kewaspadaan terhadap penyakit busuk akar dan pangkal batang

advertisement
KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT BUSUK AKAR DAN
PANGKAL BATANG SERTA PRINSIP PENGENDALIANNYA PADA
TANAMAN JERUK
(Alertness of Citrus Root Rot and Stem Rot Disease and It's Controlling Principle
on Citrus Plant)
Mutia Erti Dwiastuti
BALAI PENELITIAN TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA
ABSTRAK
Kewaspadaan terhadap penyakit busuk akar dan pangkal batang pada tanaman jeruk
dianjurkan karena penyakit ini dapat mengakibatkan kematian. Tercatat ada 4 penyebab
penyakit busuk akar dan pangkal batang yang menyerang tanaman jeruk yaitu
Phytophthora spp, Armillaria mellea, Phymatotrichum omnivora dan Rosellinia spp, tetapi
2 patogen terakhir belum pernah ditemukan di Indonesia. Prinsip pengendalian meliputi
monitoring, pengendalian secara kultur teknis (pengelolaan kebun jeruk sehat, pengaturan
drainase, mulsa dan pemupukan organik) penggunaan varietas tahan, pengendalian ramah
lingkungan (agens hayati, bahan nabati dan bahan generik) serta fungisida. Strategi
pengendalian yang diterapkan disesuaikan dengan siklus penyakit, kondisi lingkungan dan
kondisi tanaman jeruk.
Kata kunci : Citrus Sp, Phytophthora spp, Armillaria mellea, Phymatotrichum omnivora,
Rosellinia spp.
ABSTRACT
Alertness of citrus root rot and stem rot diseases are highly recommended because the
diseases cause death. The diseases caused by Phytophthora spp, Armillaria mellea,
Phymatotrichum omnivora and Rosellinia spp, but the last two have never been found in
Indonesia yet. The principle of the diseases control include monitoring, technically control
(citrus plantation management, drainage arrangement, mulch and organic fertilizer usage),
resistance varieties usage and environment friendly control (natural enemies, bio
components, generic ingredients), and also fungicide. The strategies applied for the diseases
control were adjusted to the disease cycles, citrus plant and plantation condition.
Keywords : Citrus Sp, Phytophthora spp, Armillaria mellea, Phymatotrichum omnivora,
Rosellinia spp.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
377
PENDAHULUAN
Produktivitas tanaman jeruk Indonesia tahun 2003 sebesar 22.13 ton/ha atau produksi
per pohon ± 44.26 kg (Dimyati, 2006). Ditinjau dari produksi per pohon sudah cukup
memadai, namun masih berpeluang untuk ditingkatkan, mengingat konsumsi jeruk baru
mencapai 2.9 kg/kapita/tahun, masih di bawah konsumsi jeruk di negara-negara
berkembang lainnya sebesar 6.9 kg/kapita/tahun. Maraknya pengendalian penyakit Citrus
Vein Phloem Degeneration (CVPD) dan penyakit burik kusam, membuat petani agak
terlena untuk mengendalikan penyakit lain yang mematikan. Penyakit tersebut adalah
penyakit busuk akar dan pangkal batang yang disebabkan oleh Jamur Phytophthora
nicotianae varietas parasitica dan P. citrophthora atau penyakit akar Armillaria mellea.
Dari laporan Direktorat Perlindungan Tanaman, tahun 2006 tercatat 67.429 pohon jeruk di
Indonesia terserang Phytopthora yang menyebabkan busuk akar, busuk pangkal batang dan
mematikan tanaman, serta merupakan penyakit utama ke 3 yang mematikan setelah CVPD
(471.267 pohon) dan Diplodia (203.047 pohon). Hasil Surveielence Drenth dan Sendall
(2004), kehilangan hasil akibat Phytophthora pada tanaman tahunan di Indonesia sebesar
6-12% dengan kerugian rata-rata sebesar US 23.400.000. Berdasarkan kerugian yang
ditimbulkan akibat serangan penyakit ini maka perlu kewaspadaan terhadap gejala dini dan
prinsip pengendaliannya. Di Indonesia penyakit ini telah menyerang pertanaman jeruk di
Jawa, Sumatera dan Kalimantan (Semangun, 2004) serta di NTT. Penyakit akar Armillaria
belum pernah dilaporkan lagi sejak tahun 1937 (Semangun, 2004). Kerancuan gejala
penyakit Phythophthora dengan penyakit Armillaria yang terjadi di sentra produksi jeruk
siam di Jember membuat stake holder dan petani sulit menentukan strategi pengendalian
yang tepat mengingat penyakit ini menyebabkan kematian.
