13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Bisnis Internasional

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Bisnis Internasional dan Globalisasi
Carrigan’s dalam buku Williams (2011:7) mendeskripsikan bahwa
manajer
dalam
menjalankan
tanggung
jawab
manajerialnya
harus
memperhatikan keefisienan dan keefektifan dari sebuah proses kerja.
Keefisienan adalah menyelesaikan pekerjaan dengan meminimalisasi usaha,
beban dan limbah, sedangkan keefektifan adalah mengerjakan tugas yang
dapat memenuhi tujuan organisasi seperti jasa dan kepuasan pelanggan.
Manajer memanfaatkan globalisasi terjadi di dunia, untuk mencapai
keefisienan dan keefektifan. Globalisasi sendiri dapat dilihat dari meluasnya
hubungan ketergantungan antar manusia yang terdapat di berbagai negara atau
belahan dunia. Globalisasi membuat terjadinya integrasi dalam dunia ekonomi
melalui pengurangan hambatan dalam laju barang, jasa, modal, teknologi dan
manusia. Dengan adanya globalisasi, maka manajer dapat mencari ketersediaan
sumber daya yang sesuai dengan kebutuhannya serta target pasar untuk
mendistibusikan produknya. Hubungan antara persediaan dan pasar menjadi
bagian kegiatan dari bisnis internasional yang didefinisikan sebagai segala
bentuk tranksasi komersial termasuk penjualan, investasi, dan transportasi yang
terjadi antara dua atau lebih negara. (Daniels, Radebaugh, & Sullivan, 2013:49)
Untuk memenangkan pasar, maka perusahaan perlu meningkatkan
keunggulan kompetitifnya melalui sumber daya manusia yang dimiliki.
Berdasarkan Preffer dalam buku Williams (2011:30), perusahaan yang lebih
memperhatikan sumber daya manusianya akan membuat keunggulan
kompetitif yang bertahan sepanjang masa dan sulit untuk ditiru oleh
perusahaan lainnya. Perusahaan dapat menjadi kompetitif karena sumber daya
manusianya yang pintar, terlatih, termotivasi, dan berkomitmen. Untuk
mencapai keunggulan kompetitif tersebut, maka perusahaan perlu melakukan
manajemen yang baik terhadap sumber daya manusianya. Manajemen yang
baik penting untuk dilakukan agar dapat memuaskan karyawannya, dimana
karyawan tersebut nantinya akan menyediakan jasa terbaik terhadap pelanggan.
13
14
2.2
Manajemen
Menurut Robbins & Mary (2012:37), Manajemen adalah sebuah
rangkaian tindakan mengatur dan mengawasi aktivitas kerja dari orang lain
sehingga mereka dapat menyelesaikan aktivitas kerjanya secara efektif dan
efisien. Biasanya mengatur dan mengawasi aktivitas kerja ini menjadi bagian
dari seorang manager, namun bukan berarti manajer dapat melakukan apa yang
mereka inginkan kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun.
Fungsi utama dari manajemen, antara lain :
• Planning
Kegiatan dalam menentukan tujuan, membuat strategi, dan mengembangkan
rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang ada
• Organizing
Mendeskripsikan kegiatan yang harus diselesaikan, bagaimana kegiatan itu
dapat diselesaikan dan siapa yang harus menyelesaikannya.
• Leading
Memotivasi, memimpin serta beberapa aktivitas lainnya yang termasuk
dalam berurusan atau berinteraksi dengan orang lain.
• Controlling
Mengawasi aktivitas – aktivitas yang ada uuntuk memastikan bahwa mereka
dapat mencapai hal-hal yang telah direncanakan.
2.3
Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia menjadi bagian dan bentuk nyata
dari salah satu fungsi manajemen, yaitu organizing dimana manajer
membutuhkan orang-orang yang dapat mengerjakan aktivitas kerja tersebut
atau menghapus orang-orang yang mengerjakan aktivitas kerja tersebut ketika
keadaan bisnis sedang tidak memungkinkan untuk tetap memiliki orang-orang
tersebut. Dengan adanya situasi itulah, manajemen sumber daya manusia
(HRM) diperlukan untuk memastikan terdapat sejumlah orang yang tepat, pada
tempat yang tempat dan di saat yang tepat. (Robbins & Mary, 2012:340)
Manajemen sumber daya manusia adalah usaha dari individu untuk
mencapai tujuan organisasi. Pada dasarnya, semua manager menyelesaikan
pekerjaannya melalui usaha yang dikeluarkan oleh orang lain maka dari itu
15
penting untuk setiap level manajer memperhatikan mengenai manajemen
sumber daya manusia. Terdapat berbagai tantangan dalam mengatur sumber
daya manusia diantara lain perubahan tenaga kerja, peraturan pemerintah, serta
bergeraknya revolusi dalam bidang teknologi dan ekonomi di berbagai belahan
negara di dunia. (Mondy, 2014:245)
Manajemen sumber daya manusia menjadi suatu hal yang penting,
dikarenakan tiga alasan, diantara lain : (Robbins & Mary, 2012:340)
• Pertama, manajemen sumber daya manusia dapat menjadi sumber daya yang
penting dalam mendukung keunggulan kompetitif dari suatu perusahaan.
