tinjauan pustaka

advertisement
2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk memperolehgambaran darah merah anak
domba yang dilahirkan oleh induk domba yang disuperovulasi sebelum
perkawinan, yaitu jumlahRBC, nilai PCV, dan konsentrasi Hb.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang status
fisiologis anak domba yang dilahirkan oleh induk domba yang disuperovulasi
sebelum perkawinan dan mengoptimalkan teknologi reproduksi dengan
menggunakan teknik superovulasi pada domba.
TINJAUAN PUSTAKA
Domba
Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba
merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonsumsi pakan kualitas
rendah dan dipelihara untuk memproduksi daging, susu, wol, kulit, dan hasil
limbah yang dapat digunakan sebagai pupuk (Gatenby 1991). Bangsa domba
secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, diantaranya
berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau
berdasarkan asal ternak. Ternak domba merupakan salah satu ternak ruminansia
yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan.
Domba lokal adalah domba asli Indonesia yang mampu beradaptasi dengan baik
pada kondisi iklim tropis, mampu memakan pakan dengan kualitas rendah, dan
memiliki sifat seasonal polyestrus sehingga dapat beranak sepanjang tahun.
Domba lokal memiliki tubuh yang relatif kecil, warna bulu yang beragamdengan
bentuk ekor yang kecil dan tidak terlalu panjang.
Klasifikasi ilmiah domba menurut Damron (2006) ialah kerajaan Animalia,
filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mamalia, ordo Artiodactyla, famili
Bovidae. Selanjutnya, domba masuk ke dalam subfamili Caprinae, genus Ovis,
dan memiliki nama ilmiah Ovis aries.
Domba yang terdapat di Indonesia terdiri atas beberapa jenis, yaitu domba
jawa ekor tipis, domba jawa ekor gemuk, domba garut, dan domba sumatera ekor
tipis (Iniguez et al. 1991). Dua tipe domba yang paling menonjol di Indonesia
ialah domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG) dengan perbedaan
galur dari masing-masing tipe. Asal-usul domba ini tidak diketahui secara pasti,
tetapi diduga domba ekor tipis berasal dari India dan domba ekor gemuk berasal
dari Asia Barat (Williamson dan Payne 1993).
3
Superovulasi
Superovulasi berasal dari kata super berarti luar biasa dan ovulasi berarti
pelepasan sel telur atau ovarium dari folikel de Graaf. Superovulasi adalah suatu
teknik untuk merangsang pembentukan sejumlah besar folikel di dalam ovarium
dan mematangkannya lebih cepat dari kemampuan alamiahnya. Pada domba,
seperti hewan menyusui lainnya, laju ovulasi dapat ditingkatkan apabila ovarium
sebagai produsen sel telur dirangsang dengan cara pemberian
hormongonadotropin, seperti PMSG/hCG pada hewan tersebut. Hormon PMSG
memiliki aktivitas ganda yang mirip dengan FSH dan LH yang dapat merangsang
pertumbuhan folikel, menunjang sintesis estradiol, merangsang proses ovulasi,
dan luteinisasi (Armstrong et al. 1982; Bidon dan Paper 1984; Gonzalez et al.
1994)
Keberhasilan penggunaan hormon PMSG/hCG dalam meningkatkan folikel
dan korpus luteum dapat dilihat dari peningkatan sekresi hormon kebuntingan,
pertumbuhan uterus, embrio, dan fetus, peningkatan bobot lahir dan bobot sapih,
pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu, dan produksi pada domba (Manalu
et al. 1998; Manalu et al. 1999; Manalu et al. 2000a; Manalu et al. 2000b).
Teori gelombang folikuler diperkirakan terjadi pada pertengahan siklus
estrus yang sekaligus pertengahan fase luteal, yaitu berkisar antara hari
kesembilan sampai ke-12 mengacu pada lamanya siklus estrus domba yang ratarata 21 hari (18−24 hari) (Lopez et. al. 2005). Pada domba yang disuperovulasi,
aktivitas ovarium kiri lebih aktif dibandingkan ovarium kanan berdasarkan jumlah
korpus luteum (Manalu dan Sumaryadi 1997).
Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang
berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus atau bakteri (Ganong 2003). Istilah medis yang berkaitan
dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa
Yunani, haima yang berarti darah. Jumlah total volume darah berkisar antara
6−7% dari total bobot badan pada hewan ruminansia. Total volume darah pada
hewan muda pada masa pertumbuhan sering lebih dari 10% bobot badan (Meyer
dan Harvey 2004).
Darah tersusun atas plasma dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit,
leukosit, dan trombosit. Plasma darah mengandung 90% air dan berbagai zat
terlarut/tersuspensi di dalamnya. Zat tersuspensi tersebut mencakup beberapa jenis
bahan, seperti protein plasma (albumin, globulin, dan fibrinogen), sari makanan
(glukosa, asam amino, lipid, dan monosakarida), berbagai ion (kalium, klorida,
dan senyawa bikarbonat), dan bahan lainnya (hormon, gas respiratori, vitamin,
dan enzim) (Isnaeni 2006).
Sel darah terdiri atas beberapa golongan, yaitu eritrosit, leukosit (granulosit,
dan agranulosit), dan trombosit. Jenis sel darah yang termasuk leukosit granulosit
adalah neutrofil, eosinofil, dan basofil, sedangkan yang termasuk ke dalam
leukosit agranulosit adalah limfosit besar, limfosit kecil, dan monosit (Frandson
4
1996). Persentase sel darah adalah sekitar 40% (30−55%) dari total volume darah,
bergantung pada spesies (Samuelson 2007).
Hitungan darah menyajikan suatu prosedur laboratorium yang berguna
untuk memperkirakan jumlah dan jenis sel-sel dalam darah yang bersirkulasi pada
seekor hewan pada suatu waktu tertentu. Hitungan sel total dinyatakan dalam
jumlah sel dalam millimeter kubik darah. Hitungan ini berlaku baik untuk sel
darah merah atau sel darah putih, meski teknik dan peralatannya agak berbeda
(Frandson 1996).
Eritrosit
Sel-sel darah merah atau eritrosit berbentuk lempeng bikonkaf dengan
diameter rata-ratanya sebesar 7.8 mikrometer, dan ketebalan pada bagian yang
tebal 2.5 mikrometer dan pada bagian tengah satu mikrometer (Samuelson 2007).
Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru kejaringan,
mengangkut karbon dioksida ke paru-paru, dan sebagai penyangga atau buffer ion
hidrogen. Menurut Frandson (1996), jumlah sel darah merah pada domba ialah11
juta/mm3.
Eritrosit mempunyai bentuk yang mirip piringan pipih yang menyerupai
donat. Sekitar 45% darah tersusun atas sel darah merah yang dihasilkan di
sumsum tulang. Setiap 1 cm3 darah terdapat 5.5 juta sel. Jumlah sel darah merah
yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 juta, rata-rata umurnya hanya 120
hari (Guyton dan Hall 2006). Semakin tua umur eritrosit semakin rapuh,
kehilangan bentuk, dan ukurannya menyusut menjadi sepertiga ukuran mulamula. Eritrosit mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang
merah cerah disebabkan oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat darah
mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat
karbondioksida.
Eritrosit akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa
setelah tua. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos
dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang
kemudian diangkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk eritrosit yang
baru.Persediaan eritrosit di dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan sekali.
Proses pembentukan sel darah merah di dalam tubuh disebut dengan eritropoiesis.
Faktor laju eritropoiesis dipengaruhi oleh eritropoietin yang dirangsang oleh
anemia dan hipoksia. Eritropoietin adalah hormon yang secara langsung
mempengaruhi aktivitas sumsum tulang. Eritropoietin ini sangat peka terhadap
perubahan kadar oksigen di dalam jaringan (Kahn 2005).
Hematokrit
Hematokrit berasal dari kata haimat yang berarti darah, dan krinein yang
berarti memisahkan. Nilai hematokrit/PCV adalah volume sel-sel eritrosit
seluruhnya dalam 100 mL darah dan dinyatakan dalam persen (%). Pengukuran
hematokrit diberi antikoagulan agar darah tidak menggumpal. Prinsip hematokrit
adalah darah yang tercampur dengan antikoagulan dipusing dengan alat
5
centrifugesehingga terbentuk lapisan-lapisan. Kolom atau lapisan yang terdiri atas
butir-butir eritrosit diukur dan dinyatakan sebagai % volume dari keseluruhan
darah. Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual ialah darah yang mengandung
antikoagulan dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen atau
pecahan desimal (Simmons, 1989). Secara normal, nilai hematokrit pada hewan
bervariasi pada sapi 43% (0.43 L/L), sapi bali 39−40%, kuda 34%, anjing 46%,
domba 43%, babi 42%, kucing 40%, dan manusia (laki) 42%, perempuan 33%
(Dharmawan 2002).
