12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian

advertisement
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia. Bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya
suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi, dimana
masing-masing individu dalam mayarakat itu sendiri saling berbagi informasi.
Sebelumnya telah banyak para pakar, akademisi dan praktisi yang
membahas mengenai pengertian atau konsep ilmu komunikasi, yang berkaitan
dengan landasan teoritis, keperluan audit, baik secara praktikal maupun untuk
kajian di bidang penelitian komunikasi dengan berbagai macam pendapat tentang
definisi komunikasi.
Kata atau istilah “komunikasi” (bahasa inggris : communication) berasal
dari bahasa latin “communicatus” atau communicatio atau communicare
yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian,
kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang
bertujuan untuk mencapai kebersamaan.6
6
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, hal: 1.
12
13
Theodorson & Theodorson mendefinisakan komunikasi adalah : ‘The
transmission of information, ideas, atitudes, or emotional from one person
or group to another (or others) primarily through symbols.’ (Secara umum
bahwa batasan pengertian,komunikasi tersebut merupakan kegiatan
transmisi informasi, ide-ide, sikap atau pernyataan emosional dari satu
orang atau kelompok yang disampaikan ke pihak lain, terutama melalui
simbol-simbol tertentu).7
Dari pengertian tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi
memiliki peranan yang sangat penting. Apabila komunikator tidak dapat
menyampaikan pesan komunikasi yang baik, maka pesan yang sampai kepada
komunikan akan berbeda. Sehingga pesan tersebut tidak sampai atau apabila
sampai memiliki makna yang lain dari yang komunikator maksudkan.
Peranan komunikasi sangat penting bagi manusia dalam kehidupan seharihari, sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat: persuasif, edukatif, dan
informatif. Sebab tanpa komunikasi tidak adanya proses interaksi: saling tukar
ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, informasi dan lain
sebagainya.
Bila dikaitkan dengan kegiatan Public Relations, maka sarana komunikasi
tersebut adalah hal yang sangat penting dalam penyampaian pesan-pesan
(messages) demi tercapainya tujuan, dan pengertian bersama dengan publik,
khalayak sasarannya. Newson adn Siefried, (1981) mengungkapkan pentingnya
peranan komunikasi dalam kegiatan Public Relations/Humas, “Finally and most
important of all, The Public Relations Officer must be an expert in communication
7
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2010, hal: 89.
14
aspects”. (Akhirnya dan yang terpenting dari semua, seorang pejabat humas
haruslah seseorang yang ahli dalam aspek komunikasi).
2.1.2 Tujuan Komunikasi
Tujuan dari komunikasi itu adalah perubahan sikap (attitude change),
perubahan pendapat (opinion change), perubahan perilaku (behavior
change), perubahan sosial (society change).8
2.2 Komunikasi Organisasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Organisasi adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan untuk
mencapai tujuan tertentu. Jumlah individu sangat beragam antara organisasi yang
satu dengan organisasi yang lain. Ada yang beranggotakan tiga atau empat orang,
bekerja dengan kontak yang sangat dekat. Sementara itu, ada organisasi yang
memiliki seribu karyawan tersebar di seluruh dunia.
Tujuan sebuah organisasi adalah menghasilkan pendapatan. Akan tetapi,
berbagai tujuan lain yang mendukung harus pula dicapai jika tujaun akhir tersebut
ingin dipenuhi. Tujuan organisasi dan karyawan seringkali seiring. Misalnya
karyawan melakukan pekerjaan dengan baik lalu naik pangkat. Namun, ada
kalanya beberapa tujuan tersebut tidak searah, contohnya karyawan minta
kenaikan gaji.
8
Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006,
hal: 8.
15
Tujuan organisasi dan karyawan secara keseluruhan dapat diselaraskan melalui
komunikasi formal dan informal di dalam organisasi. Jadi, komunikasi organisasi
yang baik dapat menyelaraskan tujuan antara organisasi dan karyawannya.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal organisasi. Bila
organisasi semakin besar dan kompleks maka akan mengakibatkan
semakin kompleks pula proses komunikasinya. Organisasi kecil, yang
anggotanya hanya tiga orang, proses komunikasi yang berlangsung relatif
sederhana. Tetapi organisai yang anggotanya seribu orang menjadikan
komunikasinya sangat kompleks. 9
2.2.2 Dimensi-dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi
1) Komunikasi Internal
Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara
anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti
komunikasi antara pimpinan dan bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses
komunikasi internal ini bisa berwujud komunikasi antarpribadi ataupun
komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi
primer maupun sekunder (menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini
lazim dibedakan menjadi dua sebagai berikut:
a) Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah
ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan
kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberi
instruksi-instruksi, petunjuk-pentunjuk, informasi-informasi, kepada
bawahannya. Sedangkan bawahan memberi laporan-laporan, saran-saran,
pengaduan-pengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan.
b) Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama
seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan
dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam
9
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grasindo, 2004, hal: 54.
16
organisasi atau mengalir antar-bagian. Komunikasi lateral ini
memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode dan masalah.
Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan
memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan
kepuasan kerja.10
2) Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan
organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi
ini lebih banyak dilakukan oleh kepala Hubungan Masyarakat (Public Relations
Officer). Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal
yang di anggap penting saja.
a) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini
dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian
rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada
hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti:
majalah organisasi; press release, artikel surat kabar atau majalah; pidato
radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers.
b) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak
kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan
komunikasi yang dilakukan organisasi.11
Pemberian informasi kepada publik bertujuan untuk mengubah sikap
publik terhadap informasi yang diberikan misalnya bertambah
kepercayaan orang atau kesan baik orang terhadap organisasi tersebut.
Dengan bertambah baiknya kesan orang akan hasil produk atau jasa
organisasi akan memperbaiki pemasaran hasil produksi dan menambah
kepercayaan pemberi dana atau badan pemerintahan untuk meningkatkan
bantuannya terhadap organisasi.12
Salah satu bentuk dari komunikasi eksternal adalah menjalin hubungan
baik dengan pers untuk menyampaikan peristiwa-peristiwa positif tentang
organisasi atau perusahaan. Ini dimaksudkan untuk membangun citra positif
10
Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap, Jakarta: Grasindo, 2011, hal: 6.
Ibid, hal: 7.
12
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal: 198.
11
17
perusahaan atau organisasi. Ada beberapa yang perlu diperhatikan oleh mereka
(para Public Relations Officer) yang akan menggunakan media massa,
diantaranya sebagai berikut:
a) Susunlah suatu uraian menyeluruh, tetapi singkat padat.
b) Aturlah supaya terbangkitkan perhatian (attention) pada bagian
pembukaan, terpelihara minat (interest) mulai awal sampai akhir, dan
ciptakan kesan (impression) mendalam pada bagian penutup.
c) Pergunakanlah bahasa yang lazim dan umum.
d) Sisipkanlah ilustrasi atau anekdot.13
2.3 Public Relations
2.3.1 Pengertian Public Relations
Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi
dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi
tersebut.14
Sedangkan menurut Frank Jefkins Public Relations adalah semua bentuk
komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu
organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuantujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.15
Definisi yang diberikan Frank Jefkins diatas memberi pemahaman yang
sangat jelas tentang PR, juga untuk memberikan pemahaman tentang
perbedaan PR dan iklan. PR bukanlah salah satu bentuk dari periklanan
yang dipahami masyarakat selama ini. PR menyangkut seluruh komunikasi
yang berlangsung pada suatu organisasi dengan perencanaan yang jelas,
untuk mencapai tujuan yang spesifik, dalam hal ini adalah pembangunan
citra tentang perusahaan atau organisasi tersebut kepada masyarakat. 16
13
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek, Malang: UMM
Press, 2010, hal: 102.
14
Cutlip, Scott, M., et al, Effective Public Relations, Ed. 9 cet.2, Jakarta: Kencana, 2007 hal:6.
15
Frank Jefkins, Public Relations, Jakarta: Erlangga, 2004 hal: 10.
16
Rini Darmastuti, Etika PR dan E-PR, Yogyakarta: Gava Media, 2007, hal : 7
18
Banyak orang yang masih salah dalam mendefinisikan PR, mereka
menganggap bahwa PR itu sama dengan Marketing. Berikut ini adalah pepatah
asing yang mengungkapkan tentang bagaimana Public Relations tersebut dapat
dipahami fungsi dan tugasnya secara gamblang yang membedakan dengan bidang
lain :

If i tell you I am handsome and exciting, that is advertising (Bila Saya
mengatakan kepada Anda bahwa Saya rupawan dan menarik, maka itu
adalah iklan).

If somebody else tells you that i am handsome and exciting, that is sales
promotion. (Seandainya ada orang lain yang mengatakan kepada Anda
bahwa Saya rupawan dan menarik, maka itu adalah promosi dagang).

If you come and tell me you have heard I am handsome and exciting, that
is Public Relations (Bila Anda datang dan mengatakan kepada Saya bahwa
Anda pernah mendengar bahwa Saya rupawan dan menarik, itulah Public
Relations).17
Definisi PR menempatkan PR sebagai sebuah fungsi manajemen, yang
berarti bahwa manajemen di semua organisasi harus memperhatikan PR. Definisi
ini juga mengidentifikasi pembentukan dan pemeliharaan hubungan baik yang
saling menguntungkan antara organisasi dengan publik sebagai basis moral dan
etis dari profesi PR.
17
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,
2008, hal :7
19
2.3.2 Peran dan Fungsi Public Relations
2.3.2.1 Peran Public Relations
Perkembangan professional PR yang berkaitan dengan pengembangan
peranan PR, baik sebagai praktisi maupun professional dalam suatu
organisasi atau perusahaan, menurut Dozier D.M., (1992) merupakan salah
satu kunci untuk memahami fungsi PR dan komunikasi organisasi. Selain
itu, hal tersebut juga merupakan kunci untuk pengembangan peranan
praktisi PRO (pejabat Humas) dan pencapaian profesionalisme dalam
Public Relations.18
Peranan PR dalam suatu organisasi dapat dibagi empat kategori (Dozier&Broom,
1995) ;
1. Teknisi Komunikasi
Perekrutan teknisi komunikasi ditunjukan untuk menulis dan menyunting
najalah karyawan, menulis siaran pers dan cerita feature, mengembangkan
isi situs Web, dan berurusan kontak dengan media. Praktisi yang
memegang peran ini biasanya tidak ikut serta saat manajeman mendefinisi
masalah dan mencari jalan keluat. Mereka baru dilibatkan untuk
memproduksi komunikasi dan menerapkan program, yang terkadang tanpa
bekal pengetahuan yang utuh tentang motivasi asal atau hasil yang
diinginkan. Meskipun tidak dilibatkan dalam diskusi tentang kebijakan
baru atau keputusan manajemen, mereka adalah pihak yang dilimpahkan
tugas memberi penjelasan pada karyawan dan pers.
