BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

advertisement
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.
1.
Sektor industri pengolahan memiliki peranan penting terhadap perekonomian
Jawa Barat periode 2000-2010, di mana sektor ini secara umum memiliki
kontribusi sebesar 52,68 persen terhadap total output; 37,3 persen terhadap
nilai tambah bruto; 54,3 persen terhadap permintaan antara; 51,67 persen
terhadap permintaan akhir; 72,67 persen terhadap permintaan ekspor; serta
64,33 persen terhadap total impor.
Sementara itu, subsektor industri pengolahan yang memiliki kontribusi
terbesar adalah industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki (ITPK) dan
industri logam dasar dan barang jadi dari logam (ILBL).
2.
Sektor industri pengolahan secara umum memiliki angka pengganda output
yang tinggi, namun memiliki angka pengganda pendapatan dan tenaga kerja
yang rendah. Hal ini berarti bahwa sektor industri pengolahan mampu
mendorong pertumbuhan output perekonomian, namun kurang peka dalam
menciptakan pendapatan dan menyerap tenaga kerja.
Subsektor industri pengolahan dengan angka pengganda output dan angka
pengganda pendapatan tinggi adalah industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan
alas kaki (ITPK), industri kertas dan barang dari kertas (IKPP), dan industri
logam dasar dan barang jadi dari logam (ILBL).
3.
Sektor industri pengolahan secara umum memiliki nilai indeks keterkaitan ke
127
128
depan dan ke belakang yang tinggi (lebih besar dari 1) dan menjadi sektor
kunci perekonomian Jawa Barat selama periode 2000-2010.
Subsektor industri pengolahan yang menjadi sektor kunci Jawa Barat adalah
industri kimia, barang dari bahan kimia, karet, dan plastik (IKKP) dan
industri industri logam dasar dan barang jadi dari logam (ILBL) (tahun 2000,
2003, dan 2010); industri tekstil, pakaian jadi, kulit, alas kaki (ITPK) (tahun
2000 dan 2010), industri kertas dan barang dari kertas (IKPP) (tahun 2000
dan 2003), dan industri makanan, minuman, tembakau (IMMT) (tahun 2003).
4.
Berdasarkan analisis Multiplier Product Matrix (MPM), struktur ekonomi
Jawa Barat periode 2000-2010 mengalami perubahan yang terlihat dari
perubahan economic landscape Jawa Barat. Industri logam dasar dan barang
jadi dari logam (ILBL) pada tahun 2000 mempunyai pengaruh tertinggi
dalam perekonomian, dengan interaksi intra sektor tersebut (ILBL, ILBL)
memiliki peringkat MPM tertinggi. Pada tahun 2003, sektor pertambangan
dan galian (TAMB) memiliki pengaruh tertinggi dalam perekonomian,
sementara pada tahun 2010 sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR)
memiliki pengaruh tertinggi dalam perekonomian.
5.
Analisis dekomposisi sumber pertumbuhan output total menunjukkan bahwa
sumber pertumbuhan utama Jawa Barat periode 2000-2003 adalah permintaan
ekspor (44,95 persen) dan konsumsi rumah tangga (39,4 persen), sedangkan
pada periode 2003-2010 sumber pertumbuhan output Jabar berubah menjadi
permintaan domestik (114 persen), dengan sumber utama adalah konsumsi
rumah tangga (51,87 persen), perubahan stok (32,27 persen), dan PMTB
129
(23,49 persen). Industri logam dasar dan barang jadi dari logam (ILBL)
merupakan sektor yang menjadi sumber pertumbuhan output terbesar selama
2 periode tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa perekonomian Jawa Barat
berubah dari “export driven economy” pada periode 2000-2003 menjadi
“domestic final demand driven economy” pada periode 2003-2010 akibat
pelemahan kinerja ekspor dampak dari krisis ekonomi global 2008.
6.
