naskah publikasi

advertisement
Working Paper Series No. 17
April 2006, First Draft
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN
ANAK DAN KUALITAS ANTENATAL CARE DI
PUSKESMAS KECAMATAN SEMARANG BARAT
Christina Widowati, Hakimi. H. M
Katakunci:
antenatal care (ANC)
manajemen pelayanan
kualitas pelayanan
-Tidak Untuk DisitasiProgram Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan,Universitas
Gadjah Mada
Yogyakarta 2007
Christina Widowati, Hakimi H. M; WPS no.17 April 2006 1st draft
HEALTH SERVICE MANAGEMENT OF MATERNAL AND
PERINATAL HEALTH AND QUALITY OF ANTENATAL CARE
IN PRIMARY HEALTH CARE IN THE SUB DISTRICT OF WEST
SEMARANG
Christina Widowati1, Hakimi H. M2
Abstract
Background One of the main targets of health development is
decreasing maternal mortality rate. The high rate of maternal
mortality was because of low health condition and bad nutrition
factors, and generally was also because of low quality of
pregnancy and birth. This could be prevented through Ante Natal
Care service which could detect and handle the high risk case,
giving health and safe delivery assistance as well as reachable
midwifery referral service when necessary. Therefore, a good
management of maternal and perinatal health (KIA) service
implementation not only concerned on the ability of ANC service
medical technique instead the improvement of management
ability.
Objective to find out the implementation of KIA service
management and Ante Natal Care (ANC) service quality in the
Primary Health Care.
Method This research was case study with cross sectional design
and presented with descriptive qualitative. The object of this
research was activity in KIA service management as well as ANC
quality. This research was located in all Primary Health Cares in
West Semarang sub districts, Semarang municipality. The subject
of this research was the head of primary health care, midwife
organizer of KIA and midwife of ANC.
Result From the result of in depth interview, focus group
discussion, filling questioner, document observation and tracing; it
was obtained that the description of KIA service management was
not suitable with the standard because midwife’s ability still now,
the facility was incomplete and only one midwife out of twelve
midwifes who obeyed the standard. The description of KIA
management functions was not all being implemented since the
Primary Health Care did not have authority and ability to plan the
program, funding, human resources and facility. In the
organization structure and Job’s description, there was a double
1
2
Primary Health Care of Lebdosari, Semarang Municipality
Magister Health Policy and Service Management, Gadjah Mada University, Yogyakarta
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
2
Christina Widowati, Hakimi H. M; WPS no.17 April 2006 1st draft
function of the officer because there was no special officer to
manage the organization. There was no accuracy between
schedule and activity implementation. Evaluation, feedback and
data validation were only being implemented once a year (AMP
was not regularly implemented).
Conclusion The description of ANC service was not yet
standardized. Most of the ANC implementer was not yet obeyed
the standard and only one out of twelve midwives who obeyed it.
The description of KIA management function (planning,
organizing, actuating and controlling) in all Primary Health Cares
in West Semarang sub district was not yet implemented. Health
office or Head of Primary Health Care did not have effective and
directed control system.
Keywords Ante Natal Care (ANC), service management, service
quality.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
3
Christina Widowati, Hakimi H. M; WPS no.17 April 2006 1st draft
Latar Belakang
Keadaan dan masalah kesehatan ibu dan anak saat ini
dapat dicerminkan dari berbagai hal seperti derajat kesehatan ibu
masih rawan, hal ini ditandai oleh tingginya dan lambatnya
penurunan angka kematian ibu (AKI), yaitu sebesar 421 (SKRT
1992) menjadi 390 (SKRT 1994) per 100.000 kelahiran hidup.
Angka tersebut masih 3–6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
AKI di negara ASEAN lainnya, atau 30 kali negara maju.
Penyebab utama kematian ibu masih tetap trias pendarahan
sebesar 40%, infeksi sebesar 30%, dan eklampsia sebesar 20%.
Penyebab umum tingginya angka kematian ibu diatas adalah
faktor keadaan kesehatan dan gizi ibu, selain itu juga disebabkan
penangganan kehamilan ibu dan kelahiran bayi yang kurang
memadai, khususnya daerah pedesaan. Sebagian besar kematian
ini sebenarnya dapat dicegah melalui pelayanan Antenatal yang
mampu mendeteksi dan menangani kasus resiko tinggi yang
memadai, pertolongan persalinan bersih dan aman, serta
pelayanan rujukan kebidanan yang terjangkau saat diperlukan
(Depkes, 1995a).
