BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengguna internet telah berkembang di seluruh bagian dunia terutama di indonesia. Social Networking Sites (SNS) juga bertumbuh dengan bermacam jenis sosial media. Social Networking Sites (SNSs) adalah forum online di mana pengguna dengan kepentingan umum atau sebuah koneksi (dapat berkumpul untuk berbagi pikiran, komentar dan pendapat) (Weber, 2009). (Safko dan Rem, 2009) Selain komunikasi dan kolaborasi, SNSs juga memfasilitasi pendidikan dan informasi. Social Networking Sites (SNSs) seperti (Facebook, Twitter, Friendster, Myspace dan lain sebagainya). Banyak pengguna menggunakan situs-situs tersebut sebagai tempat menghabiskan waktu luang dan menghibur diri. Bagi perusahaan atau pengiklan suatu produk atau jasa di media sosial, Social Networking Advertising (SNA) yaitu pemasaran melalui SNS adalah sebuah keuntungan yang besar. Social Networking Advertising (SNA) adalah iklan online yang terfokus pada situs jaringan sosial. SNA juga merupakan istilah umum eksplisit yang mengcapturing (misalnya, banner segala iklan bentuk dan video iklan online komersial) - Apakah atau implisit (misalnya, “fan page” atau "tweets") yang disampaikan melalui SNSs. 1 Bagi perusahaan atau pengiklan, SNA masih merupakan hal yang baru berkembang pesat, substantif penting, dan sebagian besar belum di eksplorasi. Satu dari keuntungan utama beriklan di situs jaringan sosial (Facebook , Myspace, Twitter dan lainnya) adalah pengiklan mendapat keuntungan dari informasi demografi pengguna dan dapat mentargetkan iklan mereka dengan tepat sasaran. Saat ini (SNS) dijadikan tempat berjalannya bisnis pemasaran dengan iklan. Terutama dalam mengenalkan produk-produk yang diciptakan oleh perusahaan atau pengiklan di situs jaringan sosial. Perkembangan pengguna SNSs yang signifikan (Facebook dan Twitter) menarik minat para pengiklan di jaringan sosial. (Di Cuffia, 2009; Flavelle, 2007) Menurut dari hasil laporan, bahwa waktu yang paling banyak terbuang oleh masyarakat saat ini adalah cenderung ke media sosial, dan jumlah waktu yang dihabiskan di SNSs terus meningkat (Nielsenwire, 2010). Selanjutnya (www.emarketer.com) pada bulan juli 2009 - 2013 para ahli memperkirakan pemasaran lewat iklan di Facebook akan melampaui iklan yang ada pada Myspace, yang merupakan satu dari sekian alternatif SNSs. Data ini menunjukkan bahwa semakin banyak pengiklan yang akan masuk ke dalam SNSs untuk memasang iklan. Oleh karena itu, para pengiklan perlu menciptakan iklan yang tepat dan sesuai, agar iklan menjadi efektif ketika diterima oleh masyarakat terutama pengguna situs. 2 Ada beberapa pandangan mengenai SNA yang efektif, ada yang berargumentasi bahwa SNA efektif ketika pengguna telah menerima iklannya, namun ada juga yang memandang bahwa komersialisasi yang berlebihan justru mungkin mengakibatkan iklan tersebut diabaikan dan ditinggalkan oleh pengguna SNSs. Menurut cacatan penelitian (AdReaction, 2010) hanya 22% konsumen yang memberikan sikap positif terhadap iklan jaringan sosial, dan ada 78% dari konsumen yang cenderung meninggalkan iklan di situs jaringan sosial ( SNS ). Alasan dari konsumen ini adalah karena mereka menganggap iklan itu berlebihan dan terlalu banyak ( AdReaction,2010 ). Pengguna menganggap iklan terlalu banyak atau sudah berlebihan. Ditambah lagi pengguna akan iklan yang langsung tidak menarik diabaikan dan dan tidak sesuai ditinggalkan. bagi Dukungan empiris mengenai fenomena ini masih sangat kurang. Para pengguna menganggap SNA itu berlebihan dan cenderung mengabaikan iklan. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk mengetahui sikap pengguna SNS (Attitude Toward SNA) yang dianggap berlebihan. Berdasarkan model teori kepuasan dan pemanfaatan media, bahwa faktor (Content related dan Structural) merupakan faktor yang memengaruhi sikap pengguna terhadap iklan di SNSs. (Content related) terkait dalam sebuah iklan jaringan sosial. 