ANALISIS POSITIONING BIMBINGAN DAN KONSULTASI BELAJAR

advertisement
ANALISIS POSITIONING BIMBINGAN DAN KONSULTASI
BELAJAR NURUL FIKRI BERDASARKAN PERSEPSI
SISWA-SISWI SMA DI BOGOR
Oleh
FERRY MAULANA CHANIAGO
H24062736
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ANALISIS POSITIONING BIMBINGAN DAN KONSULTASI BELAJAR
NURUL FIKRI BERDASARKAN PERSEPSI SISWA-SISWI SMA
DI BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
FERRY MAULANA CHANIAGO
H24062736
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Analisis Positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul
Fikri Berdasarkan Persepsi Siswa-siswi SMA di Bogor
Nama
: Ferry Maulana Chaniago
NRP
: H24062736
Menyetujui:
Dosen Pembimbing,
(Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS., M.Ec)
NIP: 19581122 198503 1 002
Mengetahui:
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc)
NIP: 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus:
ABSTRAK
Ferry Maulana Chaniago. H24062736. Analisis Positioning Bimbingan dan
Konsultasi Belajar Nurul Fikri Berdasarkan Persepsi Siswa-siswi SMA di Bogor.
Di bawah bimbingan Ma’mun Sarma.
Pendidikan adalah salah satu pijakan penting dalam kehidupan, baik dalam
lingkup kehidupan personal maupun sosial. Pendidikan yang didapat oleh anakanak tidak cukup hanya dari sekolah tempat mereka belajar saja, tetapi mereka
membutuhkan tempat belajar di luar sekolah yang dapat membantu mereka
apabila mereka mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran di sekolah. Salah
satu tempat tersebut adalah bimbingan belajar. Tingkat persaingan yang sangat
ketat mengharuskan setiap bimbingan belajar, termasuk Bimbingan dan
Konsultasi Belajar (BKB) Nurul Fikri harus mengetahui positioning mereka
terhadap pesaing-pesaingnya. Dengan mengetahui positioning tersebut, BKB
Nurul Fikri dapat terus melakukan inovasi-inovasi dan perbaikan untuk menjadi
bimbingan belajar yang berkualitas.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi posisi bimbingan
belajar yang tertanam di benak siswa-siswi SMA di Bogor, (2) menganalisis
pesaing-pesaing terdekat Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri, (3)
menganalisis positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
berdasarkan persepsi siswa-siswi SMA di Bogor. Penelitian ini dilakukan di lima
SMA di Bogor, yaitu: SMAN 5 Bogor, SMAN 6 Bogor, SMAN 7 Bogor, SMA
PGRI 3 Bogor dan SMA Plus YPHB Bogor. Informasi dan data yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari informasi-informasi
yang bersifat umum, seperti buku, internet, laporan penelitian dan informasiinformasi dari instansi terkait. Alat analisis dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif, analisis Multidimensional Scalling berbasis atribut dan analisis biplot.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel
2007, SPSS version 16.00 for windows dan Minitab 15.
Posisi Bimbingan dan Konsultasi Belajar (BKB) Nurul Fikri di benak
konsumen dalam tingkatan Top of Mind sebesar 12%, Primagama 27%, Ganesha
Operation 17%, Bintang Pelajar 14% dan BTA 8 3%. Pada tingkatan Brand
Recall posisi BKB Nurul Fikri sebesar 17%, Bintang Pelajar 18%, Primagama
17%, Ganesha Operation 11% dan BTA 8 4%. Pada tingkatan Brand Recognition
posisi BKB Nurul Fikri sebesar 22%, Bintang Pelajar 24%, Primagama 23%,
Ganesha Operation 20% dan BTA 8 11%. Pada tingkatan Unware Brand posisi
BKB Nurul Fikri sebesar 9%, BTA 8 68%, Ganesha Operation 17%, Primagama
5% dan Bintang Pelajar 1%. Bimbingan belajar Primagama merupakan pesaing
terdekat dari Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. Bimbingan dan
Konsultasi Belajar Nurul Fikri diposisikan sebagai bimbingan belajar yang
memiliki lingkungan bimbingan belajar dan pelayanan yang baik serta pengajar
yang berkualitas.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Oktober 1988. Penulis adalah
anak kedua dari tiga bersaudara dengan ayah bernama Dirman dan ibu bernama
Osnanizar. Pada tahun 1993, penulis memasuki pendidikan di TK Asy-Syyah.
Pada tahun 1994, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 01
pagi Kebon Baru, Jakarta Selatan. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 9 Bekasi dan pada tahun
2003, penulis memasuki pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bekasi.
Tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur ujian
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan menjadi mahasiswa
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dibeberapa organisasi yang
ada di IPB, antara lain: anggota pencinta alam IPB (Lawalata) pada tahun 2006,
staff Departemen Budaya, Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
FEM IPB pada tahun 2008 dan ketua Departemen Budaya, Olahraga dan Seni
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM IPB pada tahun 2009. Penulis juga aktif
dibeberapa kepanitiaan yang ada di IPB, antara lain: anggota divisi sponsorship
Espresso (Economic seminar and Enterpreneur Talkshow) BEM FEM IPB pada
tahun 2007, koordinator divisi logstran 3 rd BGTC (Banking Goes To Campus)
BEM FEM IPB pada tahun 2008, koordinator divisi logstran Masa Perkenalan
Departemen (MPD) ORANGE FEM IPB pada tahun 2008, anggota divisi
Hubungan Masyarakat MOVE (Management Event for Great and Encoragement)
Center of Management (COM@) pada tahun 2008, ketua kontingen Fakultas
Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB dalam Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI)
pada tahun 2009 dan koordinator divisi acara SPORTAKULER 2009 (Sport,
Kreasi, Budaya Populer) BEM FEM IPB pada tahun 2009. Selain itu, penulis juga
menjadi wakil tim futsal FEM IPB dalam kompetisi futsal FEUI CUP di
Universitas Indonesia pada tahun 2009 dan Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI)
2010 di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
kelimpahan rahmat dan kasih sayang-Nya yang tercurah dan junjungan besar Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Positioning Bimbingan dan Konsultasi
Belajar Nurul Fikri Berdasarkan Persepsi Siswa-siswi SMA di Bogor” dengan
baik sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Dalam menyusun skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, semangat, saran dan kritik sehingga dapat menyelesaikan studi di
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1.
Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS., M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi
dan pengarahan kepada penulis.
2.
Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc dan R. Dikky Indrawan, SP, MM atas
ketersediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji.
3.
Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM
IPB.
4.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/i Departemen Manajemen, FEM IPB.
5.
Pihak sekolah SMAN 5 Bogor, SMAN 6 Bogor, SMAN 7 Bogor, SMA PGRI
3 Bogor dan SMA Plus YPHB Bogor yang telah mengizinkan penulis
melaksanakan penelitian.
6.
Mama, Papa, abang Dedy dan adikku Rizky yang telah memberikan
dukungan, semangat dan do’anya sehingga penulis dapat menyelesaikan
program Sarjana ini.
7.
Amelinda Irena yang telah menemani penulis suka dan duka dalam menyusun
skripsi ini serta memberikan motivasi, semangat, dukungan, do’a dan kasih
sayangnya.
iii
8.
Teman-teman J.Co (Emma, Wiwit, Bryan, Ikbal, Gilang dan Mojo) yang
telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta do’anya.
9.
Teman-teman kontrakan Al-Hikmah (Abdul, Ayib, Rauf, Bayu, Rony, Reza,
Bryan dan Mojo) yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan
serta do’anya.
10. Teman-teman satu bimbingan (Esa, Dewi, Exval, Habib, Gama, Erika, Feby,
Dian dan Astry) yang telah banyak membantu dan memberikan semangat
serta do’anya.
11. Teman-teman manajemen 43 yang telah memberikan kenangan indah dan
kebersamaannya selama penulis kuliah.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan orang-orang yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis sadar skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari berbagai pihak. Penulis juga memohon maaf atas segala
kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kita semua. Amien.
Bogor, Mei 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................
ii
KATA PENGANTAR .................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
v
DAFTAR TABEL .......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
ix
I.
PENDAHULUA N ...............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ................................................................................
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ..........................................................................
1.5. Batasan Penelitian ...........................................................................
1
3
4
5
5
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
6
2.1. Pemasaran Jasa ...............................................................................
2.2. Kesadaran Merek ............................................................................
2.3. Positioning ......................................................................................
2.4. Persepsi ...........................................................................................
2.5. Penelitian Terdahulu .......................................................................
6
9
12
17
18
III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................
20
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ....................................................
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................
3.3. Metode pengumpulan Data ............................................................
3.4. Metode Pengambilan Sampel .........................................................
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...........................................
3.5.1. Uji Validitas ..........................................................................
3.5.2. Uji Reliabilitas ......................................................................
3.5.3. Analisis Deskriftif .................................................................
3.3.5. Multidimensional Scalling Berbasis Atribut .........................
3.3.6. Analisis Biplot ......................................................................
20
22
22
22
23
23
24
25
25
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
29
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ...............……………………….....
4.1.1. Sejarah Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri .......
4.1.2. Visi dan Misi Bimbingan dan Konsultasi Belajar
Nurul Fikri ...........................................................................
4.1.3. Program Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri .....
29
29
v
30
31
4.1.4. Ciri Khas Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri ....
4.1.5. Sistem Evaluasi dan Pelaporan Bimbingan dan Konsultasi
Nurul Fikri ............................................................................
4.2. Hasil Uji Awal ................................................................................
4.3. Karakteristik Responden ................................................................
4.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal SMA ...............
4.3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .........
4.3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Sekolah ........
4.3.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan Sekolah ......
4.4. Analisis Kesadaran Merek ..............................................................
4.5. Analisis Pesaing Nurul Fikri dalam Bimbingan Belajar .................
4.6. Analisis Positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar
Nurul Fikri ......................................................................................
4.6.1. Analisis Deskriptif Persepsi Responden ...............................
4.6.2. Analisis Biplot ......................................................................
4.7. Implikasi Manajerial .......................................................................
42
42
46
51
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
53
1. Kesimpulan ..............................................................................................
2. Saran ........................................................................................................
53
54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
55
LAMPIRAN .................................................................................................
57
vi
31
33
34
36
36
36
37
37
37
40
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1
2
3
4
5
Jumlah responden dari masing-masing SMA ..........................................
Standar Kruskal untuk Stress ...................................................................
Nilai uji validitas atribut bimbingan belajar ............................................
Bimbingan belajar yang paling diingat oleh responden ..........................
Bimbingan belajar yang dikenal oleh responden tanpa dibantu
mengingatnya ...........................................................................................
6 Bimbingan belajar yang dikenal oleh responden dengan dibantu
mengingatnya ...........................................................................................
7 Bimbingan belajar yang tidak dikenal oleh responden ............................
8 Perhitungan Jarak Euclidean dan peringkat pesaing terdekat ..................
vii
23
27
35
38
39
39
40
41
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
Piramida Kesadaran Merek ......................................... ..........................
Kerangka Pemikiran Konseptual ...........................................................
Persentase responden berdasarkan asal SMA ........................................
Persentase responden berdasarkan jenis kelamin ..................................
Persentase responden berdasarkan status sekolah ........... ......................
Persentase responden berdasarkan jurusan sekolah ........ ......................
Peta persaingan Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
menggunakan Multidimensional Scalling ....................... ......................
8 Analisis deskriptif persepsi responden ............................ ......................
9 Biplot persepsi responden terhadap atribut bimbingan belajar .............
10 Analisis biplot untuk atribut bimbingan belajar .............. ......................
viii
10
21
36
37
37
37
42
43
48
49
DAFTAR LAMPIRAN
No
1
2
3
4
Halaman
Kuesioner penelitian ...............................................................................
Hasil uji validitas dan reliabiltas ............................................................
Hasil analisis biplot .................................................................................
Hasil analisis Multidimensional Scalling ................................................
ix
58
66
67
69
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu pijakan penting dalam kehidupan, baik dalam
lingkup kehidupan personal maupun sosial. Hal ini juga disadari sepenuhnya oleh
para founding father negara kita. Kesadaran tersebut diwujudkan dalam pasalpasal yang ada dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD ’45), yang meneguhkan
pentingnya pendidikan bagi setiap pribadi yang hidup di bumi pertiwi. Menurut
Wim Tangkilisan dalam tulisannya di www.koranindonesia.com menyajikan
beberapa data statistik mengenai pendidikan Indonesia. Diantaranya laporan
United Nation Educational, Scientific and Cultural (UNESC) pada November
2007 menyebutkan bahwa peringkat Indonesia di bidang pendidikan turun dari
peringkat 58 ke peringkat 62. Selain itu, daya saing Indonesia menurut World
Economic Forum, 2007-2008, berada di level 54 dari 131 negara. Jauh di bawah
peringkat daya saing sesama negara ASEAN seperti Malaysia yang berada di
urutan ke-21 dan Singapura pada urutan ke-7. Hal ini sebenarnya menunjukkan
indikasi adanya ketertinggalan pendidikan kita dari pendidikan negara-negara
lain, baik di kawasan regional maupun di kawasan global. Bahkan secara khusus
Bank Dunia (World Bank) mempublikasikan laporan mengenai adanya
peningkatan kuantitas pendidikan dan anak yang bersekolah di Indonesia, namun
tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan.
Pendidikan yang didapat oleh anak-anak tidak cukup hanya dari sekolah
tempat mereka belajar saja, tetapi mereka membutuhkan tempat belajar di luar
sekolah yang dapat membantu mereka apabila mereka mengalami kesulitan dalam
menerima pelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa dapat
memahami dan mengerti dengan metode belajar yang diajarkan di sekolah
sehingga mereka membutuhkan metode belajar lain yang dapat mereka terima
dengan cepat. Metode belajar yang cepat dapat mereka terima salah satunya
dengan mereka mengikuti bimbingan belajar. Banyak manfaat yang bisa diperoleh
siswa dengan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Mereka akan terbantu
untuk memahami pelajaran yang belum dikuasai yang diberikan oleh sekolah.
2
Seperti yang kita tahu bahwa waktu pengajaran setiap mata pelajaran dibatasi.
Misalnya, mata pelajaran Matematika hanya diberikan waktu 2x45 menit dalam
setiap tatap muka. Ini menjadi penyebab siswa dan guru tidak dapat berdiskusi
dengan baik. Jadi dengan mengikuti bimbingan belajar siswa dapat bertanya dan
berdiskusi tentang segala sesuatu yang dirasa masih membingungkannya. Di sini
mereka juga akan mendapatkan jawaban-jawaban yang praktis. Praktis di sini
maksudnya adalah cara sederhana yang lebih singkat untuk menjawab soal-soal
tersebut. Selain itu, bimbingan belajar juga baik untuk siswa yang akan
menempuh ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Di sini mereka akan
diberikan materi-materi yang biasa diujikan pada ujian tersebut. Cara menjawab
soal-soal pun menggunakan cara yang cepat dan sederhana.
Lembaga bimbingan belajar di Bogor sudah cukup banyak sekali di
antaranya Nurul Fikri, Ganesha Operation (GO), BTA 8 (Bimbingan Tes
Alumni), Primagama, Bintang Pelajar, Purnawarman, PIM (Prospek Insan
Mandiri), Quin, Bogor Study Gemilang (BSG) dan SSC (Sony Sugema College).
Setiap bimbingan belajar mempunyai kelebihannya masing-masing yang mereka
jadikan sebagai daya tarik dalam menarik siswa-siswi agar mereka mau mengikuti
bimbingan belajar di tempat tersebut. Daya tarik tersebut dapat berupa harga yang
terjangkau, pengajar yang berkualitas, metode yang diajarkan berkualitas, sarana
yang memadai, tempat yang mudah dijangkau dan pelayanan yang baik. Apabila
bimbingan belajar dapat memenuhi hal-hal tersebut, maka bimbingan belajar
tersebut akan menjadi incaran siswa-siswi dalam mengikuti bimbingan belajar.
Bimbingan dan Konsultasi Belajar (BKB) Nurul Fikri merupakan salah
satu institusi pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Nurul Fikri.
