BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsultasi Operasional Definisi tentang konsultasi operasional menurut Chase-Aquilano-Jacobs (2004, hal 324) adalah hubungan dalam membantu klien untuk mengembangkan strategi operasional dan meningkatan proses produksi. Dalam strategi pengembangan terfokus pada kemampuan operasional sebuah perusahaan. Melalui tiga cara yaitu product leadership, operational excellence, atau melalui customer intimmacy. Setiap strategi diatas dapat diterapkan berbeda-beda sesuai dengan kemampuan operasional dan fokus. Konsultasi operasional harus dapat membantu pihak manajemen dalam menyampaikan pengertian atas perbedaan dan dapat menemukan kombinasi teknologi yang paling efektif dan sistem apa yang dipakai dalam strategi ini. Dalam proses peningkatan, terfokus tools atau alat untuk analisa kepegawaian dan metode yang dapat membantu manajer operasional untuk mendapat tingkat performa yang lebih baik di departemennya. Menurut Deloitte & Touche Consulting membuat daftar aksi untuk meningkatkan proses adalah sebagai berikut menemukan kembali atau mengkoreksi suatu proses, mengkoreksi suatu aktifitas, melakukan konfigurasi ulang terhadap arus proses, mengkoreksi aturan atau prosedur, merubah output, dan meluruskan ulang struktur. Menurut Chase-Aquilano-Jacobs (2004, hal 327) konsultasi operasional diperlukan ketika suatu perusahaan sedang melakukan strategi dan taktik dalam operasional. Area konsentrasi yang diperhatikan dalam konsultasi operasional adalah: 1. Plant: Menambah dan menempatkan pabrik baru; ekspansi, kontrak, fokus ulang pada fasilitas yang sudah ada. 2. People: Pengembangan kualitas, meninjau ulang standar kerja, analisis kurva belajar. 3. Parts: Keputusan untuk membuat atau membeli, keputusan untuk pemilihan vendor. 4. Prosesses: Evaluasi teknologi, pengembangan proses, dan proses reka ulang. 5. Planning dan control system: Supply Chain Management, MRP, shop floor control, pergudangan, dan distribusi. 2.2 Customer Relationship Management Menurut Gene Stone (2002, hal 4-5), Customer Relationship Management adalah strategi bisnis yang memudahkan suatu organisasi untuk mengatur semua aspek dari interaksinya dengan pelanggan yang sudah ada maupun calon pelanggan. Tujuan CRM itu sendiri untuk memberdayakan perusahaan untuk membangun kesetiaan pelanggan melalui proses pembelajaran dari setiap interaksinya dengan pelanggan, menggunakan informasi untuk antisipasi kebutuhan pelanggan dan menawarkan produk atau jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Ada 2 pengertian penting yang harus dimengerti, pertama CRM itu sendiri bukanlah suatu tekhnologi. CRM bukan sesuatu yang dikerjakan atau sesuatu yang dibeli. Teknologi hanyalah merupakan suatu bentuk dukungan untuk memudahkan proses pemasaran, penjualan dan pelayanan konsumen yang efektif, kedua CRM bukan suatu aktifitas yang statis atau kegiatan satu kali. CRM adalah proses yang dinamis yang akan mengubah dalam hal perubahan dalam berbagai faktor seperti demografi pelanggan, teknologi, daur hidup produk, kondisi ekonomi dan tingkah laku pembelian dan ancaman dari saingan. Menurut Dyche (2001, hal 4-5, 7) Customer Relationship Management ialah infrastruktur yang memampukan perusahaan melihat gambaran pelanggan dan meningkatkan nilai pelanggan dan memperbaiki arti dengan cara memotivasi pelanggan yang berharga untuk tetap setia dan memakai lagi produk dari perusahaan tersebut. CRM lebih dari mengatur pelanggan dan mengawasi prilaku mereka. CRM punyai potensi untuk mengubah hubungan pelanggan dengan perusahaan dan meningkatkan pendapatan dalam penawaran. CRM menjanjikan perusahaan untuk mengenal pelanggan mereka dengan baik, untuk mengerti