Dimasa sekarang tuntutan masyarakat akan mutu
pelayanan meningkat, sehingga sebagai pelayan masyarakat
dalam bidang kesehatan dituntut bukan saja kemampuan teknis
media petugas tetapi juga kemampuan manajemennya. Perbaikan
manajemen pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan
akan meningkatkan pemerataan kesehatan dan akan
meningkatkan mutu sumber daya manusia. Pemerataan dan
peningkatan mutu pelayanan dititik beratkan kepada pelayanan
kesehatan dasar dengan upaya terpadu yang diselenggarakan
melalui puskesmas, puskesmas pembantu, bidan desa dan balai
pengobatan lainnya serta pelayanan rujukan melalui rumah sakit
(Depkes, 1995a). Kecamatan Semarang Barat mempunyai 16
kelurahan dengan jumlah penduduk 431.125 jiwa, kepadatan
penduduk 7.696 jiwa per km2. Upaya pelayanan kesehatan di
Kecamatan Semarang Barat dilaksanakan melalui sarana
kesehatan milik pemerintah yang terdiri dari Puskesmas 5 buah
dan puseksamas pembantu sebanyak 3 buah dan jumlah
posyandu 126 buah. Tenaga kesehatan pemerintah terdiri dari 5
dokter, sedang jumlah bidan sebanyak 12.
Hasil kegiatan pelayanan KIA Kecamatan Semarang Barat
sudah baik, terbukti dengan cakupan K1 dan K4 tahun 2000–2002
sudah memenuhi target nasional yaitu K1:90% dan K4:80%
dibandingkan dengan cakupan K1 dan K4 Kota Semarang yang
belum mencapai target nasional. Demikian juga dengan
persalinan oleh tenaga kesehatan sudah memenuhi target
nasional 80%, tetapi angka kematian ibu di kecamatan tersebut
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
4
Christina Widowati, Hakimi H. M; WPS no.17 April 2006 1st draft
tahun 2000–2002 masih tinggi sebesar 103,6/100.000 kelahiran
dibanding dengan angka kematian ibu di Kota Semarang
sebanyak 33,4/100.000 kelahiran meskipun masih dibawah Angka
Kematian Ibu Nasional (Dinkes Kota Semarang, 2002).
Manajemen pelayanan KIA di Kecamatan Semarang Barat
masih belum baik, misalnya kegiatan perencanaan masih
menunggu keputusan dari tingkat atas, pengorganisasian belum
tepat, penyusunan personalia juga belum sesuai kebutuhan,
pengarahan belum dilakukan secara, pengawasan masih sebatas
dilaksanakan tetapi umpan baliknya belum ada. Pelayanan ANC di
Kecamatan Semarang Barat sudah dapat memcapai target tetapi
dalam pelaksanaannya masih belum sempurna atau belum sesuai
protap yang ada. Adanya Kematian ibu di Kecamatan Semarang
barat lebih tinggi dari Kota Semarang, maka bagaimanakah
gambaran manajemen pelayanan KIA dan kualitas ANC di
Puskesmas se Kecamatan Semarang Barat? Tujuan umum
penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan Manajemen
Pelayanan KIA dan Kualitas Pelayanan ANC di Puskesmas.
Sedangkan tujuan khusus adalah mengetahui kepatuhan terhadap
standar ANC di Puskesmas; mengetahui perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dalam
Manajemen Pelayanan KIA di Puskesmas.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan rancangan
cross sectional, penyajian data dan analisis secara descriptif
kualitatif. Data yang dianalisis adalah rangkaian kegiatan
manajemen pelayanan KIA dan kualitas ANC atau kepatuhan
terhadap standar di Puskesmas Kecamatan Semarang Barat.
Tempat penelitian di 5 Puskesmas se-Kecamatan Semarang
Barat. Subjek penelitian adalah personel atau tokoh kunci yang
ditetapkan sesuai purposive sampling terdiri dari 5 orang kepala
Puskesmas, 12 orang bidan pengelola dan pelaksana ANC.
Pengumpulan data dengan wawancara mendalam, diskusi
kelompok terarah, pengumpulan data dengan daftar pertanyaan,
pengamatan dengan check list standar pelayanan ANC, daftar tilik
sarana atau fasilitas, daftar tilik pengamatan kemampuan bidan,
penelusuran dokumen. Variabel penelitian: variabel bebas kualitas
pelayanan ANC yaitu kemampuan, fasilitas, dan prosedur.
Variabel terikatnya: berupa manajemen KIA yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
5
Christina Widowati, Hakimi H. M; WPS no.17 April 2006 1st draft
Hasil
Gambaran Pelayanan ANC
Gambaran kualitas pelayanan ANC Puskesmas seKecamatan Semarang Barat masih belum sesuai standar.
Kemampuan bidan masih kurang terutama dalam mengukur Hb
Sahli, memeriksa protein urin dan reduksi urin. Fasilitas untuk
ruang belum ada yang memadai dari segi penerangan, luas dan
kenyamanan. Kepatuhan terhadap standar hanya satu bidan yang
telah patuh dan sebelas bidan lainnya belum patuh pada standar.
