12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis 1. Kehamilan

advertisement
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Kehamilan
Proses
kehamilan
merupakan
merantai
yang
berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa
dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot , nidasi pada
uterus,pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm (Manuaba,2010;h.75).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
hulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga
ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Prawirohardjo,2009;h.213).
Kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan sperma yang
bernidasi pada uterus yang normalnya berlangsung dalam waktu 40
hari
a.
Tanda-Tanda Dugaan Adanya Kehamilan
Menurut
Manuaba,
(2010;h.107)
tanda-tanda
dugaan
adanya kehamilan yaitu :
12
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
13
1)
Amenore (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi
menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf
dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir
dengan perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan
perkiraan persalinan.
2)
Mual dan muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan
progesteron menyebabkan penegluaran asam lambung
yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari
disebut mooring sickness. Dalam batas yang fisiologis,
keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu
makan berkurang.
3)
Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke
daerah kepala (sentrla) menyebabkan iskemia susunan
saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan
ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
4)
Payudara tegang. Pengaruh estrogen-progesteron dan
sommatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan
garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.
Ujung saraf tertekan dan menyebabkan rasa sakit terutama
pada hamil pertama.
5)
Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan
kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada
triwulan kedua gejala ini sudah menghilang.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
14
6)
Konstipasi atau obstipasi. Pengaruh progesteron dapat
menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk
buang air besar.
7)
Pigmentasi
hormone
kulit.
Keluarnya
melanophore
stimulating
hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit
disekitar pipi (cloasma gravidarum), pada dinding perut,
(striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan
sekutar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting
sus makin menonjol.
8)
Varises atau penampakan pembuluh darah vena yang
terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis dan
payudara.
b.
Tanda Tidak Pasti Kehamilan
Menurut Manuaba, (2010;h.108) tanda tidak pasti kehamilan
yaitu :
1)
Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan.
2)
Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda hegar, tanda
Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan
teraba Ballotement.
3)
Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebagian
kemungkinan positif palsu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
15
c.
Tanda Pasti Kehamilan
Menurut Manuaba, (2010;h.109) tanda pasti kehamilan
yaitu:
1)
Gerakan jain dalam rahim.
2)
Terlihat/ teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian
janin.
3)
d.
Denyut jantung janin.
Diagnosis banding kehamilan
Menurut Manuaba, (2010;h.109) Pembesaran perut wanita
tidak selamanya merupakan kehamilan sehingga perlu dilakukan
diagnosis banding diantaranya :
1)
Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai
tanda dugaan hamil, tetapi dalam pemeriksaan alat canggih
dan tes biologis tidak menunjukkan kehamilan.
2)
Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran
rahim tetapi tidak disertai tanda hamil. Bentuk pembesaran
tidak merata. Perdarahna banyak saat menstruasi.
3)
Kista ovarium. Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda
hamil
dan
menstruasi
pembesaran perut
dapat
terus
berlangsung.
Lamanya
melampaui usia kehamilan.
Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negatif.
4)
Hematometra.
Terlambat
datang
bulan
yang
dapat
melampaui usia kehamilan. Perutvterasa nyeri setiap bulan.
Terjadi
tumpukan
darah
dalam
rahim.
Tanda
dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
16
pemeriksaan kehamilan tidak menunjukkan hasil yang
positif, karena himen in perforata.
5)
Kandung
kemih
yang
penuh.
Dengan
melakukan
kateterisasi, maka pembesaran perut akan menghilang.
e.
Penyesuaian Psikologis Pada Ibu Dan Prosesnya
Menurut
Varney,
(2007;h.501-504)
Selama
kehamilan
berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologis khusus yang
jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat dengan perubahan
biologis yang sedang terjadi. Peristiwa dan proses psikologis ini
dapat diidentifikasi pada tiap trimester yaitu :
1)
Trimester pertama
Trimester
pertama
sering
dianggap
sebagai
periode
penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah
terhadap
kenyataan
bahwa
ia
sedang
mengandung.
Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi
dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting
pada trimester pertama kehamilan
Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang
kenyataan bahwa ia hamil.
2)
Trimester Kedua
Trimseter kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan
yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan
bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami
saat hamil.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
17
3)
Trimester Ketiga
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan
penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai
menyadari kehadiran bayi sebaga makhluk yang terpisah
sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang
bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir
kapanpun.
f.
Ketidaknyamanan Umum Selama Kehamilan
Menurut
Varney, (2007; h.536-539) ketidaknyamanan
umum selama kehamilan yaitu :
1)
Trimester pertama
a) Nausea
Dengan atau tanpa disertai muntah-muntah, Nausea
lebih kerap terjadi pada saat perut kosong sehingga
biasanya lebih parah di pagi hari. Penyebab morning
sickness masih belum diketahui dengan pasti kendati
sejumlah ide telah dikembangkan. Ide ini mencakup
perubahan hormon selama kehamilan. Kadar gula darah
yang rendah (mungkin disebabkan oleh tidak makan
sehingga mengakibatkan siklus yang tidak berujung
pangkal), lambung yang terlalu penuh, peristaltik yang
lambat
dan faktor
emosi
lain.
Ptialisme
(Salivasi
Berlebihan).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
18
b) Ptialisme
merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat
disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam mulut
atau peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi
kelenjar saliva pada wanita yang rentan mengalami
sekresi berlebihan.
c) Keletihan
Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan diakibatkan
oleh penurunan drastis laju metabolisme dasar pada awal
kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih belum jelas.
Dugaan lain adalah bahwa peningkatan progesteron
memiliki efek menyebabkan tidur.
d) Nyeri Punggung Bagian Atas
Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester
pertama akibat peningkatan ukuran payudara, yang
membuat payudara menjadi berat.
e) Leukorea
Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar,
dengan konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada
trimester pertama.
f) Peningkatan Frekuensi Berkemih
Frekuensi berkemih selama trimester pertama terjadi
akibat penigkatan berat pada fundus uterus. Peningkatan
berat pada fundus uterus ini membuat istmus menjadi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
19
lunak (tanda Hegar), menyebabkan antefleksi pada
uterus yang membesar.
2)
Trimester kedua
a) Nyeri Ulu Hati
Yaitu ketidaknyamanan yang mulai timbul menjelang
akhir trimester kedua dan bertahan hingga trimester
ketiga.
b) Konstipasi
Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis
yang disebabkan relaksi otot polos pada usus besar
ketika terjadi peningkatan jumlah progesteron. .
c) Hemoroid
hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena
itu, semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan
hemoroid.
d) Varises
Varises vena lebih mudah muncul pada wanita yang
memiliki kecenderungan tersebut dalam keluarga atau
memiliki faktor predisposisi kongenital.
3)
Trimester ketiga
a) Nokturia
Peningkatan frekuensi berkemih pada trimester ketiga.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
20
b) Insomnia
Penyebabnya seperti kekhawatiran, kecemasan, terlalu
gembira menyambut suatu acara untuk keesokan hari.
c) Kram tungkai
Kram kaki diperkirakan disebabkan oleh gangguan
asupan kalsium atau asupan kalsium yang tidak adekuat
atau ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor dalam
tubuh.
g.
Tujuan Pemeriksaan Dan Pengawasan Ibu Hamil
Menurut
Mochtar,
(2012;h.38)
tujuan
umum
adalah
menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak
selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, dengan
demikian, didapatkan ibu dan anak yang sehat.Tujuan umum
adalah :
1)
Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin
dijumpai dalam kehamilan, persalinan, nifas.
2)
Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin
diderita sedini mungkin.
3)
Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
4)
Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari
dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan
laktasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
21
h.
Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Menurut
Mochtar,
(2012;h.38)
jadwal
pemeriksaan
kehamilan yaitu :
1)
Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin
ketika haid terlambat satu bulan.
i.
2)
Periksa ulang 1X sebulan sampai kehamilan 7 bulan.
3)
Periksa ulang 2X sebulan sampai kehamilan 9 bulan.
4)
Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.
5)
Periksa khusus jika ada keluhan-keluhan.
Pemeriksaan Ibu Hamil
Menurut Manuaba (2010;hal.117 ) pemeriksaan ibu hamil
yaitu :
1)
Anamnesa
a) Anamnesa identitas istri dan suami: nama, umur, agama,
suku bangsa,pendidikan, pekerjaan, alamat.
b) Anamnesa umum:
(1) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi,
defekasi, perkawinan.
(2) Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir. Bila
hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapat
dijabarkan taksiran tanggal persalinan.
Memakai rumus Naegele: hari +7, bulan -3, tahun +1
(3) Tentang
kehamilan, peraslinan, keguguran dan
kehamilan ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
22
2)
Inspeksi Dan Pemeriksaan Fisik Diagnostik
Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan meliputi
pemeriksaan tekanan darah, nadi, sushu, pernafasan,
jantung, paru-paru dan sebagainya.
3)
Perkusi
Tidak begitu banyak artinya, kecuali jika adaa suatu indikasi.
4)
Palpasi
Pemeriksaan
palpasi
yang
biasa
digunakan
untuk
menetapkan kedududkan janin dalam rahim dan usia
kehamilan terdiri dari pemeriksaan menurut Leopold I-IV.
Tahap persiapan pemeriksaan menurut Leopold :
a) Tahap persiapan pemeriksaan Leopold
(1) Ibu tidur telentang dengan kepala lebih tinggi.
(2) Kedudukan tanga pada saat pemeriksaan dapat
diatas kepala atau membujur disamping badan.
(3) Kaki ditekuk sedikit sehingga dinding perut lemas.
(4) Bagian perut dibuka seperlunya.
(5) Pemeriksaan
melakukan
menghadap
pemeriksaan
muka
leopold
pasien
I
sampai
saat
III,
sedangkan saat melakukan pemeriksaan leopold IV
pemeriksa menghadap ke kaki.
b) Tahap pemeriksaan leopold
(1) Leopold I
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
23
(a) Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk
menentukan
tinggi
fundus
uteri,
sehingga
perkiraan usia kehamilan dapat disesuaikan
dengan tanggal haid terakhir.
(b) Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada
letak membujur sungsang, kepala bulat, keras
dan melenting pada goyangan, pada letak
kepala akan teraba bokong pada fundus, tidak
keras tak melenting, dan tidak bulat pada letak
lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bagianbagian janin.
(2) Leopold II
(a) Kemudian kedua tangan diturunkan menelususri
tepi uterus untuk menetapkan bagian apa yang
terletak dibagian samping.
(b) Letak membujur dapat ditetapkan punggung
janin, yang teraba rata dengan tulang iga seperti
papan cuci.
(c) Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana
kepala janin.
(3) Leopold II
(a) Menetapkan bagian apa yang terdapat diatas
simfisis pubis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
24
(b) Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan
bokong teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada
letak lintang simfisis pubis akan kosong.
(4) Leopold IV
(a) Pada
pemeriksaan
leopold
IV,
pemeriksa
menghadap kearah kaki ibu untuk menetapkan
bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas
panggul.
