BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Berdasarkan direct method tahun 2011 diperoleh nilai efisiensi boiler paling besar yaitu 89,69 % yaitu pada bulan Maret 2011. Effisiensi indirect paling besar pada bulan September yaitu 87,45% dengan rincian kerugian akibat gas buang 4,29%, kandungan hidrogen bahan bakar 7,84%, kelembaban udara 0,146% dan perpindahan panas permukaan boiler 0,263%. 2. Berdasarkan direct method tahun 2011 diperoleh nilai efisiensi boiler paling kecil yaitu 80,56% yaitu pada bulan April 2011. Effisiensi indirect paling kecil pada bulan yaitu 86,93% dengan rincian kerugian akibat gas buang 4,54%, kandungan hidrogen bahan bakar 8,05%, kelembaban udara 0,205% dan perpindahan panas permukaan boiler 0,271%. Idealnya effisiensi boiler secara indirect lebih besar daripada effisiensi boiler secara direct karena indirect memperhatikan lebih detail losses yang terjadi selama pembakaran. Tetapi pada bulan April terjadi peningkatan bahan bakar yang besar begitu pula dengan beban yang dihasilkan. Sehingga terlalu besar beban menyebabkan penurunan effisiensi hal ini membuktikan bahwa boiler tidak mampu meghasilkan beban yang lebih tinggi lagi. 3. Berdasarkan direct method tahun 1994 diperoleh nilai efisiensi boiler yaitu pembakaran dengan residul oil sebesar 91,81%, gas alam 86,84%, dual firing 89,34%. Sedangkan indirect method yaitu pembakaran dengan residul oil sebesar 89,62%, gas alam 85,66%, dual firing 87,42%. Penurunan effisiensi dari residual oil ke dual firing terjadi dikarenakan kandungan H 2 dalam bahan bakar gas lebih tinggi daripada residual oil sehingga losses pada pembakaran gas alam lebih tinggi. Tetapi gasifikasi 72 73 4. 5. 6. 7. dilakukan karena biaya gas alam lebih murah daripada residual oil. Sehingga dapat menghemat biaya bahan bakar residual oil. Untuk menghasilkan effisiensi boiler yang optimal diperlukan kosnsumsi bahan bakar residual oil dan gas alam yang seimbang. Temperatur feedwater yang kurang dari desain awal yaitu 263,7°C (desain awal 277°C) menyebabkan effisiensi boiler menurun . Hal ini disebabkan kalor yang digunakan untuk menguapkan feedwater harus lebih banyak. Sehingga panas untuk meningkatkan produksi steam menurun. Pemborosan akibat aktivitas blowdown sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan laju feedwater yang lebih besar daripada laju steam yang dihasilkan sehingga potensi saving yang diperoleh bila dilakukan efisiensi pada bagian tersebut. Residual oil membutuhkan excess air yang lebih banyak daripada gas alam dan pembakaran dual firing. Semakin banyak excess air yang diberikan maka makin besar pula heat loss yang ditimbulkan (heat loss karena dry flue gas,L 1 ). 5.2 Saran Beberapa saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Sebaiknya pressure drop yang terjadi selama pembentukan steam dari feedwater diminimalisir. Pipa- pipa yang bocor sebaiknya diperbaiki sehingga massflowrate feedwater seimbang dengan massflowrate steam yang dihasilkan. 2. Dibuatnya sensor pendeteksi otomatis inlet outlet di untuk setiap elemen yang didalam boiler (final superheater, secondary superheater, economiser, dan primary superheater) sehingga dapat dihitung Q use full energi yang benar- benar diserap oleh tiap elemen pemanas didalam boiler. 3. Sebelum melakukan performance test sebaiknya alat dikalibrasi lebih dahulu sehingga menghasilkan nilai yang valid, konstan, dan dapat dipertanggungjawabkan