Kemampuan bidan dalam melaksanakan ANC masih kurang dan
belum patuh pada standar serta fasilitas belum lengkap maka
kualitas pelayanan ANC belum sesuai yang diharapkan oleh yang
membutuhkan.
Pendapat Crosby (1994) yang menyatakan bahwa kualitas
adalah kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan (Azwar,1995)
dan faktor–faktor yang mempengaruhi perbedaan kepatuhan
terhadap standar adalah kemampuan, fasilitas atau peralatan
serta prosedur yang tak jelas, menurut Katz J dan Green (1992).
Hasil penilaian tersebut dapat memberi gambaran bahwa
pemahaman responden terhadap tujuan dan pentingnya prosedur
tetap bagi peningkatan kualitas pelayanan dan dalam
meningkatkan efektifitas suatu system pelayanan belum baik
sehingga timbul kecenderungan untuk tidak mentaati semua item
(Utarini dkk, 1999). Kecenderungan ini tentunya berpengaruh
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh responden
karena semakin dipatuhi pedoman atau prosedur tetap semakin
baik pencapaian standar pelayanannya (Azwar, 1996).
Gambaran Fungsi Manajemen KIA di Puskesmas
Fungsi-fungsi manajemen KIA di puskesmas se-kecamatan
Semarang Barat belum sepenuhnya dilakukan.
Perencanaan. Puskesmas hanya merencanakan pelaksanaan
ANC sebatas jadwal sedangkan perencanaan tentang dana
dilakukan dan diatur oleh DKK. Puskesmas juga tidak memiliki
kewenangan dan kemampuan yang cukup untuk merencanakan
program KIA, pelatihan, sarana, dana karena adanya dropping,
dan kegiatan. Bahkan pengembangan SDM pun puskesmas tidak
diminta untuk memberikan usulan. DASK sudah ada ketentuan
tersendiri sesuai dengan pasal-pasal yang diatur oleh pemerintah
kota.
Pengorganisasian. Struktur organisasi dan job description dibuat
meskipun petugas masih melaksanakan tugas dan tanggung
jawab ganda karena jumlah SDM terbatas sedangkan banyak
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
6
Christina Widowati, Hakimi H. M; WPS no.17 April 2006 1st draft
program dari dinas kesehatan yang harus dikerjakan Puskesmas.
Tidak ada tenaga khusus yang bekerja untuk mengelola
organisasi dan menyusun suatu perencanaan operasional untuk
melaksanakan ke tujuh program pokok, tiga program penunjang
dan tiga program inivatif puskesmas.
Pelaksanaan. Jadwal pelaksanakan kegiatan seringkali tidak
sesuai dengan implementasi kegiatan tersebut karena tidak ada
tenaga pelaksana. Protap ada tapi belum dilaksanakan dan tidak
pernah ada monitoring pelaksanaan karena waktu terbatas dan
banyaknya program di Puskesmas yang harus ditangani. Hal
tersebut meyebabkan pelaksanaan ANC belum sesuai dengan
yang diharapkan.
Pengawasan. Data dikelompokkan sesuai yang dibutuhkan,
validasi data, umpan balik dan evaluasi hanya dilakukan sekali
tiap tahun sehingga AMP tidak rutin dilakukan oleh DKK. Kegiatan
pengawasan yang diharapkan untuk validasi data, umpan balik,
evaluasi 1 kali per tahun belum dilakukan karena faktor banyaknya
program yang harus ditangani oleh DKK dan seringkali dalam
waktu yang hampir bersamaan.
Hasil tersebut dapat memberi gambaran bahwa semua
fungsi–fungsi manajemen harus dilaksanakan oleh manajer kapan
saja dan dimana saja pada kelompok–kelompok dalam suatu
organisasi walaupun ada perbedaan tekanan untuk tipe
organisasi, jabatan fungsional dan tingkatan manajemen yang
berbeda. Pada dasarnya perencanaan yang kreatif merupakan
pekerjaan penentuan faktor-faktor, kekuatan, pengaruh dan
hubungan–hubungan dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Semua fungsi lainnya sangat tergantung pada fungsi
ini, dimana fungsi lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan
pembuatan keputusan yang tepat, cermat dan kontinyu. Tetapi
sebaliknya perencanaan yang baik tergantung dari pelaksanaan
efektif fungsi–fungsi lain (T.Hani Handoko, 1993). Akhirnya
kegagalan atau kesuksesan suatu organisasi sangat tergantung
pada kemampuan manajer untuk melaksanakan fungsi–fungsi
tersebut dengan efektif.