yang mana yang harus dipertahankan, dan mana yang mana yang harus dilepaskan. CRM juga berarti otomatisasi sebagian bisnis proses dan menganalisa dan menyimpan waktu dalam penawaran. Tujuan CRM itu sendiri untuk mengenal dan memperlakukan pelanggan sebagai suatu individu-individu. Dikatakan jika suatu individu tidak puas, maka dia akan memberitahukan kepada kelompok individu yang lain. Menurut Gene Stone dalam bukunya yang lain (2000, hal 307-308) CRM ialah kombinasi antara strategi dan tekhnologi yang memampukan organisasi untuk mengatur semua aspek dari hubungan dengan pelanggan. Tujuan program CRM untuk membantu dalam membangun hubungan pelanggan dan memutar kepuasan pelanggan kearah kesetiaan pelanggan. CRM dapat menjadi dasar untuk identifikasi pelanggan, segmentasi pemasaran, target pemasaranan dan perkiraan penjualan. Menurut Stanley A. Brown (2000, hal 8) secara sederhana CRM didefinisikan sebagai proses menarik, manjaga dan mengembangkan pelanggan yang menguntungkan. Hal ini membutuhkan fokus yang jelas dalam hal atribut pelayanan yang mewakili nilai dari pelanggan dan menciptakan kesetiaan. Sedangkan menurut Kalkota dan Robinson [Kalkota, 1999] dalam bukunya ”eBusiness: Road to Success” menyebutkan CRM sebagai fungsi terintegrasi dari segi penjualan, pemasaran dan layanan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dari kepuasan pelanggan. CRM bukanlah konsep yang dapat diterima atau tidak. CRM bukan pula konsep yang baru ditemukan oleh para konsultan dunia. CRM adalah paradigma mendasar bagaimana memandang pelanggan dan bagaimana lebih memuaskan pelanggan melalui hubungan yang harmonis dan berkualitas. Keberhasilan CRM ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu : Manusia, Proses dan teknologi. • Manusia adalah faktor pertama, karena CRM sebenarnya adalah bagaimana mengelola hubungan / relasi antar manusia, sehingga diperlukan ”personal touch” atau sentuhan-sentuhan pribadi dan manusiawi. Diperlukan ”attitude” dan semangat dari dalam pelaku bisnis untuk lebih proaktif menggali dan mengenal pelanggannya lebih dalam agar dapat lebih memuaskan mereka. • Disamping itu dibutuhkan proses yaitu sistem dan prosedur yang membantu manusia untuk lebih mengenali dan menjalin hubungan dekat dengan pelanggan. Struktur organisasi, kebijakan operasional, serta sistem reward-punishment harus dapat mencerminkan apa yang akan dicapai dengan CRM. • Baru setelah manusia dan prosesnya disiapkan, tehnologi diperkenalkan untuk lebih membantu mempercepat dan mengoptimalkan faktor manusia dan proses dalam aktifitas CRM sehari-hari. Perlu disadari bahwa tehnologi adalah alat penunjang dalam melengkapi nilai tambah CRM. Tipe komponen CRM meliputi : • Alat Bantu Database Management seperti teknologi data warehouse dan data mining. Untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis informasi tentang pelanggan. • Teknologi data-sharing yang memampukan pelanggan dari organisasi untuk membagikan informasi pelanggan. • Internet technologies untuk memasukan informasi tentang pelanggan dan membolehkan pelanggan untuk melayani diri mereka sendiri. • Call center dengan komputer / telephony integration. Proses CRM secara umum menurut Gene Stone (2002, hal 12-14) dilakukan oleh suatu proses berkesinambungan terdiri dari empat fase yaitu Capture, Analyze, Plan dan Interact. • Capture, data dikumpulkan dari berbagai macam system operational seperti sistem akuntansi, sistem produk administrasi, sistem tagihan kedalam data pelanggan. • Analyze, membuat laporan mengenai kebiasaan pelanggan, definisikan pangsa pasar pelanggan dan menciptakan model perkiraan untuk menentukan saran atau penawaran bagi pelanggan dan bagaimana melayani