BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian manajemen sumber daya manusia Manajemen memegang peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan atau organisasi. Bagi seorang pemimpin, penguasaan ilmu manajemen sangat berguna dalam menjalankan perusahaan atau organisasi yang dipimpinya, terutama dalam hal pengambilan keputusan. Salah satu faktor penghambat berkembangnya suatu perusahaan atau organisasi adalah manajemen. Menajemen mengatur semua sumber daya yang dimiliki demi tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi. Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai definisi menajemen, ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli manajemen. Menurut Nitisemito, (1996:1) manajemen personalia adalah “ ilmu seni untuk malaksanakan antara lain perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan sehingga aktivitas dan efisiensi personalia dapat ditingkatkan semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan”. Simamora, (2001:13) menyatakan bahwa: “manajemen sumber daya manusia (Human Resources Management) adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok kerja” Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa menajemen sumber daya manusia adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh pemimpin untuk 16 memperoleh, mempertahankan, dan mengembangkan tenaga kerja baik dari segi kualitas maupun kuantitas dengan memperhatikan sifat dan hakekat dari pada manusia sebagai anggota orgasisasi tersebut secara tepat dan efisien atau dengan kata lain keberhasilan pengelolaan organisasi dan aktivitasnya sangat ditentukan oleh kegiatan pendayaan sumber daya manusia. 2.1.2 Pengertian kepemimpinan Menurut Martoyo (2000:176) pengertian kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang memang diinginkan bersama. Hasibuan (2003:169) menyatakan pemimpin adalah seorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinanya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan pekerjannya dalam pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi prilaku bawahan, agar mau bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. 2.1.3 Ciri-ciri kepemimpinan Menurut Siagian (2003:155) mencirikan kepemimpinan tersebut antara lain sebagai berikut. 1) Kemampuan berkembang secara mental. Seperti halnya dengan seseorang, termasuk pemimpin harus tumbuh secara mental sehingga terhindar dari proses stagnasi dalam kehidupan kepemimpinan. 17 2) Ingin tahu Yang kekal dalam dunia adalah perubahan. Kesadaran akan perubahaanperubahaan tersebut akan mengantarkan seseorang pemimpin menjadi kreatif dan inovatif. 3) Pendidikan umum yang luas Seorang pemimpin adalah seorang generalis yang baik sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan skill yang dituntut oleh tugasnya. 4) Kemampuan analistis Syarat sukses seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam menganalisis situasi yang dihadapi dengan cermat, mantap, dan matang. 5) Memiliki daya ingat yang kuat Kekuatan daya ingat yang mantap akan mampu menghantarkan seorang pemimpin menjaring informasi yang relevan. 6) Keterampilan berkomunikasi Efektivitas seorang pemimpin adalah sangat ditentukan oleh keterampilannya dalam berkomunikasi. 7) Keterampilan mendidik Pemimpin juga seorang pendidik ketika bawahan menghadapi kesulitan dalam bekerja. 8) Rasionalitas dan obyektifitas Pemimpin harus rasional dan obyektif tidak boleh emusional, sehingga keputusan yang akan diambil selalu tepat. 18 9) Sense of urgency Seorang pemimpin harus mampu mengatur prioritas-prioritas mana yang penting dan mana yang tidak. 10) Sense of relevance Pemimpin perlu selalu mengkaitkan keputusan dengan tujuan yang hendak dicapai / persoalan yang akan dipecahkan. 11) Ketegasan Pemimpin mesti tegas dalam menghadapi bawahan serta ketidaktentuan demi stabilitas organisasi 12) Kemampuan mendengar. Seorang pemimpin harus siap mendengar saran / pendapat orang lain. 13) Keberanian Keberanian adalah modal bagi pemimpin dalam menghadapi segala tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. 2.1.4 Tanggung jawab kepemimpinan Menurut Martoyo (2000:180) adapun tanggung jawab para pemimpin yaitu antara lain sebagai berikut. 