Menurut teori fibrinolitik Birn, setelah ekstraksi gigi terjadi proses inflamasi yang dapat mempengaruhi pembentukan dan retensi bekuan darah. Fibrin akan hancur akibat efek dari kinasa dibebaskan dalam proses peradangan atau karena aktivasi langsung atau tidak langsung dari plasminogen, yang mempengaruhi stabilitas bekuan darah dan memfasilitasi pengembangan dry socket. Trauma pembedahan atau peradangan yang ada menyebabkan tulang alveolar atau jaringan yang berdekatan untuk melepaskan stable tissue activators, yang mengubah plasminogen dalam bekuan darah menjadi plasmin, suatu agen fibrinolitik. Hal ini dapat melarutkan bekuan darah, melepaskan kinin dari kininogen, mengakibatkan rasa sakit. Menurut Birn, ini menjadi faktor utama dalam generasi dry soket. Alasan untuk menjelaskan mengapa dalam multiple extraction tingkat kemungkinan terjadinya dry socket lebih kecil, meskipun trauma yang dialami lebih besar, adalah karena adanya daerah pembedahan yang lebih besar yang menghasilkan darah dalam jumlah yang besar sehingga memudahkan terjadinya pembekuan darah sebagai tahap pertama proses penyembuhan. Selain itu, terdapat juga beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan dry socket, antara lain: Infeksi o Bakteri dapat berperan dalam pemecahan pembekuan darah.Terdapat peningkatan insiden dry socket yang terlihat pada pasien dengan kebersihan mulut yang buruk, pada pasien yang memiliki jumlah bakteri (anaerob) lebih banyak sebelum dan sesudah operasi, dan pada kasus di mana adanya infeksi periapikal, perikoronitis atau periodontitis sebelum ekstraksi. Menurut Nitzan et al. (1983), peran bakteri anaerob, terutama Treponemma denticola, memperlihatkan aktivitas fibrolitik mirip plasmin secara in vitro. Namun, meskipun bakteri berperan dalam dry socket, tidak ada hubungan sebab akibat langsung yang ditunjukkan antara bakteri dan dry socket. Trauma ekstraksi o Gaya yang berlebihan dapat dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya dry socket. Dinding tulang socket dapat hancur selama ekstraksi, menghancurkan pembuluh darah kecil dan mengganggu proses penyembuhan. o Ekstraksi sulit cenderung terjadi pada tulang lebih padat dan tua, yang mungkin memiliki vaskularisasi yang menurun dan kecenderungan yang lebih besar untuk trombosis traumatis dari pembuluh darah. Suplai darah o Vasokonstiktor dalam anestesi local juga dapat menjadi faktor predisposisi dry socket karena mengurangi aliran darah pada tulang. Dry socket lebih banyak terjadi pada pasien dengan anestesi local daripada pasien dengan anestesi umum. o Dry socket lebih banyak terjadi pada mandibula daripada maksila. Suplai darah yang relative kurang dan mudahnya debris makanan masuk ke dalam socket menjadi faktor predisposisi terjadinya dry socket Daerah pencabutan o Insidensi dry socket terjadi paling tinggi pada daerah molar mandibula. Merokok o Efek vasokonstriktor dari nikotin pada pembuluh darah kecil menghambat aliran darah ke dalam tulang. Jenis kelamin o Dry socket lebih banyak terdapat pada wanita. Faktor sistemik o Misalnya penggunaan kontrasepsi oral dikaitkan dengan meningkatnya insidensi dry socket. Sumber Bowe et al. The management of dry socket/ alveolar osteitis. JOURNAL OF THE IRISH DENTAL ASSOCIATION. December 2011/January 2012 VOLUME 57 (6) : 305 Sheikh et al. PATHOGENESIS AND MANAGEMENT OF DRY SOCKET (ALVEOLAR OSTEITIS). Pakistan Oral & Dental Journal Vol 30, No. 2 (December 2010) Wray et al. TEXTBOOK OF GENERAL AND ORAL SURGERY. 2003. UK : Elsevier