ANALISIS POSITIONING BIMBINGAN DAN KONSULTASI BELAJAR NURUL FIKRI BERDASARKAN PERSEPSI SISWA-SISWI SMA DI BOGOR Oleh FERRY MAULANA CHANIAGO H24062736 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ANALISIS POSITIONING BIMBINGAN DAN KONSULTASI BELAJAR NURUL FIKRI BERDASARKAN PERSEPSI SISWA-SISWI SMA DI BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh FERRY MAULANA CHANIAGO H24062736 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 HALAMAN PENGESAHAN Judul Skripsi : Analisis Positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri Berdasarkan Persepsi Siswa-siswi SMA di Bogor Nama : Ferry Maulana Chaniago NRP : H24062736 Menyetujui: Dosen Pembimbing, (Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS., M.Ec) NIP: 19581122 198503 1 002 Mengetahui: Ketua Departemen, (Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc) NIP: 19610123 198601 1 002 Tanggal Lulus: ABSTRAK Ferry Maulana Chaniago. H24062736. Analisis Positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri Berdasarkan Persepsi Siswa-siswi SMA di Bogor. Di bawah bimbingan Ma’mun Sarma. Pendidikan adalah salah satu pijakan penting dalam kehidupan, baik dalam lingkup kehidupan personal maupun sosial. Pendidikan yang didapat oleh anakanak tidak cukup hanya dari sekolah tempat mereka belajar saja, tetapi mereka membutuhkan tempat belajar di luar sekolah yang dapat membantu mereka apabila mereka mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran di sekolah. Salah satu tempat tersebut adalah bimbingan belajar. Tingkat persaingan yang sangat ketat mengharuskan setiap bimbingan belajar, termasuk Bimbingan dan Konsultasi Belajar (BKB) Nurul Fikri harus mengetahui positioning mereka terhadap pesaing-pesaingnya. Dengan mengetahui positioning tersebut, BKB Nurul Fikri dapat terus melakukan inovasi-inovasi dan perbaikan untuk menjadi bimbingan belajar yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi posisi bimbingan belajar yang tertanam di benak siswa-siswi SMA di Bogor, (2) menganalisis pesaing-pesaing terdekat Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri, (3) menganalisis positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri berdasarkan persepsi siswa-siswi SMA di Bogor. Penelitian ini dilakukan di lima SMA di Bogor, yaitu: SMAN 5 Bogor, SMAN 6 Bogor, SMAN 7 Bogor, SMA PGRI 3 Bogor dan SMA Plus YPHB Bogor. Informasi dan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari informasi-informasi yang bersifat umum, seperti buku, internet, laporan penelitian dan informasiinformasi dari instansi terkait. Alat analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis Multidimensional Scalling berbasis atribut dan analisis biplot. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel 2007, SPSS version 16.00 for windows dan Minitab 15. Posisi Bimbingan dan Konsultasi Belajar (BKB) Nurul Fikri di benak konsumen dalam tingkatan Top of Mind sebesar 12%, Primagama 27%, Ganesha Operation 17%, Bintang Pelajar 14% dan BTA 8 3%. Pada tingkatan Brand Recall posisi BKB Nurul Fikri sebesar 17%, Bintang Pelajar 18%, Primagama 17%, Ganesha Operation 11% dan BTA 8 4%. Pada tingkatan Brand Recognition posisi BKB Nurul Fikri sebesar 22%, Bintang Pelajar 24%, Primagama 23%, Ganesha Operation 20% dan BTA 8 11%. Pada tingkatan Unware Brand posisi BKB Nurul Fikri sebesar 9%, BTA 8 68%, Ganesha Operation 17%, Primagama 5% dan Bintang Pelajar 1%. Bimbingan belajar Primagama merupakan pesaing terdekat dari Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri diposisikan sebagai bimbingan belajar yang memiliki lingkungan bimbingan belajar dan pelayanan yang baik serta pengajar yang berkualitas. RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Oktober 1988. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dengan ayah bernama Dirman dan ibu bernama Osnanizar. Pada tahun 1993, penulis memasuki pendidikan di TK Asy-Syyah. Pada tahun 1994, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 01 pagi Kebon Baru, Jakarta Selatan. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 9 Bekasi dan pada tahun 2003, penulis memasuki pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bekasi. Tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan menjadi mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dibeberapa organisasi yang ada di IPB, antara lain: anggota pencinta alam IPB (Lawalata) pada tahun 2006, staff Departemen Budaya, Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM IPB pada tahun 2008 dan ketua Departemen Budaya, Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM IPB pada tahun 2009. Penulis juga aktif dibeberapa kepanitiaan yang ada di IPB, antara lain: anggota divisi sponsorship Espresso (Economic seminar and Enterpreneur Talkshow) BEM FEM IPB pada tahun 2007, koordinator divisi logstran 3 rd BGTC (Banking Goes To Campus) BEM FEM IPB pada tahun 2008, koordinator divisi logstran Masa Perkenalan Departemen (MPD) ORANGE FEM IPB pada tahun 2008, anggota divisi Hubungan Masyarakat MOVE (Management Event for Great and Encoragement) Center of Management (COM@) pada tahun 2008, ketua kontingen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB dalam Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) pada tahun 2009 dan koordinator divisi acara SPORTAKULER 2009 (Sport, Kreasi, Budaya Populer) BEM FEM IPB pada tahun 2009. Selain itu, penulis juga menjadi wakil tim futsal FEM IPB dalam kompetisi futsal FEUI CUP di Universitas Indonesia pada tahun 2009 dan Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2010 di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010. ii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas kelimpahan rahmat dan kasih sayang-Nya yang tercurah dan junjungan besar Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri Berdasarkan Persepsi Siswa-siswi SMA di Bogor” dengan baik sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam menyusun skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, semangat, saran dan kritik sehingga dapat menyelesaikan studi di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS., M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc dan R. Dikky Indrawan, SP, MM atas ketersediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji. 3. Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM IPB. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/i Departemen Manajemen, FEM IPB. 5. Pihak sekolah SMAN 5 Bogor, SMAN 6 Bogor, SMAN 7 Bogor, SMA PGRI 3 Bogor dan SMA Plus YPHB Bogor yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian. 6. Mama, Papa, abang Dedy dan adikku Rizky yang telah memberikan dukungan, semangat dan do’anya sehingga penulis dapat menyelesaikan program Sarjana ini. 7. Amelinda Irena yang telah menemani penulis suka dan duka dalam menyusun skripsi ini serta memberikan motivasi, semangat, dukungan, do’a dan kasih sayangnya. iii 8. Teman-teman J.Co (Emma, Wiwit, Bryan, Ikbal, Gilang dan Mojo) yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta do’anya. 9. Teman-teman kontrakan Al-Hikmah (Abdul, Ayib, Rauf, Bayu, Rony, Reza, Bryan dan Mojo) yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta do’anya. 10. Teman-teman satu bimbingan (Esa, Dewi, Exval, Habib, Gama, Erika, Feby, Dian dan Astry) yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta do’anya. 11. Teman-teman manajemen 43 yang telah memberikan kenangan indah dan kebersamaannya selama penulis kuliah. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan orang-orang yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis sadar skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amien. Bogor, Mei 2010 Penulis iv DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................... v DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix I. PENDAHULUA N ............................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 1.5. Batasan Penelitian ........................................................................... 1 3 4 5 5 II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6 2.1. Pemasaran Jasa ............................................................................... 2.2. Kesadaran Merek ............................................................................ 2.3. Positioning ...................................................................................... 2.4. Persepsi ........................................................................................... 2.5. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 6 9 12 17 18 III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 20 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual .................................................... 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 3.3. Metode pengumpulan Data ............................................................ 3.4. Metode Pengambilan Sampel ......................................................... 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 3.5.1. Uji Validitas .......................................................................... 3.5.2. Uji Reliabilitas ...................................................................... 3.5.3. Analisis Deskriftif ................................................................. 3.3.5. Multidimensional Scalling Berbasis Atribut ......................... 3.3.6. Analisis Biplot ...................................................................... 20 22 22 22 23 23 24 25 25 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 29 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ...............………………………..... 4.1.1. Sejarah Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri ....... 4.1.2. Visi dan Misi Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri ........................................................................... 4.1.3. Program Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri ..... 29 29 v 30 31 4.1.4. Ciri Khas Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri .... 4.1.5. Sistem Evaluasi dan Pelaporan Bimbingan dan Konsultasi Nurul Fikri ............................................................................ 4.2. Hasil Uji Awal ................................................................................ 4.3. Karakteristik Responden ................................................................ 4.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal SMA ............... 4.3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 4.3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Sekolah ........ 4.3.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan Sekolah ...... 4.4. Analisis Kesadaran Merek .............................................................. 4.5. Analisis Pesaing Nurul Fikri dalam Bimbingan Belajar ................. 4.6. Analisis Positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri ...................................................................................... 4.6.1. Analisis Deskriptif Persepsi Responden ............................... 4.6.2. Analisis Biplot ...................................................................... 4.7. Implikasi Manajerial ....................................................................... 42 42 46 51 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 53 1. Kesimpulan .............................................................................................. 2. Saran ........................................................................................................ 53 54 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 55 LAMPIRAN ................................................................................................. 57 vi 31 33 34 36 36 36 37 37 37 40 DAFTAR TABEL No Halaman 1 2 3 4 5 Jumlah responden dari masing-masing SMA .......................................... Standar Kruskal untuk Stress ................................................................... Nilai uji validitas atribut bimbingan belajar ............................................ Bimbingan belajar yang paling diingat oleh responden .......................... Bimbingan belajar yang dikenal oleh responden tanpa dibantu mengingatnya ........................................................................................... 6 Bimbingan belajar yang dikenal oleh responden dengan dibantu mengingatnya ........................................................................................... 7 Bimbingan belajar yang tidak dikenal oleh responden ............................ 8 Perhitungan Jarak Euclidean dan peringkat pesaing terdekat .................. vii 23 27 35 38 39 39 40 41 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1 2 3 4 5 6 7 Piramida Kesadaran Merek ......................................... .......................... Kerangka Pemikiran Konseptual ........................................................... Persentase responden berdasarkan asal SMA ........................................ Persentase responden berdasarkan jenis kelamin .................................. Persentase responden berdasarkan status sekolah ........... ...................... Persentase responden berdasarkan jurusan sekolah ........ ...................... Peta persaingan Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri menggunakan Multidimensional Scalling ....................... ...................... 8 Analisis deskriptif persepsi responden ............................ ...................... 9 Biplot persepsi responden terhadap atribut bimbingan belajar ............. 10 Analisis biplot untuk atribut bimbingan belajar .............. ...................... viii 10 21 36 37 37 37 42 43 48 49 DAFTAR LAMPIRAN No 1 2 3 4 Halaman Kuesioner penelitian ............................................................................... Hasil uji validitas dan reliabiltas ............................................................ Hasil analisis biplot ................................................................................. Hasil analisis Multidimensional Scalling ................................................ ix 58 66 67 69 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu pijakan penting dalam kehidupan, baik dalam lingkup kehidupan personal maupun sosial. Hal ini juga disadari sepenuhnya oleh para founding father negara kita. Kesadaran tersebut diwujudkan dalam pasalpasal yang ada dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD ’45), yang meneguhkan pentingnya pendidikan bagi setiap pribadi yang hidup di bumi pertiwi. Menurut Wim Tangkilisan dalam tulisannya di www.koranindonesia.com menyajikan beberapa data statistik mengenai pendidikan Indonesia. Diantaranya laporan United Nation Educational, Scientific and Cultural (UNESC) pada November 2007 menyebutkan bahwa peringkat Indonesia di bidang pendidikan turun dari peringkat 58 ke peringkat 62. Selain itu, daya saing Indonesia menurut World Economic Forum, 2007-2008, berada di level 54 dari 131 negara. Jauh di bawah peringkat daya saing sesama negara ASEAN seperti Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan Singapura pada urutan ke-7. Hal ini sebenarnya menunjukkan indikasi adanya ketertinggalan pendidikan kita dari pendidikan negara-negara lain, baik di kawasan regional maupun di kawasan global. Bahkan secara khusus Bank Dunia (World Bank) mempublikasikan laporan mengenai adanya peningkatan kuantitas pendidikan dan anak yang bersekolah di Indonesia, namun tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan yang didapat oleh anak-anak tidak cukup hanya dari sekolah tempat mereka belajar saja, tetapi mereka membutuhkan tempat belajar di luar sekolah yang dapat membantu mereka apabila mereka mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa dapat memahami dan mengerti dengan metode belajar yang diajarkan di sekolah sehingga mereka membutuhkan metode belajar lain yang dapat mereka terima dengan cepat. Metode belajar yang cepat dapat mereka terima salah satunya dengan mereka mengikuti bimbingan belajar. Banyak manfaat yang bisa diperoleh siswa dengan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Mereka akan terbantu untuk memahami pelajaran yang belum dikuasai yang diberikan oleh sekolah. 2 Seperti yang kita tahu bahwa waktu pengajaran setiap mata pelajaran dibatasi. Misalnya, mata pelajaran Matematika hanya diberikan waktu 2x45 menit dalam setiap tatap muka. Ini menjadi penyebab siswa dan guru tidak dapat berdiskusi dengan baik. Jadi dengan mengikuti bimbingan belajar siswa dapat bertanya dan berdiskusi tentang segala sesuatu yang dirasa masih membingungkannya. Di sini mereka juga akan mendapatkan jawaban-jawaban yang praktis. Praktis di sini maksudnya adalah cara sederhana yang lebih singkat untuk menjawab soal-soal tersebut. Selain itu, bimbingan belajar juga baik untuk siswa yang akan menempuh ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Di sini mereka akan diberikan materi-materi yang biasa diujikan pada ujian tersebut. Cara menjawab soal-soal pun menggunakan cara yang cepat dan sederhana. Lembaga bimbingan belajar di Bogor sudah cukup banyak sekali di antaranya Nurul Fikri, Ganesha Operation (GO), BTA 8 (Bimbingan Tes Alumni), Primagama, Bintang Pelajar, Purnawarman, PIM (Prospek Insan Mandiri), Quin, Bogor Study Gemilang (BSG) dan SSC (Sony Sugema College). Setiap bimbingan belajar mempunyai kelebihannya masing-masing yang mereka jadikan sebagai daya tarik dalam menarik siswa-siswi agar mereka mau mengikuti bimbingan belajar di tempat tersebut. Daya tarik tersebut dapat berupa harga yang terjangkau, pengajar yang berkualitas, metode yang diajarkan berkualitas, sarana yang memadai, tempat yang mudah dijangkau dan pelayanan yang baik. Apabila bimbingan belajar dapat memenuhi hal-hal tersebut, maka bimbingan belajar tersebut akan menjadi incaran siswa-siswi dalam mengikuti bimbingan belajar. Bimbingan dan Konsultasi Belajar (BKB) Nurul Fikri merupakan salah satu institusi pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Nurul Fikri. BKB Nurul Fikri dirintis sejak tahun 1985, bermula dari sekumpulan mahasiswa dan sarjana muslim Universitas Indonesia yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kondisi umat Islam saat itu, kemudian mereka saling bertukar pikiran mencari bentuk amal nyata yang dapat disumbangkan untuk membantu kemajuan pelajar muslim. BKB Nurul Fikri bukan sekedar bimbingan belajar yang mengajarkan berbagai trik mengerjakan soal dengan cepat dan mudah kepada para siswanya. BKB Nurul Fikri juga berupaya memberikan pemahaman konsep dasar yang tepat dan lengkap dengan mengembangkan suatu metode praktis yang 3 mencoba mentranformasikan penguasaan konsep pelajaran ke dalam perilaku siswa agar mampu menyelesaikan soal-soal secara sistematis. BKB Nurul Fikri tidak puas sekedar memberikan bekal intelektual kepada para siswanya, BKB Nurul Fikri berusaha melakukan pembinaan kepribadian muslim yang ditekankan pada pembentukan akhlaqul karimah. BKB Nurul Fikri dikelola berdasarkan motivasi amal Islami bukan bisnis semata sehingga sama sekali tidak ada pretensi untuk memberatkan para siswa dengan menuntut biaya yang tinggi. Dalam setiap Try Out SPMB yang dilakukan di BKB Nurul Fikri, baik pada program reguler maupun program intensif, nilai peserta akan diolah dengan menggunakan sistem penghitungan Nilai Nasional seperti SPMB sebenarnya. Menurut kotler (2007), positioning adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaaan sehingga menempati posisi yang khas dibandingkan pesaingnya di benak konsumen sasarannya. Tujuannya adalah menempatkan merek dalam pikiran konsumen untuk memaksimalkan potensi manfaat perusahaan. Positioning adalah teknik yang coba dibuat oleh pemasar untuk menciptakan gambaran, citra atau identitas dalam benak atau pikiran konsumen target terhadap produk, merek atau perusahaan. Positioning yang efektif menempatkan produk atau jasa dalam baris pertama ingatan pembeli potensial. Siswa SMA sebagai salah satu konsumen dalam suatu lembaga bimbingan belajar, ikut turut menentukan positioning suatu lembaga bimbingan belajar. Hal itu berhubungan dengan adanya Ujian Nasional (UN) dan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sehingga banyak siswa-siswi SMA yang mengikuti bimbingan belajar. Dengan semakin ketatnya persaingan antara bimbingan belajar mengharuskan setiap bimbingan belajar terus melakukan inovasi-inovasi dan perbaikan yang tepat dan sesuai agar positioning yang diharapkan dapat didapatkan sehingga banyak siswa-siswi SMA yang mengikuti bimbingan belajar di tempat mereka. 1.2. Perumusan Masalah Bimbingan belajar merupakan salah satu alternatif bagi siswa-siswi untuk mempelajari ulang materi-materi yang sudah diajarkan di sekolah dan menemukan cara-cara yang cepat dan praktis untuk mengerjakan soal-soal yang bersangkutan dengan materi-materi dari sekolah tersebut. Selain itu, bimbingan 4 belajar juga bisa membantu siswa-siswi kelas tiga dalam mempersiapkan dirinya dalam menghadapi ujian untuk memasuki perguruan tinggi. Persaingan yang semakin ketat, menuntut setiap bimbingan belajar melakukan berbagai inovasi, baik dalam segi metode pengajaran, fasilitas, pengajar dan pemasarannya. Kini, bimbingan belajar berlomba-lomba membuat program yang memanjakan siswanya. Program yang dibuat juga bermacammacam. Ada program persiapan Ujian Saringan Masuk ITB (USM ITB), Saringan Masuk Unpad (SMUP), Simak UI, Ujian Masuk Bersama (UMB) dan bimbingan intensif persiapan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Harga yang ditawarkan juga bermacam-macam dari murah sampai mahal. Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi dari suatu lembaga atau institusi (termasuk bimbingan belajar) adalah mendefinisikan kebutuhan konsumen dengan menonjolkan keistimewaan dari jasa yang ditawarkan. Tingkat persaingan yang sangat ketat mengharuskan setiap bimbingan belajar berusaha meningkatkan kualitas pengajarnya, metode pembelajarannya dan fasilitas yang dimiliki dalam meningkatkan daya tarik siswa-siswi untuk mengikuti bimbingan belajar di bimbingan belajar tersebut. Dalam rangka mengatasi persaingan tersebut, maka sebuah bimbingan belajar harus mengetahui secara pasti pendapat calon siswa terhadap bimbingan belajar yang bersangkutan. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai: 1. Bagaimana kesadaran siswa-siswi SMA di Bogor terhadap beberapa bimbingan belajar yang ada di Bogor? 2. Siapakah pesaing terdekat Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri? 3. Bagaimana positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri berdasarkan persepsi siswa-siswi SMA di Bogor? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi posisi bimbingan belajar yang tertanam di benak siswa-siswi SMA di Bogor. 2. Menganalisis pesaing-pesaing terdekat Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. 5 3. Menganalisis positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri berdasarkan persepsi siswa-siswi SMA di Bogor. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi pihak Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri, memberikan pertimbangan dan informasi bagi perusahaan dalam menciptakan positioning yang mampu terekam dalam benak pasar sasaran. 2. Bagi peneliti merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan, khususnya dalam bidang pemasaran. 3. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan dan berkepentingan sebagai literatur penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang bersangkutan. 1.5. Batasan Penelitian Penelitian ini difokuskan pada persepsi siswa-siswi kelas tiga dari lima SMA di Bogor (SMA Negeri 5 Bogor, SMA Negeri 6 Bogor, SMA Negeri 7 Bogor, SMA PGRI 3 Bogor dan SMA Plus YPHB Bogor) terhadap positioning lima bimbingan belajar di Bogor (Nurul Fikri (NF), Bimbingan Tes Alumni (BTA) 8, Ganesha Operation (GO), Bintang pelajar (BP) dan Primagama). Penelitian ini difokuskan pada persepsi siswa-siswi kelas 3 karena mereka merupakan salah satu konsumen yang cukup membutuhkan bimbingan belajar dibandingkan dengan siswa-siswi kelas satu dan kelas dua, terutama dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) dan ujian memasuki Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Pada penelitian ini ciri khas Nurul Fikri yang dalam bimbingan belajarnya bernuansa Islami tidak dimasukan ke dalam atribut penelitian karena dalam survei untuk mendapatkan atribut penelitian, responden tidak ada menyebutkan ciri khas tersebut sehingga ciri khas tersebut tidak dimasukan ke dalam atribut penelitian. Berdasarkan persepsi yang diperoleh dari siswa-siswi SMA kelas tiga terhadap positioning lima bimbingan belajar tersebut maka dapat diketahui positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri dihadapkan pada persepsi siswasiswi SMA kelas tiga di Bogor. II. TINJAUAN PUSAKA 2.1. Pemasaran Jasa Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2004). Pemasaran jasa adalah bagian dari sistem jasa secara keseluruhan dimana perusahaan tersebut memiliki semua bentuk kontak dengan pelanggannya, mulai dari pengiklanan hingga penagihan, hal itu mencakup kontak yang dilakukan pada saat penyerahan jasa (Lovelock dan Wright, 2005). Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan perusahaannya dipasar sasaran (Kotler, 2004). Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002). Jasa adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberikan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dari tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa tersebut (Lovelock dan Wright, 2005). Jasa memiliki beberapa karakteristik pokok yang membedakan dengan barang. Terdapat empat karakteristik pokok jasa (Tjiptono, 2006), yaitu: 1. Intangibility (tidak berwujud) Jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance) atau usaha. Bila barang dapat dimiliki, maka jasa memiliki intangible, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium atau didengar sebelum membeli. Para pengguna jasa akan dapat menilai kualitas jasa setelah merasakan jasa tersebut dengan memperhatikan tempat, orang, peralatan, bahan-bahan komunikasi, simbol dan harga. 2. Inseparability (tidak terpisahkan) Barang biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa dijual terlebih dahulu, diproduksi, kemudian dikonsumsi. Jasa 7 tidak dapat dipisahkan dari beberapa elemen didalamnya, seperti hubungan antara pelanggan dengan penyedia jasa yang merupakan unsur penting, fasilitas yang diberikan dan lokasi jasa. 3. Variability (bervariasi) Jasa bersifat sangat variable karena memiliki banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa itu dihasilkan. 4. Perishability (mudah lenyap) Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan yang berarti bila suatu jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja. Ada model 8P manajemen jasa terpadu, yang menyoroti delapan variabel keputusan bagi manajer perusahaan jasa (Lovelock dan Wright, 2005), yaitu: a. Produk (Product) Produk adalah semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan. b. Tempat dan Waktu (Place and Time) Tempat dan waktu merupakan keputusan manajemen mengenai kapan, dimana dan bagaimana menyampaikan jasa kepada pelanggan. c. Proses (Process) Proses adalah metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang umumnya berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan. d. Produktivitas dan Kualitas (Productivity and Quality) Produktivitas adalah seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi output yang menambah nilai bagi pelanggan. Kualitas adalah sejauh mana suatu jasa memuaskan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan mereka. e. Orang (People) Orang adalah karyawan yang terlibat dalam proses produksi. 8 f. Promosi dan Edukasi (Promotion and Education) Promosi dan edukasi merupakan semua aktivitas dan alat yang menggugah komunikasi yang dirancang untuk membangun preferensi pelanggan terhadap jasa dan penyedia jasa tertentu. g. Bukti Fisik (Phisycal Evidence) Bukti fisik adalah petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberikan bukti atas kualitas jasa. h. Harga (Price) Harga merupakan pengeluaran uang, waktu dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi jasa. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam konsep manajemen jasa pelayanan (Rangkuti, 2006), antara lain: 1. Merumuskan strategi pelayanan Strategi pelayanan dimulai dengan perumusan suatu tingkat keunggulan yang dijanjikan kepada pelanggan. Perumusan strategi pelayanan dilakukan dengan merumuskan apa bidang usaha perusahaan, siapa pelanggan perusahaan dan apa yang bernilai bagi pelanggan. 2. Mengkomunikasikan kualitas kepada pelanggan Mengkomunikasikan kualitas kepada pelanggan dan membantu pelanggan agar tidak salah menafsirkan tingkat kepentingan yang akan diperolehnya. 3. Penetapan standar kualitas Penetapan standar kualitas dengan jelas dapat membantu setiap orang mengetahui dengan jelas tingkat kualitas yang harus dicapai. 4. Menetapkan sistem pelayanan efektif Menghadapi pelanggan tidaklah cukup hanya dengan senyuman dan sikap ramah, tetapi perlu suatu sistem yang terdiri dari metode dan prosedur untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan secara tepat. 5. Karyawan berorientasi kepada kualitas pelayanan Setiap karyawan yang terlibat dalam jasa pelayanan harus mengetahui dengan jelas standar kualitas pelayanan. 9 6. Survei kepuasan dan kebutuhan pelanggan Pihak yang menentukan kualitas jasa pelayanan adalah pelanggan. Perusahaan perlu mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan dan kebutuhan pelanggan yang perlu dipenuhi oleh perusahaan. Ada sepuluh kriteria umum atau standar yang menentukan kualitas jasa (Rangkuti, 2006), yaitu: reliability (keandalan), responsiveness (ketanggapan), competence (kemampuan), acces (mudah diperoleh), courtesy (keramahan), communication (komunikasi), credibility (dapat dipercaya), security (keamanan), understanding (memahami pelanggan) dan tangibles (bukti nyata yang kasat mata). Kesepuluh dimensi tersebut dapat disederhanakan menjadi lima dimensi, yaitu: 1. Reliability (keandalan) Kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. 