Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kegiatan bisnis adalah salah satu dari beberapa sektor perekonomian yang
paling ramai untuk dibicarakan dan telah sering menjadi bahan perbincangan bagi
setiap orang di berbagai forum, baik forum yang bersifat nasional maupun forum
yang internasional. Faktor yang membuat kegiatan bisnis ini ramai dibicarakan
adalah bahwa salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara dapat dilihat dari
kemajuan ekonominya dan yang menjadi tulang punggung dari kemajuan
ekonomi adalah bisnis.
Dunia bisnis dari tahun ke tahun selalu menagalami kemajuan yang juga
selalu diikuti oleh persaingan yang sangat ketat antar perusahaan demi tercapai
tujuan perusahaan-perusahaan itu. Dimana salah satu tujuan perusahaan adalah
meningkatkan nilai perusahaannya selain mensejahterakan pemilik perusahaan,
dimana dalam hal ini dapat tercipta bila suatu perusahaan dengan tepat
mengimplementasikan keputusan keuangannnya. Keputusan keuangan itu sendiri
terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen
yang tercermin dalam harga saham di pasar modal.
Perusahaan yang bergerak di sektor bisnis itu sendiri terdiri dari berbagai
macam bidang, mulai dari yang bergerak di bidang usaha perdagangan, industri,
pertanian, manufaktur, peternakan, perumahan, keuangan dan usaha-usaha
lainnya. Masing-masing bidang usaha tersebut memiliki karakteristik tersendiri
yang berbeda dan khas. Sehingga dalam pencapaian tujuan perusahaan tersebut
tidaklah gampang, selalu saja terjadi hambatan dalam pelaksanaannya sehingga
sebuah perusahaan harus lebih cermat lagi dalam menjalankan usahanya. Oleh
karena itu suatu perusahaan harus melakukan suatu analisis yang sangat baik
mengenai keputusan keuangannya sehingga kegiatan perusahaan berjalan dengan
baik dan perusahaan mencapai tujuan secara efesien dan efektif, dimana setiap
keputusan
keuangan
itu
masing-masing terdapat faktor dominan yang
mempengaruhinya seperti dari keputusan investasi yang disangat dipengaruhi
tingkat profitabilitasnya, dan keputusan pendanaan yang juga dipengaruhi oleh
tingkat solvabilitasnya, serta kebijakan dividen yang berkaitan dengan besarnya
dividen yang dibagikan oleh perusahaan bagi pemegang saham.
Dalam hal tingkat profitabilitas perusahaan berkaitan dengan kemampuan
perusahaan dalam menciptakan keuntungan. Selain itu profitabilitas perusahaan
juga merupakan salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat
pengembalian yang akan didapat dari dari aktivitas investasinya. Jika kondisi
perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan dimasa
mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk
membeli saham perusahaan tersebut. Dan tentu saja hal ini mendorong harga
saham perusahaan tersebut naik menjadi lebih tinggi.
Sedangkan dalam hal solvabilitas atau yang lebih dikenal dengan leverage
berkaitan dengan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan yang dibelanjai
dengan hutang. Hal ini berkaitan dengan resiko yang ada di dalam perusahaan.
Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan maka perusahaan tersebut semakin
beresiko. Yang kemudian akan memungkinkan harga saham perusahaan tersebut
akan turun bila tingkat leverage perusahaan tetap tinggi karena investor akan
enggan berinvestasi pada perusahaan yang memiliki tingkat resiko yang terlalu
tinggi.
Bila kita berbicara mengenai kebijakan dividen maka kita mengetahui
bahwa pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan pengembalian dalam bentuk
dividend an capital gain. Dilain pihak, perusahaan juga mengharapkan adanya
pertumbuhan
secara
terus
menerusuntuk
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya, yang sekaligus juga memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada
pemegang sahamnya. Tentunya hal ini menjadi unik karena kebijakan dividen
adalah sangat penting untuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap
dividen, dan disatu sisi juga tidak menghambat pertumbuhan perusahaan
(Alexander, et, al, 1993). Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah menentukan
porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang
akan ditahan sebagai laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990). Kebijakan dividen
yang menghasilkan tingkat dividen yang semakin bertambah dari tahun ke tahun
akan meningkatkan kepercayaan para investor, dan secara tak langsung akan
memberikan informasi kepada para investor bahwa kemampuan perusahaan dalam
menciptakan laba perusahaan semakin meningkat yang nantinya dari informasi
tersebut akan mempengaruhi permintaan dan penawaran saham perusahaan
dipasar modal, yang selanjutnya akan mempengaruhi terhadap nilai saham
perusahaan tersebut.
Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga
saham. Faktor inilah yang berasal dari luar atau disebut dengan faktor eksternal
karena perusahaan tidak dapat memperngaruhi nilainya. Faktor eksternal tersebut
adalah suku bunga dan inflasi dimana suku bunga dapat mempengaruhi harga
saham karena melalui tingkat suku bunga ini seseorang dapat memperkirakan
tingkat keuntungan yang akan didapat dari suatu investasi. Misalnya saja dengan
membandingkan antara suku bunga tabungan dengan besarnya bunga yang
ditawarkan dalam sebuah investasi.
Sedangkan dari segi inflasi, akan sangat mempengaruhi kegiatan ekomomi
karena membuat harga-harga secara umum menjadi lebih mahal oleh karena itu
membuat tingkat biaya yang mesti dikeluarkan oleh perusahaan menjadi lebih
besar dan akhirnya membuat keuntungan perusahaan menjadi lebih sedikit.
Dengan menipisnya keuntungan yang didapat perusahaan-perusahaan maka akan
membuat kegiatan investasi perusahaan berkurang maka dimungkinkan akan
mempengaruhi harga saham dimana harga saham pun dipengaruhi oleh kegiatan
penawaran dan permintaan terhadap harga saham itu sendiri.
Dari uraian diatas diketahui bahwa keputusan keuangan ini diperngaruhi
berberapa faktor yang dominan yang dapat kita bagi menjadi faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor eksternalnya yaitu tingkat suku bunga dan inflasi dimana
perusahaan tidak dapat mempengaruhi nilainya. Sedangkan faktor internalnya
adalah tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas dan kebijakan deviden dimana
perusahaan dapat mempengaruhi nilainya. Faktor-faktor inilah yang sangat erat
hubungannya dengan nilai perusahaan yang diindikasikan melalui harga
sahamnya. Tetapi apakah yang terjadi sesuai dengan kenyataannya seperti yang
berdasarkan teori diatas? Belum tentu juga, oleh karena itu peneliti berusaha
menjawab pertanyaan ini dengan melakukan penelitian sehingga peneliti dapat
menjawab
pertanyaan
tersebut.
Penelitian
ini
dilakukan
berdasarkan
pengembangan penelitian-penelitian terdahulu dengan cara mengurangi faktorfaktor keputusan keuangan yang tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai
perusahaan dan menggantinya dengan faktor lainnya yang secara teori dapat
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Dengan demikian penelitian ini ingin secara lebih jauh mengetahui dari
faktor-faktor yang sangat mempengaruhi nilai perusahaan tersebut, faktor
manakah yang lebih mempengaruhi nilai perusahaan dilihat dari sudut pandang
para investor dalam melakukan investasinya. Hal ini patut dilakukan berkaitan
dengan terjadinya krisis keuangan yang terjadi secara global sehingga perusahaan
harus lebih cermat dalam mengambilkan keputusan keuangannya dan membuat
skala prioritas sehingga pencapaian tujuan perusahaan tetap dapat tercapai.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dan mengambil judul:
“Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan
inflasi terhadap nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di
BEI periode 2003-2007”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan Kebijakan dividen, Profitabilitas, dan solvabilitas
serta suku bunga, inflasi, dan nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang
terdaftar di BEI selama periode 2003 s.d 2007?
2. Bagaimana Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku
bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang
terdaftar di BEI secara parsial selama periode 2003 s.d 2007?