Mewaspadai Gejala Penyakit
Penyakit busuk akar dan pangkal batang pada tanaman jeruk yang paling berbahaya
adalah yang disebabkan jamur Phythopthora spp. (Semangun, 2004; Timmer et al., 2000).
Namun demikian ada beberapa penyebab lain yang perlu diwaspadai misalnya Armillaria
sp, Phymatotrichum omnivora dan busuk akar Rosellinia sp (Timmer et al., 2000). Penyakit
Armillaria pernah outbreak di Malang utara pada tahun 1934 - 1937 dan mematikan ribuan
tanaman jeruk (Muller, 1939 dalam Semangun, 2004) dua penyakit yang lain belum pernah
dilaporkan di Indonesia, namun di luar negeri terutama di USA penyakit ini menyebabkan
kematian sporadis, maka perlu diwaspadai. Karakteristik Gejala penyakit busuk akar dari
masing-masing penyebab penyakit disajikan dalam Tabel 1.
378
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
379
Penyebab
Phytophthora
nicotiana varietas
paracitica /
P. citro sphthora
Armillaria mellea
Phymatotrichum
omnivora
Rosellinia sp
No
1
2
3
4
Busuk akar
mushroom
-
-
-
-
-
-
Busuk pangkal
batang dan busuk
akar
-
Nama Penyakit
Pohon menguning, daun gugur
Busuk sangat parah pada akar
Busuk melingkar pada batas tanah
Nuselem coklat hitam
Busuk akar
Rhizomorph lebat 2 untai membelit
akar
Menyerang tanaman muda/seedling
Busuk akar (gambar 2a)
Layu dan mati secara tiba-tiba
Daun gugur
Mahkota akar putus
Gejala sporophore hanya didalam
tanah (gambar 2b)
Sporopore Besar tumbuhan di
permukaan akar
Pangkal batang luka coklat hitam,
keluar blendok (gambar 1b)
Akar batang cortex dan akar serabut
busuk (gambar 1a)
Daun menguning, layu dan mati
Gejala
Tanah lempung berat
Tanah basah, tergenang
Pertengahan musim hujan
Menular lewat air tanah, percikan
dan kontak (soil borne)
• Hujan lebat
• Air menggenang
• Daerah tropis
• Rhizomorph bertahan baik pada
tanah kedalaman 20-40 cm
• Tanaman muda
• Kontak akar
• Bertahan pada kayu
• Sedikit tular tanah Rhizomorph ?
dapat tumbuh jauh dari akar
tenafuksi
•
•
•
•
Faktor Pendukung
Gambar 1. Karakteristik Gejala Penyakit Busuk Akar dan Pangkal Batang pada Tanaman Jeruk.
(Root Rot and Stem Rot Symptoms Characteristics on Citrus)
Belum pernah
ada di jeruk
Belum pernah
ada di jeruk
Jawa (Malang)
Jawa, Sumatera,
NTT,
Kalimantan
Penyebaran
(a)
(b)
Gambar 1. Penyakit Phytophthora pada Batang dan Akar (a dan b).
(Phytophthora Disease Symptoms on Stem and Root (a and b))
(a)
(b)
Gambar 2. Gejala Penyakit Armillaria Akar.
a. Busuk Pangkal Akar dengan Mesilia Jamur di Atas Permukaan Akar
b. Bentuk Sporophore Jamur (Mushroom) Armillaria sp di Atas Permukaan
Akar di Atas Tanah.