1) Menentukan tujuan pelaksanaan yang realistis 2) Melengkapi para karyawan dengan sumber dana yang diperlukan untuk mejalani tugasnya 3) Mengkomunikasikan dengan para karyawan mengenai apa yang mereka harapkan 19 4) Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi 5) Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang partisipasi apabila memungkinkan. 6) Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif 7) Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengkomunikasikan hasilnya 8) Menunjukan perhatian kepada karyawan. 2.1.5 Wewenang kepemimpinan Kewenangan memimpin atau memerintah diberikan oleh atasannya (kekuasaan puncak bawah ) sedangkan pada “botom up authority” pimpinan dipilih dan diterima oleh mereka yang akan menjadi bawahannya,bawahan akan menghargai wewenang itu karena mereka mempunyai respek pribadi untuk menghargai orang yang telah dipilih mereka menjadi pemimpin yang berkewenangan. 2.1.6 Sifat-sifat kepemimpinan Adapun sifat-sifat kepemimpinan menurut Martoyo (2000:182 ) antara lain sebagai berikut. 1) Penuh energi Agar tercapi kepemimpinan yang baik harus diperlukan energi yang baik pula, jasmani, maupun rohani. Seorang pemimpin harus sanggup bekerja dalam jangka panjang dan dalam waktu yang tidak tertentu. 20 2) Memiliki stabilitas emosi Seorang pemimpin seharusnya tidak berapreori jelek terhadap bawahaanya dan tidak boleh cepat naik pijam, sebaiknya ia harus tegas, konsekuen,dan konsisten dalam tindakannya, percaya diri dan memiliki jiwa sosial terhadap bawahannya. 3) Memiliki pengetahuan hubungan antara manusia. Seorang pemimpin harus mengetahui banyak tentang sifat-sifat orang, bagaimana mereka mengadakan reaksi terhadap suatu tindakan atau situasi yang bermacam-macam, apa dan bagaimana kemampuan-kemampuan yang dimiliki untuk melaksanakan tugas yang dibebankan. 4) Motivasi pribadi Keinginan untuk dapat memimpin harus datang dari dorongan batin pribadinya sendiri dan bukan paksaan dari luar, yang tercemin dalam keteguhan pendiriannya, kemauan yang keras dalam bekerja, dan penerapan sifat-sifat pribadi yang baik dalam pekerjaannya. 5) Kemahiran mengadakan komunikasi Seorang pemimpin harus mampu dan cakap dalam mengutarakan gagasan baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sangat penting bagi pemimpin untuk dapat memotivasi bawahannya, memberi atau mnerima informasi bagi kemajuan organisasi dan kepentingan bersama. 21 2.1.7 Gaya / tipe kepemimpinan Seorang pemimpin dibandingkan dengan pemimpin lainnya tentulah berbeda dengan sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian sehingga tingkah dan gayanya tentu tidak sama diantara mereka. Menurut Martoyo (2000:184) terdapat enam tipe kepemimpinan antara lain sebagai berikut. 1) Tipe pribadi Pemimpin tipe ini kepemimpinannya didasarkan pada kontak pribadi secara langsung dengan bawahannya. Tipe ini sifatnya umum, sangat efektif, dan sescara relatif sederhana pelaksanaanya. 2) Tipe nonpribadi Pada tipe ini hubungan pemimpin dengan bawahannya selalu hanya melalui sarana atau media tertentu seperti rencana-rencana, instruksi-instruksi, janjijanji dan sebagainya sehingga hubungan tersebut secara tidak langsung dan biasanya hubungan yang demikian bersifat tidak dinamis. 3) Tipe otoriter Pemimpin tipe ini menganggap kepemimpinannya merupakan hak pribadinya dan berpendapat bahwa ia dapat menentukan apa saja dalam organisasinya, tanpa mengadakan konsultasi dengan bawahannya. 4) Tipe demokratis Pemimpin tipe ini menitik beratkan pada partisipasi kelompok dengan memanfaatkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat kelompok, kegagalan kepemimpinan pemimpin dari tipe ini adalah apabila kelompok tidak cakap dan kurang bergerak untuk bekerja sama. 22 5) Tipe paternalistis Tipe ini cendrung sangat memikirkan keingginan dan kesejahteraan bawahannya dan selalu membimbing dan melindungi, karena itu kepercayaan diri dan kebebasan kelompok tidak berkembang. 