18
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations&Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta:
PT.Rajagrafindo Persada, 2005, hal: 20.
20
2. Penentu Ahli
Ketika praktisi menjalankan peran ahli, sehingga tentunya akan dipandang
oleh pihak lain sebagai yang berwenang atas masalah dan penyelesaian
hubungan masyarakat. Manajemen puncak menyerahkan hubungan
masyarakat ditangan sang ahli dan mengambil peran yang relatif pasif.
Praktisi yang beroperasi sebagai praktisi ahli bertugas mendefinisi
masalah, mengembangkan program, dan bertanggung jawab penuh atas
penerapannya. Ada kemungkinan manajer lain ingin agar hubungan
masyarakat tetap menjadi tanggung jawab tunggal praktisi, sehingga
mereka dapat kembali pada bisnis sebagaimana biasa, dengan anggapan
bahwa segala sesuatu akan ditangani oleh “ahli Humas”. Penentu ahli
merupakan paeran yang menggoda bagi praktisi, karena secara pribadi
mereka akan merasa puas jka dipandang sebagai pemegang wewenang
yang menentukan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana hal tersebut
dilakukan.
3. Fasilitator Komunikasi
Peran fasilitator komunikasi menjadikan praktisi sebagai pendengar yang
sensitif dan pialang informasi. Fasilitator komunikasi berfungsi sebagai
penghubung, penerjemah, dan mediator antara organisasi dan publik.
Mereka mengelola komunikasi dua arah, memfasilitasi perubahan dengan
menyingkirkan rintangan dalam hubungan, dan membuat saluran
komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang
diperlukan manajemen organisasi maupun publik, sehingga mereka dapat
21
membuat keputusan yang saling menguntungkan. Sebagai fasilitator
komunikasi, praktisi mendapatkan dirinya bertindak sebagai sumber
informasi dan kontak resmi organisasi dengan publiknya. Mereka menjadi
wasit interaksi, menetapkan agenda diskusi, meringkas dan mengulangi
pandangan, memancing reaksi, dan membantu partisipan mendiagnosa dan
mengoreksi kondisi yang mengganggu hubungan komunikasi. Fasilitator
komunikasi memegang peran rentang batas dan berfungsi sebagai
penghubung antara organisasi dan publik. Mereka beroperasi di bawah
anggapan bahwa komunikasi dua arah akan memningkatkan kualitas
keputusan kebijakan, prosedur, dan tindakan kedua belah pihak yang
dibuat oleh organisasi dan publik.
4. Fasilitator Pemecah Masalah
Praktisi yang mengambil peran fasilitator pemecah masalah bekerja sama
dengan manajer lainnya dalam mendefinisi dan menyelesaikan masalah.
Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategis. Kerjasama dan
konsultasi diawali dengan pertanyaan pertama, dan berlanjut hingga
evaluasi program akhir. Praktisi pemecah masalah membantu manajer
lainnya dan organisasi menerapkan penggunaan proses manajemen
langkah demi langkah yang sama terhadap hubungan masyarakat dalam
menyelesaikan masalah organisasi lainnya. Fasilitator pemecah masalah
dilibatkan dalam tim manajemen karena telah mendemonstrasikan
keterampilan dan nilai dalam membantu manajer lain menghindari dan
mangatasi masalah.
22
Seorang PR harus bisa menjalankan fungsi sebagai penyedia informasi
utama bagi kalangan media massa. PR membutuhkan media massa dan media
massa membutuhkan PR. Untuk menyampaikan pesannya kepada masyarakat
(dalam hal ini publik), seorang PR membutuhkan media massa. Hal ini
disebabkan seorang PR tidak mungkin dapat menjangkau khalayak sasarannya
yang tersebar dalam sebaran geografis yang luas, dengan menggunakn
komunikasi langsung. Oleh karena itu, untuk mempermudah pekerjaannya,
seorang PR membutuhkan media massa. Sebaliknya, media massa (dalam hal ini
adalah Institusi Media dan pekerja media, termasuk wartawan) juga membutuhkan
PR sebagai sumber berita bagi media massa tersebut.
