BAB 3 PEMBAHASAN 3.1. Sejarah Museum Tekstil Jakarta merupakan sebuah lembaga edukatif kultural yang mengemban misi untuk melestarikan budaya tekstil tradisional Indonesia. Sebagai satusatunya Museum Tekstil di Jakarta dan pertama di Indonesia yang memiliki tugas khusus tersebut, Museum Tekstil senantiasa berupaya untuk menjalankan fungsinya melalui berbagai program kegiatan yang digelar bagi publik. Adapun aktivitas yang digelar oleh Museum Tekstil antara lain pameran (koleksi museum maupun koleksi pihak ketiga) seminar, diskusi dan workshop tentang tekstil, penyuluhun bagi para pelajar, penelitian koleksi ke berbagai daerah maupun kepustakaan; perawatan koleksi museum, pelayanan konservasi tekstil dan aneka pelatihan (batik, jumputan, warna alami, dan lain-lain). Museum Tekstil menempati gedung tua yang dilindungi undang-undang, memiliki nilai arsitektur kolonial dan sejarah tersendiri ditinjau dari sudut pariwisata. Gedung Museum Tekstil pada awalnya adalah rumah pribadi seorang warga negara Perancis (abad ke-19), yang kemudian dijual kepada seorang Konsul Turki. Kepemilikan selanjutnya beralih kepada Karel Christian Crucq (1942). Sewaktu Jakarta sedang dibakar semangat juang merebut kemerdekaan, gedung ini digunakan sebagai markas BKR (Badan Keamanan Rakyat). Setelah masa revolusi selesai, gedung ini secara berturut-turut dihuni oleh Lie Sion Phin (1947), Departemen Sosial, sebelum pada akhirnya diresmikan sebagai Museum Tekstil. Gagasan untuk mendirikan Museum Tekstil muncul sejak Tahun 1975 yang dilatarbelakangi bahwa dengan membanjirnya tekstil modern telah banyak menggeser 46 47 tekstil tradisional nusantara. Pemrakarsa gagasan tersebut adalah Kelompok Pecinta Kain Tradisional Indonesia Wastraprema, .Safioen (saat itu selaku Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian). Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu dijabat oleh Ali Sadikin mendukung upaya ini dan menyediakan tempat bagi museum yang akan didirikan yaitu di Jl. KS Tubun No. 4 Petamburan, Jakarta Barat. Tanggal 28 Juni 1976 gedung ini diresmikan sebagai Museum tekstil oleh Ibu Negara pada saat itu Tien Soeharto dengan disaksikan oleh Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta. Tahun 1998 Pemda DKI Jakarta melakukan perluasan areal Museum Tekstil ke sebelah timur dan sekaligus menjadikan gedung tua di Jl KS Tubun No. 2 tersebut sebagai sarana penunjang kegiatan museum dengan menampung partisipasi masyarakat untuk turut mengembangkan tekstil kontemporer yang berkembang di Indonesia, sehingga gedung ini diberi nama Galeri Tekstil Kontemporer. Gedung II diresmikan penggunaannya tanggal 21 November 2000, ditandai dengan berlangsungnya kegiatan perdana berupa Pameran Koleksi Batik Iwan Tirta, hasil kerja sama Museum Tekstil dengan Wastraprema dan Yayasan Mitra Museum Indonesia. Selanjutnya berturut-turut pernah diselenggarakan juga kerja sama kegiatan dengan Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika (PPIA), Pusat Kebudayaan Perancis, Pusat Kebudayaan Meksiko, serta beberapa lembaga/kelompok masyarakat lainnya. Koleksi awal yang dihimpun di Museum Tekstil diperoleh dari sumbangan Wastraprema (sekitar 500 koleksi), selanjutnya makin bertambah melalui pembelian oleh Dinas Museum dan Sejarah/Dinas Museum dan Pemugaran/Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, serta sumbangan dari masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Hingga saat ini koleksi Museum Tekstil tercatat sejumlah 1914 buah. 48 3.2. Visi dan Misi Visi: Menjadikan Museum Tekstil sebagai institusi nirlaba yang menjadi pusat pelestarian alam dan budaya, media aktivitas ilmiah, seni-budaya, penunjang pendidikan, media informasi dan sebagai rekreasi edukatif-kultural yang menjadi salah satu acuan dan referensi bagi proses pembangunan bangsa. Misi: • Melakukan usaha-usaha pelestarian alam baik hewani maupun nabati dalam hal yang berkaitan dengan budaya pertekstilan di Indonesia. • Melakukan kegiatan inventarisasi sumber daya alam sebagaimana tersebut di atas dan koleksi-koleksi tekstil tradisional dari berbagai wilayah di Indonesia berikut bentuk dan ragamnya, • Melakukan kegiatan dokumentasi, penelitian-penelitian, dan melakukan penyajian informasi dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas. Museum sangat berharap agar masyarakat secara luas dapat menggunakan dan memanfaatkan fasilitas serta aktivitas yang ada. 3.3 Struktur Organisasi Untuk dapat menjalankan tugas yang telah dibebankan, Unit Pelaksana Teknis Museum Tekstil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta memiliki struktur sebagai berikut: Pimpinan adalah kepala yang membawahi satu Subbag Tata Usaha dan dua Seksi. 49 Susunan Organisasi UPT Museum Tekstil sebagai berikut: • Kepala Museum. • Kepala Sub Bagian Tata Usaha. • Kepala Seksi Pameran dan Edukasi. • Kepala Seksi Koleksi dan Perawatan. Gambar 3.1 Struktur Organisasi UPT Museum Tekstil 3.4 Tugas dan Wewenang • Kepala Museum mempunyai tugas: Memimpin pelaksana tugas dan fungsi dari UPT Museum Tekstil yaitu: Tugas: Melayani masyarakat dan pengunjung serta mengadakan, menyimpan, merawat, mengaankan, meneliti koleksi, memperagakan dan 50 mengembangkan untuk kepentingan pendidikan, sejarah, kebudayaan, rekreasi, sosial dan ekonomi baik langsung maupun tidak langsung. Fungsi: Penyusunan program. Penyusunan rencana dan pengusulan pengadaan koleksi serta sarananya. Penyelenggaraan usaha-usaha publikasi, pameran koleksi dan pemasaran. Pelaksanaan pembuatan deskripsi dan registrasi koleksi. Penyimpanan, penataan dan perawatan koleksi. Penelitian koleksi. Pemberian bimbingan dan pelayanan edukatif kultural kepada masyarakat. Penyelengaraan pengelolaan perpustakaan museum. Pelayanan informasi tentang pertekstilan. Penyusunan kegiatan-kegiatan tentang ketatausahaan. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Subbagian, seksi dan Subkelompok Jabatan. • Subbagian Tata Usaha mempuyai tugas: Menghimpun, meneliti, mengelola dan menyusun program dan rencana kegiatan operasional. Mengelola surat menyurat, pengetikan, penggandaan serta pendistribusian. Melaksanakan urusan perlengkapan dan kerumahtanggaan. Melakukan urusan kepegawaian. Melaksanakan urusan keuangan. Melaksanakan pengelolaan perpustakaan umum. 51 Melaksanakan urusan keamanan, ketertiban dan kebersihan kantor. Mengkoordinasi penyajian data dan informasi. Mengkoordinasikan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan operasional. • Seksi Pameran dan Edukasi mempunyai tugas: Menyusun program dan rencana kegiatan operasional Menyelenggarakan pameran koleksi di museum Mengadakan kerjasama, baik dengan instansi pemerintah maupun badan swasta/masyarakat, untuk menyelenggarakan pameran. Melaksanakan bimbingan edukatif kulural dan memberikan informasi ilmiah. Mengadakan bimbingan teknis di lembaga-lembaga pendidikan dan tempat lain dalam rangka menyebarluaskan arti dan fungsi museum. Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan operasional. • Seksi Koleksi dan Perawatan mempunyai tugas: Menyusun program dan rencana kegiatan operasional. Mengadakan inventarisasi dan pengkajian terhadap seluruh koleksi. Melaksanakan penelitian koleksi dan etnografi. Menyelenggarakan pengajian koleksi baik bersifat permanen maupun temporer. Membuat deskripsi dan catatan tentang identifikasi dan mengkatalogi koleksi. Melakukan seleksi dan menentukan suatu benda untuk diusulkan menjadi koleksi museum. 52 Melaksanakan pembuatan dokumentasi atas koleksi yang diteruma baik proses pembuatannya maupun kegunaan dan fungsinya dalam lingkungan sosial budaya. Melakukan inventarisasi koleksi yang rusak dan menyusun rencana perbaikan. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan koleksi. Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laopran kegiatan operasional. 3.5 Kegiatan Museum Tekstil Jakarta 3.5.1 Proses Sumbangan Proses awal yang dilakukan dari pihak museum bagian Kasubbag Tata Usaha dan pemberi sumbangan tekstil yaitu. Pihak museum membuat BA (Berita Acara) yang akan dikeluarkan pihak museum kepada pihak pemberi sumbangan atau kolektor. Proses selanjutnya kedua pihak melakukan mentaksir harga dari barang sumbangan. Proses ini tidak ada kegiatan transaksi dalam bentuk uang, melainkan hanya memperkirakan harga untuk kebutuhan di masa datang. Karena barang-barang kuno seperti ini jika tidak ditafsir atau diperkirakan harganya maka suatu saat tidak akan mempunyai nilai jual. Selanjutnya museum mengeluarkan surat Berita Acara Serah Terima. Setelah barang diterima maka pihak museum melakukan identifikasi kain tekstil tersebut. Proses awal identifikasi yaitu diberikan kepada bagian Kassie Koleksi dan Perawatan dengan melakukan identifikasi motif/corak, jenis bahan tekstil, tahun pembuatan, asal tekstil, sejarah tekstil tersebut ke dalam asset. Proses selanjutnya yaitu proses perawatan yang dilakukan bagian Koleksi dan Perawatan di dalam ruang karantina. Tahap selanjutnya yaitu pemberian nomer identifikasi tekstil tersebut, 53 pencatatan yang dimasukan ke dalam asset inventaris museum dan kemudian disimpan ke dalam ruang sterilisasi. Yang nantinya akan di pamerkan dalam event tertentu oleh bagian Kassie Pameran dan Edukasi. 3.5.2 Proses Pengadaan Pembelian Tekstil Proses pengadaan pembelian koleksi tekstil berbeda dengan tahap proses pemberian dan hibah. Dalam proses pengadaan pihak museum melakukan beberapa kegiatan research yang dibutuhkan dalam memenuhi koleksinya. Dengan melakukan perjalanan ke beberapa wilayah di Indonesia yang di inginkan. Kegiatan ini dilakukan oleh pihak Kasubbag Tata Usaha. Jika proses ini telah dilakukan maka bagian Kassubag Tata Usaha akan mengeluarkan Program Pengadaan Koleksi yang berisi tentang kebutuhan koleksi yang ingin ditambah di museum tekstil kepada Pemprov DKI. Proses selanjutnya yaitu Pemprov DKI memberikan surat Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) untuk diteruskan. Program Pengadaan Koleksi dapat dilanjutkan dengan penganggaran yang diberikan Pemprov DKI. Pembelian barang-barang koleksi dapat dibagi menjadi dua yaitu jika kurang dari 100 juta maka akan dilakukan penunjukan langsung ke pada kolektor. Dan jika pengadaan barang koleksi lebih dari 100 juta maka dilakukan lelang. Jika proses tersebut telah dilakukan maka pihak museum membuat sebuat surat SPJ (Surat Pertanggung Jawaban) hasil dari pengadaan pembelian barang koleksi kepada Pemprov DKI. Selanjutnya melakukan tahap identifikasi lebih lanjut dari kegiatan research dan di inventaris ke dalam asset. Melakukan kegiatan perawatan jika terjadi kerusakan pada tekstil tersebut. Dan kemudian di simpan ke dalam ruang sterilisasi. 54 3.5.3 Proses Hibah Proses awal yang dilakukan dari pihak museum bagian Kasubbag Tata Usaha dan pemberi sumbangan tekstil yaitu. Pihak museum membuat BA (Berita Acara) yang akan dikeluarkan pihak museum kepada pihak pemberi hibah. Proses selanjutnya kedua pihak melakukan mentaksir harga dari barang sumbangan. Proses ini tidak ada kegiatan transaksi dalam bentuk uang, namun terdapat pertukaran yang dilakukan sesama pemberi hibah dalam bentuk tekstil. Selanjutnya museum mengeluarkan surat Berita Acara Serah Terima. Setelah barang diterima maka pihak museum melakukan identifikasi kain tekstil tersebut. Proses awal identifikasi yaitu pada bagian Kassie Koleksi dan Perawatan dengan melakukan identifikasi motif/corak, jenis bahan tekstil, tahun pembuatan, asal tekstil, sejarah tekstil tersebut ke dalam asset. Proses selanjutnya yaitu proses perawatan yang dilakukan bagian Koleksi dan Perawatan di dalam ruang karantina. Tahap selanjutnya yaitu pemberian nomer identifikasi tekstil tersebut, pencatatan yang dimasukan ke dalam asset inventaris museum dan kemudian disimpan ke dalam ruang sterilisasi. Yang nantinya akan di pamerkan dalam event tertentu oleh bagian Kassie Pameran dan Edukasi. 3.6 Rekaputilasi Koleksi dan Data Pengunjung Museum Tekstil Jakarta • Rekapitulasi koleksi berdasarkan pengadaan dari tahun 1976 - 2010. Tabel 3.1 Rekapitulasi Koleksi dari Tahun 1976 - 2011 JUMLAH NO TAHUN SUMBANGAN PEMBELIAN TOTAL 1 1976 260 67 327 55 2 1977 83 2 85 3 1978 5 34 39 4 1979 25 0 25 5 1980 37 0 37 6 1981 36 34 70 7 1982 77 1 78 8 1983 101 0 101 9 1985 38 32 70 10 1986 1 0 1 11 1987 4 55 59 12 1988 14 0 14 13 1989 10 0 10 14 1990 16 0 16 15 1991 2 41 43 16 1994 1 11 12 17 1995 10 4 14 18 1996 19 10 29 19 1997 13 0 13 20 1998 12 0 12 21 1999 31 0 31 22 2000 64 0 64 23 2001 10 0 10 24 2002 239 0 239 56 25 2003 5 60 65 26 2004 11 34 45 27 2005 54 105 159 28 2006 45 22 67 29 2007 4 16 20 30 2008 5 14 19 31 2009 121 11 132 32 2010 47 22 69 1400 575 1975 TOTAL • Rekapitulasi koleksi berdasarkan jenis koleksi dari tahun 1976 - 2010. Tabel 3.2 Rekapitulasi Koleksi Berdasarkan Jenis Koleksi dari Tahun 1976 - 2010 NO JENIS KOLEKSI JUMLAH 1 Tenun 803 2 Batik 685 3 Campuran 314 4 Alat 103 5 Kontemporer 60 Jumlah 1965 57 Rekapitulasi data pengunjung Museum Tekstil Jakarta Tahun 2011 Jumlah tahun 2011 • Pengunjung Umum 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Dewasa Wisnu Mahasiswa 17795 Wisman Mahasiswa Asing Anak2/Pelaj ar 838 Mahasiswa Asing 4343 Mahasiswa 164 Anak2/Pelajar 3099 Grafik 3.1 Data Pengunjung Museum Tekstil Jakarta Tahun 2011 Berdasarkan Jenis Pengunjug “Umum” Jumlah tahun 2011 Pengunjung Rombongan 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Dewasa Wisnu 3572 Wisman 115 Mahasiswa Mahasiswa Asing Anak2/Pelajar Mahasiswa Mahasiswa Asing Anak2/Pelaj ar 9604 642 13188 Grafik 3.2 Data Pengunjung Tahun 2011 Berdasarkan Jenis Pengunjung “Rombongan” 58 3.7 Masalah yang Dihadapi Masalah yang dihadapi oleh organisasi: • Terjadinya turnover tinggi di organisasi museum. Kadar atau intensitas dari keinginan untuk keluar dari organisasi, banyak alasan yang menyebabkan turnover dan di antaranya adalah keinginan untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik. Adanya indikasi terjadinya turnover yaitu: absensi yang meningkat. Menurut data yang ada sekitar 40% per-tahun terjadi turnover di dalam museum. Dengan adanya turnover maka akan hilangnya asset yang dimiliki karyawan tersebut. Tentu dalam pengetahuan setiap karyawan berbeda-beda jadi turnover dapat juga mengakibatkan hilangnya asset knowledge. • Biaya pelatihan tinggi. Dalam melakukan kegiatan pelatihan diperlukan biaya yang tinggi. Sehingga memaksa pihak museum untuk melakukan pengadaan dana dalam pelatihan kepada pemprov DKI. Hal ini dipengaruhi dengan adanya turnover yang ada di museum. Sementara jumlah kenaikan anggaran pertahun yang diberikan pemprov DKI sekitar 100 juta. Dalam anggaran tersebut terdapat kebutuhankebutuhan untuk koleksi di dalam museum dan lainnya. 