LABEL PENGESAHAN Tanggal Presentasi Pembimbing Bookreview Neurobehavior Rapid review behavioral science Biological Basis of Behavior Oleh: Hanindia Riani P Pembimbing: dr. FX Soetedjo Sp.S (K) PPDS I ILMU PENYAKIT SARAF FK UNS-RSUD Dr. Moewardi SURAKARTA 2015 Dasar Biologi Perilaku I. Neuroanatomi A. Sistem saraf pusat yan terdiri dari otak dan medulla spinalis berperan dalam mengolah rangsang fisiologis dan lingkungan untuk mengkoordinasikan respon perilaku. 1. Dua hemsifer serebri secara fungsional terpisah, tetapi dihubungkan oleh komissura yang sangat interaktif a. Hemsifer dominan mengatur bahasa dan maknanya Hemisfer kiri merupakan hemisfer dominan pada 95% populasi, termasuk pada 70% individu left-handed (kidal) b. Hemisfer non dominan mengontrol fungsi visuospatial dan prosody c. Tiap hemifer mengontrol gerakan kontralateral dan input sensoris 2. Disfungsi struktur saraf pusat tertentu berhubungan beberapa gejala gangguan perilaku (Tabel 4.1)) B. Sistem saraf tepi termasuk jalur sensorik dan motorik dari dan ke sistem saraf pusat C. Sistem saraf otonom mengontrol fungsi involunter 1. Dua tipe serabut saraf eferen mengatur respon viseral melalui aksi inhibisi dan eksitatori a. Serabut simpatis mengatur efek perifer dengan pelepasan norepineprin (penigkatan tekanan darah dan denyut jantung) b. Serabut parasimpatis menghambat respon simpatis melalui pelepasan asetilkolin (penurunan denyut jantung) 2. Sistem otonom menterjemahkan informasi emosional ke respon viseral dan dapat menginduksi / eksaserbasi penyakit (meningkatkan bronokontriksi pada asma) Tabel 4.1 struktur sistem saraf pusat dan disfungsi terkait Struktur Lobus Frontal Lobus Temporal Fungsi Berpikir eksekutif Bahasa Aksi motorik volunter berdasar interpretasi input sensorik Auditori dan pemahaman bahasa (hemisfer dominan) Memori Disfungsi Depression Mood yang labil Tidak ada motivasi Disinhibisi Afasia Brocca Afasia Wernicke Halusinasi yang berhubungan dengan kejang lobus temporal Sistem limbik (struktur Formasi memori Amnesia korsakoff’s kortikal dan subkortikal, Bertugas pada respon (alkohol dan defisiensi terdiri dari hipokampus, emosional terhadap tiaminyang berhubungan amygdala, nukleus talamus pengalaman dan sensasi dengan kerusakan anterior, mamilary body, hippocampal) gyrus cyngulate) Dementia Perubahan kepribadian dan mood Sindrom Kluver Bucy (hyperorality, mengurangi agresi/kemarahan, meningkatkan perilaku sexual hasil dari lesi amygdala) Lobus parietal Somatosensoris dan persepsi Lesi sisi kanan : apraxia, sepanjang integrasi motorik neglek sisi kiri Lesi sisi kiri : agrafia, acalculia, tidak ada diskriminasi sisi kiri kanan. Lobus Oksipital Persepsi visual dan Cortical blindness, agnosia, pandangan ketidakmampuan untuk mengenali objek Reticular activating sistem Kewaspadaan Perubahan mood dan Siklus bangun-tidur gangguan psikiatri, termasuk Rapid eye movement sleep defisit atensi/ hiperaktivitas Basal ganglia (substansia Sistem motor Gangguan gerakan repetitif, nigra, nukleus kaudatus, ekstrapiramidal, yang perilaku dan pikiran putamen, globus pallidus) mencegah gerakan dan (gangguan obsesive perilaku tak bertujuan compulsive, gerakan koreoatetosis, tics, gejala parkinson) II. Neurotransmission A. Fisiologi neurotransmission 1. Badan sel saraf dibentuk di struktur saraf pusat dan cabang axonnya mendistribusikan informasi ke neuron lain melalui neurokimia menghasilkan potensial aksi. 2. Neurotransmisi terjadi ketika depolarisasi memicu rangsang elektrik, yang akan menyebabkan pelepasan neurotransmiter ke dalam celah sinaps (ruang antara axon presinap dan prosesus sel saraf post sinap (dendrit). Ada jutaan koneksi sinaps di seluruh tubuh. 