3. Bagaimana Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku
bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang
terdaftar di BEI secara simultan selama periode 2003 s.d 2007?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
maksud
untuk
mengumpulkan,
menghitung, menganalisis, dan menginterpretasikan data-data dan informasi yang
berhubungan dengan Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, dan solvabilitas
serta suku bunga dan inflasi sehingga dapat dilakukan analisis dan diperoleh
gambaran yang jelas mengenai seberapa besar pengaruh Pengaruh Kebijakan
dividen, Profitabilitas, dan solvabilitas serta suku bunga dan inflasi terhadap nilai
perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI, dan selanjutnya akan
dituangkan oleh penulis dalam bentuk skripsi yang merupakan salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis
dan Manajemen Universitas Widyatama.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Perkembangan Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga,
inflasi, dan nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI
selama periode 2003 s.d 2007.
2. Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan
inflasi terhadap nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI
secara parsial selama periode 2003 s.d 2007.
3. Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan
inflasi terhadap nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI
secara simultan selama periode 2003 s.d 2007.
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk digunakan sebagai
berikut:
1. Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
sehingga mampu menjelaskan hubungan antara
Kebijakan dividen,
Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan,
serta dapat menjadi bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi
peneliti selanjutnya jika akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan
Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, dan solvabilitas serta suku bunga
dan inflasi terhadap nilai perusahaan.
2. Bagi Perusahaan –perusahaan terutama perusahaan Perbankan
a. Memberikan sumbangan pengetahuan, informasi dan saran-saran yang
dapat digunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas,
suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan.
b. Memberikan sumbangan dalam menyusun kerangka pemikiran yang
mampu menjelaskan hubungan Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas,
solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan
c. Menyediakan informasi yang dapat dipakai oleh pengambil keputusan
terutama
manajemen
yang
berkaitan
langsung
dengan
masalah
pengelolaan Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan
inflasi untuk melihat seberapa jauh pengaruh Kebijakan dividen,
Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai
perusahaan pada pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI.
3. Masyarakat
a. Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi
kepada pembaca mengenai pengaruh Pengaruh Kebijakan dividen,
Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai
perusahaan.
b. Pengembangan Ilmu
Hasil penelitian ini dapat memperkaya hasil penelitian mengenai
manajemen keuangan sehingga dapat dijadikan bahan acuan bagi para
peneliti yang akan memperdalam bidang yang sama.
1.5 Kerangka Pemikiran
a. Kebijakan Deviden Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan
Keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak seluruhnya digunakan untuk
keperluan pendanaan operasionalnya. Perusahaan harus memeriksa relevansi
antara laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali (retained earning to be
reinvested) dengan laba yang dibagikan kepada para pemegang sahamnya dalam
bentuk dividen (revenue that divided to the share holders as divided).
Pertumbuhan perusahaan dan dividen adalah kedua hal yang diinginkan
perusahaan tetapi sekaligus merupakan suatu tujuan yang berlawanan.
Untuk mencapai tujuan tadi perusahaan menetapkan kebijakan dividen
yaitu kebijakan yang dibuat oleh perusahaan untuk menetapkan proporsi
pendapatan yang dibagikan sebagai dividen yang dibayar, bearti semakin sedikit
laba yang dapat ditahan dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat
pertumbuhan laba dan harga sahamnya. Sebaliknya, kalau perusahaan ingin
menahan sebagian besar labanya tetap di dalam perusahaan berarti bagian dari
laba yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Akibatnya,
dividen yang di terima pemegang saham atau investor bisa dan tidak sebanding
dengan risiko yang mereka tanggung.
Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan
investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi
likuiditas. Dengan perkataan lain, kebijakan dividen menyediakan informasi
mengenai performa (performance) perusahaan. Oleh karena itu, masing masing
perusahaan menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda, karena kebijakan
dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan otomotif dalam membayar dividen
kepada para pemegang sahamnya, maka perusahaan mungkin tidak dapat
mempertahankan dana yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya di masa
mendatang. Sebaliknya, maka saham perusahaan menjadi tidak menarik bagi
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan otomotif harus dapat mempertimbangkan
antara besarnya laba yang akan ditahan untuk mengembangkan perusahaan
otomotif. Untuk itu, peranan seorang manajer keuangan sangat penting dalam
memutuskan apakah kebijakan yang diambil oleh perusahaan baik bagi nilai
perusahaan dimasa mendatang di mata para investor.
