13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Manajemen
Setiap perusahaan dalam mencapai sebuah tujuan pasti akan banyak
menghadapi kendala, oleh karena itu perusahaan atau organisasi dalam menciptakan
suatu kerjasama yang baik dalam mencapai tujuannya membutuhkan suatu sistem
yang disebut manajemen. Dengan menggunakan ilmu manajemen maka perusahaan
akan mudah untuk mencapai tujuannya.
Menurut Heene dan Desmidt (2010) manajemen adalah serangkaian
aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkannya. Selain itu, menurut James A.F. Stoner (2006) manajemen adalah
suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya
dari anggota organisasi serta penggunaa sumber daya yang ada pada organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan sebelumnya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu
proses atau tindakan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien
dengan melakukan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian.
Sehingga tujuan perusahaan atau organisasi dapat di capai ddengan cara yang efektif
dan efisien.
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan
dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien mambantu terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan dan masyarakat (Hasibuan,2000). Menurut Bohlarander dan
Snell (2010) ilmu yang mmempelajari bagaimana memberdayakan karyawan dalam
perusahaan, membuat pekerjaan, kelompok kerja, mengembangkan para karyawan
yang mempunyai kemampuan, mengidentifikasi suatu pendekatan untuk dapat
mengembangkan kinerja karyawan dan membarikan imbalan kepada mereka atas
usahanya dalam bekerja.
13
14
Menurut Sofyandi (2008) manajemen sumber daya manusia didefinisikan
sebagai suatu strategi dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planing,
organizing, leading, dan controlling, dalam setiap aktifitas atau fungsi operasinal
sumber daya manusia mulai dari proses penarikan, seleksi, pelatihan dan
pengembangan, penempatan yang meliputi promosi, demosi dan transfer, penilaian
kinerja, pemberian kompensasi, hubungan industrial, hingga pemutusan hubungan
kerja, yang ditujukan bagi, peningkatan kontribusi produktif dari sumber daya
manusia organisasi terhadap pencapaian tujuan organisasi secara lebih efisien dan
efektif.
2.2.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Henry Fayol, ada 5 fungsi manajemen sumber daya manusia yang
terdiri dari:
1.
Planning dan Perencanaan
Merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan
penentuan stratego kebijaksanaan proyek program prosedur metode
sistem anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mecapai tujuan.
2.
Organizing atau pengorganisasian
•
Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
•
Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau
kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut
kearah tujuan.
•
Penugasan tanggung jawab tertentu.
•
Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individuindividu untuk melaksanakan tugasnya.
3.
Staffing
Staffing atau penyusunan personalia adalah penarikan (recruitment)
latihan dan pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi
pada karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan
produktif.
4.
Leading atau Fungsi Pengarahan
Bagaimana membuat atau mendapatkan para karyawan mendapatkan
apa yang mereka inginkan dan harus mereka lakukan.
15
5.
Controlling atau Pengawasan
Penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa
rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
2.2.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Simamora (2006), tujuan manajemen sumber daya manusia
dibedakan menjadi 4, yaitu:
1.
Tujuan Sosial
Manajemen sumber daya manusia bertujuan agar bertanggung jawab
secara sosial dan etis terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat,
serta meminimalkan dampak negatif tuntutan itu terhadap organisasi.
Menejemen juga diharapkan dpat meningkatkan kualitas masyarakat
dan membantu dalam memecahkan masalah sosial.
2.
Tujuan Organisasi
Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah memiliki sasaran
formal yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuan.
Malalui tujuan ini, manajemen sumber daya manusia berkewajiban
meningkatkan efektifitas organisasi dengan cara meningkatkan
produktifitas, mendayagunakan tenaga kerja secara efektif dan efisien,
mengembangkan dan mempertahan kan kualitas kehidupan kerja,
mengelola perubahan dan mengkomunikasikan kebijakan. Yang
paling penting adalah membantu organisasi mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
3.
Tujuan Fungsional
Merupakan tujuan untuk mempertahakan kontribusi departemen
sumber daya manusia –ada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
Degan
adanya
tujuan
fungsonal
ini,
departemen
sumberdaya manusia harus menghadapi peningkatan pengelolaan
sumber daya yang kompleks dengan cara memberikan konsultasi
berimbang dengan kompleksitas tersebut.
4.