BKB Nurul Fikri dirintis sejak tahun 1985, bermula dari sekumpulan mahasiswa
dan sarjana muslim Universitas Indonesia yang memiliki kepedulian tinggi
terhadap kondisi umat Islam saat itu, kemudian mereka saling bertukar pikiran
mencari bentuk amal nyata yang dapat disumbangkan untuk membantu kemajuan
pelajar muslim. BKB Nurul Fikri bukan sekedar bimbingan belajar yang
mengajarkan berbagai trik mengerjakan soal dengan cepat dan mudah kepada para
siswanya. BKB Nurul Fikri juga berupaya memberikan pemahaman konsep dasar
yang tepat dan lengkap dengan mengembangkan suatu metode praktis yang
3
mencoba mentranformasikan penguasaan konsep pelajaran ke dalam perilaku
siswa agar mampu menyelesaikan soal-soal secara sistematis. BKB Nurul Fikri
tidak puas sekedar memberikan bekal intelektual kepada para siswanya, BKB
Nurul Fikri berusaha melakukan pembinaan kepribadian muslim yang ditekankan
pada pembentukan akhlaqul karimah. BKB Nurul Fikri dikelola berdasarkan
motivasi amal Islami bukan bisnis semata sehingga sama sekali tidak ada pretensi
untuk memberatkan para siswa dengan menuntut biaya yang tinggi. Dalam setiap
Try Out SPMB yang dilakukan di BKB Nurul Fikri, baik pada program reguler
maupun program intensif, nilai peserta akan diolah dengan menggunakan sistem
penghitungan Nilai Nasional seperti SPMB sebenarnya.
Menurut kotler (2007), positioning adalah tindakan merancang tawaran
dan citra perusahaaan sehingga menempati posisi yang khas dibandingkan
pesaingnya di benak konsumen sasarannya. Tujuannya adalah menempatkan
merek dalam pikiran konsumen untuk memaksimalkan potensi manfaat
perusahaan. Positioning adalah teknik yang coba dibuat oleh pemasar untuk
menciptakan gambaran, citra atau identitas dalam benak atau pikiran konsumen
target terhadap produk, merek atau perusahaan. Positioning yang efektif
menempatkan produk atau jasa dalam baris pertama ingatan pembeli potensial.
Siswa SMA sebagai salah satu konsumen dalam suatu lembaga bimbingan
belajar, ikut turut menentukan positioning suatu lembaga bimbingan belajar. Hal
itu berhubungan dengan adanya Ujian Nasional (UN) dan Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) sehingga banyak siswa-siswi SMA yang mengikuti
bimbingan belajar. Dengan semakin ketatnya persaingan antara bimbingan belajar
mengharuskan setiap bimbingan belajar terus melakukan inovasi-inovasi dan
perbaikan yang tepat dan sesuai agar positioning yang diharapkan dapat
didapatkan sehingga banyak siswa-siswi SMA yang mengikuti bimbingan belajar
di tempat mereka.
1.2. Perumusan Masalah
Bimbingan belajar merupakan salah satu alternatif bagi siswa-siswi untuk
mempelajari ulang materi-materi yang sudah diajarkan di sekolah dan
menemukan cara-cara yang cepat dan praktis untuk mengerjakan soal-soal yang
bersangkutan dengan materi-materi dari sekolah tersebut. Selain itu, bimbingan
4
belajar juga bisa membantu siswa-siswi kelas tiga dalam mempersiapkan dirinya
dalam menghadapi ujian untuk memasuki perguruan tinggi.
Persaingan yang semakin ketat, menuntut setiap bimbingan belajar
melakukan berbagai inovasi, baik dalam segi metode pengajaran, fasilitas,
pengajar dan pemasarannya. Kini, bimbingan belajar berlomba-lomba membuat
program yang memanjakan siswanya. Program yang dibuat juga bermacammacam. Ada program persiapan Ujian Saringan Masuk ITB (USM ITB), Saringan
Masuk Unpad (SMUP), Simak UI, Ujian Masuk Bersama (UMB) dan bimbingan
intensif persiapan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Harga yang
ditawarkan juga bermacam-macam dari murah sampai mahal.
Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam menyusun
strategi dari suatu lembaga atau institusi (termasuk bimbingan belajar) adalah
mendefinisikan kebutuhan konsumen dengan menonjolkan keistimewaan dari jasa
yang ditawarkan. Tingkat persaingan yang sangat ketat mengharuskan setiap
bimbingan belajar berusaha meningkatkan kualitas pengajarnya, metode
pembelajarannya dan fasilitas yang dimiliki dalam meningkatkan daya tarik
siswa-siswi untuk mengikuti bimbingan belajar di bimbingan belajar tersebut.
Dalam rangka mengatasi persaingan tersebut, maka sebuah bimbingan belajar
harus mengetahui secara pasti pendapat calon siswa terhadap bimbingan belajar
yang
bersangkutan.
Dengan
mempertimbangkan
kondisi
tersebut
maka
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai:
1. Bagaimana kesadaran siswa-siswi SMA di Bogor terhadap beberapa bimbingan
belajar yang ada di Bogor?
2. Siapakah pesaing terdekat Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri?
3. Bagaimana positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
berdasarkan persepsi siswa-siswi SMA di Bogor?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi posisi bimbingan belajar yang tertanam di benak siswa-siswi
SMA di Bogor.
2. Menganalisis pesaing-pesaing terdekat Bimbingan dan Konsultasi Belajar
Nurul Fikri.
5
3. Menganalisis positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
berdasarkan persepsi siswa-siswi SMA di Bogor.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi pihak Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri, memberikan
pertimbangan dan informasi bagi perusahaan dalam menciptakan positioning
yang mampu terekam dalam benak pasar sasaran.
2. Bagi peneliti merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama masa perkuliahan, khususnya dalam bidang pemasaran.
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada
pihak-pihak yang membutuhkan dan berkepentingan sebagai literatur penelitian
selanjutnya atau kegiatan lain yang bersangkutan.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada persepsi siswa-siswi kelas tiga dari lima
SMA di Bogor (SMA Negeri 5 Bogor, SMA Negeri 6 Bogor, SMA Negeri 7
Bogor, SMA PGRI 3 Bogor dan SMA Plus YPHB Bogor) terhadap positioning
lima bimbingan belajar di Bogor (Nurul Fikri (NF), Bimbingan Tes Alumni
(BTA) 8, Ganesha Operation (GO), Bintang pelajar (BP) dan Primagama).
Penelitian ini difokuskan pada persepsi siswa-siswi kelas 3 karena mereka
merupakan salah satu konsumen yang cukup membutuhkan bimbingan belajar
dibandingkan dengan siswa-siswi kelas satu dan kelas dua, terutama dalam
menghadapi Ujian Nasional (UN) dan ujian memasuki Perguruan Tinggi Negeri
(PTN). Pada penelitian ini ciri khas Nurul Fikri yang dalam bimbingan belajarnya
bernuansa Islami tidak dimasukan ke dalam atribut penelitian karena dalam survei
untuk mendapatkan atribut penelitian, responden tidak ada menyebutkan ciri khas
tersebut sehingga ciri khas tersebut tidak dimasukan ke dalam atribut penelitian.
Berdasarkan persepsi yang diperoleh dari siswa-siswi SMA kelas tiga terhadap
positioning lima bimbingan belajar tersebut maka dapat diketahui positioning
Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri dihadapkan pada persepsi siswasiswi SMA kelas tiga di Bogor.
II. TINJAUAN PUSAKA
2.1. Pemasaran Jasa
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2004).
Pemasaran jasa adalah bagian dari sistem jasa secara keseluruhan dimana
perusahaan tersebut memiliki semua bentuk kontak dengan pelanggannya, mulai
dari pengiklanan hingga penagihan, hal itu mencakup kontak yang dilakukan pada
saat penyerahan jasa (Lovelock dan Wright, 2005). Bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus
mencapai tujuan perusahaannya dipasar sasaran (Kotler, 2004).
Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu
pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002). Jasa adalah kegiatan ekonomi
yang menciptakan dan memberikan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan
tempat tertentu, sebagai hasil dari tindakan mewujudkan perubahan yang
diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa tersebut (Lovelock dan
Wright, 2005).
Jasa memiliki beberapa karakteristik pokok yang membedakan dengan
barang. Terdapat empat karakteristik pokok jasa (Tjiptono, 2006), yaitu:
1. Intangibility (tidak berwujud)
Jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance) atau usaha. Bila barang
dapat dimiliki, maka jasa memiliki intangible, artinya tidak dapat dilihat,
dirasa, diraba, dicium atau didengar sebelum membeli. Para pengguna jasa
akan dapat menilai kualitas jasa setelah merasakan jasa tersebut dengan
memperhatikan tempat, orang, peralatan, bahan-bahan komunikasi, simbol dan
harga.
2. Inseparability (tidak terpisahkan)
Barang biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual lalu dikonsumsi.
Sedangkan jasa dijual terlebih dahulu, diproduksi, kemudian dikonsumsi. Jasa
7
tidak dapat dipisahkan dari beberapa elemen didalamnya, seperti hubungan
antara pelanggan dengan penyedia jasa yang merupakan unsur penting, fasilitas
yang diberikan dan lokasi jasa.
3. Variability (bervariasi)
Jasa bersifat sangat variable karena memiliki banyak variasi bentuk, kualitas
dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa itu dihasilkan.
4. Perishability (mudah lenyap)
Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan
yang berarti bila suatu jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu
begitu saja.
Ada model 8P manajemen jasa terpadu, yang menyoroti delapan variabel
keputusan bagi manajer perusahaan jasa (Lovelock dan Wright, 2005), yaitu:
a. Produk (Product)
Produk adalah semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nilai bagi
pelanggan.
b. Tempat dan Waktu (Place and Time)
Tempat dan waktu merupakan keputusan manajemen mengenai kapan, dimana
dan bagaimana menyampaikan jasa kepada pelanggan.
c. Proses (Process)
Proses adalah metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang
umumnya berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang
telah ditetapkan.
d. Produktivitas dan Kualitas (Productivity and Quality)
Produktivitas adalah seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi output
yang menambah nilai bagi pelanggan. Kualitas adalah sejauh mana suatu jasa
memuaskan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan
mereka.
e. Orang (People)
Orang adalah karyawan yang terlibat dalam proses produksi.
8
f. Promosi dan Edukasi (Promotion and Education)
Promosi dan edukasi merupakan semua aktivitas dan alat yang menggugah
komunikasi yang dirancang untuk membangun preferensi pelanggan terhadap
jasa dan penyedia jasa tertentu.
g. Bukti Fisik (Phisycal Evidence)
Bukti fisik adalah petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberikan
bukti atas kualitas jasa.
h. Harga (Price)
Harga merupakan pengeluaran uang, waktu dan usaha oleh pelanggan untuk
membeli dan mengkonsumsi jasa.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam konsep manajemen
jasa pelayanan (Rangkuti, 2006), antara lain:
1. Merumuskan strategi pelayanan
Strategi pelayanan dimulai dengan perumusan suatu tingkat keunggulan yang
dijanjikan kepada pelanggan. Perumusan strategi pelayanan dilakukan dengan
merumuskan apa bidang usaha perusahaan, siapa pelanggan perusahaan dan
apa yang bernilai bagi pelanggan.
2. Mengkomunikasikan kualitas kepada pelanggan
Mengkomunikasikan kualitas kepada pelanggan dan membantu pelanggan agar
tidak salah menafsirkan tingkat kepentingan yang akan diperolehnya.
3. Penetapan standar kualitas
Penetapan standar kualitas dengan jelas dapat membantu setiap orang
mengetahui dengan jelas tingkat kualitas yang harus dicapai.
4. Menetapkan sistem pelayanan efektif
Menghadapi pelanggan tidaklah cukup hanya dengan senyuman dan sikap
ramah, tetapi perlu suatu sistem yang terdiri dari metode dan prosedur untuk
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan secara tepat.
5. Karyawan berorientasi kepada kualitas pelayanan
Setiap karyawan yang terlibat dalam jasa pelayanan harus mengetahui dengan
jelas standar kualitas pelayanan.
9
6. Survei kepuasan dan kebutuhan pelanggan
Pihak yang menentukan kualitas jasa pelayanan adalah pelanggan. Perusahaan
perlu mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan dan kebutuhan
pelanggan yang perlu dipenuhi oleh perusahaan.
Ada sepuluh kriteria umum atau standar yang menentukan kualitas jasa
(Rangkuti, 2006), yaitu: reliability (keandalan), responsiveness (ketanggapan),
competence (kemampuan), acces (mudah diperoleh), courtesy (keramahan),
communication (komunikasi), credibility (dapat dipercaya), security (keamanan),
understanding (memahami pelanggan) dan tangibles (bukti nyata yang kasat
mata). Kesepuluh dimensi tersebut dapat disederhanakan menjadi lima dimensi,
yaitu:
1. Reliability (keandalan)
Kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan
dengan segera, akurat dan memuaskan.
2. Responsiveness (ketanggapan)
Kemampuan untuk membantu pelanggan dan ketersediaan untuk melayani
pelanggan dengan baik.
3. Assurance (jaminan)
Pengetahuan, kesopanan petugas dan sifatnya yang dapat dipercaya sehingga
pelanggan terbebas dari resiko.
4. Emphaty (empati)
Rasa peduli untuk memberikan perhatian secara individual kepada pelanggan,
memahami kebutuhan pelanggan dan mudah untuk dihubungi.
5. Tangibles (bukti langsung)
Hal ini meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan dan sarana komunikasi.
2.2. Kesadaran Merek
Kesadaran merek merupakan kesanggupan seseorang calon pembeli untuk
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari
kategori dari produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan
kontinum (continum ranging) dari persamaan yang tidak pasti bahwa merek
10
tertentu dikenal, menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakan satusatunya dalam kelas produk selanjutnya.
Peran kesadaran merek dalam keseluruhan ekuitas merek tergantung dari
sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Tingkatan
kesadaran merek secara berurutan dapat digambarkan sebagai suatu piramida pada
Gambar 1.
Top of Mind
Brand Recall
Brand Recognition
Unaware of Brand
Gambar 1. Piramida kesadaran merek (Durianto dkk., 2004)
a. Unaware of Brand (tidak menyadari merek)
Merupakan tingkatan yang paling rendah dalam piramida kesadaran
merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.
b. Brand Recognition (pengenalan merek)
Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seorang
pembeli memilih suatu merek saat melakukan pembelian.
c. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek)
Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan
seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam kelas produk. Hal ini
diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena berbeda
dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan
merek tersebut.
d. Top of Mind (puncak pikiran)
Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan
pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek
11
yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran.
Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai
merek yang ada di dalam benak konsumen.
Pengenalan maupun pengingatan merek akan melibatkan upaya untuk
mendapatkan identitas nama dan menghubungkan ke kategori produk. Menurut
Durianto, dkk (2004), agar kesadaran merek dapat dicapai dan diperbaiki dapat
ditempuh beberapa cara sebagai berikut:
a. Pesan yang dilakukan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan
dengan yang lainnya serta harus ada hubungan antara merek dengan
kategori produknya.
b. Memakai slogan atau lagu yang menarik sehingga membantu konsumen
untuk mengingat merek.
c. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat
dihubungkan dengan mereknya.
d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat
pelanggan.
e. Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang
sesuai kategori produk, merek atau keduanya.
f. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena
membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan.
Peran kesadaran merek terhadap ekuitas merek dapat dipahami dengan
membahas bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai. Menurut
Durianto, dkk (2004), penciptaan nilai dapat dilakukan paling sedikit dengan
empat cara yaitu:
a. Anchor it which other association can be attached, artinya suatu merek
dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai. Rantai
menggambarkan asosiasi merek tersebut.
b. Familiary-Lingking, artinya dengan mengenal merek akan menimbulkan
rasa terbiasa terutama produk-produk yang bersifat low involvement
(kebiasaan terendah). Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan
kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam
membuat keputusan.
12
c. Substance atau commitment, kesadaran akan dapat menandakan keberadaan,
komitmen dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika,
suatu nama dikenal karena beberapa alasan mungkin karena program iklan
perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang luas, ekstensi yang sudah
lama dalam industri dan lain-lain. Jika kualitas dua merek sama, kesadaran
merek akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian
konsumen.
d. Brand it consider. Langkah pertama proses pembelian adalah menyeleksi dari
suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan nama
merek yang diputuskan untuk dibeli. Merek yang memiliki Top of Mind yang
tinggi akan mempunyai nilai yang tinggi juga. Jika suatu merek tidak
tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak
konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen
adalah merek yang disukai atau dibenci.
