UNIVERSITAS INDONESIA DISFUNGSI DIASTOLIK VENTRIKEL KIRI PADA PASIEN SIROSIS HATI : PROPORSI, KORELASI DAN HUBUNGAN PARAMETER FUNGSI DIASTOLIK DENGAN DERAJAT DISFUNGSI HATI TESIS PRIONGGO MONDROWINDURO 0806484723 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT DALAM JAKARTA AGUSTUS 2014 Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 UNIVERSITAS INDONESIA DISFUNGSI DIASTOLIK VENTRIKEL KIRI PADA PASIEN SIROSIS HATI : PROPORSI, KORELASI DAN HUBUNGAN PARAMETER FUNGSI DIASTOLIK DENGAN DERAJAT DISFUNGSI HATI TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis-1 Ilmu Penyakit Dalam PRIONGGO MONDROWINDURO 0806484723 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT DALAM JAKARTA AGUSTUS 2014 Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 iii Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 iv Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 v Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 vi Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur yang tak terhingga saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat yang dilimpahkanNya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini sekaligus pendidikan saya di Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menyadari apa yang telah saya capai sampai saat ini, baik selama menjalani proses pendidikan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI dan selama mengerjakan tesis ini adalah tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, kerjasama serta doa restu dari berbagai pihak. Oleh karena itu izinkanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Dr. dr. Imam Subekti, SpPD, KEMD sebagai Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI dan Dr. dr. Czeresna Heriawan Soejono, SpPD, KGer, M.Epid, FACP sebagai Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI terdahulu atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk dapat mengikuti pendidikan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam yang beliau pimpin. dr. Aida Lydia, Ph.D, SpPD,KGH selaku Ketua Program Studi saat ini dan kepada Dr. dr. Aru W Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP selaku Ketua Program Studi terdahulu, serta kepada para staf koordinator pendidikan, atas bimbingan dan perhatian yang diberikan selama masa pendidikan. Dr. dr. Rino Alvani Gani, SpPD, KGEH selaku Ketua Divisi Hepatologi yang telah memberikan kesempatan, kemudahan dan dukungan bagi saya untuk melakukan penelitian di divisi yang beliau pimpin. Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, KKV, FACC, FESC selaku Ketua Divisi Kardiologi yang telah memberikan kesempatan, kemudahan, arahan, saran, masukan dan waktu diskusi yang sangat berharga bagi saya untuk mempelajari ekokardiografi, melakukan pemeriksaan ekokardiografi pada pasien-pasien yang diteliti dan pemakaian ruangan poliklinik kardiologi di divisi yang beliau pimpin sekaligus selalu mengingatkan saya bahwa seorang internis haruslah berpikir holistik dan eklektik. vii Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 dr. Irsan Hasan, SpPD, KGEH selaku pembimbing penelitian saya yang telah banyak memberikan saran, ide, arahan, dukungan dan waktu diskusi yang sangat berharga selama saya menjalankan penelitian ini. Dr. dr. Murdani Abdullah, SpPD, KGEH, FACG selaku pembimbing statistik penelitian saya yang telah banyak sekali memberikan bimbingan, masukan, perhatian dan dukungan kepada saya selama proses penelitian ini. Dr. dr. Evy Yunihastuti, SpPD, KAI selaku pembimbing akademik saya yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan kepada saya selama proses pendidikan ini. Para Guru Besar dan Staf Pengajar di lingkungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah menjadi guru dan teladan bagi saya selama masa pendidikan ini. Para Koordinator dan Ketua Divisi beserta staf di lingkungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM yang telah memberikan dukungan sarana dan prasarana selama proses pendidikan saya. Staf Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penelitian saya ini, memberikan saran, dukungan, konsultasi dan waktu diskusi yang sangat berharga terutama kegiatan di pertemuan National Hepatobiliary Meeting setiap hari Kamis yang sangat mencerahkan. Staf Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penelitian saya ini, memberikan banyak kesempatan seluasnya untuk mempelajari ekokardiografi dan memahami bidang kardiovaskuler secara utuh dalam kaitannya dengan organ-organ lain sebagai seorang internis yang berpikir holistik. Staf administrasi di lingkungan Divisi Hepatologi ( Mbak Tarbiah, Mbak Raras Ritdanti, S.Fam, Mbak Maharani, Mbak Sukaesih, viii Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Mbak Anugrah Dwi Handayu, ST, MBiomed, dr Abirianty Araminta, dr Stefanus Ranty, dr Florence Setiadi ) serta staf administrasi di lingkungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam ( Mbak Aminah, Bu Yanti, Mas Heri) yang telah banyak membantu dalam proses penelitian ini. Para perawat Poli Hepatologi ( Suster Tince, Suster Een ), para perawat Poli Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM ( SKPD ) Sr. Halimatun Sa’diah SKp, SPD, Br Ibezaro, SKp yang telah banyak membantu saya dalam pengumpulan pasien, pemeriksaan pasien dan data rekam medik. Para PPDS Divisi Hepatologi, PPDS Divisi Gastroenterologi, Chief dan PPDS ruangan lantai 7 Gedung A RSCM yang telah banyak membantu mengidentifikasi pasien-pasien penderita sirosis hati sehingga tercapai besar sampel yang memadai. Ir. Ruhana Supendi kepala perwakilan dari Esaote Italia cabang Indonesia dan seluruh tim yang sangat bermurah hati meminjamkan unit ekokardiografi MyLabFive®, program komputer MyLabDesk® untuk penyimpanan data dan pemeriksaan ekokardiografi real time yang tercanggih saat itu untuk kepentingan penelitian ini serta kalibrasi di Belanda. Terimakasih tak terhingga kepada beliau karena tanpa dukungannya tidaklah dapat pemeriksaan fungsi diastolik dilakukan yang sayapun tidak berani bermimpi bisa mengoperasikan unit tersebut. Juga seluruh tim teknisi ekokardiografi Esaote Italia yang bersedia diganggu apabila saya tidak mengerti dalam pengoperasian unit ekokardiografi ataupun bila terjadi gangguan teknis telah bersedia datang untuk memperbaiki. dr. Rasmijon, SpPD yang telah bersedia mengorbankan waktunya untuk menjadi pemeriksa kedua dalam pemeriksaan validitas interobserver penelitian ini. Saya sangat berterimakasih karena beliau bersedia mengorbankan waktunya yang sangat berharga untuk melakukan pemeriksaan ekokardiografi yang membutuhkan wkatu lama dalam penelitian ini. Saya doakan beliau tercapai cita-citanya menjadi konsultan ix Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 kardiovaskular yang berhasil dan dilimpahi kebaikan dari Tuhan Yang Maha Esa bagi beliau dan seluruh keluarganya. Kepada seluruh pasien yang bersedia mengikuti penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesediaan Bapak Ibu yang rela diperiksa untuk kepentingan perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dan perkembangan ilmu kedokteran di bidang hepatologi dan kardiologi melalui penelitian ini. Tanpa Bapak Ibu maka penelitian hanya angan-angan semata. Semoga penelitian ini memberikan manfaat sebesarbesarnya untuk Bapak Ibu penderita sirosis hati. Para perawat dan tenaga paramedis di unit gawat darurat, poliklinik serta ruang rawat di RSCM, RS Persahabatan, RSU Tangerang, RS Fatmawati, RSPAD Gatot Subroto yang namanya tidak dapat saya sebut satu persatu atas bantuan dan kerjasamanya selama saya menjalani proses pendidikan ini. Para pasien di RSCM, RS Persahabatan, RSU Tangerang, RS Fatmawati RSPAD Gatot Subroto yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga kepada saya selama proses pendidikan ini. Prof. dr Hamed Oemar, SpPD, SpJP, PhD yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mempelajari ekokardiografi saat saya masih menjadi dokter umum di tahun 2005. Tidak ada yang menduga bahwa ilmu yang Prof berikan 8 tahun kemudian akan digunakan dalam penelitian ini. Semoga ilmu yang Prof tabur akan terus bertumbuh dan berbuah dalam karya dokter-dokter yang telah Prof berikan kesempatan belajar. Para senior dan teman sejawat sesama Peserta Program Dokter Spesialis di lingkungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam atas dukungan dan kerjasamanya selama ini. x Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Teman-teman seangkatan : dr. Ali Sakti, SpPD, MPH, dr. Ana Fawziah, SpPD, dr.Angga Pramudita, SpPD, MKes, dr. Anggraini Permatasari, SpPD, dr. Audi Satriyanto, dr Budi Amarta Putra, dr. Dwi Wahyunianto, SpPD, dr. Euphemia Seto, SpPD, dr. Farieda Ariyanti, dr. M. Adi Firmansyah, dr. M Ikhsan Mokoagow, SpPD, MMedSci, dr. Imam Irfani, dr. M Syahrir Azizi, SpPD, dr. Maryatun Hasan, MKes, dr. Mirna Nurasri Praptini, SpPD, dr. Stevent Sumantri, SpPD, dr. Velma Herwanto, SpPD. Sungguh merupakan kebanggan dan kehormatan dapat menjalani pendidikan ini bersama-sama dengan kalian. Semoga kebersamaan ini dapat kita bina selepas masa pendidikan. Teman-teman penggemar dan pemain musik klasik: dr. Yusuf Aulia Rachman, dr. Imelda Maria Loho, Ibu Latifah Kodijat, Bapak Amin S Tamin dan keluarga, para senior sejawat Amateur Chamber Music Ensamble. Memainkan karya-karya Mozart, Beethoven, JS Bach, Tchaikovsky, Ravel, Debussy, Rachmaninoff, Sibelius, Mendelssohn dalam format tunggal, ensambel dan duet ditengah kesibukan menyusun tesis ini sungguh menyegarkan, membuat cerdas dan menginspirasi otak. Viva musik klasik di Indonesia. Teman-teman seatap : dr. Agus Jati Sunggoro, SpPD dan dr. Heri Agung Samsu Alam atas kebersaman menjalani hari-hari seusai jam kerja pendidikan dan pelayanan di rumah sakit pendidikan. xi Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Dan khususnya kepada kedua orang tua saya tercinta, Ayah dr. Sambudi Mondrowinduro, SpPD dan Ibu dr. Ira Ridawati Siaga atas kasih sayang, dorongan, dukungan, nasehat serta doa yang tiada habis dan tiada putus-putusnya yang dilimpahkan kepada saya. Saya telah melihat sendiri sosok dokter internis ditengah segala keterbatasan sarana layanan namun tidak mengurangi kualitas pelayanan dan keilmuannya. Permohonan maaf juga saya haturkan atas perhatian dan waktu yang tidak banyak dapat saya berikan selama saya menjalani masa pendidikan ini. Kepada adik-adikku Ardini, Ardiati, Thaddeus Prastowo, Jurian Prabowo terimakasih untuk kebersamaan, pengorbanan, pengertian, dukungan, masukan, kesabaran, serta doa yang diberikannya kepada saya selama menjalani masa pendidikan ini. Serta kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang juga banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada saya selama ini, terima kasih Tuhan Yesus Kristus membalas budi baik Anda sekalian Jakarta, 13 Agustus 2014 Prionggo Mondrowinduro xii Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 ABSTRAK Nama : Prionggo Mondrowinduro Program Studi : Ilmu Penyakit Dalam Judul : Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri pada Pasien Sirosis Hati: Proporsi, Korelasi dan Hubungan Parameter Derajat Disfungsi Diastolik yang Berhubungan dengan Derajat Disfungsi Hati Latar Belakang: Komplikasi sirosis hati pada jantung masih sedikit diketahui. Mekanisme patofisiologi sirosis hati yang melibatkan hipertensi portal memungkinkan terjadinya disfungsi diastolik ventrikel kiri. Tujuan: Mengetahui proporsi disfungsi diastolik ventrikel kiri pada pasien sirosis hati dengan kriteria ASE-EAE 2009 dan konvensional, korelasi positif antara beratnya derajat disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan beratnya derajat disfungsi hati melalui skor Child Turcotte Pugh ( CTP ) dan menilai hubungan parameter beratnya derajat disfungsi diastolik menurut kriteria ASE-EAE 2009 dengan skor CTP numerik. Metode: Potong lintang pada pasien yang berobat secara konsekutif di Unit Rawat Jalan Hepatologi dan Rawat Inap Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUIRSCM. Penelitian dimulai di bulan November 2013 hingga tercapai 96 subjek sirosis hati berusia 18-60 tahun. Anamnesis, pemeriksaan fisik, rekam medik dan pemeriksaan penunjang dilakukan. Pemeriksaan dengan ekokardiografi dilakukan oleh dua pemeriksa. Uji kesesuaian Kappa dan uji beda rerata dilakukan antar pemeriksa. Data kemudian diolah untuk diperoleh nilai proporsi, uji normalitas sebaran data, analisis uji korelasi Spearman dan analisis multivariat regresi linier. Hasil: Sebanyak 54,17% pasien mengalami hipertrofi konsentrik ventrikel kiri. Proporsi disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan kriteria ASE-EAE 2009 sebesar 34,3% namun 21,9% ditemukan fungsi diastolik normal dengan indeks volume atrium kiri meningkat, dengan kriteria disfungsi diastolik konvensional proporsi menjadi 68,8%. Seluruh parameter fungsi diastolik menunjukkan perubahan abnormal pada CTP B 8-10. Korelasi beratnya derajat disfungsi diastolik ventrikel kiri kriteria ASE-EAE 2009 dengan beratnya derajat disfungsi hati melalui skor CTP skala numerik adalah 0,42 ( p = 0,000 ). Bila penderita diabetes dan pengguna spironolakton dieksklusi, r menjadi 0,51 ( p = 0,000; ASE-EAE 2009 ). Parameter beratnya derajat disfungsi diastolik yang berhubungan dengan beratnya derajat disfungsi hati skor numerik CTP adalah selisih Ar-A, volume atrium kiri dan nilai lateral e’ ( p < 0,005 ). Kesimpulan: Semakin berat disfungsi diastolik ventrikel kiri maka semakin berat sirosis hati. Parameter disfungsi diastolik ventrikel kiri yang berhubungan dengan beratnya sirosis hati adalah tekanan pengisian diastol intraventrikel beserta kekakuan miokard, remodelling atrium kiri dan kecepatan alir balik vena pulmonalis dalam menghadapi tekanan pengisian. Deteksi dini disfungsi diastolik pada sirosis hati dapat dimulai pada CTP B 8. Kata Kunci: disfungsi diastolik, sirosis hati, disfungsi hati, skor Child Turcotte Pugh xiii Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 ABSTRACT Name : Prionggo Mondrowinduro Study Program: Internal Medicine Title : Left Ventricular Diastolic Dysfunction in Liver Cirrhotic Patients: Proportion, Correlation and Relationship of Diastolic Parameters with Stage of Liver Dysfunction Background: Cardiovascular complication of liver cirrhosis is relatively obscure. Liver cirrhosis pathophysiology involving portal hypertension made the possibility of cirrhosis complication manifested as left ventricular diastolic dysfunction. Objective: To determine proportion of left ventricular diastolic dysfunction among liver cirrhotic patients according to American Society of Echocardiography-European Association of Echocardiography ( ASE-EAE ) 2009 and conventional approach, to determine any correlation between left ventricular diastolic dysfunction severity stages with severity stages of liver dysfunction in cirrhotic patients represented by Child Turcotte Pugh ( CTP ) score, also to asses relationship between severity stages of parameters of diastolic function according to ASE-EAE 2009 with liver cirrhosis severity evaluated by numerical CTP score. Methods: In this cross sectional design, we targeted 96 liver cirrhotic patients within age of 18-60 year old consecutively due to any cause who admitted to ambulatory unit of Hepatology and Internal Medicine Cipto Mangunkusumo General Hospital wards into intended sample. The study started in November 2013 until proper sample size wasobtained. Echocardiography examination was performed by 2 operators. Interobserver validity was assesed with level of Kappa aggrement and mean difference. Data was extracted to find prevalence, normality test, Spearman correlation test and multivariate linear regression test. Results: Left ventricular concentric hypertrophy was found in 54,2% of source population. Left ventricular diastolic dysfunction proportion among liver cirrhotic patients according to ASE-EAE 2009 is 34,3% and 21,9% of normal diastolic function subgroup has left atrial volume index ≥ 34 mL/m2. Conventional approach resulted in 68,8% of diastolic dysfuncation. All diastolic parameter showed abnormalities on CTP B 8-10. Spearman’s r values of stage of diastolic dysfunction severity according to ASE-EAE 2009 with severity of numerical CTP score is 0,42 ( p = 0,000 ). Exclusion of diabetic patients and spironolactone treated patients resulted in r 0,51 ( p = 0,000; ASE-EAE 2009 ). Parameters of diastolic function that have relation with liver dysfunction severity in cirrhosis measured by numerical CTP are Ar-A ( p = 0,004 ), left atrial volume index ( p = 0,005 ) and laterale e’ ( p = 0,026). Conclusion: Severity of left ventricular diastolic dysfunction with severity of liver cirrhosis is correlated positively. Diastolic parameters relate with severity of liver cirrhosis are diastolic ventricular filling pressure with left ventricular chamber stiffness, left atrial remodelling and regurgitant of pulmonary venous flow velocity to oppose filling pressure. Early detection for diastolic dysfunction can be started on CTP B 8. Key Words: diastolic dysfunction, liver cirrhosis, liver dysfunction, Child Turcotte Pugh Score. xiv Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii ABSTRAK ....................................................................................................... xiii ABSTRACT ..................................................................................................... xiv DAFTAR ISI ................................................................................................... xv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xxi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xxiii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 1.1.1 Besaran Masalah ............................................................................ 1 1.1.2 Ramifikasi Perkembangan Pengetahuan Disfungsi Diastolik pada Pasien Sirosis Hati dan Hubungannya dengan Sistem Skor Child Turcotte 3 Pugh Derajat Disfungsi Hati ................................................................... 1.1.3 Perlunya Fungsi Diastolik Dikaji Dalam Penelitian Ini ................ 7 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 9 1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 10 11 1.4 Hipotesis Penelitian.................................................................................. 1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 13 1.5.1 Tujuan Umum ............................................................................... 13 1.5.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 11 1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 13 1.6.1 Manfaat Keilmuan ....................................................................... 13 1.6.2 Manfaat Aplikatif ......................................................................... 13 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Konsep Diastolik ................................................................... 2.2 Diastologi dan Evaluasi Pengukurannya Dengan Ekokardiografi ............. 2.2.1 Diastologi ..................................................................................... 2.2.2 Evaluasi Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri dengan Ekokardiografi 2.3 Disfungsi Diastolik: Patofisiologi Umum dan Evaluasinya dengan Ekokardiografi.................................................................................................. 2.3.1 Patofisiologi Umum Disfungsi Diastolik ..................................... 2.3.1.1 Perubahan dalam Sifat Fisiologis Diastol ....................... 2.3.1.2 Perubahan Kronis Hubungan Tekanan-Volume Diastol Ventrikel ....................................................................................... 2.3.2 Evaluasi Disfungsi Diastolik dengan Ekokardiografi ................... 2.3.2.1 Relaksasi Abnormal ....................................................... xv 15 18 18 21 28 28 28 29 33 36 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 2.3.2.2 Pseudonormal ................................................................. 2.3.2.3 Restriktif Reversibel ....................................................... 2.3.2.4 Restriktif Ireversibel ....................................................... 2.3.3 Perbedaan Pendekatan Evaluasi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Secara Konvensional dan ASE-EAE 2009 ............................ 2.4 Disfungsi Diastolik pada Penderita Sirosis Hati: Patofisiologi, Epidemiologi dan Telaah Singkat Literatur.............................................. 2.4.1 Patofisiologi ................................................................................. 2.4.1.1 Struktur Mikrovaskular dan Vaskularisasi Hati ............. 2.4.1.2 Sirosis Hati, Perubahan Aliran Pintas dan Sistem Splangnik ........................................................................ 2.4.1.3 Mekanisme Mikrostruktur dan Molekuler pada Peningkatan Resistensi Intrahepatik ............................... 2.4.1.4 Disfungsi Vaskular dan Kondisi Hiperdinamik .............. 2.4.1.5 Respon Jantung pada Kondisi Sirosis ............................. 2.4.1.6 Hasil Penelitian Ilmu Biomedik yang Menjelaskan Kondisi Sirotik Kardiomiopati ........................................ 2.4.1.6.1 Ketidakseimbangan Produksi Mediator dan Molekul Kimia................................................ 2.4.1.7 Penelitian pada Manusia.................................................. 2.4.1.7.1 Temuan Histopatologi pada Autopsi dan Perubahan Struktur dan Fungsi Jantung pada Pemeriksaan Ekokardiografi .......................... 2.4.1.7.2 Esensi Teori Disfungsi Diastolik pada Sirosis Hati ..................................................... 2.4.2 Epidemiologi dan Berbagai Penelitian Disfungsi Diastolik pada Penderita Sirosis Hati .................................................................. 2.5 Skor Modifikasi Child Turcotte Pugh sebagai Instrumen Klasifikasi Derajat Disfungsi Hati ............................................................................... 2.6. Berbagai Faktor yang Berpotensi Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Fungsi Diastolik pada Pasien Sirosis Hati dalam Konteks Penelitian Ini . 2.7 Kerangka Teori.......................................................................................... 36 36 37 37 43 43 43 44 45 47 48 51 51 52 52 53 56 64 68 71 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 3.2 Definisi Operasional................................................................................... 72 73 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 4.3 Populasi dan Subyek Penelitian ................................................................. 4.4 Kriteria Pemilihan Subyek Penelitian ........................................................ 4.4.1 Kriteria Inklusi ............................................................................. 4.4.2 Kriteria Eksklusi .......................................................................... 4.5 Estimasi Besar Sampel ............................................................................... 4.6 Cara Kerja .................................................................................................. 4.7 Pengumpulan Data ..................................................................................... 4.8 Analisis Data .............................................................................................. 83 83 83 83 84 84 85 87 88 89 xvi Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 4.9 Etika Penelitian .......................................................................................... 4.10 Organisasi Penelitian................................................................................ BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subyek Penelitian ................................................................. 5.2 Karakteristik Kriteria Modifikasi Child Turcotte Pugh ............................. 5.3 Kesesuian Hasil Ekokardiografi Antara Dua Pemeriksa ........................... 5.4 Karakteristik Struktur, Fungsi Sistolik dan Perhitungan Kuantitas Ventrikel Kiri ............................................................................................. 5.5 Karakteristik Parameter Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri........................... 5.6 Prevalensi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri ........................................... 5.7 Analisis Korelasi Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri dengan Beratnya Derajat Disfungsi Hati ................................................... 5.7.1 Analisis Subgup Korelasi Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri dengan Beratnya Derajat Disfungsi Hati Non Diabetes dan Non Spironolakton ..................................................... 5.7.2 Analisis Subgrup Korelasi Beratnya Derajat Dusfungsi Diastolik Ventrikel Kiri dengan Beratnya Derajat Disfungsi Hati Non Spironolakton .................................................................................. 5.8 Analisis Hubungan Parameter Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri Kriteria ASE-EAE dengan Derajat Disfungsi Hati ................................................. BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Subjek ................................................................................... 6.1.1 Karakteristik Demografis ................................................................. 6.1.2 Karakteristik Klinis .......................................................................... 6.1.3 Karakteristik Skor Child Turcotte Pugh ........................................... 6.1.4 Karakteristik Struktur, Geometri dan Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri ................................................................................... 6.1.5 Karakteristik Parameter Fungsi Diastolik ........................................ 6.1.5.1 Indeks Volume Atrium Kiri................................................. 6.1.5.2 Kecepatan Aliran Transmitral E dan A ............................... 6.1.5.3 Kecepatan Aliran Transmitral Isovolumetric Relaxation Time dan Waktu Deselerasi ................................................. 6.1.5.4 Doppler Jaringan e’ Lateral dan Septal ............................... 6.1.5.5 Kecepatan Aliran Vena Pulmonalis dan Selisih Kecepatan Aliran Regurgitan Atrium dengan Aliran Transmitral ........ 6.2 Proporsi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri .............................................. 6.3 Korelasi Derajat Disfungsi Diastolik dengan Derajat Disfungsi Hati ....... 6.4 Hubungan Beratnya Derajat Parameter Fungsi Diastolik Kriteria ASE 2009 dengan Beratnya Derajat Difungsi Hati ............................................ 6.5 Dampak Klinis Deteksi Adanya Disfungsi Diastolik Terhadap Penanganan Sirosis Hati............................................................................. 6.6 Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian ...................................................... 6.6.1 Keterbaruan ..................................................................................... 6.6.2 Kekurangan Penelitian ..................................................................... 6.7 Generalisasi Hasil Penelitian...................................................................... xvii 91 91 92 95 98 102 108 112 112 115 116 117 129 129 131 131 135 140 140 143 146 149 151 154 157 159 162 165 165 167 168 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan .................................................................................................... 170 7.2 Saran ........................................................................................................... 171 RINGKASAN .................................................................................................. SUMMARY ..................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... LAMPIRAN ..................................................................................................... xviii 172 175 178 198 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Diastol Menurut Carroll dan Hess .............................................................................. 20 Tabel 2.2 Evaluasi Pengukuran Fungsi Diastol Menurut Rekomendasi untuk Evaluasi Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri dengan Ekokardiografi dari American Society of Echocardiography dan European Association of Echocardiography 2009 ................................................................... 22 Tabel 2.3 Pola Ekokardiografi Doppler ........................................................... 34 Tabel 2.3.3 Perbedaan Pemeriksaan Fungsi Diastolik Kriteria ASE-EAE 2009 dan Pendekatan Konvensional ...................................................... 39 Tabel 2.3.4 Parameter Fungsi Diastolik dan Makna Klinisnya ....................... 40 Tabel 2.4 Penelitian Mengenai Disfungsi Diastolik dan Epidemiologinya pada Penderita Sirosis Hati .................................................................... 56 Tabel 2.5 Skor Modifikasi Child Turcotte Pugh .............................................. 63 Tabel 5.1 Karakteristik Subyek Penelitian....................................................... 94 Tabel 5.2 Karakteristik Kriteria Modifikasi Child Turcotte Pugh ................... 96 Tabel 5.3 Hasil Uji Perbedaan Rerata Antara Pemeriksa I dan II ................... 99 Tabel 5.3.1 Hasil Kesesuaian Antar Pemeriksa ............................................... 100 Tabel 5.3.2 Nilai Kesesuaian Kappa ................................................................ 100 Tabel 5.4 Karakteristik Anatomi Linear, Volume dan Hemodinamik pada Tiap Derajat CTP SirosisHati .................................................................. 104 Tabel 5.4.1 Karakteristik Parameter Kuantitas Ventrikel Kiri ....................... 106 Tabel 5.4.2 Karakteristik Hipertrofi Ventrikel Kiri ......................................... 106 Tabel 5.4.3 Sebaran Jenis Geometri Ventrikel Kiri ......................................... 107 Tabel 5.5 Parameter Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri ...................................... 110 Tabel 5.6 Proporsi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Menurut Kriteria ASE-EAE 2009 dan Konvensional.................................................. 113 Tabel 5.6.1 Proporsi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri pada Setiap Kategori Disfungsi Hati Menurut Kriteria CTP ........................................... 115 Tabel 5.6.2 Proporsi Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Kriteria ASEEAE 2009 pada Setiap Kategori Disfungsi Hati Menurut Kriteria CTP ............................................................................................... xix 117 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Tabel 5.6.3 Proporsi Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Kriteria Konvensional pada Setiap Kategori Disfungsi Hati Menurut Kriteria CTP .................................................................................................... 118 Tabel 5.7 Nilai Rho Uji Korelasi Spearman Antara Beratnya Derajat Disfungsi Hati CTP Skala Ordinal dengan Beratnya Derajat Disfungsi DiastolikVentrikelKiri ....................................................................... 120 Tabel 5.7.1 Nilai Rho Uji Korelasi Spearman Antara Beratnya Derajat Disfungsi Hati CTP Skala Ordinal dengan Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri pada Non Diabetes ..................................................... 121 Tabel 5.7.2 Nilai Rho Uji Korelasi Spearman Antara Beratnya Derajat Disfungsi Hati CTP Skala Ordinal dengan Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Pada Non Diabetes dan Non Spironolakton ............... 122 Tabel 5.7.3 Nilai Rho Uji Korelasi Spearman AntaraBeratnya Derajat Disfungsi Hati CTP Skala Ordinal dengan Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Non Spironolakton ..................................................... 123 Tabel 5.8 Analisis Bivariat Hubungan Parameter Fungsi Diastolik ASE-EAE 2009 dengan Derajat Disfungsi Hati Menurut Skor Numerik CTP... 125 Tabel 5.8.1 Analisis Multivariat Parameter Fungsi Diastolik ASE-EAE 2009 125 Tabel 6.1.2 Penyebab Sirosis Hati dari Berbagai Laporan Penelitian ............. 130 Tabel 6.1.3 Karakteristik Skor CTP................................................................. 131 Tabel 6.1.5 Indeks Volume, Diameter dan Berbagai Tehnik Evaluasi Ukuran AtriumKiri ..................................................................................... 142 Tabel 6.1.5.1 Perbandingan Waktu Deselerasi dan Isovolumetric Relaxation Time dari Berbagai Penelitian .................................. 147 Tabel 6.1.5.2 Resume Pembahasan Karakteristik Parameter Fungsi Diastolik pada Pasien Sirosis Hati, Makna Klinis dan Keterbaruannya pada Penelitian Ini .................................................................... 153 Tabel 6.2 Proporsi Disfungsi Diastolik dari Berbagai Penelitian .................... 156 xx Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Siklus Jantung yang Memadukan Kejadian pada EKG, Kateterisasi dan Doppler Spektral .................................................................... 19 Gambar 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disfungsi Diastolik dan PeningkatanTekanan Diastol Ventrikel Kiri pada Disfungsi Diastol 31 Gambar 2.3 Berbagai Mekanisme yang Menyebabkan Terjadinya Disfungsi Diastolik ........................................................................................ 32 Gambar 2.4 Perjalanan Disfungsi Diastolik Melalui Ekokardiografi Doppler dan Kateterisasi Invasif ...................................................................... 35 Gambar 2.5 Patofisiologi Hemodinamik pada Penderita Sirosis Hati ............. 50 Gambar 2.6 Perkembangan Kardiomiopati Sirotik .......................................... 55 Gambar 5.2 Proporsi Skor Child Turcotte Pugh di Setiap Derajat Sirosis Hati 97 Gambar 5.4 Karakteristik Anatomi Linear, Volume dan Hemodinamik pada Tiap Derajat CTP Sirosis Hati ..................................................... 103 Gambar 5.4.1 Proporsi Geometri Ventrikel Kiri pada Pasien Sirosis Hati ...... 108 Gambar 5.5.1 Karakteristik Parameter Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri pada Sirosis Hati Menurut Derajat Skor CTP ....................................... 109 Gambar 5.6 Proporsi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Menurut ASE-EAE 2009 dan Konvensional pada Sirosis Hati .................................. 114 Gambar 5.6.1 Proporsi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri di Setiap Kategori Derajat CTP Menurut Kriteria ASE-EAE 2009 dan Kriteria Konvensional ............................................................................ 116 Gambar 5.6.2 Proporsi Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Kriteria ASE-EAE 2009 pada Setiap Kategori Disfungsi Hati Menurut Kriteria CTP .............................................................................. 118 Gambar 5.6.3 Proporsi Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Pendekatan Konvensional pada Setiap Kategori Disfungsi Hati Menurut Kriteria CTP .............................................................................. 119 Gambar 5.8 Sebaran Data Parameter Fungsi Diastolik ASE-EAE 2009 Terhadap Derajat Skor Disfungsi Hati CTP .............................. 127 Gambar 5.9 Sebaran Data Parameter Fungsi Diastolik ASE-EAE 2009 Terhadap Derajat Skor Disfungsi Hati CTP Setelah Diplotkan ................... xxi 128 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Penjelasan Penelitian ......................................................................189 Lampiran 2. Surat Persetujuan Mengikuti Penelitian ..........................................193 Lampiran 3. Status Penelitian ..............................................................................194 Lampiran 4. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik. ..................................................209 xxii Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 DAFTAR SINGKATAN 2D Dua Dimensi A Pola aliran di akhir fase distol mitral inflow pada Doppler pulsed wave a’ annular atrial kick ( late ) diastolic velocityon pulsed wave tissue Doppler Ar Atrial reversal Ar dur Atrial reversal duration ASE-EAE American Society of Echocardiography – European Society of Echocardiography ALT Alanine Aminotransferase ASP Aspartate Aminotransferase ATP Adenosine Triphosphate AV Atrioventricular BNP Brain Natriuretic Peptide Ca Calcium cGMP Cyclic guanosine monophosphate CB Cannabinoid CDC Centersfor Disesae Control and Prevention CO Carbonmonoxyde CT Computerized Tomography CTP Child Turcotte Pugh CW Continuous Wave D Diastolic anterograde peak velocity DT Deceleration Time E wave Pola aliran di awal fase distol mitral inflow pada Doppler pulsed e’ annular early diastolic velocity with pulsed wave tissue Doppler EDV End Diastolic Volume EEG Elektroensefalografi xxiii Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 EKG Elektrokardiogram eNOS endothelial Nitric Oxyde Synthase ESV End Systolic Volume FKUI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia HO-1 Heme Oxygenase - 1 IK Interval Kepercayaan IL Interleukin iNOS inducible Nitric Oxyde Synthase INR International Normolized Ratio IVRT Isovolumetric Relaxation Time IVST Interventricular Septal Thickness IVSd Interventricular Septal Thickness during diastole IVSs Interventricular Septal Thickness during diastole LVId Left Ventricular Internal Dimension during diastole LVIDs Left Ventricular Internal Dimension during systole LVIDd Left Ventricular Internal Dimension during diastole LVPW Left Ventricle Posterior Wall LVPWd Left Ventricle Posterior Wall thickness during diastole LVPWs Left Ventricle Posterior Wall thickness during systole LV Left Ventricle MELD Model for End Stage Liver Disease M mode Motion mode m2 meter persegi mL mililiter ms millisecond n Jumlah Na Natrium NAFLD Non Alcoholic Fatty Liver Disease xxiv Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 NO Nitric Oxyde NT-pro BNP N-terminal pro Brain Natriuretic Peptide PCWP Pulmonary Capillary Wedge Pressure PKG Protein Kinase G PVF Pulmonary Venous Flow PW Pulsed Wave Doppler QTc QT interval corrected RSCM Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo S Systolic peak velocity SA Sinoatrial SE Standard Error TD Tissue Doppler TE Transmitral E Te Transmitral e TIPS Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt TNF Tumor Necrosing Factor Vp Propagation velocity 2D 2 Dimensi < kurang dari > lebih dari ≥ lebih atau sama dengan ≤ kurang atau sama dengan ∆ selisih atau perbedaan xxv Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Besaran Masalah Sirosis hati merupakan perjalanan patologis akhir dari proses fibrosis difus dan dapat disertai pembentukan nodul-nodul hati abnormal.1 Di Amerika Serikat, diperkirakan prevalensi sirosis hati sebesar 0.15% dengan 400.000 kasus sirosis hati yang menyebabkan lebih dari 25.000 kematian dan 373.000 diagnosis rawat inap pada tahun 1998.1 Laporan lain menyebutkan prevalensi sirosis hati di Amerika Serikat sebesar 360 kasus per 100.000 pasien dengan 30.000 kasus kematian sirosis hati pertahun dan angka kematiannya masih terus meningkat.2,3 Di Indonesia prevalensi sirosis hati karena berbagai sebab yang dirawat di ruang rawat Penyakit Dalam berkisar antara 3.6-8.4% di Jawa dan Sumatera.4 Rata-rata kasus sirosis hati sebanyak 3.5% dari seluruh kasus rawat inap Penyakit Dalam dan 47.4% dari berbagai kasus penyakit hati yang dirawat4, data lain menyebutkan angka yang berbeda yaitu sebesar 72.7% dari berbagai kasus penyakit hati yang dirawat.5 Laporan dari Global Burden of Disease Study 2010 menyebutkan bahwa sirosis hati menduduki urutan ke-12 sebagai penyebab kematian global tahun tahun 2010 dan jumlahnya meningkat 33% ( 95% interval kepercayaan 25-41% ) dibandingkan tahun 1990.6 Pasien dengan sirosis hati asimtomatik dapat bertahan tanpa ada gejala dalam waktu lama, namun 60% berlanjut secara progresif menuju kematian atau memerlukan transplantasi hati, dengan mortalitas selama 5 tahun mencapai 50%.8 Morbiditas dan mortalitas pasien-pasien sirosis hati sangat tinggi akibat komplikasinya seperti hipertensi portal, perdarahan varises esofagus, sindromhepatorenal, sindrom hepatopulmoner, gangguan elektrolit, ensefalopati, gangguan koagulasi, metabolisme protein abnormal, gangguan hormonal dan peritonitis bakterial spontan. Hingga pertengahan dekade 1990-an perkembangan ilmu hepatologi belum memasukkan jantung sebagai organ yang dapat terganggu 1 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 2 pada kondisi sirosis hati.9 Banyak laporan sporadik mengenai kasus kematian pasien-pasien sirosis yang tidak berhubungan dengan komplikasi klasik sirosis hepatis seperti kejadian mati mendadak atau gangguan hemodinamik setelah dilakukan tindakan invasif tertentu. Kasus-kasus tersebut menarik beberapa peneliti di bidang hepatologi untuk mempelajari hubungan antara sirosis hati dan sistem kardiovaskuler. Tahun 1996 Lee dan kawan-kawan untuk pertamakalinya mengemukakan istilah kardiomiopati sirotik ( cirrhotic cardiomyopathy).10 Istilah kardiomiopati sirotik menggambarkan respon jantung yang tidak adekuat terhadap peningkatan aktivitas fisik dan kondisi kardiovaskular yang bersifat hiperdinamik pada pasien-pasien sirosis hati dan termasuk didalamnya gangguan fungsi diastolik.10 Terdapat perbedaan dalam tingginya prevalensi disfungsi diastolik pada pasien sirosis hati dengan kriteria disfungsi diastolik American Society of Echocardiography - European Association of Echocardiography 2009 dan pendekatan konvensional. Di tiga negara Eropa ( Spanyol, Italia dan Portugal ) prevalensi disfungsi diastolik dengan kriteria American Society of Echocardiography - European Association of Echocardiography 2009 sebesar 16,3% - 58%11,12,13,14,15,16, sedangkan di India dan Amerika Serikat sebesar 70%17 dan 47%18. Prevalensi disfungsi diastolik dengan pendekatan konvensional memberikan hasil yang jauh lebih tinggi antara 24,3% - 73,2% di negara Eropa ( Spanyol, Italia, Yunani dan Portugal )11, 12, 13,14, 15,19 , 49% di Iran20 dan 30% di Indonesia21. Sampai saat ini fasilitas ekokardiografi untuk menilai fungsi dastolik di daerah-daerah di Indonesia masih banyak yang belum memiliki teknologi Doppler jaringan sehingga dapat menimbulkan perbedaan dalam penentuan derajat disfungsi diastolik. Implikasi klinis dari diketahuinya disfungsi diastolik pada sirosis hati adalah deteksi dini dan kapan mulai memeriksa terdapatnya disfungsi diastolik ventrikel kiri pada penderita sirosis hepatis.22 Terjadinya disfungsi diastolik membawa konsekuensi terjadinya gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri yang normal ( heart failure with normal left ventricular ejection fraction), suatu fenomena gagal jantung yang baru mulai dikenal dua dekade terakhir.23 Penelitian Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 3 oleh Zile et al yang banyak menjadi acuan berbagai penelitian mendefinisikan gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri yang normal sebagai pasien dengan manifestasi klinis gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri > 50% dan hipertrofi konsentrik ventrikel kiri atau perubahan ventrikel kiri menjadi konsentrik dengan gangguan relaksasi ventrikel kiri dan kekakuan dinding ventrikel kiri23. Kesintasan 12 bulan gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri yang normal juga sama tingginya dengan gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri yang menurun yaitu 75% vs 71%22. Pemeriksaan parameter fungsi diastolik dan pengetahuan derajat disfungsi diastolik pada pasien sirosis hati berpotensi besar dalam memperbaiki tatalaksana sirosis hati terutama dalam penilaian prognosis, mortalitas, kebutuhan transplantasi hati, evaluasi transplantasi hati, prediktor gangguan sirkulasi pada organ ginjal, penilaian beratnya sindrom hepatopulmoner serta prediksi respon terhadap terapi pintas portosistemik dan pengobatan asites.Implikasi klinis lainnya adalah kemungkinan untuk dimasukkannya parameter kardiovaskular dalam penilaian prognosis instrumen penilaian derajat beratnya penyakit seperti skor Child Turcotte Pugh atau MELD ( Model for Endstage Liver Disease ) yang saat ini masih terus dibuktikan. Perkembangan teknologi ekokardiografi yang tidak invasif memungkinkan evaluasi fungsi diastolik pada pasien sirosis hati dapat terwujud mengingat besarnya mortalitas dan biaya yang ditanggung pasien apabila telah terjadi komplikasi sirosis hati maupun kegagalan transplantasi hati akibat disfungsi diastolik. 