• Kedua, manajemen sumber daya manusia menjadi bagian yang penting dalam
strategi organisasi. Mencapai kesuksesan yang kompetitif melalui manusia
mengartikan bahwa manajer harus mengubah cara pikir dan pandangan
mereka terhadap karyawan serta membangun hubungan kerja.
• Ketiga,
cara
organisasi
dalam
memperlakukan
karyawannya
dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja dari organisasi tersebut.
2.3.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Terdapat 5 bidang fungsional yang berhubungan dengan
Manajemen sumber daya manusia yang efektif antara lain : (Mondy.
2014:247)
1.
Staffing
Merupakan suatu proses untuk memastikan organisasi
memiliki jumlah karyawan yang tepat dengan keterampilan yang
sesuai dalam mengerjakan pekerjaannya agar tujuan organisasi
yang telah ditetapkan dapat tercapai. Job analysis, human resource
planning, recruitment and selection termasuk dalam kegiatan
staffing.
2.
Human Resource Development
Merupakan salah satu fungsi dari HRM, yang bukan hanya
berbicara mengenai pelatihan dan pengembangan tetapi juga
perencanaan karir, pengembangan organisasi serta manajemen
penilaian kinerja.
3.
Compensation
16
Selama ini, pemberian kompensasi yang adil menjadi
sebuah topik pemikiran serta pertimbangan baik oleh manajemen,
serikat pekerja, maupun pekerja. Sistem kompensasi yang baik
adalah dapat memberikan imbalan atau penghargaan yang merata
serta memadai terhadap karyawan atas kontribusi yang telah
mereka lakukan untuk mencapai tujuan organisasi.
Jenis kompensasi antara lain :
• Direct Financial Compensation : pembayaran kepada seseorang
dalam bentuk gaji, upah, komisi, dan bonus.
• Indirect Financial Compensation (Benefits) : Segala bentuk
penghargaan finansial yang tidak termasuk dalam direct
finansial compensation seperti pembayaran liburan, cuti sakit,
liburan, dan asuransi kesehatan.
• Nonfinancial
Compensation
:
kepuasan
yang
diperoleh
seseorang dari pekerjaannya sendiri atau dari lingkungan fisik
maupun psikologis dimana orang tersebut bekerja.
4.
Safety and health
Keselamatan berhubungan dengan melindungi karyawan
dari sakit yang disebabkan oleh kecelakaan dan berhubungan
dengan
pekerjaan,
sedangkan
kesehatan
berkaitan
dengan
pembebasan karyawan dari kemungkinan terjangkitnya penyakit
fisik maupun emosional. Aspek keselamatan dan kesehatan sangat
penting dalam pekerjaan, karena karyawan yang bekerja di
lingkungan yang aman dan sehat akan menciptakan manfaat jangka
panjang seperti peningkatan produktivitas dan kinerja karyawan
dalam organisasi. Kebutuhan karyawan seperti kesehatan dan
keselamatannya telah menjadi perhatian bagi sebagian besar
organisasi.
5.
Employee and labor relations
Hukum mewajibkan suatu bisnis untuk memiliki dan
mengakui serikat pekerja. Serikat pekerja berfungi sebagai
perwakilan dari karyawan dan melakukan negosiasi tawar menawar
dengan perusahaan. Ketika karyawan perusahaan merupakan
bagian dari serikat pekerja, maka kegiatan sumber daya manusia
17
akan lebih diperhatikan oleh perusahaan lewat proses negosiasi
yang diadakan secara bersama-sama. Kegiatan sumber daya
manusia yang terkait dengan karyawan dalam perusahaan diantara
lain demosi, promosi, terminasi dan pengunduran diri.
2.4
Employee Engagement
Menurut Albrecht (2010:283) memperlihatkan bahwa terdapat tiga
aliran pemikiran manajemen yang menyebabkan pentingnya employee
engagement baik sebagai ide maupun sebagai dasar dari strategi sumber daya
manusia (HR strategies).
Pertama, strategi sumber daya manusia bertujuan untuk mendukung
terjadinya komunikasi yang efektif dalam internal perusahaan, baik antara
manajemen dengan karyawannya. Untuk mengukur seberapa baik manajemen
mengontrol komunikasi yang terjalin dalam organisasi, dan mengetahui umpan
balik (feedback) dari karyawan terhadap manajemen, maka dapat dilakukan
melalui survei employee engagement.
