keuangan perusahaan yang berupa acid test ratio, debt to total asset ratio, total asset turnover, return on investment, dan kenaikan aktiva pada perusahaan Manufaktur. 2. Bagaimana keadaan kebijakan dividen berupa dividend payout ratio pada perusahaan Manufaktur. 3. Bagaimana pengaruh dari kinerja keuangan perusahaan yang berupa acid test ratio, debt to total asset ratio, total asset turnover, return on investment dan kenaikan aktiva terhadap kebijakan dividen pada perusahaan Manufaktur. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud penulis melakukan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi mengenai kiinerja keuangan dan kebijakan dividen dari perusahaan-perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta sehingga dapat menjelaskan fenomena-fenomena yang terkait dari variabel-variabel yang terkait. Data dan informasi ini kemudian digunakan sebagai bahan untuk melakukan analisis penelitian ini. 11 Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk membuktikan: 1. Keadaan kinerja keuangan perusahaan yang berupa acid test ratio, debt to total asset ratio, total asset turnover, return on investment, dan kenaikan aktiva pada perusahaan Manufaktur. 2. Keadaan kebijakan dividen berupa dividend payout ratio pada perusahaan Manufaktur. 3. Pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang berupa acid test ratio, debt to total asset ratio, total asset turnover, return on investment dan kenaikan aktiva terhadap kebijakan dividen pada perusahaan Manufaktur. 1.4 Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Bagi penulis, penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam rangka penerapan teori di bidang akuntansi yang di peroleh di bangku kuliah. 2) Bagi investor maupun calon investor, penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk memperkirakan jumlah dividen yang dibagikan dengan memperhatikan kinerja keuangan perusahaan menggunakan rasio keuangan sehingga lebih jauh lagi dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi. 3) Bagi dunia akademis dan peneliti lain, penelitian dapat dijadikan sebagai pembuktian mengenai ada tidaknya pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap kebijakan dividen sekaligus dijadikan sebagai sumber informasi dan 12 referensi untuk kemungkinan penelitian topik-topik yang berkaitan, baik bersifat melengkapi atau lanjutan. 1.5 Rerangka Pemikiran Secara umum kegunaan informasi keuangan hasil sistem informasi akuntansi adalah sebagai dasar prediksi bagi pemakainya. Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (SAK 2004:2) di sebut pihak-pihak yang berkepentingan terhadap dengan laporan keuangan yaitu: investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah beserta lembaga-lembaganya dan masyarakat. Laporan keuangan yang disajikan harus relevan dengan kebutuhan dari masing-masing pemakai. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan. Proyeksi dan peramalan keadaan perusahaan di masa depan dapat dibuat dengan menggunakan laporan keuangan. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses pembandingan, evaluasi dan analisis trend, akan diperoleh prediksi tentang apa yang akan mungkin terjadi di masa mendatang (Dwi dan Rifka, 2002:51). Kinerja dari suatu perusahaan yang go public merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, baik oleh ekstern maupun intern perusahaan. Kinerja tersebut antara lain dapat dilihat dari analisis rasio keuangan. Menurut Dwi dan Rifka (2002:76), analisis rasio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembandingan yang menunjukkan kondisi atau kecendurungan yang tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri. Oleh karena itu, dapatlah kiranya analisis rasio keuangan dipergunakan sebagai landasan penilaian kinerja 13 dari suatu perusahaan secara tepat dengan menggunakan data yang dipublikasikan secara terbuka oleh emiten. Pada dasarnya ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam membandingkan rasio keuangan perusahaan yaitu, “cross sectional approach” di mana dengan pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik atau buruknya suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis (Mamduh dan abdul Halim, 2005:117). Sedangkan cara yang lainnya yaitu “time series analysis” dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan periode sebelumnya (Mamduh dan Abdul Halim, 2005:135). Penggunaan analisis rasio keuangan ini sangat bervariasi dan tergantung oleh pihak yang memerlukan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan-perhitungan rasio keuangan yang mencerminkan aspekaspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin di hitung berdasarkan atas angkaangka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi laba saja atau pada neraca dan rugi laba. Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai perlu dikaitkan dengan tujuan analisis. Karena perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai, maka analisis keuangan juga beragam. Misalnya supplier akan lebih menekankan segi jaminan yang diberikan yang ditujukan dengan besarnya aktiva lancar perusahaan. Pemegang saham preferen dan obligasi akan lebih menitikberatkan pada aliran kas dalam jangka panjang. Sementara pemilik (pemegang saham) dan calon investor akan melihat dari segi profitabilitas dan risiko, karena kestabilan harga saham sangat tergantung dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dan dividen di masa dating. Bagi manajemen akan lebih memperhatikan semua aspek analisis keuangan apakah yang sifatnya jangka pendek maupun jangka panjang, 14 karena tanggungjawab untuk mengelola operasi perusahaan setiap hari dan memperoleh laba yang kompetitif. Menurut Mamduh dan Abdul Halim (2005:5) dengan analisis keuangan ini dapat diketahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Rasio-rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai. Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini adalah acid test ratio, debt to total asset ratio, total asset turnover, return on investment dan kenaikan/pertumbuhan aktiva. Acid test ratio atau quick ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung pada persediaannya. Persediaan tidak sepenuhnya diandalkan, karena persediaan bukanlah sumber kas yang bisa segera diperoleh. Karena itu, untuk mengukur likuiditas perusahaan dengan benar ditemukan pada rasio ini. Perusahaan untuk membayar dividen memerlukan aliran kas keluar, sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki perusahaan, semakin mampu membayar dividen. Begitu juga dengan besar kecilnya dividen yang akan dibagikan. (Yuniningsih, 20002) Debt to total asset ratio menunjukkan sejauhmana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Rasio ini pun dibutuhkan untuk mengukur kinerja perusahaan. Karena dengan mengukur rasio ini, akan terlihat berapa besarnya porsi hutang yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan aktiva. Frank dan Goyal (2000) 15 yang diacu Yuniningsih (2002) menyatakan bahwa perusahaan besar akan menambah hutang untuk mendukung pembayaran dividen. Total asset turnover menunjukkan seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Artinya rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan total aktiva yang tentu saja menjadi ukuran mengukur kinerja perusahaan. Efektivitas suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu saja akan berpengaruh juga terhadap dividen. Return on investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu yang tentu saja menjadi ukuran juga untuk menilai kinerja perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Berarti rasio ini sangat penting bagi pemegang saham karena menggambarkan besarnya laba yang benar-benar tersedia dan tersisa bagi para pemegang saham biasa. Besar kecilnya laba yang tersedia dan tersisa bagi pemegang saham akan mempengaruhi besarnya dividen. Yuniningsih (2002) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai koefisien positif terhadap dividend payout ratio. Rasio kenaikan/pertumbuhan aktiva menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan aktivanya dari tahun ke tahun. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membagikannya sebagai dividen (Ridwan dan Inge, 2003:389). Oleh karenanya potensi pertumbuhan perusahaan dalam hal ini menggunakan kenaikan aktiva menjadi faktor penting yang menentukan kebijakan dividen. 16 Dengan menganalisis prestasi keuangan, seorang analis keuangan akan dapat menilai apakah manajer keuangan dapat merencanakan dan mengimplementasikan ke dalam setiap tindakan secara konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di samping itu analisis keuangan semacam ini juga dapat dipergunakan oleh pihak lain seperti bank, untuk menilai apakah cukup beralasan (layak) untuk memberikan tambahan dana atau kredit baru, calon investor untuk memproyeksikan prospek perusahaan di masa mendatang. Bagi investor tentu mengharapkan return tertentu dengan risiko yang paling minimal atau return yang tinggi dengan risiko tertentu. Untuk memperoleh hal itu, maka dibutuhkan serangkaian kegiatan sistematis seperti identifikasi informasi, memilih informasi yang relevan. Memakai informasi untuk memprediksi suatu trend serta memperhitungkan risiko dan return yang diharapkan (expected return) sebelum menentukan pilihan yang sesuai. Menurut clientile dividend theory mengasumsikan bahwa salah satu alasan kunci investor tertarik pada perusahaan tertentu adalah kebijakan dividennya. Kebijakan dividen akan melibatkan 2 pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama puhak pemegang saham dan pihak kedua adalah perusahaan itu sendiri. Menurut R. Agus Sartono (2001:281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Besarnya rasio bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham disebut dividend payout ratio. Investor akan tetap menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut asalkan perusahaan tidak mengubah kebijakan dividennya. 17 Di dalam praktiknya ada kecenderungan perusahaan akan memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Hal ini dikarenakan pihak investor melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda perusahaan memiliki prospek yang cerah. Menurut Blume(1980) yang diacu Yuniningsih (2002) pembagian dividen sebagian besar dipengaruhi oleh perilaku investor yang lebih memilih dividen tinggi yang mengakibatkan retained earning menjadi rendah. Investor beranggapan bahwa dividen yang diterima saat ini lebih berharga dibandingkan capital gain yang diperoleh dikemudian hari. Dari uraian tersebut, maka penulis menarik hipotesis penelitian sebagai berikut: ”Terdapat pengaruh yang signifikan dari kinerja keuangan terhadap kebijakan dividen.” 