PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN KOMPOS

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Salam (Eugenia polyantha. Wight)
Salam atau Eugenia polyantha mempunyai nama latin lain yaitu Syzygium
polyanthum dan tanaman spesies ini mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Magnoliophytina
Kelas
: Magnoliate
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Eugenia
Nama Lokal : Gowok, (Sunda), manting (Jawa), kastolam (Kangean),
meselangan, ubar serai (Melayu), Salam (Indonesia, Sunda, Jawa, Madura)
(IPTEKnet 2005).
2.1.1
Morfologi
Pohon Salam (Eugenia polyantha) bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 m,
berakar tunggang, batang bulat, permukaan licin. Daun tunggal, letak berhadapan,
bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun bentuknya lonjong sampai
elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata,
panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm. Pertulangan menyirip, permukaan atas licin
berwarna hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda. Daun bila diremas
berbau harum (IPTEKnet 2005). Menurut Kristio (2007) tanaman Salam (Eugenia
polyantha) termasuk dalam tumbuhan menahun atau tumbuhan keras karena dapat
mencapai umur bertahun-tahun belum juga mati. Akarnya termasuk akar tunggang
(radix primaria), berbentuk sebagai tombak (fusiformis) karena pangkalnya besar
dan meruncing ke ujung dengan serabut-serabut akar sebagai percabangan atau
biasa disebut akar tombak. Sifatnya adalah akar tunjang karena menunjang batang
dari bagian bawah ke segala arah (Kristio 2007). Bunganya bunga majemuk
tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih, baunya
harum. Buahnya buah buni, bulat, diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau,
setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat, penampang
sekitar 1 cm, warnanya coklat (IPTEKnet 2005).
2.1.2
Penyebaran dan habitat
Salam merupakan tanaman yang secara umum dapat ditemukan tumbuh
liar di hutan dan pegunungan, atau ditanam di pekarangan dan sekitar rumah.
Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan
ketinggian 1.800 mdpl (IPTEKnet 2005). Tanaman ini tumbuh secara liar di
bagian barat Asia Tenggara (Burma hingga Malaysia) dan di bagian barat
Indonesia (Katzer 2001). Salam juga dapat ditemukan di Suriname dan sama
seperti di Indonesia pada umumnya, di sana Salam juga digunakan sebagai bumbu
dapur (Tropilab Inc 2007).
2.1.3
Kegunaan
Tanaman Salam memiliki banyak kegunaan, terutama di bidang
pengobatan, karena tanaman ini termasuk salah satu tanaman obat Indonesia.
Penyakit yang dapat diobati oleh tanaman ini adalah diare, sakit maag (gastritis),
kencing manis, mabuk akibat alkohol, penyakit kulit seperti kudis dan gatal-gatal.
Selain itu tanaman Salam ditanam untuk diambil daunnya sebagai pelengkap
bumbu dapur, kulit pohonnya dapat dipakai sebagai bahan pewarna jala atau
anyaman bambu (IPTEKnet 2005)
2.1.4 Silvikultur
Tanaman Salam biasa dikembangbiakkan dengan biji, cangkok atau stek.
Benihnya bersifat rekalsitran sehingga tidak tahan lama, tidak bisa dikeringkan
dengan baik dan tidak tahan terhadap temperatur yang rendah. Tanaman Salam
sebaiknya ditanam di daerah yang mendapat sinar matahari secara penuh dan
tidak mengalami musim salju. Walau demikian tanaman ini termasuk jenis
tanaman yang tidak memerlukan banyak syarat tempat tumbuh yang sehingga
mudah untuk ditanam.
2.2
Media Tanam
2.2.1
Subsoil
Subsoil merupakan lapisan yang terletak tepat setelah horizon A,
merupakan horizon B yang utama (biasanya B2) dan sering dijumpai pada
kedalaman 30-60 cm (Budiman 1998). Subsoil dapat juga diartikan sebagai
bagian dari profil tanah dibawah permukaan tanah yang telah berubah dari
karakter geologi aslinya. Sering disebut sebagai horizon B (Anonimus 2007).
