7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Jaringan (Network

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Jaringan (Network)
Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer dan
perangkat jaringan lainnya yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu
tujuan yang sama. Tujuan dari jaringan komputer ini adalah :
•
Membagi sumber daya : pemakaian CPU, Printer, Harddisk, memori
•
Komunikasi : e-mail, instant messaging, chatting
•
Akses informasi : web browsing
(menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Jaringan_komputer)
Tiap komputer, printer, atau peripheral yang terhubung dengan jaringan
disebut dengan node. Sebuah jaringan komputer sekurang-kurangnya memiliki 2
unit komputer atau lebih, dapat berjumlah puluhan komputer, ribuan atau bahkan
jutaan node yang saling terhubung satu dengan yang lain. Hubungan antar
komputer tersebut tidak terbatas hanya berupa kabel tembaga saja, namun juga
bisa melalui fiber optic, gelombang microwave, infrared, bahkan melalui satelit.
Jaringan komputer ini dapat dibagi tiga berdasarkan jangkauan ruang lingkupnya
(Forouzan,2003,p1), yaitu :
•
LAN (Local Area Network)
•
MAN (Metropolitan Area Network)
•
WAN (Wide Area Network).
7
8
2.1.1
Local Area Network
Local Area Network adalah jaringan komunikasi yang saling
menghubungkan berbagai jenis perangkat dan menyediakan pertukaran
data antara perangkat-perangkat tersebut. (William Stallings, 2001, p12).
LAN hanya mencakup wilayah kecil, biasanya meliputi bangunan tunggal
atau sekelompok gedung.
Gambar 2.1 Jaringan LAN
Dari definisi di atas dapat kita ketahui bahwa sebuah LAN
dibatasi oleh lokasi secara fisik. Adapun penggunaan LAN itu sendiri
mengakibatkan semua komputer yang terhubung dalam jaringan dapat
bertukar data atau dengan kata lain berhubungan. Kerjasama ini semakin
berkembang dari hanya pertukaran data hingga penggunaan peralatan
secara bersama karena jaringan LAN memiliki rate yang tinggi. LAN
yang umumnya menggunakan switch, akan mengikuti prinsip kerja switch
itu sendiri. Dalam hal ini adalah bahwa switch tidak memiliki
pengetahuan tentang alamat tujuan sehingga penyampaian data secara
broadcast.
9
2.1.1.1 Local Area Network Devices
Beberapa peralatan jaringan yang berhubungan dengan
jaringan dengan tipe LAN :
1. Repeater
Repeater adalah perangkat yang beroperasi di layer fisik.
Repeater menerima sinyal, dan sebelum sinyal menjadi lemah
atau rusak, maka repeater akan membangkitkan pola-pola bit,
kemudian repeater akan meneruskan sinyal yang telah diperbaiki.
Repeater dapat meningkatkan panjang LAN secara fisik dan dapat
berfungsi menghubungkan bagian-bagian dari LAN. Repeater
juga akan meneruskan setiap frame yang dikirim, dan tidak
memiliki kemampuan untuk menyaring setiap frame. Fungsi
repeater adalah sebagai pembangkit ulang atau regenerator dan
bukan penguat (amplifier).
2. Hub
Hub adalah alat yang berfungsi sebagai tempat untuk
menerima data dan meneruskannya menuju tempat yang lainnya.
Hub terdiri dari port-port RJ-45 female sehingga kabel - kabel
twisted pair yang sudah terpasang konektor RJ-45 pada ujung ujungnya dapat dengan mudah dihubungkan pada Hub. Hub
digunakan pada topologi star dan dapat diparalel hingga
maksimum tiga buah Hub. Port yang dimiliki Hub bervariasi
mulai dari 5 Port, 10 Port, 12 Port, 16 Port, 24 Port, 32 Port dan
10
yang terbanyak 64 Port. Untuk jaringan komputer yang
menggunakan Hub yang diparalel lebih dari 3 Hub, maka
diperlukan sebuah Router untuk menghubungkan Hub yang
keempat dan seterusnya. Semua network connections yang
terhubung ke Hub secara langsung akan men-share sebuah single
collision domain, dimana jika sebuah client mengirim data, maka
semua client yang terhubung ke Hub tersebut akan menerima data
yang dikirim oleh pengirim.
3. Bridge
Bridge adalah alat yang menghubungkan sebuah LAN dengan
LAN yang lain dengan teknologi yang sama ( misalkan pada dua
LAN yang menggunakan teknologi ethernet yang sama ). Bridge
akan memisahkan data mana yang harus dikirim pada LAN-nya
sendiri atau dengan LAN lain yang terhubung dengannya.
Bridge bekerja pada level data-link layer ( physical network )
di suatu jaringan. Bridge menyalin frame data dari suatu jaringan
ke jaringan yang lain sepanjang jalur komunikasi terjalin.
Beberapa produk dari bridge dapat berfungsi juga sebagai router
sehingga dikenal dengan istilah brouter ( bridge-router ).
4. Switch
Switch berada pada layer fisik dan data link. Switch adalah
bridge yang memungkinkan kinerja lebih cepat. Perbedaan bridge
11
dengan switch adalah pada switch terdapat banyak port yang
spesifik untuk masing-masing node, sehingga tidak terjadi
collision dalam jaringan.
5. Router
Pada jaringan yang besar, seperti internet, diperlukan adanya
router. Router dapat berupa suatu alat ( dedicated ) atau berupa
suatu aplikasi. Aplikasi router ter-install di sebuah komputer
personal sehingga sering dikenal dengan istilah PC-router. Router
berfungsi untuk memutuskan pada titik manakah paket data harus
diteruskan. Router dapat tersambung pada dua jaringan atau lebih
dan dapat memutuskan jaringan mana yang akan menerima paket
data yang diteruskan oleh router.
Router umumnya terletak pada gateway pada suatu jaringan.
Router memiliki apa yang dinamakan routing table, yaitu sebuah
daftar dari rute - rute yang tersedia dan mampu memilih rute
terbaik untuk sebuah paket data. Fungsi routing merupakan
standar Layer 3 ( Network Layer ) pada model OSI.
Pada jaringan yang menggunakan koneksi internet
berkecepatan tinggi seperti DSL, router berfungsi ganda sebagai
firewall. Produsen router yang terkenal antara lain adalah 3Com
dan Cisco.
12
6. Access Point
Access Point adalah alat bantu pada jaringan wireless atau
WLAN ( Wireless-LAN ). Access Point menerima dan
memancarkan kembali data yang berupa gelombang. Access
Point menghubungkan antara komputer yang satu dengan
yang lain pada WLAN dan kadang berfungsi pula menjadi
jembatan ( Bridge ) antara WLAN dengan jaringan yang
menggunakan kabel. Access Point memiliki fungsi yang sama
seperti hub bagi jaringan yang menggunakan kabel. WLAN
berukuran kecil cukup menggunakan satu Access Point saja,
namun WLAN yang besar membutuhkan beberapa Access
Point sekaligus.
2.1.2 Metropolitan Area Network
Metropolitan Area Network ( MAN ) yaitu jaringan komputer
yang saling terkoneksi dalam satu kawasan kota yang jaraknya bisa lebih
dari 1 Km, ini merupakan pilihan untuk membangun jaringan kantor
dalam suatu kota ( Sarosa dan Anggoro, 2000 ).
Metropolitan Area Network ( MAN ) pada dasarnya merupakan
versi LAN yang berukuran lebih besar dan biasanya memakai teknologi
yang sama dengan LAN. MAN dapat mencakup kantor – kantor
perusahaan yang berdekatan dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pribadi ( Swasta ) atau umum. MAN biasanya mampu menunjang data
dan suara, dan bahkan dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel.