pelanggan untuk memenuhi kebutuhannya. • Plan, menciptakan startegi untuk memaksimalkan hubungan pelanggan dengan mengikuti strategi yang sudah didesain, customer-facing employee, maka karyawan menyampaikan pesan yang tepat, penawaran, atau pelayanan kepada pelanggan yang tepat pada saat yang tepat dengan media yang tepat. Customefacing employee bias disebut front-office employee yaitu karyawan yang spesialisasi berhadapan langsung dengan pelanggan. • Interact customer-facing representatives, menangkap hasil interaksi baik positif maupun negatif memberi masukan kepada system dan mengulangi proses siklus CRM lagi. Fase Capture dan Fase Interact biasa disebut aspek Operasional, meliputi menciptakan data pelanggan dan terlibat dengan pelanggan. Fase Anlayze dan Fase Planning dapat disebut Aspek Analytical meliputi proses penggunaan data untuk mengerti pelanggan. Menurut Gene Stone (2002, hal 14-16) Prinsip dasar CRM ialah : 1. Pelanggan adalah aset stategis yang paling penting bagi perusahaan. Pelanggan tidak hanya membeli atau menggunakan produk, mereka juga menyajikan sumber informasi yang kosisten dan reliable dan memberikan referensi bagi perusahaan. 2. Filosofi bisnis yang baru customer-centric philosophy adalah filosofi yang fokus pada kebutuhan pelanggan dan cara untuk memenuhi kebutuhannya. Produccentric philosophy suatu filosofi bisnis yang lama, dimana lebih fakus kepada produk. Customer-centric philosophy bukan berarti perusahaan melakukan semua yang diinginkan pelanggan, melainkan memberi pelanggan pilihan yang paling bernilai dengan harga yang minimal. 3. Perusahaan perlu mengetahui secara lebih mendalam profil dari setiap pelanggan. Profil meliputi : • Produk yang sudah dibeli atau sedang dicari informasinya oleh pelanggan • Metode atau cara komunikasi yang dipilih oleh pelanggan • Demografi dan sifat dari informasi. • Informasi tentang even kehidupan pelanggan 4. Perusahaan harus memiliki suatu wadah atau infrastruktur yang memperbolehkan informasi untuk bisa dibagi kepada seluruh organisasi antara product lines, functional lines, dan juga sales distribution lines. 2.2.1 CRM System Dengan berkembangnya tehnology informasi dan electronik, pelaksanaan CRM sedikit mengalami perubahan. Secara konsep CRM tidak berubah, namun strategi konvensional yang biasa digunakan oleh “generasi tua” sudah banyak berubah dengan berkembangnya tehnology. Strategi dengan mendengarkan permasalahan customer, kritik dan saran secara langsung satu persatu dan kemudian informasi tersebut digunakan sebagi masukan untuk meningkatkan bisnis dirasakan semakin sulit. Sekarang ini sangat sulit maintain one-to-one business relationship karena globalisasi telah mendorong perusahaan untuk menservis berbagai macam customer, bahkan tidak hanya customer lokal dan juga customer dari negara-nagara lain di dunia. Kondisi ini sangat menantang karena mengatur customer dengan jumlah yang besar dan dengan kebutuhan bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Maka dari itu konsep CRM harus di tingkatkan dengan dibantu dengan tehnologi yang memungkinkan dibuatnya sebuah Sistem Informasi CRM untuk membantu perusahaan meningkatkan bisnisnya. Menurut Gene Stone (2002, hal 285-295) CRM information system ialah satu set dari elemen atau komponen yang berkaitan, yang mengumpulkan, memanipulasi dan menyebarkan data pelanggan dan informasi yang menyajikan mekanisme umpan balik untuk memenuhi tujuan system CRM. Lima komponen system CRM adalah : 1. Customer interaction management komponen yang terdiri dari teknologi yang membantu memfasilitasi hubungan yang efektif antara perusahaan dengan pelanggannya. Management interaksi pelanggan dapat membuat perusahaannya