BUKU HASIL TERJEMAHAN JUDUL : HAMA DAN PENYAKIT UTAMA UBI JALAR Pengantar Buku yang berjudul Hama dan Penyakit Utama pada Ubi Jalar ini merupakan hasil terjemahan dari buku yang dipublikasikan oleh International Potato Center (CIP) dengan judul asli Sweetpotato: Major Pests, Diseases, and Nutritional Disorders pada tahun 1997. Penulis hanya menterjemahkan sebagian dari isi buku asli, khususnya pada topik yang membahas hama dan penyakit utama ubi jalar di wilayah Asia. Penulis mendapatkan bahan terjemahan ini dengan cara mendownload file pdf dari internet dengan alamat situs http:// cipotato.org/wpcontent/uploads/publication%20files /.../002435.pdf. Semoga buku hasil terjemahan ini bermanfaat bagi kita semua. 1|H al Pendahuluan Tujuan dari panduan lapangan ini adalah untuk membantu para peneliti dan penyuluh dalam mengidentifikasi hama dan penyakit pada tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas). Panduan ini didasarkan pada pengalaman yang diperoleh dari berbagai wilayah di dunia sejak tahun 1990. Berbeda dengan sebagian besar tanaman penghasil bahan pokok utama lainnya, ubi jalar mampu menghasilkan hasil panen yang relatif tinggi meskipun dalam kondisi yang relatif buruk. Namun demikian, sejumlah hama dan penyakit berpengaruh terhadap hasil budidaya tanaman ubi jalar. Di antara kendala hama dan penyakit, kumbang penggerek ubi jalar (Cylas spp.) dan penyakit virus mungkin memberikan kontribusi paling besar dalam menyebabkan kerugian. Selain itu, serangga hama pemakan daun seperti kupu-kupu ubi jalar (Acraea acerata) dapat menyebabkan kerugian yang signifikan pada saat terjadi ledakan hama. Permasalahan kekurangan nutrisi pada tanaman ubi jalar dalam menyebabkan 2|H al kehilangan hasil relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan permasalahan Kekurangan nutrisi hama berpengaruh dan penyakit. pada toleransi tanaman ubi jalar terhadap serangan hama dan penyakit. Dasar keberhasilan pengendalian hama dan penyakit ubi jalar yaitu melalui pengendalian tanaman secara terpadu. Ini berarti pencegahan infestasi serangga dan infeksi oleh patogen dilakukan melalui penggunaan praktik-praktik budaya yang baik dan konservasi musuh alami. Praktek-praktek budidaya yang baik diantaranya pemilihan bibit yang sehat dari varietas yang dapat beradaptasi dengan baik, melakukan rotasi tanaman, sanitasi kebun yang baik, dan pemeliharaan kesuburan tanah. Konservasi musuh alami misalnya dengan cara menghindari penggunaan pestisida, meningkatkan peran musuh alami melalui praktik budidaya untuk menjaga kelestarian habitat musuh alami, dan melakukan introduksi musuh alami jika diperlukan. Pengelolaan tanaman dilaksanakan secara terpadu untuk komprehensif di ubi jalar Sekolah 3|H al Panduan Petani Lapang melalui program Pengendalian Tanaman Ubi Jalar Secara Terpadu. Publikasi program ini dapat diperoleh di Kantor Wilayah CIP untuk Asia Timur, Tenggara dan Pasifik atau di kantor pusat CIP yang bermarkas di Kota Lima, Peru. Literatur mengenai masalah kekurangan nutrisi tanaman dibahas secara lengkap pada hasil publikasi yang berjudul Gejala Kekurangan Nutrisi Tanaman pada Ubi Jalar, yang disediakan oleh Australian Centre for International Agricultural Research. Foto-foto dalam publikasi ini dikumpulkan dari koleksi penulis dan rekan-rekan. 4|H al Serangga Hama pada Ubi Jalar dan Pengelolaannya Banyak spesies serangga hama yang menyerang ubi jalar dan memiliki arti penting yang berbeda-beda untuk setiap wilayah budidaya ubi jalar. Untuk spesies dalam satu wilayah, spesies yang mempunyai arti penting tergantung pada musim; kebanyakan serangga hama menjadi masalah terutama selama periode kering. Dalam panduan ini, berdasarkan kerusakan yang disebabkannya serangga hama dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pada hama perusak daun, batang dan akar/umbi. Kerusakan pada daun dapat menurunkan hasil namun besarannya tergantung pada tingkat keparahan serangan dan tahap pertumbuhan tanaman ubi jalar di mana itu terjadi. Di beberapa daerah, serangga hama masalah pada pembentukan pemakan saat daun. daun tanaman Serangga dapat menjadi memasuki hama fase bisa menyebabkan kerusakan secara langsung melalui aktivitas makan, namun untuk serangga tertentu 5|H al seperti aphids dan kutu kebul menyebabkan kerusakan secara tidak langsung karena berperan sebagai vektor yang menularkan virus. Kerusakan berat pada batang dapat menyebabkan tanaman ubi jalar menjadi layu atau bahkan mati. Kerusakan pada sistem vaskular tanaman dapat disebabkan oleh aktivitas makan serangga, pembuatan lubang gerekan dan infeksi patogen pada jaringan yang luka sehingga dapat mengurangi Kerusakan pada ukuran umbi dan (bagian jumlah umbi. tanaman yang dikonsumsi oleh manusia) terdiri dari dua jenis, yaitu kerusakan Kerusakan eksternal eksternal dan kerusakan berpengaruh internal. terhadap penurunan kualitas. Kerusakan eksternal pada umbi berdampak terhadap penurunan nilai jual bahkan pada tingkat ekstrim umbi tersebut menjadi tidak laku dijual. Namun demikian, untuk keluarga yang tinggal di daerah pertanian, umbi dengan kualitas tersebut masih bisa dikonsumsi. Kerusakan internal sering menyebabkan kerugian secara menyeluruh. 6|H al Kumbang Penggerek Ubi Jalar Cylas spp. (Coleoptera : Curculionidae) 1 2 3 4 5 6 Deskripsi. Tiga spesies dari genus Cylas merupakan hama pada tanaman ubi jalar. Secara umum ketiga spesies tersebut dikenal dengan nama kumbang penggerek ubi jalar. Ketiga spesies tersebut, antara 7|H al lain : Cylas formicarius, C. puncticollis, dan C. brunneus (ditemukan di Afrika). C. formicarius terdapat di Asia dan beberapa negara di Karibia. Serangga dewasa dari ketiga spesies tersebut adalah kumbang yang mempunyai bentuk tubuh memanjang seperti semut dan dapat dibedakan satu sama lainnya. Cylas puncticollis adalah yang paling mudah untuk dibedakan karena serangga dewasanya berwarna hitam dan ukurannya lebih besar dibandingkan dengan kedua spesies lainnya (Gbr. 1). C. formicarius memiliki abdomen berwarna hitam kebiruan dan torak berwarna coklat kemerahan. Kumbang C. brunneus berukuran kecil dan mempunyai warna yang tidak seragam. Telur semua spesies Cylas berbentuk bulat dan mengkilap (Gbr. 2). Larva berwarna putih, mempunyai bentuk tubuh melengkung dan tidak berkaki (Gbr. 3). Pupa berwarna putih (Gbr. 4). Kerusakan. Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh ketiga spesies Cylas adalah sama. Kumbang dewasa penggerek ubi jalar memakan epidermis pangkal batang dan daun serta memakan bagian permukaan 8|H al luar dari umbi sehingga menyebabkan terbentuknya lubang pada umbi. Lubang yang disebabkan oleh aktivitas makan kumbang dapat dibedakan dengan lubang yang diakibatkan oleh aktivitas oviposisi kumbang betina, karena lubang tersebut lebih dalam dan ditemukan adanya kotoran/bekas gerekan (Gbr. 5). Larva yang berkembang didalam umbi membuat lubang gerekan dan menyebabkan kerusakan yang signifikan. Akibat aktivitas larva pada saat membuat terbentuknya gerekan lubang gerekan serbuk/tepung didalam umbi. mengakibatkan pada rongga bekas Umbi yang rusak menghasilkan senyawa beracun (senyawa terpene) sehingga mengakibatkan umbi tersebut tidak dapat dikonsumsi meskipun kandungan senyawa terpene pada umbi kadarnya rendah dan tingkat kerusakan fisiknya pun relatif ringan. Gejala kerusakan yang timbul pada pangkal batang yaitu terjadinya malformasi, penebalan, dan adanya peretakan pada bagian dalam jaringan yang terserang (Gbr. 6). Penyebaran dan arti penting. Kumbang Cylas merupakan hama penting pada tanaman ubi jalar di 9|H al seluruh dunia, terutama di daerah-daerah yang beriklim kering. Dengan kata lain, kumbang Cylas merupakan hama utama pada ubi jalar. Daerah sebaran. C. formicarius merupakan hama penting di India, negara-negara di Asia Tenggara, Oseania, Amerika Serikat dan Karibia. Di Afrika, C. formicarius ditemukan hanya di daerah Natal-Afrika Selatan dan di pesisir Kenya. Daerah sebaran C. puncticollis dan C. brunneus relatif terbatas yaitu hanya ditemukan di Afrika. Biologi. Semua spesies kumbang penggerek ubi jalar mempunyai siklus hidup yang sama. Kumbang betina meletakkan telurnya satu per satu kedalam rongga kecil pada bagian pangkal batang atau umbi. Rongga kecil tempat meletakkan telur ditutupi dengan lapisan pelindung sehingga sulit untuk dilihat. Larva yang berkembang membuat lubang gerekan di bagian dalam pangkal batang atau umbi. Stadia pupa terjadi didalam umbi. Beberapa hari setelah keluar dari pupa, kumbang dewasa muncul dari pangkal batang atau umbi. Kumbang betina mencari umbi sebagai tempat untuk bertelur dengan cara masuk melalui 10 | H a l celah/retakan tanah karena kumbang betina tidak bisa menggali tanah. Tanaman inang alternatif kumbang penggerek ubi jalar adalah tumbuhan liar dari genus Ipomoea spp. Jenis kelamin kumbang Cylas dapat dibedakan berdasarkan bentuk antenanya. Antena kumbang jantan berbentuk filiform, ruas-ruas antena memiliki ukuran sama dan silindris, sedangkan pada kumbang betina ruas terakhir/bagian ujung antena berbentuk seperti gada. Kumbang Cylas jantan memiliki mata faset lebih besar daripada betina. Pada suhu optimal yaitu sekitar 27°-30°C, satu siklus hidup C. formicarius (telur – larva – pupa – imago) memerlukan waktu sekitar 33 hari. Umur kumbang (serangga dewasa) berkisar antara 2,5 s/d 3,5 bulan. Pada periode tersebut, kumbang betina dapat menghasilkan telur sekitar 100 – 250 telur. Pada kondisi suhu dibawah suhu optimal, perkembangan Cylas membutuhkan waktu lebih lama. Pada suhu 27°C, C. puncticollis memerlukan waktu 32 hari untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya, sedangkan C. Brunneus membutuhkan waktu 44 hari. 11 | H a l Umur kumbang C. puncticollis rata-rata 100 hari, sedangkan kumbang C. brunneus sekitar 2 bulan. Kumbang betina C. puncticollis menghasilkan telur sebanyak sedangkan 90-140 telur kumbang selama betina masa hidupnya, C. brunneus menghasilkan telur sebanyak 80-115 telur. Pengendalian. Pada saat populasi kumbang Cylas tinggi, tidak ada satu pun metode pengendalian yang dapat memberikan perlindungan memadai terhadap pertanaman ubi jalar. Integrasi beberapa teknik pengendalian, dengan penekanan pada pencegahan serangan dari kumbang Cylas merupakan tindakan perlindungan tanaman yang lebih efektif. Pengendalian secara kultur teknis. Pengendalian secara kultur teknis terhadap kumbang Cylas telah terbukti efektif dan harus menjadi dasar utama dari tindakan pengendalian yang dilakukan. Pengendalian secara kultur teknis meliputi : Penggunaan bahan tanam (stek batang) yang terbebas dari infestasi kumbang Cylas. Melakukan rotasi tanaman. 12 | H a l Membersihkan dan menyingkirkan sisa-sisa tanaman atau umbi sisa panen sebelumnya yang tertinggal di lapangan (sanitasi). Melakukan penggenangan lapangan selama 24 jam setelah selesai panen. Melakukan penanaman dan pemanenan tepat pada waktunya untuk menghindari periode kering. Membersihkan dan menyingkirkan inang alternatif, tumbuhan inang liar. Menanam ubi jalar jauh dari daerah sumber serangan kumbang Cylas. Pengurugan guludan tanah di sekitar pangkal batang tanaman dan pengurugan retakan-retakan tanah. Menerapkan sistem pengairan yang cukup untuk mencegah atau mengurangi tanah retak. 7 Perlakuan pada bahan tanam. Perendaman bibit tanaman kedalam larutan Beauveria bassiana atau insektisida 13 | H a l (seperti karbofuran atau diazinon) selama 30 menit sebelum penanaman (Gbr. 7) dapat mengendalikan kumbang Cylas untuk periode awal dari musim tanam. Penggunaan varietas yang lebih tahan. Varietas tahan atau varietas yang mempunyai tingkat ketahanan yang tinggi terhadap kumbang penggerek ubi jalar sampai dengan saat ini belum ada. Beberapa varietas memiliki tingkat ketahanan yang rendah hingga menengah. Varietas lainnya terhindar dari serangan kumbang Cylas karena umbi yang dihasilkannya terletak lebih dalam dari permukaan tanah atau karena varietas tersebut mempunyai masa panen yang singkat dan dapat dipanen lebih awal. Feromon seks. Feromon 8 spesifik yang dihasilkan oleh kumbang betina untuk menarik kumbang jantan dari ketiga spesies Cylas telah berhasil diidentifikasi. Feromon lures untuk C. formicarius sudah tersedia secara komersial. Perangkap feromon digunakan sebagai alat untuk memonitoring dan memantau keberadaan populasi 14 | H a l kumbang Cylas. Banyak perangkap hasil rancangan petani dengan menggunakan bahan lokal efektif untuk menangkap kumbang Cylas (Gbr. 8). Hasil tangkapan pada perangkap bisa menjadi indikator ada tidaknya kumbang Cylas. Jika pada perangkap tidak ditemukan kumbang Cylas, itu merupakan indikasi bahwa pertanaman ubi jalar di lapangan aman dari serangan kumbang Cylas. Agensia hayati. Agensia hayati yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan kumbang Cylas antara lain anisopliae, Beauveria nematoda Steinernema spp. bassiana, Heterorhabditis Jamur Metarrhizium spp. entomopatogen dan tersebut diatas dapat menginfeksi dan membunuh serangga dewasa (kumbang), sedangkan nematoda dapat membunuh larva. Predator. Semut, laba-laba, kumbang Carabidae dan cocopet merupakan predator-predator umum yang mempunyai peranan penting sebagai musuh alami kumbang Cylas. 15 | H a l Penggerek Batang Ubi Jalar Omphisia anastomasalis (Lepidoptera : Pyralidae) Deskripsi 9 dan Biologi. Sebagian besar telur diletakkan secara individual di permukaan daun bagian bawah, terutama di bagian tepi daun. Ada juga telur yang diletakkan pada batang. 10 0 Stadia telur, dengan waktu pupa rata-rata larva sampai membutuhkan 55-65 hari. Stadia larva terdiri atas enam instar. Larva yang baru muncul memiliki kepala berwarna coklat 11 sedangkan bagian tubuhnya berwarna kemerahan atau merah muda. Setelah beberapa hari, tubuhnya berubah menjadi berwarna krem dan mempunyai bintik-bintik hitam. Ukuran larva besar mencapai 16 | H a l 30 mm (Gbr. 9). Pada tanaman yang terserang biasanya terdapat tumpukan serbuk halus berwarna kecoklatan di sekitar pangkal batang. Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang keluar yang ditutupi dengan lapisan pelindung. Masa pupa berlangsung sekitar dua minggu, berada didalam kepompong yang tertutup oleh serat dan terletak didalam terowongan/lubang gerekan pada batang (Gbr. 10). Serangga dewasa penggerek batang yaitu berupa ngengat muncul dengan cara menerobos lapisan tipis dari pelindung yang menutupi lubang keluar. Ngengat hidup selama 5-10 hari. Ngengat betina dapat meletakkan telur dengan jumlah rata-rata mencapai 150-300 telur. Ngengat berukuran 15 mm. Kepala dan bagian tubuh ngengat berwarna coklat kemerahan, sedangkan sayapnya berwarna coklat muda (Gbr. 11). Kerusakan. Larva membuat lubang dengan cara menggerek bagian dalam batang tanaman ubi jalar tidak lama setelah larva keluar dari telur, dan kadangkadang aktivitas menembus makan leher larva pangkal umbi. menyebabkan Akibat terjadinya 17 | H a l pembesaran dan lignifikasi pada pangkal batang dan terbentuknya rongga dimana rongga tersebut diisi dengan serbuk halus bekas gerekan. Tanaman menjadi layu dan mati. Serangan penggerek batang pada tahap awal pertumbuhan tanaman ubi jalar dapat menghambat pembentukan umbi. Penyebaran dan arti penting. Penggerek batang merupakan salah satu hama yang paling merusak pada tanaman ubi jalar di daerah tropis dan sub tropis Asia serta daerah Pasifik. Hama penggerek batang ubi jalar tersebar luas di Filipina, Indonesia, India, Sri Lanka, Malaysia, Taiwan, Hawaii, dan Vietnam. Serangan hama penggerek batang ubi jalar juga terjadi di negara Cina, Jepang, Kamboja, Laos, Burma (Myanmar) dan Thailand. Serangan pada saat fase pertumbuhan tanaman dapat mengakibatkan kehilangan hasil 30-50% atau lebih. Pengendalian. Penggunaan bahan tanam yang mengandung telur penggerek batang atau menanam tanaman baru yang berdekatan dengan pertanaman yang sudah terserang penggerek batang merupakan sarana utama terjadinya penyebaran hama ini. 18 | H a l Perlakuan pada bahan tanam dan pergiliran tanaman mempunyai arti penting terhadap pengendalian hama ini. Pengurugan pada guludan sering dipraktekkan untuk mengurangi kerusakan dari serangan kumbang penggerek ubi jalar. Namun, selain itu ternyata pengurugan pada guludan juga memberikan kontribusi positif terhadap upaya pengendalian penggerek batang. Pengurugan pada guludan menjadi efektif karena lubang yang dibuat oleh larva sebagai jalan keluar untuk serangga dewasa penggerek batang menjadi tertutupi oleh tanah. Cocopet dan semut dapat menyerang larva yang masih berkembang dalam batang tanaman ubi jalar. Sumber ketahanan genetik terhadap penggerek batang ubi jalar sudah bisa diidentifikasi oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Sayuran Asia, Taiwan. 19 | H a l Kepik Ubi Jalar Physomerus grossipes (Hemiptera: Coreidae) Deskripsi dan Biologi. Kepik ubi jalar meletakkan kelompok telur pada permukaan bagian bawah daun atau pada batang. Imago kepik betina melindungi telur dan kelompok nimfa muda (Gbr. 12). 12 Stadia telur berlangsung selama kurang lebih 15 hari. Stadia nimfa terdiri atas keseluruhan, 5 instar. Secara waktu yang dibutuhkan oleh kepik jantan untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya yaitu sekitar 85 hari sedangkan kepik betina memerlukan waktu 88 hari. Ukuran kepik dewasa sekitar 20 mm. Kerusakan. Nimfa dan imago kepik ubi jalar menusuk batang dan tangkai ubi jalar untuk menghisap cairan tanaman sehingga menyebabkan tanaman menjadi layu dan kerdil. 20 | H a l Distribusi dan arti penting. Kepik ubi jalar ditemukan di Asia Tenggara, namun statusnya masih sebagai hama minor. Pengendalian. Kepik ubi jalar dalam jumlah besar biasanya ditemukan pada saat aktivitas makan, sehingga tindakan pengendalian dengan cara menangkap kepik dan membuang tanaman yang terserang merupakan tindakan pengendalian yang murah dan mudah untuk dilaksanakan. 21 | H a l Kumbang Penyu Aspidomorpha spp. dan lain-lain (Coleoptera : Chrysomelidae) 17 13 14 15 16 18 19 Deskripsi dan biologi. Telur diletakkan secara berkelompok pada bagian bawah daun ubi jalar atau tanaman lain dari famili Convolvulaceae. Kelompok 22 | H a l telur dari beberapa spesies dilindungi oleh selaput pelindung (Gbr. 13). Ciri-ciri dari larva Aspidomorpha spp. yaitu bentuknya pipih dan berduri. Pada beberapa spesies, bagian ekor dari larva Aspidomorpha spp. terlihat terangkat ke belakang (Gbr. 14 dan 15). Larva dapat membawa kotoran dan material bekas pergantian kulit sebelumnya (Gbr. 16). Duri pada pupa lebih sedikit daripada duri larva. Serangga dewasa berbentuk oval melebar, mempunyai warna yang cerah/terang dan bermotif (Gbr. 17). Larva, pupa, dan serangga dewasa dapat ditemukan pada kedua sisi daun. Perkembangan dari telur hingga serangga dewasa membutuhkan waktu 3-6 minggu, tergantung pada spesies. Kerusakan. Baik serangga dewasa maupun larva memakan bagian daun sehingga menyebabkan terbentuknya lubang-lubang besar pada daun. Pada kondisi serangan berat hama tersebut dapat menyebabkan daun menjadi gundul sehingga hanya menyisakan tulang daun saja, atau bahkan dapat menyebabkan batang menjadi patah. 23 | H a l Distribusi dan arti penting. Empat spesies Aspidomorpha dan delapan spesies lainnya dari Famili Chrysomelidae telah diketahui sebagai hama pada ubi jalar di negara Kenya. Beberapa spesies terdapat di Asia Tenggara diantaranya termasuk Cassia circumdata dan C. obtusata, kumbang penyu hijau; A. miliaris, kumbang penyu tutul; A. elevata, kumbang penyu emas (Gbr. 18 dan 19), dan A. amabilis, kumbang penyu yang memiliki elytra berwarna coklat kemerahan. Kumbang penyu tersebar secara luas dan dikenal secara umum. Meskipun kerusakan yang disebabkan oleh kumbang penyu pada daun cukup signifikan, namun tidak pernah sampai menyebabkan kehilangan hasil. Pengendalian. Pengendalian terhadap kumbang penyu jarang dilakukan. Membersihkan gulma-gulma convolvulaceous yang terdapat di daerah sekitar pertanaman ubi jalar dapat mengurangi jumlah kumbang penyu. Beberapa musuh alami yang sudah dilaporkan diantaranya termasuk parasit telur dan parasit larva (Tetrastichus sp, Eulophidae;. Chalcidae) dan predator (Stalilia sp, Mantidae). 24 | H a l Ulat Grayak Spodoptera Eridania, S. exigua, S. litura (Lepidoptera: Noctuidae) 20 Deskripsi. Ngengat betina eridania 21 S. berwarna coklat muda dan memiliki bintik-bintik gelap pada sayap depan (Gbr. 22 23 20). Ngengat jantan berukuran lebih kecil bercak dan hitam memiliki atau palang pada bagian tengah dari sayap depan. Larva stadia awal/instar pertama hidup secara berkelompok. Larva instar pertama berwarna hitam, mempunyai bulu-bulu halus (seperti beludru) dan memiliki garis lateral kuning. Pada stadia lanjut, larva berwarna abu-abu atau hijau zaitun dengan dua garis paralel pada bagian dorsal (Gbr. 21). Larva tersebut 25 | H a l dapat menyebar ke seluruh tanaman dan hidup secara soliter. Telur S. exigua berwarna putih dan diletakkan secara berkelompok. Bentuk kelompok telur yaitu bulat atau oval dan ditutupi dengan suatu lapisan berbulu (Gbr. 22). Pada awalnya larva berwarna hijau, kemudian berubah menjadi berwarna hijau atau coklat tua pada larva instar lanjut. Pada bagian dorsal terdapat garis-garis berwarna kekuningan (Gbr. 23). Stadia pupa berlangsung didalam tanah. Perkembangan telur sampai dengan serangga dewasa dari S. exigua membutuhkan waktu sekitar 23 hari. Ngengat betina S. exigua dapat meletakkan telur hingga mencapai 1.000 butir. 