3.8 Analisis Museum Tekstil Jakarta 3.8.1 Knowledge Goal Knowledge goal adalah tujuan apa saja yang hendak dicapai oleh organisasi. Dengan adanya KM ini ada dua faktor yang menentukan pemetaan knowledge goal yaitu 59 strategi organisasi dan penjelasan dari knowledge goal itu sendiri. Di mana kedua faktor tersebut akan berhubungan membentuk suatu hubungan antara strategi museum dan knowledge goal itu sendiri. 3.8.2 Identifikasi Knowledge Museum Tekstil Jakarta • Explicit Knowledge Explicit knowledge merupakan knowledge dari Museum Tekstil Jakarta yang tertulis atau telah didokumentasikan, sehingga knowledge dapat disebarkan melalui dokumen tersebut seperti berikut: o Notulen Rapat Notulen rapat merupakan salah satu bagian dari explicit knowledge di mana hasil rapat mengenai tekstil didokumentasikan, di dalam KM ini karyawan yang tidak hadir dalam rapat dapat mengetahui hasil rapat untuk menambah informasi. o Organization Profile Organization profile merupakan salah satu bagian dari explicit knowledge di mana sebagai dokumentasi untuk menjelaskan mengenai sejarah museum, struktur, gallery, visi dan misi museum untuk menambah informasi bagi karyawan. o Gallery Gallery merupakan salah satu bagian dari explicit knowledge di mana sebagai dokumentasi mengenai foto-foto berkaitan dengan jenis-jenis tekstil di Indonesia. Baik foto peristiwa berkaitan dengan proses pemberian tekstil, hibah, proses pembuatan tekstil dan kegiatan sosial museum dengan 60 format JPG atau JPEG. Sehingga mudah dicari dan diakses pada saat dibutuhkan. o Library Library merupakan salah satu bagian dari explicit knowledge di mana pada library terdapat buku-buku yang dapat digunakan bagi para karyawan dalam mengembangkan knowledge. o Product Knowledge Product Knowledge merupakan salah satu bagian dari explicit knowledge berisi tentang product yang ada di dalam museum tekstil. Seperti kain tenun, batik, campuran, kontemporer, peralatan dan jenis- jenis pewarna. o Download Download merupakan salah satu dari explicit knowledge di mana pada KM berisi tentang rules di dalam museum (peraturan-peraturan dasar), undangundang tenaga kerja, serta pengembangan SDM. Dalam bentuk file PDF untuk digunakan sebagai literartur dalam knowledge bagi karyawan. • Tacit Knowledge Tacit knowledge merupakan knowledge organisasi yang belum tertulis atau belum didokumentasikan seperti berikut: o Knowledge Knowledge merupakan kumpulan artikel berisi pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan tekstil maupun non tekstil, tips, petunjukpetunjuk, dan lain-lain. Tujuannya untuk di-sharing kepada karyawan lain untuk menginformasikan hal-hal yang belum pernah dibahas atau 61 diketahui. Format file berbentuk text dan biasanya berdasarkan faktor keahlian dan pengalaman. o Forum Forum merupakan salah satu bagian dari tacit knowledge, di mana karyawan dapat mendeskripsikan forum ini sebagai wadah atau sarana agar dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi untuk membahas hal yang berkaitan dengan museum. o Inbox Inbox berisi tentang pesan yang dapat diterima bagi para karyawan dalam bentuk file PDF untuk digunakan sebagai literature dalam knowledge bagi karyawan. o Event dan News Event dan news berisi tentang kegiatan atau berita yang akan diadakan di museum. Untuk dapat mengadakan suatu rapat dalam menindak lanjuti news dan event tersebut. 3.8.3 Uraian Knowledge Goals Knowledge goals adalah tujuan apa saja yang ingin dicapai oleh organisasi dengan adanya KM. Knowledge goal atau tujuan dari dibangunnya KM: • Membuat knowledge sharing menjadi budaya organisasi. • Mengurangi biaya pelatihan. • Memanfaatkan knowledge untuk keunggulan museum. • Membuat knowledge repository untuk sharing antar karyawan. 62 3.8.4 Analisis Strategi Museum Analisis strategi organisasi pada Museum Tekstil Jakarta yaitu knowledge sharing dengan memanfaatkan dunia TI dengan forum sebagai wadah dalam bertukar pikiran secara internal. 3.8.5 Proses Inti Knowledge Management Proses inti KM pada Museum Tekstil Jakarta adalah: 3.8.5.1 EFQM (European Foundation Quality of Management) • Leadership Gaya kepemimpinan Bebas yaitu pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi. Dalam organisasi museum mempunyai gaya kepemimpinan demokratis yang diterapkan oleh Kepala Museum, Kasubbag Tata Usaha, Kassie Koleksi dan Perawatan, Kassie Pameran dan Edukasi. Gaya kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor pendukung terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi. Gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Di dalam organisasi museum terdapat budaya kekeluargaan yang erat. 63 • People Dalam mengelola sumber daya manusia museum tekstil selalu diberikan arahan dari pemprov DKI karena museum tekstil selaku dibawah pemprov DKI. Jumlah sementara staf karyawan museum saat ini adalah 37 orang (Pegawai Negeri Sipil dan karyawan outsourching). Di mana standar sumber daya manusia minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga Strata 1 sesuai dengan bidang yang pada museum ini dan mempunyai kompetensi atau keahlian yang sesuai dengan bidang tugasnya masing – masing serta pengalaman kerja dari latar belakang berbeda dengan kegiatan museum serta melalui proses yang dilakukan langsung oleh pemprov DKI. Serta adanya kegiatan pelatihan pada Departemen Budaya dan Pariwisata dalam meningkatkan kompetensi atau keahlian pegawai. • Strategy Strategy dalam mengembangankan museum tekstil. Selaku pengelola museum membentuk tim yang handal, menetapkan target yang jelas. Dalam penetapan target yang jelas, pihak museum mentargetkan kepada sekolah-sekolah negeri maupun swasta. Di mana dalam target ini pihak museum ingin memberikan pengetahuan tentang warisan yang ada di Indonesia serta menjadi warisan dunia seperti batik. • Partnership and Resources Himpunan Wastraprema: Pemprakarsa berdiri museum tekstil dan awal berdirinya museum tekstil. Di mana himpunan ini menjadi bagian sebagai pemberi berbagai tekstil yang mempunyai tujuan dalam melestarikan sejarah tekstil. 