15 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Konsep Pemasaran Jasa Konsep pemasaran jasa yang baik perlu didukung dengan pengertian mengenai jasa itu sendiri. Menurut Tjiptono (2008:7) Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Sedangkan menurut Lovelock dan Wright (2005:5), Jasa adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberikan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dari tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau penerima jasa. Upaya untuk meningkatkan hasil penjualan bergantung pada berbagai aspek, salah satu aspek yang harus dipertimbangkan adalah aspek pemasaran. Beberapa ahli pemasaran mengemukakan pengertian pemasaran seperti yang diuraikan dalam definisi berikut ini: Asosiasi Marketing Amerika (AMA) dalam Buchari Alma (2005:5): “Marketing is the process of planning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, goods, and services to create exchanges that satisfy individual and organizational goals.” (Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, 16 barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi kepuasan individu dan organisasi). Marketing Association of Australia and Zeland dalam Buchari Alma (2004:3) ”Pemasaran adalah aktivitas yang memfasilitasi dan memperlancar suatu hubungan pertukaran yang saling memuaskan melalui penciptaan, pendistribusian, promosi dan penentuan harga dari barang, jasa dan ide”. William J Shultz dalam Buchari Alma (2005:2): ”Marketing (Pemasaran terdiri dari usaha yang mempengaruhi pemindahan pemilikan barang dan jasa termasuk distribusinya”. Menurut Frank Jefkins (1995:1) Yang dimaksud sebagai pemasaran (marketing) sebenarnya lebih dari sekedar mendistribusikan barang dari para produsen pembuatnya kepada para konsumen pemakainya. Pemasaran sesungguhnya meliputi semua tahapan yakni mulai dari penciptaan produk hingga kelayanan purna jual setelah transaksi penjualan itu sendiri terjadi. Malcom H. Mc.Donald (1999:1) mendefinisikan: ”Pemasaran adalah pencocokan antara kemampuan dan keinginan untuk mencapai tujuan timbal balik yang saling menguntungkan”. Menurut Fandy Tjiptono (2000:6) menyatakan bahwa ”Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dalam lingkungan eksternal dan memegang peranan penting dalam mengembangkan strategi. Dalam peranan strategisnya pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam rangka mencari pemecahan atas masalah penentuan dua pertimbangan pokok yakni bisnis apa yang akan dimasuki di masa yang akan datang dan yang kedua dan bagaimana bisnis yang dipilih tersebut 17 dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan persaingan atas dasar perspektif distribusi, produk harga dan promosi (bauran pemasaran)". Hermawan Kartajaya (2005:11) menyebutkan bahwa “Pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu insiator kepada stakeholders-nya.” Kotler (2005:5): “Marketing is typically seen as the task of creating, promoting, and delivering goods and services to consumers and bussines.” Marketing secara khusus dilihat sebagai tugas untuk menciptakan, mempromosikan dan menghantarkan barang dan jasa kepada konsumen dan konsumen bisnis. Kotler dan Armstrong (2005:5): Marketing as a social and managerial process by which individuals and groups obtain what they need through creating and exchanging products and value with others. To explain this definition, we will examine the following important core marketing concept: needs, wants, and demands; marketing offers (product, services, and experiences); value and satisfaction; exchanges, transactions, and relationships; and markets. (Pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial dimana individuindividu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Kemudian untuk menjelaskan definisi tersebut, kami menjelaskan konsep inti dari pemasaran: kebutuhan, keinginan, dan permintaan: penawaran pemasaran (produk, jasa, dan pengalaman-pengalaman); nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan dan pasar). Buchari Alma (2005:1-2) menyebutkan beberapa pengertian pemasaran dari beberapa ahli pemasaran: 1. Charles F. Phillips Ph.D and Delbert J. Duncan Ph.D, dalam bukunya “Marketing Principles and Methods” menyatakan bahwa “Marketing which is often reffered to as “distribution” by businessman – includes all activities 18 2. 3. 4. 5. 6. necessary to place tangible goods in the hand of house hold consumers and users. Artinya, marketing yang oleh para pedagang diartikan sama dengan distribusi dimaksudkan segala kegiatan untuk menyampaikan barang-barang ke tangan konsumen (rumah tangga) dan ke konsumen industri. Selanjutnya ditambahkan bahwa excluding only such activites as involve a significant change in the form of goods. Jadi dalam kegiatan marketing itu tidak termasuk kegiatan perubahan bentuk barang yang kita jumpai di dalam industri. Maynard and Beckman dalam bukunya Principles of Marketing menyatakan “Marketing embraces all business activities involved in the flow or goods and services from physical production to consumption”. Artinya: marketing berarti segala usaha yang meliputi penyaluran barang dan jasa dari sektor produksi ke konsumsi. Paul D. Converse and Fred M. Jones (1958) dalam “Introduction to Marketing” mengemukakan bahwa dunia bisnis itu dibagi dua, yaitu production and marketing. Production diartikan sebagai “has to do with moving these goods in the hand of consumer”. Produksi diartikan sebagai pekerjaan menciptakan barang, sedangkan marketing ialah pekerjaan memindahkan barang ke tangan konsumen. William J. Shultz (1961) dalam bukunya “Outlines of Marketing” menyebutkan bahwa: “marketing or distribution is the performances of business activities that direct the flow of goods and services from producers to consumers or users”. Marketing atau distribusi adalah usaha/kegiatan yang menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Pendapat ini sama dengan kesimpulan yang telah diambil oleh the Committee of Definition of the America Association. Rayburn Tousley, Ph. D., Eugene Clark Ph.D., Fred E. Clark, Ph.D. (1962), dalam bukunya Principles of marketing menyatakan: Marketing consist of those effort which efeck transfers in the ownership of goods and services and which provide for their physical distribution. Marketing terdiri dari usaha yang mempengaruhi pemindahan pemilikan barang dan jasa termasuk distribusinya. Dari buku Elements of Marketing yang ditulis oleh Paul D. Converse, Harvey W. Huege, and Robert V Mitchell, ditulis sebagai berikut. Marketing has been defined as the business activities involved in the flow of goods and services between producers and consumers. Marketing didefinisikan sebagai kegiatan membeli dan menjual, dan termasuk didalamnya kegiatan menyalurkan barang dan jasa antara produsen dan konsumen. Dalam kalimat lain dalam bukunya juga dikemukakan bahwa: marketing includes the activities involved in the creation of place, time, and possession utilities. Artinya, marketing terdiri dari kegiatan-kegiatan penciptaan kegunaan tempat, waktu dan kepemilikan. 19 Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran pada dasarnya merupakan suatu rangkaian proses kegiatan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen dimana perusahaan suatu rencana dengan menentukan harga dan promosi yang diorientasikan pada pelanggan serta memperhatikan kebutuhan dan keinginan pelanggan untuk. 2.1.2. Marketing Mix (Bauran Pemasaran) Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkann kepada pelanggan. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi jangka panjang dan merancang program taktik jangka pendek. Penyusunan komposisi unsur-unsur bauran pemasaran dalam rangka pencapaian tujuan organisasi bisa dianalogikan dengan juru masak yang meramu berbagai bahan masakan menjadi hidangan yang bergizi dan enak disantap. Menurut Kotler dan Amstrong (2001:71) bauran pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat pemasaran taktis produk, harga, promosi, distribusi yang dipadukan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dipasar sasarannya, sedangkan Malcolm dan Warren (1999:23) mengatakan bahwa "Bauran pemasaran adalah jantung dari rencana pemasaran. Bauran tersebut adalah suatu set variabel dalam rencana pemasaran yang dapat dikontrol yang biasanya dinyatakan dalam bentuk 4P". Menurut Boom dan Bitner (Buchari Alma, 2004:205) pada perusahaan yang menghasilkan produk, pemasaran yang dilakukan hanya meliputi 4P saja, yaitu 20 produk (product), tempat (place), harga (price), dan promosi (promotion). Perusahaan yang menghasilkan produk jasa pemasaran yang harus dilakukan meliputi 7P yaitu : produk (product), tempat (place), harga (price), promosi (promotion), orang (people), bukti fisik (physical evidence) dan proses (process). Pengertian dari 7P menurut Boom dan Bitner (Buchari Alma, 2004:205) ada 7 unsur yang saling berkaitan dalam pemasaran yaitu : 1. Product Kotler dan Amstrong (2001:346) "Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pembeli". Craven (1998:3), sebuah produk adalah segala sesuatu yang memiliki nilai di suatu pasar sasaran dimana kemampuannya memberikan manfaat dan kepuasan termasuk benda, jasa, organisasi, tempat orang dan ide. 2. Price Istilah harga sendiri sudah dikenal oleh masyarakat secara luas, dimana pengertian harga tersebut menurut Buchari Alma (2005:79) merupakan: “Nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang”. Kotler dan Amstrong (2005:73) "Harga (price) adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk", Sedangkan menurut Craven (1998:52) "Harga mempengaruhi kinerja keuangan dan juga sangat mempengaruhi persepsi pembeli dan menentukan posisi merek. 21 Harga menjadi suatu ukuran tentang mutu produk bila pembeli mengalami kesulitan dalam mengevaluasi produk-produk yang komplit itu”. 3. Promotion Craven (1998:77) "Strategi promosi adalah perencanaan, implementasi dan pengendalian komunikasi dari suatu organisasi kepada para konsumen dan sasaran lainnya”. Fungsi promosi dalam bauran pemasaran adalah untuk mencapai berbagai tujuan komunikasi dengan setiap konsumen. Komponen-komponen bauran promosi mencakup periklanan (advertising), penjualan perorangan (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), dan hubungan masyarakat (public relation). Menurut Kotler dan Amstrong (2001:74) "Promosi artinya aktivitas mengkomunikasikan keunggulan produk serta membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya". 4. Place (Distribution) Craven (1998:27) "Saluran distribusi menghubungkan pemasok dan produsen dengan pengguna akhir barang atau jasa. Saluran Distribusi yang efektif dan efisien memberikan keunggulan strategis yang penting bagi para anggota organisasi atas saluran pesainnya. Strategi distribusi berkenaan dengan bagaimana sebuah perusahaan menjangkau pasar sasarannya". Fandy Tjiptono (2005:185) mengemukakan sebagai berikut: “Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga 22 penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Kotler dan Amstrong (2005:73) menjelaskan bahwa "Distribusi meliputi aktivitas perusahaan agar produk mudah didapatkan konsumen sasarannya". 5. People Buchari Alma (2000:234) "Orang (people) berarti orang yang melayani atau melayani ataupun yang merencanakan pelayanan terhadap konsumen". Sebagian besar jasa dilayani oleh orang tersebut perlu diseleksi, dilatih, dimotivasi sehingga memberikan kepuasan kepada pelanggan. People, dimana dalam elemen people pada jasa sangat perlu perilaku menyangkut semua personil/karyawan bank tentang sikap dan keramahan, sopan santun, ramah, ada perhatian, kesabaran, memiliki pengetahuan yang Setiap karyawan harus berbuat baik terhadap konsumen dengan sikap perhatian, responsive, inisiatif, kreatif, pandai memyelesaikan masalah dan sabar. cukup, panampilan fisik, cepat tanggap pada kebutuhan pelanggan, dan sebagainya. 6. Process Menurut Buchari Alma (2000:34), proses ini terjadi diluar pandangan konsumen. Konsumen tidak mengetahui bagaimana proses yang terjadi, yang penting jasa yang ia terima harus memuaskan. Proses ini terjadi berkat dukungan karyawan dan tim manajemen yang mengatur semua proses agar berjalan dengan lancar. Process, meliputi kecepatan dan kemudahan dalam hal pelayanan, 23 kemudahan penarikan, penyetoran dan pengiriman uang, kecepatan mengoreksi kesalahan, dan sebagainya. 7. Physical Evidence Yazid (2005:20) lingkungan fisik adalah di mana jasa disampaikan dan di mana perusahaan dan konsumennya berinteraksi serta setiap komponen tangible memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa tersebut. Pengertian physical evidence (bukti fisik) menurut Hurriyati (2005:64) adalah ”Sesuatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang diinginkan”. Zeithaml, et.al (2006:27) mengemukakan Physical Evidence is the environment in whice the service is delivered and whe the firm and customer interact, and any tangible components that facilitate performance or communication of the service. Menurut Lovelock dalam Hurriyati (2005:64) mengemukakan tentang pengelolan bukti fisik secara strategis, yaitu : 1. An attentuon creating medium Perusahaan jasa melakukan diferensiasi dengan pesaing dan membuat sarana fisik untuk menjaring pelanggan dari target pasar yang ditentukan. 2. As a message creating medium Menggunakan simbol atau isyarat untuk mengkomunikasikan secara intensif kepada audience mengenai kekhususan kualitas dari produk atau jasa. 3. An effect creating medium 24 Baju seragam yang berwarna, bercorak, suara dan desain untuk menciptakan sesuatu yang lain dari produk jasa yang ditawarkan. Bukti fisik berarti konsumen akan melihat keadaan nyata dari benda-benda yang menghasilkan jasa tersebut. Konsumen yang berkunjung pada suatu perusahaan akan memperhatikan bangunan, interior, peralatan, bahkan, bahkan sampai ke pakaian seragam karyawan. Lebih rinci contoh-contoh Physical evidence, meliputi bukti fisik ialah untuk fasilitas eksternal, konsumen akan memperhatikan desain eksterior, tempat parkir, taman-taman, dan suasana lingkungan itu. Untuk fasilitas interior konsumen akan memperhatikan interior design, perlengkapan, gambar-gambar, penataan ruang, kesegaran udara, dan service quality. Bukti-bukti lain untuk perusahaan-perusahaan tertentu konsumen akan memperlihatkan kartu nama, alat perlenggkapan kantor, penampilan, logo, brosur, dan pakaian seragam. (Buchari Alma, 2000:234). 