2. Responsiveness (ketanggapan) Kemampuan untuk membantu pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik. 3. Assurance (jaminan) Pengetahuan, kesopanan petugas dan sifatnya yang dapat dipercaya sehingga pelanggan terbebas dari resiko. 4. Emphaty (empati) Rasa peduli untuk memberikan perhatian secara individual kepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan dan mudah untuk dihubungi. 5. Tangibles (bukti langsung) Hal ini meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan dan sarana komunikasi. 2.2. Kesadaran Merek Kesadaran merek merupakan kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori dari produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum (continum ranging) dari persamaan yang tidak pasti bahwa merek 10 tertentu dikenal, menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakan satusatunya dalam kelas produk selanjutnya. Peran kesadaran merek dalam keseluruhan ekuitas merek tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Tingkatan kesadaran merek secara berurutan dapat digambarkan sebagai suatu piramida pada Gambar 1. Top of Mind Brand Recall Brand Recognition Unaware of Brand Gambar 1. Piramida kesadaran merek (Durianto dkk., 2004) a. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) Merupakan tingkatan yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. b. Brand Recognition (pengenalan merek) Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seorang pembeli memilih suatu merek saat melakukan pembelian. c. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek) Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam kelas produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut. d. Top of Mind (puncak pikiran) Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek 11 yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen. Pengenalan maupun pengingatan merek akan melibatkan upaya untuk mendapatkan identitas nama dan menghubungkan ke kategori produk. Menurut Durianto, dkk (2004), agar kesadaran merek dapat dicapai dan diperbaiki dapat ditempuh beberapa cara sebagai berikut: a. Pesan yang dilakukan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan yang lainnya serta harus ada hubungan antara merek dengan kategori produknya. b. Memakai slogan atau lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek. c. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat dihubungkan dengan mereknya. d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat pelanggan. e. Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai kategori produk, merek atau keduanya. f. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan. Peran kesadaran merek terhadap ekuitas merek dapat dipahami dengan membahas bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai. Menurut Durianto, dkk (2004), penciptaan nilai dapat dilakukan paling sedikit dengan empat cara yaitu: a. Anchor it which other association can be attached, artinya suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai. Rantai menggambarkan asosiasi merek tersebut. b. Familiary-Lingking, artinya dengan mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama produk-produk yang bersifat low involvement (kebiasaan terendah). Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan. 12 c. Substance atau commitment, kesadaran akan dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan mungkin karena program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang luas, ekstensi yang sudah lama dalam industri dan lain-lain. Jika kualitas dua merek sama, kesadaran merek akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen. d. Brand it consider. Langkah pertama proses pembelian adalah menyeleksi dari suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan nama merek yang diputuskan untuk dibeli. Merek yang memiliki Top of Mind yang tinggi akan mempunyai nilai yang tinggi juga. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang disukai atau dibenci. 2.3. Positioning Menurut Kotler (2007), positioning adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaaan sehingga menempati posisi yang khas dibandingkan pesaingnya di benak konsumen sasarannya. Tujuannya adalah menempatkan merek dalam pikiran konsumen untuk memaksimalkan potensi manfaat perusahaan. Positioning tidak boleh dilakukan secara semena-mena, produk harus didesain berdasarkan positioning yang diharapkan di dalam pikiran, positioning harus diputuskan sebelum produk tersebut didesain. Menurut Chandra (2002) penentuan posisi adalah tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan untuk mendapatkan tempat khusus dan unik dalam benak sasaran sehingga dipersepsikan lebih unggul dibandingkan para pesaing. Setiadi (2003) mendeskripsikan positioning sebagai tempat produk yang berbeda, jelas dan memiliki nilai lebih secara relatif dibandingkan produk pesaing di benak konsumen. Dapat juga dikatakan sebagai cara bagaimana konsumen mendefinisikan produk pada atribut-atribut yang penting apabila dibandingkan secara relatif dengan produk pesaing. Penentuan posisi produk adalah proses menciptakan posisi produk. 13 Menurut Kasali (1998), sebelum menentukan positioning ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Positioning adalah strategi komunikasi Komunikasi dilakukan untuk menjembatani produk, merek atau nama perusahaan dengan calon konsumen. Meski positioning bukanlah sesuatu yang dilakukan terhadap produk, komunikasi berhubungan dengan atributatribut yang secara fisik maupun non fisik melekat pada produk perusahaan. Warna, desain, tulisan yang tertera di label, kemasan dan nama merek adalah diantaranya. 2. Positioning bersifat dinamis Persepsi konsumen terhadap suatu produk, merek atau nama bersifat relatif terhadap struktur persaingan. Begitu keadaan pasar berubah, begitu sebuah pemimpin pasar jatuh atau pendatang baru berhasil menguasai tempat tertentu, maka positioning produk perusahaan pun berubah. Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa positioning adalah strategi yang harus terusmenerus dievaluasi, dikembangkan, dipelihara dan dibesarkan. 3. Positioning berhubungan dengan event marketing Positioning berhubungan dengan citra di benak konsumen sehingga pemasar harus mengembangkan strategi Marketing Public Relation (MPR) melalui event marketing yang dipilih sesuai dengan karakter produk perusahaan. 4. Positioning berhubungan dengan atribut-atribut produk Konsumen pada dasarnya tidak membeli produk, tetapi mengkombinasikan atribut. Ekonom Kelvin Lancaster dalam Kasali (1998) menyatakan bahwa suatu barang tidak dengan sendirinya memberikan utility. “Barang itu memiliki karakteristik dan karakteristikkarakteristik itulah yang membangkitkan utility”. Karakteristik itulah yang didalam positioning disebut atribut. Atribut-atribut itulah yang ditonjolkan produsen dalam positioning. 14 5. Positioning memberi arti dan arti itu harus penting bagi konsumen Pertama pemasar harus mencari tahu atribut-atribut apa yang dianggap penting oleh konsumen (sasaran pasarnya) dan atribut-atribut yang dikombinasikan itu mengandung arti. 6. Atribut-atribut yang dipilih harus unik Beberapa jenis produk yang pesaingnya sedikit, umunya konsumen tidak memiliki kesulitan untuk membedakan, tetapi untuk produk-produk lain yang pasarnya yang demikian banyak mungkin konsumen akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu, setiap produk harus mempunyai atribut yang unik untuk mencirikan produk tersebut. 7. Positioning harus diungkapkan dalam bentuk suatu pernyataan (positioning statement) Pernyataan ini selain memuat atribut-atribut yang penting bagi konsumen, harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan harus dapat dipercaya. Secara umum, semakin beralasan klaim yang diajukan, semakin objektif, maka semakin dipercaya. Khotijah (2004) mendefinisikan positioning sebagai suatu strategi untuk menguak, mempelajari, memahami, yang pada akhirnya mampu menilai kondisi emosional konsumen dengan apa yang ditawarkan oleh perusahaan. Dapat juga diartikan positioning sebagai strategi untuk mengarahkan pelanggan secara kredibel. Positioning adalah tentang bagaimana membangun rasa kepercayaan, percaya diri dan kompetensi untuk pelanggan. Jika perusahaan mampu menghadirkan kondisi tersebut, maka pelanggan akan merasakan kehadiran perusahaan dan produk yang ditawarkan. Dalam era globalisasi saat ini perusahaan harus memiliki kredibilitas dalam benak pelanggan dengan berusaha meraih kepercayaan konsumen. Tiga strategi untuk positioning: 1. Overallcost Leadership Perusahaan memiliki keunggulan dalam hal biaya sehingga harga lebih rendah dari kompetitor. Efeknya perusahaan akan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar. 15 2. Differentiation Differentiation dengan menciptakan produk line dan program pemasaran sehingga mampu menjadi pemimpin pasar. 3. Focus Perusahaan terkonsentrasi dengan melayani beberapa segmen pasar saja dan mengurangi segmen pasar luas, namun mampu menyerap laba yang lebih besar. Ries and Trout dalam Kotler (2004) berpendapat bahwa penentuan posisi dimulai dengan produk. Tetapi, positioning bukanlah apa yang dilakukan perusahaan terhadap suatu produk, melainkan apa yang perusahaan lakukan terhadap akal pikiran calon-calon pelanggannya. Jadi, perusahaan memposisikan produk itu di dalam pikiran calon pelanggan. Selain itu, produk terkenal pada umumnya memiliki suatu posisi tersendiri di benak konsumen. Merek-merek yang sudah memiliki posisinya masing-masing di benak konsumen akan sulit bagi pesaing untuk mencurinya. Pesaing hanya memiliki tiga pilihan strategi, yaitu: 1. Memperkuat posisinya sendiri saat ini di benak konsumen 2. Mencari dan merebut posisi baru yang belum ditempati kemudian menggeser (deposition) atau mengubah (reposition) posisi persaingan. 3. Strategi kelompok-eksekutif. Positioning mengharuskan perusahaan mengerjakan tiap aspek yang terwujud dari produk, harga, tempat dan promosi guna mendukung startegi positioning yang dipilih. Setelah perusahaan mengembangkan strategi positioning yang jelas, perusahaan harus mengkomunikasikan positioning itu secara efektif. Merek-merek yang tidak berada pada urutan pertama dalam pasar mereka (diukur dari besarnya perusahaan atau atribut-atribut lainnya) tidak perlu merasa cemas, yang mereka perlukan hanyalah memilih atribut lain dan menjadi nomor satu dalam atribut yang dipilih tersebut. Setiap pesaing akan menarik pelangaanpelanggan yang cocok dengan atribut-atribut utama setiap perusahaan tersebut. Ketika menyusun suatu pernyataan positioning, pemasar harus melihat dari bagaimana konsumen membedakan produk tersebut terhadap produk atau merek lain. Myers dalam Kasali (1998) membedakan struktur persaingan ke dalam tiga tingkat, yaitu: 16 1. Superioritas adalah suatu struktur persaingan yang dialami suatu merek unggul di berbagai bidang terhadap pesaingnya. Superioritas adalah keadaan yang sangat ideal, namun biasanya sulit untuk dipertahankan. 2. Diferensiasi, dimana produsen bertindak rasional, yaitu tidak ingin unggul di segala bidang, tetapi membatasi pada satu atau beberapa atribut saja yang superior terhadap pesaing-pesaingnya. 3. Product paritas, barang atau jasa sama sekali tidak dapat dibedakan secara jelas antara buatan satu produsen dengan produsen lainnya. Air minum mineral, minuman cola, kopi dan berbagai jasa (seperti perbankan) seringkali tidak mudah dibedakan satu dengan lainnya. Dalam menentukan positioning, perusahaan harus menghindari empat kesalahan utama dalam positioning, menurut Kotler dalam Kasali (1998) antara lain: 1. Positioning yang underpositioning kurang apabila (underpositioning). keunggulan Produk produknya tidak mengalami dirasakan konsumen. Produk tidak memiliki posisi yang jelas sehingga dianggap sama saja dengan kumpulan produk lainnya di pasar. Masalah konsumen tidak bisa membedakan mereka dengan merek-merek lainnya. 2. Positioning yang berlebihan (overpositioning). Ada kalanya pemasar terlalu sempit memposisikan produknya sehingga mengurangi minat konsumen yang masuk dalam segmen pasarnya. 3. Positioning yang membingungkan (confused positioning). Konsumen bisa mengalami keragu-raguan karena pemasar menekankan terlalu banyak atribut. 4. Positioning yang meragukan (doubful positioning). Positioning ini diragukan kebenarannya karena karena tidak didukung bukti yang memadai. Konsumen tidak percaya karena selain tidak didukung bukti yang kuat, mereka mungkin memiliki pengalaman tertentu terhadap merek tersebut atau marketing mix yang diterapkan tidak konsisten dengan keberadaan produk. Treacy and Wiersema dalam Kotler (2004) membedakan tiga positioning utama (yang disebut sebagai “disiplin nilai”) sebagai berikut: product leadership 17 (kepemimpinan produk), operational excellence (keunggulan operasional) dan customer intimacy (keakraban dengan pelanggan). Beberapa pelanggan paling menghargai perusahaan-perusahaan yang dapat menawarkan produk-produk yang terbaik dalam kategorinya, beberapa menghargai perusahaan karena dapat beroperasi dengan efisien dan beberapa yang lainnya lagi menghargai perusahaan karena mereka dapat memberikan respons yang terbaik atas keinginan-keinginan mereka. Sedangkan Crawford and Matthews dalam Kotler (2004) mengusulkan lima kemungkinan positioning: product (produk), price (harga), ease of access (kemudahan dalam mengakses), value-added service (jasa-jasa yang member nilai tambah) dan customer experience (pengalaman pelanggan). 2.4. Persepsi Mowen dalam Basamalah (2008) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu terekspos oleh informasi, menyediakan kapasitor prosesor yang lebih luas dan menginterpretasikan informasi tersebut. Menurut Kotler (2007) persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Konsep persepsi berhubungan erat dengan bagaimana konsumen memproses informasi. Proses berpikir melibatkan sesuatu yang disebut persepsi. Persepsi inilah yang menjadi pusat perhatian para ahli positioning. Dapat dikatakan juga bahwa persepsi mengatur indra-indra kita menafsirkan beberapa informasi dalam bentuk yang lebih berarti. Menurut Boyd, et al. (2000), persepsi adalah proses seseorang untuk memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi. Ketika konsumen mengumpulkan informasi tentang produk-produk dengan keterlibatan tinggi seperti raket tenis, mereka mengikuti serangkaian langkah atau hierarki efek. Eksposur (exposure) pada sepotong informasi, seperti iklan produk baru atau rekomendasi teman menarik perhatian (attention), kemudian ke pemahaman (comprehention) dan akhirnya retensi (retention) dalam memori. Sekali konsumen memiliki informasi yang dipersepsikan sepenuhnya, mereka menggunakannya untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dan memutuskan mana yang akan dibeli. 