13
MAN hanya memiliki satu atau dua buah kabel dan tidak mempunyai
elemen switching, yang berfungsi untuk mengatur paket melalui beberapa
output kabel. Adanya elemen switching membuat rancangan menjadi
lebih sederhana.
Alasan utamanya memisahkan MAN sebagai kategori khusus
adalah telah ditentukannya standart untuk MAN, dan Standart ini
sekarang sedang diimplementasikan.
2.1.3 Wide Area Network
Wide Area Network (WAN) mencakup daerah geografis yang
luas, seringkali mencakup sebuah negara atau benua. WAN terdiri dari
kumpulan mesin yang bertujuan untuk menjalankan program-program
aplikasi.
Menurut http://id.wikipedia.org, WAN atau Wide Area Network
merupakan jaringan komputer yang mencakup area yang besar. Sebagai
contoh yaitu jaringan komputer antar wilayah, kota atau bahkan negara,
atau dapat didefinisikan juga sebagai jaringan komputer yang
membutuhkan router dan saluran komunikasi publik.
WAN digunakan untuk menghubungkan jaringan lokal yang satu
dengan jaringan lokal yang lain, sehingga pengguna atau komputer di
lokasi yang satu dapat berkomunikasi dengan pengguna dan komputer di
lokasi yang lain.
Jaringan WAN menghubungkan beberapa WAN dari beberapa
kota atau negara yang berbeda. WAN biasanya terhubung via satelit.
14
WAN mempunyai daerah yang sangat luas dan menggunakan siklus
komunikasi yang menghubungkan node-node intermediate. Kecepatan
transmisinya beragam dari 2 Mbps, 34 Mbps, 45 Mbps, 15 Mbps, sampai
625 Mbps ( atau
kadang-kadang lebih ). Faktor khusus yang
mempengaruhi desain dan performance-nya terletak pada siklus
komunikasi, seperti jaringan telepon, satelit, atau komunikasi pembawa
lain yang digunakannya.
Ciri-ciri dari WAN adalah adanya penekanan pada fasilitas
transmisi sehingga komunikasi dapat berjalan efisien. Sangatlah penting
untuk mengkontrol jumlah lalu lintas data dan mencegah delay yang
berlebihan. Karena topologi WAN lebih komplek dari MAN maka
algoritma rute aliran data juga menjadi perhatian.
WAN menjadi sangat luas, membentang ke seluruh dunia.
Organisasi yang mendukung WAN dikenal sebagai NSP ( Network
Service Provider ). NSP merupakan bagian inti dari internet. WAN yang
dikoneksikan melalui NSP bersama-sama terkoneksi membentuk suatu
jaringan internet yang bersifat global. NSP yang ada bervariasi dalam
kecepatan transmisi data, transit delay, dan konektivitas yang diberikan.
WAN biasanya diimplementasikan menggunakan teknologi switching
yaitu, circuit switching dan packet switching.
2.1.3.1 Circuit Switching
Circuit Switching membuat suatu koneksi fisik untuk data
dan suara antara pengirim dan penerima. Circuit Switching
15
memungkinkan hubungan data yang dapat diinisialisasikan ketika
dibutuhkan dan berakhir ketika komunikasi selesai. Saat kedua
jaringan terhubung dan sudah diautentikasi, maka sudah dapat
dilakukan pengiriman data. Circuit Switching memastikan adanya
kapasitas koneksi yang tetap tesedia untuk pelanggan. Jika sirkuit
ini membawa data komputer, pemakaian kapasitas yang sudah
ditetapkan ini menjadi tidak efisien karena adanya variasi dalam
pemakaian. Contoh : Analog Dial-Up, ISDN, dll
2.1.3.2 Packet Switching
Packet Switching merupakan sebuah metode yang
digunakan untuk memindahkan data dalam jaringan internet.
Dalam packet switching, seluruh paket data yang dikirim dari
sebuah node akan dipecah menjadi beberapa bagian. Setiap bagian
memiliki keterangan mengenai asal dan tujuan dari paket data
tersebut. Hal ini memungkinkan sejumlah besar potonganpotongan data dari berbagai sumber dikirimkan secara bersamaan
melalui saluran yang sama, untuk kemudian diurutkan dan
diarahkan ke rute yang berbeda melalui router (telkom.net).
Tidak mempergunakan kapasitas transmisi yang melewati
jaringan. Data dikirim keluar dengan menggunakan rangkaian
potongan-potongan kecil secara berurutan yang disebut paket.
Masing-masing paket melewati jaringan dari satu titik ke titik lain
dari sumber ke tujuan pada setiap titik seluruh paket diterima,
16
disimpan dengan cepat dan ditransmisikan ke titik berikutnya.
Fungsi utama dari jaringan packet-switched adalah menerima
paket dari stasiun pengirim untuk diteruskan ke stasiun penerima.
Penggunaan
packet
switching
mempunyai
keuntungan
dibandingkan dengan penggunaan
Circuit switching antara lain:
a.
Efisiensi jalur lebih besar karena hubungan antar node
dapat menggunakan jalur yang dipakai bersama secara
dinamis tergantung banyaknya paket yang dikirim.
b.
Bisa mengatasi permasalahan data rate yang berbeda
antara dua jenis jaringan yang berbeda data rate-nya.
c.
Saat beban lalu lintas meningkat, pada model circuit
switching, beberapa pesan yang akan ditransfer dikenai
pemblokiran. Transmisi baru dapat dilakukan apabila
beban lalu lintas mulai menurun. Sedangkan pada model
packet switching, paket tetap bisa dikirimkan, tetapi akan
lambat sampai ke tujuan (delivery delay meningkat).
d.
Pengiriman dapat dilakukan berdasarkan prioritas data.
Jadi dalam suatu antrian paket yang akan dikirim, sebuah
paket dapat diberi prioritas lebih tinggi untuk dikirim
dibanding paket yang lain. Dalam hal ini, prioritas yang
lebih tinggi akan mempunyai delivery delay yang lebih
kecil dibandingkan paket dengan prioritas yang lebih
rendah.
17
Contoh aplikasi packet switching adalah jaringan ATM karena
konsep ATM mirip dengan konsep yang digunakan packetswitching yaitu menggunakan X.25 dan frame relay. Sebagaimana
packet-switching dan frame relay. ATM melibatkan pengiriman
data dalam bentuk potongan-potongan yang memiliki ciri
tersendiri. Selain itu, ATM memungkinkan koneksi logic multiple
di multiplexingkan melalui sebuah interface fisik tunggal. Pada
ATM, informasi yang mengalir pada koneksi logik disusun
menjadi paket-paket berukuran tertentu yang disebut cell.
(William Stallings, 2001, p356).
2.1.3.3 Frame Relay
Frame Relay adalah protokol WAN yang beroperasi pada
layer
pertama
dan
kedua
dari
model
OSI
dan
dapat
diimplementasikan pada beberapa jenis interface jaringan. Frame
Relay mengirimkan informasi melalui wide area network (WAN)
yang membagi informasi menjadi frame atau paket. Masingmasing frame mempunyai alamat yang digunakan oleh jaringan
untuk menentukan tujuan. Frame-frame akan melewati switch
dalam jaringan frame relay dan dikirimkan melalui “virtual
circuit” (VC adalah dua arah (two way) jalur data yang
didefinisikan secara software antara dua port yang membentuk
saluran khusus (private line) untuk pertukaran informasi dalam
jaringan) sampai tujuan. (http://mudji.net/press/?p=111).