Kedua, strategi sumber daya manusia bertujuan untuk meningkatkan
proses bisnis, dimana dengan adanya employee engagement, maka karyawan
akan lebih termotivasi dan berperilaku sebagai karyawan yang baik, serta
dengan manajemen diri yang baik dapat berinisiatif untuk meningkatkan proses
bisnis yang terjadi dalam pekerjaannya
Ketiga, strategi sumber daya manusia bertujuan untuk mendukung
kinerja dari perusahaan, dimana dengan adanya employee engagement, maka
akan mempengaruhi perilaku karyawan yang positif dan pada akhirnya dapat
membuat peningkatan terhadap kinerja organisasi.
2.4.1 Definisi Employee Engagement
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karyawan (employee)
adalah seseorang yang bekerja pada suatu lembaga atau perusahaan dan
mendapatkan gaji atau uang. Sedangkan engagemet sendiri adalah
semangat,
kemauan
dan
komitmen
dari
seseorang
dalam
menginvestasikan dirinya serta melakukan upaya diskresi untuk
membantu atasannya berhasil yang melebihi loyalitas dasar atau
kepuasan terhadap suatu pekerjaan.
18
Dalam beberapa tahun terakhir,
banyak penulis sudah
menuliskan mengenai topik “employee engagement”. Menurut Kahn
dalam jurnal Siddhanta & Roy (2010:170) mendeskripsikan employee
engagement diantara lain bagaimana seseorang dapat memaknai dan
berkontribusi serta mengerahkan seluruh energi fisik, kognitif serta
emosinya dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau dalam menjalankan
perannya.
Gallup organization mendefinisikan employee engagement
sebagai keterlibatan dan perasaan antusias dari seorang karyawan
terhadap
pekerjaannya.
Gallup
berpendapat
bahwa
employee
engagement sama dengan komitmen dan emosional positif yang
dikeluarkan oleh karyawan. (Markos & Sridevi, 2010:90)
Perrin’s Global Workforce Study dalam jurnal Markos &
Sridevi (2010:90) mempublikasikan definisi employee engagement
adalah kemauan dan kemampuan karyawan dalam membantu
perusahaannya untuk berkembang dan berhasil dan biasanya karyawan
tersebut akan memberikan sebagian besar usaha diskresinya yang
dilakukan secara berkelanjutan
Dari pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa employee engagement adalah kemauan dan kerelaan dari
karyawan untuk mengeluarkan kontribusinya baik energi fisik, kognitif
dan
emosi
dalam
mengerjakan
pekerjaannya
serta
membantu
perusahaan untuk berkembang dan berhasil.
2.4.2 Aspek Employee Engagement
Bedasarkan dari penelitian global, terdapat tiga aspek dasar
dalam employee engagement, diantara lain: (Siddhanta & Roy,
2010:173)
1.
Para karyawan yang memiliki pengalaman dan psikologi yang unik
2.
Para atasan dan kemampuannya dalam membuat kondisi untuk
mendorong peningkatan employee engagement.
3.
Interaksi antar karyawan dengan semua level.
19
2.4.3 Dimensi Employee Engagement
Utrecht Work Engagement Scale (UWES) mengembangkan tiga
dimensi dari employee engagement dalam jurnal Attridge (2010:4),
diantara lain:
• Semangat (Vigor)
Ditandai oleh tingginya tingkat energi dan ketahanan mental di saat
bekerja, kemauan untuk memberikan atau menginvestasikan
usahanya dalam pekerjaan serta ketekunan seseorang dalam
menghadapi kesulitan
• Dedikasi (Dedication)
Ditandai dengan keterlibatan seseorang dalam suatu pekerjaan,
dimana seseorang tersebut merasakan antusias, terinspirasi,
kebanggaan, tantangan dan menganggap pekerjaan tersebut penting
baginya.
• Keasikan (Absorption)
Ditandai dengan seseorang yang bahagia dan berkonsentrasi penuh
terhadap pekerjaannya, dimana ia merasakan waktu berlalu begitu
cepat terhadap pekerjaannya dan sulit melepaskan diri dari
pekerjaan
2.4.4 Key Drivers of Employee Engagement
Menurut artikel Employee engagement yang dipublikasikan The
Conference Board, terdapat 8 kunci yang dapat mengarahkan employee
engagement diantara lain : (Siddhanta & Roy, 2010:173)
1.
Trust Integrity - manajer sebaiknya dapat berkomunikasi dengan
baik pada karyawannya, serta perkataan yang dikeluarkan harus
dapat dipercaya.
2.
Nature of Job - Dalam pekerjaan, karyawan sebaiknya dapat
menentukan suatu hal yang menantang agar dapat menjadi motivasi
tersendiri bagi mereka.
3.