untuk otomatisasi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dari pelayanan pelanggan dan kampanye pemasaran. • Contact management Memampukan perusahaan untuk mengerti siapa pelanggannya dan kapan untuk mengirim kesatuan pelanggan dan prospek informasi untuk bagian penjualan dan bagian pelayanan. – Contact Center Technology, secara tipe dapat dibagi dua yaitu : computer technology integration (CTI) dan e-mail management. CTI adalah sistem telepon dan sistem komputer yang disatukan dan menyimpan data supaya mereka dapat bekerja sebagai satu kesatuan sistem. E-mail Management, secara umum melakukan otomatis mengirim pelanggan suatu pesan yang singkat sebagai jawaban atas e-mail, Queue atau antrian e-mail masuk, Mencatat aktifitas penanganan setiap email. – Web Tecnology Metode pencarian informasi dari internet melibatkan pull technology, dimana memperbolehkan penguna untuk mengunakan atau mengambil informasi dari lokasi lainnya.. Push technology dimana teknologi internet membolehkan informasi untuk dikirim kepada pelangan yang berlangganan dan juga mengajak penguna untuk mencari informasi pada situs internet. – Extranet dan internet Extranet dan internet adalah bagian dari jaringan kerja internal suatu perusahaan dan mengunakan teknologi internet, tetapi pengaksesan hanya oleh orang tertentu dan organisasi tertentu kepada access diberikan. Intranet biasanya lebih terbatas kepada karyawan dan beberapa pelanggan internal. Extranet akses diperluas pada beberapa pelanggan eksternal dan rekan bisnis. – Wireless Dievices, meningkatkan kegunaan dalam customer interaction management contohnya Laptop computer, Tablet PC, Personal Digital assistant, atau palmtop, pager, handheld computer, internet ready telepones. • Channel Management memampukan pengiriman produk, jasa, dan informasi melintasi berbagai macam media secara konsisten, berkaitan dan efisiensi biaya. • Content Management mengatur pesan yang aktual dan informasi dimana perusahaan dan perwakilannya mengirimkan ke pelanggan melalui berbagai macam media/saluran. 2. Workflow management, komponen yang terdiri dari teknologi untuk mengawasi proses bisnis CRM. Fungsi dasar dari komponen workflow management dari CRM ialah mengkoordinasi kerja antara orang, arus informasi dan dokumen diantara mereka. Secara Garis besar dibagi menjadi production workflow yang mana memastikan ornag yang tepat melakukan tugas yang tepat dalam urutan pekerjaan yang tepat dan documentation workflow, memastikan dolumen yang tepat mengalir dari orang ke orang. 3. Cutomer decission support, komponen yang terdiri dari teknologi yang memampukan manager, analyst dan karyawan front-line untuk analisis informasi dan membuat keputusan tentang pelanggannya. 4. Customer information Management, komponen yang terdiri dari teknologi yang memampukan perusahaan untuk mengembangkan satu sudut pandang, sudut pandang antar divisi dengan menyatukan data pelanggan dari berbagai sumber dan mendistribusikan informasi yang dibutuhkan ke organisasi. 5. System Integration, komponen yang terdiri dari teknologi yang memampukan penyatuan dari berbagai macam komponen software dengan yang lain dan dengan aplikasi bisnis yang sudah ada. 2.2.2 Mengelola Siklus Hidup Konsumen Pada hubungan personal, tingkat pengertian dan hubungan yang erat tumbuh di waktu yang lama dari kedua pihak yang berkomitmen membuat hubungan kerja, itulah yang terjadi di dunia bisnis. Kompetisi yang semakin meningkat, konsumen dengan cepat dapat mencari pihak mana yang mereka pilih untuk menjadi partnernya. Berdasarkan dengan pernyataan diatas, pengelolaan terhadap siklus hidup konsumen menjadi sangat penting untuk keefektifan CRM. Kalakota dan Robinson merumuskan tiga fase rumus siklus hidup konsumen di CRM: 1. Mendapatkan konsumen baru Metode dalam mendapatkan konsumen baru adalah melalui promosi produk atau jasa itu menekankan pada performa dengan memberi kenyamanan dan inovasi. Value propotion yang ditawarkan kepada konsumen adalah pelayanan yang sempurna. 