bab ii landasan teori

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Analisis Pasar dan Industri
Pengertian pasar secara umum adalah keseluruhan permintaan dan penawaran
barang, jasa atau faktor produksi tertentu. Biasanya pasar dibedakan pengertian pasar
dalam arti sempit dan pengertian pasar dalam arti luas. Pengertian pasar dalam arti
sempit adalah tempat dimana pada umumnya barang atau jasa diperjualbelikan.
Sedangkan pengertian pasar dalam arti luas pasar adalah proses dimana pembeli dan
penjual saling berinteraksi untuk menentukan dan menetapkan harga jual. Menurut
Tjiptono dan Chandra dalam bukunya Pemasaran Strategik (2012: 150), sebuah
industri tidak dapat menarik seluruh pembeli dalam sebuah pasar, atau tidak semua
pembeli dengan cara yang sama. Hal tersebut dikarenakan pembeli terlalu beragam,
banyak, dan bervariasi dalam hal kebutuhan dan pemenuhannya. Oleh karena itu,
perusahaan harus mengidentifikasikan bagian dari pasar mana yang dapat mereka
layani dengan baik, dibandingkan dengan harus berkompetisi pada keseluruhan
pasar. Melalui Jurnal Manajemen Pemasaran dari Petra Christian University (2015:
vol. 9 no. 1), dalam proses identifikasi target pasar, terdapat tiga langkah utama
sebagai berikut:
1. Segmentasi Pasar (Segmenting)
Yaitu tindakan membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli
yang berbeda-beda yang mungkin membutuhkan produk-produk atau
kombinasi pemasaran yang terpisah.
14
15 2. Penentuan Pasar Sasaran (Targeting)
Yaitu suatu tindakan mengevaluasi keaktifan daya tarik setiap segmen pasar
dan memilih salah satu atau lebih dari segmen pasar tersebut untuk dimasuki.
3. Penempatan Produk (Positioning)
Yaitu tindakan untuk menempatkan posisi bersaing produk dan bauran
pemasaran yang tepat pada setiap pasar sasar.
Pasar hendaknya ditentukan sehingga konsumen dan pesaing dapat dianalisis
secara tepat. Menurut Daryanto (2011: 42) syarat adanya pasar adalah harus terdapat
orang-orang dengan kebutuhan dan keinginan tertentu dan satu atau lebih produk
yang dapat memuaskan kebutuhan ini. Selain itu, para pembeli juga mau dan mampu
membeli produk yang memuaskan kebutuhan keinginan mereka. Pasar produk
merupakan produk khusus yang dapat memuaskan sejumlah kebutuhan dan
keinginan manusia yang mau dan mampu membelinya (Cravens, 2000). Istilah
produk menunjukkan produk fisik atau jasa pelayanan. Definisi ini memadukan
manusia atau organisasi dengan kebutuhan dan keinginan yang hampir sama
terhadap suatu kategori produk yang dapat memuaskan keinginan tersebut. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis pasar:
1. Luas Pasar
Luas pasar bagi perusahaan tidak selalu berarti penjumlahan seluruh populasi
penduduk. Populasi penduduk tidak selalu berarti populasi pasar. Populasi
pasar (Market population) atau sering disebut sebagai potensial pasar adalah
keseluruhan permintaan terhadap produk tertentu pada wilayah dan periode
waktu yang berbeda pula. Tidak semua potensi permintaan tersebut mampu
16 dicapai (accesable) atau dilayani oleh industri produk tertentu (keseluruhan
perusahaan sejenis). Dan juga tidak semua total pasar tersebut sesuai dengan
kapasitas total perusahaan maupun tujuan perusahaan, bagi pasar potensial ini
merupakan bagian pasar yang tersedia (available market) bagi perusahaan.
2. Analisis Potensi Pasar (Market Share Perusahaan)
Bagian pasar yang mampu dikuasai oleh perusahaan apabila dibandingkan
dengan penjualan seluruh industrinya (total penjualan perusahaan yang
sejenis) dikenal sebagai market share. Tingkat market share ditunjukan dan
dinyatakan dalam angka prosentase. Atas dasar angka tersebut dapat
diketahui kedudukan perusahaan dan juga kedudukan pesaing-pesaingnya
dipasar. Sehingga seringkali tingkat market share dapat dipergunakan dalam
pedoman
atau
standart
keberhasilan
pemasaran
perusahaan
dalam
kedudukannya dengan pesaing-pesaingnya. Market share yang merupakan
indikator perusahaan yang mampu menjelaskan tentang:
a.
Kemampuan Perusahaan Menguasai Pasar.
Kemampuan penguasaan pasar dapat dipandang sebagai salah satu
indikator keberhasilan. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah
mempertahankan atau meningkatkan tingkat market share. Sehingga
pencapaian
perusahaan.
tujuan
berarti
juga
dianggap
sebagai
keberhasilan
17 b.
Kedudukan (Posisi) Perusahaan di Pasar Persaingan.
Berdasarkan
tingkat
market
share,
kedudukan
masing-masing
perusahaan dapat dilakukan urutan atau rangkingnya dalam pasar
persaingan. Secara berturut-turut posisi perusahaan dapat dibedakan
sebagai: marker leader, challenger, follower, dan market nicher. Suatu
usaha perlu memilih dan menentukan perusahaan-perusahaan lain yang
dianggap sebagai pesaing perusahaan. Rasio ini, dikenal sebagai relative
market share yang lebih realistis.
2.1.1. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan suatu proses yang berkaitan erat dengan
proses pembelian, pada saat itu konsumen melakukan aktifitas-aktifitas seperti
melakukan pencarian, penelitian, dan pengevaluasian produk. Perilaku
konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat
keputusan pembelian. Yang termasuk ke dalam perilaku konsumen selain
mengenai kualitas produk, juga meliputi harga produk atau jasa tersebut. Jika
harga suatu produk tidak terlalu tinggi, maka konsumen tidak akan terlalu lama
membutuhkan waktu untuk memikirkan dan melakukan aktifitas perilaku
konsumen. Namun jika harga suatu barang atau jasa tersebut bisa dibilang
tinggi, atau mahal, maka konsumen tersebut akan memberikan effort lebih
terhadap barang tersebut. Pembeli tersebut akan semakin lama melakukan
perilaku
konsumen,
seperti
melihat,
menanyakan,
mengevaluasi,
dan
mempertimbangkan. The American Marketing Association dalam Setiadi (2003)
menyatakan dalam perilaku konsumen terdapat tiga hal penting yaitu:
18 1.
Perilaku konsumen bersifat dinamis, selalu berubah dan bergerak
sepanjang waktu.
2.
Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara afeksi (perasaan),
kognisi (pemikiran), perilaku dan lingkungan sekitar.
3.
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran.
Melalui jurnal perilaku konsumen yang disebutkan oleh R. Sulistyawati
dari Universitas Gunadarma (2012) menyatakan bahwa perilaku pembelian
konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis.
Sedangkan Wilkie (1986) menyatakan bahwa perilaku konsumen itu dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal.
1.
Faktor Internal: Usia, pekerjaan, gaya hidup, kepribadian, motivasi,
persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.
2.
Faktor Eksternal: Budaya, keluarga, kelompok acuan, kondisi
lingkungan, kegiatan pemasaran perusahaan, dan situasi lingkungan.
2.1.2. Industri Jasa
Dalam ilmu ekonomi, jasa atau layanan adalah aktivitas ekonomi yang
melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang
milik, tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Menurut Yanti Amelia
dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta melalui jurnalnya yang berjudul
Industrialisasi Jasa dan Produk (2011), Industri mempunyai dua pengertian yaitu
pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara
luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang
bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri
19 pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara
mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi. Dalam hal ini termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan
(assembling). Sukses suatu industri jasa tergantung dari sejauh mana perusahaan
mampu mengolah ketiga aspek berikut (Rangkuti 2006, hal.26-27):
1.
Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada
pelanggan.
2.
Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi
janji tersebut.
3.
Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada
para pelanggan.
2.1.2.1. Industri Kreatif
Melalui jurnalnya yang berjudul Perkembangan Industri Kreatif,
Togar M. Simatupang menyebutkan bahwa industri kreatif dapat diartikan
sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau
penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal
dengan nama lain Industri Budaya (terutama di Eropa) atau juga Ekonomi
Kreatif. Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa Industri
kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,
keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta
lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi
dan daya cipta individu tersebut.
20 Menurut Howkins (2013: 43), ekonomi kreatif terdiri dari
periklanan, arsitektur, seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik, seni
pertunjukkan, penerbitan, penelitian dan pengembangan (R&D), perangkat
lunak, mainan dan permainan, Televisi dan Radio, dan Permainan Video.