Line of sight between employee performance and company
performance - karyawan sebaiknya memiliki pandangan yang jelas
mengenai bagaimana mereka dapat berkontribusi untuk mendukung
kinerja dari perusahaan
20
4.
Career growth opportunities - karyawan sebaiknya memiliki jalur
pengembangan dan pertumbuhan karir yang jelas.
5.
Pride about company - karyawan memiliki perasaan bangga karena
telah menjadi bagian dari perusahaan tempatnya bekerja dan
bangga terhadap perusahaannya.
6.
Coworkers/ team member - karyawan memiliki hubungan yang
baik dengan teman satu tim atau rekan kerjanya.
7.
Employee development - perusahaan harus dapat mengembangkan
karyawannya baik dari segi kemampuan, pengetahuan serta
sikapnya.
8.
Relationship with manager – antara karyawan dan manajer miliki
hubungan yang terjalin dengan baik dan membuat kedua pihak
nyaman serta satu sama lain dapat menghargai hubungan yang ada.
Selain itu terdapat berbagai faktor yang dapat meningkatkan
employee engagement diantara lain :
1.
Budaya saling menghargai dimana pekerjaan yang baik akan
diberikan apresiasi
2.
Umpan balik, konseling dan mentoring.
3.
Skema insentif, penghargaan serta pengakuan yang adil.
4.
Kepemimpinan yang efektif
5.
Ekpestasi pekerjaan yang jelas
6.
Motivasi
Dari berbagai kunci yang dapat meningkatkan employee
engagement maka penulis akan berfokus untuk meneliti beberapa
variabel
diantara
lain,
budaya
organisasi,
kepemimpinan
transformasional dan karakteristik pekerjaan dalam besarnya pengaruh
variabel-variabel tersebut terhadap employee engagement.
2.5
Budaya Organisasi
2.5.1 Definisi Budaya Organisasi
Menurut Robins & Coulter (2007:80) definisi dari budaya
organisasi adalah pengetahuan sosial yang telah diketahui bersama
dalam suatu organisasi mengenai aturan, norma-norma dan nilai-nilai
21
yang dapat membentuk sikap dan perilaku dari karyawan yang ada pada
organisasi tersebut.
Dari definisi yang diuraikan diatas maka terdapat 3 poin utama
yang dapat ditarik. Pertama, budaya adalah pengetahuan sosial yang
diketahui oleh seluruh anggota dalam sebuah organisasi. Biasanya
karyawan mengetahui dan belajar mengenai aspek-aspek budaya
organisasi dari sesama karyawan yang lain. Cara yang dapat dilakukan
karyawan untuk memahami budaya organisasi diantara lain dengan
observasi, transfer pengetahuan dengan komunikasi ekplisit, atau
metode lainnya. Dapat disimpulkan bahwa budaya adalah pengetahuan
yang dapat dibagikan sehingga karyawan dalam organisasi dapat
mempelajari dan memiliki pemahaman mengenai budaya yang ada di
organisasinya.
Kedua, budaya organisasi dapat memberitahukan kepada
karyawan mengenai aturan, norma-norma serta nilai-nilai yang ada dan
dipegang dalam organisasi. Dengan adanya budaya organisasi,
karyawan dapat mengerti mengenai target dan fokus dari perusahaan,
perilaku yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk dilakukan,
pakaian yang layak untuk dipakai saat bekerja, dan lain sebagainya.
Ketiga, budaya organisasi memfokuskan atau menajamkan
targetnya kepada sikap dan perilaku dari karyawan dengan membuat
suatu sistem yang dapat mengontrol dan mengawasi tindakan tersebut.
Terdapat kemungkinan bahwa nilai dan tujuan individu dapat
bertumbuh dan berkembang karena sesuai dengan yang dimiliki dalam
organisasi dimana kita bekerja.
2.5.2 Karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Robbins & Judge (2015:497) terdapat 7 karakteristik
utama dari esensi budaya organisasi, antara lain:
1.
Inovasi dan Mengambil Resiko
Sejauh mana budaya mendorong karyawan untuk menjadi inovatif
dan berani untuk mengambil resiko.
2.
Perhatian terhadap Detail
22
Sejauh mana budaya mendorong karyawan untuk menunjukan
analisa dan memperhatikan sampai pada bagian yang detail.
3.
Orientasi Hasil
Sejauh mana manajemen berfokus pada hasil daripada terhadap
strategi atau proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4.
Orientasi Orang
Sejauh
mana
keputusan
yang
diambil
dari
manajemen
memperhatikan hasil yang akan mempengaruhi orang-orang dalam
organisasi.
5.
Orientasi Tim
Sejauh mana aktivitas kerja dalam organisasi lebih dijalankan
secara tim daripada secara individual.
6.
Keagresifan
Sejauh mana orang yang berada dalam organisasi lebih bersikap
agresif dan kompetitif daripada santai.
