1 asuhan kebidanan pada ny “a” masa hamil, persalinan, nifas

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A” MASA HAMIL, PERSALINAN,
NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT
PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO
YOVITA ELSE CHRIST DAMAYANTI
1311010089
SUBJECT:
Asuhan Kebidanan, Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Neonatus,
Dan Keluarga Berencana
DESCRIPTION
Asuhan kebidanan secara contuinity of care sangat penting dilakukan yaitu
dengan mengikuti dan membantu perkembangan ibu mulai dari kehamilan
trimester III, persalinan, nifas, neonatus, sampai keluarga berencana dengan tujuan
untuk terus memantau dan membantu ibu dalam melewati masa-masa tersebut
hingga ibu dapat melahirkan dengan aman dan bayi lahir normal.
Asuhan kebidanan pada Ny “A” G2P10001 UK 36-37 minggu pada
tanggal 12 Februari 2016.Data yang diperoleh ibu masih dalam batas normal, pada
trimester III ibu mengatakan sering buang air kecil dan nyeri punggung.
Persalinan pada Ny “A” akan dilakukan secara normal. Pada tanggal 22 Februari
2016, bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan, berat badan 3800 gram dan
panjang badan 50 cm, dilakukan kunjungan sebanyak 3 kali dan tidak ada keluhan.
Pada kunjungan nifas dilakukan kunjungan sebnayak 4x, pada kunjungan 1 yaitu 2
hari post partum ibu mengatakan kakinya bengkak.Pada kunjungan yang terakhir
penulis memberikan konseling tentang KB dan pada kunjungan terakhir ibu sudah
memilih KB suntik 3 bulan dan ibu sudah melakukan suntik 3 bulan di bidan.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan secara continuity of care tidak
ditemukan komplikasi dan bayi dalam keadaan normal dan sehat. Asuhan
kebidanan pada Ny “A” telah dilakukan kurang lebih 3 bulan dengan asuhan
continuity of care dimulai dari kehamilan dari trimester III, bersalin, nifas,
neonatus dan KB.
Asuhan dengan continuity of care ini sangat membantu, sehingga klien
dapat melewati proses kehamilan sampai KB tanpa masalah.
ABSTRACT
Midwifery care with continuity of care is very important to be done, that is
by following and monitoring the development of the mother started from the third
trimester of pregnant, parturition, postpartum, neonatal until family planning.
This method was aiming to monitor and help mother in those periods until mother
can give birth the baby safely and normally also the baby.
Midwifery care on Mrs. “A” G2P10001 gestational age of 36-37 weeks on
february 12th 2016. Data obtained showed the mother’s condition was still in a
normal limits, on third trimester mother said often urinate and back pain,
1
parturation on Mrs. “A” would be conducted normally. On October 22 February
2016, the baby was born with the female sex, body weight of 3800 grams and body
lenght of 50 cm, conducted visit as many as three times and there was no
complaint. On post natal visit that weant done as many as four times on the first
visit that was two days after post partum mother told her legs swollen. On the last
visit the researcher gove the counseling about the contraception and on the last
visit the mother has chosen birth control of 3 monthly contraception injection and
mother already doing it in midwife.
After conducted midwifery care in continuity of care there was not found the
complication and baby was normal and healthy. Midwifery care on Mrs. “A” hase
been done more or less than 3 months with the continuity of care started from the
pregnancy from third trimester, parturation, post partum, neonatal and family
planning.
Midwifery care with continuity of care is very helpful, so that mothers can
get through the process of a pregnancy until family planning without any problem.
Keyword : Antenatal care, pregnant mother parturition, post partum, neonatal,
and family planning
Contributor
: 1. Dian Irawati, M.Kes.
2. Sulis Diana, M.Kes.
Date
:20 Mei 2016
Type Material : Laporan Penelitian
Identifier
:Right
: Open Document
Summary
:
LATAR BELAKANG
Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir
(outcome) dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung.
Kejadian kematian di suatu wilayah dari waktu ke waktu dapat memberikan
gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat, di samping seringkali
digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan program pembangunan
dan pelayanan kesehatan. Data kematian di komunitas pada umumnya diperoleh
melalui data survei karena sebagian besar kejadian kematian terjadi di rumah,
sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus
rujukan. (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 201 2).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu
(AKI) di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, angka
ini sedikit menurun dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per
100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI,2012).
Target menurut SDGs pada tahun 2030 adalah menurunkan angka kematian
ibu menjadi di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup dan untuk menurunkan
angka kematian bayi dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan
Angka Kematian Bayi setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup.
