pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler

advertisement
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER
MELUKIS DI SD MUHAMMADIYAH I MALANG
ARTIKEL ILMIAH
OLEH
YULISTINE DWI SUSANTI
NIM 108251416389
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
MEI 2012
HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH
Nama
: Yulistine Dwi Susanti
Nim
: 108251416389
Prodi/Jurusan : Pendidikan Seni Rupa/ Seni dan Desain
Telah menyelesaikan artikel ilmiah dengan judul “ Pelaksanaan Pembelajaran
Ekstrakurikuler Melukis di SD Muhammadiyah I Malang”.
Malang, 24 Mei 2012
Penulis
Yulistine Dwi Susanti
NIM 108251416389
Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Mistaram, M.Pd, Ph.D
NIP. 19480710 197603 1 003
Dra. Tjitjik Sriwardhani, M.Pd
NIP. 19540319 198502 2 001
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER
MELUKIS DI SD MUHAMMADIYAH I MALANG
Yulistine Dwi Susanti, Mistaram, dan Tjitjik Sriwardhani
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK: Kegiatan ekstrakurikuler yang sering juga disebut ekskul merupakan
kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan diluar kegiatan
kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan
kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar akademik.
Ekstrakuriktiler sendiri artinya kegiatan yang dilakukan siswa sekolah di luar jam
belajar kurikulum standar. Kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan mulai dari
sekolah dasar sampai universitas. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1)
pengelolaan kegiatan (2) pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler melukis, (3) hasil
karya siswa ekstrakurikuler melukis di SD Muhammadiyah I Malang. Data
dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi
serta dianalisis dengan teknik deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian adalah: (1)
pengelolaan ekstrakurikuler melukis di SD Muhammadiyah I Malang belum
mengalami kendala selama 3 tahun dilaksanakan, (2) Pelaksanaan ekstrakurikuler
melukis di SD Muhammadiyah I Malang merupakan kegiatan yang menekankan
kegiatan mewarnai dengan menggunakan metode pemberian pola, (3) hasil karya siswa
dalam satu kelas cenderung menunjukkan kemiripan atau hampir sama, dalam hal ini
berkaitan dengan warna.
Kata Kunci: ekstrakurikuler, melukis, SD
Kegiatan ekstrakurikuler yang sering juga disebut ekskul merupakan kegiatan
tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan diluar kegiatan kurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian,
bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar akademik. Ekstrakuriktiler
sendiri artinya kegiatan yang dilakukan siswa sekolah di luar jam belajar kurikulum
standar. Kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar
sampai universitas.
SD Muhammadiyah 1 Malang adalah salah satu sekolah dasar di Malang yang
menyediakan beragam kegiatan ektrakurikuler, antara lain: drum band, pencak silat,
qiro’ah, melukis, teater, dll. Dari semua bidang kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
ini, hampir semuanya diajarkan oleh tenaga kependidikan dari pihak luar sekolah,
misalnya sanggar, dll. Seperti salah satunya yaitu kegiatan ekstrakurikuler melukis,
pada kegiatan ini siswa dibimbing oleh tenaga pengajar dari sanggar LKM (Lembaga
Kesenian Malang). Hal ini sejalan dengan pendapat Martinis Yamin (2008) bahwa
pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan
minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Selain hal tersebut, sekolah
juga menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk
kegiatan ekstrakurikuler melukis, misalnya kondisi bangunan sekolah yang baik dan
fasilitas berupa buku gambar dan alat pewarna untuk setiap masing-masing siswa.
Dalam pelaksanaannya khusus untuk ekstrakurikuler melukis merupakan kegiatan
ekstrakurikuler wajib bagi siswa kelas 1 dan 2. Hal ini sebenarnya tidak sejalan
dengan pendapat Dr. E. Mulyasa (2009) yang mengatakan bahwa pengembangan diri
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik.