Selain itu menurut Heritage Community Foundation (2007) horizon B atau subsoil
dapat terdiri dari pasir, lumpur, dan tanah liat tetapi sedikit mengandung humus
atau bahan organik lainnya, jika ada.
Menurut Gibson dan Batten (1970) lapisan permukaan dari tanah, atau
horizon A, biasa disebut sebagai topsoil, lapisan berikutnya, horizon B, disebut
subsoil. Gabungan horizon A dan B disebut sebagai tanah atau solum. Pada
daerah yang beriklim basah erosi yang terjadi dapat memindahkan sebagian atau
seluruh bagian tanah permukaan, atau horizon A, sebagai akibat dari kegiatan
bercocok tanam atau pembukaan areal hutan. Horizon A kehilangan materi secara
konstan karena pengaruh pergerakan air hujan yang menuju ke bawah atau ke
luar, yang membawa bahan organik terlarut dan bahan mineral, termasuk materi
halus yang tersuspensi. Dengan demikian horizon A mengalami eluviasi, atau
miskin hara, karena kehilangan bahan-bahan mineral tersebut. Hal ini
mengakibatkan horizon A miskin bahan organik dan substansi mineral serta
memiliki tekstur yang kasar, karena kehilangan ini, horizon A mengalami erosi
tanah.
Horizon B merupakan tempat penyimpanan di tanah. Horizon B
mengalami iluviasi karena sebagian besar materi halus yang terbawa turun dari
horizon A tersimpan di sini. Proses pengayaan ini berjalan sangat lambat. Ini
merupakan tahap akhir dalam pengembangan tanah dewasa. Beberapa jenis tanah
tidak mencapai tahap ini dan oleh karena itu tidak menghasilkan horizon B.
Di daerah yang beriklim basah, erosi yang terjadi dapat menghilangkan
seluruh atau sebagian dari horizon A, demikian juga dengan kegiatan bercocok
tanam yang terus menerus atau pembukaan areal hutan dapat menyebabkan
horizon A terkikis.
2.2.2
Kompos
Murbandono (1994) menyatakan bahwa kompos adalah bahan-bahan
organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya
interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya.
Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput, jerami, sisa-sisa ranting
dan dahan, kotoran hewan, rerontokan kembang, air seni dan kotoran hewan dan
lain-lain. Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat
memberikan beberapa manfaat sebagai berikut :
•
Menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman.
•
Menggemburkan tanah.
•
Memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
•
Meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah.
•
Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air.
•
Memudahkan pertumbuhan akar tanaman.
•
Menyimpan air lebih lama.
•
Mencegah lapisan kering pada tanah.
•
Mencegah beberapa penyakit akar.
•
Menghemat pemakaian pupuk kimia dan atau pupuk buatan.
•
Meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia.
•
Menjadi salah satu alternatif pengganti (substitusi) pupuk kimia karena
harganya lebih murah, berkualitas, dan akrab lingkungan.
•
Bisa menjadi pupuk masa depan karena pemakaiannya yang lebih hemat,
sebagai contoh untuk tanaman pangan hanya memerlukan 0,5 kg tiap m2
untuk tiap musim.
•
Bersifat multilahan karena bisa digunakan di lahan pertanian, perkebunan,
reklamasi lahan kritis, padang golf, dll.
Kompos cacing
Kompos (pupuk) cacing atau kascing merupakan pupuk yang berasal dari
kotoran cacing. Dari kotoran cacing alias vermics itulah, kita mengenal kata
vermifikasi. Vermifikasi merupakan proses penguraian sampah-sampah organik
yang dilakukan oleh cacing sehingga dihasilkan kotoran cacing (menjadi pupuk)
(Murbandono 1994). Proses pembuatan kascing sama seperti pembuatan kompos
biasa, hanya saja ditambahkan benih cacing untuk mempercepat penguraian.