(Kemenkes RI, 2015)
Angka Kematian Bayi (AKB) yang diperoleh dari laporan rutin relatif
sangat kecil, sehingga data AKB yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
2
(Provinsi Jawa Timur) diharapkan mendekati kondisi di lapangan. Data BPS
Provinsi Jawa Timur, AKB tahun 2009 sebesar 31,41 per 1.000 kh; tahun 2010
mencapai 29,99 per 1.000 kh; tahun 2011 mencapai 29,24 per 1.000 kh; dan di
tahun 2012 estimasi AKB telah mencapai 28,31 per 1.000 kh. Angka kematian
bayi (AKB) diharapkan menjadi 23 per 1000 kh pada tahun 2015 sesuai dengan
target MDG’s, dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Timur juga cenderung
meningkat dalam 5 tahun terakhir, yaitu berkisar antara 7-11 point dengan data
yang bersumber dari Laporan Kematian Ibu (LKI) kabupaten / kota di tahun 2012
mencapai 97,43 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) Jawa
Timur tahun 2012 keadaannya berada 5 point di bawah dari target MDG’s tahun
2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup keadaan ini memacu untuk terus
menelaah penyebab kematian ibu agar target MDG’s dapat tercapai. (Dinas
Kesehatan Jawa Timur, 2012).
Capaian cakupan K1 di provinsi Jawa Timurpada tahun 2013 mencapai
95,07%. Capaian cakupan K4 mencapai 87,36%. Capaian cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan 97,53%. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif
mencapai 78,98%. Cakupan kunjungan neonatal (KN) lengkap mencapai 89,08%
(Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, 2014).
Angka kematian bayi (AKB) di Mojokerto, selama tahun 2013 dilaporkan
terjadi 16.491kelahiran, tercatat kasus kematian bayi sebesar 129, diantaranya
laki-laki sebanyak 77 bayi dan sebanyak 52 bayi perempuan, jumlah kematian
tertinggi ada pada Kecamatan Puri yaitu 15 bayi dan tidak adanya kematian bayi
atau nol (0) ada pada Kecamatan Bangsal dan Ngoro. Tahun 2012 kasus kematian
bayi sebesar 178 bayi, maka telah terjadinya penurunan angka kematian bayi,
penurunan angka ini dikarenakan sudah tersedianya berbagai fasilitas atau faktor
aksesibilitas dan pelayanan kesehatan tenaga medis yang terampil, serta sudah
tersedianya ruang PONED di beberapa Puskesmas. Angka Kematian Bayi (AKB)
dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam
kualitas hidup dan pelayanan kesehatan pada masyarakat, dan Angka Kematian
Ibu (AKI) di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 sebanyak 22 kasus yang
terdiri dari 6 kasus pada Kematian Ibu Hamil, 2 kasus pada Kematian Ibu Bersalin
dan 14 kasus pada Kematian ibu Nifas, menurut kelompok umur ke semua kasus
kematian ibu tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut, kematian pada Ibu Hamil
5 orang meninggal pada usia 20-34 tahun dan 1 orang lagi meninggal pada usia
≥35 tahun, kematian Ibu Bersalin terdapat 2 orang yang meninggal pada usia 2034 tahun, kematian Ibu Nifas terdapat 2 orang yang meninggal pada usia < 20
tahun, 9 orang yang meninggal pada usia 20-34 tahun, dan 3 orang pada usia ≥ 35
tahun. Dari tahun 2012 peningkatan angka kematian ibu (AKI) menunjukkan
jumlah kasus kematian sebanyak 19 kasus, sedangkan pada tahun 2013 sebanyak
22 kasus. (Dinkes Kab Mojokerto, 2013).
Kematian ibu disebabkan karena perdarahan, eklampsia, komplikasi aborsi,
partus macet, dan sepsis. Perdarahan yang bertanggung jawab atas sekitar 28%
kematian ibu, sering tidak dapat diperkirakan dan terjadi tiba-tiba. Perdarahan
sebagian besar terjadi pada pasca persalinan, baik karena atonia uteri maupun sisa
plasenta. Hal ini menunjukkan penanganan kala III yangkurang optimal dan
kegagalan sistem pelayanan kesehatan menangani kedaruratan obstetrik dan
neonatal secara cepat dan tepat. (Prawirohardjo, 2008)
3
Angka kematian ibu dan bayi dapat diturunkan dengan cara meningkatkan
akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas dan
berdasar bukti ilmiah, mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui
peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan
ibu/bayi baru lahir serta pemanfaatan pelayanan yang tersedia, dan mendorong
keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir. (Prawirohardjo, 2008)
Peran bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi
penting dan strategis dalam penurunan AKI adalah mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan paripurna, meningkatkan pengetahuan
masyarakat dengan berfokus pada aspek pencegahan melalui pendidikan
kesehatan dan konseling serta promosi kesehatan, meningkatkan penerimaan
gerakan KB, memberikan pendidikan dukun beranak, dan meningkatkan sistem
rujukan (Manuaba, 2010).
Tujuan penelitian ini adalah memberikan asuhan kebidanan secara
continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta KB dengan
menggunakan manajemen kebidanan.