(b) Bila
bagian
terendah
masuk
PAP
telah
melampaui lingkaran terbesarnya, maka tangan
yang melakukan pemeriksa divergen, sedangkan
bila lingkaran terbesarnya belum masuk PAP
maka tangan pemeriksa konvergen.
j.
Komplikasi Kehamilan
Menurut Mochtar, (2012;h.139-169) komplikasi kehamilan
yaitu :
1)
Hiperemesis gravidarum
Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.
Pencegahan, dengan memberikan informasi dan edukasi
tetang kehamilan kepada ibu dengan maksud menghilangkan
faktor psikhis rasa takut, terapi obat menggunakan sedakiva
(luminal,stesolid);vitamin (B1 Dan B6); anti muntah.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
25
2)
Topsenia gravidarum
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan gejala yang timbul dari
trias : hipertesi,proteinuri,dan edema.
Pencegahan,
pemeriksaan
antenatal
yang
teratur
dan
bermutu serta teliti, berikan penerangan tentang manfaat
istirahat dan tidur, ketenangan.
3)
Abortus (keguguran dan kelainan dalam tua kehamilan)
Keguguran adalah pengeluaran hasil kinsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan.
Penanganan berikan obat dengan maksud agar terjadi his
sehingga vetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak
berhasil lakukan dilatasi kuretase. Hendaknya pada penderita
juga diberikan tomika dan antibiotika.
4)
Kelainan letak kehamilan (kehamilan ektopik)
Adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi diluar
endometrium rahim.
Penanganan perbaiaki keadaan umum, transfusi darah dan
segera lakukan lapatorium exsplorasi untuk memberhentikan
sumber perdarahan.
5)
Penyakit trofoblas
Penyakit trofoblas karena kehamilan yang berasal dari
kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
26
Penanganan
perbaiki
keadaan
umum
pasang
batang
laminaria untuk memperlebar pembukaan, dilakukan evakuasi
jaringan dengan menggunakan suction curettage.
6)
Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan
sel darah merah atau hemoglobin (Buku saku, 2013.h:160)
Anemia
pada
kehamilan
adalah
anemia
karena
kekurangan zat besi, dan merupakan jenis anemia yang
pengobatanya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada
kehamilan
merupakan
mencerminkan
nilai
masalah
kesejahteraan
nasional
sosial
karena
ekonomi
masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut potensial
yang membahayakan bagi ibu dan anak, karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait
dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010.h:237).
Pada pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia
yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi
yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur
dan peningkatan gizi. Selain itu di daerah pedesaan banyak
dijumpai ibu hamil denga mal nutrisi atau kekurangan gizi,
kehamilan dan persalinan denga jarak yang berdekatan, dan
ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi
rendah (Manuaba, 2010.h:238).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
27
a) Diagnosis
Menurut
Manuaba,
(2010.h:239)Pemriksaan
dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut :
(1) Hb 11 g% tidak anemia.
(2) Hb 9-10 g% anemia ringan.
(3) Hb 7-8 g% anemia sedang.
(4) Hb <7 g% anemia berat.
Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau < 10,5
g/dl (pada trimester II)(Buku saku, 2013.h:160).
b) Kehamilan Kebutuhan zat besi pada wanita hamil
Menurut
Manuaba, (2010.h:238) sebagai gambaran
berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan
yaitu :
Meningkatkan sel darah ibu
500 mg Fe.
Terdapat dalam plasenta
300 mg Fe.
Untuk darah janin
100 mg Fe.
Sehingga jumlahnya
900 mg
Fe
Jika persediaan
cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan
menguras
persediaan
Fe
tubuh
dan
akhirnya
menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada
kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami
hemodilusi
(pengenceran)
dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
28
peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya
pada
kehamilan
32
sampai
34
minggu.
Jumlah
peningkatan sel darah 18 sampai 30% dan hemoglobin
sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar
11
g%,
dengan
terjadinya
hemodilusi
akan
mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan
menjadi 9,5 sampai 10 g%.
c) Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin
Menurut
Manuaba,
(2010.h:240)
Pengaruh
anemia
terhadap kehamilan dan janin yaitu :
(1) Pengaruh terhadap kehamilan
(a) Dapat
terjadi
abortus,
persalinan
prematur,
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,
mudah terjadi infeksi, molahidatidosa, hiperemesis
gravidarum,
perdarahan
antepartum,
ketuban
pecah dini (KPD).
(b) Bahaya saat persalinan
Gangguan His (kekuatan mengejan), kala pertama
dapat berlangsung lama, dan terjadi partus
terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga
dapat melelahkan dan sering melakukan tindakan
operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio
plasenta, dan perdarahan postpartum karena
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
29
atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan
post partum sekunder dan atonia uteri.
(c) Pada
kala
nifas
menimbulkan
terjadi
sub
perdarahan
involusi
post
uteri
partum,
memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI
berkurang, anemia kala nifas.
(2) bahaya anemia terhadap janin
Sekalipun mengurangi kemampuan metabolisme tubuh
sehingga
menganggu
pertumbuhan
dan
perkembangan janin dalam tampaknya janin mampu
menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi
dengan anemia akan rahim.
d) Faktor predisposisi
Menurut Buku saku, (2013.h:160) Diet rendah zat besi,
B12, dan asam folat, Kelainan gastrointestinal, Penyakit
kronis, Riwayat keluarga.
e) Tatalaksana khusus
Menurut Buku saku, (2013.h:161) tatalaksana khusus
anemia yaitu :
(1) Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan
penyebab anemia, berdasarkan hasil pemeriksaan
darah perifer lengkap dan apus darah tepi.
(2) Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada
keadaan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
30
(a) Defisiensi besi : lakukan pemeriksaan ferritin <15
mg/ml, berika terapi besi dengan dosis setara 180
mg besi elemental per hari.
(b) Thalasemia :
pasien
denga
kecurigaan
thalasemia perlu dilakukan tatalaksana bersama
dokter spesialis.
(3) Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan
kondisi berikut :
(a) Kadar Hb <7 g/dl atau kadar hematokrit <20%.
(b) Kadar Hb >7 g/dl dengan gejala klinis : pusing,
pandangan berkunang-kunang, atau takikardia
(ferkuensi nadi >100 kali/ menit.
k.
Peran bidan pada kunjungan antenatal care
Menurut Saefudin, (2010;h.N-2) pada setiap kunjungan antenatal
tersebut, perlu didapatkan informasi yang penting, seperti :
1) Trimester Pertama
a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil.
b) Mendeteksi masalah dan penanganannya.
c) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus toksoid,
anemia, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
d) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
31
2) Trimester kedua
a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil.
b) Mendeteksi masalah dan penanganannya.
c) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus toksoid,
anemia, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
d) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat).
e) Kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia.
3) Trimester ketiga
a) Antara minggu 28-36
(1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil.
(2) Mendeteksi masalah dan penanganannya.
(3) Melakukan tindakan pencegahan pencegahan seperti
tetanus toksoid, anemia, penggunaan praktek tradisional
yang merugikan.
(4) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan
kebersihan, istirahat).
(5) Kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia.
(6) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
32
b) Sesudah minggu ke 36
(1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil.
(2) Mendeteksi masalah dan penanganannya.
(3) Melakukan tindakan pencegahan pencegahan seperti
tetanus toksoid, anemia, penggunaan praktek tradisional
yang merugikan.
(4) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan
kebersihan, istirahat).
(5) Kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia.
(6) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda.
(7) Ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal atau
kondisi yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
2. Persalinan
Persalinan (partus = labor ) adalah proses pengeluaran produk
konsepsi yang viabel melalui jalan lahir biasa (Mochtar,2012;hal.71).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)(Manuaba,2010;h.164).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
33
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kont raksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (APN,2008;h.39).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif
pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney,
2008;h.672 ). Persalinan adalah
keluarnya hasil konsepsi
dari
uterus yang dapat hidup diluar uteri melalui jalan lahir ataupun jalan
lain yang normalnya setelah usia kehamilan lebih dari 37 minggu
tanpa disertai adanya penyulit.
b.
Tanda- Tanda Permulaan Persalinan
Menurut Mochtar, (2012;h.70) sebelum terjadi persalinan
yang
sebenarnya,
memasuki
hari
pendahuluan.
beberapa
perkiraan
Kala
minggu
lahirnya
pendahuluan
sebelumnya
yang
disebut
memberikan
wanita
kala
tanda-tanda
sebagai berikut:
1)
Lightening ata settling atau dropping, yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutam pada primigravida.
Pada multipara hal tersebut tidak begitu jelas.
2)
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
34
3)
Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria)
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4)
Perasaan nyeri di perut dan pinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah uterus.
5)
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
bertamba, mungkin bercampur darah (bloody show).
c.
Tanda-Tanda Inpartu
Menurut Mochtar, (2012;h.70 ) tanda-tanda inpartu yaitu :
1)
Rasa nyeri oleh adanya his yang datnag lebih kuat, sering,
dan teratur.
2)
Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3)
Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4)
Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan.
d.
Kala Persalinan
Menurut Mochtar, (2012;.h.71-73 ) kala persalinan yaitu :
1)
Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)
hingga serviks membuka lengkap (10 cm).Inpartu (partus
mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah
karena serviks mulai membuka dan mendatar.Darah berasal
dari pecahnya pembuluh darah kapiler disekitar kanalis
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
35
servisis akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan
membuka. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :
a) Fase laten: pembukaan serviks yang berlangsung lambat
sampai pembukaan 3cm, lamanya 7-8 jam.
b) Fase aktif: berlangsung selama 6 jam. Dari pembukaan 4
cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2
cm (multipara). Fase aktif dibagi atas 3 sub fase :
(1) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal: selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam
waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
2)
Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat
dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah
turun dan masuk ke ruang panggul sehinggga terjadilah
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang memulai
lengkung refleks menimnulkan rasa mengedan. Karena
tekanan pada rektum, ibu merasa seoerti mau buang air
besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala
janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perinium
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
36
meregang. Dengan his dan tenaga mengedan yang
terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin.
Kala II pada primi berlangsung selama 1,5 jam – 2 jam,
pada multi setengah jam sampai 1 jam.
3)
Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayii lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar.
Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan
berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari
sebelumnya.
Beberapa
saat
kemudian,
timbul
his
pelepasan, dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit,
seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan
akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simfisis atau fundus uteri.
berlangsung
elaama
5-30
Seluruh proses biasanya
menit
setelah
bayi
lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah
kira-kira 100- 200 cc.
4)
Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi
dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama
terhadap bahaya perdarahan post partum.
e.
Faktor- Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
Menurut Mochtar, (2010;h.70) faktor- faktor yang berperan
dalam persalinan yaitu :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
37
1)
Kekuatan mendorong janin keluar (power).
1) His (kontraksi uterus).
2) Kontraksi otot-otot dinding perut.
3) Kontraksi diafragma.
f.
2)
Faktor janin.
3)
Faktor jalan lahir.
Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan gerakan posisi yang dilakukan janin
untuk menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Gerakan ini
diperlukan karena diameter terbesar janinharus sejajar dengan
diameter terbesar pelvis ibu agar janin yang cukup bulan dapat
melewati pelvis dan kemudian bayi dapt dilahirkan.Pada mingguminggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim meluas untuk
menerimakepala janin, terutama pada primi, sedangkan pada
multi, peluasan tersebut terjadi pada saat dimulainya partus.
Menurut Varney, (2008;h.754-755) Mekanisme persalinan yaitu :
1)
Engagement
Terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah melalui
pintu atas panggul.
2)
Penururnan terjadi secara lengkap.
Selama persalinan terjadi penuruan yang merupakan hasil
dari kekuatan, termasuk kontraksi
( yang memperkuat
tulang punggung janin, menyebabkan fundus langsung
menempel pada bokong), dan pada kala dua, dorongan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
38
yang dapat dilakukan ibu karena kontraksi otot-otot
abdomenya.
3)
Fleksi
Merupakan hal yang sangat penting untuk penurunan lebih
lanjut. Melalui mekanisme ini, diameter suboksipitobregmatik
yang lebih kecil digantikan dengan diameter kepala janin
yang lebih besar yang terjadi ketika kepala janin tidak dalam
keadaan fleksi sempurna. Fleksi terjadi ketika kepala janin
bertemu dengan tahanan. Tahanan ini meningkat ketika
terjadi penurunan dan yang pertama kali ditemui adalah dari
serviks, kemudian dari sisi-sisi dinding pelvis, dan akhirnya
dari dasar pelvis.
4)
Rotasi internal
Menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin menjadi
sejajar dengan diameter anteroposterior pelvis ibu, dibawah
simfisis pubis.
5)
Pelahiran kepala janin dengan ekstensi
Pelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk
mengeluarkan oksiput-anterior. Ekstensi harus terjadi ketika
oksiput berada dibagian anterior karena kekuatan tahanan
pada dasar pelvis yang mengarahkan kepala keatas menuju
pintu bawah vulva.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
39
6)
Restetusi
Adalah rotasi kepala 45 derajat baik kearah kanan maupun
kearah kiri, bergantung pada arah dari tempat kepala
berotasi ke posisi oksiput – anterior. Dampaknya, restitusi
tidak memutar leher dan membuat kepala berada pada
sudut yang tepat pada bahu.
7)
Rotasi Eksternal
Terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat, menyebabkan
diameter
bisakromial
sejajar
dengan
diameter
anteroposterior pada pintu bawah panggul.
8)
Pelahiran bahu dan tubuh
Melahirkan bahu dan badan bayi sampai pada ekstremitas
bawah.
g.
Perubahan Psikologik Pada Ibu Bersalin
Perubahan psikologis dan perilaku ibu, terutama yang terjadi
pada fase laten, aktif, dan transisi pada kala I persalinan cukup
spesifik seiring kemajuan persalinan. Berbagai perubahan ini
dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan pada
wanita dan bagaimana ia mengatasi tuntutan terhadap dirinya
yang muncul dari persalinan dan lingkungan tempat ia
bersalin.Selain perubahan yang spesifik, kondisi psikologis
keseluruhan seorang wanita yang sedang menjalani persalinan
sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan
antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
40
persalinan; lingkungan tempat ibu berada; dan apakah bayi yang
dikandungnya merupakan bayi yang diinginkan. Banyak bayi
yang tidak direncanakan, tetapi sebagian besar bayi pada
akhirnya
diinginkan
menjelang
akhir
kehamilan.
Apabila
kehadiran bayi tidak diinginkan, bagaimanapun aspek psikologis
ibu
akan
memengaruhi
perjalanan
persalinan
(Varney,
2008;h.686 ).
h.
Posisi Ibu Dalam Persalinan
Menurut Mochtar, (2012;h.76) posisi ibu dalam persalinan
yaitu :
1)
Posisi litotomi adalah posisi yang paling umum, wanita
berbaring telentang dengan lutut ditekuk, kedua paha
diangkat kesamping kanan dan kiri.
2)
Posisi duduk.
3)
Cara berbaring:
a) Menurut Walcher: ditepi tempat tidur.
b) Menururt Tjeenk- Willink: memakai bantal.
c) Menurut
Jonges:
untuk memperlebar
pintu bawah
panggul.
d) Menurut posisi Sims: posisi miring.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
41
i.
Pemeriksaan Wanita Yang Hendak Bersalin
Menurut Mochtar, (2012;h.76) pemeriksaan wanita yang
hendak bersalin yaitu :
1)
Pemeriksaan umum:
Tekanan darah, nadi, pernapasan, refleks, jantung, paruparu, berat badan, tinggi badan dan sebagainya.
2)
Pemeriksaan status obstetrikus:
Letak dan posisi janin, taksiran berat badan janin, denyut
jantung janin, his, dan sifat-sifatnya.
3)
Pemeriksaan dalam
Adanya masa atau tidak, konsistensi portio, Pembukaan
serviks, turunya kepala, ketuban sudah pecah atau belum,
adakah yang menumbung, terdapat moulage atau tidak,
UUK berada di jam berapa.
4)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan urin protein, dan gula, pemeriksaan golongan
darah, Hb.
5)
Palpasi bagi ibu
Palpasi abdomen, menganjurkan untuk mengosongkan
kandung kemih.
6)
j.
Persiapan semua alat untuk persalinan biasa.
Langkah Asuhan Persalinan Normal
Menurut Prawirohardjo, (2010;h.341-347) langkah asuhan
persalinan normal yaitu :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
42
Melihat tanda gejala kala dua
1)
Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua :
a) Ibu mempunyai keinginan unruk meneran.
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada
rektum atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagiana dan sfingter ani membuka.
Menyiapkan Pertolongan persalinan :
2)
Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial
siap di gunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.
3)
Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4)
Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai atau pribadi yang bersih.
5)
Memakai satu sarung tangan dengan DTT atau steril untuk
semua pemeriksaan dalam.
6)
Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik( dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril)
dan meletakan kembali di partus set/ wadah desinfeksi
tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung
suntik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
43
Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik :
7)
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati.
8)
Dengan
menggunakan
teknik
aseptik,
melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
servik sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9)
Mendekontaminasi
sarung
tangan
dengan
cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kotor ke dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir.
Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan
Meneran :
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman
sesuai dengan keinginanya titi.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorogan
yang kuat untuk meneran.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi :
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm,
letakan
handuk
bersih
diatas
perutibu
untuk
mengeringkan bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
44
15) Meletakkan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah
bokong ibu .
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong kelahiran bayi.
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain,
letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala
bayi.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut,dan hidung bayi
dengan kain atau kassa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan tali pusat.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
Lahir Bahu :
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi ( biparietal).
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya
.dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar
hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah
luar untuk melahirkan bahu posterior.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
45
23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang
ada di atas dan punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir.
Penanganan Bayi Baru Lahir :
25) Menilai bayi dengan cepat.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan
handuk dan biarkan kontak kulit ibu- bayi. Lakukan
penyuntikan oksitosin/IM.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari
pusat bayi.
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan dan memotongna.
29) Mengeringkan bayikani, mengganti handuk yanng basah
dan menyelimuti bayi dengan slimut yang bersih dan kering.
30) Memberikan bayi kepada ibunya untuk memulai pemberian
ASI.
Oksitosin :
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melaukan palpasi
abdomen untuk mengecek untuk memungkinkan adanya
bayi yang kedua.
32) Memberitahu pada ibu bahwa ia akan di suntik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
46
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan
suntikan oksitosin 10 unit/IM.
Penegangan Tali Pusat Terkendali :
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu
untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Mengeluarkan Plasenta :
37) Setelah plasenta lepas lakukan PTT.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang kedua plasenta dengan dua tangan dan denga
hati-hati memutar plasenta sehingga selaput ketuban
terpilin.
Pemijatan Uterus :
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus.
Menilai Perdarahan :
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
47
Melakukan Prosedur Pascapersalinan :
42) Menilaiulang
uterus
dan
memastikannya
berkontraksi
dengan baik.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%.
44) Menempatkan klem tali pusat di desinveksi tingkat tinggi
atau steril atau mengikatkan tali desinveksi tingkat tinggi
dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1cm dari
pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkanya kedalam larutan
klorin 0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam:
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1jam pertama pascapersalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
peralatan yang sesuai untuk panatalaksanaan atonia
uteri.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
48
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan jahitan,
lakukan penjahitan dengan anastesi lokal.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga
bagaimana melakukan
masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap
30 menit selama jam kedua pascapersalinan. Memeriksa
temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
Kebersihan Dan Keamanan :
53) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi(10 menit).
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam
tempat sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinveksi
tingkat tinggi. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI.
57) Mendekontaminasi
daerah
yang
digunakan
untuk
melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas
dengan air bersih.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
49
58) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin
0,5%.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi :
60) Melengkapi partograf.
k.
Komplikasi Dalam Persalinan
Menurut Mochtar, (2012;h.213) kompilkasi dalam persalinan
yaitu :
1)
Distosia Karena Kelainan His (Power)
Distosia Karena Kelainan His (Power) adalah his yang tidak
normal,
baik
kekuatan
maupun
sifatnya,
sehingga
menghambat kelancaran persalinan.
Penanganan : periksa keadaan serviks, presentasi dan porsi
janin, turunya bagian terbawah janin dan keadaan panggul
dan berikan oksitosin drip 5-10 satuan dalam 500 cc, dimulai
dengan 12 tetes per menit, dinaikan setiap 10-15 menit
sampai 40-50 tets per menit. Maksud dari pemberian oksitosin
adalah supaya serviks dapat terbuka.
2)
Distosia karena kelainan jalan lahir.
3)
Partus percobaan
Partus
percobaan
adalah
suatu
penilaian
kemajuam
persalinan, untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya
disproporsi sefalo-pelvik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
50
4)
Distosia serviks
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan karena kelainan
pada serviks uteri.
Penanganan bila setelah pemberian obatobatan seperti
valium dan petidin tidak merubah sifat kekakuan, tindakan kita
adalah melakukan seksio sesarea.
5)
Kelainan pada letak kepala
Adalah bagian terbawah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah, dan UUB sudah
berputar kedepan.
l.
Asuhan kebidanan pada kala I-IV persalinan
menurut Mochtar (2010;h.77-81) yaitu :
1) Kala I
Pekerjaan penolong (bidan) pada kala I adalah mengawasi
wanita inpartu sebaik-baiknya serta menanamkan semangat
kepada wanita tersebut bahwa proses persalinan adalah
fisiologis, tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada
penolong. Pemberian obat
atau tindakan hanya hanya
dilakukan apabila perlu dan ada indikasi. Apabila ketuban
belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalan-jalan.
Jika berbaring sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin.
Jika ketuban sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalanjalan , harus berbaring. Periksa dalam pervaginam dilarang ,
kecuali ada indikasi . pada kala I pembukaan dilarang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
51
mengedan
karena
belum
waktunya
dan
hanya
akan
menghabiskan tenaga ibu.