2. Meningkatkan profitabilitas dari konsumen yang sudah ada Metode meningkatkan hubungan dengan yaitu dengan cross selling dan up selling, ini tergantung dari sebarapa dalam hubungan. Value propotion yang ditawarkan ialah pelayanan yang baik dengan harga yang terjangkau. 3. Mempertahankan profitabilitas konsumen Mempertahankan atau retantion berfokus pada pelayanan baik dengan tidak menyampaikan apa yang pasar ingingkan tetapi apa yang di inginkan konsumen. Value propotion yang disampaikan kepada konsumen adalah dengan menawarkan hubungan apa yang menjadi keinginan mereka. Setiap fase dapat menimbulkan dampak yang berbeda terhadap hubungan dengan konsumen dan setiap fase itu pula dapat mempererat hubungan perusahaan dengan konsumennya. 2.2.3 Kesetiaan Pelanggan Beberapa definisi menurut Gene Stone (2002, hal 6-9, 22) yang bisa kita gunakan untuk menggambarkan CRM. Customer Relationship suatu ikatan yang saling menguntungkan yang terbentuk sebagai hasil dari semua interaksi antara pelanggan atau konsumen dengan organisasi bisnis. Semakin sering interaksi yang perusahaan lakukan dengan pelanggan semakin besar kesempatan untuk mengumpulkan informasi tentang pelanggan, mendapatkan kepercayaan pelanggan, bertindak atas informasi pelanggan dan memupuk hubungan. Manfaat suatu hubungan yang baik antara pelanggan dan perusahaan adalah pelayanan yang lebih baik dan lebih cocok. Customer loyalty atau kesetiaan pelanggan ialah suatu komitmen dari pelanggan untuk menjadi pelanggan dan menempatkan kelanjutan bisnis dengan perusahaan, walaupun pengaruh dan upaya dari bagian pemasaran dari perusahaan saingan dapat menyebabkan pelanggan untuk berganti perusahaan. Customer Retention ialah kemampuan untuk mempengaruhi pelanggan untuk tetap bersama (bertransaksi) dengan perusahaan. Tiga hal yang menunjukan customer retention mempengaruhi keuntungan adalah : • Memelihara hubungan yang sudah ada antara perusahaan dengan pelanggan lebih menguntungkan. Dibutuhkan biaya 10 kali lebih besar untuk mencari pelanggan baru. • Mengulangi transaksi dengan pelanggan yang sudah ada secara hitungan lebih murah. Perusahaan tidak terlalu perlu untuk menawarkan diskon khusus atau bonus untuk bertransaksi dengan pelanggan yang sudah ada. • Perusahaan punya kesempatan untuk memaksimalkan potensi nilai pelanggan yang sudah ada terhadap perusahaan. Beberapa perusahaan menyebut Customer Development mengembangkan jasa atau produk untuk pelanggan berdasarkan kebutuhan pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah titik awal untuk CRM, tapi itu bukan akhir dari tujuan. Tujuan akhir CRM adalah untuk merubah pelanggan yang sudah puas untuk menjadi setia, pelanggan yang memiliki nilai tinggi ialah kunci bagi keuntungan perusahaan. Pelanggan yang setia secara umum memiliki tiga karakteristik : • Keinginan untuk meningkatkan pembeli produk atau jasa dari perusahaan biasanya tanpa membandingkan penawaran dari perusahaan lainnya. • Kemauan untuk memberikan referensi perusahaan kepada calon pelanggan yang lain. • Kemauan untuk memberikan saran peningkatan akan produk dan jasa dari perusahaan. Pelanggan yang dilayani secara memadai akan menjadi puas dan akan mungkin tetap dengan perusahaan dalam jangka pendek. Tetapi pelanggan yang puas masih akan mencari penjanjian transaksi yang lebih baik atau pelayanan yang lebih baik di tempat lain. Pelanggan yang setia ialah pelanggan