Kaitannya dengan hal tersebut di atas peneliti ingin mendeskripsikan
bagaimana proses pembelajaran ekstrakurikuler melukis di SD Muhammadiyah I
Malang, serta mengetahui pengelolaan yang diterapkan sekolah untuk kegiatan
ekstrakurikuler melukis serta mendokumentasikan hasil karya siswa perserta kegiatan
ekstrakurikuler melukis di SD Muhammadiyah I Malang. Sehingga dilakukan
penelitian dengan judul “ Pelaksanaan Pembelajaran Ekstrakurikuler Melukis di SD
Muhammadiyah I Malang”.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif, yang akan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan
akurat yang berhubungan dengan pengelolaan, kegiatan pembelajaran mulai dari
perencanaan sampai pada evaluasi pembelajaran, dan hasil karya siswa. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Muhammadiyah I Malang, merupakan sekolah dasar yang
menyediakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler didukung dengan fasilitas, sarana dan
prasarana yang cukup memadai, termasuk didalamnya ekstrakurikuler melukis.
Penelitian akan difokuskan pada kelas yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
melukis di SD Muhammadiyah I Malang. Sebagai langkah untuk memperoleh data
yang relevan, maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu: observasi, wawancara dan dokumentasi. Sesuai dengan
fokus masalah yang diteliti, maka sumber data yang dibutuhkan adalah data yang
diperoleh secara langsung dari lapangan berupa catatan hasil observasi tentang proses
pembelajaran ekstrakurikuler melukis, catatan hasil wawancara yang dilakukan
kepada guru koordinator/ pengelola kegiatan ekstrakurikuler melukis, guru pengajar
kegiatan ekstrakurikuler melukis dan kepala sekolah, serta hasil dokumentasi berupa
karya gambar siswa dan foto kegiatan pembelajaran.
KAJIAN TEORI
Kegiatan ekstrakurikuler yang sering juga disebut ekskul merupakan kegiatan
tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan diluar kegiatan kurikuler
(E. Mulyasa. 2007: 111). Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang
harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan ( Martinis Yamin.2008:159). Hal yang sama dikemukakan oleh
Mulyasa (2009) Dalam struktur kurikulum pendidikan umum, dijelaskan bahwa
pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan
minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
HASIL
Pengelolaan Kegiatan Ekstrakurikuler Melukis
Tujuan diadakannya kegiatan ekstrakurikuler melukis di sekolah ini
dimaksudkan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki oleh siswa dalam bidang
kesenian khususnya menggambar, untuk mendukung kegiatan ini sekolah
menyediakan fasilitas berupa buku gambar dan alat warna kepada masing-masing
siswa. Pembimbing atau guru yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler melukis di
sekolah ini dari lembaga luar sekolah yaitu LKM (Lembaga Kesenian Malang).
Jumlah pengajar untuk kegiatan ekstrakurikuler melukis berjumlah 3 orang, antara
lain: Ibu Uswa mengajar kelas 1, Pak Zainal Abidin mengajar kelas 2A dan Ibu
Renita mengajar kelas 2B. Peserta kegiatan ekstrakurikuler melukis di SD
Muhammadiyah I Malang ini adalah siswa kelas 1 dan kelas 2. Sesuai dengan hasil
wawancara dengan Ibu Sri Murti selaku salah satu koordinator ekskul melukis
sekaligus walikelas 1 di SD Muhammadiyah I Malang, mengenai kebijakan sekolah
yang mewajibkan siswa kelas 1 dan 2 untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
melukis, yang demikian bukan berarti tanpa pertimbangan. Namun hal tersebut
didasarkan atas pemikiran bahwa siswa kelas 1 dan 2 belum cukup bisa untuk
memutuskan sendiri langkahnya harus kemana atau memilih ekskul yang tepat untuk
bisa mereka ikuti sesuai dengan bakat dan minat yang mereka miliki. Selain itu,
menurut pendapat beliau kegiatan menggambar atau melukis ini merupakan kegiatan
yang sangat disenangi siswa untuk usia anak-anak seperti kelas 1 dan 2. Demikian
pula penuturan kepala sekolah yang menjelaskan mengenai kebijakan sekolah
mewajibkan kegiatan ekstrakurikuler melukis di SD Muhammadiyah I Malang yaitu
siswa dirasa belum mampu untuk menentukan harus kemana atau memilih
ekstrakurikuler yang tepat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, selain hal
tersebut kegiatan melukis ataupun mewarna ini sangat baik untuk melatih
kemampuan motorik siswa sehingga akan baik untuk perkembangan siswa dimasa
depan. Jumlah siswa peserta kegiatan ekstrakurikuler melukis adalah sebagai berikut:
kelas 1 berjumlah ±35 siswa, kelas 2A berjumlah ±28 siswa, kelas 2B berjumlah ±25
siswa. Kegiatan ekstrakurikuler melukis di SD Muhammadiyah I Malang
dilaksanakan setiap satu minggu sekali selama ± 60 menit yaitu pada hari Sabtu,
dimulai dari pukul 09.30- 10.30 WIB. Selama ini kegiatan ekstrakurikuler melukis
selalu dilaksanakan didalam ruang kelas.