3. Neurotransmiter menyeberangi celah sinaps dan berikatan dengan reseptor spesifik, menyebabkan perubahan bentuk melalui protein G dan memulai 2 tipe respon yakni : a. Perubahan kanal ion : pada respon ini, ikatan reseptor mengubah kanal ion sel, membuat sel lebih polar (Cl- masuk K+ keluar) atau berkurang polaritasnya ( Na+ dan Ca2+ masuk), dengan cara demikian akan terjadi inhibisi atau inisiasi transmisi elektrik. b. Respon melalu second messenger : pada respon ini, ikatan reseptor akan memicu respon melalui second messenger dan menghasilkan kaskade intrasel : 1. Aktivasi adenylsiklase akan memicu fosforilasi, via adenosin trifosfat (ATP), protein kinase, akan mengubah aktivitas dan fomasinya. 2. Enzym fosforilase mengkatifkan sintesis neurotransmiter 3. Fosforilase protein ribosom mengontrol sintesis protein 4. Kanal kalsium diaktivasi oleh fosforilase 5. Faktor transkripsi fosforilase mengontrol sintesis DNA dan RNA B. Klasifikasi neurotransmitter 3 klasifikasi neurotransmiter yakni biogenic amines, amino acids, dan neuropeptides. Karakteristik neurotransmiter tiap kelas akan dirangkum pada tabel 4.2 1. Biogenic amine neurotransmiter : dopamine, norepinephrine, serotonin, asetilkolin dan histamin 2. Amino acid neurotransmiter : gamma aminobutyric acid (GABA), glutamate, dan glisin 3. Neuropeptides : enkephalins, endorphins, dynorphins, substance P, kolesistokinin, neurotensin, vasopressin dan oksitosin Tabel 4.2 neurotransmiter dan hubungannya dengan kondisi psikiatri Kelas/neurotransmiter Distribusi Tipe reseptor Kondisi dan dampak psikiatri Biogenic amines Dopamin Tipe : katekolamin Prekursor : Tirosin Metabolit : asam homovanilic (HVA) D1-D5 D2 memiliki hubungan yang penting dengan perilaku ↑ aktivitas DA : skizoprenia dan psikosis lain ↓ aktivitas DA : penyakit parkinson dan depresi Aktivitas DA berefek pada sistem reward dan pada adiksi α1, α2, β1, β2 ↑ aktivitas NE : kecemasan ↓ aktivitas NE : depresi Traktus nigrostriatal : regulasi tonus otot dan pergerakannya Traktus tuberoinfundibuler : regulasi sekresi prolaktin dari pituitari Traktus mesolimbik dan mesokortikal : modulasi mood dan realita melalui pikiran dan perilaku Saraf yang disusun Norephinephrine pada locus ceruleus, (NE) Tipe : katekolamin dengan proyeksi Prekursor : tirosin pada forebrain dopamin NE (termasuk amigdala Metabolit : 3 dan hipotalamus), methoxy – 4cerebellum dan hydroxyphenglycol (MPHG) Serotonin (5-HT) Tipe : Indoleamine Prekursor :: triptofan Metabolit : 5hydroxyindoleactic (5-HIAA) medula spinalis Asetilkolin Tipe : quaternary amine Prekursor : Acetyl conzyme A dan kolin Metabolit : Kolin dan asam asetat (oleh asetilkolinesterase) Histamin Tipe : Etilamin Muskarinik dan Proyeksi dari nukleus nikotinik basalis Meynert ke cortex cerebral dan system limbik Juga ditemukan pada reticular activaating system dan talamus Saraf di hypotalamus H1-H3 terproyeksi pada cortex cerebri, sistem limbik dan talamus Neuron yang dibentuk pada nukleus raphe dan secara luas didistribusikan pada basal ganglia, sistem limbik dan cortex cerebral Asam amino ϒ asam aminobutirat Terdistribusi luas di otak sebagai inhibitor (GABA) neurotransmiter primer, dengan berbagai tipe reseptor Glutamat Prekursor : glukosa dan glutamin Metabolit : asam glutamat Lebih dari 14 reseptor teridentifikasi; 5HT1, 5HT2, dan 5HT3 lebih sering berhubungan dengan perilaku dan efek farmakologi GABAA dan GABAC bekerja langsung pada kanal Cl-, memfasilitasi influks dan hiperpolarisasi GABAB merupakan protein G , beraksi sebagai second messengers Terdistribusi luas N-methyl-Dsebagai aspartate (NMDA) neurotransmiter dan non NMDA eksitatori pada sistem Reseptor bekerja saraf pusat pada depolarisasi, mengikat glutamat dan glisin, ekspulsi Mg2+ pada reseptor untuk influk Na+ dan CA2+ ↑ 5HT : psikosis ↓ 5HT : deprese dan kecemasan Rendahnya level 5HIAA : ditemukan pada cairan tubuh individu yang menunjukkan perilaku agresif