BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

advertisement
BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015. Dari 14
perusahaan yang tercatat yang menjadi populasi terdapat 11 perusahaan yang
memenuhi kriteria dan kemudian dijadikan sampel di dalam penelitian ini.
Berikut daftar nama perusahaan yang akan diteliti :
Tabel 4.1
Daftar nama perusahaan
NO
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
1
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT
2
CEKA
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, PT
3
DLTA
Delta Djakarta Tbk, PT
4
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT
5
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk, PT
6
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk, PT
7
MYOR
Mayora Indah Tbk, PT
8
ROTI
Nippon Indosari Corporido Tbk, PT
9
SKLT
Sekar Laut Tbk, PT
10
STTP
Siantar Top Tbk, PT
11
ULTJ
Ultra Jaya Industry and Tranding Company Tbk, PT
Sumber : www.sahamok.com
56
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
57
B. Analisis Hasil Penelitian
1.
Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran dari
masing-masing variabel penelitian. Analisis deskriptif yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi nilai minimum, maksimum, rata-rata
(mean), dan nilai standar deviasi. Berikut hasil analisis statistik deskriptif
secara umum dari data yang digunakan :
Tabel 4.2
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
HS
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
55
140,0000
1200000,0000
67308,545455 203897,9897288
EPS
55
35,0000
379032,0000
19708,181818
70639,3516961
OPM
55
,0201
,4281
,148087
,1023617
CR
55
,0047
6,4237
1,978559
1,2455688
ITR
55
,7409
52,6944
11,694009
12,3392180
Valid N (listwise)
55
Sumber : Output SPSS versi 20
Dari table 4.2 diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang di
analisis adalah sebanyak 55 sampel. Berdasarkan table tersebut diketahui
bahwa :
1.
Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah laba bersih setelah
pajak pada satu tahun buku yang dihasilkan untuk setiap lembar
saham yang memiliki nilai minimum sebesar 35,0000 persen pada
perusahaan PT. Ultrajaya Industry and Tranding Company Tbk, nilai
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
58
maksimum sebesar 379032,0000 persen pada perusahaan PT. Tiga
Pilar Sejahtera Foof Tbk, nilai rata-rata sebesar 19708,181818, dan
standar deviasi sebesar 70639,3516961, yang berarti bahwa rata –
rata lebih kecil dibanding dengan nilai standar deviasi, hal ini
mengindikasikan sebaran data kecil memberikan arti bahwa data
variabel Earning Per Share (EPS) kurang bagus.
2.
Operating Profit Margin (OPM) merupakan beban – beban
operasional perusahaan yang memiliki nilai minimum sebesar
0,0201 persen pada perusahaan PT. Sekar Laut Tbk, nilai maksimum
sebesar 0,4281 persen pada perusahaan PT. Multi Bintang Indonesia
Tbk, nilai rata-rata sebesar 0,148087, dan standar deviasi sebesar
0,1023617, yang berarti bahwa rata – rata lebih besar dibandingkan
dengan nilai standar deviasi, hal ini mengindikasikan sebaran data
besar memberikan arti bahwa data variabel Operating Profit Margin
(OPM) bagus.
3.
Current Ratio (CR) merupakan rasio yang menunjukkan sejauh
mana aktiva lancar menutupi kewajiban lancarnya yang memiliki
nilai minimum sebesar 0,0047 persen pada perusahaan PT. Delta
Djakarta Tbk, nilai maksimum sebesar 6,4237 persen
pada
perusahaan PT. Delta Djakarta Tbk, nilai rata-rata sebesar 1,978559,
dan standar deviasi sebesar 1,2455688, yang berarti bahwa rata –
rata lebih besar dibandingkan dengan nilai standar deviasi, hal ini
mengindikasikan sebaran data besar memberikan arti bahwa data
variabel Current Ratio (CR) bagus.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
59
4.
Inventory Turnover Ratio (ITR) merupakan perputaran persediaan
antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata – rata yang
memiliki nilai minimum sebesar 0,7409 persen pada perusahaan PT.
Sekar Laut Tbk, nilai maksimum sebesar 52,6944 persen pada
perusahaan PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk, nilai rata-rata
sebesar 11,694009, dan standar deviasi sebesar 12,3392180, yang
berarti bahwa rata – rata lebih kecil dibanding dengan nilai standar
deviasi, hal ini mengindikasikan sebaran data kecil memberikan arti
bahwa data variabel Inventory Turnover Ratio (ITR) kurang bagus.
5.