2.3. Positioning
Menurut Kotler (2007), positioning adalah tindakan merancang tawaran
dan citra perusahaaan sehingga menempati posisi yang khas dibandingkan
pesaingnya di benak konsumen sasarannya. Tujuannya adalah menempatkan
merek dalam pikiran konsumen untuk memaksimalkan potensi manfaat
perusahaan. Positioning tidak boleh dilakukan secara semena-mena, produk harus
didesain berdasarkan positioning yang diharapkan di dalam pikiran, positioning
harus diputuskan sebelum produk tersebut didesain. Menurut Chandra (2002)
penentuan posisi adalah tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan
untuk mendapatkan tempat khusus dan unik dalam benak sasaran sehingga
dipersepsikan lebih unggul dibandingkan para pesaing.
Setiadi (2003) mendeskripsikan positioning sebagai tempat produk yang
berbeda, jelas dan memiliki nilai lebih secara relatif dibandingkan produk pesaing
di benak konsumen. Dapat juga dikatakan sebagai cara bagaimana konsumen
mendefinisikan produk pada atribut-atribut yang penting apabila dibandingkan
secara relatif dengan produk pesaing. Penentuan posisi produk adalah proses
menciptakan posisi produk.
13
Menurut Kasali (1998), sebelum menentukan positioning ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan:
1. Positioning adalah strategi komunikasi
Komunikasi dilakukan untuk menjembatani produk, merek atau nama
perusahaan dengan calon konsumen. Meski positioning bukanlah sesuatu
yang dilakukan terhadap produk, komunikasi berhubungan dengan atributatribut yang secara fisik maupun non fisik melekat pada produk
perusahaan. Warna, desain, tulisan yang tertera di label, kemasan dan
nama merek adalah diantaranya.
2. Positioning bersifat dinamis
Persepsi konsumen terhadap suatu produk, merek atau nama bersifat relatif
terhadap struktur persaingan. Begitu keadaan pasar berubah, begitu sebuah
pemimpin pasar jatuh atau pendatang baru berhasil menguasai tempat
tertentu, maka positioning produk perusahaan pun berubah. Oleh karena
itu, perlu dipahami bahwa positioning adalah strategi yang harus terusmenerus dievaluasi, dikembangkan, dipelihara dan dibesarkan.
3. Positioning berhubungan dengan event marketing
Positioning berhubungan dengan citra di benak konsumen sehingga
pemasar harus mengembangkan strategi Marketing Public Relation (MPR)
melalui event marketing yang dipilih sesuai dengan karakter produk
perusahaan.
4. Positioning berhubungan dengan atribut-atribut produk
Konsumen
pada
dasarnya
tidak
membeli
produk,
tetapi
mengkombinasikan atribut. Ekonom Kelvin Lancaster dalam Kasali
(1998) menyatakan bahwa suatu barang tidak dengan sendirinya
memberikan utility. “Barang itu memiliki karakteristik dan karakteristikkarakteristik itulah yang membangkitkan utility”. Karakteristik itulah yang
didalam positioning disebut atribut. Atribut-atribut itulah yang ditonjolkan
produsen dalam positioning.
14
5. Positioning memberi arti dan arti itu harus penting bagi konsumen
Pertama pemasar harus mencari tahu atribut-atribut apa yang dianggap
penting oleh konsumen (sasaran pasarnya) dan atribut-atribut yang
dikombinasikan itu mengandung arti.
6. Atribut-atribut yang dipilih harus unik
Beberapa jenis produk yang pesaingnya sedikit, umunya konsumen tidak
memiliki kesulitan untuk membedakan, tetapi untuk produk-produk lain
yang pasarnya yang demikian banyak mungkin konsumen akan mengalami
kesulitan. Oleh karena itu, setiap produk harus mempunyai atribut yang
unik untuk mencirikan produk tersebut.
7. Positioning
harus
diungkapkan
dalam
bentuk
suatu
pernyataan
(positioning statement)
Pernyataan ini selain memuat atribut-atribut yang penting bagi konsumen,
harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan harus dapat dipercaya.
Secara umum, semakin beralasan klaim yang diajukan, semakin objektif,
maka semakin dipercaya.
Khotijah (2004) mendefinisikan positioning sebagai suatu strategi untuk
menguak, mempelajari, memahami, yang pada akhirnya mampu menilai kondisi
emosional konsumen dengan apa yang ditawarkan oleh perusahaan. Dapat juga
diartikan positioning sebagai strategi untuk mengarahkan pelanggan secara
kredibel. Positioning adalah tentang bagaimana membangun rasa kepercayaan,
percaya diri dan kompetensi untuk pelanggan. Jika perusahaan mampu
menghadirkan kondisi tersebut, maka pelanggan akan merasakan kehadiran
perusahaan dan produk yang ditawarkan. Dalam era globalisasi saat ini
perusahaan harus memiliki kredibilitas dalam benak pelanggan dengan berusaha
meraih kepercayaan konsumen. Tiga strategi untuk positioning:
1. Overallcost Leadership
Perusahaan memiliki keunggulan dalam hal biaya sehingga harga lebih
rendah dari kompetitor. Efeknya perusahaan akan mendapatkan pangsa
pasar yang lebih besar.
15
2. Differentiation
Differentiation dengan menciptakan produk line dan program pemasaran
sehingga mampu menjadi pemimpin pasar.
3. Focus
Perusahaan terkonsentrasi dengan melayani beberapa segmen pasar saja
dan mengurangi segmen pasar luas, namun mampu menyerap laba yang
lebih besar.
Ries and Trout dalam Kotler (2004) berpendapat bahwa penentuan posisi
dimulai dengan produk. Tetapi, positioning bukanlah apa yang dilakukan
perusahaan terhadap suatu produk, melainkan apa yang perusahaan lakukan
terhadap akal pikiran calon-calon pelanggannya. Jadi, perusahaan memposisikan
produk itu di dalam pikiran calon pelanggan. Selain itu, produk terkenal pada
umumnya memiliki suatu posisi tersendiri di benak konsumen. Merek-merek yang
sudah memiliki posisinya masing-masing di benak konsumen akan sulit bagi
pesaing untuk mencurinya. Pesaing hanya memiliki tiga pilihan strategi, yaitu:
1. Memperkuat posisinya sendiri saat ini di benak konsumen
2. Mencari dan merebut posisi baru yang belum ditempati kemudian
menggeser (deposition) atau mengubah (reposition) posisi persaingan.
3. Strategi kelompok-eksekutif. Positioning mengharuskan perusahaan
mengerjakan tiap aspek yang terwujud dari produk, harga, tempat dan
promosi guna mendukung startegi positioning yang dipilih. Setelah
perusahaan mengembangkan strategi positioning yang jelas, perusahaan
harus mengkomunikasikan positioning itu secara efektif.
Merek-merek yang tidak berada pada urutan pertama dalam pasar mereka
(diukur dari besarnya perusahaan atau atribut-atribut lainnya) tidak perlu merasa
cemas, yang mereka perlukan hanyalah memilih atribut lain dan menjadi nomor
satu dalam atribut yang dipilih tersebut. Setiap pesaing akan menarik pelangaanpelanggan yang cocok dengan atribut-atribut utama setiap perusahaan tersebut.
Ketika menyusun suatu pernyataan positioning, pemasar harus melihat
dari bagaimana konsumen membedakan produk tersebut terhadap produk atau
merek lain. Myers dalam Kasali (1998) membedakan struktur persaingan ke
dalam tiga tingkat, yaitu:
16
1. Superioritas adalah suatu struktur persaingan yang dialami suatu merek
unggul di berbagai bidang terhadap pesaingnya. Superioritas adalah
keadaan yang sangat ideal, namun biasanya sulit untuk dipertahankan.
2. Diferensiasi, dimana produsen bertindak rasional, yaitu tidak ingin unggul
di segala bidang, tetapi membatasi pada satu atau beberapa atribut saja
yang superior terhadap pesaing-pesaingnya.
3. Product paritas, barang atau jasa sama sekali tidak dapat dibedakan secara
jelas antara buatan satu produsen dengan produsen lainnya. Air minum
mineral, minuman cola, kopi dan berbagai jasa (seperti perbankan)
seringkali tidak mudah dibedakan satu dengan lainnya.
Dalam menentukan positioning, perusahaan harus menghindari empat
kesalahan utama dalam positioning, menurut Kotler dalam Kasali (1998) antara
lain:
1. Positioning
yang
underpositioning
kurang
apabila
(underpositioning).
keunggulan
Produk
produknya
tidak
mengalami
dirasakan
konsumen. Produk tidak memiliki posisi yang jelas sehingga dianggap
sama saja dengan kumpulan produk lainnya di pasar. Masalah konsumen
tidak bisa membedakan mereka dengan merek-merek lainnya.
2. Positioning yang berlebihan (overpositioning). Ada kalanya pemasar
terlalu sempit memposisikan produknya sehingga mengurangi minat
konsumen yang masuk dalam segmen pasarnya.
3. Positioning yang membingungkan (confused positioning). Konsumen bisa
mengalami keragu-raguan karena pemasar menekankan terlalu banyak
atribut.
4. Positioning yang meragukan (doubful positioning). Positioning ini
diragukan kebenarannya karena karena tidak didukung bukti yang
memadai. Konsumen tidak percaya karena selain tidak didukung bukti
yang kuat, mereka mungkin memiliki pengalaman tertentu terhadap merek
tersebut atau marketing mix yang diterapkan tidak konsisten dengan
keberadaan produk.
Treacy and Wiersema dalam Kotler (2004) membedakan tiga positioning
utama (yang disebut sebagai “disiplin nilai”) sebagai berikut: product leadership
17
(kepemimpinan produk), operational excellence (keunggulan operasional) dan
customer intimacy (keakraban dengan pelanggan). Beberapa pelanggan paling
menghargai perusahaan-perusahaan yang dapat menawarkan produk-produk yang
terbaik dalam kategorinya, beberapa menghargai perusahaan karena dapat
beroperasi dengan efisien dan beberapa yang lainnya lagi menghargai perusahaan
karena mereka dapat memberikan respons yang terbaik atas keinginan-keinginan
mereka. Sedangkan Crawford and Matthews dalam Kotler (2004) mengusulkan
lima kemungkinan positioning: product (produk), price (harga), ease of access
(kemudahan dalam mengakses), value-added service (jasa-jasa yang member nilai
tambah) dan customer experience (pengalaman pelanggan).
2.4. Persepsi
Mowen dalam Basamalah (2008) mendefinisikan persepsi sebagai suatu
proses dimana individu terekspos oleh informasi, menyediakan kapasitor prosesor
yang lebih luas dan menginterpretasikan informasi tersebut. Menurut Kotler
(2007) persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih,
mengorganisasi dan menginterpretasikan masukan informasi guna menciptakan
gambaran dunia yang memiliki arti.
Konsep persepsi berhubungan erat dengan bagaimana konsumen
memproses informasi. Proses berpikir melibatkan sesuatu yang disebut persepsi.
Persepsi inilah yang menjadi pusat perhatian para ahli positioning. Dapat
dikatakan juga bahwa persepsi mengatur indra-indra kita menafsirkan beberapa
informasi dalam bentuk yang lebih berarti.
Menurut Boyd, et al. (2000), persepsi adalah proses seseorang untuk
memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi. Ketika konsumen
mengumpulkan informasi tentang produk-produk dengan keterlibatan tinggi
seperti raket tenis, mereka mengikuti serangkaian langkah atau hierarki efek.
Eksposur (exposure) pada sepotong informasi, seperti iklan produk baru atau
rekomendasi teman menarik perhatian (attention), kemudian ke pemahaman
(comprehention) dan akhirnya retensi (retention) dalam memori. Sekali konsumen
memiliki informasi yang dipersepsikan sepenuhnya, mereka menggunakannya
untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dan memutuskan mana yang akan
dibeli.
18
Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada
rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu
itu sendiri. Persepsi dapat sangat beragam antara individu yang satu dengan yang
lain dalam mengalami realitas yang sama. Persepsi seseorang dapat dibedakan
menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal, meliputi
pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianutnya dan ekspektasi.
Sedangkan faktor eksternal, meliputi produk, sifat-sifat stimulus dan situasi
lingkungan. Dalam pemasaran, persepsi itu lebih penting daripada realitas, karena
persepsi yang akan mempengaruhi perilaku aktual konsumen.
Persepsi memegang peranan penting dalam konsep positioning karena
manusia menafsirkan suatu produk atau merek melalui persepsi yaitu hubungan
asosiatif yang disimpan melalui proses sensasi (Kasali, 1998). Proses ini
membantu manusia memahami dunia di sekelilingnya untuk disimpan di dalam
memori. Persepsi membantu memori manusia dalam menafsirkan dunia dengan
berbagai penyederhanaan melalui pengalaman-pengalaman masa lalu, rekaman
yang telah dipelajari, nilai-nilai budaya dan sebagainya.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis positioning IPB Oleh Tubagus M Eidri, yaitu
Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor Berdasarkan Persepsi Siswa-siswi
SMU di Bogor. Berdasarkan penelitian tersebut, IPB menempati peringkat kedua
universitas yang paling diingat. Peringkat pertama ditempati Universitas
Indonesia, sedangkan untuk urutan ketiga sampai kelima ditempati oleh Institut
Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada dan Institut Teknologi Surabaya.
IPB mempunyai pesaing terdekat, yaitu ITB, UGM dan ITS. IPB diposisikan
sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam bidang lingkungan kampus yang asri,
program beasiswa, biaya kuliah yang terjangkau dan lokasi kampus yang strategis.
Penelitian mengenai analisis positioning IPB juga dilakukan oleh
Basamalah (2008), yaitu Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor sebagai
Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT–BHMN). Berdasarkan
penelitian tersebut, IPB menempati peringkat keempat universitas yang paling
diingat (dengan responden mahasiswa tingkat satu di empat universitas di
Indonesia) dan diposisikan sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam bidang
19
penelitian dan biaya kuliah yang terjangkau serta memiliki mahasiswa dengan
tingkat loyalitasnya yang sangat loyal.
Penelitian mengenai analisis positioning juga telah dilakukan oleh Renta
Ulisa Maryani (2007), yaitu Analisis Positioning Telkom Global 01017 pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk. Berdasarkan penelitian tersebut, Telkom 01017
diposisikan sebagai layanan SLI yang mudah diakses darimana saja.
Penelitian mengenai analisis positioning juga telah dilakukan oleh
Apriantoro (2006), yaitu Analisis Positioning Popeyes Chicken and Seafood
dalam Pasar Restoran Fast Food di Kota Bogor. Berdasarkan penelitian tersebut,
restoran Popeyes Chicken and Seafood memiliki pesaing utama, yaitu McDonald
dan Kentucky Fried Chicken serta diposisikan oleh responden sebagai restoran
yang memiliki bumbu yang khas.
Penelitian mengenai analisis positioning juga dilakukan oleh Pradipta
(2006) mengenai positioning XL bebas dan jempol pada PT. Excelcomindo
Pratama. Penelitian tersebut menunjukan bahwa XL bebas diposisikan oleh
konsumen sebagai produk dengan kualitas suara yang jernih, promosi yang
menarik dan kemudahan dalam membeli serta mengisi ulang. Sedangkan XL
jempol diposisikan oleh konsumen sebagai produk dengan tarif yang murah.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terlihat pada
beberapa tujuan penelitiannya. Pada penelitian ini membahas tentang posisi suatu
usaha yang tertanam di benak konsumen, pesaing terdekat dari suatu usaha dan
positioning suatu usaha, yang dalam hal ini Bimbingan dan Konsultasi Belajar
Nurul Fikri. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tubagus M Eidri tentang positioning IPB, tetapi terdapat perbedaan pada objek
yang diteliti. Pada penelitian ini, objek yang diteliti adalah Bimbingan dan
Konsultasi Belajar Nurul Fikri yang dibandingkan dengan keempat pesaingnya,
seperti Bintang Pelajar, Primagama, Ganesha Operation dan BTA 8, sedangkan
objek penelitian yang diteliti oleh Tubagus M Eidri adalah Institut Pertanian
Bogor yang dibandingkan dengan keempat pesaingnya, seperti Universitas
Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada dan Institut
Teknologi Sepuluh November.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Dalam memahami pelajaran di sekolah siswa mungkin saja mengalami
kesulitan dalam memahaminya. Hal ini dapat dikarenakan metode pembelajaran
di sekolah yang cukup rumit dimengerti sehingga siswa tidak dapat mengerti
sepenuhnya materi yang diberikan di sekolah. Hal ini dapat diatasi salah satunya
dengan siswa tersebut mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Bimbingan
belajar dapat membantu siswa dalam memahami materi-materi yang diberikan
dari sekolah karena di bimbingan belajar mereka mengulang pelajaran yang
diberikan di sekolah dan mempunyai waktu yang lebih panjang untuk berdiskusi
apabila ada materi yang tidak dipahami. Di bimbingan belajar siswa juga
menerima cara-cara cepat dan praktis dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan
dengan materi dari sekolah serta dapat mempersiapkan ujian dalam memasuki
Perguruan Tinggi.