Peranan pokok Public Relations atau humas (hubungan masyarakat) jika
dibandingkan dengan bidang profesi kewartawanan mempunyai perbedaan
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Wartawan dengan media massa
dan Public Relations/humas, di satu pihak mempunyai persamaan
memiliki kekuatan (power of opinion) dalam membentuk opini publik dan
dilain pihak memiliki perbedaan. Perbedaannya adalah media pers dan
wartawan merupakan alat kontrol sosial, sedangkan public relations lebih
melakukan fungsi untuk menggalang pengertian antara lembaga yang
diwakilinya dengan publik yang menjadi target sasarannya (target
audience). Disamping itu, tidak terlepas dari pengabdiannya,demi
kepentingan umum (it should serve the public’s interest).19
Jika ditelaah fungsi dan kepentingan masing-masing pihak akan terlihat
perbedaan. Sebagai contoh, jika lembaga atau pejabat tinggi yang terkenal (public
figure) tengah “bermasalah” dengan opini publiknya, maka bagi wartawan ini
justru merupakan sesuatu untuk dijadikan sumber bagi berita (makes a resource
news), apalagi kalau sudah menyangkut berita negatif, bila perlu di dramatisasi
atau di blow up sedemikian rupa agar menarik perhatian pembaca atau publik.
19
Op.Cit, hal: 1.
23
Sedangkan PR dalam menghadapi situasi yang tidak menguntungkan ini, bila
perlu justru “menutup-nutupi” sedemikian rupa dengan berbagai dalih untuk
menutup saluran informasi (to kill the information technique) agar berita negatif
tersebut tidak terekspos keluar. Sebagai Public Relations Officer atau pejabat
humas, dalam menjalankan fungsi dan tugasnya memang tidak dibenarkan
mengekspos atau memaparkan hal yang negatif dari perusahaan atau lembaga
yang dimilikinya itu kepada pihak pers dan publik. Sebaliknya, pihak Public
Relations harus berupaya keras menjaga citra perusahaan atau lembaga
(Maintenance of good image) di mata publiknya.
Public Relations dan media memang saling membutuhkan, namun tetap
ada perbedaan kepentingan antara Public Relations dan media yang membuatnya
terkadang bermusuhan. Media terkadang tidak percaya dan merasa ditipu oleh
Public Relations atau terkadang Public Relations jengkel dengan cara media
mencari dan menulis berita.
“Praktisi PR sangat penting perannya dalam menjalin hubungan dengan
media” ujar Jerry Dalton Jr, salah seorang manajer komunikasi perusahaan di
Aircraft Company. Artinya hubungan media sangat penting dilakukan untuk
menunjang keberhasilan kegiatan PR. Membangun hubungan media yang baik
tergantung pada bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan media. Untuk
berkomunikasi yang efektif kita harus memahami karakteristik media dan
kebutuhan media.
24
Praktisi Public Relations harus tahu banyak segala hal tentang media.
Istilahnya “ketahuilah dengan siapa Anda bicara”. Beberapa hal yang harus
dipahami antara lain:
1. Karakteristik jenis media (cetak atau online)
Perbedaan jenis media ni mempengaruhi pola kerja wartawan, bentuk
penulisan, dan sebagainya. Mungkin seorang Public Relations nggak boleh
kaget jika ada wartawan cetak yang ingin mendapat informasi secepatnya,
karena ia dikejar deadline. Berarti informasi basi atau hangus dan dimata
jurnalistik tidak berguna.
2. Kebijakan redaksional
Kebijakan redaksional menyangkut
aturan-aturan penulisan berita
(bahasanya, bentuk hurufnya, pola pemberitaannya, dan lain-lain), media
yang biasa di gunakan untuk menerima informasi (surat, faksimile, atau
email), batas deadline (cut of times), dan lainnya.
3. Sistem distribusi
a) Wilayah edarnya, apakah lokal atau nasional.
b) Segmentasi
khalayak,
mencakup
jenis
pendidikan,
pekerjaan, atau gaya hidupnya.
c) Frekuensi penerbitan, harian, mingguan, atau bulanan.
4. Karakteristik Wartawan
agama,
25
Pemahaman terhadap wartawan ini penting, mengingat setiap hari Public
Relations harus bertemu wartawan.
Praktisi yang bertanggung jawab untuk berurusan dengan media dan
gatekeeper media harus membangun dan memelihara hubungan saling
mengormati dan mempercayai. Hubungan itu, meski sama-sama
menguntungkan, tetap merupakan hubungan lawan, karena jurnalis dan
praktisi tidak berada dalam bisnis yang sama dan sering tidak memiliki
tujuan-tujuan komunikasi yang sama. Untuk menjadi efektif dalam peran
perantara dan peran menengahi, praktisi harus memiliki kepercayaan dari
organisasi mereka maupun media. Ini bukan tugas yang mudah.20
Konflik kepentingan yang tersembunyi selalu membuat hubungan
praktisi-jurnalis itu berlawanan. Praktisi yang memajukan suatu alasan atau
organisasi tertentu, berada dalam perbedaan yang sebenarnya dengan kemauan
jurnalis untuk menggali berita melalui pemberitaan yang baik dan inisiatif
jurnalistik.