2) Kala II
Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri, apabila
belum pecah ketuban dipecahkan. His datang lebih sering dan
lebih kuat lalu timbullah his mengedan, penolong telah siap
untuk
memimpin
persalinan.
Jika
terdapat
kemajuan
persalinanpenolong harus menahan perineum dengan tangan
kanan beralaskan kain kasa atau doek steril. Pada primigravida
dianjurkan untuk melakukan episiotomi.
3) Kala III
Segera sesudah anak lahir, anak diurus dan talipusat diklem,
biasanya rahim setelah kelahiran akan mengalami masa
istirahat , dalam masa istirahat itulah peran bidan yaitu :
memeriksa keadaan ibu, TTV, mengawasi perdarahan, mencari
tanda pelepasan plasenta, menyuruh ibu mengedan dan
memberi tekanan pada fundus, uri dan selaput ketuban harus
diperiksa sebaik-baiknya setelah dilahirkan.
4) Kala IV
Ibu yang baru melahirkan , periksa ulang dahulu dan perhatikan
mengenai :kontraksi rahim, perdarahan, kandung kemih, lukaluka jahitan, uri dan selaput ketuban harus lengkap, keadaan
umum ibu dan bayi dalam kedaan baik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
52
3.
Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil (Mochtar,2012;h.87). Masa nifas adalah suatu periode
dalam
minggu-minggu
pertama
setelah
kelahiran
(Williams,2014;h.674). Periode pascapartum atau disebut juga
puerperium adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir dari periode intrapartum) hingga kembalinya
traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil yang berlangsung
selama 6 minggu (Varney,2008;h.958). Masa nifas adalah masa
pulihnya kembali organ-organ reproduksi wanita setelah kelahiran
plasenta dan selaput janin sampai alat- alat kandungan kembali
seperti prahamil.
a.
Periode Masa Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode menurut Mochtar, (2010;h.87)
yaitu:
1)
Puerperium
dini,
yaitu
kepulihan
saat
ibu
telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama
islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
2)
Puerperium intermediet, yaitu kepulihan menyeluruh alatalat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3)
Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
53
atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk
mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu,
bulanan, tahunan.
b.
Involusi Alat-Alat Kandungan
Involusi alat-alat kandungan menurut Mochtar, (2012;h.8788) yaitu:
1)
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi)
hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
2)
Bekas implantasi plasenta mengecil karena kontraksi dan
menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah
2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan
akhirnya pulih.
3)
Luka-luka pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan
sembuh dalam 6-7 hari.
4)
Rasa nyeri yang disebut after pains (merian atau mulasmulas) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung
2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada
ibu mengenai hal tersebut dan jika terlalu mengganggu,
dapat diberikan obat-obat anti nyeri dan anti mulas.
5)
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina dalm masa nifas dibagi dalam beberapa yaitu :
a) Lokia rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo
dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
54
b) Lokia sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi
darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lokia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi
pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lokia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lokia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
f) Lakiostasis: loki tidak lancar keluarnya.
6)
Serviks setelah persalinan, bentuk Serviks agak menganga
seperti corong, berwarna merah kehitaman. Konsistensinya
lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.
Setelah bayi lahir, tangan masih bisa dimasukan ke rongga
rahim, setelah 2 jam, dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah
7 hari, hanya dapat dilalui 1 jari.
7)
Ligamen-ligamen. Ligamen, Vascia dan Diafragma Pelvis
yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir,
secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali.
Akibatnya, tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
Retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.
c.
Aspek Anatonis, Fisiologis, dan Klinis
Menurut
(Williams,
2014;h.674-677)
Aspek
Anatonis,
Fisiologis, dan Klinis dibagi dalam beberapa :
1)
Vagina dan Ostium Vagina
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
55
Epitel Vagina mulai berpoliferasi pada minggu keempat
sampai minggu keenam biasanya bersamaan bersama
kembalinya produksi Estrogen Ovarium. Laserasi atau
peregangan
Perineum
selama
kelahiran
dapat
menyebabkan relaksasi Ostium Vagina.
2)
Uterus
a) Pembuluh Darah
Terdapatnya peningkatan pembuluh darah Uterus masih
yang
penting
untuk
memprtahankan
kehamilan,
dimungkinkan oleh adanya Hipertrofi yang terjadi pada
semua pembuluh Pevis. Setelah pelahiran, diameternya
berkurang kirs-kira keukuran sebelum kehamilan. Pada
Uterus Puerpural, pembuluh darah yang membesar
menjadi tertutup oleh perubahan Hialin, secara perlahan
terabsorbsi kembali, kemudian digantikan oleh yang lebih
kecil. Akan tetapi sedikit sisa-sisa dari pembuluh darah
yang lebih besar tersebut tetap bertahan selama
beberapa tahun.
b) Segmen Serviks dan Uterus bagian bawah
Permukaan Serviks berkontraksi secara perlahan dan
selama beberapa hari setelah persalinan masih sebesar
2 jari. Di akhir minggu pertama, pembukaan ini
menyempit, Serviks menebal dan Kanalis Endoservikalis
kembali terbentuk. Ostium Externum tidak dapat kembali
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
56
seperti sempurna kekeadaan sebelum hamil. Baigian
tersebut tettap agak lebar, dan secara khas, cekungan
dikedua sisi pada tempat Laserasi menjadi permanen.
c) Involusi Uterus
Dua hari setelah pelahiran, Uterus mulai berinvolusi,
pada minggu pertama beratnya sekitar 500 g. Pada
minggu keduan beratnya sekitar 300 g dan telah turun
masuk
kepelvis
sejati.
Sekitar
4
minggu
setelah
pelahiran, Uterus kembali keukuran sebelum hamil yaitu
100 g atau kurang.
3)
Saluran Kemih
Trauma kamdung kemih sangat berhubungan erat dengan
lamanya persalinan dan pada tahap tertentu merupakan
akibat dari pelahiran normal pervaginam. Ureter yang
berdilatasi dan Pelvisrenal kembali kekeadaan sebelum
hamil dalam 2-8 minggu setelah pelahiran.
4)
Peritoneum dan Dinding Abdomen
Ligamentum Latum dan Rotundum memerlukan waktu yang
cukup lama untuk pulih dari peregangan dan pelonggaran
yang terjadi selama kehamilan. Sebagai akibat dari Ruktur
serat elastik pada kulit dan Distensi lama karena hamil,
maka dinding Abdomen tetap lunak dan Flaksid. Beberapa
minggu
dibutuhkan
struktur-struktur
tersebut
menjadi
normal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
57
5)
Penurunan Berat Badan
Disamping
kehilangan
berat
badan
5-6
kg
karena
pengeluaran bayi dan kehilangan darah normal, biasanya
terdapat penurunan lebih lanjut 2-3 kg melalui Diuresis.
d.
Perawatan Pasca Persalinan
Menurut Mochtar, (2012;h.88) perawatan pasca persalinan,
yaitu:
1)
Mobiilisasi : Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus
istirahat,tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan.
Setelahnya, ibu boleh miring-miring kekanan dan kekiri
untuk mencegah terjadinya Trombosis dan Tromboemboli.
Pada hari kedua, ibu diperbolehkan duduk, hari ketiga
berjalan-jalan, dan hari keempat atau kelima sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi tersebut meiliki variasi,
bergantung
pada
komplikasi
persalinan,
nifas,
dan
sembuhnya luka-luka.
2)
Diet : Makanan harus bermutu,bergizi,dan cukup kalori.
Sebaikya, makan-makanan yg mengandung protein,banyak
cairan,sayur-sayuran,buah-buahan.
3)
Miksi : Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri
secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami kesulitan
berkemih karena Sfingteruretra ditekan oleh kepala janin
dan Spasme akibat iritasi Musculus Sfingterani selama
persalinan, juga karena adananya Edema kandung kemih
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
58
yang terjadi selama persalinan. Apabila kandung kemih
penuh dan wanita sulit berkemih, sebaiknya dilakukan
Kateterisasi.
4)
Defekasi : Buang iar besar harus dilakukan 3-4 hari pasca
persalinan. Apabila masih sulit buang air besar dan terjadi
Obstipasi apalagi buang air besar keras dapat diberikan
obat Laksatif Per oral atau Per rektal.
5)
Perewatan Payudara (Mamma) : Perawatan Mamma telah
dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,tidak
keras,dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
Apabila bayi meninggal, Laktasi harus dihentikan dengan
cara pembalutan Mamma sampai tertekan.
6)
Laktasi : Untuk menghadapi masa Laktasi, sejak kehamilan
telah terjadi perubahan-perubah pada kelenjar Mamma
yaitu:
a) Poliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, Alveoli,dan
bertambahnya jaringan lemak.
b) Pengeluaran cairan susu jolong (Kolostrum), yang
berwarna
kuning-putih
susu,
dari
Duktus Laktiferi,
Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam,
Vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
c) Setelah persalinan, pengaruh Sipresi Estrogen dan
Progesteron hilang sehingga timbul pengaruh hormon
Laktogenik (LH) atau Prolaktin yang akan merangsang air
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
59
susu. Disamping itu, pengaruh Oksitosin meyebabkan
Mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu
keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca
persalinan.
e.
Infeksi Kala Nifas
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua
alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan
ketentuan meningkatny
C tanpa
menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua
hari.Sumber terjadinya infeksi kala nifas adalah manipulasi yang
terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam atau penggunaan
alat yang kurang streril. Infeksi juga dapat diperoleh dari rumah
sakit (Nosokomial), hubungan seks menjelang persalinan atau
sudah terdapat infeksi intrapartum : persalinan lama terlantar,
ketuban pecah lebih dari 6 jam, terdapat pusat infeksi dalam
tubuh (fokal infeksi) (Manuaba,2010;h.415).
f.
Faktor Predisposisi Infeksi Kala Nifas
Menurut Manuaba, (2010;h.415) faktor predisposisi infeksi
kala nifasyaitu :
1)
Persalinan berlangsung lama.
2)
Tindakan operasi persalinan.
3)
Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
4)
Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil
melebihi 6 jam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
60
5)
Keadaan yang dpat menurunkan keadaan umum, yaitu
perdarahan Antepartum dan Postpartum, anemia pada saat
kehamilan, malnutrisi, kelelahan, dan ibu hamil dengan
penyakit infeksi.
g.
Gambaran Klinis Infeksi Kala Nifas
Menurut Manuaba, (2010;h.416) gambaran klinis infeksi
masa nifas yaitu :
1)
Infeksi Lokal
a) Pembengkakan luka Episiotomi.
b) Terbentuk Pus.
c) Perubahan warna lokal.
d) Pengeluaran Lokia bercampur nanah.
e) Mobilisasi terbatas karna rasa nyeri.
f) Temperatur badan dapat meningkat.
2)
Infeksi Umum
a) Tampak sakit dan lemah.
C.
b)
c) Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
d) Pernapasan dapat meningkat dan terasa sesak.
e) Kesadarn gelisah sampai menurun dan koma.
f) Terjadi gangguan Involusi Uterus.
g) Lokia berbau dan mengeluarkan Pus serta kotor.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
61
h.