26 | H a l Telur S. litura diletakkan 24 secara kelompok. Jumlah setiap kelompok telur kurang lebih 350 telur. Kelompok tersebut telur mempunyai 25 bentuk dan ukuran yang bervariasi dan biasanya ditutupi oleh semacam selaput 26 berbulu. Ulat keluar dari telur setelah 3-5 hari. Untuk berubah menjadi kepompong ulat tersebut membutuhkan waktu sekitar 2 minggu. Larva (Gbr. 24) memiliki ciri khusus yaitu memiliki dua buah sabit hitam pada bagian dorsal dari segmen perut keempat dan kesepuluh yang dibatasi oleh dengan garis-garis lateral berwarna kuning. Larva lebih menyukai tempat yang lembab. Pada siang hari larva bersembunyi di tanah sedangkan pada malam hari larva mulai makan dan merusak tanaman. Stadia pupa berlangsung didalam tanah. Ngengat betina 27 | H a l kawin beberapa kali dan menghasilkan feromon seks. Pada hari keempat setelah kemunculannya, ngengat jantan sangat sensitif terhadap feromon. Ngengat betina (Gbr. 25) dapat meletakkan telur sebanyak 2.000-3.000 butir. Kerusakan. Larva instar awal memakan epidermis daun. Setelah memasuki instar ketiga, larva memakan jaringan daun parenkim, dan hanya menyisakan tulang-tulang daun (Gbr. 26). Larva instar akhir S. litura sangat rakus dan bahkan bisa menyerang akar ubi jalar apabila akar ubi jalar tersebut terekspos keluar tanah. Distribusi dan arti penting. Ulat grayak tersebar luas dan mempunyai banyak tanaman inang. Keberadaan S. litura terbatas hanya di Asia, Pasifik, dan Australia. Pengendalian. Membersihkan gulma sebagai inang alternatif harus dilakukan. Di Asia, Ipomoea reptans (kankung) dan beberapa gulma (Amaranthus sp., Passiflora foetida, Ageratum alternatif. Mengumpulkan sp.) kelompok adalah inang telur atau kelompok larva instar awal yang menyerang daun 28 | H a l merupakan cara efektif untuk mengendalikan ulat grayak. Penggunaan insektisida atau Bacillus thuringiensis dapat dilakukan pada stadia larva instar awal dimana pada saat tersebut larva hidup secara bergerombol. Formulasi polihedral nuklir virus pada saat ini sudah tersedia dan dapat digunakan untuk mengendalikan ulat grayak. Jamur Muscardine hijau, Nomuraea rileyi, mempunyai tingkat patogenisitas yang tinggi terhadap S.litura. Virus Borrelinavirus litura dapat menyebabkan kematian pada ulat grayak setelah masa inkubasi 4-7 hari. Kumbang Carabidae, parasitoid dari Famili Vespidae, laba-laba pemakan larva, dan lebih dari 40 spesies parasitioid Famili Skelionida, Braconid, Ichneumonid telah diketahui sebagai predator dan parasitoid S. litura. 29 | H a l Ulat Penggulung Daun Convolvuli Brachmia Gelechiidae), (Lepidoptera Herpetogramma : hipponalis (Lepidoptera : Pyralidae), dan lain-lain 27 Deskripsi dan biologi. Ulat penggulung daun berwarna hitam, B. convolvuli (Gbr. 27), dan ulat penggulung daun berwarna hijau, H. hipponalis (Gbr. 28), dalam memakan daun digulung, epidermis dan bagian yang sudah meninggalkan permukaan daun 28 bawah dalam keadaan utuh. Dalam kebanyakan kasus, hanya satu larva ditemukan pada satu gulungan daun. Ulat penggulung daun berwarna hitam meletakkan telurnya secara tunggal pada daun. Telur berbentuk oval dan berwarna putih kekuningan. Telur menetas setelah 3-5 hari. Larva mengalami pergantian instar sebanyak lima kali dan masing-masing instar berlangsung selama 2-5 hari. 30 | H a l Rata-rata periode larva adalah 11 hari. Larva mempunyai tubuh yang lunak, berwarna mencolok dan memiliki tanda putih pada bagian torak dan abdomen. Periode pupa adalah 4-7 hari. Ngengat betina rata-rata hidup selama 5 hari. Ulat penggulung daun berwarrna hijau meletakkan telurnya secara berkelompok pada permukaan atas daun dekat pelepah. Telur berwarna hijau mengkilap, berbentuk lonjong, dan ditutupi dengan bahan gelatin seperti sisik. Telur menetas setelah 3-5 hari. Stadia larva terdiri atas lima instar. Larva berwarna kuning kehijauan, memiliki bulu tipis berwarna coklat, dan pada bagian kepala berwarna coklat gelap. Periode pupa berlangsung 4-8 hari. Ngengat berwarna coklat kekuningan disertai dengan tanda coklat gelap pada sayapnya. Ngengat betina hidup sekitar 3 hari. Kerusakan. B. convolvuli menggulung pinggiran daun hanya sekali, sedangkan H. hipponalis menggulung pinggiran daun sebanyak dua kali dan menghasilkan beberapa anyaman. Ulat penggulung daun menyebabkan daun seperti direnda, dengan urat daun utama dibiarkan utuh. 31 | H a l Distribusi dan arti penting. Ulat penggulung daun tersebar luas di seluruh Asia dan Afrika. Pengendalian. Umumnya parasitoid Braconidae memiliki rata-rata tingkat parasitasi yang tinggi. Cocopet dan predator generalis lainnya juga merupakan musuh alami yang mempunyai peranan penting. Jika habitat musuh alami tidak terganggu oleh penggunaan pestisida, tindakan pengendalian tidak perlu dilakukan. Penggunaan bahan tanam yang terbebas dari infestasi hama merupakan cara yang efektif untuk mengurangi terjadinya serangan oleh ulat penggulung daun. Di Filipina telah dilaporkan adanya serangan oleh ulat penggulung concursa daun berwarna (Lepidoptera: coklat, Pyralidae), Ochyrotica dan ulat penggulung daun berwarna merah muda-bergaris, Anticrota ornatalis (Lepidoptera: Pyralidae). Larva hijau penggulung daun pyralid, Tabidia aculealis, menyerang jaringan mesofil bagian dalam gulungan daun khususnya daun tua. Dilaporkan bahwa di Indonesia serangan ulat penggulung daun pyralid kadang-kadang menyebabkan kerusakan yang berat. 32 | H a l Belalang Zonocerous variegatus (Orthoptera : Pyrgomoriphidae), dan Attractomorpha psitticina (Orthoptera : Acrididae), 29 Di Afrika, baik nimfa maupun serangga dewasa belalang Z. variegatus dapat menyebabkan daun tanaman ubi jalar menjadi gundul (Gbr. 29). Ledakan hama belalang jarang terjadi sehingga pengendalian pun jarang dilakukan. Species belalang dari Asia merupakan serangga polifagus, mempunyai bentuk muka yang menceng, bentuk kepala seperti kerucut, mempunyai antena yang pendek dan berwarna hijau cerah. Belalang berukuran 30–40 mm. Belalang keladi/talas betina, Gesonula zonocena mundata (Orthoptera : Acrididae) ditemukan di Asia Tenggara. Belalang ini membuat lubang pada tangkai daun tanaman inang untuk meletakkan telur-telurnya. 33 | H a l Telur-telur tersebut ditutupi dengan cairan lengket berwarna coklat kemerahan. Belalang dewasa berwarna cokelat pucat atau hijau, berukuran 30 mm dan memiliki garis-garis hitam dimulai dari mata sampai dengan ujung sayapnya. Kaki belakang belalang berwarna hitam, tibia berwarna kebiruan dengan warna putih pada ujung spine. Keladi/talas dan eceng gondok merupakan tanaman inang dari belalang G. zonocena mundata. 34 | H a l Aphids/Kutu Daun Aphis gossypii dan lain-lain (Homoptera: Aphididae) Deskripsi dan Aphids/kutu serangga daun bertubuh biologi. 30 adalah lunak, mempunyai ukuran sekitar 1 2 mm, berwarna hijau sampai hitam, kekuningan dengan atau tanpa sayap (Gbr. 30). berkembang Aphids dapat biak secara aseksual, sehingga pertambahan populasinya bisa terjadi secara cepat. Dalam satu tahun, aphids bisa muncul beberapa generasi. Kerusakan. Aphids menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan dari tunas-tunas yang baru tumbuh. Gejala serangan aphids yaitu daun berkerut, keriting, dan menyebabkan daun muda menggulung kebawah. Pada kondisi serangan berat, ketahanan tanaman menjadi sangat berkurang. 