Analisis Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Deviden

advertisement
Jurnal Ekonomi & Bisnis Islam, Vol. VI, No. 2, Juni 2012 ISSN 1907-9109
Pajak Badan Dan Kebijakan Deviden: Dalam Perspektif Corporate Governance
Studi pada Perusahaan yang Tercatat pada Bursa Efek Indonesia dan Jakarta
Islamic Index (JII) 2010
(Wiwiek Prihandini)
The aims of this study are to indicate the amount of corporate tax
paid as a tool for predicting the dividend policy of the management
decision, and to distinguish the behavior of corporate tax payments
between companies that fall within the Jakarta Islamic Index (JII)
categories and non-JII. Sampling technique is done through two
stages. First stage, through simple random sampling. Second stage,
from all of the selected companies, only companies that distribute
cash dividend are were selected. The result was 137 companies,
which then grouped into companies which belong to group of Jakarta
Isamic Index (JII) and non-JII. The result is, in general, corporate tax
has negative effect on dividend policy, but this does not apply to
groups of companies in the group of JII.
Pendahuluan
Kerangka teori agensi dapat dijelaskan melalui konflik kepentingan antara
pemilik perusahaan dan agen. Sebagai pihak yang mendapat amanat untuk mengelola dan
mengembangkan usaha, agen diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik.
Dalam perjalanannya ternyata agen tidak selalu bertindak untuk kepentingan pemegang
saham. Agen juga memiliki perilaku untuk meningkatkan kekayaannya sendiri dengan
mengabaikan kepentingan pemegang saham.
Corporate governance melalui mekanismenya diharapkan mampu meminimalkan
konflik kepentingan antara pemegang saham dan agen. Kebijakan keuangan sebagai
bentuk mekanisme corporate governance dapat digunakan untuk mengurangi konflik,
tidak saja antara pemegang saham dengan agen, tetapi juga antara pemegang saham
dengan pemberi pinjaman (kreditur), dan antara majority shtockholder dan minority
stockholder. Kebijakan keuangan yang dimaksud adalah kebijakan deviden.
Kebijakan dividend merupakan salah satu komponen penting dalam kebijakan
keuangan perusahaan. Kebijakan ini juga dinilai dapat meminimalkan konflik
kepentingan antara manajer dengan pemilik perusahaan. Selain dapat meningkatkan
kesejahteraan pemilik perusahaan, pembayaran dividend berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, oleh karena itu memiliki posisi yang spesial bagi para pemegang saham
(Mehrani, et al., 2011: 7516). Berapa besar kas deviden yang dibayarkan kepada
pemegang saham merupakan kebijakan yang harus diputuskan oleh manajer.
Umumnya penelitian mengenai mekanisme corporate governance dikaitkan
dengan nilai perusahaan, kinerja perusahaan, dan peningkatan nilai pemegang saham.
Namum penelitian yang dilakukan oleh Xu, Zeng, dan Zhang (2011) mencoba
mengaitkan mekanisme corporate governance dengan penegakan pajak Sedangkan
Minnick dan Noga (2009) penelitiannya mempertanyakan apakah karakteristik corporate
1
governance mempengaruhi pengelolaan pajak. Nnadi dan Akpomi (2008:48) menyatakan
terdapat hubungan positif antara profit, pajak, dan devidend.
Bagi pemerintah Indonesia pajak merupakan sumber penerimaan terbesar negara,
data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk tahun 2012 pajak memberi
kontribusi hingga 79% dari total penerimaan negara. Sementara dari 9 jenis PPh yang
merupakan sumber penerimaan negara, PPh Ps 25/29 Badan memberikan kontribusi yang
terbesar terhadap penerimaan negara.
Secara ekonomi pajak merupakan pemindahan dari sumberdaya yang dimiliki
secara individual kepada kepemilikan sektor publik, dalam hal ini penyelenggara negara.
Bagi perusahaan pajak dapat dianggap sebagai biaya, karena sifatnya yang mengurangi
penghasilan. Karena sifatnya yang mengurangi penghasilan, ada kecenderungan
perusahaan berupaya untuk meminimalkan jumlah pajak yang dibayar. Usaha untuk
melakukan penghematan pajak dapat dilakukan melalui manajemen pajak, yang
kemudian dijabarkan menjadi prencanaan pajak, pelaksanaan pajak, dan pengendalian
pajak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengindikasi jumlah pajak badan yang dibayar
sebagai alat untuk memprediksi kebijakan deviden yang diputuskan manajemen, dan
membedakan perilaku pembayaran pajak badan antara perusahaan yang masuk dalam
kategori Jakarta Islamic Indeks (JII) dan non JII.