18 Laporan Keuangan Perusahaan Kinerja Keuangan Perusahaan Rasio Keuangan Acid Test Ratio Debt to Total Asset Ratio Total Asset Turnover Return on Investment Keputusan Manajerial Dividen Tunai Dividend Payout Ratio Tabel 1.1 Rerangka Pemikiran Kenaikan/ Pertumbuhan Aktiva 19 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan survey. Menurut M. Nazir (2003:54), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Dimana tujuannya adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan, menguatkan hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Dalam penelitian ini data diperoleh dari laporan keuangan kemudian diolah sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, selanjutnya dilakukan analisis. Penelitian ini menggunakan lima variabel independent dan satu variabel dependent, oleh karena itu digunakan analisis regresi linier berganda, koefisien korelasi berganda, dan koefisien determinasi. Menurut Sugiyono (2004:204), analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependent dapat dilakukan melalui menaikkan atau menurunkan keadaan variabel independent. Dengan kata lain, analisis regresi digunakan untuk mengetahui sejauhmana adanya hubungan pengaruh (kontribusi) variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis korelasi digunakan untuk menerangkan kekuatan dan arah hubungan antara variabel X dan variabel Y. Sedangkan koefisien determinasi digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat statistik dengan uji t dan uji F. 20 1.6.1 Operasionalisasi Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel independent dengan lima tingkat indikator dan satu variabel dependent, yaitu: 1) Variabel independent, yaitu variabel bebas yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Variabel independent yang digunakan adalah kinerja keuangan perusahaan yang dinotasikan dengan X. 2) Variabel dependent, yaitu variabel tidak bebas yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Variabel dependent yang digunakan adalah kebijakan dividen yang dinotasikan dengan Y. Adapun penjabaran variabel-variabel tersebut ke dalam operasionalisasi variabel dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 1.2 Operasionalisasi Variabel Variabel Jenis Variabel Indikator Acid test ratio Skala Rasio Debt to total assets ratio Kinerja Keuangan Bebas (X) Total assets turnover Return on investment Kenaikan Aktiva Kebijakan Dividen Tak Bebas Dividend payout ratio Rasio (Y) 1.6.2 Jenis Data Data yang digunakan adalah data yang bersifat kuantitatif (yang dinyatakan dalam angka-angka, menunjukkan nilai terhadap besaran atau 21 variabel yang diwakilinya), data berkala (time-series), yaitu data yang merupakan hasil pengamatan dari waktu ke waktu, dan juga data cross sectional, yaitu data yang merupakan hasil pengamatan dalam suatu periode tertentu. Sedangkan data yang bersifat kualitatif digunakan untuk mendukung dan memahami peristiwa di balik data kuantitatif. 1.6.3 Sumber Data Penelitian ini mempergunakan data sekunder dalam bentuk laporan keuangan secara terperinci, sumber data yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1. Laporan keuangan perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2001-2005 dan data mengenai profil perusahaan. 2. Data yang diperoleh dari literatur-literatur hasil penelitian yang ada hubungannya dengan topik penelitian. 1.6.3 Teknik Pengumpulan Data Adapun pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara: 1. Riset Kepustakaan (Library Research) Yaitu dengan cara mempelajari catatan-catatan kuliah, literatur-literatur, buku-buku dan sumber-sumber yang mempunyai kaitan langsung dengan masalah yang akan diselidiki. Penulisan ini dimaksudkan untuk mendapatkan teori yang mendukung masalah dalam pembuatan skripsi ini. 22 2. Riset Lapangan (Field Research) Merupakan penelitian untuk mendapatkan data dari objek yang akan diteliti melalui : a. Observasi, pengamatan langsung di lokasi penelitian berkaitan dengan data yang dibutuhkan. b. Pengumpulan data, berupa tulisan, buku dan laporan keuangan perusahaan. 1.6.4 Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh akan diolah sehingga sesuai dengan kepentingan penelitian dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Setelah data diperoleh kemudian dilakukan tahapan pengolahan sebagai berikut : 1. Menetukan nilai variabel-variabel yang terkait sesuai dengan indikator atau formula yang telah ditetapkan dari data awal yang telah dikumpulkan. 2. Mengevaluasi data yang sudah ada untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap kebijakan dividend payout ratio. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan Manufaktur yang telah go public, dengan mengambil data sekunder berupa laporan keuangan perusahaanperusahaan yang terdapat dalam Indonesian Capital Market and Directory di Pojok Bursa Efek Jakarta Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berlokasi di Jalan Ganesha No.10 Bandung. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan guna penyusunan skripsi, maka penelitian ini dimulai dari bulan Mei 2006 sampai dengan Januari 2007. 23