Muncul pula definisi yang berbeda-beda mengenai sektor ini. Namun
sejauh ini penjelasan Howkins masih belum diakui secara internasional.
Industri
kreatif
dipandang
semakin
penting
dalam
mendukung
kesejahteraan dalam perekonomian, berbagai pihak berpendapat bahwa
kreativitas manusia adalah sumber daya ekonomi utama dan bahwa
industri abad kedua puluh satu akan tergantung pada produksi pengetahuan
melalui kreativitas dan inovasi. Berbagai pihak memberikan definisi yang
berbeda-beda mengenai kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam industri
kreatif. Bahkan penamaannya sendiri pun menjadi isu yang diperdebatkan
dengan adanya perbedaan yang signifikan sekaligus tumpang tindih antara
istilah industri kreatif, industri budaya, dan ekonomi kreatif.
2.1.2.2. Industri Wedding Organizer
Menurut Nugroho Setyo Kuswanto dari Universitas Airlangga
melalui jurnalnya Studi Tentang Makna Pemakaian Jasa Wedding
Organizer Dalam Pernikahan (2011), wedding organizer merupakan suatu
jasa khusus yang membantu calon pengantin dan keluarga dalam
perencanaan dan supervisi pelaksanaan rangkaian acara pesta pernikahan
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Setiap pengantin pada
dasarnya memiliki sifat dan sikap yang unik dan berbeda. Di tengah
21 kemajuan zaman, dengan segala kesibukan yang melanda, mengakibatkan
para pasangan calon pengantin tak lagi memiliki waktu yang cukup untuk
mempersiapkan pesta pernikahan sendiri. Begitu banyak hal yang harus
diurus, begitu banyak detail yang harus diperhatikan, sementara begitu
sedikit waktu yang tersedia. Mengandalkan keluarga pun tak mungkin
dilakukan mengingat mereka juga memiliki kesibukan masing-masing. Di
kondisi seperti inilah kehadiran wedding organizer sangat dibutuhkan.
Peran wedding organizer sebagai partner segaligus teman akan sangat
membantu pasangan calon pengantin mempersiapkan pesta pernikahan
hingga ke detail yang sekecil-kecilnya. Beberapa alasan para calon
pengantin membutuhkan bantuan jasa wedding organizer adalah sebagai
berikut:
1. Waktu yang Sangat Berharga
Khususnya bila calon pengantin atau keluarga sibuk terikat
dengan
aktifitas
pekerjaan
yang
tinggi
sehingga
sulit
menyisakan waktu yang cukup untuk menyiapkan sendiri segala
perencanaan dan perlengkapan acara.
2. Efisiensi Waktu dan Tenaga
Begitu banyak macam kebutuhan sebuah pesta pernikahan dan
tersedia beraneka ragam pilihan. Bila belum memiliki sendiri
data atau pengalaman menggunakan suatu jasa/produk, sungguh
melelahkan bila para calon pengantin harus mencari dan
22 membandingkannya sendiri satu persatu. Dengan memanfaatkan
semua informasi mengenai pernikahan yang disediakan oleh
seorang wedding organizer, calon pengantin dapat menghemat
waktu dan tenaga.
3. Tanggung Jawab Professional atas Kelancaran Acara
Menjelang pesta, ditengah kegembiraan dan kesibukan dalam
mempersiapkan penampilan diri secara sempurna, hampir tidak
mungkin lagi untuk memeriksa sendiri kesiapan perlengkapan
pesta seperti dekorasi, katering, fotografer, dan lain-lain. Para
calon pengantin dapat merasa stress sendiri bila melakukan
semuanya sendirian. Juga tidak enak rasanya meminta anggota
keluarga atau teman untuk bertanggung jawab menangani
masalah itu. Dengan kontrak kerja yang profesional, wedding
organizer akan bertanggung jawab secara penuh atas kelancaran
acara.
4. Penampilan yang Sempurna.
Pesta pernikahan akan menjadi kenangan seumur hidup.
Kesiapan fisik dan mental yang sempurna adalah kunci dari
segalanya. Kerjasama yang terpadu antara calon pengantin dan
sebuah tim yang profesional akan membantu mewujudkannya.
23 2.1.3.Service Marketing
Service marketing (pemasaran jasa) adalah proses penyusunan komunikasi
terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa
dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Dalam
service marketing terutama pelayanan jasa, dikenal marketing mix. Menurut Pine
dan Gilmore (1999: 32) bahwa “Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran”. Berdasarkan definisi diatas
bahwa bauran pemasaran adalah kombinasi beberapa elemen bauran pemasaran
untuk memperoleh pasar, pangsa pasar yang lebih besar, posisi bersaing yang
kuat, dan citra positif pada pelanggan sehingga dapat kita artikan bahwa tujuan
pemasaran adalah untuk meningkatkan jumlah pelanggan, meningkatkan hasil
penjualan, serta dapat memberikan keuntungan untuk perusahaan dan
stakeholder. Marketing mix yang dipakai dalam pelayanan jasa usaha adalah
sebagai berikut:
1. Product (Produk)
Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang
dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk merupakan suatu
hasil dari proses yang dipengaruhi oleh kekuatan pasar (supply vs
demand) yang diperankan oleh fungsi operasi dalam menciptakan atau
pengadaan barang dan jasa pada basis biaya (cost) dan oleh fungsi
24 marketing dalam hal memahami kebutuhan dan keinginan customer
(consumer behavior).
2. Price (Harga)
Definisi harga menurut Pine dan Gilmore adalah: “Price is the amount
of money charged for a product or service. More broadly, price is the
sum of all the value that consumers exchange for the benefits of having
or using the product or service”. Harga adalah sejumlah uang yang
dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Secara lebih luas, harga
adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan
keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa.
Sedangkan Stanton (1998: 73) mendefinisikan harga: “Price is the
amount of money and or goods needed to acquire some combination of
another goods and its companying services”. Pengertian di atas
mengandung arti bahwa harga adalah sejumlah uang dan atau barang
yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari barang yang lain
yang disertai dengan pemberian jasa. Harga merupakan elemen dari
bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, dimana suatu saat harga akan
stabil dalam waktu tertentu tetapi dalam seketika harga dapat juga
meningkat atau menurun dan juga merupakan satu-satunya elemen yang
menghasilkan pendapatan dari penjualan. Perusahaan menetapkan suatu
harga dengan melakukan pendekatan penetapan harga secara umum
yang meliputi satu atau lebih diantara tiga perangkat perimbangan
berikut ini yakni:
25 a. Cost-Based Pricing (Penetapan harga berdasarkan biaya)
• Cost-Plus-Pricing (Penetapan harga biaya plus)
Metode ini merupakan metode penelitian harga yang paling
sederhana, dimana metode ini menambah standar mark-up
terhadap biaya produk.
• Break Even Analysis and Target Profit Pricing (Analisis Peluang
pokok dan penetapan harga laba sasaran).
Suatu metode yang digunakan perusahaan untuk menetapkan
harga apakah akan break even atau membuat target laba yang
akan dicari.
b. Value-Based Pricing (Penetapan harga berdasarkan nilai)
Metode ini menggunakan satu persepsi nilai dari pembeli (bukan
dari biaya penjualan) untuk menetapkan suatu harga.
c. Competition-Based
Pricing (Penetapan
harga
berdasarkan
persaingan)
• Going-rate Pricing (Penetapan harga berdasarkan harga yang
berlaku)
Perusahaan mendasarkan harganya pada harga pesaing dan
kurang memperhatikan biaya dan permintaannya. Perusahaan
dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi atau lebih
rendah dan pesaing utamanya.
• Scaled-Bid Pricing (Penetapan harga penawaran tertutup)
Perusahaan
menetapkan
pesaing
dan
bukan
berdasarkan
hubungan yang kaku atas biaya atau permintaan perusahaan.
26 3. Promotion (Promosi)
Definisi menurut Stanton (1998: hal 83) adalah: “Promotion mix is the
combination of operasional selling, sales person, public relation. These
are the promotional tools that help an organization to achieve its
marketing objective”. Sedangkan menurut Kotler yang dimaksud
dengan promosi adalah : “Promotion includes all the activities the
company undertakes to communicate and promote its product the target
market”.
Menurut Dr. Abhinanda Gautam melalui jurnalnya yang berjudul The
Impact Of Above The Live Promotion Tools (2014: Vol.3, no.
4), promotion tools didefinisikan sebagai berikut :
a. Advertising (Periklanan)
Suatu promosi barang atau jasa yang sifatnya non personal dilakukan
oleh sponsor yang diketahui.
b. Personal selling (Penjualan perorangan)
Penjualan perorangan yang dilakukan oleh para wiraniaga yang
mencoba dan membujuk untuk melakukan penjualan sekaligus.
c. Sales promotion (Promosi penjualan)
Suatu kegiatan yang dimaksud untuk membantu mendapatkan
konsumen yang bersedia membeli produk atau jasa suatu perusahaan.
