Masalah Dua Benda oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB SMA-BPK,Jakarta Barat, 16 Maret 2007 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 1 Hukum Gravitasi → G = konstanta gravitasi mi massa ke – i r jarak m1 ke m2 m1m2 F = −G 2 r m Uθ Ur θ o 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 2 Momentum, momentum sudut, momen dan gaya → → p = mv → → → L = r xm v → → → N = r xF ∗ → → → dL d ( r xm v) d → → → → → L= = = m (r x v) = r x F = N dt dt dt 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 3 Kerja W = S v (t ) S0 v(t 0) ∫ Fds = m ∫ vdv 1 2 1 mv + V ( s ) = mv02 + V ( s0 ) = E 2 2 16 Maret 2007 1 2 Mm 1 Mm 2 mv − G = mv0 − G 2 s 2 s0 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 4 Potensial Bola Padat r F = −4πG ∫ 0 a ρ da 2 h 2 m(0,0,h) p r M = 4π ∫ ρa 2 da a ϕ 0 θ M F = −G 2 h 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 5 z Pers.gerak Dua Titik Massa m1 1.Gaya gravitasi oleh m1 terhadap m2 ; P r2 m2 R r1 → m1m2 F21 = −G 2 U r r y x 1.Gaya gravitasi oleh m2 terhadap m1 ; ∗∗ m2 m1 → F12 = G 2 U r r ∗∗ → → m1 r 1 + m2 r 2 = 0 → → → → m1 r 1 + m2 r 2 = c 1 t + c 2 → 16 Maret 2007 → → → m1 r 1 + m2 r 2 c 1 t + c2 = R= S.Siregar, Pelatihan Astronomi m1 + m2 M 6 Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta Massa dominan sebagai sumbu koordinat •• → ' M →' r = −G 3 r r z •• x = −GMx( x 2 + y 2 + z 2 ) −3/ 2 m2 •• m1 y y = −GMy ( x 2 + y 2 + z 2 ) −3/ 2 •• x z = −GMz ( x 2 + y 2 + z 2 ) −3/ 2 a1 z + a 2 x + a3 y = 0 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 7 Orbit dalam bentuk polar • Persamaan Dasar m2 m2 1 Mm2 m2v 2 − G −E =0 2 r m1 m1 (a) μ = GM (c) m2 m2 m1 (b) m1 (d) r= 1 u 1 m2 h 2u 2 − μm2u − E = 0 2 u12 = 16 Maret 2007 μ h 2 ± S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta μ h2 2 Eh 2 1+ 2 μ m2 8 Satelit Sebagai Benda Langit 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 9 Sudut dan kecepatan lontar 2 2 2 r V Sin θ ⎡ 2μ 2 2⎤ 1− e = −V ⎥ 2 ⎢ μ ⎣ r ⎦ Kecepatan Jatuh Vf 2 1 2⎛ ε ⎞ −1 = V p ⎜ 1 + ⎟ (1 + ε ) 2 ⎝ 2⎠ 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 10 Persaman Lintasan ⎛2 1⎞ V = μ⎜ − ⎟ ⎝r a⎠ 2 1 → → 1 μ a(1 − e2 ) = rVSinθ r xV = 2 2 2 2 2 θ ⎡ 2μ r V Sin 2 2⎤ − 1− e = V ⎢⎣ r ⎥⎦ μ2 ⎛H⎞ ε =⎜ ⎟ 16 Maret 2007 ⎝R⎠ 2 ⎛V ⎞ y=⎜ ⎟ ⎜V ⎟ p ⎠ S.Siregar,⎝Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 11 Menentukan Kecepatan jatuh Satelit a= μ ⎛μ ⎞ 2⎜ − V ⎟ ⎝r ⎠ ⎛ 1+ ε ⎞ 1−η ≺ ⎜ ⎟ ⎝2+ε ⎠ ⎤ 1 ⎡ ε ε2 ε3 →η + + ....⎥ ⎢1 + + 2 a 1 ⎛1+ ε ⎞ ⎟⎟ = ⎜⎜ R 2 ⎝1−η ⎠ 2⎣ Agar tidak jatuh a R H 1 +1 = 1+ ε 2R 2 1 1 ⎛1+ ε ⎞ ⎜⎜ ⎟⎟ > 1 + ε 2 216⎝Maret 1−η 2007 ⎠ 2 4 8 ⎦ 1 ⎡ ε⎤ → η ≤ ⎢1 + ⎥ 2 ⎣ 2⎦ 1⎡ ε⎤ −1 y = ⎢1 + ⎥[1 + ε ] 2 ⎣ 2⎦ 2 ⎛V ⎞ 1 ⎛ ε⎞ −1 y = ⎜⎜ ⎟⎟ → V 2 = V p2 ⎜1 + ⎟(1 + ε ) 2 ⎝ 2⎠ S.Siregar, Pelatihan Astronomi 12 ⎝ Vp ⎠ Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta Analisis Bentuk Lintasan ⎛H⎞ ε =⎜ ⎟ ⎝R⎠ x = μ (Sinθ ) 2 ⎛V y=⎜ ⎜V ⎝ p ⎞ ⎟ ⎟ ⎠ 2 z = 1 – e2 z = 4 xy(1 + ε )[1 − (1 + ε ) y ] η = (1 + ε ) y z = 4xη[1 − η ] 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 13 Dapat diambil kesimpulan; 1. Dalam hal V 2 ≤ V f2 maka satelit jatuh ke Bumi,bergerak dalam pola orbit ICM (Intercontinental Missile). Tahanan udara dan gangguan gravitasional maupun non-gravitasional akan mempengaruhi bentuk lintasan. 