Parthington (1989) dalam jurnalnya yang berjudul “Dividend Policy:
Case Study Australian Capital Market” menunjukkan beberapa variabel yang
mempengaruhi penentuan dividen yaitu: (1) profitabilitas, (2) stabilitas dividen
dan earning, (3) likuiditas dan cash flow, (4) investasi, dan (5) pembiayaan.
Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai
faktor penentu terpenting terhadap dividen. Hal ini juga sesuai dengan yang
dikemukakan oleh
John Lintner (1956) dalam jurnalnya yang berjudul
“Distributions of income of corporation of among dividends, retained earnings
and taxes”.
Penelitian yang membahas hubungan langsung antara deviden dan harga
saham telah banyak dilakukan, namun hasilnya masih belum jelas (ambigu).
Tetapi pengumuman pembagian dividen merupakan salah satu faktor penting yang
dapat
mempengaruhi
investor
untuk
berinvestasi.
Hasil-hasil
penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa return sahan dan harga saham bereaksi terhadap
pengumuman dividen dilihat dari besarnya dividen yang dibagikan. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan Pujiono (2002) dalam jurnalnya yang berjudul “Dampak
Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham pada Waktu Ex- Dividend Day” dan
juga menurut Sularso, R.A. (2003), “Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap
Perubahan HargaSaham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di
Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Reaksi tersebut terjadi khususnya pada hari-hari
disekitar tanggal ex-dividend.
Berdasarkan hal diatas diketahui bahwa kebijakan dividen yang dilakukan
sebuah perusahaan akan berpengaruh terhadap harga sahamnya Dimana antara
kebijkan dividen dan harga saham memiliki hubungan yang positif yaitu semakin
tinggi dividen yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham akan
memberikan dampak meningkatkatnya harga saham perusahaan itu, begitu juga
sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena dengan adanya pembayaran dividen yang
tinggi memberikan asumsi bahwa keadaan perusahaan sedang bagus maka
membuat banyak investor ingin investasi pada perusahaan itu.
H1 = Kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan (melalui
Harga sahamnya)
b. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan
Pertumbuhan pasar menunjukkan kinerja perusahaan sehingga investor
akan merespon dan nilai perusahaan akan berubah-ubah sesuai dengan kinerja
perusahaan tersebut. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan
yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai
perusahaan meningkat. Menurut penelitian Haryanto dan Toto Sugiharto (2003)
dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga
saham pada perusahaan industri minuman di Bursa Efek Jakarta” menyatakan
bahwa ratio-ratio profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan mempengaruhi
harga saham perusahaan. Hal ini juga sesuai dengan teori Singnally theory oleh
Bhattacarya (1979) dalam jurnalnya yang berjudul “Imperfect information,
dividend policy and the bird in the hand Fallacy” yang mengemukakan bahwa
profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga
investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pembayaran
dividen yang semakin meningkat menunjukkan prospek perusahaan semakin
bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan
akan meningkat. Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan
mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai
perusahaan akan meningkat. Pangsa pasar relatif menunjukkan daya saing
perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing utamanya. Investor akan merespon
positif sehingga nilai perusahaan akan meningkat.
Berdasarkan hal diatas diketahui bahwa tingkat profitabilitas suatu
perusahaan dapat memberikan pengaruh terhadap harga sahamnya, dimana
pengaruhnya bersifat positif dimana semakin tinggi tingkat profitabilitas yang
dihasilkan suatu perusahaan maka membuat harga sahamnya juga akan
meningkat, begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena bila nilai
profitabilitasnya tinggi akan memberikan gambaran kepada investor bahwa
perusahaan itu bekerja dengan baik dalam menghasilkan laba sehingga dapat
menimbulkan minat investor untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut karena
dengan berinvestasi pada perusahaan yang profitabilitasnya tinggi, para investor
berharap akan mendapatkan pembagian dividen yang tinggi ataupun memperoleh
keuntungan dari capital gain bila harga sahamnya terus meningkat karena tingkat
profitabilitasnya dianggap baik. Yang pada akhirnya akan dapat terus
meningkatkan harga saham perusahaan.