dan ingin bunuh diri Defisit memori dan dementia (alzheimer demensia) Efek samping histamin (berat badan bertambah dan drowsiness) Underactivity : gangguan kecemasaam, sindrom withdrawall (alohol withdrawall) dan onset aktivitas kejang Stimulasi reseptor glutamat : menyebabkan neurotoksisitas sebagai peningkatan konsentrasi Ca2+ dan nitrit oksida ↓ aktivitas reseptor NMDA, terlihat pada penggunaan PCP (phencyclidine hydrochloride) menyebabkan psikosis ↑ glutamat : sindroma withdrawal - Glisin Terdistribusi luas, Kanal Cl konsentrasi tertinggi Bekerja bersama pada medulla spinalis glutamat sebagai neurotransmiter eksitatory pada reseptor NMDA atau bekerja sendiri sebagai penghambat neurotransmiter Neuropeptides Enkephalins, endorphins, dynorphins Tipe : opioid endogen dan kejang Antagonist menybabkan konvulsi δ ,μ, κ Analgesia endogen Berhubungan dengan kecanduan Berperan pada kecemasan dan depresi Substance P Badan sel saraf pada hipotalamus medial, diencephalon, pons, hippocampus dan midbrain dengan proyeksi difus pada axon - - Kolesistokinin - - Neurotensin Terdapat bersama dengan DA pada sebagian axons Sintesis pada hipotalamus, dilepas oleh pituitari posterior - Teridentifikasi pada neurotransmisi persepsi nyeri tetapi juga berpengaruh pada depresi, demensia alzheimer, penyakit Huntington Skizoprenia, gangguan makan dan gangguan pergerakan Memicu serangan panik pada pasien dengan gangguan panik Berhubungan dengan schizoprenia Vasopresin dan oksitosin - Berefek pada mood C. Regulasi neurotransmitter 1. Level dan aktivitas neurotransmiter pada sinaps melalui koordinasi dari beberapa mekanisme a. Sintesis awal neurotransmiter pada prekursor intrasel b. Neurotransmiter mungkin ditarik kembali ke dalam sel presinaps didegradasi oleh monoamine oksidase (MAO) atau dilepaskan kembali ke sinaps c. Neurotransmiter dapat berikatan dengan autoreseptor pada neuron presinap dari tempat dia dilepaskan. Aksi ini memicu mekanisme feedback negative, mengakibatkan berkurangnya neurotransmiter yang dilepas. 2. Berbagai agen farmakologi dapat bertindak sebagai penghambat maupun meningkatkan ikatan neurotransmiter dengan reseptornya. Contoh : Haloperidol mengeblok reseptor D2 mengakibatkan efek antipsikotik. D. Efek perubahan neurotransmisi 1. Ketersediaan dan ikatan reseptor neurotransmiter spesifik menentukan kesehatan mental individu 2. Hubungan antara neurotransmiter satu dan yang lain sangat kompleks. Hal ini berhubungan dengan level metabolit pada cairan tubuh (respon farmakologi agonist dan antagonis) Contoh : kadar GABA yang rendah memicu pelepasan glutamat III. Neuroendocrinology A. Sistem endokrin secara kuat mempengaruhi mood dan gejala kecemasan B. Perubahan produksi dan ketersediaan hormon tiroid dapat berpengaruh terhadap peningkatan kecemasan, konsentrasi yang lemah, labilitas emosional, gangguan memori, depresi dan psikosis 1. Level thyroid stimulating hormone (TSH), Thyroxine (T4) dan free triiodothyronine (T3) setidaknya diperiksa sebagai screening pada pasien dengan gangguan psikiatri 2. Terapi litium dapat menyebabkan hipoparatiroid kira-kira pada 10% pasien yang diterapi. C. Disfungsi Hypothalamic pituitary adrenal axis (HPA) akan mempengaruhi mood dan gangguan kecemasan 1. Sindroma Chusing, yang merupakan suatu keadaan hiperkortisolisme (level kortisol tinggi), berhubungan dengan gejala psikiatri seperti delirium, perubahan mood dan kepribadian, dan gejala kecemasan. 2. Hipokortisolisme (level kortisol rendah) dapat memicu paranoia dan gangguan mood 3. Kegagalan feedback negatif dan hipersekresi kortisol dapat menyebabkan hipersekresi sekunder corticotropin releasing factor (CRF), meskipun level kortisol meningkat dalam aliran darah Respon ini diperlihatkan pada tes supresi dexamethasone oleh pasien dengan ketidakmampuan menekan pelepasan cortisol pada pemberian dexametason. 