Pelaksanaan Pembelajaran Ekstrakurikuler Melukis
Perencanaan pembelajaran adalah suatu perangkat yang dibuat oleh guru
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran agar pembelajaran bisa berjalan
dengan baik dan lancar sesuai dengan rencana. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada para pengajar ekstrakurikuler melukis, didapatkan
informasi bahwa para pengajar dalam pelaksanaannya menggunakan rencana
pembelajaran untuk mengajar kegiatan ekstrakurikuler melukis. Setelah dilakukan
pendokumentasian RPP yang digunakan pengajar ekstrakurikuler melukis baik kelas
1 maupun kelas 2 adalah sama. Baik mengenai materi, tujuan yang akan dicapai dan
alat evaluasi yang digunakan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti
dengan cara mengamati setiap pembelajaran di masing-masing kelas ekstrakurikuler
melukis didapati bahwa materi yang diajarkan kepada siswa berbeda. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran tidak sejalan dengan rencana
pembelajaran yang ada. Strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran secara
garis besar adalah sama yaitu dengan memberikan contoh kepada siswa, dalam hal ini
adalah cara mewarnai. Dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat dimungkinkan
adanya interaksi, baik antara guru dan murid, juga antara murid dan murid.
Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan peneliti, suasana kegiatan siswa disaat
kegiatan pembelajaran lebih menunjukkan sikap yang kurang serius dengan bahasa
yang berbeda pengajar esktrakurikuler mengungkapkan suasana tersebut yaitu
kegiatan belajar sambil bermain agar siswa lebih senang dengan kegiatan
ekstrakurikuler melukis. Namun kenyataannya kondisi tersebut menjadi tidak
menguntungkan bagi guru, terlihat guru terkadang kesulitan mengatur dan
mengendalikan ketertiban siswa, sehingga tidak jarang ditemui siswa yang berkelahi,
menangis, juga ada beberapa siswa yang enggan untuk mengerjakan tugas dari guru
karena keasyikan bermain dengan temannya bahkan ada siswa yang memberontak
disaat guru menyuruh untuk kembali mengerjakan tugasnya. Peralatan yang
digunakan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler melukis selain buku gambar dan
crayon antara lain: alat tulis, kuas, kain lap, spidol kecil warna hitam dan pensil kaca.
Dalam berkarya kuas digunakan untuk membersihkan sisa-sisa krayon pada buku
gambar agar tidak mengotori buku gambar atau obyek-obyek lain pada gambar jika
tanpa sengaja tergores telapak tangan. Kain lap digunakan untuk membersihkan atau
mengelap ujung krayon saat akan digunakan, sebab setelah digunakan biasanya ujung
krayon akan tercampur dengan warna lain. Spidol kecil digunakan untuk menebali
garis atau outline gambar. Pensil kaca digunakan untuk menebali garis setelah
diwarna dengan krayon, dikarenakan krayon mengandung minyak jika di-outline
menggunakan spidol maka tidak akan menyatu sehingga digunakan pensil kaca. Jenis
penilaian yang dilakukan berupa penilaian non tes, yang meliputi: kerapian dalam
mewarnai ( arah goresan pewarna, warna blok, tidak terdapat noda putih) dan
kreatifitas siswa (keragaman warna yang digunakan siswa). Sistem penilaian
menggunakan penilaian kuantitatif dan kualitatif. Dengan rincian sebagai berikut: A=
100-85, B= 84-75, C=74-60, D=< 60.
Hasil Karya Siswa
Hasil karya merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran
ekstrakurikuler melukis yang ditunjukkan dengan dokumentasi gambar/ karya siswa.