7.
Kemantapan
Sejauh mana aktivitas dalam organisasi mempertahankan status
kuo daripada pertumbuhan.
2.5.3 Komponen Budaya Organisasi
Menurut Schein dalam buku Browaeys & Price (2011:164),
tingkat budaya terbagi dari tingkat yang bisa dilihat sampai yang tidak
terlihat. Tiga komponen budaya organisasi antara lain : (Colquitt &
LePine, 2011:559.)
1.
Observable Artifacts
Adalah suatu bentuk budaya organisasi yang dapat dengan mudah
dilihat atau dibicarakan oleh karyawannya. Artifak memberikan
informasi kepada karyawan mengenai bagaimana mereka harus
bertindak selama hari kerja. Dengan adanya artifak maka budaya
organisasi dapat dilihat oleh karyawan, pelanggan, pemegang
saham, dan investor.
Terdapat 6 tipe artifak, yaitu:
•
Simbol
23
Dapat dilihat dalam seluruh organisasi, baik dari logo
perusahaan, gambar yang diletakan pada websitenya sampai
dengan seragam yang digunakan oleh karyawannya.
•
Struktur Fisik
Struktur fisik dari perusahaan, seperti ruang kantor juga dapat
memberitahukan budaya organisasinya, misalnya; apakah
ruang kantornya terbuka, tertutup kaca, ruang kantor karyawan
terpisah dengan pihak manajemen, dan lain sebagainya.
•
Bahasa
Setiap perusahaan memiliki istilah jargon (bahasa yang hanya
diketahui oleh sekelompok orang tertentu), bahasa gaul, dan
selogan yang dipasang di dinding kantor.
•
Ritual
Adalah rutinitas yang direncanakan dan dilakukan dalam
keseharian atau perminggu di sebuah organisasi.
•
Cerita
Cerita berisi legenda, mitos, atau cerita di masa lalu yang
dicerikan turun temurun dari generasi karyawan ke generasi
karyawan berikutnya.
•
Upacara
Adalah acara formal yang umumnya ditampilkan di depan para
penonton yang terdiri dari karyawan atau anggota organisasi.
2.
Espoused Values
Espoused values adalah kepercayaan, filosofi, dan norma yang
dinyatakan secara eksplisit oleh perusahaan. Espoused values
didapatkan mulai dari dokumen yang diterbitkan oleh perusahaan
seperti pernyataan visi dan misi perusahaan, sampai kepada laporan
lisan untuk karyawan yang dibuat oleh pihak eksekutif atau
manajer. Ketika nilai-nilai ini dipegang oleh perusahaan dari waktu
ke waktu dan dijalankan dalam kondisi apapun, maka nilai-nilai ini
akan menjadi lebih dipercaya baik oleh karyawannya maupun dari
orang luar perusahaan.
3.
Basic Underlying Assumptions
24
Basic underlying assumptions adalah kepercayaan atau filosofi
yang sudah tertanam dan mendarah daging, dimana karyawan dapat
melakukan suatu tindakan tanpa mempertanyakan mengapa
tindakan tersebut harus dilakukan dalam kondisi tertentu. Asumsi
ini merupakan bagian yang terdalam dan bagian yang paling
diamati dalam budaya. Asumsi ini yang dapat mendikte dan
mempengaruhi perilaku karyawan serta asumsi ini pula yang paling
bertahan lama dan sulit untuk berubah.
2.5.4 Kategori Budaya Organisasi
Menurut Browaeys & Price (2011: 165), kategori budaya
organisasi terbagi menjadi 4:
• The Tough Guy, Macho Culture
Budaya yang ada pada organisasi ini memiliki ciri-ciri,
yaitu mereka berani untuk mengambil resiko dan biasanya mereka
dapat mengetahui dengan cepat tingkat kesuksesan dari tindakan
yang diambilnya. Budaya ini lebih mengutamakan kecepatan, yang
membuat pengambilan keputusan harus dilakukan secara cepat
walaupun terdapat resiko bahwa keputusan yang diambil tersebut
adalah salah. Contohnya: kepolisian dan rumah sakit, industri
kontruksi dan komestik, konsultan manajemen serta seluruh
industri hiburan.
• Work Hard/Play Hard Culture
Budaya yang ada pada organisasi ini memiliki ciri-ciri,
yaitu
mereka
menyenangkan
cenderung
dan
untuk
memiliki
melakukan
resiko
yang
kegiatan
rendah.
yang
Untuk
menghindari terjadinya resiko yang besar, maka mereka membuat
sistem pengawasan yang ketat. Dalam budaya ini juga, mereka
terbiasa untuk menerima umpan balik (feedback) mengenai dirinya
sehingga mereka dapat mengetahui apakah pekerjaan yang mereka
lakukan telah sesuai dengan aturan yang ada. Organisasi yang
memiliki budaya ini juga biasanya sangat memperhatikan
kebutuhan pelanggannya, sehingga mereka lebih berfokus untuk
25
mengetahui kebutuhan pelanggan dan memenuhi kebutuhan
tersebut.