35 | H a l Pada saat aphids memakan daun dan berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain, aphids tersebut dapat menularkan virus. Jenis virus yang ditularkan oleh aphid pada tanaman ubi jalar adalah virus belang/Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SFMV). Aphids bersayap dapat menempuh jarak yang cukup jauh dan membawa virus ke daerah yang baru. A. gossypii memiliki kisaran inang yang luas, diantaranya kapas, labu, dan kacang-kacangan. Distribusi dan arti penting. Aphids merupakan hama kosmopolitan. Peranan utama aphids pada tanaman ubi jalar adalah sebagai vektor penyakit virus. Pengendalian. Pengendalian tidak diperlukan dan jarang dilakukan. Predator seperti kumbang koksi, lacewings (Chrysoperla sp.), dan hoverfly secara alami dapat mengurangi populasi aphids. Petani biasanya menggunakan insektisida pada saat terjadi ledakan hama, namun pemakaiannya harus dilakukan dengan hati-hati karena perlakuan insektisida dapat mengurangi dan membunuh populasi musuh alami serta dapat menyebabkan terjadinya ledakan hama aphids di kemudian hari. 36 | H a l Kutu Kebul Bemisia tabaci (Homoptera: Aleyrodidae) 31 Deskripsi Imago dan betina biologi. B. tabaci bertelur dibawah daun. Nimfa dari instar pertama sampai dengan instar akhir berwarna 32 putih kehijauan (Gbr. 31), berbentuk oval, seperti sisik, dan agak berduri. Serangga dewasa (Gbr. 32) berukuran kecil sekali dan sayapnya berwarna putih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Periode perkembangan satu generasi B. tabaci memerlukan waktu 3-4 minggu. Kerusakan. Populasi tinggi kutu kebul dapat menyebabkan daun menguning dan nekrosis. Hama ini lebih berperan sebagai penular virus, terutama virus Sweet Potato Mild Mottle Virus (SMMV). 37 | H a l B. tabaci memiliki kisaran inang yang luas, diantaranya kapas, tomat, tembakau, dan singkong. Distribusi dan arti penting. B. tabaci merupakan hama kosmopolitan dan mempunyai peranan sebagai vektor penyakit virus SMMV. Pengendalian. Langkah-langkah pengendalian biasanya jarang dilakukan dan tidak diperlukan. Pengendalian kutu kebul bukan merupakan cara yang efektif untuk mengurangi terjadinya serangan penyakit virus yang mereka tularkan. 38 | H a l Tungau Eriophyes gastrotrichus (Acari: Eriophyidae) Deskripsi dan biologi. Serangan hama tungau E. gastrotrichus menyebabkan gejala puru pada daun, tangkai, dan batang tanaman ubi jalar (Gbr. 33). Awalnya, puru berwarna hijau muda, tetapi setelah itu puru tersebut berubah 33 menjadi warna cokelat. Beberapa tungau dari beberapa stadia yang berbeda dapat hidup didalam puru tersebut. Pada kondisi serangan berat, daun-daun ubi jalar menjadi keriting sehingga penampilannya seolah-olah sudah tidak berbentuk daun lagi. Penyebaran. Puru yang disebabkan oleh tungau E. gastrotrichus pernah dilaporkan terjadi di Filipina dan Papua Nugini. 39 | H a l Pengendalian. Penggunaan bibit tanaman yang bebas tungau harus dikombinasikan bersama-sama dengan tindakan sanitasi lapang yang baik serta pemusnahan gulma yang dapat bertindak sebagai inang alternatif. 40 | H a l Penyakit/Patogen Ubijalar dan Pengelolaannya Telah dilaporkan beberapa patogen yang dapat menyerang tanaman ubi jalar. Patogen tersebut muncul secara merata dan keberadaannya pun tersebar luas, namun tingkat kerusakannya bervariasi. Dalam panduan ini, yang termasuk kedalam kelompok penyebab penyakit diantaranya virus, jamur, bakteri dan nematoda. Setiap kelompok patogen dibahas dalam bagian terpisah. Bakteri patogen, meskipun tidak termasuk kedalam penyakit umum pada tanaman ubi jalar, tetapi dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar. Bakteri patogen menyerang jaringan pembuluh, umbi serta akar penyerap sehingga menyebabkan tanaman menjadi layu dan busuk. Jamur patogen diklasifikasikan sesuai dengan jenis penyakit yang disebabkannya, seperti penyakit pada daun, batang, umbi, dan penyakit pasca panen. Secara umum, serangan ringan dari penyakit pada daun dan batang hanya menyebabkan kerusakan kecil, kecuali untuk penyakit kudis, yang merupakan penyakit yang sangat penting di Asia Tenggara. 41 | H a l Penyakit ini mengakibatkan berkurangnya hasil produksi karena mengurangi daerah fotosintesis pada daun dan mengganggu pengangkutan nutrisi serta hasil fotosintesis ke umbi. Di beberapa negara, penyakit busuk umbi tidak menyebabkan kerusakan yang berarti karena ubi jalar dikonsumsi segera setelah panen. Walaupun begitu, patogen busuk umbi ditemukan di lapangan dan dapat menyebabkan kerugian yang signifikan. Nematoda parasit termasuk kedalam mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada umbi baik di lapangan maupun selama penyimpanan. Penyakit yang disebabkan oleh virus dibahas secara khusus pada bagian terpisah karena mempunyai arti penting, meskipun gejala penyakit virus termasuk kedalam kelompok penyakit yang menyerang daun. Dari semua patogen ubi jalar, virus tampaknya berkontribusi paling besar dalam menyebabkan kerugian. 42 | H a l Sweetpotato Feathery Mottle Virus (SPFMV) Vektor Potyvirus : Aphids Gejala. Gejala virus SPFM 34 pada daun ubi jalar umumnya tidak terlihat atau bahkan tidak ada. Jikapun ada, gejala tersebut muncul berupa bercak-bercak klorosis tidak teratur 35 dan kadang-kadang dibatasi oleh pigmen berwarna keunguan. Klorosis terdapat pelepah pada daun sepanjang (Gbr. 34). 36 Bercak klorosis terlihat samar atau tidak beberapa jelas. kultivar, Pada pigmen ungu yang mengelilingi bercak klorosis kadang muncul tetapi kadang pula tidak muncul (Gbr. 35). Tampilan gejala pada daun dipengaruhi oleh kepekaan kultivar, tingkat cekaman, tahap pertumbuhan, dan virulensi strain virus. Kondisi tanaman yang berada dalam 43 | H a l cekaman dapat menyebabkan gejala terlihat jelas. Gejala pada umbi tergantung pada strain SPFMV dan varietas ubi jalar. Strain virus yang umum tidak menyebabkan gejala pada varietas apapun, tetapi strain virus "russet crack" dapat menyebabkan kerusakan nekrosis eksternal pada bagian dalam umbi untuk varietas tertentu (Gbr. 36). Virus SPFM dapat bertahan lama didalam tanaman. Biologi. Virus SPFM ditularkan oleh berbagai spesies aphid secara nonpersistent pada saat menghisap cairan tanaman dalam kurun waktu yang sangat singkat yaitu sekitar 20-30 detik. Baik aphids yang menetap maupun aphids yang mempunyai sayap keduanya dapat menularkan penyakit. Virus SPFM bertahan pada stek yang terinfeksi dan terus berlangsung selama siklus tanam. Gejala serangan virus pada daun sulit terdeteksi sehingga hal tersebut membuat sulit bagi petani untuk memilih stek yang terbebas dari SPFMV. Di Uganda, stek yang ditanam sebagian besar sudah bebas virus. Di beberapa negara, SPFMV ditemukan dengan SPSVV (lihat bahasan berikutnya); hasil kombinasi keduanya 44 | H a l menyebabkan intensitas serangan menjadi berat yang dikenal sebagai penyakit virus ubi jalar (SPVD). Penyebaran. Terjadi di seluruh dunia. Pengendalian. Pengendalian aphids secara ekonomi tidak perlu dilakukan. Yang paling penting dalam mengendalikan penyakit virus SPFM adalah menghindari penggunaan tanaman sakit sebagai bahan stek untuk bibit tanaman, melakukan sanitasi, dan penggunaan varietas tahan. 45 | H a l Sweetpotato Sunken Vein Virus (SPSVV) Vektor Closterovirus : Kutu Kebul Gejala. Gejala yang disebabkan oleh virus SPSV di setiap wilayah dilaporkan berbeda-beda; di Afrika Timur, penyakit ini dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan mengakibatkan perubahan pada warna daun (biasanya berwarna kemerahan atau menguning) tergantung pada varietas. Di tempat yang lain, selain menyebabkan perubahan warna daun, virus SPSV juga mengakibatkan warna tulang daun menjadi menguning. Beberapa tulang daun sekunder pada permukaan bawah daun menjadi cekung, dan pada permukaan abaxial tulang daun menjadi bengkak. Penyakit ini juga kadang tidak menyebabkan gejala. Biologi. SPSVV ditularkan oleh kutu kebul B. tabaci secara semipersistent. Pada saat menghisap cairan tanaman, kutu kebul B. tabaci membutuhkan waktu selama beberapa jam untuk memperoleh atau mentransmisikan virus secara efisien. Virus tersebut dapat bertahan selama siklus tanam melalui stek yang 46 | H a l terinfeksi. Virus SPSV biasanya ditemukan bersamaan dengan virus SPFM. Kombinasi dari kedua virus tersebut dapat menyebabkan serangan yang berat pada tanaman, dan dikenal dengan nama penyakit SPVD (lihat bahasan berikutnya). Distribusi dan arti penting. Jika yang menyerang tanaman ubi jalar hanya virus SPSV, kehilangan hasil yang ditimbulkannya relatif kecil, tetapi apabila bergabung dengan infeksi SPFMV menyebabkan SPVD, sehingga kerusakan yang ditimbulkannya sangat berat bahkan sampai bisa menyebabkan puso/gagal panen. SPSVV terjadi di Kenya, Uganda, dan Nigeria, dan telah dilaporkan pula terjadi di Asia, Argentina, Brasil, Peru, dan Amerika Serikat. Pengendalian. Yang mengendalikan penyakit paling virus penting dalam SPSV adalah menghindari penggunaan tanaman sakit sebagai sumber bahan tanam/bibit tanaman dan penggunaan varietas tahan. 