I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana cita

advertisement
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan
menjadi hal yang sangat penting. Secara umum tujuan pembangunan ekonomi
adalah mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, menjaga kestabilan
harga, mengatasi masalah pengangguran, menjaga keseimbangan neraca
pembayaran dan pendistribusian pendapatan yang lebih adil dan merata.
Melalui pembangunan ini diharapkan akan terjadi peningkatan kemakmuran
masyarakat secara bertahap dan berkesinambungan, yaitu dengan cara
meningkatkan konsumsinya.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan penting dari kebijakan
ekonomi makro yang akan mampu memberi kesejahteraan masyarakat. Salah satu
ukuran kesejahteraan masyarakat yaitu tingkat pendapatan perkapita. Berdasar
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1981-1996, pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 1996 menunjukkan nilai yang cukup tinggi tetapi pada tahun
1997 mengalami penurunan karena perekonomian Indonesia pada tahun tersebut
2
sedang dilanda krisis ekonomi, bahkan pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi
Indonesia negatif (Nugrahani, 2011).
Indonesia merupakan negara membangun yang perekonomiannya masih bersifat
terbuka, yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu
perlu adanya fundasi yang kokoh yang dapat membentengi suatu negara agar
tidak sepenuhnya dapat terpengaruh dari dunia luar. Seperti apa yang terjadi pada
15 tahun yang silam Ketika negara Thailand mulai menunjukkan gejala krisis,
orang umumnya percaya bahwa Indonesia tidak akan bernasib sama. Fundamental
ekonomi Indonesia dipercaya cukup kuat untuk menahan kejut eksternal (external
shock) akibat kejatuhan ekonomi Thailand. Tetapi ternyata guncangan keuangan
yang sangat hebat dari negara Thailand ini berimbas kepada perekonomian
Indonesia, kekacauan dalam perekonomian ini menjadi awal dan salah satu faktor
penyebab runtuhnya perekonomian Indonesia termasuk terjebaknya Indonesia ke
dalam dilema utang luar negeri. Selain faktor dari luar, salah satu penyebab krisis
yang terjadi di Indonesia juga berasal dari dalam negeri, yaitu proses integrasi
perkonomian Indonesia ke dalam perekonomian global yang berlangsung dengan
cepat dan kelemahan fundamental mikroekonomi yang tercermin dari kerentanan
(fragility) sektor keuangan nasional, khususnya sektor perbankan, dan masih
banyak faktor-faktor lainnya yang berperan menciptakan krisis di Indonesia
(Syahril, 2003:4). Awal-awal menjelang Krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi
Indonesia menunjukkan perkembangan yang baik, yang artinya tidak ada tandatanda yang terlalu merisaukan atau memberi tanda krisis yang serius akan
menerpa. Sejak akhir dasawarsa 1980-an pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-
3
rata sekitar 8% per tahun pada pertengahan 1997 tumbuh dengan laju tahunan
7,4%, (Boediono, 2008:81).
Secara umum konsep ekonomi dikenal dua kebijakan ekonomi yang utama, yaitu
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter merupakan
pengendalian sektor moneter dan kebijakan fiskal merupakan pengelolaan
anggaran pemerintah (budget) dalam rangka mencapai pembangunan (Sriyana,
2005). Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi untuk mengarahkan
kondisi perekonomian menjadi lebih baik dengan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah (Badan Kebijakan Fiskal, Kementrian Keuangan RI,
2002). Definisi lain mengenai kebijakan fiskal (Fiscal Policy) adalah kebijakan
pemerintah dengan menggunakan belanja negara dan perpajakan dalam rangka
menstabilkan perekonomian (Sri Rahayu, 2010). Kebijakan fiskal yang
diterapkan di Indonesia umumnya merepresentasikan pilihan-pilihan pemerintah
dalam menentukan besarnya jumlah pengeluaran atau belanja dan jumlah
pendapatan, yang secara eksplisit digunakan untuk mempengaruhi perekonomian
dalam satu periode. Berbagai pilihan tersebut, biasanya dimanifestasikan melalui
anggaran pemerintah, di Indonesia lebih dikenal dengan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),
digunakan sebagai alat pengatur urutan prioritas pembangunan dengan
mempertimbangkan tujuan – tujuan yang ingin dicapai dalam pengalokasiannya.