64 Yayasan Batik Indonesia: Yayasan yang dibentuk sebagai lembaga nirlaba yang merupakan wujud dari persamaan kehendak para pecinta, pengrajin, pengusaha dan pemerhati batik. Mempunyai kerjasama dalam bidang pemberian batik yang berkualitas dan bersejarah, Rumah Pesona Kain: perkumpulan para kolektor dan pecinta kain Indonesia yang didirikan pada September 2005, di mana melalui kegiatannya berusaha mewujudkan prakarsa berupa pelestarian, peningkatan apresiasi, perhatian serta kepedulian atas kain-kain Indonesia termasuk di dalamnya kain-kain tradisional yang selama ini terkenal begitu mengagumkan baik dari latar belakang sejarah maupun nilai-nilai budayanya. Yayasan Nurani Budaya Indonesia: perkumpulan atau yayasan yang sadar akan budaya Indonesia sehingga perlu dilestarikannya, di apresiasi, perhatian serta kepedulian atas budaya-budaya Indonesia. Bentuk kerjasama dengan museum yaitu pemberian berbagai macam tekstil bersejarah. Cita Tenun Indonesia: perkumpulan para kolektor dan pecinta kain tenun Indonesia. Mempunyai bentuk kerjasama yaitu dengan memberikan hasil tenun bersejarah serta saling berbagi pengetahuan dalam tenun. Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia: perkumpulan asosiasi dan perancang mode Indonesia. Mempunyai kerjasama dalam bidang mode kontemporer yang inovatif. Serta memberikan pengetahuan tentang mode di Indonesia saat ini. 65 Sekolah Desain Tekstil/Busana (Bunka School, ESMOD): sekolah desain tekstil yang bertujuan mempelajari dan membuat desain tekstil/busana. Memberikan pengetahuan yang didapat dari sekolah desain tekstil. Serta pemberian tekstil yang dihasilkan dari sekolah. Indonesian Heritage Society: perkumpulan pecinta budaya-budaya Indonesia peninggalan dunia. Perkumpulan ini mempunyai kerjasama dengan museum sebagai memberi informasi dan pengetahuan kepada Indonesia maupun dunia dari peninggalan budaya-budaya. Yayasan Sulam Indonesia: yayasan yang bergerak sebagai kolektor dan pecinta tekstil sulam Indonesia. Bekerjasama dalam bentuk pemberian hasil sulam kepada pihak museum. Dan saling berbagi knowledge tentang tekstil dalam hal ini sulam. Yayasan Sirih Nanas: lembaga kebudayaan Betawi dalam melestarikan kebudayaan tersebut. Bekerjasama dalam bentuk pemberian secara rutin kepada museum sebagai melestarikan budaya dalam hal ini budaya tekstil adat betawi. Serta berbagi pengetahuan untuk museum. Sahabat Nusantara: perkumpulan pecinta tekstil nusantara dan juga kolektor tekstil nusantara. Bekerjasama dalam bidang pemberian serta dalam rangka pelestarian tekstil nusantara. Berbagi pengetahuan tentang tekstil nusantara. Pesona Batik Madura: perkumpulan pecinta dan kolektor batik khas Madura dalam melestarikan budaya tersebut. Bekerjasama dalam pemberian budaya batik madura. Serta memperkenalkan hasil batik madura yang saat ini tidak banyak diketahui masyarakat. 66 Komunitas Remaja Batik: perkumpulan atau komunitas pecinta budaya batik dan melestarikan batik. Bekerjasama dalam melestarikan budaya tekstil batik. Memperkenalkan batik kepada dunia melalui komunitas remaja batik ini. Rumah Songket: perkumpulan pecinta dan kolektor tekstil jenis songket. Bekerjasama dalam memberikan kain songket yang sangat terkenal dan mendunia. Dan berbagi pengetahuan tentang sejarah kain songket. Media Cetak/Elektronik: bekerjasama sebagai media memperkenalkan museum tekstil jakarta kepada masyarakat dan pihak luar. Institut Kesenian Jakarta: perkumpulan dan pecinta kesenian jakarta dan melestarikan budaya kesenian jakarta. Bekerjasama dalam pementasan kostum pakaian dalam pementasan cerita-cerita legenda, rakyat yang ada di kesenia jakarta. Resources Kemitraan dari sumber daya internal yaitu dengan memberikan sebuah apresiasi dalam bentuk nama pemberi yang di dokumentasikan ke dalam arsip asset inventaris dalam benda tekstil yang diberikan, serta pelatihan bagi para partnership. Karena kemitraan yang baik adalah saling membangun hubungan yang berkelanjutan atas dasar saling menghormati, kepercayaan, dan keterbukaan. Kemitraan museum ini didasarkan kepada keinginan untuk melestarikan beranekaragam yang ada di Indonesia. budaya-budaya sejarah yang sangat 67 • Proces, product and services Proses pemberian Gambar 3.2 Activity Diagram Proses Pemberian Tekstil 68 Proses Hibah Gambar 3.3 Activity Diagram Proses Hibah Tekstil 69 Proses Pengadaan Pembelian Gambar 3.4 Activity Diagram Proses Pengadaan Pembelian Tekstil o Product Product yang ada di dalam Museum Tekstil Jakarta ini berupa tekstil budaya Indonesia yang disimpan, perawatan hinga penyimpanan dalam rangka 70 mempertahankan budaya tekstil Indonesia. Terdapat beberapa product yaitu kain tenun, batik, campuran, peralatan, serta kontemporer. o Services Dalam hal ini service yang dilakukan pihak museum yaitu menerima, merawat, memamerkan, edukasi, pelatihan bagi masyarakat yang membutuhkan. Pelatihan-pelatihan kepada masyarakat sekitar yang sadar akan tekstil. • People Result Terdapat peningkatan yang sangat pesat terjadi di dalam organisasi museum. Dengan adanya potensi dari pekerja yang sangat mengapresiasikan diri. Serta terjadinya peningkatan dan tercapainya performa staf dalam melaksanakan tugas masing-masing dalam bidangnya. • Customer Result Dalam menilai kebutuhan pelanggan, pihak museum sangat mengerti dengan kebutuhan pelanggan. Dengan adanya kegiatan-kegiatan dan edukasi untuk pelanggan atau masyarakat. • Society Result Dengan adanya museum tekstil saat ini masyarakat sekitar sadar dan turut membantu dalam mengembangkan tekstil. Serta dengan adanya pelatihan dan seminar yang ditujukan kepada society. • Key Result Hasil dari key result adalah kinerja dalam setiap bidang yang mencakup dalam museum terjadi peningkatan. Dalam hal ini kinerja staf di ukur tingkat keberhasilannya 71 dalam suatu acara pameran dengan banyaknya antusias masyarakat terhadap museum. Timbulnya budaya knowledge sharing. EFQM The Self Assesment Quesitionnaire 1 2 3 Pemimpin berkomitmen terhadap tujuan organisasi. Pemimpin memperoleh feedback pada kinerja pribadi . Pemimpin menampilkan perilaku etis. Pemimpin terlibat dalam meningkatkan sistem 1b manajemen 4 Pemimpin menggunakan informasi kinerja. Pemimpin mempraktekan pemerintahan yang 5 baik. Pemimpin menyediakan sumber daya untuk 6 perbaikan. Pemimpin melibatkan pribadi dengan 1c pelanggan, mitra dan masyarakat Pemimpin mempunyai hubungan dengan 7 pelanggan. Pemimpin mempunyai hubungan dengan 8 pemasok. Pemimpin mempunyai hubungan dengan 9 masyarakat. 1d 10 11 12 Pemimpin memperkuat budaya dengan orangorang Pemimpin memberdayakan karyawan. Pemimpin mendukung untuk keunggulan. Aksebilitas pemimpin. Extremely Strong Strong Acceptable Weak 1a Mengembangkan dan Jalan Pemodelan Very weak Section 1 Leadership Zero Base • X X X X X X X X X X X X 72 1e Pemimpin berhasil dalam perubahan organisasi 13 Pemimpin mempromosikan inovasi. Pemimpin mempromosikan fokus ke 14 pelanggan. Pemimpin mendukung untuk upaya perbaikan 15 karyawan. X X 16 Pertimbangan kebutuhan stakeholder. Analisis pesaing, pelanggan, dan dinamika 17 pasar. Analisis pemasok dan data informasi yang 18 diperlukan mitra. X Penggunaan informasi kinerja dan penelitian 2b dan belajar Pertimbangan politik, ekonomi, sosial dan faktor 19 legislatif. 20 Pencantuman pembandingan. 