Dari hasil pendokumentasian yang dilanjutkan dengan analisis data, didapatkan
bahwa karya siswa bersifat homogen, hal ini berkaitan dengan strategi atau metode
yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Namun dalam segi pemilihan warna,
karya siswa sangat beragam dan sangat ekspresif, dinamis dan sangat berani dalam
mencampur dan memadukan warna, dapat diamati pada gambar di bawah ini.
Karya: Airen
Karya: M.Arsha
Karya: Fitri
Gambar diatas merupakan karya siswa kelas 1 peserta ekstrakurikuler melukis,
adapun karya siswa kelas 2 juga memiliki kedinamisan dalam hal pemilihan warna,
di bawah ini adalah gambar karya siswa kelas 2.
Karya: Fakhringga
Karya: Ikrima
Karya: Putri
PEMBAHASAN
Pengelolaan Kegiatan Ekstrakurikuler Melukis
SD Muhammadiyah I Malang merupakan sekolah yang menyediakan berbagai
kegiatan ekstrakurikuler, termasuk didalamnya ekstrakurikuler berkesenian yang
biasa disebut dengan Ekstrakurikuler Melukis. Melukis pada hakekatnya adalah
kegiatan menggambar yang fungsinya mengarah pada ekspresi seni murni secara
bebas individual dan tidak selalu terikat pada ketentuan-ketentuan seperti halnya
menggambar. Jika ditinjau dari kegiatan pembelajarannya, kegiatan ekstrakurikuler di
SD Muhammadiyah I Malang tidak mengarah pada kegiatan menggambar bebas atau
menggambar ekspresif, namun lebih mengarah pada kegiatan mewarna. Sebab dalam
proses pembelajarannya, siswa lebih ditekankan pada kegiatan mewarnai atau
berekpresi dalam media warna. Selain hal tersebut diatas dalam pelaksanaannya,
sekolah membuat kebijakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler ini diwajibkan untuk
siswa kelas 1 dan kelas 2. Kegiatan Pengembangan diri seharusnya ditujukan untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan bakat dan minat setiap peserta didik, dalam
struktur kurikulum pendidikan umum, dijelaskan bahwa pengembangan diri bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik
sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat
mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar
akademik. Apabila kegiatan ekstrakurikuler melukis merupakan kegiatan wajib bagi
siswa secara tidak langsung kegiatan ini bersifat memaksa kepada siswa, dengan kata
lain telah mengenyampingkan daripada hakikat atau tujuan ekstrakurikuler sendiri.
Jika dikorelasikan dengan struktur kurikulum pendidikan umum seperti yang
dijelaskan di atas, mewajibkannya kegiatan ekstrakurikuler untuk anak hal ini sama
dengan membatasi kesempatan anak untuk mengembangkan kemampuan atau bakat
yang dimilikinya. Sejalan dengan tujuan pendidikan seni di SD, sekolah mestinya
menawarkan pengalaman belajar yang relevan dengan minat dan kematangan
intelektual, sosial dan estetis murid. Selain hal tersebut kegiatan seni pada usia
sekolah dasar tingkat rendah harus menekankan minat yang mempribadi karena
pengalaman menggambar dan melukis akan berkembang dari minat anak.
Dalam pelaksanaannya berkaitan dengan tenaga kependidikan, sekolah
memfasilitasi kegiatan ekstrakurikuler ini dengan mendatangkan guru pengajar dari
sanggar. Menurut kepala sekolah, hal tersebut untuk keprofesionalan, dimaksudkan
agar siswa benar-benar mampu dan dapat berkembang pada bidang kesenian
khususnya menggambar dengan ditangani langsung oleh ahlinya dan bukan hanya
untuk kegiatan ekstrakurikuler melukis saja namun untuk semua kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ini tidak memberikan pengaruh pada
penilaian kegiatan intra siswa, misalnya siswa bisa tidak naik kelas dikarenakan
kendala kehadiran atau presensi ekstrakurikuler melukis atau nilainya tidak begitu
memuaskan. Dalam mengelola kegiatan ekstrakurikuler melukis sekolah masih belum
mengalami kendala.