4. CRF memulai respon stress awal, hipersekresi CRF menyebabkan beberapa gangguan kecemasan D. Hipoparatiroid dan hiperparatiroid dapat mempengaruh perubahan kepribadian dan delirium IV. Behavioral Genetics A. Manifestasi karakteristik perilaku dan gangguan psikiatri seseorang adalah hasil dari faktor biologi, psikososial dan lingkungan pada genetik seseorang. B. Tipe studi genetik Beberapa tipe penelitian mengikutsertakan keterlibatan faktor genetik pada berkembangnya beberapa gangguan psikiatri (tabel 4.3) 1. Studi keluarga Studi ini diawali dengan membuat genogram pada individu yang sakit (probandus) dan ada tidaknya keturunan keluarganya yang menderita penyakit yang sama a. Hubungan derajat pertama (orangtua, saudara, anak) membagi 50% informasi genetik probandus, atau 100% pada kondisi kembar monozygot (berkembang dalam satu ovum) b. Hubungan derajat kedua (nenek/kakek, cucu, keponakan, paman, bibi) membagi sekitar 25% informasi genetik pada probandus, atau 50% pada kondisi paman/bibi merupakan kembar monozygot. c. Penetrance menjelaskan proporsi dari anggota keluarga yang akan menunjukkan gejala penyakit yang sama. Pada penetrance komplit : semua anggota keluarga dengan genotip penyakit tersebut akan muncul gejala penyakit yang sama. d. Heritability mengacu sejauh mana faktor genetik menentukan fenotip Pada beberapa penyakit genetik, individu yang sakit bervariasi pada fenotip (gejala) yang termanifestasi, disebut juga ekspresi. e. Jika keluarga probandus secara signifikan lebih mungkin mengalami gangguan psikiatri, penyakit tersebut termasuk golongan familial inheritance Contoh : gangguan obsesif kompulsif memiliki prevalensi 2%-3% pada populasi general tetapi 30% pada kembar monozigot f. Anggota keluarga juga menunjukkan gejala psikiatri lain dengan frekuensi yang lebih besar. Contoh : depresi mayor lebih mungkin terjadi pada anggota keluarga dengan individu gangguan bipolar 2. Studi kembar Penelitian ini membandingkan rata-rata kembar monozigot dan dizigot yang memiliki penyakit yang sama a. Jika penyakit tersebut bermanifestasi pada kedua individu kembar, individu tersebut dikatakan concordant. b. Karena faktor lingkungan bevariasi, bahkan pada kembar yang dibesarkan bersama, Pada kondisi tertentu penelitian kembar lebih mengarah ke genetik inheritance (tetapi tidak terbukti). 3. Studi adopsi Studi ini membandingkan pengaruh genetik dan lingkungan dengan meneliti prevalensi penyakit dalam hubungannya dengan faktor biologi vs adoptif. 4. Studi molecular genetik Studi ini mengevaluasi materi genetik dari kontrol dan individu yang sakit pada keluarga yang sama a. Studi Restriction fragment length polymorphism (RFLP) memproses genome, mencari marker genetik yang berhubungan dengan fenotipnya. b. Beberapa penyakit psikiatri memiliki hubungan genetik spesifik, kebanyakan penyakit psikiatri muncul multifaktor dengan marker dan fenotip yang bervariasi Tabel 4.3 gangguan psikiatri dan hubungannya dengan keturunan Gangguan psikiatri Lifetime prevalence Resiko pada hub. Keluarga tingkat pertama schizophrenia 1% 10% Resiko pada Penyakit lain kembar yang beresiko monozygot tinggi dengan hub. Keluarga 50% Gangguan kepribadian skizoid dan skizotypal Bipolar tipe 1 1% 25% 75% Gangguan depresi mayor 15% 15-20% 50% Ketergantungan alkohol 16% 30% 60% Gangguan obsesif kompulsif Gangguan panik 3% 35% 25-30% 1-2% 8-20% 33-43% Gangguan kecemasan general 5% 20% 22% Social phobia 3-13% 5% 24% Gangguan bipolar Gangguan depresi mayor Gangguan depresi mayor Skizoprenia Gangguan bipolar Skizoprenia Gangguan mood dan kecemasan Gangguan kepribadian anti sosial Tourette’s disorder Agoraphobia, social pobia, gangguan kecemasan general Gangguan panik, agoraphobia, social phobia, gangguan depresi mayor Gangguan panik