• Bet your Company Culture
Budaya yang ada pada organisasi ini memiliki ciri-ciri,
yaitu sering mengambil resiko yang tinggi serta rendahnya dalam
menerima dan memberi umpan balik (feedback). Biasanya
karyawan akan menerima keuntungan dari keputusan yang diambil
perusahaan ketika beberapa bulan atau tahun telah berlalu. Tipe
organisasi ini sering menginvestasikan uangnya ke dalam berbagai
proyek
yang
membutuhkan
jangka
waktu
tahunan
untuk
diselesaikan, sehingga hubungan komunikasi di dalam perusahaan
harus terjalin dan mengadakan banyak diskusi untuk memastikan
keputusan yang diambil adalah benar serta menghindari resiko
bangkrutnya perusahaan.
• The Process Culture
Budaya yang ada pada organisasi ini memiliki ciri-ciri,
yaitu rendahnya tingkat pemberian atau penerimaan umpan balik
(feedback), serta melakukan kegiatan yang resikonya rendah.
Dalam budaya ini, karyawan tidak mengejar kekayaan atau “uang”
dan karena kurangnya umpan balik (feedback) terhadap kinerja
karyawan, maka mereka lebih santai terhadap pekerjaan mereka
serta tidak mengkhawatirkan mengenai apa yang harus mereka
kerjakan (what), tetapi mereka lebih berfokus pada bagaimana
mereka dapat mengerjakannya (how). Jadi, mereka menerima
pekerjaan atau tugas dari atasan, dan mereka menyelesaikannya
dengan cara mereka. Contohnya adalah perusahaan asuransi, bank,
dan departemen keuangan.
2.6
Kepemimpinan
Pada
penelitian
ini,
penulis
lebih
memfokuskan
pada
gaya
kepemimpinan yang diaplikasikan dalam perusahaan, dimana penulis
mengambil variabel gaya kepemimpinan transformasional.
26
2.6.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan dalam mempengaruhi
sebuah kelompok agar dapat mengarah pada tercapainya visi serta
serangkaian tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Pemimpin
menciptakan arah yang akan dituju bersama-sama oleh kelompok
berdasarkan pengembangan visi yang ingin dicapai di masa depan,
setelah itu
pemimpin akan
mengarahkan orang-orang dengan
mengkomunikasikan visinya serta memotivasi mereka ketika menemui
hambatan. (Robbins & Coluter, 2011:488)
Organisasi membutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk
mencapai efektivitas yang optimal. Dalam kondisi dunia yang dinamis
ini, kita perlu pemimpin yang dapat menciptakan visi masa depan serta
menginspirasi anggota organisasi untuk mencapai visi tersebut.
(Collquitt & Lepine, 2011:504).
2.6.2 Tipe Kepemimpinan
Menurut Ivancevich, Konopaske, & Matteson (2012:460)
terdapat dua jenis pendekatan gaya kepemimpinan
1.
Kepemimpinan Transaksional
Gaya kepemimpinan transaksional ditunjukan dengan
seorang
pemimpin
yang
menolong
pengikutnya
untuk
mengidentifikasi apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Contohnya, kualitas hasil yang lebih baik,
penjualan atau jasa yang lebih baik, pengurangan biaya dari
produksi dan lain sebagainya.
Dalam menolong bawahan untuk mengidentifikasi apa yang
harus dilakukan, pemimpin transaksional menyadari kemampuan
dari bawahannya dan menghargai kebutuhan mereka. Pendekatan
transaksional menggunakan konsep path-goal sebagai bagian dari
cara
kerja
dan
penjelasannya.
Dalam menggunakan
gaya
transaksional, pemimpin bergantung pada penghargaan secara
kontingen
dan
manajemen
tanpa
pengecualian.
Penelitian
menunjukan bahwa saat penguatan kontingen digunakan, kinerja
dan kepuasan karyawan akan meningkat. Bawahan menyadari
27
ketika mereka dapat mencapai tujuan yang ditargetkan, maka
mereka akan menerima penghargaan yang mereka inginkan. Dalam
menggunakan manajemen tanpa pengecualian, maka pemimpin
tidak akan terlibat keuali ketika tujuannya tidak tercapai.