yang sudah puas dan tidak punya keinginan untuk pindah ke perusahaan kompetitor. Dalam Buku Customer Relationship Management, Stanley A.Brown (2000, hal 55) definis customer loyalty ialah hasil nyata dari suatu organisasi dalam membuat keuntungan untuk pelanggan sehingga mereka memelihara atau meningkatkan belanja mereka dari organisasi. Kesetiaan pelanggan sesungguhnya tercipta ketika pelanggan menjadi seorang penganjur untuk organisasi tanpa diberikan tunjangan atau bonus. Menurut Richard L.Oliver, teori mengenai kesetiaan pelanggan secara relatif masih baru dalam literatur management Internasional. Richard sendiri mendefinisikan konsep loyalty sebagai suatu komitment yang dalam untuk membeli lagi atau berlangganan kepada produk atau jasa yang diminati secara konsisten pada masa yang akan datang walaupun pengaruh situasi dan usaha marketing punya potensi untuk menyebabkan prilaku untuk berganti perusahaan. Stanley menggambarkan pelanggan yang setia sebagai telur kuning dimana putih telur sebagai strategi CRM, karena putih telur berfungsi sebagai pelindung dan pemelihara dari kuning telur. Kuning Telur dapat semakin besar dan kuat dan akan kecenderungan untuk bocor, tapi hanya jika masih dalam wilayak perlindungan. Tujuannya adalah hubungan antara pelanggan dan perusahaan semakin kuat melalui beberapa tahap CRM. Kepuasan pelanggan berkembang, sebagai cara memandang nilai dari suatu hubungan pelanggan dan perusahaan. Ini memacu kepada peningkatana kesetiaan. Jika perusahaan melanjutkan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan dan tetap menjaga pelayanan yang diharapkan, suatu kerja sama yang saling menguntungkan terbentuk dan tujuan akhir strategic CRM tercapai. Loyalty atau kesetiaan dapat diukur secara berbeda, Dalam fase customer acquisition atau fase pengumpulan pelanggan, ukuran kesetiaan akan berhubungan dengan transaksi seperti turnover atau pindah langganan. Dalam fase customer retention atau fase penjagaan pelanggan, pengukuran dari kesetiaan berubah menjadi orientasi hubungan erat. Pada fase strategic customer care atau fase keperdulian pelanggan, norma untuk nilai pelanggan bergabung dan menjadi satu dengan perusahaan. 2.3 Website Kualitas sebuah website mencakup segala yang berhubungan dengan website tersebut, termasuk isi dan tampilan website. Isi berhubungan erat dengan kelengkapan dan uptodate sedangkan tampilan berhubungan dengan komposisi, tata letak gambar, kompisisi warna, komposisi tulisan. Dimensi-dimensi kualitas dengan situs Web menurut McLeod (1996, hal 99) adalah : 1. Kinerja Berhubungan dengan seberapa baik website dapat memuaskan pelanggannya. Misalnya kecepatan akses, Tidak terjadi Error atau Bug pada saat masuk kedalam website tersebut. 2. Keindahan Berhubungan dengan keindahan tampilan atau design dari website 3. Features Berkaitan dengan peningkatan fungsi website, misalnya menjadi citra perusahaan. Selanjutnya menurut Rayport dan Jaworski (2001, hal 72) sebuah value proposition bisa dipertimbangkan sebagai dasar atau landasan dalam mengembangkan strategi E-Commerce dalam sebuah website. Namun dengan melihat kemajuan teknologi yang dapat memberikan kemampuan untuk melakukan perubahan (customization) secara online oleh konsumen dari berbagai segment sehingga mereka dapat memperoleh beragam keuntungan yang ditawarkan, value proposition sudah tidak menjadi bentuk tunggal. Value ini berubah menjadi value cluster, yang mengandung tiga buah pemikiran yaitu sasaran segmen konsumen yang ingin dicapai, beragam keuntungan yang akan ditawarkan sehingga dapat dinikmati oleh konsumen, dan yang terakhir ialah asalan mengapa perusahaan dapat memberikan value lebih baik dari pada pesaing-pesaingnya.