Tujuan Pribadi
Manajemen sumber daya manusia berperan serta untuk mencapai
tujuan pribadi dari setiap anggota organisasi yang hendak dicapai
16
melalui aktivitasnya didalam organisasi. Oleh karena itu aktifitas yang
dibentuk oleh pihak manajemen haruslah terfokus pada pencapaian
keharmonisan antara pengetahuan, kemampuan, kebutuhan dan minat
karyawan dengan persyaratan pekerjaan dan imbalan yang ditawarkan
oleh manajemen organisasi.
2.3 Lingkungan Kerja
Lingkunagn kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang
dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas
yang di bebankan
(Nitisemito,2002). Menurut Supardi (2003) lingkungan kerja merupakan keadaan
disekitar tempat kita bekerja baik secara fisik maupun non fisik yang dapat
memberikan kesan menyenangkan , mengamankan, menentramkan, dan kesan bertah
untuk bekerja dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Dale (2002) lingkungsn kerja
yang
menyenangkan
mungkin
menjadi
pendorong
bagi
karyawan
untuk
menghasilkan kinerja puncak.
Menurut Sedarmayanti (2011) lingkungan kerja secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua jenis antara lain lingkungan kerja fisik dan non fisik. Faktorfaktor ligkungan fisik adalah pewarnaan, penerangan, udara, dan suara bising, ruang
gerak, keamanan dan kebersihan. Sedangkan lingkungan kerja non fisik adalah
struktur kerja, tanggun jawab, perhatian dan dukungan pimpinan, kerja sama antar
kelompok dan kelancaran komunikasi.
Berdasarkan uraian di atas, Sedarmayanti (2011) menentukan faktor-faktor
yang termasuk lingkungan kerja adalah sebagai berikut:
1. Kebersihan
Setiap perusahaan hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan sebab
selain mempengaruhi kesehatan fisik, juga akan mempengaruhi kesehatan
jiwa seseorang.
2. Pertukaran Udara
Pertukaran udara yang baik dan cukup adalah lingkungan kerja sangat
diperlukan apabila dalam ruangan tersebut penuh dengan orang. Pertukaran
yang cukup juga akan menimbulkan kesegaran fisik, dan sebaliknya
pertukaran udara yang kurang akan menimbulkan suasana yang pengap
sehinga mudah menimblkan kelelehan pada seseorang.
3. Penerangan
17
Dalam melaksanakan tugas seringkali orang membutuhkan penerangan yang
cukup baik, apalagi bila pekerjaan tersebut membutuhkan ketelitian.
4. Keamanan
Keamanan yang di maksud dalam point ini adalah keamanan dalam
lingkungan kerja yang terdiri dari keamanan terhapat harta milik pegawai
selama ditinggal bekerja. Apabila di tempat mereka bekerja sering terjadi
pencurian maka hal ini dapat menimbulkan kegelisahan yang menumbulkan
kegelisahan yang berakibatkan pada semangat dan kegairahan kerja karyawan
tersebut serta dapat menyebabkan menurun nya produktivitas kerja karyawan
tersebut.
5. Kebisingan
Kebisingan yang terus menerus akan dirasakan sebagai gangguan, apabila
jenis
pekerjaan
tertentu
yang
memerlukan konsentrasi.
Sebenarnya
kebisingan yang terus menerus akan menimbulkan terganggunya kesehatan
dan mengacaukan konsentrasi dalam bekerja.
6. Hubungan Antara Pimpinan dan Bawahan
Hubungan yang baik dan serasi antara pimpinan dan bawahan akan
menimbulkan kegairahan bawahan dalam bekerja. Tetapi bila hubungan
tersebut buruk, jelas akan menyebabkan produktivitas kerja karyawan
menurun. Oleh karena itu diperlukan suasana yang baik dan sehat antara
pimpinan dengan bawahan nya.
2.3.1 Jenis Lingkungan Kerja
Secara garis besar, jenis lingkungan kerja dibagi menjadi dua
yaitu
(Sedarmayanti, 2001):
1.
Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang berbentuk fisik
yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi
pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung. Ligkungan
kerja fisik dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
•
Lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan
pegawai seperti pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya.
18
•
Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga
disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia
misalnya temperatur, kelembaban dan lain-lain.
2.
Lingkungan Kerja Nonfisik
Semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja,
baik hubungan dengan atasan, maupun hubungan kerja dengan sesama
rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan. Perusahaan
hendaknya dapat mencerminkan kondisi yangmendukung kerja sama
antar tigkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status yang sama.
Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan,
komunikasi yang baik, dan pengendalian diri (Nitisemito,2000). Jadi
lingkungan kerja non fisik juga merupakan kelompok lingkungan
kerja yang tidak bisa diabaikan.