18
2.1.3.4 VPN (Virtual Private Network)
Menurut IETF, VPN adalah sebuah teknologi komunikasi
yang memungkinkan untuk membuat WAN (Wide Area Network)
pribadi dengan menggunakan fasilitas IP Public, seperti internet
atau private IP Backbones. VPN merupakan suatu bentuk private
internet
yang
melalui
public
network
(internet)
dengan
menekankan pada keamanan data (encryption) dan akses global
melalui internet. Hubungan ini dibangun melalui suatu tunnel
(terowongan) virtual antara end-system atau dua pc atau bisa juga
antara dua atau lebih jaringan yang berbeda. (www.vpnc.org/vpnstandards.html)
2.1.3.5 BGP (Border Gateway Protocol)
Border Gateway Protocol atau yang sering disingkat BGP
merupakan salah satu routing protocol yang ada di dunia
komunikasi data. Sebagai sebuah routing protocol, BGP memiliki
kemampuan melakukan pengumpulan rute, pertukaran rute, dan
menentukan rute terbaik menuju ke sebuah lokasi dalam jaringan.
Yang membedakan dengan lain seperti misalnya, OSPF dan IS-IS
ialah, BGP termasuk dalam kategori routing protocol jenis
Exsterior Gateway Protocol (EGP). Dibawah ini merupakan
urutan proses seleksi rute pada BGP :
1. Lebih memilih rute dengan weight terbesar (lokal
dalam router).
19
2. Lebih memilih rute dengan local preference terbesar
(lokal dalam AS).
3. Lebih memilih rute yang berasal dari diri sendiri.
4. Lebih memilih rute dengan AS Path terpendek.
5. Memilih route origin terkecil.
6. Lebih memilih route dengan MED terkecil.
7. Lebih memilih rute EBGP daripada rute IBGP.
8. Lebih memilih rute IBGP neighbor terdekat (lowest
IGP metric).
9. Lebih memilih rute yang telah dipelajari paling lama
untuk rute EBGP.
10. Lebih memilih rute melalui neighbor dengan BGP
router ID terkecil.
11. Lebih memilih rute melalui neighbor dengan IP
address terkecil.
2.1.3.6 IGP (Interior Gateway Protocol)
Di dalam jaringan yang besar seperti internet, jaringan
kecil dibagi menjadi beberapa autonomous system (AS). Setiap
AS mengatur daerahnya sendiri, setiap jaringan terhubung ke
internet melalui jaringan AS-nya sendiri. Beberapa protocol
routing yang digunakan untuk mengatur sistem yang terdapat
pada AS dinamakan Interior Gateway Protocol (IGP). Protokol ini
menerapkan bahwa router-router saling berhubungan dengan
20
sistem mereka dan secara bebas saling menukarkan informasi
routing dengan beberapa router yang ada pada satu AS.
2.1.3.7 EGP (Eksterior Gateway Protocol)
Sesuai namanya, eksterior, routing protokol jenis ini
memiliki kemampuan pertukaran rute dari dan keluar jaringan
lokal sebuah organisasi atau kelompok tertentu. Organisasi atau
kelompok tertentu diluar organisasi pribadi sering disebut dengan
istilah autonomous system (AS). Maksudnya rute-rute yang
dimiliki oleh sebuah AS dapat juga dimiliki oleh AS lain yang
berbeda kepentingan dan otoritas. Begitu juga dengan AS tersebut
dapat memilki rute-rute yang dipunyai oleh organisasi lain.
2.1.3.8 OSPF (Open Shortest Path First)
OSPF merupakan sebuah routing yang berstandar terbuka
dimana ini memiliki arti bahwa protokol routing ini bukan ciptaan
dari vendor manapun, sehingga perangkat manapun dapat
kompatibel dengan protokol routing ini dan juga dapat
diimplementasikan dimanapun. Selain itu OSPF merupakan
protokol routing yang menggunakan konsep hierarki routing,yang
artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan.
Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem
pengelompokan area. Sehingga dengan konsep ini sistem
penyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi,
21
tidak menyebar kesana kemari dengan sembarangan. Efek dari
keteraturan tersebut dapat membuat penggunaan bandwith
menjadi lebih efisien, lebih cepat mencapai konvergensi, dan
lebih presisi dalam menentukan rute-rute terbaik menuju sebuah
destination. Teknologi yang digunakan oleh protokol routing ini
adalah teknologi link-state yang memang didesain untuk bekerja
dengan sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi
rute.
2.1.3.9 IPSec (IP Security)
Ipsec (singkatan dari IP Security) adalah sebuah protokol
yang digunakan untuk mengamankan transmisi datagram dalam
sebuah internetwork berbasis TCP/IP. Ipsec mendefinisikan
beberapa standar untuk melakukan enkripsi data dan juga
integritas data pada lapisan kedua dalam DARPA Reference
Model (internetwork layer).IPSec melakukan enkripsi terhadap
data pada lapisan yang sama dengan protokol IP dan
menggunakan teknik tunneling untuk mengirimkan informasi
melalui jaringan Internet atau dalam jaringan Intranet secara
aman.IPSec didefinisikan oleh badan Internet Engineering Task
Foce (IETF) dan diimplementasikan di dalam banyak sistem
operasi.
22
2.1.4 Topologi Jaringan
Menurut Stallings (2001,p437) topologi adalah struktur yang terdiri
dari jalur switch, yang mampu menampilkan komunikasi interkoneksi
diantara simpul-simpul dari sebuah jaringan. Topologi jaringan dapat dibagi
dua berdasarkan struktur dari jaringan tersebut, yaitu : Physical Topology dan
Logical Topology.
1. Physical Topolgy
Gambaran secara fisik dari hubungan antara komponen-komponen dalam
suatu jaringan yang meliputi server, workstation, hub, switch, dll. Bentuk
umum yang sering digunakan adalah Bus, Star, dan Ring.
•
Topologi Bus
Beberapa simpul / node dihubungkan dengan jalur data (bus). Masing
- masing node dapat melakukan tugas-tugas dan operasi yang berbeda namun
semua mempunyai hierarki yang sama (Cisco Systems, 2008a).
Gambar 2.2 Topologi Bus
•
Topologi Star
Beberapa simpul / node dihubungkan dengan simpul pusat/host,
yang membentuk jaringan fisik seperti bintang, semua komunikasi
23
ditangani langsung dan dikelola oleh host yang berupa mainframe
komputer (Cisco Systems, 2008a).
Gambar 2.3 Topologi Star
•
Topologi Ring
Merupakan hubungan antar simpul / node secara serial dalam
bentuk suatu lingkaran tertutup. Dalam bentuk ini tak ada central node /
host, semua mempunyai hierarki yang sama (Cisco Systems, 2008a).
Gambar 2.4 Topologi Ring
•
Topologi Mesh
Jaringan dengan Topologi masih mempunyai jalur ganda dari
setiap perangkat pada jaringan seperti pada gambar di atas. Semakin
24
banyak jumlah komputer pada jaringan, semakin sulit cara pemasangan
kabel-kabel pada jaringan tersebut karena jumlah kabel-kabel yang harus
di pasang menjadi berlipat ganda. Oleh karena itu, pada jaringan mesh
yang murni, setiap perangkat jaringan dihubungkan satu sama lain
menggunakan jalur ganda untuk hub-hub utama sebagai jalur cadangan
jika terjadi masalah di jalur utama.
Gambar 2.5 Topologi Mesh
•
Topologi Hybrid
Gabungan dari beberapa topologi (bus,ring,star,atau mesh).
Topologi ini mengkombinasikan keunggulan-keunggulan dari setiap
topologi dan menimimalisir kelemahan. Contoh dari topologi ini adalah
Topologi Pohon, yang merupakan gabungan antara topologi bus dengan
topologi star.
25
Gambar 2.6 Topologi Hybrid
2. Logical Topology
Logical topology adalah gambaran secara maya bagaimana sebuah host dapat
berkomunikasi melalui medium. Bentuk umum yang sering digunakan adalah
Broadcast dan Token Passing.