Pendekatan yang logis untuk organisasi dan praktisi adalah, memandang
relasi media sebagai suatu investasi. Keakuratan dan kewajaran dalam
liputan pers tidak berasal dari kerja reporter sendiri saja. Namun, pada
akhirnya hubungan antara praktisi dan jurnalis memiliki suatu dampak atas
mutu liputan baru tentang organisasi. Hubungan-hubungan itu paling baik
dapat di wujudkan bila praktisi mengikuti beberapa aturan dasar: (1)
sampaikan dengan jujur, (2) berikan layanan, (3) jangan mengemis atau
mengomel, (4) jangan mencari mangsa, (5) jangan membanjiri media.21
20
Scott M. Cutlip, et al, Effective Public Relations: Merancang dan Melaksanakan Kegiatan
Kehumasan dengan Sukses, Ed.8, Jakarta: Indeks, 2005, hal: 255-256.
21
Ibid, hal: 259.
26
2.3.2.2 Fungsi Public Relations
Menurut Edward L. Bernay, dalam bukunya Public Relations (1952,
University of Oklahoma Press), terdapat 3 fungsi utama PR :
1. Memberikan penerangan kepada masyarakat.
2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat
secara langsung.
3. Berupaya
untuk
mengintegrasikan
sikap
dan
perbuatan
suatu
badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau
sebaliknya.
Sedangkan menurut pakar PR Internasional, Cutlip&Center and Canfield
(1982) fungsi Public Relations dapt dirumuskan sebagai berikut ;
1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama
(fungsi melekat pada manajemen lembaga/ organisasi).
2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan
publiknya yang merupakan khalayak sasaran.
3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan
tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya, atau
sebaliknya.
4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbangan saran kepada
pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.
27
5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus
informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau
sebaliknya, demi tercapainya citra positif begi kedua belah pihak.
2.4 Tujuan Public Relations
Charles S. Steinberg mengemukakan bahwa tujuan Public Relations
adalah menciptakan opini publik yang menyenangkan tentang kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh badan atau perusahaan yang bersangkutan. Pandangan lain
datang dari Dimock Marchall bersama rekan-rekannya. Edward, Gladys, Odgen
Dimock, dan Louis W. Koenig, melalui bukunya yang berjudul Public
Administration, membagi tujuan Public Relations atas dua bagian (Sirait)
1. Secara positif berusaha mendapatkan dan menambah penilaian serta jasa
baik suatu organisasi atau perusahaan.
2. Secara defensif berusaha untuk membela diri terhadap pendapat
masyarakat yang bernada negatif, bilamana diserang dan serangan itu
kurang wajar, padahal organisasi atau perusahaan itu tidak salah (terjadi
kesalahpahaman). Dengan demikian, tindakan ini merupakan aspek
penjagaan atau pertahanan.22
Pada pokoknya kegiatan Public Relations bertujuan untuk mempengaruhi
pendapat, sikap, sifat, dan tingkah laku publik dengan jalan menumbuhkan
penerimaan dan pengertian dari publik.
22
Kustadi Suhandang, Public Relations Perusahaan Kajian Program Implementasi, Bandung:
Nuansa, 2004, hal: 53-54.
28
2. 5 Media Relations
2.5.1 Pengertian Media Relations
Dalam kepustakaan lama tentang humas atau Public Relations (PR),
istilah yang umum digunakan untuk hubungan dengan media ini adalah
press relations atau hubungan pers. Istilah pers sendiri juga sering
diidentikan dengan media cetak. Bahkan banyak kegiatan dalam media
relations menekankan betul pada penjalinan hubungan baik dengan
media cetak tersebut.23
Istilah press relations masih
banyak dipergunakan sampai saat ini,
termasuk untuk menggambarkan hubungan dengan media penyiaran atau media
on-line. Sebenarnya, dengan mengingat perkembangan media massa dan juga
praktik PR, istilah yang paling tepat dipakai adalah Media Relations atau
hubungan media.
Perubahan istilah tersebut juga dipengaruhi perkembangan sosio-politik
satu negara. Perkembangan jenis-jenis media di satu negara sangat dipengaruhui
iklim sosiopolitik negara tersebut. Perkembangan media sendiri sangat
mempengaruhi aktivitas Media Relations yang dijalankan oleh perusahaan.
Pertumbuhan jumlah media massa yang pesat memudahkan aktivitas Media
Relations dalam pemilihan media yang sesuai target khalayaknya. Namun di satu
sisi, praktisi PR perlu terus menerus mengamati perkembangan media, target
sasaran dan isu-isu yang berkembang di masyarakat.
Media merupakan jalur tepenting kegiatan PR. Meskipun kata itu
seringkali hanya dipakai mengacu kepada penyiaran komunikasi metode
modern melalui televisi dan radio, bagi kebanyakan PR kata ini mengacu
kepada seluruh wilayah kerja wartawan: baik surat kabar dan majalah
23
Yosal Iriantara, Media Relations Konsep, Pendekatan, dan Praktik, Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2008, hal: 5.
29
maupun selebaran, suratkabar perusahaan dan berbagai macam majalah
berkala.24
Bagi organisasi, media massa mempunyai peranan penting dalam
penyebaran informasi/berita kepada masyarakat juga kepada pemerintah (pejabatpejabat pemerintah) dan dalam pembentukan pendapat umum (Rachmandi).