18 Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu itu sendiri. Persepsi dapat sangat beragam antara individu yang satu dengan yang lain dalam mengalami realitas yang sama. Persepsi seseorang dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal, meliputi pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianutnya dan ekspektasi. Sedangkan faktor eksternal, meliputi produk, sifat-sifat stimulus dan situasi lingkungan. Dalam pemasaran, persepsi itu lebih penting daripada realitas, karena persepsi yang akan mempengaruhi perilaku aktual konsumen. Persepsi memegang peranan penting dalam konsep positioning karena manusia menafsirkan suatu produk atau merek melalui persepsi yaitu hubungan asosiatif yang disimpan melalui proses sensasi (Kasali, 1998). Proses ini membantu manusia memahami dunia di sekelilingnya untuk disimpan di dalam memori. Persepsi membantu memori manusia dalam menafsirkan dunia dengan berbagai penyederhanaan melalui pengalaman-pengalaman masa lalu, rekaman yang telah dipelajari, nilai-nilai budaya dan sebagainya. 2.5. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis positioning IPB Oleh Tubagus M Eidri, yaitu Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor Berdasarkan Persepsi Siswa-siswi SMU di Bogor. Berdasarkan penelitian tersebut, IPB menempati peringkat kedua universitas yang paling diingat. Peringkat pertama ditempati Universitas Indonesia, sedangkan untuk urutan ketiga sampai kelima ditempati oleh Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada dan Institut Teknologi Surabaya. IPB mempunyai pesaing terdekat, yaitu ITB, UGM dan ITS. IPB diposisikan sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam bidang lingkungan kampus yang asri, program beasiswa, biaya kuliah yang terjangkau dan lokasi kampus yang strategis. Penelitian mengenai analisis positioning IPB juga dilakukan oleh Basamalah (2008), yaitu Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor sebagai Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT–BHMN). Berdasarkan penelitian tersebut, IPB menempati peringkat keempat universitas yang paling diingat (dengan responden mahasiswa tingkat satu di empat universitas di Indonesia) dan diposisikan sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam bidang 19 penelitian dan biaya kuliah yang terjangkau serta memiliki mahasiswa dengan tingkat loyalitasnya yang sangat loyal. Penelitian mengenai analisis positioning juga telah dilakukan oleh Renta Ulisa Maryani (2007), yaitu Analisis Positioning Telkom Global 01017 pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Berdasarkan penelitian tersebut, Telkom 01017 diposisikan sebagai layanan SLI yang mudah diakses darimana saja. Penelitian mengenai analisis positioning juga telah dilakukan oleh Apriantoro (2006), yaitu Analisis Positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam Pasar Restoran Fast Food di Kota Bogor. Berdasarkan penelitian tersebut, restoran Popeyes Chicken and Seafood memiliki pesaing utama, yaitu McDonald dan Kentucky Fried Chicken serta diposisikan oleh responden sebagai restoran yang memiliki bumbu yang khas. Penelitian mengenai analisis positioning juga dilakukan oleh Pradipta (2006) mengenai positioning XL bebas dan jempol pada PT. Excelcomindo Pratama. Penelitian tersebut menunjukan bahwa XL bebas diposisikan oleh konsumen sebagai produk dengan kualitas suara yang jernih, promosi yang menarik dan kemudahan dalam membeli serta mengisi ulang. Sedangkan XL jempol diposisikan oleh konsumen sebagai produk dengan tarif yang murah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terlihat pada beberapa tujuan penelitiannya. Pada penelitian ini membahas tentang posisi suatu usaha yang tertanam di benak konsumen, pesaing terdekat dari suatu usaha dan positioning suatu usaha, yang dalam hal ini Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Tubagus M Eidri tentang positioning IPB, tetapi terdapat perbedaan pada objek yang diteliti. Pada penelitian ini, objek yang diteliti adalah Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri yang dibandingkan dengan keempat pesaingnya, seperti Bintang Pelajar, Primagama, Ganesha Operation dan BTA 8, sedangkan objek penelitian yang diteliti oleh Tubagus M Eidri adalah Institut Pertanian Bogor yang dibandingkan dengan keempat pesaingnya, seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada dan Institut Teknologi Sepuluh November. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Dalam memahami pelajaran di sekolah siswa mungkin saja mengalami kesulitan dalam memahaminya. Hal ini dapat dikarenakan metode pembelajaran di sekolah yang cukup rumit dimengerti sehingga siswa tidak dapat mengerti sepenuhnya materi yang diberikan di sekolah. Hal ini dapat diatasi salah satunya dengan siswa tersebut mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Bimbingan belajar dapat membantu siswa dalam memahami materi-materi yang diberikan dari sekolah karena di bimbingan belajar mereka mengulang pelajaran yang diberikan di sekolah dan mempunyai waktu yang lebih panjang untuk berdiskusi apabila ada materi yang tidak dipahami. Di bimbingan belajar siswa juga menerima cara-cara cepat dan praktis dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi dari sekolah serta dapat mempersiapkan ujian dalam memasuki Perguruan Tinggi. Banyaknya siswa yang antusias mengikuti bimbingan belajar terutama bagi mereka yang ingin mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Hal ini membuat banyaknya bimbingan belajar yang berdiri dan berlomba-lomba untuk menarik siswa-siswi untuk mengikuti bimbingan belajar mereka. Ini terlihat dengan banyaknya bimbingan belajar yang berusaha menonjolkan kelebihannya kepada siswa-siswi. Persaingan yang ketat ini mengharuskan setiap bimbingan belajar harus dapat memposisikan dirinya agar dapat diingat di benak konsumen. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam menentukan positioning adalah dengan mengidentifikasikan pesaing dan memperkuat posisi di benak konsumen. Tidak ada suatu bentuk positioning yang akan bertahan selamanya. Bagi bimbingan belajar yang telah kehilangan pangsa pasar kemungkinan mereka perlu melakukan positioning ulang sejalan dengan visi dan misi bimbingan belajar tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kerangka pemikiran dapat disimpulkan seperti Gambar 2. 21 Persaingan yang ketat bagi siswa-siswi dalam memasuki Perguruan Tinggi Perlunya pendidikan di luar sekolah Persaingan antara lembaga bimbingan belajar Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri ….. Analisis Analisis Deskriptif... Multidimensional Scalling Posisi Lembaga Bimbingan Belajar Pesaing terdekat Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri ………………….. Analisis Biplot Positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri Berdasarkan Persepsi konsumen Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual 22 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini rencananya akan dilakukan di lima SMA terbaik di Bogor, yaitu: SMAN 1 Bogor, SMAN 3 Bogor, SMAN 5 Bogor, SMA Regina Pacis Bogor dan SMA Budi Mulia Bogor. Dalam pelaksanaannya penelitian ini mengalami beberapa kendala, seperti masalah perizinan dan kurangnya siswasiswi yang mengikuti bimbingan belajar Nurul Fikri di sekolah tersebut. Dengan kondisi tersebut, maka penelitian ini dilakukan di SMAN 5 Bogor, SMAN 6 Bogor, SMAN 7 Bogor, SMA PGRI 3 Bogor dan SMA Plus YPHB Bogor. Pemilihan sekolah tersebut ditentukan secara purposive sampling dengan mempertimbangkan jumlah SMA negeri dan swasta yang ada di Bogor. Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2009 - Maret 2010. 3.3. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada responden untuk mengetahui persepsi responden yang nantinya akan digunakan untuk membentuk spatial map atau perceptual map baik itu pesaing terdekat maupun positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. Data sekunder diperoleh dari data yang diperoleh dari informasi-informasi yang bersifat umum seperti buku, internet, laporan penelitian dan informasi-informasi dari instansi terkait. 3.4. Metode Pengambilan Sampel Pemilihan responden di lokasi penelitian dipilih berdasarkan quota sampling yakni merupakan salah satu jenis non probability sampling. Ukuran responden tersebut didasarkan pada pendapat Slovin: n= ...............................................................................(1) di mana: n = jumlah sampel e = Kesalahan yang ditolerir 10 % N = Jumlah populasi Berdasarkan data yang diperoleh dari SMAN 5 Bogor, SMAN 6 Bogor, SMAN 7 Bogor, SMA PGRI 3 Bogor dan SMA Plus YPHB Bogor, jumlah siswa kelas tiga 23 dari kelima SMA tersebut adalah 1378 siswa, dengan jumlah tersebut maka sampel yang diperoleh untuk dijadikan responden adalah N = 1378 = 93,23 = 100 responden 1 + 13,78 Sample Fraction diperoleh sebagai hasil pembagian dari jumlah siswa SMA kelas tiga di masing-masing SMA dengan populasi siswa SMA kelas tiga di lima SMA tersebut. Jumlah responden yang diperoleh dari masing-masing SMA merupakan hasil kali Sample Fraction dengan jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini, yaitu 100 responden. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah responden dari masing-masing SMA No SMA Jumlah Sample Jumlah Populasi Fraction Responden 1 SMAN 5 Bogor 346 0,25108853 25 2 SMAN 6 Bogor 332 0,24092888 24 3 SMAN 7 Bogor 335 0,24310595 24 4 SMA PGRI 3 Bogor 188 0,13642960 14 5 SMA Plus YPHB Bogor 177 0,12844702 13 1378 1 100 Jumlah 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dalam penelitian menggunakan Microsoft Excel 2007, Software SPSS version 16.00 for Windows dan Minitab 15. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 3.5.1. Uji Validitas Sebelum kuesioner disebar kepada responden terlebih dahulu dilakukan uji validitas terhadap kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsinya. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam kuesioner (Triton, 2005). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. 24 Rumus yang digunakan: ………………………………(2) r= Di mana: n = jumlah responden X = skor masing-masing pernyataan dari tiap responden Y = skor total semua pernyataan dari tiap responden r = koefisien korelasi Bila diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel pada tingkat signifikansi (α ) 0,05 maka pernyataan pada kuesioner mempunyai validitas konstruk atau terdapat konsistensi internal dalam pernyataan tersebut dan layak digunakan. 3.5.2. Uji Reliabilitas Setelah melakukan pengujian validitas, selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas. Menurut Triton (2005) tujuan utama uji reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Hasil uji reliabilitas mencerminkan dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur. Uji reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Rumus yang digunakan: r11 = ………………………..……...…..(3) Di mana: r11 = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan = varians total = jumlah ragam butir 25 Dengan rumus varian yang digunakan: …………………………………..……....(4) = Di mana: n = jumlah responden X = nilai skor yang dipilh (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan/pernyataan) Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel atau tidaknya suatu instrumen penelitian adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Jika r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut reliabel. Tingkat reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Crobanch diukur berdasarkan skala 0 sampai dengan 1. Ukuran kemantapan alpha dianggap reliabel jika > 0,6 (Triton, 2005). 3.5.3. Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok orang, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode ini bertujuan untuk mengambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Nazir, 2005). Analisis deskriptif dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik variabel-variabel yang berkaitan, mengestimasi berapa besar jumlah kelompok, mengetahui persepsi konsumen terhadap suatu produk tertentu, mengetahui berapa besar variabel dan mengetahui prediksi spesifik (Rangkuti, 2003). 3.5.4. Multidimensional Scalling Berbasis Atribut Multidimensional Scalling (MDS) adalah salah satu prosedur yang digunakan untuk memetakan persepsi dan preferensi para responden secara visual dalam peta geometri. Peta geometri tersebut, yang disebut spatial map atau perceptual map yang merupakan penjabaran berbagai dimensi yang berhubungan (Simamora, 2005). Selain itu, Multidimensional Scalling merupakan teknik eksplorasi yang digunakan untuk menggambarkan perhitungan dalam dimensi kecil. Interpretasi dari dimensi ini akan membimbing pada pemahaman dari 26 proses perhitungan. Selanjutnya dapat digunakan dalam menginterpretasikan pendapat seseorang ataupun grup yang berbeda-beda sehingga didapatkan suatu solusi. Penelitian kali ini akan membahas mengenai siapa pesaing terdekat Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. Metode Multidimensional Scalling (MDS) yang dilakukan adalah Multidimensional Scalling berbasis atribut. Pesaing terdekat dalam penelitian ini dilihat berdasarkan banyaknya kemiripan pada atribut-atribut yang diteliti pada setiap objek. Semakin banyaknya kemiripan atribut-atribut pada setiap objeknya, maka semakin kuat pesaingan yang ada antara objek-objek tersebut. Dengan Multidimensional Scalling berbasis atribut, MDS mengidentifikasi objek dan atribut-atribut dalam penelitian yang akhirnya akan dipetakan dalam peta geometri untuk mengetahui posisi dari masing-masing objek dan atribut dalam penelitian tersebut. Dengan MDS berbasis atribut ini akan dihasilkan titik-titik koordinat yang akan digunakan untuk menghitung jarak Euclidean. Jarak Euclidean dapat dihitung dengan rumus : ed = …………………………..(5) Di mana: ed = jarak Euclidean Xi = absis bimbingan belajar ke-i pada dimensi 1 (i=1,2,...,n) Yi = ordinat bimbingan belajar ke-i pada dimensi 2 (i=1,2,...,n) Xp = absis Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul fikri dimensi 1 Yp = ordinat Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul fikri dimensi 2 Menurut Simamora (2005) untuk mengukur seberapa baik model Multidimensional Scalling (MDS) yang dihasilkan digunakan nilai R-square (RSQ) dan stress. Semakin tinggi RSQ, semakin baik model MDS yang dihasilkan. RSQ dapat diterima apabila RSQ ≥ 0,6. Sedangkan untuk nilai stress, semakin rendah stress, maka semakin baik model MDS yang dihasilkan. Cara menghitung stress bermacam-macam, namun yang paling banyak digunakan adalah stress Kruskal, sebagaimana dirumuskan: 27 Stress = …………………………………………..