Kajian Teori dan Pengembangan Hipotesis
Dasar pemikiran bagaimana corporate governance dan peraturan perpajakan
berinteraksi dapat dijelaskan melalui pencegahan penghindaran pajak yang rumit dan
membingungkan, dengan cara penditeksian. Dapat pula dijelaskan melalui kemampuan
manajerial yang memanfaatkan adanya peluang untuk melakukan penghindaran pajak
(Desai dan Dharmapala, 2007:2). Untuk lebih memahami interaksi ini dapat dijelaskan
melalui bagaimana para manajer menyusun beberapa tujuan khusus atas suatu entitas
berkaitan dengan tax havens, yaitu perlindungan pajak yang diberikan oleh pemerintah
kepada entitas tertentu. Entitas-entitas ini akan bertindak rasional untuk membuat cara
mengurangi kewajiban pajak. Rincian mengenai struktur dan transaksi tidak dapat
dijelaskan secara lengkap karena penditeksian dilakukan melalui sistem perpajakan dan
pencabutan atas manfaat tax havens. Manajer dapat melakukan berbagai kegiatan yang
mungkin dapat mengganggu kepentingan pemegang saham. Kegiatan tersebut dapat
berupa memanipulasi pendapatan dan pengalihan pengelolaan pajak. Secara formal
penghindaran pajak dan pengalihan pengelolaan pajak dapat saling melengkapi. Ini
berarti penghindaran pajak dapat mengurangi biaya pengalihan pengelolaan pajak.
Saling melengkapi antara corporate governance dengan perpajakan dimodelkan
oleh Desai et al. (2007) melalui interaksi antara, pengubahan kekayaan dari milik negara
menjadi milik perusahaan yang dilakukan manajer, dengan jumlah penghematan pajak
hasil dari pengelolaan pajak. Model lain dari saling melengkapi antara perpajakan dan
corporate governance dilakukan melalui interaksi antara kemampuan pengurangan
penghasilan kena pajak dan membesarkan penghasilan berdasarkan nilai buku dalam
skema dua pembukuan. Pemikiran ini dapat dinyatakan secara sempit sebagai perspektif
agensi pada penghindaran pajak atau dinyatakan secara lebih luas menjadi pandangan
corporate governance terhadap perpajakan.
2
Minnick dan Noga (2009) menyatakan bahwa corporate governance memainkan
peran penting dalam pengelolaan pajak, berbeda dalam penerapan corporate governance,
berbeda pula dalam pengelolaan pajak. Dinyatakan pula bahwa corporate governance
berperan dalam penglolaan pajak dalam jangka panjang.
Berkaitan dengan deviden, hasil penelitian Nnadi dan Akpomi (2008),
menyatakan bahwa pajak badan dan deviden memiliki hubungan yang sangat kuat. Dia
menyarankan karena perbedaan atas pajak deviden dapat mempengaruhi tingkat
keseimbangan harga saham, investor yang rasional sebaiknya mengutamakan laba setelah
pajak.
Ha1: Pajak Badan Berpengaruh Terhadap Kebijakan Deviden
Ha2 : Terdapat perbedaan pengaruh pajak badan terhadap kebijakan deviden antara
perusaaan non JII dengan Perusahaan JII
Metode Penelitian
Dua variabel utama dalam penelitian ini adalah Pajak Badan dan Kebijakan
Deviden. Pajak Badan adalah pajak yang dikenakan atas badan yang merupakan
sekumpulan orang dan atau modal sebagai kesatuan yang melakukan kegiatan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, badan usaha milik negara atau daerah. Sedangkan Kebijakan
Deviden merupakan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan berkaitan dengan pembagian
profit yang diberikan kepada pemegang saham. Dalam penelitian ini pajak badan
merupakan variabel independen sedangkan variabel dependen diwakili oleh kebijakan
deviden.
Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indoensia (BEI). Tehnik sampling dilakukan dengan dua tahapan. Pertama dengan
menggunakan simple random sampling, dari sekitar 430 perusahaan yang tercatat di BEI
terpilih 307 perusahaan. Kemudian dari 307 perusahaan diambil perusahaan yang pada
tahun 2010 membagi cash devidend, yang dalam penelitian ini merupakan proksi dari
kebijakan deviden. Dari 307 perusahaan yang membagikan deviden hanya 137
perusahaan.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dimulai dengan mengelompokkan data berdasarkan total asset
dan berdasarkan kategori perusahaan yang masuk dalam kelompok Jakarta Islamic
Indeks (JII) dengan yang tidak termasuk JII.
Pengolahan data dilakukan pertama dengan menggunakan semua data, yaitu 137
perusahaan, hasilnya ditunjukkan pada Tabel 1, kemudian data dipisahkan berdasarkan
perusahaan dengan kategori JII dan non JII, dari 137 sampel data, yang masuk dalam
kategori JII hanya 23 perusahaan, 114 perusahaan lainnya tidak masuk dalam kelompok
JII. Hasil pengolahan data tersaji pada Tabel 2 dan Tabel 3.
.
3
Tabel 1
Perusahaan Tercatatdi Bursa Efek Indonesia
Dependent Variable: DPR
Method: Least Squares
Included observations: 137
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
PAJAK
0.516702
-0.817701
0.062254
0.156575
8.299905
-5.222413
0.0000
0.0000
Sumber: Pengolahan Data
Tabel 2
Perusahaan non JII
Dependent Variable: DPR
Included observations: 114
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
PAJAK
0.490029
-0.834366
0.063222
0.151295
7.750963
-5.514845
0.0000
0.0000
Sumber: Pengolahan Data
Tabel 3
Perusahaan JII
Dependent Variable: DPR
Included observations: 23
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
PAJAK
0.309356
0.573208
0.387092
1.402847
0.799179
0.408604
0.4331
0.6870
Sumber: Pengolahan Data
Hasilnya menjelaskan, dengan menggunakan data perusahaan secara keseluruhan,
pajak badan berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden. Pada kelompok perusahaan
yang tidak termasuk JII, pajak badan tetap berpengaruh negatif terhadap kebijakan
deviden. Keduanya dengan tingkat kesalahan 1 % (probabilitasnya 0,000) sedangkan data
dengan kategori JII, Pajak badan tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden.
Hasil peneltian ini menguatkan hasil penelitian Nnadi dan Akpomi (2008),
menyatakan bahwa pajak badan dan deviden memiliki hubungan yang sangat kuat. Dan
juga peneltian Minnick dan Noga (2009), yang menyatakan penerapan corporate
governance maka perbedaan pula pengelolaan pajaknya.
Hasil pengujian statistik di atas menunjukkan bahwa semakin besar pajak badan
yang dibayar perusahaan maka jumlah cash devidend yang dibayarkan kepada pemegang
saham semakin kecil. Hal ini sesuai dengan logika bahwa jumlah pajak badan yang
dibayarkan akan mengurangi jumlah free cash flow, dan ini akan membawa pengaruh
terhadap besarnya deviden dalam bentuk kas. Masalahnya adalah mengapa hal ini tidak
terjadi pada perusahaan yang masuk dalam kategori JII? Berikut ini disajikan 5
perusahaan yang masuk dalam kategori JII dengan total asset terbesar selama tahun 2010.
4
Tabel 4
Perusahaan JII dengan Asset Terbesar
No. Nama Perusahaan
Total Asset Ratio Pajak
(miliar)
1
PT Astra Internasional
112.857
0,191
2
PT Bumi Resources
78.765
0,457
3
PT Telkom
99.758
0,259
4
PT Adaro Energy
40.601
0,263
5
PT United Tractor
29.701
0,234
Sumber: Pengolaha Data
DPR
0,445
0,193
0,470
0,144
0,421
Dari perusahaan tersebut di atas tampak sangat tidak terpola antara jumlah asset,
Ratio pajak yang dibayar, dan deviden payout rationya. Untuk PT Astra Internasional,
dan PT Bumi Resources ternyata memiliki pola yang sama dengan pemikiran besarnya
pajak berbanding terbalik dengan besarnya deviden yang dibayarkan.
Dengan formulasi bahwa ratio pajak adalah besarnya pajak yang dibayar dibagi
pendapatan sebelum pajak, maka PT Astra Intrnational, yang ratio pajaknya hanya 0,191
menunjukkan ada perbedaan dalam mengakui pendapatan, antara penghasilan menurut
akuntansi dengan menurut pajak. Karena seharusnya berdasarkan UU perpajakan tahun
2008, besarnya pajak badan adalah final 25%. Ini menunjukkan ada pengeluaran yang
bukan merupakan biaya, namun oleh pajak diakui sebagai pengurang penghasilan.