Harga Saham (HS) merupakan harga yang terjadi dibursa efek pada
saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham yang memiliki nilai minimum
sebesar 140,0000 persen pada perusahaan PT. Sekar Laut Tbk, nilai
maksimum sebesar 1200000,0000 persen pada perusahaan PT. Multi
Bintang Indonesia Tbk, nilai rata-rata sebesar 67308,545455, dan
standar deviasi sebesar 203897,9897288, yang berarti bahwa rata –
rata lebih kecil dibanding dengan nilai standar deviasi, hal ini
mengindikasikan sebaran data kecil memberikan arti bahwa data
variabel Harga Saham (HS) kurang bagus.
2. Uji Asmumsi Klasik
Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model
penelitian ini memenuhi syarat – syarat uji asumsi klasik. Syarat – syarat
data tersebut adalah data tersebut harus terdistribusi secara normal, tidak
mengandung multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskdastisitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
60
Untuk itu untuk sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda
perlu dilakukan terlebih dahulu pengujia asumsi klasik, yang terdiri dari :
1.
Uji Normalitas
Uji Normal bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi normal ataupun mendekati normal (Ghozali,
2013). Terdapat dua cara untuk mendeteksi normalitas residual yaitu
dengan uji grafik dan uji statistik. Cara termudah untuk melihat
normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang
membandingan data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal. Namun hanya dengan melihat histogram kadang –
kadang menyesatkan. Metode yang lebih handal adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk
garis lurus diagonal dan ploting data residual akan membandingkan
dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka
garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya. Hasil uji normalitas dengan histogram dan normal
probability plot.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
61
Gambar 4.1
Hail Uji Normalitas Dengan Histogram
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Dengan Normal Probability Plot
Dari gambar grafik histogram dan normal probability plot
diatas dari grafik histogram terlihat bahwa residual persamaan
regresi terdistribusi secara normal dan berbentuk simestris tidak
menceng ke kanan maupun ke kiri, sedangkan grafik normal
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
62
probability plot terlihat titik – titik yang menyebar di luar garis
diagonal. Untuk lebih memberikan akurasi terhadap uji normalitas
dengan grafik, dilakukan juga uji statistik.
Tabel 4.3
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K – S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
55
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
0E-7
1,37411823
Absolute
,060
Positive
,048
Negative
-,060
Kolmogorov-Smirnov Z
,447
Asymp. Sig. (2-tailed)
,988
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari uji asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa uji statistik
non parametrik Kolmogorov – Smirnov (K – S) mengandung residual
yang terdistribusi tidak normal. Oleh karena itu dilakukannya
transformasi model.
Berdasarkan tabel 4.3 nilai Kolmogorov-Smirnov (K – S)
adalah sebesar 0,447 dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,988
lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti H0 diterima yang berarti data
berdistribusi normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
63
2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah regresi
ditemukan adanya hubungan langsung (korelasi) antara variabel
indpenden. Multikolonieritas terjadi jika nilai tolerance < 0,10 atau
sama dengan nilai variance inflation factor (VIF) > 10. Berikut ini
hasil uji multikolonieritas dari data yang digunakan:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
(Constant)
1
EPS
,780
1,282
OPM
,762
1,313
CR
,985
1,015
ITR
,965
1,036
a. Dependent Variable: HS
Hasil tabel 4.4 menunjukan bahwa output perhitungan nilai
Tolerance tidak ada variabel independen (EPS, OPM, CR, dan ITR)
yang memiliki nilai Tolerance < 0,10. Hasil perhitungan nilai
variance inflation factor (VIF) juga menunjukan hal yang sama tidak
ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF > 0,10. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel
independen dalam model regresi. Hal ini berarti H0 diterima yang
berarti data berdistribusi normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
64
3.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Berikut hasil uji autokorelasi:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
,763a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,581
,548
1,4280256
Durbin-Watson
1,952
a. Predictors: (Constant), ITR, EPS, CR, OPM
b. Dependent Variable: HS
Berdasarkan Tabel 4.5 nilai D-W sebesar 1,952, nilai ini
dibandingkan dengan nilai tabel D-W dengan menggunakan nilai
sigifikan 5%, jumlah sampel 55 (n=55) dan jumlah variabel
independen 4 (k=4), didapat nilai dl = 1,414 dan nilai du = 1,724.
Dengan demikian dapat disimpulkan du < d < 4 – du, maka
diperoleh perhitungan 1,724 < 1,952 < 4 – 1,724 yang berarti H0
tidak ada autokorelasi , positif atau negatif.
4.