Banyaknya siswa yang antusias mengikuti bimbingan belajar terutama
bagi mereka yang ingin mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk Perguruan
Tinggi Negeri (PTN). Hal ini membuat banyaknya bimbingan belajar yang berdiri
dan berlomba-lomba untuk menarik siswa-siswi untuk mengikuti bimbingan
belajar mereka. Ini terlihat dengan banyaknya bimbingan belajar yang berusaha
menonjolkan kelebihannya kepada siswa-siswi. Persaingan yang ketat ini
mengharuskan setiap bimbingan belajar harus dapat memposisikan dirinya agar
dapat diingat di benak konsumen.
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam menentukan positioning
adalah dengan mengidentifikasikan pesaing dan memperkuat posisi di benak
konsumen. Tidak ada suatu bentuk positioning yang akan bertahan selamanya.
Bagi bimbingan belajar yang telah kehilangan pangsa pasar kemungkinan mereka
perlu melakukan positioning ulang sejalan dengan visi dan misi bimbingan belajar
tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kerangka pemikiran dapat
disimpulkan seperti Gambar 2.
21
Persaingan yang ketat bagi siswa-siswi dalam
memasuki Perguruan Tinggi
Perlunya pendidikan di
luar sekolah
Persaingan antara lembaga
bimbingan belajar
Bimbingan dan Konsultasi
Belajar Nurul Fikri
….. Analisis
Analisis Deskriptif...
Multidimensional
Scalling
Posisi Lembaga
Bimbingan Belajar
Pesaing terdekat Bimbingan
dan Konsultasi Belajar
Nurul Fikri
………………….. Analisis Biplot
Positioning Bimbingan
dan Konsultasi Belajar
Nurul Fikri Berdasarkan
Persepsi konsumen
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual
22
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini rencananya akan dilakukan di lima SMA terbaik di Bogor,
yaitu: SMAN 1 Bogor, SMAN 3 Bogor, SMAN 5 Bogor, SMA Regina Pacis
Bogor dan SMA Budi Mulia Bogor. Dalam pelaksanaannya penelitian ini
mengalami beberapa kendala, seperti masalah perizinan dan kurangnya siswasiswi yang mengikuti bimbingan belajar Nurul Fikri di sekolah tersebut. Dengan
kondisi tersebut, maka penelitian ini dilakukan di SMAN 5 Bogor, SMAN 6
Bogor, SMAN 7 Bogor, SMA PGRI 3 Bogor dan SMA Plus YPHB Bogor.
Pemilihan sekolah tersebut ditentukan secara purposive sampling dengan
mempertimbangkan jumlah SMA negeri dan swasta yang ada di Bogor. Penelitian
ini dilakukan dari bulan Desember 2009 - Maret 2010.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner dibagikan
kepada responden untuk mengetahui persepsi responden yang nantinya akan
digunakan untuk membentuk spatial map atau perceptual map baik itu pesaing
terdekat maupun positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. Data
sekunder diperoleh dari data yang diperoleh dari informasi-informasi yang
bersifat umum seperti buku, internet, laporan penelitian dan informasi-informasi
dari instansi terkait.
3.4. Metode Pengambilan Sampel
Pemilihan responden di lokasi penelitian dipilih berdasarkan quota
sampling yakni merupakan salah satu jenis non probability sampling. Ukuran
responden tersebut didasarkan pada pendapat Slovin:
n=
...............................................................................(1)
di mana: n = jumlah sampel
e = Kesalahan yang ditolerir 10 %
N = Jumlah populasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari SMAN 5 Bogor, SMAN 6 Bogor, SMAN 7
Bogor, SMA PGRI 3 Bogor dan SMA Plus YPHB Bogor, jumlah siswa kelas tiga
23
dari kelima SMA tersebut adalah 1378 siswa, dengan jumlah tersebut maka
sampel yang diperoleh untuk dijadikan responden adalah
N = 1378
= 93,23 = 100 responden
1 + 13,78
Sample Fraction diperoleh sebagai hasil pembagian dari jumlah siswa
SMA kelas tiga di masing-masing SMA dengan populasi siswa SMA kelas tiga di
lima SMA tersebut. Jumlah responden yang diperoleh dari masing-masing SMA
merupakan hasil kali Sample Fraction dengan jumlah responden yang diambil
dalam penelitian ini, yaitu 100 responden. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah responden dari masing-masing SMA
No
SMA
Jumlah
Sample
Jumlah
Populasi
Fraction
Responden
1
SMAN 5 Bogor
346
0,25108853
25
2
SMAN 6 Bogor
332
0,24092888
24
3
SMAN 7 Bogor
335
0,24310595
24
4
SMA PGRI 3 Bogor
188
0,13642960
14
5
SMA Plus YPHB Bogor
177
0,12844702
13
1378
1
100
Jumlah
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian menggunakan Microsoft Excel 2007,
Software SPSS version 16.00 for Windows dan Minitab 15. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
3.5.1. Uji Validitas
Sebelum kuesioner disebar kepada responden terlebih dahulu dilakukan uji
validitas terhadap kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui
seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsinya. Alat ukur yang dapat
digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi
antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap
informasi dalam kuesioner (Triton, 2005). Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson.
24
Rumus yang digunakan:
………………………………(2)
r=
Di mana:
n = jumlah responden
X = skor masing-masing pernyataan dari tiap responden
Y = skor total semua pernyataan dari tiap responden
r = koefisien korelasi
Bila diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel pada tingkat signifikansi (α ) 0,05
maka pernyataan pada kuesioner mempunyai validitas konstruk atau terdapat
konsistensi internal dalam pernyataan tersebut dan layak digunakan.
3.5.2. Uji Reliabilitas
Setelah melakukan pengujian validitas, selanjutnya dilakukan pengujian
reliabilitas. Menurut Triton (2005) tujuan utama uji reliabilitas adalah untuk
mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila
instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden.
Hasil uji reliabilitas mencerminkan dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrumen
penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam
pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang
benar dari sesuatu yang diukur. Uji reliabilitas akan dilakukan dengan
menggunakan metode Alpha Cronbach.
Rumus yang digunakan:
r11 =
………………………..……...…..(3)
Di mana:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
= varians total
= jumlah ragam butir
25
Dengan rumus varian yang digunakan:
…………………………………..……....(4)
=
Di mana:
n = jumlah responden
X = nilai skor yang dipilh (total nilai dari nomor-nomor butir
pertanyaan/pernyataan)
Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel atau tidaknya suatu
instrumen penelitian adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r tabel pada
taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Jika r hitung lebih besar dari
nilai r tabel, maka dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut reliabel. Tingkat
reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Crobanch diukur berdasarkan
skala 0 sampai dengan 1. Ukuran kemantapan alpha dianggap reliabel jika > 0,6
(Triton, 2005).
3.5.3. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok orang, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode ini bertujuan untuk
mengambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung pada saat penelitian
dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Nazir, 2005).
Analisis deskriptif dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik
variabel-variabel yang berkaitan, mengestimasi berapa besar jumlah kelompok,
mengetahui persepsi konsumen terhadap suatu produk tertentu, mengetahui
berapa besar variabel dan mengetahui prediksi spesifik (Rangkuti, 2003).
3.5.4. Multidimensional Scalling Berbasis Atribut
Multidimensional Scalling (MDS) adalah salah satu prosedur yang
digunakan untuk memetakan persepsi dan preferensi para responden secara visual
dalam peta geometri. Peta geometri tersebut, yang disebut spatial map atau
perceptual map yang merupakan penjabaran berbagai dimensi yang berhubungan
(Simamora, 2005). Selain itu, Multidimensional Scalling merupakan teknik
eksplorasi yang digunakan untuk menggambarkan perhitungan dalam dimensi
kecil. Interpretasi dari dimensi ini akan membimbing pada pemahaman dari
26
proses perhitungan. Selanjutnya dapat digunakan dalam menginterpretasikan
pendapat seseorang ataupun grup yang berbeda-beda sehingga didapatkan suatu
solusi.
Penelitian kali ini akan membahas mengenai siapa pesaing terdekat
Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. Metode Multidimensional Scalling
(MDS) yang dilakukan adalah Multidimensional Scalling berbasis atribut. Pesaing
terdekat dalam penelitian ini dilihat berdasarkan banyaknya kemiripan pada
atribut-atribut yang diteliti pada setiap objek. Semakin banyaknya kemiripan
atribut-atribut pada setiap objeknya, maka semakin kuat pesaingan yang ada
antara objek-objek tersebut. Dengan Multidimensional Scalling berbasis atribut,
MDS mengidentifikasi objek dan atribut-atribut dalam penelitian yang akhirnya
akan dipetakan dalam peta geometri untuk mengetahui posisi dari masing-masing
objek dan atribut dalam penelitian tersebut. Dengan MDS berbasis atribut ini akan
dihasilkan titik-titik koordinat yang akan digunakan untuk menghitung jarak
Euclidean. Jarak Euclidean dapat dihitung dengan rumus :
ed =
…………………………..(5)
Di mana:
ed = jarak Euclidean
Xi = absis bimbingan belajar ke-i pada dimensi 1 (i=1,2,...,n)
Yi = ordinat bimbingan belajar ke-i pada dimensi 2 (i=1,2,...,n)
Xp = absis Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul fikri dimensi 1
Yp = ordinat Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul fikri dimensi 2
Menurut Simamora (2005) untuk mengukur seberapa baik model
Multidimensional Scalling (MDS) yang dihasilkan digunakan nilai R-square
(RSQ) dan stress. Semakin tinggi RSQ, semakin baik model MDS yang
dihasilkan. RSQ dapat diterima apabila RSQ ≥ 0,6. Sedangkan untuk nilai stress,
semakin rendah stress, maka semakin baik model MDS yang dihasilkan. Cara
menghitung stress bermacam-macam, namun yang paling banyak digunakan
adalah stress Kruskal, sebagaimana dirumuskan:
27
Stress =
…………………………………………..(6)
Di mana:
= rata-rata jarak dalam peta
= data jarak yang diberikan responden
= jarak turunan (derived distance) atau kemiripan (similarity data) yang
dihasilkan computer
Tabel 2. Standar Kruskal untuk Stress
Stress (%)
Goodness of Fit
20
Poor
10
Fair
5
Good
2.5
Excellent
0
Perpect
Sumber: Kruskal dalam Simamora (2005)
3.5.5. Analisis Biplot
Analisis Biplot merupakan analisis data statistika deskriptif ganda yang
menyajikan pengaruh objek (baris) dan peubah (kolom) dari satu matriks data
dalam bidang datar. Biplot dapat menggambarkan posisi relatif antar objek dan
peubah serta hubungan objek-objek pengamatan dengan peubah (Gabriel dalam
Apriantoro, 2006). Biplot merupakan teknik statistika deskriptif dimensi ganda
yang mendasar pada Penguraian Nilai Singular (PNS) atau Singular Value
Decomposition (SVD). Informasi yang dapat diambil dari Biplot, yaitu:
1. Korelasi (hubungan) antar peubah
2. Kemiripan relatif antar objek (kedekatan antar objek)
3. Keragaman peubah
4. Nilai peubah pada suatu objek
Adapun tahapan dalam membuat grafik Biplot adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan data
2. Penguraian nilai singular
3. Pembangkit matriks dan kolom
4. Pembuatan Biplot
28
Analisis Biplot dalam penelitian ini disajikan secara visual dalam suatu
posisi relatif atribut, produk, hubungan antara keduanya dan kemasan antara objek
pengamatan dalam suatu sumbu dua dimensi. Misalkan matriks data X berukuran
nxp yang berisi n pengamatan dan p peubah yang dikoreksi terhadap nilai rataratanya dan berpangkat r, dapat dituliskan menjadi:
X = U L A…………………………………..……………(7)
Keterangan:
· Matrkis U dan A masing-masing berukuran (nxr) dan (pxr) sehingga U’U =
A’A = Ir
· L adalah matriks diagonal berukuran (rxr) dengan unsur-unsur diagonalnya
adalah akar kuadrat dari akar ciri X’X atau XX’ sehingga:
≥
≥ ... ≥
Kolom matriks A adalah vektor ciri yang berpadanan dengan akar ciri λ dari
matriks X’X. Lajur-lajur matriks U dapat dihitung melalui:
Ui =
…………………………………...…………..(8)
Dengan λi adalah akar ciri ke-i dari matriks X’X dan
adalah lajur ke-i matriks
A. Secara matematis SVD dapat ditulis:
nXr = nUr rLr rA................................................................(9)
U=
L=
A = [a1, a2,...ar]
Analisis Biplot didasarkan pada Penguraian Nilai Singular (PNS) yang diperoleh
dari Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principles Component Analysis
(PCA).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri (BKB NF) merupakan
salah satu institusi pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Nurul
Fikri. BKB Nurul Fikri dirintis sejak tahun 1985 oleh sekumpulan mahasiswa dan
sarjana muslim Universitas Indonesia (UI) yang memiliki kepedulian tinggi
terhadap kondisi umat saat itu. Mereka kemudian saling bertukar pikiran mencari
bentuk amal nyata
yang dapat
disumbangkan. Tercetuslah ide untuk
menyelenggarakan suatu aktivitas yang sesuai dengan potensi yang mereka miliki,
yaitu membuat lembaga bimbingan belajar.
Untuk pertama kalinya Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
menyelenggarakan aktivitasnya di Jl. Kenari Jakarta Pusat. Waktu itu jumlah
siswanya hanya 35 orang, khusus bimbingan untuk menghadapi SPMB (dulu
dikenal dengan sebutan SIPENMARU (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).
Dari 35 siswa tersebut, 33 orang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
favorit, sedangkan dua orang yang lainnya masuk sekolah kedinasan.
Keberhasilan ini memicu para perintis untuk lebih serius mengelola
lembaga bimbingan belajar yang mereka dirikan. Kini, Bimbingan dan Konsultasi
Belajar Nurul Fikri sudah memiliki 50 cabang yang tersebar dari Sumatera hingga
Sulawesi, dengan jumlah siswa sekitar 20 ribu siswa dari berbagai jenjang, mulai
kelas 5 SD hingga alumni SLTA. Di Sumatera, NF berdiri tahun 2003 tepatnya di
Padang (Sumatera Barat) yang dikelola oleh tenaga-tenaga profesional di dunia
bimbingan belajar yang mayoritas adalah alumni-alumni Universitas Indonesia
(UI). Kepercayaan siswa-siswi bergabung di BKB Nurul Fikri Cabang Padang
bertambah seiring perjalanan waktu, dari tahun pertama berdirinya tahun 2003
BKB Nurul Fikri mempunyai sebanyak 350 siswa-siswi dan hingga kini mencapai
2300an. Dengan tingkat kelulusan selalu diatas 56%. Bahkan lulusan untuk
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit makin bertambah jumlahnya. Begitu pula
kepercayaan sekolah-sekolah untuk kerjasama dalam pelatihan guru setiap
mendekati pelaksanaan tambahan belajar jelang Ujian Nasional (UN). Saat ini di
30
Padang, BKB NF tersebar dalam empat lokasi, yaitu Lokasi Belakang Olo,
Ratulangi, Rohana Kudus dan Veteran dengan suasana belajar yang nyaman.
Sejak awal berdirinya, BKB Nurul Fikri telah membuktikan diri untuk
tetap komitmen mewujudkan prestasi dalam setiap jenjang pendidikan. BKB
Nurul Fikri sebagai bimbingan belajar tidak hanya memberikan pengetahuan
akademis semata, melainkan turut membimbing dan membina para siswa menjadi
generasi unggul.