21 Analisis data kuantitatif. X X X Metodologi untuk mengembangkan, mengukur dan meninjau kebijakan dan strategi Proses dan pendekatan untuk menetapkan 22 jangka panjang dan jangka pendek. Pertimbangan kekuatan organisasi dan 23 kelemahan. Pencantuman prisnsip kualitas dan melakukan 24 perbaikan. X X 2c X X X Extremely Strong Strong Acceptable Weak 2a Pertimbangan Kebutuhan Stakeholder Very weak Section 2 Policy and Strategy Zero Base • X 73 Rencana sumber daya manusia, dikelola dan ditingkatkan secara berkelanjutan Penyelarasan rencana SDM dan kebijakan 28 dengan strategi organisasi. Suksesi perencanaan dan kesempatan 29 pengembangan karir. Penyelarasan kebijakan dan strategi perekrutan 30 dengan organisasi strategi. 3b 31 32 33 Identifikasi dan pengembangan pengetahuan dan kompetensi Penilaian kinerja karyawan. Penilaian keterampilan dan kebutuhan kemampuan pembangunan. Pendidikan non formal dan peluang pelatihan . Pemberdayaan dan keterlibatan masyarakat Memungkinkan karyawan untuk menyadari 34 potensi penuh mereka. Desain pekerjaan dan tim kerja untuk inovasi dan 35 perbaikan. Koleksi dari timbal balik karyawan tentang 36 harapan dan kebutuhan. Extremely Strong 3a Section 3 People Strong • X Acceptable 27 X Weak 26 X Very weak 25 Zero Base 2d Memastikan kebijakan dan strategi ke dalam tindakan Integrasi dan keterpaduan rencana tim dengan strategis. Penyebaran aksi rencana yang meliputi sasaran, langkah-langkah dan pemantauan proses Komunikasi strategi untuk karyawan dan kunci stakeholder X X X X X X 3c X X X 74 X X 3e Penghargaan, diakui dan perawatan SDM Kompensasi, pengakuan dan penghargaan 40 karyawan. Pemantauan dan pemeliharaan kesehatan dan 41 keselamatan kerja. 42 Manfaat yang memenuhi kebutuhan karyawan. Mengidentifikasi dan mengelola hubungan 43 dengan pemasok. Mengidentifikasi dan mengembangkan (bukan 44 pemasok) peluang kemitraan. 45 Mengidentifikasi dan bekerja sama dengan mitra. X X 46 Identifikasi dan definisi (detail) proses kunci. Ketersediaan data informasi untuk mengukur 47 proses kinerja. Penugasan tanggung jawab unuk mengelola 48 proses. Acceptable Proses secara sistematis dirancang dan dikelola Weak Section 5 Processes Very weak 5a X Zero Base • Extremely Strong Acceptable Manajemen kemitraan eksternal Weak Section 4 Partnership and Resources Very weak 4a X X Zero Base • X X X X Extremely Strong 39 X Strong 38 Dialog antara pegawai dan organisasi Berbagi visi dan misi dengan karyawan. Ketersediaan data kinerja bisnis di seluruh organisasi. Identifikasi dan berbagi praktek terbaik dengan karyawan Strong 3d 37 75 5b Proses waktu dalam pemberian barang 49 Identifikasi lama waktu. X 50 Permasalahan yang muncul pada saaat proses. X 51 Value dari barang. X 5c Hubungan pelanggan dikelola dan ditingkatkan 52 Proses untuk membangun loyalitas pelanggan. Mekanisme untuk memperoleh timbal balik 53 pelanggan. 54 Proses untuk pemantauan keluhan dan resolusi. X X Akuisi data untuk pengukuran pelanggan 55 pengalaman dan kebutuhan. Meningkatkan tren dan tingkat kepuasan 56 pelanggan/kinerja. 57 Target untuk kepuasan pelanggan. 58 59 60 61 Extremely Strong X X Akuisi data untuk pengukuran pengalaman karyawan dan kebutuhan. Meningkatkan trend dan tingkat kepuasan kinerja karyawan. Target untuk kinerja kepuasan karyawan. Perbandingan persepsi karyawan dengan unit lain dan prganisasi. X X X X Extremely Strong Strong Acceptable Ukuran persepsi orang-penggunaannya dan hasilnya Weak Section 7 People Result Very weak 7a X Zero Base • Strong Acceptable Weak 6a Ukuran organisasi persepsi pelanggan Very weak Section 6 Customer Result Zero Base • X 76 8a Ukuran organisasi persepsi komunitas Perolehan dari data untuk pengukuran komunitas 66 masyarakat. Meningkatkan trend dan kepuasan/lapisan 67 masyarakat. Target bagi masyarakat/kepuasan 68 masyarkat/kinerja. Perbandingan masyarakat/persepsi masyarakat 69 dengan unit lainnya. X X X 70 Akuisi data untuk pengukuran bisnis utama. Meningkatkan trend dan tingkat hasil kinerja 71 utama. 72 Target untuk hasil kinerja utama. Penyebab dan pengaruh analisis untuk 73 menjelaskan hasil kinerja. X X X X Extremely Strong Acceptable Langkah-langkah dari hasil kinerja utama yang direncanakan oleh organisasi Weak Section 9 Key Performance Result Very weak 9a X Zero Base • Extremely Strong Section 8 Society Result Strong • X Strong 65 X Acceptable 64 X Weak 63 X Very weak 62 Zero Base 7b Langkah-langkah internal yang digunakan untuk memantau kinerja. Penggunaan indikator kinerja internal untuk mengukur kinerja terhadap target karyawan. Meningkatkan tren dan tingkat kinerja internal terhadap target karyawan. Target untuk kinerja terhadap target internal karyawan. Penyebab dan yang mempengaruhi analisis untuk menjelaskan hasil karyawan. 77 Output EFQM The Self Assesment Quesitionnaire Self assesment quetionnaire mengukur seberapa kuatnya pengaruh dari 9 criteria (leadership, policy and strategy, people, partnership and resources, processe, people result, customer result, society result, key performance results). Selanjutnya melakukan tahap selanjutnya yaitu Excellence model. Di mana diajukan sebuah pertanyaan yang lebih fokus terhadap 9 criteria dalam mengembangkan lebih lanjut. EFQM Excellence Model • Leadership 1a – Bagaimana para pemimpin mengembangkan visi, misi, nilai-nilai budaya bagi keunggulan dalam organisasi. Dalam mengembangkannya, pemimpin melakukan pengembangan visi dan misi museum bukan hanya sebagai saran edukasi dan rekreasi melainkan sebagai sarana kegiatan seminar, diskusi dan workshop tentang tekstil. Menyajikan informasi yang menarik dana mengomunikasikannya kepada masyarkat agar dapat dimanfaatkan secara sepenuhnya. Bobot nilai 4%. 1b – Bagaimana pemimpin secara pribadi terlibat dalam menjamin sistem manajemen organisasi dalam usaha meningkatkan, mengembangkan, mengimplentasi. Yaitu dengan cara pemimpin mempunyai sifat kepemimpinan yang demokratis. Di mana setiap staf dapat mengeluarkan pendapat dalam rangka menjamin sistem manajemen organisasi dan juga dalam usaha meningkatkan dan mengembangkan museum ini. Bobot nilai 2%. 1c – Bagaimana pemimpin terlibat dengan pelanggan, mitra dan perwakilan masyarakat. 78 Pemimpin terjun langsung dalam menangani pelanggan dalam acara – acara pameran, workshop, seminar dan diskusi tentang tekstil. Serta pemimpin memberikan penyuluhan kepada para pelajar, masyarkat sekitar museum ini. Bobot nilai 2%. 1d – Bagaimana pemimpin memotivasi, mendukung dan mengenali pegawai dalam organisasi. Dalam hal ini pemimpin melakukan kepemimpinan demokratis dimana setiap staf dapat berpendapat secara langsung kepada pemimpin. Serta pemimpin sering melakukannya gathering atau berkumpul rekreasi dalam mempererat dan mengenali staf serta keluarga masing – masing. Bobot nilai 2%. • Policy and Strategy 2a – Bagaimana kebijakan dan strategi yang didasarkan pada kebutuhan sekarang dan masa depan serta harapan stakeholder. Kebijakan dan strategi pada kebutuhan sekarang ini yaitu mendatangi ke sekolah – sekolah dasar dalam memperkenalkan museum ini. Untuk kebutuhan masa depan yaitu museum mengharapkan peran aktif bagi sekolah – sekolah dasar hingga menengah atas mau berpartisipasi dalam mengembangkan museum ini. Harapan pemerintah yaitu museum dapat memberikan informasi sebaik – baiknya dan selengkap – lengkapnya dengan keterbatasan yang ada. Bobot nilai 2%. 