(Amillaria Disease Symptoms on Root)
a. Root Rot with Fungi Mycelia on Root Surface
b. Sphoropore Shape (Mushroom) Armillaria sp on Root Surface Above The
Soil.
380
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
PRINSIP PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK AKAR
DAN BUSUK PANGKAL BATANG
Penyebab penyakit busuk akar dan pangkal batang, tergolong dalam penyakit
sistemik. Pengendalian harus cepat dilakukan dan terstruktur, namun harus tetap ramah
lingkungan. Prinsip Pengendalian tersebut meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
Monitoring
Kultur teknis
Varietas batang bawah tahan
Pengendalian ramah lingkungan
Fungisida
1. Monitoring
Pekerjaan ini dilakukan bersamaan dengan pemeliharaan tanaman dan sebaiknya
dilakukan lebih teliti pada waktu musim hujan agar bila ada infeksi baru dini dapat
cepat dikendalikan.
2. Kultur teknis
a. Karantina, pembibitan dan pengelolaan kebun yang sehat. Kondisi ini diperlukan
untuk memproteksi terhadap infeksi awal pada media untuk pembibitan. Proteksi
dilakukan dengan cara disterilkan dengan pemanasan media. Penanaman pada tanah
dangkal dengan cara diberi gundukan seperti di Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan dan beberapa daerah di Jawa Timur. Sanitasi kebun yang baik untuk
mengurangi kelembaban dan bagian tanaman yang terinfeksi dengan cara
membuang bagian tanaman terinfeksi dan dibakar, serta melakukan pemangkasan
bentuk dan pemangkasan produksi.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
381
Gambar 3. Penanaman Jeruk di Atas Gundukan.
(Planted the Plant on Soil Bed)
b. Pengaturan drainase dan irigasi. Air hujan dan air pengairan jangan sampai
menggenang di sekeliling pangkal batang dengan cara dibuat gundukan dan dibuat
parit-parit agar air dapat mengalir dengan tuntas.
c. Pemberian mulsa dan pupuk organik (pukan) terutama diperlukan pada tanah yang
kurang air, atau pada musim kemarau. Selain itu meningkatkan aktivitas mikroba
tanah untuk menginduksi jamur antagonis. Demikian juga manfaat pupuk kandang,
unsur amonia dan asam organik yang terkandung dalam pukan didekomposisi
menjadi bahan organik yang dapat membunuh jamur Phythophthora, residu bahan
organik menyediakan nutrisi bagi tanah untuk tumbuhnya jamur antagonis dalam
tanah (Drenth and Quest, 2004). Yang penting diwaspadai dalam menggunakan
pupuk kandang adalah jangan menggunakan pukan yang belum matang karena dapat
merusak perakaran. Tanaman penutup (cover crops) dapat menurunkan penyakit
busuk akar terutama Phytophthora. Di Balitjeruk mulai meneliti cover crop jenis
Arachis pentoii dengan mengadopsi dari teknologi pengendalian Phytophthora pada
kakao. Dianjurkan pemupukan nitrogen tidak terlalu tinggi karena dapat
meningkatkan kejadian penyakit.
382
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
3. Varietas batang bawah tahan
Varietas batang bawah yang toleran telah diketahui dari hasil penelitian di lahan
pasang surut Kalimantan Selatan. Varietas batang bawah JC, RL, Cleopatra mandarin
dan Poncirus trifoliata diketahui tahan terhadap Phytophthora (Sutopo et al., 2006).
Tabel 2. Gejala Serangan Penyakit Phytophtora sp. pada Batang Bawah Jeruk Introduksi di
Desa Sei Kambat Kabupaten Barito Kuala, April 2006.