METODE PENELITIAN
Studi penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan study kasus dengan penerapan Manajemen Kebidanan Lima Langkah
dan catatatn perkembangan dalam bentuk SOAP. Responden study kasus adalan
Ny “A” usia 30 tahun. Lokasi study kasus dilakukan di BPM Ni Made D. S. U,
S.ST Desa Mlaten Kecamatan Puri Kabupaten mojokerto. Dimulai tanggal 12
Februai 2016 sampai 29 April 2016. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dilakukan
sebanyak 2 kali, asuhan kebudanan pada ibu bersalin dilakukan mulai dari
persalinan kala I sampai kala IV, asuhan kebidanan pada ibu nifas dilakukan
sebanyak 4 kali, asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dilakukan sebanyak 3 kali,
dan asuhan kebidanan pada keluarga berencana dilakukan sebanyak 1 kali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Asuhan kehamilan pada Ny AG2P10001 usia kehamilan 36-37 minggu
didapatkan keluhan utama Ny A mengatakan hamil 9 bulan dan juga sering
buang air kecil dan nyeri punggung. Menurut Hanifa (2008) keluhan yang
sering dirasakan pada trimester III adalah : Sering buang air kecil, pada
kehamilan trimester III posisi kepala janin mulai turun kepintu atas panggul
sehingga mengakibatkan kandung kemih tertekan oleh penurunan kepala
janin, konstipasi dan perut kembung, biasanya terjadi kostipasi yang
dipengaruhi oleh hormone progresteron yang meningkat.
Selain itu juga terjadi perut kembung karena adanya tekanan uterus yang
membesar yang mendesak organ-organ dalam perut terutama saluran
pencernaan, usus besar, keatas dan lateral, nyeri pinggang nyeri pinggang
dirasakan oleh karena terjadi peningkatan dispense abdomen yang membuat
panggul miring kedepan, penurunan tonus otot dan peningkatan beban berat
badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian tulang. Pusat
gravitasi wanita bergeser kedepan yang menyebabkan rasa nyeri pada
punggung ibu. Kram Otot, hipokalsemia merupakan kekurangan kadar
4
kalsium dalam plasma darah ditandai dengan adanya kram otot dan kram
perut (Ardiyanti, 2014).
Kondisi sering berkemih atau sering buang air kecil ini pada Ny A cukup
normal karena terjadi dorongan oleh janin yang semakin lama-semakin
membesar apa lagi menjelang persalinan. Kondisi normal yang dialami oleh
Ny “A” di trimester pertama sampai trimester ketiga dianggap sebagai kondisi
yang normal. Berdasarkan hasil pengkajian diatas menunjukkan bahwa
keluhan yang dialami oleh ibu saat trimester III merupakan keluhan yang
umumnya dirasakan oleh ibu hamil, hal ini sesuai dengan teori, sehingga
antara teori dengan fakta tidak terdapat kesenjangan.
Kunjungan kehamilan yang dilakukan Ny A sebanyak 4 kali yang terdiri
dari satu kali pada trimester I,tiga kali pada trimester ke II. Kunjungan ANC
untuk setiap ibu hamil yaitu minimal 4 kali, yaitu satu kali pada trimester
pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali trimester ketiga
(Saifuddin, 2009). Hal-hal yang perlu dikaji di dalamnya antara lain berapa
kali ibu sudah melakukan ANC, di mana ibu memperoleh ANC, apakah ibu
sudah mendapatkan imunisasi TT dan berapa kali mendapatkannya, apakah
ibu teratur minum tablet tambah darah, kalk dan vitamin yang ibu peroleh
setiap kali control, apakah ada keluhan atau komplikasi selama ibu hamil dan
apakah ibu mempunyai kebiasaan-kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan,
merokok, minum jamu dan alcohol dan sebagainya, sehingga bidan dapat
memantau perkembangan kehamilannya. Pada kehamilan, pemeriksaan ANC
harus lebih sering guna untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
janin yang dikandung (Varney, 2009). Kunjungan yang dilakukan Ny A
kategori tidak teratur meskipun jumlah kunjungan 4 kali karena pada trimester
III seharusnya melakukan kunjungan 2 kali tidak dilakukan oleh Ny A.
kunjungan ibu hamil dilakukan harus tiap trimester karena komplikasi yang
terjadi pada ibu hamil tiap trimester berbeda. Hal ini ditunjukkan Pada
trimester I ibu melakukan kunjungan 1 kali diberi tablet FE dan kalk, pada
trimester II 1 kali dengankeluhan yang dirasakan selamahamilmuda : mual,
muntah, keluhan pada hamiltua : seringbuang air kecil.
Setiap kali periksa kehamilan tekanan darah Ny. A adalah 110/70 mmHg,
tekanan darah dalam batas normal. Tekanan darah ibu hamil harus dalam
batas normal (antara 110/70 mmHg sampai 130/90 mmHg) apabila terjadi
kenaikan tekanan darah (hipertensi) atau penurunan tekanan darah (hipotensi),
hal tersebut perlu diwaspadai karena dapat berdampak buruk bagi ibu dan
janin apabila tidak ditangani secara dini (Prawirohardjo, 2009). Berdasarkan
hasil pengkajian diketahui bahwa keadaan kondisi Ny “A” masih dalam batas
normal sehingga tidak perlu adanya kekhawatiran Ny A dikatakan
kehamilanya normal karena selama dilakukan pemeriksaan tekanan darah Ny
A tidak kurang dari 110/70 mmHg dan tidak lebih dari 130/90 mmHg.