47 | H a l Penyakit Virus Ubi Jalar (SPVD) Gejala. Pertumbuhan tanaman yang terserang penyakit menjadi terhambat dan bentuk daun menjadi kecil dan sempit (seperti melilit), sering diikuti dengan terpilinnya pada bagian tepi daun. Kerutan pada daun, kliring pada tulang daun, dan munculnya bintik-bintik dapat terjadi. Warna bintik biasanya pucat sehingga penampilan tanaman secara keseluruhan seperti mengalami klorosis. Biologi. Penyakit ini disebabkan oleh kombinasi sinergis dari Virus SPFM dengan virus SPSV; sampai sekarang tidak jelas apakah kombinasi virus yang lain ikut terlibat. Distribusi dan arti penting. SPVD merupakan penyakit yang umum di Afrika, di mana SPVD adalah penyakit virus utama pada tanaman ubi jalar di Nigeria, Kamerun, Ghana, dan Uganda. Penyakit ini bisa menyebabkan kehilangan hasil secara total pada tanaman yang terinfeksi. Penyakit ini mungkin identik dengan penyakit yang dilaporkan di Amerika. SPVD 48 | H a l juga telah dilaporkan di Argentina, Brasil, Peru, Kenya, Amerika Serikat, dan Taiwan. Pengendalian. Pengendalian utama untuk penyakit SPVD adalah menghindari tanaman sakit sebagai sumber bahan tanam dan penggunaan varietas tahan. Petani biasanya menghindari bahan tanam yang terserang penyakit ini karena gejalanya terlihat sangat jelas. 49 | H a l Sweetpotato Mild Mottle Virus (SPMMV) Vektor Potyvirus : Kutu Kebul 37 Gejala. Gejala utama yang berkaitan dengan serangan penyakit virus SPMM adalah munculnya bintik/bercak pada daun dan bentuk daun menjadi kerdil (Gbr. 37). Pada beberapa kasus, tulang daun mengalami distorsi dan kliring. Di lapangan, gejala virus SPMM pada tanaman sulit didiagnosis dan tidak terlihat. Biologi. Virus SPMM ditularkan secara nonpersisten oleh kutu kebul B. tabaci. Virus SPMM dapat terbawa dan menular melalui bibit tanaman/stek yang terinfeksi. Ada beberapa bukti bahwa virus SPMM membentuk gejala yang kompleks dengan virus SPFM, tapi hal ini masih tidak jelas. Penyebaran. Penyakit virus SPMM telah diidentifikasi dan ditemukan di Kenya, Uganda, Tanzania, dan Indonesia, tetapi pengaruhnya terhadap kehilangan hasil masih belum diketahui. 50 | H a l Pengendalian. Beberapa varietas ubi jalar diketahui tahan terhadap penyakit virus SPMM, sementara yang lainnya bersifat toleran. Tindakan sanitasi dan penyeleksian bahan tanam/bibit tanaman tanpa gejala atau bebas virus SPMM oleh petani berperan dalam keberhasilan pengendalian penyakit ini. 51 | H a l Penyakit Virus Lainnya Virus lain telah diidentifikasi melalui teknik identifikasi serologis, seperti sweetpotato latent virus (SPLV) dilaporkan ditemukan di Taiwan, Jepang, Kenya, Cina, dan Israel; di Afrika Tenggara, Indonesia, Filipina, China, Jepang, Amerika Tengah dan Selatan dilaporkan adanya sweetpotato chlorotic fleck virus (SPCFV); di Puerto Riko, Madeira, Selandia Baru, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Kenya ditemukan sweetpotato caulimo like-virus (SPCV); di Papua Nugini dan Kenya dilaporkan ditemukan sweetpotato ring spot virus (SPRSV); dan cucumber mozaik virus (CMV) 38 hanya ditemukan di Israel, Kenya, Amerika dan Serikat. Sweetpotato chlorotic stunt virus (SPCSV) (Gbr. 38) ditemukan di Kenya dan Karibia. 52 | H a l Busuk Bakteri pada Batang dan Akar Erwinia chrysanthemi Gejala. Bagian batang dan tangkai yang 39 bergejala terdapat busuk basah berwarna coklat sampai dengan hitam. Pada 40 awalnya satu atau dua cabang tanaman ubi jalar menjadi layu, tetapi pada akhirnya kelayuan terjadi pada seluruh tanaman (Gbr. 39). Busuk juga bisa terjadi pada akar serabut. Pada bagian umbi yang menjadi busuk disertai dengan kemuculan warna hitam di bagian tepinya dan dapat dilihat di bagian permukaan, tetapi lebih sering pembusukan terjadi di bagian dalam sehingga tidak menimbulkan gejala di bagian luar (Gbr. 40). Biologi. Di daerah tropis dan daerah lembab di seluruh dunia, patogen ini memiliki beberapa inang lain dimana patogen tersebut dapat bertahan hidup. 53 | H a l Patogen ini bertahan didalam tanah yaitu pada sisasisa tanaman dan gulma. Infeksi pada tanaman ubi jalar terjadi melalui luka. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh dunia dan secara ekonomi menimbulkan kerugian yang sangat besar. Pengendalian. Stek sebagai bahan/bibit tanaman harus diambil dari bagian atas permukaan tanah. Penggunaan kultivar yang lebih tahan dan menjaga bibit tanaman supaya terhindar dari pelukaan dapat mengurangi kejadian penyakit. 54 | H a l Layu Bakteri Pseudomonas solanacearum Gejala. Pada tanaman terinfeksi biasanya terdapat beberapa cabang tanaman yang layu (Gbr. 41). Gejala awal penyakit ini dimulai pada pangkal batang ditandai dengan kemunculan busuk basah berwarna kekuningan yang tidak lama kemudian berubah 41 42 menjadi berwarna coklat. Jaringan vaskuler pada batang dan tunas yang terkena infeksi akan 43 mengalami perubahan warna (Gbr. 42). Pada umbi, perubahan warna pada vaskuler 44 juga terjadi, terutama ditandai kemunculan garis-garis cokelat dengan membujur serta adanya busuk basah berwarna cokelat pada bagian permukaan (Gbr. 43). Secara perlahan-lahan patogen 55 | H a l menginfeksi daging umbi, dan bila disimpan dalam waktu yang cukup lama daging umbi bisa membusuk seluruhnya serta mengeluarkan bau busuk (Gbr. 44). Biologi. Bakteri P. solanacearum termasuk kedalam patogen tular tanah, dan biasanya terbawa melalui material yang mengandung patogen. Sekali tanah tersebut sudah terinfeksi, maka bakteri tersebut dapat bertahan selama satu sampai tiga tahun. Penyebaran di lapangan juga dapat terjadi melalui air irigasi. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini merupakan penyakit utama di beberapa daerah di China Selatan, terutama di daerah yang menanam varietas peka. Pengendalian. Penggunaan varietas yang lebih tahan dan bahan tanam yang bebas penyakit akan mengurangi terjadinya penyakit. Ketika bakteri sudah ada di tanah, perendaman lahan dan rotasi tanaman dengan tanaman dari famili Gramineae sangat direkomendasikan. 56 | H a l Penyakit Kudis Daun dan Batang Elsinoe batatas, Sphaceloma batatas 45 Gejala. Terdapat bercak berwarna coklat atau sawo matang di sepanjang batang, dan bagian 46 berwarna ungu di tengahnya atau coklat (Gbr. 45). Pada gejala serangan yang berat, bercak-bercak kecil bergabung dan menutupi tulang daun sehingga daun-daun menyebabkan tersebut mengerut dan menjadi keriting (Gbr. 46). Distribusi dan arti penting. Penyakit ini merupakan penyakit utama di Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik Selatan. Patogen E. batatas menyebabkan kerugian yang sangat besar karena produk umbi yang dihasilkan tanaman ubi jalar menjadi rendah. Penyakit ini juga ditemukan di Brasil. 