1.1.2 Ramifikasi Perkembangan Pengetahuan Disfungsi Diastolik pada Pasien Sirosis Hati dan Hubungannya dengan Sistem Skor Child Turcotte Pugh ( CTP ) Derajat Disfungsi Hati Laporan pertamakali keterlibatan jantung sebagai bagian dalam komplikasi sirosis hati dibuat oleh Kowalski dan Abelman tahun 1953 : “The cardiac output at rest in Laennec’s Cirrhosis”24 namun hingga tahun 1990-an keterlibatan jantung dalam sirosis hati masih dianggap khayalan karena terdapat paradigma bahwa pasien sirosis hati terlindung dari komplikasi kardiovaskuler karena faktor pelindung pada sirosis hati yaitu hipotensi, hipolipidemia, Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 4 trombositopenia dan gangguan koagulasi.8 Sejalan dengan perkembangan teknologi alat monitor hemodinamik invasif dan ekokardiografi maka bermunculan penelitian – penelitian parameter fungsi diastolik , tekanan vena hepatika dan tekanan dalam jantung hingga tahun 2005 suatu kelompok kerja ahli hepatologi dan kardiologi mengadakan pertemuan World Congress of Gastroenterology di Montreal10 dalam pertemuan itu dikemukakan istilah kardiomiopati sirotik yaitu suatu bentuk gangguan fungsi jantung kronik pada pasien penderita sirosis hati dengan ciri-ciri ketidakmampuan kontraktilitas jantung saat menghadapi pembebanan dengan atau perubahan fase diastolik, gangguan relaksasi, perubahan elektrofisiologi jantung tanpa adanya kondisi penyakit jantung lain sebelumnya10. Disfungsi diastolik ventrikel kiri melalui parameter rasio E/A kurang dari 1 yang terlihat pada ekokardiogram penderita sirosis hati untuk pertamakalinya dilaporkan oleh Pozzi tahun 1996 setelah teknologi ekokardiografi memungkinkan25,26. Sampai data terakhir Juni 2014, penelusuran kepustakaan tentang penelitian disfungsi diastolik ventrikel kiri pada penderita sirosis hati di seluruh dunia melalui situs pencari literatur kedokteran hanya 35 penelitian dan hanya 7 penelitian yang menggunakan kriteria ASE-EAE 2009 namun tidak mengkaji hubungan parameter fungsi diastolik dengan derajat disfungsi hati. Semua penelitian menggunakan kategori derajat disfungsi hati dengan sistem skor CTP baik numerik dan ordinal serta prognosisnya terhadap kesintasan sirosis, potensi sebagai alat diagnostik tekanan vena porta, kejadian komplikasi sindrom hepatorenal dan luaran hasil tindakan pintas portokaval dan transplantasi hati. Dalam 35 hasil penelusuran pustaka juga terdapat laporan keterlibatan jantung dalam sirosis hati yang melaporkan pola peningkatan luaran kardiak ( cardiac output ), penebalan dinding ventrikel kiri, peningkatan volume maupun dimensi atrium kiri serta gangguan fungsi atrium kiri. Banyak penelitian tersebut menggunakan jumlah sampel yang kecil, tidak menggunakan seluruh parameter evaluasi fungsi diastolik dan hanya ada 1 penelitian yang mengkaji hubungan parameter fungsi diastolik dengan derajat difugnsi hati pasien sirosis namun hanya menggunakan parameter Doppler jaringan saja dan tidak menggunakan keseluruhan parameter. Sehingga dapat dikatakan bahwa bidang hemodinamik Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 5 hati, perubahan struktural jantung, perubahan fungsional jantung dan keterlibatan sistem kardiovaskuler dalam sirosis masih sangat dini dan berumur kurang dari dua dasawarsa.25,26 Penyebab terjadinya disfungsi diastolik pada penderita sirosis hati diduga berhubungan dengan perubahan mikrostruktur hati dan perubahan keseimbangan antara zat vasodilator dan vasokontriktor akibat peningkatan resistensi vaskular intrahepatik.1,23,27-31 Di dalam struktur hati terjadi penurunan produksi nitrik oksida ( NO ) oleh endotel hati dan peningkatan produksi endotelin yang bersifat vasokonstriktor sedangkan pada sirkulasi sistemik terjadi vasodilatasi arteriol terurama daerah splangnik, terjadi hipovolemia relatif, terjadi aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, retensi cairan, sirkulasi yang hiperdinamik dan hipertensi portal.1,27,28,29,30 Berbagai hal tersebut menyebabkan beban tersendiri bagi jantung sehingga timbul perubahan struktur jantung ( remodelling ) pada penderita sirosis hati yang dari beberapa penelitian dilaporkan berupa temuan hipertrofi jantung, dilatasi ventrikel kanan, atrium kiri hingga perubahan volume sistolik dan diastolik.10 Penelitian 8 tahun terakhir mulai mempelajari hubungan antara sirosis hati dengan gagal jantung yang tersembunyi melalui perubahan rasio E/A.11 Penilaian adanya disfungsi diastolik ventrikel kiri jantung dengan ekokardiografi telah direkomendasikan dalam konsensus European Association of Echocardiography dan American Society of Echocardiography ( ASE-EAE ) dengan kriteria terbaru tahun 2009.32 Parameter yang dinilai adalah indeks volume atrium kiri, kecepatan aliran darah melalui katup mitral kiri berupa rasio puncak durasi E dan puncakdurasi A ( E/A ), selisih antara E/A saat manuver Valsalva dengan tanpa manuver ( valsalva ∆ E/A ), waktu deselerasi (deceleration time ) yaitu waktu antara puncak E dan akhir puncak E, gerakan anulus katup mitral sisi lateral dan septal saat awal diastol ( e’ septal dan lateral ), rerata rasio E dengan gerakan anulus katup mitral sisi lateral dan septal ventrikel kiri saat awal diastol dengan moda pemeriksaan Doppler jaringan pada alat ekokardiografi ( E/ e’) dan selisih antara kecepatan aliran atrial regurgitan / reversal ( Ar ) di vena pulmonalis dengan durasi A dari aliran darah yang melalui katup mitral diakhir diastol ( A ) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 6 yang dilambangkan dengan Adur-A.32 Setiap parameter memiliki arti klinis tersendiri, mewakili perubahan spesifik pada sistem diastolik jantung serta memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Perbedaan dengan pendekatan konvensional adalah tidak dipakainya parameter indeks volume atrium kiri dan Doppler jaringan untuk evaluasi pergerakkan miokard saat diastol ( e’ septal dan lateral ), rerata E/e’.32 Pendekatan konvensional menggunakan parameter E/A, valsalva ∆ E/A, waktu deselerasi, rasio kecepatan aliran vena pulmonalis saat sistol dan diastol ( S/D ), waktu relaksasi isovolumetrik ( IVRT ). Berdasarkan parameter-parameter diatas maka disfungsi diastolik dapat dibedakan menjadi gangguan relaksasi ( derajat 1), pseudonormal ( derajat 2 ), gangguan restriktif ( derajat 3 ), restriktif ireversibel ( derajat 4 ). Instrumen penilaian disfungsi hati Child Turcotte Pugh dikembangkan tahun 1964 olehdokter bedah Charles Gardner Child III dan profesor bedahJeremiah George Turcotte di Universitas Michigan Amerika Serikat untuk memprediksi luaran kematian pasca tindakan pintas portokaval dan pembedahan varises esofagus pada pasien sirosis hati33,34. Instrumen skor tersebut awalnya terdiri dari kadar albumin, bilirubin, ensefalopati, asites dan status nutrisi. Instrumen penilaian Child Turcotte dimodifikasi di tahun 1973 oleh Pugh dkk dimana status nutrisi diganti dengan masa protrombin untuk memperbaiki objektivitas dan digunakan untuk memprediksi luaran kematian pasca transeksi esofagus untuk varises esofagus pasien sirosis hati35. Skor yang diperbaharui ini mendapat julukan skor modifikasi Child Turcotte Pugh36. Sampai saat ini sistem CTP belum tergantikan untuk evaluasi derajat disfungsi hati pasien sirosis secara bedsite dan penggunaannya tidak terbatas pada kasus bedah namun untuk semua masalah disfungsi hati termasuk sirosis37,38. Skor CTP dapat dijabarkan dalam skala ordinal kategori derajat keparahan maupun numerik. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 7 1.1.3 Perlunya Fungsi Diastolik Dikaji dalam Penelitian Ini Hanya ada tiga penelitian di Indonesia tentang masalah kardiologi pada penderita sirosis hati : dua di RSCM yang keduanya dilakukan pada tahun 2003 yaitu pemanjangan interval QT pada pasien sirosis hati dan penelitian pendahuluan disfungsi ventrikel kiri pada penderita sirosis hati non alkoholik di Poliklinik Hepatologi RSCM.21,39 Pada penelitian pendahuluan disfungsi ventrikel kiri pada penderita sirosis hati non alkoholik oleh Wibowo A didapatkan prevalensi gangguan fungsi ventrikel kiri berupa disfungsi diastolik sebesar 30% dan memberikan pertanyaan penelitian tentang hubungan derajat disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan derajat disfungsi hati penderita sirosis hati.21 Pada penelitian tersebut tidak menggunakan kriteria ASE-EAE 2009 yang tentu saja saat itu belum dibuat, proporsi sirosis hati CTP A tidak ada karena kerterbatasan modalitas alat diagnostik seperti biopsi, ultrasonografi dengan transducer yang lebih sensitif, alat fibroscan belum ada, jumlah sampel tidak memenuhi jumlah yang diinginkan, tidak ada analisis statistik atau metodologi untuk mengurangi bias interobserver pemeriksaan ekokardiografi dan tidak dikaji geometri ventrikel kiri. Hal yang paling prinsip dalam penelitian Wibowo A adalah tidak dtemukannya hubungan antara derajat disfungsi diastolik dengan derajat disfungsi hati pasien sirosis. Sudah satu dasawarsa belum ada penelitian lanjutan yang melanjutkan, memperbaharui atau memperbaiki penelitian tersebut. Di luar RSCM terdapat satu penelitian tentang hubungan antara beratnya sirosis hati dan kejadian sirosis kardiomiopati di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2013 oleh Koswandi dan kawan-kawan. Mereka meneliti 20 pasien sirosis hati dengan parameter kardiomiopati sirosis adalah adanya pemanjangan interval QT dan rasio E/A, ditemukan prevalensi pemanjangan interval QT sebesar 50% dan abnormalitas rasio E/A sebesar 50%40. Pada penelitian ini jumlah sampel terbatas, parameter fungsi diastolik yang diperiksa hanya rasio E/A dan tujuan penelitian bukan meneliti disfungsi diastolik pada sirosis hati. Penelusuran kepustakaan melalui internet mengenai penelitian derajat disfungsi diastolik pada sirosis hati di Asia sampai tanggal 30 Juni 2014 belum Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 8 ada yang meneliti . Penelitian derajat disfungsi diastolik penderita sirosis dengan jumlah terbanyak yaitu 152 pasien berasal dari pusat hepatologi di Spanyol oleh Nazar A et al tahun 2012 namun tujuan penelitiannya adalah melihat hubungan antara derajat disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan hemodinamik sistemik dan disfungsi ginjal pada pasien sirosis hati. Dikatakan dalam makalah penuhnya bahwa pemeriksaan fungsi diastolik menggunakan kriteria ASE-EAE 2009 namun tidak semua parameter digunakan11. Hanya ada 1 penelitian oleh Irnius et al tahun 2007 yang bertujuan mengkaji korelasi antara disfungsi jantung dengan derajat disfungsi hati pasien sirosis namun tidak diperoleh data apakah yang dimaksud disfungsi jantung adalah disfungsi diastolik atau gabungan dengan fungsi sistolik serta tidak menggunakan langkah pemeriksaan fungsi diastolik ASE-EAE 2009. Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa e’ septal, rerata e’ septal, rasio E/A, strain longitudinal dan laju strain paling berhubungan dengan kondisi sirotik kardiomiopati41 namun tidak diperoleh data bahwa mereka meneliti hubungan disfungsi diastolik dengan sirosis hati. Nilai tambah dan kebaruan dalam penelitian ini adalah melanjutkan, memperbaharui sekaligus menilai ulang hasil penelitian oleh Wibowo A tahun 2003 dengan metode analisa statistik yang lebih baik, validitas interobserver yang lebih baik, syarat besar sampel yang terpenuhi, penggunaan alat ekokardiografi dengan transducer yang lebih sensitif, restriksi subjek yang ketat, program komputer untuk evaluasi hasil ekokardiografi yang lebih baik, kriteria disfungsi diastolik dan derajatnya dengan ASE-EAE 2009, pemeriksaan geometri ventrikel kiri dan yang terpenting mengkaji ulang hasil penelitian tersebut yang menyatakan tidak ada hubungan antara derajat disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan derajat disfungsi hati pasien sirosis. Di tingkat global penelitian ini adalah penelitian kedua di Asia setelah Salari A et al dari Iran yang memperoleh data proporsi sekaligus prevalensi disfungsi diastolik dengan kriteria ASE-EAE 200920 namun penelitian itu tidak mengkaji perbedaan prevalensi dengan menggunakan pendekatan konvensional. Pada penelitian ini dilakukan juga kajian terhadap pemeriksaan fungsi diastolik dengan pendekatan konvensional yang menjadi nilai tambah penelitian ini karena masih dipakainya pendekatan konvensional di banyak pusat kardiologi di Asia terutama pada pusat layanan kesehatan yang tidak Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 9 memiliki fasilitas Doppler jaringan. Penelitian ini juga adalah penelitian pertama di Asia dan dunia yang mengkaji geometri ventrikel kiri pada pasien sirosis hati, korelasi derajat disfungsi diastolik dan derajat disfungsi hati dengan kriteria ASEEAE 2009 sekaligus menilai satu persatu hubungan parameter fungsi diastolik terhadap derajat disfungsi hati dengan besar sampel terpenuhi dan validasi interobeserver yang baik. 1.2 Rumusan Masalah 1. Penelitian tentang gangguan fungsi organ jantung sebagai bagian dari komplikasi sirosis hati di Indonesia masih berupa penelitian pendahuluan sedangkan jumlah penderita hepatitis kronis yang berisiko menjadi sirosis di Indonesia tinggi . 2. Penelitian tentang proporsi maupun prevalensi derajat disfungsi diastolik di Indonesia pada penderita sirosis hati masih berupa penelitian pendahuluan dengan jumlah sampel terbatas dan kriteria disfungsi diastolik yang belum diperbaharui padahal banyak tindakan intervensi atau pemberian terapi yang dilakukan pada penderita sirosis hati berpengaruh terhadap sistem kardiovaskular ( seperti parasintesis asites, ligasi varises esofagus, pemberian propranolol, diuretik dan tindakan transplantasi hati di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo). 3. Teknologi deteksi adanya sirosis dini saat penelitian pendahuluan prevalensi derajat disfungsi diastolik pada penderita sirosis hati di RSCM belum berkembang sehingga proporsi penderita sirosis hati dengan skor Child Turcotte Pugh A tidak ada. 4. Kriteria disfungsi diastolik konvensional masih banyak dipakai di pusat layanan kesehatan yang belum memiliki fasilitas ekokardiografi Doppler jaringan. 5. Belum ada data prevalensi disfungsi diastolik pada sirosis hati dengan kriteria ASE-EAE 2009 maupun konvensionaldi Asia Tenggara dan Asia Timur. Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 10 6. Belum ada penelitian yang mengkaji korelasi derajat disfungsi diastolik dengan derajat disfungsi hati sirosis maupun hubungan tiap parameter fungsi diastolik dengan derajat disfungsi hati pasien sirosis. 7. Implikasi klinis dari disfungsi diastolik berhubungan dengan gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri yang normal ( heart failure with normal left ventricular ejection fraction). Kondisi tersebut menyebabkan tingginya mortalitas gagal jantung sehingga diperlukan suatu penelitian adanya disfungsi diastolik pada pasien sirosis hati RSCM. 8. Ada rekomendasi baru alur pemeriksaan parameter fungsi diastolik dengan ekokardiografi sudah direvisi melalui kriteria American Society of Echocardiography-European Association of Echocardiography 2009. 9. Belum diteliti di Indonesia dan dunia hubungan antara beratnya disfungsi diastolik dengan derajat disfungsi hati penderita sirosis dan penggunaan parameter penilaian fungsi diastolik menurut kriteria American Society of Echocardiography-European Association of Echocardiography 2009. Penelitian di Indonesia di tahun 2003 hanya berupa penelitian pendahuluan dengan kriteria disfungsi diastolik yang belum diperbaharui dengan hasil tidak ada hubungan. Saran penelitian lanjutan saat itu adalah meneliti hubungan antara disfungsi diastolik dengan derajat beratnya disfungsi hati. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Berapa proporsi disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan kriteria ASEEAE 2009 dan konvensional pada pasien sirosis hati ? 2. a. Apakah terdapat korelasi positif antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan kriteria American Society of Echocardiography-European Association of Echocardiography 2009 ? b. Apakah terdapat korelasi positif antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor Child Turcotte Pugh dengan Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 11 beratnya derajat disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan pendekatan konvensional ? 3. a. Apakah terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas indeks volume atrium kiri ? b. Apakah terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas e’ septal ? c. Apakah terdapat hubungan antara beratnyaderajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas e’ lateral ? d. Apakah terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas rasio E/A ? e. Apakah terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas ∆ valsalva rasio E/A ? f. Apakah terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas rerata E/e’ septal ? g. Apakah terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas Ar - A ? h. Apakah terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas waktu deselerasi ? 1.4 Hipotesis Penelitian 1. a.Terdapat korelasi positif antara beratnya disfungsi hati pada pasien sirosis yang dinilai melalui skor Child Turcotte Pugh dengan derajat Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 12 disfungsi diastolik kriteria American Society of EchocardiographyEuropean Association of Echocardiography 2009. b. Terdapat korelasi positif antara beratnya disfungsi hati pada pasien sirosis yang dinilai melalui skor Child Turcotte Pugh dengan derajat disfungsi diastolik pendekatan konvensional. 2 a.Terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas indeks volume atrium kiri. b.Terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas e’ septal. c. Terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormlitas e’ lateral. d. Terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas rasio E/A. e. Terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas ∆ valsalva rasio E/A. f. Terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas rerata E/e’ septal. g. Terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas Ar – A’. h. Terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui skor numerik Child Turcotte Pugh dengan beratnya derajat abnormalitas waktu deselerasi. Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 13 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan umum Mengetahui proporsi disfungsi diastolik ventrikel kiri pada pasien sirosis hati dan hubungannya dengan derajat disfungsi hati melalui skor CTP. 1.5.2 Tujuan khusus 1. Mendapatkan informasi berapa besar proporsi terutama prevalensi disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan kriteria ASE-EAE 2009 dan pendekatan konvensional pada pasien sirosis hati. 2. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati penderita sirosis melalui skor CTP numerik maupun ordinal dengan beratnya derajat disfungsi diastolik ventrikel kiri kriteria ASE-EAE 2009 dan konvensional 3. Mengetahui hubungan beratnya derajat disfungsi hati penderita sirosis yang dinilai melalui skor numerik CTP dengan beratnya derajat abnormalitas 8 parameter penilaian fungsi diastolik ventrikel kiri pada ekokardiografi dengan kriteria ASE-EAE 2009 . 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat keilmuan Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi data proprosi dan prevalensi disfungsi diastolik pada penderita sirosis hati, hubungan antara derajat disfungsi diastolik dengan derajat disfungsi hati penderita sirosis hati, parameter fungsi diastolik mana yang berhubungan dengan beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan menjadi landasan penelitian keterlibatan jantung dalam sirosis hati berikutnya. 1.6.2 Manfaat aplikatif Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada dokter atau klinisi bahwa tatalaksana pasien sirosis hati memerlukan pendekatan holistik multiorgan khususnya adanya keterlibatan jantung berupa disfungsi Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 14 diastolik sehingga dapat diwaspadai sejak dini kemungkinan disfungsi diastolik pada penderita sirosis hati dan komplikasi kejadian kardiovaskuler maupun gangguan hemodinamik dikemudian hari. Klinisi mengetahui kapan sebaiknya deteksi disfungsi diasatolik dilakukan pada pasien sirosis hati dan monitornya sekaligus waspada bahwa pasien sirosis hati berpotensi mengalami gagal jantung dengan fungsi diastolik normal. Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 15 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Konsep Diastolik Dalam bahasa Yunani, sistol berarti kontraksi dan diastol berarti memisahkan.42 Konsep sistol dan diastol dapat diterangkan melalui pendekatan peristiwa mekanik yang terjadi pada tingkat organ jantung selama satu denyutan jantung yang dikenal dengan istilah siklus jantung ( cardiac cycle)43, suatu pendekatan yang sudah dituliskan oleh Wiggers pada tahun 1915 namun dirangkai dengan lebih detil oleh Lewis pada tahun 1920.43 Siklus jantung mencakup peristiwa elektrik dan mekanik pada struktur jantung yang bertanggungjawab terhadap terjadinya kontraksi dinding atrium dan ventrikel secara teratur. Dalam hubungannya dengan siklus jantung, secara sederhana sistol berarti masa atau fase terjadinya kontraksi dinding ventrikel untuk mengeluarkan isi didalamnya dan diastol berarti masa atau fase terjadinya relaksasi dinding ventrikel sehingga dapat terjadi pengisian.42,44 Selama siklus jantung, atrium kiri dan kanan menerima darah yang kembali ke jantung dari vena sistemik. Selama fase diastolik, darah melewati atrium masuk ke dalam ventrikel yang bertekanan rendah melalui katup mitral dan trikuspid yang terbuka sehingga terjadi peningkatan tekanan di dalam ventrikel selama fase diastol.44 Pada fase akhir diastol, kontraksi dinding atrium akan mendorong sejumlah volume darah yang tersisa ke dalam ruang ventrikel.44 Dari penjelasan ini maka dapat disimpulkan bahwa definisi fungsi diastol adalah kemampuan ventrikel kiri menerima sejumlah darah pada tingkat tekanan rendah secara fisiologis untuk drainase darah agar tercapai beban volume darah yang adekuat dalam ventrikel bagi kebutuhan ejeksi saat sistol. Tiga peristiwa mekanik mendasar dalam siklus kardiak dengan fokus pada ruang jantung kiri adalah kontraksi dinding ventrikel kiri, relaksasi dinding ventrikel kiri dan pengisian ventrikel kiri. Peristiwa yang sama terjadi juga pada ruang jantung kanan. Buku-buku ajar kardiologi klasik selalu menjelaskan siklus kardiak dimulai dari fase terakhir relaksasi ventrikel sesaat sebelum fase sistolik ( 15 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 16 ventricular end diastole).42,43,44,45 Pada fase akhir diastolik ini ( dimana katup aorta masih tertutup ), tekanan dalam ventrikel kiri dengan cepat sangat meningkat setelah terisi sejumlah volume darah yang adekuat untuk meningkatkan tekanan dalam ventrikel kiri. Kontraksi ventrikel kiri lalu dimulai karena ion kalsium tiba di struktur protein kontraktil yang memicu interaksi aktin dan miosin sehingga kontraksi terjadi. Selanjutnya tekanan dalam ventrikel kiri melampaui tekanan dalam atrium kiri yang diikuti penutupan daun katup mitral 20 milidetik kemudian. Penutupan katup mitral ini terdengar pada auskultasi sebagai bunyi jantung M1 ( Mitral ) dan diikuti penutupan daun katup trikuspid yang terdengar sebagai komponen kedua dari bunyi jantung pertama yaitu T1 ( Trikuspid ). Kontraksi dan tekanan dalam ventrikel kiri terus bertambah hingga melampaui tekanan dalam aorta akibatnya katup aorta akan terbuka ( tidak terdengar pada auskultasi) diikuti pendorongan ( rapid ejection ) darah ke dalam aorta. Selama fase dimana katup mitral tertutup dan saat katup aorta terbuka, terjadi kontraksi ventrikel kiri namun volume ventrikel kiri tidak berubah. Fase ini disebut sebagai kontraksi isovolumik atau kontraksi isovolumetrik ( isovolumetric contraction ). 42,43,44,45 Setelah proses pendorongan dan pengeluaran darah ke dalam aorta berlangsung maka tekanan dalam ventrikel kiri akan berkurang, selain itu kadar ion kalsium dalam sitosol juga menurun karena ambilan kalsium ke dalam retikulum sarkoplasma. Kondisi ini menyebabkan serat miokard mulai memasuki kondisi relaksasi dan laju aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta akan menurun ( phase of reduced ejection). Tekanan dalam aorta melampaui tekanan dalam ventrikel kiri yang mulai menurun sehingga katup aorta menutup dan terdengar sebagai komponen pertama bunyi jantung kedua ( A2 ) demikian juga pada penutupan katup pulmonal terdengar sebagai bunyi jantung P2. Setelah itu, ventrikel kiri akan terus mengalami relaksasi namun katup aorta dankatup mitral masih tertutup sehingga tidak terjadi penambahan volume darah, fase ini disebut sebagai relaksasi isovolumetrik ( isovolumetric relaxation ). 42,43,44,45 Bila tekanan dalam ventrikel kiri menurun hingga dibawah tekanan dalam atrium kiri maka katup mitral akan terbuka dan darah dalam atrium kiri akan Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 17 mengalir ke dalam ventrikel kiri, fase ini disebut sebagai fase pengisian cepat ( rapid filling phase ) atau pengisian awal ( early filling). Fase pengisian cepat menyebabkan peningkatan tekanan ventrikel kiri meningkat sangat cepat mencapai keadaan tekanan tinggi yang menetap ( plateau ) sehingga gradien tekanan antara atrium dan ventrikel kiri sangat berkurang, lalu kecepatan pengisian berkurang hingga berhenti seolah terpisah antara atrium dan ventrikel ( diastasis ). Pengisian selanjutnya memerlukan penambahan tekanan atrium kiri melampaui ventrikel kiri dengan cara kontraksi atrium ( atrial systole, atrial kick ) yang memompa volume darah sisa dalam atrium kiri. 42,43,44,45 Masih terdapat perdebatan mengenai awal diastol. Pendapat pertama adalah bahwa kontraksi dan relaksasi seharusnya dipandang sebagai peristiwa yang berhubungan, diastol tidak akan dimulai sampai relaksasi otot terjadi sempurna, pendapat kedua adalah diastol dimulai saat pengisian ventrikel kiri dimulai sedangkan pendapat ketiga yaitu diastol dimulai bila miokard ventrikal juga mulai relaksasi. Definisi klinis yang diterima secara luas untuk fase diastol adalah interval dari penutupan katup aorta ( fase sistolik akhir) hingga penutupan katup mitral ( fase diastolik akhir). 46 Diastolik adalah bagian dari siklus jantung yang dimulai dari relaksasi isovolumetrik hingga akhir aliran mitral. Fase relaksasi isovolumetrik ( IVRT: isovolumetric relaxation time ) di akhir sistol ventrikel kiri dimana tekanan ventrikel kiri akan turun dibawah tekanan atrium kiri dan disusul dengan terbukanya katup mitral. Fase pengisian cepat berupa aliran darah yang mengalir cepat dari atrium kiri ke ventrikel kiri, pada Doppler aliran mitral tampak bentuk yang dikode dengan huruf E ( early ). Fase pangisian cepat diikuti fase diastasis dimana tekanan ventrikel hampir mendekati atrium sehingga aliran darah dari vena pulmonalis mengalir pelan ke dalam atrium. Kontraksi atrial akan meningkatkan tekanan transmitral dan terlihat sebagai bentuk yang dikode dengan huruf A ( atrial kick ) pada pemeriksaan Doppler. 42,44,45,47 Untuk selanjutnya dalam makalah ini yang dimaksud sebagai disfungsi diastolik adalah disfungsi diastolik pada ventrikel kiri kecuali bila ada keterangan lebih lanjut. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 18 2.2 Diastologi dan Evaluasi Pengukurannya dengan Ekokardiografi 2.2.1 Diastologi Istilah diastologi kurang dibahas dalam bidang kardiologi klinik karena perhatian terpusat pada fungsi sistolik namun dalam dua dekade terakhir perhatian terhadap kondisi diastol meningkat. Menurut Hamed Oemar diastologi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengenal proses diastol termasuk perilaku relaksasi ventrikel kiri, dinamika pengisian serta peranannya dalam klinis.47 Peranan diastol dalam gangguan fungsi jantung mulai mendapat perhatian sekitar tahun 1984 oleh Dougherty et al melalui penelitian mereka tentang gagal jantung kongestif dengan fungsi sistolik normal.48 Secara klinis fase diastolik dibagi menjadi 4 fase42,44,45,46,47: Relaksasi isovolumetrik ( isovolumetric relaxation) Pengisian diastolik cepat /awal (early /rapid diastolic filling) Diastasis (slow ventricular filling) Pengisian atrial ( atrial systole, atrial contraction, late diastolic filling) Faktor-faktor penentufungsi diastolik oleh Grossman secara garis besar ada dua: faktor ekstrinsik ruang jantung dan faktor intrinsik ruang jantung49, sedangkan menurut Carroll dan Hess dibagi menjadi faktor relaksasi miokard, pengisian ventrikel, kondisi elastik pasif dari ventrikel, kondisi di dalam ruang jantung, kondisi miokard, kondisi perikard dan laju denyut jantung.42 Menurut konsensus American Society of Echocardiography 2009 tentang evaluasi fungsi diastol ventrikel kiri disebutkan fungsi diastolik berhubungan dengan relaksasi miokard, kondisi pasif ventrikel kiri dan dipengaruhi oleh tonus miokard.50 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 19 tutup Katup aorta buka tekanan Doppler aliranmitral tutup buka Atrium Kontraksi Doppler aliran aorta Pengisian cepat Katup mitral Gambar 2.1 Siklus Jantung yang Memadukan Peristiwa pada EKG, Kateterisasi dan Doppler Sumber: Ho CY. Echocardiographic assesment of diastolic function. Scott’s Essential Echocardiography,. Humana Press. 2007.Keterangan gambar: LV left ventricle, IVRT isovolumetric relaxation timeEDVend diastolic volume, ESV end systolic volume ( Atas ijin pengarang ). Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 20 Tabel 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Diastol Menurut Carroll dan Hess. Tergantung pada preload, afterload, inaktivasi miokard dan kontraksi Relaksasi miokard jantung yang sinkron. Bila terganggu seperti pada kondisi relaksasi yang terlambat atau yang tidak sempurna dapat memperlambat awal fase pengisian diastol. Contoh: hipertrofi ventrikel kiri, iskemia miokard, kegagalan pompa sistolik, perikarditis konstriktif. Dimulainya fase pengisian cepat tergantung pada kecepatan terjadi Pengisian ventrikel relaksasi, kelentingan elastis ventrikel, gradien tekanan atrioventrikel, kondisi elastik pasif atrium dan ventrikel. Fase pengisian akhir tergantung pada kekuatan kontraksi atrium kiri dan kekakuan dinding ventrikel kiri. Contoh: atrial fibrilasi, hipertrofi kardiomyopati, mitral stenosis. Kondisi elastis pasif pada dinding ventrikel Dibedakan menjadi kondisi ventrikel ( ruang ) dan miokard ( otot ). Kekakuan ventrikel ditentukan dari hubungan antara volume-tekanan di ventrikel kiri. Kekakuan miokard ditentukan dari hubungan antara regangan dan beban di otot ventrikel kiri. Kekakuan miokard menghambat kardiomiopati, pemanjangan penyakit miokard. jantung Contoh: hipertensif, hipertrofi amiloidosis, hemosiderosis, usia tua. Kondisi ruang jantung Kondisi ruang jantung ventrikel kiri dapat dijelaskan melalui hubungan antara tekanan-volume atau tekanan-dimensi dan berhubungan dengan kekakuan ventrikel. Kekakuan ventrikel dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi ukuran ruang ventrikel kiri, massa otot ventrikel kiri, perfusi koroner, jaringan kolagen dan susunan kolagen. Faktor ekstrinsik meliputi interaksi antara ventrikel kiri dan kanan, tekanan perikard, tekanan intrathoraks dan volume intravaskular. Hubungan antara volume intraperikard dan tekanan berupa kurva Kondisi perikard naik yang curam. Hal sama terjadi bila volume jantung bertambah dan melampaui ambang elastis perikard maka tekanan intrakavum di semua ruang jantung bertambah dengan meningkatnya tekanan diastolik pada ruang kontralateral. Contoh: efusi perikard, dilatasi ventrikel kiri masif. Kekakuan miokard merupakan sifat elastik pasif miokard yang Kondisi miokard dipengaruhi oleh jaringan interstitium jantung dan miosit. Perubahan susunan serat kolagen meningkatkan kekakuan miokard. Perubahan Bersambung ke tabel berikut Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 21 Tabel 2.1 ( Sambungan ) kekakuan miokard tergantung pada sifat, jumlah, susunan serat kolagen, perfusi miokard dan suhu. Kecepatan laju jantung ( Peningkatan laju jantung mempersingkat interval waktu pengisian heart rate ) diastol dan kondisi elastik pasif jantung. Contoh: takikardia Sumber: Caroll dan Hess. Assesment of normal and abnormal cardiac function. Braunwald’s Heart Disease Philadelphia, Elsevier Sunders, 2005( Atas ijin pengarang ) 2.2.2 Evaluasi Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri dengan Ekokardiografi Ekokardiografi telah muncul menjadi alat utama untuk tehnik pengukuran evaluasi fungsu diastolik pada pasien sebagai alternatif kateterisasi jantung. Modalitas ini mencakup satu unit alat ultrasonografi 2 dimensi atau 3 dimensi pencitraan harmonik dengan transduser 2-3 megahertz, peralatan pencitraan Motion mode ( M mode ), peralatan Doppler continuous wave ( CW ) dan pulsed wave ( PW ) dengan tampilan berwarna dan spektral / spektrum, pengatur Doppler, Doppler jaringan ( tissue Doppler) dan uji pembebanan diastolik ( diastolic stress test ), pengatur gain, pengatur lateral gain compensation, pencahayaan, kontras, pemadatan, jeli transduser, sandapan EKG, tensimeter.50 Paramater dan teknik yang digunakan untuk evaluasi fungsi diastolik ventrikel kiri dengan ventrikel kiri menurut konsensus dari American Society of Echocardiography dan European Association of Echocardiography 2009 akan diuraikan dalam tabel dibawah ini. Secara garis besar, penilaian fungsi diastolik meliputi yang tercantum dibawah ini dan tidak semua umum dilakukan49: 1. Fungsi dan morfologi jantung yang berhubungan dengan disfungsi diastolik terdiri dari: a. Hipertrofi ventrikel kiri, volume atrium kiri b. Fungsi atrium kiri c. Tekanan diastolik dan sistolik arteri pulmonal 2. Aliran melalui katup mitral / aliran mitral ( mitral inflow ) 3. Manuver Valsalva 4. Aliran vena pulmonalis Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 22 5. Kecepatan perambatan aliran dengan M-mode berwarna (Color M-mode flow propagation velocity ) 6. Kecepatan gerakan anulus pada awal dan akhir diastol dengan Tissue Doppler (Tissue Doppler Annular Early and Late Diastolic Velocities ) 7. Pengukuran deformasi ( Deformation measurements ) 8. Pembukaan uliran ventrikel kiri 9. Perkiraan relaksasi ventrikel kiri 10. Perkiraan kekakuan ventrikel kiri 11. Uji pembebanan diastolik ( Diastolic stress test ) Tabel 2.2. Evaluasi Fungsi Diastol Menurut Rekomendasi untuk Evaluasi Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri dengan Ekokardiografi diterjemahkan dari American Society of Echocardiography dan European Association of Echocardiography 2009 ( Atas ijin pengarang ) No Evaluasi pengukuran Teknik 1 Ketebalan dinding ventrikel Ekokardiografi kiri: dimensi dan M mode: Ketebalan dinding septum Tehnik Ketebalan dinding posterior sumbu longitudinal. Untuk penilaian kondisi Dimensi dimensi internal ventrikel kiri saat relaksasi ventrikel kiri diastol dan sistol (LVId dan LVIs) melambat dan pengisian awal diastol internal ventrikel kiri saat diastol dan sistol Keterangan transthorakal Hipertrofi ventrikel kiri: adanya pendekatan ketebalan 2 parasternal dinding ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri: pada hipertrofi sehingga dianjurkan menggunakan pengukuran akan dari sumbu pendek setinggi ujung menyebabkan pengisian daun ventrikel tergantung pada katup mitral. Pengukuran berkurang dan dilakukan pada akhir sistol dan fase diastol. 2 selanjutnya. Untuk dimensi adalah pada pendekatan kepentingan klinis sumbu pendek setinggi midpapila, 4 setidaknya ruang dan 2 ruang jantung. dinding Visualisasi terpenting diastolik ketebalan ventrikel kiri diukur untuk tiba pada kesimpulan kondisi fungsi diastolik ventrikel kiri dan tekanan Bersambung ke tabel berikut Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 23 Tabel 2.2 ( Sambungan ) pengisian. 2 Pengukuran volume atrium Ekokardiografi kiri dimensi transthorakal 2 Volume atrium kiri: anteroposterior terdapat hubungan antara pendekatan apikal 4 dan 2 ruang perubahan ( remodeling) dan M mode. Diukur saat fase akhir bentuk atrium kiri dan sistol ventrikel saat ruang atrium kiri parameter mencapai diastol ukuran terbesar dan pengukuran oleh diambil pengukuran terbesar area ekokardiografi. sumbu panjang dan sumbu pendek. diperhatikan Kecembungan vena pulmonalis dan dilatasi atrium kiri dapat appandage atrium kiri tidak diukur. terjadi pada bradikardi, Pengukuran pembesaran volume atrium kiri Perlu bahwa seluruh 4 menggunakan metode Simpson atau ruang jantung, kondisi ellipsoid. luaran jantung meningkat, katup, yang kelainan fibrilasi atau flutter atrium, olahragawan. 3 4 Fungsi atrium kiri; Ekokardiografi 2 dimensi dengan Gangguan Volume tampung atrium kiri Doppler, tampilan 4 dan 2 ruang berhubungan Isi sekuncup atrium kiri dan M mode. Volume tampung gradien Konduit atrium kiri atrium kiri: volume pongosongan yang rendah saat awal pasif atrium kiri dikurangi volume diastol dan menurunnya alir volume balik darah dalam vena relaksasi dengan atrioventrikular atrium kiri pulmonalis saat kontraksi atrium. Isi meskipun fungsi atrium sekuncup atrium kiri: volume atrium kiri sebagai pompa dan kiri saat awal gelombang P pada tempat EKG dikurangi volume minimal sudah atrium kiri. Konduit atrium kiri: isi mempertahankan volume sekuncup ventrikel kiri dikurangi akhir diastolik ventrikel volume pengosongan pasif dan aktif kiri dan isi sekuncup ventrikel kiri. tetap adekuat. tranthorakal 2 penampungan optimal untuk Pasien dengan disfungsi Tekanan sistolik dan diastolik Ekokardiografi arteri pulmonal dimensi dengan CW ( Continuous diastolik simtomatis Wave ) Doppler, tampilan 4 dan 2 umumnya mengalami ruang. Kecepatan puncak pancaran peningkatan regurgitasi trikuspid yang diukur arteri pulmonalis. Pada dengan continuous wave Doppler kondisi (CW) dengan pengukuran tekanan penyakit tidak paru tekanan adanya ,maka Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 24 Tabel 2.2 ( Sambungan ) atrium kanan. Tekanan atrium kanan peningkatan dapat diukur dengan diameter vena arteri pulmonalis dapat kava inferior yang dimasukkan ke digunakan dalam menyimpulkan adanya selama respirasi atau dengan rasio peningkatan tekanan aliran sistolik terhadap diastolik pada pengisian ventrikel kiri. rumus dan perubahannya tekanan untuk vena hepatika. 5 Aliran mitral: Ekokardiografi Pengukuran primer terdiri dari : dimensi dengan PW ( Pulsed Wave diastolik yang tersering kecepatan ) Doppler berwarna dapat lebih digunakan pengisian diastolik ( E ) dan membantu, tampilan apikal mengklasifikasikan akhir pengisian diastolik ( A ), ruang untuk mengukur kecepatan disfungsi diastol menjadi rasio E/A, waktu deselerasi aliran mitral. CW Doppler dilakukan normal, gangguan kecepatan pengisian awal (DT), terlebih dahulu sebelum PW untuk relaksasi, pengisian isovolumetric relaxation time ( memastikan pseudonormal, pengisian IVRT ). maksimal diperoleh. Lalu volume Pengukuran puncak awal sekunder transthorakal bahwa 2 4 kecepatan terdiri sampel 1-3 mm diperoleh dengan dari durasi gelombang A mitral, menaruh probe diantara ujung daun waktu katup pengisian diastolik, waktu kecepatan Pengaturan perolehan spektral dan gelombang A, integral waktu filter dinding dapat memperjelas kecepatan aliran mitral. awal dan akhir aliran mitral. Sapuan integral mitral selama Parameter disfungsi untuk restriktif. diastol. kecepatan spektral mitral dimulai dari 25-50 milimeter/detik, bila tidak ada perubahan kecepatan dapat dinaikkan hingga 100 milimeter/detik pada akhir ekspirasi dan selama 3 siklus jantung. Pengukuran aliran mitral primer dengan menempatkan kursor CW Doppler pada jalur keluar ventrikel kiri ( left ventricular outflow tract ) sehingga terlihat akhir ejeksi aorta dan awal aliran mitral. Pada pengukuran aliran mitral sekunder kursor CW Doppler dan volume sampel diletakkan pada anulus katup mitral. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 25 Tabel 2.2 ( Sambungan ) 6 Memastikan perubahan Manuver Valsalva dengan Tidak semua orang dapat aliran mitral pseudonormal, ekspirasi maksimal pada kondisi melakukan penurunan rasio E/A mulut Valsalva sangat spesifik ≥ 50% untuk dan hidung manuver dan ditutup.Ekokardiografi pemeriksaan tidak peningkatan tekanan pengisian transthorakal 2 dimensi dengan standar. Dengan adanya ventrikel kiri. PW ( Pulsed Wave ) Doppler teknologi Tissue Doppler berwarna dapat lebih membantu, maka dapat dilakukan tampilan apikal 4 ruang konfirmasi perubahan aliran mitral pseudonormal dengan lebih mudah. 7 Aliran vena pulmonalis 2 Kecepatan puncak S fase dimensi dengan PW ( Pulsed Wave awal dipengaruhi oleh ) Doppler berwarna dapat lebih perubahan membantu, tampilan apikal 4 atrium Doppler atrium Ekokardiografi transthorakal ruang. Perekaman dilakukan dengan mengangulasi tekanan kiri, kontraksi kiri relaksasinya dan sedangkan transducer ke arah superior sehingga kecepatan puncak aliran katup aorta dapat terlihat. 2-3 mm S fase akhir berhubungan volume sampel diletakkan pada > 0.5 dengan isi sekuncup ( cm dalam vena pulmonaris untuk stroke perekaman gelombang spektral, filter dipengaruhi dinding diatur rendah agar kecepatan perubahan awal dan akhir alir balik atrial dapat ventrikel terlihat. Sapuan kecepatan spektral kelentingan. mitral Perubahannya dimulai dari 50- 100 volume ), D oleh pengisian kiri dan sejalan milimeter/detik pada akhir ekspirasi dengan dan selama 3 siklus jantung. Dinilai kecepatan kecepatan puncak aliran sistolik (S), Kecepatan kecepatan puncak aliran diastolik dipengaruhi oleh tekanan anterograde (D), rasio S/D, puncak akhir diastolik ventrikel kecepatan Ar ( atrial reversal ) pada kiri, prabeban atrium dan akhir diastol, kontraktilitas atrium kiri. selisih antara Ar perubahan E S/D mitral. Ar dengan durasi gelombang A mitral Rasio (Ar-A), kecepatan deceleration time pemendekan DT dari D < (DT) dari D, fraksi pengisian sistolik. 150 Terdapat dua kecepatan sistolik yaitu pengisian sistollik < 40% S1 dan S2. berarti terjadi penurunan milidetik, < 1, fraksi Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 26 Tabel 2.2 ( Sambungan ) kelentingan atrium kiri dan peningkatan tekanan atrium kiri. 9 Kecepatan gerakan anulus Ekokardiografi transthorakal PW utama meliputi kecepatan dimensi dengan Tissue Doppler (Tissue Doppler, tampilan apikal, volume sistolik, diastolik awal Doppler Annular Early and sampel dan Late Diastolic Velocities ) sepanjang 1 cm dari tempat insersi Kecepatan diastolik awal daun katup mitral pada sisi septal dan anular lateral, diatur secukupnya (5-10 mm) dengan huruf e’ dan agar pergerakkan longitudinal anulus kecepatan diastolik akhir katup mitral terlihat saat sistol dan anular dengan huruf a’. diastol. perolehan Setelah kecepatan kecepatan diletakkan pada Pengaturan diatur tissue Pengukuran pada awal dan akhir diastol spektral dengan 2 karena atau diastolik akhir. dilambangkan aliran mitral, anular dan gerakkan anulus memiliki amplitudo interval waktu dari awal tinggi. disusun gelombang QRS ke awal sekitar 20 cm/detik dengan rerata aliran mitral E diketahui diatas dan dibawah kecepatan basal. maka rasio anular e’/a’, Angulasi seminimal mungkin antara rasio pancaran terhadap e’ (E/e’), dataran jantung. Sapuan kecepatan interval waktu antara spektral mitral dimulai dari 50- 100 kompleks milimeter/detik pada akhir ekspirasi aliran mitral E (TE) serta dan selama ≥ 3 siklus jantung e’ ( Te’) dapat dihitung. Skala kecepatan gelombang ultra dan aliran mitral QRS Tambahan E dan penilaian berupa selisih antara TETe). dapat Kecepatan anular dipakai untuk menyimpulkan relaksasi ventrikel kiri dan rasio E/e’ dapat dipakai untuk memperkirakan tekanan ventrikel kiri. 10 Perkiraan relaksasi ventrikel Pengukuran kiri: secara langsung dengan tidak langsung dan secara IVRT ekokardiografi langsung melalui transthorakal 2 dimensi dengan Doppler denganPW ( Wave Pulsed Pemeriksaan regurgitan aorta dan mitral jarang dipakai karena sulit. ) Doppler berwarna dapat lebih Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 27 Tabel 2.2 ( Sambungan ) membantu, tampilan apikal 4 ruang. Selain itu dengan tanda regurgitasi aorta dan regurgitasi mitral melalui CW Doppler yang diukur kecepatan spektrum regurgitannya pada CW Doppler. Prosedur sama seperti pada pemeriksaan aliran mitral. Secara tidak langsung dengan pengukuran kecepatan aliran mitral sama seperti sebelumnya, tanda anular pada TD ( tissue Doppler ) e’,Vp yang diperiksa dengan M mode berwarna. 11 Perkiraan kekakuan ventrikel Pemeriksaan secara langsung dengan DT kiri:secara ekokardiografi parameter penting yang langsung tidak langsung dan dimensi transthorakal dengan 2 Doppler. mitral merupakan dipertimbangkan dalam Pengukuran dilakukan pada kurva mengambil volume-tekanan Doppler aliran mitral tentang yang ventrikel kiri khususnya memiliki kemampuan kekakuan mengukur laju kecepatan pengisian. pada Dengan fasilitas ini perlambatan ventrikel kiri dapat kekakuan diukur. kesimpulan pasien tanpa relaksasi ventrikel kiri. Pemeriksaan secara tidak langsung dengan mengukur DT dari kecepatan E mitral atau waktu transit gelombang A yaitu waktu yang diperlukan untuk kecepatan gelombang dan tekanan agar menjalar ke seluruh ventrikel. Dapat diukur dengan PW Doppler Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 28 2.3 Disfungsi Diastolik: Patofisiologi Umum dan Evaluasinya dengan Ekokardiografi Dari segi klinis, sejumlah kelainan fungsi diastolik dapat dijumpai dalam praktek sehari-hari. Kondisi tersebut secara berurutan dari yang paling ringan disebut sebagai abnormalitas diastolik, disfungsi diastolik dan gagal jantung diastolik.51 Pada kelainan diastolik ditemukan kondisi fase pengisian yang terganggu atau periode relaksasi isovolumetrik yang memanjang namun tanpa adanya manifestasi klinis. Pada kondisi ini ventrikel dapat mengompensasi fungsi diastolik abnormal dan mempertahankan tekanan pengisian ventrikel agar tetap normal. Tahap disfungsi diastolik memiliki ciri-ciri berupa peningkatan tekanan pengisian diastol yang menyebabkan timbulnya manifestasi klinis berupa sesak nafas ( dyspnea ). Gejala ini dapat terjadi saat aktivitas ( disfungsi diastolik laten ) atau saat istirahat ( disfungsi diasitolik nyata ). 49 Banyak pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri sedang hingga berat menderita disfungsi diastolik.52 Gagal jantung diastolik mempunyai tampilan klinis gejala gagal jantung pada unumnya seperti edema, ortopnea dan paroxysmal nocturnal dypnea.53 Tahun 1998 European Study Group on Diastolic Heart Failure menyusun kriteria untuk gagal jantung diastol yaitu bukti klinis adanya gagal jantung kongestif, disfungsi ventrikel kiri ringan atau sedang dan adanya gangguan relaksasi, pengisian atau kelentingan dinding ventrikel.54 Ketiga komponen tersebut dapat diketahui dari pemeriksaan noninvasif seperti ekokardiografi atau kateterisasi jantung. 2.3.1 Patofisiologi Umum Disfungsi Diastolik 2.3.1.1 Perubahan dalam Sifat Fisiologis Diastol Dua faktor yang berperan dalam karakteristik sifat fisiologis diastol jantung adalah relaksasi dan kekakuan dinding jantung32,54. Relaksasi ( inaktivasi kontraksi ) adalah proses dinamis yang dimulai pada akhir kontraksi dan dimulai selama relaksasi isovolumetrik hingga akhir pengisian ventrikel. Kecepatan relaksasi ventrikel dikontrol terutama oleh ambilan Ca2+ oleh retikulum sarkoplasma dan pengeluaran Ca2+ dari miosit. Proses membutuhkan pengaturan oleh SERCA2 ( sarcoendoplasmic reticulum Ca2+adenosine triphospatase: suatu Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 29 pompa untuk mengatur pengambilan kalsium dalam retikulum sarkoplasma ) dan pompa sarkolemal kalsium yang membutuhkan energi. Apabila terjadi peristiwa yang mengganggu produksi ATP seperti iskemia, maka akan terjadi gangguan relaksasi32,54,55,56. Gangguan relaksasi juga dapat disebabkan oleh kelainan kanal sarkolemal kalsium, gangguan fosforilasi protein fosfolamban yang mempengaruhi SERCA2. Relaksasi jantung juga memerlukan hidrolisis ATP agar kaitan myosin pada aktin terlepas. 32,54,55,56 Tiap peningkatan kekakuan ruang jantung dapat terjadi sekunder akibat satu atau kombinasi 3 mekanisme dibawah ini55,56,57: 1. Peningkatan tekanan pengisian ( kerja ventrikel sesuai dengan hubungan kurva tekanan-volume menjadi meningkat tajam ). Peningkatan ini dapat terjadi pada kondisi volume berlebihan karena regurgitasi katup akut dan gagal ventrikel kiri akut pada miokarditis ( Gambar 2.3a ). 2. Pergeseran kecuraman kurva tekanan-volume ventrikel. Peningkatan kekakuan umumnya disebabkan dari peningkatan massa ventrikel dan ketebalan dinding ventrikel. Walaupun hipertrofi memberi mekanisme kompensasi utama untuk mempertahankan kelangsungan pengosongan fase sistolik pada kondisi volume berlebihdalam ventrikel namun kondisi tersebut dapat mengganggu kondisi fisiologis diastol ventrikel dan mengganggu pengisian ventrikel. Perubahan garis kurva menjadi meningkat tajam dapat disebabkan oleh peningkatan intrinsik kekakuan miokard ( kekakuan adalah satuan dinding jantung tanpa memandang massa keseluruhan atau ketebalan miokardium ). Contohnya pada penyakit infiltrasi miokard ( amiloidosis ), fibrosis miokardial atau endokardial, iskemia miokard ( Gambar 2.3b ). 3. Peningkatan pergesaran yang sejajar pada kurva tekanan-volume diastol. Efek ini disebut sebagai penurunan kemampuan peregangan ventrikel. Umumnya disebabkan karena kompresi ekstrinsik pada ventrikel seperti tamponade jantung atau perikarditis konstriktif ( Gambar 2.3c ). Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 30 2.3.1.2 Perubahan Kronis Hubungan Tekanan-Volume Diastol Ventrikel Kelenturan ( kebalikan dari kekakuan ) ventrikel mewakili hubungan tekanan-volume akhir diastol dan dapat mengalami perubahan dalam berbagai kondisi. Pergeseran nyata kurva tekanan-volume diastol ventrikel kiri dapat diperlihatkan dalam kondisi volume berlebih berkepanjangan.55,56,57,58 Pada pasien dengan volume berlebih yang berat karena regurgitasi katup mitral atau aorta kronis menampilkan pergeseran kurva tekanan-volume yang tajam.55 Hal sama terjadi pada kardiomiopati dilatasi atau iskemia. Sebaliknya pada hipertrofi konsentrik ventrikel kiri seperti pada stenosis aorta, hipertensi, dan kardiomiopati hipertrofi terjadi pergeseran ke kiri kurva tekanan-volume ventrikel sepanjang sumbunya sehingga tekanan diastolik meningkat abnormal pada berapapun volume. 55,56,57,58 Perubahan kronik kurva hubungan tekananvolume diastolik dalam tingkat mikro disebabkan perubahan sitoskeleton miosit. Perubahan pada matriks ekstraseluler khususnya kolagen fibrilar dapat mempengaruhi kekakuan ventrikel58. Sintesis kolagen dapat dipengaruhi oleh kondisi pra dan pasca pembebanan, aktivasi sistem saraf adrenergik, sistem renin-angiotensin-aldosteron dan keseimbangan aktivitas matriks metaloproteinase dan penghambatnya. 