H2 = Profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai perusahaan (melalui Harga
sahamnya)
c. Pengaruh Solvabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Hutang adalah instrumen yang sangat sensitive terhadap perubahan nilai
perusahaan. nilai perusahaan ditentukan oleh bersarnya struktur modal menurut
Mogdiliani dan Miller dalam Brigham (1999) melalui bukunya yang berjudul
“intermediate financial management”. Selain itu menyatakan juga bahwa semakin
tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, namun pada titik
tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat
yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil dari pada biaya yang
ditimbulkan. Dan melalui ratio Solvabilitas inilah kebijakan-kebijakan hutang
ditentukan oleh sebuah perusahaan.
Selain itu fluktuasi bisnis perusahaan berdampak besar terhadap
keuntungan pemilik ekuitas bila sebagian modal perusahaan diungkit (are
leveraged) oleh hutang. Oleh karena itu leverage keuangan meningkatkan resiko
pemilik modal, seperti yang dikemukakan oleh Brealey et al. (1995: 441) dalam
bukunya yang berjudul “Prinsiples of corporate Finance”.
Dari hal diatas dapat kita simpulkan bahwa tingkat solvabilitas suatu
perusahaan dapat memberikan pengaruh terhadap harga sahamnya. Dimana
pengaruhnya bersifat negative, yaitu semakin tinggi tingkat solvabilitasnya maka
malah akan membuat harga sahamnya terus menurun. Hal ini dimungkinkan
terjadi karena bila suatu perusahaan memiliki tingkat solvabilitas yang tinggi
maka perusahaan itu banyak menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan
baik untuk perluasan proyek ataupun membiayai modal kerjanya sehingga resiko
perusahaan sangatlah tinggi yang pada akhirnya membuat investor tidak lagi
tertarik investasi pada suatu perusahaan yang memiliki resiko yang tinggi dan
akhirnya membuat harga saham perusahaan tersebut turun.
H3 = Solvabilitas berpengaruh terhadap Nilai perusahaan (melalui Harga
sahamnya)
d. Pengaruh Suku bunga terhadap Nilai perusahaan
Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga mengandung
resiko. Besar kecilnya resiko di pasar modal sangat di pengaruhi oleh keadaan
negara khususnya di bidang ekonomi, politik dan sosial. Mudji Utami dan
Mudjilah Rahayu (2003) dalam jurnalnya yang berjudul “ Peranan Profitabilitas,
Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal
Indonesia Selama Krisis Ekonomi” menyatakan bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah Profitabilitas, Tingkat suku bunga SBI, inflasi
dan nilai tukar. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh tingkat bunga SBI,terhadap naik turunnya harga saham. Hasil penelitian
ini membuktikan bahwa Tingkat bunga SBI berpengaruh tehadap Harga Saham.
Tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap Harga Saham, variabel Tingkat
bunga SBI adalah Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Harga
Saham .
Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti
yang bernama Siti Hajar (2002) dalam jurnalnya yang berjudul ” Pengaruh Kurs,
Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti pada
Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007” yang menyebutkan bahwa faktor
ekstern yang mempunyai pengaruh besar terhadap harga saham adalah tingkat
suku bunga.
H4 = Suku bunga berpengaruh terhadap Nilai perusahaan (melalui Harga
sahamnya)
e. Pengaruh inflasi terhadapa Nilai Perusahaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bayu Cahyosusilo (2008)
melalui skripsinya yang berjudul Pengaruh Kurs Dollar, Inflasi, dan Suku Bunga
Terhadap Harga Saham di BEI (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go
Public Di BEI) menyebutkan bahwa “Inflasi berdampak meningkatkan tingkat
suku bunga. Meningkatnya suku bunga secara langsung akan meningkatkan beban
bunga. Perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi akan mendapatkan
dampak yang sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Harga bahan baku
juga akan meningkat, jika kenaikan biaya ini tidak dapat diserap oleh harga jual
terhadap konsumen, maka profitabilitas perusahaan akan menurun. Menurunnya
profitabilitas ini, akan mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap
pendapatan deviden yang harus diterima oleh investor, yang gilirannya investasi
pada saham di pasar modal menjadi hal yang kurang menarik. Pada akhirnya
investor akan berpindah ke jenis investasi yang lain, yang memberikan return
yang lebih baik dalam hal ini bunga yang tinggi, misalnya deposito.”