57 | H a l Hanya sedikit informasi yang diketahui mengenai biologi patogen E. batatas. Cuaca lembab merupakan kondisi lingkungan yang disukai oleh penyakit kudis. Pengendalian. Pada saat ini, varietas ubi jalar dengan tingkat ketahanan yang baik terhadap penyakit kudis sudah tersedia. Penggunaan bahan tanam bebas patogen dari varietas tahan dan tindakan sanitasi yang baik harus dilakukan. Ketahanan bibit tanam yang berasal dari varietas lokal (asli dari daerah) maupun hasil introduksi sedang dievaluasi di Asia Tenggara dan Pasifik. 58 | H a l Bercak Daun Phomopsis (Bercak Daun Phyllosticta) Phomopsis Ipomoea batatas (Phyllosticta batatas) Gejala. Terdapat bercak 47 berwarna keputihan, sawo matang atau coklat baik pada bagian permukaan atas daun maupun bagian bawah. Ukuran bercak 48 biasanya kurang dari 10 mm. Pada bagian tepi bercak biasanya berwarna cokelat tua atau ungu (Gbr. 47). Piknidia terlihat pada bagian tengah bercak (Gbr. 48). Biologi. Jamur bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman karena tidak memiliki inang lain. Spora menyebar melalui bahan tanam yang terinfeksi, angin, percikan air, dan mungkin serangga. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini tersebar luas dan muncul di semua sentra ubi jalar. Penyakit ini 59 | H a l dapat menurunkan kualitas batang yang digunakan sebagai bibit tanaman atau untuk makanan ternak, tetapi belum diketahu apakah penyakit ini dapat menurunkan hasil. Pengendalian. Sampai dengan sekarang tindakan pengendalian untuk mengendalikan penyakit ini belum diketahui. Biasanya tindakan pengendalian tidak diperlukan. 60 | H a l Penyakit Bercak Daun oleh Jamur Lainnya 49 Jamur lain yang menyebabkan bercak pada daun sudah bisa diidentifikasi dengan cara memeriksa spora menggunakan mikroskop. Jamur-jamur tersebut antara lain Cercospora Septoria Alternaria sp. sp., spp., (Gbr. 49), Ascochyta sp., Curvularia sp., Colletotrichum sp., dan Pestalotia batatae. Pengendalian. Sampai dengan sekarang tindakan pengendalian untuk jamur-jamur diatas belum diketahui. Tindakan pengendalian biasanya tidak diperlukan. 61 | H a l Layu Fusarium Fusarium oxysporum f. sp. batatas Gejala. Gejala awal dari 50 penyakit ini yaitu warna daun menjadi pucat dan menguning, disusul dengan terjadinya kelayuan kematian pada dan batang tanaman umbi. Tanaman yang terserang penyakit ini menunjukkan perubahan warna yang khas pada vaskular (Gbr. 50). Biologi. Jamur layu Fusarium termasuk kedalam patogen tular tanah. Patogen ini dapat bertahan hidup di tanah dan sisa-sisa tanaman selama beberapa tahun. Meskipun stek tanaman yang digunakan bebas patogen, namun akar dan stek yang berasal dari pangkal batang dapat terinfeksi. Perpindahan tanah yang mengandung patogen melalui alat atau hewan dapat menyebabkan munculnya wabah di daerah baru. Penyakit ini terjadi pada berbagai kondisi 62 | H a l lingkungan yang berbeda-beda. Penurunan hasil tergantung pada tahap pertumbuhan tanaman ketika penyakit tersebut mucul. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini dapat ditemukan di sebagian besar daerah di mana ubi jalar dibudidayakan, dan menjadi panyakit utama di daerah sub tropis daripada di daerah tropis. Pengendalian. Sanitasi yang baik akan membantu mengurangi dampak dari penyakit dan akan membatasi penyebarannya. Beberapa varietas tahan telah diteliti, dan di beberapa negara program pemuliaan telah melepas varietas tahan. 63 | H a l Penyakit Busuk Umbi (Java Black Rot) Lasiodiplodia theobromae (Diplodia gossypina) Gejala. Pada awalnya, tekstur umbi yang busuk masih terasa keras dan 51 lembab, tetapi tidak lama setelah itu umbi tersebut seluruhnya menjadi menghitam dan termumifikasi. Busuk bermula pada salah satu atau kedua ujung umbi, dan awalnya berwarna coklat sebelum berubah menjadi hitam. Gumpalan spora hitam keluar dan menghasilkan piknidia yang merupakan ciri dan tanda dari penyakit ini (Gbr. 51). Biologi. Penyakit busuk hitam tersebar melalui tanah yang terinfestasi, umbi yang terinfeksi, dan kotak penyimpanan, keranjang atau alat yang terkontaminasi. Infeksi terjadi melalui luka, terutama pada bagian bawah potongan stek batang. Meskipun patogen dapat pertumbuhannya menginfeksi relatif batang, lambat dan namun jarang 64 | H a l menyebabkan masalah. Penyakit busuk hitam bisa menyebabkan penurunan hasil panen di lapangan dan kerugian di tempat penyimpanan. Distribusi dan arti penting. Penyakit busuk hitam tersebar di seluruh dunia. Penyakit Ini merupakan salah satu penyakit utama di tempat penyimpanan ubi jalar. Pengendalian. Pemanenan tepat pada waktunya dapat mengurangi kehilangan hasil. Sanitasi dan penanganan yang baik untuk mengurangi terjadinya pelukaan atau kerusakan pada umbi mempunyai peranan yang sangat penting. 65 | H a l Busuk Hitam Ceratocystis fimbriata Gejala. Adanya busuk 52 hitam berbentuk seperti cekungan pada bagian bawah batang merupakan gejala yang paling khas. Pada infeksi berat, tanaman menjadi menguning, layu, dan bahkan menyebabkan kematian. Pada bagian umbi yang terinfeksi dan mengalami busuk hitam (Gbr. 52) terlihat miselia jamur berwarna hitam sampai abu-abu menonjol dari permukaan akar. Akibat terjadinya fermentasi gula pada umbi yang terinfeksi jamur, seringkali umbi tersebut mengeluarkan aroma bau menyerupai bau alkohol. Biologi. Penggunaan stek yang terinfeksi sebagai bahan tanam menyebabkan penyakit ini dapat berlangsung secara terus menerus. Penularan terjadi melalui luka yang dibuat oleh kumbang penggerek ubi jalar (Cylas spp.), lundi, jangkrik dan tikus. Jamur C. fimbriata merupakan jamur yang hidup di tanah dan 66 | H a l dapat bertahan selama 1-2 tahun pada sisa-sisa tanaman. Kelembaban tidak berpengaruh terhadap perkembangan penyakit ini. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini merupakan penyakit penting terutama di Asia Tenggara dan Oseania karena menyebabkan kehilangan hasil dan menurunkan kualitas dari umbi. Pengendalian. Stek yang digunakan sebagai bibit tanaman harus berasal dari bibit tanaman yang bebas patogen. Jika di lokasi budidaya sulit ditemukan tanaman induk yang sehat, pemotongan stek harus dilakukan 2 cm di atas permukaan tanah untuk menghindari bagian tanaman yang terinfeksi. Rotasi tanaman dengan tanaman bukan inang minimal selama 2 tahun dan menggunakan praktik-praktik sanitasi yang baik. Melakukan pemberian obat selama 5 hari setelah panen pada suhu 30-35°C dan kelembaban relatif 85-90%. 67 | H a l Hawar Sklerotial dan Sirkular Spot Sclerotium rolfsii 53 Gejala. Penyakit sklerotial dan hawar penyakit sirkular spot merupakan dua jenis penyakit yang disebabkan oleh patogen 54 yang sama. Gejala awal penyakit hawar sklerotial dapat terjadi baik di persemaian maupun pada tanaman yang baru ditanam. Tunas yang terinfeksi menjadi gampang ditarik dan terpisah dari sisa tanaman. Kumpulan miselium putih dan skeloritia berbentuk bulat dan berwarna coklat menyerupai lobak ditemukan pada bagian pangkal tanaman yang terserang (Gbr. 53). Gejala sirkular spot hanya terjadi pada daging umbi yaitu berupa busuk coklat berbentuk simetris yang kadang-kadang disertai dengan adanya retakan pada daging umbi (Gbr. 54). 