Kebijakan fiskal yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia ditunjukkan oleh
besarnya APBN yang diperlukan sebagai suatu pedoman sehingga kegiatan
pemerintah itu dapat mencapai hasil yang optimal dan dapat mengadakan
4
pertimbangan dalam menjalankan aktivitas-aktivitas pemerintah. Kebijakan fiskal
meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang
perpajakan dalam pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi
pengeluaran agrerat dalam perekonomian. Sebagai negara berkembang, dimana
peranan pemerintah dalam perekonomian relatif besar, pengeluaran pemerintah
praktis dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi Indonesia pada umumnya, bukan
saja karena pengeluaran ini dapat menciptakan berbagai prasarana yang
dibutuhkan dalam proses pembangunan, tetapi juga merupakan salah satu
komponen dari permintaan agregat yang kenaikannya akan mendorong produksi
domestik. Anggaran belanja rutin memegang peranan yang penting untuk
menunjang kelancaran mekanisme sistim pemerintahan serta upaya peningkatan
efisiensi dan produktivitas, yang pada gilirannya akan menunjang tercapainya
sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. Sedangkan pengeluaran
pembangunan ditujukan untuk membiayai program-program pembangunan yang
anggarannya selalu disesuaikan dengan besarnya dana yang berhasil dimobilisasi.
Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai instrumen fiskal
pemerintah senantiasa diarahkan untuk menjaga dan mempertahankan stabilitas
ekonomi makro serta sekaligus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan ekonomi di Indonesia ditopang dari sumber-sumber dana dari
dalam negeri dan luar negeri. Sumber pembiayaan dalam negeri berasal dari
tabungan pemerintah, tabungan masyarakat serta utang domestik. Sedangkan
pembiayaan dari luar negeri berasal dari penanaman modal asing dan utang yang
diperoleh dari lembaga-lembaga internasional dan negara-negara sahabat baik
dalam rangka bilateral maupun multilateral.
5
Tabel 1. Jumlah Pengeluaran Rutin Dan Pengeluaran Pemerintah
(Tahun1983 – 2012)
Tahun
Pengeluaran Rutin
(dalam trilliun Rupiah)
Pengeluaran Pembangunan
(dalam trilliun Rupiah)
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
14.223
14.859
15.770
16.142
15.773
16.549
17.160
18.923
18.007
19.933
22.671
25.458
28.477
37.098
60.590
103.261
174.431
162.577
218.923
186.651
186.944
236.014
278.198
362.941
378.733
471.811
496.559
578.734
602.359
729.883
14.375
15.561
14.883
16.879
15.753
18.270
19.006
19.703
20.451
21.695
22.737
22.524
21.426
26.897
27.787
42.759
18.661
25.815
41.585
37.325
69.247
61.450
75.403
81.370
89.752
97.328
107.349
130.932
139.472
150.121
Sumber : Bank Indonesia 2000 dan 2012 data diolah
6
Berdasarkan data pada pengeluaran pemerintah terlihat bahwa jumlah pengeluaran
pemerintah bain rutin maupun pembangunan selalu mengaami peningkatan setiap
tahunnya selama periode 1983 – 2012. Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun
2003, susunan anggaran pun telah diubah dan tidak dikenal lagi anggaran rutin
dan anggaran pembangunan. Berdasarkan Pasal 15 ayat (5) Undang- Undang
Nomor 17 Tahun 2003, APBN yang disetujui terinci sampai dengan unit
organisasi, fungsi, program ,kegiatan dan jenis belanja, sedangkan belanja negara
dirinci menurut organisasi,fungsi dan jenis belanja.
Pengeluaran pemerintah yang digambarkan pada APBN pada prinsipnya bertujuan
untuk sebesar-besarnya dimanfaatkan bagi pelayanan masyarakat dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pengeluaran pemerintah Indonesia seperti yang
tercermin dalam APBN dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu pengeluaran
rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran pemerintah ini secara tidak
langsung merupakan investasi pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional. Berkaitan dengan hal tersebut masalah pemilihan prioritas
pengeluaran pembangunan tersebut merupakan hal yang dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun rencana anggaran
pembangunannya.
7
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Tahun1983 – 2012)
Tahun
Pertumbuhan Ekonomi
(Dalam persen)
1983
7.90
1984
2.20
1985
1.20
1986
2.51
1987
5.90
1988
4.90
1989
7.40
1990
7.20
1991
6.90
1992
6.20
1993
6.49
1994
7.53
1995
8.22
1996
7.80
1997
4.69
1998
-13,12
1999
0.79
2000
4.92
2001
3.82
2002
4.37
2003
4.87
2004
4.76
2005
5.70
2006
5.55
2007
6.31
2008
6.03
2009
4.30
2010
6.10
2011
6.52
2012
6.23
Sumber : Badan Pusat Statistik 2012
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif dari
tahun 1983-1997. Pada tahun 1998 menunjukkan penurunan pertumbuhan
ekonomi yaitu – 13,12 %, hal ini disebabkan karena krisis moneter dan krisis
8
ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis
multidimensi, sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di
Indonesia pada tahun 1998.