Informasi yang disampaikan di media massa pada umunya dinilai
masyarakat memiliki kredibilitas tinggi, sehingga apa yang diungkapkan atau
dianggap suatu kebenaran yang ada di masyarakat. Informasi tersebut juga
mampu mempengaruhu pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku manusia. Karena itu
media massa dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan pesan atau aspirasi
(termasuk didalamnya pendapat juga kritik) dan berbagai pihak, pemerintah,
masyarakat dan termasuk organisasi.
Bagi praktisi PR, Media Relations merupakan sebuah keharusan. Karena
saat ini kita hidup dengan media. Apa yang sudah kita bangun dengan baik, bisa
runtuh dengan cepat karena perantara media. Akan tetapi, dengan perantara media
pula, persepsi positif bisa cepat terbentuk. Bahkan, tak sedikit media berperan
untuk meningkatkan penjualan.
Maka menghindari hubungan dengan media adalah “kematian”, sedangkan
mengelola dan menjalin hubungan baik dengan media adalah kehidupan
yang akan menjanjikan di masa datang.25
24
Tony Greener, Kiat Sukses Public Relations dan Pembentukan Citranya, Jakarta: Bumi Aksara,
1990, hal: 23.
25
Nurudin, Hubungan Media Konsep dan Aplikasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008, hal:
12.
30
Pengertian Media Relations itu sendiri menurut Frank Jefkins ialah usaha
untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau
informasi humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi
khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.
Jefkins menjelaskan target Media Relations adalah pencapaian publikasi
atau penyiaran maksimal atas informasi organisasi. Publikasi yang maksimal tidak
hanya dari sisi jumlah media yang memuat, melainkan juga penyampaian
informasi yang lengkap, serta berada di posisi yang strategis atau mudah dibaca,
didengar atau ditonton oleh pemirsa.
Sementara itu Sam Black dan Melvin L. Sharpe menjelaskan Media
Relations lebih kepada hubungan antara organisasi dengan media. Definisinya
adalah hubungan antara suatu organisasi dengan pers, radio dan televisi secara dua
arah atau dua pihak.
Kesimpulannya, Media Relations tidak hanya terkait dengan kepentingan
sepihak, organisasi saja atau media saja, melainkan kedua pihak memiliki
kepentingan yang sama. Dengan demikian akan membuat hubungan kerjasama
menjadi win-win solutions.
31
Penting sekali dalam kegiatan PR menjalin hubungan pers atau Media
Relations yang baik dengan para pemimpin reporter atau wartawan surat
kabar, majalah, radio, dan televisi. Perlakuan yang berdasarkan like dan
dislike dalam memberikan keterangan dapat menimbulkan adanya beritaberita/tulisan-tulisan yang tidak akurat, bahkan berita yang tidak benar
tentang organisasi/perusahaan itu, yang mungkin dapat membawa
kerugian.26
2.5.2 Fungsi dan Tujuan Media Relations
2.5.2.1 Fungsi Media Relations
Dalam upaya membina hubungan pers yang baik, PRO harus mengerti
seluk beluk media massa itu sendiri. Misalnya bagaimana suratkabar dan majalah
itu diterbitkan dan bagaimana pula program-program televisi dan radio itu di
produksi.
Fungsi PR adalah membina hubungan baik dengan eksternal publik (dalam
hal ini pers, karena PR tidak hanya mengandalkan media internal atau semi
eksternal (House Journal)) yang dimilikinya, tetapi juga memerlukan media
massa
untuk
mempublikasikan
berbagai
kegiatan
perusahaan/organisasi.
Pemeliharaan hubungan baik dengan pers tidak akan membuat kesulitan bagi PR
dalam menyebarkan informasi melalui media massa.
26
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardanto, Dasar-dasar Public Relations, Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2005, hal: 122.
32
2.5.2.2 Tujuan Media Relations
Perusahaan yang menjalankan program Media Relations, pada umumnya
adalah perusahaan yang sangat membutuhkan dukungan media massa dalam
pencapaian tujuan organisasi. Secara rinci tujuan Media Relations bagi organisasi
adalah:
1. Untuk memperoleh publisitas seluas mungkin mengenai kegiatan serta
langkah lembaga/organisasi yang baik untuk diketahui umum.
2. Untuk memperoleh tempat dalam pemberitaan media (liputan, laporan,
ulasan, tajuk yang wajar, obyektif dan seimbang (balance)) mengenai halhal yang menguntungkan lembaga atau organisasi.
3. Untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat mengenai upaya dan
kegiatan lembaga/organisasi.
4. Untuk melengkapi data/informasi bagi pimpinan lembaga.organisasi bagi
keperluan pembuatan penilaian (assasement) secara tepat mengenai
situasi atau permasalahan yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan
lembaga/perusahaan.
5. Mewujudkan hubungan yang stabil dan berkelanjutan yang dilandasi oleh
rasa saling percaya dan menghormati (Rachmadi).
Intinya program Media Relations yang dijalankan oleh PR untuk menjaga
hubungan baik dengan pihak media massa. Apabila, organisasi sudah dikenal baik
oleh media, maka diharapkan bila ada undangan liputan, mereka akan datang dan
mempublikasikan informasi organisasi dengan suka rela.