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan hematokrit adalah tabung
mikrokapiler. Tabung ini dibuat khusus untuk mikrohematokrit dengan panjang
75mm dan diameter 1.2−1.5mm. Selain itu, ada pula tabung lain yang dilapisi
heparin dan tabung tersebut dapat dipakai untukdarah dari venadan terdapat juga
tabung kapiler tanpa heparin yang dipergunakan untuk darah dari vena
(Gandsoebrata 1992).
Pemeriksaan hematokrit digunakan untuk mengukur derajat anemia dan
polisitemia juga untuk mengetahui adanya ikterus yang dapat diamati dari warna
plasma, yaitu warna yang terbentuk kuning atau kuning tua dan untuk menentukan
rata-rata volume eritrosit yang merupakan tes screening dalam mendeteksi adanya
hiperbilirubinemia (Meyer dan Harvey 2004). Warna plasma yang diperoleh
dalam sentrifuge adalah warna kuning atau kuning tua, baik dalam keadaan
fisiologis atau patologis yang merupakan indikasi naiknya bilirubin dalam darah,
misalnya pada kasus infeksi hepatitis. Naiknya kolesterol juga dapat diketahui dari
warna plasma yang berwarna seperti susu, misalnya pada penderita diabetes
melitus. Plasma yang berwarna merah merupakan indikasi adanya hemolisis dari
eritrosit, seperti penggunaan spuid yang belum kering pada pengambilan darah
atau hemolisis intravaskuler dan untuk mengetahui volume rata-rata eritrosit dan
konsentrasi hemoglobin rata-rata di dalam eritrosit (Jain 1993).
Hemoglobin
Hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah
merah dengan fungsi khusus untuk mengangkut O2 ke jaringan dan
mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru (Samauelson 2007). Hemoglobin
adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya ikat) terhadap
oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah
merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan. Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang
terdiri atas 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang
berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang
mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin
dari molekul hemoglobin (Ganong 2003).
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran
darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram
setiap 100 mL darah dan jumlah ini biasanya disebut 100%. Batas normal nilai
hemoglobin sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap
jenis bangsa hewan. Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paruparu ke semua jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari semua
6
sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai
reservoir oksigen, yaitu menerima, menyimpan, dan melepas oksigen di dalam
sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% zat besi tubuh berada di dalam
hemoglobin Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan
yang paling sederhana untuk mengukur hemoglobin adalah metode sahli, dan
yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Bachyar 2002)
Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin
ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi
ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid
yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang
terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang).
Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah
adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara
pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar.
Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas
sangat berpengaruh. Heme merupakan suatu molekul organik yang mengikat satu
atom besi. Adanya kandungan besi (Fe) dalam hemoglobin di sel darah merah
menyebabkan darah berwarna merah (Guyton dan Hall 2006).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan yang dimulai dari bulan Mei
sampai dengan November 2011, bertempat di kandang Mitra Tani Farm Jalan
Manunggal Baru No. 1, Tegal Waru, Ciampea, Bogor. Sampel dianalisis di
Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah seperangkat alat
ultrasoundography (USG), spuid 5 mL, 13 buah tabung reaksi 5 mL, kapas steril,
rak tabung, pipet eritrosit, gelas objek, kamar hitung Neubauer, selotip, marker,
kertas label, hemositometer, tabung kapiler, alat penghitung, Adam
mikrohematokrit reader, penyumbat tabung kapiler, alat sentrifuge, tambang, dan
mikroskop cahaya.
Bahan
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah 12 ekor induk
domba betina (6 ekor induk domba kontrol dan 6 ekor induk domba yang
disuperovulasi) dengan 18 ekor anak (9 ekor anak domba kontrol dan 9 ekor anak
domba superovulasi), obat cacing (albendazol®), vitamin B kompleks, hormon
Download