27 d. Public relation (Publisitas)
Suatu kegiatan pengiklanan secara tidak langsung dimana produk
atau jasa suatu perusahaan disebarluaskan oleh media komunikasi.
4. Place (Distribusi)
Distribusi adalah : “The various the company undertakes to make the
product accessible and available to target customer”. Berbagai
kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah
diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran. Keputusan penentuan
lokasi dan saluran yang digunakan untuk memberikan jasa kepada
pelanggan melibatkan pemikiran tentang bagaimana cara mengirimkan
atau menyampaikan jasa kepada pelanggan dan dimana hal tersebut
akan dilakukan. Ini harus dipertimbangkan karena dalam bidang jasa
sering kali tidak dapat ditentukan tempat dimana akan diproduksi dan
dikonsumsi pada saat bersamaan. Saluran distribusi dapat dilihat
sebagai kumpulan organisasi yang saling bergantungan satu sama
lainnya
yang
terlibat
dalam
proses
penyediaan
sebuah
produk/pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Penyampaian
dalam perusahaan jasa harus dapat mencari agen dan lokasi untuk
menjangkau populasi yang tersebar luas. Sebagai salah satu
variabel marketing mix, place/distribusi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam membantu perusahaan memastikan produknya,
karena tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang
28 dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang
tepat.
5. Proses
Mutu layanan jasa sangat bergantung pada proses penyampaian jasa
kepada konsumen. Mengingat bahwa penggerak perusahaan jasa adalah
karyawan itu sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan (quality
assurance), seluruh operasional perusahaan harus dijalankan sesuai
dengan sistem dan prosedur yang terstandarisasi oleh karyawan yang
berkompetensi, berkomitmen, dan loyal terhadap perusahaan tempatnya
bekerja.
6. People
Merupakan aset utama dalam industri jasa, terlebih lagi people yang
merupakan karyawan dengan performa tinggi. Kebutuhan konsumen
terhadap karyawan berkinerja tinggi akan menyebabkan konsumen puas
dan loyal. Kemampuan knowledge (pengetahuan) yang baik, akan
menjadi kompetensi dasar dalam internal perusahaan dan pencitraan
yang baik di luar. Faktor penting lainnnya dalam people adalah sikap
dan motivasi dari karyawan dalam industri jasa. Momen yang
menentukan akan terjadi pada saat terjadi kontak antara karyawan dan
konsumen. Sikap sangat penting, dapat diaplikasikan dalam berbagai
bentuk, seperti penampilan karyawan, suara dalam bicara, body
language, ekspresi wajah, dan tutur kata. Sedangkan motivasi karyawan
29 diperlukan untuk mewujudkan penyampaian pesan dan jasa yang
ditawarkan pada level yang diekspetasikan.
7. Physical Evidence
Gedung merupakan bagian dari bukti fisik, karakteristik yang menjadi
persyaratan yang bernilai tambah bagi konsumen dalai perusahaan jasa
yang memiliki karakter. Perhatian terhadap interior, perlengkapan
bangunan, termasuk lighting system, dan tata ruang yang lapang
menjadi perhatian penting dan dapat mempengaruhi suasana hati
pengunjung. Bangunan harus dapat menciptakan perasaan dengan
memperhatikan suasana sehingga memberikan pengalaman kepada
pengunjung dan dapat membrikan nilai tambah bagi pengunjung,
khususnya menjadi syarat utama perusahaan jasa dengan kelas market
khusus.
8. Productivity and Quality
Produktivitas adalah sejauh mana efisiensi masukan-masukan layanan
ditransformasikan ke dalam hasil-hasil layanan yang dapat menambah
nilai bagi pelanggan, sedangkan kualitas adalah derajat suatu layanan
yang dapat memuaskan pelanggan karena dapat memenuhi kebutuhan,
keinginan, dan harapan. Dalam jasa juga ada komponen biaya yang
dihitung berdasarkan aktivitas, makanya kita mengenal istilah activity
based accounting. Sementara itu kualitas sangat penting pada jasa
30 ketimbang pada produk. Jika produk kualitas rendah masih bisa laku di
pasar, tidak demikian halnya dengan jasa.
2.1.4.Konsep Hospitality
Hospitalitas adalah terjemahan dari kata benda Latin hospitium (atau kata
sifatnya hospitalis), yang berasal dari hospes, yang artinya “tamu” atau “tuan
rumah”. Konsep ini juga dipengaruhi oleh kata Yunani Xenos, yang menunjuk
kepada orang asing yang menerima sambutan atau yang melakukan
penyambutan terhadap orang lain. Konsep ini sangat dibutuhkan dalam
pelayanan jasa kepada masyarakat, karena keramah-tamahan membentuk suatu
keuntungan tersendiri yaitu pelanggan atau konsumen merasa diterima dan dapat
menjadi bagian dalam perjalanan suatu usaha. Menurut Wan Azmi dari Sekolah
Tinggi Perhotelan AMPTA Yogyakarta melalui jurnalnya yang berjudul Konsep
Hospitalitas (2007), hospitalitas adalah suatu aktivitas perancangan dan
pergerakan atau pandauan oleh sesuatu perusahaan atau organisasi berhubung
dengan segala kaedah, peraturan, dan juga tanggung jawab serta tugas-tugas kaki
tangannya itu. Hospitality itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Keramah-tamahan
pribadi,
yaitu
keramah-tamahan
tanpa
mengharapkan pembayaran, mungkin harapan sebatas pujian, keramahtamahan pribadi di jumpai di dalam rumah tangga.
2. Keramah-tamahan umum, yaitu keramah-tamahan yang bersumber dari
keramah-tamahan pribadi yang bertujuan untuk memperoleh bayaran
31 dari jasa yang diperjualbelikan, contohnya para pengusaha yang
mendirikan penginapan komersil, hotel, restoran, dan lain-lain.
2.1.5.Online Marketing
Pratik Dholakiya menyebutkan arti online marketing melalui jurnalnya
yang berjudul “3 Digital Marketing Channels That Work for Every Advertiser"
(2015) bahwa Pemasaran Internet atau pemasaran elektronik secara online
(bahasa Inggris: Internet marketing, e-marketing, atau online-marketing) adalah
segala upaya yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk atau jasa
melalui atau menggunakan media elektronik atau Internet. Huruf 'e' dalam emarketing ini berarti elektronik yang artinya kegiatan pemasaran yang dimaksud
dilaksanakan secara elektronik melalui jaringan Internet. Dengan terciptanya
teknologi Internet, banyak istilah baru yang menggunakan awalan huruf e,
seperti halnya: e-mail, e-business, e-gov, e-society, dan lain-lain.
Kegiatan pemasaran Internet umumnya meliputi atau berkisar pada hal-hal
yang berhubungan dengan pembuatan produk periklanan, pencarian prospek
atau pencarian pembeli dan penulisan kalimat-kalimat pemasaran untuk menjual
produk atau jasa. Pemasaran Internet ini secara umum meliputi kegiatan jasa
digital, produk digital, dan periklanan dengan menggunakan spanduk digital.
Periklanan dengan menggunakan spanduk digital seperti promosi melalui:
1. Mesin Pencari
2. Surat Elektronik
3. Afiliasi
32 Kegiatan pemasaran Internet yang efektif meliputi banyak strategi dari
optimisasi mesin pencari, jejaring sosial, dan iklan berbayar per klik. Dengan
beragamnya strategi tersebut maka pembelajaran yang berkelanjutan untuk hal
ini sangat penting. Terdapat juga beberapa manfaat yang didapatkan dalam
pemasaran secara online:
1. Tidak terbatas dengan waktu karena bisa diakses 24 jam.
2. Menjangkau pasar yang lebih luas, bahkan sampai ke manca negara.
3. Mengurangi biaya pemasaran karena tidak perlu membuat outlet secara
phisik dan juga tidak perlu brosur, spanduk, dan sebagainya.
4. Memudahkah pelaku usaha untuk menjalin hubungan dengan
konsumen melalui komunikasi interaktif dengan memanfaatkan ruang
diskusi chatting atau email.
5. Strategi pemasaran lewat internet bisa memberikan nilai lebih dalam
menghadapi persaingan.