3 adalah isi yang Riset berdasarkan teori kepuasan dan pemanfaatan media menunjukan bahwa nilai dari suatu iklan berasal dari (Content related), yaitu kemampuan isi iklan untuk memenuhi kebutuhan konsumen untuk informasi (Informativeness) dan hiburan (Entertainment) (Mc Quail, 1983). Sedangkan untuk (Structural) memotivasi dapat menjadi melihat para sebuah iklan-iklan merupakan komponen pengguna menggunakan komponen yang untuk dipasang bagian (SNS), memengaruhi dalam (SNS). dari cara agar para pengguna Faktor Structural juga merupakan“Proses memotivasi” memaksa pengguna login ke account mereka, misalnya di pagi hari sebagai bagian terstruktur rutin, sebelum berangkat kerja atau kuliah, sebelum berangkat makan siang atau sesudah kembali kerumah pada sore hari (Peters et al, 2007). Dalam mengunjungi arti lain, atau bahwa masuk semakin dalam tingkat peluang pengguna melihat tinggi (SNS), tingkat semakin para pengguna tinggi pula iklan-iklan terpasang oleh perusahaan atau para pengiklan. Sehingga faktor ini dinyatakan indikator yang dapat membantu menciptakan sikap para pengguna untuk menanggapi iklan dengan sikap positif. Konsumen lebih aktif mencari media untuk memuaskan diri, baik kebutuhan utilitarian atau hedonic. Misalnya, menonton televisi untuk dihibur sebuah film atau informasi dokumenter dan berita (Lull, 1980). 4 Faktor Structural memiliki dua variabel yang berhubungan satu sama lain yaitu (Quality of Life dan Structure Time). Pengujian (Content related) yang terdiri dari dua variabel antara lain (Informativeness dan Entertainment). Kedua variabel ini dirasakan pengaruh pengguna telah diindentifikasi terhadap sikap (Attitude sebagai penentu Toward SNA) (Gao dan Koufaris,2006). Pertama, (Informativeness) menurut (Bauer dan Grayer, 1968) mengungkapkan bahwa keinformatifan iklan merupakan faktor penting yang mempengaruhi penerimaan terhadap iklan. Informativeness dapat diinterpretasikan sebagai kemampuan dari iklan dalam menyampaikan informasi kepada konsumen dalam rangka mencukupi kebutuhan mereka. Beberapa pendapat juga menyatakan bahwa fungsi yang melegitimasikan iklan adalah isinya yang informatif (yaitu, kemampuan untuk memberitahukan pengguna tentang produk alternatif yang memungkinkan mereka untuk membuat pilihan-pilihan yang menghasilkan nilai tertinggi dari produk itu sendiri) (Rotzoll, Haefner, dan Sandage). Kedua, (Entertainment) mengacu pada bagaimana konten dalam iklan dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan hiburan, kenikmatan estetika dan pelepasan emosional (Ducoffe, 1996). Kesenangan orang-orang dihubungkan dengan periklanan yang memainkan peranan yang sangat besar bagi seluruh sikap mereka terhadap iklan dan Entertainment dapat juga meningkatkan loyalitas konsumen dan nilai tambah bagi konsumen (Shavitt dkk,1998). 5 Ketiga, (Quality of life) mengacu pada proses menciptakan kualitas hidup seseorang. Keterlibatan dalam kegiatan jaringan sosial dianggap sebagai sarana untuk meningkatkan Quality of life seseorang yang bertujuan penuh untuk melewati tantangan hidup yang menggangu. Variabel ini dianggap dapat memfasilitasi lebih positif sikap pada SNA. (Peters et al 2007) menyatakan bahwa ketika seseorang mengalami tekanan maupun ketika seseorang ingin mengalihkan diri dari tugas-tugas mereka, diperlukan proses untuk menciptakan rasa nyaman dan ketenangan. Hal ini yang disebut dengan proses untuk menciptakan kualitas hidup seseorang, sehingga mereka akan merasa senang dengan iklan yang diberikan. Singkatnya, apabila konsumen merasakan kenyamanan dalam iklan, otomatis iklan tersebut akan diterima (Peters et al, 2007). Keempat, (Structure time) adalah penataan waktu yang ada dalam kaitan dengan memotivasi para pengguna menerima SNA sebagai komponen SNSs. Kesempatan untuk Structure time mungkin berfungsi sebagai motivasi terkait untuk menggunakan SNSs. Oleh karena itu, SNA apapun dapat secara implisit dilihat oleh para pengguna sebagai hal yang bermanfaat, sejauh mana SNA itu dapat memberikan sambutan tambahan pengalihan dan bentuk lain dari structure time pada situs jaringan sosial (SNS). 6 Meskipun para pengguna menggunakan SNS untuk menghilangkan kebosanan atau untuk mengalihkan diri diantara tugas, mereka juga sering menggunakan situs sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari mereka. Diantara pengguna SNSs 60% remaja, 67% dewasa, dan 42% orang tua dan berdasarkan laporan mereka menggunakan SNSs satu kali atau lebih dalam sehari (Li, 2007). (Wong and mengemukakan Tang, bahwa 2008) dalam sikap penelitiannya terhadap iklan pada advertising dapat dijelaskan menggunakan Theory of Reasoned Action bahwa sikap terhadap iklan (Attitude Toward Advertising) dengan memperhatikan norma subyektif akan mempengaruhi intention to accept. Wong and Tang mempengaruhi iklan sikap juga mengemukakan seseorang (Informativeness), terhadap seberapa besar bahwa iklan iklan faktor-faktor adalah yang keinformatifan mengandung unsur hiburan (Entertainment), kualitas hidup (Quality of life), dan struktur waktu iklan (Structure time), persepsi terhadap iklan secara umum dan faktor