Upaya Menurunkan Infeksi kala Nifas
Pada persalinan normal yang ditolong dengan baik tidak
terlalu sering terjadi infeksi kala nifas. Menurut Manuaba,
(2010;h.416-417) dalam upaya menurunkan infeksi kala nifasn
dpat dilakukan pencegahn sebagai berikut :
1)
Pencegahan pada waktu hamil :
a) Meningkatkan keadaan umum penderita.
b) Mengurangi faktor Predisposisi infeksi kala nifas.
2)
Pencegahan saat persalinan :
a) Mengurangi perlukaan.
b) Merawat perlukaan plasenta sebaik-baiknya.
c) Mencegah terjadinya perdarahan postpartum.
d) Mengurangi melakukan pemeriksaan dalam.
e) Menghindari persalinan yang berlangsung lama.
3)
Pencegahan pada kala nifas
a) Melakukan mobilisasi dini sehingga darah lokia keluar
dengan lancar.
b) Merawat perlukaan dengan baik.
c) Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi
nosokomial.
i.
Abnormalitas Yang Dapat Menyertai Kala Nifas
Menurut Mnuaba, (2010;h.418-420) bahwa Abnormalitas
yang dapat menyertai kala nifas yaitu :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
62
1)
Abnormalitas Rahim
a) Subinvolusi Uteri
Segera setelah persalinan, berat rahim sekitar 1000 g
dan selanjutnya mengalami masa Proteolitik, sehingga
otot rahim menjadi kecil kebentuknya semula. Pada
beberapa keadaan, terjadinya proses Involusi rahim tidak
berjalan sebagai mana mestinya, sehingga proses
pengecilannya terlambat. Keadaan demikian disebut
Subinvolusi Uteri. Penyebab Involusi Uteri adalah infeksi
Endometrium, terdapat sisa Plasenta dan selaputnya,
terdapat bekuan darah, atau Mioma Uteri.
2)
Perdarahan kala nifas sekunder
Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang
terjadi setelah 24 pertama. Kejadiannya tidak terlalu besar,
apalagi dengan makin gencarnya penerimaan gerakan KB.
Penyebab utama perdarahan utama kala nifas sekunder
adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban,
infeksi pada Endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam
bentuk mioma uteri bersama kehamilan dan infersi uteri.
3)
Abnormalitas Payudara
Berbagai variasi puting susu dapat terjadi diantaranya terlalu
kecil, puting susu mendatar, dan puting susu masuk
kedalam. Pengeluaran ASI pun dapat bervariasi seperti tidak
keluar sama sekali (agalaksia), ASI sedikit (oligolaksia),
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
63
terlalu
banyak
(poligalaksia),
dan
pengeluaran
berkepanjangan (galaktoria).
a) Bendungan ASI
Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran
ASI, tidak dikosongkan sekuruhnya. Keluhan yang
muncul adalah Mammae bengkak, keras, dan terasa
panas sampai suhu badan meningkat. Penanganannya
dengan mengosongkan ASI dengan Masase atau pompa,
memberikan
Estradiol
sementara
menghentikan
pembuatan ASI dan pengobatan sintomatis sehingga
keluhan berkunrang.
b) Mastitis dan Abses Payudara
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi payudara
adalah Stavilokokus Aureus yang masuk melalui puting
susu. Infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada
payudara, terjadi pemadatan payudara, dan terjadi
perubahan
warna
kulit.
Infeksi
payudara
dapat
berkelanjutan menjadi Abses dengan kriteria warna kulit
menjadi
merah,
terdapat
rasa
nyeri,
dan
pada
pemeriksaan terdapat pembengkakan, dibawah kulit raba
cairan. Dalam keadaan Abses payudara dapat dilakukan
Insisi
agar
Pus
dapat
dikeluarkan
agar
dapat
mempercepat kesembuhan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
64
j.
Komplikasi Dalam Masa Nifas
Menurut Mochtar, (2012;h.285) komplikasi dalam masa nifas
yaitu :
1)
Sub-involusi uterus
Adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana
berat rahim dari 1000 gr saat setelah bersalin, menjadi 40-60
gr 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu disebut sub-involusi.
2)
Perdarahan nifas sekunder
Yaitu perdarahan yang terjadi setelah lebih dari 24 jam
postpartum dan biasanya terjadi pada minggu kedua nifas.
3)
Flegmasia alba dolens
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua
vena femoralis.
Penanganan : daerah yang terkena diistirahatkan, kaki
ditinggikan dan diberikan obat-obatan, seperti tablet asam
asetilsalisilat dan antibiotika.
4)
Mastitis
Adalah suatau peradangan pada payudara disebabkan
kuman, terutama staphylococcus aureus melalui luka pada
puting susu, atau melalui peredaran darah.
Penanganan : penyusuan bayi dihentikan, kompres dan
pengurutan ringan untuk penyokong payudara bila panas dan
nyeri berikan obat-obat anti panas dan analgetika.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
65
k.
Kunjungan nifas
Menurut
Saifuddin,
(2009;h.123)
paling
sedikit
4
kali
kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi.
Tabel 2.1 kunjungan masa nifas (Saifuddin, 2009;h.123).
Kunjungan
1
Waktu
Tujuan
6-8 jam
a)
setelah
atonia uteri.
persalinan.
b)
Mencegah perdarahan nifas karena
Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan.
c)
Memberikan konseling pada ibu
bagaimana mencegah perdarahan masa
nifas.
d)
Pemberian ASI awal.
e)
Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
f)
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
2
6 hari
setelah
persalinan
a)
Memastikan involusi uterus berjalan
normal.
b)
Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan normal.
c)
Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat.
d)
Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
66
e)
Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat.
3
2 minggu
setelah
Sama seperti diatas (6 hari setelah
persalinan).
persalinan.
4
6 minggu
setelah
persalinan.
a)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
penyulit yang ia atau bayi alami.
b)
Memberikan konseling untuk KB secara
dini.
4. Bayi Baru Lahir
Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram
(Sondakh, 2013;h.150).
a.
Bayi Baru Lahir Normal
Dikatakan Bayi Baru Lahir dikatakan normal jika termasuk
dalam kriteria sebagai berikut menurut Sondakh, (2013;h.150) :
1)
Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.
2)
Panjang badan bayi 48-50 cm.
3)
Lingkar dada bayi 32-34 cm.
4)
Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
5)
Bunyi jantung dalam menit pertama 180kali/menit, kemudian
turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30
menit.
6)
Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80
kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
67
suprasternal
dan
interkostal,
serta
rintihan
hanya
berlangsung 10-15 menit.
7)
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan dilapisi verniks caseosa.
8)
Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala telah baik.
9)
Kuku telah agak panjang dan lemas.
10) Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki)dan labia
mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
11) Refleks hisap, menelan dan moro telah terbentuk.
12) Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24
jam
pertama.
Mekonium
memiliki
karakteristik
hitam
kehijuan dan lengket.
b.
Adaptasi Fisiologis BBL Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus
Konsep mengenai adpatasi bayi baru lahir
menurut
Sondakh, (2013;h.150) adalah sebagai berikut :
1)
Memulai segera pernapasan dan perubahan dalam pola
sirkulasi. Konsep ini merupakan hal yang esensial pada
kehidupan ekstrauterin.
2)
Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal,
hematologi, metabolik, dan sistem neurologis bayi baru lahir
harus berfungsi secara memadai untuk mempertahankan
kehidupan ekstrauteri.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
68
c.
Periode Transisi Pada Bayi Baru Lahir
Menurut Sondakh, (2013;h.150) bahwa periode transisi pada
Bayi Baru Lahir yaitu :
1)
Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6-8 jam
pertama kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi
dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan atau
melahirkan.
2)
Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir),
akan terjadi pernapasan cepat (dapat mencapai 80 kali /
menit) dan pernapasan cuping hidung yang berlangsung
sementara, retraksi serta suara seperti mendengkur dapat
terjadi. Denyut jantung dapat mencapai 180 kali/menit.
Selama beberapa menit kehidupan.
3)
Setelah respon awal ini, Bayi Baru Lahir ini akan menjadi
tenang, relaks, dan jatuh tertidur. Tidur pertama ini (dikenal
sebagai fase tidur) terjadi dalam 2 jam setelah kelahiran dan
berlangsung selama beberaa menit sampai beberapa jam.
4)
Periode kedua reaktivitas, dimulai ketika bayi bangun,
ditandai dengan respon berlebihan terhadap stimulus,
perubahan warna kulit dan merah muda menjadi agak
sianosis dan denyut jantung cepat.
5)
Lendir mulut dapat menyebabkan masalah yang bermakna,
misalnya tersedak/ aspirasi, tercekik dan batuk.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
69
d.
Adaptasi Pernapasan
Adaptasi pernapasan menurut Sondakh, (2013;h.151) yaitu :
1)
Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan
kimia.
2)
Faktor-faktor fisik, meliputi usaha yang diperlukan untuk
mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang
kolaps (misalnya, perubahan dalam gradien tekanan).
3)
Faktor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi cahaya, suara,
dan penurunan suhu.
4)
Faktor-faktor
kimia,
meliputi
perubahan
dalm
darah
(misalnya, penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar
karbondioksida, dan penurunan Ph) sebagai akibat asfiksiasementara selama kelahiran.
a) Frekuensi pernapasan bayi baru lahir bersikar 30-60
kali/menit.
b) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan
muntah, terutama selama 12-18 jam pertama.
c) Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung.
Respon refleks terhadap obstruksi nasal dan membuka
mulut untuk mempertahankan jalan napas tidak ada pada
sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam
waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul
sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf pusat dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
70
perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya.
Semua
ini
menyebabkan
perangsangan
pusat
pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan
tersebut untuk menggerakkan diafragma, serat otot-otot
pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada
saat melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan paruparu
kehilangan
1/3
dari
caiaran
yang
terdapat
didalamnya, sehingga tersisa 80-100 ml. Setelah bayi
lahir, cairan yang hilang tersebut akan diganti dengan
udara.
e.
Adaptasi kardiovaskuler
Menurut Sondakh, (2013;h.151-152) adaptasi kardiovaskuler
pad bayi baru lahir yaitu :
1)
Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir.
Beberapa perubahan terjadi dengan cepat, dan sebagian
lagi terjadi seiring dengan waktu.
2)
Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis
(pada tangan, kaki, dan sekitar mulut).
3)
Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan
100 kali/menit saat tidur.
4)
Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi
sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi. Dengan
berkembangnya
paru-paru,
pada
alveoli
akan
terjadi
peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
71
dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan
terjadinya penurunan resistansi pembuluh darah dari arteri
pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus
tertutup. Setelah tali pusat dipotong, aliran darah dari
plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup.
f.
Perubahan termoregulasi dan metabolik
Menurut
Sondakh,
(2013;h.152-153)
Perubahan
termoregulasi dan metabolik pada bayi baru lahir yaitu :
1)
Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena
lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan pada
uterus.