Tersedianya SDM yang handal dan perangkat pendukung yang canggih
merupakan jaminan mendapatkan mutu yang berbasis pada:
• Pedagogis bukan retorika
• Informasi bukan issue
• Substansi bukan kosmetika
• Data bukan rekaan
Selain perkembangan jumlah siswa yang cukup pesat, BKB Nurul Fikri
juga telah berhasil mencatat prestasi yang menggembirakan dalam membantu
siswa-siswi menembus berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit melalui
jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) maupun non SPMB.
4.1.2. Visi dan Misi Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
a. Visi Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
“Memenuhi kebutuhan umat dalam menyongsong masa depan yang
gemilang sehingga predikat Khairu Ummah (ummat terbaik) dan Rahmatan lil
’Alamin (Rahmat bagi semesta alam) dapat diraih”.
b. Misi Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
1. Membantu para pelajar untuk memperoleh kesempatan guna melanjutkan
studi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan biaya yang relatif
terjangkau.
2. Mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan yang baik sehingga mampu
menunjang aktivitas pendidikan yang telah direncanakan dan dapat
mencetak lulusan yang berkualitas.
3. Menyediakan sarana-sarana yang menunjang untuk kesejahteraan umat pada
umumnya, terutama dari segi pendidikan.
4. Mencetak pribadi-pribadi yang memiliki pemahaman yang mendalam dan
menyeluruh terhadap ajaran Islam, wawasan berpikir yang luas, cerdas,
kreatif dan inovatif ditunjang semangat belajar yang tinggi.
31
5. Menjadi media bagi penyebarluasan idealisme Islam di kalangan masyarakat
akademisi, intelektual dan masyarakat luas.
4.1.3. Program Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
1. Program Reguler, semester 1 dan semester 2.
Program ini diperuntukan bagi siswa-siswi yang menduduki jenjang kelas:
• 5 dan 6 SD
• 1,2 dan 3 SLTP
• 1, 2 dan 3 SMA
Sasaran program ini adalah
a.
Penguasaan konsep dasar materi pelajaran di sekolah
b.
Pemantapan dan peningkatan prestasi akademik
c.
Persiapan ulangan umum semester
d.
Persiapan dini penjurusan (kelas 1 SMA)
e.
Persiapan dini UAS, UAN dan SPMB untuk kelas 3 SMA.
2. Program RONIN
Program Ronin adalah program khusus yang dikembangkan BKB Nurul
Fikri bagi alumni SLTA yang ingin meraih sukses di SPMB. Melalui program
RONIN, siswa-siswi mendapat bimbingan dan pengarahan sejak dini untuk
menguasai dan memahami konsep-konsep dasar materi SPMB. Mereka juga
dilatih secara intensif untuk menguasai soal-soal tipe SPMB sehingga kemampuan
dan daya saing yang mereka miliki semakin bertambah dan mereka memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk sukses di SPMB.
3. Program INTENSIF
Program intensif merupakan program persiapan total dalam menghadapi
SPMB. Para siswa diberikan latihan ribuan soal tipe SPMB secara intensif. Waktu
pelaksanaanya tiga hari setelah Ujian Nasional (UN) hingga tiga hari sebelum
SPMB.
4.1.4. Ciri Khas Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
A. Konsep Dasar
BKB Nurul Fikri bukan sekedar bimbingan belajar yang mengajarkan
berbagai trik mengerjakan soal dengan cepat dan mudah kepada para siswanya.
BKB Nurul Fikri berupaya memberikan pemahaman konsep dasar yang tepat dan
32
lengkap dengan mengembangkan suatu
metode praktis
yang mencoba
mentranformasikan penguasaan konsep pelajaran ke dalam perilaku siswa agar
mampu menyelesaikan soal-soal secara sistematis dengan hasil akhir:
a. Tahu dari mana harus menyelesaikan soal
b. Berinisiatif
c. Menyenangi
d. Mampu dan mengetahui kapan menggunakan rumus-rumus umum dan kapan
pula menggunakan rumus praktis
e. Melekat sehingga mendukung proses belajar pada jenjang yang lebih tinggi
Karena konsepnya adalah pembentukan perilaku, maka hasil yang optimal
ditentukan oleh faktor waktu lamanya berinteraksi. Dengan demikian semakin
dini bergabung dengan BKB Nurul Fikri diharapkan hasilnya akan semakin baik.
B. Pembinaan Kepribadian Muslim
BKB Nurul Fikri tidak puas sekedar memberikan bekal intelektual kepada
para siswanya. BKB Nurul Fikri berusaha melakukan pembinaan kepribadian
muslim yang ditekankan pada pembentukan akhlaqul karimah. Materi-materi
terkait diberikan kepada para siswa pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Topik-topik bimbingan diantaranya:
a. Mengenal Allah
b. Mengenal Rasul
c. Mengenal Islam
d. Mengenal hakekat diri
e. Mengenal hakekat kehidupan
f. Akhlak terhadap orang tua
g. Akhlak terhadap guru
h. Dinamika kelompok
i. Kreativitas
j. Gaya belajar
k. Alternatif pendidikan setelah SLTP
l. Alternatif pendidikan setelah SLTA
m. Informasi Nilai Nasional dan Matriks Bantu Pemilihan Jurusan (MBPJ)
n. Informasi jurusan-jurusan di Perguruan Tinggi
Topik-topik bimbingan tersebut disampaikan dalam kegiatan tatap muka di
kelas melalui sesi Bimbingan dan Informasi Pendidikan (BIP) yang dikelola oleh
sejumlah sarjana psikologi dan didukung oleh tenaga pengajar dari berbagai
disiplin ilmu yang lain. Selain itu, BKB Nurul Fikri juga berupaya untuk
menciptakan suasana Islami selama berlangsungnya proses belajar mengajar.
33
C. Biaya yang Terjangkau
BKB Nurul Fikri dikelola berdasarkan motivasi amal Islami, bukan bisnis
semata sehingga sama sekali tidak ada pretensi untuk memberatkan para siswa
dengan menuntut biaya yang tinggi. Biaya yang dikenakan oleh BKB Nurul Fikri
reasonable dan terjangkau oleh masyarakat dari berbagai tingkat ekonomi, karena
kami memang berharap bahwa pelayanan yang disediakan BKB Nurul Fikri dapat
dinikmati oleh kalangan seluas mungkin.
D. Pengolahan Nilai Try Out SPMB
Dalam setiap Try Out SPMB yang dilakukan di BKB Nurul Fikri, baik
pada program reguler maupun program intensif, nilai peserta akan diolah dengan
menggunakan sistem penghitungan Nilai Nasional seperti di SPMB sebenarnya.
Hasil penghitungan Nilai Nasional tersebut nantinya dapat dipergunakan siswa
untuk memilih jurusan yang sesuai dengan nilai yang mereka peroleh melalui
MBPJ (Matriks Bantu Pemilihan Jurusan) yang merupakan paduan praktis bagi
siswa untuk memilih jurusan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
E. Kemitraan yang Harmonis dengan Sekolah
Kami sadar, keberhasilan para siswa dalam menempuh UN (Ujian
Nasional), Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), Ujian Seleksi Masuk
(USM) dan lain-lain, bukanlah berkat keberadaan kami semata. Para guru di
sekolah mendidik para siswa 6 hari sepekan, setiap hari lebih dari 6 jam.
Sementara para siswa tersebut bersama BKB Nurul Fikri hanya 2 hari sepekan,
setiap harinya 3 jam. Maka hubungan yang harmonis antara BKB Nurul Fikri
dengan sekolah merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan para siswa.
4.1.5. Sistem Evaluasi dan Pelaporan Bimbingan dan Konsultasi Belajar
Nurul Fikri
1. Tes Formatif (TF) dan Tes Harian (TH)
Yaitu tes yang harus dikerjakan oleh siswa untuk mengukur daya serap
siswa terhadap materi yang telah disampaikan pada setiap pertemuan.
2. Kuis
Yaitu tes yang diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap
sejumlah pokok bahasan yang telah disampaikan.
34
3. Tes Evaluasi (TE) dan Try Out (TO)
Yaitu ramuan tes yang mengandung sejumlah pelajaran yang akan
diujikan pada tes-tes yang diselenggarakan oleh sekolah. Tes ini bertujuan untuk
mengukur kemampuan siswa sekaligus membantu siswa dalam menghadapi testes di sekolah maupun SPMB.
4. Problem Set
Yaitu kumpulan soal yang telah dibukukan yang harus dikerjakan di
rumah oleh para siswa dan dilaporkan hasilnya ke BKB Nurul Fikri. Pemberian
Prolem Set ini dimaksudkan agar siswa terbiasa belajar rutin dan ulet.
5. Rapor Standar
Selama belajar di BKB Nurul Fikri, siswa akan mendapatkan nilai dari testes yang diberikan, hasilnya lalu dirangking dengan siswa BKB Nurul Fikri
seluruh cabang atau secara nasional. Selanjutnya, agar lebih mudah melakukan
kontrol, nilai tersebut dilaporkan secara rutin dalam bentuk Rapor Standar. Rapor
ini dibuat menyerupai rapor di sekolah. Bedanya, nilai siswa tidak dibandingkan
dengan nilai rata-rata kelas melainkan dibandingkan dengan nilai standar yang
ditetapkan BKB Nurul Fikri.
6. Perangkat Koreksi
Untuk dapat menilai hasil-hasil tes yang diikuti oleh siswa, maka tes
tersebut
selanjutnya
diolah
dengan
dukungan
Mesin
OpScan,
sistem
komputerisasi dan Software pendidikan mutakhir.
4.2. Hasil Uji Awal
Sebelum peneliti melakukan penyebaran kuesioner, hal pertama yang
harus dilakukan adalah melakukan uji coba kuesioner. Uji coba kuesioner ini
antara lain uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat mewakili
objek yang diamati, sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui
konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen
tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden.
Uji coba kuesioner ini dilakukan terhadap 30 orang responden siswa-siswi
SMA di Bogor yang terbagi menjadi lima SMA dengan komposisi 8 orang
responden dari SMAN 5 Bogor, 7 orang responden dari SMAN 6 Bogor, 7 orang
35
responden dari SMAN 7 Bogor, 4 orang responden dari SMA PGRI 3 Bogor dan
4 orang responden dari SMA Plus YPHB Bogor.
Uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi antara skor
masing-masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus teknik korelasi
Product Moment Pearson yang diolah dengan software SPSS versi 16.00 for
windows. Hasil uji validitas menyatakan 14 atribut yang diuji, 13 atribut
dinyatakan valid karena 13 atribut memiliki nilai rhitung > rtabel, sedangkan ada 1
atribut yang dinyatakan tidak valid karena rhitung < rtabel sehingga 1 atribut yang
tidak valid ini dibuang. Nilai uji validitas untuk 14 atribut dapat dilihat pada Tabel
3. Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Cronbach’s Alpha. Pengolahan teknik
Cronbach’s Alpha menggunakan bantuan software SPSS versi 16.00 for windows.
Hasil uji reliabilitas ini menghasilkan nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6
yaitu 0,877 sehingga dapat disimpulkan atribut-atribut dalam penelitian ini
reliabel dan mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila
digunakan dalam pengambilan data selanjutnya.
Tabel 3. Nilai uji validitas atribut bimbingan belajar
Atribut
rhitung
rtabel
kesimpulan
Kualitas lulusan
0,406
0,361
Valid
Nama besar bimbingan belajar
0,333
0,361
Tidak valid
Fasilitas fisik
0,692
0,361
Valid
Metode pengajaran
0,366
0,361
Valid
Kedisiplinan
0,663
0,361
Valid
Lingkungan bimbingan belajar
0,832
0,361
Valid
Pelayanan
0,696
0,361
Valid
Biaya
0,569
0,361
Valid
Lokasi bimbingan belajar
0,497
0,361
Valid
Pengajar
0,450
0,361
Valid
Program yang ditawarkan
0,429
0,361
Valid
Evaluasi hasil belajar (Try Out)
0,429
0,361
Valid
Sistem perhitungan nilai Try Out
0,677
0,361
Valid
Cabang bimbingan belajar yang ada
0,563
0,361
Valid
36
4.3. Karakteristik Responden
4.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal SMA
Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di Bogor dengan
kriteria mereka pernah mengikuti bimbingan belajar. Pada penelitian ini
responden berasal dari lima SMA di Bogor yaitu SMAN 5 Bogor, SMAN 6
Bogor, SMAN 7 Bogor, SMA PGRI 3 Bogor dan SMA Plus YPHB Bogor.
Penentuan responden di tiap-tiap SMA dilakukan berdasarkan Quota Sampling.
Berdasarkan Quota Sampling tersebut tiap-tiap SMA mempunyai Sample
Fraction yang digunakan untuk menentukan banyaknya responden yang diambil
dari tiap-tiap SMA. Sample Fraction merupakan hasil bagi jumlah populasi kelas
tiga di setiap SMA dengan total jumlah siswa kelas tiga dari lima SMA tersebut.
Jumlah responden SMAN 5 Bogor sebanyak 25 orang atau 25%, jumlah
responden SMAN 6 Bogor sebanyak 24 orang atau 24%, jumlah responden
SMAN 7 Bogor sebanyak 24 orang atau 24%, jumlah responden SMA PGRI 3
Bogor sebanyak 14 orang atau 14% dan jumlah responden SMA Plus YPHB
Bogor sebanyak 13 orang atau 13%. Jumlah responden dari tiap-tiap SMA dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Persentase responden berdasarkan asal SMA
4.3.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Dari 100 orang responden yang diambil dari lima SMA yang ada di Bogor,
jumlah responden pria sebanyak 32 orang atau 32%, sedangkan jumlah responden
wanita sebanyak 68 orang atau 68% yang dapat dilihat pada Gambar 4.
37
Gambar 4. Persentase responden berdasarkan jenis kelamin
3.4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Sekolah
Jumlah responden yang berasal dari SMA negeri sebanyak 73 orang
atau 73%, sedangkan jumlah responden yang berasal dari SMA swasta sebanyak
27 orang atau 27% yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Persentase responden berdasarkan status sekolah
3.4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan Sekolah
Jumlah responden yang berasal dari jurusan IPA sebanyak 71 orang
atau 71%, sedangkan jumlah responden yang berasal dari jurusan IPS sebanyak 29
orang atau 29% yang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Persentase responden berdasarkan jurusan sekolah
4.4. Analisis Kesadaran Merek
Dalam suatu pemasaran, merek merupakan salah satu hal yang penting
dalam menentukan bagaimana suatu produk atau jasa dapat dikenal oleh
konsumen. Dalam mengenal suatu merek, konsumen akan mengalami hal yang
38
disebut kesadaran merek. Kesadaran merek merupakan bagaimana seorang
konsumen dapat mengenal atau mengingat kembali sebuah merek. Kesadaran
merek mempunyai empat tingkatan, yaitu Top of Mind (puncak pikiran), Recalled
Brand (merek yang dikenal tanpa dibantu mengingatnya), Recognized Brand
(merek yang dikenal dengan dibantu mengingatnya) dan Unaware Brand (merek
yang tidak dikenal). Top of Mind merupakan satu merek yang mempunyai posisi
tertinggi dalam suatu ingatan konsumen. Berdasarkan hasil analisis kesadaran
merek, peringkat bimbingan belajar yang paling diingat sampai dengan tidak
dikenal dapat dilihat pada Tabel 4, 5, 6 dan 7.
Dari 100 responden, 27% responden menyebutkan bimbingan belajar
Primagama sebagai bimbingan belajar yang paling diingat, 17% responden
menyebutkan bimbingan belajar Ganesha Operation sebagai bimbingan belajar
yang paling diingat, 14% responden menyebutkan bimbingan belajar Bintang
Pelajar sebagai bimbingan belajar yang paling diingat, 12% responden
menyebutkan bimbingan belajar Nurul Fikri sebagai bimbingan belajar yang
paling diingat, 3% responden menyebutkan bimbingan belajar BTA 8 sebagai
bimbingan belajar yang paling diingat dan 27% responden menyebutkan
bimbingan belajar lain selain Primagama, Ganesha Operation, Bintang Pelajar,
Nurul Fikri dan BTA 8 sebagai bimbingan belajar yang paling diingat.