2.1.3 Kualitas Pelayanan (Service Quality) 2.1.3.1 Pengertian Kualitas (Quality) Salah satu dari nilai utama yang di harapkan oleh pelanggan dari pemasok (supplier) adalah kualitas produk dan jasa yang tinggi. Para eksekutif masa kini memandang tugas meningkatkan kualitas produk dan pelayanan sebagai prioritas utama mereka. Kebanyakan pelanggan tidak lagi bersedia menerima atau mentoleransi kinerja kualitas yang biasa saja. Jika perusahaan ingin bertahan dalam 25 persaingan, atau ingin memperoleh laba, mereka tidak mempunyai pilihan lain kecuali menjalankan manajemen mutu total (Total Quality Management) Manajemen Mutu total (TQM) adalah pendekatan organisasi secara menyeluruh untuk secara berkesinambungan meningkatkan mutu semua proses, produk, dan pelayaan organisasi. Menurut Direktur G. E, John F. Welch, Jr (Kotler, 2005:66)” Mutu merupakan jaminan terbaik bagi kita atas kesetiaan pelanggan, pertahanan terkuat kita dalam menghadapi persaingan asing, dan satu satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng.” Menurut Fandi Tjiptono (2006:2) kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, setiap orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan. Beberapa contoh definisi yang kerap kali di jumpai mengenai kualitas (quality) antara lain: 1. Kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan 2. Kecocokan untuk pemakaian 3. Perbaikan/penyempurnaan berkelanjutan 4. Bebas dari kerusakan atau cacat 5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat 6. Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal 7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan Kualitas menjadi hal yang sangat pentig, banyak pakar yang telah mengemukakan mengenai kualitas (Quality). Pengertian kualitas seperti yang telah di kemukakan oleh Roger G. Schroeder (1998:279) mendefinisikan dalam dua sudut 26 pandang produsen dan sudut pandang konsumen. Dari sudut pandang produsen,kualitas di persepsikansebagai kesesuaian terhadap spesifikasi, yaitu memproduksi produk berdasarkan desainnya. Sedangkan dari sudut pandang konsumen kualitas sering di asosiasikan sebagai nilai, kegunaan, bahkan harga. Menurut definisi dari American Sosciety for Quality Control Kotler (2008:67), yang lebih menekankan pada sudut pandang pelanggan mengemukakan bahwa kualitas adalah keseluruhan sifat serta ciri dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya memuaskan kebutuhannya. Dari beberapa pandangan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa cara terbaik bagi setiap perudahaan dalam mengartikan kualitas adalah dengan menggunakan perpaduan antara beberapa perpektif kualitas dan secara aktif menyesuaikannya setiap saat dengan kondisi yang di hadapinya. 2.1.3.2 Pengertian Pelayanan (Service) Pelayanan (service) yaitu “A service any Act or perpormance that one partycan offer to another that is essentially intangible and does not result in the Ownership of anything, its production may or may no be to a physical product”. Maksudnya bahwa pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat di tawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.Pelayanan di artikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorag atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan 27 atau pegawai lainnya (Kasmir, 2008 : 15).Beberapa pengertian pelayanan menurut Adrian Payne (2008:219) 1. Segala kegiatan yang di butuhkan untuk menerima, memproses, menyampaikan dan memenuhi pesanan pelanggan juga untuk menindaklanjuti setiap kegiatan yang mengandung kekeliruan. 2. Ketepatan waktu dan reliabilitas penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan sesuai dengan harapan mereka 3. Serangkaian kegiatan yang meliputi semua bidang bisnis yang terpadu untuk menyampaikan produk-produk dan jasa-jasa perusahaan tersebutsedemikian rupa sehingga dapat di persepsikan memuaskan oleh pelanggan dan merealisasikan pencapaian tujuan perusahaan. 4. Total pesanan yang masuk dan seluruh komunikasi dengan pelanggan seluruh penagihan dan pengendalian total terhadap kesalahan 5. Penyampaian produk dan jasa yang dipesan pelanggan secara tepat waktu dan akurat dengan tindak lanjut dan tanggapan keterangan yang akurat, termasuk pengiriman tagihan tepat waktu. Sedangkan menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2008:504), pelayanan adalah perihal atau cara melayani: kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. 28 Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian pelayanan adalah tindakan seseorang dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, sehingga konsumen merasa puas 2.1.3.3 Proses Pelayanan Berkaitan dengan pelayanan kepada pelanggan eksternal ataupun internal, semua pihak dalam pemberian layanan yang bersifat komersil atau non komersilharus menyadari bahwa keberadaan pengguna layanan merupakan pendukung untuk kesuksesan bagi perusahaan atau organisasi layanan. Satu-satunya cara untuk mempertahankan dan mengembangkan pola pelayanan terbaik adalah dengan caracara berikut: 1. Memperhatikan perkembangan kebutuhan dan keinginan para pengguna layanan dari waktu ke waktu, untuk kemudahan mengantisipasinya. 2. Berupaya menyediakan kebutuhan pengguna layanan sesuai dengankeinginan atau lebih dari yang di harapkan. 3. Memperlakukan pengguna layanan sesuai dengan keinginan atau lebih dari yang diharapkan. Menurut philip Kotler (2005:430), persaingan antara perusahaan saat ini terjadi pada pelayanan tambahan atau pada Augemented product (produk yang disempurnakan) Ada 3 hal penting dalam proses pelayanan yaitu: (Kasmir 2005 : 15) 29 1. Penyedia pelayanan (service provider),adalah pihak-pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada orang lain yang mampu memberikan nilai tambah, baik layanan dalam bentuk penyediaan data, informasi atau barang. 2. Penerima layanan (service receider) adalah mereka yang di sebut sebagai konsumen atau pelanggan yang menerima layanan dari para penyedia layanan yang dapat di bedakan menjadi dua kelompok yaitu pelanggan internal atau pelanggan eksternal. 3. Jenis pelayanan yang dapat diserikan oleh penyedia layanan kepada pihak yang membutuhkan layanan terdiri dari berbagai macam antara lain berupa layanan yang berkaitan dengan penyediaan dan distribusi barang-barang saja dan layanan ganda yang berkaitan dengan kedua-duanya. 2.1.3.4 Strategi Pelayanan Strategi Pelayanan menurut Adrian Payne (2005:221) 1. Mengidentifikasi misi layanan/jasa. Perusahaan harus mengartikulasikan komitmen dan nilai-nilainya dalam misi korporat atau dalam pernyataan misi pelayanan kepada pelanggan terpisah yang mencerminkan filosifi dan komitmen perusahaan pada layanan pelanggan. 2. Menetapkan tujuan layanan pelanggan 30 Dalam mempertimbangkan tingkat kinerja di dalam penentuan tujuan-tujuan ini, perusahan harus memperhatikan pentingnya variabel-variabel kualitas jasa. Tujuan pelayanan kepada pelanggan harus di pertibangkan dalam konteks aktivitas-aktivitas pratransaksi, transaksi, dan paska transaksi. Hal ini menumbuhkan pemahaman pelanggan dan basis biaya pelanggan, serta pengembangan proposisi nilai yang superior dibandingkan para pelanggan. 3. Stratgi pelayanan pelanggan Sebagian besar pasar terdiri atas segmen-segmen pasar yang membutuhkan kombinasi manfaat yang berbeda, karena tidak semua pelanggan menuntut tingkat pelayanan yang sama, maka segmentasi bisa menjadi cara yang baik untuk menciptakan paket pelayanan yang tepat bagi setiap segmen paar yang relevan. 2.1.3.5 Pengertian Service Quality Menurut Bloemer yang di kutip Fajar Laksana (2008:187) “Service Quality is positively across different tpes of service industries”.Kualitas pelayanan menjelaskan secara positif perbedaan dari jenis-jenis layanan perusahaan jasa. Dari pengertian diatasdapat di ketahui bahwa terdapat dus faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu expected servive dengan perceived service (Parasuraman,et al, 1998:2003). Apabila pelayanan yang di terima atau dirasakan (preceived service) sesuai dengan yang diharapkannya, maka service quality dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika pelayanan yang di terima melampaui harapan pelanggan, maka 31 service quality di persepsikan sebagai kualita yang ideal. Sebaliknya jika pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang di harapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian, baik atau tidaknya service quality tergantung pada kemampuan penyedia pelayanan dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. “sebuah produk adalah segala sesuatu yang memiliki nilai di suatu pasar sasaran dimana kemampuannya memberikan manfaat dan kepuasan termasukbenda, jasa, organiasi tempat, orang dan ide”.