6) Tipe indigenous Pemimpin tipe ini timbul dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan yang bersifat informal dimana interaksi antara perorangan dalam organisasi tersebut ditentukan oleh keaslian dan pembawaan pimpin 2.1.8 Pengertian komunikasi Handoko (2001:272), menyatakan bahwa “komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan/ informasi dari seseorang ke orang lain”. Menurut Gorda (2004:163),“komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain dengan harapan timbul kesamaan pengertian dari persepsi dan kemudian untuk diarahkan kepada suatu tindakan tertentu untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu”. Berdasarkan pengertian komunikasi yang telah dikemukakan di atas komunikasi adalah suatu interaksi yang terjadi antara orang-orang yang bekerja yang dapat diukur dengan kejelasan penyampaian informasi, pekerjaan, penggunaan tehnik komunikasi yang tepat dalam penyampaian pesan dan informasi, sehingga dapat mempermudah dalam melakukan interaksi. 23 2.1.9 Proses komunikasi Sehubungan dengan itu Handoko (2001:274), menyatakan bahwa enam proses komunikasi antara lain sebagai berikut. 1) Sumber ( saurce ) merupakan pihak yang mempunyai kebutuhan dan keinginan untuk mengkomunikasikan sesuatu gagasan, pemikiran, dan sebagainya kepada pihak lain. 2) Pengubahan berita kedalam sandi/ kode ( encoding ) adalah mengubah berita kedalam berbagai bentuk simbol-simbol verbal atau non verbal yang mampu memindahkan pengertian seperti kata-kata percakapan atau tulisan, angka gerakan ataupun kegiatan. 3) Pengiriman berita ( transmiting the massage ) mencerminkan pilihan komunikator terhadap media atau saluran distribusi. 4) Penerimaan berita, merupakan penerimaan berita oleh penerima. Pada dasarnya orang menerima berita melalui kelima panca indra merekapenglihatan, pendengaran, pengecap, perabaan, dan penciuman. Pengiriman berita belum lengkap atau tidak terjadi bila sesuatu pihak belum menerima berita. Banyak komunikasi penting gagal karena seseorang tidak pernah menerima berita. 5) Pengartian atau penterjemahan kembali berita ( decoding ). Pengartian simbolsimbol oleh penerima. Proses ini dipengaruhi oleh latar belakang, kebudayaan, pendidikan, lingkungan, praduga, dan gangguan disekitarnya. 24 6) Umpan balik ( feedback ) setelah berita diterima dan diterjemahkan, penerima mungkin menyampaikan berita balasan yang ditunjukan kepada penggirim mula-mula atau orang lain. 2.1.10 Hambatan-hambatan komunikasi Purwanto (2002:14 ) menyatakan bahwa faktor penghambat komunikasi seperti dikelompokan kedalam empat masalah utama antara lain sebagai berikut. 1) Masalah dalam mengembangkan pesan Mencakup antara lain munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada, pertentangan emosi, kesulitan dalam mengekspresikan ide/gagasan. 2) Masalah dalam menyampaikan pesan Komunikasi juga dapat terganggu karena munculnya masalah dalam mendapatkan pesan dari pengirim ke penerima. Masalah dalam penyampaian pesan yang jelas adalah faktor fisik, misalnya pada saat menggunakan suond system terdapat sambungan kabel yang kurang baik mengakibatkan kualitas suara yang tidak jelas sehingga informasi yang diterima juga tidak jelas. 3) Masalah dalam menerima pesan Sebagaimana halnya dengan penyampaian pesan, menerima pesanpun juga tak luput dari adanya suatu masalah. Masalahnya yang muncul dalam penerimaan suatu pesan antara lain adanya persaingan antara penglihatan 25 dan suara, kursi yang tidak nyaman, lampu yang kurang terang,dan kondisi lain yang dapat mengganggu konsentrasi penerima. 4) Masalah dapat menafsirkan pesan Meskipun suatu pesan mungkin hilang selama proses penyampaian pesan terjadi, namun masalah terbesar adalah pada mata terakhir dimana suatu pesan ditafsirkan pesan. Perbendaharaan bahasa dan pernyataan emosional dapat menimbulkan kesalah pahaman antara pengirim dan penerima pesan. 