33
Bila terjadi krisis, maka mereka juga mampu menghasilkan publikasi yang
berimbang,
tidak
semata
menyudutkan
organisasi
dan
berakibat
pada
pembentukan image negatif.
Pada umumnya wartawan adalah manusia yang memiliki hak-hak untuk
dihargai dan dihormati. Oleh karena itu, Media Relations atau menjalin hubungan
media dengan cara Human Communication yang berempati, manusiawi serta
saling menghormati akan membuat hubungan wartawan dengan praktisi PR serta
organisasi akan berjalan dengan lebih baik.
2.5.3 Bentuk-bentuk Kegiatan Media Relations
Dalam upaya membina hubungan media (media relations), maka PR akan
melakukan berbagai kegiatan yang bersentuhan dengan media, antara lain:
a) Konferensi pers, temu pers atau jumpa pers yaitu diberikan secara
simultan/berbarengan oleh seorang pejabat pemerintah atau swasta kepada
sekelompok wartawan, bahkan bisa ratusan wartawan sekaligus. Misalnya
presiden, raja, menteri, gubernur, bupati, direktur atau pengusaha ternama,
tokoh keluarga, tokoh kebudayaan, bisa saja memberikan konferensi pers.
Syarat utama dari sebuah konferensi pers adalah berita yang disampaikan
kepada wartawan sangat penting. Sebuah konferensi pers akan kehilangan
fungsinya bila berita yang disampaikan kurang penting, apalagi jika diliput
juga oleh televisi dan radio.
34
Menurut Oemi Abdurachman, konferensi pers diselenggarakan bila ada
peristiwa-peristiwa penting di suatu instansi/perusahaan/badan, atas
inisiatif sendiri atau permintaan wakil-wakil pers.
b) Pers Briefing yaitu diselenggarakan secara reguler oleh seorang pejabat
PR. Dalam kegiatan ini disampaikan informasi-informasi mengenai
kegiatan yang baru terjadi kepada pers, juga diadakan tanggapan atau
pertanyaan apabila bila wartawan belum puas dan menginginkan
keterangan lebih inci.
c) Press Tour yaitu diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau lembaga
untuk mengunjungi daerah tertentu dan merekapun (pers) diajak
menikmati objek wisata yang menarik. Misalnya Departemen Pekerjaan
Umum mengajak wartawan sambil berwisata meninjau proyek-proyek
pembangunan suatu bendungan atau suatu perusahaan kayu yang berpusat
di Jakarta mengajak pers sambil berwisatamelihat-lihat pabrik kayunya di
Kalomantan.
d) Press Release atau siaran pers sebagai publisitas yaitu media yang banyak
digunakan dalam kegiatan kehumasan karena dapat menyebarkan berita.
Istilah Press Release mempunyai pengertian yang luas, tidak hanya
berkenaan dengan media cetak (surat kabar dan majalah), tetapi mencakup
media elektronik (radio dan televisi). Di negara lain istilah Press Release
disebut News Release yang dikirimkan ke media massa dengan harapan
dapat disebarluaskan sebagai berita.
35
e) Special Event yaitu peristiwa khusus sebagai suatu kegiatan PR yang
penting dan memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu
kesempatan, mampu meningkatkan pengetahuan dan memenuhi selera
publik. Seperti peresmian gedung, peringatan ulang tahun perusahaan.
Kegiatan ini biasanya mengundang pers untuk meliputnya.
f) Press Luncheon yaitu pejabat PR mengadakan jamuan makan siang bagi
para wakil media massa/wartawan, sehingga pada kesempatan ini pihak
pers bisa bertemu dengan top manajemen perusahaan/lembaga guna
mendengarkan perkembangan perusahaan/lembaga tersebut.
g) Wawancara pers yaitu sifatnya lebih pribadi, lebih individual. PR atau top
manajemen yang diwawancarai hanya berhadapat dengan wartawan yang
bersangkutan. Meskipun misalnya, pejabat sesuai meresmikan suatu acara
diwawancarai banyak wartawan, bahkan diliput televisi dan radio, tetap
saja wawancara itu bersifat individual, hanya dua orang saja,wartawan
yang mewawancarai dan orang yang bersangkutan yang diwawancarai.
Setiap wartawan
yang mewawancarai mempunyai pertanyaan khusus
yang diinginkan oleh medianya, kendati secara bersamaan mewawancarai
pejabat atau tokoh tersebut.
36
2.5.3.1 Peran PR dalam Membangun Hubungan Positif dengan Media
Dalam menjalin hubungan baik dengan media massa terkadang ada
pertentangan dan prasangka buruk. Pertentangan dan prasangka buruk tersebut
bisa diatasi bila kedua belah pihak, yaitu pers dan PRO, saling terbuka dan
berterus terang saling menghargai profesi dan terikat dengan kode etik masingmasing. Upaya perbaikan melalui kiat tertentu dalam pembinaan hubungan yang
harmonis pada dasarnya mengacu kepada:
a)
b)
c)
d)
Sikap saling menghargai (mutual appreciation)
Saling pengertian (mutual understanding)
Saling mempercayai (mutual confidence)
Toleransi (tolerance)27
Kalau di rinci lagi, seorang PRO/ pejabat Humas harus mampu membina
hubungan yang lebih akrab dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak
(mutual symbiosis). Hal ini akan tercipta melalui strategi pembinaan hubungan
yang harmonis, yaitu:
a)
b)
c)
d)
Sikap yang terus terang, ramah tetapi tegas
Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.