(6) Di mana: = rata-rata jarak dalam peta = data jarak yang diberikan responden = jarak turunan (derived distance) atau kemiripan (similarity data) yang dihasilkan computer Tabel 2. Standar Kruskal untuk Stress Stress (%) Goodness of Fit 20 Poor 10 Fair 5 Good 2.5 Excellent 0 Perpect Sumber: Kruskal dalam Simamora (2005) 3.5.5. Analisis Biplot Analisis Biplot merupakan analisis data statistika deskriptif ganda yang menyajikan pengaruh objek (baris) dan peubah (kolom) dari satu matriks data dalam bidang datar. Biplot dapat menggambarkan posisi relatif antar objek dan peubah serta hubungan objek-objek pengamatan dengan peubah (Gabriel dalam Apriantoro, 2006). Biplot merupakan teknik statistika deskriptif dimensi ganda yang mendasar pada Penguraian Nilai Singular (PNS) atau Singular Value Decomposition (SVD). Informasi yang dapat diambil dari Biplot, yaitu: 1. Korelasi (hubungan) antar peubah 2. Kemiripan relatif antar objek (kedekatan antar objek) 3. Keragaman peubah 4. Nilai peubah pada suatu objek Adapun tahapan dalam membuat grafik Biplot adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan data 2. Penguraian nilai singular 3. Pembangkit matriks dan kolom 4. Pembuatan Biplot 28 Analisis Biplot dalam penelitian ini disajikan secara visual dalam suatu posisi relatif atribut, produk, hubungan antara keduanya dan kemasan antara objek pengamatan dalam suatu sumbu dua dimensi. Misalkan matriks data X berukuran nxp yang berisi n pengamatan dan p peubah yang dikoreksi terhadap nilai rataratanya dan berpangkat r, dapat dituliskan menjadi: X = U L A…………………………………..……………(7) Keterangan: · Matrkis U dan A masing-masing berukuran (nxr) dan (pxr) sehingga U’U = A’A = Ir · L adalah matriks diagonal berukuran (rxr) dengan unsur-unsur diagonalnya adalah akar kuadrat dari akar ciri X’X atau XX’ sehingga: ≥ ≥ ... ≥ Kolom matriks A adalah vektor ciri yang berpadanan dengan akar ciri λ dari matriks X’X. Lajur-lajur matriks U dapat dihitung melalui: Ui = …………………………………...…………..(8) Dengan λi adalah akar ciri ke-i dari matriks X’X dan adalah lajur ke-i matriks A. Secara matematis SVD dapat ditulis: nXr = nUr rLr rA................................................................(9) U= L= A = [a1, a2,...ar] Analisis Biplot didasarkan pada Penguraian Nilai Singular (PNS) yang diperoleh dari Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principles Component Analysis (PCA). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri (BKB NF) merupakan salah satu institusi pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Nurul Fikri. BKB Nurul Fikri dirintis sejak tahun 1985 oleh sekumpulan mahasiswa dan sarjana muslim Universitas Indonesia (UI) yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kondisi umat saat itu. Mereka kemudian saling bertukar pikiran mencari bentuk amal nyata yang dapat disumbangkan. Tercetuslah ide untuk menyelenggarakan suatu aktivitas yang sesuai dengan potensi yang mereka miliki, yaitu membuat lembaga bimbingan belajar. Untuk pertama kalinya Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri menyelenggarakan aktivitasnya di Jl. Kenari Jakarta Pusat. Waktu itu jumlah siswanya hanya 35 orang, khusus bimbingan untuk menghadapi SPMB (dulu dikenal dengan sebutan SIPENMARU (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Dari 35 siswa tersebut, 33 orang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit, sedangkan dua orang yang lainnya masuk sekolah kedinasan. Keberhasilan ini memicu para perintis untuk lebih serius mengelola lembaga bimbingan belajar yang mereka dirikan. Kini, Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri sudah memiliki 50 cabang yang tersebar dari Sumatera hingga Sulawesi, dengan jumlah siswa sekitar 20 ribu siswa dari berbagai jenjang, mulai kelas 5 SD hingga alumni SLTA. Di Sumatera, NF berdiri tahun 2003 tepatnya di Padang (Sumatera Barat) yang dikelola oleh tenaga-tenaga profesional di dunia bimbingan belajar yang mayoritas adalah alumni-alumni Universitas Indonesia (UI). Kepercayaan siswa-siswi bergabung di BKB Nurul Fikri Cabang Padang bertambah seiring perjalanan waktu, dari tahun pertama berdirinya tahun 2003 BKB Nurul Fikri mempunyai sebanyak 350 siswa-siswi dan hingga kini mencapai 2300an. Dengan tingkat kelulusan selalu diatas 56%. Bahkan lulusan untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit makin bertambah jumlahnya. Begitu pula kepercayaan sekolah-sekolah untuk kerjasama dalam pelatihan guru setiap mendekati pelaksanaan tambahan belajar jelang Ujian Nasional (UN). Saat ini di 30 Padang, BKB NF tersebar dalam empat lokasi, yaitu Lokasi Belakang Olo, Ratulangi, Rohana Kudus dan Veteran dengan suasana belajar yang nyaman. Sejak awal berdirinya, BKB Nurul Fikri telah membuktikan diri untuk tetap komitmen mewujudkan prestasi dalam setiap jenjang pendidikan. BKB Nurul Fikri sebagai bimbingan belajar tidak hanya memberikan pengetahuan akademis semata, melainkan turut membimbing dan membina para siswa menjadi generasi unggul. Tersedianya SDM yang handal dan perangkat pendukung yang canggih merupakan jaminan mendapatkan mutu yang berbasis pada: • Pedagogis bukan retorika • Informasi bukan issue • Substansi bukan kosmetika • Data bukan rekaan Selain perkembangan jumlah siswa yang cukup pesat, BKB Nurul Fikri juga telah berhasil mencatat prestasi yang menggembirakan dalam membantu siswa-siswi menembus berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) maupun non SPMB. 4.1.2. Visi dan Misi Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri a. Visi Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri “Memenuhi kebutuhan umat dalam menyongsong masa depan yang gemilang sehingga predikat Khairu Ummah (ummat terbaik) dan Rahmatan lil ’Alamin (Rahmat bagi semesta alam) dapat diraih”. b. Misi Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri 1. Membantu para pelajar untuk memperoleh kesempatan guna melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan biaya yang relatif terjangkau. 2. Mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan yang baik sehingga mampu menunjang aktivitas pendidikan yang telah direncanakan dan dapat mencetak lulusan yang berkualitas. 3. Menyediakan sarana-sarana yang menunjang untuk kesejahteraan umat pada umumnya, terutama dari segi pendidikan. 4. Mencetak pribadi-pribadi yang memiliki pemahaman yang mendalam dan menyeluruh terhadap ajaran Islam, wawasan berpikir yang luas, cerdas, kreatif dan inovatif ditunjang semangat belajar yang tinggi. 31 5. Menjadi media bagi penyebarluasan idealisme Islam di kalangan masyarakat akademisi, intelektual dan masyarakat luas. 4.1.3. Program Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri 1. Program Reguler, semester 1 dan semester 2. Program ini diperuntukan bagi siswa-siswi yang menduduki jenjang kelas: • 5 dan 6 SD • 1,2 dan 3 SLTP • 1, 2 dan 3 SMA Sasaran program ini adalah a. Penguasaan konsep dasar materi pelajaran di sekolah b. Pemantapan dan peningkatan prestasi akademik c. Persiapan ulangan umum semester d. Persiapan dini penjurusan (kelas 1 SMA) e. Persiapan dini UAS, UAN dan SPMB untuk kelas 3 SMA. 2. Program RONIN Program Ronin adalah program khusus yang dikembangkan BKB Nurul Fikri bagi alumni SLTA yang ingin meraih sukses di SPMB. Melalui program RONIN, siswa-siswi mendapat bimbingan dan pengarahan sejak dini untuk menguasai dan memahami konsep-konsep dasar materi SPMB. Mereka juga dilatih secara intensif untuk menguasai soal-soal tipe SPMB sehingga kemampuan dan daya saing yang mereka miliki semakin bertambah dan mereka memiliki kesempatan yang lebih besar untuk sukses di SPMB. 3. Program INTENSIF Program intensif merupakan program persiapan total dalam menghadapi SPMB. Para siswa diberikan latihan ribuan soal tipe SPMB secara intensif. Waktu pelaksanaanya tiga hari setelah Ujian Nasional (UN) hingga tiga hari sebelum SPMB. 4.1.4. Ciri Khas Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri A. Konsep Dasar BKB Nurul Fikri bukan sekedar bimbingan belajar yang mengajarkan berbagai trik mengerjakan soal dengan cepat dan mudah kepada para siswanya. BKB Nurul Fikri berupaya memberikan pemahaman konsep dasar yang tepat dan 32 lengkap dengan mengembangkan suatu metode praktis yang mencoba mentranformasikan penguasaan konsep pelajaran ke dalam perilaku siswa agar mampu menyelesaikan soal-soal secara sistematis dengan hasil akhir: a. Tahu dari mana harus menyelesaikan soal b. Berinisiatif c. Menyenangi d. Mampu dan mengetahui kapan menggunakan rumus-rumus umum dan kapan pula menggunakan rumus praktis e. Melekat sehingga mendukung proses belajar pada jenjang yang lebih tinggi Karena konsepnya adalah pembentukan perilaku, maka hasil yang optimal ditentukan oleh faktor waktu lamanya berinteraksi. Dengan demikian semakin dini bergabung dengan BKB Nurul Fikri diharapkan hasilnya akan semakin baik. B. Pembinaan Kepribadian Muslim BKB Nurul Fikri tidak puas sekedar memberikan bekal intelektual kepada para siswanya. BKB Nurul Fikri berusaha melakukan pembinaan kepribadian muslim yang ditekankan pada pembentukan akhlaqul karimah. Materi-materi terkait diberikan kepada para siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Topik-topik bimbingan diantaranya: a. Mengenal Allah b. Mengenal Rasul c. Mengenal Islam d. Mengenal hakekat diri e. Mengenal hakekat kehidupan f. Akhlak terhadap orang tua g. Akhlak terhadap guru h. Dinamika kelompok i. Kreativitas j. Gaya belajar k. Alternatif pendidikan setelah SLTP l. Alternatif pendidikan setelah SLTA m. Informasi Nilai Nasional dan Matriks Bantu Pemilihan Jurusan (MBPJ) n. Informasi jurusan-jurusan di Perguruan Tinggi Topik-topik bimbingan tersebut disampaikan dalam kegiatan tatap muka di kelas melalui sesi Bimbingan dan Informasi Pendidikan (BIP) yang dikelola oleh sejumlah sarjana psikologi dan didukung oleh tenaga pengajar dari berbagai disiplin ilmu yang lain. Selain itu, BKB Nurul Fikri juga berupaya untuk menciptakan suasana Islami selama berlangsungnya proses belajar mengajar. 33 C. Biaya yang Terjangkau BKB Nurul Fikri dikelola berdasarkan motivasi amal Islami, bukan bisnis semata sehingga sama sekali tidak ada pretensi untuk memberatkan para siswa dengan menuntut biaya yang tinggi. Biaya yang dikenakan oleh BKB Nurul Fikri reasonable dan terjangkau oleh masyarakat dari berbagai tingkat ekonomi, karena kami memang berharap bahwa pelayanan yang disediakan BKB Nurul Fikri dapat dinikmati oleh kalangan seluas mungkin. D. Pengolahan Nilai Try Out SPMB Dalam setiap Try Out SPMB yang dilakukan di BKB Nurul Fikri, baik pada program reguler maupun program intensif, nilai peserta akan diolah dengan menggunakan sistem penghitungan Nilai Nasional seperti di SPMB sebenarnya. Hasil penghitungan Nilai Nasional tersebut nantinya dapat dipergunakan siswa untuk memilih jurusan yang sesuai dengan nilai yang mereka peroleh melalui MBPJ (Matriks Bantu Pemilihan Jurusan) yang merupakan paduan praktis bagi siswa untuk memilih jurusan yang sesuai dengan kemampuan mereka. E. Kemitraan yang Harmonis dengan Sekolah Kami sadar, keberhasilan para siswa dalam menempuh UN (Ujian Nasional), Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), Ujian Seleksi Masuk (USM) dan lain-lain, bukanlah berkat keberadaan kami semata. Para guru di sekolah mendidik para siswa 6 hari sepekan, setiap hari lebih dari 6 jam. Sementara para siswa tersebut bersama BKB Nurul Fikri hanya 2 hari sepekan, setiap harinya 3 jam. Maka hubungan yang harmonis antara BKB Nurul Fikri dengan sekolah merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan para siswa. 4.1.5. Sistem Evaluasi dan Pelaporan Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri 1. Tes Formatif (TF) dan Tes Harian (TH) Yaitu tes yang harus dikerjakan oleh siswa untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi yang telah disampaikan pada setiap pertemuan. 2. Kuis Yaitu tes yang diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap sejumlah pokok bahasan yang telah disampaikan. 34 3. Tes Evaluasi (TE) dan Try Out (TO) Yaitu ramuan tes yang mengandung sejumlah pelajaran yang akan diujikan pada tes-tes yang diselenggarakan oleh sekolah. Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa sekaligus membantu siswa dalam menghadapi testes di sekolah maupun SPMB. 4. Problem Set Yaitu kumpulan soal yang telah dibukukan yang harus dikerjakan di rumah oleh para siswa dan dilaporkan hasilnya ke BKB Nurul Fikri. Pemberian Prolem Set ini dimaksudkan agar siswa terbiasa belajar rutin dan ulet. 5. Rapor Standar Selama belajar di BKB Nurul Fikri, siswa akan mendapatkan nilai dari testes yang diberikan, hasilnya lalu dirangking dengan siswa BKB Nurul Fikri seluruh cabang atau secara nasional. Selanjutnya, agar lebih mudah melakukan kontrol, nilai tersebut dilaporkan secara rutin dalam bentuk Rapor Standar. Rapor ini dibuat menyerupai rapor di sekolah. Bedanya, nilai siswa tidak dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas melainkan dibandingkan dengan nilai standar yang ditetapkan BKB Nurul Fikri. 6. Perangkat Koreksi Untuk dapat menilai hasil-hasil tes yang diikuti oleh siswa, maka tes tersebut selanjutnya diolah dengan dukungan Mesin OpScan, sistem komputerisasi dan Software pendidikan mutakhir. 4.2. Hasil Uji Awal Sebelum peneliti melakukan penyebaran kuesioner, hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan uji coba kuesioner. Uji coba kuesioner ini antara lain uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat mewakili objek yang diamati, sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Uji coba kuesioner ini dilakukan terhadap 30 orang responden siswa-siswi SMA di Bogor yang terbagi menjadi lima SMA dengan komposisi 8 orang responden dari SMAN 5 Bogor, 7 orang responden dari SMAN 6 Bogor, 7 orang 35 responden dari SMAN 7 Bogor, 4 orang responden dari SMA PGRI 3 Bogor dan 4 orang responden dari SMA Plus YPHB Bogor. Uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi antara skor masing-masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus teknik korelasi Product Moment Pearson yang diolah dengan software SPSS versi 16.00 for windows. Hasil uji validitas menyatakan 14 atribut yang diuji, 13 atribut dinyatakan valid karena 13 atribut memiliki nilai rhitung > rtabel, sedangkan ada 1 atribut yang dinyatakan tidak valid karena rhitung < rtabel sehingga 1 atribut yang tidak valid ini dibuang. Nilai uji validitas untuk 14 atribut dapat dilihat pada Tabel 3. Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Cronbach’s Alpha. Pengolahan teknik Cronbach’s Alpha menggunakan bantuan software SPSS versi 16.00 for windows. Hasil uji reliabilitas ini menghasilkan nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6 yaitu 0,877 sehingga dapat disimpulkan atribut-atribut dalam penelitian ini reliabel dan mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila digunakan dalam pengambilan data selanjutnya. Tabel 3. Nilai uji validitas atribut bimbingan belajar Atribut rhitung rtabel kesimpulan Kualitas lulusan 0,406 0,361 Valid Nama besar bimbingan belajar 0,333 0,361 Tidak valid Fasilitas fisik 0,692 0,361 Valid Metode pengajaran 0,366 0,361 Valid Kedisiplinan 0,663 0,361 Valid Lingkungan bimbingan belajar 0,832 0,361 Valid Pelayanan 0,696 0,361 Valid Biaya 0,569 0,361 Valid Lokasi bimbingan belajar 0,497 0,361 Valid Pengajar 0,450 0,361 Valid Program yang ditawarkan 0,429 0,361 Valid Evaluasi hasil belajar (Try Out) 0,429 0,361 Valid Sistem perhitungan nilai Try Out 0,677 0,361 Valid Cabang bimbingan belajar yang ada 0,563 0,361 Valid 36 4.3. Karakteristik Responden 4.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal SMA Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di Bogor dengan kriteria mereka pernah mengikuti bimbingan belajar. Pada penelitian ini responden berasal dari lima SMA di Bogor yaitu SMAN 5 Bogor, SMAN 6 Bogor, SMAN 7 Bogor, SMA PGRI 3 Bogor dan SMA Plus YPHB Bogor. Penentuan responden di tiap-tiap SMA dilakukan berdasarkan Quota Sampling. Berdasarkan Quota Sampling tersebut tiap-tiap SMA mempunyai Sample Fraction yang digunakan untuk menentukan banyaknya responden yang diambil dari tiap-tiap SMA. Sample Fraction merupakan hasil bagi jumlah populasi kelas tiga di setiap SMA dengan total jumlah siswa kelas tiga dari lima SMA tersebut. Jumlah responden SMAN 5 Bogor sebanyak 25 orang atau 25%, jumlah responden SMAN 6 Bogor sebanyak 24 orang atau 24%, jumlah responden SMAN 7 Bogor sebanyak 24 orang atau 24%, jumlah responden SMA PGRI 3 Bogor sebanyak 14 orang atau 14% dan jumlah responden SMA Plus YPHB Bogor sebanyak 13 orang atau 13%. Jumlah responden dari tiap-tiap SMA dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Persentase responden berdasarkan asal SMA 4.3.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Dari 100 orang responden yang diambil dari lima SMA yang ada di Bogor, jumlah responden pria sebanyak 32 orang atau 32%, sedangkan jumlah responden wanita sebanyak 68 orang atau 68% yang dapat dilihat pada Gambar 4. 37 Gambar 4. Persentase responden berdasarkan jenis kelamin 3.4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Sekolah Jumlah responden yang berasal dari SMA negeri sebanyak 73 orang atau 73%, sedangkan jumlah responden yang berasal dari SMA swasta sebanyak 27 orang atau 27% yang dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Persentase responden berdasarkan status sekolah 3.4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan Sekolah Jumlah responden yang berasal dari jurusan IPA sebanyak 71 orang atau 71%, sedangkan jumlah responden yang berasal dari jurusan IPS sebanyak 29 orang atau 29% yang dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Persentase responden berdasarkan jurusan sekolah 4.4. Analisis Kesadaran Merek Dalam suatu pemasaran, merek merupakan salah satu hal yang penting dalam menentukan bagaimana suatu produk atau jasa dapat dikenal oleh konsumen. Dalam mengenal suatu merek, konsumen akan mengalami hal yang 38 disebut kesadaran merek. Kesadaran merek merupakan bagaimana seorang konsumen dapat mengenal atau mengingat kembali sebuah merek. Kesadaran merek mempunyai empat tingkatan, yaitu Top of Mind (puncak pikiran), Recalled Brand (merek yang dikenal tanpa dibantu mengingatnya), Recognized Brand (merek yang dikenal dengan dibantu mengingatnya) dan Unaware Brand (merek yang tidak dikenal). Top of Mind merupakan satu merek yang mempunyai posisi tertinggi dalam suatu ingatan konsumen. Berdasarkan hasil analisis kesadaran merek, peringkat bimbingan belajar yang paling diingat sampai dengan tidak dikenal dapat dilihat pada Tabel 4, 5, 6 dan 7. Dari 100 responden, 27% responden menyebutkan bimbingan belajar Primagama sebagai bimbingan belajar yang paling diingat, 17% responden menyebutkan bimbingan belajar Ganesha Operation sebagai bimbingan belajar yang paling diingat, 14% responden menyebutkan bimbingan belajar Bintang Pelajar sebagai bimbingan belajar yang paling diingat, 12% responden menyebutkan bimbingan belajar Nurul Fikri sebagai bimbingan belajar yang paling diingat, 3% responden menyebutkan bimbingan belajar BTA 8 sebagai bimbingan belajar yang paling diingat dan 27% responden menyebutkan bimbingan belajar lain selain Primagama, Ganesha Operation, Bintang Pelajar, Nurul Fikri dan BTA 8 sebagai bimbingan belajar yang paling diingat. Tabel 4. Bimbingan belajar yang paling diingat oleh responden Bimbingan belajar Frekuensi bimbingan belajar yang paling diingat Jumlah Persentase Primagama 27 27% Ganesha Operation 17 17% Bintang Pelajar 14 14% Nurul Fikri 12 12% BTA 8 3 3% Lain-lain 27 27% Total 100 100% 39 Tabel 5. Bimbingan belajar yang dikenal oleh responden tanpa dibantu mengingatnya. Frekuensi bimbingan belajar yang dikenal tanpa dibantu mengingatnya Bimbingan belajar Jumlah Persentase Bintang Pelajar 63 18% Nurul Fikri 58 17% Primagama 58 17% Ganesha Operation 39 11% BTA 8 15 4% Lain-lain 118 33% Total 351 100% Brand Recall merupakan merek yang diingat oleh responden tanpa dibantu mengingatnya dan diukur dengan responden mengisi pertanyaan “Selain bimbingan belajar yang anda sebutkan di atas, bimbingan belajar apa lagi yang anda ingat?”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang ingat dengan keberadaaan bimbingan belajar Bintang Pelajar tanpa harus dibantu mengingatnya sebesar 18%, Nurul Fikri 17%, Primagama 17%, Ganesha Operation 11%, BTA 8 4% dan bimbingan belajar lain selain Bintang Pelajar, Nurul Fikri, Primagama, Ganesha Operation dan BTA 8 sebesar 33%. Tabel 6. Bimbingan belajar yang dikenal oleh responden dengan dibantu mengingatnya. Frekuensi bimbingan belajar yang dikenal dengan dibantu mengingatnya Bimbingan belajar Jumlah Persentase Bintang Pelajar 99 24% Primagama 96 23% Nurul Fikri 93 22% Ganesha Operation 86 20% BTA 8 45 11% Total 419 100% 40 Brand Recognition merupakan merek yang dikenal oleh responden dengan dibantu mengingatnya dan diukur dengan responden memilih merek-merek yang mereka kenal yang telah disediakan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang harus diingatkan kembali tentang keberadaan bimbingan belajar Nurul Fikri sebesar 22%, Bintang Pelajar 24%, Primagama 23% dan BTA 8 11%. Responden paling tidak mengenal (Unware Brand) bimbingan belajar BTA 8 sebesar 68%, Ganesha Operation 17%, Nurul Fikri 9%, Primagama 5% dan Bintang Pelajar 1% yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Bimbingan belajar yang tidak dikenal oleh responden Bimbingan belajar Frekuensi bimbingan belajar yang tidak dikenal Jumlah Persentase BTA 55 68% Ganesha Operation 14 17% Nurul Fikri 7 9% Primagama 4 5% Bintang Pelajar 1 1% Total 81 100% 4.5. Analisis Pesaing Nurul Fikri dalam Bimbingan Belajar Analisis pesaing sangat penting dilakukan untuk mengetahui siapa-siapa saja yang menjadi pesaing terdekat dari suatu usaha yang dijalankan, yang akhirnya dapat digunakan untuk menghadapi persaingan yang ada dan bertahan dalam industri tersebut. Analisis pesaing dalam penelitian ini menggunakan analisis Multidimensional Scalling berbasis atribut dengan menggunakan Software SPSS version 16.00 for windows. Analisis Multidimensional Scalling ini, nantinya akan menghasilkan titiktitik koordinat yang akan diolah untuk menghitung jarak Euclidean yang digunakan untuk mengetahui pesaing terdekat dari suatu usaha, yang dalam penelitian ini, yaitu Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. Selain menggunakan jarak Euclidean, pesaing terdekat juga dapat diketahui dari perceptual map yang dihasilkan dari analisis Multidimensional Scalling. Untuk mengetahui seberapa baik model Multidimensional Scalling ini, dapat diketahui 41 dengan melihat nilai stress dan nilai R-square (RSQ). Dengan prinsip semakin rendah nilai stress, maka semakin baik model Multidimensional Scalling yang dihasilkan dan semakin tinggi nilai RSQ, maka semakin baik model Multidimensional Scalling yang dihasilkan. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan pesaing terdekat dari Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri, yaitu Bintang Pelajar, BTA 8 menjadi pesaing kedua, sedangkan Ganesha Operation dan Primagama berturutturut menjadi pesaing ketiga dan keempat dari Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri, hal ini bisa dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 7 merupakan hasil perceptual map dari pesaing Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. Berdasarkan pengolahan data juga didapatkan nilai stress sebesar 0,123 atau 12,3% yang menunjukkan model ini memiliki goodness of fit yang cukup baik (poor) dan nilai RSQ 0,986 yang lebih besar dari 0,6. Dua hal ini menunjukkan model Multidimensional Scalling yang dihasilkan adalah baik. Tabel 8. Perhitungan Jarak Euclidean dan Peringkat Pesaing Terdekat Bimbel Xa Ya Xb Yb √(xb-xa)2+(yb-ya)2 NF - - - - - Peringkat BP -0,4243 0,8234 -0,4814 0,7803 0,0715 1 PG -0,4243 0,8234 -0,5611 -1,1567 1,9848 4 GO -0,4243 0,8234 -0,6384 -1,0567 1,8923 3 BTA 8 -0,4243 0,8234 -2,1593 1,0442 1,7490 2 42 Derived Stimulus Configuration Euclidean distance model 2 row 7 row 8 BTA 1 Dimension 2 row 3 BP row 10 NF row 11 row 13 row 12 row 14 0 row 2 row 6 row 1 GO -1 row 4 PG row 5 row 9 -2 -3 -2 -1 0 1 2 Dimension 1 Gambar 7. Peta Persaingan Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri Menggunakan Multidimensional Scalling 4.6. Analisis Positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri 4.6.1. Analisis Deskriptif Persepsi Responden Analisis deskriptif mengenai persepsi responden yang dalam hal ini adalah siswa-siswi kelas tiga SMA di Bogor yang pernah mengikuti bimbingan belajar digunakan untuk mengetahui penilaian responden terhadap beberapa bimbingan belajar yang ada di Bogor, seperti Nurul Fikri, Bintang Pelajar, Primagama, Ganesha Operation dan BTA 8. Analisis deskriptif ini akan meringkas informasi yang terkandung dalam data atribut berdasarkan pilihan responden. Penilaian responden ini akan membandingkan satu bimbingan belajar dengan pesaingnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat penilaian responden terhadap Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri dan keempat pesaingnya, yaitu Bintang Pelajar, Primagama, Ganesha Operation dan BTA 8. Analisis ini menggunakan nilai rata-rata yang kemudian diringkas dalam bentuk bar chart agar lebih mudah dan menarik untuk diinterpretasikan. 43 Berdasarkan analisis deskriptif persepsi responden dapat diketahui atributatribut yang menjadi keunggulan dan kelemahan Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri maupun pesaingnya, yaitu Bintang Pelajar, Primagama, Ganesha Operation dan BTA 8 yang dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Analisis Deskriptif Persepsi Responden Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang ada pada Gambar 8, terlihat bahwa setiap bimbingan belajar mempunyai keunggulan dan kelemahannya masing-masing, termasuk Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. Penilaian responden terhadap setiap bimbingan belajar dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bimbingan dan Konsultasi Belajar (BKB) Nurul Fikri BKB Nurul Fikri dipersepsikan oleh responden sebagai bimbingan belajar yang memiliki biaya yang terjangkau. Hal ini dapat menjadi atribut yang diunggulkan oleh BKB Nurul Fikri. Atribut kualitas lulusan dan kedisiplinan BKB Nurul Fikri dipersepsikan oleh responden masih lebih baik dibandingkan pesaingnya, seperti Primagama, Ganesha Operation dan BTA 8, tetapi masih dibawah Bintang Pelajar. 44 Pada atribut evaluasi hasil belajar (Try Out), BKB Nurul Fikri dipersepsikan oleh responden masih lebih lebih baik dibandingkan pesaingnya, seperti Bintang Pelajar, Primagama dan BTA 8, tetapi masih dibawah Ganesha Operation. BKB Nurul Fikri dalam atribut sistem perhitungan nilai Try Out dipersepsikan oleh responden sama baik, seperti Bintang Pelajar dan Primagama, tetapi masih lebih baik dibandingkan BTA 8 dan masih dibawah Ganesha Operation. Atribut fasilitas fisik di BKB Nurul Fikri dipersepsikan oleh responden masih kurang baik dibandingkan pesaing-pesaingnya, hal ini yang bisa menjadi kelemahan dari BKB Nurul Fikri sehingga perlu ditingkatkan agar dapat terus bersaing dengan pesaing-pesaingnya. b. Bimbingan belajar Bintang Pelajar Bimbingan belajar Bintang Pelajar dipersepsikan oleh responden sebagai bimbingan belajar yang unggul dalam hal kualitas lulusan, fasilitas fisik, kedisiplinan dan lingkungan bimbingan belajar yang baik serta lokasi bimbingan belajar yang strategis. Metode pengajaran dan pelayanan bimbingan belajar Bintang Pelajar dipersepsikan oleh responden masih lebih baik dibandingkan Nurul Fikri, Primagama dan BTA 8, tetapi masih dibawah Ganesha Operation. Pada atribut sistem perhitungan nilai Try Out, bimbingan belajar Bintang Pelajar dipersepsikan oleh responden sama baik, seperti Nurul Fikri dan Primagama, tetapi masih lebih baik dibandingkan dengan BTA 8 dan masih di bawah Ganesha Operation. Atribut pengajar bimbingan belajar Bintang Pelajar dipersepsikan oleh responden masih lebih baik dibandingkan pesaingnya, seperti Nurul Fikri dan Primagama, tetapi masih di bawah Ganesha Operation dan BTA 8. Pada atribut program yang ditawarkan dan cabang bimbingan belajar yang ada, bimbingan belajar Bintang Pelajar dipersepsikan oleh responden masih lebih baik dibandingkan pesaingnya, seperti Nurul Fikri, Ganesha Operation dan BTA 8, tetapi masih di bawah Primagama. Bimbingan belajar Bintang Pelajar mempunyai kelemahan diatribut biaya karena menurut persepsi responden biaya di bimbingan belajat Bintang Pelajar kurang terjangkau dibandingkan pesaing-pesaingnya. c. Bimbingan belajar Primagama 45 Bimbingan belajar Primagama dipersepsikan oleh responden sebagai bimbingan belajar yang unggul dalam hal program yang ditawarkan lebih beragam dan cabang bimbingan belajar yang banyak. Atribut fasilitas fisik di bimbingan belajar Primagama menurut persepsi responden masih lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya, seperti Nurul Fikri dan Ganesha Operation, tetapi masih di bawah Bintang Pelajar dan BTA 8. Pada atribut lokasi bimbingan belajar, Primagama mempunyai lokasi yang cukup strategis dibandingakan dengan pesaingnya, seperti Nurul Fikri, Ganesha Operation dan BTA 8, tetapi lokasi bimbingan belajar Bintang Pelajar masih lebih strategis. Atribut sistem perhitungan nilai Try Out di bimbingan belajar Primagama dipersepsikan oleh responden sama baik dengan Nurul Fikri dan Bintang Pelajar, tetapi masih lebih baik dibandingkan dengan BTA 8 dan masih di bawah Ganesha Operation. Bimbingan belajar Primagama mempunyai beberapa kelemahan di atribut-atribut, seperti kualitas lulusan, kedisiplinan, lingkungan bimbingan belajar, pelayanan dan pengajar sehingga atribut-atribut ini perlu diperbaiki oleh bimbingan belajar primagama agar dapat terus bersaing dengan pesaing-pesaingnya. d. Bimbingan