Pelaksanaan Pembelajaran Ekstrakurikuler Melukis
Metode yang digunakan dalam mengajar ekstrakurikuler melukis merupakan
metode pemberian pola. Metode pemberian pola mempunyai pengertian yaitu pola
dalam bentuk benda nyata atau gambar jadi yang disajikan guru. Dalam kegiatan
berkarya (mengekspresikan diri) ke dalam rancangan dan karya seni rupa apa yang
dilakukan oleh siswa harus mengikuti pola yang disediakan oleh guru. Pada kegiatan
ekstarkurikuler melukis di SD Muhammadiyah I Malang ini, guru memberikan
gambar yang sudah jadi kepada siswa, untuk kemudian siswa berkarya atau
berekspresi dengan media warna. Selain metode pemberian pola, khusus kelas 1
pengajar juga menerapkan metode dikte kepada anak-anak. Terlihat dalam kegiatan
mewarna bersama, dimana guru membimbing dan mengarahkan siswa dalam memilih
warna untuk mewarna bersama-sama. Pemberian pola tersebut pada dasarnya
merupakan pembatasan ide/gagasan yang akan diekspresikan oleh setiap siswa.
Seperti halnya metode yang diterapkan guru dalam pembelajarannya di
ekstrakurikuler melukis SD Muhammadiyah I Malang, hal tersebut jelas merupakan
pembatasan ekspresi siswa dalam menuang gagasannya dalam menggambar, namun
dengan pertimbangan bahwa belajar bertujuan untuk mencapai suatu kompetensi
tertentu yang dirancang dan dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,
maka pemberian pola disini dapat diartikan sebagai tuntunan, kegiatan membiasakan,
mengarahkan dan membina keterampilan kreatif siswa dalam menggambar dan
mewarnai sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran ekstrakurikuler melukis kenyataan siswa lebih cenderung
menunjukkan sikap kurang tertarik terhadap kegiatan ekstrakurikuler melukis,
misalnya siswa lebih menampakan sikap bermain-main, mengeluh capek,
memberontak saat guru kembali menyuruh untuk mengerjakan tugas, dan kurang bisa
serius serta kurang bertanggungjawab terhadap pembelajaran. Selain hal tersebut,
guru juga kurang bisa menguasai kelas untuk menertibkan siswa dalam
pelaksanaannya di dalam kelas. Sehingga selalu ditemui siswa menangis, enggan
mewarnai atau bahkan berkelahi ditengah kegiatan pembelajaran. Kegiatan seni pada
usia sekolah dasar tingkat rendah seharusnya disesuaikan atau menekankan minat
yang mempribadi kepada siswa karena pengalaman menggambar dan melukis akan
berkembang dari minat anak. Sehingga munculnya prilaku dan sikap siswa yang
demikian tentu bukan hal yang mengherankan, sehingga seringkali pengajar juga
mengalami kesulitan dalam membimbing siswa
Faktor Pendukung merupakan faktor-faktor yang mendukung kelancaran
kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler melukis, antara lain: (1)
fasilitas sekolah berupa ruang kelas yang nyaman; (2) sekolah mendatangkan tenaga
pengajar dari sanggar; (3) sekolah juga menyediakan buku gambar dan krayon; (4)
selain peralatan yang disediakan sekolah, masing-masing siswa mempunyai peralatan
yang lengkap seperti krayon 48, kuas, kain lap, pensil kaca, spidol kecil warna hitam.
Faktor Penghambat, merupakan hal-hal yang menghambat kelancaran
kegiatan pembelajaran siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler melukis, antara lain: (1)
minat, ketertarikan atau keinginan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
melukis. Sebagian dari siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler melukis
menunjukkan ciri-ciri kurang tertarik terhadap kegiatan ekstrakurikuler melukis yang
mereka ikuti; (2) guru kurang memahami karakter dan fase-fase perkembangan seni
pada anak, sehingga guru menginginkan siswa menghasilkan gambar yang baik atau
tidak sesuai dengan fase perkembangan anak; (3) metode yang digunakan guru
berupa metode pemberian pola merupakan pembatasan atau pengekangan siswa
dalam berekspresi menuang gagasan atau ide dalam sebuah karya gambar; (4) dalam
kegiatan pembelajaran siswa sulit diarahkan dan ditertibkan sehingga tujuan
pembelajaran tidak dapat tercapai seperti yang telah direncanakan.