58 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 31 Fibrosis Susunan sel yang kacau Peningkatan kekakuan pasif ruang jantung Hipertrofi Peningkatan tekanan diastolik Asinkroni Pembebanan abnormal Iskemia Penurunan relaksasi Aliran kalsium abnormal Gambar 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disfungsi Diastolik dan Peningkatan Tekanan Diastol Ventrikel Kiri pada Disfungsi Diastol Sumber: Gaasch WH, Izzi G: Clinical diagnosis and management of left ventricular diastolic dysfunction. Cardiac Mechanism and Function in the Normal and Diaseased Heart. New York Springer Verlag, 1989.( Atas ijin pengarang ) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 32 T e k a n a n v e n t r i k e l a b k i r i c Volume ventrikel kiri Gambar 2.3 Berbagai Mekanisme yang Menyebabkan Terjadinya Disfungsi Diastolik. Kurva Menggambarkan Hubungan Tekanan-Volume. Garis solid menunjukkan kondisi normal, putus-putus menunjukkan kondisi disfungsi diastolik. Sumber: Zile MR: Diastolic dysfunction detection: detection, consequence and treatment II. Concepts Cardiovascular Disease vol 59 no 1, 1990, American Heart Association.( Atas ijin pengarang ) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 33 2.3.2 Evaluasi Disfungsi Diastolik dengan Ekokardiografi Penggunaan ekokardiografi untuk mengevaluasi fungsi diastolik ventrikel kiri serta syaratnya telah diperbaharui dalam konsensus dari European Association of Echocardiography dan American Society of Echocardiography( EAE-ASE ) tahun 2009. Suatu penelitian untuk membandingkan antara penggunaan ekokardiografi dan kateterisasi jantung invasif pada pemeriksaan fungsi diastol ventrikel kiri pasien-pasien dengan gagal jantung diastolik melaporkan bahwa diagnosis gagal jantung diastolik tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu parameter pemeriksaan fungsi diastol pada ekokardiografi namun semua parameter fungsi diastolik dan observasi klinis harus digunakan bersama-sama50. Pembagian disfungsi diastolik pertamakali dikemukakan oleh Nishimura dan Tajik tahun 1997 yang membagi menjadi 4 derajat57: 1. Relaksasi abnormal ( derajat 1: ringan ) 2. Pseudonormal ( derajat 2: sedang ) 3. Restriktif reversibel ( derajat 3: berat ) 4. Restriktif ireversibel ( derajat 4: berat ). Berikut ini ditampilkan gambaran dan tabel aliran mitral, aliran mitral saat manuver valsalva , Doppler jaringan pergerakan anulus katup mitral, aliran vena pulmonalis, relaksasi ventrikel kiri, kelentingan ventrikel kiri dan tekanan atrium kiri pada masing-masing derajat disfungsi diastolik. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 34 Tabel 2.3 Pola Ekokardiografi Doppler Parameter Pola normal >1 Pola relaksasi abnormal ( derajat 1 ) <1 Pola pseudonormal ( derajat 2 ) 1-2 Pola restriktif ( derajat 3 & 4) ≥2 E/A DT (ms) 160-210 >220 150-200 <150 IVRT (ms) 70-90 >95 60-95 <60 S/D 1.3-1.5 1.6-2.0 <1 0.40-0.60 Ar (m/s) 0.22-0.32 0.21-0.28 ≥0.35 ≥0.25 Em (cm/s) >8 <8 <8 <5 Vp (cm/s) >55 <45 <45 <35 E/Em <8 >16 >2.5 E/Vp Sumber: Galderisi M. Diastolic dysfunction and diastolic heart failure: diagnostic, prognostic and therapeutic aspect. Cardiovasc Ultrasound 2005;3:9.( Atas ijin pengarang ) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 35 Fungsi Normal Diastolik Disfungsi Diastolik Disfungsi Ringan Diastolik Gangguan Relaksasi Sedang Disfungsi Diastolik Berat Restriktif Pseudonormal Reversibel Restriktif Ireversibel Aliran Mitral Aliran Mitral Saat Valsalva Maksimal Gerakan Anulus Mitral dengan Doppler Jaringan Aliran Vena Pulmonalis Relaksasi Normal Terganggu Normal Normal- Normal Normal Terganggu Terganggu Terganggu LV Kelenturan LV Tekanan LA Gambar 2.4 Perkembangan Derajat Disfungsi Diastolik Melalui Pemeriksaan Ekokardiografi Doppler dan Kateterisasi Invasif A: kecepatan transmitral pada kontraksi atrium kiri, Adur: durasi A, AR: aliran regurgitasi dari atrium kiri ke vena pulmonalis saat kontraksi atrium kiri, Ardur: durasi Ar, D: diastolik, DT: waktu deselerasi, E: kecepatan aliran transmitral di awal diastol, e’: kecepatan gerakan anulus katup mitral saat awal diastol, S: sistolik. Sumber: Redfield MM, Jacobzen SJ, Burnett JC Jr et al: Burden of systolic and diastolic ventricular dysfunction in the community: appreciating the scope of the heart failure epidemic. JAMA 289:194,20 ( Atas ijin pengarang ) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 36 2.3.2.1 Relaksasi Abnormal .Pada relaksasi abnormal ditemukan kondisi perlambatan relaksasi ventrikel namun kelentingan dan tekanan pengisian masih normal. Konstanta waktu relaksasi memanjang, gelombang E mengalami akselerasi yang lambat dan kecepatan mencapai puncak melambat, waktu deselerasi memanjang ( > 220 milidetik ) dan waktu relaksasi isovolumetrik memanjang ( > 100 milidetik ). 45,46,58,59 Volume darah yang dialirkan ke ventrikel kiri pada fase pengisian tidak utuh sampai akhir fase diastasis, peningkatan volume atrium kiri saat kontraksi atrium menyebabkan gelombang A yang lebih besar untuk mengkompensasi gelombang E yang mengecil sehingga rasio E/A < 1 dan aliran vena pulmonalis melalui rasio S/D > 1 ( S: sistolik, D: diastolik ) karena E kecil maka D menjadi kecil. Relaksasi terganggu akibatnya M mode berwarna untuk Vp ( kecepatan perambatan/propagasi ) memanjang > 45 cm per detik dan Em ( Em : E yang diperiksa dengan Doppler jaringan ) menurun< 8 cm per detik. 45,46,58,59 Pola ini ditemukan pada usia tua normal, iskemia, kardiomiopati hipertrofi dan hipertrofi sekunder, hipovolemia. 49 2.3.2.2 Pseudonormal Pola pseudonormal sulit dikenali karena mirip dengan pola pada kondisi normal.58 Bila tekanan atrium kiri meningkat untuk mengkompensasi fungsi diastolik yang menurun maka puncak gelombang E meningkat dan ditemukan kelainan berupa gangguan relaksasi, kelenturan dan peningkatan tekanan pengisian. Hal ini berhubungan dengan tampilan normal aliran mitral dengan rasio E/A antara 1-2, waktu, waktu deselerasi ( DT ) antara 150-220 milidetik, IVRT antara 60-12 milidetik. Hal penting untuk membedakan pseudonormal dengan normal adalah dari aliran vena pulmonal regurgitasi atrial ( AR ) dimana pada pengisian pseudonormal ditemukan pemanjangan dan peningkatan AR ( AR duration / Adur) > 35 cm/detik namun rasio vena S/D normal atau < 1. 45,46,58,59 Gelombang AR yang menonjol tidak ditemukan bila terjadi gagal sistolik atrium. Manuver Valsalva dapat dilakukan untuk membedakan antara normal dan pseudonormal dengan cara mengurangi pra pembebanan sehingga timbul rasio E/A yang tampak normal menjadi ≥ 0.5 dan menampilkan pola perlambatan Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 37 relaksasi. Kecepatan perambatan M mode dan Doppler jaringan sangat membantu untuk mendeteksi pola pseudonormal dengan Vp< 45 cm/detik dan Em< 8 cm/detik.41,42,43,44 Umumnya pasien dengan pola pseudonormal, ukuran atrium kiri membesar, fungsi ventrikel kiri terganggu dan klinis ditemukan dispnoe.22 2.3.2.3 Restriktif Reversibel Pola restriktif reversibel terlihat pada kelenturan ventrikel kiri yang sangat berkurang, peningkatan tekanan pengisian dan perlambatan relaksasi. 21 Gambarannya berupa kecepatan gelombang E yang memuncak dengan deselerasi yang sangat cepat yang menunjukkan peningkatan kekakuan ventrikel kiri dan gelombang A yang sangat kecil atau tidak ada. Rasio E/A umumnya > 2 dengan DT < 150 milidetik, IVRT < 60 milidetik. 46,47,59,60 Aliran vena pulmonal menunjukkan aliran sistolik yang tumpul dengan regurgitasi atrium ( AR ) memanjang dan besar ( kecuali pada gagal sistolik atrium kiri ).46,47,59,60 Kecepatan perambatan menurun dan Em menurun. Penurunan pengisian karena kekakuan ventrikel dapat dikompensasi dengan peningkatan laju nadi, kondisi inotropik dan peningkatan tekanan atrium kiri. Kompensasi pra beban ini secara dramatis mengubah morfologi gelombang E dari pola relaksasi memanjang menjadi pola restriktif. 46,47,59,60 Regurgitasi mitral dan trikuspid saat diastol terjadi karena tekanan dalam ventrikel yang naik sangat cepat didalam dinding yang tidak mengembang elastis.59 2.3.2.4 Restriktif Ireversibel Pola pengisian restriktif berhubungan dengan prognosis yang tidak baik pada berbagai jenis penyakit jantung. Kegagalan untuk memperbaiki pola pengisian restriktif pada aliran mitral menjadi non restriktif meningkatkan risiko kematian dua kali pada penelitian pasien-pasien dengan gagal jantung kronis. 22 2.3.3 Perbedaan Pendekatan Evaluasi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Secara Konvensional danASE - EAE 2009 Sebelum rekomendasi evaluasi fungsi diastolik ventrikel kiri dengan ekokardiografi oleh ASE-EAE 2009 dan kemajuan teknologi alat Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 38 ekokardiografiyang sangat pesat sejak tahun 1990-an pemeriksaan fungsi diastolik yang baku dilakukan ( konvensional ) dan tercantum dalam buku ajar ekokardiografi sebelum tahun 2000 hanya meliputi masa deselerasi (Deceleration time ) , IVRT ( Isovolumetric relaxation time ), rasio E/A, perubahan rasio E/A saat valsalva, rasio aliran vena pulmonalis saat sistol dan diastol ( S/D). 11,61 Pemeriksaan lain di masa itu hanya disebutkan sedang dalam penelitian dan belum menjadi pemeriksaan baku untuk evaluasi fungsi diastolik ventrikel kiri.Setelah kemajuan teknologi ekokardiografi berupa Doppler jaringan ( Tissue Doppler ), Color Flow Doppler Imaging, speckle tracking, transducer kristal piezoelectric yang dapat meningkatkan resolusi maupun kedalaman area pemeriksaan, sistem interface maka pemeriksaan parameter fungsi diastolik bertambah dengan indeks volume atrium kiri, kecepatan aliran propagasi, kecepatan gerakan anulus mitral sisi septal dan lateral dengan Doppler jaringan, pengukuran deformitas, pembukaan uliran ventrikel kiri / torsi, selisih dengan aliran regurgitan vena pulmonalis dari aorta dengan aliran A transmitral ( Ar-A ), laju strain atrium kiri dan ventrikel kiri / speckle tracking dan diastolic stress test. Dari berbagai parameter baru fungsi diastolik tersebut yang sudah teruji dan praktis dalam penggunannya adalah indeks volume atrium kiri, Doppler jaringan kecepatan gerakan anulus mitral sisi septal dan lateral dan Ar-A. ASA-EAE 2009 meringkaskan langkah pemeriksaan fungsi diastolik dengan tambahan pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan awal Doppler jaringan anulus mitral sisi septal dan lateral ( septal e’, lateral e’ ), volume atrium kiri, rerata E/e’ dan selisih Ar-A. Pada rekomendasi ASE-EAE 2009 tidak disebutkan mengapa volume atrium kiri dan Doppler jaringan miokard anulus septal dan lateral digunakan sebagai penyaring awal sebelum mengklasifikasikan derajat disfungsi diastolik sebagai ringan, sedang dan berat. Dalam penjelasan parameter volume atrium kiri dalam rekomendasi tersebut disebutkan bahwa volume atrium kiri menggambarkan akumulasi dinamika tekanan pengisian yang sudah berlangsung lama sedangkan kecepatan Doppler jaringan menggambarkan tekanan pengisian saat diperiksa sehingga peningkatan atrium kiri saja belum tentu disebabkan oleh disfungsi diastolik dapat disebabkan oleh kondisi lain seperti kelainan ukuran Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 39 ruang jantung menyeluruh, volume luaran tinggi ( anemia, beri-beri, fistula ), kelainan katup, fibrilasi / flutter atrium.50 Penggunaan keduanya diharapkan meningkatkan sensitivitas dan spesifitas saat penapisan awal. Tabel 2.3.3 Perbedaan Pemeriksaan Fungsi Diastolik Kriteria ASE-EAE 2009 dan Pendekatan Konvensional. 50,61 Parameter Fungsi DiastolikASE EAE 2009 Pendekatan Konvensional Masuk dalam rekomendasi alur pemeriksaan ASE-EAE 2009 : Indeks volume atrium kiri Aliran transmitral: E/A, ∆ valsalva E/A, waktu deselerasi Doppler jaringan e’ septal, e’ lateral, rerata E/e’ Aliran vena pulmonalis : Ar – A Parameter tambahan ( tidak dalam rekomendasi alur pemeriksaan ) : Isovlumetric Relaxation Time, aliran vena pulmonalis S/D Hipertrofi ventrikel kiri, fungsi kontraksi atrium kiri Tekanan pengisian aliran arteri pulmonalis saat sistol dan diastol Kecepatan aliran propagasi, speckle tracking: deformitas beban ventrikel kiri ( strain ) & torsi gerakan ulir ventrikel kiri. Pemeriksaan uji latih diastolik. Aliran transmitral : E/A, ∆ valsalva E/A, waktu deselerasi, isovolumetric relaxation time Aliran vena pulmonalis S/D Kelainan anatomis atrium kiri melebar, hipertrofi ventrikel kiri Makna klinis dari masing-masing variabel ditampilkan pada tabel berikut : Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 40 Tabel 2.3.4 Parameter Fungsi Diastol dan Makna Klinisnya50,62,63 Parameter Fungsi Diastol Indeks volume atrium kiri Makna Klinis Bukti objektif ( jejak ) anatomis dan fungsional bahwa disfungsi diastolik ventrikel kiri yang berwujud sebagai tekanan yang dihadapi atrium kiri sudah berlangsung lama, prediktor independen terjadinya kematian, gagal jantung, fibrilasi atrium, stroke di masa mendatang. Kecepatan aliran transmitral fase awal & E mencerminkan kecepatan aliran darah melalui akhir diastolik: katup mitral diawal diastol dan A mencerminkan Rasio E/A kecepatan aliran darah melalui katup mitral di akhir diastol yang dibantu dengan kontraksi atrium kiri. Makin kecil E maka makin besar tekanan dalam ventrikel kiri, semakin besar A semakin besar usaha ‘sistolik’ atrium kiri melawan tekanan pengisian. Makin besar E menunjukkan kecepatan aliran yang sangat tinggi yang bukan berarti hal baik karena menggambarkan perbedaan tekanan yang sangat besar yang tidak mampu dilawan oleh atrium kiri saat fase awal diastol. Makin kecil A menunjukkan makin lemahnya kontraktilitas / kemampuan memeras atrium kiri. Rasio E/A mencerminkan perbedaan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri, menunjukkan Respon rasio E/A terhadap manuver valsalva derajat keparahan disfungsi diastolik, ( ∆ E/A ) menunjukkan tekanan pengisian dalam atrium kiri dan ventrikel kiri. Bila parameter ini digabungkan dengan indeks volume atrium kiri dapat menjadi parameter prognostik kardiovaskuler yang burukdan semakin besar kemungkinan gagal Waktu deselerasi / waktu perlambatan jantung overt. Membantu untuk mengeluarkan disfungsi diastolik tersembunyi ( pseudonormal ) karena manuver valsalva mengurangi pra beban sehingga gradien tekanan atrium ventrikel berkurang, Kecepatan miokard anulus katup mitral ( e’ meningkatkan septal dan lateral ) memperlambat relaksasi. Bila perubahan rasio > tekana pengisian dan Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 41 Tabel 2.3.4 ( Sambungan ) 50% dari pra valsalva maka disfungsi diastolik lebih berat. Mewakili kelenturan miokard ventrikel kiri dan kemampuan ventrikel kiri relaksasi, makin panjang waktu deselerasi maka dinding miokard masih cukup lentur untuk mengakomodasi tekanan dalam ruang jantung, makin pendek waktu deselerasi makin buruk kelenturannya. Memprediksi tekanan pengisian ventrikel kiri secara langsung pada dinding miokard, makin kecil nilainya makin besar tekanan pengisian dalam ruang jantung. Kecepatan aliran vena pulmonalis Bila digabungkan dengan E/e’ dapat memperkirakan tekanan PCWP. Rasio 15 setara dengan PCWP 20 mmHg ( sangat besar ). Dapat Selisih kecepatan aliran darah regurgitan membedakan kardiomiopati restriktif ( e’ < 8 ) vena pulmonalis dari atrium kiri ( Ar ) dan konstriktif.( e’ > 8 ) dengan kecepatan aliran darah melalui katup Berupa rasio S/D ( aliran vena pulmonalis saat mitral di awal diastol sistol dan diastol ) makin terbalik rasionya makin besar gangguan fungsi diastolik. Menunjukkan tekanan dalam atrium kiri walaupun belum terjadi perubahan anatomis dan fungsional nyata di atrium dan ventrikel kiri. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 42 Pendekatan Praktis untuk Evaluasi Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Menurut American Society of Echocardiography dan European Association of Echocardiography 2009 Septal e’ Lateral e’ Volume atrium kiri Septal e’ ≥ 8 Lateral e’ ≥ 10 Volume atrium kiri ≥ 34 mL/m2 Septal e’ ≥ 8 Lateral e’ ≥ 10 Volume atrium kiri < 34 mL/m2 Fungsi normal Fungsi normal Jantung atlet Konstriksi E/A < 0.8 DT > 200 milidetik Rerata E/e’ ≤ 8 Ar-A < 0 milidetik Valsalva ∆E/A < 0.5 E/A ≥ 2 DT < 160 milidetik Rerata E/e’ ≥ 13 Ar-A ≥ 30 milidetik Valsalva ∆E/A ≥ 0.5 E/A 0.8-1.5 DT 160-200 milidetik Rerata E/e’ 9-12 Ar-A ≥ 30 milidetik Valsalva ∆E/A ≥ 0.5 Derajat 1 American Septal e’< 8 Lateral e’ < 10 Volume atrium kiri ≥ 34 mL/m2 Society of Derajat 3 Derajat 2 Echocardiography dan European Association of Echocardiography 2009 Diterjemahkan atas ijin pengarang Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 43 2.4 Disfungsi Diastolik pada Penderita Sirosis Hati: Patofisiologi, Epidemiologi dan Telaah Singkat Literatur Pemahaman bahwa penyakit sirosis hati adalah penyakit sistemik dan multiorgan masih sulit diterima dikalangan klinisi, demikian juga mengenai keterlibatan jantung pada sirosis hati. Tahun 2005, kelompok kerja ahli hepatologi dan kardiologi mengadakan pertemuan di World Congress of Gastroenterology di Montreal. Pada kesempatan tersebut dikemukakan dalam diskusi bahwa kardiomiopati sirotik adalah suatu bentuk disfungsi jantung kronik pada pasien penderita sirosis dengan ciri-ciri ketidakmampuan kontraktilitas jantung saat menghadapi tekanan, dengan/atau perubahan fungsi diastolik, gangguan relaksasi dengan abnormalitas elektrofisiologi jantung seperti pemanjangan interval QT tanpa disertai kondisi penyakit jantung lain yang diketahui ada pada pasien.10 Sampai saat ini kardiomiopati sirotik masih dipertanyakan keberadaannya, masih terus diteliti dan penelitiannya masih bersifat sporadik. 64 Patofisiologi 2.4.1.1 Struktur Mikrovaskular dan Vaskularisasi Hati Sel hati dapat dibagi menjadi 3 kelompok65: 1. Sel parenkimal meliputi hepatosit dan epitel duktus billiaris 2. Sel sinusoid terdiri dari endotel sinusoid hati dan sel Kuppfer ( makrofag hati ) 3. Sel perisinusoid meliputi sel Stellata dan sel Pit Sinusoid hati terdiri dari sel-sel endotel yang berbeda dengan struktur pembuluh kapiler di luar hati: tidak memiliki membran basal dan terdapat celah/pori/fenestra endotel yang memungkinkan cairan plasma dan solut dalam ukuran tertentu dapat memasuki celah Disse ( eritrosit, trombosit, lekosit dan kilomikron ukuran tertentu tidak dapat melewatinya ).27,64 Sel-sel endotel hati juga dapat mensekresi berbagai mediator seperti prostagalndin, nitrik oksida, IL-1, IL6, interferon, TNF-α dan endotelin.28,65,66 Pada kondisi sirosis, fenestra endotel menghilang ( defenestrasi ) akibat perubahan matriks ekstraseluler, terbentuk Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 44 membran basal dan celah Disse menjadi penuh dengan kolagen.28,65,66,67 Diperlukan kerusakan sekitar 80% sinusoid untuk menimbulkan peningkatan tekanan porta. 68 Sel Stellata hati berfungsi menyimpan vitamin A, sintesis matriks hati dan menjadi sumber penghasil mediator untuk komunikasi antar sel seperti parakrin, autokrin dan kemotaktik untuk mempertahankan kondisi hemostasis lingkungan mikro sinusoid hati.64 Selain itu pada jejas kronis di hati, sel Stellata memproduksi komponen matriks ekstraseluler seperti kolagen, proteoglikan dan glikoprotein adesif sehingga aktivasi sel Stellata oleh jejas menjadi peristiwa penting dalam terjadinya fibrosis hati.27,66,67 Sel Stellata juga dapat berkontraksi akibat pengaruh zat vasoaktif seperti endotelin dan sebaliknya berdilatasi dengan nitrik oksida.28,65,66 Hati memiliki suplai vaskuler dari dua aliran: vena porta dan arteri hepatika. Vena hepatika membawa 75% darah yang masuk ke hati, aliran bersumber dari kapiler saluran cerna termasuk pankreas, bersifat kaya akan nutrisi namun rendah kadar oksigennya.27 Sumber kedua adalah arteri hepatika cabang dari trunkus seliakus yang membawa darah kaya akan oksigen ke hati.27 Kedua aliran vaskuler ini memasuki hati melalui porta hepatik. Dalam kondisi fisiologis, aliran arteri hepatika bersifat pulsatil namun bervolume kecil sehingga dapat mendorong aliran dalam sinusoid. Proporsi aliran arteri hepatika meningkat pada hipertensi portal dengan sebab apapun.66 2.4.1.2 Sirosis Hati, Perubahan Aliran Pintas dan Sistem Splangnik Fibrosis adalah kondisi dibungkusnya parenkim hati atau penggantian jaringan yang terkena jejas dengan jaringan parut kolagen1. Fibrosis hati terjadi akibat respon penyembuhan jejas yang terjadi terus menerus terhadap insult/ serangan kronis penyebab jejas melalui berbagai reaksi imunologis, mediator inflamasi, penimbunan matriks ekstraseluler dan aktivitas sel Stellata.29 Sedangkan sirosis hati secara sederhana adalah tahap lanjut fibrosis hati yang disertai perubahan mikro struktur vaskularisasi hati dan pembentukan nodul.1,19 Perubahan struktur vaskularisasi hati menyebabkan aliran darah melalui sinusoid Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 45 terhambat, lalu terjadi pintas aliran darah portal dan arteri langsung masuk ke dalam aliran keluar pembuluh darah pasca hepatik, memintas sistem pertukaran dari aliran darah antara sinusoid hati dan hepatosit.67 Pembuluh darah vena porta tidak memiliki katup, berkaliber besar dan merupakan gabungan dari vena mesentrika superior dan vena lienalis, kecepatan aliran 1000-1200 mililiter/menit, tekanan normal sebesar 7 mmHg ( 5-10 mmHg).67,68 Apabila sirkulasi portal terhalang atau tekana vena portal meningkat diatas 10 mmHg maka akan timbul sirkulasi kolateral. Dalam kondisi normal 100% aliran darah portal dapat melalui vena hepatika, namun pada sirosis hanya dapat dilalui 13% saja.69 Pembentukan kolateral melibatkan proses kompleks meliputi pembukaan, dilatasi dan hipertrofi saluran pembuluh darah yang sudah ada dan neoangiogenesis juga berperan.67 Sirkulasi splangnik meliputi jalinan pembuluh darah seliak, arteri mesenterika superior, inferior dan vena porta.67 Organ-organ yang diperfusi sirkulasi splangnik menerima 25% luaran jantung.67 Arteriol splangnik mempunyai kapasitas konstriksi dan dilatasi melalui tonus otot polos arteriol.67 Berbagai mediator dapat mempengaruhi tonus arteriol splangnik. Yang bersifat merelaksasi adalah adenosin, nitrik oksida dan asetilkolin, sedangkan angiotensin II, norepinefrin, endotelin dapat menimbulkan vasokonstriksi.27,18,66,68,70 Pada kondisi hipertensi portal terjadi dilatasi kuat arteriol splangnik akibat akumulasi nitirik oksida yang mengalahkan pengaruh mediator vasokonstriktor.27,28,66,68,70 Vasodilatasi splangnik merupakan faktor penting dalam mempertahankan sirkulasi hiperdinamik pada kondisi sirosis hati dengan hipertensi portal.27,28,66,68,70 2.4.1.3 Mekanisme Mikrostruktur dan Molekuler pada Peningkatan Resistensi Intrahepatik Beberapa penelitian menunjukkan bahwa selain terjadi peningkatan resistensi karena perubahan morfologis pada penyakit hati kronis, terdapat juga elemen kontraktil yang dapat berkonstriksi sesuai respon terhadap beberapa mediator agonis vasokonstriktor sehingga resistensi intrahepatik makin bertambah. Elemen kontraktil ini terdapat pada struktur sinusoid dan Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 46 ekstrasinusoid.60 Struktur sinusoid yang bersifat kontraktil adalah sel Stellata dan endotel sinuosid, sedangkan ekstra sinusoid meliputi arteriol splangnik dan pembuluh darah sistemik.27,28,66,68,70 Di hati yang mengalami sirosis terjadi ketidakseimbangan produksi mediator vasokonstriktor dan vasodilator. Sel sinusoid memproduksi nitrik oksida ( NO) dan produksinya meningkat bila aliran dalam sinusoid bertambah. Pada kerusakan hati terjadi penurunan nitrik oksida yang bersifat vasodilator oleh endotel hati dan peningkatan produksi endothelin-1 oleh sel Stellata yang bersifat vasokonstriktor oleh endotel hati.27,28,66,68,70 Terjadi juga peningkatan produksi angiotensin converting enzyme dan angiotensin II yang terjadi di sel Stellata.10 Tujuan dari produksi mediator-mediator tersebut adalah sebagai respon penyembuhan luka terhadap jejas kronik hati dan pembentukan matriks ekstraseluler.10 Pada sirkulasi sistemik dan splangnik kondisi sirosis hati, terjadi perubahan hemodinamik yang saling berhubungan: menurunnya resistensi vaskular sistemik ( vasodilatasi sistemik ) yang disebabkan karena berkurangnya resistensi vaskular splangnik ( vasodilatasi splangnik ) dan terjadi hiporeaktif arteri sistemik terhadap vasokonstriktor.10,69 Produksi berlebih NO berperan pentign dalam patogenesis dinamika perubahan arteri splangnik dan sistemik. Produksi berlebih NO pada sirkulasi sistemik dan splangnik penderita hipertensi portal terjadi karena peningkatan aliran dan regangan ( shear stress ) endotel pada tempat tersebut sehingga merangsang produksi endotel NO sintase dan NO.71,72 Hiporeaktivitas otot polos arteri sistemik dan splangnik terhadap zat vasokonstriktor pada hipertensi portal disebabkan juga oleh NO melalui mekanisme yang belum jelas. Respon hiporeaktivitas ini bisa berbeda antara lokasi vaskular satu dengan yang lain ( misal aorta dan splangnik lebih hiporeaktif dibanding karotis pada tikus sirosis ).71 Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan translokasi bakteri gram negatif usus pada penderita sirosis menimbulkan endotoksemia tanpa manifestasi sepsis.27,68,73,74 Endotoksemia ini memicu produksi berbagai mediator inflamasi, peningkatan NO dan kondisi hiperkinetik. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 47 Beberapa penelitian lain melaporkan peningkatan produksi glukagon yang bersifat vasodilator pada sirosis.27,74 2.4.1.4 Disfungsi Vaskular dan Kondisi Hiperdinamik Vasodilatasi sistem arterioler pada sirosis hati dan hipertensi portal dapat terjadi karena kombinasi akibat peredaran susbtansi vasodilator yang berlebihan di sirkulasi, produksi mediator vasodilator dari usus, zat vasodilator pintas yang tidak mengalami metabolisme oleh hati, peningkatan kepekaan pembuluh darah perifer terhadap zat vasodilator dan menurunnya kepekaan pembuluh darah perifer terhadap zat vasokonstriktor.10,29 Sedangkan di hati sirosis terjadi berkurangnya produksi nitrik oksida ( NO ) oleh sel endotel hati dan peningkatan produksi endotelin yang bersifat vasokonstriktor.29 Penelitian akhir-kahir ini menunjukkan bahwa produksi NO pada sinusoid berkurang bukan karena menurunnya endotel NO sintase ( eNOS ) namun pada kondisi sirosis terjadi gangguan aktivasi protein eNOS oleh protein caveolin-1 dan peningkatan protein penghambat eNOS yaitu G protein-coupled receptor kinase ) di sinusoid.69 Apapun mekanisme penyebabnya, menurunnya NO menyebabkan sel Stellata hati teraktivasi dan sangat kontraktil pada sirosis hati akan semakin mengkonstriksi sinusoid dan terjadi peningkatan tekanan portal.69 Penyakit hati yang sudah lanjut berhubungan dengan perubahan resistensi vaskular sistemik terutama vasodilatasi arteriol splangnik, sebaliknya pada daerah sinusoid hati terjadi peningkatan resistensi terhadap aliran darah.29 Hal ini terjadi karena kondisi fibrosis sinusoid, peningkatan kontraktilitas sel Stellata hati dan timbunan miofibroblas di daerah sinusoid.27 Sel-sel Stellata ini peka terhadap sejumlah mediator vasoaktif seperti endotelin, prostaglandin dan NO28. Pada kondisi sirosis hati terjadi pengurangan produksi NO oleh endotel sinusoid hati sebaliknya terjadi peningkatan produksi NO di sirkulasi arteri perifer sehingga ketidakseimbangan substansi vasodilator dan vasokonstriktor.27 Seorang ahli hepatologi Don S Rockey lebih jauh menyebutkan bahwa endoteliopati terjadi dalam penyakit hati dan berperan dalam peningaktan tekanan portal melalui ketidakseimbangan antara produksi vasokonstriktor dan vasodilator dalam struktur vaskuler.69 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 48 Vasodilatasi arteriol splangnik menyebabkan berkurangnya resistensi vaskuler sistemik, volume arteri yang tidak maksimal disertai hipovolemia relatif lalu terjadi aktivasi vasokonstriktor yaitu pada sistem saraf simpatis, sistem reninangiotensi-aldosteron, vasopresin, endotelin dan neuropeptida Y sehingga timbul kondisi hiperkinetik dan makin beratnya retensi cairan/ekspansi volume dan natrium.27,69,73,74 Dengan semakin lanjutnya kondisi sirosis, vasodilatasi splangnik bertambah dan kompensasi hiperdinamik sirkulasi tidak mampu memperbaiki situasi hipovolemia relatif. Tekanan darah arteri dipertahankan oleh vasokonstriksi di daerah renal, serebral dan jalinan vaskuler hati ( hepatic vascular bed ).27,69,73,74 Secara garis besar, kondisi berlebihnya substrat vasodilator dengan respon inadekuat hemodinamik terhadap zat vasokonstriktor dapat menjelaskan kondisi vasodilatasi dan hiporeaktif vaskuler bersamaan dengan terjadinya kondisi hiperdinamik.5 Vasodilatasi arteri splangnik merupakan proses penting dalam berkembangnya sindrom hiperdinamik sirkulasi sistemik namun penelitian akhirakhir ini menunjukkan bahwa produksi vasodilator di mikrosirkulasi usus terjadi lebih dahulu daripada kondisi hiperdinamik.27 Pada peningkatan tekanan porta yang ringan menjadi stimulus peningkatan terbentuknya vascularendothelial growth factor ( VEGF ) yang diikuti peningkatan eNOS, kolateral dan angiogenesis di mikrosirkulasi usus sehingga terjadi peningaktan aliran darah portal dan tekanan portal.72,75 Setelah mencapai tekanan tertentu, tekanan porta menginduksi vasodilatasi sirkulasi splangnik melalui gesekan pada dinding pembuluh darah akibat peningkatan aliran darah yang selanjutnya merangsang terbentuknya vasodilator eNOS dari endotel.72,76 2.4.1.5 Respon Jantung pada Kondisi Sirosis Peningkatan luaran jantung dapat disebabkan karena peningkatan alir balik vena, laju denyut jantung dan kontraktilitas miokard. Vasodilatasi ( resistensi vaskuler sistemik rendah ), hubungan arteri vena, peningkatan volume darah dan aktivitas saraf simpatis selanjutnya semakin meningkatkan luaran jantung.77 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 49 Volume darah yang meningkat pada sirosis berat berperan pada peningkatan luaran jantung yang secara teori dapat membebani jantung. Kondisi peningkatan luaran jantung dan bertambahnya kerja jantung akan menimbulkan gagal jantung pada kondisi bukan karena penyakit hati. Sebaliknya pada sirosis hati terjadi penurunan beban pasca muat ( after load ) akibat menurunnya resistensi sitemik dan meningkatnya kelenturan pembuluh darah sehingga kegagalan ventrikel kiri dapat tersembunyi pada kondisi sirosis10,30. Secara singkat , kondisi hemodinamik dan kardiovaskuler pada kondisi sirosis hati diringkas dalam gambar dibawah ini. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 50 Sirosis Hipertensi portal Pintas portosistemik Kegagalan hepatoseluler Aliran darah splangnik meningkat Vasodilatasi splangnik dan arteriol Produksi zat vasodilator Laju denyut jantung meningkat Resistensi vaskuler sistemik menurun Luaran jantung meningkat Tekanan darah arteri rendah Volume darah efektif menurun Volume plasma meningkat Tekanan darah arteri rendah Retensi cairan dan garam Sistem saraf simpatis meningkat Sistem Renin Angiotensin Aldosteron meningkat Vasopresin meningkat Endotelin meningkat Gambar 2.5 Patofisiologi Hemodinamik pada Penderita Sirosis Hati Sumber: Dumcke CW, Moller S. Autonomic dysfunction in cirrhosis and portal hypertension. Scand J Clin Lab Investig 2008;68:437-47( Atas ijin pengarang ) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 51 2.4.1.6 Hasil Penelitian Ilmu Biomedik yang Membantu Menjelaskan Kondisi Disfungsi Diastolik pada Sirosis Hati 2.4.1.6.1 Ketidakseimbangan Produksi Mediator dan Molekul Kimia 1. Peningkatan karbonmonoksida ( CO ) Karbonmonoksida dalam tubuh manusia dihasilkan oleh oksidasi heme oleh heme oksigenase-1 ( HO-1 ) menjadi besi, biliverdin dan karbonmonoksida. HO juga diinduksi oleh berbagai faktor seperti TNF-α dan IL-β, peningkatan norepinefrin, aktivasi saraf simpatis dan bakteremia atau endotoksemia vena porta. CO merupakan gas yang menyebabkan vasodilatasi arteri splangnik, menurunkan kontraktilitas ventrikel. Pada tikus model sirosis, terjadi peningkatan HO dibandingkan kontrol. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa CO berperan dalam terjadinya kardiomiopati sirotik.21,22,30,68 2. Peningkatan nitrikoksida ( NO ) Nitrikoksida diproduksi oleh mikrovaskuler jantung dan miosit jantung dari nitric oxide synthase ( NOS ) baik dalam bentuk constitutive ( cNOS ) atau inducible ( iNOS ). Miosit jantung umumnya mengeluarkan NOS endotel ( eNOS ) yang berlokasi dekat invaginasi plasmalema ( disebut kaveola ) dan neuronal NOS ( nNOS ).21,22,30,73 iNOS dikeluarkan sebagai respon terhadap inflamasi dan bersifat kardiotoksik karena menekan kontraktilitas otot dinding jantung dan menginduksi terjadinya apoptosis. Sebaliknya eNOS dan nNOS bersifat kardioprotektif karena memperbaiki perfusi dan menghambat apoptosis. Peningkatan NO berasal dari peningkatan aktivitas eNOS akibat beban peregangan ( shear stress ) pada kondisi hiperdinamik dan peningkatan akibat stimulasi sitokin seperti IL dan TNF21,22,30,80. Penelitian awal menunjukkan bahwa produksi berlebih NO menimbulkan sirkulasi hiperdinamik pada sirosis dan vasodilatasi splangnik yang akan menyamarkan kondisi fungsi jantung yang menurun. Produksi berlebih ini juga mendepresi jantung.21,22,30,78 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 52 3. Peningkatan endokanabinoid dan reseptornya Pada percobaan manusia dan tikus substansi endokanabinoid menginduksi efek inotropik negatif pada jantung dan vasodilatasi arteri splangnik pada kondisi sirosis. Pada tikus model sirosis, peningkatan endokanabonoid menekan respon ventrikel terhadap stimulasi β-adrenergik melalui reseptor CB1, sebaliknya bila reseptor CB1 diduduki antagonisnya maka respon kontraktilitas miokard kembali baik. Produksi anandamide meningkat pada kondisi stress seperti takikardi dan volume berlebih.21,22,30,78 2.4.1.7 Penelitian pada Manusia 2.4.1.7.1 Temuan Histopatologi pada Otopsi dan Perubahan Struktur dan Fungsi Jantung pada Pemeriksaan Ekokardiografi Laporan otopsi pasien sirosis sudah dimulai sejak tahun 1940-an namun kekurangan pada masa itu adalah sebagian besar laporan otopsi berasal dari kematian karena sirosis alkohol sehingga saat itu temuan hasil otopsi dipikirkan karena alkoholik sirosis.79 Laporan histopatologi pada masa itu menggambarkan adanya hipertrofi miokard, perubahan ultrastruktur meliputi edem kardiomiosit, fibrosis, eksudasi, vakuolisasi inti dan pigmentasi.30,79,80 Laporan pada tahuntahun berikutnya tidak ada perubahan bermakna pada dimensi makro ruang jantung. Laporan menarik dari Lunseth et al tahun 1958 berupa laporan otopsi 108 pasien sirosis, diantaranya terdapat 37 pasien tanpa riwayat atau bukti histopatologi adanya hipertensi, kelainan katup atau aterosklerosis: 32% diantaranya mengalami hipertrofi jantung. terjadi pada tahap awal dan pertengahan perjalanan sirosis sedangkan pasien sirosis berat kurang ditemukan hipertrofi jantung namun lebih banyak dilatasi ventrikel khususnya ventrikel kanan dengan gambaran ultrastruktur seperti diatas.80 Penelitian menggunakan ekokardiografi ditemukan pelebaran volume atrium kiri dengan volume ventrikel normal sedangkan peneliti lain melaporkan peningkatan volume akhir diastolik dan sistolik pada ventrikel kiri. Perbedaan ini diduga karena perbedaan dalam lama terjadinya sirosis serta belum bakunya metode penelitian di tahun 19501990-an.81 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 53 2.4.1.7.2 Esensi Teori Disfungsi Diastolik pada Sirosis Hati Disfungsi diastolik pada sirosis hati pertama kali dilaporkan tahun 1996.32 Walaupun beberapa parameter perubahan diastol dapat mendahului gangguan sistolik namun disfungsi diastol dan sistol dapat terjadi bersamaan.32 Latar belakang patofisiologi gangguan diastolik pada sirosis adalah peningkatan kekakuan dinding miokard karena kombinasi hipertrofi miokard, fibrosis dan edem subendotel.9 Patofisiologi dasar perubahan hemodinamik, vaskuler dan kerja jantung pada sirosis hati telah dijelaskan pada bagian 2.4.1.4 sampai 2.4.1.6. Beberapa penelitian ilmu biomedik dan klinis menemukan hubungan antara peningkatan kadar asupan natrium dan hipertrofi miokard karena peningkatan muatan natrium dalam miosit jantung akan merangsang dinamika sitosol miosit dan terjadi hipertrofi miosit. Selain itu natrium memperkuat efek fibrogenik aldosteron, meningkatkan mitosis fibroblas, merangsang produksi sitokin intrakardiak.42 Proses ini secara tidak langsung ( melalui mekanisme parakrinautokrin ) akan merangsang keluarnya endotelin-1 yang bersifat meningkatkan proliferasi miokard dengan hasil akhir bertambahnya ketebalan dinding jantung.30 Penelitian translasional menunjukkan bahwa retensi natrium berperan dalam hipertrofi miokard. Stres mekanik seperti beban lebih volume akan mengaktifkan sistem renin-angiotensin dalam jantung dan memicu produksi angiotensin II yang akan terikat pada reseptor angiotensin-1 di miosit jantung lalu terjadi proses intraseluler dengan hasil akhir hipertrofi miosit jantung.9,42 Disfungsi diastolik ventrikel kiri pada sirosis hati terjadi bila terjadi penurunan kelenturan ventrikel kiri dan menurunnya kemampuan rileksasi ventrikel kiri.8,9,10,22,30 Pemeriksan ekokardiografi Doppler dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi diastolik. Dengan alat tersebut kekakuan miokard terlihat dari pemanjangan waktu ventrikel untuk rileks setelah fase pengisian diastol pada volume diastolik akhir. Finucci et al tahun 1996 melalui pemeriksaan ekokardiografi Doppler menemukan penurunan relaksasi ventrikel kiri, berkurangnya rasio E/A dan terlambatnya fase transmitral pengisian diastolik awal pada pasien sirosis dibandingkan dengan kontrol yang selanjutnya dikonfirmasi oleh penellitian Pozzi Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 54 et al tahun 1997.26,81 Torregrosa et al tahun 2005 melaporkan pola kompleks pada disfungsi diastolik pasien sirosis yang semakin menonjol setelah terjadi asites.82 Pozzi pada penelitian yang sama juga melaporkan bahwa pasien sirosis dengan asites masif mempunyai gambaran peningkatan tinggi gelombang A, sangat berkurangnya rasio E/A dan terjadi pemanjangan waktu deselerasi.26 Membuang cairan asites dengan cepat dalam jumlah besar akan mengurangi tingginya gelombang A dan memperbaiki rasio E/A namun tetap tidak dapat mencapai orang normal.26 Pada kondisi peningkatan mendadak beban volume jantung seperti pemasangan TIPS atau pasca transplantasi hati dengan ventrikel kiri yang tebal, kaku dan rileksasinya tidak baik dapat menimbulkan gagal jantung dan edem paru nyata. Hal ini dibuktikan dari penelitian Huonker et al tahun 1999 yang melaporkan peningkatan tekanan baji paru dan resistensi pulmoner 90 menit setelah pemasangan TIPS yang sukses.83 Cazzaniga et al tahun 2007 dan Rabie et al tahun 2009 melaporkan rasio E/A sama atau kurang dari 1 menjadi prediktor mortalitas pasca pemasangan TIPS dan lambatnya perbaikan asites pasca pemasangan TIPS.84,85 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 55 FUNGSI KARDIAK BERKURANG Abnormalitas Elektrofisiologi Ekspansi Volume Distribusi Volume Abnormal Menurunnya Kelenturan Arteri FASE KOMPENSASI Abnormalitas membran Sitokin Faktor tumbuh Hipertoni simpatis Kelemahan sistem vagal Sirkulasi Hiperdinamik Fase awal GAGAL JANTUNG Endokanabinoid Disfungsi Sistolik Disfungsi Diastolik Fibrosis Kelenturan elastis menurun Laju tak menentu Ca2+ dari troponin Disfungsi Ca2+ATPase atau disfungsi Na+/Ca2+ Defek parvalbumin Fase akhir Gambar 2.6 Perkembangan Kardiomiopati Sirotik Pada kondisi sirosis hati berbagai faktor dapat saling mempengaruhi seperti ekspansi volume, sirkulasi hiperdinamik, abnormalitas fisiologi, disfungsi sistolik dan diastolik . Keterangan: CO cardiac output Sumber: Zardi EM, Abbate A, Zardi DM et al. Cirrhotic cardiomyopathy. J Am Coll Cardiol 2010;56:539-49. ( Atas ijin pengarang ) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 56 2.4.2 Epidemiologi dan Berbagai Penelitian Disfungsi Diastolik pada Penderita Sirosis Hati Tabel 2.4 Penelitian Mengenai Disfungsi Diastolik dan Epidemiologinya pada Penderita Sirosis Hati No Tahun Peneliti & Populasi Desain studi Hasil Rasio E/A lebih rendah pada 100% pasien sirosis dibandingkan kontrol, volume atrium kiri lebih besar, pasien dengan asites tegang memiliki rasio E/A lebih tinggi dan waktu deselerasi lebih pendek. Disfungsi diastolik E/A≤1 pada 100% pasien sirosis dengan asites atau tanpa asites dibandingkan dengan kontrol, ketebalan dinding ventrikel bertambah, Parasintesis mengurangi kadar basal pra parasentesis dari aldosteron, norepinefrin, aktivitas plasma renin. institusi 81 1996 Finucci et al. Italia Konsekutif42 pasien sirosis hepatitis usia 4065 tahun dengan sebab apapun. Kontrol 16 orang sehat Potong lintang. Menilai fungsi diastolik dengan ekokardiografi 2D. 226 1997 Pozzi et al. Italia Konsekutif 27 pasien sirosis hati dan asites tegang, laki-laki dan perempuan oleh sebab apapun. Kontrol 11 orang sehat usia 50-70 tahun. Potong lintang. Menilai fungsi diastolik, sistolik, anatomi dengan ekokerdiografi 2D. 1 Bersambung ke tabel berikut Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 57 Tabel 2.4 ( Sambungan ) 384 1999 Huonker M et al. Jerman Konsekutif 17 pasien, laki-laki dan perempuan, usia 40-60 tahun, sirosis alkoholik, akan dipasang TIPS Potong lintang. Menilai fungsi sistolik, diastolik, anatomi dengan kateterisasi 486 2003 Cazzaniga al. Italia. et 29 pasien sirosis hati laki-laki dan perempuan dengan sebab apapun usia 4275 tahun yang akan menjalani pemasangan TIPS dengan skor Child 5-12. Kohort 69 bulan sebelum dan sesudah 1 bulan pemasangan TIPS. Penilaian dengan ekokardiografi 2D menilai fungsi diastolik. 521 2003 Wibowo A et al. Indonesia. Studi Pendahuluan Konsekutif 30 pasien sirosis hati. Potong lintang. Ekokardiografi 2D Bersambung ke tabel berikut Diameter ventrikel kiri dan ventrikel kiri sedikit membesar. Pasca 9 jam insersi TIPS terjadi peningkatan diameter atrium kiri, PCWP, resistensi paru menunjukkan disfungsi diastolik pada kondisi ventrikel kiri hiperdinamik. TIPS dapat memunculkan kardiomiopati yang tersembunyi pada 100% pasien sirosis alkohol dan hipertensi portal. Sebelum pemasangan TIPS ditemukan E/A <1 pada 58% pasien. 1 bulan setelah pemasangan TIPS rasio E/A membaik. Perbaikkan rasio E/A menjadi rasio >1memberikan angka kesintasan 1 tahun pertama sebesar 100%, tahun kedua 77%, sedangkan pada kelompok dengan perbaikan rasio E/A <1 angka kesintasan sebesar 48% dan 16% 30% mengalami disfungsi diastolik, tidak terdapat hubungan dengan skor Child. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 58 Tabel 2.4 ( Sambungan ) 687 2004 Ratti L et al. Italia Konsekutif Pasien hepatitis C Potong lintang. Penilaian dengan ekokardiografi 2D untuk menilai fungsi sistolik dan diastolik E/A berkurang pada Child A dengan hipertensi portal. DT dan IVRT memanjang pada semua kelompok, IVST & LVPW meningkat pada semua kelompok. 782 2004 Torregrosa et al. Spanyol. 40 pasien sirosis laki-laki dan perempuan usia 45-70 tahun. Kontrol 16 orang pembawa hepatitis B sehat dengan fungsi hati dan biopsi normal dipadankan dengan umur dan jenis kelamin. Potong lintang. dengan ventrikulografi radionuklida Subgrup 15 orang menjalani transplantasi hati dan dinilai dalam 6, 12 bulan pasca transplantasi 888 2005 Nazar A et al et al. Spanyol. Konsekutif 102 pasien usia 40-65 tahun, laki-laki dan perempuan dengan sirosis hepatis sebab apapun. Kohort 6 bulan. Ekokardiografi 2D dengan Doppler jaringan, kateterisasi jantung kanan. Ketebalan dinding ventrikel dan ejeksi fraksi lebih tinggi dibanding orang normalsaat istirahat, hipertrofi LV 25%, Disfungsi diastolik terlihat ( parameter dari diameter LA bertambah dan waktu deselerasi E memanjang). Pasien dengan asites lebih menunjukkan disfungsi diastolik saat istirahat dan stress dibanding yang tidak. Tranplantasi hati menyebabkan regresi ketebalan dinding ventrikel. Tidak ditemukan disfungsi sistolik, semua fraksi ejeksi normal. Disfungsi diastolik pada 57%:41% derajat 1, 16% derajat 2. Pasien dengan disfungsi diastolik derajat 1 memiliki skor Child 6-10, derajat 2 memiliki skor Child 8-12. Pada pasien sirosis dengan derajat disfungsi diastolik derajat 2 Bersambung ke tabel berikut Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 59 Tabel 2.4 ( Sambungan ) 941 2007 Irnius A et al. Lithuania Konsekutif 58 pasien sirosis hati laki-laki dan perempuan dengan berbagai sebab, usia 40-65 tahun, 21 individu sehat sebagai kontrol. Potong lintang, uji korelasi. Evaluasi dengan ekokardiografi 2D dan Doppler. 1089 2007 Cazzaniga M et al. Italia 32 pasien sirosis hati konsekutif laki-laki dan perempuan yang dipasang TIPS dengan 16 kontrol orang sehat. Kohortsebelum dan pasca pemasangan TIPS selama 2 tahun dengan ekokardiografi 2D & Doppler. mengalami resistensi vaskuler sistemik lebih berat, kadar noradrenalin plasma lebih tinggi, kadar ANP & BNP lebih tinggi. Disfungsi diastolik derajat 2 dijumpai pada pasien sirosis Child A, B dan C sebesar 8,11 & 28%. Nilai kesintasan 6 bulan pada pasien sirosis dengan disfungsi diastolik derajat 2 tanpa tranplantasilebih rendah dibandingkan diastolik derajat 1 atau tanpa disfungsi diastolik ( 25% vs 61%, p<0.01). Korelasi lemah antara EF, E dan A dengan derajat sirosis Child namun ditemukan Ea septal dan rerata Ea yang memburuk sesuai dengan derajat sirosis Child, besarnya tekanan pengisian (E/Ea) meningkat pada Child C. Sebelum dipasang TIPS terdapat 56% pasien dengan E/A≤1, setelah pemasangan TIPS jumlah E/A ≤1 menurun menjadi 31%. Perbedaan bermakna antara E/A rasio ≤1 adalah tingginya nilai MELD dan Bersambung ke tabel berikut Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 60 Tabel 2.4 ( Sambungan ) 1185 2009 Rabie RN et al. Kanada. Konsekutif 101 pasien sirosis hati laki-laki dan perempuan oleh sebab apapun yang dipasang TIPS. Kohort. Pemeriksan fungsi diastolik dengan ekokardiografi 2D sesudah TIPS terpasang, diikuti selama 2 tahun 1290 2009 Ibrahim A et al. Amerika Serikat 149 pasien sirosis hati dengan EF> 50% laki-laki dan perempuan dalam daftar penantian transplantasi hati.. Potong lintang. Ekokardiografi 2D. kreatinin. Analisis univariat menunjukkan 2 variabel bermakna yang berhubungan dengan kematian selama 3,6,12 bulan pasca insersi TIPS:E/A≤1 (RR 14 95% CI 2.9-68, p<0.001 ) dan tingginya skor MELD. Rasio E/A ≤1 sebanyak 40%: skor MELD lebih tinggi karena kadar kreatinin lebih tinggi. Setelah dipasang TIPS kelompok dengan rasio E/A >1 lebih baik perbaikan asites dan kesintasannya. Analisa multivariat menunjukkan bahwa rasio E/A≤1 merupakan prediktor lambatnya perbaikan asites pasca TIPS (HR=7.3, CI 1.340.7, p=0.021) dan kematian pasca TIPS ( HR=4.7, CI 1.120.2, p=0.035) Fraksi ejeksi dan luaran kardiak yang lebih tinggi dibandingkan kontrol, peningkatan diameter ventrikel kiri dan atrium kiri, kecepatan E lebih tinggi dan E/E’ lebih tinggi dibanding kontrol, tidak ditemukan perbedaan fungsi diastolik antara penderita sirosis Bersambung ke tabel berikut Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 61 Tabel 2.4 ( Sambungan ) 1391 2010 Ribeiro H et al. Portugal Konsekutif 37 pasien sirosis hati laki-laki dan perempuan usia 50-61 tahun dengan sirosis alkoholik dan nonalkoholik. Potong lintang. ekokardiografi 2D dan Doppler jaringan 1492 2011 Holt EW et al. Amerika Serikat Konsekutif 187 pasien sirosis hati laki-laki dan perempuan dengan sebab apapun yang akan menjalani transplantasi hati. Kohort selama 6 tahun dengan luaran tranplantasi, kesintasan tanpa tranplantasi dan kematian. Ekokardiografi 2D 1593 2011 Sola E et al. Spanyol. Konsekutif 51 pasien sirosis dengan sebab apapun perempuan dan laki-laki usia 4565 tahun: 40 kompensata, 11 dekompensata. Potong lintang.Mengevaluasi fungsi sistolik dan diastolik dengan ekokardiografi 2D transthorakal miokard strain. dan kontrol. Disfungsi diastolik ditemukan pada 24.3% pasien. BNP meningkat pada 48.4% pasien, pemanjangan interval QT ditemukan pada 18.9% pasien,pelebaran atrium kiri pada 83.8% pasien, peningkatan massa ventrikel kiri pada 67.6% pasien, semua memiliki fraksi ejeksi yang normal 27.8% memiliki E/A < 1, 24.6% menjalani transplantasi hati, 41.2% meninggal hingga akhir penelitian. Hanya E/A < 1 berhubungan dengan luaran perjalanan sirosis dengan akhir tranplantasi atau kematian dalam 5 tahun (OR 3.28, CI 1.248.66,p=0.016) 36 pasien ( 73%) mengalami disfungsi diastolik: 37% derajat I, 36% derajat 2, derajat 3 dan 4 tidak ditemukan. Tidak ditemukan adanya disfungsi sistolik. Pasien dengan sirosis tanpa kompllikasi akut hanya ditemukan disfungsi diastolik. Bersambung ke tabel berikut Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 62 Tabel 2.4. ( Sambungan ) 1694 2011 Achecar L et al. Spanyol. Konsekutif 80 pasien sirosis hati laki-laki dan perempuan Kohort 2 tahun apakah terjadi sindrom hepatorenal. Pemeriksaan fungsi sistolik dan diastolik ekokardiografi 2D, Doppler jaringan, ekg, hemodinamik hati, kadar norepinefrin. 