belajar Ganesha Operation Bimbingan belajar Ganesha Operation dipersepsikan oleh responden sebagai bimbingan belajar yang unggul dalam hal metode pengajaran, pelayanan, evaluasi hasil belajar (Try Out) dan sistem perhitungan nilai Try Out. Pada atribut pengajar, bimbingan belajar Ganesha Operation dipersepsikan oleh responden sama baik dengan pesaingnya BTA 8, tetapi masih lebih baik dibandingkan dengan pesaing lainnya, seperti Nurul Fikri, Bintang Pelajar dan Primagama. Atribut kualitas lulusan bimbingan belajar Ganesha Operation cukup baik dibandingkan dengan pesaingnya, seperti Nurul Fikri, Primagama dan BTA 8, tetapi masih di bawah kualitas lulusan Bintang Pelajar. Bimbingan belajar Ganesha Operation mempunyai kelemahan diatribut lokasi bimbingan belajar. Menurut persepsi responden, lokasi bimbingan belajar Ganesha Operation masih kurang strategis dibandingkan pesaing-pesaingnya. e. Bimbingan belajar BTA 8 Atribut fasilitas fisik di bimbingan belajar BTA 8 dipersepsikan oleh responden sama baik dengan pesaingnya Bintang Pelajar, tetapi masih lebih baik 46 dari pesaing-pesaing lainnya, seperti Nurul Fikri, Primagama dan Ganesha Operation. Pada atribut pengajar, bimbingan belajar BTA 8 dipersepsikan oleh responden sama baik dengan pesaingnya Ganesha Operation, tetapi masih lebih baik dibandingkan dengan pesaing-pesaing lainnya, seperti Nurul Fikri, Bintang Pelajar dan Primagama. Atribut lingkungan bimbingan belajar BTA 8 dipersepsikan oleh responden cukup baik dibandingkan pesaingnya, seperti Nurul Fikri, Primagama dan Ganesha Operation, tetapi masih lebih baik lingkungan bimbingan belajar Bintang Pelajar. Bimbingan belajar BTA 8 dipersepsikan oleh responden sebagai bimbingan belajar dengan biaya yang cukup terjangkau dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya, seperti Bintang Pelajar, Primagama dan Ganesaha Operation, tetapi masih lebih terjangkau biaya bimbingan belajar di Nurul Fikri. Bimbingan belajar BTA 8 mempunyai beberapa kelemahan di atribut-atribut, seperti metode pengajaran, pelayanan, evaluasi hasil belajar (Try Out), program yang ditawarkan dan cabang bimbingan belajar yang ada. 4.6.2. Analisis Biplot Analisis biplot merupakan analisis data statistika deskriptif ganda yang menyajikan pengaruh objek dan peubah dalam peta dua dimensi sehingga data mudah dilihat dan diinterpretasikan. Analisis biplot ini meringkas informasi yang terdapat dalam matriks rataan data atribut produk berdasarkan persepsi responden. Matriks rataan data merupakan matriks yang berisi rataan setiap peubah pada masing-masing objek. Biplot menggambarkan keragaman peubah, hubungan (korelasi) antar peubah, kemiringan relatif antar objek (kedekatan antar objek) dan nilai peubah pada suatu objek. Objek penelitian ini adalah lima bimbingan belajar di Bogor, yaitu Nurul Fikri, Bintang Pelajar, Primagama, Ganesha Operation dan BTA 8. Sedangkan peubahnya adalah 13 atribut bimbingan belajar, yaitu kualitas lulusan, fasilitas fisik, metode pengajaran, kedisiplinan, lingkungan bimbingan belajar, pelayanan, evaluasi hasil belajar (Try Out), sistem perhitungan nilai Try Out, pengajar, biaya, lokasi bimbingan belajar, program yang ditawarkan dan cabang bimbingan belajar yang ada. Matriks rataan dalam analisis biplot akan menjadi input dalam pengolahan data dengan menggunakan program Minitab 15. Output analisis biplot ini berupa 47 nilai singular dan keragamannya, rasio skala garis pada biplot, koordinat biplot dan peta dua dimensi biplot, yaitu sumbu x (objek) dan sumbu y (peubah). Analisis biplot adalah upaya menggambarkan suatu ruang berdimensi banyak menjadi gambar di ruang dua dimensi. Biplot yang mampu memberikan informasi sebesar 70 persen dari seluruh informasi dianggap cukup. Besarnya informasi yang terkandung dalam biplot dapat dilihat dari nilai keragamannya. Dua nilai singular pertama pada output biplot menunjukkan keragaman yang diterangkan oleh sumbu x (dimensi 1) dan sumbu y (dimensi 2). Besarnya keragaman yang diterangkan oleh kedua sumbu tersebut dapat dilihat dari persentase keragamannya. Berdasarkan tampilan biplot Gambar 9, keragaman yang diterangkan oleh sumbu x sebesar 72,6%, sedangkan keragaman yang diterangkan oleh sumbu y sebesar 17,3% sehingga secara keseluruhan keragaman yang diterangkan oleh kedua sumbu ini sebesar 89,9%. Hal ini berarti keragaman yang diterangkan oleh kedua sumbu pembentuk biplot persepsi responden ini dianggap baik dalam memberikan informasi yang ada. Pada biplot Gambar 9 dapat dilihat posisi setiap bimbingan belajar yang menempati posisinya masing-masing. Pada gambar tersebut terlihat posisi masing-masing bimbingan belajar saling berdekatan, tetapi posisi kelima bimbingan belajar tersebut terbagi menjadi dua kuadran, yaitu Nurul Fikri, BTA 8 dan Ganesha Operation berada di kuadran IV, sedangkan Primagama dan Bintang Pelajar berada di kuadran I. Hal ini menunjukkan BTA 8 dan Ganesha Operation memiliki kemiripan atau karakteristik yang hampir sama dengan Nurul Fikri. Hubungan (korelasi) antar peubah juga didapat dalam analisis biplot ini. Hubungan (korelasi) antar peubah dijelaskan dengan besarnya sudut yang terbentuk dari dua buah garis atribut. Semakin lancip sudut (< 90o) yang terbentuk dari dua buah garis atribut, maka nilai korelasinya semakin besar (korelasi positif), sedangkan semakin tumpul sudut (> 90o) yang terbentuk dari dua buah garis atribut, maka nilai korelasinya semakin kecil (korelasi negatif). Dua buah garis atribut yang membentuk sudut siku-siku (90o) maka tidak ada korelasi antara kedua atribut tersebut. 48 A13 Second Component (17.3%) 2 1 primagama A11 A8 A12 A7 A2 0 A1 A5 A6 A9 BP GO BTA A3 nurulfikri A4 -1 A10 -2 -4 -3 -2 -1 0 First Component (72.6%) 1 2 3 Gambar 9. Biplot persepsi responden terhadap atribut bimbingan belajar Keterangan: A1 : Kualitas Lulusan A8 : Sistem Perhitungan Nilai Try Out A2 : Fasilitas Fisik A9 : Pengajar A3 : Metode Pengajaran A10 : Biaya A4 : Kedisiplinan A11 : Lokasi Bimbingan Belajar A5 : Lingkungan Bimbingan Belajar A12 : Program yang Ditawarkan A6 : Pelayanan A13 : Cabang Bimbingan Belajar yang ada A7 : Evaluasi Hasil Belajar (Try Out) Pada Gambar 10 terlihat atribut kualitas lulusan (A1) berkorelasi positif dengan atribut metode pengajaran (A3) dan atribut fasilitas fisik (A2) berkorelasi positif dengan atribut sistem perhitungan nilai Try Out (A8). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa semakin baik metode pengajaran yang diajarkan, maka semakin baik kualitas lulusan yang dihasilkan dan semakin baik fasilitas fisik yang dimiliki, maka semakin baik sistem perhitungan nilai Try Out yang dihasilkan. Korelasi negatif dicirikan dengan atribut yang memiliki vektor yang berlawanan arah, hal ini terlihat di antara atribut pelayanan (A9) dan cabang 49 bimbingan belajar yang ada (A13), pelayanan (A6) dan program yang ditawarkan (A12). C1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Second Component (17.3%) 2 1 0 -1 -2 -4 -3 -2 -1 0 1 First Component (72.6%) 2 3 Gambar 10. Analisis biplot untuk atribut bimbingan belajar Keterangan: 1 : Kualitas Lulusan 8 : Sistem Perhitungan Nilai Try Out 2 : Fasilitas Fisik 9 : Pengajar 3 : Metode Pengajaran 10 : Biaya 4 : Kedisiplinan 11 : Lokasi Bimbingan Belajar 5 : Lingkungan Bimbingan Belajar 12 : Program yang Ditawarkan 6 : Pelayanan 13 : Cabang Bimbingan Belajar yang ada 7 : Evaluasi Hasil Belajar (Try Out) Informasi lain yang didapat pada analisis biplot ini adalah keragaman peubah (atribut) yang digambarkan dari panjang vektor masing-masing atribut. Semakin panjang vektor suatu atribut, maka keragaman atribut tersebut semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Semakin pendek vektor suatu atribut, maka keragaman atribut tersebut semakin kecil. Pada Gambar 10 terlihat atribut biaya (A10) dan atribut cabang bimbingan belajar yang ada (A13) memiliki vektor yang 50 lebih panjang dibandingkan vektor atribut-atribut lainnya. Hal ini berarti dua atribut tersebut memiliki keragaman yang lebih besar dibandingkan atribut-atribut lainnya. Nilai keragaman ini menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap dua atribut tersebut lebih beragam dibandingkan persepsi responden terhadap atribut-atribut yang lainnya. Analisis biplot juga menghasilkan nilai peubah pada suatu objek. Hal ini untuk mengetahui suatu objek memiliki keunggulan diatribut apa saja. Suatu objek yang terletak searah atau dekat dengan arah vektor suatu atribut menunjukkan besarnya nilai atribut untuk objek tersebut. Sebaliknya, suatu objek yang terletak berlawanan atau jauh dengan arah vektor suatu atribut menunjukkan rendahnya nilai atribut untuk objek tersebut. Pada Gambar 9 terlihat bimbingan belajar Nurul Fikri posisinya berdekatan dengan atribut lingkungan bimbingan belajar (A5), pelayanan (A6) dan pengajar (A9). Hal ini menunjukkan bimbingan belajar Nurul Fikri mempunyai karakteristik sebagai bimbingan belajar yang memiliki lingkungan bimbingan belajar dan pelayanan yang baik serta pengajar yang berkualitas. Posisi bimbingan belajar Bintang Pelajar berdekatan dengan atribut evaluasi hasil belajar (Try Out) (A7) dan sistem perhitungan nilai Try Out (A8). Hal ini menunjukkan bimbingan belajar Bintang Pelajar mempunyai karakteristik sebagai bimbingan belajar yang memiliki evaluasi hasil belajar (Try Out) yang baik dan sistem perhitungan nilai Try Out yang baik. Posisi bimbingan belajar Primagama berdekatan atribut fasilitas fisik (A2), hal ini menunjukkan bimbingan belajar Primagama mempunyai karakteristik sebagai bimbingan belajar yang memiliki fasilitas fisik yang baik. Posisi bimbingan belajar Ganesha Operation berdekatan atribut metode pengajaran (A3), hal ini menunjukkan bimbingan belajar Ganesha Operation mempunyai karakteristik sebagai bimbingan belajar yang memiliki metode pengajaran yang baik. Posisi bimbingan belajar BTA 8 berdekatan atribut kualitas lulusan (A1), hal ini menunjukkan bimbingan belajar BTA 8 mempunyai karakteristik sebagai bimbingan belajar yang memiliki kualitas lulusan yang baik. Untuk atribut-atribut seperti kedisiplinan (A4), biaya (A10), lokasi bimbingan belajar (A11), program yang ditawarkan (A12) dan cabang bimbingan belajar yang ada (A13) tidak 51 dimiliki oleh kelima bimbingan belajar karena vektor kelima atribut tersebut berlawanan dengan posisi kelima bimbingan belajar. 4.7. Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka implikasi manajerial yang dapat direkomendasikan untuk diterapkan pada Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri adalah dari hasil penelitian mengenai posisi Bimbingan dan Konsultasi Belajar (BKB) Nurul Fikri di benak konsumen dalam tingkatan Top of Mind sebesar 12%, Brand Recall 17%, Brand Recognition 22%, Unware Brand 9%. Dari hasil tersebut terlihat posisi BKB Nurul Fikri di benak konsumen kurang baik dibandingkan pesaing-pesaingnya. Oleh karena itu, BKB Nurul Fikri harus melakukan promosi yang besar-besaran dan mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak sekolah serta memperluas jaringan komunikasinya agar siswa-siswi dapat mengenal dan mengingat keberadaan BKB Nurul Fikri dan mau mengikuti bimbingan belajar di BKB Nurul Fikri. Berdasarkan hasil analisis pesaing, bimbingan belajar Primagama merupakan pesaing terdekat dari Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri. Oleh karena itu, BKB Nurul Fikri harus mewaspadai keberadaan bimbingan belajar Primagama dan bimbingan-bimbingan belajar lainnya. BKB Nurul Fikri juga harus terus melakukan inovasi-inovasi dan perbaikan secara terus-menerus agar tetap dapat bersaing dengan bimbingan belajar Primagama yang merupakan pesaing terdekat dari BKB Nurul Fikri dan bimbingan belajar lainnya sehingga BKB Nurul Fikri dapat menjadi bimbingan belajar yang berkualitas dan diminati oleh konsumennya. Berdasarkan hasil analisis positioning, Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri diposisikan sebagai bimbingan belajar yang memiliki lingkungan bimbingan dan pelayanan yang baik serta pengajar yang berkualitas. Sedangkan diatribut-atribut lainnya BKB Nurul Fikri masih cukup kurang kualitasnya sehingga BKB Nurul Fikri harus terus-menerus memperbaiki atribut-atribut tersebut, seperti atribut kualitas lulusan, fasilitas fisik, metode pengajaran, kedisiplinan, evaluasi hasil belajar (Try Out), sistem perhitungan nilai Try Out, biaya, lokasi bimbingan belajar, program yang ditawarkan dan cabang bimbingan belajar yang ada sehingga BKB Nurul Fikri bisa menjadi bimbingan belajar yang 52 baik dalam semua aspek yang ada dan dapat terus berkembang menjadi bimbingan belajar yang menghasilkan generasi bangsa yang terbaik. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil adalah 1. Berdasarkan analisis kesadaran merek bimbingan belajar yang paling diingat (Top of Mind) oleh responden adalah Primagama (27%), sedangkan Nurul Fikri menempati urutan keempat (12%), Ganesha Operation (17%), Bintang Pelajar (14%) dan BTA 8 (3%). Bimbingan belajar yang dikenal oleh responden tanpa dibantu mengingatnya (Brand Recall) Nurul Fikri menempati urutan kedua dengan persentase 17%, Bintang Pelajar (18%), Primagama (17%), Ganesha Operation (11%) dan BTA 8 (4%). Bimbingan belajar yang dikenal oleh responden dengan dibantu mengingatnya (Brand Recognition), Nurul Fikri menempati urutan ketiga dengan persentase 22%, Bintang Pelajar (24%), Primagama (23%), Ganesha Operation (20%) dan BTA 8 (11%). Responden paling tidak mengenal (Unware Brand) bimbingan belajar BTA 8 (68%), Ganesha Operation (17%), Nurul Fikri (9%), Primagama (5%) dan Bintang Pelajar (1%). 2. Berdasarkan analisis Multidimensional Scalling berbasis atribut bimbingan belajar Primagama merupakan pesaing terdekat dari bimbingan belajar Nurul Fikri, sedangkan Bintang Pelajar, BTA 8 dan Ganesha Operation menjadi pesaing terdekat kedua,ketiga dan keempat dari bimbingan belajar Nurul Fikri. 