Tabel 4. Bimbingan belajar yang paling diingat oleh responden
Bimbingan belajar
Frekuensi bimbingan belajar yang paling diingat
Jumlah
Persentase
Primagama
27
27%
Ganesha Operation
17
17%
Bintang Pelajar
14
14%
Nurul Fikri
12
12%
BTA 8
3
3%
Lain-lain
27
27%
Total
100
100%
39
Tabel 5. Bimbingan belajar yang dikenal oleh responden tanpa dibantu
mengingatnya.
Frekuensi bimbingan belajar yang dikenal tanpa
dibantu mengingatnya
Bimbingan belajar
Jumlah
Persentase
Bintang Pelajar
63
18%
Nurul Fikri
58
17%
Primagama
58
17%
Ganesha Operation
39
11%
BTA 8
15
4%
Lain-lain
118
33%
Total
351
100%
Brand Recall merupakan merek yang diingat oleh responden tanpa dibantu
mengingatnya dan diukur dengan responden mengisi pertanyaan “Selain
bimbingan belajar yang anda sebutkan di atas, bimbingan belajar apa lagi yang
anda ingat?”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang
ingat dengan keberadaaan bimbingan belajar Bintang Pelajar tanpa harus dibantu
mengingatnya sebesar 18%, Nurul Fikri 17%, Primagama 17%, Ganesha
Operation 11%, BTA 8 4% dan bimbingan belajar lain selain Bintang Pelajar,
Nurul Fikri, Primagama, Ganesha Operation dan BTA 8 sebesar 33%.
Tabel 6. Bimbingan belajar yang dikenal oleh responden dengan dibantu
mengingatnya.
Frekuensi bimbingan belajar yang dikenal dengan
dibantu mengingatnya
Bimbingan belajar
Jumlah
Persentase
Bintang Pelajar
99
24%
Primagama
96
23%
Nurul Fikri
93
22%
Ganesha Operation
86
20%
BTA 8
45
11%
Total
419
100%
40
Brand Recognition merupakan merek yang dikenal oleh responden dengan
dibantu mengingatnya dan diukur dengan responden memilih merek-merek yang
mereka kenal yang telah disediakan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
jumlah responden yang harus diingatkan kembali tentang keberadaan bimbingan
belajar Nurul Fikri sebesar 22%, Bintang Pelajar 24%, Primagama 23% dan BTA
8 11%. Responden paling tidak mengenal (Unware Brand) bimbingan belajar
BTA 8 sebesar 68%, Ganesha Operation 17%, Nurul Fikri 9%, Primagama 5%
dan Bintang Pelajar 1% yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bimbingan belajar yang tidak dikenal oleh responden
Bimbingan belajar
Frekuensi bimbingan belajar yang tidak dikenal
Jumlah
Persentase
BTA
55
68%
Ganesha Operation
14
17%
Nurul Fikri
7
9%
Primagama
4
5%
Bintang Pelajar
1
1%
Total
81
100%
4.5. Analisis Pesaing Nurul Fikri dalam Bimbingan Belajar
Analisis pesaing sangat penting dilakukan untuk mengetahui siapa-siapa
saja yang menjadi pesaing terdekat dari suatu usaha yang dijalankan, yang
akhirnya dapat digunakan untuk menghadapi persaingan yang ada dan bertahan
dalam industri tersebut. Analisis pesaing dalam penelitian ini menggunakan
analisis Multidimensional Scalling berbasis atribut dengan menggunakan Software
SPSS version 16.00 for windows.
Analisis Multidimensional Scalling ini, nantinya akan menghasilkan titiktitik koordinat yang akan diolah untuk menghitung jarak Euclidean yang
digunakan untuk mengetahui pesaing terdekat dari suatu usaha, yang dalam
penelitian ini, yaitu Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. Selain
menggunakan jarak Euclidean, pesaing terdekat juga dapat diketahui dari
perceptual map yang dihasilkan dari analisis Multidimensional Scalling. Untuk
mengetahui seberapa baik model Multidimensional Scalling ini, dapat diketahui
41
dengan melihat nilai stress dan nilai R-square (RSQ). Dengan prinsip semakin
rendah nilai stress, maka semakin baik model Multidimensional Scalling yang
dihasilkan dan semakin tinggi nilai RSQ, maka semakin baik model
Multidimensional Scalling yang dihasilkan.
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan pesaing terdekat dari
Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri, yaitu Bintang Pelajar, BTA 8
menjadi pesaing kedua, sedangkan Ganesha Operation dan Primagama berturutturut menjadi pesaing ketiga dan keempat dari Bimbingan dan Konsultasi Belajar
Nurul Fikri, hal ini bisa dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 7 merupakan hasil
perceptual map dari pesaing Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri.
Berdasarkan pengolahan data juga didapatkan nilai stress sebesar 0,123 atau
12,3% yang menunjukkan model ini memiliki goodness of fit yang cukup baik
(poor) dan nilai RSQ 0,986 yang lebih besar dari 0,6. Dua hal ini menunjukkan
model Multidimensional Scalling yang dihasilkan adalah baik.
Tabel 8. Perhitungan Jarak Euclidean dan Peringkat Pesaing Terdekat
Bimbel
Xa
Ya
Xb
Yb
√(xb-xa)2+(yb-ya)2
NF
-
-
-
-
-
Peringkat
BP
-0,4243 0,8234 -0,4814
0,7803
0,0715
1
PG
-0,4243 0,8234 -0,5611
-1,1567
1,9848
4
GO
-0,4243 0,8234 -0,6384
-1,0567
1,8923
3
BTA 8
-0,4243 0,8234 -2,1593
1,0442
1,7490
2
42
Derived Stimulus Configuration
Euclidean distance model
2
row 7
row 8
BTA
1
Dimension 2
row 3
BP
row 10 NF
row 11
row 13
row 12
row 14
0
row 2
row 6 row 1
GO
-1
row 4
PG
row 5
row 9
-2
-3
-2
-1
0
1
2
Dimension 1
Gambar 7. Peta Persaingan Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
Menggunakan Multidimensional Scalling
4.6. Analisis Positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri
4.6.1. Analisis Deskriptif Persepsi Responden
Analisis deskriptif mengenai persepsi responden yang dalam hal ini adalah
siswa-siswi kelas tiga SMA di Bogor yang pernah mengikuti bimbingan belajar
digunakan untuk mengetahui penilaian responden terhadap beberapa bimbingan
belajar yang ada di Bogor, seperti Nurul Fikri, Bintang Pelajar, Primagama,
Ganesha Operation dan BTA 8. Analisis deskriptif ini akan meringkas informasi
yang terkandung dalam data atribut berdasarkan pilihan responden. Penilaian
responden ini akan membandingkan satu bimbingan belajar dengan pesaingnya.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat penilaian responden terhadap
Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri dan keempat pesaingnya, yaitu
Bintang Pelajar, Primagama, Ganesha Operation dan BTA 8. Analisis ini
menggunakan nilai rata-rata yang kemudian diringkas dalam bentuk bar chart
agar lebih mudah dan menarik untuk diinterpretasikan.
43
Berdasarkan analisis deskriptif persepsi responden dapat diketahui atributatribut yang menjadi keunggulan dan kelemahan Bimbingan dan Konsultasi
Belajar Nurul Fikri maupun pesaingnya, yaitu Bintang Pelajar, Primagama,
Ganesha Operation dan BTA 8 yang dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Analisis Deskriptif Persepsi Responden
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang ada pada Gambar 8, terlihat
bahwa setiap bimbingan belajar mempunyai keunggulan dan kelemahannya
masing-masing, termasuk Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri.
Penilaian responden terhadap setiap bimbingan belajar dapat diinterpretasikan
sebagai berikut:
a. Bimbingan dan Konsultasi Belajar (BKB) Nurul Fikri
BKB Nurul Fikri dipersepsikan oleh responden sebagai bimbingan belajar
yang memiliki biaya yang terjangkau. Hal ini dapat menjadi atribut yang
diunggulkan oleh BKB Nurul Fikri. Atribut kualitas lulusan dan kedisiplinan
BKB Nurul Fikri dipersepsikan oleh responden masih lebih baik dibandingkan
pesaingnya, seperti Primagama, Ganesha Operation dan BTA 8, tetapi masih
dibawah Bintang Pelajar.
44
Pada atribut evaluasi hasil belajar (Try Out), BKB Nurul Fikri
dipersepsikan oleh responden masih lebih lebih baik dibandingkan pesaingnya,
seperti Bintang Pelajar, Primagama dan BTA 8, tetapi masih dibawah Ganesha
Operation. BKB Nurul Fikri dalam atribut sistem perhitungan nilai Try Out
dipersepsikan oleh responden sama baik, seperti Bintang Pelajar dan Primagama,
tetapi masih lebih baik dibandingkan BTA 8 dan masih dibawah Ganesha
Operation. Atribut fasilitas fisik di BKB Nurul Fikri dipersepsikan oleh responden
masih kurang baik dibandingkan pesaing-pesaingnya, hal ini yang bisa menjadi
kelemahan dari BKB Nurul Fikri sehingga perlu ditingkatkan agar dapat terus
bersaing dengan pesaing-pesaingnya.
b. Bimbingan belajar Bintang Pelajar
Bimbingan belajar Bintang Pelajar dipersepsikan oleh responden sebagai
bimbingan belajar yang unggul dalam hal kualitas lulusan, fasilitas fisik,
kedisiplinan dan lingkungan bimbingan belajar yang baik serta lokasi bimbingan
belajar yang strategis. Metode pengajaran dan pelayanan bimbingan belajar
Bintang Pelajar dipersepsikan oleh responden masih lebih baik dibandingkan
Nurul Fikri, Primagama dan BTA 8, tetapi masih dibawah Ganesha Operation.
Pada atribut sistem perhitungan nilai Try Out, bimbingan belajar Bintang Pelajar
dipersepsikan oleh responden sama baik, seperti Nurul Fikri dan Primagama,
tetapi masih lebih baik dibandingkan dengan BTA 8 dan masih di bawah Ganesha
Operation.
Atribut pengajar bimbingan belajar Bintang Pelajar dipersepsikan oleh
responden masih lebih baik dibandingkan pesaingnya, seperti Nurul Fikri dan
Primagama, tetapi masih di bawah Ganesha Operation dan BTA 8. Pada atribut
program yang ditawarkan dan cabang bimbingan belajar yang ada, bimbingan
belajar Bintang Pelajar dipersepsikan oleh responden masih lebih baik
dibandingkan pesaingnya, seperti Nurul Fikri, Ganesha Operation dan BTA 8,
tetapi masih di bawah Primagama. Bimbingan belajar Bintang Pelajar mempunyai
kelemahan diatribut biaya karena menurut persepsi responden biaya di bimbingan
belajat Bintang Pelajar kurang terjangkau dibandingkan pesaing-pesaingnya.
c. Bimbingan belajar Primagama
45
Bimbingan belajar Primagama dipersepsikan oleh responden sebagai
bimbingan belajar yang unggul dalam hal program yang ditawarkan lebih
beragam dan cabang bimbingan belajar yang banyak. Atribut fasilitas fisik di
bimbingan belajar Primagama menurut persepsi responden masih lebih baik
dibandingkan dengan pesaingnya, seperti Nurul Fikri dan Ganesha Operation,
tetapi masih di bawah Bintang Pelajar dan BTA 8. Pada atribut lokasi bimbingan
belajar, Primagama mempunyai lokasi yang cukup strategis dibandingakan
dengan pesaingnya, seperti Nurul Fikri, Ganesha Operation dan BTA 8, tetapi
lokasi bimbingan belajar Bintang Pelajar masih lebih strategis. Atribut sistem
perhitungan nilai Try Out di bimbingan belajar Primagama dipersepsikan oleh
responden sama baik dengan Nurul Fikri dan Bintang Pelajar, tetapi masih lebih
baik dibandingkan dengan BTA 8 dan masih di bawah Ganesha Operation.
Bimbingan belajar Primagama mempunyai beberapa kelemahan di atribut-atribut,
seperti kualitas lulusan, kedisiplinan, lingkungan bimbingan belajar, pelayanan
dan pengajar sehingga atribut-atribut ini perlu diperbaiki oleh bimbingan belajar
primagama agar dapat terus bersaing dengan pesaing-pesaingnya.
d. Bimbingan belajar Ganesha Operation
Bimbingan belajar Ganesha Operation dipersepsikan oleh responden
sebagai bimbingan belajar yang unggul dalam hal metode pengajaran, pelayanan,
evaluasi hasil belajar (Try Out) dan sistem perhitungan nilai Try Out. Pada atribut
pengajar, bimbingan belajar Ganesha Operation dipersepsikan oleh responden
sama baik dengan pesaingnya BTA 8, tetapi masih lebih baik dibandingkan
dengan pesaing lainnya, seperti Nurul Fikri, Bintang Pelajar dan Primagama.
Atribut kualitas lulusan bimbingan belajar Ganesha Operation cukup baik
dibandingkan dengan pesaingnya, seperti Nurul Fikri, Primagama dan BTA 8,
tetapi masih di bawah kualitas lulusan Bintang Pelajar. Bimbingan belajar
Ganesha Operation mempunyai kelemahan diatribut lokasi bimbingan belajar.
Menurut persepsi responden, lokasi bimbingan belajar Ganesha Operation masih
kurang strategis dibandingkan pesaing-pesaingnya.
e. Bimbingan belajar BTA 8
Atribut fasilitas fisik di bimbingan belajar BTA 8 dipersepsikan oleh
responden sama baik dengan pesaingnya Bintang Pelajar, tetapi masih lebih baik
46
dari pesaing-pesaing lainnya, seperti Nurul Fikri, Primagama dan Ganesha
Operation. Pada atribut pengajar, bimbingan belajar BTA 8 dipersepsikan oleh
responden sama baik dengan pesaingnya Ganesha Operation, tetapi masih lebih
baik dibandingkan dengan pesaing-pesaing lainnya, seperti Nurul Fikri, Bintang
Pelajar dan Primagama. Atribut lingkungan bimbingan belajar BTA 8
dipersepsikan oleh responden cukup baik dibandingkan pesaingnya, seperti Nurul
Fikri, Primagama dan Ganesha Operation, tetapi masih lebih baik lingkungan
bimbingan belajar Bintang Pelajar. Bimbingan belajar BTA 8 dipersepsikan oleh
responden sebagai bimbingan belajar dengan biaya yang cukup terjangkau
dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya, seperti Bintang Pelajar, Primagama
dan Ganesaha Operation, tetapi masih lebih terjangkau biaya bimbingan belajar di
Nurul Fikri. Bimbingan belajar BTA 8 mempunyai beberapa kelemahan di
atribut-atribut, seperti metode pengajaran, pelayanan, evaluasi hasil belajar (Try
Out), program yang ditawarkan dan cabang bimbingan belajar yang ada.
4.6.2. Analisis Biplot
Analisis biplot merupakan analisis data statistika deskriptif ganda yang
menyajikan pengaruh objek dan peubah dalam peta dua dimensi sehingga data
mudah dilihat dan diinterpretasikan. Analisis biplot ini meringkas informasi yang
terdapat dalam matriks rataan data atribut produk berdasarkan persepsi responden.
Matriks rataan data merupakan matriks yang berisi rataan setiap peubah pada
masing-masing objek. Biplot menggambarkan keragaman peubah, hubungan
(korelasi) antar peubah, kemiringan relatif antar objek (kedekatan antar objek) dan
nilai peubah pada suatu objek.
Objek penelitian ini adalah lima bimbingan belajar di Bogor, yaitu Nurul
Fikri, Bintang Pelajar, Primagama, Ganesha Operation dan BTA 8. Sedangkan
peubahnya adalah 13 atribut bimbingan belajar, yaitu kualitas lulusan, fasilitas
fisik, metode pengajaran, kedisiplinan, lingkungan bimbingan belajar, pelayanan,
evaluasi hasil belajar (Try Out), sistem perhitungan nilai Try Out, pengajar, biaya,
lokasi bimbingan belajar, program yang ditawarkan dan cabang bimbingan belajar
yang ada.
Matriks rataan dalam analisis biplot akan menjadi input dalam pengolahan
data dengan menggunakan program Minitab 15. Output analisis biplot ini berupa
47
nilai singular dan keragamannya, rasio skala garis pada biplot, koordinat biplot
dan peta dua dimensi biplot, yaitu sumbu x (objek) dan sumbu y (peubah).