•
Ethernet
Teknologi ethernet adalah teknologi yang paling umum untuk
teknologi jaringan LAN. Ethernet dirancang untuk jaringan yang tidak
membutuhkan kecepatan tinggi, berjarak dekat, jaringan komputer dalam
ruangan. Cara kerjanya adalah broadcast ( menyebarkan data ke seluruh
komputer ). Saat sebuah host mengirimkan data ke sebuah komputer
maka seluruh komputer yang ada dalam jaringan tersebut akan menerima
data tersebut. Tetapi hanya komputer yang dituju saja yang memproses
data tersebut. Dengan keadaan seperti ini akan memungkinkan terjadinya
26
tabrakan data saat dua buah host atau lebih mengirimkan data secara
bersamaan. Hal ini dapat diatasi dengan sebuah mekanisme deteksi
tabrakan dan pemulihan yang disebut dengan CSMA / CD ( Carrier
Sense Multiple Access / Collision Detection ). Topologi fisik yang
didukung ethernet adalah semua topologi kecuali ring.
•
Broadcast
Topologi ini mengartikan bahwa setiap host yang mengirim
packet akan mengirimkan packetnya ke semua host.
•
Token – Pasing
Mengendalikan akses jaringan dengan mempass-kan sebuah token
elektronik yang secara sekuensial akan melalui masing-masing anggota
dari jaringan komputer. Ketika sebuah komputer mendapatkan token
tersebut, berarti komputer tersebut diperbolehkan mengirim data. Jika
komputer tersebut tidak memiliki data yang akan dikirim, maka token
akan dilewatkan ke komputer berikutnya.
•
FDDI
Teknologi ini adalah teknologi yang paling mahal dan canggih
dibandingkan token-passing dan ethernet. FDDI dirancang untuk jaringan
yang berkecepatan sangat tinggi. Biasanya FDDI ditaruh pada jaringan
backbone untuk menangani arus data yang sibuk. Cara kerjanya hampir
sama dengan token ring tetapi kelebihannya FDDI memiliki jalur
cadangan seandainya jalur utama putus. Topologi fisik yang didukung
FDDI adalah topologi dual ring.
27
2.1.5 Protokol
Protokol jaringan menurut Tanenbaum adalah suatu set aturan
yang mengatur cara perangkat-perangkat salam suatu jaringan bertukar
informasi (Tanenbaum,2003,p27). Fungsi-fungsi protokol dibagi menjadi
beberapa kategori, yaitu :
•
Enkapsulasi
•
Segmentasi dan reassembling
•
Kontrol Koneksi (Connection Control)
•
Pengiriman sesuai order (Orderal Delivery)
•
Flow control
•
Error control
•
Pengalamatan (Addressing)
•
Multiplexing
•
Servis-servis Transmisi (Transmission services)
Model
yang paling sering digunakan adalah model referensi Open
System Interconnection (OSI). Pada OSI terdapat tujuh layer komunikasi,
yaitu physical, data link, network, transport, session, presentation, dan
application. Sedangkan model TCP/IP Layer yang mempunyai empat
layer, yaitu network interface, internet, transport, dan application
merupakan protokol jaringan yang saat ini sangat umum digunakan untuk
internetworking.
28
2.1.6
Model OSI Layer
Open System Interconnection (OSI) adalah suatu model jaringan
yang didesain oleh International Organization of Standarization (ISO).
ISO adalah Sebuah Lembaga International pengembangan standar untuk
berbagai subyek. Organisasi ini bersifat sukarela. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan pengembangan standarisasi dan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan hal itu untuk memfasilitasi pertukaran barang dan jasa
di lingkup internasional dan mengembangkan kerjasama dalam bidang
dan kegiatan intelektual, ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi.
(Stallings,2001,p25)
OSI layer adalah model untuk arsitektur komunikasi komputer,
serta sebagai kerangka kerja bagi pengembangan standard-standard
protokol. (Stallings, Jaringan Komputer,p.21). Lapisan pada Model OSI,
yaitu :
Gambar 2.7 OSI Layer
29
1.
Physical Layer
Meliputi interface fisik antara suatu perangkat transmisi
data (misalnya, workstation, komputer) dengan sebuah media
transmisi atau jaringan. Layer ini berhubungan langsung dengan
hardware. Physical Layer mendefinisikan semua spesifikasi fisik
dan elektris untuk semua peralatan meliputi level tegangan,
spesifikasi kabel, tipe konektor dan timing. Physical layer
melakukan dua hal: mengirim dan menerima bit. Bit hanya
mempunyai dua nilai, 1 dan 0. Physical layer berkomunikasi
langsung dengan berbagai jenis media komunikasi. Berbagai jenis
media yang berbeda merepresentasikan nilai bit ini dengan cara
yang berbeda. Beberapa menggunakan nada audio, sementara
yang lain menggunakan state transition yaitu perubahan tegangan
listrik dari tinggi ke rendah dan sebaliknya (Forouzan, Behrouz
A., Data Communications And Networking, 2003, p32).
2.
Data Link Layer
Data Link Layer berfungsi menghasilkan alamat fisik
(physical addressing), pesan-pesan kesalahan (error notifications),
pemesanan pengiriman data (flow control). Switch dan bridge
merupakan peralatan yang bekerja yang bekerja pada layer ini.
3.
Network Layer
Network Layer menyiapkan transfer informasi diantara
end-system lewat jaringan komunikasi. Bertanggung jawab
terhadap pengiriman paket data dari sumber awal ke tujuan akhir.
30
Network Layer bertanggung jawab dalam network routing,
addressing, dan logical protocol. Peralatan yang bekerja pada
layer ini adalah router.
4.
Transport Layer
Berfungsi untuk menyediakan suatu mekanisme perubahan
data di antara ujung sistem (memecah informasi menjadi paketpaket dan menyusun paket-paket menjadi informasi).
5.
Session Layer
Layer ini berfungsi untuk menyelenggarakan, mengatur
dan memutuskan sesi komunikasi. Session Layer menyediakan
layanan kepada layer presentation dan mengatur pertukaran.
6.
Presentation Layer
Presentation Layer merupakan layer penerjemah, enkripsi,
dekripsi dan kompresi. Layer ini didesain untuk menangani syntax
dan semantic dari pertukaran informasi antara dua sistem.
(Forouzan, Behrouz A., Data Communications And Networking,
2003,p40).
7.
Application Layer
Application
Layer
bertanggung
jawab
dalam
hal
penyediaan layanan untuk user. Layer ini menyediakan user
interface dan mendukung layanan seperti e-mail, remote file
access dan transfer, internet dan lain-lain. (Forouzan, Behrouz A.,
Data Communications And Networking, 2003, p39).
31
2.1.7
TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol)
Model TCP/IP dikembangkan oleh ARPANET yang disponsori
oleh departemen pertahanan USA (DoD) dengan tujuan ingin
menciptakan suatu jaringan yang dapat bertahan dalam segala kondisi
(Tanenbaum, 2003, p41).
Saat ini TCP/IP adalah protokol standar yang paling banyak
digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer dan jaringan untuk
membentuk sebuah jaringan yang luas (WAN). TCP/IP merupakan
sebuah standar jaringan terbuka yang bersifat independen terhadap
mekanisme transport jaringan fisik yang digunakan sehingga dapat
digunakan dimana saja. Protokol ini menggunakan skema pengalamatan
yang sederhana yang disebut sebagai alamat IP (IP Address) yang
mengizinkan hingga beberapa ratus juta komputer untuk dapat saling
berhubungan satu sama lainnya di Internet. Protokol ini juga bersifat
routable yang berarti protokol ini cocok untuk menghubungkan sistemsistem berbeda (seperti Microsoft Windows dan keluarga UNIX) untuk
membentuk jaringan yang heterogen.