2.1.6.Supply Chain
Menurut Kalakota (2000: 197), Manajemen Rantai Suplai (Supply chain
management) adalah sebuah ‘proses payung’ di mana produk diciptakan dan
disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah supply chain (rantai
suplai)
merujuk
kepada
jaringan
yang
rumit
dari
hubungan
yang
mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber
produksi dalam menyampaikan kepada konsumen.). Menurut Chopra (2001: 5),
tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai suplai adalah untuk
memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan. Rantai suplai yang
33 terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai
suplai tersebut.
Manajemen rantai suplai ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional)
untuk mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan
pergerakan dari barang dalam organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana
korporasi lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus
mengurangi kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal
distribusi. Tujuan dari manajemen rantai suplai ialah meningkatkan kepercayaan
dan kolaborasi di antara rekanan rantai suplai, dan meningkatkan inventaris
dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan inventori. Dengan demikian,
berdasarkan berbagai definisi supply chain management sebagaimana telah
disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa supply chain management adalah
semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan uang di
sepanjang supply chain. Lebih jauh cakupan supply chain management akan
meliputi hal-hal berikut.
Bagian
Cakupan kegiatan antara lain
Pengembangan
Melakukan riset pasar, merancang produk baru,
produk
melibatkan supplier dalam perancangan produk baru
Pengadaan
Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier,
melakukan pembelian bahan baku dan komponen,
memonitor supply risk, membina dan memelihara
hubungan dengan supplier
Perencanaan & Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan
34 Pengendalian
kapasitas, perancanaan produksi dan persediaan
Operasi/
Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Produksi
Pengiriman/
Perencanaan
Distribusi
pengiriman,
jaringan
distribusi,
penjadwalan
mencari dan memelihara hubungan
dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor
service level di tiap pusat distribusi
Tabel 2.1. Cakupan Supply Chain Management
(Sumber: I Nyoman Pujawan, 2005)
Hal penting yang menjadi dasar pemikiran pada konsep ini adalah fokus
pada pengurangan kesia siaan dan mengoptimalkan nilai pada rantai pasokan
yang berkaitan. Dengan demikian Manajemen Rantai Pasokan atau Supply
Chain Management dapat didefinisikan sebagai pengelolaan berbagai kegiatan
dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi
sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan
diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim distribusi.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian secara tradisional dan
berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan
distributor. Supply Chain Management meliputi penetapan:
1. Pengangkutan.
2. Pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)
35 3. Supplier
4. Distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank
5. Hutang maupun piutang
6. Pergudangan
7. Pemenuhan pesanan
8. Informasi
mengenai
ramalan
permintaan,
produksi
maupun
pengendalian persediaan.
Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri
dari tiga komponen utama yaitu:
1. Upstream Supply Chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu
perusahaan manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat
manufacturers, assemblers, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka
kepada para penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan
para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari
asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di
dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2. Internal Supply Chain
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang
digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke
dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan ke
dalam organisasi. Di dalam internal supply chain, perhatian yang utama
adalah manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.
36 3. Downstream supply chain
Downstream (hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang
melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam
downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi,
pergudangan transportasi dan after-sale service.
Indrajit dan Djokopranoto (2003) menjelaskan mengenai pelaku utama
yang mempunyai kepentingan didalam arus barang dapat dikembangkan suatu
model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata
rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang
terhubung satu dengan yang lain. Pemasok telah dimasukkan untuk menunjukan
hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersamasama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan
jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan
supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara
mudah dan akurat antara jaringan atau mata rantai tersebut dan pergerakan
barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal. Secara
ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
37 Gambar 2.2. Gambaran Supply Chain Management
(Sumber: Indrajit dan Djokopranoto, 2002)
Menurut Lovelock (2010), Banyak orang menganggap bahwa distribusi
adalah memindahkan barang melalui saluran fisik ke ditributor dan agen penjual
atau ke pengguna akhir. Jasa pada prinsipnya tidak ada yang berpindah dari segi
kepemilikan. Pengalamam, kinerja, dan secara fisik tidak dapat dikirim dan
disimpan, sementara mengirimkan informasi adalah merupakan transaksi yang
banyak dilakukan melalui channel elektronik. Distribusi bekerja dalam satu
konteks jasa, dalam suatu tipikal siklus penjualan, distribusi jasa memerlukan
tiga unsur yang saling berhubungan antara lain:
1. Aliran informasi dan promosi, mendistribusikan informasi dan bahan
promosi yang berkenaan dengan penawaran jasa, secara objektif dapat
mencapai pelanggan atau pembeli jasa.
2. Aliran negosiasi, berupa penawaran kontrak perjanjian hak dalam
menggunakan jasa.
3. Aliran produk, berupa produk perbankan, internet, distance learning,
siaran berita, dan hiburan merupakan produk layanan yang disampaikan
melalui media elektronik yang pemanfaatannya terpusat pada satu atau
lebih lokasi.
38 Gambar 2.3. Informasi dan Proses Fisik dari berbagai produk jasa yang ditingkatkan
Suplemen pelayanan yang digambarkan oleh Lovelock yang digambarkan
mengitari inti (core) sebuah bunga yakni, yang dikenal dengan istilah the eight
petals on the flower of service meliputi:
1. Information, yaiitu suatu pelayanan yang berkualitas yang dimulai dari
suplemen informasi dari produk dan jasa yang diperlukan oleh
pelanggan. Seorang pelanggan akan menanyakan pada penjual tentang
apa, bagaimana dan berapa, kepada siapa, dan dimana diperoleh, dan
berapa lama memperoleh barang dan jasa yang diinginkannya.
Penyediaan saluran informasi yang langsung memberikan kemudahan
dalam rangka menjawab keingintahuan pelanggan tersebut adalah
penting, tanpa adanya saluran informasi ini akan menyebabkan minat
para pembeli/pelanggan akan surut.
39 2. Consultation, setelah memperolah informasi yang diinginkan, biasanya
pelanggan akan membuat satu keputusan, yaitu membeli atau tidak
membeli. Di dalam proses memutuskan ini, seringkali di perlukan
pihak-pihak yang dapat diajak untuk berkonsultasi, baik menyangkut
masalah tehnis, administrasi, harga, hingga kualitas barang dan
manfaatnya. Untuk mengantisipasi titik kritis yang kedua ini, para
penjual harus menyiapkan sarananya, menyangkut materi konsultasi,
tempat konsultasi, personal konsultasi, dan waktu untuk berkonsultasi
secara cuma-cuma.
3. Order taking, keyakinan yang diperoleh pelanggan melalui konsultasi
akan menggiring mereka pada tindakan untuk memesan produk yang
diinginkan. Penilaian pembeli pada titik ini ditekankan pada kualitas
pelayanan yang mengacu pada kemudahan pengisian. Aplikasi maupun
administrasi pemesanan barang yang tidak berbelit-belit, fleksibel,
biaya murah, syarat-syarat yang ringan dan kemudahan memesan
melalui saluran telephon, fax, dan sebagainya.
4. Hospitality, pada titik ini pelanggan berurusn langsung ke tempat
transaksi akan memberikan penilaian terhadap sikap ramah dan sopan
santun dari karyawan, ruang tunggu yang nyaman, kafe untuk makanan
dan minuman hingga tersedianya WC/toilet yang bersih.
5. Safekeeping, variasi latar belakang pelanggan yang berbeda-beda akan
menuntut pelayanan yang berbeda-beda pula. Misalnya saja yang
bermobil menginginkan tempat parker mobil yang aman dan leluasa,
40 yang tidak mau keluar rumah menginginkan fasilitas antar. Semua itu
harus diperhatikan dan dipedulikan oleh penjual.
6. Exception, pada titik ini perusahaan dituntut bagaimana melayani klaimklaim pelanggan yang datang secara tiba-tiba, garansi terhadap produk
yang tidak berfungsi, restitusi akibat produk yang tidak bisa dipakai,
layanan unguk orang yang cacat, kecelakaan dan sebagainya.
7. Billing, titik rawan ini berada pada administrasi pembayaran. Niat baik
pelanggan unuk menuntaskan pembayaran sering digagalkan pada titik
ini. Artinya perusahaan harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan administrasi pembayaran, apakah itu menyangkut daftar isian
formulir transaksi, mekanisme pembayaran, hingga keakuratan
penghitungan rekening tagihan.
8. Payment, pada titik iini yang merupakan ujung pelayanan, harus
disediakan fasilitas pembayaran berdasarkan keinginan pelanggan.
Dapat berupa self service payment seperti penggunaan koin/uang
recehan pada telephon umum, kemudahan melalui LLG/transfer bank,
kartu kredit, debet langsung pada rekening pelanggan dibank, hingga
tagihan kerumah.
