Shimadzu CLASS

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Natrium diklofenak merupakan obat golongan anti inflamatori non steroid
(AINS) yang memiliki efek anti radang kuat dan efek samping lemah
dibanding obat lain seperti indometasin dan piroxicam (Tjay dan Rahardja,
2007). Obat ini diabsorbsi dengan cepat dan lengkap di saluran cerna. Efek
terapi natrium diklofenak di sendi lebih lama dibanding dengan waktu
paruhnya hal itu dikarenakan natrium diklofenak diakumulasi di cairan sinofial.
Derifat fenil salisilat ini di pasaran tersedia dalam bentuk tablet salut enterik,
emugel dan salah satunya dalam bentuk diamonium diklofenak (Katzung,
2002). Natrium diklofenak mengalami metabolisme lintas pertama, dimana
obat-obat yang mengalami first pass effect akan mengakibatkan variasi kadar
obat dalam darah yang tinggi (syukri, 2002).
Natrium diklofenak sering digunakan untuk mengatasi nyeri, migrain dan
encok. Obat ini juga biasa digunakan untuk terapi berbagai inflamasi rheumatik
maupun non rheumatik. Rheumatik merupakan penyakit sendi kronis yang
merupakan kelompok gangguan imun yang bercirikan perubahan peradangan
kronis dari sendi serta membrannya, kemudian terjadi destruksi tulang rawan
dengan perubahan anatomis. Gejala yang khas pada rheumatik yaitu bengkak
dan rasa nyeri simetris di sendi. Persendian tangan dan kaki, lutut, bahu dan
tengkuk merupakan bagian tubuh yang sering terserang nyeri. Nyeri yang
timbul terjadi pada waktu malam dan pagi, biasanya bagian tubuh tersebut
terasa kaku dan nyeri (Tjay dan Rahardja, 2007). Perasaan kaku dan nyeri pada
beberapa bagian tubuh akibat rheumatik dapat berdampak pada terhambatnya
aktivitas sehari-hari.
Mekanisme kerja natrium diklofenak
hampir sama dengan obat-obat
AINS lainya yaitu bekerja dengan menghambat sintesis prostagladin.
Validasi Metode Dan…, Vebri Fuad Latifigana, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
2
Prostagladin mempunyai peran penting sebagai penyebab dari inflamasi, nyeri,
dan demam (Tjay dan Rahardja, 2007).
Mekanisme kerja obat-obat AINS yaitu, bila membran sel mengalami
kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim
fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida menjadi asam arachidonat.
Asam lemak poli-tak jenuh ini kemudian untuk sebagian diubah oleh ezim
siklo-oksigenase
menjadi
endoperoksida
dan
seterusnya
menjadi
prostaglandin. siklo-oksigenase terdiri dari dua iso-enzim, yaitu COX-1
(trombosan dan prostasiklin) dan COX-2 (prostaglandin). Kebanyakan COX-1
terdapat di jaringan, antara lain dipelat-pelat darah, ginjal dan saluran cerna.
COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat dijaringan tetapi dibentuk selama
proses peradangan oleh sel-sel radang. Penghambatan COX-2 lah yang
memberikan efek anti radang dari obat AINS. AINS yang ideal hanya
menghambat COX-2 (peradangan) dan tidak COX-1 (perlindungan mukosa
lambung) (Gunawan et al, 2008).
Melihat mekanisme kerja dari natrium diklofenak yang tidak selektif
menghambat
COX-2
maka
obat
ini
memiliki
efek
samping
pada
gastrointestinal, yang dapat menyebabkan terjadinya iritasi lambung dan
perdarahan. Efek samping obat ini dapat terjadi kapanpun, dengan atau tanpa
gejala. Efek samping yang timbul dengan gejala terjadi pada 1 dari 5 orang.
Sekitar 1% dari pasien yang menggunakan AINS selama 3-6 bulan mengalami
ulkus pada saluran cerna atas, pendarahan atau perforasi, dan 2-4% pasien
dengan pengobatan selama 1 tahun (Novartis, 2009).