Banyak kebijakan dan regulasi pemerintah yang mendukung pengembangan
industri pengolahan di Jawa Barat, baik kebijakan dari pemerintah pusat
maupun kebijakan pemerintah Provinsi Jawa Barat, seperti yang terlihat
dalam Kebijakan Pembangunan Industri Nasional, program restrukturisasi
mesin/peralatan industri tekstil dan produk tekstil, Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, serta
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Barat. Ada
kesamaan sektor industri prioritas dalam Kebijakan Pembangunan Industri
Nasional maupun RPJMD Jawa Barat dengan subsektor industri kunci hasil
penelitian, yaitu: industri makanan, minuman, dan tembakau (IMMT);
industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki (ITPK); industri logam dasar
dan barang jadi dari logam (ILBL).
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, maka beberapa saran yang
dapat disampaikan adalah.
1.
Berdasarkan kesimpulan poin pertama hingga poin keempat, Pemerintah
130
Provinsi Jawa Barat perlu terus mengembangkan sektor industri pengolahan
untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat karena terbukti sektor
tersebut menjadi leading sector perekonomian. Adapun subsektor industri
pengolahan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah industri
tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki (ITPK) dan industri logam dasar dan
barang jadi dari logam (ILBL) karena selain memiliki kontribusi yang besar
terhadap total output, nilai tambah bruto, dan total permintaan, juga memiliki
multiplier output, multiplier pendapatan, serta nilai indeks keterkaitan ke
depan dan ke belakang yang tinggi. Peningkatan output pada kedua sektor ini
akan mampu menarik dan mendorong pertumbuhan sektor lainnya.
2.
Sesuai dengan kesimpulan poin kelima, strategi Industri Promosi Ekspor
(IPE) yang selama ini diterapkan oleh Jawa Barat rentan terhadap gejolak
ekonomi global, di mana pada periode 2003-2010 permintaan ekspor dan
substitusi impor berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan output Jawa
Barat. Oleh sebab itu, pemerintah perlu mengkombinasikan strategi IPE
dengan strategi lain, misalnya: strategi Industri Substitusi Impor (ISI), dengan
menumbuhkan industri dasar dan industri modal untuk menjamin
kelangsungan pasokan bahan baku industri, terutama industri industri tekstil,
pakaian jadi, kulit, dan alas kaki (ITPK) dan industri logam dasar dan barang
jadi dari logam (ILBL), yang produknya selama ini memiliki kandungan
impor yang tinggi. Selain itu, jumlah penduduk yang besar juga merupakan
potensi pasar bagi produk industri sendiri, sehingga pemerintah harus
mendorong inovasi produk yang sesuai dengan kondisi pasar Jawa Barat.
131
3.
Berdasarkan kesimpulan poin keenam, kebijakan pemerintah Provinsi Jawa
Barat dalam jangka panjang harus mulai memikirkan strategi pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan. Salah satu caranya adalah mengembangkan
sektor industri potensial, yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau
(IMMT) yang termasuk dalam industri agro. Industri agro merupakan industri
prioritas dalam RPJMD Jawa Barat serta menjadi salah satu sektor industri
andalan masa depan dalam Kebijakan Pembangunan Industri Nasional.
Strategi yang dapat ditempuh untuk mengembangkan industri agro adalah
strategi ADLI (Agricultural demand-led industrialization strategy) atau
agroindustri.
4.
Penelitian ini hanya terbatas pada beberapa metoda analisis Tabel IO serta
menggunakan data terakhir berupa Tabel IO Jawa Barat 2010 yang
merupakan hasil updating Tabel IO tahun 2003. Oleh karena itu, masih
banyak peluang penelitian berikutnya mengenai Tabel IO Jawa Barat,
diantaranya penelitian mengenai sumber pertumbuhan produktivitas input
Jawa Barat dengan melakukan dekomposisi Kuadran III Tabel IO
(dekomposisi sisi penawaran), serta penelitian dengan menggunakan data
Tabel IO Jawa Barat terbaru, mengingat analisis Tabel IO yang berbeda tahun
akan menghasilkan analisis dan kesimpulan yang berbeda pula.
Download