Menurut Sunarto (2002), terdapat dua ruang lingkup lingkungan organisasi
yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
1. Lingkungan internal adalah lingkungan yang secara langsung
mempengaruhi aktivitas organisasi yang berasal dari dalam organisasi
tersebut. Misal, pemilik perusahaan, karyawan, staf manajerial.
2. Lingkungan eksternal adalah pihak – pihak yang dapat mempengaruhi
secara langsung aktivitas organisasi yang berasal bari luar. Misal,
konsumen, pesaing, pemasok, pembuat aturan, dan pihak
internasional.
2.4 Motivasi
pengertian motivasi menurut Mc. Donald (dalam Sardiman 2007), motivasi
sabagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “
feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian
Mc. Donald ini mengandung tiga elemen yang penting yaitu: bahwa motivasi itu
mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia (walupun
moivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakan nya akan menyangkut
kegiatan fisik manusia, motivasi ditandai dengan munculnya, rasa yang relevan
dengan persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi serta dapat menentukan
tingkah laku manusia, motivasi akan dirangsang karena adanya tuuan dan tujuan ini
akan menyangkut soal kebutuhan.
19
Menurut Mathis (2001), motivasi merupakan hasrat di dalam diri seseorang
yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan. Sedangkan Rivai (2004)
berpendapat bahwa motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai nilai yang
memengaruhi individu untuk mencapai goal yang spesifik sesuai dengan tujuan
individu. Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai
sasaran organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan
kebutuhan sejumlah individu (robbins dan Mary, 2005).
Menurut Irianto (2005) dijelaskan, motivasi berasal dari kata “move” yang
artinya “bergerak”. Motivasi adalah sesuatu yang menggerakan atau mendorong
seseorang atau kelompok orang, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu”.
Salah satu unsur dari motivasi adalah motif (= motive, alasan, atau sesuatu yang
memotivasi).
Menurut Abraham Maslow (dalam Robbins & Coulter, 2014), teori motivasi
yang baik adalah teori hierarki kebutuhan yang dikemukakannya. Hierarki tersebut
terdapat lima kebutuhan, yaitu:
•
Fisiologis: meliputi rasa lapar, haus, berlindunga, seksual dan kebutuhan fisik
lainya.
•
Rasa aman: meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional.
•
Sosial: meliputi
rasa
kasih
saying,
kepemilikan,
penerimaan,
dan
persahabatan.
•
Penghargaan: meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti hormat diri,
otonomi dan pencapaian.
•
Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kecakapanya.
Teori ini digunakan untuk mngetahui apakah karyawan telah merasa
kebutuhan mereka terpenuhi atau belum pada saat mereka bekerja di perusahaan
tersebut. Memberikan motivasi memang bukan suatu hal yang mudah, oleh karena
itu seorang manajer harus mampu melihat dan mengatahui latar belakang, keinginan
dan ambisi yang dimiliki oleh bawahan nya, sehingga manajer dapat mengabil
kebijakan yang tepat serta dapat melakukan memotivasi yang tepat.
2.4.1 Tujuan Motivasi
Menurut S.P Hasibuan (2009). Ada beberapa tujuan dari motivasi, antata lain:
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerjakaryawan.
20
2. Meningkatkan produktivitas kerja kayawan.
3. Mempertahankan kestabilan karyawan.
4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
5. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6. Menigkatkan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7. Meningkatkan loyalita, kreatifitas dan partsdipasi karyawan.
8. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugas
ya.
10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
2.4.2 Proses Motivasi
Proses dari suatu motivasi secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Kebutuhan
Timbulnya
yang
ketegangan
dirasakan
gangan
Dorongan
Upaya
Kebutuhan
mencari
dipuaskan
Ketegangan
berkurang
Gambar 2.1 Proses Motivasi
Sumber : Sondang P Siagian
Bagan di atas menunjukan hal-hal sebagai berikut:
1.
Dalam kehidupan manusia, selalu timbul kebutuhan dan yang
bersangkutan merasa perlu untuk memuaskannya.
2.
Kebutuhan itu hanya dapat dikategorikan sebagai kebutuhan apabila
menimbulkan ketegangan dalam diri yang bersangkutan.
3.
Ketegangan
itulah
yang
menimbulkan
dorongan
agar
yang
bersangkutan melakukan sesuatu.
4.
Sesuatu itu adalah upaya mencari jalan keluar agar ketegangan yang
dihadapi tidak berlanjut.
5.
Jika upaya mencari jalan keluar yang diambil berhasil, berarti
kebutuhan terpuaskan.
21
6.