Uji Heteroskesdatisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
65
ke pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini heteroskedastisitas di
deteksi dengan uji plot dan uji glejser. Berikut Hasil dari kedua uji :
Gambar 4.3
Hasil Grafik Plot
Dalam Gambar 4.3 terlihat pola yang tidak jelas, serta titiktitik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka
dalam uji ini artinya tidak terjadi heteroskesdatisitas. Selanjutnya
yang dilakukan adalah uji glejser.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
66
Tabel 4.6
Hasil Uji Glajser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
1
Std. Error
(Constant)
,673
,749
EPS
,117
,052
OPM
,174
CR
ITR
Beta
,898
,373
,327
2,233
,060
,188
,137
,923
,360
,062
,123
,065
,500
,619
,011
,156
,009
,071
,944
a. Dependent Variable: ABS
Berdasarkan hasil output tabel 4.6 Uji Glejser diatas, terlihat hasil
dari nilai Sig. yang rata-rata lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukan
diantara kedua uji ini tidak adanya heteroskedastisitas, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai untuk memprediksi
Harga Saham, berdasarkan masukan variabel independen, yaitu Earning
Per Share, Operating Profit Margin, Current Ratio, dan Inventory
Turnover Ratio.
3.
Uji Kesesuaian Model
1.
Uji Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel depeneden. Nilai determinasi dengan nilai R, R Square,
Adjusted R Square, dan Standard error of the estimate (SEE). Nilai
R2 adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang semakin kecil berarti
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
67
kemampuan variabel dependen amat terbatas, semakin mendekati 1
maka
nilainya
semakin
baik
yang
berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi varibel dependen.
Tabel 4.7
Hasil Uji Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
,763a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,581
,548
1,4280256
a. Predictors: (Constant), ITR, EPS, CR, OPM
b. Dependent Variable: HS
Berdasarkan hasil output SPSS 20 diatas diketahui nilai
Adjusted R Square sebesar 0,548 hal ini berarti 54,8% variabel
Harga Saham yang dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat
variabel independen yaitu Earning Per Share, Operating Profit
Margin, Current Ratio, dan Inventory Turnover Ratio sedangkan
sisanya 45.2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
2.
Uji Bersama-sama (Uji F)
Uji kesesuaian atau kelayakan model digunakan untuk
menganalisis pengaruh variabel independen secara simultan terhadap
variabel dependen dengan tingakat signifikansi yang telah ditentukan
sebesar 0,05 dengan cara:
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
68
a.
Jika nilai probabilitas > 0,05 maka variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel
terikat.
b.
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka variabel independen secara
bersama-sama bepengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Atau dengan cara melihat F hitung dengan F tabel:
a.
Jika F hitung < F tabel, maka variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap variable
terikat.
b.
Jika F hitung > F tabel maka variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Secara umum hipotesisnya dituliskan sebagai berikut:
H0 = Variabel Independen secara bersama-sama tidak signifikan
mempengaruhi variabel terikat.
Ha
=
Variabel
Independen
secara
bersama-sama
signifikan
mempengaruhi variabel terikat.
Hasil Uji F dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji F
ANOVAa
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
141,655
4
35,414
Residual
101,963
50
2,039
Total
243,617
54
a. Dependent Variable: HS
b. Predictors: (Constant), ITR, EPS, CR, OPM
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
F
17,366
Sig.
,000b
69
Berdasarkan hasil tabel 4.8, dapat diperoleh hasil uji signifikan
untuk variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan. Untuk model uji ANOVA atau F test dapat dilihat
bahwa Uji F hitung sebesar 17,366 Dengan probabilitas 0.000.
Probabilitas berada dibawah nilai signifikan (α = 0.05) dan, Jika
dibandingkan dengan Fhitung (17,366) > Ftabel (2,54). Jadi model
regresi ini dapat dikatakan bahwa variabel independen yaitu Earning
Per Share, Operating Profit Margin, Current Ratio dan Inventory
Turnover Ratio secara bersama-sama berpengaruh terhadap Harga
Saham.
C. Uji Hipotesis
1.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
independen yaitu Earning Per Share, Operating Profit Margin, Current
Ratio dan Inventory Turnover Ratio mempengaruhi variabel dependen
yaitu Harga Saham secara parsial. Berikut hasil perhitungan uji t dalam
penelitian ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
70
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
(Constant)
1
Std. Error
7,293
1,249
EPS
,414
,087
OPM
1,047
CR
ITR
Beta
5,840
,000
,492
4,745
,000
,313
,350
3,342
,002
-,095
,205
-,043
-,461
,647
,516
,260
,185
1,983
,053
a. Dependent Variable: HS
Dari tabel 4.9 dapat disimpulkan dengan menggunkan uji hipotesis
masing-masing variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y),
sebagai berikut:
H1 : Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Hasil output regresi diatas menunjukan bahwa nilai probabilitas
signifikan (sig t) variabel Earning Per Share kurang dari 0,05 yaitu
sebesar 0,000 hal ini dapat disimpulkan bahwa Earning Per Share
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
H2 : Operating Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham
Hasil output regresi diatas menunjukan bahwa nilai probabilitas
signifikan (sig t) variabel Operating Profit Margin kurang dari
0,05 yaitu sebesar 0.002 hal ini dapat disimpulkan bahwa
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
71
Operating Profit Margin berpengaruh secara signifikan terhadap
Harga Saham.