2.1.11 Pengertian penempatan Penempatan sumber daya manusia yang tepat pada posisi yang tepat bukan saja menjadi idaman suatu perusahan ataupun organisasi tetapi juga menjadi idaman karyawan, tentunya penempatan ini paling tidak disesuaikan dengan persyaratan yang bisa dilihat dari tingkat pendidikan, kemampuan,dan minat serta bakat karyawan. Mengenai pelaksanaan penempatan sumber daya manusia, dikemukakan oleh Mudiartha (2001:140) bahwa penempatan sumber daya manusia adalah proses kegiatan yang dilaksanakan manejer sumber daya manusia dalam suatu perusahaan untuk menentukan lokasi dan posisi seorang dalam melaksanaan pekerjaan. Berbeda dengan pendapat Rivai (2004:211) bahwa penempatan adalah bentuk penugasan atau penugasan kembali seorang karyawan kepada pekerjaan barunya, hal ini berarti mengalokasikan para karyawan pada posisi kerja tetentu baik untuk karyawan baru atau karyawan lama. 26 Berdasarkan pengertian diatas, penempatan karyawan merupakan usaha menyalurkan kemampuan sumber daya manusia sebaik-baiknya,ini dilakukan dengan jalan menempatkan karyawan pada suatu tempat atau jabatan yang paling sesuai. Penempatan pegawai yang tepat dapat meningkatkan kinerja karyawan bersangkutan. 2.1.12 Dasar penempatan Menurut Tohardi (2002 : 211) dasar yang digunakan untuk melakukan penempatan adalah job analysis yang tergambar pada job description dan job spesification. Dalam job spesification tergambar apa saja yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Berdasarkan job description dan job spesification itu kita pergunakan untuk mencari atau memilih pekerja yang sesuai dengan kriteria yang ada tersebut. 2.1.13 Langkah-langkah penempatan Menurut Tohardi (2002:222), untuk melakukan penempatan terhadap pegawai baru ada beberapa langkah yang harus ditempuh antara lain sebagai berikut. 1) Lowongan kerja, dasar pertama adalah penempatan 2) Adanya informasi lowongan yang ada diatas, selanjutnya dengan melihat job description dan wewenangnya. 3) Mencari orang yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang ada. 27 4) Menempatkan orang tersebut pada pekerjan yang ada di organisasi atau perusahaan. 2.1.14 Proses penempatan Proses penempatan tidak terbatas pada sumber daya manuasia yang baru lulus seleksi tetapi juga termasuk penempatan sumber daya manusia yang lama dan akan menempati jabatan yang baru, karena rotasi atau mutasi dan promosi jabatan. Pada hakekatnya yang menjadi sasaran proses penempatan sumber daya manusia menurut Mudiartha (2001:141) adalah sebagai berikut. 1) Mengisi informasi atau lowongan pekerjaan yang tersedia di perusahaan. 2) Sumber daya manusia yang baru lulus tidak terlalu lama manunggu diangkat dan apa yang akan dikerjakan. 3) Menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat. 4) Agar perusahaan dapat bekerja dengan efisien dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang tepat tersebut. Menurut Siagian (2004:156), bahwa yang terpenting ketika memasuki proses penempatan melalui program pengenalan dimana titik tolak yang tepat digunakan untuk mnyusun suatu program pengenalan adalah pandangan yang mengatakan bahwa para pegawai baru pada dasarnya ingin diterima sebagai anggota baru dari suatu keluarga besar. 28 2.1.15 Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penempatan karyawan Sebelum menempatkan karyawan dimana harus bekerja, maka harus dipertimbangkan terlebih dahulu faktor-faktor yang dipandang perlu dalam kaitannya dengan penempatan karyawan. Menurut Mudiartha (2001:142) bahwa faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penempatan karyawan adalah sebagai berikut. 1) Latar belakang pendidikan Karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan tertentu biasanya akan terlihat prestasinya pada seleksi tentang bidang yang dikuasainya. 2) Pengalaman kerja Pengalaman kerja banyak memberikan kecendrungan pekerja memiliki keahlian dan ketrampilan yang relatif tinggi. 3) Kesehatan fisik dan mental Pekerjaan yang berat dan berbahaya harus dikerjakan oleh orang-orang yang punya fisik sehat dan kuat. Demikian juga yang memerlukan tingkat kejujuran diperlukan orang-orang yang memiliki mental yang sehat. 4) Status perkawinan Status perkawinan menjadi pertimbangan, karena banyak pekerjaan yang mensyaratkan sumber daya manusia yang belum menikah. 29 5) Faktor umur Hal ini untuk menghindari rendahnya produktivitas tenaga kerja yang bersangkutan karena yang memerlukan pekerjaan bukan saja tenaga kerja muda yang baru lulus sekolah, tapi juga tenaga kerja yang sudah berumur. 6) Faktor jenis kelamin Tidak semua pekerjaan dapat dilakukan oleh satu orang saja, perlu dipertimbangkan jenis pekerjaan dan jenis kelamin dalam penempatannya. 