(Cravens 2009:3). Memperbaiki mutu produk dan jasa adalah suatu tantangan yang penting bagi peruahaan yang bersaing di pasar global. Aspek atau dimensi dari service quality menurut Zeithaml el.al (2008:94). Service Quality meliputi 5 dimensi: 1. Tangibles (Penampilan fasilitas fisik), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi. 2. Empathy (Perhatian kepada pelanggan), meliputi kemudahan dalam dalam melakukan hubungan, komunikator yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan. 3. Reability (Kemampuan memberikan pelayanan seperti yang telah dijanjikan), yakni memberikan kemampuan pelayanan yang dijanjikan dengan segera akurat dan memuaskan. 4. Responsiveness (Respon atau kesigapan karyawan), keinginan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 32 5. Assurance (Kemampuan karyawan dalam dalam kompetensi, kesopanan dan kredibilitas), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan. 2.1.3.6 Indikator Service Quality Berdasarkan pengertian diatas, dapat terlihat bahwa pengertian ini berpusat pada konsumen. Dimana dapat di katakan bahwa seorang penjual telah memberikan service quality bila produk atau pelayanan telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Untuk membangun kualitas jasa yang baik dan terjamin maka dapat dilihat dari dimensi-dimensi service quality yang di kemukakan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2005:133) ada 5 dimensi dapat diterapkan untuk dapat meningkatkan service quality dalam wedding organizer. 1. Bukti fisik (tangible) dimana bukti fisik dari CV.Bonanza wedding organizer karyawan dan karyawati, peralatan makanan seperti (cultery, silverware, chinaware, glassware) sehingga makanan yang akan di hidangkan akan terasa indah dan mewah, dekorasi yang beraneka ragam seperti dekorasi pelaminan, dekorasi siraman, dekorasi gedung dan dekorasi siraman, kostum dan rias pengantin, tempat parkir. 2. Keandalan (reliability) dimana keandalan dari CV. Bonanza wedding organizer perencanaan (planning) yang dilakukan dari proses pembuatan rencana kerja dalam suatu kondisi tertentu yang mencakup kegiatan yang 33 harus di kerjakan, apa tujuan kegiatan tersebut juga durasi waktu berjalan sesuai dengan rencana dan penjadwalan (schedulling) konsisten di mana proses pengalokasian waktu dan biaya untuk setiap rencana kegiatan yang telah dibuat sesuai dengan yang direncan 3. Daya tanggap (responsiveness) di mana daya tanggap dari CV. Bonanza wedding organizer kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespons permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikana jasa secara tepat. 4. Jaminan (assurance) dimana karyawan dan karyawati dari CV. Bonanza wedding organizer mempu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan 5. Empati (empaty) di mana CV. Bonanza wedding organizer memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. 34 2.1.3.7 Konsep Keputusan Pembelian Buchari Alma (2005:57) mengatakan bahwa keputusan membeli seseorang yang asalnya dipengaruhi oleh lingkungan, kebudayaan, keluarga dan sebagainya akan membentuk suatu sikap pada diri individu, kemudian melakukan pembelian. Sedangkan Schiffman, dan Kanuk (2005:558) menyatakan bahwa “Keputusan dalam arti umum adalah pemilihan satu aktivitas dari dua atau lebih pilihan.” Jadi dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian konsumen didasarkan pada pengambilan satu alternatif terbaik dari berbagai alternatif yang ada dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti budaya, lingkungan, kebudayaan, dan keluarga. Keputusan yang diambil satu konsumen dengan konsumen lainnya relatif berbeda, namun para ahli berusaha membuat sejumlah model yang mampu mengakomodasi berbagai keputusan konsumen tersebut. Menurut Schiffman & Kanuk (2005:560), terdapat empat macam model konsumen yang mempunyai cara pandang yang berbeda dalam mengambil keputusan yaitu: a. An Economic View Dalam pasar persaingan sempurna konsumen sering digolongkan sebagai orang yang mengambil keputusan dengan rasional. Model ini disebut dengan teori economic man. Untuk mengambil keputusan secara rasional, konsumen harus (1) menyadari semua alternatif produk yang tersedia, (2) mampu 35 membuat urutan setiap alternatif yang berkatian dengan keuntungan dan kerugiannya, (3) mampu untuk mengidentifikasi alternatif terbaik. Bagaimana pun juga konsumen jarang memiliki informasi yang lengkap atau bahkan tingkat keterlibatan yang cukup untuk membuat keputusan yang sempurna. b. A Passive View Pada dasarnya konsumen itu mengikuti keinginannya sendiri dan usahausaha dari pemasar. Konsumen dirasakan sebagai pembeli yang impulsif (menuruti kata hati) dan tidak logis serta bersedia untuk menerima tujuantujuan dari pemasar. c. A Cognitive View Konsumen digambarkan sebagai orang yang aktif mencari produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan memperkaya hidup mereka. Model ini memfokuskan pada proses bagaimana konsumen mencari dan menilai informasi mengenai merek dan toko yang dipilih. d. An Emotional View Konsumen dalam mengambil keputusan berdasarkan pada emosi dan tidak menekankan pada pencarian informasi sebelum pembelian. Bahkan lebih menekankan pada perasaan dan suasana hati pada saat itu. Hal ini tidak berarti bahwa keputusan yang emosional bukan merupakan keputusan yang rasional. 36 Konsumen dapat melakukan pembelian dalam jumlah yang banyak setiap harinya. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor dalam melakukan pembelian tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian tersebut menurut Kotler&Amstrong (2008:202) terdiri dari budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Hal ini dapat dilihat dalam gambar 2.3 berikut: Budaya Budaya Sub Budaya Kelas Sosial Sosial Kelompok Acuan Keluarga Peran dan Status Pribadi Umur dan tahap daur hidup Pekerjaan Situasi ekonomi Gaya hidup Pribadi dan konsep diri Psikologi Motivasi Persepsi Pengetahuan Keyakinan dan sikap Pembeli Sumber : Kotler dan Amstrong (2008:202) GAMBAR 2.1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAH LAKU KONSUMEN Sebagian besar dari faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, namun mereka tetap harus memperhitungkannya. Kotler dan Amstrong (2006:197) menjelaskan faktor-faktor tersebut sebagai berikut : 1. Faktor Budaya yang terdiri dari beberapa sub yaitu : Pertama, Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang mendasar yang terdiri dari kumpulan nilai, preferensi dan perilaku. Kedua, Sub Budaya banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar yang penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Ketiga, Kelas Sosial, menunjukkan preferensi produk dan merek yang berbeda dalam banyak hal. 2. Faktor Sosial yang terdiri dari beberapa sub yaitu : Pertama, Kelompok Acuan yaitu seseorang terdiri dari semua kelompok yang mempengaruhi langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kedua, Keluarga yang merupakan organisasi pembelian yang paling penting dalam masyarakat, dan ia telah 37 menjadi objek penelitian yang luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang sangat berpengaruh. Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Kelurga orientasi tersendiri dari orangtua dan saudara kandung seseorang. Ketiga, Peran dan status kedudukan seseorang dapat ditentukan melalui peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Masingmasing peran tersebut menghasilkan status 3. Faktor Pribadi yang terdiri dari beberapa sub yaitu : Pertama, Usia dan Tahap Siklus hidup konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Pemasar sering memilih kelompok-kelompok berdasarkan siklus hidup sebagai pasar sasaran mereka. Kedua, Pekerjaan dan lingkungan ekonomi. Pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok profesi yang memiliki mina di atas rata-rata atas produk dan jasa mereka. Ketiga, Gaya Hidup orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Keempat, Kepribadian dan Konsep Diri. Kepribadian adalah karakteristik psikologis seorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkab tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. 4. Faktor Psikologis yang terdiri dari beberapa sub yaitu : Pertama, Motivasi, seseorang memiliki kebutuhan yang banyak dalam waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis, kebutuhan muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus dan tidak nyaman. Kedua, Pengetahuan/Pembelajaran meliputi proses perubahan tingkah laku seseorang yang timbul dari pengalaman. Model perilaku konsumen yang hampir serupa dengan model Kotler dan Amstrong diperkenalkan oleh Henry Assael. Asaael (Sutisna, 2004:6) menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen melalui Gambar 2.2 di bawah ini. 38 Umpan Balik Bagi konsumen (Evaluasi Pasca Pembelian) Konsumen Individu Pengaruh-pengaruh Lingkungan Tanggapan Konsumen Pembuatan Keputusan Konsumen Penerapan Dari Prilaku Konsumen Pada Strategi Umpan Balik Bagi Pemasar GAMBAR 2.2 MODEL PERILAKU KONSUMEN MENURUT ASSAEL Sumber : Sutisna (2004:6) Model yang diperkenalkan oleh Assael tersebut (Sutisna, 2004:6) menggambarkan bahwa konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Ketiga faktor tersebut adalah: 1. Faktor pertama adalah konsumen individual. Artinya pilihan untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen. Kebutuhan, persepsi terhadap karakteristik merek, sikap, kondisi demografis, gaya hidup dan karakteristik kepribadian individu akan mempengaruhi pilihan individu itu terhadap berbagai alternatif yang tersedia. 2. Faktor kedua yaitu lingkungan yang mempengaruhi konsumen. Pilihan-pilihan konsumen terhadap merek dipengaruhi oleh lingkungan yang mengitarinya. Jadi interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang akan turut mempengaruhi pada pilihan-pilihan merek yang dibeli. 3. Faktor ketiga yaitu stimuli pemasaran atau juga disebut strategi pemasaran. Stretegi pemasaran yang banyak dibahas adalah salah satunya variabel dalam model ini yang dikendalikan oleh pemasar. Dalam hal ini, pemasar berusaha mempengaruhi konsumen dengan menggunakan stimuli-stimuli pemasaran seperti iklan dan sejenisnya agar konsumen bersedia memilih merek produk yang ditawarkan. Selanjutnya, pemasar harus mengevaluasi strategi pemasaran yang dilakukan dengan melihat respon konsumen untuk memperbaiki strategi 39 pemasaran di masa depan. Sementara itu konsumen individual akan mengevaluasi pembelian yang telah dilakukannya. Jika pembelian mampu mememnuhi kebutuhan dan kewinginannya, atau dengan perkataan lain mampu memuaskan apa yang diinginkan dan dibutuhkannya, maka di masa datang akan terjadi pembelian berulang. 2.1.3.8 Peran Konsumen dalam Keputusan Pembelian Umumnya ada lima macam peranan yang dapat dilakukan seseorang. Ada kalanya lima peranan ini dipegang oleh satu orang, namun seringkali pula peranan tersebut dilakukan oleh beberapa orang. Pemahaman masing-masing peranan ini sangat berguna dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kotler, dan Armstrong (2008:220) mengemukakan kelima peranan tersebut, yaitu sebagai berikut: a. Pemrakarsa (initiator), yaitu orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu. b. Pemberi pengaruh (influencer), yaitu orang yang pandangan, nasihat atau pendapatnya mempengaruhi keputusan pembelian. c. Pengambil keputusan (decider), yaitu orang yang menentukan keputusan pembeli, misalnya apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana cara membeli, atau di mana membelinya. d. Pembeli (buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian aktual. e. Pemakai (user), yaitu orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa yang dibeli. 2.1.3.9 Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah model rangsangan– tanggapan (stimulus-respon model). Rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk ke kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya akan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. Tugas pemasar adalah memahami 40 apa yang terjadi pada kesadaran pembeli sejak masuknya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian. Memahami perilaku konsumen tidaklah mudah karena konsumen memutuskan pembelian tertentu yang berbeda dan sangat bervariasi dalam usia, pendapatan, tingkat pendidikan, dan selera. Adalah tugas dari pemasar untuk meneliti faktor-faktor yang mendasari konsumen dalam memilih salah satu atau beberapa diantara jajaran produk yang ditawarkan perusahaan. Menurut Kotler dan Amstrong (2008: 147), konsumen akan melewati lima tahap proses pengambilan keputusan yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pascapembelian. Jelaslah bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu. Proses tersebut dapat dipahami melalui Gambar 2.5 di bawah ini. Need Recognition Information Search Evaluation of Alternative Purchase Decision Postpurchas e Behavior GAMBAR 2.3 BUYER DECISIONS PROCESS Sumber : Kotler dan Amstrong (2006: 147) Keputusan untuk membeli timbul karena adanya penilaian objektif atau karena adanya dorongan emosi, keputusan untuk bertindak adalah hasil dari serangkaian aktifitas yang dapat dideskripsikan dalam proses pembelian. Rangkaian 41 proses keputusan pembelian konsumen menurut Kotler dan Amstrong (2008: 147) diuraikan dalam bentuk pemaparan sebagai berikut. 1. Pengenalan Kebutuhan Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu jenis produk. Pemasar kemudian dapat mengembangkan strategi pemasaran yang menarik minat konsumen. 2. Pencarian Informasi Minat utama pemasar berfokus pada sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: a. Sumber Pribadi, terdiri dari keluarga, teman, tetangga, kenalan b. Sumber komersial, terdiri dari iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, dan pajangan c. Sumber publik, terdiri dari media massa, organisasi konsumen pemerintah d. Sumber pengalaman, terdiri dari penangan dan pemakaian produk. 42 Jumlah relatif dan pengaruh sumber-sumber informasi berbeda-beda bergantung pada jenis produk dan karakteristik pembeli. Secara umum konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang suatu produk dari sumber komersial yaitu sumber yang didominasi pemasar. Namun informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Tiap informasi menjalankan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. informasi komersial biasanya menjalankan fungsi pemberi informasi dan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi dan/atau evaluasi. 