H3 : Current Ratio Berpengaruh Terhadap Harga Saham
Hasil output regresi diatas menunjukan bahwa nilai probabilitas
signifikan (sig t) variabel Current Ratio lebih dari 0,05 yaitu
sebesar 0.647 hal ini dapat disimpulkan bahwa Current Ratio tidak
berpengaruh terhadap Harga Saham.
H4 : Inventory Turnover Ratio berpengaruh terhadap Harga Saham
Hasil output regresi diatas menunjukan bahwa nilai probabilitas
signifikan (sig t) variabel Inventory Turnover Ratio lebih dari 0,05
yaitu sebesar 0.053 hal ini dapat disimpulkan bahwa Inventory
Turnover Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham.
2.
Uji Regresi Linear Berganda
Uji regresi linear berganda yaitu untuk mengetahui gambaran
mengenai pengaruh antara dua atau lebih variabel X sebagai variabel
independen (bebas) dengan variabel Y sebagai variabel dependen
(terikat).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
72
Dalam penelitian ini, analisis regresi linear berganda dilakukan
dengan mengetahui koefisien regresi atau besarnya pengaruh variabel
dependennya yaitu Harga Saham, sedangkan variabel dependennya yaitu
Earning Per Share, Operating Profit Margin, Current Ratio, dan
Inventory Turnover Ratio. Berikut adalah tabel regresi linear berganda :
Tabel 4.10
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
1
a.
Std. Error
7,293
1,249
EPS
,414
,087
OPM
1,047
CR
ITR
t
Sig.
Beta
5,840
,000
,492
4,745
,000
,313
,350
3,342
,002
-,095
,205
-,043
-,461
,647
,516
,260
,185
1,983
,053
Dependent Variable: HS
Analisis data yang digunakam dalam penelitian ini adalah model
regresi linear berganda yaitu sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + ℮
Menjadi:
Harga Saham = 7,293+ 0,414 EPS + 1,047OPM – 0,095 CR + 0,516ITR + e
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagia berikut :
a)
Nilai konstanta sebesar 7,293, artinya apabila variabel independen
Earning Per Share, Operating Profit Margin, Current Ratio, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
73
Inventory Turnover Ratio nilainya sama dengan 0 maka Harga
Saham nilainya adalah 7,293.
b) Pada koefisien regresi variabel Earing Per Share menunjukan nilai
koefisien sebesar 0,414 menunjukkan adanya hubungan antara
variabel Harga Saham dengan Earing Per Share, yang artinya jika
Earning Per Share mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka nilai
Harga Saham akan naik sebesar 0,414 dengan asumsi bahwa variabel
independen lainnya tetap.
c)
Pada koefisien regresi variabel Operating Profit Margin menunjukan
nilai koefisien regresi sebesar 1,047 menunjukkan adanya hubungan
yang berlawanan arah antara variabel Harga Saham dengan
Operating Profit Margin, yang artinya jika Operating Profit Margin
mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka nilai Harga Saham akan
turun sebesar 1,047 dengan asumsi bahwa variabel independen
lainnya tetap.
d) Nilai koefisien regresi variabel Current Ratio diperoleh sebesar 0,095. Nilai koefisien regresi menunjukan bahwa adanya hubungan
yang berlawanan arah antara variabel Harga Saham dengan Current
Ratio, yang artinya jika Current Ratio, mengalami kenaikan sebesar
1 satuan maka nilai Harga Saham akan turun sebesar – 0,095 dengan
asumsi bahwa variabel independen lainnya tetap.
e)
Nilai koefisien regresi variabel Inventory Turnover Ratio diperoleh
sebesar 0,516. Nilai koefisien regresi menunjukkan adanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
74
hubungan yang berlawanan antara variabel Harga Saham dengan
Inventory Trunover Ratio, yang artinya jika Inventory Trunover
Ratio mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka nilai Harga Saham
akan naik sebesar 0,516 dengan asumsi bahwa variabel independen
lainnya tetap.
D.
Pembahasan
1. Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham.