Akibatnya pajak yang dibayar perusahaan jadi lebih kecil. Namun kondisi ini berbalik
dengan PT Bumi Resource, dengan ratio pajak pajak yang jauh lebih besar dari 25%
mengindikasikan banyak pengeluaran yang merupakan biaya menurut akuntansi, namun
tidak dianggap biaya menurut pajak. Akibatnya hitungan penghasilan kena pajak menurut
fiskus lebih besar dibandingkan besarnya pajak menurut perhitungan akuntansi. Hasilnya
ratio pajak PT Bumi Resources mencapai 0,45 jauh diatas 0,25. Berikut disajikan Tabel
5 yang menjelaskan perilaku pajak badan dan kebijakan deviiden 5 perusahaan non JII
dengan asset terbesar.
Tabel 4
Perusahaan non JII dengan Asset Terbesar
No. Nama Perusahaan
Total Asset Ratio Pajak
(miliar)
1
PT Bank Mandiri
449.775
0,329
2
PT Rakyat Indonesia
404.286
0,230
3
PT Bank Central Asia
324.419
0,204
4
PT BanK BNI
248.581
0,252
5
PT Panin Bank
108.948
0,255
Sumber: Pengolaha Data
DPR
0,228
0,191
0,323
0,236
0,010
Lima perusahaan dengan asset terbesar dari kelompok perusahaan non JII
dikuasai oleh industri perbankan. Industri ini memiliki karakteristik yang sangat berbeda
dengan perusahaan JII, terutama dibidang pendanaan. Pada perusahaan JII maksimum
5
pembiayaan dari luar tidak boleh lebih dari 45%, sementara pada industri perbankan
hampir semua pendanaan dibiayai dari luar. Dari lima bank di atas hanya bank Panin
yang masuk dalam konsep pemikiran adanya pengaruh yang negatif antara besarnya
pajak dengan jumlah devidend cash yang dibagikan. Dengan ratio pembayaran pajak
lebih di atas 25% Panin Bank hanya membayar cash devidend sebesar 1%.
Kesimpulan
Secara umum pajak badan berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden,
Artinya semakin besar pajak yang dibayar, semakin kecil jumlah cash dividen yang
dibayarkan kepada pemegang saham. Namun hal ini tidak berlaku pada kelompok
perusahaan yang masuk dalam kelompok JII. Pada analisis selanjutnya, dari perusahaan
yang tidak masuk dalam kelompok JII, ternyata pada industri perbankan, empat bank
besar di Indonesia secara empiris tidak memiliki perilaku yang menunjukkan bahwa
pajak badan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kebijakan deviden
perusahaan.
Daftar Pustaka
Barabas, Zoltan, and Fazakas (2010), Tax Implication of Dividend Policy, Corvinus
Journal of Sociology and Social Policy, Vol. 1, 2, 51-59, University of Budapest
Desai, Millir A. and Dharmapala (2007), Taxation and Corporate Governance: An
Economic Approach,Havard university and NBER, [email protected], University of
Connecticut and University of Michigan, [email protected]
Mehrani, Sasan; Moradi, Mohammad; Eskandar, Hoda (2011), Ownership Structure and
Dividend Policy: Evidence from Iran, African Journal of Business Management,
Vol .5 (17), pp 7516-7525, ISSN 1993-8233@2011, Academic Journal
Minnick, Kristina, and Noga, Tracy (2009), Do Corporate Governance Characteristic
Influence Tax Management, Department of Finance Bantley University
[email protected], Department of Accountancy, Bantley University
[email protected], Journal of Corporate Finance, Volume 16, issue 5, 2010
Nnadi, Matthias A, and Akpomi, Meg, (2008), The Effect of Taxes on Dividend Policy of
Banks in Nigeria, International Research Journal of Finance and Economics, ISSN
1450-2887 Issue 19, EuroJournals Publishing, Inc.
Xu, Weichu, and Zeng, Yamin, and Zhang Junsheng (2011), Tax Enforcement as a
Corporate Governance Mechanism: Empirical Evidence from China, Corporate
Governance: An International Review, doi.wiley.com
6
7
Download