14 AgroinovasI Perkembangan Vaksin Rekombinan Untuk Penyakit Viral dan Implementasinya Di Industri Perunggasan Di Indonesia Pada usaha pertenakan unggas komersial, vaksinasi merupakan salah satu program biosekuriti yang efektif dan ekonomis untuk mencegah timbulnya kejadian penyakit terutama oleh virus. Vaksin beredar yang di lapangan masih didominasi oleh tipe klasik seperti vaksin inaktif (killed) dan vaksin hidup (live) baik yang tidak patogenik maupun yang dilemahkan. Namun kondisi lapangan di mana patogen yang beredar sangatlah beragam menyebabkan pelaksanaan program vaksinasi menjadi sangat komplek dan tidak efisien. Kondisi situasi penyakit diperparah oleh bermunculannya strain-strain baru yang lebih patogen ataupun ancaman penyakit eksotik. Penggunaan vaksin rekombinan merupakan suatu terobosan untuk menghadapi beberapa penyakit secara sekaligus. Pada peternakan unggas komersial seperti broiler, metode vaksinasi tersebut sejak dini di unit pembibitan dapat meningkatkan efisiensi baik dari segi waktu maupun biaya. Vaksin Rekombinan Vaksin rekombinan merupakan inovasi pengembangan vaksin dengan memanfaatkan bioteknologi dengan memutasi suatu vektor untuk mengekspresikan antigen dari virus patogen dengan cara menyisipkan gene target ke dalam genom vektor. Harapannya adalah terbentuknya respon tanggap kebal yang mampu menahan infeksi patogen yang ditargetkan. Tujuan aplikasi vaksin rekombinan adalah ekonomi. Selain lebih mudah dan murah, vaksin rekombinan dapat diarahkan menjadi vaksin multivalen untuk beberapa patogen sekaligus tanpa perlu adanya booster. Selain sumber antigen virus yang ingin diekpresikan, dalam pembuatan vaksin rekombinan terdapat faktor penting lainnya yaitu vektor yang digunakan sebagai sistem delivery. Pada umumnya vektor virus DNA lebih sering dipergunakan karena kapasitas insersinya yang lebih besar dan stabil secara genetik namun penggunaan virus RNA sebagai vektor juga sudah dilakukan. Setiap vektor virus yang digunakan sebagai kerangka dasar dalam pembuatan vaksin rekombinan mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga pemilihannya harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan. Vaksin Reverse Genetik Sebenarnya vaksin ini termasuk dalam kategori vaksin rekombinan, namun istilah tersebut memberikan penekanan yang lebih spesifik di mana suatu virus baru di-enginer melalui suatu mekanisme rescue cDNA pada virus (-) RNA. Genom dari virus mutan dapat dimanipulasi sedemikan rupa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk bidang perunggasan, beberapa virus baru dibuat melalui rekayasa reverse genetik seperti AIV dan ND. Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII Badan Litbang Pertanian AgroinovasI 15 Tabel 1.Beberapa penelitian tentang vaksin rekombinan untuk komoditas unggas berdasarkan vektor virus dan antigen yang diekspresikan. Jenis Vektor Strain vektor Insersi Gene Patogen yang ditargetkan Poxvirus Avipoxvirus H5, H7, +N1 Avian Influenza Virus HN, F, HN+F Newcastle Disease Virus gB Mareks Disease Virus VP2 Infectious Bursal Disease Virus env Spleen Necrosis Virus Herpesvirus ILT H5, N1 Avian Influenza Virus MDV F Newcastle Disease Virus VP2 Infectious Bursal Disease Virus HVT gB, RNAi Mareks Disease Virus HN, F, HN+F Newcastle Disease Virus HN, F, gA,gB Newcastle Disease & Mareks Disease Virus VP2 Infectious Bursal Disease Virus H5 Avian Influenza Virus Adenovirus Adenovirus H5, NP, M2 Avian Influenza Virus VP2, miRNA Infectious Bursal Disease Virus Fiber protein Egg Drop Syndrome S1 Infectious Bronchitis Virus Baculovirus Baculovirus