3. Evaluasi Alternatif Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model yang terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masingmasing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu. Wedding organizer yang diminati oleh pembeli berbeda-beda bergantung jenis service quality. 43 Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang berbagai service quality yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada service quality yang memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar produk tertentu sering dapat disegmentasi berdasarkan service quality yang menonjol bagi kelompok konsumen yang berbeda-beda. Konsumen mengembangkan sekumpulan keyakinan wedding organizer tentang posisi tiap-tiap wedding organizer berdasarkan masing-masing service quality. Kumpulan keyakinan atas service quality tertentu membentuk citra service quality. Service quality konsumen akan berbeda-beda menurut perbedaan pengalaman mereka yang disaring melalui dampak persepsi selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif. Konsumen akhirnya bersikap (keputusan, preferensi) terhadap berbagai wedding organizer melalui prosedur evaluasi service quality. 4. Keputusan menggunakan Wedding Organizer Konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (tahap evaluasi). Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat untuk melakukan pernikahan dengan jasa wedding organizer. Namun, dua faktor tersebut dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian, seperti terilhat pada Gambar 2.4 di bawah ini. 44 Sikap orang lain Evaluasi alternatif Niat pembelian Faktor situasi yang tidak terantisipasi Keputusan pembelian GAMBAR 2.4 TAHAPAN ANTARA EVALUASI ALTERNATIF DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN Sumber: Kotler dan Amstrong (2008:228) Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal: (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku: Preferensi pernikahan dengan jasa wedding organizer tertentu akan meningkat jika orang yang melakukan pernikahan dengan jasa wedding organizer ia sukai juga sangat menyukai wedding organizer yang sama.. Pengaruh orang lain menjadi rumit jika beberapa orang yang dekat dengan pembeli memiliki pendapat yang saling berlawanan dan pembeli tersebut ingin menyenangkan mereka semua. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko yang dipikirkan. Besarnya risiko yang dipikirkan berbeda-beda menurut besarnya uang 45 yang dipertaruhkan, dan besarnya kepercayaan diri konsumen. Para konsumen mengembangkan rutinitas tertentu untuk mengurangi risiko, seperti penghindaran keputusan, pengumpulan informasi dari teman-teman, dan preferensi merek dalam negeri serta garansi. Para pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan perasaan dalam diri konsumen akan adanya risiko dan memberikan informasi serta dukungan untuk mengurangi risiko yang dipikirkan itu. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:129), bagi konsumen sebenarnya pembelian bukanlah hanya merupakan satu tindakan saja, melainkan terdiri dari beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang jenis produk, bentuk, bentuk fisik, jumlah, penjual, dan waktu sarta cara pembayarannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Basu Swastha D. dan T. Hani Handoko (2005:102), yang mengemukakan bahwa keputusan untuk membeli yang diambil oleh konsumen sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan membeli mempunyai struktur sebanyak tujuh komponen. Komponen tersebut menurut adalah : a. Keputusan tentang jenis produk Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli produk serta alternatif yang mereka pertimbangkan. b. Keputusan tentang bentuk produk Konsumen dapat mengambil keputusan membeli bentuk produk tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu, suara, corak dan sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan konsumen tentang produk bersangkutan agar dapat memaksimumkan daya tarik mereknya. c. Keputusan tentang merek Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal 46 5. ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek. d. Keputusan tentang penjualnya Konsumen harus mengambil keputusan di mana sebuah produk dibeli. Dalam hal ini produsen, pedagang besar, dan pengecer harus mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual tertentu. e. Keputusan tentang jumlah produk Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli. f. Keputusan tentang waktu pembelian Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Masalah ini akan menyangkut tersedianya uang untuk membeli sebuah produk. Oleh karena itu sebuah perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam penentuan waktu pembelian. Dengan demikian perusahaan dapat mengatur waktu produksi dan kegiatan pemasaran. g. Keputusan tentang cara pembayaran Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang dibeli, apakah secara tunai atau cicilan. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang penjualan dan jumlah pembeliannya. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui keinginan pembeli terhadap cara pembayaran. Perilaku Pasca Pembelian Setelah melakukan pernikahan dengan jasa wedding organizer, konsumen akan mengelami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian. 1) Kepuasan pasca pembelian Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pelanggan akan kecewa; jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas; jika melebihi harapan, 47 pembeli akan sangat puas. Perasaan-perasaan itu akan membedakan apakah pembeli akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut dengan orang lain. Para konsumen membentuk harapan mereka berdasarkan pesan yang diterima dari para penjual, teman, dan sumber-sumber informasi lain. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja, semakin besar ketidakpuasan konsumen. Di sinilah munculnya gaya konsumen menangani kesenjangan. Beberapa konsumen membesar-besarkan kesenjangan ketika produk yang mereka terima tidak sempurna, sehingga mereka menjadi sangat tidak puas. Para konsumen lain meminimalkan kesenjangan itu sehingga menjadi tidak begitu kecewa. Derajat kepentingan kepuasan pascapembelian menunjukkan bahwa para penjual harus menyebutkan akan seperti apa kinerja produk yang sebenarnya. Beberapa penjual bahkan mungkin menyatakan level kinerja yang lebih rendah sehingga konsumen akan mendapatkan kepuasan yang lebih tinggi daripada yang diharapkannya atas produk tersebut. 2) Tindakan pasca pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen tersebut puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. 48 Pelanggan yang tidak puas mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut. Mereka mungkin mengambil tindakan publik seperti mengajukan keluhan ke perusahaan tersebut. Tindakan pribadi dapat berupa memutuskan untuk berhenti membeli produk tersebut atau memperingatkan rekanrekannya. Dalam semua kejadian itu, penjual telah gagal memuaskan pelanggan tersebut. 3) Perilaku pembelian pengurang ketidaknyaman Pemasar juga harus memantau cara pembeli memakai dan membuang produk tertentu. Jika para konsumen menyimpan produk itu ke dalam lemari untuk selamanya, produk tersebut mungkin tidak begitu memuaskan, dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan gencar. Jika para konsumen tersebut menjual atau mempertukarkan produk tersebut, penjualan produk baru akan menurun. Jika para konsumen membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara mereka membuangnya, terutama jika produk tersebut, pemasar harus mengetahui cara mereka membuangnya, terutama jika produk tersebut dapat merusak lingkungan. 