(Symptoms of Phytophthora Disease on Introduction Citrus Rootstocks on Sei Kambas,
Barito Kuala, April 2006)
No
Gejala Serangan Phytophtora
Perlakuan
Daun
Batang
Akar
Kriteria
Ketahanan
1
Volkameriana (V)
Menguning ringan (N)
-
-
T
2
Rough lemon (RL)
-
-
-
ST
3
Japanese Citroen (JC)
-
-
-
ST
4
Troyer (T)
Daun rontok ringan
-
-
AT
5
Emperor Mandarin (E)
6
Citromello (C)
7
8
-
-
Busuk/mati
SR
Kuning layu
Luka ringan
-
AR
Cleopatra mandarin (CL)
-
-
-
ST
Poncirus trifoliata (PT)
-
-
-
ST
Keterangan: Sangat Tahan (ST)
Tahan (T)
Agak Tahan (AT)
Agak Rentan (AR)
Rentan (R)
Sangat Rentan (SR)
=
=
=
=
=
=
daun, batang dan akar sehat
daun (menguning), batang dan akar sehat
daun layu-layu/rontok, batang dan akar sehat
gejala daun layu.rontok, batang luka, akar sehat
gejala daun layu.rontok, batang luka, akar busuk
akar busuk, tanaman mati.
4. Pengendalian ramah lingkungan
Pengendalian hayati dapat berupa agens hayati dan bahan nabati. Pada jeruk telah
diteliti potensi Trichoderma harsianum, T. viride, serta bahan nabati cengkeh. Berikut
referensi tentang pengendalian hayati untuk penyakit busuk akar, khususnya
Phytophthora (Tabel 3).
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
383
Tabel 3. Alternatif Pengendalian Penyakit Phytophthora yang Ramah Lingkungan.
(Alternatif of Phyhtophthora Disease Control Which Safety Environment)
Jenis Pengendalian Hayati
A. Agens Hayati
Trichoderma harsianum
B. Bahan Nabati
1. Daun/bunga cengkeh
2. Daun sirsak + daun tembakau
C. Bahan Generik
1. Bubur California
Pembuatan dan Aplikasi
- Larutan suspensi 108 sebanyak 250-500 ml (tergantung dari luas
perakaran) disarankan selebar perakaran.
- Kompos trichoderma ditabur atau dibenamkan di daerah
perakaran.
- 50-100 g ditumbuk sampai berbentuk tepung.
- Aplikasi ditaburkan atau dibenamkan ke dalam tanah sekitar
daerah perakaran.
- 50 gr daun sirsak + 1 genggam daun tembakau + 20 g
deterjen/sabun colek + 20 l air dihancurkan, direndam semalam
dan disaring.
- Aplikasi, disemprotkan atau disiramkan ke daerah perakaran
- Olesi pangkal batang luka dengan bubur California
(belerang:kapur:air = 2:1:10).
- Aplikasi pada awal dan akhir musim penghujan.
2. Ter ditutup dengan larutan +
kapur garam
- Pangkal batang dioles dengan ter kemudian ditutup lagi dengan
larutan kapur garam (25 kg kapur mati, 2 kg garam dapur dan 2535 l air).
- Aplikasi mulai umur 3 tahun, awal dan akhir musim penghujan.
3. Lumpur belerang
- Akar-akar terserang ditaburi belerang (60-70%) sebanyak 1,5-3
kg tergantung besar pohon.
5. Fungisida
Fungisida yang secara khusus direkomendasikan untuk penyakit akar dan busuk
pangkal batang pada tanaman jeruk belum ada. Namun dari penelusuran referensi untuk
penyakit Phytophthora diketahui ada beberapa pestisida yang efektif untuk
mengendalikan patogen penyebab penyakit (Erwin and Ribeiro, 1996) kelas Oomycetes
termasuk Phytophthora (Tabel 4). Selain itu saat ini dicoba beberapa fungisida yang
mungkin dapat efektif mengendalikan Phytopthora secara semi laboratorium.
384
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Tabel 4. Fungisida yang Efektif Mengendalikan Patogen Kelas Oomycetes.