Kebutuhan yang berhasil dipuaskan akan menurunkan ketegangan,
akan tetapi tidak menghilangkan sama sekali. Alasannya adalah
bahwa kebutuhan yang sama cepat atau lambat akan timbul kemudian,
mungkin dalam bentuk yang baru dan mungkin pula dengan intensitas
yang berbeda.
2.5 Kinerja Karyawan
Menurut Hasibuan (2002), kinerja adalah merupakan suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas kecakapan, usaha dan
kesempatan. Berdasarkan paparan diatas kinerja adalah suatu hasil yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan serta waktu menurut standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pengertian kinerja karyawan adalah hasil dari proses
pekerjaan tertentu secara berencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta
organisasi bersangkutan menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007).
Kinerja menurut Faustino Cardoso Gomes (2003) kinerja karyawan sebagai
ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan
produktivitas. Kinerja menurut Simamora (1997) bahwa untuk mencapai agar
organisasi berfungsi secara efektif dan sesuai dengan sasaran organisasi, maka
organisasi harus memiliki kinerja karyawan yang baik yaitu dengan melaksanakan
tugas-tugasnya dengan cara yang handal. Menurut Casio 1992 dalam (blog
Mangkuprawira) Kinerja adalah pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang
diberikan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan
adalah hasil yang telah dicapai oleh seorang karyawan setelah mereka melaukan
tugas nya.
2.5.1 Fungsi Kinerja Karyawan
Menurut (Prawirosentono, 1999) ada beberapa faktor yang memepengaruhi
kinerja karyawan yaitu:
1. Efektifitas dan efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa
kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari
22
kegiatan
menilai
yang
penting
dari
hasil
yang
dicapai
sehingga
mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak efesien.
Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka
kegiatan tersebut efesien.
2. Otoritas (wewenang)
Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu
organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota
yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya.
Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dalam organisasi tersebut.
3. Disiplin
Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku. Jadi, disiplin
karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati
perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
4. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk
ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
Dari beberapa faktor diatas dapat disimpulkan bahwa, kinerja
karyawan harus dapat dikelola dan diatur dengan baik agar terciptanya ke
efektifan dan efisiensi dalam bekerja bagi karyawan, agar perusahaan dapat
mencapai visi, misi dan tujuan karyawan secara bersama.
2.5.2 Penilaian Kinerja Karyawan
Menurut Dessler dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia”
(2004), mengatakan bahwa menilai kinerja adalah kegiatan memperbandingkan
kinerja actual bawahan dengan standar-standar yang telah ditetapkan. Penilaian
kinerja dapat didefinisikan sebagai prosedur yang meliputi:
•
Penetapan standar kerja.
•
Penilaian kinerja actual karyawan dalam hubungan dengan standar-standar
yang telah ditetapkan.
•
Memberi umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orang
tersebut untuk menghilangkan penurunan kinerja atau terus berkinerja lebih
tinggi.
23
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja karyawan
adalah bagai mana perusahaan mengevaluasi kinerja kayawan dan memberi tahu
kepada karyawan tersebut agar mereka tahu dan memberikan timbal balik yang lebih
baik kepada perusahaan dan memotivasi mereka untuk bekerja lebih baik lagi.
Terdapat beberapa unsur dalam penilaian karyawan. Menurut Mathis (2011)
kinerja karyawan pada umumnya meliputi lima dimensi sebagai berikut:
a) Kuantitas dari hasil
Pencapaian target atau tujuan dalam kuantitas, dapat diukur secara absolut
dalam persentase atau indeks.
b) Kualitas dari hasil
Kualitas bersifat relatif, sehingga tidak mudah untuk diukur, dan sangat
bergantung pada selera individu.
c) Waktu dan kecepatan dari hasil
Setiap pelaksanan tugas selalu membutuhkan waktu. Waktu merupakan
sumber daya yang mahal, karena waktu yang terbatas sehingga tidak dapat
disimpan atau ditunda. Oleh sebab itu waktu harus digunakan sebaik mungkin
secara optimal agar mendapatkan hasil yang efektif pula. Penundaan
penggunaan waktu dapat menyebabkan terjadinya berbagai konsekuensi
biaya besar dan kerugian.
d) Kehadiran atau absensi
Tingkat kehadiran atau absensi ini merupakan sesuatu yang menjadi tolak
ukur sebuah perusahaan dalam mengetahui tingkat partisipasi karyawan
dalam perusahaan.
e) Kemampuan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama dibuat agar dapat terciptanya kekompakkan dalam
perusahaan sehingga dapat meningkatkan rasa kerja sama antar karyawan
untuk mencapai target atau tujuan bersama.