Karakteristik
yang
dimiliki
oleh
kepemimpinan
transaksional, antara lain:
•
Contingent Reward
Usaha yang dikeluarkan oleh bawahan akan ditukar dengan
penghargaan, menjanjikan penghargaan untuk bawahan yang
memiliki kinerja baik, serta mengakui prestasi yang dicapai
oleh bawahan
•
Management by Exception (active)
Mengawasi dan mencari adanya penyimpangan dari aturan dan
standar yang telah ditetapkan, serta mengambil tindakan yang
benar terhadap penyimpangan tersebut
•
Management by Exception (passive)
Terlibat hanya ketika standar tersebut tidak bertemu
•
Laissez-faire
Menghindari pengambilan keputusan.
2.
Kepemimpinan Transformasional
Merupakan
pemimpin
yang
dapat
menginsipirasi
anggotanya (follower) untuk lebih mengutamakan kepentingan
organisasi dibandingkan kepentingan lainnya, selain itu juga
pemimpin tipe ini memiliki pengaruh yang signifikan dan luar
biasa terhadap para anggotanya. Pemimpin transformasional
memperhatikan kebutuhan serta perkembangan para anggotanya.
Pemimpin trasnformasional menyadarkan anggotanya dalam
melihat masalah lama dengan sudut pandang yang baru serta
memiliki kemampuan menginspirasi dan membuat anggotanya
semangat dalam mengeluarkan usaha yang lebih untuk mencapai
tujuan organisasi.
Karakteristik dari kepemimpinan transformasional antara lain:
•
Idealized Influence
28
Dapat menyediakan visi dan misi, menanamkan kebanggan
dalam diri, serta mendapatkan rasa hormat serta kepercayaan
dari anggotanya.
•
Inspirational Motivation
Mengkomunikasikan harapan tinggi yang ingin dicapai, dan
mengungkapkan tujuan penting dengan cara sederhana agar
lebih mudah dimengerti anggotanya.
• Intellectual Stimulation
Meningkatkan kecerdasan, rasionalitas, serta dapat dengan
hati-hati dalam mengambil keputusan.
•
Consideration
Dapat memberikan perhatian antar pribadi, memperlakukan,
melatih serta memberikan saran secara individual terhadap
anggotanya.
2.6.3 Tujuan Kepemimpinan Transformasional
Menurut Deveshwar & Aneja (2014:177), kepemimpinan
transformasional memiliki tujuan sebagai berikut:
• Untuk mengembangkan kemampuan dan efisiensi dari bawahan
• Untuk menumbuhkan dan mengembangkan organisasi
• Untuk memperoleh kinerja karyawan yang melebihi standar dan
ekspetasi
• Untuk membuat lebih fleksibel
• Untuk mengurangi keluhan dan stress dari bawahan
• Untuk mengembangkan perspektif yang baru dan berbeda
2.7
Karakteristik Pekerjaan
Ketika seorang karyawan merasa bangga dan puas terhadap pekerjaan
yang dilakukannya, ia akan mengalami tiga keadaan psikologi diantara lain ia
menyadari bahwa ia telah melakukan pekerjaannya dengan baik, ia memiliki
tanggungjawab terhadap hasil pekerjaannya, dan terakhir ia merasa bahwa hasil
dari pekerjaannya sangat berarti untuknya. Untuk membuat tiga keadaan
psikologi tersebut dirasakan oleh karyawan, maka munculah teori karakteristik
29
pekerjaan, dimana dalam teori ini menjelaskan mengenai karakteristik
pekerjaan yang dapat mempengaruhi secara intrinsik terhadap kepuasan kerja
(Colquitt, Lepine, & Wesson, 2011:110). Dalam penelitian ini, penulis akan
lebih memfokuskan kepada variabel karakteristik pekerjaan.
2.7.1 Model Karakteristik Pekerjaan
Menurut Robbins & Judge (2015:276) model karakteristik
pekerjaan menyatakan bahwa terdapat lima dimensi inti dari pekerjaan,
yaitu :
1) Skill variety.
Skill variety adalah sejauh mana pekerjaan membutuhkan berbagai
variasi dari kegiatan yang berbeda sehingga pekerja dapat
menggunakan berbagai kemampuan atau keterampilan yang
mereka miliki dalam mengerjakan pekerjaan tersebut.
2) Task indentity
Task identity adalah tingkat dimana dalam penyelesaian pekerjaan
membutuhkan seluruh identifikasi atau hanya sepotong identifikasi
kerja.
3) Task significance
Task significance adalah sejauh mana pekerjaan memiliki dampak
pada hidup atau pekerjaan orang lain. Misalnya, seorang suster
menangani berbagai kebutuhan dari para pasiennya di rumah sakit
pada intensive care unit akan dinilai sebagai high on task
significance.
4) Autonomy
Autonomy adalah sejauh mana sebuah pekerjaan menyediakan
kebebasan, kemerdekaan, dan keleluasaan dalam menjadwalkan
pekerjaannya dan menentukan prosedur dalam melaksanakannya
5) Feedback
Feedback adalah sejauh mana dalam melakukan aktivitas kerja
dapat menghasilkan informasi yang langsung dan jelas mengenai
kinerja kita sendiri.