(Effective Fungicide for Control of Oomycetes Class of Fungi)
No
1
2
3
4
5
Klasifikasi/Nama Umum
Formulasi (Nama Dagang)
Nama Kimia
Karbamat
- Prothiocarb
Previcur 70 SCW
S - ethyl
(3 - dimetylamino propyl)
thiocarbamate
- Propamocarb
Previcur N
Propyl 3 - (dimetylamino)
propylcarbomate
- cymoxanil
Curzate, WP
1 - (2 - Cyano - 2 methoxyi
minoacetyl) - 3 - ethylurea
Ethyl phosphonat
- fosetyl
Alliette, WP
Ethylhydrogen phophate aluminium
salt
- metalaxyi
Ridomil, WP, G
Methyl N - (2 -methoxyacetyl) - N
(2,6 - xylyl) - DL - alaninate
Asam Fosfit
Folirfos, AS
-
Cyanoacotamide - oximes
Phenylamides
STRATEGI PENGENDALIAN
Strategi pengendalian yang menitik beratkan pada kapan harus dikendalikan dan
dengan apa mengendalikan penyakit Phytophthora. Dasar yang digunakan adalah hasil
percobaan pada fase siklus hidup Phytophthora infestans (Erwin and Ribeiro, 1996).
Strategi tersebut digambarkan sebagai berikut:
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
385
Kultur teknis, varietas tahan
Fungisida sistemik
Agens hayati, nabati
Fungisida protektan
Bahan generik
Gambar 4. Strategi Pengendalian Penyakit Phytophthora Berdasarkan Siklus Hidup Patogen.
(Strategy of Controling Phythophthora Disease According to Life Cycle of Pathogen)
KESIMPULAN
Kewaspadaan dan pengenalan gejala secara benar terhadap penyakit busuk akar dan
pangkal batang merupakan langkah awal untuk menentukan pengendalian secara tepat dan
cepat.
Pengendalian penyakit yang efektif, jarang berhasil bila hanya mengaplikasikan 1
macam metode pengendalian. Oleh karena itu strategi pengendalian dikombinasikan dan
disesuaikan dengan keparahan penyakit, kondisi lingkungan dan kondisi tanaman. Prinsip
pengendalian yang baik meliputi, monitoring kondisi tanaman secara periodik,
pengendalian secara kultur teknis, menggunakan varietas batang bawah tahan, pengendalian
ramah lingkungan (agens hayati, bahan nabati dan bahan generik) serta dengan fungisida.
386
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, A. 2006. Modernisasi Sentra Produksi Jeruk di Indonesia (Manajemen Produksi, Jaringan
Pemasaran dan Pembinaan Petani) dalam: Winarno, M, A. Supriyanto, M. E. Dwiastuti dan L.
Setyobudi (eds.). Prosiding Seminar Jeruk Tropika : 12 - 28.
Drenth. A, and B. Sendall. 2004. Economic Impact of Phytophthora Diseases in South east Asia. In
Drenth A. and Guest, D. I. Diversity and management of Phytopthora in South east Asia. ACIAR
Monograph 114 : 10 - 25.
Drenth. A and David I Quest. 2004. Principles of Phytophthora disease management in Drenth A. and
Guest, D. I. Diversity and management of Phytopthora in South east Asia. ACIAR Monograph
114 : 154 - 160
Erwin, D. C; and O. K. Ribeiro. 1996. Phytophthora diseases worldwide. APS Press. The American
Phytopathogical society, St Paul, Minnesota. 562 P
Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University
Press. 850 P
Sutopo, M. E. Dwiastuti, A. Supriyanto, Suhariyono, A. Triwiratno, A. Sugiyatno. 2006. Penelitian
Perbaikan Teknologi Produksi Jeruk Siam di Lahan Rawa. Laporan akhir Balitjestro 2006. 75
hal.
Timmer, L. W; S. M. Garnsey and J.H. Graham. 2000. Compendium of Citrus Diseases 2nd id. The
American Phytopathological Society. 92 P.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
387
Download