3. Berdasarkan analisis biplot bimbingan belajar Nurul Fikri diposisikan sebagai bimbingan belajar yang memiliki lingkungan bimbingan belajar dan pelayanan yang baik serta pengajar yang berkualitas. Bimbingan belajar Bintang Pelajar diposisikan sebagai bimbingan belajar yang memiliki evaluasi hasil belajar (Try Out) dan sistem perhitungan nilai Try Out yang baik. Bimbingan belajar Primagama diposisikan sebagai bimbingan belajar yang memiliki fasilitas fisik yang baik. Bimbingan belajar Ganesha Operation diposisikan sebagai bimbingan belajar yang memiliki metode pengajaran yang baik. Bimbingan belajar BTA 8 diposisikan sebagai bimbingan belajar yang memiliki kualitas lulusan yang baik. 54 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa saran yang diajukan adalah bimbingan belajar Nurul Fikri diharapkan dapat melakukan inovasi-inovasi dan promosi yang baik serta meningkatkan kualitasnya sebagai bimbingan belajar sehingga dapat menempatkan dirinya di benak konsumen. Bimbingan belajar Nurul Fikri juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas atribut-atribut yang tidak menjadi keunggulannya, seperti kualitas lulusan, fasilitas fisik, metode pengajaran, kedisiplinan, evaluasi hasil belajar (Try Out), sistem perhitungan nilai Try Out, biaya, lokasi bimbingan belajar, program yang ditawarkan, cabang bimbingan belajar yang ada dan tetap mempertahankan atribut-atribut yang menjadi keunggulannya, seperti lingkungan bimbingan belajar, pelayanan dan pengajar sehingga bimbingan belajar Nurul Fikri dapat menjadi bimbingan belajar yang baik dari semua aspek. Sehubungan dengan kurang baiknya persepsi responden terhadap bimbingan belajar Nurul Fikri baik dalam hal posisi bimbingan belajar Nurul Fikri di benak konsumen dan posisi bimbingan belajar Nurul Fikri dibeberapa atribut yang diteliti, maka peneliti menyarankan dilakukan penelitian dibidang lainnya untuk mengetahui kualitas dari bimbingan belajar Nurul Fikri berdasarkan penelitian tersebut, misalkan analisis kepuasan konsumen bimbingan belajar Nurul Fikri dan analisis perilaku konsumen bimbingan belajar Nurul Fikri sehingga bimbingan belajar Nurul Fikri bisa terus memperbaiki dirinya untuk menjadi bimbingan belajar yang berkualitas dan sesuai dengan harapan konsumen. DAFTAR PUSTAKA Apriantoro. 2006. Analisis Positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam Pasar Restoran Fast Food di Kota Bogor. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Basamalah, R. 2008. Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor sebagai Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN). Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Boyd, Harper W., et al. 2000. Manajemen Pemasaran: Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global Jilid I. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta. Chandra, G. 2002. Strategi dan Program Pemasaran. Penerbit Andi, Yogyakarta. Durianto, D., Sugiarto, T. Sitinjak. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Eidri, Tubagus M. 2009. Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor Berdasarkan Persepsi Siswa-siswi SMU di Bogor. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kasali, R. 1998. Membidik Pasar Indonesia: Strategi Targeting Positioning. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Khotijah, S. 2004. Smart Strategy of Marketing: Persaingan Pasar global. Alfabeta, Bandung. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran Edisi Bahasa Indonesia Jilid 1. Prenhall Indonesia, Jakarta. . 2004. Manajemen Pemasaran: Sudut Pandang Asia. PT. Indeks, Jakarta. . 2004. Marketing Insights From A to Z (Terjemahan). Erlangga, Jakarta. . 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 12 (Terjemahan, jilid I). PT. Indeks, Jakarta. Lovelock, C.H and Wright. 2005. Manajemen Pemasaran Jasa. PT. Indeks, Jakarta. Maulisa, Renta Ulisa. 2007. Analisis Positioning Telkomglobal 01017 Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor. Pradita, Anggie. 2006. Analisis Positioning XL Bebas dan Jempol Pada PT. Excelcomindo Pratama. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rangkuti, F. 2003. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 56 Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfication: Teknik mengukur dan Strategi Meningkatkan Keputusan Pelanggan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Setiadi, N. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategis dan Penetapan Penelitian Pemasaran. Kencana, Jakarta. Simamora, B. 2005. Buku Latihan SPSS: Statistik Multivariat. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tjiptono, Fandy. 2006. Manajemen Jasa. Penerbit Andi, Yogyakarta. Triton, P. B. 2005. SPSS 13.00 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Penerbit Andi, Yogyakarta. Umar, H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. LAMPIRAN 58 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN ANALISIS POSITIONING BIMBINGAN DAN KONSULTASI BELAJAR NURUL FIKRI BERDASARKAN PERSEPSI SISWA-SISWI SMA DI BOGOR Tanggal Pengisian: No Responden : Assalamualaikum wr wb. Selamat Pagi/Siang/Sore Saya Ferry Maulana Chaniago, mahasiswa di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Untuk keperluan penyusunan skripsi berjudul “Analisis Positioning Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri Berdasarkan Persepsi Siswa-Siswi SMA di Bogor”, saya memohon bantuan Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur. Jawaban Saudara/i semata-mata hanya digunakan untuk keperluan penelitian dan dijamin kerahasiaannya. Atas perhatian dan bantuan Saudara/i, saya ucapkan terima kasih. Salam Ferry Maulana Chaniago (H24062736) Petunjuk Pengisian: · Berilah tanda “X” pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda · Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, tuliskan jawaban Anda pada tempat yang telah disediakan A. SCREENING 1. Apakah Anda pernah mengikuti bimbingan belajar? a. Ya (terus) b. Tidak (stop) – Terima kasih. B. PROFIL RESPONDEN 1. Jenis Kelamin? a. Pria 2. Status sekolah asal? a. Negeri 3. Jurusan Sekolah? a. IPA b. IPS b. Wanita b. Swasta c. Bahasa d. Kejuruan C. ANALISIS 1. Sebutkan satu saja bimbingan belajar yang paling Anda ingat? 2. Selain bimbingan belajar yang Anda sebutkan di atas, bimbingan belajar apa lagi yang Anda ingat? a. ……………….………… c. ……………….………… b. ……………….………… d. ……………….………… 59 Lanjutan Lampiran 1. 3. Seberapa penting menurut Anda atribut ini dalam suatu bimbingan belajar? Atribut Tidak Penting 1 Kurang Penting 2 Cukup Penting 3 Penting 4 Sangat Penting 5 Kualitas Lulusan Nama Besar Bimbingan Belajar Fasilitas Fisik Metode Pengajaran Kedisiplinan Lingkungan Bimbingan Belajar Pelayanan Biaya Lokasi Bimbingan Belajar Pengajar Program yang Ditawarkan Evaluasi Hasil Belajar (Try Out) Sistem Perhitungan Nilai Try Out Cabang Bimbingan Belajar yang Ada 4. Apakah Anda mengenal bimbingan-bimbingan belajar di bawah ini ? (Beri tanda checklist pada bimbingan belajar yang anda kenal) ( ) Nurul Fikri ( ) GO (Ganesha Operation) ( ) Bintang Pelajar ( ) BTA (Bimbingan Tes Alumni) 8 ( ) Primagama 5. Berikan penilaian Anda pada atribut bimbingan-bimbingan belajar yang anda cukup kenal di bawah ini: (Isi pada bimbingan belajar yang anda cukup kenal saja, tidak harus di isi pada semua bimbingan belajar) a. Bimbingan Belajar Nurul Fikri Atribut Kualitas Lulusan Nama Besar Bimbingan Belajar Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik 1 2 3 4 5 60 Lanjutan Lampiran 1. Fasilitas Fisik Metode Pengajaran Kedisiplinan Lingkungan Bimbingan Belajar Pelayanan Evaluasi Hasil Belajar (Try Out) Sistem Perhitungan Nilai Try Out Kurang Cukup Berkualitas Sangat Tidak Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas 1 2 3 4 5 Atribut Pengajar Kurang Cukup Terjangkau Sangat Tidak Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau 1 2 3 4 5 Atribut Biaya Atribut Tidak Strategis 1 Kurang Cukup Strategis Sangat Strategis Strategis Strategis 2 3 4 5 Lokasi Bimbingan Belajar Atribut Tidak Kurang Cukup Beragam Sangat Beragam Beragam Beragam Beragam 1 2 3 4 5 Program yang Ditawarkan Atribut Tidak Banyak 1 Kurang Banyak 2 Cukup Banyak 3 Banyak 4 Sangat Banyak 5 Cabang Bimbingan Belajar yang Ada b. Bimbingan Belajar Bintang Pelajar Atribut Kualitas Lulusan Tidak Baik 1 Kurang Baik 2 Cukup Baik 3 Baik 4 Sangat Baik 5 61 Lanjutan Lampiran 1. Nama Besar Bimbingan Belajar Fasilitas Fisik Metode Pengajaran Kedisiplinan Lingkungan Bimbingan Belajar Pelayanan Evaluasi Hasil Belajar (Try Out) Sistem Perhitungan Nilai Try Out Atribut Tidak Kurang Cukup Berkualitas Sangat Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas 1 2 3 4 5 Pengajar Atribut Kurang Cukup Terjangkau Sangat Tidak Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau 1 2 3 4 5 Biaya Atribut Tidak Strategis 1 Kurang Cukup Strategis Sangat Strategis Strategis Strategis 2 3 4 5 Lokasi Bimbingan Belajar Atribut Tidak Kurang Cukup Beragam Sangat Beragam Beragam Beragam Beragam 1 2 3 4 5 Program yang Ditawarkan Atribut Cabang Bimbingan Belajar yang Ada Tidak Banyak 1 Kurang Banyak 2 Cukup Banyak 3 Banyak 4 Sangat Banyak 5 62 Lanjutan Lampiran 1. c. Bimbingan Belajar Primagama Atribut Tidak Baik 1 Kurang Baik 2 Cukup Baik 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Kualitas Lulusan Nama Besar Bimbingan Belajar Fasilitas Fisik Metode Pengajaran Kedisiplinan Lingkungan Bimbingan Belajar Pelayanan Evaluasi Hasil Belajar (Try Out) Sistem Perhitungan Nilai Try Out Atribut Tidak Kurang Cukup Berkualitas Sangat Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas 1 2 3 4 5 Pengajar Atribut Tidak Kurang Cukup Terjangkau Sangat Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau 1 2 3 4 5 Biaya Atribut Tidak Strategis 1 Kurang Cukup Strategis Sangat Strategis Strategis Strategis 2 3 4 5 Lokasi Bimbingan Belajar Atribut Program yang Ditawarkan Tidak Kurang Cukup Beragam Sangat Beragam Beragam Beragam Beragam 1 2 3 4 5 63 Lanjutan Lampiran 1 Tidak Banyak 1 Atribut Kurang Banyak 2 Cukup Banyak 3 Banyak 4 Sangat Banyak 5 Cabang Bimbingan Belajar yang Ada d. Bimbingan Belajar Ganesha Operation Atribut Tidak Baik 1 Kurang Baik 2 Cukup Baik 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Kualitas Lulusan Nama Besar Bimbingan Belajar Fasilitas Fisik Metode Pengajaran Kedisiplinan Lingkungan Bimbingan Belajar Pelayanan Evaluasi Hasil Belajar (Try Out) Sistem Perhitungan Nilai Try Out Atribut Tidak Kurang Cukup Berkualitas Sangat Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas 1 2 3 4 5 Pengajar Atribut Tidak Kurang Cukup Terjangkau Sangat Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau 1 2 3 4 5 Biaya Atribut Lokasi Bimbingan Belajar Tidak Strategis 1 Kurang Cukup Strategis Sangat Strategis Strategis Strategis 2 3 4 5 64 Lanjutan Lampiran 1. Atribut Kurang Cukup Beragam Sangat Tidak Beragam Beragam Beragam Beragam 1 2 3 4 5 Program yang Ditawarkan Tidak Banyak 1 Atribut Kurang Banyak 2 Cukup Banyak 3 Banyak 4 Sangat Banyak 5 Cabang Bimbingan Belajar yang Ada e. Bimbingan Belajar BTA 8 Atribut Tidak Baik 1 Kurang Baik 2 Cukup Baik 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Kualitas Lulusan Nama Besar Bimbingan Belajar Fasilitas Fisik Metode Pengajaran Kedisiplinan Lingkungan Bimbingan Belajar Pelayanan Evaluasi Hasil Belajar (Try Out) Sistem Perhitungan Nilai Try Out Atribut Tidak Kurang Cukup Berkualitas Sangat Berkualitas Berkualitas Berkualitas Berkualitas 1 2 3 4 5 Pengajar Atribut Biaya Tidak Kurang Cukup Terjangkau Sangat Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau 1 2 3 4 5 65 Lanjutan Lampiran 1. Atribut Tidak Strategis 1 Cukup Strategis Sangat Kurang Strategis Strategis Strategis 2 3 4 5 Lokasi Bimbingan Belajar Atribut Tidak Kurang Cukup Beragam Sangat Beragam Beragam Beragam Beragam 1 2 3 4 5 Program yang Ditawarkan Atribut Tidak Banyak 1 Kurang Banyak 2 Cukup Banyak 3 Banyak 4 Sangat Banyak 5 Cabang Bimbingan Belajar yang Ada 11. Saran dan Kritik .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... == Anda telah mencapai bagian akhir kuesioner ini. Terima kasih atas waktu dan perhatian Anda == 66 Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total % Reliability Statistics 30 100.0 Cronbach's Alpha 0 .0 .877 30 100.0 N of Items a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Item Deleted Corrected Item- Cronbach's Alpha Total Correlation if Item Deleted A1 49.20 68.372 .406 .875 A2 50.83 67.109 .333 .878 A3 50.27 59.306 .692 .860 A4 49.33 69.540 .366 .877 A5 49.93 59.995 .663 .862 A6 49.57 57.978 .832 .853 A7 49.30 61.666 .696 .861 A8 49.67 60.644 .569 .868 A9 49.97 63.275 .497 .871 A10 49.10 67.817 .450 .874 A11 49.57 64.530 .429 .875 A12 49.33 65.195 .429 .874 A13 49.73 61.444 .677 .862 A14 50.57 61.151 .563 .868 Scale Statistics Mean 53.57 Variance 72.875 Std. Deviation 8.537 N of Items 14 14 67 Lampiran 3. Hasil Analisis Biplot Principal Component Analysis: nurulfikri, BP, primagama, GO, BTA Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue 3.6277 0.8657 0.2909 0.2020 0.0137 Proportion 0.726 0.173 0.058 0.040 0.003 Cumulative 0.726 0.899 0.957 0.997 1.000 Variable PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 nurulfikri 0.448 -0.416 0.636 -0.113 0.458 BP 0.470 0.211 -0.347 -0.783 0.019 primagama 0.323 0.824 0.185 0.340 0.259 GO 0.517 -0.069 0.206 0.181 -0.808 BTA 0.455 -0.315 -0.632 0.475 0.263 A13 Second Component (17.3%) 2 1 primagama A11 A8 A12 A7 A2 0 A1 A5 A6 A9 BP GO BTA A3 nurulfik ri A4 -1 A10 -2 -4 -3 -2 -1 0 First Component (72.6%) 1 2 3 68 Lanjutan Lampiran 3. C1 A1 A 10 A 11 A 12 A 13 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 Second Component (17.3%) 2 1 0 -1 -2 -4 -3 -2 -1 0 1 First Component (72.6%) 2 3 1.00 primagama Second Component (17.3%) 0.75 0.50 BP 0.25 0.00 GO -0.25 BTA nurulfik ri -0.50 0.0 0.1 0.2 0.3 First Component (72.6%) 0.4 0.5 69 Lampiran 4. Hasil Analisis Multidimensional Scalling Berbasis Atribut Iteration history for the 2 dimensional solution (in squared distances) Young's S-stress formula 2 is used. Iteration 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 S-stress Improvement .15741 .14812 .14008 .13304 .12675 .12106 .11590 .11121 .10693 .10301 .09943 .09612 .09304 .09018 .08751 .08499 .08261 .08034 .07817 .07608 .07406 .07209 .07017 .06829 .06644 .06463 .06288 .06124 .05968 .05818 .00929 .00804 .00704 .00629 .00569 .00516 .00469 .00428 .00392 .00359 .00331 .00307 .00286 .00268 .00252 .00238 .00227 .00217 .00209 .00202 .00197 .00192 .00188 .00185 .00181 .00175 .00164 .00156 .00151 Iterations stopped because this is iteration 30 Stress and squared correlation (RSQ) in distances RSQ values are the proportion of variance of the scaled data (disparities) in the partition (row, matrix, or entire data) which is accounted for by their corresponding distances. Stress values are Kruskal's stress formula 2. Matrix 1 Stimulus RSQ 1 5 Stress RSQ Stimulus .013 1.000 .020 1.000 Lanjutan Lampiran 4. 2 6 (Row Stimuli Only) Stress RSQ Stimulus .053 .998 .016 1.000 3 7 Stress .005 1.000 .021 1.000 RSQ Stimulus 4 8 .000 1.000 .023 1.000 Stress 70 9 13 .015 1.000 .242 .945 10 14 .360 .071 Averaged (rms) over stimuli Stress = .123 RSQ = .986 Configuration derived in 2 dimensions Stimulus Coordinates Dimension Stimulus Stimulus Number Name Column 1 NF 2 BP 3 PG 4 GO 5 BTA Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 -.4243 .8234 -.4814 .7803 -.5611 -1.1567 -.6384 -1.0567 -2.1593 1.0442 1.3044 -.2691 .6567 -.1093 1.3950 .8975 .8076 -1.2240 .7479 -1.6933 1.3071 -.3694 1.0519 1.7072 .9073 1.5873 .9732 -1.1034 -.8654 .3024 -1.3488 -.0494 -.6961 -.3066 -.6579 .2017 -1.3186 -.0062 .885 .996 11 .075 .995 12 .085 .993 71 Lanjutan Lampiran 4. Derived Stimulus Configuration Euclidean distance model 2 row 7 row 8 BTA 1 Dimension 2 row 3 BP NF row 10 row 11 0 row 14 row 13 row 12 row 2 row 6 row 1 GO -1 row 4 PG row 5 row 9 -2 -3 -2 -1 0 Dimension 1 1 2