Sekumpulan protokol TCP/IP dimodelkan dengan empat layer
yaitu : Data Link Layer ( Ethernet, X.25,SLIP, PPP), Internet Layer
(IP,ICMP,ARP), Transport Layer (TCP,UDP) dan Application Layer
(SMTP,FTP,HTTP,dll).
32
1. Application Layer
Layer ini mengintegrasikan berbagai macam aktifitas dan tugas-tugas yang
melibatkan fokus dari layer OSI yaitu Application, Presentation dan Session.
Layer ini juga mendefinisikan protokol untuk komunikasi aplikasi node-tonode dan juga mengendalikan spesifikasi tatap muka pengguna.
2. Transport Layer
Layer ini sejalan dengan layer Transport di model OSI. Layer ini
mendefinisikan protokol untuk mengatur tingkat layanan transmisi untuk
aplikasi. Layer ini juga menangani masalah seperti menciptakan komunikasi
end-to-end yang handal dan memastikan data bebas dari kesalahan saat
pengiriman, serta menangani mengenai urutan paket dan menjaga integritas
data.
3. Internet Layer
Layer ini setara dengan layer Network dalam OSI, yaitu
mengalokasikan protokol yang berhubungan dengan transmisi logika sebuah
paket ke seluruh jaringan. Layer ini menjaga pengalamatan host dengan
memberikan alamat IP dan menangani routing dari paket yang melalui
beberapa jaringan.
4. Network Access Layer
Layer ini merupakan gabungan dari layer Physical dan Data Link di
OSI. Layer ini memantau pertukaran data antara host dan jaringan, dan
33
bertugas mengawasi pengalamatan secara hardware dan mendefinisikan
protokol untuk transmisi fisik data.
2.1.8
IETF (The Internet Engineering Task Force)
Internet Engineering Task Force(disingkat IETF), merupakan
sebuah organisasi internasional yang menjaring banyak pihak (baik itu
individual ataupun organisasional) yang tertarik dalam pengembangan
jaringan komputer dan Internet. Organisasi ini diatur oleh IESG (Internet
Engineering Steering Group), dan diberi tugas untuk mempelajari
masalah-masalah teknik yang terjadi dalam jaringan komputer dan
internet, dan kemudian mengusulkan solusi dari masalah tersebut dari
IAB (Internet Architecture Board); IAB bertanggung jawab menentukan
keseluruhan arsitektur internet, memberikan petunjuk dan bimbingan
umum kepada IETF, IETF merupakan pihak yang mempublikasikan
spesifikasi yang membuat standar protokol TCP/IP. (Stallings, 2001, p23)
ITU-T (Internasional Telecommunication Union-Telecommunication
Standardization Sector) Merupakan bagian dari agen spesialisasi
Amerika Serikat. Tujuan Utamanya adalah membuat standarisasi,
menentukan apa yang diperlukan, acuan teknis, dan operasi dalam
telekomunikasi internasional, tanpa memperhatikan pada negara asal dan
tujuan. (Stallings, 2001, p27).
34
2.1.9
Backbone Network
Jaringan Backbone adalah jaringan yang menghubungkan beberapa
infrastruktur jaringan lokal yang memiliki kecepatan rendah melalui Gateway.
Keuntungan menggunakan jaringan Backbone adalah:
-
kemampuan jaringan lebih tinggi
-
instalasi lebih sederhana dan mudah
Tetapi penggunaan jaringan backbone membutuhkan biaya yang relatif
tinggi, baik untuk instalasi maupun perawatannya.Berikut gambar Hirarki
Infrastruktur Telekomunikasi yang berkaitan dengan jaringan backbone dan
bentuk-bentuk fisiknya:
Gambar 2.8 Hirarki Infrastruktur Telekomunikasi
35
Teknologi yang digunakan untuk membangun suatu jaringan backbone
adalah:
–
Bridge backbone ring
–
Fiber Distributed Data Interface (FDDI) : 100 Mbps, Sistem dual ring
dengan protocol MAC token ring
–
Asynchronous Transfer Mode ( ATM ), lokal switch, atau public switch
Beberapa Alasan yang mendasari digunakannya jaringan backbone
Adalah sebagai berikut:
-
Semakin meningkatnya kebutuhan interkoneksi antar jaringan lokal
yang ada
-
Meningkatnya kecepatan transfer data khususnya untuk data grafis,
video, dan audio, karena kecepatan transfer data FDDI dapat
mencapai 100 Mbps
-
Konsep instalasi dan manajemen jaringan backbone lebih sederhana ,
tetapi jarak jangkauan dapat lebih luas dan jauh
-
Jaringan backbone dapat meningkatkan kemampuan dan mengatasi
bottleneck transfer
-
Dengan sistem dual ring, FDDI memiliki fault tolerance ( ketahanan
kegagalan ) yang lebih tinggi
36
2.1.10 GNS 3
Open source network simulator yg dapat mesimulasikan network
yang kompleks dan digunakan di berbagai OS seperti Windows, MacOS,
Linux. Dalam operasionalnya GnS harus didukung oleh :
•
Dynamips : Basic (core) programs yg menjalankan CISCO IOS
Emulation
•
Dynagen : Hasil teks dari dynamips.
•
Pemu
: Emulator firewall Cisco berbasis Qemu.
GNS adalah tool pelengkap yang bagus digunakan untuk mengadaptasi
CISCO dan bereksperimen di dalamnya ataupun untuk mengecek configurasi
yang akan digunakan nantinya pada router real.
2.2
Arsitektur MPLS
Multiprotocol Label Switching (disingkat menjadi MPLS) adalah
teknologi penyampaian paket pada jaringan backbone berkecepatan tinggi. Asas
kerjanya menggabungkan beberapa kelebihan dari sistem komunikasi circuitswitched dan packet-switched yang melahirkan teknologi yang lebih baik dari
keduanya. Sebelumnya, paket-paket diteruskan dengan protokol routing seperti
OSPF, IS-IS, BGP, atau EGP. Protokol routing berada pada lapisan network
(ketiga) dalam sistem OSI,
Jaringan MPLS menggunakan Protocol routing layer tiga yang ada serta
protocol dan mekanisme transport layer dua.
37
1. Layer 3 VPN – menggunakan Border Gateway Protocol
2. Layer 2 VPN – Any Transport over MPLS (AtoM)
Layer 3 VPN
Layer 3 VPNs atau BGP VPNs, teknologi MPLS yang paling banyak
digunakan. Layer 3VPNs menggunakan “Virtual Routing Instances”
untuk membuat sebuah pemisahan table routing untuk tiap-tiap
pelanggan/subscriber, dan menggunakan BGP untuk membentuk koneksi
(peering relations)dan signal VPN-berlabel dengan masing-masing router
Provider Edge (PE) yang sesuai. Hasilnya sangat scalable untuk
diimplementasikan, karena router core (P) tidak memiliki informasi
tentang
VPNs.
BGP
VPNs
sangat
berguna
ketika
pelanggan
menginginkan koneksi Layer 3 (IP), dan lebih menyukai untuk mebuang
overhead routing ke Service Provider. Hal ini menjamin bahwa
keanekaragaman interface Layer 2 dapt digunakan pada tiap sisi/slde
VPN. Contoh Site A menggunakan interface Ethernet, sementara site B
menggunakan interface ATM ; Site A dan Site B adalah bagian dari
single VPN, Banyak ragam routing protocol yang digunakan pada link
akses pelanggan (yaitu link CE ke PE); Static Routes, BGP, RIP dan
Open Shortest Path First (OSPF).