Hasil Karya Siswa
Hasil belajar seni adalah capaian kemampuan belajar yang telah dilakukan
oleh siswa sesuai dengan batasan lingkup materi seni pada periode atau tingkatan
tertentu. Secara umum hasil belajar seni merupakan bukti dari aktivitas pendidikan
yang diikuti oleh setiap siswa. Kreativitas yang dapat dikembangkan pada kegiatan
mewarnai gambar bagi anak SD adalah adanya kebebasan untuk memilih,
mengaplikasikan, menggores dan mengkombinasikan unsur warna pada obyek
gambar yang diwarnainya sesuai keinginan anak. Dalam pembelajarannya di kegiatan
ekstrakurikuler melukis dengan guru menerapkan metode pemberian pola dan setelah
dilakukan deskripsi dan apresiasi pada setiap karya siswa, didapatkan bahwa pada
setiap karya siswa pada kelas yang sama memiliki kecenderungan sama, namun karya
siswa dalam hal pemilihan warna tetap terlihat dinamis dan ekspresif misalnya dari
segi goresan, teknik dan pengaplikasian warna.
PENUTUP
Kesimpulan
Kegitan ekstrakurikuler melukis diadakan di SD Muhammadiyah I Malang ± 3
tahun sebelum peneliti mengadakan penelitian di sekolah tersebut. Selama itu pula
pihak sekolah belum mengalami kendala dalam pengelolaannya. Namun hingga saat
ini belum tampak hasil atau prestasi yang menonjol yang ditunjukkan oleh siswa
peserta ekstrakurikuler melukis.
Pelaksanaan ekstrakurikuler melukis di SD Muhammadiyah I Malang
merupakan kegiatan yang menekankan kegiatan mewarnai dengan menggunakan
metode pemberian pola, bukan merupakan kegiatan menggambar bebas ataupun
melukis. Minat sangat berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran, kaitannya dengan
kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler melukis guru kesulitan mengarahkan dan
menertibkan siswa, siswa cenderung menunjukkan sikap kurang perhatian pada
pembelajaran, memberontak, bermain-main, enggan atau hanya diam saja dan
mengerjakan tugas dari guru, sehingga tujuan pembelajaran sulit dicapai.
Hasil karya siswa dalam satu kelas cenderung menunjukkan kemiripan atau
hampir sama, dalam hal ini berkaitan dengan warna.
Saran
Berkaitan dengan pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler melukis, sekolah
mungkin bisa melakukan beberapa hal di bawah ini untuk lebih memajukan kegiatan
ekstrakurikuler melukis, antara lain: (1) sejak awal pihak sekolah mencari tahu bakat,
minat, dan kemampuan masing-masing siswa. misalnya dengan tes kemampuan, dll;
(2) pihak sekolah mengarahkan siswa untuk mengikuti satu kegiatan ekstrakurikuler
sesuai dengan bakat dan minat siswa; (3) pihak sekolah memperhatikan penyusun
kurikulum atau silabus kegiatan ekstrakurikuler yang dibuat oleh pengajar agar jelas
tujuan, proses, target, dan evaluasinya; (4) sekolah sebaiknya mempunyai kerja sama
antarsekolah. Misalnya, untuk mengukur tingkat kemampuan siswa yang selama ini
diperoleh melalui kegiatan ekstrakurikuler diadakan kegiatan lomba lukis atau
menggambar antar sekolah. Melalui kegiatan ini, kemampuan siswa akan semakin
terasah.
Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler melukis, beberapa
masukan yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan bagi para pengajar
ekstrakurikuler melukis antara lain: (1) sebaiknya siswa sesekali diberikan kebebasan
dalam menuang gagasannya dalam menggambar, hal ini dimaksudkan agar siswa
tetap dapat berekspresi; (2) guru sebaiknya jangan memaksakan karya siswa harus
bagus atau setara dengan gambar orang dewasa. Dengan kata lain sebaiknya
pembelajaran atau kegiatan berkesenian harus disesuaikan dengan karakter peserta
didik dan fase perkembangan menggambar anak; (3) untuk mengatasi siswa-siswa
yang kurang berminat atau kurang antusias sebenarnya bisa disiasati dengan beberapa
cara misalnya dengan media atau metode yang digunakan guru untuk mengajar,
dimana bisa menumbuhkan rasa keingintahuan siswa. Dari rasa keingintahuan
tersebut bisa menjadi suatu langkah awal untuk menarik perhatian siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Mulyasa, E. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Yamin, Martinis, H. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Download