Kompos hasil proses ini sering disebut vermi kompos.
Kascing dapat menyuburkan tanaman karena kascing berbentuk partikelpartikel tanah berwarna kehitam-hitaman yang ukurannya lebih kecil dari partikel
tanah biasa sehingga lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman. Kascing
mengandung zat organik yang akan menyesuaikan perubahan kimia secara alami.
Dalam kondisi lembab, maka bakteri yang hidup di daerah lembablah yang
berkembang, sebaliknya jika ditaruh di daerah panas, maka bakteri yang hidup di
daerah panaslah yang akan berkembang. Selain itu kascing juga mengandung
berbagai unsur hara penting seperti auxin, sitokinin, giberelin, dan zat perangsang
tumbuh untuk tanaman. Dan jika dilihat dari kandungan unsurnya, kascing jauh
lebih baik daripada pupuk anorganik karena hampir seluruh unsur hara yang
dibutuhkan tanaman tersedia di dalamnya.
2.3
Pupuk NPK
Menurut Lingga (1998) pupuk adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih
yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis terisap oleh tanaman
dari tanah. Jadi memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar)
dan tanaman (pupuk daun). Marsono dan Sigit (2002) menyatakan bahwa manfaat
pupuk secara umum adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan
tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun secara
lebih terinci manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang berkaitan
dengan perbaikan sifat fisika dan kimia tanah.
Menurut Marsono dan Sigit (2002) manfaat utama dari pupuk yang
berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat
menjadi gembur. Struktur tanah yang amat lepas, seperti tanah berpasir juga dapat
diperbaiki dengan penambahan pupuk, terutama pupuk organik. Manfaat lain
pemberian pupuk adalah mengurangi erosi pada permukaan tanah. Dalam hal ini
pupuk berfungsi sebagai penutup tanah dan memperkuat struktur tanah di bagian
permukaan.
Manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah menurut Marsono dan
Sigit (2002) adalah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman.
Murbandono (1994) menyatakan bahwa unsur hara yang diperlukan tanaman
dapat dibagi tiga golongan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Ketiga
golongan tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak,
seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan potasium atau kalium (K).
2. Unsur hara sedang (sekunder) yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam
jumlah kecil, seperti sulfur/belerang (S), kalsium (Ca), dan magnesium
(Mg).
3. Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), khlor (Cl), boron (B), mangan
(Mn), dan molibdenum (Mo).
Menurut Marsono dan Sigit (2002) selain menyediakan unsur hara,
pemupukan juga membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang,
seperti N, P, dan K yang mudah hilang oleh penguapan. Pupuk juga dapat
memperbaiki keasaman tanah.
Atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya pupuk terdiri dari
pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang
mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan
pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara
tanaman, seperti gabungan antara N dan P, N dan K atau N dan P dan K (Sabiham
et al, 1989).
Pupuk NPK (Nitrogen-Phosphate-Kalium) merupakan pupuk majemuk
cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Kadar NPK yang banyak beredar
adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20-15. Tipe pupuk NPK tersebut juga sangat
populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang
pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit 2002).
2.4
Hasil penelitian lainnya yang terkait
Hasil penelitian tentang pemupukan yang dilakukan oleh Hendrati, Siagian
dan Pudjiono pada tanaman Eucalyptus deglupta yang satu famili dengan tanaman
Salam, dengan perlakuan jumlah mata tunas dan pemupukan dengan
menggunakan NPK 0gr; 0,3gr; 0,6gr menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK
berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tanaman, tetapi untuk pemberian
dosis 0,3gr dan 0,6gr tidak beda nyata. Pemberian pupuk 0,6gr NPK memberikan
berat kering terbesar dibandingkan dengan perlakuan lain.
Download