2.1.3.10 Pengaruh Service Quality Terhadap Keputusan Pembelian Keterkaitan diantara variabel-variabel yang penulis teliti diambil dari beberapa teori yang memberikan gambaran mengenai keterkaitan diantara variabel-variabel yang penulis teliti yaitu service quality, dan keputusan menggunakan.Kebutuhan dan keinginan konsumen untuk melakukan pernikahan dengan jasa wedding organizer 49 tidak selalu tetap, seiring dengan persaingan yang semakin ketat menyebabkan banyaknya alternatif produk sejenis yang ditawarkan oleh pesaing. Dengan demikian maka sebuah wedding organizer harus mencari solusinya agar mampu menarik keputusan pembelian yaitu service qualitya yang menarik sesuai dengan harapan dari konsumen pada umumnya setelah dilakukan riset pemasaran terlebih dahuluDalam menjalankan niat pembelian tersebut, konsumen dapat enam sub keputusan pembelian, apakah keputusan pembelian berdsarkan pilihan merek, pilihan produk, pilihan penyalur, berdasarkan waktu pembelian atau mungklin berdsarkan jumlah (Kotler, 2008). Service quality yang dilaksanakan oleh sebuah perusahaan bertujuan untuk mempengaruhi keputusan pembelian agar dapat mendorong konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produknya, dan hal ini berarti dapat meningkatkan keuntungan perusahaan seperti yang diungkapkan Zeithaml et. Al (2008:88) : The extent of discrepancy between customers epectations or desire and their perceptions. Service quality yang diterima konsumen dinyatakan besarnya perbedaanantara harapan atau keinginan konsumen dengan tingkat persepsi mereka. Service quality juga memiliki arti yang bernilai untuk belajar mengenai konsumen dan bagaimana perusahaan lain melakukan pendekatan pada konsumen.Menurut Lovelock, yang di kutip Fandy Tjiptono (2005:59), service quality adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dari pengertian di atas tdapat diketahui bahwa terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi service quality, yaitu expected service dengan 50 dengan perceived service (Parasuraman,et al, 1998:2003). Apabila pelayanan yang di terima atau dirasakan (preceived service)i sesuai dengan yang diharapkannya, maka service quality dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika pelayanan yang di terima melampaui harapan pelanggan, maka service quality di persepsikan sebagai kualita yang ideal. Sebaliknya jika pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang di harapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian, baik atau tidaknya service quality tergantung pada kemampuan penyedia pelayanan dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. “sebuah produk adalah segala sesuatu yang memiliki nilai di suatu pasar sasaran dimana kemampuannya memberikan manfaat dan kepuasan termasukbenda, jasa, organiasi tempat, orang dan ide”.(Cravens 1998:3). Memperbaiki mutu produk dan jasa adalah suatu tantangan yang penting bagi peruahaan yang bersaing di pasar global. 2.1.4 Resume Hasil Penelitian Terdahulu TABEL 2.1 RESUME HASIL PENELITIAN TERDAHULU No. 1. Nama peneliti Resa Nurlaela Anwar 034287 Tahun 2007 Judul Penelitian Hasil Penelitian Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Proses Keputusan Menggunakan Operator Telekomunikasi CDMA Esia. ( S u r v e i P a d a Pengguna Esia di Bandung E l e c t r o n i c Ce n t r e ) Pengujian hipotesis kualitas pelayanan (X) terhadap proses keputusan menggunakan (Y), diketahui memberikan koefisien pengaruh sebesar 0,888 atau sebesar 88,8%, sedangkan 11,2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti. Persentase skor tertinggi terdapat pada unsur periklanan (50%) dan paling rendah pada unsur promosi penjualan (38,8%). Pada dasarnya berbagai program pemasaran yang dilaksanakan oleh perusahaan ditujukan untuk mendapatkan pelanggan baru. Kombinasi dari bauran pemasaran yang ditentukan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kualitas pelayanan akan 51 No. Nama peneliti Tahun 2. Irpan Hasanudin 2007 3. Astri praweswari 021310 2007 4. Ricke Annissa Dellyasary 044266 2008 Judul Penelitian Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian Pengguna Kartu Prabayar XL (Survei pada Pengguna XL yang Mengunjungi XL Center BEC), Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Pembentukan Customer Loyalty PT Kereta api (Survei Terhadap Konsumen PT Kereta Api Cab: Bandung) Pengaruh Keputusan Pembelian terhadap keputusan menggunakan operator CDMA Fren (survei pada pengguna Fren Di Gallery Fren BEC kota Bandung) Hasil Penelitian meningkatkan proses keputusan menggunakan operator telekomunikasi CDMA Esia pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian memiliki nilai sebesar 52,8%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti Pengujian hipotesis secara keseluruhan Kualitas pelayanan (X1), terhadap customer loyalty (Y), diketahui memberikan koefisien pengaruh sebesar 0,51832 atau sebesar 51,832%, sedangkan 48,168% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti. Pada dasarnya berbagai program pemasaran yang dilaksanakan oleh perusahaan ditujukan untuk menciptakan kepuasan pelanggan Pengujian hipotesis secara Kualitas Pelayanan (X1) keputusan menggunakan sebesar 59,3% dan sisanya sebesar (0,593)2 = 0,407 x 100% = 40,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian seperti kualitas produk, promosi, dan lainnya yang dilakukan oleh operator CDMA Fren. 2. 2 Kerangka Pemikiran Perkembangan zaman menuntut perusahaan untuk dapat melakukan berbagai strategi baru untuk menarik calon konsumen menjadi konsumen, karena sebagaimana kita tahu bahwa pola konsumen pun dalam mengambil keputusan telah mengalami perkembangan sesuai dengan zaman. Pada dasarnya wedding organizer sama dengan pemasaran secara umum, namun yang membedakan adalah nilai tambah dari pemasaran itu sendiri dengan berlandaskan kepada banyaknya orang yang menikah. 52 Freddy Rangkuti (2002:48) mendefenisikan pemasaran dalam persfektif yang luas. Ia mendefenisikan pemasaran sebagai berikut: Pemasaran adalah proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu ataupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas. Defenisi pemasaran secara spesifik diartikan bahwa pemasaran tidak hanya sekedar memindahkan produk dari tangan produsen kepada konsumen, tetapi di dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan lain yang diusahakan agar konsumen merasakan kepuasan, melakukan pembelian ulang, bahkan loyal terhadap produk tersebut. Pendapat ini sejalan dengan pandangan American Marketing Association (AMA) yang dikutip oleh Kotler (2005:10). Mendefenisikan pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan konsep, pemberian harga, promosi, dan pendistribuasian ide-ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu dan tujuan organisasi. Kotler (2005:10) mengungkapkan bahwa dalam memahami pengertian pemasaran harus berdasarkan dua sudut pandang, yaitu sudut pandang sosial dan sudut pandang manajerial. Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, 53 menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Untuk defenisi manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai ‘seni menjual produk’ Proses pengambilan keputusan yang rumit melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan di antara dua atau lebih alternatif tindakan (perilaku). Keputusan selalu mensyaratkan pilihan antara beberapa perilaku yang berbeda. Pemasar biasanya tertarik pada perilaku pembelian konsumen, terutama pilihan service quality mana yang akan dibeli. (Nugroho, 2004:413). Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan tidak pernah sederhana. Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka, namun bertindak sebaliknya. Pelanggan mungkin tidak memahami motivasi mereka yang lebih dalam. Untuk itulah perusahaan harus berusaha memahami perilaku konsumen terutama dalam melakukan pengambilan keputusan pembeliannya. Hubungan rangsangan pemasaran dan lingkungan terhadap keputusan pembelian, digambarkan sebagai berikut: Rangsangan Pemasara Produk Harga Saluran Pemasaran Promos Bentuk fisik Rangsangan Lain Ekonomi Teknologi Politik Budaya Ciri-Ciri Pembeli Budaya Sosial Pribadi Psikologi ] Proses Keputusan Pembelian Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Pemilihan Alternatif Keputusan Pembelian Keputusan Pembeli Pemilihan Produk Pemilihan Merek Pemilihan Saluran Penentuan Waktu Pembelian Jumlah Pembelian GAMBAR 2.5 HUBUNGAN RANGSANGAN PEMASARAN DAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN 54 Sumber: Kotler & Amstrong (2008:129) Berdasarkan Gambar2.5, dapat diketahui bahwa rangsangan pemasaran dan lingkungan berpengaruh terhadap keputusan pembeli, namun sebelumnya harus melalui proses terlebih dahulu yang disebut sebagai kesadaran pembeli Pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, dan psikologis. (Kotler & Amstrong, 2008:129). Meskipun proses keputusan pembelian konsumen sangat bervariasi, namun konsumen wedding organizer CV.Bonanza merupakan konsumen yang memiliki keterlibatan tinggi (high Involvment) dalam pengambilan keputusannya. Konsumen yang memiliki keterlibatan tinggi (high involvment) digambarkan melalui model lima tahap sebagai berikut: Pengenalan kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi alternatif Keputusan Pembelian Prilaku setelah pembelian GAMBAR 2.6 TIPE TIPE PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN Sumber: Kotler & Amstrong (2008 : 147) Gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pengenalan masalah. Proses pembelian di mulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan itu dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal. Konsumen mempersepsikan perbedaan antara yang diiginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Pemasar perlu mengidentifikasikan keadaaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi 55 dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu kategori produk. Pemasar kemudian mengembangkan rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu katagori produk. Pemasar kemudian mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen 2. Pencarian informasi. Konsumen yang sadar akan kebutuhannya akan mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) dan mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). Melalui pengumpulan informasi, konsumen mengetahui merek yang bersaing dan keistimewaaan merek tersebut. Oleh karena itu pemasar maupun perusahaan harus menerapkan strategi untuk memasukkan mereknya kedalam kumpulan kesadaran, kumpulan pertimbangan, dan kumpulan pilihan calon pembeli 3. Evaluasi alternatif. Beberapa konsep dasar akan membantu memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha untuk memenuhi kebutuhan, kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda beda dalam mamberikan manfaat kepuasan. 4. Keputusan pembelian. Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang diterima bila perlu. Konsumen pada titik tertentu harus memutuskan antara membeli atau tidak membeli. Dimana untuk mengukur 56 keputusan pembelian konsumen menurut Kotler dan Amstrong (2006 : 129) dapat dilakukan melalui pilihan merek, pilihan produk, pilihan penyalur, waktu pembelian, dan jumlah pembelian. Keputusan yang akan diambil oleh konsumen dalam menggunakan produk, melalui beberapa tahapan. Diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang oleh Assael (Sutisna, 2005:15) disebut dengan need arousal. Tahap ini disebut juga sebagai tahap menyadari adanya masalah (problem recognition). Kotler (2008:224) berpendapat: “Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah dan kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal.” Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua level rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level itu orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Level selanjutnya orang itu mungkin masuk pencarian informasi secara aktif: mencari bahan bacaan, menelpon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Yang menjadi sumber utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya (Kotler, 2005:225). Berbagai informasi yang diperoleh konsumen kemudian diolah. Konsumen melakukan seleksi atas alternatif-alternatif yang tersedia. Proses seleksi inilah yang 57 disebut sebagai tahap evaluasi informasi (evaluasi alternatif). Menurut Kotler (2008:225) yang dimaksud dengan evaluasi alternatif yaitu: “Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model yang terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Berdasarkan kriteria yang ada dalam benak konsumen, salah satu merek produk dipilih untuk dibeli. Hal ini disebut dengan keputusan pembelian. Kotler (2008:227) berpendapat: “Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko yang dipikirkan (perceived risk). Setelah konsumen membeli merek produk tertentu, bukan berarti evaluasi konsumen atas produk berakhir. Konsumen akan melakukan evaluasi pasca pembelian (post purchase evaluation). Menurut Kotler (2008:228), “Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian. (Kotler,2008:228). 58 Marketing Mix Produk Price Service Quality Konsumen Promotion Tangible Place Reliability Physical Evidence Resvonsivenes Process Asurance People Emphaty Kotler (2008:224) Keinginan Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005:133) Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Pemilihan Alternatif Keputusan Menggunakan Prilaku Pasca pembelian Keputusan Pembelian • Pemilihan produk • Pemilihan merek • Pemilihan Saluran • Penentuan waktu pembelian • Jumlah pembelian Gap Harapan Konsumen Kotler & amstrong (2006:129) Kotler & Amstrong (2006:129) Keterangan : = diteliti = tidak diteliti = yang diteliti = feedback GAMBAR 2.7 KERANGKA PEMIKIRAN PENGARUH SERVICE QUALITY TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN CV. BONANZA WEDDING ORGANIZER 59 X Y Kualitas Pelayanan • • • • • Tangible Reliability Resvonsivenes Asurance Emphaty Sumber : Fandy Keputusan pembelian : • • • • • Pemilihan produk Pemilihan merek Pemilihan Saluran Penentuan waktu pembelian Jumlah pembelian Sumber: Kotler GAMBAR 2.8 PARADIGMA PENELITIAN 2.3. Hipotesis Menurut Moh Natsir (2003:151) menyatakan bahwa : ”Hipotesis adalah pernyataaan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja paduan dalam verifikasi”. Iqbal Hasan (2002 :50), mengemukakan bahwa :”Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji secara empiris”. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Jadi, hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban yang teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum merupakan jawaban yang empirik. Hipotesis sangat berguna dalam penelitian. Tanpa antisipasi terhadap alam ataupun tanpa 60 hipotesis, tidak akan ada kelanjutan dalam wawasan atau pengertian ilmiah dalam mengumpulkan fakta empirik yang terkumpul. (Sugoiyono, 2005 ;51) Berdasarkan pengertian hipotesis di atas, hipotesis penelitian yang penulis rumuskan adalah: Hipotesis :”Terdapat pengaruh positif Kualitas keputusan menggunakan CV. Bonanza Wedding Organize Pelayanan terhadap