2. Jika V 2 > V f2 satelit tidak akan jatuh dan mengorbit mengelilingi Bumi dalam bentuk lintasan tertentu. Gambar berikut meragakan berbagai kasus untuk beberapa sudut lontar sebagai fungsi rasio keceptan lontar kuadrat dan kecepatan parabola kuadrat, 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 14 ⎛V 16 Maret 2007 η =⎜ ⎜ Vp ⎝ ⎞ ⎟⎟ ⎠ 2 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 15 Sudut lontar bukan 900 orbit lingkaran tidak pernah terbentuk Kecepatan Jatuh 1 ⎛ ε⎞ −1 V f 2 = V p2 ⎜1 + ⎟ (1 + ε ) 2 ⎝ 2⎠ 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 16 Persamaan Orbit Komet f 1 M ⎛ 3 f ⎞ Tan + Tan = k t − T ( ) 3 ⎜ ⎟ 2 3 2⎠ 2q ⎝ 2q 2⎛ f ⎞ r= = qSec ⎜ ⎟ 1 + Cosf ⎝2⎠ 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 17 Orbit dalam ruang 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 18 Lingkaran bantu Kepler 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 19 Orbit Kohoutek 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 20 Bintang Ganda Visual ADS 1733 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 21 Pandangan Teleskopik Ganda S.Siregar, Pelatihan Bintang Astronomi 16 Maret 2007 Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 22 Jarak sudut terhadap epoch observasi 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 23 Sudut posisi terhadap epoch observasi 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 24 Profil sudut posisi dan jarak sudut sebagai fungsi epoch observasi 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 25 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 26 Lintasan wahana disekitar planet tujuan (a)Misi flyby (b)misi orbiter [c] misi lander dan (d) misi sample-return 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 27 Energi kinetis bertambah (pump-up) pada posisi (a). Energi kinetis berkurang (pump-down) pada posisi (b) 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 28 Tekanan radiasi mengubah bentuk orbit 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 29 Efek tekanan radiasi pada lintasan satelit 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 30 Persamaan Irisan kerucut • • • • • • • • Nilai ω = θ maka dan ini merupakan jarak r minimum yang dapat dicapai oleh titik massa m2 terhadap m1 dalam lintasannya, diberi simbol rp Nilai ω - θ = 1800 maka kita lihat bahwa ini adalah jarak maksimum titik massa m2 terhadap m1 dalam orbitnya, diberi simbol ra. Tinjau pula bila pada ketentuan diatas kita ambil nilai e untuk bermacam macam harga; Eksentrisitas e =0 maka rp = ra titik terjauh sama besarnya dengan jarak titik terdekat. Bentuk lintasan seperti ini adalah suatu lingkaran Eksentrisitas e =1 maka; dan ra → ∞ titik terjauh berlokasi ditak terhingga. Bentuk lintasan seperti ini dikenal sebagai suatu parabola Eksentrisitas berada diantara 0 dan 1, 0 < e <1, maka; rp < p dan ra > 0 Eksentrisitas e > 1 maka rp < p dan ra < 0 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta d 2u μ +u = 2 2 dθ h u = ACos (θ − ω ) + μ h2 h2 r= μ Ah 2 μ r= Cos (θ − ω ) + 1 p 1 + eCos (θ − ω ) p= h2 e= h2 μ μ 31 Parameter Orbit . 