Penjaminan mutu dan kualitas suatu obat baik obat generik maupun obat
bermerek perlu di lakukan terlebih lagi untuk obat-obat generik yang
dikalangan
masyarakat
maupun
praktisi
kesehatan
masih
diragukan
kualitasnya. Keraguan penggunaan obat generik dikarenakan minimnya
informasi tentang mutu obat yang diperkuat dengan data-data laboratorium.
Salah satu cara untuk memastikan keamanan dan mutu suatu obat yaitu dengan
melakukan serangkaian uji agar obat dapat memberikan terapi yang optimal
dan meminimalisir efek samping dari suatu obat. Food Drugs Association
Validasi Metode Dan…, Vebri Fuad Latifigana, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
3
(FDA) menghendaki adanya suatu uji farmakokinetika atau bioavabilitas suatu
obat guna memenuhi kriteria dalam hal identitas, kekuatan, kualitas dan
kemurnianya. Intensitas efek farmakologi atau efek toksik suatu obat seringkali
dikaitkan dengan konsentrasi obat pada reseptor. Sebagian besar reseptor obat
diperfusi oleh cairan jaringan atau plasma. Analsia konsentrasi natrium
diklofenak dalam darah atau plasma merupakan suatu metode yang sesuai
untuk pemantauan dan kesesuaian dosis pada masing-masing individu sehingga
pengobatan dapat optimal (Shargel dan Yu, 2005).
Tahap awal sebelum melakukan uji farmakokinetika secara in vivo yaitu
melakukan validasi metode analisis terhadap kadar natrium diklofenak dalam
plasma secara in vitro. Uji ini dapat memberikan gambaran awal kondisi pada
uji in vivo bioavabilitas dan bioequivalensi sediaan suatu obat. validasi metode
analisis merupakan suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,
berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter
tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).
Analisa obat dalam cairan biologis membutuhkan metode dengan
kemampuan sensitifitas serta selektifitas tinggi serta sedikit faktor pengganggu.
Salah satu metode yang memenuhi syarat dan umum digunakan yaitu metode
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). KCKT mempunyai kemampuan daya
pemisahan zat yang baik (Hadjar, 1985). KCKT mempunyai sensitifitas dan
selektifitas yang tinggi sehingga preparasi sampel harus sesuai agar hasilnya
baik. Terdapat beberapa metode preparasi sampel diantaranya Liquid-Liquid
Extraction (LLE), Solid Phase Extraction (SPE), metode pengendap protein,
Solid phae microextraction (SPME), Matrix Solid-Phase Dispertion (MSPD),
Supercritical fluid extraction, Column switching (Prabu dan Suriyaprakash,
2012).
Dari latar belakang tersebut maka pada penelitian ini akan dilakukan
validasi metode dan analisis kuantitatif natrium diklofenak tablet generik
dalam plasma tikus wistar jantan secara in vitro dengan metode kromatografi
cair kinerja tinggi.
Validasi Metode Dan…, Vebri Fuad Latifigana, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
yaitu :
1. Perlukah validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk
menganalisa kadar natrium diklofenak tablet generik dalam cairan plasma
tikus wistar jantan secara in vitro ?
2. Berapakah kadar natrium diklofenak tablet generik dalam cairan plasma
tikus wistar jantan secara in vitro ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Melakukan validasi metode analisis kuantitatif natrium diklofenak tablet
generik dalam plasma tikus wistar jantan secara in vitro dengan metode
kromatografi cair kinerja tinggi.
2. Melakukan anallisis kuantitatif natrium diklofenak tablet generik dalam
plasma tikus wistar jantan secara in vitro dengan metode kromatografi cair
kinerja tinggi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi metode
KCKT yang valid dan data kadar natrium diklofenak tablet generik dalam
plasma tikus wistar jantan secara in vitro.
Validasi Metode Dan…, Vebri Fuad Latifigana, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
Download