Pada saat kunjungan ANC didapatkan Tinggi Fundus Uteri pada Ny. A
adalah 29 cm, sedangkan pada kunjungan kedua saat usia kehamilan 36
minggu terjadi penambahan didapatkan Tinggi Fundus Uteri 30 cm. Menurut
Mochtar (2000), Pada akhir kehamilan berat uterus menjadi 1000 gram
(normal 20 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm, pada kehamilan
28 minggu fundus uterus terletak kira-kira 3 jari di atas pusat atau 1/3 jarak
antara pusat ke prosesus xipoedeus. Pada kehamilan 32 minggu fundus uterus
5
terletak 1/2 pusat denga prosesus xipoedeus. Pada kehamilan 36 minggu
fundus uterus berada kira-kira 1 jari di bawah prosesus xipoedeus. Bila
pertumbuhan janin normal, maka tinggi fundus uteri 28 minggu adalah 25 cm,
pada 32 minggu adalah 27 cm, pada 36 minggu adalah 30 cm. Tinggi fundus
uteri Ny A tidak menunujukkan adanya masalah dikarenakan masih dalam
batas normal bila dihitung dengan rumus Neagle, taksiran berat janin ≥2500
gram.
Berdasarkan data-data yang terkumpul dari anamnesa, pemeriksaan fisik
pemeriksaan khusus kebidanan secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi tidak temukan adanya masalah dengan demikian kehamilan Ny. A
adalah kehamilan normal. Kehamilan normal adalah kehamilan dengan
gambaran ibu yang sehat, tidak ada riwayat obstetrik yang buruk serta
pemeriksaan fisik dan laboratorium normal. (Saifuddin, 2009).
Asuhan persalinan pada Ny. A G2P10001 pada tanggal 22 Februari 2015
didapatkan keluhan yaitu Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng pada
pukul 01.00 Wib sudah keluar lendir campur darah dan belum keluar airair.mules-mules yang semakin sering dan kuat sejak pukul 02.00 WIB.
pemeriksaan dalam hasilnya vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis dan
lunak, pembukaan 4 cm, selaput ketuban utuh, presentasi kepala, penurunan
Hodge III, posisi UUK kiri, dan moulase tidak ada. Tanda-tanda inpartu
diantaranya adalah adanya rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,
sering dan teratur. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan-robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah
dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan
telah ada ( Manuaba, 2005 ).
Kala I persalinan pada Ny.A berlangsung 10 jam lebih 30 menit,
dihitung dari ibu merasakan mules sampai pembukaan lengkap. Menurut teori
yang ada, fase laten berlangsung hampir 8 jam dan fase aktif berlangsung
selama 7 jam. Faktor pendukung dalam proses persalinan yaitu dengan adanya
power, pasenger, dan passege ketiga faktor utama ini sangat mendukung
jalannya persalinan. Pada pemeriksaan kala I kondisi ibu cukup normal karena
keluhan yang dialaminya sama seperti keluhan ibu hamil pada umumnya, hal
ini sebagaimana teori tentang tanda dan gejala persalinan kala I yaitu Pada
persalinan kala I akan ditemukan tanda – tanda persalinan kala sebagai
berikut; Rasa sakit adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur,
Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan
kecil pada servik, terkadang ketuban pecah dengan sendirinya. Servik mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement) (Muchtar, 2005).
Proses persalinan Ny A berjalan normal karena dipantau melalui
partograf tidak melewati garis waspada.Berdasarkan hasil pengkajian dan
teori yang ada maka kondisi Ny A dinyatakan sebagai kondisi yang normal
dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan fakta.
Kala II pada Ny.A berlangsung 30 menit dari pembukaan lengkap pukul
08.00 WIB dan bayi lahir spontan pukul 08.30 WIB. Kala II berlangsung
selama 1jam pada primi dan ½ jam pada multi. Beberapa faktor seperti
paritas (multipara), his yang adekuat, faktor janin dan faktor jalan lahir
sehingga terjadi proses pengeluaran janin yang lebih cepat,( Saifuddin,
2006 ).Tanda dan Gejala Kala II Persalinan Ibu ingin meneran bersamaan dg
6
kontraksi, ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal,
perineum terlihat menonjol, vulva vagina dan sfinger membuka, peningkatan
pengeluaran lender & darah (Mardiana, 2008).
Bayi Ny A setelah dilakukan pemotongan tali pusat bayi diletakkan di
dada ibu dengan posisi tengkurap untuk IMD selama 30 menit. IMD
dilakukan selama 1 Jam setelah bayi lahir. (Asuhan Persalinan Normal,2008).