7) Minat dan hoby Dalam hal ini agar pegawai dapat bekerja dengan rajin, tekun, disiplin, dan produktif sebaiknya dalam suatu perusahaan disediakan suatu sarana-sarana olah raga dan persembahyangan ( Ibadah ). 2.1.16 Pengertian kinerja Menurut Hariandja (2002:194) kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan peranannya dalam organisasi. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Kinerja dapat diartikan sebagai hasil dari pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Dalam perusahaan,faktor kritis yang berkaitan dengan keberhasilan jangka panjang organisasi adalah kemampuannya untuk megukur seberapa baik karyawan bekerja dan menggunakan informasi tersebut guna memastikan bahwa pelaksanaan memenuhi standar-standar sekarang dan meningkat sepanjang waktu. 30 2.1.17 Standar kinerja Standar kinerja menentukan tingkat kinerja pekerjaan yang diharapkan dari pemegang pekerjaan dan kriteria terhadap kesuksesan pekerjaan. Standar kinerja membuat eksplisit kuantitas dan kualitas kinerja yang diharapkan dalam tugastugas dasar yang diterapkan sebelumnya dalam deskripsi pekerjaan. Biasanya standar kinerja adalah pernyataan-pernyataan mengenai kinerja yang dianggap diterima dan dapat dicapai atas sebuah pekerjaan tertentu. Menurut Simamora (1997:147), ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penetapan standar kinerja antara lain sebagai berikut. 1) Standar kinerja harus relevan dengan individu dan organisasi. 2) Standar kinerja harus dapat membedakan antara pelaksanaan pekerjaan yang baik, sedang, dan buruk. 3) Standar kinerja dinyatakan dengan angka. 4) Standar kinerja harus mudah diukur. 5) Standar kinerja harus mudah dipahami. 2.1.18 Fungsi standar kinerja Menurut Simamora (1997:149), standar kinerja mempunyai dua fungsi antara lain sebagai berikut. 1) Menjadi tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran dari upaya-upaya karyawan. Jika standar kinerja telah dipenuhi, maka karyawan akan merasakan adanya pencapaian dan penyelesaian pekerjaan. 31 2) Standar kinerja merupakan kriteria pengukuran kesuksesan sebuah pekerjaan. Tanpa adanya standar tidak ada sistem pengendalian yang dapat mengevaluasi kinerja karyawan. 2.1.19 Penilaian kinerja Penilaian kinerja merupakan suatu proses dalam organisasi dalam menilai kinerja karyawan. Tujuan dilakukan penilaian kinerja secara umum adalah untuk memberikan umpan balik kepada karyawan dalam upaya memperbaiki kerjanya dan upaya meningkatkan produktivitas organisasi, dan secara khusus kaitannya dengan kebijaksanaan SDM seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan dan pelatihan. Penilaian kinerja juga dapat menjadi landasan untuk penilaian sejauh mana kegiatan manajemen SDM seperti perekrutan, seleksi, penempatan, kompensasi, dan pelatihan dilakukan dengan baik. Menurut Simamora (1997:416), penilaian kinerja adalah tentang kinerja karyawan dan akuntabilitas. Penilaian kinerja pada prinsipnya mencakup baik aspek kualitatif maupun kuantitatif dari pelaksanan pekerjaan. Arti penting penilaian kinerja menurut William B. Werther dan Keith Davis dalam Hariandja (2002:195) adalah sebagai berikut. (1) Perbaikan kinerja memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja melalui umpan balik yang diberikan organisasi. (2) Penyesuaian gaji dapat dipakai sebagai informasi untuk mengkompensasi pegawai secara layak sehingga dapat memotivasi pegawai. 32 (3) Keputusan untuk penempatan yaitu dapat dilakukan penempatan pegawai sesuai dengan keahliannya. (4) Pelatihan dan pengembangan, yaitu melalui penilaian akan diketahui kelemahan-kelemahan dari pegawai sehingga dapat dilakukan program pelatihan dan pengembangan yang lebi efektif. (5) Perencanan karir, yaitu organisasi dapat memberikan bentuan perencanaan karir bagi pegawai dan menyelaraskannya dengan kepentingan organisasi. (6) Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses penempatan, yaitu kinerja yang tidak baik menunjukan adanya kelemahan dalam penempatan sehingga dapat dilakukan perbaikan. (7) Dapat mengidentifikasikan adanya kekurangan dalam desain pekerjaan, yaitu kekurangan kinerja akan menunjukan adanya kekurangan dalam perancangan jabatan. (8) Meningkatkan adanya perlakuan kesempatan yang sama terhadap pegawai, yaitu dengan dilakukannya penilaian yang obyektif berarti meningkatkan perlakuan yang adil bagi pegawai. (9) Dapat membantu pegawai mengatasi masalah yang bersifat eksternal, yaitu dengan penilaian kinerja, atasan akan mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya kinerja yang kurang baik sehingga manajemen dapat membantu menyelesaikannya. (10) Umpan balik pada pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia, yaitu dengan diketahuinya kinerja pegawai secara keseluruhan. Ini akan 33 menjadi informasi sejauh mana funggsi sumber daya manusia berjalan dengan baik atau tidak. 