Tidak mengemis atau menjilat.
Tidak coba-coba meminta untuk menutupi saluran informasi dan
komunikasi (to kill the information).
e) Tidak membanjiri media dengan segala macam publisistas yang
berlebihan.
f) Mengenal siapa pemred (pemimpin redaksi), wapemred (wakil pemimpin
redaksi), redpel (redaktur pelaksana), redaktur, dan reporter pada bidang
atau liputanya masing-masing.
g) Meminta kartu nama, biasanya setiap wartawan yang jelas identitasnya
akan dilengkapi Kartu Pers PWI atau organisasi profesi wartawan lainnya
dan kartu nama oleh setiap pihak redaksi atau penerbit.
27
Rosady Ruslan, Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra,
Ed.2, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, hal: 26.
37
h) Mengirimkan ucapan selamat, baik individu maupun perusahaannya, yang
tengah berulang tahun, Lebaran, Tahun Baru, Natal, dan sebaginya.28
2.5.4 Menciptakan Media Relations yang Baik
Praktisi Humas tidak boleh menutup mata. Ia harus terus mengadakan
perubahan dan perbaikan agar hubungan dengan media yang selama ini tercipta
terus terjaga dengan baik. Frank Jefkins pernah memberikan kiat agar hubungan
pers bisa terbina secara baik, antara lain sebagai berikut:
a) Servicing the media (memahami dan melayani media). Praktisi Humas
yang berhasil adalah mereka yang bisa menjalin hubungan dengan media
secara baik sebab seluruh kegiatan yang dijalankannya hampir lima puluh
persen berhubungan dengan media. Hubungan ini tidak berarti bahwa
media adalah yang membutuhkan data perusahaan, tetapi perusahaan juga
sangat membutuhkan publikasi media. Jadi, agar tercipta hubungan yang
baik, memahami, serta melayani apa kebutuhan media menjadi hal utama.
Hal demikian bisa dengan menjawab pertanyaan berikut; Apa yang
sebenarnya dibutuhkan media? Informasi apa yang disenangi media?
Media tersebut bergerak dibidang apa (ekonomi, politik, budaya,
pendidikan, atau umum)? Apakah media senang dengan data berupa
angka-angka atau hanya sekadar pertanyaan?
28
Ibid hal: 27
38
b) Establishing a reputations for reliability (membangun reputasi sebagai
orang yang dapat dipercaya). Para praktisi Humas sudah sepantasnya
senantiasa siap menyediakan atau memasok materi-materi yang akurat,
lengkap, dan terpercaya dimana saja dan kapan saja dibutuhkan. Cara
seperti ini tidak saja akan mendekatkan hubungan dengan para wartawan,
tetapi membangun reputasi yag baik. Praktisi Humas akan dipercaya
sebagai sumber informasi yang andal, lengkap, dan tepat tentang
perusahaannya. Bukan pada tempatnya seorang praktisi Humas cenderung
menutup diri, egois, dan mau menang sendiri. Semua itu justru
menumbuhkan antipati wartawan. Bahkan kredibilitas dirinya akan
semakin berkurang. Jika suatu saat ia akan membutuhkan wartawan bisa
jadi tak ada wartawan yang percaya lagi. Oleh karena itu, komunikasi
timbal balik yang dijaga antara praktisi Humas dengan wartawan
merupakan “harga mati”.
c) Supplying good copy (menyediakan salinan yang baik). Salinan tidak
hanya berupa data-data yang tercetak dalam kertas, tetapi juga rekaman
foto, kaset, video yang berguna bagi wartawan. Keahlian dalam
mengoperasionalkan peralatan tersebut akan mendukung kegiatan Humas.
Saat ini, keadaannya sudah sangat modern. Penguasaan komputer dan
jarinagan internet sudah sepantasnya menjadi tuntutan praktisi Humas
untuk menguasainnya. Jadi tidak lagi gaptek (gagap teknologi).
39
d) Cooperation in providing material (bekerjasama dalam penyediaan
materi). Karena kerja praktisi Humas sangat berkaitan erat dengan
wartawan, maka dua pihak itu harus bekerjasama dengan baik.
e) Providing verification facilities (menyediakan fasilitas verifikasi). Jika
para wartawan tersebut masih sangsi dengan materi yang diberikan
praktisi Humas, praktisi Humas harus siap untuk menerima wartawan yang
ingin mengadakan cek ulang materi.
f) Building personal relationship with the media (membangun hubungan
personal yang kokoh). Kejujuran, keterbukaan, serta saling pengertian
antara Humas dan wartawan sudah selayaknya dilakukan. Hanya dengan
cara seperti itulah hubungan personal yang kokoh akan terpelihara dengan
baik. Hubungan yang baik tentu akan berimplikasi pada pemberitaan yang
baik pula. Akan tetapi, dengan hubungan personal yang buruk, berita yang
baik pun akan bisa jadi buruk pula.
Download