2b – Bagaimana kebijakan dan strategi yang didasarkan pada informasi dari pengukuran kinerja, penelitian, pembelajaran dan kegiatan terkait kreativitas. 79 Kebijakan dan strategi dengan tercapainya ukuran kinerja dari setiap staf melalui informasi dari pengukuran kinerja, penelitian, pembelajaran serta kergiatan. Bobot nilai 1%. 2c – Bagaimana kebijakan dan strategi yang dikembangkan, ditinjau dan diperbaharui. Ditinjau dari segi perkembangan jaman saat ini museum melakukan pengembangan dalam memberikan dan menyajikan informasi kepada masyarakat dalam bentuk yang menarik serta adanya diskusi antar masyarakat serta pengunjung. Bobot nilai 3%. 2d – Bagaimana kebijakan dan strategi dikerahkan melalui kerangka kerja proses kunci. Melalui kerangka kerja yang ada saat ini terus dipertahankan dimulai dengan proses pengadaan barang, perawatan hingga pada saat pameran. Bobot nilai 1%. 2e – Bagaimana kebijakan dan strategi dikomunikasikan dan diimplementasikan. Mengkomunikasikan dengan cara yang menarik serta memberikan pembelajaran secara langsung dengan kegiatan workshop. Bobot nilai 1%. • People 3a – Bagaimana merencanakan, mengelola dan meningkatkan sumber daya manusia. Dalam hal ini pihak museum telah melakukan standar minumum untuk masuk sebagai staf museum ini. Tetapi semua tergantung dari pemprov DKI yang mengatur untuk sumber daya manusia. Bobot nilai 5%. 80 3b - Bagaimana mengidentifikasi, mengembangkan, mempertahankan pengetahuan dan kompetensi. Dalam hal ini museum mempunyai standar operasi kerja yang terus dipertahankan hingga saat ini. Bobot nilai 5%. 3c – Bagaimana memberdayakan dan melibatkan sumber daya manusia. Dalam upaya memberdayakan dan melibatkan sumber daya manusia. Selalu diadakannya kegiatan pendidikan melalui Departemen Pariwisata dan Budaya. Pada museum ini semua staf terlibat langsung dengan seluruh kegiatan museum. Bobot nilai 4%. 3d – Bagaimana dialog sumber daya manusia dan organisasi. Dialog antar staf dan organisasi tidak bersifat kaku, melainkan dengan adanya budaya kekeluargaan antar staf. Bobot nilai 1%. 3e – Bagaimana sumber daya manusia dihargai, diakui dan diperhatikan. Dalam menghargai staf pihak museum selalu memperhatikan setiap staf yang ada. Melakukan kegiatan rekreasi berasama – sama dengan staf sehingga menimbulkan rasa dihargai, diakui dan diperhatikan. Bobot nilai 1%. • Partnership and Resources 4a – Bagaimana kemitraan eksternal dikelola. Dalam mengelola kemitraan eksternal, museum selalu mengajak mitra dalam kegiatan yang diselnggarakan museum. Dalam melakukan timbal balik bagi kemitraan. Bobot nilai 2%. 4b – Bagaimana keuangan dikelola. 81 Pengelolaan keuangan dilakukan secara terbuka dan transparan tanpa ada hal yang ditutupi. Serta bertanggung jawab pengelolaan keuangan kepada pemprov DKI. Bobot nilai 2%. 4c – Bagaimana bangunan, peralatan dan bahan dikelola. Perawatan bangunan dilakukan secara periode tertentu. Mengelola peralatan dan bahan dilakukan dengan ruangan khusus yang disediakan museum. Bobot nilai 2%. 4d – Bagaimana teknologi dikelola. Dalam pengelolaan teknologi dilakukan kegiatan pengecekan secara rutin baik dari hardware maupun software. Bobot nilai 2%. 4e – Bagaimana informasi dan pengetahuan dikelola. Informasi dan pengetahuan pada saat ini masih belum bisa melakukan pengelolaan. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah wadah dalam pengelolaan informasi dan pengetahuan. Serta informasi saat ini masih bersifat paper based. Bobot nilai 2%. • Processes 5a – Bagaimana proses secara sistematis dirancang dan dikelola. Proses dirancang dan dikeloa secara sistematis dengan cara melakukan standar operasi yang telah ditetapkan oleh pemprov DKI untuk aktivitas kegiatan pengadaan, pemberian, dan hibah. Serta standar operasi yang dilakukan oleh museum - museum lainnya. Bobot nilai 4%. 5b – Bagaimana proses ditingkatkan, sesuai kebutuhan, menggunakan inovasi untuk sepenuhnya memenuhi dan meningkatkan hasil nilai bagi pelanggan dan stakeholder lainnya. 82 Dalam meningkatkan proses, pihak museum melakukan kegiatan research atau penelitian ke tiap – tiap daerah untuk mencari tekstil yang sesuai dengan masyarakat dan kebutuhan museum ini dalam meningkatkan nilai bagi pelanggan, masyarkat dan stakeholder. Bobot nilai 3%. 5c – Bagaimana produk dan jasa dirancang dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan pelanggan serta harapan. Museum ini mengedepankan kepada kebutuhan pelanggan atau masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan pengetahuan dunia tekstil serta perkembangan – perkembangannya. Bobot nilai 3%. 5d – Bagaimana produk dan jasa yang diproduksi, diserahkan dan melayani. Dengan melakukan kegiatan pengadaan, pemberian langsung dari kolektor, serta hibah dengan museum lainnya yang ada di Indonesia. Bobot nilai 3%. 5e – Bagaimana mengelola dan meningkatkan hubungan pelanggan. Dalam mengelola dan meningkatkan hubungan pelanggan. Museum ini selalu melibatkan beberapa tour guide museum dalam memberi pengetahuan kepada pelanggan atau masyarakat. Serta memberikan sebuah buku tamu yang berisikan sebuah saran, kritik atau pengetahuan yang di dapat di museum ini. Bobot nilai 3%. • Customer Result 6a – Persepsi tindakan. Dalam pencapaiannya museum ini telah mencapai kepuasan kepada pelanggan eksternal. Dengan kegiatan – kegiatan yang dilakukan museum ini. Bobot nilai 17.5%. 83 6b – Indikator Kinerja. Dengan adanya indikator kinerja pelanggan memberikan saran dan kritik sebagai pengembangan museum untuk masa depan. Bobot nilai 2.5 %. • People Result 7a – Persepsi tindakan. Museum melakukan kegiatan pembelajaran dan pelatihan bagi staf. Museum juga melakukan kegiatan diluar dari museum dalam mempererat kekeluargaan. Bobot nilai 7%. 7b – Indikator kinerja. Indikatornya adalah dengan adaanya kinerja staf yang meningkat dan bebas mengeluarkan pendapat dalam proses memajukan museum ini. Bobot nilai 2%. • Society Result 8a – Persepsi tindakan. Masyarakat sekitar dilibatkan dengan adanya kegiatan penyuluhan terkati dunia tekstil. Serta melakukan kegiatan penyuluhan terhadap turis lokal maupun internasional dengan kegiatan workhop. Bobot nilai 4%. 8b – Indikator kinerja. Indikatornya adalah hasil yang didapat dengan adanya kesan dan pesan yang ditinggalkan kepada museum dalam bentuk piagam dan lain – lain. Masyarakat mampu mengenali budaya tekstil Indonesia yang beraneka ragam corak dan bentuk dari tiap – tiap daerah. Bobot nilai 2%. 84 • Key Performance Result 9a – Kunci hasil kinerja Dalam hal ini museum masih mendapat kesulitan dalam memperoleh hasil kinerja yang baik. Kurangnya pegawai yang memadai serta sering terjadinya turnover pegawai sehingga hilangnya pengetahuan. Bobot nilai 12.5%. 