Hal terpenting ketika bayi sehat diletakkan di atas perut dan dada ibu segera
setelah lahir dan memulai kegiatan menyusui segera setelah proses kelahiran
terjadi adalah penyelenggaraan kontak kulit-ke-kulit (skin to skin contact),
antara bayi baru lahir dan ibunya.bayi pertama kali di atas payudara ibu, akan
merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan dimulainya pengeluaran air
susu ibu serta menimbulkan perasaan kasih sayang pada bayi. Dilanjutkan
dengan penciuman, emutan dan jilatan lidah bayi pada puting susu, akhirnya
bayi akan meraih payudara dan meminumnya (Yohmi dalam Suradi,
2010).Pada bayi Ny. AIMD di lakukan hanya selama 30 menit karenakan ibu
merasa lelah. Pada saat dilakukan pengkajian ibu merasa lelah sehingga IMD
dihentikan hal ini bertujuan untuk mengatur kondisi ibu agar tetap segar dan
ibu bisa melakukan IMD lagi.
Penatalaksanaanaktif kala III dilakukan dengan cara memeriksa kembali
uterus dengan meraba abdomen untuk memastikan tidak ada janin
lain.Menjelaskan dan memberitahu ibu akan disuntik oksitoxin IM 1/3 di paha
atas bagian luar agar uterus berkontraksi dengan baik. Melakukan PTT
(Peregangan Tali Pusat Terkendali). Kemudian melakukan massase uterus
sampai uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan setelah
plasenta lahir.Plasenta lahir spontan jam 08.35 wib. Hal ini normal terjadi
karena plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir dengan demikian selama kala
III tidak ada penyulit dan tidak ada kesenjangan antara teori dengan fakta di
lapangan
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban secara lengkap, melibatkan pelepasan,
penurunan, dan pengeluaran plasenta dan selaput ketuban serta pengendalian
perdarahan dari daerah plasenta. Tidak hanya itu setelah kelahiran dilakukan
juga pemeriksaan saluran genetalia dan bila perlu dilakukan perbaikan
perineum. Dengan Lahirnya bayi, volume intrauterine menurun secara drastis
(dari 4 L sebelum persalinan menjadi 0,5 L), menyebabkan uterus menjadi
lebih kecil. Hal ini disertai dengan pengecilan daerah plasenta (dari diameter
kira-kira 20 cm menjadi kira-kira 7,5 cm). Kontraksi dan rettraksi
miometrium terus berlanjut seperti pada kala I dan II. Tekanan intrauterine
meningkat, dari 100 mmHg pada kala II menjadi 40 mmHg pada kala III.
Kala IV pada Ny. A Ibu mengatakan perutnya masih merasa mules. Saat
yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum.
Pemantauan
ini
dilakukan
untuk
mencegah
adanya
kematianibu akibatperdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi
dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan
eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit
pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan. selama 1
jam pertama setelah persalinan, tanda-tanda vital ibu, uterus, lochea,
7
perineum, dan kandung kemih dipantau dan dievaluasi secara teratur sampai
semua stabil dalam kisaran normal (Yundari, 2012)
Observasi Kala IV pada Ny A yaitu TTV batas normal 110/80 mmHg,
suhu 36,2ºC, Tinggifundus uteri setelah plasenta lahir 2 jari dibawah
pusat,kontraksi baik,konsistensi keras, kandung kemih kosong, lochean rubra,
pengeluaran darah selama proses persalinan yaitu pada kala I ± 30 cc, kala II
± 50 cc, kala III ± 75 cc, kala IV ± 150 cc, jumlah pengeluaran darah yang
dialami yaitu ±350 cc. Pengawasan post partum dilakukan selama 2 jam post
partum yaitu untuk memantau perdarahan, TTV, kontraksi, TFU, dan kandung
kemih, pada 1 jam pertama pemantauan dilakukan setiap 15 menit sekali,
pada 1 jam berikutnya dilakukan setiap 30 menit sekali ( Asuhan Persalinan
Normal,2008). Pengeluaran darah normal ± 500 cc bila pengeluaran darah ≥
500 cc yaitu pengeluaran darah abnormal (Prawirohardjo, 2009). Pengeluaran
darah pada kasus Ny. Amasih dalam batas normal hal ini dikarenakan
penanganan MAK III yang sesuai dengan prosedur, tidak ada indikasi anemia
dan bayi besar. Persalinan pada Ny A kala I, kala II, kala III,dan kala IV
tidak ada komplikasi.
Asuhan masa nifas pada Ny. A P20002dari anamnesa didapatkan hasil
bahwa ibu masih merasakan mules.Keluhan mules pada ibu post partum
merupakan hal yang normal karena setiap persalinan rasa mules akan
dirasakan oleh semua ibu baik yang disebabkan oleh keluarnya janin maupun
luka bekas jahitan perineum (Muchtar, 2005). Hal ini bersifat fisiologis
karena pada saat ini uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehinnga akhirnya kembali seperti sebelum hamil .Kondisi Ny A cukup baik
dan tidak terjadi komplikasi masa nifas.
Ny.A diberi vitamin A 200.000 unit sebanyak 1 kapsul yang diminum
segera setelah melahirkan dan kapsul kedua diberikan dengan selang waktu
minimal 24 jam. Segera setelah melahirkan, umumnya ibu nifas akan
diberikan vitamin A sebanyak 2 kapsul untuk diminum pada hari pertama dan
kedua (24 jam setelah melahirkan) (Aidan, 2012). Pada pengkajian ini Ny A
telah diberi vitamin untuk memulihkan kondisinya hal ini sebagaimana dalam
teori bahwa vitamin A harus diberikan 24 jam setelah melahirkan sehingga
tidak terdapat teori dengan fakta.