Banyak organisasi layanan menemukan bahwa mengalihdayakan tugas
dapat mengefektifkan biaya. Sering kali, pendelegasian seperti ini berkaitan
dengan elemen-elemen layanan tambahan. Bagaimana sebaiknya suatu penyedia
layanan bermitra dengan satu atau lebih perantara untuk menghantarkan paket
layanan yang lengkap kepada konsumen? Dalam gambar dibawah ini kita
menggunakan kerangka krja “flower of service” untuk menunjukkan contoh
41 dimana produk inti dihantarkan oleh penyedia jasa, bersama dengan beebrapa
elemen pelengkap tertentu dalam informasi, konsultasi, dan hal-hal yang luar
biasa,
tetapi
penghantaran
layanan-layanan
tambahan
lainnya
hanya
didelegasikan ke pihak perantara untuk melengkapi penawaran layanan seperti
yang dirasakan oleh konsumen.
Gambar 2.4. Pembagian Tanggung Jawab dalam Penghantaran Jasa
2.2. Analisis Strategi
2.2.1. Porter Five Forces
Analisa Five Forces Porter merupakan sebuah kerangka kerja untuk
analisis industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan oleh
Michael E. Porter dari Harvard Bussiness School pada tahun 1979. Menurut
International Journal of Hospitality Management, analisa ini menggunakan
konsep yang dikembangkan dalam salah satu bidang ekonomi, industrial
42 organization, untuk mendapatkan lima kekuatan, mengantisipasi kelemahan, dan
menghindari dalam pengambilan keputusan yang salah. Secara konvensional
tool ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu produk baru,
layanan atau suatu bisnis dapat menghasilkan suatu keuntungan. Menurut
Michael E. Porter, disebutkan ada lima kekuatan bersaing seperti berikut ini:
1. Masuknya persaingan baru
2. Ancaman dari produk pengganti (Substitusi)
3. Kekuatan penawaran pembeli
4. Kekuatan penawaran pemasok
5. Persaingan diantara perusahaan yang ada
Jadi jelas dalam suatu persaingan yang ada dalam suatu industri tidak
hanya terbatas pada suatu persaingan diantara para pesaing yang ada tetapi
gabugan dari kelima kekuatan bersaing itu dan akan menentukan kemampuan
perusahaan didalam suatu industri untuk memperoleh keuntungan. Setiap
perusahaan yang bersaing dalam suatu industri pasti memiliki strateginya
masing-masing. Yang dikembangan baik secara eksplisit (melalui proses
perencanaan) maupun secara implisit (melalui berbagai kegiatan fungsional).
43 Gambar 2.5. Skema Five Forces Porter
(Sumber: www.google.com, 2016)
Pada analisis Five Forces Porter yang pertama kali dilakukan yaitu
menentukan siapa saja yang akan menjadi pemain atau yang berperan dalam
industri. Dalam kata lain persaingan atau kompetisi dalam industri merupakan
sebuah aspek yang penting. Porter menghubungkan kekuatan ini sebagai
lingkungan mikro dimana terisi dari kekuatan-kekuatan yang begitu dekat
dengan perusahaan dan mempengaruhi kemampuan perusahaan tersebut dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan dan menghasilkan keuntungan.
Kedua, ancaman dari masuknya pendatang baru akan mempengaruhi
daaya tarik pada sebuah industri. Meningkatnya ancaman dari pemanin baru
akan terjadi apabila hambatan bagi pemain baru untuk masuk kedalam sebuah
44 industri cukup rendah dan pelaku industri yang ada tidak memiliki kemampuan
untuk berkompetisi secara ketat dengan pemain baru.
Ketiga, ancaman dari produk substitusi juga mempengaruhi daya tarik
suatu industri. Peningkatan anacaman dari produk substitusi pada suatu industri
dipegaruhi oleh tersedianya produk substitusi di pasar yang memiliki harga yang
menarik, produk substitusi memiliki kualitas yang lebih baik dan konsumen
lebih mudah untuk berpindah merek.
Keempat, posisi kekuatan pemasok mempengaruhi daya tarik suatu
industri. Posisi kekuatan pemasok pada suatu industri akan meningkat apabila
produk dari pemasok terdeferensiasi, jumlah pemasok tidak terlalu banyak jika
dibandingkan dengan pelanggan dari pemasok tersebut, tidak ada produk dari
pemasok lain yang memiliki kualitas yang baik.
Terakhir, posisi kekuatan pembeli juga mempengaruhi daya tarik suatu
industri. Posisi kekuataan pembeli pada suatu industri akan meningkat apabila
produk dari industri tidak tidak terdiferensiasi, jumlah pembeli lebih besar
dibandingkan dengan pelaku industri, pembeli memiliki pengetahuan yang lebih
baik mengenai produk dari penjual.
2.2.2. SWOT
Menurut Freedy Rangkuti (2010), SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weeknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan
45 strategis selalu berkaitan dengan pengambilan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan.
Dalam International Journal of Business and Social Science volume 2,
No.11 (2011), analisi SWOT merupakan cara untuk mengamati lingkungan
pemasaran eksternal dan internal. Analisis SWOT membandingkan antara faktor
eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan
kelemahan).
Berikut ini adalah pemaparan secara singkat mengenai strength, weakness,
opportunities, dan threats:
1.
Strength (Kekuatan) adalah faktor atau komponen inti, yang akan
membantu memanfaatkan peluang yang ada, berkontribusi pada
tujuan yang ingin dicapai dan mengurangi dampak dari ancaman atau
menghapusnya sama sekali. Faktor yang dianggap sebagai kekuatan
dalam perusahaan harus mampu dijalankan lebih baik dari pada
pesaing. Dalam bisnis sesuatu dikatakan berguna atau dianggap
sebagai kekuatan jika dapat membantu untuk mendapatkan pangsa
pasar,
meningkatkan
peluang
dan
keuntungan
serta
dapat
berhubungan dengan faktor-faktor input, proses, dan output.
2.
Weakness (Kelemahan) adalah faktor yang akan mengurangi
kemampuan untuk mengejar peluang, mengurangi kemampuan untuk
mencapai tujuan atau menginginkan ancaman memiliki dampak atau
memungkinkan mereka untuk terjadi. Untuk faktor yang dianggap
sebagai kelemahan, perusahaan harus mengontrol lebih baik agar
46 kelemahan ini tidak berdampak didaerah yang penting bagi pelanggan,
atau untuk efisiensi menjalankan bisnis.
3.
Opportunities
(Peluang)
adalah
faktor
yang
memungkinkan
perusahaan untuk mengurangi biaya yang harus dikeluarkan atau
untuk meraih kontrol yang lebih baik terhadap keseluruhan input.
Faktor ini juga memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan
prosesnya melalui teknologi yang lebih baik atau membantu
menambah jumlah pelanggan melalui peluang pasar, juga dapat
mengarahkan pada posisi terbaik dalam pengaturan efisiensi biaya.
4.
Threats (Hambatan) adalah faktor yang dapat mendorong perusahaan
mengeluarkan biaya yang lebih banyak atau juga dapat kehilangan
kontrol
terhadap
input
perusahaan.
Menyebabkan
penurunan
efektifitas dalam proses kerja perusahaan, sehingga memungkinkan
terjadinya penurunan pada jumlah output perusahaan yang akan
berdampak negatif bagi kinerja perusahaan sendiri.
2.3. Keuangan
2.3.1. Modal Bisnis
Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam
Listyawan Ardi Nugraha (2011:9) “modal adalah uang yang dipakai sebagai
pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda
(uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan
sesuatu yang menambah kekayaan”. Modal dalam pengertian ini dapat
diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan
kegiatan-kegiatan bisnis. Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang
47 bukanlah segala-galanya dalam sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa
uang dalam sebuah usaha sangat diperlukan. Yang menjadi persoalan di sini
bukanlah penting tidaknya modal, karena keberadaannya memang sangat
diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga
bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar.
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan secara
langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah
output. Modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi setiap
usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar.
Berikut penjabaran berbagai macam-macam modal:
1.
Modal Sendiri
Menurut Mardiyatmo (2009) mengatakan bahwa modal sendiri adalah
modal yang diperleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri
terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara, dan lain sebagainya.
Kelebihan modal sendiri adalah:
a.
Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi
sehingga tidak menjadi beban perusahaan.
b.
Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana
diperoleh dari setoran pemilik modal.
c.
Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu
yang relatif lama.
d.
Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang
ditanamkan pemilik akan tertanam lama dan tidak ada masalah
seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke pihak lain.
48 Kekurangan modal sendiri adalah:
• Jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah
tertentu sangat tergantung dari pemilik dan jumlahnya relatif
terbatas.
• Perolehan modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon
pemilik baru (calon pemegang saham baru) sulit karena
mereka
akan
mempertimbangkan
kinerja
dan
prospek
usahanya.
• Kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang
menggunakan modal sendiri motivasi usahanya lebih rendah
dibandingkan dengan menggunakan modal asing.
2.
Modal Asing (Pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya
diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari
pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak
terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Di samping itu,
dengan menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari
pihak manajemen untuk mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh.
Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari:
a.
Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta
maupun pemerintah atau perbankan asing.
b.
Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian,
modal ventura, asuransi leasing, dana pensiun, koperasi atau
lembaga pembiayaan lainnya.
49 c.
3.
Pinjaman dari perusahaan non keuangan.
Modal Patungan
Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan modal
usaha dengan cara berbagai kepemilikan usaha dengan orang lain.
Caranya dengan menggabungkan antara modal sendiri dengan modal
satu orang teman atau beberapa orang (yang berperan sebagai mitra
usaha) (Jackie Ambadar, 2010:15).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa modal usaha adalah harta
yang dimiliki untuk digunakan dalam menjalankan kegiata usaha dengan tujuan
memperoleh laba yang optimal sehingga diharapkan bisa meningkatkan
pendapatan.
2.3.2. Financial Projection
Proyeksi keuangan merupakan aktivitas manajerial yang umum. Manajer
manganalisis catatan perusahan yang lampau uantuk mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengarahui kekayaan pemegang saham. Perencanaan keuangan
sendiri merupakan suatu penyusunan tindakan bagi perusahaan bagi perusahaan
sebagai pedoman pelaksanaan aktivitas dimasa mendatang. Perusahaanperusahaan yang memiliki kecendrungan pemikiran kedepannya, akan selalu
memikirkan apa yang mungkin dilakukan pada masa yang akan datang.
Sehingga dalam pelaksanaanya, perusahaan-perusahaan ini tinggal berpegang
pada semua rencana yang telah disusun sebelumnya.
Proyeksi laporan keuangan hanyanlah sebagaian dari proses perencanaan
perusahaan dengan mana perusahaan menempatkan aktivitas perusahaan di masa
50 depan yang berkaitan dengan lingkungan ekonomi, persaingan, teknis dan sosial
yang berkaitan. Ketika rencana-rencana bisnis dikembangkan, hal ini biasanya
distrukturkan disekitar sasaran dan tujuan spesifik yang ditentukan secara
bersama oleh organisasi dan sub kelompoknya. Rencana-rencana ini biasanya
menyatakan strategi dan tindakan untuk mencapai hasil-hasil jangka pendek,
jangka
menengah,
jangka
panjang.
Proyeksi
laporan
keuangan
akan
memudahkan perusahaan untuk melihat keadaan di tahun akan datang.
2.3.3. Break Even Point
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi
perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/impas (penghasilan = total
biaya). Sebelum perusahaan memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih
dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan
usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis
titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang
dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan
penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang
diinginkan.
Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap
harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas
tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan. Analisis
break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis
laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan
rumus ini untuk mengetahui:
51 1.
Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba
2.
Struktur biaya tetap dan variabel
3.
Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya
tetap
4.
Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan rugi
Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat
membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi,
sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian,
memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang
diharapkan melalui penentuan harga jual persatuan, produksi minimal,
pendesainan produk, dan lainnya. Dalam penentuan titik impas perlu diketahui
terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat,
yaitu:
1.
Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode.
2.
Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat
ditingkatkan
3.
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap
maupun biaya variable
Dalam melakukan analisis break event point dapat digunakan dua metode
yakni dengan pendekatan matematika dan pendekatan grafik.
52 2.3.4. Kelayakan Bisnis
Studi
kelayakan
bisnis
adalah
penelitian
menyangkut
penilaian
keberhasilan suatu proyek dalam satu keseluruhan sehingga semua faktor harus
dipertimbangkan dalam suatu analisis terpadu yang meliputi faktor-faktor yang
berkenaan dengan aspek teknis, pasar dan pemasaran, keuangan, manajemen,
hukum, serta manfaat proyek bagi ekonomi nasional.
Secara ringkas penjelasan analisis tiap-tiap aspek tersebut adalah sebagai
berikut.
1.
Analisis aspek teknis meliputi studi proyek untuk menilai apakah
proyek secara teknis layak dilaksanakan. Dalam analisis aspek teknis
ini diteliti berbagai alternatif yang berkenaan dengan kebutuhan,
penyediaan tenaga kerja, kebutuhan fasilitas infrastruktur dan faktorfaktor produksi lainnya.
2.
Analisis aspek pasar meneliti kesempatan pasar yang ada dan
prospeknya serta strategi pemasaran yang tepat untuk memasarkan
produk atau jasa proyek.
3.
Analisis aspek keuangan menilai kelayakan proyek ditinjau dari
profitabilitas komersial dan kemampuan memenuhi kebutuhan dana
dan segala konsekuensinya.
4.
Analisis manajemen menilai kualitas dan kemampuan orang-orang
yang akan menangani proyek.
5.
Analisis aspek hukum meliputi segala aspek hukum yang relevan bagi
kelangsungan proyek.
53 6.
Analisis manfaat proyek bagi perekonomian nasional meneliti
seberapa jauh sumbangan atau nilai proyek terhadap perekonomian
nasional.
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang
menganalisa layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat di
operasikan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal
untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru.
Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya bagi
para investor selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit dan pemerintah
yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang
tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainnya. Investor
berkepentigan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi
serta jaminan kepentingan atas modal yang akan ditanamkan, bank
berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan
kelancaran pengembaliannya, serta pemerintah lebih menitikberatkan manfaat
dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan
kesempatan kerja dan lain-lain. Sedangkan untuk kepentingan pihak internal
sendiri bertujuan untuk merealisasikan ide proyek yang bermuara pada
peningkatan usaha dalam rangka meningkatkan laba perusahaan.
2.4. Business Model Canvas Theory
Bisnis merupakan lingkungan yang kompetitif, namun terkadang para pemimpin
bisnis tidak memahami betul model bisnis perusahaannya. Dalam banyak kasus,
pemimpin jarang berkomunikasi dengan cara yang jelas dan sederhana (Linder dan
54 Cantrell, 2000). Oleh karena itu, akan menarik apabila ada satu set alat yang
memungkinkan pelaku bisnis untuk memahami model bisnis mereka dan unsur-unsur
yang ada didalam model bisnis mereka sehingga mereka dengan mudah dapat
mengkomunikasikan model bisnis perusahaannya kepada orang lain dan membiarkan
mereka untuk mengubah dan bermain-main dengan model bisnis tersebut sekaligus
belajar mengenai peluang bisnis (Osterwalder,2004).
Dalam
Osterwalder
bukunya
dan
yang
Pigneur
berjudul
membuat
“Business Model Generation”
suatu
kerangka
model
bisnis
(2010),
yang
berbentuk kanvas dan terdiri dari sembilan kotak yang berisikan elemen-elemen yang
saling berkaitan. Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), model bisnis kanvas
adalah sebuah model bisnis yang menggambarkan dasar pemikiran tentang
bagaimana sebuah organisasi atau perusahaan menciptakan, menyerahkan, dan
menangkap nilai.
Gambar 2.6. Business Model Canvas
55 2.4.1. Customer Segment
Pasar terdiri dari berbagai macam pembeli yang membeli suatu
produk sesuai dengan keinginan, sumber daya, lokasi, dan kebiasaan membeli.
Karena masing-masing memiliki kebutuhan dan keinginan yang unik, masingmasing pembeli merupakan pasar potensial tersendiri.
Secara umum, segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang
memiliki seperangkat keinginan yang sama (Kotler, 2005). Untuk memenuhi
kepuasan pelanggan, maka macam-macam pembeli dikelompokkan menjadi
beberapa segmen yang berbeda. Berikut pembagian tipe dalam segmentasi pasar
antara lain:
1.
Pasar terbuka (Mass Market)
Pasar terbuka tidak membedakan antara segmen-segmen pelanggan
yang berbeda. Perusahaan beranggapan bahwa semua orang adalah
pelanggan.
2.
Ceruk Pasar (Niche Market)
Pasar khusus (ceruk) menargetkan segmen pelanggan yang spesifik
dan terspesialisasi yang biasanya jumlahnya kecil dan belum terlayani
dengan baik. Model bisnis ini umumnya ditemukan pada hubungan
bisnis antara supplier-buyer.
3.
Pasar tersegmentasi (Segmented)
Pasar tersegmentasi membedakan segmen pasar dari kebutuhan dan
masalahnya
masing-masing.
Segmentasi
pasar
merupakan
pengelompokkan individu (pelanggan) menjadi beberapa kelompok
(segmen) dimana individu yang berada dalam satu segmen memiliki
56 ciri-ciri atau perilaku yang relatif sama (homogen) dibandingkan
individu pada kelompok lain (Kotler,2003). Ada beberapa pendekatan
yang digunakan untuk melakukan segmentasi pasar, yaitu demografi,
geografi, dan psikografi (Airlangga, 2011).