9b – Kunci indikator kinerja. Kunci indikator kinerja yaitu hilangnya asset pengetahuan dari turnover, serta tidak terciptanya budaya knowledge sharing antar staf. Bobot nilai 2.5%. RESULTS ENABLERS People Results 9% People 16 % Leadership 10 % Policy & Strategy 8% Partnership & Resources 10 % Processes 16 % Customer Results 20 % Key Performance Results 15 % Society Results 6 % INNOVATION AND LEARNING Gambar 3.5 EFQM Excellence Model Museum Tekstil Jakarta 85 86 87 88 89 • Output Peningkatan efektivitas, orientasi pada hasil, fokus terhadap pengunjung, hubungan kerjasama, memanajemen pengetahuan, peningkatan performa, dan pembelajaran. Sesuai dengan EFQM model yaitu bertujuan memperbaiki, menganalisis kualitas management dalam organisasi museum ini. 3.8.5.2 Inukshuk KM Model • Tacit Knowledge Dengan kondisi saat ini seorang staf yang mempunyai pengetahuan sulit berbagi dengan staf lain. Dalam kondisi nyata sehari-harinya seorang staf museum jika melakukan suatu hal tertentu dalam bidangnya dan tidak adanya knowledge sharing, tacit knowledge pada museum ini merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang atau kebiasaan yang ada. Biasanya tacit knowledge ini susah dikomunikasikan oleh staf museum dan sulit diterjemahkan ke dalam bentuk yang lebih terstruktur untuk dapat berbagi dengan staf yang lainnya seperti explicit knowledge. Jadi dalam menampung knowledge staf museum diperlukannya wadah sebagai berikut : • o Knowledge o Forum o Inbox o Event dan news Explicit Knowledge Pada saat kondisi saat ini explicit knowledge masih berupa data, dokumen, dan prosedur dalam tata penanganan teksil pada museum ini. Yang disimpan dan terstruktur, serta dapat dipindahkan ke siapapun dengan mudah. Hal ini juga diperlukannya sebuah 90 perubahan dalam berbagi pengetahuan kepada staf yang lainnya. Dalam KM terdapat beberapa fitur sebagai berikut sebagai sarana atau wadah bagi staf untuk dapat mendapatkan pengetahuan. • o Notulen rapat o Organization profile o Gallery o Product knowledge o Download Socialization Proses sosialiasi antar SDM di dalam museum tekstil salah satunya dilakukan melalui tatap muka dengan staf satu dengan lainnya (rapat, diskusi, dan pertemuan bulanan). Melalui tatap muka ini, SDM yaitu staf museum dapat saling berbagi knowledge dan pengalaman yang dimilikinya sehingga hadirnya knowledge baru. Rapat dan diskusi yang dilakukan museum ini secara berkala memiliki notulen rapat. Notulen rapat ini kemudian menjadi bentuk explicit (dokumentasi) dari knowledge agar suatu saat staf yang memerlukan dapat segera mengetahui hasil-hasil rapat pada sebelumnya. Di dalam sistem KM yang akan dikembangkan, fitur-fitur Collaboration, seperti e-mail, diskusi elektronik, forum memungkinkan pertukaran tacit knowledge yang dimiliki seseorang sehingga organisasi semakin mampu belajar serta melahirkan ide-ide baru, kreatif, dan inovatif. Organisasi telah mendorong penggunaan intranet dan e-mail kepada seluruh karyawannya. Hal ini baik untuk dilakukan karena bermanfaat untuk meningkatkan koordinasi, mempercepat proses aktivitas, dan menumbuhkan budaya belajar. 91 • Internalization Semua dokumen data, informasi dan knowledge yang sudah didokumentasikan dapat disebarkan, dan terjadilah peningkatan knowledge SDM. Sumber-sumber explicit knowledge dapat diperoleh melalui media intranet (database organisasi), surat edaran atau surat keputusan, papan pengumuman dan internet serta media massa sebagai sumber external untuk dapat mendukung proses ini sistem perlu memiliki alat bantu pencarian dan pengambilan dokumen. Fitur-fitur terdapat pada fungsi learning akan sangat membantu terlaksananya proses ini. Selain itu pendidikan dan pelatihan (training) dapat mengubah pelajaran tertulis (explicit knowledge) menjadi tacit knowledge pada karyawan. • Externalization Sistem KM akan sangat membantu proses eksternalisasi ini, yaitu proses untuk mengartikulasikan tacit knowledge akan menjadi suatu konsep yang jelas. Dukungan terhadap proses eksternalisasi ini, dapat diberikan dengan mendokumentasikan notulen rapat, product knowledge, library, gallery, data organisasi, download (bentuk explicit dari knowledge) ke dalam bentuk elektronik untuk kemudian dapat dipublikasikan kepada yang berkepentingan. Organisasi telah mendatangkan expert untuk melakukan serangkaian kegiatan sesuai dengan bidang keahliannya, yang tidak dimiliki oleh organisasi. Dengan mendatangkan expert, akan terdapat knowledge baru dalam organisasi yang dapat dipelajari, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya. 92 • Combination Proses konversi knowledge melalui kombinasi adalah mengkombinasikan berbagai explicit knowledge yang berbeda untuk disusun ke dalam sistem KM. Media untuk proses ini dapat melalui intranet (forum diskusi), database organisasi, inbox, articles, news, event dan internet untuk memperoleh sumber eksternal. Fitur-fitur product knowledge seperti yang memiliki fungsi untuk pengkategorian informasi (taksonomi), pencarian, dan sebagainya sangat membantu dalam proses ini. • Leadership Leadership seorang kepala museum melalui keahlian kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang demokratis yang dimiliki kepala museum. Karena seorang kepala museum mempunyai tacit knowledge yang hanya dapat di share hanya pada saat tertentu. Pada proses ini diperlukan sebuah explicit knowledge sehingga keputusankeputusan serta gaya kepemimpinan dari kepala museum dapat di bagikan kepada staf yang lainnya melalui wadah KM. • Technology Teknologi yang digunakan di dalam museum tekstil yaitu terdapat 12 unit komputer dengan spesifikasi intel core 2 duo, 12 unit printer dan scanner. Mempunyai jaringan akses internet serta wifi. Museum juga memiliki jaringan internal dengan mempergunakan LAN (Local Area Network) untuk beberapa bagian tertentu. • Culture Budaya selama ini SDM ingin memiliki knowledge yang diterima tanpa sharing knowledge kepada SDM yang lain. Diperlukan sebuah perubahan dalam sharing sebuah knowledge. Budaya dalam masih bersifat tacit knowledge yang tidak belum 93 didokumentasikan untuk bisa dimanfaatkan knowledge sharing antar karyawan. Wadah KM memungkinkan SDM berbagi knowledge dalam sebuah forum diskusi yang disediakan. Sehingga terciptanya sharing antar SDM. Serta budaya organisasi kekeluargaan sehingga dapat membantu terciptanya knowledge sharing yang baik. Organisasi ini menetapkan budaya demokratis dimana setiap staf karyawan dapat berpendapat. • Output Inukshuk KM Model Output yang didapat yaitu dengan adanya penambahan leadership, culture dan teknologi membuat KM lebih dapat berkembang dengan pesat. Dapat mengetahui seorang pemimpin, cara memimpin sebuah organisasi, budaya di dalam organisasi museum dan teknologi yang dipakai di dalam museum. Inukshuk merupakan pengembangan dari SECI dengan penambahan diatas. Inukshuk ini dibangun di atas dasar teknologi, kepemimpinan dan budaya. Seperti Inukshuk riil, model memerlukan keseimbangan yang tepat dari masing-masing atau struktur akan jatuh. Jika aspek tertentu dari implementasi manajemen pengetahuan memiliki dukungan kepemimpinan yang kuat dan dasar teknologi yang kuat tapi gagal mempertimbangkan implikasi budaya maka hampir pasti akan gagal. 