B. Permasalahan
Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Pengeluaran Rutin terhadap Pertumbuhan Ekonomi
sebelum dan setelah krisis di Indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh Pengeluaran Pembangunan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi sebelum dan setelah krisis di Indonesia
C. Tujuan
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Untuk menganalisis pengaruh Pengeluaran Rutin terhadap Pertumbuhan
Ekonomi sebelum dan setelah krisis di Indonesia
2. Untuk menganalisis pengaruh Pengeluaran Pembangunan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi sebelum dan setelah krisis di Indonesia.
D. Kerangka Pemikiran
Berbagai kemajuan dan perkembangan pembangunan telah dicapai dan telah
berhasil meningkatkan perekonomian indonesia. Salah satu indikator keberhasilan
tersebut terlihat dari rata-rata pertumbuhan ekonomi. Angka rata-rata
pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan bahwa kinerja pembangunan
Indonesia cukup tinggi. Hal ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat,
pemerintah, para pelaku ekonomi, dan juga pihak luar negeri. Selain tingkat
9
pertumbuhan yang tinggi, pesatnya pembangunan ekonomi pun membawa
dampak pada meningkatnya standar hidup dan kesejahteraan masyarakat, dimana
peningkatan standar hidup ini tidak hanya peningkatan pendapatan saja tetapi juga
peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa publik baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Penyelenggaraan barang dan jasa publik ini secara langsung
merupakan tanggung jawab utama pemerintah karena ciri utama dari barang dan
jasa publik itu sendiri yang menyangkut kepentingan masyarakat luas.
Simon Kuznets (1971) dalam Todaro dan Stephen C Smith (2000) mendefinisikan
pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu
negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada
penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan
penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini
mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa
terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua,
teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan
derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada
penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan
adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.
Seperti telah diketahui, pengeluaran pemerintah melalui Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) tercermin dalam realisasi anggaran belanja rutin dan
realisasi anggaran belanja pembangunan, sedangkan jumlah seluruh penerimaan
meliputi penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar negeri yang disebut
10
penerimaan pembangunan. Ditinjau dari tujuannya, pengeluaran rutin merupakan
pengeluaran operasional dan mutlak harus dilakukan serta konsumtif, tetapi tidak
semua anggaran belanja rutin dapat dikategorikan sebagai pengeluaran konsumsi
(current expenditure), misalnya seperti belanja pembelian inventaris kantor,
belanja pemeliharaan gedung kantor, dan lain-lain. Sebaliknya terdapat elemen
pengeluaran pembangunan yang sebagian besar merupakan pengeluaran untuk
investasi (capital expenditure) dapat dikategorikan sebagai pengeluaran yang
bersifat konsumsi, seperti berbagai jenis upah dan gaji tambahan. Dari kedua
jenis pengeluaran tersebut, pengeluaran pembangunanlah yang memiliki
sumbangan terbesar dalam pembentukan modal tetap bruto nasional yang
dilakukan pemerintah pusat (Matriks Investasi Pemerintah BPS). Pengeluaran
pemerintah dalam hal ini pengeluaran investasi pemerintah memiliki kedudukan
yang strategis dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Sering
pula dikatakan bahwa pengeluaran investasi pemerintah dapat memainkan peran
sebagai salah satu penggerak utama (prime mover) dalam perekonomian, sehingga
ketika perekonomian sedang mengalami kelesuan akibat adanya resesi ekonomi
yang memerosotkan kemampuan masyarakat dalam melakukan kegiatan
perekonomian, pemerintah melalui instrumen kebijakan yang dimiliki dapat
tampil menyelamatkan keadaan dengan memperbesar pengeluaran pemerintah
melalui anggaran belanja defisit, dan sebaliknya.
Peranan dan besarnya pengeluaran konsumsi dan investasi pemerintah menjadi
sesuatu yang mengundang kontroversi pada ekonomi makro. Sementara negaranegara bergerak menuju pasar terbuka dan bebas, pengeluaran konsumsi
pemerintah telah meningkat secara terus-menerus.
11
Kebijakan Fiskal
Anggaran Pendapatan
Belanja Negara
1. Pengeluaran Rutin
2. Pengeluaran
Pembangunan
Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Dari suatu kerangka berpikir tersebut penulis melakukan suatu penelitian yang
berjudul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Setelah Krisis Ekonomi 1983 - 2012”.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan pemerintah serta sebelum dan setelah krisis pada pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
12
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1.
Pengeluaran Rutin berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi
sebelum dan setelah krisis di Indonesia.
2.
Pengeluaran Pembangunan berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan
Ekonomi sebelum dan setelah krisis di Indonesia.
Download