4.
Diversifikasi Pasar (Diversified)
Diversifikasi pasar melayani dua segmen pelaggan yang tidak terkait
satu sama lain dengan kebutuhan dan masalah yang berbeda. Kedua
atau lebih segmen pelanggan ini tampaknya memiliki kebutuhan yang
sama, akan tetapi beda karakteristiknya. Dengan adanya diversifikasi
pasar, volume pasar juga akan semakin meluas. Bahkan, dapat
menciptakan pasar-pasar baru.
5.
Multipasar (Multi-sided Platforms)
Multipasar melayani dua atau lebih segmen pelanggan yang saling
bergantung.
2.4.2.Value Propositions
Value Propositions adalah seluruh bagian dari sebuah produk atau jasa
yang bermanfaat untuk spesifik kelompok pelanggan tertentu (customer
segment). Value propositions bagi pelanggan terwujud dalam bentuk pemecahan
masalah yang dihadapi atau terpenuhinya kebutuhan. Oleh karena itu value
propositions merupakan alasan kenapa pelanggan sering mengalihkan perhatian
dari satu perusahaan ke perusahaan lain, yang ditawarkan bisa sama dengan
perusahaan lain namun beda atribut dan fitur atau bisa juga sebuah penawaran
yang baru lebih inovatif atau disruptive.
57 Selain itu value propositions menciptakan nilai bagi pelanggan melalui
campuran yang berbeda dari unsur-unsur yang melayani kebutuhan segmen.
Beberapa elemen yang berkontribusi pada pembentukan nilai tambah menurut
Alexander Osterwalder & Yves Pigneur (2010, p.23) adalah kebaruan (newness),
kinerja (performance), kustomisasi (customization), penyelesaian pekerjaan
(getting the job done), desain (design), merk/ status (brand/ status), harga
(price), pengurangan biaya (cost reduction), pengurangan risiko (risk reduction),
akses (accessibility), serta kenyamanan/ kemudahan penggunaan (convenience/
usability).
2.4.3.Channels
Value propositions yang telah ditentukan akan diberikan kepada pelanggan
melalui beberapa jalur, sehingga pelanggan dapat memahami dengan tepat nilai
yang ditawarkan perusahaan. Channels menggambarkan bagaimana sebuah
perusahaan mengkomunikasikan dan mendeliver nilai proposisi tertentu yang
ditawarkan ke sebuah kelompok pelanggan. Osterwalder dan Pigneur (2010)
membagi channels memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1.
Awareness Channel, meningkatkan kesadaran pelanggan terhadap
produk dan jasa dari perusahaan.
2.
Evaluation Channel, membantu pelanggan dalam mengevaluasi value
proposition dari perusahaan.
3.
Purchase Channel, memfasilitasi pelanggan untuk membuat produk
dan jasa tertentu.
58 4.
Delivery Channel, membantu menyampaikan nilai tambah untuk
pelanggan.
5.
After Sales Channel, memberi dukungan kepada pelanggan pasca
pembelian.
2.4.4.Customer Relationships
Customer Relationships merupakan hubungan yang dibangun antara
perusahaan dengan masing-masing segmentasi pasar yang memiliki karakteristik
yang berbeda-beda (Osterwalder, Alexander, dan Pigneur, 2010, p.28).
Perusahaan seharusnya memikirkan tipe hubungan yang akan dijalin dengan
para pelanggan dari berbagai segmen. Customer relationship dapat dibentuk dari
berbagai motivasi, antara lain customer acquisition, customer retention, dan
Boosting sales (upselling).
Berdasarkan model bisnis, customer relationships sangat mempengaruhi
perasaan pelanggan. Ada beberapa kategori dari customer relationships yang
dapat dipadukan dengan customer segments (Alexander Osterwalder & Yves
Pigneur, 2010, p.29), antara lain:
1.
Personal Assistant, pola hubungan ini didapatkan berdasarkan
interaksi individu. Pelanggan dapat berkomunikasi dengan wakil dari
perusahaan secara langsung selama proses pembelian atau pasca
pembelian.
2.
Dedicated Personal Assistant, bantuan untuk pelanggan secara khusus
atau pribadi.
59 3.
Self Service, perusahaan menyediakan sarana pelayanan, namun tidak
melayani pelanggan secara langsung.
4.
Automated Service, penggabungan antara layanan mandiri dengan
proses otomatis yang lebih canggih. Ini merupakan jenis hubungan
personal assistance dengan self service.
5.
Communities, memfasilitasi komunitas yang berkaitan dengan bisnis
yang dijalankan. Perusahaan dapat juga membuat komunitas secara
online sehingga pelanggan dapat bertukar pikiran dan saling berbagi
satu sama lain.
6.
Co-creation, melibatkan pelanggan dalam menciptakan inovasi dan
nilai baru.
2.4.5.Revenue Streams
Revenue streams merupakan hasil-hasil apa yang kita peroleh dari value
proposition yang dikirim ke customer segment. Osterwalder, Alexander, dan
Pigneur (2010, p.28) mengatakan revenue streams menggambarkan bagaimana
perusahaan mendapatkan keuntungan dari customer segment melalui aktivitas
bisnis yang dijalankan. Revenue streams bukan mempresentasikan keuntungan
yang didapat, karena secara umum diketahui bahwa keuntungan merupakan
pendapatan bersih setelah dikurangi biaya-biaya usaha (PPM Manajemen, 2012).
Ada beberapa cara untuk mendapatkan revenue streams:
1.
Penjualan Aset, pendapatan dari penjualan produk perusahaan yang
berupa barang atau jasa.
60 2.
Biaya penggunaan, pendapatan dari penggunaan layanan tertentu.
Apabila jasa pelayanan
yang
digunakan
semakin
banyak
maka pelanggan akan membayar lebih mahal.
3.
Biaya Berlangganan, pendapatan dari layanan yang terus-menerus
digunakan.
4.
Pinjaman, pendapatan dari peminjaman asset tertentu untuk periode
tertentu. Peminjam atau penyewa juga memiliki keuntungan yaitu
dapat menikmati suatu produk maupun jasa dalam waktu tertentu
tanpa harus memiliki produk itu sepenuhnya.
5.
Lisensi, pendpatan dari pemberian izin penggunaan hak intelektual
yang dilindungi secara hukum dengan imbalan biaya lisensi.
6.
Biaya Jasa Perantara, didapatkan dari hasil pelayanan intermediasi
antara dua atau lebih pihak. Aliran pendapatan ini umumnya diperoleh
dari perusahaan maupun perorangan yang menerapkan model bisnis
agen.
7.
Iklan, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk periklanan produk,
jasa ataupun brand.
8.
Donasi, didapatkan dari penerimaan sejumlah uang ataupun produk
berwujud yang dapat dinilai dengan satuan uang dari individu atau
organisasi.
2.4.6.Key Resources
Key resources adalah sesuatu yang perusahaan butuhkan untuk
menjalankan proses bisnis utama. Tanpa adanya key resources, maka bisnis yang
61 telah direncanakan tidak akan berjalan. Key resources dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1.
Physical, termasuk aset-aset fisik seperti gedung, kendaraan, dan
mesin.
2.
Intellectual, berupa hak paten dan hak cipta.
3.
Human, setiap bisnis membutuhkan sumber daya manusia yang turut
membangun perusahaan.
4.
Financial, berupa asset keuangan sebagai sumber modal.
5.
Technology, pada perusahaan high-tech teknologi menjadi sumber
daya yang sangat menentukan.
6.
Channel, perusahaan consumer good saluran distribusi untuk produk
perusahaan menjadi sangat penting.
2.4.7.Key Activities
Key activities adalah kegiatan-kegiatan yang dapat kita lakukan untuk
meghasilkan value proposition sehingga menghasilkan revenue stream. Setiap
model bisnis memiliki aktivitas-aktivitas utama. Hal ini adalah aksi yang paling
penting supaya perusahaan dapat mengoperasikan perusahaannya dengan sukses.
Key activities dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.
Production,
aktivitas
terkait
perancangan,
pembuatan
penyampaian produk.
2.
Problem Solving, aktivitas terkait solusi untuk masalah yang ada.
dan
62 3.
Platform, aktivitas terkait jaringan dalam perancangan, pembangunan,
dan pengembangan hardware dan software, termasuk jaringan internet
dan website
2.4.8.Key Partners
Dalam berbisnis tentunya tidak sendirian dan harus menentukan dengan
siapa mitra bisnis dan dengan cara apa. Perusahaan menjalin kerjasama untuk
beberapa alasan dan jalinan kerjasama menjadi landasan dari beberapa model
bisnis. Kita dapat membedakan tipe-tipe yang berbeda dari partnership:
1.