Berdasarkan hal itu diketahui secara tidak langsung inflasi berpengaruh
terhadap harga saham. Meningkatnya inflasi secara relatif adalah signal negatif
bagi para investor. Terutama bagi perusahaan yang memiliki solvabilitas yang
tinggi karena dapat mengurangi profit dan akhirnya harga saham pun akan turun.
Selain itu tingginya tingkat inflasi pada tahun tersebut juga dipicu oleh adanya
ekspektasi dari masyarakat bahwa rupiah akan semakin terdepresiasi dimasa yang
akan datang dan akibatnya tingkat harga akan terus naik.
H5 = Inflasi berpengaruh terhadap Nilai perusahaan perusahaan (melalui
Harga sahamnya)
Berdasarkan penjelasan dan hipotesis-hipotesis diatas, kita dapat
simpulkan hipotesis keseluruhan bahwa bahwa terdapat Kebijakan dividen,
profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
H6 = Inflasi Kebijakan dividen, profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan
inflasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan (melalui Harga sahamnya)
Gambar 1.1
Skema Kerangka Pemikiran
Kebijakan
Dividen
Suku
bunga
Inflasi
Nilai
perusahaan
Solvabilitas
Profitabilitas
1.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan premis di atas, maka dapat disusun
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan
2. Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
3.
4.
5.
6.
Solvabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Suku bunga berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Inflasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kebijakan dividen, profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
1.7 Metode Penelitian dan Metode Analisis
1.7.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan verivikatif. Menurut Moh. Nazir (2005:54) dalam bukunya yang
berjudul “metode penelitian” menyebutkan bahwa pengertian metode dekriptif
adalah sebagai berikut:
”Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.”
Sedangkan definisi metode verifikatif menurut Rasdihan Rasyad
(2003:6) dalam bukunya yang berjudul “Metode Statistik Deskriptif“ adalah
sebagai berikut :
“Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan
perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis.“
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang terdaftar
di BEI dari tahun 2003 - 2007. Data tersebut merupakan data sekunder Populasi
adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk membuat
bebereapa kesimpulan. Populasi pada penelitian ini adalah industri perbankan
yang terdaftar BEI 2003 - 2007, dimana dalam industry tersebut terdaftar dua
puluh delapan perusahaan yang bergerak di bidang perbankan.
Dalam penentuan sampelnya adalah dengan Judgment Sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai peneliti, dan menurut
ziknorah dalam judgment sampling menggunakan Konsep Dasar sebagai berikut
Judgment sampling merupakan pengambilan sampel berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan
Kriteria pengambilan sampel ada dua yaitu,
1. Expert sampling
Pemilihan sampel yang representatif didasarkan atas pendapat ahli
sehingga siapa dan jumlah sampel yang diambil tergantung pada pendapat ahli
yang bersangkutan.
2. Purposive sampling
Pemilihan sampel berdasarkan pada penelitian pribadi peneliti yang
menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-benar representaif. Peneliti harus
memiliki pengetahuan yang memadai.
Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel berdasarkan
kriteria sebagai berikut :
a. Perusahaan yang terdaftar dalam BEI
b. Listing selama periode 2003-2007
c. Lengkap Laporan Keuangannya periode 2003-2007
d. Membayarkan dividen minimal 3 kali pada periode 2003-2007
Sehingga perusahaan yang dijadikan sampel adalah Bank Central Asia
Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Rakyat Indonesia Tbk, Bank Mandiri
Tbk, Bank Danamon Tbk, dan Bank CIMB Niaga Tbk
1.7.2 Metode Analisis
Ada beberapa metode analisi yang dapat digunakan yaitu :
1. Time Series, yaitu model analisis dengan data yang menggambarkan
perkembangan dari waktu ke waktu dari saruan periode waktu yang
digunakan.
2. Cross section, yaitu model analisis dengan data yang menggambarkan
keadaan antara objek yang satu dengan objek lainnya, missal perusahaan
dengan perusahaan lainnya.