2.6 Hubungan Antar Variabel
2.6.1 Hubungan Antara Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Menurut Mangkunegara (2004), lingkungan kerja mempunyai hubungan yang
sangat erat terhadap kinerja karyawan, motif berprestasi yang perlu dimiliki oleh
24
karyawan harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri dan dari lingkungan kerja,
karena motif berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk
suatu kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka
pencapaian kinerja akan lebih mudah.
Menurut
Nitisemito
(2000),
perusahaan
hendaknya
harus
dapat
mencerminkan kondisi lingkungan kerja yang dapat mendukung kinerja karyawan
dan kerja sama antar tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan
yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana
kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri.
2.6.2 Hubungan Antara Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan
Motivasi seorang berawal dari kebutuhan, keinginan dan dorongan untuk
bertindak demi tercapainya kebutuhan atau tujuan. Hal ini menandakan seberapa kuat
dorongan, usaha, intensitas, dan kesediaanya untuk berkorban demi tercapainya
tujuan. Dalam hal ini semakin kuat dorongan atau motivasi dan semangat akan
semakin tinggi kinerjanya.
Mangkunegara (2005) menyatakan faktor yang mempengaruhi kinerja adalah
faktor kemampuan dan faktor motivasi. Sementara Mathis (2007) menyatakan
kinerja yang dicari oleh perusahaan dari seseorang tergantung dari kemampuan,
motivasi, dan dukungan individu yang diterima. Menurut Munandar (2001) ada
hubungan positif antara motivasi dan kinerja dengan pencapaian prestasi, artinya
karyawan yang mempunyai motivasi prestasi yang tinggi cenderung mempunyai
kinerja tinggi, sebaliknya mereka yang mempunyai kinerja rendah dimungkinkan
karena motivasinya rendah. Penelitian Suharto dan Budhi Cahyono (2005) juga
menguji hubungan motivasi dengan kinerja karyawan , bahwa motivasi kerja
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
2.6.3 Hubungan Antara Lingkungan Kerja Terhadap Motivasi
Menurut
Sihombing
(2008),
mengemukakan
bahwa:
“faktor
yang
dimasukkan dalam lingkungan kerja adalah sangat luas sehingga sulit untuk
disebutkan seluruhnya faktor-faktor tersebut antara lain: kebersihan, pertukaran
udara, pencahayaan, musik, keamanan, keamanan dan kebisingan”. Faktor-faktor
tersebut berpengaruh terhadap kinerja pekerja yang berdampak pada motivasi
pekerja. Motivasi bukanlah merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan ada
beberapa faktor yang mempenagruhinya.
25
Menurut Arep ( 2008) “ada sembilan faktor motivasi, yang dari ke sembilan
tersebut dapat dirangkum dalam enam faktor secara garis besar, yaitu: kebutuhan
ekonomis, kebutuhan psikologis (rasa aman), kebutuhan sosial, kompensasi,
komunikasi, kepemimpinan”. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dengan keadaan
lingkungan kerja, dimana keadaan nyata di lingkungan kerja berpengaruh langsung
terhada motivasi, hal ini dapat terjadi karena sebenarnya manusia menilai apakah
lingkungan kerja dapat memberikan berbagai macam kebutuhan baik secara fisik
maupun non-fisik guna untuk pemenuhan kebutuhan selama bekerja.
2.7 Kerangka Pemikiran
Lingkungan Kerja
(X1)
Kinerja Karyawan
(Y)
Motivasi Kerja
(X2)
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
2.8 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. T – 1
Ho: Tidak ada pengaruh antara lingkungan kerja (X1) terhadap kinerja karyawan (Y)
pada PT Sila Kencana Makmur.
Ha: Ada pengaruh antara lingkungan kerja (X1) terhadap kinerja karyawan (Y) pada
PT sila Kencana Makmur.
26
2. T – 2
Ho: Tidak ada pengaruh antara motivasi kerja (X2) terdapat kinerja karyawan (Y)
pada PT Sila Kencana Makmur.
Ha: Ada pengaruh antara motivasi kerja (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) pada PT
Sila Kencana Makmur.
3. T – 3
Ho: Tidak pengaruh antara lingkungan kerja (X1) dan motivasi kerja (X2) terhadap
kinerja karyawan (Y) pada PT Sila Kencana Makmur.
Ha: Ada pengaruh antara lingkungan kerja (X1) dan motivasi kerja (X2) terhadap
kinerja karyawan (Y) pada PT Sila Kencana Makmur.
Download