Aliansi strategis antara perusahaan bukan pesaing.
2.
Coopetition: kemitraan strategis antar pesaing.
3.
Usaha patungan untuk membuat bisnis baru.
4.
Hubungan pembeli-pemasok sehingga dapat menjamin pasokan yang
didapatkan adalah pasokan yang baik.
Hal
ini
dapat
bermanfaat
untuk
membedakan
ketiga
motivasi
untuk menjalin kemitraan, berikut merupakan key activities yang dapat
dilakukan:
1.
Optimis dan Skala Ekonomi, hubungan dengan mitra dirancang untuk
mengoptimalkan alokasi sumber daya dan kegiatan.
2.
Pengurangan Risiko dan Ketidakpastian, hubungan dengan mitra
dirancang untuk mengurangi risiko dalam bisnis.
3.
Akuisisi
Sumberdaya
dan
Kegiatan
Tertentu,
perusahaan lain untuk melengkapi sumber daya.
mengandalkan
63 2.4.9.Cost Structures
Cost Structures menurut Osterwalder, Alexander, dan Pigneur (2010)
merupakan seluruh biaya yang dibutuhkan dalam menjalankan bisnis. Beberapa
komponen biaya dapat dihitung setelah perusahaan mengetahui key resources,
key activities, dan key partnership. Ada beberapa macam model bisnis cost
structure yaitu berdasarkan biaya dan nilai tambah, yaitu:
1.
Cost Driven, berfokus pada cost dan meminimalkan biaya yang ada.
2.
Value Driven, berfokus pada value untuk memaksimalkan nilai yang
diberikan meskipun dengan biaya yang lebih tinggi.
Cost Structure memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1.
Fixed Cost, biaya tetap yang tidak dipengaruhi volume produksi.
2.
Variable Cost, biaya yang disesuaikan dengan kondisi tertentu.
Menurut Hermanto (1989), biaya variabl adalah biaya yang
berhubungan langsung dengan jumlah produksi.
3.
Economic of Scale, turunnya biaya rata-rata per unit saat produksi
meningkat.
4.
Economic of Scope, penurunan biaya akibat perluasan area operasi.
2.5. Three Design Dimensions
Aspek penting dari sebuah desain produk adalah dimensi produk yang dapat
dirasakan pengguna dan dapat memenuhi kebutuhan tertentu. Tampilan visual dari
suatu produk dapat mempengaruhi evaluasi produk dan pilihan konsumen. Namun
setiap produk dapat memiliki berbagai dimensi yang dapat diklasifikasikan secara
skematik.
64 2.5.1. Dimensi Estetika
Menurut Lobach (2001), dimensi estetika dapat didefinisikan sebagai
aspek psikologis sensorik selama pengunaan. Selain itu konsep ini menegaskan
bahwa dimensi estetika meliputi hubungan antara produk dan pengguna
mengenai persepsi sensorik karakteristik formal, tanpa harus mengamati
maknanya (Burdek, 2006).
Schmitt (1999), salah satu akademisi psikolog Jerman yang mempelajari
peran estetika memiliki disiplin pemasaran, dia menyatakan bahwa estetika
bergerak dalam beberapa bidang utama; berhubungan dengan produk dan bentuk
desain grafis, mengacu pada produk kemasan dan warna, simbolisme, serta
aspek ruang dalam desain tata ruang. Selain itu, penggunaan desain estetika
dapat dilihat sebagai upaya untuk memberikan manfaat tambahan kepada
pelanggan dan dengan demikian meningkatkan kesediaan mereka untuk
membayar lebih (Brandenburger & Stuart, 1996).
Heufler (2004) mengatakan dimensi estetika sebuah produk dapat
dianalisis sesuai dengan unsur-unsur sebagai berikut:
1.
Bentuk
Ukuran produk (besar atau kecil), arah (horizontal, vertical, atau
diagonal), garis lurus atau melengkung, dan proposi.
2.
Bahan
Kesan sensorik yang ditimbulkan dari penggunaan bahan tertentu
(misalnya: kayu-hangat, logam-dingin).
3.
Permukaan
65 Kesan yang timbul dari jenis finishing, yang dapat dilihat (misalnya:
mengkilap, halus, keriput, dan kasar).
4.
Warna
Efek penggunaan warna pada produk (misalnya: kegembiraan,
ketegangan, kebosanan, dan ketenangan).
2.5.2.Dimensi Fungsional
Burdek (2006) menegaskan bahwa dimensi fungsional melibatkan fungsi
teknis yang berhubungan dengan penanganan dan manipulasi produk, yang
menunjukkan bagaimana harus dimanfaatkan. Dengan demikian, pengguna
harus terlibat dalam pengembangannya oleh mengontekstualisasikan fungsi dan
berbagi pengalaman mereka. Mempelajari perilaku konsumen adalah langkah
yang sangat penting dalam memahami bagaimana orang akan bereaksi terhadap
desain dan fungsi dari produk (Crozier, 2014).
Sistem klasifikasi yang ditetapkan oleh Facca (2008) menyatakan bahwa
dimensi fungsional dapat terbagi menjadi:
1.
Fungsi informasi
Visual indentifikasi produk seperti nama, merek, logo, intruksi, ikon,
dam simbol.
2.
Fungsi ergonomis
Aspek penting untuk produk antarmuka pengguna, yang terkait
dengan metode produk penggunaan dan pengoperasian, yang dapat
dianalisis dengan cara:
66 a.
Kegunaan: kemudahan dan kenyamanan penggunaan mengenai
aksesibilitas, efek estetika, kelayakan, pencegahan dan koreksi
kesalahan, saran, konsistensi, penanggulangan, fleksibilitas,
pemetaan, kedekatan, kompatibilitas produk.
b.
Penanganan:
melibatkan
terjadi
studi
antara
tentang
pengguna
kekuatan,
dan
produk,
presisi,
yang
karakteristik
penanganan, permukaan akhir, tindakan yang terlibat.
c.
Kenyamanan: kondisi kenyamanan, kesejahteraan dan keamanan
yang dirasakan oleh pengguna pada fisik, fisiologis dan tingkat
psikologis.
d.
Universalitas:
karakteristik
produk
yang
memungkinkan
digunakan oleh kebanyakan orang, dengan prinsip-prinsip
penggunaan merata, fleksibilitas, penggunaan sederhana dan
intuitif, informasi terlihat, toleransi kesalahan, dan pengurangan
pengeluaran energi.
e.
Adaptasi antropometri: hubungan dimensi produk pengguna, yang
disesuailkan dengan mendefinisikan persyaratan proyek, dimensi
penting, serta target audiens.
2.5.3.Dimensi Simbolik
Dimensi simbolik produk ditentukan oleh semua aspek spiritual,
psikologis dan sosial dari penggunaannya. Bloch (1995) berpendapat bahwa
makna simbolik produk penting untuk persepsi citra merek. Asosiasi ekspresif
dan simbolik memfasilitasi hubungan emosional antara konsumen dan merek
67 (Fiore, 2010). Makna simbolik dapat diartikan hanya dengan konteks sosial
budaya, dan akhirnya bertindak sebagai latar belakang dalam formasi yang
mewakili konteks yang berbeda dari produk. Simbolisme diri ekspresif
digunakan desainer untuk memaksakan nilai-nilai individu dan unik kepada
konsumen (Snyder dan Fromkin, 1980).
Arti simbolis dapat digabungkan ke produk atau merek atas berdasarkan
iklan (McCracken, 1986), negara asal, atau jenis orang yang menggunakannya
(Sirgy, 1982). Namun produk itu sendiri juga dapat mengkomunikasikan nilai
simbolik dengan secara langsung, yaitu dengan penampilan. Efek simbolik
terbagi menjadi tiga tingkatan (Heufler, 2004) yaitu:
1.
Budaya (relevansi)
Pengaruh aspek-aspek budaya seperi konotasi budaya warna, bentuk,
fungsi, kebutuhan, dan penandaan.
2.
Sosial (status)
Pengaruh dari simulasi status yang ideal, seperti kebutuhan untuk
diterima dalam kelompok social dan rasa aman. (status simbolis dan
imitasi).
3.
Pribadi (emosional)
Perkumpulan individu berdasarkan pengalaman pribadi dan kebiasaan,
dengan indentifikasi produk dan personalisasi.
2.6. Teori Warna
Teori warna adalah suatu ilmu mengenai warna itu sendiri, yang mempelajari
bagaimana warna mempengaruhi orang baik personal, perorangan, maupun
Download