Ny. A diberikan tablet penambah darah (Fe) 60 mg 1x1/hari. Tablet zat
besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin dan pemberian ASI karena mengandung semua bahan yang
diperlukan oleh bayi, mudah dicerna, memberikan perlindungan terhadap
infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum (Prawirohardjo, 2006).
Dalam pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi ibu
maka dalam mengantisipasi terjadinya infeksi masa nifas maka perlu
diberikan tablet FE dan hal ini telah dilakukan oleh Ny “A”
Kunjungan nifas pada Ny. A dilakukan kunjungan 2 hari, 6 hari dan 2
minggu dan kunjungan 6 minggu.Kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi pada6-8 jam postpartum, 6 hari
postpartum, 2 minggu postpartum dan 6 minggu postpartum (Sitti
Saleha,2010). Hasil dari kunjungan 6 hari sampai 6 minggu postpartum tidak
ditemukan masalah atau komplikasi apapun.
8
Kunjungan I pada Ny A dilakukan pada 6 jam post partum hasil
pemeriksaan adalahtinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus
baik, konsistensi uterus baik, kandung kemih kosong, pengeluaran lochea
rubra, pada kunjungan Nifas II (6 haripost partum) ibu mengatakan tidak ada
keluhan, dilanjutkan pada kunjungan Nifas III (2 minggu post partum). Ibu
mengatakan tidak ada keluhan, kunjungan Nifas III (6 minggu post partum)
Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Tinggi fundus uteri pada 6 jam postpartum
adalah 2 jari dibawah pusat dan terjadi pengeluaran lochea rubra selama 2
hari pasca persalinan.( Sitti Saleha,2010).Selama kunjungan masa nifas Ny A
tidak terdapat keluhan sehingga keadaan Ny A masih dalam batas normal
tanpa adanya komplikasi masa nifas.
Bayi Ny A lahir cukup bulan masa gestasi 38 minggu lebih 1 hari, lahir
spontan pukul 08.30 WIB tidak ditemukan adanya masalah, menangis
spontan,kuat, tonus otot positif (+) warna kulit kemerahan jenis kelamin lakilaki, anus (+) dan tidak ada cacat bawaan. Pada minggu ke 37, berat badan
bayi Anda menjadi sekitar 2,8 kilogram dengan panjang 48,6 cm. Persalinan
di masa hamil 9 bulan ini dianggap telah cukup umur karena perkembangan
bayi telah sempurna. Berat badan bayi akan terus bertambah untuk mengatur
suhu tubuhnya setelah lahir nanti. Seluruh organ tubuhnya telah sempurna dan
berada di tempat yang seharusnya. Paru-paru adalah organ yang paling lambat
matang (Rahardjo, 2011). Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa
kondisi bayi Ny A cukup baik dan tidak terdapat kelainan bayi lahir normal
tanpa adanya penyulit persalinan.
Pada bayi Ny A umur 1 jam dilakukan penyuntikkan
Vit Neo K 1Mg/0,5cc . Melalui penyuntikan vitamin Ksebanyak 1 mg pada
semua bayi baru lahir0,5mg – 1mg phytonadione ( vitamin K1 ) biberikan
secara IM, 1-6 jam setelah bayi dilahirkan (Endriana, 2009). Pada Ny A umur
6 Jam tetap menjaga kehangatan dan bayi belum dimandikan. Bayi Ny A
belum dimandikan karena keadaan cuaca hujan dan dingin takut terjadi
hipotermi dan keterbatasan fasilitas untuk air hangat, bayi dimandikan saat
usia 27 jam.Suhu normal bayisangat diperlukan pada masa pertumbuhan bayi.
Hal ini sangat penting, mengingat kondisi kesehatan sang buah hati yang
masih sangat rentan terhadap penyakit. Satu hal yang sering dikhawatirkan
oleh orang tua yaitu bayi menderita demam. Biasanya demam merupakan
kondisi awal atau tanda-tanda awal yang menunjukan bahwa si kecil sedang
dalam keadaan kurang sehat, yang seringkali jika demam ini tidak segera di
atasi maka akan berkembang menjadi suatu penyakit yang lebih parah. Karena
itu sangat penting bagi orang tua untuk mengenali kondisi tubuh bayi
termasuk suhu normal bayi sehat. Sehingga ketika suhu bayi sudah di atas
normal, orang tua dapat segera mengambil langkah –langkah pencegahan agar
tidak berkembang menjadi penyakit yang lebih serius.Suhu tubuh bayi, bisa
menunjukan kemampuan bayi dalam mengatur suhu tubuh. Panas tubuh
sebenarnya muncul akibat adanya proses dan aktifitas metabolisme tubuh.