gender. Banyaknya iklan-iklan di SNSs menjadi masalah bagi pengiklan ataupun pengguna. Terutama para pengguna menanggapi iklan dengan negatif dan cenderung mengabaikan iklan. Dan dampaknya mengarah ke masalah bagi para pengiklan di SNS. 7 Dengan adanya model pengujian antara (Content related dan Structural) mungkin dapat mempengaruhi sikap penerimaan pengguna. Ini dapat menjadi hal yang menarik, apabila SNA diterima dengan sikap positif oleh para pengguna. Dan dijadikan sebagai komponen dari aktivitas para pengguna SNS. Kunci sukses untuk mengintegrasikan iklan di SNS adalah terutama cara penerimaan para pengguna media sosial dengan positif (Attitude Toward SNA). Pengguna tampaknya bersedia menerima iklan jaringan sosial (SNA) apabila iklan yang dikelola dengan menggunakan model pengujian yang akan dilakukan. (Lin dan Hung, 2009) dalam penelitiannya mengenai sikap pengguna internet terhadap sponsored link dengan menggunakan dua variable yaitu (Informativeness dan Entertainment). Bahwa dari kedua variabel ini memiliki pengaruh terhadap (Attitude Toward SNA) yang positif. Pada dasarnya pengiklan tidak dapat mengetahui dari sikap para pengguna media sosial terhadap banyaknya iklan-iklan di jaringan sosial. Keberhasilan pemasangan iklan pada situs jaringan sosial. Dikatakan berhasil oleh pengiklan, ketika iklan telah diterima oleh pengguna. Dari persepsi yang salah inilah yang membuat pemasang iklan harus membayar kerugiannya, dimana telah memasang iklan tetapi tidak menghasilkan keuntungan dari pemasangan iklan tersebut. sebelumnya tentang masalah-masalah yang ada diatas. 8 Menurut penjelasan Peneliti mencoba untuk meneliti faktor yang memengaruhi perilaku pengguna SNSs pada (Attitude Toward SNA). Dengan menggunakan model pengujian empiris berdasarkan faktor (Content Related dan Structural) yang dapat memberikan pengaruh positif pada (Attitude Toward SNA). Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti mencoba menuangkan pembahasannya dalam penulisan skripsi dengan judul : “ Pengaruh Faktor Informativeness, Entertainment, Quality of Live, Structure Time Terhadap Attitude Toward Social Networking Advertising ( SNA )”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : a) Apakah terdapat pengaruh Informativeness terhadap Attitude Toward SNA? b) Apakah terdapat pengaruh Entertainment terhadap Attitude Toward SNA? c) Apakah terdapat pengaruh Quality of life terhadap Attitude Toward SNA? d) Apakah terdapat pengaruh Structure time terhadap Attitude Toward SNA? 1.3. Pembatasan Masalah Untuk menghindari perluasan pembahasan dan kerancuan di dalam penganalisaan masalah, maka penelitian ini diberi pembatasan ruang lingkup pada permasalahan Content related dan structural antara lain (Informativeness dan Entertainment), (Quality of life dan Structure time) terhadap Attitude toward SNA. Dimana dari batasan masalah ini, bertujuan untuk dapat menjadikan sumber pemecahan masalah pengaruh-pengaruh variabel X terhadap variabel Y. 9 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh Informativeness terhadap Attitude Toward Social Networking Advertising (SNA). 2. Untuk mengetahui adanya pengaruh Entertainment terhadap Attitude Toward Social Networking Advertising (SNA). 3. Untuk mengetahui adanya pengaruh Qulaity of life terhadap Attitude Toward Social Networking Advertising (SNA). 4. Untuk mengetahui adanya pengaruh Structure time terhadap Attitude Toward Social Networking Advertsing (SNA). 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penilitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap konsumen pada iklan. Faktor tersebut dapat digunakan dalam rangka menilai efektifitas dari iklan yang telah dikembangkan, seberapa besar konsumen menghargai dan bersikap positif terhadap iklan. 10 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan evaluasi dalam menentukan kebijakan strategis (SNA) perusahaan di masa yang akan datang. Dan dapat dijadikan bahan acuan yang menarik dan sebagai pertimbangan dalam melakukan penulisan skripsi atau penilitian ilmiah lainnya. 2. Bagi perusahaan atau pengiklan Memberikan masukan dalam rangka penentuan sikap para pengguna dari sebuah iklan di jaringan sosial agar dapat diterima oleh masyarakat (Pengguna SNS) terutama mahasiswa/i di Universitas Mercu Buana. 3. Bagi pembaca Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk memahami dari sebuah pemasangan iklan dijaringan sosial. Dan untuk mendapatkan pilihan informasi yang bermanfaat dari sebuah pemasangan iklan jaringan sosial (SNA). 11