2)
Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan
kulit
yang
besar
dibandingkan
dengan
berat
badan
menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada
lingkungan.
3)
Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin
terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
4)
Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam
hubunganya dengan asidosis metabolik dapat bersifat
mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.
Sesaat sesudah bayi lahir, ia akan berada ditempat yang
suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam
keadaan basah. Bila bayi dibiarkan dalm suhu kamar 25C,
maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
72
konveksi,
konduksi,
dan
radiasi
sebanyak
200
kalori/kg/BB/menit. Sementara itu, pembentukan panas yang
dapat
diproduksi
hanya
sepersepuluh
daripada
yang
tersebut diatas dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan
menyebabkan penururnan suhu tubuh.
g.
Adaptasi Neurologis
Adaptasi Neurologis pada bayi baru lahir menurut Sondakh,
(2013;h.153-154) yaitu :
1)
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis
belum berkembang sempurna.
2)
Bayi
baru
lahir
menunjukkan
gerakan-gerakan
tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang
buruk, mudah terkejut dan tremor pada ekstremitas.
3)
Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh,
perilaku yang lebih kompleks (misalnya: kontrol kepala,
tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang.
4)
Reflek
bayi
baru
lahir
merupakan
indikator
penting
perkembangan normal.
h.
Adaptasi Gastrointestinal
Adaptasi Gastrointestinal pada bayi baru lahir menurut
(Sondakh, 2013;h.155-156) yaitu :
1)
Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong
kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
73
2)
Perkembangan otot dan reflek yang paling penting untuk
menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.
3)
Pencernaan
protein
dan
karbohidrat
telah
tercapai;
pencernaan dan absorbsi lemak kurang baik karena tidak
adekuatnya enzim-enzim pankreas dan lipase.
4)
Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai
bayi berusia 3 bulan.
5)
Pengeluaran mekonium.
kehijauan,
lengket,
dan
Yaitu feses
mengandung
berwarna
darah
hitam
samar,
diekskresikan dalam 24 jam 90% bayi baru lahir yang
normal.
6)
Variasi besar terjadi diantara bayi baru lahir tentang minat
terhadap makanan, gejala-gejala lapar, dan jumlah makanan
yang ditelan pada setiap kali pemberian makanan.
7)
Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan
pada payudara, sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk
menyusu secara efektif.
8)
Gerakan acak tangan ke mulut dan menghisap jari telah
diamati didalam uterus; tindakan-tindakan ini berkembang
baik pada saat lahir dan diperkuat dengan rasa lapar.
Oleh karena kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 ml akan
menurun menjadi 50 mg/100 ml dalam waktu 2 jam setelah
lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jamjam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
74
asam lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120 mg/
100 ml. Bila perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat
atau adanya ganggunan metabolisme asam lemak yang
tidak
dapat
memenuhi
kebutuhan
neonatus,
maka
kemungkinan besar bayi mengalami hipoglikenia.
i.
Adaptasi Ginjal
Adaptasi Ginjal pada bayi baru lahir menurut menurut
Sondakh, (2013;h.156) yaitu :
1)
Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir
disebabkan oleh tidak ada kuatnya area permukaan kapiler
glomerulus.
2)
Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir
yang normal, tetai menghambat kapasitas bayi untuk
berespons terhadap stresor.
3)
Penurunan kemampuan untuk
obatan
dan
kehilangan
mengekskresikan obat-
cairan
yang
berlebihan
mengakibatka asidosis dan ketidak seimbangan cairan.
4)
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam
pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari
pertama, setelah itu, mereka berkemih 5-20 kali dalam 24
jam.
5)
Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat; noda
kemerahan (debu batu bata) dapat diamati pada popok
karena kristal asam urat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
75
j.
Adaptasi Hati
Adaptasi Hati pada bayi baru lahir menurut menurut
Sondakh, (2013;h.156-157) yaitu :
1)
Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah
lahir, hati terus membantu pembentukan darah.
2)
Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang
esensial untuk pembekuan darah.
3)
Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai
5 bulan kehidupan ekstra uterin;pada saat ini, bayi baru lahir
menjadi rentan terhadap devisiensi zat besi.
4)
Hati juga mengontrol jumlah bilirbin tak terkonjugasi yang
bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan
bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
5)
Bilirubin tak
terkonjugasi dapat
meninggalkan sistem
vaskular dan menembus jaringan exkstra vaskular lainnya
(misalnya;
kulit,sklera,dan
membran
mukosaoral)
mengakibatkan warna kuning yang disebut ikterus.
6)
Pada stres dingin yang lama, glikolisis anaerobik terjadi
karena yang mengakibatkan peningkatan produksi asam.
Asidosis metabolit terjadi dan jika terdapat devekfungsi
pernapasan, asidosis respiratorik dapat terjadi.
7)
Asam lemak yang berlebihan menggeser bilirubin dari
tempat-tempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar
bilirubin tidak berikatan yang bersirkulasi mengakibatkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
76
peningkatan risiko kern-ikterus bahkan pada kadar bilirubin
serum 10 mg/dl atau kurang.
k.
Adaptasi Imun
Adaptasi imun pada bayi baru lahir menurut menurut
Sondakh, (2013;h.157) yaitu :
1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang
dipintu masuk.
2)
Imaturitas
jumlah
sistem
pelindung
secara
signifikan
meningkatkan risiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
a) Respon inflamasi berkurang, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
b) Fagositosis lambat.
c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin
belum berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu.
d) Imunuglubulin A hilang dari saluran pernapasan dan
perkemihan. Kecuali bayi tersebut menyusu ASI.
l.
Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Menurut Varney, (2008;h.915-919) Pemeriksaan bayi baru
lahir yang lengkap terdiri dari 3 bagian yaitu :
1)
Riwayat bayi baru lahir
Riwat bayi baru lahir dikumpulkan melalui tinjauan bagan
dan wawancara dengan ibu dan (jika mungkin) ayah baru
lahir. Ketika informasi dikumpilkan, bidan membuat daftar
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
77
tentang area persoalan termasuk faktor lingkungan, genetik,
sosial, medis maternal, perinatal, dan neonatus.
a) Faktor lingkungan dan genetik
Faktor lingkungan yang mempengaruhi bayi baru lahir
dapat meliputi pemajanan pranatal terhadap materi yang
berbahaya di tempat kerja ibu, misalnya, sinar-x, radiasi
lain, bahan pelarut, agens infeksius, uap/asap, atau gas.
b) Riwayat genetik
Riwayat genetik harus meliputi informasi tentang anggota
keluarga yang
hidup atau telah meninggal,
yang
mengalami cacat fisik atau mental, dan/atau penyakit
yang diwariskan.
c) Faktor sosial
Riwayat sosial meliputi tentang tempat tinggal ibu,pola
pearawatan pranatal,dan status sosio ekonomi.
d) Faktor perinatal dan medis ibu
Bidan harus mencatat usia ibu, periode menstruasi
terakhir, dan erkiraan waktu pelahiran. Jumlah kunjungan
pranatal dicatat bersama setiap masalah pranatal yang
ada. Semua hasil laboratorium dan pengujian pranatal
termasuk laboran USG harus ditinjau.
e) Faktor neonatus
Data yang berharga dari periode neonatus dini meliputi
nilai apgar pada menit pertama dan kelima.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
78
3)
Pengkajian usia gestasi
Usia gestasi bayi baru lahir yang dapat ditentukan adalah
sampai 20 minggu. Bayi baru lahir prematur harus dikaji
segera setelah lahir karena terjadi perubahan yang cepat
pada kulit dan keseluruhan pada mereka. Prosedur yang
tepat selama pengkajian maturiitas fisik :
a) Cek lanugo pada punggung dengan pencahayaan
langsung sehingga pandangan menjadi jelas.
b) Palpasi seluruh pina telinga untuk mengetahui adanya
kartilago.
c) Palpasi untuk mengkaji jaringan payudara secara akurat.
4)
Pemeriiksaan fisik bayi baru lahir
Selama pemeriksaan bayi baru lahir, bidan menggunakan
empat
teknik
dasar
pemeriksaan
fisik
:
inspeksi,papasi,auskultasi,dan perkusi. Pemeriksaan yang
lengkap
menggunakan
jenis
evaluasi
:
antropometri,
evaluasi sistem organ, dan evaluasi neurologis.
m. Perlindungan Termal (termoregulasi)
Perlindungan Termal (termoregulasi) pada bayi baaru lahir
menurut Sondakh, (2013;h.157) yaitu :
1)
Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak
antara kulit bayi dengan kulit ibu.
2)
Gantilah handuk/ kain yang basah dan bungkus bayi
tersebut dengan selimut, serta jangan lupa memastikan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
79
bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk mencegah
keluarnya panas tubuuh. Pastikan bayi tetap hangat.
3)
Mempertahankan lingkungan termal netral
a) Letakkan bayi dibawah alat penghangat pancaran
dengan menggunakan sensor kulit untuk memantau suhu
sesuai kebutuhan.
b) Tunda memandikan bayi sampai suhu bayi stabil.
c) Pasang
penutup
kepala
rajutan
untuk
mencegah
kehilangan panas dari kepala bayi.
n.
Pemeliharaan pernapasan
Mempertahankan terbentuknya jalan napas. Sediakan
balon pengisap dari karet di tempat tidur bayi untuk mengisap
lendir atau ASI dari mulut dengan cepat dalam upaya
mempertahankan
jalan
napas
yang
bersih.
(Sondakh,
2013;h.157-158).
o.
Pemotongan Talipusat
Pemotongan
dan
pengikatan
talipusat
merupakan
pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi. Pemotongan
sampai denyut nadi talipusat berhentidapat dilakukan pada bayi
normal. Sedangkan pada bayi gawat napas dapat dilakukan
pemotongan talipusat secepat mungkin agar dapat dilakukan
resusitasi sebaik-baiknya. (Sondakh, 2013;h.158).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
80
p.
Penilaian APGAR
Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah
lahir dengan menggunakannilai APGAR. Penilaian berikutnya
dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh. Penilaian ini perlu
untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
Tabel 2.2 penilaian keadaan umum bayi berdasarkan nilai APGAR
(Sondakh,2013;h.158).
Indikator
Appearance
(warna kulit
0
Pucat
1
Badan merah
ekstremitas biru
Pulse
rate
(frekuensi nadi)
Grimace (reaksi
rangsang
Activity (tonus
otot)
Tidak ada
Respiration
(pernapasan)
Tidak ada
Kurang
dari
100
Sedikit gerakan
mimik
Ekstremitas
dalam
sedikit
fleksi
Lemah/tidak
teratur
Tidak ada
Tidak ada
2
Seluruh
tubuh
kemerahmerahan
Lebih dari 100
Batuk/bersin
Gerakan aktif
Baik/menangis
Setiap variabel diberi nilai 0, 1, 2 sehingga nilai tertinggi adalah
10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi
berada dalam kondisi baik. Nilai 4-6 menunjukkan adanya
depresi sedang dan membutuhkan beberapa jenis tindakan
resusitasi. Bayi dengan nilai 0-3 menunjukkan depresi serius dan
membutuhkan resusitasi segera dan mungkin memerlukan
ventilasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
81
q.