Penutup
Kesimpulan
Gambaran kualitas pelayanan ANC Puskesmas se
Kecamatan Semarang Barat masih belum sesuai standar
kemampuan, fasilitas dan kepatuhan terhadap standar karena
hanya satu bidan yang patuh tetapi sebagian besar pebum patuh
pada standar pelaksanaan ANC. Fungsi-fungsi manajemen KIA
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
7
Christina Widowati, Hakimi H. M; WPS no.17 April 2006 1st draft
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan di Puskesmas se-Kecamatan Semarang Barat belum
sepenuhnya dilakukan. Dinas Kesehatan maupun kepala
puskesmas belum memiliki sistem pengawasan yang efektif dan
terarah. Masalah disini adalah ketidakteraturan AMP, validasi data
dan evaluasi yang dilakukan hanya satu kali dalam setahun.
Saran
Bidan yang patuh terhadap standar merupakan faktor
penting dalam kualitas pelayanan, maka disarankan agar
puskesmas mampu membuat perencanaan yang mandiri untuk:
(a). Melaksanakan Refreshing tentang protap ANC, (b).
Melakukan perubahan sikap dan komitmen serta meningkatkan
motivasi karyawan, (c). Membuat target peningkatan kualitas ANC
dengan cakupan waktu triwulan atau enam bulan. (d).
Melaksanakan pengisian item protap ANC pada saat pelaksanaan
ANC dan seminggu sekali di evaluasi kesulitan dan kendalanya.
Pengawasan manajer puskesmas dalam manajemen KIA
merupakan faktor penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
KIA di puskesmas, maka sangat penting untuk melakukan (a).
validasi dan umpan balik dan evaluasi empat kali pertahun, (b).
penyelenggaraan AMP oleh DKK empat kali pertahun, (c). jika ada
kasus kematian sebaiknya puskesmas mengadakan AMP terbatas
untuk pemantauan dini penyebab kematian, (d). mendirikan Klinik
Kesehatan Reproduksi, dan (e). membuat Kohort Caten bagi
pasangan yang akan menikah.
Daftar Pustaka
1.
Azwar,A.(1995), Program Menjaga Mutu
Kesehatan. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta.
2.
Azwar,A.(1996), Menjaga Mutu
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
3.
Bappenas (1994), Rencana Pembangunan Lima Tahun Ke
Enam RI Buku IV, Jakarta.
4.
Crosby, Phillip B. (1980), Quality is Free : The Art of Making
Quality Certain New. York : Mac Graw Hill Book, Co.
5.
Departemen Kesehatan RI (1994), Pedoman pelayanan
antenatal di tingkat pelayaan dasar, Jakarta.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Pelayanan
Pelayanan
Kesehatan.
8
Christina Widowati, Hakimi H. M; WPS no.17 April 2006 1st draft
6.
Dinas Kesehatan Kota Semarang (2002), Profil Kesehatan
kota Semarang.
7.
Donabedian, A.(1988), The Quality of Care; Jama, no.23/30
(12)P;260.
8.
Handoko, T.H.(1993), Management. BPFE. Yogyakarta.
9.
Javalgi, R.G., Rao, S.R.& Edward T.G. (1991), Choosing a
Hospital: Analysis of Consumer Tradeoffs, JHCM. 11(1):1222.
10. Katz, J., & Green, E. (1992), Managing Quality A Guide to
Monitoring and Evaluating Nursing Services. Mosby year
book, St Louis.kusumapraja, R., 1994. Peran Perawat dalam
Penerapan Quality Assurance, disampikan pada Semiloka
Managemen Mutu Rumah Sakit, Persi Cabang Jawa Tengah.
11. Kuntjoro, T. (1999). Modul Pelatihan Jaminan Mutu. Bapelkes
Gombong. Gombong.
12. Labovitz, G.H. (1991), Beyond the Total Quality Manajemen
Mistique, Health Care Excecutive., 15-17.
13. MC. Carthy and Maine (1992) Dalam materi ajar modul safe
motherhood, kerjasama WHO Departemen Kesehatan RI–
FKMUI 1999.
14. Prawitasari, J.E.(1998),Catatan Kuliah Metode Kualitatif
untuk Digunakan dikancah Penelitian, Fakultas psikologi
UGM, Yogyakarta.
15. Tjiptono, F.
Yogyakarta.
(1994),
Manajemen
Jasa,
Penerbit
Andi
16. Utarini, A, Erna Kristin, Iwan Dwiprahasto, Yulita Hendrartini,
Laksono Trisnantoro, (1999). Modul-5: Jaminan Mutu
Pelayanan Kesehatan (Quality Assurance). Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
17. Woodside, Frey, L.L, an dalli, R.T.(1989), Linking Service
Quality,
Costumer
Satisfaction
and
Behavioral
Intention;bJournal of Health Care Marketing, 9: (4).
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
9
Download