1795 2011 Shaikh S et al. Pakistan Konsekutif 74 pasien sirosis hati, laki-laki dan perempuan, usia diatas 14 tahun. Potong lintang. Menlai fungsi diastolik dengan ekokardiografi 2D, Doppler jaringan, BNP, EKG 1819 2011 Papastergiou et al. Yunani Konsekutif 92 pasien sirosis hati dengan apapun penyebabnya, Potong lintang. Menilai fungsi diastolik dengan ekokardiografi 2D 1911 2013 Nazar A et al. Spanyol. Konsekutif 152 pasien sirosis hati laki-laki dan perempuan.. Potong lintang. Penilaian diastolik dan tekanan kardiopulmional dengan ekokardiografi 2D dan kateterisasi jantung, kadar norepinefrin. 17.5% pasien memiliki disfungsi diastolik dan semuanya mengalami sindrom hepatorenal tipe 1. Ea berhubungan dengan terjadinya sindrom hepatorenal. Pada disfungsi diastolik derajat 2 64% mengalami sindrom hepatorenal tipe 1 dan 36% pada disfungsi diastolik derajat 1. Rasio E/A < 20.3%, pemanjangan interval QT 21.6%, peningkatan BNP 56.8% Disfungsi diastolik pada 59.8% pasien: derajat 1 39.1%, derajat 2 20.6%. Disfungsi diastolik derajat 1 pada Child A 37.9%, B 38.5%, C 41.6%. Disfungsi diastolik derajat 2 Child A 10.3%, B 12.8%, C 45.8%. Disfungsi diastolik derajat 1 pada 41% pasien, derajat 2 16%, tidak ditemukan derajat 3. Semua pasien memiliki fraksi ejeksi normal. Disfungsi diastolik berhubungan langsung dengan derajat Child ataupun MELD. Disfungsi diastolik tidak Bersambung ke tabel berikut Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 63 Tabel 2.4 ( Sambungan ) 2074 2013 Ruiz del Arbor L et al. Spanyol Konsekutif 80 pasien sirosis hati laki-laki dan perempuan dengan sebab apapun, Kohort 12 bulan. Ekokardiografi 2D, Doppler jaringan, hemodinamik sistemik dan hepatik, aktivitas plasma renin, BNP, hormon vasoaktif (nor epinefrin) 2197 2013 Komarov H et al. Israel Konsekutif 43 pasien Non Alcoholic Fatty Liver Disorder ( NAFLD ) yang didiagnosis dengan CT. Potong lintang. Dilakukan pemeriksaan ekokardiografi Doppler jaringan. berhubungan dengan kesintasan. 46% pasien memiliki disfungsi diastolik: 23% derajat 1, 23% derajat 2. LVH, pembesaran LA, peningkatan kadar norepinefrin, BNP lebih besar pada pasien dengan disfungsi diastolik daripada yang tidak. Disfungsi diastolik derajat 2 memiliki MAP lebih rendah dan skor MELD yang lebih tinggi. Kesintasan tanpa disfungsi diastolik 95%, disfungsi diastolik derajat 1 79%, derajat 2 39%, p<0.001 Ditemukan perbedaan dengan kontrol pada parameterparemeter disfungsi diastolik berikut ini: E’10,2±2,9 cm/detik ( p=0,011), E/A 1.12±0,4 ( p<0,28 ), Ar 28±6 ( p< 0,03 ), massa ventrikel kiri 156±30, DT 208,2±40 ms ( p=0,004 ). Volume ventrikel kiri, fraksi ejeksi, IVRT tidak ada perbedaan dengan kontro. Pasien dengan NAFLD memiliki gambaran gangguan diastolik tahap dini bila Bersambung ke tabel berikut Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 64 Tabel 2.4 ( Sambungan ) dibandingkan dengan kontrol yang tidak menderita NAFLD. 2298 2014 Zaidi YA et al., Pakistan Konsekutif 30 pasien sirosis hati dengan CTP C laki-laki & perempuan oleh sebab apapun. Kohort diikuti hingga mengalami sindrom hepatorenal, Dilihat hubungan disfungsi diastolik menurut kriteria ASE 2009 dengan respon terapi dan kematian saat terjadi sindrom hepatorenal Prevalensi disfungsi diastolik pada CTP C sebesar 86,67%, 13,3% fungsi diastolik normal. Disfungsi diastolik dapat menjadi faktor risiko terjadi sindrom hepatorenal, prognosis dan respon pengobatan yang buruk. 2.5 Skor Modifikasi Child Turcotte Pugh sebagai Instrumen Klasifikasi Derajat Disfungsi Hati Instrumen penilaian disfungsi hatipertama kali dibuat oleh dokter bedah Charles Gardner Child III dan profesor bedah Jeremiah George Turcotte tahun 1960-an di Universitas Michigan Amerika Serikat untuk memprediksi luaran kematian pasca tindakan pintas portokaval dan pembedahan varises esofagus pada pasien sirosis hati dan muncul di jurnal tahun 1964.33,34 Instrumen skor tersebut awalnya terdiri dari variabel kadar albumin serum, bilirubin serum, ensefalopati, asites dan status nutrisi. Pemilihan variabel-variabel tersebut semata berdasarkan pengamatan empiris mereka sehingga pasien dengan sirosis hati dapat terbagi menjadi kelas prognosis A ( baik ), B (sedang ), C ( buruk ).35,97 Modifikasi pada instrumen tersebut dilakukan oleh Pugh et al tahun 1973 dimana status nutrisi diganti dengan masa protrombindan digunakan untuk memprediksi luaran kematian pasca transeksi esofagus untuk varises esofagus pasien sirosis hati.36 Kesimpulan Pugh dkk adalah sistem skor sederhana yang dimodifikasi dari Child Turcotte untuk menilai derajat keparahan disfungsi hati sangat berguna dalam memprediksi luaran pasca operasi.36 Skor yang diperbaharui ini mendapat Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 65 julukan skor modifikasi Child Turcotte Pugh.35 Tabel 2.5 menampilkan komponen skor modifikasi CTP. Tabel 2.5 Skor Modifikasi Child Turcotte Pugh Klasifikasi Modifikasi Child-Turcotte-Pugh25 Skor 1 2 3 Asites Negatif Mudah terkontrol Sulit terkontrol Ensefalopati Negatif Derajat 1-2 Derajat 3-4 Bilirubin ( mg/dL ) <2 2-3 >3 Albumin (gram / desiliter) >3,5 2,8-3,5 <2,8 <4 4-6 >6 Masa protrombin (detik > kontrol ) Klasifikasi Skor total A B C 5-6 7-9 10-15 Dimodifikasi untuk kepentingan visual tanpa mengubah isi dari Pugh RNH, Murray-Lyon IM, Dawson JL, Pietroni MC, Williams R. Transection of the oesophagus for bleeding oesophageal varices.Br J Surg 1973; 60 (8): 646-649 ( Atas ijin pengarang ) Selama 4 dasawarsa, ratusan buku ajar dan ribuan penelitian telah menggunakan skor mengklasifikasikan modifikasi derajat Child disfungsi Turcotte hati. Pugh (CTP) Penelitian-penelitian untuk tersebut mengkonfirmasi bahwa klasifikasi CTP dapat digunakan untuk memberikan informasi prediksi yang berhubungan dengan berbagai kondisi sirosis oleh sebab apapun: asites, ruptur varises esofagus, ensefalopati subklinis, karsinoma hepatoselular, bedah hati, sirosis alkohol, sirosis dekompensata terkait hepatitis C, sindrom Budd Chiari, kolangitis sklerosis primer.36,99,100,101 Tahun 2003 Food and Drug Administration Amerika Serikat merekomendasikan penggunaan skor Child Turcotte Pugh ( CTP ) untuk klasifikasi derajat disfungsi hati dalam rangka menilai farmakokinetik obat pada pasien dengan gangguan fungsi hati.102 Sampai saat ini banyak penanda kerusakan hati seperti bersihan indosianin hijau, rasio AST/ALT, bersihan aminopirin, bersihan galaktosa, bersihan lidokain yang dicoba untuk menggantikan atau ditambahkanpada skor CTP namun belum ada yang dapat menggantikan dari segi kemudahan pemakaian klinis ( bedside ) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 66 ataupun peranannya pada evaluasi risiko relatif kematian pasien dengan sirosis hati.35,103Walaupun instrumen skor CTP pada awalnya digunakan untuk stratifikasi risiko pasca operasi pintas portokaval pasien sirosis hati namun hingga kini dipakai dalam skala luas untuk menunjukkan derajat keparahan disfungsi hati. Kesulitan dalam kategori penilaian variabel skor CTP timbul seiring dengan perkembangan teknologi diagnostik dan pengobatan yaitu kemampuan teknologi pencitraan untuk mendeteksi asites minimal, kemampuan alat Flicker dan elektroensefalografi untuk mendeteksi ensefalopati hepatik minimal, penggunaan obat diuretik, transfusi albumin, pemberian asam ursodeoksikolik, faktor pembekuan, vitamin K yang dapat mempengaruhi nilai albumin, derajat asites, masa protrombin dan kadar bilirubin.103,104 Masalah ini menjadi hal serius di bidang transplantasi hati. Variabel subjektif asites dan ensefalopati dapat dimanipulasi guna mempersingkat waktu tunggu transplantasi.99,103 Parameter masa protrombin ( prothrombin time ) dalam skor modifikasi CTP mengundang banyak perdebatan. Pada makalah jurnal aslinya disebutkan bahwa parameter masa protrombin menggunakan satuan detik lebih dari kontrol bukan rasio terhadap kontrol.35 Dengan perkembangan teknologi maka digunakan berbagai sediaan faktor jaringan rekombinan ( tromboplastin )dari laboratorium penyedia layanan dengan potensi faktor jaringan yang beragam sehingga dikembangkan standarisasi kalibrasi dari World Health Organization yaitu International Sensitivity Index ( ISI ) bernilai 1 sebagai pembanding. Hasil pemeriksaan masa protrombin lalu dibandingkan dengan kontrol melalui suatu grafik logaritma linear sehingga muncullah nilai masa protrombin yang dalam pelaporannya disertai dengan nilai kontrol.105 Prinsip ini digunakan dalam pemeriksaan International Normalized Ratio. International Normalized Ratio tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai pengganti masa protrombin pada pasien yang bukan pengguna warfarin karena International Normalized Ratio digunakan untuk melaporkan hasil evaluasi faktor-faktor koagulasi pada seseorang yang diberikan warfarin ( hasilnya hanya mewakili faktor – faktor koagulasi yang dipengaruhi vitamin K namun faktor V dan fibrinogen tidak dapat dievaluasi ), selain itu ISI Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 67 dari faktor jaringan menggunakan standar orang yang mengkonsumsi 106,107 warfarin. Terdapat satu penelitian yang membandingkan antara teknik pemeriksaan masa protrombin dalam detik, rasio, persentase aktivitas, dan International Normalized Ratio pada 27 pasien dengan gagal hati akut dan kronik dengan populasi kontrol 29 pasien yang mengkonsumsi warfarin. Hasil penelitian tersebut adalah persentase aktivitas mengurangi variabilitas dalam penilaian masa protrombin karena tromboplastin yang berbeda-beda.108 Kelemahan penelitian tersebut tidak dengan tegas menyebutkan populasi target adalah pasien sirosis karena terdapat pasien dengan gagal hati akut selain itu sampai saat ini pemeriksaan masa protrombin dalam persentase aktivitas sangat jarang dilakukan di laboratorium dan tidak dipakai dibidang hepatologi sebagai satuan kualitas gangguan faktor koagulasi yang diproduksi hati dalam rangka set klinis penilaian derajat disfungsi hati pasien sirosis.36,37,38,109,110,111,112,113,114,115 Pemakaian masa protombin yang nilainya berdasarkan detik lebih tinggi dari kontrol tetap dipertahankan dalam set CTP karena ada lebih dari 1700 penelitian dalam rentang waktu 40 tahun ( data laporan tahun 2002 ) menggunakan CTP dan terbukti mampu mendiskriminasi tingkatan derajat difungsi hati melalui beda kesintasan pada tiap kategori maupun untuk penilaian keberhasilan terapi.113 Karena penelitian ini mengikuti standar yang disepakati di kalangan ahli hepatologi pada skor CTP maka parameter masa protrombin nilainya diperoleh dari berapa detik lebih tinggi dari kontrol pemeriksaan pasien saat diperiksa. Alasan lain tetap menggunakan masa protrombin yang nilainya detik lebih dari kontrol adalah tujuan pemeriksaan masa protrombin dalam set CTP adalah untuk evaluasi fungsi kemampuan sintesis hati dan utamanya tidak menilai risiko perdarahan.110 Pada sistem skor CTP terdapatpenyulit karena rentang nilai yang terlalu lebar berupa ceiling effect : kadar bilirubin 5,5 dan 25 mg/dL atau sebaliknya floor efffect karena kadar albumin 1,5 dan 2,5 mendapat nilai sama 35,103,104 selain itu instrumen CTP tidak memasukkan variabel kreatinin, sebab sirosis hati, adanya hipertensi portal dan hemodinamik pada kondisi asites36. Laporan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kemampuan skor CTP untuk meletakkan Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 68 pasien dalam nomor urutan ( discriminatory ability ) tunggu calon transplantasi hati tidak terlalu baik karena ada 20.000 pasien calon di tahun 2000 saja.103,104 Banyak penelitian mencoba membandingkan mana lebih unggul antara MELD atau CTP, kesimpulannya adalah MELD lebih baik dalam hal diskriminan pasienpasien untuk calon tranplantasi hati namun tidak lebih baik dibandingkan CTP bila digunakan untuk derajat kategori disfungsi hati pasien per pasien dalam kondisi bukan transplantasi hati ( clinicalbedside) bahkan untuk luaran pasien sirosis hati secara individual skor CTP jauh lebih baik.35,104,106 2.6 Berbagai Faktor yang Berpotensi Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Fungsi Diastolik pada Pasien Sirosis Hati dalam Konteks Penelitian Ini 1. Hipertensi dan penyakit jantung koroner Hipertensi yang tidak terkontrol dan penyakit jantung koroner terbukti menyebabkan disfungsi diastolik karena terjadi peningkatan beban pasca beban ( after load )sehingga terjadi remodelling otot jantung, peningkatan tekanan pengisisn dalam ventrikel kiri dan gangguan relaksasi dan aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron.116 2. Penyakit katup jantung yang bukan trivial Kelainan katup jantung yang bermakna baik regurgitasi maupun stenosis menyebabkan perubahan aliran trans katup, perubahan tekanan dalam ruang jantung dan perubahan volume pengisian yang mempengaruhi kualitas fase diastol.44 3. Aritmia maligna dan blok intraventrikuler derajat lanjut Aritmia maupun blok merubah waktu pengisian fase diastol sehingga volume yang pra beban berkurang akibatnya terjadi gangguan pengisian fase diastol selain itu mengganggu fase kontraksi atrium kiri di akhir fase diastol.44 4. Obstruksi mekanik dan kompresi ekstrinsik Adanya tumor dalam ruang jantung dan kompresi dari luar miokard jantung seperti tumor, efusi perikard yang bermakna ( lebih atau sama dengan dari 100 mL ) akan mengganggu pengisian volume saat diastol sehingga timbul disfungsi diastolik.49 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 69 5. Penyakit ginjal kronik tahap akhir Penyakit ginjal kronik tahap akhir menyebabkan hiperaktivitas sistem renin angiotensin aldosteron dan peningkatan pasca beban ( after load ) sehingga terjadi remodelling baik atrium kiri maupun ventrikel kiri.44,49,116 6. Anemia dengan kompensasi kardiovaskuler Anemia menyebabkan kompensasi takikardi untuk meningkatkan luaran jantung dan meningkatkan oksigenasi jaringan. Takikardi akan mempersulit tehnik pengambilan volume sampel trans mitral saat diastol dan mengganggu fase pengisian akhir diastol.45,51 7. Parasintesis cairan asites Beberapa penelitian menunjukkan bahwa parasintesis cairan asites memperbaiki fungsi diastolik melalui membaiknya rasio E/A.9,30 8. Penggunaan penyekat angiotensin converting enzyme atau penyekat reseptor angiotensin Penyekat angiotensin converting enzyme atau penyekat reseptor angiotensin memiliki efek anti remodelling terhadap otot-otot miokard dan sudah dibuktikan atau dikenal sebagai obat untuk gagal jantung diastolik. 9. Kehamilan Perubahan hormonal dan sistem hemodinamik pada ibu hamil terutama trimester akhir membuat pemeriksaan fungsi diastolik tidak mewakili keadaan sebenarnya.117 10. Tanda vital tidak stabil Tanda vital tidak stabil menimbulkan berbagai kompensasi sistem hemodinamik yang mempengaruhi fase relaksasi ventrikel kiri, selain itu mekanisme takikardi dan penurunan kesadaran membuat sulit tehnik pemeriksaan fungsi diastolik dengan ekokardiografi.44,49 11. Diuretik anti aldosteron dan penyekat beta non selektif Anti aldosteron pada penelitian di kardiologi juga mencegah dan memperbaiki remodelling miokard jantung karena bekerja pada jalur sistem renin angiotensin aldosteron sehingga memperbaiki dan meregresi ketebalan dinding miokard yang secara tidak langsung memperbaiki fungsi diastolik.118 Penyekat beta memiliki efek yang baik pada fungsi diastolik Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 70 karena menghambat peningkatan saraf simpatis, menurunkan luaran adrenergik dan memperpanjang relaksasi miokard sehingga memperbaiki fungsi diastolik.118 12. Diabetes mellitus Diabetes mellitus terbukti menyebabkan perubahan pada metabolisme miokard, perubahan struktur dan ultrastruktur sehingga terjadi remodelling pada seluruh ruang jantung dan terjadi disfungsi diastolik ≥ 30% pasien dengan diabetes mellitus.119 13. Penyakit Jantung Koroner Jejas pada miokard menyebabkan kinerja miokard berkurang dan timbul kompensasi pertumbuhan jaringan parut fibrogenik, stres dinding miokar meningkat dan timbul aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron dan terjadi fibrosis, apopatosis, hipertrofi dan perubahan struktur mikro dan makro otot jantung yang mempengaruhi fase diastol.116 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 71 2.7 Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka maka skema berikut adalah kerangka teori mengenai hubungan beratnya derajat disfungsi hati penderita sirosis hati menurut skor CTP dengan beratnya derajat disfungsi diastolik Sirosis Hati Hipertensi portal Vasodilatasi splangnik dan arteriol Pintas porto sistemik Volume darah efektif arteri berkurang / hipovolemia relatif / volume distribusi cairan terganggu Produksi zat vasodilator berlebihan Serum bilirubin, serum albumin, masa prothrombin ( prothrombin time), asites, ensefalopati hepatikum Parasintesis asites Resistensi vaskuler sistemik menurun, vasodilatasi splangnik Gagal ginjal lanjut ( stadum IV-V ) Tekanan darah arteri turun / rendah Retensi cairan dan garam Beratnya derajat disfungsi hati : Skor Child-Pugh-Turcotte A-B-C (515) Sklerosis glomerulus RAAS meningkat Retensi cairan dan garam Afterload tinggi Sistem renin-angiotensin-aldosteron / RAAS meningkat Tonus saraf simpatis meningkat Vasopresin meningkat Endotelin meningkat Laju denyut jantung meningkat Luaran jantung meningkat Sirkulasi hiperdinamik Beban jantung meningkat Infark miokard Beratnya derajat disfungsi diastolik : Indeks volume atrium kiri Septal dan lateral e’ Rasio E/A dan ∆ Valsalva E/A Waktu deselerasi memanjang Kecepatan aliran vena pulmonalis (S/D abnormal ) Rerata rasio E/e’ lateral dan septal Selisih Ar-A Isovolumetric Relaxation Time Volume intravaskular meningkat namun tetap terjadi hipovolemia relatif Proliferasi miokard, hipertrofi miosit, mitosis fibroblas jantung dan proliferasi matriks jaringan ikat pembuluh darah Derajat disfungsi diastolik Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4 Kotak tebal adalah variabel yang diteliti Efek desak massa, kelenturan miokard berkurang Positif atau negatif semu Hipertrofi miokard Elastisitas arteri menurun Berkurangnya kelenturan ventrikel kiri ,kemampuan rileksasi ventrikel kiri berkurang, kekakuan miokard, stress dinding miokard, tekanan intraventrikel dan intraatrium meningkat, Penyakit katup jantung, tumor jantung, tumor parakardiak, perikarditis konstriktiva, efusi perikard Mekanisme kompensasi: takikardi, efek hormon stress, tehnik pemeriksaan sangat sulit Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Aritmia, blok berkas Hb ≤8, kehamilan, hemodinamik tidak stabil Universitas Indonesia 15 Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 72 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Disfungsi hati kriteria Child Turcotte Pugh Disfungsi diastolik kriteria ASEEAE 2009 Asites Ensefalopati Bilirubin Albumin Masa protrombin Indeks volume atrium kiri Septal e’ Lateral e’ Rasio E/A Waktu deselerasi (Deceleration Time/DT) Rerata E/e’ Ar-A Valsalva ∆E/A 72 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 73 3.2 Definisi Operasional Variabel Definisi Cara Pengukuran Sirosis hepatis Terbukti sirosis hati dengan data penunjang dari biopsi hati atau memenuhi kriteria pemeriksaan klinis, penunjang radiologis dan laboratoris Derajat disfungsi hati Suatu pengukuran untuk menggambarkan derajat keparahan penyakit hati oleh berbagai sebab dengan menggunakan skor Child Turcotte Pugh ( dikenal juga dengan julukan skor modifikasi Child Turcotte Pugh ) Biopsi hati stadium F4 atau memenuhi salah satu kriteriadari 4 cara pemeriksaan berikut. Pemeriksaan fisik : adanya stigmata sirosis berupa spider naevi, eritema palmaris, dan/ atau ginekomastia, asites, splenomegali, kolateral pembuluh darah di dinding abdomen. Pemeriksaan ultrasonografi ( USG) abdomen adanya gambaran khas sirosis seperti ekostruktur hati heterogen, ukuran mengecil, permukaan hati noduler, splenomegali, pelebaran vena porta, vena lienalis, vena hepatika menyempit. Pemeriksaan transient elastography dengan cut off ≥ 18.95. Pemeriksaan age spleen to platelet ratio index dengan cut off 8.74. Adanya varises esofagus dari pemeriksaan endoskopi saluran cerna atas. Skor Child-TurcottePugh ( halaman 63 ) menilai: serum bilirubin, serum albumin, masa protrombin plasma, asites dan ensefalopati hepatik. Masa protrombin plasma digunakan untuk mengevaluasi sistem kaskade koagulasi ekstirnsik dan jalur bersama mekanisme pembekuan darah. Masa protrombin mengukur kemampuan pembekuan dari faktor Hasil Pengukuran 0. 1. Tidak Ya Jumlah 5-6 Derajat A Jumlah 7-9 Derajat B Jumlah10-15 Derajat C Skala Nominal Ordinal Numerik Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 74 Definisi operasional ( Sambungan ) Disfungsi diastolik Gangguan pada kemampuan ventrikel kiri menerima sejumlah darah pada tingkat tekanan intraventrikel yang seharusnya yang rendah. Berupa relaksasi abnormal ( impairedrelaxation), pola pseudonormal, pola restriktif. Derajat disfungsi diastolik lihat kolom dibawah. I ( fibrinogen), II ( protrombin ), V, VII dan X. Perbedaan masa protrombin (dMP) yaitu selisih antara masa protrombin subyek dengan kontrol dari laboratorium rujukan, asites, ensefalopati hepatik. Asites dinilai dari pemeriksaan fisik dan atau USG. Bila abdomen terlihat buncit dan pada palpasi tidak atau teraba tegang termasuk asites positif dua, bila abdomen tidak terlihat buncit tetapi pada pemeriksaan fisik ditemukan pekak berpindah atau asites hanya dapat terdeteksi dari USG termasuk asites positif satu. Ensefalopati hepatikyaitu perubahan kesadaran pada pasien sirosis dinilai dari keadaan umum kesadaran, gangguan irama tidur , derajat kesadaran dengan skala koma Glasgow, perubahan perilaku, adanya asteriksis, fungsi intelektual melalui 4 tes psikometrik number connection test A & B, line tracing test, digital symbol test. Ekokardiografi transthorakal. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan istirahat dan berbaring dengan posisi supine. Yang dinilai dalam penelitian ini adalah rasio E/A, waktu deselerasi gelombang E ( DT), rerata rasio E/e’, Ar-A, valsalva ∆E/A,waktu relaksasi isovolumik ( IVRT), volume atrium kiri, septal e’, lateral e, Lihat parameter disfungsi diastolik Rasio Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 75 Definisi operasional ( Sambungan ) Gelombang E GelombangEarly( E) yaitu gelombang ekokardiogram pada pulsed wave Doppler yang mewakili fase pengisian pasif awal cepatdiastolik ventrikel kiri (mitral inflow) Gelombang A Gelombang atrial contraction/ atrial systole ( A) yaitu gelombagn ekokardiogram pada pulsed wave Doppler yang mewakili fase pengisian aktif akhir lambat diastolik ventrikel kiri ( mitral inflow) Perbandingan antara gelombang E dan A Rasio E/A Waktu deselerasi gelombang E ( Deceleration Time / DT) Jarak yang diukur dari puncak gelombang E ke akhir gelombang E Waktu relaksasi isovolumik ( isovolumic relaxation time, IVRT) Waktu antara penutupan katup aorta sampai permulaan pembukaan katup mitral Indeks volume atrium kiri Volume atrium kiri berdasarkan perbandingan luas area dinding atrium kiri dengan jarak terpanjang atrium kiri dikoreksi rerata E/e’ septal Ekokardiografi transthorakal dengan spektrum pulsed wave (PW) Doppler memakai apical 4 chamber view dimana probe diletakkan di ujung daun katup mitral ( mitral inflow tract) Ekokardiografi 2 dimensi transthorakal dengan spektrum pulsed wave (PW) Doppler memakai apical 4 chamber view dimana probe diletakkan di ujung daun katup mitral ( mitral inflow tract) Ekokardiografi 2 dimensi (2D) transthorakal dengan spektrum pulsed wave (PW) Doppler memakai apical 4 chamber view dimana probe diletakkan di ujung daun katup mitral ( mitral inflow tract) Ekokardiografi 2D transthorakal dengan spektrum pulsed wave (PW) Doppler memakai apical 4 chamber view dimana probe diletakkan di ujung daun katup mitral ( mitral inflow tract) Ekokardiografi 2D transthorakal dengan spektrum pulsed wave (PW) Doppler memakai apical 4 chamber view dimana probe diletakkan di ujung daun katup mitral ( mitral inflow tract) Ekokardiografi 2D memakai apical 4 chamber viewdan apical 2 chamber view dengan perhitungan 0.85 x luas atrium Nilai normal 85±16 (60115) cm/detik Rasio Nilai normal 60±16 (40100)cm/detik Rasio Nilai normal berdasarkan usia Rasio Nilai normal berdasarkan usiadalam milidetik Rasio Nilai normal 71±14 ( 5590) milidetik Rasio Dalam mL/m2 Rasio Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 76 Definisi operasional ( Sambungan ) dengan luas permukaan tubuh Hipertrofi ventrikel kiri Peningkatan massa dan ketebalan dinding ventrikel kiri sebagai respon adaptasi terhadap beban tekanan atau volume Fraksi ejeksi Persen perubahan volume ventrikel kiri antara fase akhir sistolik dan fase akhir diastolik apical 4 chamber view dalam cm2 x luas atrium apical 2 chambers view dalm cm2, lalu hasil ini dibagi dengan jarak terpanjang atrium kiri yang terlihat. Dinilai pada saat akhir fase sistolik sebelum pembukaan katup mitral. Ekokardiografi 2D dengan M-mode, dinilai ketebalan septum intraventrikuler (IVS), dinding ventrikel posterior (LVPW), left ventricular end systolic volume dimension (LVESD), left ventricular end diastolic dimension (LVEDD) melalui potongan parasternal long axis view setinggi 1/3 proksimal basal ventrikel kiri yang dikonfirmasi lagi dengan potongan short axis view setinggi ujung otot papilaris. Bila ditemukan semua parameter IVS atau LVPW > 12 mm saat akhir fase diastolik, LVESD 24-42 mm, LVEDD 36-52 mm disebut mengalami hipertrofi ventrikel kiri. Ekokardiografi 2D dengan M-mode dinilai left ventricular end systolic volume dimension (LVESD), left ventricular end diastolic dimension (LVEDD) melalui potongan parasternal long axis view setinggi otot papilaris, lalu hasilnya dimasukkan dalam perhitungan LVEDD2LVESD2/LVEDD2 dikali 100% atau dengan cara Simpson 0. Tidak 1. Ya Dalam milimeter Ordinal Rasio Persen Rasio Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 77 Definisi operasional ( Sambungan ) Kecepatan aliran vena pulmonal Kecepatan aliran darah dalam vena pulmonalis yang terdiri dari 3 komponen gelombang S ( systolic forward flow), D ( diastolic forward flow) dan Ar ( atrial reversal) Pencitraan Doppler jaringan Tissue Doppler imaging) Pemeriksaan kecepatan gerakan jaringan miokard dengan Doppler jaringan tampilan spektral saat fase diastolik. Didapatkan 3 macam gelombang: E’ yaitu gerakan miokard saat pengisian fase diastolik awal, A’ yaitu gerakan miokard saat pengisian fase dastolik akhir, S’ gerakan miokard saat fase sistolik. Rasio antara E yang diperoleh dari spektrum PW Doppler tanpa TDI pada katup mitral dibagi dengan e’yang diperoleh dari spektrum PW Doppler TDI pada anulus katup mitral. Pada penelitian ini digunakan rasio E/e’ septal. Rasio E/e’ Derajat disfungsi diastolik ( Klasifikasi gradasi disfungsi diastolik menurut EAE/ASE 2009 berdasarkan parameter disfungsi diastolik diatas. Bila ditemukan ketidaksesuaian dalam parameter gradasi disfungsi diastolik maka digunakan parameter terberat sebagai penentu derajat gradasi atau disebutkan derajat tertinggi dan terendah dimana nilai-nilai tersebut berada. dengan pendekatan apical 4 chambers. Ekokardiografi 2D dengan spektrum PW Doppler color flow, pendekatan apical four chamber, probe diletakkan 1-2 cm pada vena pulmonaris superior kanan. Dinilai gelombang S, D, Ar, rasio S/D Ekokardiografi 2DTissue Doppler Imaging (TDI) dengan spektrum PW Doppler memakai apical 4 chamber view dimanaprobe diletakkan pada anulus katup mitral sisi septal. Perhitungan dan interpretasi sama seperti pada penggunaan spektrum PW Doppler tanpa TDI pada daun katup mitral. Ekokardiografi 2DTissue Doppler Imaging (TDI) dengan spektrum PW Doppler memakai apical 4 chamber view dimana probe diletakkan pada anulus katup mitral sisi septal sehingga diperoleh gelombang e’ dan E yang diperoleh dari spektrum PW Doppler tanpa TDI pada katup mitral Derajat I ( ringan): gangguan relaksasi Derajat II ( sedang ): pseudo normal Derajat III ( berat ): restriktif reversibel Derajat IV ( berat ): restriktif ireversibel Nilai normal rasio S/D sesuai usia dalam cm/detik, gelombang sesuai usia dalam cm/detik. Rasio Nilai normal E’ sesuai usia, A’ 8.4±2.4 cm/ detik, S’ 9.7 ± 1.9 cm/ detik. Rasio Normal ( rasio < 8) Tinggi ( rasio > 15) Tidak dapat dinilai ( rasio 8-15 ) Ordinal Rasio Derajat I II III IV Ordinal Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 78 Definisi operasional ( Sambungan ) Tekanan darah sistolik Tekanan darah sistolik pada tensimeter digital Tekanan darah diastolik Tekanan darah diastolik pada tensimeter digital Pemeriksaan fisik menggunakan tensimeter digital Microlife BP3BTO-A yang telah dikalibrasi. Detil teknik pemeriksaan sebagai berikut: 1.Pasien duduk diatas kursi dengan posisi tangan ditekuk diatas meja. 2. Pasien tidak merokok dan minum kopi selama 30 menit sebelum pengukuran 3. Digunakan cuff dengan ukuran yang sesuai yang melingkari 80% lengan atas 4. Tekanan darah diukur dua kali dengan selisih waktu 5 menit dan diambil nila rerata dari kedua pengukuran tersebut Pemeriksaan fisik menggunakan tensimeter digital Microlife BP3BTO-A yang telah dikalibrasi. Detil teknik pemeriksaan sebagai berikut: 1.Pasien duduk diatas kursi dengan posisi tangan ditekuk diatas meja. 2. Pasien tidak merokok dan minum kopi selama 30 menit sebelum pengukuran 3. Digunakan cuff dengan ukuran yang sesuai yang melingkari 80% lengan atas 4. Tekanan darah diukur dua kali dengan selisih waktu 5 menit dan diambil nilai rerata. dari kedua pengukuran tersebut. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committe VII Numerik Numerik Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 79 Definisi operasional ( Sambungan ) Frekuensi nadi Jumlah nadi yang diperoleh melalui palpasi arteri radialis kiri selama 1 menit Usia Usia kronologis berdasarkan KTP dalam tahun Jenis kelamin berdasarkan KTP Obat propranolol yang dikonsumsi pasien dalam 2 minggu terakhir Jenis kelamin Propranolol Pemeriksaan fisik menggunakan palpasi arteri radialis kiri. Detil teknik pemeriksaan sebagai berikut: 1.Pasien duduk diatas kursi dengan posisi tangan ditekuk diatas meja. 2. Pasien tidak merokok dan minum kopi selama 30 menit sebelum pengukuran 3. Dilakukan palpasi pada arteri radialis kiri selama 1 menit penuh Wawancara dan data KTP Wawancara Wawancara Obat diuretik Obat diuretik yang dikonsumsi pasien 2 minggu terakhir yaitu furosemide dan atau spironolakton Wawancara Perekaman ElektrokarDiogram ( EKG) Perekaman EKG untuk menyingkirkan adanya fibrilasi atrial atau aritmia saat istirahat sebagai faktor perancu Indeks massa tubuh (IMT) tanpa asites derajat 2 -3 Indeks massa tubuh berdasarkan rumus Brocca Perekaman EKG dilakukan pada subyek dalam posisi berbaring supine menggunakan elektroda lekat dengan mesin standar EKG 12 sandapan, kecepatan 25 mm/detik, tegangan 10 mV dan frekuensi 50 Hz ( KENZ ECG 103). Perekaman dilakukan setelah subyek berisirahat berbaring selama 5 menit Pemeriksaan fisik IMT=BB/TB2 klasifikasi berdasarkan NCEP ATP III Hipertensi Pasien darah mmHg darah mmHg dengan tekanan sistolik ≥ 140 dan atau tekanan diastolik ≥ 90 dengan atau Wawancara, pemeriksaan fisik, wawancara dan data rekam medik Numerik Rasio 0. Laki-laki 1. Perempuan 0. Tidak mengkonsums i 1. Mengkonsums i 0. Tidak mengkonsums i 1. Mengkonsums i Nominal 1. Underweight 2. Normoweight 3. Overweight 4. Obese 0. Tidak 1. Ya Ordinal Nominal Nominal Nominal Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 80 Definisi operasional ( Sambungan ) Penyakit jantung koroner Diabetes mellitus tanpa terapi obat antihipertensi atau sesuai klasifikasi Joint National Committee VII Diagnosis penyakit jantung koroner menurut konsensus American Heart Association 2011 Diagnosis diabetes mellitus menurut konsensus PERKENI 2011 Penyakit katup jantung patologis Penyakit katup jantung yang termasuk patologis, bukan regurgitasi katup trivial Lama menderita penyakit hati Lama menderita penyakit diketahui sejak awal diagnosis tersebut ditegakkan dalam tahun dan atau bulan Berat badan dalam kilogram Berat badan (BB) tanpa asites derajat 2-3 Tinggi badan (TB) Penyakit Ginjal Kronis (PGK) / Chronic Kidney Disease stadium IV & V Tinggi badan dalam sentimeter Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan laju filtrasi glomerulus sebesar 29 mililiter / menit /1.73 m2 atau kurang. Perhitungan berdasarkan persamaan Cockroft-Gault melalui serum kreatinin. Perikarditis konstriktiva Diagnosis ditegakkan berdasarkan wawancara, data rekam medik Wawancara dan data rekam medik 0. 1. Tidak Ya Nominal Wawancara, data rekam medik berdasarkan pemeriksaan gula darah dan atau HbA1c Wawancara, data rekam medik dan pemeriksaan fisik ditemukan adanya bising jantung holosistolik, diastolik, murmur kontinyu, murmur disertai getaran ( thrill ). Wawancara dan data rekam medik. Angka dalam tahun dan bulan 0. 1. Tidak Ya Nominal 0. 1. Tidak Ya Nominal Diukur dengan timbangan Microtoise. Bila asites derajat 3 -4 ditimbang ulang pasca pemberian diuretik dan respon diuretik baik berdasarkan berat badan terendah. Bila tidak respon diuretik penimbangan dilakukan setelah parasintesis asites maksimal. Diukur dengan alat pengukur tinggi badan Diukur melalui kadar kreatinin serum yang dimauskkan kedalam rumus Cockroft-Gault: (140-umur)x berat badan dalam kilogram dibagi dengan 72 x kreatinin serum. Hasil tersebut dikallikan dengan 0.85 bila jenis kelamin perempuan. Temuan pemeriksaan fisik berupa peningkatan tekanan vena jugular, pulsus paradoksus, tanda Rasio Rasio Rasio Dalam angka 0. 1. Tidak Ya Rasio Nominal Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 81 Definisi operasional ( Sambungan ) Kussmaul. Pemeriksaan fungsi diastolik konvensional Hipertensi portal Efusi perikard bermakna Suatu set kriteria pemeriksaan fungsi diastolik namun tidak menggunakan urutan pemeriksaan volume atrium kiri, rerata E/e’, septal dan lateral e’terlebih dahulu sesuai ASE-EAE 2009atau suatu kriteria yang hanya menggunakan evaluasi aliran mitral ( mitral inflow ) tanpa menggunakan evaluasi atrium kiri,aliran pulmonal dan Doppler jaringan. Termasuk di dalamnya kriteria Tajik, Nishimura, Oh Peningkatan tekanan sistem porta yang diketahui dari riwayat perdarahan saluran cerna atas yang terkonfirmasi dengan data gastroskopi, data ligasi atau adanya data pemeriksaan penyaring gastroskopi, data temuan radiologis seperti computerizedtomograp hy scan, magnetic resonance imaging, atau ultrasonografi berupa pelebaran vena porta dan pembesaran limpa Terdapatnya cairan dalam rongga perikard lebih atau sama dengan 100 mL dan dapat diketahui dari pemeriksaan fisik berupa bunyi jantung yang jauh, elektrokardiogram menunjukkan pola electrical alternans dan ekokardiografi menunjukkan gambaran efusi perikard dengan perhitungan volume cairannya Diukur dengan alat ekokardiografi Dalam angka Rasio Data radiologis, endoskopi, ultrasonograsi 0. 1. Tidak Ya Nomina l Data pemeriksaan fisik, elektrokardiogram dan ekokardiografi. Dihitung volumenya. 2. 3. Tidak Ya Nomina l Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 82 Definisi operasional ( Sambungan ) ∆ valsalva rasio E/A Selisih antara rasio E/A sebelum manuver valsalva dan rasio E/A saat manuver valsalva. Valsalva dilakukan dengan cara menutup hidung dengan tangan pasien, menahan nafas dan mengedan selama 3 detik. Pasien diminta menutup hidung dan mengedan selama 3 detik. Ekokardiografi 2 dimensi (2D) transthorakal dengan spektrum pulsed wave (PW) Doppler memakai apical 4 chamber view dimana probesudah diletakkan di ujung daun katup mitral ( mitral inflow tract) telah terlihat gelombang E dan A sebelum manuver valsalva. Saat valsalva terlihat perubahan ketinggian E dan A , lalu rasio tersebut dihitung dan dinilai selisihnya dengan E/A tanpa valsalva Dalam angka Beda rasio < 0.5 Rasio Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 83 Bab 4 Metode Penelitian 4.1 Desain Penelitian Merupakan studi observasional potong lintang. 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di unit rawat jalan Hepatologi dan unit rawat inap Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM Jakarta yang dimulai di bulan November 2013 hingga tercapai besar sampel yang dikehendaki. 4.3 Populasi dan Subyek Penelitian Populasi target adalah pasien penderita sirosis hati oleh sebab apapun . Populasi terjangkau adalah pasien penderita sirosis hati karena sebab apapun yang berobat di unit rawat jalan Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalamdan unit rawat inap Penyakit Dalam RSCM Jakarta. Sampel penelitian adalah bagian dari populasi terjangkau yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria pemilihan subyek penelitian. 4.4 Kriteria Pemilihan Subyek Penelitian Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan metode consecutive sampling yaitu semua pasien yang berobat ke unit rawat jalan Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dan unit rawat inap Penyakit Dalam FKUI-RSCM Jakarta. 83 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 84 4.4.1 Kriteria Inklusi: 1. Laki-laki atau perempuan berusia antara 18-60 tahun 2. Menderita sirosis hati oleh sebab apapun 3. Bersedia menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik, pengambilan darah , perekaman EKG dan ekokardiografi. 4. Telah menandatangani lembar inform consent. 4.4.2 Kriteria Eksklusi 1. Menderita penyakit darah tinggisesuai kriteria Joint National Comittee VII yang diketahui paling sedikit dalam 12 minggu terakhir 2. Menderita penyakit jantung koroner atau ada riwayat penyakit jantung koroner 3. Menderita penyakit katup jantung 4. Mengalami fibrilasi atrial, blok berkas cabang, blok AV derajat 2 atau 3, atau aritmia maligna saat istirahat 5. Tumor pada jantung atau tumor para kardiak yang menekan jantung 6. Menderita penyakit perikarditis konstriktiva atau efusi perikard bermakna 7. Menderita penyakit ginjal kronik stadium IV hingga V menurut kriteria Kidney Disease Outcomes Qualitiy Initiative 2002 8. Hb dalam 2 minggu terakhir ≤ 8 atau mengalami perdarahan aktif dalam 1 minggu terakhir 9. Menjalani parasentesis asites dalam 3 hari terakhir 10. Kehamilan 11. Pasien dengan tanda vital tidak stabil Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 85 4.5 Estimasi Besar Sampel Prevalensi Perkiraan besar sampel untuk menghitung prevalensi disfungsi diastolik pada penderita sirosis hati ( sampel tunggal, data nominal): N = { Zα 2 x P x Q } d ( 4.1 ) 2 N : besar sampel minimal Zα : nilai Z yang ditetapkan oleh peneliti. Dengan interval kepercayaan yang dikehendaki dalam penelitian ini ialah 95% maka α = 5%, Zα = 1.96 P : prevalensi disfungsi diastolik pada penderita sirosis hati dari penelitian sebelumnya sebesar 50% Q : 1 – 0.5 = 0.5 D : nilai presisi yang ditetapkan peneliti ( d = 10%) Jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 96 subyek. Korelasi derajat disfungsi diastolik dengan derajat disfungsi hati Perkiraan besar sampel untuk menghitung koefisien korelasi derajat disfungsi diastolik dengan derajat disfungsi hati ( sampel tunggal ): ( 4.2 ) N = 2 (Zα + Zβ ) +3 0.5 ln 1+r 1-r Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 86 N : besar sampel minimal Zα : nilai Z yang ditetapkan oleh peneliti. Dengan interval kepercayaan yang dikehendaki dalam penelitian ini ialah 95% maka α = 5%, Zα = 1.96 Zβ :nilai Z yang ditetapkan oleh peneliti. Dengan power yang dikehendaki dalam penelitian ini ialah 90% maka β = 10%, Zβ = 1.28 r : perkiraan koefisien korelasi sebesar 0.5 Jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 42. Analisis regresi linear multipel Perkiraan besar sampel untuk menghitung analisis regresi linear multipel 8variabel disfungsi diastolik ( variabel numerik dengan variabel numerik ): N = fungsi ( α,β, jumlah variabel bebas, R2) N : besar sampel minimal α : 5% β : 20% ( 4.3 ) Jumlah variabel bebas: yang diteliti sebanyak 8 variabel R2 : 0.15 Jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 92. Analisis uji kesesuaian Besar sampel yang diperlukan analisis uji kesesuaian : Kappa nilai minimal yang memadai 0.8 dengan d sebagai presisi nilai Kappa = 0.2 Besar sampel yang diperlukan sebesar 36 Jumlah total sampel yang diperlukan dalam penelitian ini sebesar 96 subyek Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 87 4.6 Cara Kerja Pasien sirosis hati yang berobat ke unit rawat jalan Hepatologi dan rawat inap Penyakit Dalam FKUI-RSCM Memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi Calon subyek penelitian diberikan informasi dan menandatangani informed consent untuk ikut serta dalam penelitian Dilakukan pengumpulan data dengan wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang kimia darah dan perjanjian pemeriksaan ekokardiografi Perekaman elektrokardiogram ( EKG ) dalam posisi istirahat berbaring ( supine )setelah istirahat 5 menit Dilakukan pemeriksaan ekokardiografi transthorakal dalam posisi isitrahat berbaring ( supine ) setelah istirahat selama 5 menit. Dilakukan dua kali oleh dua pemeriksa dengan selang jarak antar pemeriksaan 30 menit. Dilakukan analisis dan pengolahan data Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 88 Subyek penelitian diambil dari pasien sirosis hati oleh sebab apapun yang berobat ke unit rawat jalan Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUIRSCM dan unit rawat inap Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM. Pasien yang sudah terbukti menderita sirosis hati, memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi akan dilakukan informed consent terlebih dahulu terhadap pasien atau walinya sebelum dilakukan pengambilan data. Pada sampel penelitian akan dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila data pemeriksaan penunjang dalam 1 bulan terakhir belum ada. 4.7 Pengumpulan data: 1. Karakteristik subyek penelitian: usia, jenis kelamin, suku, pendidikan, menderita sirosis hati, kapan diketahui menderita sirosis hati, penyebab sirosis hati, derajat disfungsi hati, obat furosemide, spironolakton,propranolol yang sedang dikonsumsi, penggunaan obat antiviral hepatitis, riwayat hematemesis melena, riwayat ligasi varises esofagus. 2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan derajat disfungsi hati melalui skor Child-Turcotte-Pugh yang terdiri dari pemeriksaan serum bilirubin, serum albumin, globulin, masa protrombin plasma. Pemeriksaan fisik umum dilakukan terutama untuk mencari adanya asites, adanya ensefalopati hepatikum dengan Number Connection Test. Pemeriksaan lainnya adalah darah lengkap, ureum serum dan kreatinin serum. Untuk standarisasi hasil pemeriksaan, semua pemeriksaan darah dilakukan di laboratorium Departemen Patologi Klinik FKUIRSCM. Laboratorium diperiksakan atau diperbaharui bila belum ada data atau belum ada data terbaru dalam 1 bulan terakhir atau data berasal dari laboratorium di luar RSCM. 3. Dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi setelah istirahat 5 menit. 4. Dilakukan pemeriksaan ekokardiografi 2D ( dengan perjanjian terlebih dahulu ) setelah istirahat 5 menit untuk menilai parameter-parameter disfungsi diastolik di poliklinik Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM. Pemeriksaan ekokardiografi dan hasil perekaman Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 89 ekokardiografi akan dilakukan dua kali dengan jarak 30 menit untuk meningkatkan validitas interobserver. Alat ekokardiografi yang digunakan satu alat yang sudah dikalibrasi untuk mencegah bias sistemik. Instrumen yang digunakan: 1. Formulir penelitian 2. Dokumen rekam medik 3. Pemeriksaan EKGdi Poliklinik Kardiologi Rawat Jalan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM 4. Pemeriksaan kimia darah di laboratorium Departemen Patologi Klinik FKUI-RSCM 5. Pemeriksaan ekokardiografi Esaote MyLabFive® no seri produksi SN 0501879. 2010-03 dengan probe 2 sampai 4 MHz yang dapat melakukan Mmode, 2 dimensi, Doppler dan Doppler jaringan serta pengukuran real time maupun recorded real time dan dapat diputar ulang untuk koreksi pengukuran dengan programMyLab Desk® di komputer maupun tablet .Telah dikalibrasi di negara Belanda: Esaote Europe BV Philipsweg 1. 6227 AJ Maastricht the Netherlands 3 Maret 2013.Pemeriksaan dilakukan di Poliklinik KardiologiUnit Rawat Jalan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM 6. Hasil-hasil yang diperoleh kemudian dicatat dan selanjutnya dilakukan analisis. 4.8 Analisis Data Pasien penderita sirosis hati setelah didapatkan data pemeriksaan parameter-parameter skor Child-Turcotte-Pugh lalu dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi ( EKG ) dan ekokardiografi 2D transthorakal dan Tissue Doppler Imaging untuk menilai parameter-parameter adanya disfungsi diastolik yang telah ditentukan dan derajat disfungsi diastolik. Pemeriksaan dan pembacaan ekokardiografi dilakukan secara manual oleh kedua peneliti mengikuti kaidah pemeriksaan fungsi diastolik ASE-EAE Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 90 2009. Setelah itu dinilai uji kesesuaian Kappa dan dibuat analisis beda rerata hasil ekokardiografi dari dua kali pemeriksan tersebut. Data hasil penelitian dicatat dalam formulir penelitian yang telah diuji coba telebih dahulu. Setelah dilakukan evaluasi mengenai kelengkapan pengisian formulir penelitian, data ini dikoding untuk selanjutnya direkam dalam cakram magnetik mikro komputer. Proses validasi data dilakukan untuk menjamin keabsahan data yang direkam dan setelah dipastikan kebersihan data penelitian lalu dilakukan proses pengolahan data. Data dari formulir penelitian, hasil pemeriksaan penunjang kimia darah, data EKG dan hasil pemeriksaan paramter-parameter disfungsi diastolik dari ekokardiografi dimasukkan ke dalam tabel induk dengan bantuan program komputer. Kemudian data diolah dan dianalisis dengan menggunakan perangkat IBM SPSS versi 20 untuk mengerjakan tabel frekuensi, tabel silang dan analisis statistik sesuai dengan tujuan penelitian. Perhitungan nilai rata-rata hitung, median dan sebaran baku dilakukan untuk data yang bersifat kuantitatif sekaligus dihitung rentangan nilainya menurut batas 95% Interval Kepercayaan. Penilaian kesepakatan ( agreement ) hasil pemeriksaan ekokardiografi dan elektrokardiografi menggunakan perhitungan Kappa dan beda rerata antara dua hasil pemeriksaan. Bila data terdistribusi normal menggunakan uji t berpasangan, bila terdistribusi tidak normal menggunakan uji Wilcoxon Data deskriptif numerik ditampilkan dalam bentuk jumlah, persentase, rerata dan sebaran baku. Kemudian dinilai adakah hubungan antara derajat disfungsi diastolik ( variabel tergantung) dan derajat disfungsi hati penderita sirosis hepatis ( variabel bebas) dalam skala ordinal menggunakanperhitungan uji korelasi Spearman sedangkan untuk menilai hubungan antara parameterparameter derajat disfungsi diastolik dengan derajat disfungsi hati sebagai variabel numerik dilakukan terlabih dulu uji normalitas data dan transformasi data. Bila hasil uji nomalitas tidak memenuhi syarat sebaran data normal maka uji korelasi menggunakan uji korelasi Spearman. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 91 Untuk menilai 8 parameter disfungsi diastolik dalam numerik dan asosiasinya dengan derajat disfungsi dastolik dalam numerik maka dilakukan uji multivariat yang sebelumnya dilakukan penyaringan korelasi antar variabeldengan uji bivariat (bila memenuhi syarat menggunakan uji korelasi Pearson tidak memenuhi syarat normalitas uji bivariat menggunakan uji korelasi Spearman ). Variabel-variabel yang terbukti memenuhi hasil uji bivariat p < 0,25 dilanjutkan dengan uji regresi linear multipel. Semua nilai p< 0.05 secara statistik dianggap bermakna. 4.9 Etika Penelitian Penilaian etika penelitian dilakukan oleh Komisi Etik Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komisi etik tersebut ( No. 733/H2.F1/ETIK/2013). Semua data rekam medik yang dipergunakan akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. 4.10 Organisasi Penelitian Peneliti utama : dr Prionggo Mondrowinduro Pembimbing substansi : dr Irsan Hasan SpPD, KGEH : Prof. DR. dr Idrus Alwi SpPD, KKV, FACC, FESC Pembimbing metodologi dan statistik : DR. dr Murdani Abdullah SpPD, KGEH, FACG Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 92 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian dimulai di bulan November 2013 hingga tercapai jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 96 subyek sirosis hati oleh sebab apapun berusia 18 tahun – 60 tahun di bulan Februari 2014. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berasal dari kunjungan pasien ke Unit Rawat Jalan Hepatologi Bagian Penyakit Dalam FKUI-RSCM dan Unit Rawat Inap Penyakit Dalam FKUI-RSCM selama masa tersebut. Subyek penelitian yang terkumpul terdiri dari laki-laki sebanyak 61 orang ( 63,5% ) dan perempuan 35 orang ( 36,5% ). Usia tertinggi 60 tahun dan termuda 23 tahun, kelompok umur terbanyak ( modus ) adalah 60 tahun, median 51 tahun dengan rerata umur adalah 49 (49,88) tahun. Usia kurang dari 40 tahun sebanyak 14 orang ( 14,6% ), 40-49 tahun 27 orang (28,1% ), 50-60 tahun 55 orang ( 57,3% ). Penyebab sirosis hati terbanyak secara berurutan adalah hepatitis B kronik sebanyak 55 orang ( 57,3% ), hepatitis C kronik 25 orang ( 26% ), perlemakan hati non alkoholik 9 orang ( 9.4% ), sirosis bilier 2 orang ( 2,1% ), sedangkan 5 orang (5,2% ) tak diketahui penyebab sirosis hati. Sebanyak 66 subjek ( 69% ) tidak didapatkan penyakit penyerta ( komorbid ) sedangkan pada 30 subjek ( 31% ) ditemukan karsinoma hepatoselular tanpa metastasis 9 orang, 1 orang memiliki riwayat stroke ringan, 1 orang menderita kanker serviks stadium I, 1 orang memiliki riwayat hemoglobinuria nokturnal paroksismal, dan 18 orang menderita diabetes mellitus. Subjek penelitian penderita sirosis hati yang masih menjalani program pengobatan obat antiviral hepatitis sebanyak 32 orang ( 33,3% ) dengan regimen Telbivudin 13 orang, Tenofovir 2 orang, Lamivudin 8 orang, kombinasi Lamivudin-Entecavir 1 orang, kombinasi Ribavirin-Pegylated Interferon 8 orang. Sebanyak 60 subjek ( 62,5% ) mendapat Propranolol atas indikasi varises esofagus dengan dosis antara 20 miligram hingga 40 miligram per hari. Obat-obat lain yang rutin digunakan oleh 92 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 93 subjek penelitian adalah injeksi insulin subkutan pada subjek penderita diabetes mellitus sebanyak 4 orang sedangkan 14 orang penderita diabetes mellitus lainnya dengan pengaturan makan ( diet ). Komplikasi sirosis hati berupa hipertensi portal ditemukan pada 73 subjek ( 76% ) sedangkan 23 orang tidak mengalami hipertensi portal ( 24% ). Tidak satupun pasien yang mengalami perdarahan aktif selama penelitian berlangsung karena persyaratan dalam kriteria pengambilan sampel yang tidak menyertakan subyek dengan perdarahan aktif. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 94 Tabel 5.1 Karakteristik Subyek Penelitian ( n = 96 ) Karakteristik n(%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Umur 61 ( 63,5 ) 35 ( 36,5 ) Tahun 49,88 ± 8,9 ( 23- 60 )* Penyebab sirosis hati Hepatitis B kronik Hepatitis C kronik 25 Perlemakan Hati Non Alkoholik Sirosis Bilier Tak diketahui Tanpa komorbiditas 55 25 9 2 5 66 ( 57,3 ) ( 26 ) ( 9,4 ) ( 2,1 ) ( 5,2) ( 69 ) Komorbiditas 30 ( 31 ) Karsinoma Hepatoselular tanpa metastasis Diabetes Mellitus Riwayat Stroke Ringan Kanker Serviks stadium I Riwayat Hemoglobinuria Nokturnal Paroksismal Pengobatan 9 18 1 1 1 ( 9,3 )** ( 18,7 )*** (1) (1) (1) Antiviral hepatitis 32 ( 33,3 % ) Telbivudin Lamivudin Kombinasi Ribavirin-Pegylated Interferon Tenofovir Kombinasi Lamivudin-Entecavir Propranolol 13 8 8 2 1 60 ( 13,5% ) ( 8,3 % ) ( 8,3 % ) ( 2% ) ( 1% ) ( 62,5 % ) Injeksi insulin subkutan 4 ( 4,2 % ) Hipertensi Portal 73( 76 % ) *Keterangan : rerata± deviasi standar ( nilai minimal – maksimal ) **Sebanyak 5 orang menderita hepatitis B, 4 orang menderita hepatitis C ***Terdiri dari 7 orang dengan NAFLD, 6 orang dengan hepatitis C, 4 orang dengan hepatitis B, 1 orang tak diketahui sebab sirosis hati Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 95 5.2 Karakteristik Kriteria Modifikasi Child Turcotte Pugh Pada parameter asites Kriteria Modifikasi Child Turcotte Pugh ( CTP ) ditemukan 61 subjek ( 63,5% ) tidak memiliki asites, 28 subjek ( 29,3% ) mempunyai asites derajat I-II ( mudah terkontrol dengan obat ), 7 subjek ( 7,2% ) mempunyai asites derajat III ( sulit terkontrol dengan dosis dan kombinasi diuretik yang maksimal ) . Ensefalopati hepatik terjadi pada 39 subjek ( 40% ) yang terdiri dari derajat I pada 27 subjek ( 69,3% ), derajat II pada 11 ( 28,2% ) subjek dan derajat III 1 subjek ( 2,5% ). Kadar albumin serum tertinggi sebesar 4,83 gram/desiliter dengan rerata 3,89 gram/desiliter dengan nilai albumin serum yang tersering ditemukan ( modus ) adalah 2,5 gram/desiliter. Kadar bilirubin total serum tertinggi sebesar 24,83 miligram/desiliter dengan rerata 2,43 miligram/desiliter dan nilai bilirubin total serum yang tersering ditemukan ( modus ) sebesar 1,06 miligram/desiliter. Masa protrombin terbesar adalah 18,5 detik lebih tinggi dari kontrol ( 18,5 detik > kontrol ), terkecil tidak ada perbedaan dengan kontrol ( 0 detik > kontrol ), rerata masa protrombin 2,91 detik lebih tinggi dari kontrol ( 2,91 detik > kontrol ). Skor Modifikasi Child Turcotte Pugh derajat A ditemukan pada 48 subjek yang terdiri dari 34 subjek dengan skor 5 dan 14 subjek dengan skor 6. Skor Modifikasi Child Turcotte Pugh derajat B ditemukan pada 33 subjek yang terdiri dari 15 subjek dengan skor 7, 10 subjek dengan skor 8, 8 orang dengan skor 9. Kriteria Modifikasi Child Turcotte Pugh derajat C ditemukan pada 15 subjek yang terdiri dari 3 subjek dengan skor 10, 5 subjek dengan skor 11, 5 subjek dengan skor 12, 1 subjek dengan skor 13, 1 subjek dengan skor 14. Data selengkapnya dapat dilihat di tabel 5.2. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 96 Tabel 5.2 Karakteristik Kriteria Modifikasi Child Turcotte Pugh ( n = 96 ) Kriteria Modifikasi Child Pugh n(%) Turcotte Tidak asites Asites Asites derajat I-II atau mudah terkontrol Asites derajat III atau tidak terkontrol Ensefalopati Hepatik Derajat I Derajat II Derajat III 61 ( 63,5 ) 35 (36,5 ) 28 ( 29,3 ) Bilirubin total <2 2-3 >3 Albumin < 2.8 2,8 - 3.5 >3.5 Masa Protrombin <4 4-6 >6 Trombosit CTP A CTP B CTP C Aspartat Aminotransferase ( AST ) CTP A CTP B CTP C Alanin Aminotransferase ( ALT ) CTP A CTP B CTP C Child Turcotte Pugh ( CTP )Derajat A Skor 5 Skor 6 CTP Derajat B Skor 7 Skor 8 Skor 9 CTP Derajat C Skor 10 Skor 11 2,43 ± 3,62 ( 0,36-24,83 ) miligram / desiliter 70 ( 72,91 ) 9 ( 9,37 ) 17 (17,70 ) 3,39 ± 0,78 ( 1,29-4,83 ) gram / desiliter 24 (25) 21 (21,87) 55 (57,29) 2,91 ± 3,05 ( 0-18,5 ) detik > kontrol 69 ( 71,87 ) 16 ( 16,66 ) 11 ( 11.46 ) 121.336±92101 ( 19.800-652.000) /μL 146.468±112.310 ( 35.000-652.000 ) 101.342±65.585 ( 19.800-324.00 ) 91.532±87.750 ( 22.300-152.000 ) 76,14±61,99 ( 12-333) 67,19±59,11 ( 18,0-292,0 ) 77,36±63,03 ( 16-333 ) 104,73±64,81 ( 12-225 ) 52,19±51,68 ( 9-287 ) Unit / Liter 54,32±60,60 ( 9-287 ) 48,97±38,47 ( 12-174 ) 55,00±50,35 ( 15-181 ) 7 ( 7,2) 39 ( 40 ) 27 ( 28 ) 11 ( 11 ) 1 (1) 48 ( 50 ) 34 ( 35,4 ) 14 ( 14,6 ) 33 ( 34,3 ) 15 ( 15,6 ) 10 ( 10.4) 8 ( 8,3) 15 ( 15,7 ) 3 ( 3,1 ) 5 ( 5,2 ) Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 97 Tabel 5.2 ( Sambungan ) ) Skor 12 Skor 13 Skor 14 5 ( 5,2 ) 1 ( 1,1 ) 1 ( 1,1 ) 96 72 48 48 ( 50% ) skor 6 33 ( 34,3 % ) skor 9 ( 8,3% ) 24 skor 8 (10,4%) 15 ( 15,7% ) skor 5 (35,4%) skor 12-14 (8,4%) skor 7 ( 15,6% ) skor 10-11 (8,3%) 0 n CTP A CTP B CTP C Gambar 5.2 Proporsi Skor Child Turcotte Pugh ( CTP ) di Setiap Derajat Sirosis Hati Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 98 5.3 Kesesuaian Hasil Ekokardiografi Antara Dua Pemeriksa Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas pemeriksaan ekokardiografi maka pemeriksaan ekokardiografi pada setiap subjek dilakukan dua kali dengan jarak 30 menit, kedua pemeriksa memiliki pengetahuan dan persepsi yang sama mengenai tehnik pemeriksaan ekokardiografi melalui definisi operasional dan kriteria pemeriksaan sesuai sandar ASE-EAE, keduanya telah menerima pelatihan ekokardiografi, manual pemeriksaan tehnik ekokardiografi dan alat ekokardiografi yang digunakan adalah sama yang sudah dikalibrasi dengan standar internasional. Hasil pemeriksaan disimpan dalam data piranti lunak baik dalam bentuk foto maupun film real time yang dapat dibuka setiap saat dan dilakukan pengukuran ulang dalam komputer personal dengan program komputer dari penyedia alat ekokardiografi. Selanjutnya dilakukan uji nilai kappa dan uji perbedaan rerata antara hasil dua pemeriksaan. Pada perhitungan derajat kesesuaian ( level of agreement ) antara Pemeriksa Ekokardiografi I dan II ditemukan nilai kappa untuk kesesuaian interpretasi derajat disfungsi diastolik sebesar 100%. Pemeriksaan kesesuaian nilai numerik hasil pemeriksaan semua parameter disfungsi diastolik yang diperiksa dengan ekokardiografi oleh Pemeriksa Ekokardiografi I dan II menggunakan uji beda rerata ( mean difference ). Uji t dilakukan pada nilai hasil pemeriksaan parameter disfungsi diastolik dengan ekokardiografi yang terdistribusi norma sedangkanl Wilcoxon Signed Rank untuk nilai parameter disfungsi diastolik yang tetap tidak terdistribusi normal walaupun sudah dilakukan transformasi data. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara hasil pemeriksaan ekokardiografi oleh Pemeriksa I dan II pada semua parameter pemeriksaan disfungsi diastolik sehingga data yang dianalisa dan ditampilkan selanjutnya menggunakan hasil data dari Pemeriksa I sedangkan hasil analisa data Pemeriksa II ditulis dalam Lampiran. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 99 Tabel 5.3 Hasil Uji Perbedaan Rerata Antara Pemeriksa I dan II ( p < 0.005 ) Parameter Anatomi, Volume dan p p Fungsi Diastolik ( Uji t ) Indeks volume atrium kiri Rerata E/e septal Left Ventricular Posterior Wall Thickness in End Diastole Left Ventricular Internal Dimension in End Systole E/A valsalva Isovolumetric Relaxation Time Fraksi Ejeksi Cardiac Output S/D Interventricular Septal Thickness in End Diastole Interventricular Septal Thickness in End Systole Left Ventricular Posterior Wall Thickness in End Systolic Left Ventricular Internal Dimension in End Diastole 0,07 0,42 0,43 ( Uji Wilcoxon ) 0,27 0,91 0,50 0,85 0,73 0,09 0,12 0,88 0,19 0,39 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 100 Tabel 5.3.1 Hasil Kesesuaian Antar Pemeriksa Operator kedua Operator Disfungsi Tidak Fungsi diastolik pertama diastolik disfungsi normal dengan diastolik indeks volume atrium kiri ≥ 34 Disfungsi 32 0 2 34 0 40 0 40 0 0 22 22 32 40 22 96 diastolik Tidak disfungsi diastolik Fungsi diastolik normal dengan indeks volume atrium kiri ≥ 34 Tabel 5.3.2 Nilai Kesesuaian Kappa Operator kedua Operator Disfungsi Tidak disfungsi pertama diastolik diastolik Disfungsi diastolik 32 0 32 Tidak disfungsi diastolik 0 40 40 32 40 72 Hasil Kappa = 100% Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 101 Tabel 5.3.2 ( Sambungan ) Operator kedua Operator Disfungsi Fungsi diastolik pertama diastolik normal dengan indeks volume atrium kiri ≥ 34 Disfungsi diastolik 32 0 32 Fungsi diastolik normal 0 22 22 32 22 54 dengan indeks volume atrium kiri ≥ 34 Hasil Kappa 100% Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 102 5.4 Karakteristik Struktur, Fungsi Sistolik dan Perhitungan Kuantitas Ventrikel Kiri Sebelum pemeriksaan ekokardiografi untuk evaluasi fungsi diastolik ventrikel kiri perlu diperoleh data anatomis ventrikel kiri, volume atrium kiri, left ventricular posterior wall thickness in end systole ( LVPWs ), left ventricular posterior wall thickness in end diastole ( LVPWd ), left ventricular internal dimension in end systole ( LVIDs ), left ventricular internal dimension in end diastole ( LVIDd ), interventricular septal thickness in systole ( IVSs ), interventricular septal thickness in end diastole ( IVSd ) selain itu dievaluasi dari data metrik tersebut apakah terdapat penebalan / hipertrofi. Data hemodinamik jantung diketahui melalui cardiac output ( CO ) dan fraksi ejeksi ( EF ) dari fungsi sistolik ventrikel kiri. Data lengkap tersebut dapat dilihat di bagian lampiran sedangkan yang ditampilkan disini adalah tabel 5.4 dan gambar 5.4 yang menjelaskan tren nilai di setiap derajat skor CTP . Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 103 CTP C CTP B CTP A 0 10 20 EF % IVSd mm LVIDd mm LVPWd mm 30 40 50 60 70 80 CO L/menit IVSs mm LVIDs mm LVPWs mm Gambar 5.4 Karakteristik Anatomi Linear, Volume dan Hemodinamik pada Tiap Derajat CTP Sirosis Hati Keterangan Gambar 5.4: Nilai rerata,deviasi standar dan kisaran tiap-tiap parameter dapat dilihat di tabel 5.4 agar tidak mengganggu tampilan visual gambar karena banyaknya data. Deskripsi lebih lengkap ada di lampiran Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 104 Tabel 5.4 Karakteristik Anatomi Linear, Volume dan Hemodinamik pada Tiap Derajat CTP Sirosis Hati Indeks LVPWs LVPWd LVIDs LVIDd IVSs IVSd CO EF mm mm mm mm mm mm L/meni % volume atrium 2 kirimL/m t CTP 31,04±9,71 A: (n=48) (11,3058,80) 14,34±2, 68 (9,1022,0) 11,14±2, 29 (5,6016,80) 24,37± 4,47 43,24± 6,43 14,29 ±2,35 10,54 ±3,06 4,27±1, 65 (16,9038,20) (25,9058,20) (10,020,70 ) (1,2016,20 ) (1,767,96) 71,14 ±7,3 1 (50,0 85,0) CTP B: (n=33) 39,76±10,5 8 14,02±3, 04 11,39±2, 95 24,06± 7,10 41,65± 8,02 14,02 ±2,68 10,41 ±2,80 4,13±1, 60 (19,9068,30) (9,1022,60) (5,2017,20) (10,7041,40) (25,4058,80) (8,4020,70 ) (5,8018,0) (2,118,19) 42,51±11,4 1 69,86±6, 72 13,60±3, 67 11,75± 2,85 24,91± 4,56 12,32 ±4,19 9,4±3 ,97 5,03±4, 90 (20,2062,10) (57,0083,00) (8,3020,70) (6,5015,50) (20,0034,30) (5,2021,30 ) (3,9019,40 ) (2,578,07) 69,54 ±6,6 7 (53,0 82,0) CTP C: (n=15) 69,86 ±6,7 2 (2,57 8,07) Pada seluruh subjek penelitian ini tidak ditemukan kelainan katup, tidak satupun ditemukan efusi perikard yang bermakna, kelainan anatomis, hipokinetik segmental, spontaneous echocontrast ( SPEC ), trombus ataupun vegetasi dalam ruang jantung. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 105 Karakteristik perhitungan kuantitas ventrikel kiri dinilai dari rasio IVSd/LVPWd, ketebalan relatif dinding ventrikel kiri ( relative wall thickness ) dan massa ventrikel kiri. Data disajikan di tabel 5.4.1 sedangkan sebaran data di tabel 5.4.2 dan 5.4.3 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 106 Tabel 5.4.1 Karakteristik Parameter Kuantitas Ventrikel Kiri Rasio IVSd / LVPWd Ketebalan Dinding Massa Ventrikel Relatif ( Rasio ) Kiri ( Gram / meter2 ) Keseluruhan 0,95±0,28 (0,40-1,63) 0,52±0,17 (0,18 – 1,00 ) 197,00±70,91 (78,78-419,60 ) CTP A 0,97±0,24 (0,56-1,63 ) 0,50±0,15 (0,27 – 1,00 ) 198,45±65,51 (85,62-419,60 ) CTP B 0,96±0,30 (0,44-1,58) 0,52±0,18 (0,19– 0,99 ) 193,15±70,91 (78,78-407,27 ) CTP C 0,95±0,28 (0,40-1,63) 0,50±0,17 (0,18 – 1,00 ) 200,85±77,95 (113,17-345,69 ) Tabel 5.4.2 Karakteristik Hipertrofi Ventrikel Kiri n(%) CTP A CTP B CTP C Rasio IVSd / LVPWd>1.1 19 ( 39,58 ) 11 ( 33,33 ) 4 ( 26,67 ) Ketebalan Dinding Relatif ( Rasio 32 ( 67 ) 22 ( 66,67 ) 10 ( 66,67 ) 26 ( 96,43 ) 21 ( 84 ) 9 ( 100) 21 ( 100 ) 8 ( 100 ) 6 ( 100 ) )>0.42 Massa Ventrikel Kiri ( Gram ) >115 gram meter2 ( laki-laki ) 2 >95gram m ( perempuan ) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 107 Tabel 5.4.3 Sebaran Jenis Geometri Ventrikel Kiri n / % Ketebalan dinding relatif >0,42 ≤0,42 Remodelling Konsentrik Hipertrofi Konsentrik CTP A 1 / 1% CTP A 31 / 32,29% CTP B 3 / 3,17% CTP B 21 / 21,87% CTP C 0 / 0% CTP C 10 / 10,42% Total 4 / 4,17% Total 62 / 64,58% Geometri Normal Hipertrofi Eksentrik CTP A 1 / 1% CTP A 15 / 15,62% CTP B 1/ 1% CTP B 8 / 8,33% CTP C 0 / 0% CTP C 5 / 5,21% Total 2 / 2,08% Total 28 ( 29,16% ) 2 Perempuan < 95 gram/meter Laki-laki < 115 gram / meter 2 >95 gram / meter 2 > 115 gram / meter 2 Massa ventrikel kiri Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 108 Geometri Ventrikel Kiri 2,08% 4,17% Geometri normal 29,16% Remodelling konsentrik 64,58 % Hipertrofi konsentrik Hipertrofi eksentrik Gambar 5.4.1 Proporsi Geometri Ventrikel Kiri pada Pasien Sirosis Hati 5.5 Karakteristik Parameter Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri Parameter fungsi diastolik ventrikel kiri yang diperiksa adalah indeks volume atrium kiri, lateral e’, septal e’, rasio E/A, masa deselerasi ( Deceleration Time / DT ), rerata rasio E/e’ septal ( E/e’ septal ), rerata rasio E/e’ lateral ( E/e’ lateral ), selisih Ar – A, perubahan rasio E/A saat valsalva ( ∆E/A valsalva ), masa relaksasi intraventrikel ( Isovolumetric RelaxationTime /IVRT ), rasio S/D ( S/D ). Gambar 5.5 menjelaskan perkembangan nilai parameter fungsi diastolik di setiap derajat skor CTP sedangkan tabel 5.5 memuat seluruh hasil perhitungan parameter disfungsi diastolik dalam rerata, deviasi standar dan kisaran nilai. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 109 25 20 Lateral e' 15 Septal e' E/A 10 DT Rerata E/e' septal Rerata E/e' lateral 5 0 CTP A 5 CTP A 6 CTP B 7 CTP B 8 CTP B 9 CTP C 10-11 CTP C 12-14 50 40 30 20 Indeks volume atrium kiri Ar-A 10 ∆ E/A valsalva 0 CTP A 5CTP A 6CTP B 7 CTP B 8 CTP B 9 CTP C CTP C 10-11 12-14 -10 IVRT S/D -20 -30 -40 Keterangan gambar: terdapat nilai minus untuk parameter Ar-A. Perhatian pada CTP C adalah agregat data skor 10-14 digabungkan, grafik menunjukkan rerata parameter pada setiap skor numerik CTP, satuan sesuai dengan parameter tersebut. Gambar 5.5.1 Karakteristik Parameter Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri pada Sirosis Hati Menurut Derajat Skor CTP Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 110 Tabel 5.5 Parameter Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri Lateral e’ Septal e’ DT Rerata cm/detik cm/detik milidetik septal Keseluruhan 11,38±3,19 8,76±2,34 1,25±0,54 190,69±40,01 7,67±2,08 (n=96) (6,0-18,0) (5,0-16,0) (0,58-4,35) (102,0-297,0) (3,79-17,0) 12,53±2,93 9,73±2,34 1,31±0,36 178,97±34,55 7,11±1,75 (12,0-16,0) (5,0-16,0) (0,72-2,22) (134,0-297,0) (4,74-11,40) 12,71±2,84 9,14±2,28 1,36 0,91 194,36±51,51 7,71±0,53 (8,0-17,0) (6,0-14,0) (0,72-4,35) (102,0-293,0) (5,04-10,71) 9,33±2,53 7,87±1,99 1,18±0,38 195,87±32,94 7,98±1,94 (6,0-16,0) (5,0-13,0) (0,58-1,76) (163,0-248,0) (3,79-11,14) 11,70±3,27 8,30±2,05 0,99±0,41 205,20±41,09 7,05±1,21 (7,00-16,00) (5,00- (0,60-2,03) (153,00-254,00) (4,58-8,30) 10,62±3,46 11,00) 1,03±0,35 219,37±36,58 8,76±2,0 (7,00-17,00) 7,50±2,20 (0,64-1,55) (165,00-248,00) (6,22-11,54) E/A E/e’ CTP A 5 (n=34) 6 (n=14) CTP B 7 (n=15) 8 (n=10) 9 (n=8) (5,0012,00) CTP C 10-11 (n=8) 12-14 (n=7) 10,0±3,38 8,0±2,67 1,24±0,61 190,75±47,40 7,86±2,34 (7,00-15,00) (5,00- (0,64-2,41) (134,00-246,00) (5,50-11,48) 9,57±2,99 12,00) 1,47±0,83 175,57±34,62 9,05±3,82 (6,00-15,00) 8,14±2,11 (0,58-2,92) (144,00-245,00) (6,03-17,00) (6,0012,00) Bersambung ke tabel berikutnya Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 111 Tabel 5.5 ( Sambungan ) Rerata Indeks Ar-A ∆E/A IVRT E/e’ volume milidetik valsalva milidetik lateral atrium S/D kiri 2 (mL/m ) Keseluruh 5,86±2,1 36,03±11,22 - 0,30±0,22 105,31±36,0 1,25±0,35 an 3 (11,30- 15,98±30,8 (0,00-1,00) 9 (0,43-2,30) (n=96) (2,03- 68,30) 1 (51,00- CTP A 17,00) (-129,00- 216,00) 70,00) 5 (n=34) 6 (n=14) 0,26±0,15 1,32±0,27 (0,00-0,60) (0,84-2,20) 5,58±1,8 29,93±10,48 3 (11,30- - (3,20- 58,80) 32,59±26,9 0,33±0,18 2 1,39±0,35 4 (0,00-0,57) (64,00- (0,87-1,72) 11,70) 33,55±7,33 (-129,00- 5,52±2,0 (20,10- 12,00) 0 49,30) 103,53±36,0 216,00) 99,57±31,71 (2,99- - (51,00- 11,00) 5,43±26,47 153,00) (-51,0036,00) CTP B 7 (n=15) 8 (n=10) 9 (n=8) 6,27±1,7 41,93±12,54 - 0,37±0,20 111,53±42,5 1,39±0,35 2 (22,90±68,3 21,33±33,5 (0,05-0,77) 7 (0,87-2,30) (2,03- 0) 2 9,17) (57,00- (-77,00- 0,22±0,26 36,40±10,49 63,00) (0,00-0,55) 4,80±1,1 (19,90- - 5 50,00) 25,1±47,29 0,14±0,19 4 1,25±0,31 (-70,00- (0,00-0,58) (64,00- (0,83-1,80) (2,796,00) 6,21±1,8 7 191,00) 0,99±0,41 (0,43-1,51) 127,00±37,3 39,91±5,44 44,00) 191,00) (32,40- 1,00±50,71 48,90) (-64,00- 112,87±35,6 70,00) 5 (3,92- (68,00- 9,85) 165,00) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 112 Tabel 5.5 ( sambungan ) CTP C 10-11 5,96±1,0 44,02±10,89 25,50±56,9 0,56±0,32 90,87±23,26 0,95±0,39 (n=8) 6 (21,20- 4 (0,18-1,00) (65,00- (0,48-1,59) (4,72- 57,70) (-89,00- 1,06±1,52 134,00) 1,04±0,41 12-14 7,83) 43,90±8,79 70,00) (0,17-4,50) 60,38±40,87 (0,55-1,60) (n=7) 8,06±4,6 (36,90- 1,28±42,07 (6,50- 5 62,10) (-51,00- 127,00) (3,87- 54,00) 17,00) Catatan: proporsi penderita sirosis dengan indeks volume atrium kiri ≥ 34 milimeter / meter 2 sebanyak 58,33% 5.6 Prevalensi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Pada penelitian ini pemeriksaan parameter fungsi diastolik ventrikel kiri menggunakan kriteria pendekatan praktis Evaluasi Derajat Disfungsi Diastolik yang disusun oleh American Society of Echocardiography ( ASE ) dan European Association of Echocardiography ( EAE ) 2009 yang menggunakan kriteria pemeriksaan septal e’, lateral e’ dan volume atrium kiri sebagai penyaring pertama dan parameter evaluasi disfungsi diastolik konvensional yaitu parameter yang tidak menggunakan kriteria pemeriksaan septal e’, lateral e’ dan volume atrium kiri sebagai penyaring pertama. Parameter kecepatan perambatan ( propagation velocity ), pengukuran deformasi ( deformation measurements ), pembukaan uliran ventrikel kiri ( left ventricular untwisting ), uji pembebanan diastolik ( diastolic stress test ) tidak dilakukan karena parameter-parameter tersebut masih dalam penelitian skala luas atau belum dianjurkan untuk dipergunakan secara rutin. Prevalensi disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan menggunakan pendekatan ASE-EAE 2009 ditemukan sebesar 34,4% sedangkan bila menggunakan parameter konvensional ditemukan sebesar 68,8%. Terdapat 1 subjek yang masuk kriteria tidak tergolongkan karena lateral e’ < 8 cm/detik dan septal e’ < 10 cm/detik namun volume atrium kiri < 34 mL/m2. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.6. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 113 Tabel 5.6 Proporsi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Menurut Kriteria ASEEAE 2009 dan Konvensional n=96 Kriteria ASE-EAE 2009 % ( n ) Pendekatan Konvensional % ( n ) Disfungsi diastolik 34,4 ( 33 ) 68,8 ( 66 ) Fungsi diastolik normal 21,9 ( 21) - Fungsi diastolik normal 42,7 ( 41 ) 31,3 ( 30 ) Tidak tergolongkan 1(1) - dengan indeks volume atrium kiri ≥34 mL/m2 Prevalensi disfungsi diastolik ventrikel kiri pada masing-masing kategori disfungsi hati menurut kriteria CTP dapat dilihat di tabel 5.6.1. Prevalensi disfungsi diastolik terbanyak ditemukan pada subjek dengan sirosis hati CTP kategori C sebesar 60% dengan pendekatan ASE-EAE 2009 sedangkan pada pendekatan konvensional ditemukan prevalensi 86,7%. Gambar 5.6.1 dapat membantu memahami seberapa besar masalah disfungsi diastolik ventrikel kiri dalam populasi penelitian. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 114 70 60 50 40 30 20 10 66 (68,8%) 41 (42,7%) 33 (34,4%) 30 (31,3%) 21 (21,9% 1 (1,2%) 0 n Kriteria ASE EAE 2009 Kriteria Konvensional Disfungsi Diastolik Fungsi diastolik normal indeks volume atrium kiri >=34 Fungsi diastolik normal Tak tergolongkan Gambar 5.6 Proporsi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Menurut ASE-EAE 2009 dan Konvensional pada Sirosis Hati Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 115 Tabel 5.6.1 Proporsi Disfungsi Diastolik Ventrikel pada Setiap Kategori Disfungsi Hati Menurut Kriteria CTP Kriteria ASE-EAE 2009 Kriteria % ( n) Konvensional % ( n) Disfungsi diastolik CTP (n=48) CTP (n=33) CTP (n=15) A 18,7 Fungsi diastolik normal Fungsi diastolik normal dengan indeks volume atrium kiri ≥ 34 mL/m2 Tidak tergolong kan Disfungsi diastolik Fungsi diastolik normal 66,7 (32) 14,6 - 41,7 58,3 ( 20 ) ( 28 ) (9) (7) B 48,5 (16) C 60 ( 9) 21,2 27,2 1 96,9 3,1 (7) ( 9) (1) ( 32 ) (1) 13,3 27.7 - 93,3 13,3 (2) (4) ( 14 ) (1) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 116 70 60 Disfungsi diastolik 50 40 Fungsi diastolik normal 30 20 Fungsi normal, jantung atlet, konstriktif 10 0 CTP A CTP B CTP C 120 100 Disfungsi diastolik 80 60 Fungsi diastolik normal 40 20 0 CTP A CTP B CTP C Gambar 5.6.1 Proporsi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri di Setiap Kategori Derajat CTP: Menurut Kriteria ASE-EAE 2009 ( Kiri ) dan Kriteria Konvensional ( Kanan ) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 117 Tabel 5.6.2 Proporsi Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Kriteria ASE-EAE 2009 pada Setiap Kategori Disfungsi Hati Menurut Kriteria CTP Kriteria ASE-EAE 2009 CTP Diastolik normal I I-II II II-III %/n %/n %/n %/n %/n Fungsi diastolik normal dengan indeks volume atrium kiri ≥ 34 mL/m2 %/n Tidak tergolongkan %/n A (n=48) 5 (n=34) 67,6 / 23 2,9 / 1 11,8 / 4 - - 17,6 / 6 - 6 (n=14) 64,2 / 9 7,1 / 1 - 7,1 / 1 7,1 / 1 14,3 / 2 - 7 (n=15) 13,3 / 2 26,7 / 4 33,3 / 5 - - 26,7 / 4 - 8 (n=10) 30 / 3 20 / 2 - - - 40 / 4 10 / 1 9 (n=8) 12,5 / 1 50 / 4 - 12,5 / 1 - 25 / 2 - 10-11 (n=8) 12,5 / 1 25 / 2 - 25 / 2 12,5 / 1 25 / 2 - 12-14 (n=7) - 14,3 / 1 28,5 / 2 - 28,5 / 2 28,5 / 2 - CTP B (n=33) CTP C (n=15) Keterangan tabel untuk derajat disfungsi diastolik: I relaksasi abnormal II pseudonormal III restriktif Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 118 CTP 12-14 CTP C10-11 Tidak tergolongkan CTP B9 II-III II CTP B8 I-II CTP B7 I Diastolik normal CTP A6 CTP A5 0 5 10 15 20 25 n Gambar 5.6.2 Proporsi Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Kriteria ASE-EAE 2009 pada Setiap Kategori Disfungsi Hati Menurut Kriteria CTP Tabel 5.6.3 Proporsi Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Kriteria Konvensional pada Setiap Kategori Disfungsi Hati Menurut Kriteria CTP Kriteria Konvensional Diastolik %/n CTP I I-II II II-III III III-IV normal A (n=48) 70,6% / 24 8,8% / 3 14,7% / 5 5,9% / 2 - - - 5 (n=34) 28,6% / 4 28,6% / 4 21,4% / 3 7,1% / 1 7,1% / 1 - 7,1% / 1 (n=33) 6,7% / 4 26,7% / 4 60% / 9 6,7% / 1 - - - 7 (n=15) - 40% / 4 50% / 5 - - 10% / 1 - 8 (n=10) - 75% / 6 12,5% / 1 12,5% / 1 - - (n=15) 12,5% / 1 25% / 2 - 25% / 2 25% / 2 12,5% / 1 - 10-11 (n=8) - 42,9% / 3 14,3% / 1 - 28,5% / 2 14,3% / 1 - 6 (n=14) CTP B 9 (n=8) CTP C 12-14 (n=7) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 119 CTP 12-14 CTP C10-11 III-IV CTP B9 III II-III CTP B8 II I-II CTP B7 I Diastollik normal CTP A6 CTP A5 0 5 10 15 20 25 30 n Gambar 5.6.3 Proporsi Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Pendekatan Konvensional pada Setiap Kategori Disfungsi Hati Menurut Kriteria CTP 5.7 Analisis Korelasi Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri dengan Beratnya Derajat Disfungsi Hati Penilaian kuatnya korelasi antara beratnya derajat disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan beratnya derajat disfungsi hati melalui kategori skor CTP dilakukan dengan uji korelasi Spearman karena data tidak terdistribusi normal walaupun sudah dilakukan transformasi data. Analisis dilakukan untuk derajat disfungsi diastolik skala ordinal dengan derajat disfungsi hati dalam skala ordinal, dan derajat disfungsi diastolik skala ordinal dengan derajat disfungsi hati dalam skala numerik pada kedua cara evaluasi disfungsi diastolik ( kriteria ASE-EAE 2009 dan kriteria konvensional ). Hasil analisis dapat dilihat di tabel 5.7. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 120 Tabel 5.7 Nilai Rho Uji Korelasi Spearman Antara Beratnya Derajat Disfungsi Hati CTP dengan Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri ( p< 0,01, 2 tailed ) n = 96 Derajat Disfungsi Diastolik Skor CTP A-B-C ( Ordinal ) Konvensional ASE-EAE 2009 0,47 0,44 (95% IK 0,31 -0,71 ) (95% IK 0,27 -0,67 ) p = 0,000 p =0,000 r2 = 0,22 0,54 r2 = 0,20 0,42 (95% IK 0,34 -0,74 ) (95% IK 0,22 - 0,62 ) p = 0,000 p = 0,000 r2 = 0,30 r2 = 0,18 Skor CTP Numerik Kekuatan korelasi ( Rho ) antara beratnya derajat disfungsi hati dengan CTP skala numerik dengan beratnya derajat disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan cara konvensional dan ASE-EAE 2009 adalah 0,54 dan 0,42 ( fair degree of relationship ). Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 121 5.7.1 Analisis Subgrup Korelasi Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri dengan Beratnya Derajat Disfungsi Hati Non Diabetes Tabel 5.7.1 Nilai Rho Uji Korelasi Spearman Antara Beratnya Derajat Disfungsi Hati CTP dengan Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri ( p< 0,01, 2 tailed ) Pada Non Diabetes n = 78 Derajat Disfungsi Diastolik Skor CTP A-B-C Non Diabetes ( Ordinal ) Konvensional ASE-EAE 2009 0,59 0,45 (95% IK 0,39 - 0,79 ) (95% IK 0,25 – 0,65 ) p=0,000 p=0,000 r2=0,35 0,61 r2=0,20 0,44 (95% IK 0,.41 – 0,81 ) (95% IK 0,.24 – 0,64 ) p=0,000 p=0,000 r2=0.38 r2=0.19 Skor CTP Numerik Non Diabetes Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 122 5.7.2 Analisis Subgrup Korelasi Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri dengan Beratnya Derajat Disfungsi Hati Non Diabetes & Non Spironolakton Tabel 5.7.2 Nilai Rho Uji Korelasi Spearman Antara Beratnya Derajat Disfungsi Hati CTP dengan Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri ( p< 0,01, 2 tailed ) Pada Non Diabetes dan Non Spironolakton n = 62 Derajat Disfungsi Diastolik Skor CTP A-B-C Non Diabetes & Non Spironolakton ( Ordinal ) Skor CTP ( Numerik ) Konvensional ASE-EAE 2009 0,58 0,52 (95% IK 0,32 - 0,84 ) (95% IK 0,26 – 0,78 ) p=0,000 p=0,000 r2=0,344 0,63 r2=0,27 0,51 (95% IK 0,37 - 0,89 ) (95% IK 0,25 – 0,77 ) p=0,000 p=0,000 r2=0,40 r2=0,26 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 123 5.7.3 Analisis Subgrup Korelasi Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri dengan Beratnya Derajat Disfungsi Hati Non Spironolakton Tabel 5.7.3 Nilai Rho Uji Korelasi Spearman Antara Beratnya Derajat Disfungsi Hati CTP dengan Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri ( p< 0,01, 2 tailed ) Pada Non Spironolakton n = 78 Derajat Disfungsi Diastolik Skor CTP A-B-C Non Spironolakton ( Ordinal ) Konvensional ASE-EAE 2009 0,49 0,45 (95% IK 0,27 - 0,71 ) (95% IK 0,23 – 0,67 ) p = 0,000 p = 0,000 r2 = 0,24 0,56 r2 = 0,20 0,43 (95% IK 0,.34 – 0,78 ) (95% IK 0,.21 – 0,65 ) p = 0,000 p = 0,000 r2 = 0.31 r2 = 0.18 Skor CTP Numerik Non Spironolakton Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 124 5.8 Analisis Hubungan Parameter Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri Kriteria ASE-EAE 2009 dengan Derajat Disfungsi Hati Terdapat 8 parameter yang dinilai dalam evaluasi disfungsi diastolik ventrikel kiri subjek sesuai kriteria ASE-EAE 2009. Parameter tersebut adalah volume atrium kiri, lateral e’, septal e’, rasio E/A, masa deselerasi ( Deceleration Time / DT ), rerata E/e’ septal, selisih Ar-A, ∆Valsalva E/A. Parameter-parameter tersebut dilakukan penilaian awal masing-masing kekuatan hubungannya dengan derajat disfungsi hati skor CTP dalam numerik melalui metode analisis uji bivariat. Karena uji normalitas pada semua parameter-parameter tersebut menunjukkan data tidak terdistribusi normal walaupun sudah dilakukan transformasi data, maka uji bivariat menggunakan uji korelasi Spearman yang hasilnya dapat dilihat di tabel 5.8. Parameter dengan nilai p <0,25 disertakan dalam uji analisis multivariat regresi linier. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 125 Tabel 5.8 Analisis Bivariat Hubungan Parameter Fungsi Diastolik ASE-EAE 2009 dengan Derajat Disfungsi Hati Menurut Skor Numerik CTP Parameter Skor CTP p 1 0,002 0,001 0,000 0,066 0,364 0,042 0,000 0,424 Skor CTP Lateral e’ Septal e’ Indeks volume atrium kiri Rasio E/A DT Rerata E/e’ septal Selisih Ar-A ∆ Rasio E/A Valsalva p < 0,25 Lateral e’ Septal e’ Indeks volume atrium kiri Rasio E/A Rerata E/e’ lateral Selisih Ar-A Tabel 5.8.1 Analisis Multivariat Parameter Fungsi Diastolik ASE-EAE 2009 Parameter Skor CTP p 0,026 0,957 0,005 0,942 0,928 0,004 Lateral e’ Septal e’ Indeks volume atrium kiri Rasio E/A Rerata E/e’ septal Selisih Ar-A SE 0,069 0,170 0,021 0,569 0,119 0,005 t -2,259 0,054 2,867 -0,073 0,091 2,918 p< 0,05 Lateral e’ Indeks volume atrium kiri Selisih Ar-A Parameter Lateral e’ Indeks volume atrium kiri Selisih Ar-A Skor CTP p < 0,05 0,026 0,005 SE 0,069 0,021 t -2,259 2,867 r -0,32 0,49 95% Interval Kepercayaan r -0,33±0,14 0,54±0,04 0,004 0,005 2,918 0,35 0,37±0,01 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 126 Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 8 parameter penilaian disfungsi diastolik ventrikel kiri terdapat 6 parameter yang berhubungan dengan derajat disfungsi hati yaitu lateral e’, septal e’, indeks volume atrium kiri, rasio E/A, rerata E/e’ septal, selisih Ar-A. Enam parameter tersebut setelah dilakukan uji multivariat menghasilkan 3 parameter disfungsi diastolik ventrikel kiri yang paling berhubungan dengan derajat disfungsi hati menurut skor numerik CTP yang secara berurutan dari yang terkuat: selisih antara aliran Ar-A ( Ar : atrial reversal yaitu kecepatan alir balik / backward flow aliran darah dari atrium kiri melalui vena pulmonalis saat akhir fase diastolik. A: kecepatan puncak aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri melalui katup mitral saat akhir fase diastolik ), volume atrium kiri dan lateral e’ ( kecepatan gerakan / pliabilitas otot miokard sisi lateral ventrikel kiri di tempat insersi daun katup mitral saat awal fase diastolik yang diperiksa dengan tehnik ekokardiografi Tissue Doppler ). Analisis untuk menilai apakah variabel-variabel parameter disfungsi diastolik memenuhi syarat regresi linier salah satunya uji linieritas hubungan antar variabel yang terlihat di gambar 5.9, secara visual tampilan grafik sebaran memenuhi syarat linearitas. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 127 p =0,026 p = 0,005 p=0,004 Gambar 5.8 Sebaran Data Parameter Fungsi Diastolik ASE-EAE 2009 Terhadap Derajat Skor Disfungsi Hati CTP Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 128 Gambar 5.9 Sebaran Data Parameter Disfungsi Diastolik ASE-EAE 2009 Terhadap Derajat Skor Disfungsi Hati CTP ( setelah 3 parameter diplotkan menjadi satu ) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 129 BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Subjek 6.1.1 Karakteristik Demografis Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan jumlah subjek berdasarkan perhitungan besar sampel sebanyak 96 subjek sirosis hati berusia 18 tahun hingga 60 tahun oleh sebab apapun yang berobat ke Unit Rawat Jalan Hepatologi dan Unit Rawat Inap Penyakit Dalam RSCM. Seluruh target sampel tercapai dalam 4 bulan. Jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki 61 orang ( 63,5% ) lebih banyak dari perempuan 35 orang ( 36,5% ). Jenis kelamin laki-laki yang lebih banyak menderita sirosis sesuai dengan hasil penelitian lain di Eropa ( Persentase laki-laki dilaporkan oleh Ratib et al dari Inggris sebanyak 57,9%120, D’Amico dari Italia sebanyak 67,5%123dan Ibrahim A at al dari Amerika Serikat sebanyak 68%.88 Karakteristik usia termuda adalah 23 tahun dengan rerata 49 tahun, median 51 tahun, modus 60 tahun, sebaran usia terbanyak 50-60 tahun 57,3%. Angka-angka tersebut dapat tidak menggambarkan populasi sebenarnya karena adanya kriteria inklusi batas umur penelitian ini adalah 18-60 tahun. Penelitian oleh Firmansyah tahun 2003 ( 81 sampel konsekutif dari Unit Rawat Jalan Hepatologi Penyakit Dalam RSCM dan tidak ada pembatasan umur ) melaporkan bahwa rentang usia 23-79 tahun, rerata 55,8 tahun, sebaran kelompok usia terbanyak 50-59 tahun ( 39,5% )39. Dari gambaran sebaran data umur dapat kita asumsikan bahwa populasi penelitian ini hampir semua pasien sirosis disebabkan karena infeksi virus hepatitis yang terjadi pada masa perinatal atau anak-anak atau melalui transmisi vertikal.122,123 6.1.2 Karakteristik Klinis Sebab sirosis hati terbanyak pada sampelpenelitian ini adalah hepatitis B kronik 57,3% diikuti hepatitis C kronik 26% dan NAFLD 9,4%. Urutan penyebab sirosis ini sesuai dengan data penyebab terbesar sirosis hati di Indonesia adalah infeksi virus hepatitis B sebesar 40-50%, diikuti infeksi virus hepatitis C 30-40%, 129 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 130 selebihnya 10-20% penyebab tidak diketahui.124 Insidens kumulatif 5 tahun sirosis hati pada pasien hepatitis B yang tidak diterapi sebesar 8-20% dengan 20% dari jumlah tersebut akan berkembang menjadi sirosis hati dekompensata dalam 5 tahun berikut.125 Tabel 6.1.2 Penyebab Sirosis Hati dari Berbagai Laporan Penelitian Peneliti, Tahun, Asal Firmansyah et al, 2003, Indonesia39 Urutan Terbesar Penyebab Sirosis Hati (%) Hepatitis C(66,7), hepatitis B(33,3) De et al, India, 2003126 Hepatitis B (40), alkoholisme (28,6), hepatitis C ( 26) Ratib S et al, Inggris, 1998-2009120 Alkoholisme ( 56,2), kriptogenik (21,6), hepatitis virus ( 14,1), autoimun / metabolik (7,5) Hepatitis C ( >2,9 ) Fattovich, 2003, Mesir, Ullah et al, Pakistan 2011123,127,128 Konsensus Nasional Hepatitis B Indonesia, 2012125 CDC,Kanwal et al, Singal et al, Amerika Serikat 20112013129,130,131 Blachier et al, Uni Eropa tanpa Inggris, 2013132 Dadhich et al, India, 201417 Mondrowinduro P et al, 2014 Hepatitis B (8-20% indeks kumulatif 5 tahun ) Hepatitis C (26), alkoholisme (21) Alkoholisme dan NAFLD ( 66), NAFLD (13), alkohol (9),hepatitis C (6) Hepatitis B (40), alkoholisme ( 25), hepatitis C (25), NAFLD (10) Hepatitis B (57,3), Hepatitis C (26), NAFLD (10) Pada sampel penelitian ini ditemukan karsinoma hepatoselular tanpa metastasis dan tanpa trombosis vena porta sebanyak 9.3% yang semuanya berasal dari latar belakang hepatitis B dan C kronik. Data penelitian kohort menunjukkan setidaknya sepertiga penderita sirosis menjadi karsinoma hepatoseluler dalam hidupnya dan 1-8%123 per tahun akan menjadi karsinoma hepatoselular ( 2% pada sirosis karena hepatitis B dan 3-8% pada sirosis karena hepatitis C ).133 Komorbiditas terbanyak adalah diabetes mellitus 18,75%. Pada penelitian ini subjek yang menderita diabetes mellitus memiliki penyakit utama NAFLD (38,9%) diikuti hepatitis C (33,3%) dan B (22,3%). Banyak penelitian terutama setelah tahun 2000 yang melaporkan bahwa terdapat hubungan antara Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 131 resistensi insulin, hepatitis C dan perlemakan/steatosis hati yang semua berujung pada sirosis hati.134,135,136,137 Komplikasi terbanyak sirosis hati diluar kriteria skor CTP dalam penelitian ini adalah hipertensi portal 76% yang diketahui dari pemeriksaan penyaring gastroskopi, gastroskopi terapetik ( ligasi ) maupun pemeriksaan penunjang radiologis berupa CT abdomen dan USG abdomen yang dikonfirmasi selanjutnya dengan gastroskopi. Sebanyak 62,5% dari jumlah tersebut mengkonsumsi propranolol dengan dosis harian 20-40 miligram per hari. Tingginya angka prevalensi hipertensi portal pada sampel penelitian dapat disebabkan karena diagnosis hipertensi portal dibuat berdasarkan temuan penapisan gastroskopi saat pasien berobat di poli hepatologi, kemudahan akses fasilitas USG dan peran pencitraan CT ( pada beberapa sampel dengan karsinoma hepatoseluler ) dan 50% sampel penelitian memiliki kategori skor CTP B dan C. 6.1.3 Karakteristik Skor Child Turcotte Pugh ( CTP ) Pada penelitian ini diperoleh jumlah terbanyak adalah kategori CTP A ( 50% ) diikuti CTP B ( 34,3% ) dan C ( 15,7% ). Tabel dibawah ini memaparkan karakteristik skor CTP dari berbagai peneliti. Tabel 6.1.3 Karakteritik Skor CTP Nama Peneliti Tahun, n CTP A % CTP B CTP C % % Henriksen JH et al, Denmark138 Firmansyah et al, Indonesia Shaikh S et al, Pakistan 39 96 Kim MY et al, Korea Selatan139 Augustin S et al, Meksiko Mondrowinduro P 140 et al, 2002, 48 29,2 39,6 31,2 2003, 30 37,04 44,44 18,52 2011, 74 12,2 39,2 36 2012, 131 66,4 29,3 4,3 2014, 104 44 28 28 2014, 96 50 34,3 15,7 Indonesia Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 132 Berbagai variasi dalam proporsi kategori Child dapat menunjukkan beberapa sebab kemungkinan seperti banyaknya pasien disfungsi hati yang terdeteksi dini, keberhasilan program pengobatan antiviral, kemampuan pelayanan diagnostik rumah sakit dan tingkat kematian yang semakin bertambah dengan meningkatnya derajat disfungsi hati. Pada penelitian ini karena kriteria eksklusi maka pasien-pasien kritis dengan CTP sangat lanjut tidak dimasukkan dalam populasi penelitian, batasan usia dan komorbid juga berpengaruh sehingga menjelaskan mengapa CTP A mencakup 50% dari populasi penelitian. Gambaran klinis pasien yang diperhitungkan dalam skor CTP adalah asites, ensefalopati hepatik, albumin, bilirubin dan masa protrombin. Proporsi pasien yang tidak mengalami asites menempati porsi terbanyak sebesar 63,5%. Penggunaan diuretik kombinasi furosemide 40 miligram dan spironolakton 100 miligram pada populasi penelitian hanya 20 orang ( 20,8% ). Beberapa dugaan mengapa lebih banyak asites derajat I-II pada penelitian ini: 1) pada sebagian besar subjek belum mengalami dekompensasi volume sirkulasi efektif , 2) tekanan onkotik masih baik yang nanti dapat dilihat dari data albumin serum subjek penelitian, 3) fungsi sistem kardiovaskular masih baik karena sistem eksklusi penelitian, 4) perfusi ginjal masih baik karena sistem eksklusi penelitian ( kriteria eksklusi penelitian ini tidak memasukkan penyakit ginjal kronik stadium 4 atau lebih dan gangguan ginjal akut ).17,141,142,143 Ensefalopati hepatik ditemukan pada 40% populasi penelitian, yang terbanyak adalah ensefalopati hepatik derajat I 28%, derajat II 11%, derajat III 1%, sedangkan jenis ensefalopati hepatik yang ditemukan adalah tipe C yaitu ensefalopati yang berhubungan dengan sirosis hati atau hipertensi portal / pintas portosistemik dengan subkategori episodik, persisten dan minimal.144 Kriteria eksklusi penelitian ini yang tidak memasukkan pasien dengan kondisi hemodinamik tidak stabil atau infeksi berat dapat menjadi penyebab sedikitnya jumlah pasien ensefalopati145, alasan lainnya adalah semua pasienpasien di unit rawat jalan hepatologi RSCM mengetahui bila tidak buang air besar dalam sehari harus mengkonsumsi sirup laktulosa. Pemberian obat yang memodulasi neurotransmiter otak seperti L-ornitin L-aspartat hanya ditemukan pada 1 orang pasien. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 133 Analisis data albumin pada penelitian ini menunjukkan 24 orang ( 25% ) memiliki kadar albumin < 2.8 gram / desiliter, 21 orang ( 21,87% ) memiliki kadar albumin lebih dari 2,8 sampai 3.5 gram / desiliter, 55 orang ( 57,29% ) dengan kadar albumin >3.5 gram / desiliter. Sebaran nilai albumin ini mungkin dapat menjelaskan mengapa jumlah subjek yang tidak mengalami asites cukup besar yaitu 63,5%. Sebaran data bilirubin bernilai < 2 miligram / desiliter sebanyak 70 orang ( 72,91% ), 2-3 miligram/desiliter 9 orang (9,37%), > 3 miligram / desiliter 17 orang (17,70%). Bila agregat data dibuat berdasarkan nilai acuan bilirubin lebih dari 1,2 miligram / desiliter yang umum dipakai para klinisi maka 54,16% dari populasi penelitian memiliki nilai bilirubin abnormal. Tidak satupun dari subjek penelitian yang mengalami ikterus obstruktif atau keganasan pankreatikobilier. Bilirubin serum menggambarkan kemampuan rumit kinerja hepatosit pada tingkat enzimatik seluler dan kemampuan eliminasi melalui kolangiosit hati146,147 sehingga tidak mengherankan apabila pada tingkat makro peningkatan bilirubin lebih menggambarkan sejatinya fungsi hati selain albumin dan faktor pembekuan darah dibandingkan serum transaminase.147 Di bidang hepatologi adanya jaundis atau peningkatan bilirubin serum pada penyakit sirosis memberikan gambaran prognosis yang buruk dari perjalanan penyakit tersebut.148 Dalam bidang perawatan penyakit kritis, bilirubin dimasukkan dalam salah satu prediktor luaran mortalitas dimana peningkatan bilirubin ≥ 1,2 miligram / desiliter akan memperburuk prognosis.149 Masa protrombin pada populasi penelitian ini adalah 2,91 ± 3,05 ( 0-18,5 ) detik > kontrol. Bila menggunakan nilai ≥ 4 detik dari kontrol maka 27 orang ( 28,12% ) memiliki nilai masa protrombin nilai ≥ 4 detik dari kontrol sedangkan selebihnya memiliki nilai masa protrombin yang bobot nilainya pada skor CTP sebesar 0. Hal ini juga menjelaskan mengapa banyak subjek penelitian ini memiliki skor CTP kategori A selain profil albumin, bilirubin, dan asites yang pada sebagian besar subjek masih baik seperti dijelaskan diatas. Dari sejumlah variabel skor CTP, masa protrombin sampai saat ini masih banyak diperdebatkan karena variasi antar laboratorium sehubungan dengan sensitivitas pemakaian Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 134 tromboplastin rekombinan dan standarisasinya. Pemeriksaan masa protrombin pada awalnya menggantikan pemeriksaan status nutrisi yang dianggap sangat subjektif dan terlalu luas variasinya sehingga dipilihlah oleh Pugh masa protrombin untuk mewakili kemampuan sintesis hati. Laporan asli Pugh dan buku-buku ajar hepatologi klasik menyebutkan bahwa masa protrombin dalam skor CTP dinilai berdasarkan berapa lebihnya dari kontrol, kontrol yang dipakai adalah kontrol dari laboratorium rujukan.36,37,38,109,110,111,112,113,114,115 Walaupun sistem skor MELD yang disusun tahun 2000 untuk penentuan prioritas transplantasi menggunakan INR, namun INR dari hasil beberapa validasi MELD menunjukkan tidak seharusnya dipakai sebagai parameter pemeriksaan fungsi hati karena sebab yang sudah dijelaskan di sub bab 2.5. Validasi skor Child sejak tahun 1970-an hingga sekarang walaupun menggunakan masa protrombin yang bervariasi namun terbukti lebih unggul dalam menentukan derajat disfungsi hati sirosis secara bedside, prognosis dan sudah baku digunakan dalam bidang hepatologi.35,104,106 Pemeriksaan masa protrombin dalam penelitian ini diperiksakan di satu laboratorium pusat rujukan sehingga diharapkan metode pemeriksaannya terstandarisasi. Pada pasien-pasien sirosis hati perubahan fungsi hemostasis dan trombosis secara kualitas dan kuantitas banyak dijumpai: trombositopenia, gangguan fungsi trombosit, berkurangnya protein-protein pro atau antikoagulan.150 Populasi penelitian ini tidak didapatkan manifestasi trombosis vena dalam, hanya ada 1 subjek yang mengalami riwayat kejadian serebrovaskuler ringan yang tidak menimbulkan kecacatan. Karakteristik lain yang tidak masuk dalam penilaian skor CTP adalah trombosit dan serum transaminase. Pada populasi penelitian ini jelas terlihat bahwa jumlah trombosit menurun dengan semakin beratnya derajat disfungsi hati. Penurunan trombosit bisa terjadi karena hipersplenisme pada kondisi hipertensi portal dan penurunan produksi trombopoetin oleh hati.151 Serum ALT dan AST tampak terjadi peningkatan 3-4 kali diatas batas atas normal pada rerata keduanya. Serum ALT pada setiap kategori CTP tidak ada pola tertentu, namun serum AST reratanya cenderung semakin meningkat dengan semakin tingginya derajat kategori keparahan CTP, bila dibuat rasio ALT/AST maka terlihat pola pada populasi penelitian ini rasio Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 135 semakin kurang dari 1. Hal ini sesuai dengan pendapat lama mengenai rasio de Ritis152 untuk diagnosis sirosis hati secara bedside walaupun pendapat lama ini sudah digantikan dengan berbagai indeks yang lebih spesifik.153 6.1.4 Karakteristik Struktur, Geometri dan Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri Rerata keseluruhan dimensi internal ventrikel kiri saat sistol dan diastol serta ketebalan septum interventrikel saat diastolmasih dalam batas normal ( semua nilai normal parameter pemeriksaan ekokardiografi penelitian ini tercantum di lampiran) pada penelitian ini. Rerata fraksi ejeksi ventrikel kiri populasi penelitian ini diatas 50% ( 70,43±7,01 % ) dengan luaran kardiak ( cardiac output ) yang juga normal ( 4,35±1,63 liter / menit ). Penelitian oleh Wibowo tahun 2003 juga melaporkan bahwa rerata pasien sirosis hati memiliki fraksi ejeksi dan luaran kardiak yang baik ( 72,4% dan 5,7±1,9 liter / menit ).21 Fraksi ejeksi yang baik pada pasien sirosis hatidengan karakteristik populasi yang sama juga dilaporkan oleh kelompok Pozzi dari Milan Italia tahun 2007: fraksi ejeksi 66±0,01 %154 dan Abdul Al Hamid et al dari Mesir tahun 2008: rerata fraksi ejeksi 66±1 %.157 Laporan penelitian di tahun 2014 oleh kelompok Sampaio Portugal yang pertamakali di dunia meneliti geometri atrium kiri pasien sirosis hati menggunakan speckle tracking imaging echocardiography pada 133 pasien sirosis hati dengan kategori Child yang beragam dibandingkan dengan 18 kontrol,diperoleh rerata fraksi ejeksi 63% namun sebanyak 11 orang memiliki fraksi ejeksi < 55%, sedangkan rerata luaran kardiak 6,1 liter / menit.156 Penelitian Sampaio dari Portugal yang memperoleh sampel dengan fraksi ejeksi < 55% dapat disebabkan karena memasukkan pasien tidak stabil yang dirawat inap karena sirosis dekompensata dengan jumlah lebih banyak dari pasien rawat jalan yang lebih stabil kondisi klinisnya. Perubahan dari nilai normal ditemukan pada ketebalan dinding posterior ventrikel kiri saat diastol yang makin menebal dengan meningkatnya kategori kelas CTP. Untuk mengetahui kuantitas perubahan geometri ventrikel kiri tidak cukup dengan penilaian linier ketebalan saja, sehingga dinilaijuga rasio IVSd / LVPWd, ketebalan dinding relatif dan massa ventrikel kiri.157,158 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 136 Walaupun terjadi peningkatan ketebalan LVPWd seiring dengan bertambahnya skor CTP, rasio IVSd / LVPWd masih sangat mendekati nilai 1 dan tidak tampak pola tertentu pada setiap kategori CTP sehingga secara geometri ventrikel kiri tidak ditemukan adanya hipertrofi septal asimetri pada populasi penelitian ini. Pada rerata parameter ketebalan relatif dinding ventrikel kiri ditemukan terjadi peningkatan lebih dari 0.42 yang menunjukkan terjadi hipertrofi ventrikel kiri patologis demikian pula rerata massa ventrikel kiri keseluruhan pada setiap kategori skor CTP terjadi peningkatan lebih dari 95 gram / meter2untuk perempuan dan 115 gram / meter2 untuk laki-laki berdasarkan standar ASE-EAE tahun 2005.157 Pemeriksaan lebih lanjut dari data massa ventrikel kiri dan ketebalan dinding relatif ventrikel kiri diketahui bahwa 64,58% populasi penelitian mengalami hipertrofi konsentrik dan 29,17% mengalami hipertrofi eksentrik ( total 93,75% mengalami hipertrofi), sedangkan 4,17% sudah mengalami perubahan ( remodelling ) struktur konsentrik dan hanya 2,08% yang memiliki geometri ventrikel kiri normal. Pozzi et al melaporkan pada 40 pasien penelitiannya ditemukan 15% sudah mengalami remodelling konsentrik dan 5% mengalami hipertrofi konsentrik atau eksentrik.26 Jumlah yang jauh berbeda dengan penelitian Pozzi kemungkinan karena pemilihan subjek pada kelompok Pozzi berdasarkan purposed samplepasien sirosis yang tidak pernah mengalami asites ( 20 orang ) dan pasien sirosis yang mengalami asites derajat sedang sampai berat ( 20 orang ). Pada penelitian ini remodeling ditemukan sangat banyak diduga karena pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif hingga terpenuhi jumlah sampel yang selanjutnya dibagi berdasarkan kategori CTP sehingga terbuka kemungkinan random, kemungkinan kedua adalah lama menderita sirosis hati pada populasi penelitian ini namun hal ini tidak dikaji karena tidak menjadi tujuan penelitian ( untuk terjadi perubahan struktur jantung perlu waktu cukup lama kecuali pada keadaan kardiomiopati pasca infeksi virus, kehamilan, autoimun ), kemungkinan ketiga adalah perbedaan kriteria dimana penelitian Pozzi et al menggunakan rumus Ganau untuk massa ventrikel kiri dan penelitian ini menggunakan pembagian berdasarkan ASE 2005. Penelitian pada tikus model sirosis yang dilakukan oleh kelompok Inserte et al dari Spanyol tahun 2003 menunjukkan secara bermakna: berat jantung tikus Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 137 model sirosis lebih berat dibanding tikus kontrol, peningkatan ketebalan dinding pertengahan ventrikel kiri, bertambahnya ketebalan kardiomiosit, peningkatan jumlah inti sel per area otot jantung dibandingkan tikus kontrol, selain itu panjang, lebar dan luas otot jantung labih besar dibanding tikus kontrol.159 Otopsi jenazah pasien sirosis hati dengan asites masif dan asites tidak masif oleh Lunseth et al tahun 1958 mencatat temuan adanya hipertrofi ventrikel kiri160, sedangkan otopsi di abad 21 pada jenazah penderita sirosis hati oleh Heuer AJ et al dari Universitas Hamburg tahun 2011 menemukan berat jantung yang meningkat ( > 400 gram ) disertai dilatasi ventrikel kiri dan fibrosis endokard.161 Penelitian-penelitian selanjutnya oleh kelompok Pozzi dari Italia, Wong dari Kanada dan DeBK dari India antara tahun 1997-2004 melaporkan bertambahnya ketebalan septum interventrikular, ketebalan dinding posterior ventrikel kiri, ketebalan relatif ventrikel kiri pada pasien sirosis hati khususnya dengan asites memiliki p yang sangat bermakna ( p < 0,01 ).162 Namun penelitian oleh Valeriano et al dari kelompok Italia melaporkan bahwa tidak ada perbedaan antara pasien sirosis dengan asites dan kontrol untuk parameter ketebalan septum interventrikuler dan ketebalan relatif ventrikel kiri.163 Penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi hipertrofi ventrikel kiri pada pasien sirosis hati dilakukan secara khusus oleh kelompok Pozzi dari Milan Italia; kelompok ini dikenal dikalangan ahli hepatologi Eropa sebagai kelompok yang intens meneliti pengaruh sirosis terhadap sistem kardiovaskuler; penelitannya melibatkan 31 pasien dengan sirosis kompensata karena hepatitis C dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian tersebut dengan menggunakan teknik ekokardiografi integrated backscatter menemukan bukti terjadi hipertrofi ventrikel kiri dinding posterior dan septum interventrikuler yang sangat bermakna ( p < 0,001 ) pada pasien sirosis kompensata dengan atau tanpa hipertensi portal.164 Penelitian-penelitian mengenai geometri ventrikel kiri pada sirosis hati yang dapat diperoleh penulis baik berupa abstrak maupun makalah lengkap saat makalah ini dibuat belum ada yang mengkategorikan hipertrofi ventrikel kiri menurut ASE-EAE 2005 sehingga tidak diketahui berapa proporsinya pada pasien sirosis hati. Hal ini terjadi karena semua riset longitudinal yang menjadi dasar pembagian geometri tersebut dilakukan pada pasien-pasien hipertensi yang Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 138 kemudian diamati pola geometri mana yang berhubungan dengan morbiditas kardiovaskular di kemudian hari.165 Pada penelitian ini tidak ada subjek yang menderita hipertensi lama dengan usia maksimal 60 tahun, tidak ada riwayat penyakit jantung koroner, tidak ada kelainan katup namun ditemukan jumlah proprosi hipertrofi konsentrik ventrikel kiri yang besar. Faktor perancu yang memungkinkan tingginya hipertrofi ventrikel kiri pada populasi ini adalah adanya penderita diabetes sebanyak 18 orang ( 18,7% ) namun apabila penderita diabetes dikeluarkan dari subjek penelitian tetap diperoleh proporsi hipertrofi ventrikel kiri yang besar ( 76,6% ) dan bila dilakukan analisis subgrup tetap diperoleh korelasi positif yang justru semakin kuat ( lihat pembahasan 6.3 ). Prinsip patofisiologi yang mendasari terjadinya hipertrofi konsentrik adalah respon adaptasi terhadap stres tekanan atau volume, mutasi protein sarkomer atau hilangnya massa kontraktil akibat infark.166 Penjelasan oleh Chaterjee NA dan Fifer MA tentang hipertrofi ventrikel dan perubahan bentuk ( remodeling ) ventrikel yaitu suatu mekanisme kompensasi otot jantung yang berkembang untuk mengatasi tekanan berlebih dari vaskuler sistemik disertai perubahan regulasi neurohormonal ( sistem renin, angiotensin, aldosteron, vasopresin ) dan sitokin sehingga terjadi hipertrofi dan penimbunan matriks ekstraseluler dengan kata lain respon otot jantung yang mengalami beban ( stress ).167 Apabila miosit ventrikel kiri hipertrofi disertai peningkatan sintesis sarkomer karena stres kronik maka akan terjadi penebalan otot ventrikel tanpa terjadi dilatasi bilik ventrikel kiri; inilah yang disebut hipertrofi konsentrik sedangkan bila miosit ventrikel kiri tidak mengalami hipertrofi namun sarkomer terus bersintesis maka terjadi elongasi miosit, sehingga radius bilik ventrikel bertambah seimbang dengan penebalan dinding ventrikel kiri; inilah yang disebut hipertrofi eksentrik.167 Terjadinya fenomena hipertrofi ventrikel kiri pada pasien sirosis hati tanpa etiologi klasik hipertrofi( hipertensi, kelainan katup, diabetes, kelainan protein miosit, kelainan genetik ) menarik banyak peneliti untuk mencari penjelasannya. Penelitian Inserte et al pada tikus model berhasil menjelaskan bahwa kondisi hipertensi portal dapat menginduksi hipertrofi jantung karena yang memiliki nilai bermakna penelitian tersebut adalah hipertensi portal.159 Kondisi tersebut berupa Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 139 beban cairan berlebih, peningkatan aktivitas saraf simpatis, aktivasi sistem renin angiotensin dan peningkatan kadar endotelin I dan neuropeptida Y.159 Penelitian itu diakui tidak dapat secara jelas membedakan antara pengaruh sirkulasi hiperdinamik dan peptida neurohumoral pada hipertrofi ventrikel kiri karena tidak ditemukan reaksi fibrosis akibat angiotensin II dan tidakditemukan peningkatan faktor pertumbuhan tumor β sebagai penanda aktivitas angiotensin II. Kesimpulkan penelitian Inserte et al adalah keparahan hipertensi portal berhubungan dengan hipertrofi ventrikel kiri.159 Penelitian kohort pada 80 pasien sirosis hati oleh Ruiz del Arbor et al dari kelompok Spanyol, dengan jelas menggambarkan bahwa semua pasien sirosis hati dengan hipertensi portal dan disfungsi diastolik derajat I dan II memiliki hipertrofi ventrikel kiri ( 46,25% )dan seluruh subjek mengalami peningkatan massa ventrikel kiri lebih dari 115 gram / meter2 ( 100% ).74 Penelitian yang menilai perbedaan ketebalan dinding ventrikel kiri antara pasien sirosis hati dengan dan tanpa asites masif dibandingkan dengan kontrol dilaporkan oleh Pozzi et al dari Italia tahun 1997 terdapat perbedaan bermakna pada ketebalan dinding posterior dan interseptal ventrikel kiri pada pasien sirosis hati dibanding kontrol selain itu kadar aktivitas renin plasma, aldosteron, epinefrin dan norepinefrin sangat meningkat pada pasien sirosis dengan asites masif.26 Penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa sistem renin angiotensin aldosteron berperan dalam sistem kardiovaskuler pasien sirosis hati. Dua penelitian intervensi dari Italia oleh La Villa et al dan Pozzi M et al menunjukkan dengan sangat jelas begitu besarnya peran sistem renin angiotensin aldosteron terhadap perubahan ( remodelling ) struktur jantung terutama ventrikel kiri pada pasien sirosis hati dengan kategori CTP masih sangat awal. Hal tersebut ditunjukkan dari intervensi yang mereka lakukan dengan memberikan obat antialdosteron ( kalium kanrenoat / kanrenon suatu metabolit aktif spironolakton ) dan diet rendah natrium selama 1 bulan oleh kelompok La Villa et al dan 6 bulan oleh kelompok Pozzi M et al. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya regresi ukuran ketebalan dinding ventrikel kiri untuk kelompok penelitian Pozzi et al sedangkan kelompok La Villa menunjukkan normalisai respon jantung ( fraksi ejeksi dan indeks jantung ) pada pasien pre asites terhadap posisi berdiri.168,169 Penelitian De BK et al mengungkapkan terjadi peningkatan bermakna kadar Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 140 aldosteron pada pasien sirosis hati yang sejalan dengan beratnya disfungsi diastolik dibandingkan kontrol.126 Penelitian meta analisis yang menunjukkan peran sistem renin angiotensin aldosteron pada pasien sirosis hati dengan hipertensi portal oleh P Tandon menunjukkan bahwa pemberian substansi penghambat sistem renin angiotensin aldosteron yaitu penyekat enzim konversi angiotensin, penyekat reseptor angiotensin dan antagonis aldosteron mengurangi tekanan porta pada pasien sirosis kompensata ( CTP A ).170 Pada penelitian ini tidak dilakukan analisa hubungan antara geometri ventrikel kiri dengan derajat difungsi hati karena hampir seluruh pasien sudah mengalami hipertrofi ventrikel kiri sehingga desain penelitian yang paling baik adalah membandingkan dengan kontrol sehingga hipotesis yang diajukan adalah pada pasien sirosis sudah terjadi hipertrofi ventrikel kiri. Kontrol dalam grup tidak dapat dilakukan dalam penelitian ini karena hanya 2,08% dari populasi penelitian yang memiliki pola geometri ventrikel kiri normal. 6.1.5 Karakteristik Parameter Fungsi Diastolik 6.1.5.1 Indeks Volume Atrium Kiri Rerata indeks volume atrium kiri pada populasi penelitian ini meningkat lebih dari 34 mililiter / meter 2 ( 36,03 ± 11,22 mililiter / meter 2), selain itu rerata volume atrium kiri semakin meningkat dengan bertambahnya skor CTP ( indeks volume atrium kiri menunjukkan perubahan anatomi dan volume atrium kiri akibat peningkatan beban volume dan tekanan pengisian dalam atrium kiri yang sudah berlangsung lama). Laporan peneliti-peneliti lain tertera di tabel 6.1.6. Penelitian-penelitian lain yang dapat diperoleh naskah lengkapnya oleh penulis tidak mencantumkan angka hasil pemeriksaan namun memberikan data analisis dalam makalah mereka yaitu Pozzi M et al dari Italia menyatakan bahwa diameter atrium kiri lebih besar pada pasien sirosis hati bila dibandingkan dengan kontrol ( p<0,01)169, penelitian Irnius A dari Lithuania melaporkan sedikit peningkatan ukuran atrium kiri dijumpai pada pasien sirosis dibandingkan dengan kontrol ( p= 0,049 )42, Barghini V et al dari Italia melaporkan indeks volume atrium kiri > 34 mililiter / meter2 terdapat pada 38% pasien sirosis171, Ribeireo H et al dari Portugal melaporkan Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 141 bahwa indeks volume atrium kiri > 20 milimeter / meter 2 ditemukan pada 83,8% pasien sirosis.91 Atrium kiri diluar masalah fibrilasi atrium sejak dua dekade ( berpuncak di tahun 2009 dengan dimasukkannya kriteria atrium kiri pada evaluasi fungsi diastolik) mulai mendapat banyak perhatian dan diteliti mendalam karena diketahui memiliki peran sangat besar dalam dinamika pengisian volume darah ke ventrikel kiri, mengakomodasi besarnya tekanan dan kemampuan relaksasi ventrikel kiri, mempunyai kemampuan kontraksi hingga menjadi prediktor independen terjadinya kematian, gagal jantung, fibrilasi atrium, stroke iskemik.50,62 Perubahan yang terjadi pada dimensi, aliran darah dan volume atrium kiri mencerminkan proses kontinyu pengisian dan pengosongan didalamnya dan ruangan jantung yang berhubungan dengannya.62 Penelitian-penelitian diatas melaporkan bahwa temuan dilatasi atau bertambahnya indeks volume atrium kiri > 80% penderita sirosis hati dan pada penelitian ini volume atrium kiri semakin bertambah dengan beratnya skor CTP. Penelitian di bidang kardiologi melaporkan bahwa bila indeks volume atrium ≥ 32 milimeter / meter2 maka memiliki risiko terjadi gagal jantung kongestif ( rasio hazard 1,97, interval kepercayaan 1,4-2,7 ) tanpa memandang usia, riwayat infark miokard, diabetes, hipertensi, hipertrofi ventrikel kiri dan kecepatan aliran transmitral. Selain itu bila indeks volume atrium kiri ≥ 32 mililiter / meter2 dan sudah dieksklusi kasus fibrilasi atrium maka rasio hazard sebesar 1,67 ( interval kepercayaan 1,08-2,58 ) untuk terjadinya stroke selama 4,3±2,7 tahun yang tidak tergantung pada usia dan risiko-risiko klinis penyakit kardiovaskular174. Pada populasi penelitian ini berdasarkan plot hasi penelitian diatas maka sebanyak 58,33% berisiko mengalami gagal jantung kongestif dan stroke dalam 5 tahun kedepan. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 142 Tabel 6.1.5 Indeks Volume, Diameter dan Berbagai Evaluasi Ukuran Atrium Kiri Peneliti Indeks volume atrium kiri ( milimeter/ meter2) Diameter atrium kiri ( Keseluruha CTP A CTP B CTP C (5) 29,93±10,48 (6) 33,55±7,33 (7) 41,93±12,54 (8) 36,40±10,49 (9) 39,91±5,44 (10-11) 44,02±10,8 9 (12-14) 43,90±8,79 n milimeter) Mondrowinduro et al - 36,03±11,22 La Villa et al168 31,2±1,8 HRS negatif 33,3±10,5 HRS positif 23,7±9,3 - - - - Huonker et al83 Bersambung ke tabel berikut 41,7 - - - - De BK et al126 Tanpa asites 36,7 Dengan asites 40,7 - - - - - Tanpa asites 34,8±2,9 Dengan asites 36,5±2,3 - - - - Ruiz del Arbor et al12 Dadhich S et al17 Torregrosa M et al82 Wong F et al173 Nazar A et al11 Valeriano et al163 Tanpa asites 39±6 Dengan asites 43±6 Tanpa asites 43,3±1,6 Dengan asites 42,0±1,3 Dikaitkan dengan derajat disfungsi dastolik pada pasien sirosis hati dengan asites Urutan nilai yang ditulis adalah volume atrium kiri ( mililiter ) diikuti area atrium kiri ( sentimeter2) Fungsi diastolik normal 47±14; 17±3,6; disfungsi diastolik derajat I 57,7±24;19,7±4,5; derajat II 75,1±2; 23,3±4 38,9±5,6 Tanpa asites 38,4±6,3 Dengan asites 39,2±4,9 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 143 Tabel 6.1.5 ( Sambungan ) Wong F et al174 Sampaio F et al16 Rabie NR et al85 Tanpa asites 41±2 Dengan asites 40±1 39,7 Dikaitkan dengan rasio E/A pada pasien sirosis hati untuk luaran pasca pemasangan TIPS. Ukuran atrium kiri ( milimeter ) bila E/A≤1 40,6±1,1 ; bila E/A >1 38,7±1,2 Keterangan: HRS sindrom hepatorenal 6.1.5.2 Kecepatan Aliran Transmitral E dan A Rerata rasio E/A seluruh populasi penelitian sebesar 1,25 ± 0,54 dan tidak memiliki pola tertentu pada setiap kategori CTP kecuali pada CTP C ditemukan nilai-nilai yang lebih dari 2. Hasil tersebut berarti pada populasi penelitian ini telah terjadi derajat difungsi diastolik sangat berat yang dikonfirmasi juga dengan valsalva rasio E/A yang menunjukkan rerata abnormal ( ≥ 0,5 ) pada kategori CTP C ≥ 10. Perkembangan rasio E/A menjadi ≥ 2 menggambarkan kondisi gangguan diastolik sangat berat ( restriktif ), kekakuan berat miokard dan tekanan yang sangat besar dalam kavum ventrikel kiri saat fase diastol subpopulasi penelitian dengan CTP C. Papastergiou et al melaporkan bahwa CTP A, B, C secara berurutan memiliki rerata rasio E/A 1,2±0,5, 1,0±0,3 dan 1,1±0,3 dan tidak ada perbedaan bermakna rerata rasio E/A antar kategori CTP.19 Angka-angka tersebut mendekati dengan yang diperoleh penelitian ini ( rerata E/A keseluruhan 1,25±0,54; secara berurutan CTP A skor 5, 6, CTP B skor 7, 8, 9, adalah 1,31±0,36; 1,36±0,91; 1,18±0,38; 0,99±0,41; 1,03±0,35). Pada rerata skor CTP C 10-11 dan 12-14 ditemukan nilai-nilai > 2: 1,24±0,61 (0,64-2,41) dan 1,47±0,83 ( 0,58-2,92 ). Penelitian sejenis dari India oleh De BK et al tahun 2003 melaporkan bahwa median rasio E/A pasien sirosis tanpa asites sebesar 1,05 ( 0,5-1,9 ) dan dengan asites 0,94 ( 0,56-1,51 ) dimana terdapat perbedaan bermakna nilai median dengan pasien kontrol dan pasien portal fibrosis non sirotik ( rasio E/A paling kecil pada pasien sirosis hati )126 sedangkan tahun 2014 Dadich S et al dari India melaporkan rasio E/A pasien sirosis tanpa asites dan dengan asites sebesar 0,99±0,14 dan 0,90±0,12 namun tidak ada perbedaan antar kelompok maupun dengan kontrol17. Peneliti Pozzi M et al dari Italia juga melaporkan hal yang sama Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 144 bahwa rasio E/A pasien tanpa asites dan dengan asites sebesar 1,1±0,3 dan 1,0±3 serta tidak ada perbedaan antar kelompok maupun dengan kontrol.26 Ibrahim A et al melaporkan bahwa tidak ada perbedaan rerata E/A antara pasien sirosis hati dan kontrol.90 Penelitian Wong F et al dari Toronto melaporkan rasio E/A pada pasien sirosis tanpa asites dan dengan asites sebesar 1,19±0,10 dan 1,18±0,07 dan berbeda tidak bermakna dengan kontrol.174 Rerata rasio E/A dari berbagai penelitian tersebut mendekati hasil penelitian ini. Walaupun pada penelitian ini tidak diteliti perbedaan rerata antar kelompok CTP namun hal menarik adalah mengapa rerata rasio E/A pada berbagai penelitian sirosis hati tersebut tidak menunjukkan perbedaan rerata antar kelompok maupun dengan kontrol. Kesimpulan penulis adalah karena E/A hanya menggambarkan perbedaan gradien tekanan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri dan spesifitasnya menunjukkan perbedaan terbaik pada kondisi gagal jantung campuran sistolik dan diastolik.61,62 Walaupun demikian, ada 1 penelitian dari Mesir oleh Abd Al-Hammid et al tahun 2008 ( p<0,001 ) yang melaporkan perbedaan bermakna rasio E/A antara penderita sirosis dengan kontrol ( 1,09±0,34 versus 2,0±0,45 ).155 Holt EW et al tahun 2011 melaporkan bahwa rasio E/A < 1 memiliki kemampuan sebagai prediktor independen dilakukannya tranplantasi hati dan kematian pada pasien sirosis hati dalam 5 tahun.92 Penelitian ini menggunakan parameter rasio E/A, masa deselerasi, diameter ventrikel kiri, fraksi ejeksi ketebalan dinding posterior ventrikel kiri, interval QT terkoreksi dibandingkan dengan sistem skor MELD, CTP dan MELD dengan natrium serum. Rabie RN et al tahun 2009 melaporkan manfaat rasio E/A ≤ 1 untuk memprediksi menurunnya respon berkurangnya asites dan peningkatan mortalitas pasca pemasangan TIPS.84 Menurut penulis penelitian ini memisahkan rasio E/A dari keseluruhan parameterparameter lain yang harus dinilai dalam fungsi diastolik sehingga tidak menggambarkan disfungsi diastolik secara utuh selain itu E/A bila dipisahkan dari keseluruhan parameter penilaian fungsi diastolik memiliki kekuatan independen yang terbesar untuk mewakili penilaian gradien tekanan dalam atrium dan ventrikel kiri yang sebaiknya penilaian ini dikonfirmasi dengan Doppler jaringan miokard ( rasio E/e’ ) yang dapat memprediksi tekanan pengisian ventrikel Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 145 kiri.61,62 Kekurangan rasio E/A adalah sangat tergantung pada pra beban ( pre load ) dan usia50 sehingga perlu dilakukan manuver valsalva dan koreksi terhadap usia namun hal ini dapat dikonfirmasi dengan penggunaan Doppler jaringan yang mengukur kecepatan gerak pengembangan miokard saat diastol dan tidak tergantung pada status cairan tekanan atrium kiri.50 Pemeriksaan selisih manuver valsalva rasio E/A ( ∆ valsalva rasio E/A ) dilakukan untuk membedakan apakah rasio E/A mengalami perubahan saat valsalva atau menetap tidak berubah ( fixed ) saat valsalva. Dengan melakukan valsalva, tekanan atrium kiri akan menurun ( mengurangi pra beban / preload ) sehingga memunculkan gangguan relaksasi ventrikel kiri yang tersembunyi. Hal ini terjadi karena atrium kiri mengakomodasi pengisian ventrikel kiri pada kondisi tanpa valsalva.61,62 Pengamatan penulis dari artikel-artikel penelitian yang dapat diperoleh dalam bentuk abstrak maupun laporan utuh sebelum tahun 2009, semua penelitian disfungsi jantung pada sirosis hati tidak menggunakan parameter ∆ valsalva rasio E/A. Setelah tahun 2009 ada 3 penelitian yang menggunakan kriteria ASE-EAE 2009 : dari India tahun 2013 oleh Dadhich S et al17, dari Iran tahun 2012 oleh Salari A et al20 dan kohort oleh Ruiz del Arbor et al 2007-2009 dari Spanyol12 namun mereka tetap tidak menggunakan ∆ valsalva rasio E/A, tidak disebutkan dalam makalah lengkapnya alasan mengapa tidak menggunakan pemeriksaan ∆ valsalva rasio E/A. Pada penelitian ini, selisih valsalva rasio E/A menunjukkan rerata abnormal ( ≥ 0,5 )pada kategori CTP C skor 10 atau lebih. Penjelasan mengenai mengapa ∆ valsalva rasio E/A abnormal lebih banyak pada kategori CTP C diluar cakupan tujuan penelitian ini. Secara teori untuk mengetahui mengapa ∆ valsalva rasio E/A dapat menjadi tidak normal dapat diketahui dari dinamika rasio E/A. Kurva rasio E/A 0,9-1,5 ( normal ) dapat dicapai bila ada gradien tekanan yang baik antara atrium dan ventrikel kiri saat fase diastol. Gradien diastol ini menggambarkan besarnya tekanan dalam ruang ventrikel kiri yang harus dihadapi atrium kiri saat mengalirkan darah melewati dari atrium melewati katup mitral ke dalam ventrikel atau dengan kata lain menggambarkan kemampuan ventrikel kiri untuk relaksasi mengurangi tekanan dalam ventrikel kiri saat fase diastol. Pada titik abnormal tertentu, kemampuan relaksasi ventrikel kiri berkurang saat diastol sehingga gradien tekanan kurang Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 146 optimal akibatnya tekanan atrium kiri meningkat selama fase diastol untuk melawan tingginya tekanan dalam ventrikel kiri namun peningkatannya masih ringan. Peningkatan tekanan yang ringan ( sampai berat ) ini dapat diketahui dari manuver valsalva untuk mengurangi preload volume ventrikel kiri sehingga pengisian fase awal diastol ( E ) berkurang dan terjadi peningkatan pengisian fase diastol akhir ( atrial kick ). Hal ini menunjukkan adanya kekakuan dinding ventrikel kiri, tekanan ventrikel kiri yang sangat besar dan perubahan morfologi ventrikel kiri pada sirosis CTP C yang dapat diinduksi bila preload berkurang. Kondisi tersebut bisa dikaitkan dengan parahnya disfungsi hati pada CTP C dan beratnya hipertensi portal.10,19,25, 171 6.1.5.3 Kecepatan Aliran Transmitral Isovolumetric Relaxation Time dan Waktu Deselerasi Rerata isovolumetric relaxation time ( IVRT ) pada penelitian ini memanjang ( 105,31±36,09 milidetik ) namun bila dilihat pola tren IVRT pada CTP B semakin memanjang dan kembali memendek pada CTP C yang lanjut ( gambar 5.5.1 ). Rerata waktu deselerasi sebesar 190,69±40,01 milidetik. Pada waktu deselerasi juga terlihat pola yang sama ( gambar 5.5.1 ). Tabel 6.1.5 melaporkan rerata hasil penelitian ini dibandingkan dengan hasil dari penelitianpenelitian lain. Hasil dalam rerata milidetik dan simpang baku bila dalam laporan tersebut ada.Nilai rerata IVRT antara 60-90 ditemukan terletak pada skor CTP 1214.Rerata waktu deselerasi adalah 190,69±40,01 milidetik ( abnormal ) yang termasuk waktu deselerasi kategori disfungsi diastolik derajat 2 menurut ASEEAE 2009 namun tidak ada pola perubahan dinamika yang menunjukkan pola tertentu pada setiap kategori CTP. Dari tabel 6.1.6 terlihat bahwa hasil masa deselerasi dan IVRT sangat bervariasi dan cukup banyak peneliti yang membagi kategori berdasarkan ada tidaknya asites dan hanya ada 1 penelitian dari Yunani yang membagi berdasarkan skor CTP. IVRT dan waktu deselerasi menggambarkan kemampuan relaksasi ventrikel kiri yang dikuantifikasi dalam waktu. IVRT adalah masa diantara akhir pembukaan katup aorta menjelang selesainya fase sistol hingga waktu saat katup mitral terbuka menggambarkan kemampuan dinding ventrikel Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 147 kiri berelaksasi setelah pemompaan maksimal fase sistol. Semakin pendek IVRT maka relaksasi ventrikel tidak optimal untuk persiapan masuk ke fase awal diastol. Waktu deselerasi menggambarkan berapa waktu yang diperlukan agar kecepatan aliran puncak dari atrium kiri yang mengisi ventrikel kiri pada fase awal diastolmeningkatkan tekanan dalam ventrikel kiri yang secara tidak langsung mewakili kekakuan miokard ventrikel kiri dan tekanan dalam ventrikel kiri saat diastol. Makin panjang waktu deselerasi berarti semakin panjang waktu yang diperlukan untuk mengisi ventrikel kiri saat fase awal diastol sehingga volume pengisian ventrikel kiri dapat optimal, sebaliknya makin pendek waktu deselerasi makin pendek waktu untuk mengisi volume ventrikel kiri akibatnya volume pengisian tidak optimal. Penelitian ini menunjukkan IVRT dan waktu deselerasi progresif memanjang pada CTP A-B lalu kembali memendek pada CTP C. Hal ini mungkin menggambarkan dinamika perjalanan kemampuan relaksasi miokard ventrikel kiri dan tekanan yang dihadapi atrium kiri dimana pada CTP A – B waktu relaksasi masih dapat memanjang namun pada suatu titik antara CTP B 8-9 ada sesuatu yang terjadi dalam atrium kiri dan ventrikel kiri sehingga tekanan dalam atrium kiri secara drastis meningkat dan kemampuan relaksasi ventrikel kiri menurun dengan cepat. Tabel 6.1.5.1 Perbandingan Waktu Deselerasi dan Isovolumetric Relaxation Time dari Berbagai Penelitian Peneliti Keseluruhan CTP A CTP B CTP C Skor 5 178,97±34,55 IVRT 103,53 ± 36,02 Skor 6 194,36±51,51 IVRT 99,57 ± 31,71 Skor 7 195,87±32,94 IVRT 111,53±42,57 Skor 8 205,20±41,09 IVRT 127,00±37,34 Skor 9 219,37±36,58 IVRT Skor10-11 190,75±47,40 IVRT 90,87±23,26 Skor 12-14 175,57±34,62 IVRT 60,38±40,87 Waktu deselerasi ( milidetik ) IVRT ( milidetik ) Mondrowinduro P et al 190,69±40,01 (102,0-297,0 ) IVRT 105,31±36,09 ( 51,00-216,00 ) Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 148 Tabel 6.1.5.1 ( Sambungan ) PapastergiouV et al19 - 156,7±27,8 112,87±35,65 165,4±13,6 196,8±23,5 Abd Al-Hammid ME et al155 171±31 156,7±27,8 156,7±27,8 156,7±27,8 Ruiz delArbol et al12 Asites dengan HRS 232±54 IVRT 88,2±29,1 Asites tanpa HRS 208±45 IVRT 92,5±16,3 - - - Cazzaniga et al89 234 - - - 187±14 - - - 266,12±7,58 - - - Tanpa asites 170 ( 115-120 ) Dengan asites 171 ( 115-245 ) Tanpa asites 209,8±11,15 ( 115-120 ) Dengan asites 201,1±11,15 ( 115-245 ) Tanpa asites 215,40±11,15 Dengan asites 255±50 - - - - - - - - - Cazzaniga84 234±8 - Wong F et al173 Tanpa asites 227±11,0 IVRT 89,8±2,7 Dengan asites 250±11 IVRT 92,7±3,8 Tanpa asites 218±12 IVRT 88±3 Dengan asites 214±11 IVRT 86±4 - - - - - - La Villa G et al Pozzi M et al 168 164 IVRT 107,81±3,66 De BK et al 126 Dadhich S et al 17 Torregrosa et al82 Wong F et al174 - Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 149 Tabel 6.1.5.1 ( Sambungan ) Valeriano V163 266,4±76,6 Tanpa asites 257,8±73 Dengan asites 288,5±83 - - - KeteranganHRS: sindrom hepatorenal; nilai dalam rerata dan disertai nilai simpang baku bila ada. 6.1.5.4 Doppler Jaringan e’ Lateral dan Septal Rerata pemeriksaan Doppler jaringan lateral dan septal e’ ( 11,38±3,19 cm / detik dan 8,76 ± 2,34 cm / detik ) masih dalam batas normal bila dibandingkan dengan nilai standar acuan algoritme pemeriksaan disfungsi diastolik menurut EAE-ASE 2009. Namun terlihat jelas bahwa lateral dan septal e’ semakin berkurang dengan semakin beratnya derajat CTP ( e’ adalah kecepatan gerakan miokard sisi lateral anulus katup mitral, bila tekanan pengisian saat diastol sangat besar maka memperlambat kelenturan gerakan miokard, selain itu menggambarkan kekakuan miokard. Keduanya ditandai dengan e’ yang semakin kecil nilainya). Rerata dari rerata E/e’ septal dan lateral ( 7,67 ± 2,08 dan 5,86 ± 2,13 ) tidak menunjukkan pola tertentu pada setiap kategori CTP namun untuk E/e’ septal dan lateral nilai-nilai antara 9-12 terdapat pada skor CTP ≥ 8 yang berarti nilai e’ pada rasio tersebut makin kecil. Pemeriksaan menggunakan Doppler jaringan pada penelitian ini diperoleh nilai untuk kecepatan anulus mitral berupa nilai lateral e’, septal e’, rerata rasio E/e’ septal dan lateral (rerata masing-masing 11,38 ± 3,19; 8,76 ± 2,34; 7,67 ± 2,08; 5,86 ± 2,13 sentimeter / detik ). Kecenderungan peningkatan rasio E/e’ dengan bertambahnya skor CTP terlihat pada grafik rerata rasio E/e’ septal dan lateral. Pada penelitian Dadhich S et al tahun 2004 dengan populasi sirosis hati tidak jelas disebutkan apakah hasil Doppler jaringan yang dipakai berasal dari dinding septal atau lateral. Penelitian itu melaporkan bahwa pada 40 pasien sirosis tanpa asites dan dengan asites memiliki rerata e’ sebesar 7,4 8 ± 0,48 ( 6,9-8,2 ) dan 7,49 ± 0,36 ( 6,9-8,2 ), berbeda bermakna dengan kontrol ( p = 0,001 ) sedangkan rasio E/e’ pada pasein sirosis tanpa asites 12,55 ± 1,73 ( 10,04-14,65 ), dengan asites 11,4 ± 1,19 ( 9,5-12,9 ) yang berbeda bermakna dibandingkan kontrol ( p < 0,0001 ).17 Penelitian oleh Barghini V et al dari Italia tahun 2010 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 150 pada 37 pasien sirosis usia 18-75 tahun melaporkan ditemukan lateral e’ berkurang ( < 10 sentimeter / detik ) pada 51% populasi penelitian dan septal e’ berkurang pada 43% ( < 8 sentimeter / detik ).173 Sedangkan pemeriksaan fungsi diastolik konvensional ( tanpa Doppler jaringan ) dibandingkan dengan pendekatan ASE-EAE 2009 ( dengan Doppler jaringan ) memiliki sensitivitas 41% dan sensibilitas 53%.13 Penelitian oleh Irnius et al dari Lithuania tahun 2009 melaporkan bahwa e’ septal dan rerata e’septal menurun dengan memberatnya skor CTP, sedangkan nilai E/e’ membesar pada pasien sirosis bila dibandingkan kontrol dan sangat menonjol peningkatnnya pada kategori CTP C41. Penelitian Sampaio et al dari Portugal tahun 2013 melaporkan rerata rasio E/e’ 8,6 ( 6,8-10,4 ) sentimeter / detik pada populasi penelitan pasien.16 Tahun 2013 Ruiz del Arbol L et al dari Spanyol meneliti pasien sirosis kompensata ( tanpa asites ), dengan dekompensata dengan asites tanpa dan ada peningkatan aktivitas renin plasma. Rerata e’ yang diperoleh sebesar ( penelitian ini tidak memisahkan lateral dan septal namun rerata lateral dan septal ) 10,1±2,1; 10,3±1,8 dan 7,6±2,0 sentimeter / detik.12 Perbedaan rerata e’ antara pasien sirosis hati dengan asites tanpa dan dengan peningkatan renin plasma memberikan hasil berbeda bermakna p < 0,005. Rasio E/e’ pada pasien sirosis tanpa asites diperoleh rerata 7,6 ± 1,8 sentimeter / detik sedangkan pada pasien sirosis dekompensata dengan asites diperoleh rerata 7,2 ± 1,0 ( tanpa peningkatan aktivitas renin plasma ) dan 10,0 ± 2,4 (dengan peningkatan aktivitas renin plasma )dan hasil analisis statistik mereka menyatakan bahwa rasio E/e’ ≥ 10 ( risiko relatif 2,10 ) merupakan prediktor independen selain skor MELD > 15 untuk prediktor terjadinya mortalitas dalam 1 tahun pada pasien sirosis hati.12 Perbedaan rerata dari rerata rasio E/e’ antara pasien sirosis hati dengan asites tanpa dan dengan peningkatan renin plasma memberikan hasil berbeda bermakna p < 0,001.12 Penelitian Ibrahim et al dari Amerika Serikat melaporkan bahwa rerata E/e’septal dan lateral 10 ± 2,6 dan 7,6 ± 2,6.90 Hasil Doppler jaringan pada penelitian ini diperoleh nilai-nilai rerata e’ septal dan lateral yang lebih ‘normal’ dibandingkan hasil peneliti-peneliti lain namun untuk hasil rerata dari rerata rasio E/e’ hampir sama dengan penelitipeneliti lain. Dugaan penulis pada populasi penelitian ini menunjukkan E Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 151 transmitral memiliki rerata yang jauh lebih besar pada populasi penelitian ini dibandingkan penelitian lainnya yang dapat disebabkan karena tekanan atrium kiri dalam populasi penelitian ini saat diastol sangat besar dibandingkan dengan ventrikel kiri ( gradiennya sangat besar ), suatu kondisi peningkatan tekanan atrium kiri abnormal. Prinsip Doppler jaringan adalah menghitung kecepatan gerakan jaringan miokard sehingga apabila ada perubahan kecepatan gerak miokard dari nilai tertentu maka terdapat kelainan dalam miokard atau ada beban yang dihadapi miokard, karena metode ini melihat gerakan miokard maka tidak dipengaruhi oleh status volume atau pra beban.61,62 Nilai e’ saja hanya menggambarkan kecepatan dinding miokard dan pada kondisi fungsi diastolik orang normal nilai e’ sangat meningkat karena pengaruh pra beban yang besar sedangkan pada kondisi patologis nilai e’ digunakan untuk mengkoreksi hasil E sehingga rerata rasio E/e’ lebih menggambarkan tekanan pengisian ventrikel kiri pada kondisi yang diduga terdapat disfungsi diastolik abnormal.62 Penelitian Nagueh et al menemukan bahwa rasio E/e’ lebih dari 10 setara dengan pulmonary capillary wedge pressure > 12 mmHg175 dan pada penelitian ini nilai tersebut banyak ditemukan pada CTP ≥ 8. 6.1.5.5 Kecepatan Aliran Vena Pulmonalis dan Selisih Kecepatan Aliran Regurgitan Atrium dengan Aliran Transmitral Untuk Ar-A rerata keseluruhan populasi penelitian ( -15,98 ± 30,81 ) menunjukkan nilai < 0, sedangkan nilai-nilai > 30 milidetik ( salah satu kriteria disfungsi diastolik derajat III ) ditemukan pada skor CTP ≥ 6. Rasio S/D tidak menunjukkan pola yang khas pada setiap kategori CTP. Pengamatan penulis dari seluruh data makalah penelitian lain yang dapat diperoleh, tidak ada satupun peneliti yang memasukkan atau menuliskan data tentang parameter Ar-A dan S/D walaupun ada beberapa peneliti yang menulis dalam metodologinya alur pemeriksaan fungsi diastol mengikuti ASA-EAE 2009 namun tidak ada tertulis dalam makalah mereka tentang kedua parameter tersebut sampai terakhir kali tulisan ini dibuat. Pada penelitian ini agregat data pola parameter Ar-A meningkat drastis pada skor CTP 5-6 lalu menurun kembali pada CTP 7-8 dan meningkat sangat Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 152 drastis sampai CTP 10-14. Sedangkan rasio S/D tidak banyak mengalami perubahan. Hasil ini belum divalidasi oleh peneliti lain. S/D dan Ar-A adalah parameter yang dinilai dalam pemeriksaan pola aliran vena pulmonalis dengan Doppler pulsed wave. Pola-pola yang terbentuk akibat kecepatan aliran darah dalam vena pulmonalis menuju atrium kiri dan perubahan pola aliran menggambarkan atau mewakili kondisi tekanan dalam atrium kiri yang secara tidak langsung berhubungan dengan tekanan dalam ventrikel kiri.50,61,62 Tiga kecepatan puncak gelombang aliran vena pulmonalis yang terekam pada Doppler yaitu S yang terbentuk karena aliran ke dalam atrium kiri dan ini merupakan bagian terbesar aliran darivena pulmonalis ke atrium kiri, D yaitu gelombang yang terbentuk dari kecepatan puncal aliran dalam vena pulmonalis ke atrium kiri saat fase diastol dan Ar ( atrium regurgitant / atrium retrograde flow ) yaitu pola yang terbentuk dari alir balik darah ke vena pulmonalis saat atrium kiri berkontraksi memeras sisa volume darah yang tersisa untuk melengkapi volume darah dalam ventrikel kiri di fase akhir diastol. Kurva kecepatan aliran S dipengaruhi oleh perubahan dalam tekanan, kontraksi dan relaksasi atrium kiri, D dipengaruhi oleh perubahan tekanan pengisian ventrikel kiri, kelenturan atrium maupun ventrikel kiri dan kondisi aliran transmitral dari E. Rasio S/D yang tidak banyak berubah dan reratanya tetap dalam komposisi S > D pada penelitian ini mungkin disebabkan tekanan yang dihadapi aliran vena pulmonalis untuk mengalir ke atrium kiri saat sistol dan diastol masih dalam batas normal sedangkan alir balik saat kontraksi atrium kiri dalam rangka menciptakan gradien dan perasan darah ke dalam ventrikel kiri pada skor CTP B 9 keatas semakin besar namun belum sampai menyebabkan perubahan rasio S/D pada seluruh kategori CTP. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 153 Tabel 6.1.5.2 Resume Pembahasan Karakteristik Parameter Fungsi Diastolik pada Pasien Sirosis Hati, Makna Klinis dan Keterbaruannya (Novelty ) pada Penelitian Ini Parameter Fungsi Diastolik Makna Klinis Keterbaruan ( Novelty ) Indeks volume atrium Rerata ≥ 34 mL/m Indeks volume semakin kiri Telah terjadi perubahan anatomis Indeks volume atrium dan fungsional atrium kiri pada kiri semakin meningkat kiri populasi penelitian ini akibat sesuai dengan sesuai peningkatan beban dan tekanan progresifitas derajat pengisian dalam atrium kiri untuk keparahan sirosis. menghadapi tekanan ventrikel kiri 58,33% dari populasi yang sangat besar. Tekanan yang penelitian ini berisiko dihadapi mengalami 2 atrium meningkat dengan progresifitas skor CTP. atrium kiri sudah berlangsung kronis. gagal jantung kongestif dan stroke dalam 5 tahun ke depan. Kecepatan aliran transmitral Menunjukkan kekakuan miokard Aliran transmitral rasio Rasio dan tekanan yang sangat besar E/A dan ∆ valsalva ( dalam kavum ventrikel kiri saat rasio restriktif ) pada kategori CTP C fase diastol pada CTP C. Pada derajat berat ( restriktif skor 10-14 penelitian ∆ valsalva rasio E/A abnormal ( sirosis ≥ 0,5 ) ditemukan pada CTP C mengalami skor ≥ 10. dan tekanan intraventrikel kiri E/A gangguan menunjukkan diastolik berat ini CTP E/A dengan pasien dengan ) ditemukan pada CTP C patut diduga C kekakuan miokard yang sangat besar. Kecepatan aliran transmitral Menggambarkan kemampuan Terjadi penurunan IVRT memanjang antara CTP relaksasi miokard secara tidak kemampuan A-B dan kembali memendek langsung, menggambrkan tekanan miokard pada CTP B pada CTP C. ventrikel 8-9. Rerata waktu deselerasi masuk langsung dan secara langsung dalam difungsi menilai waktu yang diperlukan derajat dua pada untuk miokard berelaksasi. Pada semua subjek namun progresif penelitian ini patut diduga bahwa memanjang pada CTP A-B. rerata pasien sirosis hati telah diastolik kategori kiri secara tidak relaksasi mengalami gangguan relaksasi miokard namun kemampuan berelaksasi masih baik pada CTP Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 154 Tabel 6.1.5.2 ( sambungan ) A-B setelah CTP B kemampuan tersebut berkurang disertai tekanan ventrikel peningkatan kiri. Doppler jaringan e’ lateral dan Menggambarkan secara langsung Perburukan septal. kekakuan miokard ventrikel kiri pengisian dan miokard tekanan E’ lateral dan septal semakin dan pengisian kekakuan berkurang semakin dalam ventrikel kiri saat fase ventrikel pada diastol tanpa dipengaruhi status penelitian sirosis hati. E/e’ septal dan volume atau pre load. Pada terlihat jelas pada CTP lateral dengan populasi penelitian ini ditemukan B atau lebih ( ≥ 8 ). semakin beratnya deraja CTP makin berat derajat CTP makin pada sirosis hati. berat tekanan pengisian ventrikel beratnya dengan derajat makin CTP besar kiri beban dan tekanan kekakuan kiri ini di mulai miokard ventrikel kiri. Kecepatan vena Menggambarkan tekanan dalam Alir balik ( regurgitan ) pulmonalis dan selisih kecepaan atrium kiri secara langsung dan dalam vena pulmonalis aliran regurgitan atrium dengan tekanan pengisian akhir diastolik saat kontraksi atrium aliran transmitral. ventrikel kiri Ar-A antara aliran menjadi CTP lebih – A positif dan anatomis maupun dalam rangka menciptakan gradien fungsional yang nyata di ventrikle dan perasan darah ke progresifitas menjadi semakin kiri dalam positif pada CTP C. Rasio S/D penelitian ini ditemukan tekanan mengalami tidak dinamika dalam atrium kiri dan tekanan peningkatan pada skor perubahan pada tiap kategori pengisian akhir diastolik ventrikel CTP B 9 keatas. CTP. kiri sangat besar dengan semakin mengalami B perubahan kiri sebelum terjadi dan atrium kiri. Pada ventrikel kiri beratnya skor CTP namun tidak sampai menimbulkan dinamika perubahan pada aliran vena pulmonalis yang menuju atrium kiri. 6.2 Proporsi Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri Terdapat perbedaan dua kali lipat pada proporsi atau prevalensi disfungsi diastolik bila menggunakan pendekatan konvensional ( sebesar 68,8% ) dan kriteria ASE-EAE 2009 ( sebesar 34,4% ). Perlu diberi catatan bahwa 21,9% Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 155 memiliki volume atrium kiri ≥ 34 mililiter/ meter2. Hal ini disebabkan karena pada kriteria ASE-EAE 2009 terdapat pemeriksaan penyaring volume atrium kiri dan Doppler jaringan lateral dan septal e’ sebelum membuat derajat disfungsi dastolik. Pemeriksaan penyaring tersebut membuat agregat data tersebar menjadi tiga kelompok dibandingkan pada kriteria konvensional yang hanya terbagi menjadi dua kelompok. Dapat disimpulkan bahwa kriteria konvensional lebih sensitif namun tidak spesifik bila dibandingkan kriteria ASE-EAE 2009. Sebab lain yang diduga ikut mempengaruhi hasil proporsi dan prevalensi disfungsi diastolik pada penelitian ini adalah penggunaan propranolol ( 62,5% ) dan spironolakton ( 20,1% ). Tren yang muncul pada proporsi disfungsi diastolik adalah dengan semakin meningkatnya kategori CTP makin bertambah pula disfungsi diastolik ( pada kriteria ASE-EAE 2009 ) sedangkan pada pendekatan konvensional proporsi disfungsi diastolik semakin bertambah sesuai dengan beratnya kategori CTP. Tabel 6.2 menampilkan hasil prevalensi disfungsi diastolik dari peneliti-peneliti lain. Pada penelitian ini proporsi kategori fungsi normal/jantung atlet/konstriktif hasil penyaringan menurut sistem ASE-EAE 2009 menurut pendapat penulis bisa merupakan suatu pra disfungsi diastolik. Alasan yang mendasarinya karena selain ditemukan adanya kelainan indeks volume atrium kiri, parameter-parameter disfungsi diastolik lainnya menunjukkan nilai abnormal kecuali lateral dan septal e’ dan tidak ada satupun subjek penelitian adalah olahragawan maupun menderita penyakit jantung konstriktif. Argumen ini dikonfirmasi juga dengan adanya proporsi ventrikel kiri sebanyak 54,17% mengalami hipertrofi konsentrik dan 29,17% mengalami hipertrofi eksentrik ( tidak ada subjek yang memiliki kelainan katup dan hipertensi ) yang pada penjelasan utuh rekomendas evaluasi fungsi diastolik ASE-EAE 2009 disebutkan adanya hipertrofi ventrikel kiri merupakan salah satu indikator kuat adanya disfungsi diastolik.50 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 156 Tabel 6.2 Proporsi Disfungsi Diastolik dari Berbagai Penelitian Penelitian; n; tahun penelitian Kriteria ASE-EAE 2009 % Total CT CTP CT Total CTP A CTP B CTP C PA B PC 18,7 48,5 60 68,8 41,7 96,9 86,7 - - - 30 Tidak didapatkan subjek dengan kategori CTP A 23,3 6,7 58 46,2 2,7 37,8 59,4 57 Derajat I 8 - - - - 73,2 - Derajat II 11 - Derajat III 28 - - - - - - - - - - - - - 44,6 - - - - - - - 59,8 Sirosis dekompensata 69 39,1 - 38,5 - 45,8 - - - - - 49 77,3 44,7 37,5 - - - - 70 Pre asites 60 Asites 80 Negara Indonesia Mondrowinduro et al;96;2013 Pendekatan Konvensional % 34,4 Normal diastolik dengan indeks volume atrium kiri ≥34 mL/m2 21,9% - Wibowo A et al;30; 200321 Spanyol Nazar A et al;100; 201211 Ruiz del arbor et al;80;2007-200912 Nazar A et al;102; 2009176 Sola E et al;51;201095 Pakistan Shaikh S et al;73;200997 Yunani Papastergiou et al;92;201198 Cholingitas E et al;100;2012179 Iran Salari A;49;201320 Bersambung ke tabel berikutnya India Dadhich S et al;40;201317 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 157 Tabel 6.2 ( Sambungan ) Italia Barghini V et al;37;201113 Cazzaniga et al;29;200614 Portugal Ribeiro H et al;37;200915 Sampaio F et al;98;2011-201216 43 - - - 59 58 - - - 47 16,3 - - - 24,3 - - - - - 47 - - - - - - - Amerika Lang G et al;47; 2010157 6.3 Korelasi Beratnya Derajat Disfungsi Diastolik dengan Beratnya Derajat Disfungsi Hati Pasien Sirosis Pada penelitian ini terdapat korelasi positif nilai rho antara beratnya derajat ( severity ) disfungsi diastolik dengan beratnya derajat ( severity ) disfungsi hati dengan pendekatan konvensionaldan cara ASE-EAE 2009 secara berurutan: untuk derajat disfungsi diastolik dalam ordinal rho sebesar 0,472 ( p = 0,000 ) dan 0,442 ( p=0,000 ) sedangkan untuk derajat disfungsi diastolik dalam numerik sebesar 0,540 ( p = 0,000 ) dan 0,424 ( p = 0,000 ). Nilai rho tersebut termasuk dalam fair degree