Analisis biplot adalah upaya menggambarkan suatu ruang berdimensi
banyak menjadi gambar di ruang dua dimensi. Biplot yang mampu memberikan
informasi sebesar 70 persen dari seluruh informasi dianggap cukup. Besarnya
informasi yang terkandung dalam biplot dapat dilihat dari nilai keragamannya.
Dua nilai singular pertama pada output biplot menunjukkan keragaman yang
diterangkan oleh sumbu x (dimensi 1) dan sumbu y (dimensi 2). Besarnya
keragaman yang diterangkan oleh kedua sumbu tersebut dapat dilihat dari
persentase keragamannya.
Berdasarkan tampilan biplot Gambar 9, keragaman yang diterangkan oleh
sumbu x sebesar 72,6%, sedangkan keragaman yang diterangkan oleh sumbu y
sebesar 17,3% sehingga secara keseluruhan keragaman yang diterangkan oleh
kedua sumbu ini sebesar 89,9%. Hal ini berarti keragaman yang diterangkan oleh
kedua sumbu pembentuk biplot persepsi responden ini dianggap baik dalam
memberikan informasi yang ada.
Pada biplot Gambar 9 dapat dilihat posisi setiap bimbingan belajar yang
menempati posisinya masing-masing. Pada gambar tersebut terlihat posisi
masing-masing bimbingan belajar saling berdekatan, tetapi posisi kelima
bimbingan belajar tersebut terbagi menjadi dua kuadran, yaitu Nurul Fikri, BTA 8
dan Ganesha Operation berada di kuadran IV, sedangkan Primagama dan Bintang
Pelajar berada di kuadran I. Hal ini menunjukkan BTA 8 dan Ganesha Operation
memiliki kemiripan atau karakteristik yang hampir sama dengan Nurul Fikri.
Hubungan (korelasi) antar peubah juga didapat dalam analisis
biplot ini. Hubungan (korelasi) antar peubah dijelaskan dengan besarnya sudut
yang terbentuk dari dua buah garis atribut. Semakin lancip sudut (< 90o) yang
terbentuk dari dua buah garis atribut, maka nilai korelasinya semakin besar
(korelasi positif), sedangkan semakin tumpul sudut (> 90o) yang terbentuk dari
dua buah garis atribut, maka nilai korelasinya semakin kecil (korelasi negatif).
Dua buah garis atribut yang membentuk sudut siku-siku (90o) maka tidak ada
korelasi antara kedua atribut tersebut.
48
A13
Second Component (17.3%)
2
1
primagama
A11
A8
A12
A7
A2
0
A1
A5
A6
A9
BP
GO
BTA
A3
nurulfikri
A4
-1
A10
-2
-4
-3
-2
-1
0
First Component (72.6%)
1
2
3
Gambar 9. Biplot persepsi responden terhadap atribut bimbingan belajar
Keterangan:
A1 : Kualitas Lulusan
A8 : Sistem Perhitungan Nilai Try Out
A2 : Fasilitas Fisik
A9 : Pengajar
A3 : Metode Pengajaran
A10 : Biaya
A4 : Kedisiplinan
A11 : Lokasi Bimbingan Belajar
A5 : Lingkungan Bimbingan Belajar
A12 : Program yang Ditawarkan
A6 : Pelayanan
A13 : Cabang Bimbingan Belajar yang ada
A7 : Evaluasi Hasil Belajar (Try Out)
Pada Gambar 10 terlihat atribut kualitas lulusan (A1) berkorelasi
positif dengan atribut metode pengajaran (A3) dan atribut fasilitas fisik (A2)
berkorelasi positif dengan atribut sistem perhitungan nilai Try Out (A8). Hal ini
dapat diinterpretasikan bahwa semakin baik metode pengajaran yang diajarkan,
maka semakin baik kualitas lulusan yang dihasilkan dan semakin baik fasilitas
fisik yang dimiliki, maka semakin baik sistem perhitungan nilai Try Out yang
dihasilkan. Korelasi negatif dicirikan dengan atribut yang memiliki vektor yang
berlawanan arah, hal ini terlihat di antara atribut pelayanan (A9) dan cabang
49
bimbingan belajar yang ada (A13), pelayanan (A6) dan program yang ditawarkan
(A12).
C1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Second Component (17.3%)
2
1
0
-1
-2
-4
-3
-2
-1
0
1
First Component (72.6%)
2
3
Gambar 10. Analisis biplot untuk atribut bimbingan belajar
Keterangan:
1 : Kualitas Lulusan
8 : Sistem Perhitungan Nilai Try Out
2 : Fasilitas Fisik
9 : Pengajar
3 : Metode Pengajaran
10 : Biaya
4 : Kedisiplinan
11 : Lokasi Bimbingan Belajar
5 : Lingkungan Bimbingan Belajar
12 : Program yang Ditawarkan
6 : Pelayanan
13 : Cabang Bimbingan Belajar yang ada
7 : Evaluasi Hasil Belajar (Try Out)
Informasi lain yang didapat pada analisis biplot ini adalah keragaman
peubah (atribut) yang digambarkan dari panjang vektor masing-masing atribut.
Semakin panjang vektor suatu atribut, maka keragaman atribut tersebut semakin
tinggi, begitu juga sebaliknya. Semakin pendek vektor suatu atribut, maka
keragaman atribut tersebut semakin kecil. Pada Gambar 10 terlihat atribut biaya
(A10) dan atribut cabang bimbingan belajar yang ada (A13) memiliki vektor yang
50
lebih panjang dibandingkan vektor atribut-atribut lainnya. Hal ini berarti dua
atribut tersebut memiliki keragaman yang lebih besar dibandingkan atribut-atribut
lainnya. Nilai keragaman ini menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap
dua atribut tersebut lebih beragam dibandingkan persepsi responden terhadap
atribut-atribut yang lainnya.
Analisis biplot juga menghasilkan nilai peubah pada suatu objek. Hal ini
untuk mengetahui suatu objek memiliki keunggulan diatribut apa saja. Suatu
objek yang terletak searah atau dekat dengan arah vektor suatu atribut
menunjukkan besarnya nilai atribut untuk objek tersebut. Sebaliknya, suatu objek
yang terletak berlawanan atau jauh dengan arah vektor suatu atribut menunjukkan
rendahnya nilai atribut untuk objek tersebut. Pada Gambar 9 terlihat bimbingan
belajar Nurul Fikri posisinya berdekatan dengan atribut lingkungan bimbingan
belajar (A5), pelayanan (A6) dan pengajar (A9). Hal ini menunjukkan bimbingan
belajar Nurul Fikri mempunyai karakteristik sebagai bimbingan belajar yang
memiliki lingkungan bimbingan belajar dan pelayanan yang baik serta pengajar
yang berkualitas.
Posisi bimbingan belajar Bintang Pelajar berdekatan dengan atribut
evaluasi hasil belajar (Try Out) (A7) dan sistem perhitungan nilai Try Out (A8).
Hal ini menunjukkan bimbingan belajar Bintang Pelajar mempunyai karakteristik
sebagai bimbingan belajar yang memiliki evaluasi hasil belajar (Try Out) yang
baik dan sistem perhitungan nilai Try Out yang baik. Posisi bimbingan belajar
Primagama berdekatan atribut fasilitas fisik (A2), hal ini menunjukkan bimbingan
belajar Primagama mempunyai karakteristik sebagai bimbingan belajar yang
memiliki fasilitas fisik yang baik. Posisi bimbingan belajar Ganesha Operation
berdekatan atribut metode pengajaran (A3), hal ini menunjukkan bimbingan
belajar Ganesha Operation mempunyai karakteristik sebagai bimbingan belajar
yang memiliki metode pengajaran yang baik.
Posisi bimbingan belajar BTA 8 berdekatan atribut kualitas lulusan (A1),
hal ini menunjukkan bimbingan belajar BTA 8 mempunyai karakteristik sebagai
bimbingan belajar yang memiliki kualitas lulusan yang baik. Untuk atribut-atribut
seperti kedisiplinan (A4), biaya (A10), lokasi bimbingan belajar (A11), program
yang ditawarkan (A12) dan cabang bimbingan belajar yang ada (A13) tidak
51
dimiliki oleh kelima bimbingan belajar karena vektor kelima atribut tersebut
berlawanan dengan posisi kelima bimbingan belajar.
4.7. Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka implikasi
manajerial yang dapat direkomendasikan untuk diterapkan pada Bimbingan dan
Konsultasi Belajar Nurul Fikri adalah dari hasil penelitian mengenai posisi
Bimbingan dan Konsultasi Belajar (BKB) Nurul Fikri di benak konsumen dalam
tingkatan Top of Mind sebesar 12%, Brand Recall 17%, Brand Recognition 22%,
Unware Brand 9%. Dari hasil tersebut terlihat posisi BKB Nurul Fikri di benak
konsumen kurang baik dibandingkan pesaing-pesaingnya. Oleh karena itu, BKB
Nurul Fikri harus melakukan promosi yang besar-besaran dan mengadakan
kerjasama dengan pihak-pihak sekolah serta memperluas jaringan komunikasinya
agar siswa-siswi dapat mengenal dan mengingat keberadaan BKB Nurul Fikri dan
mau mengikuti bimbingan belajar di BKB Nurul Fikri.
Berdasarkan hasil analisis pesaing, bimbingan belajar Primagama
merupakan pesaing terdekat dari Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri.
Oleh karena itu, BKB Nurul Fikri harus mewaspadai keberadaan bimbingan
belajar Primagama dan bimbingan-bimbingan belajar lainnya. BKB Nurul Fikri
juga harus terus melakukan inovasi-inovasi dan perbaikan secara terus-menerus
agar tetap dapat bersaing dengan bimbingan belajar Primagama yang merupakan
pesaing terdekat dari BKB Nurul Fikri dan bimbingan belajar lainnya sehingga
BKB Nurul Fikri dapat menjadi bimbingan belajar yang berkualitas dan diminati
oleh konsumennya.
Berdasarkan hasil analisis positioning, Bimbingan dan Konsultasi Belajar
Nurul Fikri diposisikan sebagai bimbingan belajar yang memiliki lingkungan
bimbingan dan pelayanan yang baik serta pengajar yang berkualitas. Sedangkan
diatribut-atribut lainnya BKB Nurul Fikri masih cukup kurang kualitasnya
sehingga BKB Nurul Fikri harus terus-menerus memperbaiki atribut-atribut
tersebut, seperti atribut kualitas lulusan, fasilitas fisik, metode pengajaran,
kedisiplinan, evaluasi hasil belajar (Try Out), sistem perhitungan nilai Try Out,
biaya, lokasi bimbingan belajar, program yang ditawarkan dan cabang bimbingan
belajar yang ada sehingga BKB Nurul Fikri bisa menjadi bimbingan belajar yang
52
baik dalam semua aspek yang ada dan dapat terus berkembang menjadi
bimbingan belajar yang menghasilkan generasi bangsa yang terbaik.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat
diambil adalah
1. Berdasarkan analisis kesadaran merek bimbingan belajar yang paling diingat
(Top of Mind) oleh responden adalah Primagama (27%), sedangkan Nurul
Fikri menempati urutan keempat (12%), Ganesha Operation (17%), Bintang
Pelajar (14%) dan BTA 8 (3%). Bimbingan belajar yang dikenal oleh
responden tanpa dibantu mengingatnya (Brand Recall) Nurul Fikri menempati
urutan kedua dengan persentase 17%, Bintang Pelajar (18%), Primagama
(17%), Ganesha Operation (11%) dan BTA 8 (4%). Bimbingan belajar yang
dikenal oleh responden dengan dibantu mengingatnya (Brand Recognition),
Nurul Fikri menempati urutan ketiga dengan persentase 22%, Bintang Pelajar
(24%), Primagama (23%), Ganesha Operation (20%) dan BTA 8 (11%).
Responden paling tidak mengenal (Unware Brand) bimbingan belajar BTA 8
(68%), Ganesha Operation (17%), Nurul Fikri (9%), Primagama (5%) dan
Bintang Pelajar (1%).
2. Berdasarkan analisis Multidimensional Scalling berbasis atribut bimbingan
belajar Primagama merupakan pesaing terdekat dari bimbingan belajar Nurul
Fikri, sedangkan Bintang Pelajar, BTA 8 dan Ganesha Operation menjadi
pesaing terdekat kedua,ketiga dan keempat dari bimbingan belajar Nurul Fikri.
3. Berdasarkan analisis biplot bimbingan belajar Nurul Fikri diposisikan sebagai
bimbingan belajar yang memiliki lingkungan bimbingan belajar dan pelayanan
yang baik serta pengajar yang berkualitas. Bimbingan belajar Bintang Pelajar
diposisikan sebagai bimbingan belajar yang memiliki evaluasi hasil belajar
(Try Out) dan sistem perhitungan nilai Try Out yang baik. Bimbingan belajar
Primagama diposisikan sebagai bimbingan belajar yang memiliki fasilitas fisik
yang baik. Bimbingan belajar Ganesha Operation diposisikan sebagai
bimbingan belajar yang memiliki metode pengajaran yang baik. Bimbingan
belajar BTA 8 diposisikan sebagai bimbingan belajar yang memiliki kualitas
lulusan yang baik.
54
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa saran
yang diajukan adalah bimbingan belajar Nurul Fikri diharapkan dapat melakukan
inovasi-inovasi dan promosi yang baik serta meningkatkan kualitasnya sebagai
bimbingan belajar sehingga dapat menempatkan dirinya di benak konsumen.
Bimbingan belajar Nurul Fikri juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas
atribut-atribut yang tidak menjadi keunggulannya, seperti kualitas lulusan,
fasilitas fisik, metode pengajaran, kedisiplinan, evaluasi hasil belajar (Try Out),
sistem perhitungan nilai Try Out, biaya, lokasi bimbingan belajar, program yang
ditawarkan, cabang bimbingan belajar yang ada dan tetap mempertahankan
atribut-atribut yang menjadi keunggulannya, seperti lingkungan bimbingan
belajar, pelayanan dan pengajar sehingga bimbingan belajar Nurul Fikri dapat
menjadi bimbingan belajar yang baik dari semua aspek.
Sehubungan dengan kurang baiknya persepsi responden terhadap
bimbingan belajar Nurul Fikri baik dalam hal posisi bimbingan belajar Nurul Fikri
di benak konsumen dan posisi bimbingan belajar Nurul Fikri dibeberapa atribut
yang diteliti, maka peneliti menyarankan dilakukan penelitian dibidang lainnya
untuk mengetahui kualitas dari bimbingan belajar Nurul Fikri berdasarkan
penelitian tersebut, misalkan analisis kepuasan konsumen bimbingan belajar
Nurul Fikri dan analisis perilaku konsumen bimbingan belajar Nurul Fikri
sehingga bimbingan belajar Nurul Fikri bisa terus memperbaiki dirinya untuk
menjadi bimbingan belajar yang berkualitas dan sesuai dengan harapan
konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Apriantoro. 2006. Analisis Positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam Pasar
Restoran Fast Food di Kota Bogor. Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Basamalah, R. 2008. Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor sebagai
Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN). Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Boyd, Harper W., et al. 2000. Manajemen Pemasaran: Suatu Pendekatan Strategis
dengan Orientasi Global Jilid I. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta.
Chandra, G. 2002. Strategi dan Program Pemasaran. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Durianto, D., Sugiarto, T. Sitinjak. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui
Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Eidri, Tubagus M. 2009. Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor
Berdasarkan Persepsi Siswa-siswi SMU di Bogor. Skripsi Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kasali, R. 1998. Membidik Pasar Indonesia: Strategi Targeting Positioning. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Khotijah, S. 2004. Smart Strategy of Marketing: Persaingan Pasar global.
Alfabeta, Bandung.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran Edisi Bahasa Indonesia Jilid 1. Prenhall
Indonesia, Jakarta.
. 2004. Manajemen Pemasaran: Sudut Pandang Asia. PT. Indeks,
Jakarta.
. 2004. Marketing Insights From A to Z (Terjemahan). Erlangga, Jakarta.
. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 12 (Terjemahan, jilid I). PT. Indeks,
Jakarta.