Kombinasi dari skill variety, task identity, dan task significance
dapat membuat pekerjaan dinilai oleh karyawan sebagai pekerjaan yang
30
penting, berarti, dan berharga. Sedangkan pekerjaan dengan otonomi
yang tinggi akan memberikan karyawan perasaan dimana karyawan
memiliki tanggung jawab pribadi terhadap pekerjaan serta hasilnya dan
jika pekerjaan dapat menyediakan feedback, maka karyawan akan dapat
mengetahui seberapa efektif kinerja mereka.
Dari sudut pandang motivasi, model karakteristik pekerjaan
(JCM) berpandangan bahwa individu memperoleh imbalan internal
ketika mereka belajar (pengetahuan terhadap hasil) bahwa mereka
secara personal memiliki tanggung jawab (experienced responbility)
dan telah melaksanakannya dengan baik pada tugas atau pekerjaan yang
berarti,
penting
atau
berharga
untuk
mereka
(experienced
meaningfullness). Ketika tiga aspek psikologi ini hadir, maka akan
meningkatkan motivasi, kinerja serta kepuasan dari karyawan dan
menurunkan ketidakhadiran (absensi) dan perasaan untuk kemungkinan
meninggalkan pekerjaannya atau organisasinya (turnover). Individu
yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi akan lebih mungkin untuk
menanggapi secara positif ketika pekerjaan mereka diperkaya (job
enrichment) daripada rekan-rekan mereka dengan tingkat pertumbuhan
yang rendah.
2.8
Kerangka Pemikiran
Dari teori-teori yang telah disebutkan diatas maka dapat diambil
kesimpulan melalui kerangka pemikiran berikut :
H6
(X1)
Variabel
Independent
H1
H4
(X2)
Variabel
Independent
H2
(Y)
H5
H3
(X3)
Variabel
Independent
Variabel
Dependent
31
H7
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran
Sumber : Penulis
Keterangan :
X1 = Budaya Organisasi
X2 = Kepemimpinan Transformasional
X3 = Karakteristik Pekerjaan
Y = Employee engagement
2.9
Hipotesis
1.
Hipotesis untuk variabel budaya organisasi dengan employee engagement.
H0: budaya organisasi tidak berpengaruh secara signifikan dan parsial
terhadap employee engagement.
Ha: budaya organisasi berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap
employee engagement.
2.
Hipotesis untuk variabel kepemimpinan transformasional dengan employee
engagement.
H0: kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh secara signifikan
dan parsial terhadap employee engagement.
Ha: kepemimpinan transformasional berpengaruh secara signifikan dan
parsial terhadap employee engagement.
3.
Hipotesis untuk variabel karakteristik pekerjaan dengan employee
engagement.
H0 : karakteristik pekerjaan tidak berpengaruh secara signifikan dan
parsial terhadap employee engagement.
Ha : karakteristik pekerjaan berpengaruh secara signifikan dan parsial
terhadap employee engagement.
4.
Hipotesis
untuk
variabel
budaya
organisasi
dan
kepemimpinan
transformasional dengan employee engagement
H0: budaya organisasi dan kepemimpinan transformasional tidak
berpengaruh
secara
signifikan
dan
simultan
terhadap
employee
32
engagement.
Ha: budaya organisasi dan kepemimpinan transformasional berpengaruh
secara signifikan dan simultan terhadap employee engagement.
5.
Hipotesis
untuk
variabel
kepemimpinan
transformasional
dan
karakteristik pekerjaan dengan employee engagement.
H0: kepemimpinan transformasional
berpengaruh
secara
signifikan
dan karakteristik pekerjaan tidak
dan
simultan
terhadap
employee
engagement.
Ha: kepemimpinan transformasional
berpengaruh
secara
signifikan
dan
dan karakteristik pekerjaan
simultan
terhadap
employee
engagement.
6.
Hipotesis untuk variabel budaya organisasi dan karakteristik pekerjaan
dengan employee engagement.
H0: budaya organisasi dan karakteristik pekerjaan tidak berpengaruh
secara signifikan dan simultan terhadap employee engagement.
Ha: budaya organisasi dan karakteristik pekerjaan berpengaruh secara
signifikan dan simultan terhadap employee engagement.
7.
Hipotesis
untuk
transformasional
variabel
dan
budaya
karakteristik
organisasi,
pekerjaan
kepemimpinan
dengan
employee
engagement.
H0: budaya organisasi, kepemimpinan transformasional dan karakteristik
pekerjaan tidak berpengaruh secara signifikan dan simultan terhadap
employee engagement.
Ha: budaya organisasi, kepemimpinan transformasional dan karakteristik
pekerjaan berpengaruh secara signifikan dan simultan terhadap employee
engagement.
Download