94 95 • Knowledge Taxonomy Description Secara garis besar koleksi-koleksi yang disimpan di Museum Tekstil adalah benda-benda koleksi yang ada hubungannya dengan dunia perstektilan khususnya tekstil yang berasal dari kawasan nusantara. Adapun jenis koleksi dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: o Kelompok koleksi kain tenun o Kelompok koleksi kain batik o Kelompok koleksi peralatan o Kelompok koleksi campuran o Kelompok koleksi kontemporer • Kelompok Koleksi Kain Tenun Kain Tenun adalah semua jenis kain yang motifnya dibuat dengan cara mengayam benang-benang lungsi dan pakan untuk dijadikan kain. Kelompok kain tenun ini digolongkan lagi dalam beberapa jenis: o Kain Tenun Polos Tehnik pembuatan motif pada kain tenun dilakukan dengan cara menenun benang-benang lungsi dan pakan menggunakan benang warna polos (tanpa proses ikat celup). Contoh: kain tenun lurik dari Jawa Tengah. o Kain Tenun Ikat Suatu tehnik pembuatan motif pada kain dilakukan dengan cara mengikat benang-benang lungsi atau pakan pada bagian-bagian tertentu sehingga membentuk ragam hias kemudian. Tenun ikat terdiri dari: 96 Tenun Ikat Lungsi Tenun ikat yang pembentukan ragam hiasnya dengan cara mengikat benang-benang lungsi (benang vertical) kemudian dicelupkan dengan bahan pewarna sebelum benang lungsi ikat lungsi dari Kalimantan Barat (Pua) Tenun Ikat Pakan Tenun ikat yang pembentukan ragam hiasnya dengan cara mengikat benang-benang pakan (benang horizontal) kemudian dicelup dengan bahan pewarna sebelum benang pakan itu ditenun. Contoh: kain Limar dari Sumatra Selatan dan Kain Donggala dari Sulawesi Tengah. Tenun Ikat Ganda Tenun ikat yang pembentukan ragam hiasnya dengan cara mengikat benang-benang lungsi (benang vertical) dan benang – benang pakan (benang horizontal) kemudian dicelup dengan bahan pewarna sebelum kedua jenis benang tersebut ditenun. Contoh: kain Geringsing dari Tenganan,Bali. o Tenun PakanTambahan (Songket) Tenun yang pembentukan ragam hiasnya dengan cara menambahkan benangbenang pakan (benang horizontal) menggunakan benang emas/benang perak/benang katun yang bewarna. Contoh: kain tenun songket yang berasal dari daerah Sumatra utara , Sumatra Barat, NTB, Sumatra Selatan, Kroe(Lampung) dan sebagainya. • Kelompok Koleksi Kain Batik 97 Batik adalah seni mendekorasi kain dengan menggunakan tehnik rintang warna. Bahan perintang warna yang digunakan pada mulanya adalah bubur ketan, selanjutnya digunakan lilin atau malam. Berdasarkan tehnik pembuatannya batik terdiri dari: o Batik Tulis Batik yang motifnya dibuat dengan menggunakan canting tulis. o Batik Cap Batik yang motifnya dibuat dengan menggunakan canting cap. Adapun berdasarkan motifnya, batik dapat dikelompokkan sebagai berikut: o Batik Klasik Batik yang berasal dari keratin Yogyakarta dan Solo (Surakarta). Batik ini bercorak simbolik dan warnanya terbatas hanya warna sogan, biru dan hitam. o Batik Pesisir Batik yang berasal dari daerah pesisir atau daerah pembatikan selain Yogyakarta dan Solo (Surakarta). Motif naturalis dengan warna yang beraneka warna yang beraneka ragam. Contoh: Batik Cirebon, Batik Pekalongan, Batik Tuban, Batik Jambi. • Kelompok Koleksi Campuran Adalah koleksi-koleksi yang pembuatan motifnya menggunakan berbagai tehnik selain batik dan tenun, atau kain yang dibuat dengan tehnik selain (tempa, anyam dan lain-lain). Koleksi campuran ini terdiri dari: o Kain kulit Kayu atau Kain Tempa 98 Yaitu lembar-lembar serupa kain yang dibuat dengan cara menempa (memukul-mukul) kulit kayu dengan menggunakan alat yang terbuat dari kayu atau batu hingga menjadikannya lembaran-lembaran tipis. Contoh: Kain dan baju kulit kayu dari Kulawi (Sulawesi Tengah). o Kain Ikat Celup(Tie-Dye) Kain yang motifnya dibentuk dengan tehnik celup rintang. Contoh : Kain Pelangi dari Palembang atau Bali, kain Jumputan dari Jawa Tengah. o Aplikasi Kain atau busana yang motifnya dibentuk dengan tehnik aplikasi, tebuat dari kerang, kaca manik-manik dan sebagainya, contoh: Baju aplikasi kerang dati Kalimantan Barat. o Baju Anyaman Kain atau busana dan aksesoris yang dibuat dengan cara dianyam.Material yang dipergunakan adalah serat serat tumbuhan, bulu binatang dan sebagainya. Contoh: Baju perang dari Irian Jaya terbuat dari anyaman rotan. o Sulaman Kain, busana dan aksesoris yang motifnya dibuat dengan cara disulam. Contoh: selendang sulaman dari Sumatra Barat • Kelompok Koleksi Peralatan Yang dimaksud dengan koleksi peralatan adalah semua jenis koleksi yang biasa dipergunakan untuk proses pembatikan,proses pertenunan, proses pembuatan benang dan proses pewarnaan. 99 o Peralatan Tenun Adalah peralatan yang biasa dipergunakan untuk pembuatan kain tenun. Peralatan tenun terdiri dari: Peralatan Tenun Tradisional Adalah alat tenun yang paling sederhana atau disebut juga Gedongan (untuk daerah jawa) . Alat tersebut biasa dipergunakan untuk membuat kain oleh masyarakat pada jaman dahulu, misalnya alat tenun gedongan yang berasal dari daerah Jawa, Kalimantan, Palembang, Tapanuli dan sebagainya. Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Adalah alat tenun yang sudah modern tetapi masih digerakkan oleh tenaga manusia dan bukan mesin.Contoh: ATBM dari Bandung. ATBM dari Tegal dan sebagainya. Alat Tenun Campuran Peralatan pertenunan yang konstruksi dari kayu , akan tetapi untuk menggerakkannya dipergunakan motor.Contoh: Trapper (mesin pembuat sarung). o Peralatan Pemintalan Peralatan yang dipergunakan untuk memintal benang. Di Museum Tekstil terdapat alat pintal yang sangat sederhana disebut Garabo, serta kincir benang. o Peralatan Batik Yaitu alat-alat yang digunakan untuk membuat batik tulis dan batik cap. 100 • Kelompok Koleksi Kontemporer Koleksi yang bersifat non tradisional atau pengembangan dari tradisional, baik dalam hal penggunaan bahan dasar, tehnik, motif maupun fungsinya. Contoh: kain tapis modern (Lampung), busana kreasi pada perancang Indonesia. • Kelompok Pewarna Pewarna adalah bahan yang digunakan untuk memberikan motif atau corak pada tekstil. Pewarna dibagi menjadi 2 jenis yaitu: o Pewarna Alami Pewarna alami yaitu bahan pewarna yang didapatkan dari bahan-bahan alami seperti tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan-tumbuhan tertentu mempunyai warna yang berbeda-beda dengan melalui tahapan yang panjang dalam memperoleh warna. Bagian yang digunakan umumnya dari daun dan kulit tumbuhan. o Pewarna Buatan Pewarna buatan yaitu pewarna yang didapat melalui bahan kimia yang umum dipakai pada saat ini. Proses memberi warna untuk tekstil dapat dilakukan secara cepat tidak seperti pewarna buatan. Namun dampak yang ditimbulkan yaitu dapat merusak air tanah.