68 | H a l Biologi. Jamur Sclerotium rolfsii dapat menyerang beberapa spesies tanaman. Jamur ini merupakan jamur tular tanah dan dapat bertahan untuk waktu yang lama sebagai sklerotia. Tanah yang lembab dan mengandung bahan organik merupakan kondisi yang mendukung terjadinya infeksi oleh S. rolfsii. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini biasa terjadi di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Kerugian yang ditimbulkannya biasanya tidak serius. Pengendalian. Terjadinya penyakit dapat dikurangi dengan cara menghindari penanaman ubi jalar di tanah yang tertular S. rolfsii dan menggunakan bibit tanaman bebas penyakit. Tindakan sanitasi yang baik dan penggunaan kultivar ubi jalar yang lebih tahan juga membantu untuk mengurangi penyakit. 69 | H a l Busuk Akar Ungu Helicobasidium mompa Gejala. Tanaman yang 55 terserang menjadi rontok. H. mompa klorosis Akar menjadi dan serabut busuk dan tertutupi oleh kumpulan benang miselium tebal berwarna keputihan yang selanjutnya berubah menjadi merah muda dan pada akhirnya menjadi berwarna ungu (Gbr. 55). Umbi mulai membusuk pada bagian ujung dan kemudian menjadi busuk seluruhnya serta ditutupi oleh miselium yang sama pada akar serabut. Pada saat yang sama, sklerotia hitam pipih terbentuk. Lapisan ungu miselium kasar dan sklerotia dapat ditemukan pada tanah yaitu tempat di mana tanaman 70 | H a l telah membusuk. Umbi yang membusuk memiliki bau khas seperti bau alkohol. Biologi. Selain ubi jalar, jamur H. mompa memiliki kisaran inang yang luas. Jamur H. mompa ini dapat bertahan di tanah selama setidaknya 4 tahun sebagai miselium atau sklerotia. Penyebaran jamur dapat terjadi melalui tanaman terinfeksi dan air irigasi. Suhu bukan merupakan faktor pembatas bagi perkembangan penyakit, namun kelembaban tanah yang cukup merupakan faktor yang mendukung perkembangan penyakit ini. Distribusi dan arti penting. Penyakit ini ditemukan di beberapa daerah di Asia dan Amerika. Di Asia, penyakit ini dapat menyebabkan kerugian yang besar. Pengendalian. Bibit tanaman harus berasal dari tanaman yang sehat. Penggunaan varietas genjah bisa terhindar dari penyakit ini. Rotasi tanaman dengan tanaman serealia juga dapat membantu mencegah penyakit. 71 | H a l Busuk Lunak (Rhizopus stolonifer, Mucor sp.) Gejala. Penyakit busuk lunak timbul 56 setelah panen. Umbi menjadi lunak, basah, serta berserat, dan biasanya gejala awal muncul dari salah satu ujung umbi. Umbi yang terkena busuk lunak mengeluarkan aroma bau yang kuat seperti bau alkohol. Jamur ini biasa terlihat bersporulasi pada permukaan umbi yang membusuk (Gbr. 56). Biologi. Penyakit ini menyebar melalui tanah yang terinfeksi atau melalui spora yang terbawa angin untuk kemudian masuk melalui luka. Suhu dan kelembaban relatif optimal untuk perkembangan infeksi dan penyakit ini bervariasi tergantung pada varietas ubi jalar. Busuk lunak dapat merusak hasil panen umbi dalam kurun waktu 48 jam jika umbi tersebut dibiarkan di bawah sinar matahari tanpa ditutupi. 72 | H a l Distribusi dan arti penting. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia pada ubi jalar dan tanaman lainnya Penyakit ini menyerang bagian daging umbi yang mempunyai kandungan gula atau pati yang tinggi. Pengendalian. Pencucian umbi merupakan faktor pemicu terjadinya pembusukan. Penanganan yang hati-hati dan perawatan yang tepat dapat mengurangi kejadian penyakit. Sejauh ini, belum ditemukan varietas ubi jalar yang resisten terhadap penyakit busuk lunak. Beberapa varietas membusuk lebih cepat daripada yang lain karena termasuk varietas rentan. Untuk pemeliharaan dilakukan dengan cara menyimpan ubi jalar setelah panen pada suhu 2932°C dan kelembaban relatif 95-100% selama 5-7 hari dengan ventilasi yang memadai (minimal 8 meter kubik udara per ton per hari). Penyimpanan selanjutnya yang terbaik adalah pada suhu sekitar 13°C dan kelembaban relatif 95%. 73 | H a l Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp. 57 Gejala. Tanaman yang terserang nematoda puru akar menjadi kerdil, daun menguning dan layu, serta produksi 58 bunga tidak normal. Pada akar serabut terdapat puru atau benjolan dimana pada bagian permukaan puru ditemukan massa telur (Gbr. 57). Sebagian besar dari sistem akar mengalami nekrosis. Reaksi beberapa varietas 59 terhadap serangan nematoda ini yaitu munculnya retakan memanjang pada umbi (Gbr. 58), sedangkan pada varietas lain, ditemukan benjolan lunak muncul pada bagian epidermis (Gbr. 59). 74 | H a l Biologi. Meloidogyne spp. tersebar luas di seluruh dunia dan mempunyai beberapa inang, seperti kentang dan tomat. Nematoda ini bertahan di tanah dalam bentuk massa telur atau pada sisa-sisa tanaman sebagai nematoda muda infektif. Nematoda dapat berpindah melalui air irigasi atau menyebar luas melalui material yang mengandung nematoda. Distribusi dan arti penting. Nematoda puru akar ini merupakan salah satu OPT yang paling merusak pada ubi jalar karena penyebarannya yang luas serta penyebab kerusakan umbi. Pengendalian. Penggunaan varietas resisten, rotasi tanaman (di Asia misalnya dengan padi), dan pemilihan bahan tanam bebas nematoda dapat membantu untuk menanggulangi penyakit ini. Di Afrika Timur, nematoda puru akar jarang ditemukan menyerang ubi jalar sehingga tindakan pengendalian tidak diperlukan. 75 | H a l Nematoda Cincin Coklat Destructor Ditylenchus, D. dipsaci Gejala. Beberapa saat 60 setelah disimpan, umbi yang terserang memperlihatkan gejalanya (Gbr. 60). Pada penampang melintang, 61 infeksi awal muncul berupa gejala nekrosis jaringan berwarna coklat tersebar di seluruh daging umbi. Pada tahap lanjut, daging umbi menjadi benar-benar menghitam dan sedikit lunak seperti gabus (Gbr. 61). Nematoda ini menyerang daging umbi hanya selama penyimpanan. Gejala nematoda cincin coklat tidak ditemukan di lapangan. Biologi. Dua spesies Ditylenchus tersebar di seluruh dunia dan memiliki kisaran inang yang luas dan merupakan adalah nematoda endoparasit migran. Distribusi dan arti penting. Pada beberapa kasus, kerusakan serius terjadi di tempat penyimpanan. 76 | H a l Pengendalian. Sampai dengan saat ini belum ada langkah-langkah untuk mengendalian nematoda ini. 77 | H a l Nematoda Penyebab Luka/Nekrosis Pratylenchus spp. Gejala. Tanaman yang terserang nematoda Pratylenchus spp. menjadi kerdil karena berkurangnya jumlah sistem akar pengangkut unsur hara. Pada akar 62 serabut, nematoda penyebab luka ini mengakibatkan munculnya bintik kecil, yaitu luka nekrotik berwarna coklat. Pada umbi terserang terdapat bercak coklat kehitaman dan seringkali luka akibat serangan nematoda ini digunakan oleh jamur dan bakteri saprofit untuk menginfeksi (Gbr. 62). Biologi. Berbagai jenis nematoda ini ditemukan di seluruh tanaman. dunia memparasitasi Nematoda ini beberapa merupakan spesies nematoda endoparasit migran. Nematoda akan meninggalkan akar apabila luka yang disebabkannya diparasitasi oleh organisme sekunder. Kerusakan lebih parah terjadi di daerah yang mempunyai tekstur tanah berpasir dengan suhu yang tinggi. 78 | H a l Distribusi dan arti penting. Meskipun nematoda ini tersebar luas di seluruh dunia, namun kerugian signifikan yang disebabkan nematoda ini hanya terjadi di Jepang. Pengendalian. Penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang bisa meningkatkan musuh alami nematoda di dalam tanah dan mengurangi populasi nematoda. Penggunaan varietas tahan juga dianjurkan. 79 | H a l