2.1.20 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan 1) Menurut Davis dalam Anwar. PM. (2005 : 13) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan antara lain sebagai berikut. (1) Faktor kemampuan (Abilitiy) Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realitiy artinya pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka akan lebih mudah untuk mencapai kinerja yang maksimal. (2) Faktor motivasi (motivation) Motivasi diartikan suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja dilingkungan perusahaan. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) maka akan menujukan kinerja yang rendah, situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, ilkim kepemimpinan,dan kondisi kerja. 34 kerja, kebijakan pimpinan, pola 2) Menurut Simamora dalam Anwar. PM. (2005 : 14) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan antara lain sebagai berikut. (1) Faktor individual yang terdiri dari : kemampuan/ keahlian,latar belakang, dan demografi. (2) Faktor psikologis yang terdiri dari : persepsi, personality, pembelajaran, dan motivasi. (3) Faktor organisasi yang terdiri dari: sumber daya manusia, kepemimpinan, kepegawaian, penghargaan, dan job design. 3) Menurut Timple dalam Anwar. PM. (2005 : 15 ) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan antara lain sebagai berikut. (1) Faktor internal, faktor internal dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang misalkan kinerja seseorang baik disebabkan karena kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja rendah disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan tidak ada upaya-upaya untuk berubah dari orang itu sendiri. (2) Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yang berasal dari lingkungan seperti prilaku, sikap dan tindakan rekan-rekan kerja, bawahan, pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Faktor eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang mempengaruhi kinerja seseorang. 35 4) Menurut Williem Sterm dalam Anwar. PM. (2005: 16) faktor-faktor penentu dari kinerja individu antara lain sebagai berikut. (1) Faktor individu, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas tinggi antara fungsi psikis ( rohani ) dan fisiknya ( jasmaniah) dengan adanya integritas yang tinggi antara rohani dan jasmaniah maka, individu tersebut konsentrasi diri yang baik. (2) Faktor lingkungan organisasi, faktor lingkungan organisasi sangat penting menunjang bagi individu dalam mencapai kinerja, faktor lingkungan yang dimaksud antara lain; uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja yang efektif, serta hubungan kerja yang harmonis. 2.1.21 Pengaruh kepemimpinan, komunikasi, dan penempatan sumber daya manusia terhadap kinerja karyawan. Maju mundurnya suatu pekerjaan sangat tergantung pada kinerja karyawan yang bersangkutan. Karena karyawan yang memiliki kinerja yang baik berarti karyawan tersebut akan giat dan bergairah dalam melakukan pekerjaan. Menyadari betapa pentingnya peningkatan kinerja karyawan yang akan memberikan dampak positif dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka pihak manajemen selayaknya memahami hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Hariandja (2002:194), menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. 