2 Eh 2 e = 1+ 2 μ m2 • • h = r θ = GMa (1 − e ) 2 2 • 2 Eh 2 h 2 = GMa(− ) 2 m2 μ E=− μm2 2a 1 1 V = 2GM ( − ) r 2a 2 16 Maret 2007 • Energi total sistem E = 0 , maka e = 1 jadi orbit berbentuk suatu parabola Energi total sistem E < 0 , maka e < 1 jadi orbit berbentuk suatu elip Energi total sistem E > 0 , maka e > 1 jadi orbit berbentuk suatu hiperbola S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 32 Persamaan dasar dK 1 2 • 1 = r θ= GMa (1 − e 2 ) dt 2 2 K= 1 GMa (1 − e 2 )t + K 0 2 1 πab = GMa (1 − e 2 ) P 2 b = (1 − e 2 ) a 16 Maret 2007 2πa 3 / 2 P= GM P 2 4π 2 = 3 a GM P12 P2 2 Pn 2 = 3 = .… = 3 = kons tan 3 a1 a2 an S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 33 Perjalanan ke Bulan • Skenario Perjalanan Wahana dari Bumi ke Bulan Bulan pada saat peluncuran • Transfer Orbit Bumi pada saat peluncuran • Parking Orbit Bulan pada saat kedatangan Final Orbit 16 Maret 2007 sumbu panjang lintasan roket, ar yang berbentuk elip merupakan setengah sumbu panjang lintasan Bulan, ab dengan demikian Jika kita misalkan PR periode roket mengelilingi Bumi dan PB periode Bulan. tempo yang diperlukan Bulan untuk melengkapi putarannya mengelilingi Bumi yaitu 27,32 hari. Maka dapat dinyatakan bahwa; 2 2 P PR P 2 = B 3 → PR = B 3 8 aR aB 2 (1-70) Jadi PR= 9,65 hari. Ini merupakan tempo yang diperlukan roket tadi untuk melengkapi satu kali lintasannya. Tempo yang diperlukan untuk mencapai Bulan adalah setengah PR atau 4,83 hari. S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 34 Kecepatan sebagai fungsi kecepatan lepas a(1 - e 2 ) R 0 = rp = = a (1 − e) 1+ e ⎡1 + e ⎤ V = 2GM ⎢ ⎥ R ⎣ 0 ⎦ 2 V 2 ⎡1 + e ⎤ =⎢ 2 ⎥ Ve ⎣ 2 ⎦ 1+ e V= Ve 2 Ve = 16 Maret 2007 2GM = 11,2km / det R0 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 35 Tabel 1-1 Kecepatan roket untk menuju Bulan dalam berbagai nilai eksentrisitas e V(km/det) Ket 1 0 7.920 Lingkaran 2 0.2 8.675 Elip 3 0.5 9.699 Elip 4 0.9 10.916 Elip 5 1 11.200 Parabola t No 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 36 Gerak dan Momentum Roket dm dV +m =0 dp1 + dp2 = 0 → V dt dt dp2 dm dV = −Vg m t m mf dm ∫0 dV = −Vg m∫ m 0 dm dp1 16 Maret 2007 mf V = Exp(− ) m0 Vg S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 37 Tabel 1-2 Rasio mf /m0 untuk berbagai kecepatan dorong Vg dalam km/det, sebagai fungsi dari h/R. Kolom tiga menunjukkan kecepatan lingkaran. Vc dalam km/det No h/R Vc Vg=2 Vg= 3 Vg= 4 Vg=5 1 0 7.92 0.19 0.34 0.44 0.52 2 0.1 7.55 0.21 0.35 0.46 0.53 3 0.2 7.23 0.22 0.37 0.47 0.55 4 0.3 6.95 0.24 0.38 0.49 0.56 5 0.4 6.69 0.25 0.40 0.50 0.57 6 0.5 6.47 0.26 0.41 0.51 0.59 7 0.6 6.26 0.27 0.42 0.52 0.60 8 0.7 6.07 0.28 0.43 0.53 0.60 9 0.8 5.90 0.29 0.44 0.54 0.61 10 0.9 5.75 0.30 0.45 0.55 0.62 11 1 5.60 0.31 0.46 0.56 0.63 16 Maret 2007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Guru SMA BPK-Penabur,Jakarta 38