Ketika suhu tubuh normal berarti menunjukan bahwa metabolisme dalam
tubuh bayi berjalan dengan baik (Mutia, 2012)
Bayi Ny A usia 6 hari hasil pemantauan keadaan bayi dalam batas
normal tidak ditemukan masalah atau komplikasi keadaan bayi baik,
diberikan ASI ekslusif dan diberikan imunisasi HB0 0,5 cc. Pemberian
9
Imunisasi DPT-HB,Hib merupakan bagian dari pemberian imunisasi dasar
pada bayi sebanyak tiga dosis. Vaksin DPT-HB,Hib merupakan pengganti
vaksin DPT-HB sehingga memiliki jadwal yang sama dengan DPT-HB. Pada
tahap awal DPT-HB,Hib hanya diberikan pada bayi yang belum pernah
mendapatkan imunisasi DPT-HB. Apabila sudah pernah mendapatkan
imunisasi DPT-HB dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan
pemberian imunisasi DPT-HB sampai dengan dosis ketiga. Pemberian
imunisasi lanjutan DPT-HB,Hib diberikan pada anak usia 1,5 tahun (18
bulan) yang sudah melakukan imunisasi DPT-HB maupun DPT-HB,Hib tiga
dosis. Bagi anak batita yang belum mendapat DPT-HB tiga dosis dapat
diberikan DPT-HB,Hib pada usia 18 bulan dan imunisasi lanjutan DPTHB,Hib diberikan minimal 12 bulan dari DPT-HB,Hib dosis ketiga. Imunisasi
lanjutan Campak diberikan pada anak usia 2 tahun (24 bulan). Apabila anak
belum pernah mendapatkan imunisasi Campak sebelumnya (saat bayi), maka
pemberian imunisasi lanjutan Campak dianggapa sebagai dosis pertama.
Selanjutnya harus dilakukan pemberian Imunisasi Campak dosis kedua
minimal 6 bulan setelah dosis pertama (Kemenkes, 2013). Bayi Ny A baru
dilakukan imunisasi HB dikarenakan untuk melindungi dari berbagai penyakit
dan seharusnya bayi di imunisasi HB0 Segera 1 jam setelah pemberian
Imunisasi Vit K.
Pada bayi Ny A tidak ditemukan tanda-tanda bahaya pada bayinya dan
talipusat telah lepas dihari ke 4 pada tanggal 01 Januari 2014. Hasil
pemeriksaan bayi Ny A usia 2 minggu menunjukkan keadaan bayi dalam
keadaan normal dan tidak terjadi ikterus.Tanda-tanda bahaya pada bayi baru
lahir. Tidak mau menyusu; Kejang; Lemah; Sesak napas; Merintih; Pusar
kemerahan; Demam atau tubuh teraba dingin (Wulandari, 2010). Pada bayi
Ny A tidak terdapat tanda bahaya bayi baru lahir sebagaimana yang tercantum
dalam teori diatas maka dapat dikatakan bahwa bayi Ny A lahir dengan
normal.
Asuhan Keluarga berencana pada masa nifas Ny “A” diketahui bahwa
keluhan ibu saat datang ke BPM karena ingin melakukan suntik Kb 3
bulan.Riwayat Menstruasi, Menarche : 12 tahun Disminorea Siklus: 28
hariFlour Albus: - Lama: 6-7 hari Bau : Khas, Warna: Merah. Perlu diketahui,
KB suntik 3 bulan mengandung Depo Provera yang merupakan suspensi
cairan yang terdiri dari kristal-kristal mikro medroksiprogesteron asetat
(DMPA). Sedangkan DMPA ini merupakan keturunan progesteron, hormon
yang memang sudah ada dalam tubuh wanita. Disuntikkan dengan dosis 150
mg setiap 3 bulan sekali. Disinilah cara kerja KB suntik 3 bulan, karena
hormon ini memiliki efek mengentalkan lendir rahim, sehingga sel sperma
akan terperangkap dan sulit bergerak ke rahim dan seterusnya. Hormon ini
juga mencegah ovulasi atau pengeluaran sel telur dan membuat dinding rahim
tidak siap menerima hasil pembuahan (Saifudin, 2008)
Pada pemeriksaan umum diketahui bahwa Keadaan Umum ibu: Baik
Kesadaran: Composmentis Berat Badan : 54 Kg Tinggi Badan : 156 cm TTV:
TD: 120/80 mmHg S : 36,5 0C, N : 84x/menit RR: 22x/menit. Suntikan KB
merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan yang paling banyak
digunakan di Indonesia. Secara umum, Suntikan KB bekerja untuk
mengentalkan lendir rahim sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma. Selain
10
itu, Suntikan KB juga membantu mencegah sel telur menempel di dinding
rahim sehingga kehamilan dapat dihindari. Suntikan KB 3 Bulan. Suntikan
KB ini mengandung hormon Depo Medroxy progesterone Acetate (hormon
progestin) 150 mg. Sesuai dengan namanya, suntikan ini diberikan setiap 3
bulan (12 Minggu). Suntikan pertama biasanya diberikan 7 hari pertama
periode menstruasi Anda, atau 6 minggu setelah melahirkan. Suntikan KB 3
Bulanan ada yang dikemas dalam cairan 3ml atau 1ml (Aida, 2009).
Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny A merupakan hal yang harus dilakukan
untu mengetahui keadaan dan mengantasipasi adanya komplikasi sebelum
dilakukan pemberian kontrasepsi.
Simpulan
1. Asuhan kehamilan pada Ny AG2P10001 usia kehamilan 36-37 minggu
didapatkan keluhan utama, ibu mengatakan hamil 9 bulan dan juga sering
buang air kecil dan nyeri punggung . Ny. A mengalami kenaikan berat badan
dalam batas yang normal dengan rekomendasi kenaikan berat badan yang
dibutuhkan selama kehamilan 6,5-16,5 kg yaitu . Kunjungan kehamilan yang
dilakukan Ny A sebanyak 4 kali yang terdiri dari satu kali pada trimester I,
tiga kali pada trimester ke II. Kondisi Janin Baik dengan DJJ 149x/menit.
2. Asuhan persalinan pada Ny. A G2P10001 berlangsung normal dan cepat,
tanggal 22 Februari 2016 didapatkan keluhan yaitu Ibu mengatakan
merasakan kenceng-kenceng pada pukul 01.00 Wib sudah keluar lendir
campur darah dan belum keluar air. Persalinan berlangsung normal dengan
kala I berlangsung selama ±7 jam, kala II berlangsung selama ± 30 menit,
Kala III berlangsung selama ± 5 menit, kala IV berlangsung selama 2 jam.
3. Asuhan masa nifas pada Ny. A P20002 kunjungan I didapatkan hasil bahwa
ibu bengkak pada kaki. Kunjungan I pada Ny A dilakukan pada 2 hari post
partum hasil pemeriksaan adalah tinggi fundus uteri 1 jari di bawah pusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, pengeluaran lochea rubra, pada
kunjungan Nifas II (6 hari post partum) ibu mengatakan tidak ada keluhan,
dengan hasil pemeriksaan adalah tinggi fundus uterus 2 jari diatas sympisis,
kontraksi uterus baik, pengeluaran lochea Sanguinolenta, lalu dilanjutkan pada
kunjungan Nifas III (2 minggu post partum) Ibu mengatakan tidak ada
keluhan, dengan hasil pemeriksaan adalah tinggi fundus uteri tidak teraba,
pengeluaran lochea serosa, dan kunjungan Nifas III (6 minggu post partum)
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan hasil pemeriksaan adalah tinggi
fundus uteri tidak teraba, pengeluaran lochea alba.
4. Asuhan bayi baru lahir dapat disimpulkan bahwa bayi Ny A lahir cukup
bulan, lahir spontan pukul 08.30 WIB dengan berat badan 3800 gr, panjang
badan 50 cm dan jenis kelamin perempuan. Selama kunjungan yang dilakukan
pada 2 hari setelah lahir, 6 hari setelah lahir dan 2 minggu setelah lahir
didapatkan hasil berat badan bayi 4500 gr. Bayi tidak mengalami keadaan
abnormal dan tidak ada keluhan. Keadaan umum baik dan bayi minum ASI
sesuai dengan kebutuhan.
5. Asuhan Keluarga berencana pada masa nifas Ny “A” memilih metode KB
suntik 3 bulan tidak terjadi komplikasi pada saat pemakaian KB suntik. Secara
keseluruhan tidak ada kelainan maupun komplikasi yang terjadi pada Ny “A”
11
menggunakan alat KB, hal ini dikarenakan Ny “A” mau bekerjasama dan mau
mengikuti nasehat dan anjuran yang telah diberikan oleh bidan.
Rekomendasi
1. Asuhan kebidanan ini diharapkan menambah pengetahuan, pengalaman dan
wawasan serta dijadikan bahan penerapan asuhan kebidanan dalam asuhan
Continuity Of Care terhadap ibu hamil, ibu bersalin, nifas, bayi baru lahir dan
pelayanan kontrasepsi. Serta dapat digunakan sebagai bahan referensi dan
perbandingan untuk laporan kasus selanjutnya.
2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan (Bidan) di Puskesmas dapat
meningkatkan kualitas pelayanan KIA, khususnya dalam memberikn asuhan
pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana dan
dalam batasan Continuity Of Care.
3. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan
terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara
komprehensif. Dan untuk tenaga kesehatan dapat memberikan ilmu yang
dimiliki serta mau membimbing kepada mahasiswa tentang cara memberikan
asuhan yang berkualitas.
4. Diharapkan agar responden dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin
kepada tenaga kesehatan. Jika pada kehamilan terdapat komplikasi dapat di
tangani secara dini dengan melakukan konsultasi tentang kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB.
Daftar Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo .
Sondakh, J.S. dan Jenny, M.Clin.Mid. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta: Erlangga
Sulistyawati, Ari & Nugraheny, Esti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Jogjakarta: Andi Offset
Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta :
EGC
Alamat Correspondensi
- Email
: [email protected]
- No. HP
: 089660166498
- Alamat
: Gang Anggrek Rt 05 Rw 12 Kejapanan Pasuruan
12
Download