VPNs paling banyak menggunakan Static Routes, diikuti dengan
routing BGP. Layer 3 VPNs menawarkan kemapuan lebih, seperti InterAS
dan
Carrier
Supporting
Carrier
(CSC).Hierarchical
VPNs,
memungkinkan Service Provider menyediakan koneksi melewati
38
“multiple administrative networks ”. Saat ini, penerapan awaldari fungsi
ini sudah tersebar luas.
Layer 2 VPN
Layer 2 VPNs mengacu pada kemampuan dan kebutuhan dari
pelanggan Service Provider untuk menyediakan layer 2 Circuits melalui
“MPLS-enabled IP backbone”. Penting untuk memahami 3 komponen
utama dari Layer 2 VPN:
1. Layer 2 transport over over MPLS – Layer 2 circuit – membawa data
secara transparent – melalui MPLS enabled IP backbone (juga dikenal
sebagai AToM)
2. Virtual Private Wire Services – Kemampuan menambahkan Virtual
switch Instances (VSLs) pada router PeE untuk membentuk “LAN based
services” melalui MPLS-enabled IP backbone.
3. Virtual Private LAN Services – Kemampuan
menambahkan Virtual
Switch Instances (VSLs) pada router PE untuk membentuk “LAN Based
services” melalui MPLS-enabled IP backbone.
Circuits layer 2 yang didominan adalah Ethernet, ATM, Frame
Relay, PPP, dan HLDC. AToM dan Layer 3 VPN didasarkan pada
konsep yang sama. Sebelum ada AToM, service Provider harus
membangun jaringan yang berbeda untuk menyediakan koneksi Layer 2.
Contoh, Service Provider harus membangun sebuah ATM dan sebuah
Frame Relay Network, Hasilnya peningkatan biaya operasional dan
“capital expences”.Saat ini, Layer 2 VPN MPLS memungkinkan Service
39
Provider untuk menggabungkan jenis jaringan yang berbeda ini, sehingga
menghemat biaya operasional dan “capital expences”secara signifikan.
IETF membentuk kelompok kerja MPLS pada tahun 1997 guna
mengembangkan metode umum yang telah distandarkan . Tujuan dari
kelompok kerja MPLS ini adalah untuk menstandarkan protokol-protokol
yang menggunakan teknik pengiriman label swapping (pertukaran label).
Penggunaan label swapping ini memiliki banyak keuntungan antara lain
bisa memisahkan masalah routing dari masukkan forwarding. Routing
merupakan masalah jaringan global yang membutuhkan kerjasama dari
semua router sebagai partisipan.
Sedang forwarding (pengiriman ) merupakan masalah setempat.
Router Switch mengambil keputusannya sendiri tentang jalur mana yang
akan
diambil.
MPLS
juga
memiliki
kelebihan
yang
mampu
memperkenalkan kembali connection stack ke dalam dataflow. IP
Arsitektur MPLS dipaparkan dalam RFC-3031 [ROSEN, 2001]
Jaringan MPLS terdiri atas sirkuit yang disebut label switched
path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut label-switched
router (LSR) Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah forwarding
equivalence class (FEC), yang merupakan kumpulan paket yang
menerima perlakuan forwarding yang sama di sebuah LSR.FEC
diidentifikasikan dengan pemasangan label.
Untuk membentuk LSP, diperlukan suatu protokol persinyalan.
Protokol ini menentukan forwarding berdasarkan label pada paket. Label
yang pendek dan berukuran tetap mempercepat proses forwarding dan
40
mempertinggi fleksibilitas pemilihan path .Hasilnya adalah network
datagram yang bersifat lebih connection orriented dan delay yang lebih
cepat.
2.2.1 MPLS dengan Intergrated Sevice
IntServ merupakan skema yang diajukan untuk mengelola QoS
dengan tujuan menyediakan sumber daya seperti bandwith untuk trafik
dari ujung ke ujung. IntServ (Braden, 1994, 1) terutama ditujukan untuk
aplikasi yang peka terhadap tundaan dan keterbatasan bandwith, seperti
video conference dan VoIP. Arsitektur berdasar sistem pencadangan
sumber daya per aliran trafik. Setiap aplikasi harus mengajukan
permintaan bandwith, baru kemudian melakukan tranmisi data. Masalah
dalam IntServ adalah skalabilitas (Braden, 2000, p3). Setiap node di
network harus mengenali dan mengakui mekanisme ini. Maka IntServ
menjadi baik hanya untuk voice dan video, tetapi sangat tidak tepat untuk
aplikasi semacam web yang aliran trafiknya banyak tapi datanya kecil.
2.2.2 DiffServ
DiffServ (Blake, 1998, p2) menyediakan diferensiasi layanan,
dengan membagi trafik atas kelas-kelas, dan memperlakukan setiap kelas
secara berbeda. Identifikasi kelas dilakukan dengan memasang semacam
kode DiffServ, disebut DiffServ code point (DSCP), ke dalam paket IP.
Dengan cara ini, klarifikasi paket melekat pada paket, dan bisa diakses
tanpa perlu protokol persinyalan tambahan.
41
Jumlah kelas tergantung pada provider, dan bukan merupakan
standar. Pada trafik lintas batas provider, diperlukan kontrak trafik yang
menyebutkan pembagian kelas dan perlakuan yang diterima untuk setiap
kelas. Jika suatu provider tidak mampu menangani DiffServ, maka paket
ditransferkan apa adanya sebagai paket IP biasa, namun di provider
berikutnya, DS field kembali diakui oleh provider. Jadi secara
keseluruhan, Paket-paket DiffServ tetap akan menerima perlakuan lebih
baik.
DiffServ tidak memiliki masalah skalabilitas. Informasi DiffServ
hanya
sebatas
jumlah
kelas,
tidak
tergantung
besarnya
trafik
(dibandingkan IntServ). Skema ini juga dapat diterapkan bertahap, tidak
perlu sekaligus ke seluruh network.
2.2.3
Enkapsulasi Paket dalam MPLS
Header MPLS terdiri atas 32 bit data, termasuk 20 bit label, 3 bit
eksperimen, dan 1 bit identifikasi stack, serta 8 bit TTL. Label adalah
bagian dari header, memiliki panjang yang bersifat tetap, dan merupakan
satu-satunya tanda identifikasi paket. Label digunakan untuk proses
forwarding, termasuk proses traffic engineering.
Setiap LSR memiliki tabel yang disebut label-switching table.
Tabel itu berisi pemetaan label masuk, label keluar, dan link ke LSR
berikutnya. Saat LSR menerima paket, label paket akan dibaca, kemudian
diganti dengan label keluar, lalu paket dikirimkan ke LSR berikutnya.
Selain paket IP, paket MPLS juga bisa dienkapsulasikan kembali dalam
42
paket MPLS. Maka sebuah paket bisa memiliki beberapa header. Dan bit
stack pada header menunjukkan apakah suatu header sudah terletak di
‘dasar’ tumpukan header MPLS itu.
Gambar 2.8 Enkapsulasi Paket dalam MPLS
2.2.4 Cara Kerja MPLS
Dibawah ini menggambarkan cara kerja router yang digerakkan
dengan MPLS
1.
Sebelum paket dikirim, protokol LDP (Label Distribution
Protocol) dan Routing Protocol (seperti OSPF dan BGP)
menentukan terlebih dahulu jalur melalui jaringan yang disebut
dengan Label Switching Path (LSP).
2.
Paket masuk ke dalam domain MPLS melalui jalan masuk
(ingress edge) LER. Disinilah paket itu diolah untuk menentukan
kebutuhannya
akan
layanan
layer
3
di
jaringan.