36 Hasibuan (2003:169) menyatakan pemimpin adalah seorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinanya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan pekerjannya dalam pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi prilaku bawahan, agar mau bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Gorda (2004:193), menyatakan bahwa : “ komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain dengan harapan timbul kesamaan pengertian dari persepsi dan kemudian untuk diarahkan kepada suatu tindakan tertentu untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu”. Mudiartha (2001:140) mengemukakan bahwa penempatan sumber daya manusia adalah proses kegiatan yang dilaksanakan manajer sumber daya manusia dalam suatu perusahaan untuk menentukan lokasi dan posisi seorang dalam melaksanaan pekerjaan. Hasibuan (2003;202) menyatakan karyawan adalah mahluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi setiap perusahaan. Mereka menjadi perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Karyawan menjadi pelaku yang menunjang tercapainya tujuan, mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikapsikapnya terhadap pekerjaan. Dari uraian yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan, komunikasi, dan Penempatan SDM dapat mempengaruhi Kinerja Karyawan. Semakin baik komunikasi kerja, gaya kepemimpinan, dan penempatan 37 kerja yang sesuai dengan keahlian karyawan maka, akan semakin tinggi pula kinerja karyawan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepemimpinan, komunikasi, dan penempatan SDM merupakan faktor yang dapat mendorong serta meningkatkan kinerja karyawan 2.2 Pembahasan hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya sebagai referensi adalah dari Yulitasari ( 2005 ) skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja pada PT.Bali Es Denpasar”. Dari analisis diperoleh koefisiendeterminasi berganda (R2) = 0.766 yang artinya perubahan kinerja karyawan pada PT. Bali Es Denpasar sebesar 76,6 persen disebabkan oleh kepemimpinan dan lingkungan kerja secara bersama-sama, sedangkan sisanya sebesar 23,4 persendisebabkan oleh faktor lain yang tidak dimasukan dalam penelitian. Dari uji signifikansi diperoleh hasil t hitung sebesar 5,725 lebih besar dari t Tabel yaitu 1,679 yang berarti kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan sedangkan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadapsemangat kerja karyawan merupakan hasil t hitung sebesar 3,346 lebih besar dari t Tabel 1,697. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel terikat yang diteliti dan tehnik analisis data yang digunakan. Perbedaanya dengan penelitian ini terletak pada dimensi waktu, jumlah variabel, dan variabel bebas yang digunakan. 38 Penelitian sebelumnya sebagai referensi kedua adalah skripsi dari Ranam (2006) yang meneliti tentang “Hubungan Komunikasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan Pada Pelangi Bali Hotel Seminyak. Hasil analisis menunjukan antara variabel komunikasi dan kepemimpinan ada hubungan dengan variabel kinerja karyawan Pelangi Bali Hotel Seminyak, dimana pada variabel komunikasi statistik uji jatuh pada daerah penolakan atau 4,7289 > x 2 ( 0,05: 1 ) = 3,841 sehinga variabel komunikasi dapat dikatakan memiliki hubungan dengan kinerja karyawan. Sedangkan pada variabel kepemimpinan statistik uji jatuh pada daerah penolakan atau 5,8315 > x2 ( 0,05: 1 ) = 3,841 sehingga variabel kepemimpinan dapat dikatakan memiliki hubungan dengan kinerja karyawan. Dari hasil nilai kontingensi, variabel kepemimpinan sebesar 0,3779. sedangkan variabel komunikasi sebesar 0,3497 berarti variabel kepemimpinan lebih kuat hubungannya dibandingkan dengan variabel komunikasi terhadap kinerja karyawan pada Pelangi Bali Hotel Seminyak. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel bebas yang diteliti dan tehnik analisis data yang digunakan. Perbedaanya dengan penelitian ini terletak pada dimensi waktu, jumlah variabel bebas yang digunakan. 2.3 Rumusan Hipotesis Berdasarkan pokok permasalahan dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 39 1) Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan dari kepemimpinan, komunikasi, dan penempatan SDM terhadap kinerja karyawan Pusat KUD Bali Dwipa Provinsi Bali. 2) Secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan dari kepemimpinan, komunikasi dan penempatan SDM terhadap kinerja karyawan Pusat KUD Bali Dwipa Provinsi Bali. 3) Variabel kepemimpinan memiliki pengaruh yang dominan terhadap kinerja karyawan Pusat KUD Bali Dwipa Provinsi Bali. 40