Menurut Gujarati (2003:636) dalam bukunya yang berjudul “dasar-dasar
ekonometrika” terdapat tiga jenis pengelolaan data analisisi :
-
Time series, yaitu antar waktu, untuk masing-masing perusahaan dengan
fungsi yang sama .
-
Cross Section, yaitu antara perusahaan, dengan data minimal empat
perusahaan dilakukan estimasi untuk masing-masing periode waktu
selama empat tahun
-
Pooled Data, yaitu kombinasi time series dan corss section.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data yang
berupa pooled data karena dengan metode ini kita dapat mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel independen terhadap variabel independen dalam kurun
waktu 5 tahun sesuai dengan sampel perusahaan yang diambil.
Untuk menguji hasil dari model analisis tersebut, peneliti menggunakan uji
asumsi kalsik, hal ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan model-model
analisis yang dibuat.berikut uji asumsi yang digunakan:
1. Uji Normalitas Sebaran
Uji ini untuk mengetahui pengujian apakah data sampel yang
diambil telah mengikuti sebaran distribusi normal. Sebaran ini dapat
dilihat dari table histrogram atau plat datanya. Normalitas penting untuk
statistic inferensial yang bertujuan untuk membuat generalisasi hasil data
sempel.
2. Uji Linieritas
Uji ini akan memastikan apakah data sempel sesuai dengan garis
linier atau tidak. Jika sebaran data tidak sesuai dengan garis linier maka
dapat digunakan analisis regresi non-linier.linieritas dapat dilihat dari plat
data liniernya.
3. Uji Autokorelasi
Menurut Kendall dan Bockland (1971:8) dalam bukunya yang
berjudul “A dictionary of statistical terms” menyebutkan bahwa
autokorelasi adalah sebagai “adanya korelasi antara serangkaian observasi
yang diurutkan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section)”,
hal ini dimaksudkan berkaitan dengan asumsi model klasik bahwa unsure
gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh
unsure gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain.
Menurut Gujarati (2007:114) dalam bukunya yang berjudul “dasar-dasar
ekonometri jilid 2” menyebutkan bahwa autokorelasi terjadi karena :
-
Inersia, yaitu suatu ciri yang menonjol dari sederetan waktu
ekonomi yang berpengaruh pada kejadian berikutnya.
-
Bias spesifikasi, yaitu kasus variable yang tidak dimasukka
dalam model maupun bentuk fungsional yang tidak benar.
-
Fenomena Cobweb ( fenomena sarang laba-laba)
-
Adanya manipulasi data.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang
diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu observasi ke suatu
observasi lainnya. Gejala ini sering muncul dalam data silang tempat
daripada runtut waktu, juga sering muncul dalam analisis yang
mengunakan rata-rata.
Menurut Gujarati (2007:89) dalam bukunya yang berjudul dasardasar ekonometrika menyatakan bahwa untk memeriksa ada tidaknya
heterosdastisitas dapat diketahui dengan alat diagnose sebagai berikut:
-
Sifat masalah
-
Pengujian grafis residu
-
pengujian park9
-
pengujian gejser11
-
pengujian heteroskedastisitas white12
-
pengujian heteroskedastisitas yang lain seperti :
•
Uji korelasi peringkat spearman
•
Uji Goldfeld-Quandt
•
Uji Peak
•
Uji Breusch-Pagan
•
Uji CUSUMSQ
5. Uji Multikolinieritas
Uji yang berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau
hubungan pasti diantara beberapa atau semua variable yang menjelaskan
dari model regresi. Hal ini terdapat karena ada lebih dari satu hubungan
linier pasti. Menurut Koutsoyiannis (1978) dalam bukunya “A theory of
Econometrics”, multikolinieritas terjadi karena:
-
Perubahan nilai beberapa variable yang sejalan dengan
perkembangan waktu.
-
Penggunaan variable prederminasi sebagai variable bebas.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder berupa laporan
keuangan yang terkumpul dalam pojok BEJ Universitas WIdyatama dan Situs
http://www.jsx.co.id yang diambil dari bulan november 2009 sampai dengan
January 2009.
Download