LER
memberikannya kepada FEC tertentu dan LSP, lalu setelah itu
paket dikirimkan.
43
3.
Setiap LSR yang menerima paket berlabel mengambil label yang
masuk dan memasangkan kabel yang keluar pada paket tertentu,
dan mengirimkan paket itu ke LSR berikutnya dalam LSP.
4.
Jalan keluar (egress edge) LER mengambil label tersebut,
membaca header paket IP-nya dan mengirim paket itu ke tujuan
akhirnya.
2.2.5
MPLS with Traffic Engineering
Rekayasa trafik (traffic engineering, TE) adalah proses pemilihan
saluran data trafik untuk menyeimbangkan beban trafik pada berbagai
jalur dan titik dalam network. Tujuan akhirnya adalah memungkinkan
operasional network yang handal dan efisien, sekaligus mengoptimalkan
penggunaan sumberdaya dan performansi trafik. TE untuk MPLS
(disebut MPLS-TE) dipandu oleh RFC 2702 (Awduche,1999,3). RFC
2702 menyebutkan tiga masalah dasar berkaitan dengan MPLS-TE, yaitu:
ƒ
Pemetaan paket ke dalam FEC
ƒ
Pemetaan FEC ke dalam trunk trafik
ƒ
Pemetaan trunk trafik ke topologi network fisik melalui LSP
Namun RFC 2702 hanya membahas soal ketiga. Soal lain dikaji
sebagai soal-soal QoS. Model MPLS-TE dapat disusun atas komponenkomponen: manajemen path, penempatan trafik, penyebaran keadaan
network, dan manajemen network.
44
2.2.5.1 Manajemen Path
Manajemen path meliputi proses-proses pemilihan route
eksplisit berdasar kriteria tertentu, serta pembentukan dan
pemeliharaan tunnel LSP dengan aturan-aturan tertentu. Proses
pemilihan route dapat dilakukan secara administratif, atau secara
otomatis dengan proses routing yang bersifat constraint-based.
Proses constraint-based dilakukan dengan kalkulasi berbagai
alternatif routing untuk memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
dalam
kebijakan
administratif.
Tujuannya
adalah
untuk
mengurangi pekerjaan manual dalam TE. Setelah pemilihan,
dilakukan penempatan path dengan menggunakan protokol
persinyalan, yang juga merupakan protokol distribusi label.
Ada dua protokol jenis ini yang sering dianjurkan untuk
dipakai, yaitu RSVP-TE dan CR-LDP. Manajemen path juga
mengelola pemeliharaan path, yaitu menjaga path selama masa
transmisi, dan mematikannya setelah transmisi selesai.
Terdapat sekelompok atribut yang melekat pada LSP dan
digunakan dalam operasi manajemen path. Atribut-atribut itu
antara lain:
Atribut parameter trafik
Karakteristrik trafik yang akan ditransferkan, termasuk nilai
puncak, nilai rerata, ukuran burst yang dapat terjadi, dll. Ini
45
diperlukan untuk menghitung resource yang diperlukan dalam
trunk trafik.
Atribut pemilihan dan pemeliharaan path generik
Aturan yang dipakai untuk memilih route yang diambil oleh trunk
trafik, dan aturan untuk menjaganya tetap hidup.
Atribut prioritas
Menunjukkan prioritas pentingnya trunk trafik, yang dipakai baik
dalam pemilihan path, maupun untuk menghadapi keadaan
kegagalan network.
Atribut pre-emption,
Untuk menjamin bahwa trunk trafik berprioritas tinggi dapat
disalurkan melalui path yang lebih baik dalam lingkungan
DiffServ. Atribut ini juga dipakai dalam kegiatan restorasi
network setelah kegagalan.
Atribut perbaikan
Menentukan perilaku trunk trafik dalam kedaan kegagalan. Ini
meliputi deteksi kegagalan, pemberitahuan kegagalan, dan
perbaikan.
Atribut policy
menentukan tindakan yang diambil untuk trafik yang melanggar,
misalnya trafik yang lebih besar dari batas yang diberikan. Trafik
seperti ini dapat dibatasi, ditandai, atau diteruskan begitu saja.
46
Atribut-atribut ini memiliki banyak kesamaan dengan
network yang sudah ada sebelumnya. Maka diharapkan tidak
terlalu sulit untuk memetakan atribut trafik trunk ini ke dalam
arsitektur switching dan routing network yang sudah ada.
2.2.5.2 Penempatan Trafik
Setelah LSP dibentuk, trafik harus dikirimkan melalui
LSP. Manajemen trafik berfungsi mengalokasikan trafik ke dalam
LSP yang telah dibentuk. Ini meliputi fungsi pemisahan, yang
membagi trafik atas kelas-kelas tertentu, dan fungsi pengiriman,
yang memetakan trafik itu ke dalam LSP.
Hal yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah
distribusi beban melewati deretan LSP. Umumnya ini dilakukan
dengan menyusun semacam pembobotan baik pada LSP-LSP
maupun pada trafik-trafik. Ini dapat dilakukan secara implisit
maupun eksplisit.
2.2.5.3 Penyebaran Informasi Keadaan Network
Penyebaran ini bertujuan membagi informasi topologi
network ke seluruh LSR di dalam network. Ini dilakukan dengan
protokol gateway seperti IGP yang telah diperluas. Perluasan
informasi meliputi bandwidth link maksimal, alokasi trafik
maksimal, pengukuran TE default, bandwidth yang dicadangkan
untuk setiap kelas prioritas, dan atribut-atribut kelas resource.
47
Informasi-informasi ini akan diperlukan oleh protokol persinyalan
untuk memilih routing yang paling tepat dalam pembentukan
LSP.
2.2.5.4 Manajemen Network
Performansi MPLS-TE tergantung pada kemudahan
mengukur dan mengendalikan network. Manajemen network
meliputi
konfigurasi
network,
pengukuran
network,
dan
penanganan kegagalan network. Pengukuran terhadap LSP dapat
dilakukan seperti pada paket data lainnya. Traffic flow dapat
diukur dengan melakukan monitoring dan menampilkan statistika
hasilnya. Path loss dapat diukur dengan melakukan monitoring
pada ujung-ujung LSP, dan mencatat trafik yang hilang. Path
delay
dapat
diukur
dengan
mengirimkan
paket
probe
menyeberangi LSP, dan mengukur waktunya. Notifikasi dan
alarm
dapat
dibangkitkan
jika
parameter-parameter
yang
ditentukan itu telah melebihi ambang batas.
2.2.5.5 Protokol Persinyalan
Pemilihan path, sebagai bagian dari MPLS-TE, dapat
dilakukan dengan dua cara: secara manual oleh administrator, atau
secara otomatis oleh suatu protokol persinyalan. Dua protokol
48
persinyalan yang umum digunakan untuk MPLS-TE adalah CRLDP dan RSVP-TE.
RSVP-TE memperluas protokol RSVP yang sebelumnya
telah digunakan untuk IP, untuk mendukung distribusi label dan
routing eksplisit. Sementara itu CR-LDP memperluas LDP yang
sengaja dibuat untuk distribusi label, agar dapat mendukung
persinyalan berdasar QoS dan routing eksplisit.
Ada banyak kesamaan antara CR-LDP dan RSVP-TE
dalam kalkulasi routing yang bersifat constraint-based. Keduanya
menggunakan informasi QoS yang sama untuk menyusun routing
eksplisit yang sama dengan alokasi resource yang sama.