Komplikasi Neonatus
Menurut Mochtar, (2012;h.289) komplikasi neonatus yaitu :
1)
Asfiksia
Adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak
segera bernafas secara sepontan dan teratur setelah
dilahirkan.
Penanganan : jangan dibiarkan bayi kedinginan, lakukan
resusitasi.
2)
Penyakit dan trauma pada bayi baru lahir
a) Respiratory distress syindrom.
b) Gangguan retina.
c) Sevalo hematoma.
d) Perdarahan sub-abneorotik.
3)
Kelainan kongenital
Adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak
konsepsi dan selama dalam kandungan.
r.
4)
Infeksi neonatus.
5)
BBLR.
Kunjungan Bayi Baru Lahir
Menurut Buku Saku, (2013;h.56) terdapat minimal tiga kali
kunjungan ulang bayi baru lahir yaitu :
1)
Pada usia 6-48 jam.
2)
Pada usia 3-7 hari.
3)
Pada usia 8-28 hari.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
82
Lakukan pemeriksaan fisik, timbang berat badan, periksa
suhu, dan kebiasaan makan bayi. Periksa tanda bahaya :
1)
Tidak mau minum atau memuntahkan semua.
2)
Kejang.
3)
Bergerak hanya jika dirangsang.
4)
Nafas cepat (> 60 kali/menit).
5)
Nafas lambat (< 30 kali/menit).
6)
Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat.
7)
Merintih.
8)
Teraba deman.
9)
Teraba dingin.
10) Nanah yang banyak dimata.
11) Pusar kemeraha meluas kedinding perut.
12) Diare.
13) Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki
14) Perdarahan.
Periksa tanda-tanda infeksi kulit superfisial, seperti nanah keluar
dan umbilikus kemerahan disekitar umbilikus, adanya lebih dari 10
pustula dikulit, pembengkakan, kemerahan, pengerasan kulit. Bila
terdapat .tanda bahaya atau infeksi, rujuk bayi ke fasilitas
kesehatan.
5. Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
83
dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun
menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan
kehamilan
dan
perencanaan
keluarga.
(Sulistiyawati,2013;h.12). KB adalah upaya untuk peningkatan
kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia
sejahtera
(Undang-Undang
NO.
10/1992)
dalm
Sulistiyawati, (2013;h.12). KB adalah tindakan yang membantu
individu/pasutri
untuk
mendapatkan
objektif-objektif
tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang
diinginkan, mengatur
interval diantara
kehamilan,
dan
menentukan jumlah anak dalm keluarga. WHO (Expert Committe,
1970) dalm Sulistiyawati (,2013;h.12 )
a.
Metode Keluarga Berencana Alami
Menurut
Varney
(2010;h.424-430)
metode
Keluarga
Berencana Alami yaitu :
1)
Metode Kalender (Metode Ritmik)
Metode Kalender hanya dapat memprediksikapan masa
subur
wanita
dalam
siklus
menstruasinya
sehingga
kemungkinan besar bisa hamil. Perkiraan ini didasarkan
pada waktu ovulasi seperti yang ditetapkan berdasarkan
penghitungan
kalender , yang dibuat dari riwayat
menstruasi selama 8 sampai 12 siklus menstruasi. Individu
wanita tetap harus mencatat siklus menstruasinya untuk
mengidentifikasi siklus
terlama dan terpendek sehingga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
84
semua kemungkinan hari-hari subur dapat ditentukan.
Penghitungan yang digunakan saat ini memiliki faktor
variasi ± 2 hari disekitar 14 hari sebelum awitan masa
menstruasi berikutnya, dua sampai tiga hari bagi sperma
untuk dapat bertahan hidup, dan satu hari (24 jam) bagi
ovum untuk bertahan hidup sehingga jumlah keseluruhan
masa subur adalah 9 hari.
Individu wanita dapat mengurangi 20 hari dari panjang
siklus terpendeknya untuk menentukan masa subur yang
pertama dan 10 hari dari lama siklus menstruasi terpanjang
untuk
menentukan
masa
subur
nya
yang
terakhir.
Pasangan kemudian tidak melakukan hubungan seksual
selama
masa
subur
yang
telah
diperkirakan
guna
mencegah konsepsi.
2)
Metode Ovulasi (Metode Lendir Serviks)
Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap
perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi
yang
menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu
fertilitas maksimal dalam masa subur. Wanita akan
diajarkan tentang cara mengenali perubahan karakteristik
lendir serviks dan dalam pola sensasi di vulva (kebasahan;
perasaan banyak cairan; kering) selama siklus. Wanita
akan merasakan sensasi pada vulva dan keberadaan lendir
sepanjang hari ketika ia melakukan aktivitas hariannya. Ia
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
85
akan mencatat hasil pengamatannya sebelum hari berakhir.
Selama pencatatan siklus yang pertama, wanita tidak boleh
melakukan hubungan seksual agar familier terhadap
sensasi adanya lendir. Kemudian ia harus membedakan
adanya lendir serviks dari cairan semen, pelumas seksual
yang normal, dan rabas vagina. Wanita tidak boleh
melakukan penyemprotan untuk membersihkan vagina
karena tindakn tersebut dapat menghilangkan cairan
vagina.
3)
Metode Suhu Basal Tubuh
Wanita harus mencatat suhu tubuhnya setiap hari pada
waktu yang sama setiap hari, bila memungkinkan, dan
setelah 5-6 jam tidur tanpa gangguan. Karena aktifitas
dapat meningkatkan suhu basal tubuh wanita harus
mengukur suhu tubuh saat bangun tidur dan sebelum
melakukan kegiatan.
4)
Metode Aminore Laktasi
Kemungkinan
digunnakan
di
beeberapa
negara
berkembang jauh sebelum penelitian berkembang jauh
sebelum penelitian menginformasikan bahwa kehamilan
jarang terjadi selama 6 bulan pertama setalah melahirkan
diantara wanita menyusui dan wanita yang memberi
bayinya ASI ditamah susu botol. Ovulasi dapat dihambat
oleh kadar prolaktin yang tinggi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
86
b.
Metode Kontrasepsi Nonhormon
Menurut Varney, (2010;h.432-447) metode kontrasepsi
nonhormon yaitu :
1)
Sediaan spermisida.
2)
Jell dan Krim.
3)
Busa Aerosol.
4)
Supositoria.
5)
Spons Kontrasepsi Vagina.
6)
Vaginal Contraceptive Film (VCF).
7)
Tablet Busa Vagina.
8)
Spons dan Foam.
9)
Kondom.
10) Diafragma.
11) Cervical cup.
c.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Menurut Varney, (2010;h.449-451) Alat kontrasepsi ini
menggunakan berbagai bahan dengan bentuk beragam.
Biasanya bahan dasar alat kontrasepsi tersebut adalah
polietilen, suatu plastik elastis. AKDR memiliki sambungan ke
serviks berupa utaian benang.
1)
Kontraindikasi
a) Kehamilan
(1) Dipastikan.
(2) Dicurigai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
87
(3) Kemungkinan.
b) Penyakit inflamasi pelvik.
c) Karsinoma serviks.
d) Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung.
f) Keberadaan mioma, malformasi kongenital, atau anomali
perkembangan yang dapatmempengaruhi rongga uterus.
g) Diketahui atau dicurigai alergi terhadap tembaga atau
penyakit wilson.
h) Ukuran uterus yang tidak sesuai dengan ketentuan.
2)
Efek samping
Efek samping berikutmerupakan keadaan yang umum
terjadi pada saat penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim:
a) Simkopvasovagal saat pemasangan AKDR.
b) Bercak
darah
dan
kram
abdomen
saat
setelah
pemasangan AKDR.
c) Kram, nyeri punggung bagian bawah, atau kedua
keadaan tersebut terjadi bersamaan selama beberapa
hari setelah pemasangan AKDR.
d) Nyeri berat yang berlanjut akibat kram uterus.
e) Dismenorea, terutama yang terjadi selama 1-3 bulan
pertama setelah pemasangan AKDR.
f) Perubahan atau gangguan menstruasi.
g) Perdarahan berat atau berkepanjangan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
88
3)
Waktu pemasangan AKDR
Bidan harus merasa yakin bahwa klien tidak hamil dan klien
tidak terkena infeksi vagina atau uterus saat akan
memasang
AKDR
selama
klien
mengalami
periode
menstruasinya. Melakukan pemasangan AKDR selama
masa menstruasi akan menghilangkan risiko pemasangan
AKDR kedalam uterus yang kemungkinan dalam keadaan
hamil.
d.
Kontrasepsi Hormon
Menurut
Varney,
(2010;h.462)
Kontrasepsi
hormonal
tersedia dalam jumlah bentuk yang berbeda :
1)
Pil
a) Kombinasi
Mekanisme kerja pil merupakan kerja estrogen dan kerja
progestin. Saat ini tersedia 3 variasi pil kommbinasi :
(1) Monofasik : jumlah dan tipe estrogen dan progestin
yang dimakan sama setiap hari selama 20 atau 21
hari diikuti dengan tidak meminum obat hormonal
selama 7 hari.
(2) Bifasik : dosis dan jenis estrogen yang digunakan
tetap kontan dan jenis progestin tetap sma, tetapi
kadar progestin berubah antara minggu pertama dan
minggu kedua pada siklus pil 21 hari yang diikuti
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
89
dengan tidak meminum obat hormonal selama 7
hari.
(3) Trifasik : jenis estrogen tetap sama, tetapi kadarnya
tetap konstan atau dapat berubah sesuai kadar
progestin; jenis progestin tetap sama, tetapi memiliki
3 kadar yang berbeda selama siklus pil 21 hari, yang
diikuti dengan tidak meminum obat hormonal selama
7 hari.
b) Hanya berisi progestin
Pil progestin saja memliki kandungan dosis progestin
yang rendah. Pil ini harus diminum setiap hari pada
waktu
yang
sam.
Mekanisme
kerjanya
terutama
bertujuan menciptakan lingkungan lendir serviks yang
lembab dan tidak bisa dimasuki oleh sperma. Keadaan
ini
juga
menekan
ovulasi
dan
menyebabkan
endommetrium menjadi tipis dan atrofi sehingga tidak
akan mendukung implantasi sel telur. Keefektifan pil
progestin ini bergantung pada kemauan klien menaati
dengan ketat program minum pil pada waktu yang sama
setiap hari mengingat kadar progestin serum untuk pil
akan hilang dalam 24 jam.
(1) Kontra indikasi
(a) Kehamilann (diketahui atau dicurigai).
(b) Karsinoma payudara.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
90
(c) Perdarahan geneteria abnormal yang tidak
terdianoksis.
(d) Tumor hati.
(e) Penyakit hati akut.
2)
Kontrasepsi darurat
Sifat segera pada penggunaan kontrasepsi pasca koetus
darurat membuat berbeda dari metode kontrasepsi lain.
Dua produk pil kontrasepsi darurat yang beredar dipasaran
adalah preven dan plan B.