Lovelock, C.H and Wright. 2005. Manajemen Pemasaran Jasa. PT. Indeks,
Jakarta.
Maulisa, Renta Ulisa. 2007. Analisis Positioning Telkomglobal 01017 Pada PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor.
Pradita, Anggie. 2006. Analisis Positioning XL Bebas dan Jempol Pada PT.
Excelcomindo Pratama. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rangkuti, F. 2003. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
56
Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfication: Teknik mengukur dan
Strategi Meningkatkan Keputusan Pelanggan. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Setiadi, N. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategis dan
Penetapan Penelitian Pemasaran. Kencana, Jakarta.
Simamora, B. 2005. Buku Latihan SPSS: Statistik Multivariat. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Tjiptono, Fandy. 2006. Manajemen Jasa. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Triton, P. B. 2005. SPSS 13.00 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Umar, H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
58
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS POSITIONING BIMBINGAN DAN
KONSULTASI BELAJAR NURUL FIKRI BERDASARKAN
PERSEPSI SISWA-SISWI SMA DI BOGOR
Tanggal Pengisian:
No Responden :
Assalamualaikum wr wb.
Selamat Pagi/Siang/Sore
Saya Ferry Maulana Chaniago, mahasiswa di Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Untuk keperluan penyusunan
skripsi berjudul “Analisis Positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar
Nurul Fikri Berdasarkan Persepsi Siswa-Siswi SMA di Bogor”, saya
memohon bantuan Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur. Jawaban
Saudara/i semata-mata hanya digunakan untuk keperluan penelitian dan dijamin
kerahasiaannya. Atas perhatian dan bantuan Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
Salam
Ferry Maulana Chaniago (H24062736)
Petunjuk Pengisian:
· Berilah tanda “X” pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda
· Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, tuliskan jawaban Anda pada tempat
yang telah disediakan
A. SCREENING
1. Apakah Anda pernah mengikuti bimbingan belajar?
a. Ya (terus)
b. Tidak (stop) – Terima kasih.
B. PROFIL RESPONDEN
1. Jenis Kelamin?
a. Pria
2. Status sekolah asal?
a. Negeri
3. Jurusan Sekolah?
a. IPA
b. IPS
b. Wanita
b. Swasta
c. Bahasa
d. Kejuruan
C. ANALISIS
1. Sebutkan satu saja bimbingan belajar yang paling Anda ingat?
2. Selain bimbingan belajar yang Anda sebutkan di atas, bimbingan belajar apa
lagi yang Anda ingat?
a. ……………….…………
c. ……………….…………
b. ……………….…………
d. ……………….…………
59
Lanjutan Lampiran 1.
3. Seberapa penting menurut Anda atribut ini dalam suatu bimbingan belajar?
Atribut
Tidak
Penting
1
Kurang
Penting
2
Cukup
Penting
3
Penting
4
Sangat
Penting
5
Kualitas Lulusan
Nama Besar Bimbingan
Belajar
Fasilitas Fisik
Metode Pengajaran
Kedisiplinan
Lingkungan Bimbingan
Belajar
Pelayanan
Biaya
Lokasi Bimbingan Belajar
Pengajar
Program yang Ditawarkan
Evaluasi Hasil Belajar
(Try Out)
Sistem Perhitungan Nilai
Try Out
Cabang Bimbingan Belajar
yang Ada
4. Apakah Anda mengenal bimbingan-bimbingan belajar di bawah ini ? (Beri
tanda checklist pada bimbingan belajar yang anda kenal)
( ) Nurul Fikri
( ) GO (Ganesha Operation)
( ) Bintang Pelajar
( ) BTA (Bimbingan Tes Alumni) 8
( ) Primagama
5. Berikan penilaian Anda pada atribut bimbingan-bimbingan belajar yang anda
cukup kenal di bawah ini:
(Isi pada bimbingan belajar yang anda cukup kenal saja, tidak harus di isi
pada semua bimbingan belajar)
a. Bimbingan Belajar Nurul Fikri
Atribut
Kualitas Lulusan
Nama Besar Bimbingan
Belajar
Tidak
Baik
Kurang
Baik
Cukup
Baik
Baik
Sangat
Baik
1
2
3
4
5
60
Lanjutan Lampiran 1.
Fasilitas Fisik
Metode Pengajaran
Kedisiplinan
Lingkungan Bimbingan
Belajar
Pelayanan
Evaluasi Hasil Belajar
(Try Out)
Sistem Perhitungan Nilai
Try Out
Kurang
Cukup
Berkualitas
Sangat
Tidak
Berkualitas Berkualitas Berkualitas
Berkualitas
1
2
3
4
5
Atribut
Pengajar
Kurang
Cukup
Terjangkau
Sangat
Tidak
Terjangkau
Terjangkau Terjangkau Terjangkau
1
2
3
4
5
Atribut
Biaya
Atribut
Tidak
Strategis
1
Kurang
Cukup Strategis Sangat
Strategis Strategis
Strategis
2
3
4
5
Lokasi Bimbingan
Belajar
Atribut
Tidak
Kurang
Cukup Beragam Sangat
Beragam Beragam Beragam
Beragam
1
2
3
4
5
Program yang
Ditawarkan
Atribut
Tidak
Banyak
1
Kurang
Banyak
2
Cukup
Banyak
3
Banyak
4
Sangat
Banyak
5
Cabang Bimbingan
Belajar yang Ada
b. Bimbingan Belajar Bintang Pelajar
Atribut
Kualitas Lulusan
Tidak
Baik
1
Kurang
Baik
2
Cukup
Baik
3
Baik
4
Sangat
Baik
5
61
Lanjutan Lampiran 1.
Nama Besar Bimbingan
Belajar
Fasilitas Fisik
Metode Pengajaran
Kedisiplinan
Lingkungan Bimbingan
Belajar
Pelayanan
Evaluasi Hasil Belajar
(Try Out)
Sistem Perhitungan Nilai
Try Out
Atribut
Tidak
Kurang
Cukup
Berkualitas
Sangat
Berkualitas Berkualitas Berkualitas
Berkualitas
1
2
3
4
5
Pengajar
Atribut
Kurang
Cukup
Terjangkau
Sangat
Tidak
Terjangkau
Terjangkau Terjangkau Terjangkau
1
2
3
4
5
Biaya
Atribut
Tidak
Strategis
1
Kurang
Cukup Strategis Sangat
Strategis Strategis
Strategis
2
3
4
5
Lokasi Bimbingan
Belajar
Atribut
Tidak
Kurang
Cukup Beragam Sangat
Beragam Beragam Beragam
Beragam
1
2
3
4
5
Program yang
Ditawarkan
Atribut
Cabang Bimbingan
Belajar yang Ada
Tidak
Banyak
1
Kurang
Banyak
2
Cukup
Banyak
3
Banyak
4
Sangat
Banyak
5
62
Lanjutan Lampiran 1.
c. Bimbingan Belajar Primagama
Atribut
Tidak
Baik
1
Kurang
Baik
2
Cukup
Baik
3
Baik
4
Sangat
Baik
5
Kualitas Lulusan
Nama Besar Bimbingan
Belajar
Fasilitas Fisik
Metode Pengajaran
Kedisiplinan
Lingkungan Bimbingan
Belajar
Pelayanan
Evaluasi Hasil Belajar
(Try Out)
Sistem Perhitungan Nilai
Try Out
Atribut
Tidak
Kurang
Cukup
Berkualitas
Sangat
Berkualitas Berkualitas Berkualitas
Berkualitas
1
2
3
4
5
Pengajar
Atribut
Tidak
Kurang
Cukup
Terjangkau
Sangat
Terjangkau Terjangkau Terjangkau
Terjangkau
1
2
3
4
5
Biaya
Atribut
Tidak
Strategis
1
Kurang
Cukup Strategis Sangat
Strategis Strategis
Strategis
2
3
4
5
Lokasi Bimbingan
Belajar
Atribut
Program yang
Ditawarkan
Tidak
Kurang
Cukup Beragam Sangat
Beragam Beragam Beragam
Beragam
1
2
3
4
5
63
Lanjutan Lampiran 1
Tidak
Banyak
1
Atribut
Kurang
Banyak
2
Cukup
Banyak
3
Banyak
4
Sangat
Banyak
5
Cabang Bimbingan
Belajar yang Ada
d. Bimbingan Belajar Ganesha Operation
Atribut
Tidak
Baik
1
Kurang
Baik
2
Cukup
Baik
3
Baik
4
Sangat
Baik
5
Kualitas Lulusan
Nama Besar Bimbingan
Belajar
Fasilitas Fisik
Metode Pengajaran
Kedisiplinan
Lingkungan Bimbingan
Belajar
Pelayanan
Evaluasi Hasil Belajar
(Try Out)
Sistem Perhitungan Nilai
Try Out
Atribut
Tidak
Kurang
Cukup
Berkualitas
Sangat
Berkualitas Berkualitas Berkualitas
Berkualitas
1
2
3
4
5
Pengajar
Atribut
Tidak
Kurang
Cukup
Terjangkau
Sangat
Terjangkau Terjangkau Terjangkau
Terjangkau
1
2
3
4
5
Biaya
Atribut
Lokasi Bimbingan
Belajar
Tidak
Strategis
1
Kurang
Cukup Strategis Sangat
Strategis Strategis
Strategis
2
3
4
5
64
Lanjutan Lampiran 1.
Atribut
Kurang
Cukup Beragam Sangat
Tidak
Beragam
Beragam Beragam Beragam
1
2
3
4
5
Program yang
Ditawarkan
Tidak
Banyak
1
Atribut
Kurang
Banyak
2
Cukup
Banyak
3
Banyak
4
Sangat
Banyak
5
Cabang Bimbingan
Belajar yang Ada
e. Bimbingan Belajar BTA 8
Atribut
Tidak
Baik
1
Kurang
Baik
2
Cukup
Baik
3
Baik
4
Sangat
Baik
5
Kualitas Lulusan
Nama Besar Bimbingan
Belajar
Fasilitas Fisik
Metode Pengajaran
Kedisiplinan
Lingkungan Bimbingan
Belajar
Pelayanan
Evaluasi Hasil Belajar
(Try Out)
Sistem Perhitungan Nilai
Try Out
Atribut
Tidak
Kurang
Cukup
Berkualitas
Sangat
Berkualitas Berkualitas Berkualitas
Berkualitas
1
2
3
4
5
Pengajar
Atribut
Biaya
Tidak
Kurang
Cukup
Terjangkau
Sangat
Terjangkau Terjangkau Terjangkau
Terjangkau
1
2
3
4
5
65
Lanjutan Lampiran 1.
Atribut
Tidak
Strategis
1
Cukup Strategis Sangat
Kurang
Strategis
Strategis Strategis
2
3
4
5
Lokasi Bimbingan
Belajar
Atribut
Tidak
Kurang
Cukup Beragam Sangat
Beragam Beragam Beragam
Beragam
1
2
3
4
5
Program yang
Ditawarkan
Atribut
Tidak
Banyak
1
Kurang
Banyak
2
Cukup
Banyak
3
Banyak
4
Sangat
Banyak
5
Cabang Bimbingan
Belajar yang Ada
11. Saran dan Kritik
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
== Anda telah mencapai bagian akhir kuesioner ini.
Terima kasih atas waktu dan perhatian Anda ==
66
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excludeda
Total
%
Reliability Statistics
30
100.0
Cronbach's Alpha
0
.0
.877
30
100.0
N of Items
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if
Deleted
Item Deleted
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Total Correlation
if Item Deleted
A1
49.20
68.372
.406
.875
A2
50.83
67.109
.333
.878
A3
50.27
59.306
.692
.860
A4
49.33
69.540
.366
.877
A5
49.93
59.995
.663
.862
A6
49.57
57.978
.832
.853
A7
49.30
61.666
.696
.861
A8
49.67
60.644
.569
.868
A9
49.97
63.275
.497
.871
A10
49.10
67.817
.450
.874
A11
49.57
64.530
.429
.875
A12
49.33
65.195
.429
.874
A13
49.73
61.444
.677
.862
A14
50.57
61.151
.563
.868
Scale Statistics
Mean
53.57
Variance
72.875
Std. Deviation
8.537
N of Items
14
14
67
Lampiran 3. Hasil Analisis Biplot
Principal Component Analysis: nurulfikri, BP, primagama, GO, BTA
Eigenanalysis of the Correlation Matrix
Eigenvalue 3.6277 0.8657 0.2909 0.2020 0.0137
Proportion 0.726 0.173 0.058 0.040 0.003
Cumulative 0.726 0.899 0.957 0.997 1.000
Variable
PC1
PC2
PC3
PC4
PC5
nurulfikri 0.448 -0.416 0.636 -0.113 0.458
BP
0.470 0.211 -0.347 -0.783 0.019
primagama 0.323 0.824 0.185 0.340 0.259
GO
0.517 -0.069 0.206 0.181 -0.808
BTA
0.455 -0.315 -0.632 0.475 0.263
A13
Second Component (17.3%)
2
1
primagama
A11
A8
A12
A7
A2
0
A1
A5
A6
A9
BP
GO
BTA
A3
nurulfik ri
A4
-1
A10
-2
-4
-3
-2
-1
0
First Component (72.6%)
1
2
3
68
Lanjutan Lampiran 3.
C1
A1
A 10
A 11
A 12
A 13
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
Second Component (17.3%)
2
1
0
-1
-2
-4
-3
-2
-1
0
1
First Component (72.6%)
2
3
1.00
primagama
Second Component (17.3%)
0.75
0.50
BP
0.25
0.00
GO
-0.25
BTA
nurulfik ri
-0.50
0.0
0.1
0.2
0.3
First Component (72.6%)
0.4
0.5
69
Lampiran 4. Hasil Analisis Multidimensional Scalling Berbasis Atribut
Iteration history for the 2 dimensional solution (in squared distances)
Young's S-stress formula 2 is used.
Iteration
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
S-stress
Improvement
.15741
.14812
.14008
.13304
.12675
.12106
.11590
.11121
.10693
.10301
.09943
.09612
.09304
.09018
.08751
.08499
.08261
.08034
.07817
.07608
.07406
.07209
.07017
.06829
.06644
.06463
.06288
.06124
.05968
.05818
.00929
.00804
.00704
.00629
.00569
.00516
.00469
.00428
.00392
.00359
.00331
.00307
.00286
.00268
.00252
.00238
.00227
.00217
.00209
.00202
.00197
.00192
.00188
.00185
.00181
.00175
.00164
.00156
.00151
Iterations stopped because
this is iteration 30
Stress and squared correlation (RSQ) in distances
RSQ values are the proportion of variance of the scaled data (disparities)
in the partition (row, matrix, or entire data) which
is accounted for by their corresponding distances.
Stress values are Kruskal's stress formula 2.
Matrix 1
Stimulus
RSQ
1
5
Stress
RSQ Stimulus
.013 1.000
.020 1.000
Lanjutan Lampiran 4.
2
6
(Row Stimuli Only)
Stress RSQ Stimulus
.053 .998
.016 1.000
3
7
Stress
.005 1.000
.021 1.000
RSQ Stimulus
4
8
.000 1.000
.023 1.000
Stress
70
9
13
.015 1.000
.242 .945
10
14
.360
.071
Averaged (rms) over stimuli
Stress = .123 RSQ = .986
Configuration derived in 2 dimensions
Stimulus Coordinates
Dimension
Stimulus Stimulus
Number
Name
Column
1 NF
2 BP
3 PG
4 GO
5 BTA
Row
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
-.4243 .8234
-.4814 .7803
-.5611 -1.1567
-.6384 -1.0567
-2.1593 1.0442
1.3044 -.2691
.6567 -.1093
1.3950 .8975
.8076 -1.2240
.7479 -1.6933
1.3071 -.3694
1.0519 1.7072
.9073 1.5873
.9732 -1.1034
-.8654 .3024
-1.3488 -.0494
-.6961 -.3066
-.6579 .2017
-1.3186 -.0062
.885
.996
11
.075
.995
12
.085
.993
71
Lanjutan Lampiran 4.
Derived Stimulus Configuration
Euclidean distance model
2
row 7
row 8
BTA
1
Dimension 2
row 3
BP
NF
row 10
row 11
0
row 14
row 13
row 12
row 2
row 6 row 1
GO
-1
row 4
PG
row 5
row 9
-2
-3
-2
-1
0
Dimension 1
1
2
Download