Perbedaan utamanya adalah dalam meletakkan layer tempat
protokol persinyalan bekerja. CR-LDP adalah protokol yang
bekerja di atas TCP atau UDP, sedangkan RSVP-TE bekerja
langsung di atas IP. Perbandingan kedua protokol ini dipaparkan
dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan CR-LDP dengan RSVP-TE
49
2.3
Karakteristik Performa Jaringan
Secara tidak formal, jaringan dapat diklasifikasikan sebagai low speed
dan high speed. Bagaimanapun teknologi jaringan sudah berkembang dengan
cepat sekali dan jaringan diklasifikasikan sebagai high speed selama 3 atau 4
tahun belakangan ini. Ketika para ahli perlu untuk menspesifikasikan kecepatan
jaringan secara tepat, mereka tidak menggunakan aturan kualitatif. Mereka
menggunakan perhitungan kuantitatif. Meskipun pemula kesulitan mengerti
pengukuran kuantitatif, pengukuran kuantitatif pentig karena memungkinkan
untuk membandingkan antara 2 jaringan.
Berikut ini adalah ukuran performa jaringan berdasarkan standart yang dibuat
oleh PT. Telkom, Tbk berkerja sama dengan CISCO.
Tabel 2.2 Tabel Standart Performa Jaringan
Kelas Layanan
Deskripsi
Aplikasi
Layanan untuk
INTERACTIVE
mendukung
Voice Call,
availability=99 %
komunikasi real time
Video
Latency=125 ms
yang sensitif terhadap
Conferencing
Jitter=75 ms
Managed
(dengan QoS)
Packet loss <=0,5 %
Layanan untuk
SAP, Oracle,
mendukung aplikasi
aplikasi client
kritikal yang real
server,
time dan time
aplikasi
dependent
CE Services
Network
delay dan jitter
GOLD
SLA Parameter
berbasis web
Network
availability=99 %
Latency=125 - 150 ms
Managed
(dengan QoS)
Packet loss <=5 %
Layanan untuk
mendukung aplikasi
SILVER
non kritikal yang
kurang sensitif
terhadap delay
Sumber : PT Telkom
Email, HTTP,
Network
Unmanaged
FTP, SMTP
availability=99 %
(tanpa QoS)
50
1. Paket Loss
Paket loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket IP mencapai
tujuannya. Kegagalan peket tersebut mencapai tujuan, dapat disebabkan oleh
beberapa kemungkinan, diantaranya yaitu :
1. Terjadinya overload trafik didalam jaringan.
2. Tabrakan (congestion) dalam jaringan.
3. Error yang terjadi pada media fisik.
4. Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa disebabkan karena
overflow yang terjadi pada buffer.
Di dalam implementasi jaringan IP, nilai packet loss ini diharapkan mempunyai
nilai minimum.
2. Delay
Delay dari sebuah jaringan menspesifikasikan berapa lama waktu yang
diperlukan sebuah bit untuk melewati jaringan dari satu komputer ke komputer
lain.Delay diukur dalam satuan detik. Delay dapat bernilai berbeda-beda,
tergantung dari lokasi beberapa pasang komputer yang
berkomunikasi .
Meskipun user hanya memperhatikan total delay dari sebuah jaringan, para ahli
perlu untuk membuat perhitungan yang tepat.Maka para ahli sering kali
melaporkan delay maksimum dan delay rata-rata, dan mereka membagi delay
dalam beberapa bagian.
Peralatan elektronik dalam suatu jaringan seperti hub,bridges atau switch
menampilkan
delay lain yang dikenal switching delay. Sebuah peralatan
elektronik menunggu hingga semua bit dari sebuah paket sampai, dan kemudian
51
memerlukan sejumlah waktu untuk memilih hop selanjutnya sebelum mengirim
paket. Delay di dalam jaringan dapat digolongkan sebagai berikut:
•
Packetisasi delay
Delay yang disebabkan oleh waktu yang diperlukan untuk proses
pembentukan paket IP dari informasi user. Delay ini hanya terjadi sekali
saja, yaitu di source informasi.
•
Queuing delay
Delay ini disebabkan oleh waktu proses yang diperlukan oleh router di
dalam menangani transmisi paket di sepanjang jaringan. Umumnya delay
ini sangat kecil, kurang lebih sekitar 100 microsecond.
•
Delay propagansi
Proses perjalanan informasi selama di dalam media transmisi, misalnya
SDH, coax atau tembaga, menyebabkan delay yang disebut dengan delay
propagasi.
3.
Throughput
Hal kedua yang penting dari jaringan yang dapat diukur secara
kuantitatif adalah throughput. Troughput adalah ukuran rata-rata dimana
data dapat dikirim melewati jaringan, dan biasanya dispesifikasikan
dalam bits per second (bps). Sebagian besar jaringan mempunyai
throughput sebesar beberapa million bits per second (Mbps), dan
sekarang telah mencapai beberapa Gigabits per second (Gbps).
52
4.
Utilisasi
Teknologi IP adalah teknologi connectionless oriented, dimana
proses transmisi informasi dari pengirim ke tujuannya tidak memerlukan
pendifinisian jalur terlebih dahulu, seperti halnya teknologi connection
oriented.
Dalam hal ini utilisasi / okupansi jaringan cendrung dipengaruhi
langsung oleh trafik yang ditransmisikan oleh melewati jaringan IP
tersebut. Sebagai gambaran pada tabel di bawah ini, menunjukan
besarnya bytes yang diperlukan untuk proses aplikasi IP.
Tabel 2.3 Tabel Ukuran Paket
Ukuran paket di dalam setiap aplikasi
Application
Packet Size
TelNet
64-1518 bytes
http
400-1518 bytes
NFS
64-1518 bytes
NetWare
500-1518 bytes
Multimedia
400-700 bytes
Utilisasi/okupansi IP yang dinyatakan dalam persen, dapat dijitung
sebagai berikut :
IP Occupancy = Average throughoutput of IP Traffic X 100 %
Bandwidth capacity of physical link
53
Seiring dengan perkembangan di teknologi jaringan IP dan kebutuhan
dari layanan yang jalan di jaringan tersebut, layanan di jaringan IP tidak lagi
hanya mengenai kelas Best Effort.
Jaringan
IP sudah dapat melakukan
pengolahan trafik sesuai permohonan dari pelanggan ataupun disesuaikan dengan
permintaan dari suatu layanan. Pengolahan trafik ini dikenal dengan QoS
(Qualitiy of Service). QoS di jaringan dapat dikelompokan berdasarkan kelas
layanan, mulai dari kelas Best Effort, kelas Real Time, kelas yang membagi atas
trafik yang dijamin dan Best Effort, dan kelas lain. Sebagai panduan, jaringan
yang sehat memenuhi kondisi seperti di bawah ini :
1. Utilisasi mencapai 15 % dalam sebagian besar waktu jaringan itu
berjalan.
2. Utilisasi padat dari 30 % hingga 35 % dalam beberapa detik, dengan
adanya jeda waktu yang besar antara kepadatan tersebut.
3. Utilisasi padat 50 % hingga 60 % dalam beberapa detik, dengan adanya
jeda waktu yang besar antara kepadatan tersebut. Tetapi harus ada alasan
yang jelas atas kepadatan tersebut, misalnya share file dalam jaringan.
(Sumber http://support.3com.com/infodeli/tools/tncsunix/product/091500/c8bandut.html)
Jika dilihat utilisasi padat hingga 30 % secara terus menerus, dapat diartikan
jaringan tersebut mengalami penurunan performa.
Perhitungan utilisasi dapat dilakukan dengan cara mengambil rata-rata
incoming dan outgoing trafik yang ada dalam pengambilan data CACTI.
54
Perhitungannya sebagai berikut :
Incoming Utilization = Data throughoutput terukur
X 100 %
Kapasitas bandwidth yang tersedia
Outgoing Utilization = Data throughoutput terukur
X 100 %
Kapasitas bandwidth yang tersedia
Download