3)
Suntikan
Kontra indikasi dari penggunaan kontrasepsi suntikan
hormon :
a) Kehamilan (diketahui atau dicurigai).
b) Riwayat kangker payudara.
c) Perdarahan genitalia yang tidak diketahui asal mulanya.
d) Riwayat stroke atau penyakit tromboembolit.
e) Riwayat gagal atau penyakit hati.
f) Hipersensitifitas terhadap depo-provera.
4)
Implan
Semua sistem implan hanya memiliki kandungan progestin
kontra indikasi :
a) Kehamilan (diketahui atau dicurigai).
b) Perdarahan genitalia abnormal yang tidak diketahui
penyebabnya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
91
c) Trombo flebitis aktif atau ganggunan trombo embolisme.
d) Penyakit hati akut.
e) Kangker payudara yang tidak diketahui atau dicurigai.
5)
Cincin dalam vagina
Efek sampingnya nyeri kepala, leukorea, mual, peningkatan
berat badan dan kejadian yang berkaintan dengan alat
seperti ada benda asing, masalah dengan koitus, dan alat
terlepas secara spontan.
6)
Koyo kontrasepsi transdermal
Koyo kontrasepsi dapat digunakan selama 7 hari dalam 3
minggu atau 21 hari berturut-turut.
e.
Daftar Tilik Penapisan Klien
1)
Tabel 2.3 daftar tilik penapisan klien. Nonoperatif (Affandi, 2012;h.U10)
Metode Hormonal (pil kombinasi, pil progestin,
YA
TIDAK
suntikan dan susuk).
Apakah hari pertama Haid terakhir 7 hari yang
lalu atau lebih.
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6
minggu pasca persalinan.
Apakah
mengalami
perdarahan/perdarahan
bercak antara haid setelah sanggama.
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata.
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau
gangguan visual.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
92
Apakah pernah nyeri hebat pada betis,paha
atau dada atau tungkai bengkak (edema).
Apakah pernah tekanan darah diatas 160
mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik).
Apakah ada massa atau benjolan pada
payudara.
Apakah sedang ,minum obat-obatan anti
kejang.
AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan
progrestin).
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang
lalu.
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai
pasangan seks lain.
Jika semua keadaan diatas ad
“
”
c
adanya kehamilan,maka dapat diteruskan dengan konseling
o
. B
o
y
y
“y ”,
dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.
2)
Tabel 2.4 Daftar Tilik penapisan Klien Metode Operasi (Tubektomi)
(Affandi, 2012;h.U-11).
Keadaan Klien
Dapat
dilakukan
pada
Dilakukan di fasilitas rujukan
fasilitas rawat jalan
Keadaan
anamnesis
umum
(
dan
pemeriksaan fisik).
Keadaan umum baik, tidak
Diabetes
ada
riwayat
tanda-tanda
penyakit
jantung, paru, atau ginjal.
tidak
pembekuan
terkontrol,
gangguan
darah,
ada
tanda-tanda penyakit jatung,
paru , atau ginjal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
93
Keadaan emosional.
Tenang.
Cemas, takut.
Tekanan darah.
< 160/1100 mmHg.
>160/100 mmHg.
Berat badan.
35-85 kg.
>85 kh;<35 kg.
Bekas seksio sesarea(tanpa
Oprasi up domain lainya,
perlekatan).
perlekatan
Riwayat
operasi
abdomain/panggul.
atau
terdapat
kelainan pada pemeriksaan
panggul.
Riwayat
radang
Pemeriksaan dalam normal.
panggul,hamil
Pemeriksaan
dalam
ada
kelainan.
ektopik, apendisitis.
Anemia.
3)
Hb >8 g%.
Hb <8g%.
Tabel 2.5 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Operasi (Vasektomi)
(Affandi, 2012;h.U-11).
Keadaan Klien
Dapat dilakukan
Dilakukan
pada
fasilitas rujukan
fasilitas
pada
rawat jalan
Keadaan
(anamnesa
umum
Keadaan umum
Diabetes
dan
baik, tidak ada
terkontrol,
tanda-tanda
riwayat
penyakit jatung,
gangguan
paru, atau ginjal.
pembekuan
pemeriksaan fisik).
tidak
darah,
ada
tanda-tanda
penyakit
jatung,
paru , atau ginjal.
Keadaan
Tenang.
Cemas, takut.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
94
emosional.
Tekanan darah.
,<160/100
>160/100 mmHg.
mmHg.
Infeksi
atau
Normal.
Tanda-tanda
kelainan
infeksi atau ada
skrotum/inguinal.
kelainan.
Anemia.
Hb >8 g%.
Hb < 8 g %.
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
1. Asuhan kebidanan dengan cara 7 langkah Varney
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan
lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Manajemen
asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang
digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan secara
sistematis, mulai dari mengumpulkan data, menganalisis data,
menegakkan diagnosis kebidanan, menyusun rencana asuhan,
melaksanakan
rencana
asuhan,
mengevaluasi
keefektifan
pelaksanaan rencana asuhan, dan mendokumentasikan asuhan.
Langkah-langkah manajemen kebidanan
merupakan suatu
proses penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis di
dalam mengantipasi masalah. Manajemen kebidanan menurut varney
ada 7 langkah, yaitu:
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
95
Kegiatan
yang
dilakukan
adalah
pengkajian
dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien
secara lengkap. data yang dikumpulkan antara lain:
1)
Keluhan klien
2)
Riwayat kesehatan klien
3)
Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
4)
Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
5)
Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan
semuai nformasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan
data dasar awal secara lengkap.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua
data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau
masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup
praktik kebidanan, perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien
ditemukan dari hasil pengkajian.
Langkah III: Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Mengidentifikasi
berdasarkan
masalah
rangkaian
atau
diagnosis
diagnosis
dan
masalah
potensial
yang
lain
sudah
terindentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan
antisipasi agar diagnosis atau masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu,
bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis atau masalah tersebut
benar-benar terjadi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
96
Langkah
IV:
Identifikasi
Kebutuhan
yang
Memerlukan
Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada kemungkinan, data
yang diperoleh memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh
bidan, sementara kondisi yang lain masih bias menunggu beberapa
waktu lagi.
Langkah V: Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh
Direncanakan
asuhan
yang
menyeluruh
yang
ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga
dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan
konseling dan apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan yang
direncanakan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan
pasien.
Langkah VI: Pelaksanaan
Melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah
ke-5 secara aman dan efisien. Kegiatan ini bias dilakukan oleh bidan
atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan
sendiri, bidan tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. Dalam situasi ini, bidan harus berkolaborasi dengan
tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan harus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
97
bertanggungjawab
atas
terlaksananya
rencana
asuhan
yang
menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.
Langkah VII: Evaluasi
Dilakukan oleh bidan adalah:
1)
Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,
yang mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah
sudah benar-benar terlaksana atau penuhi sesuai dengan
kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan
diagnosis.
2)
Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif
(Mangkuji, Betty. 2012. h: 2-6).
1. Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan cara SOAP.
Pendokumentasian
hasil
pemeriksaan
fisik
klien,
hasil
pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnosik lain. Informasi dari
keluarga Menurut Mangkuji, (2013;h.8) pendokumentasian asuhan
kebidanan dengan cara SOAPIE, yaitu:
a.
Subyektif
Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis. Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien (ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
98
b.
Obyektif
Pendokumentasian
hasil
pemeriksaan
fisik
klien,
hasil
pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lain. Informasi
dari keluarga atau orang lain.
c.
Assesment
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan)
data subyektif dan data obyektif.
d.
Planning
Pendokumentasian tindakan dan evaluasi meliputi: asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling dan
tindakan lanjut.
e.
Implementasi
Pelaksanaan dari planing atau perencanaan yang sudah
dibuat sebelumnya.
f.
Evaluasi
Penilaian
atau
koreksi
mengenai
perencanaan
dan
pelaksanaan yang telah dilakukan.
C. Aspek Hukum
1. Peraturan Mentri Kesehatan Bidan tahun 2010
a.
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meluputi :
1)
Pelayanan kesehatan ibu.
2)
Pelayanan kesehatan anak, dan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
99
3)
b.
Pelayanan kesehatan perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 10
1)
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana yang dimaksud dalam
pasal 9 huruf a diberikan pada masa prahamil, kehamilan,
masa persalinan, masa nifas, masa menyesui, dan masa
antara dua kehamilan.
2)
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a) Pelayanan konseling pada masa prahamil.
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.
c) Pelayanan persalinan normal.
d) Pelayanan ibu nifas normal.
e) Pelayanan ibu menyususi.
f) Pelayanan konseling pada masa dua kehamilan.
3)
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berwenang untuk :
a) Episiotomi.
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan tingkat II.
c) Penanganan
kegawatdaruratan,
dilanjutkan
dengan
perujukan.
d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.
e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI
ekslusif.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
100
g) Pemberian uterutonika pada manajemen aktif kala tiga dan
pospartum.
h) Penyuluhan dan konseling.
i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil.
j) Pemberian surat keterangan kematian.
k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
c.
Pasal 11
1)
Pelayanan kesehatan anak sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi,
anak balita, dan anak prasekolah.
2)
Bidan
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan
anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
a) Melakukan asuhan pada bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hepotermi, inisiasi menyusui dini,
injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa
neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.
b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
menrujuk.
c) Penanganan
kegawatdaruratan,
dilanjutkan
dengan
perujukan.
d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah.
f) Pemberian konseling dan penyuluhan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
101
g) Pemberian surat keterangan kelahiran.
h) Pemberian surat keterangan kematian.
d.
Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf c, berweanang untuk :
1)
Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencan.
2)
e.
Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
pasal 13
1)
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10,
pasal 11, dan pasal 12, bidan yang menjalankan program
pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan
meliputi :
a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi
dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi
bawah kulit.
b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
penyakit kronis tertentu dilakukan dibawah supervisi dokter.
c) Penanganan bayi dan balita sakit sesuai pedoaman yang
ditetapkan.
d) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja,
dan
penyehatan
lingkungan,
pemantauan
tumbuh
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
102
kembang bayi, anak balita,anak prasekolah dan anak
sekolah.
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak
prasekolah, dan anak sekolah.
f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.
g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan
penyuluhan terhadap infeksi menular seksual (IMS)
termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya.
h) Pencegahan penyalah gunaan narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan
edukasi dan
i)
Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program
pemerintah.
2)
Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal
terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit dan
pelaksanaan
deteksi
dini,
merujuk,
dan
memberikan
penyuluhan terhadap infeksi menular seksual (IMS) dan
penyakit
lainnya,
seta
pencegahan
penyalah
gunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) hanya
dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih untuk itu.
f.
Pasal 20
1)
Dalam
melakukan
tugasnya
bidan
wajib
melakukan
pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang
diberikan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
103
2)
Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
kepuskesmas wilayah tempat praktik.
3)
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) untuk bidan yang bekerja di fisilitas pelayanan
kesehatan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tri Andriyaningrum, Kebidanan DIII UMP, 2016
Download