H7, H5, N1 Avian Influenza Virus HN, F Newcastle Disease Virus VP2 Infectious Bursal Disease Virus VP1, VP2, VP3 Chicken Anemia Virus gI Gallid Herpesvirus 3 Antigen A (gp 57- Mareks Disease Virus 65) Capsid protein RSS (Astroviridae) Paramyxovirus NDV H5 Newcastle Disease Virus Tabel 2. Kelebihan dan kelemahan vektor vaksin yang digunakan dalam penelitian. Jenis Vektor Poxvirus Herpesvirus Kelebihan Vektor virus DNA Replikasi poxvirus: • Durasi imunitas lama dengan 1x aplikasi • Mampu merangsang tanggap kebal selular dan humoral • Produksi mudah dan murah • Tahan terhadap pengaruh suhu • Dapat dilakukan melalui beberapa rute Non-replikasi poxvirus: • Kontaminasi lingkungan terbatas • Tanggap kebal lemah terhadap vektor • Kapasitas insersi gene besar • Tidak ada interferensi dengan maternal antibodi • Mampu merangsang tanggap kebal selular dan humoral • Metode manipulasi tersedia Badan Litbang Pertanian Kelemahan Replikasi poxvirus: • Tanggap kebal terhadap vektor setelah beberapa kali pengulangan vaksinasi (pre existing immunity) • Interferensi dengan antibodi maternal Non-replikasi poxvirus: • Membutuhkan dosis tinggi • Memerlukan booster • Potensi untuk kembali jadi virulen • Integrasi dengan genom dari inang Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII 16 AgroinovasI • Mampu merangsang tanggap kebal yang • Kapasitas insersi gene terbatas kuat baik selular dan humoral • Efektif untuk vaksin oral Baculovirus • Kapasitas insersi gene besar • Inaktivasi virus oleh protein • Tidak bereplikasi di sel vertebrata komplemen Vektor virus RNA Paramyxovirus • Mampu merangsang tanggap kebal • Kapasitas insersi gene terbatas selular dan humoral • Kestabilan genetik diragukan • Proteksi dengan durasi panjang dan mampu mencegah virus sheeding • Prosedur vaksinasi mudah dan murah Adenovirus Pertimbangan Penerapan Vaksin Rekombinan di Indonesia Walaupun beberapa vaksin rekombinan telah menunjukkan performa yang memuaskan untuk skala laboratorium, namun implementasinya di lapangan masih terkendala dengan isu PRG (produk rekayasa genetik) yang masih diperdebatkan di beberapa negara, termasuk Indonesia. Di samping motif ekonomi (hak paten dan monopoli), pertimbangan yang lebih rasional adalah dampaknya terhadap lingkungan. Introduksi makhluk baru termasuk produk rekayasa genetik dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan ekosistem. Selain itu, kestabilan genetik PRG di lingkungan masih dipertanyakan. Tren untuk penggunaan rekombinan vaksin di bidang peternakan akan semakin menguat di masa mendatang. Beberapa peraturan perundangan telah dipersiapkan pemerintah RI dalam rangka menjawab isu penerapan produk PRG seperti UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP No 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati PRG. Pemerintah RI mengedepankan isu keamanan pangan, keamanan pakan dan keamanan lingkungan. Kesiapan pemerintah baik dari segi legislasi maupun aparatur pelaksana sangat diperlukan untuk mengatur dan mengawasi penerapan vaksin rekombinan sehingga dampak negatifnya bisa diminimalisasi. Risza Hartawan Balai Besar Penelitian Veteriner Jl. RE Martadinata No. 30, Bogor 16114 Petunjuk Cara Melipat: Cover r ve Co Cover 1. Ambil dua Lembar halaman tengah tabloid 2. Lipat sehingga cover buku (halaman warna) ada di depan. Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII 3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali Cover Cover 4. Lipat dua membujur ke dalam sehingga cover buku ada di depan 5. Potong bagian bawah buku sehingga menjadi sebuah buku Badan Litbang Pertanian