Berdasarkan hasil penelitian pengujian statistik regresi linear
berganda menunjukan bahwa variabel Earning Per Share memperoleh
koefisien regresi 0,414 dengan tingkat signifikan sebesar 0.000 < 0.05
nilai signifikansi berada dibawah (α) 0,05 yang artinya Earning Per
Share memiliki pengaruh terhadap Harga Saham, sehingga H1 diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abied
(2013) yang menyatakan Bahwa Earning Per Share berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham.
Hal ini disebabkan karena banyak jumlah uang yang dikeluarkan
oleh para investor untuk membayar setiap laba yang dilaporkan. Earning
Per Share akan lebih tinggi pada perusahaan perusahaan yang memiliki
prospek pertumbuhan yang kuat, jika hal – hal lain di anggap konstan,
tetapi mereka akan lebih rendah pada perusahaan – perusahaan yang
lebih beresiko.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
75
Pemegang saham biasanya mengkhawatirkan kinerja perusahaan di
masa depan, sementara Earning Per Share didasarkan pada kinerja
dimasa depan.
2. Pengaruh Operating profit Margin terhadap Harga Saham
Pada variabel Operating Profit Margin diperoleh koefisien regresi
sebesar 1,047 dengan tingkat signifikan sebesar 0,002 < 0,05. nilai
signifikansi berada dibawah (α) 0,05 yang artinya Operating Profit
Margin memiliki arah positif dan berpengaruh terhadap Harga Saham.
Sehingga H2 diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh nanik (2013) menyatakan bahwa Operating Profit Margin
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
Hal ini disebabkan karena biaya operasional merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan
sehubungan dengan aktivitas utama
perusahaan. Jika terjadi efisiensi biaya operasional maka OPM akan
semakin meningkat. Dengan kata lain OPM menunjukkan efisiensi
perusahaan dalam mengelola biaya operasional. Apabila OPM semakin
meningkat maka kinerja perusahaan semakin membaik dan dampak pada
peningkatan harga saham. Dengan demikian OPM mempunyai pengaruh
positif terhadap harga saham. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel OPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
industri konsumsi, dengan demikian dapat dikatakan semakin tinggi nilai
OPM maka akan semakin tinggi
pula harga saham dan sebaliknya
semakin rendah OPM maka harga saham juga akan semakin rendah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
76
3. Pengaruh Current Ratio terhadap Harga Saham
Pada variabel Current Ratio diperoleh koefisien regresi sebesar 0,095 dengan tingkat signifikan sebesar 0.647 > 0.05. nilai signifikansi
berada diatas (α) 0,05 yang artinya Current Ratio tidak berpengaruh
terhadap Harga Saham. Sehingga H3 ditolak. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Angrawit Kusumawardani (2011),
yang menyatakan bahwa Current Ratio tidak berpengaruh terhadap
Harga Saham.
Hal ini disebabkan karena Kondisi ini mengandung arti bahwa
Current Ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuiditas dan merupakan indikator awal mengenai
ketidak mampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Current Ratio yang tinggi, yang berarti likuiditas yang tinggi
juga menunjukkan bahwa perusahaan kurang mampu mengelola money
to create money, yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba
perusahaan.
Investor sering menilai bahwa semakin besar Current Ratio
menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting
untuk menjaga perfomance kinerja perusahaan yang pada akhirnya
mempengaruhi performance harga saham. Hal ini dapat memberikan
keyakinan kepada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut
sehingga dapat meningkatkan return saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
77
4. Pengaruh Inventory Turnover Ratio terhadap Harga Saham.
Pada variabel Inventory Turnover Ratio diperoleh koefisien regresi
sebesar 0,516, dengan tingkat signifikan sebesar 0.053 > 0.05. nilai
signifikansi berada dibawah (α) 0,05 yang artinya Inventory Turnover
Ratio tidak berpengaruh terhadap Harga Saham sehingga H4 ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indra
(2014) yang menyatakan bahwa Inventory Turnover Ratio tidak
berpengaruh terhadap Harga Saham.
Hal ini disebabkan karena Inventory Turnover Ratio merupakan
rasio manajemen aset yang mengitung seberapa sering persediaan
mampu berputar selama satu tahun. Jika Inventory Turnover Ratio
semakin tinggi maka kemungkinan laba yang dihasilkan akan tinggi pula.
Disisi lain, ababila persediaan terlalu sering berputar juga bisa
menyebabkan
masalah
likuiditas,
bisa
juga
mengakibatkan
ketidakmampuan perusahaan mencapai target penjualankarena minimnya
persediaan pada perusahaan tersebut. Oleh karena itu perputaran
persediaan yang tinggi tidak selamanya baik, terkadang justru
mengakibatkan masalah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Download