of relationship185 ( 0,00-0,25 little or no relationship; 0,25-0,50 fair degree of relationship, 0,50-0,75 moderate to good relationship, > 0,75 very good relationship). Perbandingan nilai rho antara korelasi pendekatan disfungsi diastolik konvensional dan ASE-EAE 2009 dengan CTP skala numerik dan ordinal tidak berbeda ( p < 0,05 ). Nilai rho yang tidak mencapai 0,8 dapat disebabkan karena kriteria penilaian disfungsi diastolik terdiri dari agregat banyak parameter sehingga kekuatan korelasinya akan berkurang bila dibandingkan berdiri sendiri-sendiri atau sebaliknya makin melemah dan juga penggunaan obat anti remodelling. Penelitian Irinius et al dari Lithuania melaporkan bahwa korelasi parameter fungsi diastolik dengan Doppler jaringan terhadap skor CTP numerik pasien sirosis hati diperoleh rho E/e’ 0,6547, p < 0,0001, rho pemeriksaan longitudinal strain dan strain rate memiliki korelasi negatif sebesar -0,542 dan 0,468 dengan kedua p < 0,0001 sedangkan korelasi terkuat ( dalam Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 158 Doppler jaringan ) adalah e’ septal -0,781 ( p < 0,0001 ), dan rerata e’ -0,786 ( p < 0,0001 )42. Penjelasan mengapa pada pendekatan disfungsi diastolik konvensional lebih banyak terjaring subjek yang memenuhi kriteria disfungsi diastolik dibanding kriteria ASE-EAE 2009 ( yang mensyaratkan perubahan indeks volume atrium kiri ) karena pada penelitian ini penderita sirosis hati lebih banyak ( 63% ) yang masih tahap awal ( skor CTP < 8 ) dan pada tahap awal ini dugaan penulis adalah gangguan paling dominan ada pada mekanisme mitral inflow saat diastol dan tekanan intraventrikel kiri yang besar namun belum terjadi perubahan pada atrium kiri dan velositas miokard ventrikel, kondisi ini lebih banyak terjaring dengan pendekatan konvensional. Perlu studi longitudinal untuk membuktikan hipotesis tersebut. Analisis subgrup dengan menyingkirkan kemungkinan diabetes sebagai faktor perancu tetap dilakukan karena besar sampel yang masih memenuhi syarat ( walaupun pada desain awal penelitian ini memang sengaja tidak disingkirkan mengingat ada sirosis hati dan kondisi penyakit hati kronis yang sangat erat kaitannya dengan resistensi insulin dan diabetes yaitu hepatitis C dan NAFLD134,135,136,137) memberikan hasil yang tidak berubah yaitu tetap ditemukan adanya korelasi positif bermakna antara beratnya derajat disfungsi diastolik dengan beratnya derajat disfungsi hati. Pendekatan konvensional dan cara ASEEAE 2009 secara berurutan: untuk derajat disfungsi diastolik dalam ordinal rho sebesar 0,591 ( p = 0,000 ) dan 0,445 ( p = 0,000 ) sedangkan untuk derajat disfungsi diastolik dalam numerik sebesar 0,613 ( p = 0,000 ) dan 0,440 ( p = 0,000 ). Nilai rho tersebut termasuk dalam fair degree of relationship183 ( 0,000,25 little or no relationship; 0,25-0,50 fair degree of relationship, 0,50-0,75 moderate to good relationship, > 0,75 very good relationship). Peningkatan kekuatan korelasi antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis dengan beratnya derajat difungsi diastolik baru terlihat apabila diabetes mellitus dan pemakaian spironolakton disingkirkan dimana rho CTP numerik dengan derajat disfungsi diastolik kriteria ASE-EAE 2009 0,51 ( p=0,000), rho untuk CTP ordinal 0,63 ( p=0,000). Kedua hasil rho tersebut termasuk moderate to good relationship. Dugaan penulis hal ini dapat disebabkan karena pengaruh spironolakton119 pada perbaikan fungsi diastolik dan sedangkan Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 159 penggunaan propranolol dan penyakit diabetes mellitus mellitus diduga mempengaruhi beratnya derajat disfungsi sistolik pada populasi penelitian sirosis hati ini walaupun hal tersebut perlu diteliti lebih lanjut120. Propranolol tidak dieksklusi dari penelitian ini karena menyebabkan kesulitan dalam mencapai besar sampel yang dikehendaki mengingat pasien yang berobat ke RSCM banyak yang sudah diberikan propranolol dan sudah dalam tahap lanjut dalam tatalaksana sirosis hati. 6.4 Hubungan Beratnya Derajat Parameter Fungsi Diastolik Kriteria ASE 2009 dengan Beratnya Derajat Disfungsi Hati Pada gambar 5.8 terlihat bahwa ketiganya memiliki tampilan visual yang menggambarkan kekuatan korelasi secara visual terhadap skor CTP namun tampilan korelasi positif terlihat pada parameter aliran vena pulmonalis Ar-A dan volume atrium kiri sedangkan tampilan korelasi negatif terlihat pada lateral e’, setelah ketiga data diplotkan pada gambar 5.9 baru terlihat pola yang lebih jelas. Penjelasan mengapa ketiga ( lateral e’, volume atrium kiri, Ar-A ) parameter evaluasi fungsi diastolik tersebut yang paling berhubungan dengan derajat disfungi diastolik akan dicoba dijelaskan satu per satu. Prinsip Doppler adalah mengukur kecepatan gerak suatu benda terhadap kristal piezzoelectric transducer alat ekokardiografi. Perbedaan antara kecepatan, amplitudo dan frekuensi antara miokard dan aliran darah memungkinkan untuk mengamati dan merekam pergerakan miokard pada fase-fase siklus jantung melalui teknologi Doppler jaringan.184 Perubahan tekanan ( peningkatan maupun penurunan ) yang terjadi dalam kavum ventrikel selama fase diastol ( yang merupakan cermin kemampuan ventrikel kiri berelaksasi ) menyebabkan perubahan pola Doppler jaringan.175 Pola perubahan ini dinilai dengan pemeriksaan Doppler kecepatan gerakan ( velositas ) jaringan miokard annulus katup mitral sisi lateral dan septal yang dilambangkan dengan e’ dimana bila terjadi gangguan relaksasi maka velositas akan memanjang.50 Sampai saat ini e’ merupakan parameter pemeriksaan terbaik untuk menilai kemampuan relaksasi ventrikel kiri tanpa dipengaruhi pra beban namun kisaran nilai normal disesuaikan dengan usia ( penelitian ini sudah menilai ulang parameter e’ yang disesuaikan Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 160 dengan usia subjek ) dan berkorelasi sangat kuat dengan pulmonary capillary wedge pressure > 12 milimeter air raksa bila digabungkan dengan rasio E/e yang hasilnya > 10 sehingga dapat memprediksi tekanan pengisian pada kondisi fungsi diastolik abnormal.50,61,62,175 Sampai saat ini masih menjadi perdebatan dikalangan ahli diastologi sedunia tentang mana lebih baik e’ septal atau lateral sehingga pelaporan akan lebih baik dibuat rerata setidaknya tiga kali pemeriksaan selain itu nilai e’ septal biasanya lebih rendah dari e’ lateral.50 Penggunaan e’ lateral lebih disukai beberapa peneliti pada kondisi fraksi ejeksi yang normal.178,179 Selain itu kondisi karakteristik spesifik geometri ventrikel kiri yang tidak pernah dilaporkan pada penelitian-penellitian lainnya mengkonfirmasi memang betul ventrikel kiri pada hampir semua populasi penelitian ini memiliki beban tekanan intraventrikel yang sangat besar yaitu perubahan konsetrik, hipertrofi konsentrik bahkan tahap yang sudah lebih berat yaitu hipertrofi eksentrik yang menunjukkan potensi berkembang menjadi overt systolic heart failure.180 Ar-A merupakan parameter yang diperoleh melalui pemeriksaan Doppler aliran vena pulmonalis. Aliran vena pulmonalis merupakan tehnik pemeriksaan Doppler ekokardiografi yang paling sulit, perubahan yang terjadi pada pola Dopplernya secara tidak langsung menggambarkan kelenturan ventrikel kiri, kemampuan relaksasi ventrikel kiri dan tekanan pengisian namunsayangnya dipengaruhi pra beban50,62,63. Keunggulan evaluasi aliran vena pulmonalis adalah menggambarkan secara langsung tekanan tekanan atrium kiri, kontraksi atrium kiri dan kemampuan relaksasinya. Dengan semakin meningkatnya tekanan akhir diastol ventrikel kiri menimbulkan perubahan pada semakin panjangnya durasi dan meningkatnya durasi Ar50. Kombinasi pemeriksaan aliran vena pulmonalis Ar dan aliran transmitral A memberikan nilai lebih dalam evaluasi fungsi diastolik karena bila velositas Ar > 35 sentimeter / detik dan bila durasinya lebih panjang dari 30 milidetik dari A berarti tekanan left ventricular end diastolic pressure > 15 millimeter air raksa181, selain itu Ar-A diakui merupakan instrumen paling sensitif dan petunjuk paling awal peningkatan tekanan atrium kiri bahkan sebelum sebelum rerata tekanan atrium kiri menjadi abnormal.173 Indeks volume atrium kiri berbeda dengan parameter-parameter sebelumnya yang dapat mendeteksi perubahan tekanan dalam ventrikel kiri dan Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 161 atrium kiri sebelum terjadi perubahan anatomis. Perubahan anatomis ataupun volume atrium kiri menggambarkan marka anatomis disfungsi diastolik kronik dan risiko penyakit kardiovaskular.174 Atrium kiri sejak tahun 2003 mendapat tempat terhormat karena ulasan Douglas PS di Amerika Serikat dalam Journal of The American College of Cardiology. Sebelumnya, atrium kiri hanya dipandang sebagai tempat penampungan darah sebelum masuk ventrikel kiri. Akumulasi penelitian saat itu sebenarnya sudah menunjukkan peran atrium sebagai sensor volume dalam jantung. Sel-sel pada dinding atrium melepaskan peptida natriuretik yang berespon terhadap regangan dan memicu refleks takikardi sebagai respon terhadap peningkatan alir ballik vena. Tekanan dalam atrium kiri juga menggambarkan tekanan pengisian ventrikel kiri dan mempunyai kemampuan mengalami perubahan ( remodelling ) baik pertambahan volume maupun diameter sebagai respon terhadap peningkatan tekanan yang dihadapinya.184 Dua tahun sebelum editorial ini dibuat, Wong F et al dari Kanada sudah meneliti peranan kadar peptida N-terminal pro atrial natriuretik dan peptida natriuretik otak untuk memprediksi terjadinya sirosis kardiomiopati. Kesimpulan Wong F et al adalah peningkatan peptida natriuretik interventrikuler dan disfungsi berhubungan diastolik dengan pada sirosis ketebalan hati septum yang masih asimtomatik.173 Hasil analisis bivariat dan multivariat dengan berbagai parameter fungsi diastolik menurut ASE-EAE 2009 menunjukkan bahwa beratnya derajat abnormalitas parameter disfungsi diastolik yaitu septal e’, rasio E/A, rerata E/e’ septal tidak berhubungan dengan beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis menurut kriteria CTP. Rasio E/A apabila digabungkan bersama dengan parameter fungsi diastolik lainnya menjadi tidak berhubungan dengan beratnya disfungsi sirosis hati. Berbagai hal dapat menjadi sebab mengapa parameter ini menjadi tidak berhubungan dengan beratnya disfungsi sirosis hati yaitu adanya perbedaan gradien tekanan antara atrium dengan ventrikel yang lebih spesifik untuk gagal jantung campuran sistolik diastolik, pengaruh pra beban ( preload ), pengaruh usia, perlunya manuver Valsalva dan kekakuan dinding miokard yang tidak dapat dinilai secara langsung.50,61,62 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 162 Nilai e’ septal menjadi tidak bermakna setelah disaring dengan uji bivariat dan multivariat bersama e’ lateral. Sebaliknya E/e’ septal masih memiliki hubungan bermakna dalam uji bivariat namun menjadi tidak bermakna dalam uji multivariat. Penyebab hal tersebut telah dikemukakan dalam pembahasan 6.4 diatas. Sebab lainnya adalah e’ lateral bila digunakan untuk evaluasi fungsi diastolik pada kondisi fraksi ejeksi normal selalu memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan e’ septal. 178,179 Pada penelitian ini tetap digunakan E/e’ septal karena nilai normalnya sudah divalidasi oleh ASE-EAE 2009 dibandingkan E/e’ lateral yang saat penelitian ini dilakukan baru divalidasi oleh dua kelompok peneliti walaupun menurut laporan tersebut E/e’ lateral memberikan hasil yang lebih baik pada orang dengan fraksi ejeksi normal.50 Penjelasan lebih terperinci dapat dilihat pada sub bab 6.1.5.2 dan 6.1.5.4. 6.5 Dampak Klinis Deteksi Adanya Disfungsi Diastolik Terhadap Penanganan Sirosis Hati Hingga pertengahan tahun 1980-an, perkembangan hepatologi belum memasukkan jantung sebagai organ yang dapat terganggu pada kondisi sirosis hati bahkan terdapat anggapan di masa itu bahwa pasien dengan sirosis hati terlindung dari komplikasi kardiovaskular karena faktor-faktor ‘pelindung’ pada sirosis hati yaitu hipotensi, hipolipenia, trombositopenia dan kogulopati. 8 Dalam praktek klinis sehari-hari sering dijumpai beberapa pasien tanpa sebab jelas meninggal dengan sebab mati tidak terkait dengan komplikasi klasik sirosis hati atau kematian yang sulit dijelaskan pada pasien-pasien sirosis setelah menjalani transplantasi hati, pemberian penyekat beta, obat diuretik tindakan pintas portokaval atau insersi sten transjugular portosistemik padahal semua persiapan telah dikalkulasi sebaik-baiknya atau perburukan hemodinamik mendadak dan fungsi ginjal setelah parasintesis.8,10,30,84,92,180,185 Deteksi adanya perubahan anatomis dan fungsional jantung akibat disfungsi diastolik pada pasien sirosis hati dari data penelitian ini berpotensi untuk dilakukannya evaluasi jantung lebih dini atau prediksi sebelum terjadinya luaran kardiovaskular yang buruk. Luaran kardiovaskular yang buruk yaitu peningkatan 39% risiko fibrilasi atrium non valvular terutama bila diameter anteroposterior Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 163 atrium kiri> 5 sentimeter ( empat kali berisiko terjadi fibrilasi atrium ), risiko terjadinya stroke pada indeks volume atrium kiri ≥ 32 mililiter/ meter2 ( rasio hazard 1,67 dengan interval kepercayaan 1,08-2,58 ) selama 4,3 ± 2,7 tahun kedepan diluar fibrilasi atrium, risiko gagal jantung pada indeks volume atrium kiri ≥ 32 mililiter/ meter2 tidak tergantung dengan hipertensi, diabetes, infark miokard, hipertrofi ventrikel kiri, mortalitas meningkat dengan bertambahnya ukuran atrium kiri yang semakin bertambah bila terdapat pertambahan massa ventrikel kiri, hipertrofi ventrikel kiri atau disfungsi diastolik.172 Perubahan geometri ventrikel kiri yang ditemukan pada penelitian ini juga mengingatkan kita bahwa pasien dengan hipertrofi konsentrik memiliki rasio hazard terjadi penyakit kardiovaskular pada laki-laki sebesar 1,3 sedangkan pada perempuan sebesar 1,2, bila terdapat hipertrofi eksentrik maka rasio hazard terjadi penyakit kardiovaskular pada laki-laki sebesar 0,8 pada perempuan sebesar 1,2.186 Deteksi dini adanya disfungsi diastolik pada pasien sirosis sangat berguna dalam mengetahui potensi terjadinya gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri normaldikemudian hari karena gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri normal atau gagal jantung diastolik sebenarnya adalah disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan simptom gagal jantung.174 Pentingnya evaluasi berkala pada pasien sirosis hati dengan disfungsi diastolik terkait dengan penelitian dibidang kardiologi oleh AlJaroudi W et al ( penelitian pada 1065 orang dengan fraksi ejeksi ≥ 55%, dieksklusi bila terdapat kelainan katup berat ) diamati dan diperiksa selama 5 tahunyang melaporkan bahwa perburukkan fungsi diastolik berhubungan dengan peningkatan mortalitas dibandingkan dengan mereka yang fungsi diastolik awalnya tidak mengalami perubahan atau perbaikan 9 mortalitas 21% versus 12% dengan p=0,001, selanjutnya penelitian ini melaporkan pada analisis multivariatnya bahwa penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri menjadi < 55% dan perburukan fungsi diastolik secara independen berhubungan dengan risiko kematian ( secara berurutan rasio hazard 1,78 dengan interval kepercayaan 95% 1,10-2,85; p=0,02 dan rasio hazard 1,78 dengan interval kepercayaan 95% 1,10-2,85; p=0,003 ).187 Hal yang sama terjadi bila fungsi diastolik memburuk dari normal menjadi abnormal dan dari ringan menjadi sedang atau berat berhubungan dengan peningkatan mortalitas ( rasio hazard 3,58; Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 164 dengan interval kepercayaan 95% 1,71-7,53; p=0,001 dan rasio hazard 2,13; dengan interval kepercayaan 95% 1,19-3,83; p=0,01 ).187 Manfaat pemeriksaan parameter fungsi diastolik dan derajatnya telah dilaporkan beberapa peneliti di bidang hepatologi terutama dalam menilai prognosis, mortalitas, kebutuhan transplantasi hati, gangguan sirkulasi dan respon terapi pintas atau diuretik. Pouriki S et al dari Yunani melaporkan bahwa diameter ventrikel kiri akhir diastolik dan pemeriksaan Doppler jaringan anulus katup mitral (e’) memberikan akurasi diagnostik adanya sindrom hepatopulmonar190. Kaitan evaluasi rasio E/A dengan efektivitas parasintesis cairan asites jumlah besar dapat terlihat dengan membaiknya kurva A dari aliran transmitral pra dan post parasintesis sehingga rasio E/A > 1.9,30 Ranah yang banyak diteliti tentang implikasi klinis dari disfungsi diastolik ventrikel kiri pada sirosis hati adalah pemasangan insersi pintas portosistemik intra hepatik transjugular. Penelitian Cazzaniga M et al dari Italia melaporkan tentang peranan rasio E/A ≤ 1 dan gangguan parameter fungsi diastolik lainnya dalam 1 bulan pasca pemasangan insersi pintas posrtosistemik intra hepatik transjugular berhubungan dengan peningkatan mortalitas setahun84 selanjutnya Rabie R et al juga dari Italia melaporkan peranan rasio E/A≤1 pra pemasangan insersi pintas posrtosistemik transjugular berhubungan dengan prediktor mortalitas karena sindrom hepatorenal dan asites refrakter.85 Hal yang sama dikonfirmasi oleh Lang G et al dari Amerika Serikat tentang disfungsi diastolik yang terdiagnosis dalam 6 bulan pasca pemasanganpintas posrtosistemik transjugular dapat memprediksi kematian selama 3 bulan.18 Huonker M et al dari Jerman melaporkan pentingnya evaluasi fungsi diastolik, diameter atrium kiri, volume akhir diastolik ventrikel kiri dan pulmonary capillary wedgepressure pra dan 0 jam pasca insersi pintas posrtosistemik intra hepatik transjugular yang akan membuka selubung kardiomiopati yang tersamar pra pemasangan.83 Penelitian Ruiz del Arbor L et al dari Spanyol melaporkan bahwa disfungsi diastolik merupakan prediktor buruk terjadinya sindrom hepatorenal dan penanda sensitif sirosis yang lanjut.12 Holt EW et al melaporkan bahwa disfungsi diastollik dengan rasio E/A < 1 merupakan prediktor independen untuk transplantasi hati atau kematian pada pasien sirosis hati.92 Penelitian Nazar A et Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 165 al dari Spanyol juga mengkonfirmasi bahwa disfungsi diastolik pada pasien sirosis hati berhubungan dengan prognosis kesintasan pasien yang sedang menunggu transplantasi hati terutama pada disfungsi diastolik derajat dua.11 Di bidang transplantasi hati dilaporkan oleh Torregrosa M et al bahwa terjadi reversibilitas otot jantung termasuk fungsi sistolik dan diastolik sehingga evaluasi fungsi jantung diperlukan pra dan pasca transplantasi hati.82 Evaluasi jantung pasca operasi transplantasi hati secara periodik juga harus dilakukan mengingat pemulihan tekanan sistem porta, pemulihan fungsi hati, efek antihipertensif obat penekan sistem imun seperti penyekat kalsineurin dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah sistemik: terjadi hipertensi dan peningkatan beban pasca muat jantung dan hal ini dapat memperberat kerja jantung.30,82,190 6.6 Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian 6.6.1 Keterbaruan ( Novelty ) 1. Metodologi Penelitian ini adalah penelitian yang memperbaiki, melengkapi dan memperbaharui penelitian sebelumnya oleh Wibowo A et al tahun 2003 dimana pada penelitian tersebut besar sampel hanya 30 orang, metodologi penelitian untuk menilai hubungan antara variabel hanya menggunakan uji t independen, uji Fisher mutlak untuk menilai hubungan antara klasifikasi CTP dengan fungsi diastolik , uji Kolmogorov Smirnov untuk menilai hubungan derajat disfungsi diastolik dengan skor CTP, tidak ada subjek dengan kategori CTP A dan tehnik pemeriksaan ekokardiografi masih dengan tehnik konvensional. Peralatan ekoardiografi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tehnik Doppler jaringan, probe ekokardiografi generasi baru yang lebih sensitif disertai kemampuan untuk menyimpan data real time yang dapat dibuka kembali untuk dikoreksi ulang. Tehnik pemeriksaan antar dua operator terstandarisasi seragam dengan uji Kappa dan perbedaan rerata dua kelompok untuk menjamin validitas data. Kriteria restriksi subjek yang sangat ketat walaupun diabetes, pemakaian propranolol dan pemakaian spironolakton sengaja tetap dimasukkan untuk menggambarkan keadaan di populasi sebenarnya. Usaha untuk meningkatkan Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 166 ketajaman hasil telah dilakukan pada analisis sub grup yang membuktikan bahwa pada populasi penelitian non diabetes dan non pengguna spironolakton kekuatan korelasi semakin kuat dan tetap bermakna. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian lain di luar negri dalam ranah yang sama , perbedaan penelitian ini adalah perbedaan dalam kriteria usia ( 18-60 tahun ), latar belakang penyebab sirosis tidak ada yang disebabkan karena alkoholisme ( 83,3% hepatitis virus ), tujuan penelitian yang meneliti korelasi dan hubungan parameter fungsi diastolik dengan derajat disfungsi hati dengan seluruh set kriteria ASE-EAE 2009 yang lengkap digunakan, ada pengkajian terhadap korelasi dan proporsi disfungsi diastolik pada sirosis hati bila menggunakan pendekatan konvensional. 1. Hasil Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Wibowo et al tahun 2003 dimana penelitian tersebut menyatakan tidak terdapat hubungan antara beratnya derajat disfungsi diastolik dengan beratnya derajat klasifikasi disfungsi hati CTP pada penderita sirosis hati, sedangkan penelitian ini memberikan hasil adanya korelasi positif berkekuatan sedang dan sejalan dengan teori sirosis kardiomiopati. Hal baru lainnya adalah terdapat hubungan bermakna antara beratnya derajat disfungsi hati penderita sirosis dengan beratnya derajat abnormalitas parameter pemeriksaan fungsi diastolik pada parameter Ar-A, volume atrium kiri dan lateral e’, hasil ini juga baru pertamakalinya dilaporkan di dunia. Penelitian ini juga sekaligus memperbaharui prevalensi disfungsi diastolik dengan kriteria ASE-EAE 2009 maupun pendekatan konvensional.Perbedaan dengan penelitian diluar negri adalah dikajinya hubungan antara seluruh parameter fungsi diastolik sesuai anjuran ASE-EAE 2009 dengan beratnya derajat disfungsi hati. Penelitian ini adalah penelitian pertama di Indonesia dan dunia yang mempelajari karakteristik geometri dan fungsi diastolik dalam kaitannya dengan sirosis hati dengan menggunakan kriteria ASE-EAE 2009 untuk fungsi diastolik dengan lengkap dan pertama kali di dunia menggunakan kriteria ASE-EAE 2005 untuk evaluasi geometri ventrikel kiri dengan menggunakankriteria massa ventrikel kiri dan rasio ketebalan dinding relatif pada pasien sirosis hati. Hal baru Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 167 dibandingkan dengan penelitian sejenis di luar negri adalah pemakaian uji korelasi untuk menilai hubungan derajat disfungsi diastolik dengan derajat disfungsi hati sirosis hati dengan instrumen CTP baik dalam bentuk ordinal maupun numerik, penilaian kekuatan hubungan delapan parameter penilaian disfungsi diastolik terhadap skala numerik instrumen CTP. 2. Aplikasi klinis Penelitian ini adalah penelitian pertamakali di dunia yang menggambarkan dengan jelas dinamika seluruh parameter fungsi diastolik baik menurut kriteria ASE-EAE 2009 dan pendekatan konvensional pada seluruh kategori CTP sehingga terlihat bahwa perubahan tekanan pengisian intraventrikuler, perubahan anatomis dan volume atrium kiri, perubahan kekakuan miokard, perubahan gerakan miokard, perubahan regurgitan vena pulmonalis terlihat pada skor Child B 8-10 sehingga dapat menjadi acuan kapan sebaiknya fugnsi diastolik diperiksa pada penderita sirosis hati yaitu pada CTP B 8. 6.6.2 Kekurangan Penelitian 1. Metode a. Tidak disingkirkannya pemakaian propranolol sehingga ada kemungkinan bahwa prevalensi menjadi lebih rendah, korelasinya menjadi kurang kuat dan derajat keparahan disfungsi diastolik menjadi berkurang karena pengaruh propranolol terhadap fungsi diastol. b. Tidak dapat mengkonfirmasi dengan bukti biokimia objektif adanya stress yang dihadapi dinding atrium dan ventrikel kiri melalui pemeriksaan kadar penanda peptida natriuretik atrium apabila terjadi disfungsi diastolik dan penggunaan teknologi kecepatan perambatan ( propagasi ) yang saat ini mulai digunakan untuk evaluasi fungsi diastolik ventrikel kiri. c. Tidak dilakukan pemeriksaan fungsi diastolik pada kontrol orang sehat sehingga tidak dapat dinilai apakah terdapat perbedaan nilai parameter fungsi diastolik dan geometri ventrikel kiri dengan orang yang tidak menderita sirosis. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 168 6.7 Generalisasi Hasil Penelitian Bias seleksi subyek dihindari dengan tehnik pemilihan subyek penelitian secara consecutive sampling yang merupakan jenis non probability sampling yang terbaik dan dilakukan hingga tercapai jumlah sampel berdasarkan perhitungan besar sampel, selain itu populasi target adalah penderita penyakit kronis yang tidak dipengaruhi oleh musim193 sehingga dapat mendekati probability sampling dan bias prevalens dapat dihindari. Semua subjek penelitian yang disasar ( intended sample ) tidak ada satupun yang menolak untuk ikut dalam penelitian; seluruh subjek memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan yang diharapkan dapat mengurangi faktor perancu. Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas pemeriksaan ekokardiografimaka pemeriksaan ekokardiografi pada setiap subjek dilakukan dua kali, kedua pemeriksa memiliki pengetahuan dan persepsi yang sama mengenai tehnik pemeriksaan ekokardiografi melalui definisi operasional dan kriteria pemeriksaan sesuai sandar ASE-EAE, keduanya telah menerima pelatihan ekokardiografi, manual pemeriksaan tehnik ekokardiografi dan alat ekokardiografi yang digunakan adalah sama yang sudah dikalibrasi dengan standar internasional. Hasil pemeriksaan disimpan dalam data piranti lunak baik dalam bentuk foto maupun film real time yang dapat dibuka setiap saat dan dilakukan pengukuran ulang dalam komputer personal dengan program komputer dari penyedia alat ekokardiografi. Bila ada hal meragukan maka pemeriksa I dan II membuka ulang data pemeriksaan dan memeriksa bersama, bila tetap ada ketidaksamaan pendapat maka data pemeriksaan dimintakan pendapat ke senior ahli yaitu pembimbing penelitian II. Selanjutnya dilakukan uji nilai kappa dan uji perbedaan rerata antara hasil dua pemeriksaan. Berdasarkan hal tersebut maka validitas interna dapat dikatakan baik. Pada rekrutmen subjek penelitian yang disasar, tidak ada satupun yang menolak ( participation rate 100% ) , semua subjek sesuai dengan kriteria yang dikehendaki, selain itu pengambilan sampel secara consecutive sampling , besar sampel terpenuhi sehingga hasil penelitian ini dapat diterapkan pada populasi terjangkau. Berdasarkan hal tersebut maka validitas eksterna I dapat dikatakan baik. Generalisasi penelitian ini dapat diterapkan pada populasi target karena Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 169 karakteristik populasi subjek seragam, penyebab sirosis hati sesuai dengan data epidemiologi di Indonesia, unit rawat jalan Hepatologi dan rawat inap Penyakit Dalam RSCM merupakan pusat rujukan nasional untuk program pengobatan hepatitis B, C, pusat diagnostik penyakit hati dan rujukan teratas untuk sirosis hati sehingga diharapkan populasi terjangkau menggambarkan populasi target di pusat layanan kesehatan lainnya di Indonesia. Generalisasi hasil penelitian ini cukup baik untuk memenuhi validitas eksterna II. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 170 BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1. Proporsi disfungsi diastolik pada penderita sirosis hati oleh sebab apapun di RSCM menurut kriteria ASE-EAE 2009 sebesar 34,4% dan terdapat 21,9% dari populasi penelitian yang dikategorikan sebagai fungsi diastolik normal namun memiliki indeks volume atrium kiri ≥34 mL / m2 ( dimensi volume dan ukuran meningkat ). Bila menggunakan pendekatan konvensional diperoleh proporsi disfungsi diastolik pada sebesar 68,8%. 2. Terdapat korelasi positif berkekuatan sedang antara beratnya derajat disfungsi diastolik kriteria ASE-EAE 2009 dan konvensional dengan beratnya derajat disfungsi hati penderita sirosis berdasarkan instrumen skor CTP. 3. Hubungan antara beratnya derajat disfungsi hati penderita sirosis hati berdasarkan skor numerik CTP dengan beratnya derajat abnormalitas parameter pemeriksaan fungsi diastolik menurut ASE-EAE 2009 ditemukan pada parameter lateral e’ ( mewakili kekakuan dinding miokard ventrikel kiri dan tekanan pengisian diastolik intraventrikel kiri sisi lateral ) , indeks volume atrium kiri ( mewakili perubahan kronis dimensi ruang beserta volume atrium kiri dalam menghadapi tekanan pengisian diastolik ventrikel kiri ) dan selisih Ar-A ( mewakili aliran balik / regurgitan vena pulmonalis saat fase akhir diastolik dalam menghadapi tekanan intraatrium kiri pada pasien sirosis hati ). 4. Hampir seluruh populasi penelitian telah mengalami remodelling ventrikel kiri : 64,58% mengalami hipertrofi konsentrik dan 29,16% mengalami hipertrofi eksentrik. 5. Seluruh variabel fungsi diastolik mengalami perubahan abnormal pada sirosis hati derajat sedang ( CTP B 8 – 10 ). 170 155 Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 171 7.2 Saran 1. Penelitian lanjutan tentang progresi disfungsi diastolik sejalan dengan progresi disfungsi hati pada penderita sirosis hati terutama pada sub populasi penelitian yang dikategorikan sebagai fungsi diastolik normal dengan indeks volume atrium kiri ≥ 34 mililiter / meter 2 namun tidak memenuhi kriteria untuk penilaian lebih lanjut gradasi disfungsi diastolik menurut ASE-EAE 2009. 2. Penelitian lanjutan untuk mendapatkan model prediksi disfungsi diastolik berdasarkan pemeriksaan derajat difungsi hati melalui skor CTP. 3. Penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara derajat perubahan geometri ventrikel kiri yang ditemukan pada penelitian ini dengan beratnya derajat disfungsi hati penderita sirosis dibandingkan dengan kontrol yang selanjutnya diamati apakah terjadi kejadian kardiovaskuler di kemudian hari dan kesintasannya. 4. Penelitian lanjutan untuk mengevaluasi fungsi diastolik sebelum dan sesudah intervensi obat propranolol dan spironolakton dan dilihat pengaruhnya terhadap geometri ventrikel kiri dan fungsi diastolik. 5. Deteksi dini gangguan fungsi diastolik dapat dilakukan pada pasien sirosis hati dengan CTP B 8. Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 172 RINGKASAN Disfungsi diastolik ventrikel kiri adalah kondisi perubahan gradien tekanan didalam atrium kiri dan ventrikel kiri yang mengakibatkan perubahan pola aliran trans mitral, perubahan pola kecepatan gerakan miokard ventrikel kiri, perubahan pola aliran vena pulmonalis dan pada tingkat anatomis terjadi perubahan indeks volume atrium kiri, remodelling atrium kiri dan remodelling ventrikel kiri. Sirosis hati merupakan kesatuan perubahan struktur hati yang tidak hanya menyebabkan perubahan patofisiologi terbatas pada organ hati namun melibatkan juga perubahan sistem kardiovaskuler, hemodinamik, aliran portal dan sistem neurohumoral yang menimbulkan gangguan fungsi diastolik. Hubungan antara beratnya derajat disfungsi diastolik ventrikel kiri dan beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis yang dinilai melalui instrumen skor CTP pada penelitian tahun 2003 di Indonesia memberikan hasil negatif, sedangkan sejak tahun 2009 perkembangan teknologi ekokardiografi mengalami kemajuan sangat pesat terutama dalam evaluasi fungsi diastolik ventrikel kiri sehingga muncul kriteria pemeriksaan fungsi diastolik dan penentuan derajatnya di tahun 2009 oleh ASE-EAE. Banyaknya laporan penelitian terutama dari Spanyol dan Italia secara intens mengkonfirmasi adanya hubungan disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan derajat beratnya sirosis hati dan pengaruhnya pada morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini adalah studi potong lintang dengan subjek pasien sirosis hati oleh sebab apapun yang datang ke unit rawat jalan Hepatologi dan unit rawat inap Penyakit Dalam RSCM. Pengambilan sampel secara consecutive sampling hingga tercapai 96 subjek berusia 18 tahun hingga 60 tahun yang memenuhi kriteria penelitian. Proses pengambilan sampel dimulai di bulan November 2013 dan mencapai jumlah yang diinginkan di bulan Februari 2014. Validitas interna antar pemeriksa ekokardiografi diperiksa dengan tingkat kesesuaian Kappa dan uji beda rerata antara dua pemeriksa. Besarnya proporsi dan prevalensi disfungsi diastolik ventrikel kiri dihitung, lalu dinilai kekuatan korelasi antara beratnya derajat disfungsi hati pasien sirosis dengan beratnya derajat disfungsi diastolik ventrikel kiri dengan uji korelasi Spearman karena sebaran data tidak normal Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 173 walaupun sudah dilakukan transformasi data. Delapan parameter disfungsi diastolik menurut kriteria ASE-EAE 2009 dalam skala numerik dinilaiberhubungan antara beratnya derajat abnormalitas dengan beratnya derajat skor numerik CTP dengan uji multivariat regresi linier. Pada penelitian ini diperoleh 61 laki-laki ( 63,5% ) dan 35 perempuan ( 36,5% ) penderita sirosis hati. Penyebab sirosis hati secara berurutan adalah hepatitis B kronik 55 orang ( 57,3% ), hepatitis C kronik 25 orang ( 26% ), perlemakan hati non alkoholik 9 orang ( 9,4% ), sirosis bilier 2 orang ( 2,1% ), 5 orang tak diketahui penyebabnya ( 5,2% ). Proporsi CTP A 48 orang ( 50% ), CTP B 33 orang ( 34,3% ), CTP C 15 orang ( 15,7% ). Penilaian geometri ventrikel kiri diperoleh hipertrofi konsentrik sebanyak 64,58%, hipertrofi eksentrik 29,17% dan remodelling konsentrik 4,17%. Pola parameter disfungsi diastolik yang terlihat khas dinamikanya pada setiap kategori CTP adalah Ar-A, indeks volume atrium kiri, rerata E/e’ lateral dan septal yang meningkat sejalan dengan bertambahnya skor CTP, sebaliknya pada waktu deselerasi dan lateral e’ menurun sejalan dengan beratnya skor CTP. Semua parameter fungsi diastolik menunjukkan abnormalitas pada CTP B 8-10. Proporsi disfungsi diastolik menurut pendekatan konvensional sebesar 68,8% sedangkan menurut kriteria ASE-EAE 2009 34,4% dengan 21,9% masuk dalam kriteria fungsi diastolik normal namun indeks volume atrium kiri ≥ 34 mililiter / meter2 ( dimensi volume dan ukuran meningkat ). Proporsi disfungsi diastolik semakin bertambah baik jumlah maupun berat derajatnya dengan beratnya skor CTP. Terdapatkorelasi positif dengan nilai rho untuk beratnya derajat disfungsi diastolik pendekatan konvensional dengan beratnya skor CTP ordinal dan numerik secara berurutan 0,47 dan 0,54, sedangkan kekuatan korelasi antara beratnya derajat disfungsi diastolik kriteria ASE-EAE 2009 dengan beratnya skor CTP ordinal dan numerik secara berurutan 0,44 dan 0,42. Apabila penderita diabetes dan pengguna spironolakton dieksklusi dalam penelitian ini maka korelasi beratnya derajat abnormalitas kriteria disfungsi diastolik pendekatan konvensional maupun ASE-EAE 2009 dengan beratnya derajat disfungsi hati melalui skor numerik CTP semakin kuat ( r = 0,63 dan 0,51 ) . Analisis multivariat regresi linier pada 8 parameter evaluasi fungsi diastolik yang Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 174 paling berhubungan dengan derajat beratnya sirosis hati adalah lateral e’ (p= 0,026, arah hubungan negatif, makin tinggi derajat CTP sirosis makin rendah nilai lateral e’), indeks volume atrium kiri ( p= 0,005) dan Ar-A ( p=0,004 ). Hasil diagram plot ketiganya menunjukkan arah hubungan positif linier. Ketiga parameter tersebut menggambarkan kekakuan dinding miokard ventrikel kiri beserta tekanan pengisian diastolik intraventrikel kiri, perubahan kronis dimensi ruang beserta volume atrium kiri dalam menghadapi tekanan pengisian diastolik ventrikel kiri dan regurgitan vena pulmonalis saat fase akhir diastolik dalam menghadapi tekanan intra atrium kiri pada pasien sirosis hati. Diperlukan penelitian lanjutan tentang progresi disfungsi diastolik sejalan dengan progresi disfungsi hati pada penderita sirosis hati terutama pada sub populasi penelitian yang dikategorikan sebagai fungsi diastolik normal dengan indeks volume atrium kiri ≥ 34 mililiter / meter2. Deteksi dini difungsi diastolik dapat dimulai pada pasien sirosis hati dengan CTP B 8. Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 175 SUMMARY Left ventricular diastolic dysfunction is a disorder both functionally and anatomically due to pressure gradient conversion between left ventricular and atrial chambers. This pathologically alternation causes particular patterns in transmitral Doppler, tissue Doppler mitral annular velocity, pulsed Doppler pulmonary venous flow and at the level of visual morphology can be measured incremental changes in left atrial volume index, left atrial and left ventricular remodelling. Liver cirrhosis is an entity that not only limited to its organ pathophysiology but affects drastically on the other systems such as cardiovasular, neurohumoral and portal system and in due time will degrade left ventricular diastolic function . Correlation between severity of left ventricular diastolic dysfunction and severity of CTP score representing liver dysfunction in cirrhotic had been studied in Indonesia in 2003 with negative results. Accumulation and development of body of evidence had been showing that there is correlation between left ventricular diastolic dysfunction and severity of liver disease particulary reports from Italy and Spain that acknowledged their relation. Meanwhile, Doppler technology and vast research in the field of diastology had culminated in revision of diastolic dysfunction criterion according to ASE-EAE 2009. There is progression also to classify diastolic dysfunction as a pre left ventricular heart failure with preserved ejection fraction besides reports that acknowledeged the roles of diastolic dysfunction to morbidity and mortality in cirrhotic patients. This cross sectional study involving 96 cirrhotic patients due to any cause that admitted to ambulatory unit of Hepatology and Internal Medicine wards of Cipto Mangunkusumo Hospital. Consecutive sampling was applied until targeted sample size was achieved: 96 subjects of 18-60 year old that fulfilling the criterion. Sampling was started at November 2013 and completed in Februari 2014. Internal validity between 2 echocardiographers was validated with Kappa level of agremeent and test for mean difference. Proportion and prevalence were extracted based on collected data, measure of correlation to find rank correlation between severity of CTP score and stage of left ventricular diastolic dysfunction Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 176 was elaborated with Spearman calculation due to abnormal distribution even the data was transformed. 8 parameters of numerical diastolic evaluation were analyzed with multivariate linear regression to evaluate their linearity with numerical severity of liver cirhrrosis through CTP score. This study reports 61 males ( 63,5% ) dan 35 females( 36,5% ) severed from cirrhotic patients. Causes of cirrhotic consecutively are chronic hepatitis B 55 patients ( 57,3% ), chronic hepatitis C 25 patients ( 26% ), non alcoholic steatohepatitis 9 patients ( 9,4% ), bliliary cirrhosis 2 patients ( 2,1% ), 5 people wasof unknown cause ( 5,2% ). Proportions of CTP A are 48 people ( 50% ), CTP B 33 people ( 34,3% ), CTP C 15 people ( 15,7% ). Left ventricular geometry patterns found in this study are concentric hypertrophy 68,58%, eccentric hypertrophy 29,17% and concentric remodelling 4,17%. Particular patterns of diastolic function parameters are Ar-A, left atrium volume index, E/e’ laterale and septale averages that show uphill curves according to the severity of CTP score, laterale e’ indices inversely show downhill curves. All parameter showed increasing abnormality on CTP B 8-10. Conventional approach of diastolic evaluation results in 68,8% of diastolic dysfunction among this population but ASE-EAE 2009 results in halve of the conventional prevalence 34,4% with 21,9% has normal diastolic function with left atrium volume index ≥ 34 mililiter / meter2. Diastolic dysfunction is increasing in numbers and severity in paralel withseverity of CTP. Measure of rho correlation for conventional diastolic evaluation toward ordinally CTP is 0,47 but for ASE-EAE 2009 is 0,44. Measure of correlation of rho for conventional diastolic evaluation toward numerical CTP results in positive correlation of r 0,540 and for ASE-EAE 2009 is 0,424. Exclusion for diabetes and spironolactone users subjects result in stronger r correlation for both conventional and ASE-EAE 2009 (0,63 and 0,51 consecutively ). Multivariate linear regression for 8 parameters diastolic function resulted in a degree of signficance relationships among parameters toward numeric CTP score, values are lined consecutively according to signficance of p e’laterale (p= 0,026, negative relationship), left atrial volume index (p= 0,005) and Ar-A ( p=0,004 ). Those 3 parameters represents left ventricular myocard stiffness with elevated diastolic intraventricular filling Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 177 pressure , chronic remodelling involved chambers dimension and volume of the left atrium in opposing elevated filling pressure in the left ventricular chamber, velocity of regurgitant flow in the pulmonary veins due to increasing interatrial diastolic pressure. Scatter plotted diagram shows positive linearity. Further study is needed to evaluate diastolic dysfunction progression with deteriorating liver dysfunction in liver cirrhosis primarily in subpopulation categorized as normal diastolic function with left atrial volume index ≥ 34 2 mililiter / meter but unable to meet criteria for further assesment in grading of diastolic dysfunction according to ASE-EAE 2009. Early detection of diastolic dysfunction can be started at least in CTP B 8 in liver cirrhotic patients. Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 Universitas Indonesia 178 DAFTAR PUSTAKA 1. Schuppan D, Afdhal NH. Liver cirrhosis. Lancet. 2008;371:838 2. El-Serag HB, Mason AC. Risk factors for the rising rates of primary liver cancer in the United States. Arch Int Med.2000;160(21):3227-30. 3. Befeler AS, Di Bisceglie AM, Hepatocellular carcinoma: diagnosis and treatment. Gastroenterology. 2002;122(6):1609-19. 4. Kusumobroto HO. Sirosis hati. In: Sulaiman HA, Akbar HN, Lesmana LA, Noer HMS, editors. Buku ajar penyakit hati. Jakarta: Jayabadi; 2007. p. 335. 5. Amirudin R. Fibrosis hati. In: Sulaiman HA, Akbar HN, Lesmana LA, Noer HMS, editors. Buku ajar penyakit hati. Jakarta: Jayabadi; 2007. p. 329. 6. Lozano R, Naghavi M, Foreman K, Lim S, Shibuya K, Aboyans V et al. Global and regional mortality from 235 causes of death for 20 age groups in 1990 and 2010: a systematic analysis for the Global Burden Disease Study 2010. Lancet 2012;380:2095-128. 7. Fattovich G, Giustina G, Degos F, Tremolada F, Diodati G, Almasio P et al. Morbidity and mortality in compensated cirrhosis type C: a retrospective follow-up study of 384 patients. Gastroenterology. 1997;112(2):463-72. 8. Milani A, Zaccaria R, Bombardieri G, Gasbarrini A, Pola P. Cirrhotic cardiomyopathy. Digestive Liver Dis 2007;39:507-15. 9. Alqahtani SA, Fouad TR, Le SS. Cirrhotic cardiomyopathy. Semin Liver Dis 2008;28:59-69. 10. Moller S, Henriksen H. Cardiovascular complications of cirrhosis. Postgrad Med J 2009;85:44-54. 11. Nazar A, Guevara M, Sitges M, Terra C, Sola E, Guigou C et al. Left ventricular function assesed by echocardiographic in cirrhosis:relationship to systemic haemodynamics and renal function. J Hepatol. 2013;58:51-7. 12. Ruiz-del-Arbor L, Achecar L, Serradilla R, Rodriguez-Gandia MA, Rivero M, Garrido E et al. Diastolic dysfunction is a predictor of poor outcomes Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 179 in patients with cirrhosis, portal hypertension and a normal creatinine. Hepatol 2013;58: 1732-1740. 13. Barghini V, Marzano L, Bonasia V, Cappelo D, Carnelutti A, DeLuca L et al. Tissue Doppler imaging analysis improves the sensibility and specifity in the diagnosis of diastolic dysfunction in cirrhotic cardiomyopathy. J Hepatol 2012; 56: S225-388 14. Cazzaniga M, Salerno F, Pagnozzi G, Dionigi E, Visentin S, Cirello I, et al. Diastolic dysfunction is associated with poor survival in patients with cirrhosis with transjugular intrahepatic portosystemic shunt. Gut.2007;56: 869–875. 15. Ribeiro H, Presa J, Margato R, Carvalho S, Ferreira C, Mateus P. Prevalence of diastolic dysfunction and other supportive criteria of cirrhotic cardiomyopathy. J Hepatol.2010;52:S82-3. 16. Sampaio F, Pimenta J, Bettencourt N, Fontes-Carvalho R, Silva AP, Valente J. Systolic dysfunction and diastolic dysfunction do not influence medium term prognosis in patients with cirrhosis. Europ J Int Med. 2014; 25: 241-6. 17. Dadhich S, Goswami A, Kumar Jain V, Gahlot A, Kulamarva G, Bhargava N. Cardiac dysfunction in cirrhotic portal hypertension with or without ascites. Ann Gastroenterol 2014;27:1-6. 18. Lang G, Banerjee S, Van Ha T, Reau N, Jensen D. Diastolic dysfuncyion predicts mortality after transjugular intrahepatic portosystemic shunts ( TIPS ) creation. J Hepatol 2011;54:S73. 19. Papastergiou V, Skorda L, Lisgos P, Papakonstantinou N, Glakoumakis T, Ntousikos K et al. Ultrasonographic prevalence and factors predicting left ventricular diastolic dysfunction in patients with liver cirrhosis:is there a correlation between the grade of diastolic dysfunction and the grade of liver disease ? Sci World J. 2012;1:4-7. 20. Salari A, Shafaghi A, Ofoghi M, Saedinia A, Mansour-Ghanael F. Diastolic dysfunction and severity of cirrhosis in non alcoholic cirrhotic patients. Int J Hepatol 2013;1:1-6. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 180 21. Wibowo A. Disfungsi ventrikel kiri pada penderita sirosis hati non alkoholik ( dissertation ).Jakarta: Program Studi Ilmu Penyakit Dalam Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2003. 22. Maeder MT, Kaye DM. Heart failure with normal left ventricular ejection fraction. J Am Coll Cardiol. 2009;53:905-18. 23. Zile MR, Baicu CF, Gaasch WH. Diastolic heart failure-abnormalities in active relaxation and passive stiffness of the left ventricle. N Engl J Med 2004;350:1953-9. 24. Kowalski HJ, Abelmann WH. J Clin Invest 1953;32:1025-33. 25. Zardi EM, Abbate A, Zardi DM, Dobrina A, Margiotta D, Tassel BW et al. Cirrhotic cardiomyopathy. J Am Coll Cardiol.2010;56:539-49. 26. Pozzi M, Carugo S, Boarl G, Pecci V, de Caglia S, Maggiollini S et al. Evidence and functional structural cardiac abnormalities in cirrhotic patients with end and without ascites. Hepatol.1997;26:1131-7. 27. Shah VH, Kamath PS. Portal hypertension and gastrointestinal bleeding. In: Feldman M, Feldman LS, Brandt LJ, editors. Gastrointestinal and liver disease: pathophysiology, diagnosis, management. 9th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders 2010. p 1489-95. 28. Roll FJ, Friedman SL. Role of sinusoidal endothelial cells, hepatic stellate cells, Kupffer cells and pit cells in the liver. In: Kaplowitz N, editor. Liver and biliary disease. 2nd edition. Baltimore: Williams and Wilkins 1996.p 347 29. Borroughs AK. The hepatic artery, portal venous system and portal hypertension: the hepatic veins and liver in circulatory failure. In: Dooley JS, Lok ASF, Burroughs AK, Heathcote EJ , editors. Sherlock’s diseases of the liver and biliary system. 12th edition. London: Wiley Blackwell; 2011. p 156-7. 30. Wong F. Cirrhotic cardiomyopathy. Hepatol Int.2009;3:294-304. 31. Maeder MT, Kaye DM. Heart failure with normal left ventricular ejection fraction. J Am Coll Cardiol. 2009;53:905-18. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 181 32. Zile MR, Baicu CF, Gaasch WH. Diastolic heart failure-abnormalities in active relaxation and passive stiffness of the left ventricle. N Engl J Med 2004;350:1953-9. 33. Child CG, Turcotte JG. The liver and portal hypertension. Maj Probl Clin Surg.1964;1:1-85 34. History of Surgical Innovation at Michigan. Department of Surgery at the University of Michigan [updated 2013 january 10;cited 2014 May 17]. Available from: http://surgery.med.umich.edu/portal/about/surgical_innovations/history.sht ml/. 35. Pugh RNH, Murray-Lyon IM, Dawson JL, Pietroni MC, Williams R. Transection of the oesophagus for bleeding oesophageal varices.Br J Surg 1973; 60 (8): 646-649. 36. Durand F,Valla D. Assesment of the prognosis of liver cirrhosis: ChildPugh versus MELD. J Hepatol. 2005; 42: S100-107. 37. Cholongitas E, Papatheodoridis GV, Vangeli M, Terreni N, Patch D, Burroughs AK. Systematic review: the model for end stage liver disease should it replace Child Pugh classification for assesing prognosis in cirrhosis ? Alliment Pharmacol Ther.2005;22: 1079-89. 38. Papatheodoridis GV, Cholongitas E, Dimitriadou E, Touloumi G, Sevastianos V, Archimandritis AJ. MELD vs Child Pugh score in predicting survival in patients with decompensated cirrhosis. World J Gastroenterol.2005;11(20):3099-104. 39. Firmansyah HI. Interval-QTc memanjang pada pasien sirosis hati di poliklinik hepatologi RSCM: prevalensi dan hubungannya dengan derajat disfungsi hati ( dissertation). Jakarta: Program Studi Ilmu Penyakit Dalam Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2003. 40. Koswandi A, Djumhana A, Hidayat S, Girawan D, Begawan Bestari M, Roslia Saketi J. Hubungan antara beratnya sirosis dan kejadian kardiomiopati di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. In: Waleleng BJ, Tendean NW, Haroen H, editors. Buku Abstrak Kongres Nasional XVI Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 182 PGI-PEGI Pekan Ilmiah Nasional XX PPHI; 2013 Aug 22-24; Manado, Sulawesi Utara. Manado: Penerbit Andi; 2013. p 197-8. 41. Irnius A, Grabauskiene V, Liakina V, Brasiskiene S. Prediction of cardiac dysfunction in cirrhotic patient using standard echocardiography and colour Doppler myocardial imaging. J Hepatol.2007;44:S81-S82. 42. Opie LH. Mechanism of cardiac contraction and relaxation. In: Braunwald E, Zipes DP, Libby P, editors. Braunwald’s heart disease.7th ed. Philadelphia: Elsevier Sunders;2005. p 474-5. 43. Jung H, Lilly LS. The cardiac cycle: mechanisms of heart sounds and murmurs. In: Lilly LS, editors. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins;2011.p 28-9. 44. Carroll JD, Hess OM. Assesment of normal and abnormal cardiac function. In: Braunwald E, Zipes DP, Libby P, editors. Braunwald’s heart disease.7th ed. Philadelphia: Elsevier Sunders;2005. p 491-9. 45. LeWinter MM, Osol G. Normal physiology of the cardiovascular system. In: Fuster V, Wayne A, O’Rourke R, editors. Hurst’s the heart. 10th ed. New York: McGraw Hill, 2001. p 63-4. 46. Otto CM. Ventricular diastolic filling and function. In: Otto CM, editor. Textbook of clinical echocardiography. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2004. p 166-7. 47. Oemar H. Diastologi. In: Oemar H, editor. Textbook of echocardiography interpretasi dan diagnosis klinis. Jakarta: Yayasan Mencerdaskan Bangsa; 2005. p 193. 48. Dougherty AH, Naccarelli GV, Gray EI, Hicks CH, Goldstein RA. Congestive heart failure with normal systolic function. Am J Cardiol.1984;778-82. 49. Oh JK, Seward JB, Tajik AJ. Assesment of diastolic function and diastolic heart failure. In: Oh JK, Seward JB, Tajik AJ. The echo manual.3rd ed. Philadelphia: Lippincott Willliams & Wilkins, 2006. p 122. 50. Nagueh SF, Appleton CP, Gillebert T, Marino PN, Oh JK, Smiseth OA et al. Recommendations for the evaluation of left ventricular diastolic Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 183 function by the echocardiography. Eur J Echocardiograph. 2009;10:16593. 51. Zile MR, Brutsaert DL. New concepts in diastolic dysfunction and diastolic heart failure: part 1. Circulation.2002;105:1387-93. 52. Maeder MT, Kaye DM. Heart failure with normal left ventricular ejection fraction. J Am Coll Cardiol.2009;53: 906. 53. Aurigemma GP, Gaasch WH. Diastolic heart failure. N Engl J Med 2004;351:1097-105. 54. Paulus JW, Tschope C, Sanderson JE, Rusconi C, Flachskampf FA, Rademakers FE et al. How to diagnose diastolic heart failure: a concensus statement on the diagnosis of heart failure with normal left ventricular ejection fraction by the Heart Failure and Echocardiography Associations of the European Society of Cardiology. Europ Heart J.2007;28:2539-50. 55. Colucci WS, Braunwald E. Pathophysiology of heart failure. In: Braunwald E, Zipes DP, Libby P, editors. Braunwald’s heart disease.7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders;2005. p 524-5. 56. Villars PS, Hamlin SK, Shaw AD, Kanusky JT.Role of diastole in left ventricular function I: biochemical and biomechanical events. Am J Crit Care.2004;13:394-405. 57. Nishimura RA, Tajik J. Evaluation of diastolic filling of left ventricle in health and disease: Doppler echocardiography is the clinician’s Rosetta stone. J Am Coll Cardiol.1997;30:8-18. 58. Kass DA, Bronzwaer JGF, Paulus WJ. What mechanisms underlie diastolic dysfunction in heart failure ? Circ Res.2004;1533-42. 59. Klein L, Asher C. Diseases of the pericardium, restrictive cardiomyopathy and diastolic dysfunction. In: Topol EJ, Califf RM, Isner JM, editors. Textbook of cardiovascular medicine.2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2002.p 597-601. 60. Hutchison S. Principles of echocardiography and intracardiac echocardiography. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012. 61. Oh KJ, Seward JB, Tajik JA. Assesment of diastolic function. In: The echo manual. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Raven;1999.p 55. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 184 62. Desai MY, Klein echocardiography. In: AL. Aassesment Otto C, of diastolic editor.The function practice of by clinical rd echocardiography 3 edition. Philadelphia: Elsevier Saunders 2007. p 242. 63. Armstrong WF, Ryan TR. Feigenbaums’s echocardiography 7th edition. Philadelphia Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins 2010;p 16375. 64. Yang YY, Lin HC. The heart: pathophysiology and clinical implications of cirrhotic cardiomyopathy. J Chin Med Assoc.2012;75:619-23. 65. Gumucio JJ, Berkowitz CM, Webster ST, Thornton AJ. Structural and functional organization of the liver. In: Kaplowitz N, editor. Liver and biliary disease. 2nd ed. Baltimore: Williams and Wilkins;1996.p 3-47. 66. Pinzani M, Vitzzutti F. Anatomy and vascular biology of the cells in the portal circulation. In: Sanyal AJ, Shah V, editors. Portal hypertesion pathobiology, evaluation and treatment. New Jersey: Humana Press;2005.p:23-6. 67. McCuskey RS. Anatomy of the liver. In: Boyer TD, Wright TL, Manns MP, Zakim D, editors. Zakim and Boyer’s hepatology textbook of liver disease. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;2006.p:13-7. 68. Sherlock S, Dooley J. The portal venous system and portal hypertension. Sherlock S, Dooley J, editors. Diseases of the liver and biliary system. 11th ed. Oxford: Blackwell Science;2002.p:365-9. 69. Rockey DC. Cell and molecular mechanisms of increased intrahepatic resistance and hemodynamic correlates. In: Sanyal AJ, Shah V, editors. Portal hypertension pathobiology, evaluation and treatment. New Jersey: Humana Press;2005.p:37-45. 70. Groszman RJ, Jensen JE. Pathophysiology of portal hypertension. Dalam: Kaplowitz N, editor. Liver and biliary disease. 2nd ed. Baltimore: Williams and Wilkins;1996.p 551-8. 71. Moreau R, Lebrec D. Molecular mechanisms of systemic vasodilation and hyperdynamic circulatory state of cirrhosis. In: Sanyal AJ, Shah V, editors. Portal hypertension pathobiology, evaluation and treatment. New Jersey: Humana Press; 2005.p:51-9. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 185 72. Moller S, Henriksen JH. Cardiopulmonary complications in chronic liver disease. Worl J Gastroenterol . 2006;12:526-38. 73. Liu HQ, Gaskari SA, Lee SS. Cardiac and vascular changes in cirrhosis: pathogenic mechanisms. World J Gastroenterol.2006;12:837-42. 74. Ruiz-del-Arbor L, Urman J, Fernandez J, Gonzalez M, Navasa M, Monescillo A. Systemic, renal and hepatic hemodynamic derangement in cirrhotic patients with spontaneous bacterial peritonitis. Hepatol.2003;38:1210-8. 75. Treiber G, Csepregi A, Malfertheiner P. The pathophysiology of portal hypertension. Dig Dis.2005;12:6-10. 76. Bosch J, Abraldes JG, Fernandez M, Garcia-Pagan JC. Hepatic endothelial dysfunction and abnormal angiogenesis:new targets in the treatment of portal hypertension. J Hepatol.2010;53:558-67. 77. Dumcke CW, Moller S. Autonomic dysfunction in cirrhosis and portal hypertension. Scand J Clin Lab Investig 2008;68:437-47. 78. Gaskari SA, Hooman H, Lee SS. Therapy insight cirhhotic cardiomyopathy. Nature.2006;3:329-35. 79. Ma Z, Lee SS. Cirrhotic cardiomyopathy: getting to the heart of the matter. Hepatol.1996;24:451-7. 80. Wong F, Liu P, Lilly L, Bomzon A, Brendis L. Role of cardiac structural and functional abnormalities in the pathogenesis of hyperdynamic circulation and renal sodium retention in cirrhosis. Clin Sci.1999;97:256-7. 81. Finucci G, Desideri A, Sacerdoti D, Bolognesi M, Merkel C, Angeli P et al. Left ventricular diastolic function in liver cirrhosis. Scand J Gastroenterol.1996;31:279-84. 82. Torregrosa M, Aguade S, Dos L, Segure R, Gonzalez A, Evangelista A et al. Cardiac alterations in cirrhosis: reversibility after liver transplantation. J Hepatol.2005;42:68-74. 83. Huonker M, Schumacher YO, Ochs A, Sorichter S, Keul J, Rossie M. Cardiac function and haemodynamic in alcoholic cirrhosis and effects of the transjugular intrahepatic portosystemic stent shunts. Gut.1999;44:7438. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 186 84. Cazzaniga M, Salerno F, Pagnozzi G, Dionigi E, Visentin S, Cirello I et al. Diastolic dysfunction is associated with poor survival in patients with cirrhosis with transjugular intrahepatic portosystemic shunt. Gut.1999;44:743-8. 85. Rabie R, Cazzaniga M, Salermo F, Wong F. The use of E/A ratio as a predictor of outcome in cirrhotic patients treated with transjugular intrahepatic portosystemic shunts. Am J Gastroenterol.2009;104:2458-65. 86. Cazzaniga M, Pagnozzi G, Visentin S, Nicolini A, Meregalgia D, Carminati A. Diastolic dysfunction predicts survival in cirrhotic patients undergoing TIPS. J Hepatol 2003;39:S54-S55. 87. Ratti L, Redaelli E, Guidi C, Redaelli E, Milanese M, Pozzi M. Time course of diastolic dysfunction in chronic HCV infection. J Hepatol.2004;40:S85-S86. 88. A Nazar, Sitges M, Guevara M, Terra C, Marinelli M, Villa F. Cardiomyopathy in patients with cirrhosis: frequency, characteristics and relationship with circulatory dysfunction and prognosis. J Hepatol.2005;42:S85-S86. 89. Cazzaniga M, Salerno F, Pagnozzi G, Dionigi E, Visentin S, Cirello I, et al. Diastolic dysfunction is associated with poor survival in patients with cirrhosis with transjugular intrahepatic portosystemic shunt. Gut.2007;56: 869–875. 90. Ibrahim A, Ahmed W, L Saba, Hassanein T, DeMaria AN. Diastolic dysfunction in cirrhosis: does it really exist? Circulation.2009;120:S356S357. 91. Ribeiro H, Presa J, Margato R, Carvalho S, Ferreira C, Mateus P. Prevalence of diastolic dysfunction and other supportive criteria of cirrhotic cardiomyopathy. J Hepatol.2010;52:S82-S83. 92. Holt EW, Woo G, Trilesskaya M, Haeusslein EA, Shaw RE, Frederick RT. Diastolic dysfunction defined by E/A ratio <1 on 2D echo is an independent predictor of liver transplantation or death in patients with cirrhosis. J Hepatol.2011;54:S245-S246. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 187 93. Sola E, Nazar A, Sitges M, Guevara M, Guigou C, Poyatos S. Cirrhotic cardiomyopathy:abnormal ventricullar filling or actual myocardial dysfunction ?J Hepatol.2011; 54:S81-82. 94. Achecar L, Gonzalez Tallon A, Mesonero F, Perez Lasala J, Tejedor M, Serradilla R. Cirrhotic cardiomyopathy manifested by left ventricular diastolic dysfunction is a risk factor in the development of hepatorenal syndrome and lower survival. J Hepatol.2011;54:S50-S51. 95. Shaikh S, Abra M, Qazi I, Yousfani A. Frequency of cirrhotic cardiomyopathy in patients with cirrhosis of liver:a tertiary care hospital experience. Pak J Med Sci.2011;27:744-8. 96. Papastergiou V, Skorda L, Lisgos P, Papakonstantinou N, Glakoumakis T, Ntousikos K et al. Ultrasonographic prevalence and factors predicting left ventricular diastolic dysfunction in patients with liver cirrhosis:is there a correlation between the grade of diastolic dysfunction and the grade of liver disease ? Sci World J. 2012. doi 10.1100/2012/615057. 97. Komarov H, Dabah S, Naser G, Marmor A, Assy N. Nonalcoholic fatty liver disease is associated with impaired left ventricular diastolic dysfunction and increassed mediastinal fat. J Hepatol 2013;58:S409. 98. Zaidi YA, Ali B, Salim A, Adil M, Alam A, Butt AK, Malik K et al.Cirrhotic cardiomyopathy manifested by left ventricular diastolic dysfunction a risk factor in the development of hepatorenal syndrome. J Hepatol.2014;60:S361. 99. Huo TI, Lin HC, Lee SD. Model for end stage liver disease and organ allocation in liver transplantation: where are we and where should we go ? J Chin Med Assoc 2006;69 (5): 193-8. 100. Fernandez-Esparrach G, Sanchez-Fueyo A, Gines P, Uriz J, Quinto L, Ventura PJ et al. A prognostic model for predictiong survival in cirrhosis with ascites. J Hepatol 2001;34:46-52. 101. Kirti S, Rybicki L, Carey WD. The Child Pugh classification as a prognostic indicator for survival in primary sclerosing cholangitis. Hepatol.1997;25:1049-53. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 188 102. US Department of Health and Human Services Food and Drug Administration. Guidance for industry: pharmacokinetic in patients with impaired function: study design, data analysis and impact on dosing and labeling. May 2003.p 4. 103. Kamath PS. When to consider liver transplantation: assesment of prognosis in subjects with cirrhosis. In Keeping the patient with end stage cirrhosis alive. Postgraduate course American association for the study of liver diseases.2009 October 30-31. Boston. p 3. 104. Cholongitas E, Papatheodoridis GV, Vangeli M, Terreni N, Patch D, Burroughs AK. Systematic review: the model for end stage liver disease should it replace Child Pugh classification for assesing prognosis in cirrhosis ? Alliment Pharmacol Ther.2005;22: 1079-89. 105. Fogarty PF. Disorders of hemoastasis : coagulation. In: Rodgers G, Young N editors. The Bethesda handbook of clinical hematology.2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2010. p 267. 106. Practical haemostasis.com [ internet ]. Cambridge: Addenbrooke’s Hospital Cambridge [ updated 2013 May 3; cited 2014 Jul 6 ].Available from: http://www. Practical-haemostasis.com/. 107. Lisman T, Porte RJ. Understanding and managing the coagulopathy of liver disease. In: Kitchens CS, Kessler CM, Konkle BA editors. The Consultative hemostasis and thrombosis. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier Saunders;2013. p 689-90. 108. Robert A, Chazouilleres O. Prothrombin time in liver failure: time, ratio, activity, percentage or international normalized ratio ?. Hepatol.1996;24:1392-1394. 109. Kamath PS, Wiesner RH, Malinchoc M, Kremers W, Therneu T, Kosnberg CL, et al. A model to predict poor survival in patients undergoing transjugular intrahepatic portosystemic shunts. Hepatol.2001;33:464-70. 110. Pratt DS. Liver chemistry and function test. In: Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ, editors. Sleisenger and Fordtran’s gastrointestinal and liver disease. 9th ed. Philadelphia: Elsevier saunders; 2010.p 1234. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 189 111. Rahimi-Dehkordi N, Nourijelyani K, Nasiri-Tousi N, Ghodssi- Ghassemabadi R, Azmoudeh-Ardalan F, Nedjat S. Model for end stage liver disease and Child Turcotte Pugh scores: ability to predict mortality and removal from liver transplantation waiting list due to poor condition. Arch Iran Med.2014;17 (2): 118-21. 112. Yu II, Abola L. Predicting prognosis among cirrhotic patients: Child Pugh versus APACHE III versus MELD scoring systems. Phil J Gastroenterol.2006;2:19-24. 113. Reuben A. Landmarks in hepatology child comes age. Hepatol.2002;35:244-5. 114. Wiesner RH, McDiarmid SV, Kamath PS, Edwards EB, Malinchoc M, Kremers WK, Krom RAF, Kim WR. MELD and PELD: application od survival models to liver allocation. Liver Transpl.2001; (7):567-580. 115. Papatheodoridis GV, Cholongitas E, Dimitriadou E, Touloumi G, Sevastianos V, Archimandritis AJ. MELD vs Child Pugh score in predicting survival in patients with decompensated cirrhosis. World J Gastroenterol.2005;11(20):3099-104. 116. Kaplan NM, Victor RG. Primary hypertension: natural history and evaluation. In: Kaplan’s clinical hypertension. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010.p 115-8. 117. Regitz-Zagrosek V, Lundqvist CB, Borghi C, Cifkova R, Ferreira R, Foidart JM et al. European Society of Cardiology guidelines in the management of cardiovascular diseases during pregnancy. Eur Heart J.2011;32:3152-3. 118. Kaplan NM, Victor RG. Treatment of hypertension. In: Kaplan’s clinical hypertension. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010.p 205-6. 119. Strom JA. Diabetic heart disease: insights from cardiac mechanics. J Am Soc Echocardiogr.2014;27 (5): 489-91. 120. Ratib S, Flemin KM, Crooks CJ, Aithal GP, West J. 1 and 5 year survival estimates for people with cirrhosis of the liver in England, 1998-2009: a large population study. J Hepatol.2014:282-9. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 190 121. D’Amico G, Garcia-Tsao G, Pagliaro L. Natural history and prognostic indicators of survival in cirrhosis: a systematic review of 118 studies. J Hepatol.2006;44:217-31. 122. Liaw YF, Chu CM. Hepatitis B infection. Lancet 2009;373:582-92 123. Fattovich G. Natural history of hepatitis B. J Hepatol.2003;39: S50-S58. 124. Nurdjanah S. Sirosis hati. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th edition. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 441. 125. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia. Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia. Indonesia 2012.p 1. 126. De BK, Majumdar D, Das D, Biswas PK, Mandal SK, Ray S et al. Cardiac dysfunction in portal hypertension among patients with cirrhosis and non cirrhotic portal fibrosis. J Hepatol 2003;39: 315-9. 127. Alter MJ. Epidemiology of hepatitis C virus infection. World J Gastroenterol.2007;13 (17):2436-41. 128. Ullah F, Khan S, Afridi AK, Rahman SU. Frequency of different causes of cirrhosis liver in local population. Gomal J Med Sci 2012;10:178-81. 129. Centers for Disease Control and Prevention. Recommendations for the identification of chronic hepatitis C virus infection among persons born during 1945-1965. MMWR Recomm Rep. Aug 17 2012;61:1-32. 130. Singal AK, Anand BS.Recent trends in the epidemiology of alcoholic liver disease.Clin Liver Dis.2013;2 (2):53-5. 131. Kanwal F, Hoang T, Kramer JR, Asch SM, Goetz MB, Zeringue A et al. Increasing prevalence of HCC and cirrhosis in patients with chronic hepatitis C infection. Gastroenterol.2011;140:1182-8. 132. Blachier M, leleu H, Peck-Radosavljevic M, Valla DC, Rhoudout-Toraval F. The burden of liver disease in Europe: a review af available epidemiological data. J Hepatol.2013;58: 593-4. 133. Ionnou G, Splan M, Weiss N, McDonald G, Beretta L, Lee S. Incidence and predictors of hepatocellular carcinoma in patients with cirrhosis. Clin Gastroenterol Hepatol.2007;5:938-45. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 191 134. Mangia A, Ripoli M. Insulin resistance, steatosis and hepatitis C virus. Hepatol Int 2013;7:S782-9. 135. Mehta SH, Brancati FL, Strathdee SA, Pankow JS, Netski D, Coresh D et al. Hepatitis C virus infection and incident type 2 diabetes. Hepatol.2003;38:50-56. 136. Hui JM, Sud A, Farrel GC, Bandara P, Byth K, Kench JG, McCaughan GW, George J. Insulin resistance is associated with chronic hepatitis C virus infection and fibrosis progression. Gastroenterology.2003;38:50-6. 137. Farrel GC, Chitturi S, Lau KK, Sollano JD.Guidelines for the assesment and management of non alcoholic fatty liver disease in the Asia-Pacific region: executive summary. J Gastroenterol Hepatol. 2007;22 (6): 775-7. 138. Henriksen JH, Gotze JP, Fugisang S, Christensen E, Bendtsen F, Moller S. Increased circulating pro-barain natriuretic peptide (BNP) in patients with cirrhosis: relation to cardiovascular dysfunction and severity of disease. Gut.2003;52:1511-7. 139. Kim MY, Suk KT, Baik SK, Kim HA, Kim YJ, Cha SH et al. Hepatic vein arrival time as assesed by contrast enhanced ultrasonography is useful for the assesment of portal hypertension in compensated cirrhosis. Hepatol. 2012;56:1053-62 140. Augustin S, Millan L, Gonzalez A, Martell M, Gelabert A, Segarra A et al. Detection of early portal hypertension with routine data and liver stiffness in patients with asymptomatic liver disease: a prospective study. J Hepatol. 2014;60:561-9. 141. Hou W, Sanyal A. Ascites: diagnosis and management. Med Clin N Am.2009;93:801-17. 142. Garcia-Tsao G. Ascites. In: Dooley JS, Lok ASF, Burroughs AK, Heathcote EJ , editors. Sherlock’s diseases of the liver and biliary system. 12th edition. London: Wiley Blackwell; 2011. p 210-3. 143. Moore CM, van Thiel DH. Cirrhotic ascites review: pathophysiology, diagnostic and management. World J Hepatol. 2013;5(5):251-63. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 192 144. Bajaj JS. Hepatic encephalopathy. In: Boyer TD, Manns MP, Sanyal AJ, editors.Zakim and Boyer’s Hepatology 6th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders 2012. p 270-5. 145. Maldonado-Garza HJ, Vazquez-Elizando G, Gaytan-Torres JO, FloresRendon AR, Cardenas-Sandoval MG, Bosques-Padilla FJ. Prevalence of minimal hepatic encephalopathy in cirrhotic patients. Ann Hepatol.2011;10 suppl 2:S40-S44. 146. Roy-Chowdury J, Roy-Chowdury M. Bilirubin metabolism and its disorders. In: Boyer TD, Manns MP, Sanyal AJ, editors.Zakim and Boyer’s Hepatology 6th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders 2012. p 1079-82. 147. Wagner M, Zollner G, Trauner M. New molecular insights into the mechanism of cholestasis. J Hepatol.2009;51:565-80. 148. Mukherjee S, Gollan JL. Assesment of liver function. In: Dooley JS, Lok ASF, Burroughs AK, Heathcote EJ , editor. Sherlock’s diseases of the liver and biliary system. 12th edition. London: Wiley Blackwell; 2011. p 20. 149. Vincent JL, Moreno R, Takala J, Willats S, De Mendica A, Bruining H et al. The SOFA ( Sepsis related Organ Failure Assesment ) score to describe organ dysfunction / failure. On behalf of the Working Group on Sepsis Related Problems of the European Society of Intensive Care Medicine. Intensive Care Med. 1996;22(7):707-10. 150. Lisman T, Caldwell SH, Burroughs AK, Northup PG, Senzolo M, Stravitz RT, Tripodi A et al (Coagulation in Liver Disease Study Group). Hemostasis and thrombosis in patients with liver disease: the ups and downs. J Hepatol.2010;53:362-71. 151. Saab S. Hematopoietic abnormalities and hemostasis. In: Boyer TD, Manns MP, Sanyal AJ, editors.Zakim and Boyer’s Hepatology 6th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders 2012. p 409. 152. Akbar N. Kelainan enzim pada penyakit hati. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th edition. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam 2006.p 425. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 193 153. Udell JA, Wang CS, Tinmouth J, Mark Fitzgerald J, Ayas NT, Simel DL et al. Does this patient with liver disease have cirrhosis ?. J Am Med Assoc .2012;307:832-42. 154. Pozzi M, Pizzala DP, Ratti L, Capra A, Milanese M, Amigoni M et al. Heart function and myocardial tissue characterization in patients with HCV related cirrhosis: diastolic dysfunction and cardiac hypertrophy. The Open Gastroenter J 2007;1:1-7. 155. Abd Al-Hammid ME, Badral GAA, Taha H, Abd-Alhamid Aladla A, Abd Al-Samad A, Sakr SA. Cirrhotic cardiomyopathy: an Egyptian view. The Egyptian J Hypert Cardiovasc Risk 2008;4:4-15. 156. Sampaio F, Pimenta J, Bettencourt N, Fontes-Carvalho R, Silva AP, Valente J et al. Left atrial function is impaired in cirrhosis: a speckle tracking echocardiographic study.Hepatol Int 2014; 8:146-53. 157. Lang RM, Bierig M, Devereux RB, Flachskampf FA, Foster E, Pelikka PA et al. Recommendation for chamber quantification: a report from the American Society of Echocardiography’s guidelines and standards committe and the chamber quantification writing group, developed in conjunction with the European Association of Echocardiography, a branch of European Association of Echocardiography. J Am Soc Echocardiography.2005;18:1440-63. 158. Luthra A. Systemic hypertension. In: Luthra A, editor. Echo made easy 2nd edition. New Delhi: Jaypee Brothers; 2007. p 120-4. 159. Inserte J, Perello A, Ruiz-Meana M, Schlutte KD, Escalona N, Graupera M et al. Left ventricular hypertrophy in rats with biliary cirrhosis. Hepatol.2003;38:589-98. 160. Lunseth JH, Olmstead EG, Forks J. A study of heart disease in 108 hospitalised patients dying with portal cirrhosis. Arch Intern Med.1958;102:405-13. 161. Heuer AJ, Gehl A, Puschel K, Sydow K, Lohse AW, Lilith S. High rate of cardiac abnormalities in a post mortem analysis of patients suffering form liver cirrhosis. J Hepatol 2011;54:S61. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 194 162. Ratti L, Guidi C, Rivera R, Wong F, Pozzi M. Disfuncion diastolica en la cirrosis hepatica. Gastroenterol Hepatol.2005;28:649-55. 163. Valeriano V, Funaro S, Lionetti R, Riggio O, Pulcinelli G, Fiore P et al. Modification of cardiac function in cirrhotic patients with and without ascites. Am J Gastroenterol 2000;95:3200-5. 164. Pozzi M, Pizzala DP, Ratti L, Guidi C, Milanese M, Fumagalli F et al. Heart tissue characterization in HCV cirrhosis: evidence of cardiac hypertrophy. Hepatol 2007;7; S122 165. Aurigemma GP, Gassch W. Quantitative evaluation of left ventricular structure, wall stress and systolic function. In: Otto C, editor.The practice of clinical echocardiography 3rd edition. Philadelphia: Elsevier Saunders 2007. p 193-5. 166. Oemar H. Jantung hipertensi. In: Oemar H, editor. Textbook of echocardiography interpretasi dan diagnosis klinis. Jakarta: Yayasan Mencerdaskan Bangsa; 2005. p 179-181. 167. Chaterjee NA, Fifer MA. Heart failure. Dalam: Lilly LE, editor.Pathophysiology of heart disease. Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins 2005. p 228-31. 168. La Villa G, Barletta G, Romanelli RG, Laffi G, Del Bene R, Vizzutti F et al. Cardiovascular effects of canrenone in patients with preascitic cirrhosis. Hepatol 2002; 35: 1441-8. 169. Pozzi M, Grassi G, Ratii L, Favini G, Dell’Oro R, Redaelli E et al. Cardiac, neuroadrenergic and portal hemodynamic effects of prolonged aldosterone blockade in postviral Child A cirrhosis. Am J Gastroenterol 2005;100:1110-6. 170. Tandon P, Abraldes A, Berzigotti A, Garcia-Pagan JC, Bosch J. Renin angiotensin aldosteron inhibitors for the reduction of portal pressure: a meta analysis and systematic review. J Hepatol.2010;52:S85. 171. Barghini V, Marzano L, Bonasia V, Cappelo D, Carnelutti A, DeLuca L et al. Tissue Doppler imaging analysis improves the sensibility and specifity in the diagnosis of diastolic dysfunction in cirrhotic cardiomyopathy. J Hepatol 2012; 56: S225-388. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 195 172. Abhayaratna WP, Seward JB, Appleton CP, Douglas PS, Oh JK, Tajik AJ, Tsang TSM. Left atrial size physiology determinants and clinical applications. J Am Coll Cadiol 2006;47:2357-63. 173. Wong F, Siu S, Liu P, Blendis LM. Brain natriuretic peptide: is it a predictor of cardiomyopathy in cirrhosis ?. Clin Sci 2001;101:621-8. 174. Wong F, Liu P, Lilly L, Bomzon A, Blendis L. Role of cardiac structural and functional abnormalities in the pathogenesis of hyperdynamic circulation and renal sodium retention in cirrhosis. Clin Sci. 1999;97: 25667. 175. Nagueh S, Middleton JK, Kopelen HA, Zoghbi WA, Quinones MA. Doppler tissue imaging: a non invasive technique for evaluation of left ventricular relaxation and estimation of filling pressure. J Am Coll Cardiol. 1997;30: 1527-33. 176. Nazar A, Sitges M, Guevara M, Terra C, Marinelli M, Villa F et al. Cardiomyopathy in patients with cirrhosis: frequency, characteristics and relationship with circulatory dysfunction and prognosis. J Hepatol.2009;50:S85-S86. 177. Cholongitas E, Goulis J, Ekklisiarchos D, Birtsou C, Nakaouti T, Chalevas P et al. Cardiac diastolic dysfunction is associated with impaired natriuresis in patients with decompensated cirrhosis and ascites. J Hepatol.2013;58:S420. 178. Rivas-Gotz C, Manolios M, Thohan V, Nagueh SF. Impact of left ventricular ejection fraction on estimation of left ventricular filling pressures using tissue Doppler and flow propagation velocity. Am J Cardiol 2003;91:780-4. 179. Kasner M, Westermann D, Steendijk P, Gaub R, Wilkenshoff U, Weitmann K, et al. Utility of Doppler echocardiography and tissue Doppler imaging in the estimation of diastolic function in heart failure with normal ejection fraction: a comparative Doppler-conductance catheterization study Circulation 2007;11:637-47. 180. Galderisi M. Diastolic dysfunction and diastolic heart failure: diagnostic, prognostic and therapeutic aspect. Cardiovasc Ultrasound 2005;3: 9. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 196 181. Rosvoll O, Hatle LK. Pulmonary venous flow velocities recorded by transthoracic Doppler ultrasound: relation to left ventricular diastolic pressures. J Am Coll Cardiol 1993; 21: 1687-96. 182. Dawson B, Trapp RG. Research questions about one group. In: Dawson B, Trapp RG, editors. Basic and clinical biostatistics.New York; Lange McGraw-Hill;2001.p 52. 183. Smiseth O, Edvardsen T. Tissue doppler and speckle tracking echocardiography. Dalam: In: Otto C, editor.The practice of clinical echocardiography 3rd edition. Philadelphia: Elsevier Saunders 2007. p 116. 184. Douglas PS. The left atrium: a biomarker of chronic diastolic dysfunction and cardiovascular disease risk. J Am Coll Cardiol 2003;42:1206-7. 185. Serste T, Francoz C, Durand F, Rautou PE, Melot C, Valla D et al. Betablockers cause paracentsis induced circulatory dysfunction in patients with cirrhosis and refractory ascites: a cross over study. J Hepatol 2011;55:79499. 186. Krumholz HM, larson M, Levy D. Prognosis of left ventricular geometric patterns in the Framingham Heart Study. J Am Coll Cardiol 1995;25:87994. 187. AlJaroudi W, Alrales MC, Halley C, Rodriguez L, Grimm RA, Thomas JD, Jaber WA. Impact of progression of diastolic dysfunction on mortality in patients with normal ejection fraction. Circul 2012; 125:782-8. 188. Pouriki S, Alexopoulou A, Chrysochoou C, Raaftopoulos L, Stefanadis C, Papatheodiridis G. Lefr ventricle enlargement and higher systolic velocity in mitral valve are indirect markers of hepatopulmonary syndrome. J Hepatol.2011;54:S62. 189. Holt EW, Woo G, Trilesskaya M, Haeusslein EA, Shaw RE, Frederick RT et al Diastolic dysfunction defined by E/A ratio < 1 on 2D echo is an independent predictor of liver transplantation or death in patients with cirrhosis. J Hepatol 2011,54:S245. 190. Gaskari SA, Honar H, Lee SS. Therapy insight: cirrhotic cardiomyopathy. Nature Clin Pract Gastroenetrol Hepatol.2006;3:329-35. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 197 191. Sastroasmoro S. Pemilihan subyek penelitian. In: Sastroasmoro S, Ismael S, editors. Dasar-dasar metode penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto;2011.p 99-101. Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 198 Nomor : Tanggal : LAMPIRAN 1. Penjelasan Judul penelitian : Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri pada Pasien Sirosis Hati di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo: Prevalensi dan Hubungannya dengan Derajat Disfungsi Hati Peneliti : dr Prionggo Mondrowinduro Bacalah lembar informasi ini dengan baik, bertanyalah jika ada yang belum jelas sebelum mengambil keputusan mengikuti penelitian ini. Pendahuluan Bapak/Ibu yang terhormat diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini karena Bapak/Ibu adalah seorang penderita sirosis hati. Pada sirosis hati telah lama diketahui dapat mengalami komplikasi seperti varises saluran cerna bagian atas berupa muntah darah, buang air besar berwarna hitam atau merah segar, gangguan pembekuan darah, gangguan pola tidur, nafsu makan menurun, perut membesar, kedua kaki bengkak, badan menjadi kuning, mudah berdarah namun keterlibatan jantung sama sekali belum diketahui dengan jelas. Di dunia kedokteran internasional penelitian tentang jantung pada penderita sirosis juga baru dimulai dalam 15 tahun terakhir dan sangat jarang diteliti dan di Indonesia hanya ada penelitian awal 10 tahun lalu. Penelitian ini akan berlangsung selama 6 bulan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak keterlibatan jantung pada penderita sirosis hati yaitu gangguan pada kondisi jantung relaksasi ( diastol ) dan hubungannya dengan seberapa besar hubungannya dengan gangguan fungsi hati Bapak/Ibu yang terhormat. Hal yang akan diteliti 1. Riwayat penyakit Bapak/Ibu yang berhubungan dengan sirosis hati 2. Pemeriksaan jasmani Bapak/Ibu Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 199 3. Pemeriksaan penunjang: ekokardiografi, rekam jantung (EKG), pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan penunjang yang menunjukkan derajat gangguan fungsi hati bila belum ada atau sudah kadaluwarsa dalam 3 bulan terakhir ( bilirubin, waktu protorombin, kadar albumin globulin dalam serum) dan fungsi ginjal ( ureum serum, kreatinin serum). 4. Data-data yang sudah ada ( bila ada ): jenis hepatitis, biopsi hati, fibroscan, kadar virus hepatitis, endoskopi dan ligasi, USG hati Jalannya penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di unit rawat jalan Hepatologi dan unit rawat inap Bagian Penyakit Dalam RSCM. Kami akan melakukan wawancara kepada Bapak/Ibu untuk mendapatkan data yang diperlukan, sesudah itu akan dilakukan pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan ekokardiografi, EKG dan pemeriksaan darah. Prosedur penelitian Dokter Bapak/Ibu akan menyampaikan tujuan dan jalannya penelitian ini lalu akan menanyakan kesediaan Bapak / Ibu untuk berpartisipasi. Dokter yang bertugas akan melakukan wawancara dan pemeriksaan jasmani. Kami akan mengambil darah Bapak/Ibu untuk pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah. Kami akan memeriksa kimia darah yang terdiri dari kadar albumin, globulin, ureum, kreatinin, waktu protrombin, bilirubin bila sudah kadaluwarsa melewati 3 bulan terakhir atau belum ada. Selanjutnya Bapak/Ibu akan dilakukan pemeriksaan rekam jantung (EKG) dan ekokardiografi dengan perjanjian yang disesuaikan dengan waktu Bapak/Ibu. Pemeriksaan ekokardiografi akan dilakukan oleh dua kali oleh dua orang dokter yang berbeda untuk menjamin hasil yang diperoleh tidak berbeda. Risiko dan ketidaknyamanan Ketidaknyamanan menunggu waktu dan tempat saat wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan rekam jantung, ekokardiografi dan pengambilan darah. Rasa tidak nyaman timbul karena bagian atas pakaian Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 200 Bapak/Ibu akan dibuka untuk alat rekam jantung ekokardiografi yang ditempelkan pada dada Bapak/Ibu saat diperiksa. Saat pengambilan darah dapat terjadi perdarahan minimal dan infeksi lokal pada tempat pengambilan darah namun dapat dicegah dengan cara pengambilan yang bersih, teliti dan steril. Manfaat Bapak/Ibu dapat mengetahui kondisi jantung saat diperiksa, mengetahui irama jantung, kondisi jantung Bapak/Ibu yang dapat langsung terlihat dalam layar pemeriksaan ekokardiografi. Meningkatkan pelayanan kepada Bapak/Ibu penderita sirosis hati secara lebih komprehensif sehingga organ jantung-pun juga tidak luput diperhatikan pada sirosis hati karena terdapat data yang menunjukkan hal tersebut betul adanya. Selain itu Bapak/Ibu berperan dalam memajukan perkembangan kedokteran di bidang hepatologi di RSCM khususnya dan Indonesia pada umumnya. Partisipasi Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini sangat bersifat sukarela. Tidak ada sangsi apapun bila tidak berparisipasi dalam penelitian ini. Menarik diri dari penelitian Bapak/ibu bebas menarik diri dari penelitian ini kapan sajatanpa mempengaruhi kualitas pelayanan dari dokter Bapak/Ibu. Efek samping Pada saat pengambilan darah terasa nyeri, risiko perdarahan berupa memar / kebiruan dan infeksi lokal pada tempat pengambilan darah walaupun minimal. Pengambilan darah sebanyak 1 sendok makan dari pembuluh darah di lengan Bapak/Ibu dilakukan di laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo bila data yang diperlukan sudah melewati 3 bulan dari pemeriksaan terakhir . Saat pengambilan darah akan terasa nyeri sedang. Untuk mencegah terjadinya efek samping tersebut kami akan membersihkan daerah tempat pengambilan darah dengan cairan pembunuh kuman sebelum dan sesudah pengambilan darah. Setelah pengambilan darah, kami akan menekan tempat Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 201 pengambilan darah dengan kapas atau kasa untuk beberapa detik sehingga tidak terjadi perdarahan. Jenis pemeriksaan darah adalah kimia darah rutin yang biasa Bapak/Ibu lakukan bila memeriksaakan diri ke pusat kesehatan ( ureum, kreatinin, darah lengkap, albumin, globulin, waktu protrombin, bilirubin ). Pada saat perekaman gelombang listrik jantung dan ekokardiografi akan dilakukan dalam posisi berbaring dan membuka baju bagian atas sehingga mengganggu privasi Bapak/Ibu. Namun tindakan tersebut dilakukan oleh tenaga medis yang ahli dan sesuai prosedur kesehatan sehingga risiko perdarahan dan infeksi sangatlah kecil. Prosedur alternatif Prosedur alternatif tidak perlu dilakukan karena elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiografi tidak bersifat invasif. Pengambilan darah juga tidak diperlukan prosedur alternatif kecuali bila terjadi kesulitan saat pengambilan darah maka akan digunakan alat pengambil darah kedap udara ( vaccum vacutainer ) atau jarum halus bersayap ( wing needle ). Kompensasi: Bila terjadi perdarahan atau infeksi pada tempat pengambilan darah maka tanggung jawab dan pengobatan ditanggung peneliti utama. Insentif: Bapak/Ibu akan mendapat makanan kecil saat menunggu pemeriksaan dan hasil EKG, ekokardiografi dan laboratorium menjadi milik Bapak/Ibu Kerahasiaan: Semua informasi yang diperoleh selama penelitian ini, termasuk data pribadi dan data penelitian akan dijaga kerahasiaannya. Nama Bapak/Ibu atau dokumen lain yang mengidentifikasikan Bapak/Ibu sebagai peserta penelitian tidak akan dibuka tanpa persetujuan tertulis dari Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu mempunyai pertanyaan mengenai penelitian ini silahkan menghubungi: dr Prionggo No HP: 0811964349 Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis I Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis I Divisi Hepatologi FKUI-RSCM Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Gedung A Medical Staff Lantai 8 RSCM JL Diponegoro 71 Jakarta Pusat 10430 Telepon 021-31900924 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 202 Lampiran 2 LAMPIRAN SURAT PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN No. Penelitian : Pengesahan oleh Peneliti Bersama ini saya menyatakan telah memberi penjelasan, tujuan serta manfaat penelitian “ Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri pada Pasien Sirosis Hati di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo: Prevalensi dan Hubungannya dengan Derajat Disfungsi Hati” dan telah dimengerti oleh pasien / keluarga pasien. Tanggal : dr. Prionggo Mondrowinduro Persetujuan Pasien / Keluarga Pasien Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama Pasien / Keluarga Pasien : Umur : Alamat rumah : Telepon/ HP : Setelah membaca, mendengar penjelasan tentang penelitian ini, saya memahami tujuan , risiko dan manfaat penelitian ini. Saya menyatakan secara sukarela bersedia mengikuti prosedur penelitian dari awal hingga selesai dan setuju data mengenai kesehatan saya / keluarga saya dipergunakan untuk penelitian ini baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang lainnya. Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat dipergunakan dengan semestinya. Tanggal: Pasien/Keluarga Pasien : Saksi : Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 198 Lampiran 3. Status Penelitian Disfungsi Diastolik Ventrikel Kiri pada Pasien Sirosis Hati di Poliklinik HepatologiRumah Sakit Cipto Mangunkusumo: Prevalensi dan Hubungannya dengan Derajat Disfungsi Hati No subyek : No Rekam Medik : No Penelitian : ( urutan 3 kotak pertama sebagai 3 huruf awal nama pertama pasien dan 3 kotak terakhir sebagai 5 digit terakhir nomor rekam medik RSCM ) Tanggal pengisian status : Status pasien : rawat inap / rawat jalan Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 199 IDENTITAS SUBJEK Nama : Status pernikahan : Jenis kelamin : laki-laki / perempuan Usia : tahun/ tanggal lahir Pendidikan : tak sekolah / SD / SLTP / SLTA / D3 / S1 / lainnya: Suku : Jawa / Padang / Sunda / Betawi / Batak / Tionghoa / Manado / lainnya sebutkan : Pekerjaan : Alamat yang dapat dihubungi : Jalan : Kelurahan : Kecamatan : RT/RW : No telepon yang dapat dihubungi : DATA KLINIS Faktor risiko dan kebiasaan yang menyebabkan terjadinya sirosis : Komorbid : Waktu diketahui sirosis hati pada tahun : Dasar diagnosis sirosis hati: isi bila ada dengan waktu dan hasil pemeriksaan : Biopsi tanggal: hasil : Fibroscan tanggal: hasil : USG tanggal : Ukuran limpa Ukuran vena porta Asites Nodul Gambaran sirosis Kesimpulan Endoskopi saluran cerna bagian atas tanggal Gastropati hipertensi portal Varises esofagus derajat Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 200 Darah tanggal Albumin Globulin ALT Hb Trombosit Lainnya PT aPTT bilirubin AST Ht Lekosit Seromarker dan titer hepatitis baseline yang ada sebelum pengobatan dan tanggal HbsAg IgG HbcAg HbeAg anti Hbe HBV DNA Anti HCV dan HCV RNA genotypenya bila ada Pengobatan sirosis hati saat ini ( dalam 6 bulan terakhir ) : Obat antiviral hepatitis : Nama obat dan dosis obat : Obat antiviral hepatitis digunakan sejak : Respons terhadap pengobatan : ALT AST HBV DNA HbSAg HbeAg anti Hbe anti HCV Waktu munculnya respon terhadap pengobatan ( bila respon ada ): Obat antiviral hepatitis pernah dihentikan atau diganti dengan obat antiviral hepatitis lain : ya / tidak Regimen obat antiviral hepatitis sebelumnya dan waktu/lama penggunaan : Alasan dihentikan atau diganti : Obat non antiviral hepatitis atau komplementer yang bersifat hepatoprotektor : Nama obat dan dosis obat : Kapan digunakan : Hipertensi portal Hasil data endoskopi saluran cerna atas dan kapan diperiksa: Pernah dilakukan ligasi: ya / tidak, bila ya kapan dan berapa kali: Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 201 Pernah memakai penyekat beta ( namun saat ini tidak mengkonsumsi lagi), kapan dihentikan dan alasan dihentikan: Nama penyekat beta yang digunakan saat ini, dosis dan kapan/berapa lama digunakan: Penggunaan nitrat : ya / tidak / pernah Bila ya / pernah , nama, dosis dan kapan digunakan : Bila pernah, kapan dihentikan dan alasan dihentikan : Asites atau edema Penggunaan diuretik saat ini: Furosemide : ya / tidak / pernah Bila ya / pernah dosis dan kapan mulai digunakan: Bila pernah, dosis terakhir berapa, kapan dihentikan dan alasan dihentikan : Spironolakton : ya / tidak / pernah Bila ya / pernah dosis dan kapan mulai digunakan: Bila pernah, dosis terakhir berapa, kapan dihentikan dan alasan dihentikan : Riwayat dirawat di rumah sakit sehubungan dengan komplikasi asites Pernah / tidak Bila pernah, kapan dirawat dan mengapa dirawat : Riwayat penyakit hati dalam keluarga : Bila pasien dirawat inap indikasi rawat inap : Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 202 PEMERIKSAAN FISIK Tinggi Badan : Berat Badan: Kesadaran Tekanan darah setelah berbaring 5 menit dan berdiri 3 menit : Nadi setelah istirahat 5 menit barbaring dan berdiri 3 menit : Suhu : Pernafasan Mata : Leher : Dada : spider naevi : ginekomastia : Jantung : Paru-paru : Abdomen : kolateral asites dari inspeksi dan kualitas: asites dari perkusi : lingkar perut : hati dan limpa : Ekstremitas : palmar eritema : flapping tremor/ asterixis : : ikterik edem dan derajatnya : Pemeriksaan ensefalopati hepatikum: Gangguan pola tidur : Riwayat kecelakaan : Pernah dirawat karena meracau : Kesadaran dan kewaspadaan saat ini : Numeric connection test West Haven : Flicker test : Pemeriksaan penunjang dalam 2 bulan terkahir: Hematologi: kapan Hb : Ht : Lekosit : Hitung jenis : Trombosit : Elektrolit: kapan Na : K : Cl : Mg : Ca ion : Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 203 Ginjal: kapan Ureum : Kreatinin : Hemostasis: kapan PT : Fungsi hati: kapan SGOT : SGPT : Albumin : Globulin : Kimia darah: kapan GDS : Lain-lain ( miscellanous ) : Pemeriksaan number connection test : Rekapitulasi: Asites: Ensefalopati derajat: Bilirubin (mg/dL) Albumin PT ( detik> kontrol ) atau INR Jumlah: Kategori Child: Keterangan Skor Child-Turcotte-Pugh Modifikasi: Asites Ensefalopati Bilirubin (mg/dL) Albumin ( g/dL) PT ( detik > kontrol) Total 1 Negatif dari pemeriksaan fisik Negatif <2 >3.5 <4 2 Mudah terkontrol atau derajat satu Derajat I atau II 2-3 2-3.5 4-6 3 Terkontrol buruk atau derajat 2 Derajat III atau IV >3 <2 >6 5-6 A 7-9 B 10-15 C Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 204 EKG Nama : No Rekam Medik : No penelitian : Dilakukan oleh : pemeriksa I / pemeriksa II Kualitas perekaman : Artefak : Aksis : Frekuensi QRS / menit : Gelombang P : Interval PR : P bifasik di V1, V2, sandapan II : Gelombang QRS : Interval QRS : Interval RR : Interval QT Interval QTc Ekokardiografi Nama : Tinggi Badan : cm No Rekam Medik : No penelitian : Dilakukan oleh : pemeriksa I : Berat badan : kg / pemeriksa II: Ao: LA: Vol LA: RV: CO: EF: IVSd: IVSmotion: Ao valve: LVIDd: LVIDs: LVPwd: LVPWmotion: Mitral valve: AML: PML: Subvalvar: Other MV: % IVSS: DE: EFslope: Systmotion: Diastmotion: PE: Mass: Doppler: Mitral MR: E Adur A MS: E/A Valsalva E/A DT Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 205 IVRT Aorta AR: AS: Tricuspid TR: PA: P Vein S: D: Ar-Adur: Tissue Doppler: Mitral: e’ septal: E/e’septal: Rerata E/e’: Rekapitulasi: E/A: DT: Ar-A: Derajat disfungsi diastolik: S/D: Atrial Reversal (Ar) dur: e’ lateral: E/e’ lateral: a’: ∆ Valsalva E/A: Rerata E/e’: Keterangan derajat disfungsi diastolik Derajat I Derajat II Derajat III E/A < 0.8 0.8-1.5 ≥2 Valsalva E/A ∆ < 0.5 ∆ ≥ 0.5 ∆ ≥ 0.5 DT >200 milidetik 160-200 milidetik < 160 milidetik Rerata E/e’ ≤8 9-12 ≥ 13 Ar-A < 0 milidetik ≥ 30 milidetik ≥ 30 milidetik Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 206 Pemeriksaan Ensefalopati Hepatik Nama : Umur : Jenis kelamin : Usia : No rekam medik No penelitian Pendidikan terakhir Lama pendidikan : : : : Waktu penyelesaian ( dalam menit dan detik ): Jumlah kesalahan : Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 207 Waktu penyelesaian( dalam menit dan detik ) Jumlah kesalahan : : Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 208 MULAI Waktu penyelesaian ( dalam menit dan detik ): Jumlah kesalahan : Kesimpulan : : Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014 209 Universitas Indonesia Disfungsi diastolik..., Prionggo Mondrowinduro, FK UI, 2014